aspek legal (dokumentasi keperawatan)

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran perawat dalam kehidupan manusia adalah meberikan bantuan pada manusia mulai konsepsi , sejalan dengan siklus kehidupan manusia , pelayanan keperawatan adalah membantu individu dan atau masyarakat untuk sembuh dari penyakitnya dan mencapai derajat kesehatannya yang optimal. Bentuk pelayanan keperawatan tersebut adalah pelayanan komfrehensif menacakup bio – psiko – sosio – spiritual . Dalam memberikan pelayanan keperawatan ,perawat dituntut memberikan pelayanan secara profesionalisme ( Lokakarya keperawatan Nasional 1983 ). Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mengacu pada standar profesi , standar profesi yang berlaku mencakup beberapa aspek diantaranya standar Ilmu keperawatan , standar akuntabilitas , standar pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada aspek standar akuntabilitas maka perawat dihadapkan pada tanggung jawab dan tanggung gugat dengan demikian pendokumentasian praktik keperawatan menjadi unsur penting dalam semua pelaksanaan aspek standar professional keperawatan . Beberapa item standar akuntabilitas yang berhubungan dengan dokumentasi praktik keperawatan antara lain : 1

Upload: devi-fauziyyah

Post on 17-Jan-2016

102 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mata kuliah dokumentasi keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran perawat dalam kehidupan manusia adalah meberikan bantuan pada

manusia mulai konsepsi , sejalan dengan siklus kehidupan manusia , pelayanan

keperawatan adalah membantu individu dan atau masyarakat untuk sembuh dari

penyakitnya dan mencapai derajat kesehatannya yang optimal. Bentuk pelayanan

keperawatan tersebut adalah pelayanan komfrehensif menacakup bio – psiko – sosio

– spiritual . Dalam memberikan pelayanan keperawatan ,perawat dituntut

memberikan pelayanan secara profesionalisme ( Lokakarya keperawatan Nasional

1983 ).

Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mengacu

pada standar profesi , standar profesi yang berlaku mencakup beberapa aspek

diantaranya standar Ilmu keperawatan , standar akuntabilitas , standar pelaksanaan

asuhan keperawatan. Pada aspek standar akuntabilitas maka perawat dihadapkan

pada tanggung jawab dan tanggung gugat dengan demikian pendokumentasian

praktik keperawatan menjadi unsur penting dalam semua pelaksanaan aspek standar

professional keperawatan .

Beberapa item standar akuntabilitas yang berhubungan dengan dokumentasi praktik

keperawatan antara lain :

Standar Akuntabilitas Profesional keperawatan ( DPP PPNI tahun 1999 )

1. Berfungsi sejalan dengan legislasi dan standar praktek keperawatan yang sesuai

dengan tingkat pendidikannya.

2. Menunjukan minat , empati , percaya , jujur dan hangat pada saat bertinteraksi

dengan klien.

3. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan membantu klien memahami

informasi yang relevan.

4. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan melindungi dan meningkatkan hak

– hak klien untuk :

1

Page 2: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

a. Memperoleh informasi yang sah.

b. Menyepakati secara sadar akan asuhan keperawatan , pengobatan dan peran

sertanya dalam kegiatan penelitian.

c. Privasi dan dan kerahasiaan.

d. Pengobatan yang sesuai dengan manusia sebagai individu.

e. Berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi asuhan

keperawatan yang ditujukan padanya.

5. Bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan .

6. Menunjukan kemampuan dalam hal pengetahuan yang mutakhir pada saat

menjalankan praktek.

7. Mencari bantuan dan bimbingan bila tidak dapat melaksanakan tugas – tugas

nya secara kompenten.

8. Menghindari mempraktekkan hal hal diluar batas kemampuan.

9. Bekerjasama sesama anggota profesi.

10. Bekerjasama dengan anggota kesehatan lain.

11. Membuat pertimbangan dalam menjalankan rencana keperawatan yang bersifat

multidisplin yang telah disusun.

12. Berbagi pengetahuan dan keahlian dengan orang lain.

13. Melakukan tindakan pada kondisi dimana keamanan atau kesejahteraan klien

tidak diperhatikan / terancam.

14. Melaporakan kejadian tentang praktek yang tidak benar atau kekeliruan dalam

menjalankan pelayanan keperawatan oleh tenaga lain ( bukan perawat ) kepada

yang berwenang.

15. Membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan

asuhan klien.

16. Membantu pengembangan keperawatan atau sistem pelayanan keperawatan.

2

Page 3: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

B. Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan pembahasan aspek legal etik dan manajemen resiko dalam

dokumentasi keperawatan adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

dalam pemberian pelayanan yang konfrehensif dan optimal pada individu , keluarga

dan masyarakat.

Tujuan khusus :

1. Meningkatkan pelayanan keperawatan melalui analisis pendokumentasian

pelayanan keperawatan.

2. Memberikan perlindungan malpraktik pada masyarakat.

3. Memberikan perlindungan hukum pada perawat.

4. Memudahkan kerjasama antar profesi dalam bidang kesehatan.

3

Page 4: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Untuk mempermudah dan kesamaan persefsi dalam penulisan makalah ini

kelompok menyajikan beberapa istilah yang prinsip antara lain :

1. Aspek legal Etik adalah cara pandang dalam mengkaji , menganalisa ,

menempatkan sikap dan tindak keperawatan dipandang dari sisi etika serta

landasan aturan norma hukum yang berlaku.

2. Dokumentasi keperawatan adalah merupakan catatan otentik atau semua warkat

asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum dalam

bidang keperawatan.

3. Praktik keperawatan adalah seluruh tindakan keperawatan secara profesional

yang memerlukan pengetahuan khusus ( biologi , fisika, perilaku , psikologi ,

sosiologi dan ilmu keprewatan ) dalam melaksanakan pengkajian , menegakkan

diagnosa , melakukan intervensi dan evaluasi dalam rangka upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat serta

pengelolaan masyalah kesehatan.

4. Legal dalam bidang keperawatan adalah kerangka aturan atau norma yang

secara etik dan hukum dalam bentuk fisik atau moral yang berlaku secara wajar

dalam memberikan perlindungan pada perawat dan klien.

5. Manajemen Resiko adalah upaya pengololaan manajerial resiko asuhan

keperawatan yang meliputi perencanaan , pengorganisasian , pelaksanaan dan

evaluasi.

6. Resiko asuhan keperawatan adalah bentuk ancaman dan atau dampak dalam

pemberian asuhan keperawatan yang muncul akibat dari pemberian asuhan

keperawatan itu sendiri serta unsur lain ( luar ) yang mengintervensinya.

4

Page 5: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

B. Aspek Legal, Etika Komunikasi dan Managemen Kasus

Dokumentasi memegang peranan yang penting dalam asuhan keperawatan.

Dokumentasi keperawatan tidak hanya penting dikalangan keperawatan, tetapi juga

pelayanan kolaboratif dengan profesi lain, misalnya dengan dokter. Jika tidak ada

dokumentasi pesan dokter (tugas limpah atau kolaboratif), pada saat yang dibutuhkan

untuk kesaksian hukum, perawat tetap dipermasalahkan. Untuk itu, dibutuhkan dasar

hukum (aspek legal) dari tindakan yang dicatat dalam catatan perawatan, etika

komunikasi antar tenaga perawat atau tenaga kesehatan lainnya, dan manajemen kasus

jika terjadi kasus-kasus tertentu.

C. Aspek Legal Keperawatan

Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan

mengacu pada hukum nasional yang berlaku disuatu Negara. Hukum adalah aturan

tingkah laku yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.

Hukum bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang-undang

keperawatan bermaksud melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak

keperawatan. Jadi, hukum dapat dipandang sebagai standar prilaku yang melindungi

hak publik dan memungkinkan orang banyak hidup bersama secara damai. Filsafat

ilmu hukum ini disebut juris prudensi.

D. Sumber Hukum

Pada umumnya, ada 4 sumber hukum yang utama, yaitu sebagai berikut:

1. Konsitusi. Konstitusi adalah suatu aturan yang mengemukakan prinsip dan

ketentuan pembentukan undang-undang tertentu. Sebagai contoh, konstitusi

federal dan Negara bagian di Amerika serikat menunjukan bagaimana

pemerintahan dibentuk dan diberi wewenang.

2. Badan legeslatif. Lembaga legislative ini disebut kongres ditingkat federal dan

ditingkat Negara bagian.

3. Sistem peradilan (yudikatif). Sekali suatu keputusan ditetapkan didalam

peradilan hukum, keputusan itu menjadi aturan yang perlu dicontoh jika timbul

5

Page 6: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

kasus-kasus serupa. Kasus pertama yang menetapkan aturan keputusan ini disebut

preseden. Keputusan peradilan ini dapat diubah jika ada alasan yang kuat.

Misalnya, mahasiswa keperawatan yang dikendalikan di rumah sakit

diperlakukan sebagai pegawai rumah sakit.

4. Peraturan administrative. Kumpulan dari peraturan perundang-undangan disebut

undang-undang administrative.

E. Peraturan Perundang – Undangan Di Bidang Keperawatan

Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu

disusun peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari profesi

keperawatan. Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatan disebut

undang-undang atau peraturan praktik keperawatan. Bentuk perundang-undangan

tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.

Dalam hal praktik keperawatan, perlu diperhatikan peraturan perundangan

tentang pendidikan keperawatan dan peraturan perundangan setelah lulus pendidikan

keperawatan sebagai berikut:

1. Peraturan perundangan tentang pendidikan keperawatan. Peraturan perundangan

ini memuat aturan yang mengatur penyelenggaraan pendidikan keperawatan, baik

perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Program yang perlu diatur, antara

lain sebagai berikut:

a. Program vokasional dengan jenjang pendidikan setingkat sekolah lanjutan

tingkat atas (SLTA), misalnya sekolah perawat kesehatan.

b. Program diploma dengan jenjang pendidikan D3 keperawatan dan D4

keperawatan.

c. Program bakaloriat dengan jenjang pendidikan perguruan tinggi difakultas

atau diuniversitas. Program bakaloriat ini terdiri atas program sarjana strata

satu, sarjana strata dua (master), dan program sarjana strata tiga (doctor).

d. Program pendidikan berkelanjutan atau pelatihan yang dapat diprogramkan

sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada.

e. Program rumah sakit dan puskesmas untuk praktik mahasiswa pendidikan

keperawatan, yang memuat standar perawatan dan tenaga minimal untuk

tempat praktik mahasiswa keperawatan yang dapat menjamin mutu prakti yang

optimal.

6

Page 7: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

2. Peraturan perundangan yang mengatur setelah lulus pendidikan keperawatan. Dalam

kaitan dengan praktik keperawatan ini, disiapkan peraturan perundangan yang

mengatur penempatan dan praktik keperawatan, antara lain sebagai berikut:

a. Peraturan perundangan tentang sistem penempatan tenaga perawat, baik didalam

negeri maupun luar negeri.

b. Peraturan perundangan tentang kewenangan praktik keperawatan yang dikaitkan

dengan sertifikasi registrasi dan lisensi keperawatan.

c. Peraturan perundangan tentang etika profesi keperawatan yang dikeluarkan oleh

organisasi profesi dan pemerintah.

d. Peraturan perundangan tentang standar profesi keperawatan sesuai dengan

undang-undang kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 53 ayat 1-4 yang diatur oleh

peraturan pemerintah. Peraturan perundangan ini pada hakekatnya mencegah

pelanggaran dan kejahatan dalam praktik keperawatan. Jika pelanggaran terjadi

dengan alasan tertentu, peraturan perundangan ini juga mengatur bagaimana

mengatasinya dan sangsi-sangsinya.

Pelanggaran yang sering terjadi dalamvperawatan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggaran adalah perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain berupa

harta atau milik lainnya. Secara disengaja atau tidak disengaja. Jika ada tuntutan

hukum, biasanya diselesaikan secara perdata dengan mengganti kerugian tersebut.

Contoh: menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien.

2. Kejahatan adalah suatu perlakuan merugikan orang lain, tetapi perbuatan tersebut

dianggap merugikan public. Karena terlalu paarah, kejahatan yang dianggap

tindakan perdata (tort) dapat digolongkan tindakan criminal (tindakan pidana).

Tindak criminal/ pidana ini dapat dijatuhi hukuman denda atau penjara, atau

kedua-duanya. Contoh:

a. Kecerobohan luar biasa yang menunjukan bahwa pelaku tidak mengindahkan

sama sekali nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini dapat dikenakan tindak

perdata maupun pidana.

b. Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan

tewasnya orang lain atau mengonsumsi/mengedarkan obat-obatan terlarang.

Kejahatan ini dapat dianggap sebagai tindakan criminal (lepas dari kenyataan

disengaja atau tidak).

7

Page 8: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

3. Kecerobohan dan praktik sesat. Kecerobohan adalah suatu perbuatan yang tidak

akan dilakukan oleh seseorang yang bersikap hati-hati dalam situasi yang sama.

Dengan kata lain, perbuatan yang telah dilakukan diluar koridor standar

keperawatan yang telah ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian. Apabila hal

tersebut terjadi dan ada penuntutan hakim/juri biasanya menggunakan saksi ahli

(orang yang ahli dibidang tersebut). Contoh :

a. Sembarang mengurus barang pribadi klien (pakaian, uang, kacamata, dll)

sehingga rusak atau hilang.

b. Tidak menjawab panggilan klien yang dirawat sehingga klien mencoba

mengatasinya sendiri dan terjadi cidera.

c. Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang mengakibatkan

klien cidera, misalnya tidak mengambilkan air panas dari dekat klien yang

mengakibatkan air tersebut tumpah kena klien dank lien mengalami luka

bakar.

d. Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara tepat

atau melaporkan tanda/gejala yang tidak sesuai dengan kenyataan, tidak

menyelidiki perintah yang meragukan sebelumnya sehingga dengan

kelalaian/ke gagalan tersebut menimbulkan cidera.

Selanjutnya, secara professional dikatakan bahwa kecerobohan sama dengan

pelaksaan praktik buruk, praktik sesat, atau mal praktik.

4. Pelanggaran penghinaan, yaitu suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar

mengenai seseorang sehingga orang tersebut merasa terhina dan dicemooh. Jika

pernyataan tersebut dalam bentuk lisan, disebut slander dan jika berbantuk

tulisan, disebut libel. Contoh:

a. Pernyataan palsu

b. Menuduh orang secara keliru

c. Member keterangan paslu kepada klien

Orang yang didakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat diancam

hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataannya (lisan/tulisan).

Tuduhan ini dapat dibela dengan kominikasi berprivilese, yakni komunikasi yang

didasarkan pada anggapan bahwa petugas professional tidak dapat member

pelayanan yang baik tanpa pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah

yang dihadapinya. Jadi, informasi berprivilese merupakan informasi rahasia antar

8

Page 9: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

petugas professional dengan kliennya, misalnya antara perawat/dokter dengan

kliennya, antara pengaca dengan kliennya, antara kiai dengan pemeluk agamanya.

5. Penahan yang keliru adalah penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau

pencegahan gerak sesorang tanpa persetujuannya, misalnya menahan klien pulang

dari rumah sakit guna mendapat perawatan tambahan tanpa persetujuan dari klien

yang bersangkutan, kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa atau

penyakit menular yang apabila dipulangkan dari rumah sakit akan

membahayakan masyarakat. Untuk itu, rumah sakit mempunyai formulir khusus

yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah sakit yang

bersangkutan tidak bertanggung jawab apabila klien cidera karena meninggalkan

rumah sakit tersebut.

6. Pelanggaran privasi, yaitu tindakan mengespos/memamerkan/menyampaikan

seseorang (klien) kepada public, baik orangnya langsung, gambar, ataupun

rekaman, tanpa persetujuan orang/klien yang bersangkutan, kecuali ekspos klien

tersebut memang diperlukan menurut prosedur keperawatannya. Contoh:

a. Menyebar gossip atau member informasi klien kepada orang yang tidak

berhak memperoleh informasi itu.

b. Member perawatan tanpa memperhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien

dilihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu.

7. Ancama dan pemukulan ancaman (assault) adalah suatu percobaan/ancaman,

melakukan kontak badan dengan orang lain tanpa persetujuannya. Pemukulan

(batter) adalh ancama yang dilaksanakan. Setiap orang diberi kebebasan dari

kontak badan dengan orang lain, kecuali jika ia telah menyatakan persetujuannya.

Contoh: Jika klien dioprasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,

dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.

8. Penipuan adalah pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat

mengakibatkan atau telah mengakibatkan kerugian atau cidera pada seseorang

atau hartanya. Contoh: member data yang keliru guna mendapat lisensi

keperawatan.

9

Page 10: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

F. Managemen Kasus

Dalam kaitan aspek legal dan standar keperawatan, perlu dijembatani dengan

manajemen keperawatan. Salah satu manajemen yang perlu dipahami adalah

menjemen kasus. Menurut brokopp (1992), manajemen kasus adalah sistem yang

dirancang sebagai proses kontinu identifikasi dan penyelesaian masalah dengan tujuan

memengaruhi biaya dan kualitas populasi klien atau pasien tertentu. Manajemen kasus

mengalami pengembangan. Menurut Cesta (1993), perkembangan manajemen kasus

dipengaruhi oleh :

1. Perubahan pada pendekatan yang lebih berorientasi konsumen terhadap

pelayanan kesehatan.

2. Pembayaran prospektif yang mengubah pencepatan lingkup dan finansial dari

pemberian pelayanan kesehatan

3. Makin meningkatnya pendidikan konsumen perawatan kesehatan dengan

penghargaan perawatan akan lebih meningkat

4. Kenytaan bahwa teknik yang berhasil dimasa lampau tidak lagi layak secara

finansial

Manajemen kasus sangat perlu dipahami oleh tenaga perawat karena menurut Bower

(1993), ada ± 20%total populasi klien atau pasien yang memerlukan manajemen

kasus. Kriteria yang membutuhkan manajemen kasus menurut Bower adalah :

1. Perawatan dengan biaya yang tinggi

2. Klien tidak terprediksi atau tidak terpolakan yang diantisipasi

3. Masuk rumah sakit berulang secara kronis

4. Adanya varian bermakna

5. Faktor sosio ekonomi risiko tinggi

6. Keterlibatan banyak doktek atau disiplin ilmu

7. Populasi yang ditargetkan dengan misi strategis, misalnya jalur produk

Perawat yang melakukan manajemen kasus disebut perawtan manajer kasus (Nurse

Case Manager/ NCM) yang terdiri atas 3 tipe yaitu :

1. Perawat primern dengan kontak langsung dan harian dengan klien dan

keluarganya

2. Setiap anggota tim keperawatan, misalnya perawat klinis spesialis

3. Perawat spesilis dalan manajemen kasus (Taban, 1993).

10

Page 11: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

ANA (1992) merekomendasikan tingkat sarjana dalam keperawatan sebagai tingkat

pendidikan minumum untuk NCM. Cronin dan Maklebust (1989) melaporkan NCM dengan

tingkat sarjana mempunyai kesulitan mengembangkan kebutuhan keperawatan klien

langusng dan manajemen kasus oleh karena itu, disimpulkan bahwa cukup perawat yang

mendidik dan berpengalaman dalam manajemen kasus (Cronin, 1989)

DIMENSI PERAN PERAWAT MANAGER KASUS

Kasus pada situasi perawatan akut

1. Klinis

a. Melakukan pengkajian srining penerimaan

b. Merencanakan perawatan, misalnya alur kritis

c. Mengidentifikasi variasi

d. Mengawasi perawatan yang diberikan

e. Memastikan kontinuitas askep

f. Memantau kepatuhan klien

g. Mengevaluasi kemajuan klien

h. Merevisi askep sesuai kebutuhan

i. Berkolaborasi dengan pemberi perawatan kesehatan lain untuk

mengatasi variasi

j. Melakukan perencanaan ulang

2. Manajerial

a. Bertindak sebagai penghubung komunikasi diantara semua disiplin

yang telibat

b. Memudahkan pencapaian hasil

c. Mengevaluasi kesiapan untuk pulang

d. Bertindak sebagai narasumber

e. Penerapan prinsip perbaikan kualitas

f. Memastikan bahwa satandar perawatan diimplementasikan

g. Berpastisipasi dalam konferensi manajemen perawatan unit

3. Finansial

a. Menunjukkan pengetahuan yang terkait dengan kelompok diagnostik

yang berhubungan (KDB), lama perawatan, dan pergantian biaya

b. Menunjukkan pengetahuan modalitas tindakan yang biasa untuk KDB

c. Mengontrol duplikasi dan fragmentasi perawatan

11

Page 12: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

d. Mengontrol alokasi sumber

e. Mengontrol atau mencegah lama tinggal dirumah sakit yang tidak tepat

f. Bekerja keras untuk memperkirakan lama rawat klien

g. Mengidentifikasi masalah sistem rumah sakit

h. Mengidentifikasi masalah sistem keperawatan

Di kalangan keperawatan alur kritis dikembangkan tahun 1985 oleh Kathleen

Bower dan Karen Zandex di New England Medical Center. Sejak itu, kritis ini sudah

berkembang cepat dengan beberapa versi, antara lain caremag, alur kritis,

Collaborative Action Track, dan Mileston Action Plans.

Alur kritis adalah suatu proses pengantisipasi dan menggambarkan terlebih

dahulu keadaan klien yang dirawat pada tipe kasus khusus dan kemudian status

antisipasi tersebut dibandingkan dengan status aktual klien (Bower, 1993). Jadi

sebelum menentukan alur kritis, perawat harus mengidentifikasi standar perawatan

pada populasi yang sama.

Standar perawatan untuk populasi harus mencakup:

1. Urutan prioritas diagnosis keperawatan dan masalah kolaborasi yang dipresiksi

yang membutuhkan intervensi keperawatan selama kurun waktu tertentu

2. Hasil yang dapat dicapai dan realisitis

3. Intervensi yang berkaitan realistis

Alur kritis merupakan kegiatan multidisiplin yang dapat menjadi standar pada

disiplin lain untuk penambahan intervensi spesifik pada standar tersebut, misalnya

terapi pernapasan, terapi fisik, terapi nutrisi, dll.

Setelah diidentifikasi, alur kritis dibandingkan dengan standar perawatan. Pada

dasarnya, alur kritis tidak dapat memuat diagnosis keperawatan atau masalah

kolaboratif tambahan yang ada dan memerlukan intervensi keperawatan. Akan tetapi

diperlukan untuk memajukan kesehatan klien.

12

Page 13: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumentasi memegang peranan yang penting dalam asuhan keperawatan.

Dokumentasi keperawatan tidak hanya penting dikalangan keperawatan, tetapi juga

pelayanan kolaboratif dengan profesi lain, misalnya dengan dokter. Jika tidak ada

dokumentasi pesan dokter (tugas limpah atau kolaboratif), pada saat yang dibutuhkan

untuk kesaksian hukum, perawat tetap dipermasalahkan. Hukum bermaksud

melindungi hak publik, misalnya undang-undang keperawatan bermaksud melindungi

hak publik dan kemudian melindungi hak keperawatan. Untuk melindungi masyarakat

dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu disusun peraturan perundang-undangan

keperawatan sebagai aspek legal dari profesi keperawatan. Perundang-undangan yang

mengatur praktik keperawatan disebut undang-undang atau peraturan praktik

keperawatan. Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan

dan jenjang peraturan perundang-undangan. Dalam kaitan aspek legal dan standar

keperawatan, perlu dijembatani dengan manajemen keperawatan. Salah satu

manajemen yang perlu dipahami adalah menjemen kasus.

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca , khususnya untuk mahasiswa

keperawatan.

13

Page 14: Aspek Legal (Dokumentasi Keperawatan)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2014. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

14