asuhan keperawatan jiwa dengan resiko bunuh diri.docx

24
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama,suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen

Upload: luthfi

Post on 07-Feb-2016

265 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar belakang

           

       Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.            Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama,suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

            Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.

ASUHAN  KEPERAWATAN  JIWATN. B DENGAN  RESIKO BUNUH DIRI

DI  RUANG  MAWAR RSJ SELAGA ALAS MATARAMNTB

Tgl MRS                                : 5 Januari 2010Tgl Pengkajian                      : 10 April 2011Ruang                                     : Mawar 

A.    Pengkajian

1.      Identitas Klien

Nama Lengkap      : Tn. BUsia                       : 45 tahunJenis Kelamin        : Laki-lakiStatus                    : KawinAlamat                  : Kediri, Lobar

2.      Alasan MasukKlien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah pasien

3.      Faktor PredisposisiKlien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

4.      Faktor PresipitasiKlien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja Masalah Keperawatan:

1.      Resiko bunuh diri2.      Risiko perilaku kekerasan3.      Harga diri rendah

5.      FisikAda bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah,sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.

6.      PsikososialGenogram :

  

                                                                      

                                                                                         

                                                                                            

Keterangan:           laki-laki

                              perempuan

                              klien

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

7.      Konsep diri1.      Gambaran diri

Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.2.      Identitas

Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.3.      Peran Diri

Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil

4.      Ideal DiriKlien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun keluarganya seperti dulu.

5.      Harga diriKlien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.

8.      Hubungan SosialMenurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering diam, menyendiri,murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.

9.      Spirituala.       Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering

mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.b.      Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri

kepada Tuhan.

10.  Status MentalPenampilan:

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.Pembicaraan:Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.Aktivitas Motorik:Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitasInteraksi selama wawancara:Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat berkomunikasi.MemoriKlien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

11.  Kebutuhan Persiapan Pulang.12.  Mekanisme Koping

Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.

13.  Pohon masalah

Koping maladaptif

 

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

Resiko mencederai diri 

\

14.  Analisa data

Diagnosa Data mayor Data minor

Resiko bunuh

diri

Subyektif:

        Mengatakan hidupnya tak berguna lagi

        Inggin mati

        Menyatakan pernah mencoba bunuh diri

        Mengancam bunuh diri

Obyektif:              

        Ekspresi murung

        Tak bergairah

        Ada bekas percobaan bunuh diri

Subyektif:

        Mengatakan ada yang menyuruh

bunuh diri

        Mengatakan lebih baek mati saja

        Mengatakan sudah bosan hidup

Obyektif:

        Perubahan kebiasaan hidup

        Perubahan perangai

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1.      Perilaku bunuh diriDS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

2.      Koping maladaptifDS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.                                                                                                     

15.  Rencana Tindakan Keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri

Pasien:a.       Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.b.      Tujuan khusus1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:1.1. Perkenalkan diri dengan klien 

1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.

1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2.     Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan:

2.1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,

tali, kaca, dan lain-lain).

2.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

2.3. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3.      Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

3.1.    Dengarkan keluhan yang dirasakan.

3.2.    Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan

keputusasaan.

3.3.    Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa danbagaimana harapannya.

3.4.     Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,  dan

lain-lain.

3.5.    Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk

hidup.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

4.      Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

4.4. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar

sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

5.1.    Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku

favorit, menulis surat dll.).

5.2.    Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan

         pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan

dalam kesehatan.

5.3.Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu

masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif

dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

6.      Klien dapat menggunakan dukungan sosial

Tindakan:

6.1.    Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim

pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).

6.2.    Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas

keagamaan, kepercayaan agama).

6.3.    Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

7.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

Tindakan:

7.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum

obat).

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

7.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,

waktu).

7.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.

7.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

Keluarga1.      Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam

atau mencoba bunuh diri.

              Tindakan:

1.1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah

meninggalkan pasien sendirian

1.2.Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang

berbahaya disekita pasien

1.3.Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri

1.4.Menjelaskan kepada keluarga pentingnya passion minum obat secara teratur.

2.      Tujuan: pasien mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri

Tindakan:

1.1.Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri

a.       Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul

pada pasien

b.      Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien

beresiko bunuh diri

1.2.Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.

a.       Mengajarkan keluarga tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien

memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

b.      Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:

-          Memberikan  tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang mudah di

awasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamarnya atau jangan meninggalkan

pasien sendirian dirumah

-          Menjauhkan barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien

dari barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri, seperti tali, bahan bakar

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti

racun nyamuk atau racun serangga.

-          Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apa bila ada

tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan,

walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

c.       Menganjurkan keluarga untuk malaksanakan cara tersebut diatas.

1.3.Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apa bila pasien

melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:

a.       Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk

menghentikan upaya bunuh diri tersebut

b.      Segera membawa pasien kerumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan

bantuan medis.

1.4. Mencari keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien

a.       Memberikan informasi tentang nomor telpon darurat tenaga kesehatan

b.      Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/control secara teratur

untuk mengatasi masalah bunuh dirinya

c.       Menganjurkan keluarga uuntuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima

benar pemberian obat.

CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEP TINDAKAN EVALUASI

1. 10/4/2010

PK.10.00

WIB

Resiko Bunuh Diri Sp I Pasien

1.      Membina hubungan saling percaya dengan

klien

2.      Mengidentifikasi benda-benda yang dapat

membahayakan pasien

3.      Mengamankan benda-benda yang dapat

membahayakan pasien.

4.      Melakukan kontrak treatment

5.      Mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

S :

Klien mengatakan

sudah mencoba

belajar berkenalan

namun masih enggan

untuk dilakukan

O:

Klien aktif dan

memperhatikan

selama latihan

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

Sp II Pasien

1.      Mengidentisifikasi aspek positif pasien

2.      Mendorong pasien untuk berfikir positif

terhadap diri sendiri

3.      Mendorong pasien untuk menghargai diri

sebagai individu yang berharga

Sp III Pasien

1.      Mengidentisifikasi pola koping yang biasa

diterapkan pasien

2.      Menilai pola koping yng biasa dilakukan

3.      Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif

4.      Mendorong pasien memilih pola koping

yang konstruktif

5.      Menganjurkan pasien menerapkan pola

koping konstruktif dalam kegiatan harian

Sp IV Pasien

1.      Membuat rencana masa depan yang

realistis bersama pasien

2.      Mengidentifikasi cara mencapai rencana

masa depan yang realistis

3.      Memberi dorongan pasien melakukan

kehiatan dalam rangka meraih masa depan

yang realistis

SP 1 Keluaga

1.      Mendiskusikan massalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien

2.      Menjelaskan pengertia, tanda dan gejala

resiko bunuh diri, dan jenis prilaku yang di

berkenalan dengan

perawat

A:

Klien sudah tahu cara

berkenalan dengan

menyebutkan

nama,asal,hobi

P:

Lanjutkan berkenalan

dengan orang lain.

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

alami pasien beserta proses terjadinya

3.      Menjelaskan cara-cara merawat pasien

resiko bunuh diri yang dialami pasien

beserta proses terjadinya.

SP II Keluarga

1.      Melatih keluarga

mempraktekan cara merawat pasien

dengan resiko bunuh diri

2.      Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien resiko bunuh diri.

SP III Keluarga

1.      Membantu keluarga membuat jadual

aktivitas dirumah termasuk minum obat\

2.      Mendiskusikan sumber rujukan yang bias

dijangkau oleh keluarga

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

DAFTAR PUSTAKAYosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi).Bandung: PT

Refrika AditamaMustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik.MataramKeliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta:

EGCMarilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

          

 

SP RESIKO BUNUH DIRIPASIEN

  SP I Pasien: Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

Orientasi:

Perawat             : “Assalamu’alakum, Selamat pagi M’ba Ayu. Perkenalkan saya perawat Nova. yang

bertugas di ruang mawar ini saat ini, saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”

“Bagaimana perasaan M’ba Ayu hari ini?”

M’ba Ayu          : “Hari ini saya sangat sedih dan jengkel Ners”

Perawat             : “Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang M’ba Ayu

rasakan dan alami selama ini. Saya siap kok mendengarkan semua cerita M’ba, bagaimana

apa M’ba bersedia?

M’ba Ayu          :”Baik Ners saya bersedia,” (Menggukan kepala tanda setuju)

Perawat             : Kalau begitu dimana kita bisa bicara dan berapa lama kita bisa bicara?

M’ba Ayu          : “Ditaman, saya suka duduk menyendiri disana, satu jam”

Perawat             : “Baiklah kalau begitu, mari kita kesana”

  Tahap Kerja:

Perawat             : “Sekarang M’ba bisa cerita bagaimana perasaan M’ba setelah Pacar M’ba yang sangat M’ba

cintai menghamili dan meninggalkan M’ba menikah dengan wanita lain ini terjadi?.

M’ba Ayu          : “Saya sangat terpukul dan sedih Sus, saya fikir dunia kan berahir detik itu juga. Saya

binggung dan malu sudah mencoreng arang di wajah keluarga saya, saya benar-benar anak

yang tak berguna.”

Perawat             : “Apa karena hal tersebut M’ba merasa menjadi orang paling menderita di bumi ini?

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

M’ba Ayu          : “Saya rasa lebih dari menderita Ners, saya sangat sensara dan merasa kehidupan saya telah

hancur dan menderita, tak ada gunanya lagi saya hidup.”

Perawat           : “Bagaimana dengan kepercayaan diri M’ba, apa merasa kehilangan percaya

diri?              M’ba merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?

M’ba Ayu          :”Saya sangat malu dengan keluarga, tentangga dan teman-teman saya karena menjadi aip

dan mencoreng arang di muka keluarga saya”

Perawat             :” Apakah M’ba merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”

M’ba Ayu          : “Sering Ners, mungkin memang ini semua salah saya, telah semudah itu percaya

dengan  laki-laki brengsek itu. Seandainya saja saya mendengar nasehat ibu dan keluarga

saya”.

Perawat             : “Apa M’ba juga sering mengalami kesulitan berkonsentrasi”

M’ba Ayu          :” Saya sangat pusing dengan semua ini. Jangankan berkonsentrasi berfikir jernih saja saya

sangat susah”

Perawat             : “Apa pernah terbesit dalam fikiran M’ba untuk menyakiti diri/bunuh diri atau baM’ba

inggin mati”

 M’ba Ayu         : “Saya pernah mencoba gantung diri di kamar mandi rumah saya dengan seutas tali jemuran

tapi saya akhirnya gagal karena ditolong tetangga saya dan saya juga sering menyayat

pergelangan tangan saya. Bagi saya tidak ada gunanya lagi saya hidup, saya tidak berguna”.

(menunjukkan pergelangan tanggam)

Perawat             : “Baiklah, setelah saya mendengar cerita M’ba tampaknya M’banya membutuhkan

pertolongan segera karena ada keinginan untuk menggahiri hidup”.  Saya juga perlu

memeriksa seluruh isi kamar M’ba untuk memastikan tidak ada benda-benda yang

membahayakan (seperti gunting, pisau, cermin dan benda tajam lainya). Mulai sekarang saya

juga takkan membiarkan M’ba sendiri.” Apa yang M’ba lakukan jika keinginan bunuh

diri itu muncul?’

M’ba Ayu          :” Saya sering menggigit, membenturkan kepala dan menyakiti diri saya sendiri”

Perawat             :” Baiklah, mulai sekarang kalau keingginan itu muncul M’ba harus langsung meminta tolong

kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau perawat yang sedang sift, keluarga atau teman

jika sedang besuk M’ba untuk mengatasi keingginan M’ba tersebut serta katakana kepada

mereka jika ada dorongan untuk bunuh diri.” M’ba juga jangan sendiri ya, cobalah untuk

berkumpul dan berinteraksi denga teman M’ba yang laen. Apa M’ba paham dengan yang

saya katakan?

M’ba Ayu          : “Ya Ners. saya akan berusaha mencoba”

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

Perawat             : “Saya seneng mendengar nya, saya percaya baM’ba Ayu dapat mengatasi masalah ini,

OKAY?”

Terminasi

Perawat             : “Bagaimana perasaan M’ba sekarang setelah mengetahui cara mengetahui perasaan

keingginan bunuh diri?”

M’ba Ayu          :“saya sudah sedikit lebih tenang, terima kasih Ners”

Perawat             :” Bisa M’ba sebutkan kembali cara tadi yang saya telah jelaskan?

M’ba Ayu          : (menyebutkan kembali cara)

Perawat             : “saya akan menemani M’ba Ayu terus sampai keingginan bunuh diri M’ba hilang” (jangan

tinggalkan pasien)

  Sp II Pasien: meningkatkan harga diri dan menidentifikasi aspek positif pasien isyarat

bunuh diri

Oriantasi

“Assalamualaikumba M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini?

Bagaimana, Masi adakah doorongan M’ba Ayu untuk mengaihiri kehidupan? Baik, sesuai

janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian

tuhan yang masih M’ba miliki serta aspek positif dalam diri M’ba,bukannya M’ba masih

punya keluarga dan teman yang sayang dengan M’ba serta calon bayi yang Mba’kandung.

Berapa lama kita akan bercakap dan mau dimana?

Tahap Kerja

“Menurut M’ba, apa saja dalam hidup M’ba yang perlu disyukuri, siapa saja yang akan sedih

dan merasa rugi jika M’ba meninggal. Coba sekarang M’ba Ayu ceritakan hal-hal yang baik

dalam kehidupan M’ba. Keadaan yang bagaimana yang membuat M’ba merasa puas? Bagus!.

Ternyata kehidupan M’ba Ayu masih ada yang baik dan patut di syukuri. Coba M’ba

sebutkan kegiatan apa yang masih M’ba lakukan selama ini” Bagaimana kalau M’ba

mencoba melakukan kegiatan tersebut lagi, mari kita berlatih.”

Terminasi

““Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Bisa M’ba sebutkan

kembali apa–apa saja yang patut M’ba syukuri dalam hidup M’ba?. Ingat dan ucapkan selalu

hal-hal yang baik dalam hidup M’ba jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus

M’ba Ayu! Coba inggat-ingat  lagi hal-hal lain yang masih M’ba Ayu miliki dan perlu

syukuri nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik? Tempatnya

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

dimana. Namun, jika ada perasaan-perasaan yang tak terkendali segera hubungi saya ya

M’ba. Permisi.

  SP III Pasien: meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (pola koping)

pasien isyarat bunuh diri     

Oriantasi

“Assalamualaikum M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Masi adakah

keinggina untuk bunuh diri? Menurut M’ba, Apa lagi hal-hal positif yang perlu M’ba

syukuri? Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah

yang selama ini timbul. Mau berapa lama? di sini saja?

Tahap Kerja

“ Coba ceritakan situasi yang membuat M’ba Ayu ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apa

kira-kira jalan keluar dari masalah yang M’ba alami. Hemm… ternyata banyak juga yah.

Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut.

Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!, kalau menurut M’ba

Ayu yang mana? Ya, saya setuju, Bisa di coba! “ Mari kita buat rencana kegiatan dan

memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian baM’ba.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi

masalah yang akan M’ba Ayu gunakan? Coba dalam satu hari ini, M’ba menyelesaikan

masalah yang M’ba alami dengan cara yang M’ba pilih tadi. Besok dijam yang sama kita

akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman M’ba Ayu menggunakan cara yang

dipilih’.

  Sp IV Pasien:  Menyusun rencana Masa depan

 Oriantasi

“Assalamualaikum M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Masi adakah

keinggina untuk bunuh diri?. Saya rasa pasti sudah tidak ada. Menurut M’ba, Apa lagi cara

mengatasi masalah yang selama ini timbul? Sekarang kita akan berdiskusi tentang

rencana maa depan ibu dan cara mencapainya. Mau berapa lama? di sini saja?

Tahap Kerja

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

“Coba ceritakan apa rencana M’ba Ayu dimasa depan setelah keluar dari sini nanti. Bagus!!.

Ternyata M’ba mempunyai rencana yang luar biasa bagus dan masih mempunyai semangat

hidup yang besar. Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-

masing rencana tersebut dan bagaimana cara mencapai masa depan yang M’ba ingginkan.

Mari kita pilih cara yang paling baik dan realistis!, kalau menurut M’ba Ayu yang mana? Ya,

saya setuju, Bisa di coba! “ Mari kita buat rencana kegiatan dan memasukkannya kedalam

jadwal kegiatan harian M’ba agar masa depan yang M’ba rencanakan dapat tercapai.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mencapai

rencana masa depan yang M’ba Ayu gunakan? Coba mulai sekarang, M’ba melakukan

kegiatan/rencana tersebut dengan cara yang M’ba pilih tadi. Besok dijam yang sama kita akan

bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman M’ba Ayu menggunakan cara yang dipilih’.

Saya harap M’ba tetap semangat, saya yakin masa depan yang M’ba ingginkan pasti M’ba

dapatkan”. Saya permisi dulu…..

KELUARGA

  SP I Keluarga: mendiskusikan masalah dan mengajarkan keluarga tentang cara

merawat anggota keluarga yang beresiko bunuh diri

Orientasi:

“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, kenalkan saya perawat Nova yang merawat Anak Bapak/Ibu

di rumah sakit ini”.

“ Bagaiman kalua kita berbincang-bincang tentang cara merawat agar M’ba Ayu tetap

selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana apa Bapak/Ibu bersedia? Bagaimana

kalau disini saja kita berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita mengawasi terus M’ba

Ayu.

Tahap Kerja

‘Apa masalah atau kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat M’ba Ayu?.

“Oww….Begini Bapak/Ibu, M’ba Ayu sedang mengalami putus asa yang sangat berat akibat

kekasihnya yang telah menghamili dan meninggalkannya menikah dengan wanita lain ini

terjadi, sehingga sekarang ia selalu inggin mengaikhiri hidupnya karena merasa tak berguna.

“Bapak/Ibu sebaiknya baM’ba dan M’ba memperhatikan benar-benar munculnya dan tanda

dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang melakukan bunuh diri menunjukan gejala

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

melalui percakapan misalnya”saya tidak inggin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya.

Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar M’ba Ayu mengatakan hal tersebut?”

“ Jika Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala seperti itu, mata sebaiknya Bapak/Ibu

mendengarkan ungkapan perasaan dari M’ba Ayu secara serius. Pengawasan terhadap M’ba

Ayu pun harus ditingkatkan, Jangan tinggalkan atau biarkan beliau sendiri dirumah atau

jangan biarkan mengunci diri dikamar. Kalau menemukan dan tanda dan gejala tersebut, dan

menemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri. Seperti tali tambang, silet,

gunting, ikat pinggang, pisua serta benda tajam lainnya yang mungkin bisa di gunaka untuk

melukai diri, sebaiknyan dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan

untuk tidak melakukan hal tersebut. Katakana Bapak/Ibu serta keluarga bahwa sayang pada

M’ba Ayu dan katakana juga kebaikan-kebaikannya.

“ Selain itu usahakan 5x sehari Bapak/Ibu memuji beliau dengan tulus tapi tidak berlebihan”.

“Tetapi jika sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang

lain. Apabila tidak bisa diatasi segera rujuk kepuskesmas untuk mendapatkan peraeatan yang

serius. Setelah kembali kerumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar M’ba Ayu terus berobat

untuk mengatasi keingginan bunuh dirinya.

Karena kondi M’ba Ayu yang dapat saja nekat mengakhiri hidupnya sewaktu-waktu, kita

semua harus mengawasi M’ba Ayu terus menerus. Bapak/Ibu Bapak/Ibu juga kami minta

partisipasinya untuk juga dapat mengawasi M’ba Ayu ya… pokoknya baM’ba Ayu tidak

boleh ditinggal sendiri  sedikitpun untuk sementara karena dalam kondisi serius”

“Jika Bapak/Ibu berbicara pada M’ba Ayu focus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan

negative”. “Selain itu sebaiknya M’ba Ayu pumya kegiatan positif seperti melakukan

hobinya bermain music, menyulam dll supaya M’ba Ayu tidak sempat melamun sendiri”.

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara untuk mengatasi perasaan inggin

bunuh diri dan merawat pasien resiko bunuh diri?”

Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang belum jelas atau mau ditanyakan?. Bapak/Ibu tolong bisa

diulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga yang inggin bunuh diri?”. Ya, Bagus jika

Bapak/Ibu sudah mengerti. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan

bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk membicarakan cara-cara

meningkatlkan harga diri M’ba Ayu dan penyelesaian masalahnya pada pertemuan akan

datang”. “ Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau begitu sampai bertemu lagi besok disini”.

Terima kasih atas waktunya.

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

  SP II Keluarga: Melatih dan mempraktekan cara merawat pasien resiko bunuh diri

Orientasi:

“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, sesuai janji kitakemarin lalu alhamdullah kita sekarang bisa

bertemu lagi”. Bagaimana Bapak/Ibu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien resiko

bunuh diri yang kita bicarakan minggu lalu?”.

“ Sekarang kita akan mempraktekkan cara-cara merawat tersebut ya Bapak/Ibu?” “ Kita akan

coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke M’ba Ayu ya?”

“Bapak/Ibu berapa lama waktu mau kita latihan?”

Tahap Kerja

“Sekarang anggap saya M’ba Ayu yang mengatakan inggin mati saja, coba baM’ba dan M’ba

praktikan cara berkomunikasi yang benar jika sedang berada dalam keadaan seperti

ini”    “Bagus, cara Bapak/Ibu sudah

benar”                                                                                                “Sekarang coba praktekan

cara member pujian kepada M’ba Ayu?”                                                 “Bagus, Kemudian

bagaimna jika cara memotivasi M’ba Ayu minum obat dan melakukan kegiatan positifnya

sesuai jadual?”                                                                                                 “Bagus sekali,

ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat M’ba

Ayu?”                                “Bagaimana Jika sekarang kita mencobanya langsung kepada

M’ba Ayu?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada klien)

Terminasi

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu berlatih cara merawa M’ba Ayu di Rumah?” “Setelah ini

coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah kita lakukan tadi setiap kali membesuk M’ba

Ayu”  “ Baiklah bagaimana kalau 2/3 hari lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini dan kita kan

mencoba lagi cara merawat M’ba Ayu sampai Bapak/Ibu lancr melakukannya”. “Jam berapa

Bapak/Ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya Bapak/Ibu”

  SP III Keluarga: Perencanaan pulang bersama keluarga/Aktivitas di rumah dengan

pasien resiko bunuh diri

Orientasi:

“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, hari ini M’ba Ayu sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita

membicarakan jadual M’ba Ayu selama dirumah “berapa lama kita bias diskusi?, baik mari

kita diskusikan.”

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI.docx

Tahap Kerja

“Bapak/Ibu, ini jadual M’ba Ayu selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan

dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum

obatnya”       “ Hal-hal yang perlu diperhatikanlebih lanjut adalah perilaku yang diitampilkan

oleh M’ba Ayu selama dirumah. Kalau misalnya M’ba Ayu Mengatakan terus menerus

inggin bunuh diri, tampak M’ba gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan

perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,

tolong Bapak/Ibu sekeluarga hubungi perawat di puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu,

ini nomor telpon puskesmas yang bias di hubunggi (0370) 140791.

Terminasi

“Bagaimna Bapak/Ibu ada yang belum jelas?” ini jadual kegiatan harian M’ba Ayu untuk

dibawah pulang. Ini surat rujukan untuk perawat di puskesmas Selaga Alas, jangan lupa

control ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.