askep jiwa pk

Upload: ichal-rhepot

Post on 20-Jul-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASANA. Pengertian 1. Kekerasan adalah kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering menyebabkan cedera fisik. 2. Penganiayaan adalah tindakan sengaja yang menyababkan cedera fisik, penderitaan jiwa, atau keduanya. 3. Kekerasan domesetik (kekerasan dalam keluarga) adalah pola perilaku mengancam atau memaksa dari satu anggota keluarga atau orang terdekat pada anggota keluarga yang lain. Perilaku tersebut meliputi penganiayaan fisik, pengabaian, penganiayaan psikologis, penganiayaan ekonomi dan penganiayaan seksual. 4. Penyiksaan atau pelaku penyiksaan adalah orang yan menciptakan kekerasan atau menyiksa orang lain, dan korban adalah orang yang menjadi kambing hitam, target, atau penerima penganiayaan atau kekerasan. 5. Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif (Yosep Iyus, 2007. dikutip dari Patricia D. Barry. 1998: 140). 6. Perilaku kekerasan dan agresif biasanya episodic dan adalah alat untuk mengekspresikan perasaan marah, takut, atau ketidakberdayaan terhadap situasi (Brunner&Suddarth, 2001).

B. Penyebab 1. Faktor Predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut dialami oleh individu : Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanan-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive). Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan. 2. Faktor Presipitasi Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injuri secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu baik perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentivikasikannya. Ancaman dapat berupa internal atau internal. Contoh stressor eksternal: serangan secara psikis,

kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bola dilihat dari sudut perawat-klien, maka factor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yakni: o Klien: kelemahan fisik keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri. o Lingkungan: rebut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi social. 3. Mekanisme Koping o Jika klien merasa jengkel/marah, klien tampak gelisah, mondar-mandir dan bingung. o Jika keinginan klien tidak terpenuh, maka klien tampak marah, mengamuk dan berteriak-teriak. 4. Perilaku Perilaku yang ditunjukkan klien pada kasus kekerasan : o Ekspresi wajah tegang, mata merah, muka merah, pandangan liar. o Tangan dikepalkan dan gemetar. o Rahang mengatup tidak mau diajak berkomunikasi. o Gelisah. o Nada suara meninggi. o Kehilangan kendali/control diri. o Meengancam melukai diri sendiri dan orang lain. o Menyerang orang lain dan lingkungan. o Mencederai orang lain dan lingkungan. C. Rentang Respon Perilaku Adaptif Maladaptif Adaptif Maladaptif

Asertif

frustasi

pasif

Agresif

Amuk/PK

Perilaku kekersan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Sering disut juga gaduh gelisah atau amuk diman seseorang marah berespon terhadap suatu stressor atau gerakan motorik yang tidak terkontrol. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif kekerasan. Perilaku yang ditampakkan dimulai dari rendah sampai tinggi, yaitu: Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. Kekerasan: sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerawsan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakuttkan, memberi kata-kata ancaman, melukai diertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah meluaki/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. D. Tanda dan Gejala Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawah ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan dirumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara: Observasi: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksaan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda yang dirasakan klien. Korban kekerasan sering memiliki tanda-tanda fisik akibat penganiyaan, dan setelah jangka waktu tertentu dapat terlihat tanda-tanda perilaku dan psikologis.

Tanda-tanda fisik penganiyaan 1. Korban anak-anak Perkembangan terhambat Memar, bilur Terkilir, dislokasi, fraktur Luka baker akibat rokok Luka baker akibat cairan panas/ api Cedera internal Kotoran, kutu hewan, kutu rambut pada anak

2. Wanita yang dianiaya Cedera kepala, leher dan bahu Mata memar Cedera selama kehamilan Terkilir, dislokasi, fraktur Memar, bilur Bekas luka berbentuk benda yang digunakan untuk mencederai Berulang kali berkunjung ke fasilitas layanan kesehatan, terutama UGD Keluhan nyeri tanpa cedera jaringan

3. Korban lansia Kurang gizi atau dehidrasi Bau feses atau urine Kotoran, kutu hewan, kutu rambut pada orang tersebut Dekubitus, luka, ruam kulit Hematoma, bekas cengkeraman pada lengan

E. Penanganan Pertimbangan umum

Pengobatan korban penganiayaan bergantung pada factor-faktor yang mempengaruhi klien, seperti jenis penganiayaan yang diderita, adanya cedera fisik, usia dan kondisi fisik koraban, serta keunikan lingkungan keluarga korban iti sendiri. Pengobatan UGD Sejak tahun 1991, lembaga yang diagreditasi oleh JCAHO diharuskan menerapkan standar kekerasan domestic dalam prosedur UGD mereka Layanan intervensi kritis Bermanfaat dalam merespon masalah langsung dalam jangka pendek yang terjadi akibat penganiayaan. Kerjasama dengan berbagai tiem kesehatan sangat penting untuk memberikan pengobatan yang kontinu o lembaga kesehatan anak, bertanggung jawab melindungi anak-anak dari bahaya dan kejahatan. System hokum dapat diberlakukan dengan memberikan hak asuh anaksementara atau permanen kepada individu tertentu (kerabat atau orang tua angkat) yang akan memberikan asuhan yang aman. o wanita yang dianiaya dapat dirujuk ke rumah perlindungan atau penampungan darurat untuk memastikan perlindungan diri dan anak-anak mereka. o lembaga layanan social masyarakat, termasuk lembaga khusus lansia, dapat memberikan berbagai layanan untuk memastikan keamanan dan bantuan bagi korban tindak kekerasan. Layanan kesehatan jiwa Dapat diberikan pada keluarga yang mengalami kekerasan o Dukungan terapeutik dengan memberikan konseling individu atau kelompok untuk korban kekerasan o Konsweling individu untuk penganiaya atau pelaku kekerasan o Terapi keluarga untuk memutuskan siklus penganiayaan. Pencegahan

o Pencegahan

primer,

dapat

dilakukan

dikomunitas

dengan

mengidentifikasi keluarga yang berisiko tinggi terhadap kekerasan dan dengan mempromosikan program penyuluhan dan layanan yang dapat meningkatkan fungsi keluarga o Pencegahan sekunder, meliputi deteksi dini dan pengobatan kekerasan interpersonal. F. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian a. Identifikasi data pengkajian yang mengindikasikan kemungkinan penganiyaan Lakukan pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan sifat dan keparahan cedera fisik korban. Kaji ciri-ciri perilaku dan fisiologis dari penganiyaan.

b. Wawancarai klien untuk memvalidasi penganiyaan yang telah terjadi Gunakan protocol kelembagaan untuk pengkajian, dan pastikan

dimasukkannya factor-faktor sebagai berikut : Pastikan privasi untuk pengkajian dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan pada klien jauh dari orang yang dicurigai melakukan penganiyaaan. Hal ini akan meningkatkan rasa percya klien. Gunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan klien. Ajukan pertanyaan-peertanyaan yang sederhana, langsung dan tidak mengancam. Bila memungkinkan, buat catatan yang cermat tentang percakapan dengan klien dan keluarga. c. Identifikasi aspek perilaku keluarga yang berkaitan dengan kekerasan domestic

Apakah terdapat kurang perhatian terhadap anak-anak atau lansia yang dicurigai mengalami penganiyaan? Apakah terdapat ketidakkonsistenan antara sifat dengan keparahan cedera dengan penjelasan dari korban atau keluarga korban mengenai apa yang telah terjadi?

Apakah ada keterlambatan dalam mencari Bantu untuk mengatasi cedera? Apakah interaksi anatara klien dan keluarganya adanya konflik? Apakah ada teriakan dan menyalahkan korban atas luka yang dideritanya?

Apakah terdapat riwayat perilaku penganiyaan atau penyalahgunaan zat dalam anggota tersebut? Apakah terdapat deskipsi tentang anak-anak bersikap agresif, antisocial dan kecenderungan terhadap cedera? Apakah terdapat bukti-bukti peningkatan stress pada system keluarga?

d. Korban pemerkosaan Kumpulkan data pengkajian yang deibutuhkan oleh hokum dari korban pemerkosaan. Ikuti protocol kelembagaan tertentu serta petunjuk hokum untuk memastikan tidak terputusnya serangkaian bukti. e. Perawat harus mengkajiperasaan dan responnya sendiri terhadap kekerasan dan penganiyaan dalam keluarga Memori pribadi perawat dapat muncul kembali akibat permasalahan kekerasan dan penganiyaan. Dapat muncul perasaan negative, seperti marah, menyalahkan, terharu, frustasi, menghindari takut dan muak. Dapat muncul perasaan positif, seperti harapan, dukungan, kepedulian, sangat membantu, komitmen dan pengertian.

Perawat harus mencari bantuan atas respond dan perasaannya sendiri yang mencampuri dan mengurangi kemampuannya bersikap

terapeutik. MASALAH KEPERAWATAN: 1. Perilaku kekerasan 2. Risiko mencedarai 3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

Pohon masalah: Rirsiko mencederai diri, orang lain/lingkungan Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri: harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Internal: Kelemahan fisik Keputusasaan Ketidakberdayaan Kurang percaya diri Distress spiritual

Eksternal: Kerusakan interaksi social Lingkungan bising Kehilangan orang/objek yang berharga

Diagnosa keperawatan dari pohon masalah adalah sebagai berikut : 1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan dengan perilaku kekerasan 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah 2. Rencana Tindakan Keperawatan Risiko perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.Perencanaan Tujuan Khusus

berhubungan

Intervensi

Kriteria Evaluasi Klien mau membalas salam. Klien mau menjabat tangan Klien mau menyebutkan nama Klien mau tersenyum.

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Beri salam/panggil nama.

Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan. Jelaskan maksud hubungan interaksi.

Klien mau kontak mata

Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

Kien mau mengetahui nama perawat

Beri rasa aman dan sikap empati. Lakukan kontak singkat tetapi sering.

Klien dapat mendefenisikan penyebab perilaku kekerasan

Klien mengungkapkan perasaannya Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel/kesal (dari sendiri lingkungan atau orang lain)

Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.

Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal.

Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel

Anjurkan klien untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel/marah

Observasi tanda dan gejala perilaku

Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialaminya

kekerasan pada klien Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialami klien

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien

Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

Klien dapat mngidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien : akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, akibat pada lingkungan.

Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien

Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yabg dilakukan oleh klien

Tanyakan pada klienApakah Ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik : Tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal dll

Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilkukan kegiatan klien

Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan yaitu : tarik nafas dalam dan pukul bantal serta kasur.

Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien

Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik

Beri contoh pada klien tentang cara

untuk mencegah perilaku kekerasan

menarik nafas dalam Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak lima kali

Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik nafas dalam

Tanyakan perasaan klien setelah selesai

Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah/jengkel

Lakukan hal yang sama untuk cara fisik lain dipertemuan yang lain

Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan oleh klien

Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian

Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya

Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang telah disusun

Berikan pujian atas keberhasilan klien Tanyakan kepeda klienapakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah

Klien dapat mendemonstrasikan

Klien dapat menyebutkan cara bicara yang baik (verbal)

Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien

cara social untuk mencegah cara perilaku kekerasan

dalam mencegah perilaku kekerasan : meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik,

Beri contoh cara bicara yang baik

Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik

Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik Minta klien mengulangi sendiri Beri pujian atas keberhasilan Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan misalnya; meminta obat, baju dll serta menolak ajakan merokok

Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik

Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik

Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun

dengan mengisi jadwal kegiatan Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan Berikan pujian atas keberhasilan klien

Tanyakan pada klienbagaimana budi setelah latihan bicara yang baik? Apakah kinginan marah berkurang?

Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan

Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang iasa dilakukan

Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan

Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih

Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat dilakukan diruang rawat

Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan

Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih

Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah

Klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah

Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah

Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi

Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan ibadah

jadwal kegiatan harian (selfevaluation) Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

Berikan pujian atas keberhasilan klien

Tanyakan kepada klien Bagaimana perasaan Budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang?

Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan

Klien dapat menyebutkan jenis, dosis dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu (Prinsip 5 benar : benar orang, obat, dosis, waktu dan cara pemberian)

Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3 kali: pkl. 07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat

Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur:o

Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat

o

Jelaskan bahwa dosis hanya boleh oleh dokter

o

Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur,

misalnya: penyakitnya kambuh

Diskusikan tentang proses minum obat: o Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah) o o Klien memeriksa obat sesuai dosisnya Klien meminum obat pada waktu yang tepat

Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan

Susun jadwal minum obat bersama klien

Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal

Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat

kegiatan harian (self-evaluation) Validasi pelaksanaan minum obat klien Beri pujian atas keberhasilan klien Tanyakan kepada klien: Bagaimana perasaan Budi dengan minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah berkurang?

Klien dapat mengikuti DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

Klien mengikuti DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

Anjurkan klien untuk ikut DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

Klien mengikuti DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)

Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama DAK

Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan DAK dan beri pujian atas keberhasilannya

Diskusikan dengan klien tentang jadwal DAK

Masukkan jadwal DAK kedalam jadwal kegiatan harian klien

Klien mempunyai jadwal DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

Klien mengevaluasi pelaksanaan DAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation) Validasi kemampuan klien dalam mengikuti DAK

Klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK

Beri pujian atas kemampuan mengikuti DAK

Tanyakan kepada klien: bagaimana perasaan Budi setelah ikut DAK?

Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan

Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien

Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini

Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien

Jelaskan cara-cara merawat klien: o Terkait dengan cara mengontrol perilaku, marah secara konstruktif o o Sikap dan cara bicara Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan

Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien

Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi

Anjurkan keluarga mempraktikkannya kepada klien selama di Rumah Sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah

G. TAK TAK stimulasi persepsi untuk perilaku kekerasan : o Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. o Mencegah perilaku kekerasan fisik. o Mencegah perilaku kekerasan social. o Mencegah perilaku kekerasan spiritual. Setting : Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran Ruangan nyaman dan tenang

Metode : Dinamika kelompok Diskusi dan Tanya jawab Bermain peran/stimulasi

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (sp) Pertemuan ke I (satu) 1. Proses keperawatan a. Kondisi : Klien datang ke Rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan piring dan gelas b. Diagnosa : Risiko merusak lingkungan berhubunga dengan perilaku kekerasan. c. TUK : 1) Membina hubungan salingan percaya 2) Mengidentifikasi penyebab marah

2. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) a. Orientasi 1) Salam terapeutik Selamat pagi? nama saya maria subandono, panggil saya suster maria. Namanya siapa, senang dipanggil siapa? Saya akan merawat Ali. 2) Evaluasi/validasi Ada apa di rumah sampai dibawa kemari? 3) Kontrak Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-

hal yang menyebabkan Ali marah Tempat : Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat? Waktu b. Kerja Apa yang membuat Ali membanting piring dan gelas? Apakah ada yang membuat Ali kesal? Apakah sebelumnya Ali pernah marah? Apa penyebabnya? Sama yang sekarang? Baiklah jadi ada .(misalnya 3) Penyebab Ali marah-marah : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit

c. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap? 2) Evaluasi Objektif Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali 3) Rencana Tindak lanjut Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ail marah yang belum kita bicarakan.

4) Kontrak Topik : Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat

marah yang biasa Ali lakukan Tempat : Mau di mana kita bicara? Bagaimana kalau di sini? Waktu : Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti

Pertemuan ke II (dua) A. Proses Keperawatan 1) Kondisi kekerasan 3) TUK : a). Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan b). Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilaku Kan. c). Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien. : Klien dapat menyebutkan peneyebab marah

2) Diagnosa : Risiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) a. Orientasi 1) Salam terapeutik selamat siang Ali? 2) Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan Ali saat ini? Apakah masih ada penyebab kemarahan Ali yang lain?

3) Kontrak Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat

sedang marah. Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau di kamar perawat?

Waktu b. Kerja

: Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit

Pak Ali pada saat di marahi oleh Ibu (salah satu penyebab marah), apakah pak Ali rasakan? Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondarmandir? Lalu apa yang biasanya yang pak Ali lakukan? Apakah sampai memukul? Atau marah-marah? Pak Ali, coba dipraktekkan cara marah pak Ali pada suster Maria. Anggap suster Maria adalah Ibu yang membuat pak Ali jengkel. Wah bagus sekali.

Nah, Bagaimana perasaan pak Ali setelah memukul meja? Apakah masalahnya selesai? Apa akibat perilaku pak Ali? Betul, tangan jadi sakit, meja jadi rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya di bawa ke Rumah Sakit. Bagaimana pak Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat Baiklah, waktu kita sudah habis.

c. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap? 2) Evaluasi Objektif Apa saja yang tadi kita bicarakan? Benar, perasaan saat marah. Apa saj tadi? Ya betul, lagi, lagi, Ok. Lalu cara marah yang lama apa saja tadi? Ya betul, lagi,Ok.

Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai di bawa ke Rumah Sakit.

3) Rencana Tindak lanjut Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingatingat lagi perasaan pak Ali sewaktu marah, dan cara pak Ali marah serta akibat yang terjadi, kalau di Rumah Sakit ada yang membuat pak Ali marah langsung beritahu suster. 4) Kontrak Topik : Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan

sehat, samapi besok. Tempat : Bagaimana kalau di sini lagi? Waktu : Besok kita ketemu lagi, jam 9.00, bagaimana cocok?

Pertemuan ke III (tiga) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi 2. Diagnosa : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara

marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi : Risiko merusak lingkungan berhubungan dengan

perilaku kekerasan 3. TUK : a). Memilih satu cara marah yang konstruktif b). Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) a. Orientasi 1) Salam terapeutik selamat siang Ali? 2) Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan Ali saat ini? Wah bagus. Apakah ada yang membuat Ali marah sore dsan malam kemarin?

Bagaimana, dengan perasaan, cara marah dan akibat marahnya pak Ali, masih ada tambahan.

3) Kontrak Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latihan sekarang?

Betul kita akan melakukan latihan cara marah yang sehat. Tempat : Mau di mana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa Waktu b. Kerja Ali, ada berapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari satu cara. Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam, atau pukul kasur dan bantal? Baiklah, kita latihan nafas dalam. Jadi, kalau Ali lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak, segera nafas dalam agar cara marah lama tidak terjadi. Cara seperti ini, kita bias berdiri atau duduk tegak .lalu tarik nafas dari hidung, dan keluarkan dari mulut. Coba ikuti suster, tarik dari hidung, ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut, Ok, ulangi sampai lima kali. c. Terminasi 1) Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega? 2) Evaluasi Objektif Coba apa yang telah kita pelkajari? Bagus, berapa kali tarik nafas dalam? Ya, benar, lima kali. : Mau berapa lama? 15 menit saja ya Ali?

3) Rencana Tindak lanjut Nah, berapa kali Ali sehari mau latihan? Bagaimana kalau tiga kali? Mau kapan saja? Bagaimana kalau padi bangun pagi, lalu siang sebelum makan dan malam sebelum tidur. Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal. Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatanya? Baik, nanti kalau sudah dijalankan diceklist. Nah ini caranya. 4) Kontrak Topik cara lain. Tempat : Mau dimana? Mau disini lagi, baik, sampai nanti? Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00. : Nah waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar