askep pk torik

54
ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN PADA Tn. E DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDHO HUTOMO SEMARANG Torik Mustakim : 1.1.10476 Ayu Farahnas Hanindhita : 1.1.20481 Anastasia Dwi Hastuti : 1.1.20480 Aan Taufiqil Lutfiyah :1.1.20479

Upload: moch-yoga-wibowo

Post on 20-Nov-2015

105 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PK

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN PADA Tn. EDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDHO HUTOMO

SEMARANG

Torik Mustakim

: 1.1.10476Ayu Farahnas Hanindhita: 1.1.20481

Anastasia Dwi Hastuti: 1.1.20480

Aan Taufiqil Lutfiyah:1.1.20479PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG2006BAB ITNJAUAN TEORIPada bab ini akan dibahas tentang konsep perilaku kekerasan yang meliputi pengertian, rentang respon marah, proses kemarahan, konsep marah dan akibat yang ditimbulkan, etiologi, mekanisme koping, manifestasi klinik, masalah-masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan dan fokus intervensi pada perilaku kekerasan.

A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Townsend, 1998). Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku kekerasan atau amuk adalah perasaan marah atau jengkel yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.

Kemarahan adalah salah satu bentuk emosi manusia yang sepenuhnya bersifat normal dan setiap individu pasti pernah marah dengan berbagai alasan. Meskipun suatu hal yang wajar dan sehat, namun bila tidak dikendalikan dengan tepat dan bersifat destruktif, maka marah akan berpotensi menimbulkan masalah baru, seperti masalah di keluarga dan hubungan interpersonal (Papu, 2003). Setiap manusia mempunyai intensitas tersendiri dalam mengekspresikan kemarahannya dan respon marah yang berbeda dari individu terhadap frustasi. Keliat (1994) mengatakan bahwa kemarahan yang ditekan dan pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mempengaruhi hubungan interpersonal.

B. RESPON MARAH

Perasaan marah adalah normal bagi individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berubah dalam rentang adatif-maladaptif (Stuart & Sundeen, 1998).

Rentang Respon Marah

Adatif

Maladaptif

Asertif frustasi Pasif

Agresif

Kekerasan/amukGambar 1 : Rentang respon marah (Stuart & Sundeen, 1998, hal. 542)

Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa rentang respon marah ditunjukkan mulai dari terendah yaitu perilaku asertif sampai dengan maladaptif yaitu perilaku kekerasan (Stuart & Sundeen, 1998).

1. Respon marah adaptif meliputi asertif dan frustasi (Stuart & Sundeen, 1998).

a. Asertif

Mengeskpresikan kemarahan tanpa harus menyalahkan dan menyakiti orang lain dan individu biasanya mampu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju. Ini merupakan cara yang baik karena tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.

b. Frustasi

Frustasi adalah respon marah akibat individu gagal mencapai tujuan yang realistik. Dalam hal ini seseorang tidak dapat menemukan alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

2. Respon marah maladaptif meliputi pasif, agresif, dan amuk.

a. Pasif

Suatu keadaan individu tidak dapat mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.

b. Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak menuntut suatu yang dianggapnya benar bisa dalam bentuk destruktif tetapi masih dapat dikontrol.

c. Amuk

Adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol dan dapat menyebabkan kerusakan diri sendiri atau orang lain.

C. PROSES KEMARAHAN

Stress, marah, cemas adalah suatu hal tidak terlepas dari kehidupan individu (Keliat, 1994, hal.7). Stress dapat mengakibatkan perasaan tidak menyenangkan dan kecemasan bisa menimbulkan kemarahan. Menurut Keliat (1994) ada tiga cara untuk mengungkapkan respon marah yaitu : pengungkapan secara verbal, menekan dan menantang. Menantang dapat menimbulkan permusuhan, maka tampak sebagai depresi, agresif dan amuk bila diekspresikan pada diri dan lingkungan.

D. KONSEP MARAH

Beck, Rawlin, dan Williams (1986, hal 447, dikutip oleh Keliat, 1994, hal.8) menggambarkan bagan Konsep Marah sebagai berikut :

Ancaman atau Kebutuhan

Stress

Cemas

Merasa kuat Marah Merasa tidak adekuat

Menantang Diungkapkan Melarikan diri

Masalah tidak selesai Menjaga keutuhan Mengingkari marah

orang lain

Masalah berkepanjangan Lega Marah tidak terungkap

Ketegangan menurun

Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa permusuhan menurun

Marah dipendam

Marah pada orang

lain/lingkungan

Depresi

agresi amuk

Gambar 2 : Konsep marah (Beck, dkk, 1986, hal.447 dikutip oleh Keliat, 1994)

E. PENYEBABPenyebab kemarahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor predisposisi, stressor presipitasi dan faktor perilaku (Stuart & Sundeen, 1998).

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang menyebabkan perilaku kekerasan menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal.542) adalah sebagai berikut :

a. Faktor Biologis

1. Teori dorongan naluri (Instictual Drive Theory)

Perilaku agresif berakar langsung atau tidak langsung dari suatu insting kehidupan, yang merupakan sekumpulan energi psikis yang akan meningkat saat ada perangsang, sehingga menimbulkan ketegangan dan mengakibatkan cemas kemudian menimbulkan marah.

2. Teori Psikosomatik (Psichosomatic Theory)

Akibat dari respon Psikologis terhadap stimulus internal dan eksternal itu disebut pengalaman marah.

b. Faktor Psikologis

1. Teori Agresif Frustasi (Frustation Agression Theory)

Frustasi selalu menyebabkan bentuk agresi dan frustasi selalu diikuti agresi. Individu yang gagal dalam mencapai tujuannya bisa terjadi frustasi sehingga perilaku individu dapat menjadi agresif.

1. Teori Perilaku (Behavioral Theory)

Perilaku agresif merupakan respon belajar yang dapat dicapai apabila dalam kondisi yang mendukung.

2. Teori Eksistensi (Existensial Theory)

Perilaku destruktif akan dilakukan apabila kebutuhan dasar manusia tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.

b. Faktor Sosiokultural

1. Teori Lingkungan Sosial (Social Environment Theory)

Keadaan lingkungan sosial dapat mempengaruhi individu dalam mengekspresikan marahnya.2. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)

Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun tidak langsung melalui proses sosialisasi.

2. Stressor Presipitasi

Sumber-sumber stressor presipitasi yaitu dapat diakibatkan dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Stressor dapat disebabkan dari internal maupun eksternal. Dari internal meliputi putus hubungan dengan orang yang dekat dengan dirinya, kehilngan rasa cinta, ketakutan pada penyakit fisik. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu meliputi penyakit fisik, kehilangan dan kematian menurut Keliat (1994).

3. Faktor Perilaku

Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal.544) perilaku yang berkaitan perilaku kekerasan yaitu seperti :

a. Menyerang atau menghindar (Flight or Fight)

Terdapat dua reaksi yang terjadi ketika individu menghadapi ancaman yaitu meliputi yang pertama pertahanan dan melakukan penyerangan, yang kedua adalah menghindar untuk lari dari ancaman. Dalam menghindari ancaman yang terjadi individu menjadi ketakutan dan mengakibatkan timbulnya marah.

b. Bersikap asertif (Asertivenes)

Perilaku asertif merupakan perilaku yang baik untuk mengekspresikan marah tanpa menyakiti orang lain, sikap ini diungkapkan secara konstruktif.

c. Memberontak (Acting Out)

Dalam faktor perilaku ini individu biasanya menyerang orang lain dan disertai dengan kekerasan. Perilaku ini dilakukan oleh individu untuk menarik perhatian orang lain.F. MEKANISME KOPING Mekanisme koping yang sering muncul pada perilaku kekerasan menurut Keliat, dkk (1994. hal.142) yaitu sebagai berikut :

a. Displecement : Pemindahan emosi dari seseorang atau objek dengan mengarahkan yang netral atau yang kurang berbahaya.

b. Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat diterima pada lingkungan sosial dengan perilaku yang bisa ditekan.

c. Projeksi : Memindahkan pikiran atau dorongan atau impuls emosional atau keinginan yang dapat diterima orang lain.

d. Represi : Secara tidak sadar menimbulkan ingatan pengalaman-pengalaman, pikiran, impuls yang menyakitkan dari alam sadarnya.

e. Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang berlawanan dengan dorongan yang diingikan oleh seseorang.

G. MANIFESTASI KLINIK

Perilaku yang berhubungan dengan perilaku kekerasan menurut Beck, dkk (1986, dikutip oleh Keliat, 1994, hal.12) yaitu meliputi :

a. Fisik : Muka merah, pandangan tajam dan liar, napas pendek berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan obat tekanan darah meningkat.

b. Emosi : Merasa takut, cemas, tidak aman, terganggu, marah dan jengkel

c. Intelektual : Ingin mendomonasi, sarkasme, berdebat, meremehkan dan bawel.

d. Spiritual : Kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kreativitas terhambat.

e. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan humor.

H. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah-masalh keperawatan yang sering muncul pada klien dengan perilaku kekerasan menurut Keliat (1999) adalah sebagai berikut :

1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.

2. Perilaku kekerasan.

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

4. Koping individu tidak efektif.

5. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.

6. Isolasi sosial : menarik diri.

I. POHON MASALAH

Menurut Keliat (1999, hal.21) bagan berikut merupakan pohon masalah dari masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan.

Resiko mencederai diri,

orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

(core problem)

Perubahan persepsi sensori :

halusinasi

Gangguan konsep diri

isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Gambar 3 : Pohon masalah perilaku kekerasan (Keliat, 1999, hal.21)

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Keliat (1994) merumuskan diagnosa keperawatan berdasar dari perilaku kekerasan sebagai berikut :

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

K. FOKUS INTERVENSI

Fokus intervensi dari diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan yang dikemukakan oleh Keliat (1999) adalah sebagai berikut :1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

Tujuan Umum :

Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawabnya :

Tujuan khusus 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi: klien mau membalas salam,klien mau berjabat tangan, klien mau menyebut nama, klien mau tersenyum, klien ada kontak mata, klien mau mengetahui nama perawat, klien mau menyediakan waktu untuk perawat. Intervensi keperawatan: beri salam dan panggil nama klien, sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan, jelaskan maksud hubungan interaksi, jelaskan kontrak yang akan dibuat, beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati, lakukan kontak singkat tetapi sering. Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan selanjutnya.

Tujuan khusus 2 :

Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan .

Kriteria Evaluasi: klien mengungkapkan perasaannya, klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal ( diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Intervensi keperawatan : beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya, bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal. Rasional: beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.

Tujuan khusus 3 :

Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasanKriteria evaluasi: klien dapat mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang dialami. Intervensi keperawatan: anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/ kesal, observasi tanda perilaku kekerasan pada klien, simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien. Rasional: untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel, untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal, menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara garis besar tanda- tanda marah / kesal.Tujuan khusus 4 :

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Kriteria evaluasi: klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien, klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak. Intervensi: anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien, bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai. Rasional: mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku yang konstruktif dengan destruktif, dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat menyelesaikan masalah.Tujuan khusus 5 :

Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.Kriteria evaluasi: Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien. Intervensi keperawatan: bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien, bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien, tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat. Rasional: membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan, dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif, agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.Tujuan khusus 6 :

Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.Kriteria evaluasi: Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif. Intervensi: tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat, berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat, diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/ bantal, olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga. Secara verbal : katakan pada perawat atau orang lain. Secara social : latihan asertif, manajemen PK. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah lain. Rasional: dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress lagi, reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga dirinya, berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan kemampuan klien.

Tujuan khusus 7 :

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria evaluasi: klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman. Verbal: mengatakan langsung dengan tidak menyakiti. Spiritual: sembahyang, berdoa, ibadah lain. Intervensi keperawatan: bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien, bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih, bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play), beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut, anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah. Rasional: memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat, membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya, agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif, pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien, agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.Tujuan khusus 8 :

Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria evaluasi: untuk keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi keperawatan: identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini, jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien, jelaskan cara-cara merawat klien, bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien, bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi. Rasional: kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan, meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien, agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya, agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung, mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.Tujuan khusus 9 :

Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan).

Kriteria evaluasi: klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan (jenis, waktu, dosis, dan efek), klien dapat minum obat sesuai program terapi. Intervensi keperawatan: jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien (pada klien dan keluarga), diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum obat tanpa seijin dokter, jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum), anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu, anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek yang tidak menyenangkan, berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar. Rasional: klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum oleh klien, dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi oleh klien, dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat, klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri, mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi, reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta meningkatkan harga diri.

BAB IIRESUME KEPERAWATAN

Bab ini akan membahas mengenai ringkasan hasil asuhan keperawatan perilaku kekerasan pada Ny. K di Ruang II Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang, yang akan menguraikan tentang : pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan selama tiga hari.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Juni 2006 jam. 10.00 WIB di ruang II RSJ Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang, diperoleh data sebagai berikut :

Klien berinisial Ny. K, seorang perempuan yang berumur 28 tahun, beragama Islam dengan alamat di Kaliwungu Kendal. Pendidikan tamat SMA, klien masuk Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang pada tanggal 13 Juni 2006 jam 13.00 WIB, nomor register 023897. klien dikirim oleh keluarganya

Ny K dikirim oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang dengan penangung jawab Tn. Z, yang beralamat di Kaliwungu Kendal. Hubungan Tn. Z dengan klien adalah sebagai ayah angkat.Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, klien tinggal bersana ibu klien,di dalam keluarga klien ada yang sakit seperti klien yaitu kakak klien.Status klien sebelum sakit adalah seorang suami dan belum punya anak. Klien merasa puas sebagai seorang laki-laki,Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Klien merupakan anggota masyarakat yang sebelumnya melakukan peran dengan baik.Klien berharap bisa cepat sembuh, bisa diterima lingkungannya kembali. Klien juga ingin bisa bekerja.Klien tidak ada masalah dengan hargadirinya.

Klien dalam berpakaian dan menata rambut kurang rapi, dalam berbicara lambat, nada keras. Klien selalu menanyakan tanggal dan hari dalam setiap harinya. Aktivitas baik, klien sering mondar-mandir lalu tiduran, ekspresi wajah terlihat tegang dan gelisah. klien merasa bosan karena klien ingin cepat pulang. klien terlihat gelisah dan sedih, Afek datar, kadang-kadang berubah, klien tidak malu pada orang walaupun orang yang belum dikenal. Pandangan mata baik, berbicara sepenuhnya bila ditanya dan kooperatif.Dalam berbicara tidak berbelit-belit dan sampai pada tujuan pembicaraan.Obsesi klien mempunyai keinginan bisa berhasil dan sukses.Klien dapat membedakan orang, waktu, tempat dan situasi.

Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang, mampu melakukan perhitungan sederhana, mampu mengambil keputusan sederhana, misalnya : klien disuruh memilih tinggal di RSJ atau di rumah, klien menjawab lebih baik tinggal di rumah.Klien menyadari bahwa dirinya sakit.

Klien biasa di rumah dengan keluarganya, bila ada masalah klien jarang mengutarakan dengan seluruh keluarganya. Klien mengatakan selama ini semenjak sakit jarang mengikuti kegiatan di kampung.Satu hari sebelum dibawa kerumah sakit jiwa pasien marah-marah,memukul anak ayah angkatnya. Penderita suka membanting barang-barang rumah tangga.Faktor predisposisi sebelumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondo Hutomo. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan kekerasan dalam rumah tangga dan tindak kriminal. Sedangkan faktor presipitasinya adalah Klien ditinggal istrinya kerumah orang tuanya dengan membawa semua uang pasien, Akhirnya klien mulai berteriak-teriak dan mengamuk dan memukul anak dari ayah angkatnya.Pada pengkajian fokus didapatkan bahwa klien mengatakan mengamuk, marah-marah,membanting barang-barang rumah tangga, dan memukul anak ayah angkatnya. Hasil observasi didapatkan data klien pembicaraannya koheren, menguasai bahan pembicaraan, tidak kacau, nada bicara tidak tegang. Klien menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar. Klien mengatakan malu dengan keadaannya dan klien juga mengatakan setelah marah-marah dia merasa malu kemudian menutup pintu rumah dan menguncinya dari dalam. Klien aktif dalam kegiatan dan rajin bekerja.

Pada pemeriksaan fisik diketahui tekanan darah 130/80 mm Hg, nadi 82 x/menit, suhu 36 C, nafas 20 x/menit. Klien mendapatkan terapi medik peroral Chlorpromazin 2x100 mg, Trihexyperidil 2 x 2mg, Haloperidol 2 x 5 mg, Chlorpomazin 2 x 100 mgDaftar masalah keperawatan pada Tn. E adalah sebagai berikut ; resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan; adanya perilaku kekerasan.

Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, akibat

Orang lain dan lingkungan

core problem

koping individu tidak efektif penyebab

Gambar 4 : pohon masalah sesuai dengan hasil pengkajian.Analisa data yang diperoleh pada hari senin 14 Juni 2006, jam 10.00 WIB yaitu adanya resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan; perilaku kekerasan. Data subjektifnya : klien mengatakan dirumah marah-marah, merusak barang-barang rumah tangga seperti gelas,almari. pasien juga mengatakan marah karena istrinya meninggalkannya kerumah orang tuanya dengan membawa semua uangnya. Data objektif : klien selama wawancara dalam menjawab pertanyaan dengan menggunakan nada keras. Dari masalah yang ada pada Tn. E dapat disimpulkan diagnosa keperawatannya adalah : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasanBerikut akan dijelaskan mengenai intervensi, implementasi, dan evaluasi dari diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. Tujuan umum : klien dapat melanjutkan peran melanjutkan hubugan peran sesuai dengan tanggung jawabnya. Pada pertemuan pertama dilakukan tujuan khusus satu sampai tiga.

Tujuan khusus satu : klien dapat membina hubungan saling percaya setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kreteria hasil, klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, klien mau menyebutkan nama, tersenyum, kontak mata ada, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau menyediakan waktu untuk kontrak.

Intervensi keperawatan : beri salam atau panggil nama klien, sebutkan nama perawat dan jabat tangan, jelaskan maksud hubungan interaksi, jelaskan kontrak yang akan dibuat. Beri rasa aman dan sikap empati, lakukan kontak singkat.

Implementasi keperawatan tanggal 14 Juni 2006 jam 10.00 WIB adalah sebagai berikut : membina hubungan saling percaya dengan komunikasi terapeutik, mendiskusikan dengan klien tentang kegiatan yang dilakukan dirumah, menanyakan mengapa klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa, memberi pujian atas apa yang diungkapkan klien.

Tujuan khusus dua : klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kreteria hasil sebagai berikut : klien dapat mengungkapkan perasaannya, Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau marah. Intervensi keperawatan : beri kesempatan klien mengungkapkan perasaanya dan mengungkapkan penyebab marah.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2006 jam 10.00 WIB yaitu memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mengungkapkan penyebab marah, menganjurkan klien mengungkapkan apa yang dilakukan saat jengkel atau marah. Evaluasi yang didapat adalah klien mau mengungkapkan penyebab marah yaitu klien tahu bahwa anaknya akan dibunuh budenya.

Tujuan khusus tiga : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dari perilaku kekerasan, dengan kreteria hasil klien dapat mengungkapkan perasaannya saat jengkel atau marah dan dapat menyimpulkan tanda-tanda dari perilaku kekerasan. Intervensi keperawatan : observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien dan bersama klien menyimpulkan tanda-tanda perilaku kekerasan.

Implementasi yang dilakukan adalah menganjurkan klien untuk mengungkapkan yang dialami saat jengkel atau marah, observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien, simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami. Evaluasi yang didapat adalah klien mengetahui tanda tanda dari perilaku kekerasan. Evaluasi yang didapat dari pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut : klien mau menyebutkan nama yaitu Sdr. E Klien mengetahui nama perawat dengan mengatakan nama perawatnya adalah mas Torik. Klien mengatakan kegiatannya dirumah adalah membantu Ibu, dan dibawa kesini karena dirumah marah-marah dan membating barang-barang rumah tangga, klien mengetahui tanda tanda dari perilaku kekerasan. Klien tampak kooperatif, ada kontak mata, klien mau mengenal nama perawat, klien mau berjabat tangan. Untuk implementasi ini tujuan khusus satu sampai tiga tercapai dan direncanakan untuk perawat lanjutkan tujuan khusus selanjutnya dan untuk klien dapat mempertahankan hubungan saling percaya untuk hubungan selanjutnya.

Pada pertemuan kedua (20 Juni 2006) dilakukan tujuan khusus empat dan lima untuk.

Tujuan khusus empat: klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukakan, dengan kreteria hasil klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, klien dapat mengetahui cara yang bisa menyelesaikan masalah atau tidak.Intervensi keperawatan : bantu klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan apakah cara itu dapat menyelesaikan masalah.

Implementasi yang dilakukan adalah menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan saat jengkel atau marah, bicarakan dengan klien apakah dengan yang dilakukannya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dapat terselesaikan?.

Tujuan khusus lima : klien mampu mengidentifikasi akibat atau kerugian dari perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien dengan kreteria hasil klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien. Intervensi keperawatan : bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang klien lakukan.

Implementasi yang dilakukan adalah membicarakan dengan klien akibat atau kerugian dengan cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien, tanyakan apakah klien merasa rugi dengan cara yang digunakan? . Evaluasi yang didapat dari pertemuan kedua ini adalah mengungkapkan apa yang dilakukan saat marah yaitu dengan membanting barang-barang rumah tangga dan pasien juga mengungkapkan apa yang dilakukan menurutnya tidak menyelesaikan masalah tetapi membuat klien merasa malu dengan keadaanya, setelah marah klien mengunci pintu rumahnya, klien juga mengatakan merasa rugi dari cara yang klien gunakan karena barang-barang rumah tangganya rusak dan kemudian dibawa kerumah Sakit Jiwa dan tidak dapat bertemu dengan anaknya. Klien mau mengungkapakan perasaanya saat marah. Tujuan ke empat dan lima tercapai. Untuk rencana selanjutnya bagi perawat adalah lakukan tujuan khusus keenam dan untuk pasien adalah mengetahui bagaimana cara mengontrol marah yang sehat.

ASUHAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN PADA Tn. E DI RUANG VIII

RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDO HUTOMO SEMARANG

PENGKAJIAN

Pengkajian Keperawatan dilakukan pada hari Senin, 14 Juni 2006 pukul 10.00 WIB dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi catatan keperawatan klien, sehingga diperoleh data sebagai berikut :

1. Identitas klien

Inisial klien

: Tn. E

Usia : 28 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Kaliwungu, Kendal

Status perkawinan : kawin

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan

: SMA

Tanggal masuk: 13 Juni 2006

No. RM

: 023897

Ruang

: IIIDiagnosa medis: Schizofrenia tak terinci

Identitas Penanggung Jawab

Nama

: Tn. ZUsia

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-LakiPekerjaan

: WiraswastaAlamat

: Kaliwungu, KendalHubungan dengan Klien: Bapak angkat

2. Alasan Masuk

klien mengamuk, memukul orang.

Faktor Predisposisikurang siapnya klien untuk menikah dini,pertengkaran dalam rumah tangga setiap hari, dan klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu kira-kira sejak 5 tahun yang laluFaktor Presipitasi

Klien di tinggal pergi istrinya kerumah orang tuanya deengan membawa semua uang pasien

3. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 130/90 mmHg

Nadi

: 82X/ menit

Suhu

: 37 0C

Pernafasan

: 20X/menit

b. Pengukuran :

Tinggi badan : 160cm

Berat badan

: 60 kg

c. Kesadaran

: compos mentis

d. Kepala

: mesocephal, rambut kotor, warna hitam

e. Mata

: mata simetris,konjunctiva tidak anemis

f. Mulut

: gigi kotor, tidak ada stomatitis, bibir kering

g. Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan distensivena

jugularis

h. Dada

: dada simetris, ictus cordis tampak pada IC 5

i. Abdomen

: tidak ada nyeri tekan

j. Ekstremitas atas: tidak ada cacat/kelainan, tidak ada oedema

k. Ekstremitas bawah : tidak ada cacat/kelainan

4. Psikososial

b. Genogram

Keterangan:

: Klien

: Laki-laki

: Laki-laki meninggal

: Perempuan

: Perempuan meninggal

: Tinggal serumah

Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, sudah menikah dan belum punya anak. ada anggota keluarga yang mengalami gangguan serupa yaitu kakak pasien.c. Konsep Diri

1) Citra tubuh

Menurut pandangan klien, merasa wajar dan biasa terhadap postur tubuhnya. Klien pernah berkata Saya sehat kok, Mas. Kerja saja bisa.

2) Identitas Diri

Status klien sebelum sakit adalah seorang suami dan belum punya anak. Klien merasa puas sebagai seorang laki-laki.

3) Peran

Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Klien merupakan anggota masyarakat yang sebelumnya melakukan peran dengan baik.

4) Ideal Diri

Klien berharap bisa cepat sembuh, bisa diterima lingkungannya kembali. Klien juga ingin bisa bekerja.

5) Harga Diri

Klien tidak ada masalah dengan hargadirinya.

d. Hubungan Sosial

Klien biasa di rumah dengan keluarganya, bila ada masalah klien jarang mengutarakan dengan seluruh keluarganya. Klien mengatakan selama ini semenjak sakit jarang mengikuti kegiatan di kampung.

e. Spiritual

Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan percaya terhadap Allah dan Allah memaklumi kekurangan hambanya, walaupun ia sakit jiwa.

Kegiatan ibadah

Sebelum sakit dan setelah dirawat di RSJ klien menjalankan sholat lima waktu sehari ditambah denga solat sunah.

5. Status Mental

a. Penampilan

Klien berpakaian kurang rapi, rambutkurang rapi.

b. Pembicaraan

Klien dalam berbicara lambat, nada keras. Klien selalu menanyakan tanggal dan hari dalam setiap harinya.

c. Aktivitas Motorik

Aktivitas klien baik, klien sering mondar-mandir lalu tiduran, ekspresi wajah klien terlihat tegang dan gelisah.

d. Alam Perasaan

Pasien merasa bosan karena klien ingin cepat pulang, klien terlihat gelisah dan sedih.

e. Afek

Afek klien datar, kadang-kadang berubah, klien tidak malu pada orang walaupun orang yang belum dikenal. Pandangan mata baik

f. Interaksi Saat Wawancara

Klien berbicara sepenuhnya bila ditanya, kooperatif.

g. Proses Pikir

Dalam berbicara klien tidak berbelit-belit dan sampai pada tujuan pembicaraan.

h. Isi Pikir

Obsesi klien mempunyai keinginan bisa berhasil dan sukses.

i. Tingkat Kesadaran

Klien dapat membedakan orang, waktu, tempat dan situasi.

j. Memori

Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang.

k. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Klien mampu melakukan perhitungan sederhana.

l. Kemampuan Penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sederhana, misalnya : klien disuruh memilih tinggal di RSJ atau di rumah, klien menjawab lebih baik tinggal di rumah.

m. Daya Tilik Diri

Klien menyadari bahwa dirinya sakit.

6. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Makan tiga kali sehari, porsi habis, klien dapat makan sendiri, klien menyiapkan makanannya sendiri. klien mau makan sesuai jadwal.

b. Keamanan

Klien merasa kurang aman.

c. Perawatan kesehatan

Sebelumnya tidak rutin kontrol.

d. Pakaian

Klien mampu mengenakan pakaian sendiri.

e. Tempat tinggal

Klien tinggal bersama Ibunya.

f. Uang

Klien pernah bekerja di sebuah perusahaan kayu lapis.

7. Kegiatan Hidup Sehari-hari:

a. Mandi

Klien dapat mandi sendiri tiga kali sehari.

b. Kebersihan

Rambut agak kotor, kuku bersih, mulut bau.

c. BAK/BAB

Klien BAB/BAK di kamar mandi.

d. Ganti pakaian

Klien ganti pakaian setiap pagi hari.

e. Tidur

Klien tidur di tempt tidur. Klien tidur bila mengantuk.

8. Mekanisme Koping

Klien jarang mengutarakan masalahnya pada orang lain kecuali orang yang sudah di percaya.

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah Dengan Dukungan Kelompok

Klien tampak murung dan jarang mengutarakan masalah pada orang lain kecuali orang yang dipercayainya.

b. Masalah Dengan Lingkungan

Klien kadang minta rokok pada temannya. Hubungan dengan orang lain sering terjadi.

c. Masalah dengan Pendidikan

Klien pernah mengenyam pendidikan di bangku SMA

d. Masalah Pekerjaan

Klien pernah bekerja di sebuah perusahaan kayu lapis, klien mengundurkan diri dari pekerjaannya karena klien tidak kuat karena ada masalah dengan kejiwaannya.di rumah klien hanya nonton TV dan tidur.

e. Masalah keuangan

Biaya rumah sakit, ditanggunga keluarga.

10. Pengetahuan Klien

a. Klien tahu bahwa ia sedang sakit

b. Klien mengatakan dibawa ke RSJ karena sering marah-marah dan mengamuk.

c. Klien merasa sering diejek.

11. Aspek Medis

Terapi Medis :

Chlorpromazine100mgx 2

Haloperidol 5mgx 2

Trihexyperidil 2mgx 2

12. Data Fokus :

a. Data Subjekif :

klien mengatakan dirumah marah-marah, merusak barang-barang rumah tangga seperti gelas, pasien juga mengatakan pernah memukul anak ayah angkatnya satu hari sebelum masuk RSJ

Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang yang merendahkannya, suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang marah atau kesal.

Klien mengatakan lebih puas memecah barang-barang di rumah untuk melampiaskan amarahnya.

b. Data Objektif :

klien selama wawancara kooperatif

Mata merah, wajah agak memerah, nada suara tinggi dan keras.

13. Daftar masalah

a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Perilaku kekerasan

14. Analisa Data :

NoDataMasalah Keperawatan

1

DS : Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang yang mengganggu dirinya, suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang marah atau kesal.

Klien mengatakan lebih puas memecah barang-barang, atau memukul orang disekelilingnya untuk melampiaskan kekesalannya

DO : mata merah, wajah agak merah, nada bicara keras

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

15. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, akibat

Orang lain dan lingkungan

core problem

pola koping individu tidak efektif penyebab

Gambar 4 : pohon masalah sesuai dengan hasil pengkajian.

16. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan

IMPLEMENTASI

TglNo

DxTUK

KeImplementasiResponTTD

14/06/06

14/06/06

14/06/06

14/06/06

11,2,

&3

3,4

&5

6&7

8

Membina hubungan saling percaya:

Memberi salam / panggil nama

Menyebut nama perawat sambil jabat tangan

Menjelaskan maksud hubungan interaksi

Menjelaskan kontrak yang akan dibuat

Memberi rasa aman dan sikap empati

Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel, kesal.

Menganjurkan klien mengungkapkan marah yang dialami dan dirasakan saat jengkel

Mengobservasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

Menyimpulkan bersama klien tanda-tanda marah yang dialami klien.

Menyimpulkan bersama klien tanda-tanda marah yang dialami klien.

Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan saat jengkel atau marah.

Membicarakan dengan klien apakah dengan yang dilakukannya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dapat terselesaikan?

dengan klien akibat atau kerugian dengan cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien

Menanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara yang sehat saat marah juga konstruktif.

Mengajarkan teknik mengontrol marah yang sehat

Menganjurkan klien untuk dapat dapat mendemonstrasikan cara sehat mengontrol marah.

Membantu klien untuk memilih cara yang paling klien suka.

Memberi reinforcement positif atas keberhasilan klien dalam mendemonstrasikan cara yang sudah dipelajari juga cara yang dipilih klien untuk cara marah yang sehat

memberi penjelasan pada keluarga tentang peran serta keluarga dalam merawat klien.

Memberi penjelasan pada keluarga cara-cara merawat klien dengan perilaku kekerasan terkait dengan cara mengontrol yang konstruktif, sikap dan bicara yang tenang juga membantu klien mengenal penyebab marah

S : klien mau menyebutkan nama yaitu Tn. E. Klien mengetahui nama perawat dengan mengatakan nama perawatnya adalah mas Torik. Klien mengatakan kegiatannya dirumah adalah membantu Ibu, dan dibawa kesini karena dirumah marah-marah, membating barang-barang rumah tangga,dan memukul orang. klien belum mengetahui tanda tanda dari perilaku kekerasan.

O : Klien tampak kooperatif, ada kontak mata, klien mau mengenal nama perawat, klien mau berjabat tangan.

A :Tujuan khusus satu dan dua tercapai.TUK tiga : Menyimpulkan bersama klien tanda-tanda marah, belum tercapai.

Pp: Ulangi TUK tiga : Menyimpulkan bersama klien tanda-tanda marah, & lanjutkan tujuan khusus selanjutnya

Pk: dapat mempertahankan hubungan saling percaya untuk hubungan selanjutnya.

S : Klien mengungkapkan apa yang dilakukan saat marah yaitu dengan membanting barang-barang rumah tangga ,juga mengungkapkan yang dilakukan menurutnya tidak menyelesaikan masalah, setelah marah klien mengunci pintu rumahnya, klien juga mengatakan merasa rugi dari cara yang klien gunakan karena barang-barang rumah tangganya rusak.

O : Klien mau mengungkapakan perasaanya saat marah

A : Tujuan ke empat dan lima tercapai

Pp: Lanjutkan TUK berikutnya.

Pk: Klien mampu mengidentifikasi ekspresi marah yang merugikan/tidak.

S : klien mendemonstrasikan apa yang telah diajarkan perawat dan klien juga memilih cara dalam mengontrol marah yaitu dengan istigfar, wudlu, dan memukul bantal

O : klien ingin mempelajari cara yang sehat saat jengkel atau marah, klien mendemonstrasikan apa yang telah diajarkan perawat dan memilih cara dalam mengontrol marah yaitu dengan istigfar,berwudlu, dan memukul bantal.

A : Tujuan khusus enam dan tujuh tercapai.

Pp: Lanjutkan TUK 8

Pk: Klien mampu mengingat dan melakukan ekspresi marah yang sehat

S : keluarga klien mengatakan mengerti bagaimana merawat klien dengan perilaku kekerasan.

O : Keluarga tampak kooperatif, bertanya dengan antusias dan bersungguh-sungguh.

A : Tujuan 8 belum tercapai

Pp: ulangi TUK 8

Pk: Klien belum merasa mendapat dukungan dari keluarga.

Klien merasa perilaku yang dipelajarinya belum diterima orang lain

Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan

PAGE