asma syukron indri edit
TRANSCRIPT
BAB I
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Usia : 43 tahun
Alamat : Kandudongkal 02/01
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : Diploma 3
Tanggal masuk : 31 Januari 2013
Tanggal periksa : 4 Febuari 2013
Ruang Rawat : Bangsal Dahlia
No. CM : 815858
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Sesak nafas
2. Keluhan tambahan :
Batuk, pusing
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien, Ny M masuk ke IGD RSMS dengan keluhan sesak nafas yang
memberat sejak 2 hari. Sesak dirasakan mendadak setelah terkena asap
mesin disel usaha milik suaminya di rumah, lalu Ny M berobat ke RSMS.
Sesak dirasakan hingga sulit bicara dan sulit tidur, serta berbunyi “ngik-
ngik”. Sesak berlangsung sepanjang hari terus menerus dan sangat
mengganggu pasien. Sesak sering kambuh dimalam hari, sesak saat
berjalan, dan tidur terlentang. Sesak berkurang jika duduk dan istirahat.
Selama tiga bulan terakhir, sesak dirasakan Ny M hampir setiap hari,
dan sesak dirasakan mengganggu aktivitas. Sesak berkurang dengan
istirahat, dan Ny M tidak rutin meminum obat pengontol asma. Untuk
1
mencegah kekambuhan Ny M selalu menggunakan masker penutup
hidung di rumahnya.
Selain sesak, Ny M juga mengeluhkan batuk kering sejak saat
kambuhnya sesak. Batuk juga kambuh bila terkena debu, kapur, asap
rokok dan asap mesin disel. Ny M tidak meminum obat untuk meredakan
batuk.
4. Riwayat penyakit dahulu
a.Riwayat penyakit yang sama : diakui, 3 bulan yang lalu pasien berobat
ke poli paru karena sesak.
b.Riwayat hipertensi : ada
c.Riwayat TB : disangkal
d.Riwayat kencing manis : disangkal
e.Riwayat alergi : diakui, alergi debu, kapur,
asap rokok dan asap mesin disel.
f. Riwayat sakit ginjal : disangkal
g.Riwayat penyakit jantung : disangkal
h.Riwayat penyakit liver : disangkal
i. Riwayat mondok :diakui, 1 tahun lalu di rawat di
RS.Pemalang karena asma
5. Riwayat penyakit keluarga
a.Riwayat hipertensi : disangkal
b.Riwayat kencing manis : disangkal
c.Riwayat alergi : disangkal
d.Riwayat sakit ginjal : disangkal
e.Riwayat penyakit perdarahan : disangkal
6. Riwayat sosial dan exposure
a. Community
Ny M berkeluarga dengan memiliki 3 orang anak. Di rumah, ada
perokok, yakni suami pasien. Keluarga pasien berstatus sosial dan
ekonomi menengah ke atas.
2
b. Home
Ny M tinggal bersama suami dan anak – anaknya dalam satu rumah.
Rumah tersebut berdinding tembok, berlantai ubin dan memiliki
langit-langit dan beratap genting. Rumah memiliki jendela dan
ventilasi yang memadai, dan sering dibuka oleh Ny M. Rumah
berbatasan dengan jalan raya, sehingga menurut pasien aliran udara
menuju rumahnya berdebu. Pasien tidak memelihara binatang
peliharaan di rumahnya. Selama beraktivitas dirumah Ny M selalu
memakai masker untuk mencegah kambuhnya sesak nafas karena
setiap hari suami selalu memanaskan mesin disel di rumahnya dan
merokok 1 bungkus sehari.
c. Occupation
Ny M bekerja sebagai guru. Kebutuhan sehari-hari pasien tercukupi
dari Ny M dan dari penghasilan suami sebagai wiraswasta.
d. Personal habit
Ny M selalu menjaga kebersihan rumahnya. Selama beraktivitas
dirumah, Ny M selalu menggunakan masker untuk mencegah
kambuhnya sesak nafas.
e. Diet and drugs
Menu makan pasien sering terdiri dari sepiring nasi beserta lauk, sayur
dan buah. Pasien jarang mengkonsumsi susu.
C. PEMERIKSAAN FISIK
4 Febuari 2013
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 88 ×/menit reguler-reguler,
isi dan tekanan cukup
c. Pernapasan : 28 ×/menit
d. Suhu : 36,5 °C
3
4. Tinggi badan : 160 cm
5. Berat badan : 85 kg
6. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala
Normocephal, simetris, venektasi temporalis (-)
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan terdistribusi merata.
3) Mata
Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter 3 mm
4) Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
5) Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
6) Mulut
Bibir kering (-), bibir pucat (-), bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
b. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-) di garis tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-)
retraksi suprasternal (+), otot bantu napas (+) di kanan dan kiri
Palpasi: Pembesaran KGB (-)
c. Pemeriksaan thoraks
Paru
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris dan tidak tampak
ketertinggalan gerak antara hemithoraks kanan dan kiri.
Ekspirasi memanjang (+), kelainan bentuk dada (-),
retraksi intercostalis (+).
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Perkusi orientasi lapang paru sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Ronki basah halus di basal
4
paru -/- Ronki basah kasar -/- Wheezing +/+
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIV V 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V 2 jari medial LMCS
dan kuat angkat (-).
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1 > S2 reguler; Gallop (-); Murmur (-).
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) terdengar setiap 2-5 detik (normal)
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-),
nyeri ketok angulus costo vertebrae (-/-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)
Hepar-Lien: Tidak teraba
e. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra SinistraEdema - - - -Sianosis - - - -Kuku kuning (ikterik)
- - - -
Akral dingin - - - -Reflek fisiologis
Bicep/tricepPatela
++
++
++
++
Reflek patologisReflek babinsky - - - -
Sensoris D=S D=S D=S D=S
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap
No Jenis Pemeriksaan Hasil Ket.31 Januari 2013
1 Hb 13,1 gr/dL Normal2 Leukosit 12.850 /ul (↑)3 Ht 41 % Normal4 Eritrosit 5,7 x 106 /ul (↑)5 Trombosit 295.000/ul Normal6 MCV 72,0 fl (↓)7 MCH 23,1 pg (↓)8 MCHC 32,0 % (↓)9 RDW 18,2 % (↑)10 MPV 8,9 fl Normal
Hitung Jenis1. Basofil 0,1 % Normal2. Eosinofil 1,2 % (↓)3. Neutrofil Batang 0,00 % (↓)4. Neutrofil Segmen 81,9% (↑)5. Limfosit 8,4 % (↓)6. Monosit 8,4 % (↑)
2. Kimia klinik dan elektrolit
No Jenis pemeriksaan 31 Januari 2013 Ket.1.2.3.4.5.6.
Ureum darahKreatinin darahGDSTotal ProteinAlbuminGlobulin
16,5 mg/dL0,79 mg/dL93 mg/dL6,53 g/dL3,55 g/dL2,98 g/dL
NormalNormalNormalNormalNormalNormal
7. Natrium 140 mmol/L Normal8. Kalium 3,0 mmol/L (↓)9. Klorida 101 mmol/L Normal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap
No Jenis Pemeriksaan Hasil Ket.4 Febuari 2013
1 Hb 13,2 gr/dL Normal2 Leukosit 17.040 /ul (↑)3 Ht 41 % Normal4 Eritrosit 5,7 x 106 /ul (↑)5 Trombosit 417.000/ul Normal
6
6 MCV 72,0 fl (↓)7 MCH 23,2 pg (↓)8 MCHC 32,2 % (↓)9 RDW 18,5 % (↑)10 MPV 9,0 fl Normal
Hitung Jenis1. Basofil 0,2 % Normal2. Eosinofil 0,0 % (↓)3. Neutrofil Batang 0,00 % (↓)4. Neutrofil Segmen 90,1% (↑)5. Limfosit 3,3 % (↓)6.
1.
Monosit
LED
6,3 %
10mm/jam
Normal
Normal
7
F. RESUME
1. Anamnesis
a. Keluhan utama pasien adalah sesak nafas berbunyi “ngik-ngik” sejak 2
hari SMRS.
b. Pasien juga mengeluhkan batuk kering yang muncul bersamaan
dengan sesak.
c. Selama tiga bulan terakhir, sesak dirasakan pasien hampir setiap hari,
dan sesak dirasakan mengganggu aktivitas. Sesak berkurang dengan
istirahat, dan Ny M tidak rutin meminum obat pengontol asma. Untuk
mencegah kekambuhan Ny M selalu menggunakan masker penutup
hidung di rumahnya.
d. Tiga bulan yang lalu pasien pernah datang ke Poli Paru RSMS dengan
keluhan yang sama.
e. Pasien memiliki alergi debu, kapur, asap rokok dan asap mesin disel.
f. Rumah tinggal pasien di pinggir jalan raya dengan ventilasi yang
cukup dan jendela sering dibuka. Pasien tidak memelihara hewan di
rumahnya. Suami pasien perokok berat.
2. Pemeriksaan Fisik
Status generalis: dalam batas normal
Status lokalis
a. Pemeriksaan paru
Inspeksi : dinding dada simetris, ketertinggalan gerak (-),
ekspirasi memanjang (+) otot bantu nafas (+)
Palpasi : vokal fremitus lobus superior dextra = sinistra
vokal fremitus lobus inferior dextra = sinistra
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+
wheezing +/+
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
Neutrofil segmen meningkat
8
G. DIAGNOSIS KERJA
Asma akut sedang pada asma persisten sedang
H. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan faal paru
a. Spirometri
b. Arus Puncak Ekspirasi (APE)
2. Skin prick test
I. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi :
a. O2 3 liter/menit
b. IVFD D5% + Aminofilin 2 ampul/ 20tpm
c. Nebulizer Ventolin/6jam + Flixotide/12jam
d. Inj. Cefotaxim 2×1 gr iv
e. Inj. Methylprednisolon 3×125 mg iv.
f. Inj. Lasix 1x1 ampul
g. Inj. Stomacer 1x1
h. Terasma syr 3x1
i. Vectrine caps 3x1
j. Amlodipin 1x10 mg
k. Micardis 1x80 mg
l. Meptin mini 2x1
2. Non farmakologi :
a. Istirahat
b. Menghindari faktor pencetus
c. Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga meliputi pencetus, terapi,
komplikasi penyakit, prognosis penyakit dan cara pencegahan
perburukan penyakit.
Rencana monitoring
a. Keadaan klinis pasien
9
b. Efek samping obat
J. PROGNOSIS
Ad fungsional : ad bonam
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
10
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosa kerja pasien (Ny. M) adalah asma akut sedang pada asma
persisten sedang Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Alasan Mendiagnosis Asma Akut Sedang Pada Asma Persisten Sedang
Anamnesis diagnosis asma ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat alergi, serta identifikasi faktor-faktor pencetus. Diagnosis
asma didasari oleh gejala bersifat episodik yang seringkali reversibel dengan
atau tanpa pengobatan, yaitu berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di
dada, serta variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Selain itu, riwayat alergi
atau atopik pada pasien ataupun keluarga pasien dan penyakit lain yang
memberatkan perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit.
Dasar diagnosis asma pada kasus ini adalah ditemukannya keluhan sesak
napas disertai napas bunyi “ngik-ngik” sejak 2 hari sebelum masuk Rumah
Sakit . Sesak napas terjadi mendadak setelah terkena asap mesin disel.
Pasien 3 bulan yang lalu pernah datang ke Poli Paru RSMS karena sesak
dengan diagnosis asma. Pasien kerap merasa sesak bila muncul pencetus
seperti debu, kapur, asap rokok dan asap mesin.
Riwayat paparan terhadap pencetus pada pasien yang cukup banyak.
Faktor pencetus yang diidentifikasi diantaranya adalah debu, kapur, asap
rokok, dan asap mesin disel.
Pemeriksaan fisik ditemukan ekspirasi yang memanjang, auskultasi
terdengar wheezing. Adanya penggunaan otot-otot bantu napas. Pemeriksaan
fisik sistem tubuh lainnya normal. Pemeriksaan laboraturium terdapat netrofil
segmen meningkat menunjukkan pasien sedang mengalami infeksi akut.
Pasien Ny.M didiagnosis serangan asma akut sedang pada asma
persisten sedang. Gejala dan tanda yang menunjukkan serangan asma akut
sedang pada pasien ini adalah pasien tampak dalam posisi duduk, sesak napas
hingga sulit berbicara, napas 28x/menit, nadi 88 ×/menit, terlihat otot bantu
11
napas, dan didapatkan wheezing pada auskultasi paru. Keterangan tentang
klasifikasi berat serangan asma akut dapat dilihat pada tabel II.1.
Tabel II. 1 Klasifikasi berat serangan asma akut
Gejala dan Berat Serangan Akut KeadaanTanda Ringan Sedang Berat Mengancam
jiwaSesak napas Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur terlentang
Duduk Duduk membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
Kesadaran Mungkin gelisah
Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah, kesadaran menurun
Frekuensi napas <20/ menit 20-30/ menit > 30/menit
Nadi < 100 100 –120 > 120 Bradikardia
Pulsus paradoksus -10 mmHg
+ / - 10 – 20 mmHg
+> 25 mmHg
-Kelelahan otot
Otot bantu napas dan retraksi suprasternal
- + + Torakoabdominal paradoksal
Mengi Akhir ekspirasi paksa
Akhir ekspirasi Inspirasi dan ekspirasi
Silent Chest
APE > 80% 60 – 80% < 60%
PaO2 > 80 mHg 80-60 mmHg < 60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%
Sementara itu, klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran
klinis pada pasien ini adalah asma persisten sedang. Adapun klasifikasi
tersebut dapat dilihat pada tabel II.2.
12
Tabel II.2 Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum pengobatan)
Derajat Asma
Gejala Gejala Malam
Faal paru
I. Intermiten Bulanan APE 80% Gejala < 1x/minggu
Tanpa gejala di luar serangan
Serangan singkat
2 kali sebulan
VEP1 80% nilai prediksiAPE 80% nilai terbaik
Variabiliti APE < 20%
II. Persisten Ringan
Mingguan APE > 80%
Gejala > 1x/minggu, tetapi < 1x/ hari
Serangan dapat mengganggu aktiviti dan tidur
> 2 kali sebulan
VEP1 80% nilai prediksiAPE 80% nilai terbaik
Variabiliti APE 20-30%
III. Persisten Sedang
Harian APE 60 – 80%
Gejala setiap hari Serangan
mengganggu aktiviti dan tidur
Membutuhkan bronkodilator setiap hari
> 1x / seminggu
VEP1 60-80% nilai prediksiAPE 60-80% nilai terbaik
Variabiliti APE > 30%
IV. Persisten Berat
Kontinyu APE 60%
Gejala terus menerus Sering kambuh Aktiviti fisik terbatas
Sering VEP1 60% nilai prediksiAPE 60% nilai terbaik
Variabiliti APE > 30%
Berdasarkan klasifikasi di atas, maka pasien pada kasus ini termasuk
mengalami asma persisten sedang karena sesak berlangsung sepanjang hari
terus menerus dan sangat mengganggu. Sesak sering kambuh dimalam hari
sehingga menyebabkan pasien sulit tidur, dan sesak berkurang pada posisi
duduk. Sesak membaik dengan bronkodilator.
Penderita asma akan mengalami bronkokontriksi, hipersekresi mukus,
dan vasodilatasi. Ketiga hal ini berkaitan dengan munculnya beberapa gejala,
salah satunya sesak napas. Bronkontriksi dapat diketahui dengan
ditemukannya wheezing pada auskultasi.
Terapi yang diberikan pada pasien untuk mengurangi gejala adalah:
13
a. O2 3 liter/menit
Tujuan diberikan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan yang
adekuat sehingga metabolisme intra selular berjalan lancar untuk
memproduksi fosfat berenergi tinggi sebagai motor. Pemberian oksigen
untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut, pasien mengalami gangguan nafas akut ringan
sehingga diberikan 3 liter/menit melalui kanul binasal atau nasal kateter.
b. IVFD D5% + Aminofilin 2 ampul/ 20tpm
Aminofilin berfungsi sebagai bronkodilator, memiliki 2
mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan
menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas. Efek bronkodilatasi
disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu
phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain
bronkodilatasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain. Teofilin
juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara
peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanel. Dosis 0,3 –
0,9 mg/kg BB/jam. Sediaan 1 ampul 10 ml mengandung 240 mg
aminofilin.
c. Nebulizer Ventolin/6jam + Flixotide/12jam
Ventolin mengandung komposisi salbutamol sulfat dan
diindikasikan pada bronkospasme kronis yang tidak memberikan respon
terhadap terapi konvensional atau diberikan pada bronkospasme akut.
Ventolin merupakan β2-agonis selektif yang bersifat short-acting (4-6
jam) dan menyebabkan bronkodilatasi dengan onset cepat (5 menit) pada
obstruksi saluran napas reversibel.
Flixotide mengandung flutikason propianat yang berfungsi sebagai
anti inflamasi di paru-paru. Flixotide dapat meredakan gejala dan
eksaserbasi asma pada pasien yang sebelumnya diobati dengan
bronkodilator sendiri atau dengan terapi profilaksis lainnya.
d. Inj. Cefotaxim 2×1 gr iv
Cefotaxim merupakan antibiotik golongan sefalosporin.
Sefalosporin merupakan antibiotika bakterisid yang mekanisme kerjanya
14
mirip dengan golongan penisilin. Antibiotik-antibiotik lactam ini
menghambat pembentukan dinding sel bakteri pada tahap III dan tahap
akhir dengan berikatan pada satu atau lebih protein-protein pengikat
penisilin (PBPs) yang terdapat di membran sitoplasma di bawah dinding
sel bakteri yang rentan. Cefotaxim memiliki afinitas yang besar terhadap
PBPs Enterobacteriaceae. Cefotaxim digunakan untuk mengobati berbagai
jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam
nyawa. Dosis 1-2 gr i.v atau i.m. lakukan setiap 8 jam. Dosis maksimal
6gram/hari. Sediaan vial 1 gram.
e. Inj. Methylprednisolon 3×125 mg iv.
Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid sintetik dan
diabsorpsi secara cepat melalui saluran pencernaan. Methylprednisolone
bekerja dengan menduduki reseptor spesifik dalam sitoplasma sel yang
responsif. Ikatan steroid-reseptor ini lalu berikatan dengan DNA yang
kemudian mempengaruhi sintesis berbagai protein. Beberapa efek penting
yang timbul akibat mekanisme tersebut yaitu berkurangnya produksi
prostaglandin dan leukotrien, berkurangnya degranulasi sel mast,
berkurangnya sintesis kolagen dan lain-lain. Dosis 30mg/KgBB. Sediaan
vial 125 mg.
f. Inj. Lasix 1x1 ampul
Lasix mengandung komposisi furosemide yang merupakan
senyawa diuretik dengan senyawa saluretik yang kuat efeknya terutama
menghambat reabsorbsi ion Na oleh sel pars asenden ansa Henle, selain itu
furosemide juga menurunkan resistensi vaskuler intra renal dan
menaikkan aliran darah ginjal. Penggunaan Lasix diindikasikan pada
edema, asites (pengumpulan cairan) pada hati, dan hipertensi ringan
sampai sedang. Efek sampingnya antara lain Kehilangan Ca, K, Na,
gangguan GI, nefrokalsinosis pada bayi prematur, metabolik alkalosis,
diabetes, syok anafilaktik, depresi sumsum tulang, reaksi alergi,
pankreatitis akut, gangguan pendengaran. Dosis 20-40 mg iv/im dosis
tunggal. Sediaan ampul 20 mg/ 2ml.
15
g. Inj. Stomacer 1x1
Stomacer mengandung komposisi omeprazole. Omeprazole
merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan ireversibel.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mengontrol sekresi asam lambung
dengan cara menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar
dari sel parietal lambung. Efek penghambatan ini terkait dengan dosis.
Penghambat pompa proton dapat meningkatkan risiko infeksi
gastrointestinal karena efek penekanan sekresi asam. Efek samping lain
yang dapat muncul adalah diare, konstipasi, sakit kepala, pusing,
mengantuk, insomnia, kembung, nyeri lambung, mual dan muntah. Dosis
40 mg iv/hari. Sediaan vial 40 mg.
h. Terasma syr 3x1
Tiap 5 ml mengandung Terbutalin Sulfat/ Terbutaline sulfate 1,5
mg, guaifenesin 50 mg. Indikasi untuk asma dan bronkospasme yang
bersifat reversibel yang berhubungan dengan hipersekresi mukus bronkus.
Dosis 2-3 kali sehari diberikan 2-3 sendok teh.
i. Vectrine caps 3x1
Vectrine mengandung komposisi Erdosteine yang merupakan
turunan tiol dan dikembangkan untuk pengobatan infeksi obstruktif kronis.
Erdosteine adalah agen mukolitik yang dapat mengencerkan mukus dan
sputum purulen. Erdosteine adalah prodrug, yang menjadi aktif setelah
proses metabolisme dimana gugus sulfihidril bebas dibentuk. Gugus
sulfihidril akan memecahkan ikatan disulfide yang mengikat serat-serat
glikoprotein di dalam mukus, yang menyebabkan sekresi bronkus menjadi
encer dan lebih mudah dikeluarkan. Dosis 2-3 kali sehari. sediaan kapsul
300 mg.
j. Amlodipin 1x10 mg
Amlodipin bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke
dalam otot polos pembuluh darah sehingga menyebabkan vasodilatasi dan
mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi yang dapat bekerja
pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan obat utama
bagi penderita hipertensi yang juga penderita angina. Efek samping obat
16
berupa sakit kepala, pusing, edema, lelah, mengantuk, somnolensi, mual,
nyeri perut, kemerahan pada kulit, palpitasi, rasa hangat. Dosis bagi
dewasa: Hipertensi, angina: awal 1 x 5 mg/hari. Dapat dinaikan hingga
10mg/hari. Sediaan tablet 5 mg, 10 mg.
k. Micardis 1x80 mg
Micardis mengandung komposisi Telmisartan yang merupakan
salah satu Angiotensi Reseptor Blocker. Angiotensin Receptor Blocker
(ARB) merupakan kelompok obat yang memodulasi sistem RAS dengan
cara menginhibisi ikatan angiotensin II dengan reseptornya, yaitu pada
reseptor AT1 secara spesifik. Semua kelompok ARB memiliki afinitas
yang kuat ribuan bahkan puluhan ribu kali lebih kuat dibanding
angiotensin II dalam berikatan dengan reseptor AT1. Akibat
penghambatan ini, maka angiotensin II tidak dapat bekerja pada reseptor
AT1, yang secara langsung memberikan efek vasodilatasi, penurunan
vasopressin, dan penurunan aldosteron, selain itu, penghambatan tersebut
juga berefek pada penurunan retensi air dan Na dan penurunan aktivitas
seluler yang merugikan (misalnya hipertrofi). Dosis bagi dewasa maksimal
80 mg sehari. Sediaan tablet 80 mg.
l. Meptin mini 2x1
Meptin mengandung komposisi Procaterol HCl hemihydrate yang
berfungsi sebagai bronkodilator. Diindikasikan pada Sesak yang
berhubungan dengan asma bronkial, bronkitis seperti asma, bronkitis
kronik, bronkitis akut dan emfisema paru. Dosis bagi dewasa 2 kali sehari
1-2 tablet mini. Sediaan tablet mini 0,025 mg.
17
BAB III
KESIMPULAN
1. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan Ny.M menderita asma
akut sedang pada asma persisten sedang karena pasien tampak dalam posisi
duduk, sesak napas hingga sulit berbicara berlangsung sepanjang hari terus
menerus dan mengganggu, sering kambuh dimalam hari. Napas 28x/menit,
nadi 88 ×/menit, terlihat otot bantu napas, dan didapatkan wheezing pada
auskultasi paru.
2. Peningkatan neutrofil segmen pada hasil laboratorium menunjukkan adanya
tanda infeksi akut.
3. Terapi yang diberikan adalah bronkodilator untuk merelaksasikan otot
bronkus sehingga terjadi bronkodilatasi. Kortikosteroid juga diberikan sebagai
antiinflamasi, sedangkan antibiotik diberikan sebagai tatalaksana kausatif
infeksi saluran pernapasan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. PDPI. 2006. Asma: Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: PDPI.
2. Sundaru, Heru dan Sukamto. 2006. Asma Bronkial. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Penyakit Dalam FKUI.
3. Wilson, Lorraine M. 2006. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
4. Yunus, Faisal. 1992. Uji Provokasi Bronkus. Pulmonologi Klinik. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
19