aspek legal praktik keperawatan

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat mengiinginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu berperan dalam membantu pelaksana tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat sebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan. Walaupun demikian namun jumlah tuntutan kasus- kasus malpraktik pun juga meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan masyarakat sehingga diperlukan payung hukum bagi perawat dalam menjalankan profesinya dilapangan praktik. Karena setiap perawat miliki tanggung jawab dalam setiap keputusan yang diambil untuk memberikan prosedur asuhan keperawatan terhadap klien. Agar proses 1

Upload: diah-pradnyaningrum-alposdpvep

Post on 14-Apr-2016

1.244 views

Category:

Documents


164 download

DESCRIPTION

dokumentasi keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Legal Praktik Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring dengan peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, yang mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat

mengiinginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu

berperan dalam membantu pelaksana tugas dokter, menjadi bagian

dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan

pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan

asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu

mengubah sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan

manajemen organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat

sebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan,

ada kejelasan batasan.

Walaupun demikian namun jumlah tuntutan kasus-kasus malpraktik

pun juga meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan

masyarakat sehingga diperlukan payung hukum bagi perawat dalam

menjalankan profesinya dilapangan praktik. Karena setiap perawat

miliki tanggung jawab dalam setiap keputusan yang diambil untuk

memberikan prosedur asuhan keperawatan terhadap klien. Agar

proses pengambilan keputusan tersebut terhindar dari resiko tuntutan

maka perlu adanya perlindungan praktik keperawatan yang sah

menurut hukum. Apalagi keperawatan di Indonesia masih tergolong

muda dibandingkan dengan di negara barat. Maka dari itu kami tertarik

untuk menulis makalah yang berjudul “Aspek Legal dalam Praktik

Keperawatan”.

1

Page 2: Aspek Legal Praktik Keperawatan

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian aspek legal keperawatan?

2. Apa saja yang menjadi sumber-sumber hukum dalam praktik

keperawatan?

3. Apa pentingnya standar keperawatan dalam praktik keperawatan?

4. Apa saja aspek legal pilihan dalam praktik keperawatan?

5. Apa fungsi hukum dalam praktik keperawatan?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian aspek legal keperawatan

2. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum praktik keperawatan

3. Untuk mengetahui pentingnya standar keperawatan dalam praktik

keperawatan

4. Untuk mengetahui aspek legal pilihan dalam praktik keperawatan

5. Untuk mengetahui fungsi hukum dalam praktik keperawatan

1.4 Manfaat Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti tentang aspek

legal dalam praktik keperawatan.

2

Page 3: Aspek Legal Praktik Keperawatan

BAB IIISI

2.1 Pengertian Aspek Legal Praktik KeperawatanAspek legal keperawatan(Etika dalam Praktik Keperawatan dalam

website scribs,2006) adalah aspek aturan keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan

tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak

dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk layanan

profesional yang merupakan bagian dari integral dari pelayanan

kesehatan, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang

ditujukan kepada indiividu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik

sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus hidup manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari kesehatan tidak

saja membutuhkan kesabaran tetapi kemampuannya dalam mengikuti

masalah-masalah dalam kesehatan harus dapat diandalkan.Agar

dapat terwujud keperawatan sebagai profesi yang utuh maka perawat

harus memiliki body of knowledge yang spesifik, memberikan

pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian. Para

praktisi harus menempuh jalur pendidikan tinggi untuk mempersiapkan

diri.

Dalam praktik keperawatan diatur oleh berbagai konsep hukum.

Penting bagi perawat mengetahui dasar konsep hukum, karena

perawat bertanggung gugat atas penilaian dan tindakan dalam profesi

mereka.

2.2 Sumber Hukum dalam Praktik Keperawatan1. Hukum Konstitusi

Hukum Konstitusi menurut Fundamental Keperawatan (2011:63-65)

menetapkan hak dan tanggung jawab hukum dan merupakan dasar

dalam sistem peradilan contohnya Konstitusi menjamin setiap warga

3

Page 4: Aspek Legal Praktik Keperawatan

Negara Amerika Serikat hak untuk melakukan proses hukum,Hak

hukum individu perlindungan setara.

2. Hukum Legislasi (Perundang-undangan)

Hukum yang dikeluarkan oleh Badan Legislasi disebut hukum

perundang-undangan. Peraturan terkait keperawatan diatur oleh

hukum negara. Badan pembuat undanag-undang Negara

mengeluarkan undang-undang yang membatasi dan mengatur

keperawatan yaitu Undang-Undang Praktik Keperawatan.

Berikut ini adalah registrasi dan praktik keperawatan (Profesi dan

Praktik Keperawatan Profesional 2004:129) sesuai Kepmenkes No.

1239 tahun 2001. Perawat sebagai tenaga professional bertanggung

jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara

mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai

dengan kewenanganya. Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur

tentang hak dan kewajiban seseorang terkait dengan pekerjaan atau

profesi (legislasi). Legislasi yang dimaksudkan untuk memberikan

pengertian dan perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan dan

kesehatan untuk memberi perlindungan di atas perawat perlu

diregistrasi, sertifikasi dan izin praktik dilaksanakan oleh pejabat

Pemerintah Kantor Dinas Kesehatan dan organisasi profesi (PPNI).

Setiap lulusan pendidikan perawat yang menjalankan pekerjaan

keperawatan wajib memiliki Surat Izin Perawat (SIP) yang dikeluarkan

oleh pejabat yang berwenang (Dinas Kesehatan Provinsi) sebagai

syarat untuk mendapatkan Surat Izin Kerja (SIK) dan atau Surat Izin

Praktik Perawat (SIPP). Praktik profesi keperawatan diatur dalam

suatu ketetapan hukum Kepmenkes nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001

tentang registrasi dan praktik keperawatan (Revisi Kepmenkes nomor

647/Menkes/SK/IV/2000) sehingga diharapkan perlindungan terhadap

kepentingan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dalam

praktik.

Sesuai undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

4

Page 5: Aspek Legal Praktik Keperawatan

1. Pasal 32 ayat 4 “Pelaksanaan dan pengobatan dan atau

keperawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu

keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.”

2. Pasal 53 ayat 1 dan 2 : (ayat 1) “Tenaga kesehatan berhak

memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan profesinya”

(ayat 2) “Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati

hak pasien.”

Pasal krusial dalam kepmenkes 1239/2001 tentang praktik keperawatan,

antara lain :

1. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan

diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan

evaluasi.

2. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan

tertulis dokter

3. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :

a. Menghormati hak pasien

b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

d. Memberikan informasi

e. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan

f. Melakukan catatan perawatan dengan baik

4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat

berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan

yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus

mencantumkan SIPP di ruang praktiknya

5

Page 6: Aspek Legal Praktik Keperawatan

6. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan

memasang papan praktik  (sedang dlam proses amandemen)

7. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam

bentuk kunjungan rumah

8. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :

a. Tempat praktik memenuhi syarat

b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk

formulir /buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir

rujukan.

3. Hukum Pidana (publik)

Merupakan bagian hukum yang mengatur hubungan antara individu dan

pemerintah dan lembaga pemerintahan. Segmen hukum public yang

penting adalah hukum pidana, yang mengatur tindakan yang

membahayakan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya

pembunuhan, pembunuhan tidak berencana,pencurian, penyerangan

seksual,dan kepemilikan obat tercatat secara illegal (Fundamental

Keperawatan,Kozier 2011:64)

4. Hukum Perdata atau Hukum Sipil

Merupakan bagian hukum yang mengatur hubungan antara individu

perorangan. Hukum ini dapat dikelompokan ke dalam beragam

kekhususan hukum seperti :

1. Contract law adalah pembuatan persetujuan diantara individu

perorangan atau pembayaran kompensasi atas kegagalan

memenuhi persetujuan tersebut, contohnya: perawat dan klien,

perawat dan atasan, perawat dan asuransi, klien dan instansi. Di

Hukum perikatan di atur dalam UU Hukum Perdata pasal 1239 :

“semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun

yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan-

ketentuan umum yang termasuk dalam bab ini dan bab yang lalu.”

Lebih lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap

6

Page 7: Aspek Legal Praktik Keperawatan

perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau untuk

tidak berbuat sesuatu. Perjanjian dapat diaktakan sah bila

memenuhi syarat sebagai berikut (Aditya,2012) :

1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat

janji (Consencius)

2. Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian

(Capacity)

3. Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada

sesuatu sebab yang halal

4. Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan

keperawatan

5. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di

tempat kerja

6. Kontrak perawat pasien digunakan untuk melindungi hak-hak

kedua belah pihak yang bekerjasama

7. Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak

yang di sepakati.

2. Tort law adalah membatasi dan menetapkan tugas dan hak

diantara individu perorangan yang tidak didasarkan atas

persetujuan kontrak contoh kelalaian dan malpraktik, pelanggaran

privasi, penyerangan dan kekerasan.

2.3 Standar Perawatan (Standard of Care)Standar perawatan adalah pedoman keperawatan/pedoman

legal bagi praktik keperawatan dan memberikan batasan minimum

pelayanan keperawatan yang diterima. Standar menetapkan harapan

bagi perawat untuk memberikan perawatan klien yang aman dan

tepat. Jika perawat melakukan tugas dalam standar perawatan yang

diterima, mereka dapat menempatkan diri mereka sendiri pada

bahaya tindakan legal dan yang lebih penting, menempatkan klien

mereka pada resiko bahaya dan cedera. Dalam perkara hukum

7

Page 8: Aspek Legal Praktik Keperawatan

malpraktik, standar ini digunakan untuk menentukan apakah perawat

telah bertindak sebagai perawat bijaksana yang rasional dalam

lingkungan yang sama dengan surat mandat yang sama. Standar

tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi. American

Nurses Association (ANA) telah membangun standar bagi praktik

keperawatan, pernyataan kebijakan, dan resolusi yang sama. Standar

tersebut menguraikan cakupan fungsi dan peran perawat dalam

praktik. Standar perawatan menekankan tanggung gugat atau

kewajiban untuk menghitung tindakan mereka. Tugas umum perawat

adalah bertanggung jawab secara legal untuk memenuhi standar yang

sama sebagai tugas umum perawat lain dalam lingkungan yang sama.

Bagaimanapun perawat spesialisasi seperti perawat anestetik,

perawat-perawatan intensif, bidan bersertifikat, atau perawat ruang

operasi menjalankan standar perawatan dan terampil terlatih di bidang

yang sama seperti didefinisikan dengan standar yang digunakan.

Semua perawat harus mengetahui standar perawatan yang harus

mereka penuhi dalam spesialisasi dan lingkungan kerja mereka yang

spesifik. Pengabaian hukum atau standar perawatan bukan suatu

pertahanan terhadap malpraktik (Fundamental Keperawatan, Potter &

Perry, 2005:435)

2.4 Aspek Legal Pilihan dalam Praktik Keperawatan

Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal

pada berbagai peran mereka. Contohnya, sebagai advokat klien,

perawat memastikan klien mendapatkan haknya untuk menyetujui atau

menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta

mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian

terhadap pasienyang rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung

jawab untuk melaporkan perawat yang diduga melakukan

penyalahgunaan zat kimia (Fundamental Keperawatan, Kozier

2011:64)

8

Page 9: Aspek Legal Praktik Keperawatan

Informed ConsentInformed consent adalah persetujuan klien untuk menerima

serangkaian terapi atau prosedur setelah diberi informasi lengkap,

termasuk manfaat dan resiko prosedur, alternative terapi tersebut, dan

prognosis jika tidak ditangani oleh penyedia layanan kesehatan.

Terdapat dua jenis persetujuan, yakni langsung dan tidak langsung.

Persetujuan langsung dapat berbentuk persetujuan lisan atau tulisan.

Persetujuan tidak langsung terjadi jika perilaku nonverbal individu

menunjukkan persetujuan. Persetujuan juga bersifat tidak langsung

dalam situasi kedaruratan saat individu tidak dapat mengungkapkan

persetujuannya karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan.

Hukum menyatakan bahwa “kuantitas informasi yang memadai”

yang dibutuhkanoleh klien untuk membuat keputusan berdasarkan

informasi adalah semua hal yang diungkap oleh dokter atau praktisi

kesehatan dalam situasi yang sama (Dunn, 1999, hlm. 42 dalam

Fundamental Keperawatan,Kozier). Pedoman umum mencakup :

1. Tujuan terapi

2. Apa yang mungkin dihadapi atau dialami klien

3. Manfaat yang diharapkan dari terapi

4. Kemungkinan risiko atau hasil negatif terapi

5. Manfaat atau kerugian kemungkinan alternatif terapi (termasuk

bila tidak mendapatkan terapi).

Tiga elemen utama informed consent, yaitu :

1. Persetujuan harus diberikan tanpa ada paksaan.

2. Persetujuan harus diberikan oleh klien atau individu yang cakap

dan mampu memahami penjelasan.

3. Klien atau individu harus diberikan informasi yang cukup agar

dapat menjadi pengambil keputusan akhir.

Klien tidak boleh meras terpaksa agar dapat memberikan informed

consent secara sukarela. Pemaksaan membuat persetujuan menjadi

9

Page 10: Aspek Legal Praktik Keperawatan

tidak valid. Dengan demikian, individu yang meminta persetujuan

harus mempersilakan dan menjawab pertanyaan klien.

Klien juga harus mengerti apa yang dijelaskan. Klien yang bingung,

disorientasi, dan sedasi harus diberi informasi yan memadai atau

orang dewasa yang cakap dapat mengambil keputusan mandiri terkait

kesehatan. Orang dewasa yang cakap adalah individu berusia lebih

dari 18 tahun dan sadar orientasi.

Regulasi informed consent awalnya ditulis dengan

mempertimbangkan tatanan perawat akut. Namun, memastikan

informed consent juga penting saat memberikan asuhan keperawatan

di rumah. Karena asuhan keperawatan di rumah sering berlangsung

dalam jangka panjang, perawat memiliki banyak kesempatan untuk

memastikan bahwa klien menyetujui rencana.

Pengecualian Terdapat tiga kelompok orang yang tidak dapat memberikan

persetujuan, antara lain :

1. Anak di bawah umur

2. Orang yang tidak sadar atau mengalami cedera

3. Orang sakit jiwa

Peran PerawatPerawat sering diminta untuk mendapatkan formulir persetujuan yang

ditanda tanganii oleh klien. Perawat tidak bertanggung jawab

menjelaskan prosedur, tetapi harus menyaksikan penandatanganan

formulir oleh klien. Sullivan (1998) menyatakan bahwa tanda tangan

perawat memperjelas tiga hal :

Klien memberikan persetujuannya dengan sukarela.

Tanda tangan asli.

Klien terlihat cakap untuk memberikan persetujuan.

Perawat menjadi advokat klien dengan memastikan bahwa klien telah

mendapatkan cukup informasi yang diperlukan untuk memberikan

10

Page 11: Aspek Legal Praktik Keperawatan

persetujuan. Jika klien memiliki pertanyaan atau jika perawat

meragukan pemahaman klien, perawat harus memberi tahu penyedia

layanan kesehatan. Selain itu, perawat tidak bertanggung jawab

menjelaskan prosedur medis maupun pembedahan. Bahkan, perawat

dapat disalahkan atas pemberian informasi yang tidak tepat atau tidak

lengkap atau mencampuri hubungan antara klien-penyedia layanan

kesehatan (Dunn, 1999).

Menurut Guido (2001), hak emberikan persetujuan juga

mencakup hak untuk menolak. Ingatkan klien bahwa mereka dapat

mengubah pikiran mereka dan membatalkan prosedur kapan pun juga

karena hak untuk menolak tetap ada meski telah menandatangani

surat persetujuan. Perawat perlu member tahu penyedia layanan

kesehatan mengenai penolakan klien dan mendokumentasikan

penolakan status klien.

Delegasi National Council of State Board of Nursing (1995) mendefinisikan

delegasi sebagai “menyerahkan kewenangan kepada individu yang

kompeten untuk melakukan tugas keperawatan tertentu dalam situasi

tertentu.” Dari perspektif hukum, kewenangan perawat untuk

mendelegasikan didasarkan atas hukum dan undang-undang yang

berlaku. Oleh karena itu, perawat harus terbiasa dengan undang-

undang praktik perawat (Nurse Practice Act / NPA) mereka. Sheehan

(2001) menyatakan bahwa perawat perlu menentukan jawaban atas

pertanyaan berikut :

Apakah NPA membolehkan delegasi?

Apakah NPA membuat daftar mengenai hal-hal yang

dapatdidelegasikan oleh perawat?

Apakah dewan keperawatan negara bagian mengeluarkan

panduan yang menjelaskan tanggung jawab perawat saat

melakukan delegasi?

11

Page 12: Aspek Legal Praktik Keperawatan

Kekerasan, Penganiyaan, dan Pengabaianperilaku kekerasan dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga,

penganiyaan anak, penganiyaan lansia, dan penganiyaan seksual.

Pengabaian adalah tidak diberikannya asuhan yang dibutuhkan untuk

memelihara kesehatan dan keselamatan individu yang ringkih, seperti

anak-anak atau lansia. Perawat, dengan peran mereka yang beragam

(mis, perawat kesehatan di rumah, perawat anak, perawat UGD)

sering mengidentifikasi dan mengkaji kasus kekerasan terhadap orang

lain. Akibatnya, mereka sering disebut sebagai pelapor yang diberi mandate. Brent (2001, dalam Fundamental Keperawatan,Kozier)

menyatakan bahwa “jika kejadian cedera yang diidentifikasi tampak

sebagai akibat penganiyaan, pengabaian, atau eksploitasi, pelapor

yang diberi mandat harus melaporkan situasi ini kepada pihak yang

berwenang.”

Americans with Disabilities ActAmericans with Disabilities Act (ADA), yang disahkan oleh Kongres

Amerika Serikat pada tahun 1990 dan benar-benar diimplementasikan

pada tahun 1994, melarang adanya diskriminasi atas dasar

ketunadayaan dalam pekerjaan, layanan umum, dan akomodasi

public. Tujuan undang-undang ini antara lain :

Memberikan mandate nasional yang jelas dan komprehensif untuk

menghapus diskriminasi terhadap individu tunadaya.

Memberikan standar yang jelas, kokoh dan konsisten dalam

menyelesaikan masalah diskriminasi terhadap individu dengan

tunadaya.

Memastikan bahwa pemerintah federal menjalankan peran

utamanya dalam menerapkan standar yang ditetapkan di bawah

undang-undang.

ADA membahas tentang masalah seputar produktivitas, kemandirian

ekonomi, dan kemampuan untuk bergerak secara bebas dalam

masyarakat. Perawat berperan penting dalam membantu individu

12

Page 13: Aspek Legal Praktik Keperawatan

tunadaya dalam memahami kesempatan yang diberikan oleh hukum

yang berlaku (Watson, 2000, hlm. 199).

Zat Tercatat

Hukum di Amerika Serikat mengatur pendistribusian dan penggunaan

zat-zat tercatat, seperti narkotik, depresan, stimulant, dan halusinogen.

Penyalahgunaan zat-zat tercatat menimbulkan sanksi hukuman

pidana.

Perawat Pecandu

Istilah perawat pecandu menunjuk pada perawat yang praktiknya

terganggu karena penyalahgunaanzat-zat kimia, terutama penggunaan

alkohol dan obat-obatan. Kecanduan pada zat-zat kimia di kalangan

tenaga kesehatan menjadi masalah karena tingginya kadar stres yang

terjadi di banyak tatanan perawatan kesehatan dan kemudahan akses

untuk mendapatkan obat-obatan adiktif.

Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak

individu dan bentuk diskriminasi. Pada tahun 1987, hukum yang

melarang diskriminasi seksual diperjels untuk diterapkan pada semua

institusi pendidikan dan instansi kerja yang menerima suntikan dan

dari pemerintah. Equal Employment Opportunity Commission (EEOC)

mendefinisikan pelecehan seksual sebagai “percumbuan, permintaan

hubungan intim, dan verbal dan fisik lain yang berbau seks dan di luar

kehendak”yang terjadi dalam kondisi berikut (EEC, 2000, bagian

1604.11) :

1. Jika penerimaan terhadap tingkah laku tersebut secara ekplisit

maupun implisit dianggap sebagai patokan penilaian kerja

individu.

13

Page 14: Aspek Legal Praktik Keperawatan

2. Jika penerimaan atau penolakan terhadap tingkah laku tersebut

digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan kerja

individu.

3. Jika tingkah laku tersebut mengganggu kinerja individu atau

menciptakan “lingkungan kerja yang mengintimidasi,

bermusuhan atau tidak nyaman”.

AborsiHukum aborsi memberikan panduan spesifik bagi perawat mengenai

hal-hal yang diperbolehkan menurut hukum. Pada tahun 1973, saat

kasus Roe v. Wade dan Doe v. Bolton diputuskan, Mahkamah Agung

Amerika Serikat berpedoman bahwa hak privasi berdasarkan hukum

konstitusi memberi hak kepada wanita untuk memegang kendali atas

tubuhnya pada tingkat tertentu sehingga ia dapat mengaborsi janinnya

pada tahap awal kehamilannya.

Kematian dan Isu TerkaitIsu hukum terkait kematian termasuk instruksi lanjutan, euthanasia, do

not resuscitate (DNR), surat kematian, otopsi, penyelidikan yudisial,

dan donor organ.

2.5 Fungsi Hukum dalam Praktik Keperawatan1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menentukan jenis

tindakan keperawatan yang sah dalm asuhan klien.

2. Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga

professional kesehatan lain.

3. Hukum membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan

keperawatan mandiri.

4. Hukum membantu dalam mempertahankan standar praktik

keperawatan dengan membuat perawat bertanggung gugat di

bawah hukum yang berlaku.

14

Page 15: Aspek Legal Praktik Keperawatan

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanAspek legal keperawatan merupakan aspek aturan

keperawatan dalam menjalankan profesi yang bertanggung jawab

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup

wewenang. Aturan-aturan tersebut tertuang dalam sumber hukum

yang melindungi perawat dalam melaksanakan praktik tentunya

sesuai dengan pasal krusial dalam kepmenkes 1239/2001 tentang

praktik keperawatan dan undang-undang no. 23 tahun 1992

tentang Kesehatan. Dalam menjalankan praktik keperawatan yang

beraspek legal diperlukan standar keperawatan agar perawat

bijaksana menjalankan tindakannya dalam memberikan asuhan

keperawatan serta memiliki tanggung jawab terhadap tindakannya

kemudian ada juga aspek legal pilihan yang perlu diterapkan saat

praktik keperawatan.

3.2 SaranBagi mahasiswa keperawatan agar mampu memahami

mengenai aspek legal dalam praktik keperawatan karena nanti

setelah lulus akan menjalani profesi keperawatan yang

menjalankan praktik keperawatan.

15

Page 16: Aspek Legal Praktik Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Aditya.2012.Aspek Legal dalam Praktek Keperawatan. http://theadityaarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-keperawatan.html.(16 September 2014)

Kusnanto.2004.Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan

Profesional.Jakarta:EGC

Kozier.2011.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

Potter,Parry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

16