askep osteomiolitis dan bursitis

44
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB III Oleh KELAS BEATA TERESA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS BANDUNG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BANDUNG 2010 Sistem Muskuloskeletal Page 2

Upload: ian

Post on 24-Jun-2015

2.446 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

askep OSTEOMIOLITIS, BURSITIS

TRANSCRIPT

Page 1: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL: OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB III

Oleh

KELAS BEATA TERESA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS BANDUNG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BANDUNG

2010

Sistem Muskuloskeletal Page 2

Page 2: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Anatomi Fisiologi System Musculoskeletal

Diantara karakteristik yang membedakan manuasia dengan makhluk lain ialah

kemampuan mempertahankan postur tubuhnya bias tegak dan bergerak yang diatur oleh

system musculoskeletal. System musculoskeletal terdiri dari tulang, otot, tulang, rawan

(kartilago), ligament, tendon, facia, bursae, dan persendian.

A. Anatomi dan Fisiolofi Tulang

1. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari intra sel, baik berupa sel yang hidup maupun sel yang tidak

hidup. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio hialin tulang rawan melalui

osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini oleh sel-sel yang disebut

osteoblas. Kualitas kerasnya tulang merupakan hasil deposit kalsium.

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam macam yaitu; (lihat Gambar 1.1)

a. Tulang panjang (long bone),

Misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas atas disebut

diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis.

b. Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal.

c. Tulang pipih (falt bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.

d. Tulang tak beraturan (irregular bone), misalnya tulang vertebra.

e. Tulang sesamoid, misalnya tulang patella.

f. Tulang sutura (sutural bone), ada di atap tengkorak.

Gambar 1.1 Klasifikasi bentuk-bentuk tulang

Sistem Muskuloskeletal Page 3

Page 3: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang diebut korteks dan

bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya

dilapisi oleh periosteum (Gambar 1.2). perosteum pada anak lebih tebal dari pada

orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat

dibandingkan orang dewasa.

Gambar 1.2 Endosteum dan Periosteum Gambar 1.3 Struktur Tulang Panjang

2. Histology Tulang

Berdasarkan histologinya, pertumbuhan tulang terbagi menjadi 2 jenis:

a) Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada

perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur

mengandung jaringan kolagen,

b) Tulang matur (mature bone, lamellar bone), ada dua jenis, yaitu tulang kortikal

(kortikal bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabekular (cancellous bone,

trabecular bone, spongiosa).

Secara histologis, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,

jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan bagian

tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang

memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di

dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau

tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga

di bagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum merah mengisi

sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang, tetapi kemudian diganti oleh

sumsum tulang kuning sejalan dengan semakin dewasanya anak tersebut. Pada

orang dewasa, aktivitas hemaptopoietik menjadi terbatas hanya pada sternum dan

Sistem Muskuloskeletal Page 4

Page 4: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Krista iliaka walaupun tulang yang lain masih berpotensi aktif lagi bila diperlukan.

Sumsum kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang dewasa terutama terdiri

atas-sel-sel lemak.

Gambar 1.4 Anatomi Tulang dan Pertumbuhan Tulang normal.

Histoligi yang spesifik dari lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan ini

merupakan factor yang penting untuk memahami cedera pada anak (gambar 1.4).

Lapisan sel paling atas letaknya dekat epifis disebut sel istirahat. Lapisan

berikutnya adalah zona proliferasi. Pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan

disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong

kearah batang tulang, ke dalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel ini membengkak,

menjadi lemah, dan secara metabolic menjadi tidak aktif. Didalam daerah

kalsifikasi provisional inilah sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang

normal. Bila daerah proliferasi mengalami kerusakan, peertumbuhan dapat terhenti

karena retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjadi

deformitas progresif bila hanya sebagai lempengan tulang yang mengalami

kerusakan berat.

3. Fisiologi Sel Tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas,

osteosit, dan osteoklas (lihat gambar 1.2)

a) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau osteoid melalui suatu proses yang disebut

osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas

Sistem Muskuloskeletal Page 5

Page 5: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting

dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari

fosfatase alkai akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali di

dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang

setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastsis kanker tulang.

b) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk

pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

c) Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan

matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas

mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks

dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat

terlepas ke dalam aliran darah.

Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorbsi pada suatu

tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih

banyak terjadi pembentukan daripada absorbsi tulang. Proses ini penting untuk

fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap

tekanan yang meningkat dan mencegah terjadi patah tulang.Bentuk tulang dapat

disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat.

Gambar 1.5 Anatomi Tulang dan Pertumbuhan Tulang normal.

B. Anatomi sendi

Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan

dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsula sendi, pita fibrosa, ligament, tendon,

fasia, atau otot. Ada tiga tipe sendi sebagai berikut.

Sistem Muskuloskeletal Page 6

Page 6: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

1. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi

fibrosa tidak memiliki lapisan tulang lainnyya dihubungkan oleh jaringan penyambung

fibrosa. Salah satu contohnya sutura pada tulang-tulang tengkorak. Contoh yang ke dua

disebut sindesmosis yang teridi dari suatu membrane interoseus atau suatu ligament di

antara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan, tetapi bukan gerakan

sejati. Perletakan tulang tibia dan fibula bgian distal adalah contoh tipe sendi fibrosa.

2. Sendi kartilaginosa (amfiartriodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak.

Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang

rawan hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Tipe sendi

kartilaginosa terdiri dari.

Kotak 1.1 Dua tipe sendi kartilaginosa.

1. Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang diliputi tulang rawan hialin. Sendi-sendi

kostokondral adalah contoh sindrokordosis.

2. Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memilki hubungan fibrokartilago

dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.

Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya.

3. Sendi sinovial (siartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakan degan

bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi tulang rawan

hialin. (gambar 1.7)

Gambar 1.7. Struktur sendi normal. A , diagram sederhana sendi. B, potongan sederhana dari

sendi lutut

C. Otot

Sistem Muskuloskeletal Page 7

Page 7: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Pembentukan dari sinsitium serat otot dengan system protein kontraktil yang

kompleks melibatkan suatu seri intraksi seluler dan proses biosintesa yang unik pada

jaringan ini. Otot skelet berasal dari mesoderm primitive dan pada minggu ketiga

kehamilan segimen akan terbentuk. Miotuba pertama dapat dikenali pada sekitar

minggu kelima. Ditemukannya kontak saraf pada serat otot yagn berkembang ini

merupakan stadium kritis dalam perkembangan otot. Cabang syaraf bercabang kembali

diantara otot yang berkembang selama minggu ke sebelas dari kehidupan intra uterus.

Pertumbuhan otot skelet timbul sebagai akibat peningkatan jumlah serta otot dan

sebagai akibat meningkatnya ukuran masing-masing serat otot pertambahan jumlah

terbesar terjadi pada akhir masa awal fetal, awal masa neonatus dan masa pasca natal

tampaknya berhubungan dengan kebutuhan fungsional.

Terdapat tiga varetas jaringan: Otot serat lintang (Volunter), Otot polos (Involunter)

dan otot jantung.

D. Cartilago

Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada suatu gelatin yang

kuat tetapi flaksibel tidak memiliki vaskuler. Nutrisi mencapai kartilago melalui

proses difusi gel/ perkat dari kapiler yang berkata pada perichondrium (serabut yang

membentuk kartilago) melalui cairan sinovial.

E. Ligament (Simpay)

Ligament adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat

keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang dan

mempertahankan stabilitas. Ligament pada daerah tertentu melengket kepada jaringan

lunak untuk mempertahankan struktur.

F. Tendon

Tendon adalah jaringan fibrosa yang padat yang merupakan ujung dari otot

dan menempel pada tulang. Tendon merupakan akstensi dari selaput fibrosa yang

membungkus otot dan bersambung dengan priostium. Selaput tendon berbentuk

selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu, terutama pada

pergelangan tangan dan tumit. Selubung imi bersambung dengan membrane synovia

yang menjamin pelumasan sehingga mudah bergerak.

G. Fascia

Sistem Muskuloskeletal Page 8

Page 8: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan

langsung dibawah kulit, sebagai fascia super ficial atau sebagai pebungkus tebal

jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah yang

demikian disebut fascia dalam.

H. Bursae

Bursae adalah kantung kecil dari jaringan ikat disuatu tempat dimana

digunakan diatas bagian yang bergerak. Burase dibatasi oleh membrane synovial dan

mengandung cairan synovial.

Bursae adalah bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada elekranon

bursae, terletak diantara processus elekranon dan kulit.

OSTEOMIELITIS

Sistem Muskuloskeletal Page 9

Page 9: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Pengertian

Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi yang

mengenai tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi yang terjadi pada jaringan

lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati atau

involukrum(suratun. 2008)

Osteomielitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut

atau trauma tulang

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit disembuhkan bila dibanding jaringan lunak

karena terbatasnya jaringan asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan involukrum(Smeltzer, 2002)

Kesimpulan osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang disebabkan

oleh antara lain staphylococcus aureus.(kelomok 5)

Etiologi

Staphylococcus aureus, meruakan penyebab 70-80% osteomielitis.

Proteus

Pseudomonas

Escherichia coli

penyebaran hematogen

salmonella

nfeksi (misl: tonsil yang terinfeksi,gigi terinfeksi, infeksi saluran napas atas)

Infeksi dapat terjadi melalui;

Penyebaran hematogen dari fokus infeksi ditempat lain: tonsil yang terinfeksi, infeksi

gigi, infeksi saluran napas bagian atas.

Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler.

Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cidera traumatik (luka tembak,

pembedahan tulang).

Klasifikasi:

Sistem Muskuloskeletal Page 10

Page 10: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Osteomielitis primer

ostemielitis primer penyebaranya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari

fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

Osteomielitis sekunder(osteomielitis perkontinuitatum)

terjadi akibat penyebaran kuman dari srkitarnya akibat dari bisul, luka fraktur, dan

sebagainya.

PATOFISIOLOGI

Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi pada tiga bulan pertama

(akut fulminan – stadium 1) yang sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau

infeksi superfisial infeksi lambat terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan (stadium 2)

dan osteomielitis yang terjadi dalam waktu lama terjadi 24 bulan atau lebih setelah

pembedahan ( stadium 3)

Respon awal dari infeksi adalah inflamasi, peningkatan vaskularisasi,dan edema. Dua

atau tiga hari setelah pembedahan, dapat terjadi trombosis pada pembulu darah tersebut ,

yang mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang berhubungan dengan peningkatan

tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang kekavitas medularis dan

kebawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi sekitar. Bila proses

infeksi dapat dikontrol lebih awal, pembentukan abses tulang dapat dicegah.

Biasanya abses dapat keluar secara spontan, namun lebih sering harus dilakukan insisi

dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya membentuk daerah

jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Selain itu rongga juga

tidak dapat mengempis dan sembuh sepertinya terjadi pada jaringan lunak tetapi yang terjadi

adalah pertumbuhan tulang baru (involukrum) yang mengelilingi sequestrum infeksius kronis

yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup klien, dan ini

dinamakan osteomielitis tipe kronik.

Pencegahan osteomielitis:

Sistem Muskuloskeletal Page 11

Page 11: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Penangan infeksi lokal dapat menurunkanangka penyebaran hematogen.

Penanganan infeksi jariingan lunak dapat mengontrol erosi tulang.

Lingkungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden osteomielitis.

Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan

Tehnik perawatan luka pasca operasi aseptik.

Gambar 2. Perubahan patofisiologis pada osteomyelitis yang disebabkan oleh infeksi daerah

sekitar.

PATOFLOW

Sistem Muskuloskeletal Page 12

Page 12: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

e/ Mikroorganisme pathogen/ trauma

invasi jaringan lunak dan tulang

reaksi inflamasi demam, kemerahan MK: hipertermi

terjadi vaskularisasi

edema Nyeri MK: gangguan rasa nyaman nyeri

(terjadi penekanan edema)

Menurunya aliran darah

iskemik

Nekrosis jaringan tulang

Pembentukan involukrum Pembentukan squestrum dan pus

MK: Resti penyebrab infeksi

Terbentuk abses pada tulang

Abses sub periosteal

Drainase pus

Vaskularisasi baik vaskularisasi kurang baik

Kematian jaringan

Pembentukan jaringan baru

lumpuh/ amputasi

Sembuh

MK: potensial cidera, cemas

Perubahan konsep diri

Sistem Muskuloskeletal Page 13

Page 13: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Gambar 1. Perbandingan antara tulang sehat dan tulang yang terinfeksi

Gambar 3. Osteomyelitis pada pria berusia 84 tahun, foto CT Scantampak sagital (a) dan

axial (b) memperlihatkan fraktur pada tulang metatarsal dan sesamoid. Selain itu terdapat

reaksi periosteal dan erosi pada caput metatarsal yang mengindikasikan adanya

osteomyelitis.

Sistem Muskuloskeletal Page 14

Page 14: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Manifestasi klinis:

Jika infeksi hematogen, pasien demam tinggi pasien mengigil , denyut nadi cepat, dan

rmalaise umum.

Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum kekorteks tulang, akan mengenai

periostenum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan

sangat nyeri tekan.

Jika infeksi terjadi akibat pemyebaran infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung,

tidak dapat gejala ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu daerah infeksi membengkak,

hengat, nyeri, dan nyeri tekan.

Osteomelitis kronis ditandai oleh pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau

mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.

KOMPLIKASI

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali

dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi

osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang

terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran

darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:

a. Abses Tulang

b. Bakteremia

c. Fraktur Patologis

d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)

e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.

f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

Pemeriksaan diaknostik:

1. Pada awalnya, pemeriksaan sinar X menunjukan pembenkakan jaringan lunak. Sekitar 2

minggu terdapat daerah ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan embentukan

tulang baru.

2. Pemindaian untuk mengindentifikasi area infeksi.

3. MRI dapat membantu diagnostik definiti awal.

4. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leokosit dan peningkatan laju endap

darah.

5. Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukanjenis antibiotik yang sesuai.

Sistem Muskuloskeletal Page 15

Page 15: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.

2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus

Pemeriksaan Kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji

sensitivitas.

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri

Salmonella.

4. Pemeriksaan Biopsi tulang.

5. Pemeriksaan ultrasound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik,

setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

Penatalaksanaan terhadap osteomielitis:

a) Intervensi non operatif

1. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah

terjadinya fraktur.

2. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari untuk

meningkatkan aliran darah.

3. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.

4. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena, jika infeksi tampak

terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.

5. Pembedahan dilakukan jika tidak menunjukan respon terhadap antibiotik.

6. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologi steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan

jaringan nekrotik diangkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.

b) Intervensi operatif

1. Sequestrektomi

Karena tulang tidak bias mengalami penyembuhan pada keadaan terdapat nya jarinngan

necrotic,sequestra dibuang melalui melalui debridement pada tulang yang mengalami

infeksi sehingga terjadi revaskularisasi pada jaringan tulang.

Sistem Muskuloskeletal Page 16

Page 16: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

2. Bone grafts

Terdapat tiga fase yang dilakukan pembedahan, mengeksisi tulang yang mengalami

nekrotik, memasang tulang grafts tulang dan menutupi kulit tulang yang sering diambil

oleh dokter adalah tulang ileum posterior dari klien sendiri, tulang diletakan pada tempat

yang telah dibuat dan dilakukan balutan dilakukan dalam ruangan operasi dibawah kondisi

yang steril, perawatan luka setiap harinya dilakukan hingga sekitar 2 minggu sambil grafts

yang dipasang stabil.

3. Bone segment transfer

Pada umumnya transfer tulang dilakukan pada gangguan skeletal yang meluas umumnya

tempat donor difibula dan iliaka. Grafts tulang ini dapat mengenai oto atau kulit.

4. Amputasi

Bila prosedur pembedahan tidak berhasil atau kurang akurat maka tindakan amputasi

adalah pilihan terakhir. Konsekuensi bagi perawatan sebagai komplek s tetapi yang paling

sering adalh memunculkan masalah konsep diri klien terutama body imagenya.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Pasien dengan gejala akut dapat mengalami nyeri lokal, pembengkakan eritema, dan

demam. Gejala kekambuhan meliuti keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,

pembengkakan, dan demam sedang. Kaji adanya faktor risiko yang mencsngkup lansia

diabetes dalam terapi kortikosteroid jangka panjang, cidera, infeksi atau bedah ortopedi

sebelumnya. Pasien selalu menghindar jika diberi tekanan didaerah yang sakit dan

melakukan gerakan perlindungan. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah

inflamasi, pembengkakan nyata, hangat, dan nyeri tekan cairan purulean dapat terlihat

dan peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis, kronik peningkatan suhunya minimal

yang terjadi pada sore dan malam

b. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi.

Bias juga terjadi eriteme atau kemerahan dan panas efek sistemik menunjukan adany

demam biasanya diatas 380C,takikardi, irritable, lemah ,bengkak, maupun eritema.

Sistem Muskuloskeletal Page 17

Page 17: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

c. Pasien sering kali merasa ketakutan, kawatir infeksinya tidak dapat sembuh takut

diamputasi, biasanya pasien dirawat lama dirumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji

perubahan –perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan

aatu sekolah. Klien bias merasa terisolir dari yang lain dan terjadi perubahan konsep diri.

d. Pemeriksaan diagnostic

Hasil laboratorium menunjukan adanya lekositosis dan laju endap darah meningkat. 50%

pasien yang mengalami infeksi hematogenous secara dini adanya osteomielitis maka

dilakukan scanning tulang. Elain itu dapat pula dengan biopsy tulang atau MRI.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian data , diagnosis keperawatan yang timbul meliputi:

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan beban berat

badan.

3. Risiko penyebaran infeksi : pembentukan abses tulang.

4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.

Diagnosa keperawatan Tujuan keperawatn Intervensi keperawatan

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Nyeri dapat teratasi Kaji tingkat dan intervensi nyeri lakukan imobilisasi dengan bidai

untuk mengurangi dan spasme otot. Tinggikan ekstermitas yang nyeri

hal tersebut dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi.

Pantau status neurovaskuler ekstermitas yang terkena.

Ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri.

Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai program terapi.

Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan beban berat badan..

Dapat melakukan mobilitas fisik

Lakukan imobilisasi dengan mengunakan bidai karena tulang lemah akibat proses infeksi.

Jelaskan mengunakan alat bantu jika akan melakukan aktivitas untuk menghindari stres pada tulang akibat tumpuan beban berat badan.

Jelaskan pada pasie pentingnya

Sistem Muskuloskeletal Page 18

Page 18: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

pembatasan aktivitas anjurkan partisipasi aktif dalam

kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

Resiko penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang.

Tidak terjadi penyebaran infeksi.

Pantau respon terhadap terapi antibiotik

observasi tempat pemasangan infus pantau tanda vital, peningatan suhu

merupakan indikator terjadinya penyebaran infeksi.

Pantau adanya tanda-tanda penyebaran infeksi.

Pantau nutrisi diet protein seimbang, vitamin C, dan vitamin D untuk menyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan.

Pantau hasil peperiksaan leukosit dan laju endap darah (LED)serta biakan darah.

Kurang pengetahuan mengenaiprogram pengobatan

Pengetahuan pasein meningkat.

Jelaskan tentang penyakitnya jelaskan pada pasein dan keluargar

tentang program pengobatan yang diberikan.

Jelaskan pentingnya diet protein seimbang serta vitamin C dan D.

lingkungan rumah harus kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan terapeutik

jelaskan pentingnya imobilisasi dan cara pengunaan alat bantu

Ajarkan cara perawatan luka steril dan tehnik kompres hangat.

Pasien diminta untuk melakukan observasi dan melaporkan jika terjadi peningkatan suhu,keluarnya pus, bau, dan bertambahnnya inflamasi.

Jelaskan waktu untuk kontrol kembali kerumah sakit.

Sistem Muskuloskeletal Page 19

Page 19: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

BURSITIS

Pengertian

Bursitis adalah peradangan pada bursae yang disertai rasa nyeri.

Bursitis adalah peradangan bursae, sedikit cairan rongga yang berbentuk kantong diantara

dua jaringan lunak pada persendian.

Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial yang memudahkan

pergerakan normal dari beberapa sendi dan berfungsi sebagai bantalan sendi.

Bursitis adalah peradangan bursa, yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot

dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan pasti.

Jadi Bursitis adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada bursae yang disertai

rasa nyeri dan tidak diketahui penyebabnya secara pasti.

persendian yang terserang adalah bahu, siku, pinggul, panggul, lutut,jari kaki, dan tumit.

Bursa bahu adalah tempat yang aling sering terserang pada beberaa keadaan, bursitis

didahului oleh tendonsitis.

Etiologi:

penyebab bursitis sering kali tidak diketahui, tetapi dapat disebabkan oleh penguna

sebagian anggota tubuh yang berlebihan selama bertahun-tahun, cidera, penyakit guot,

pseudogout, artristis reumatiod dan infeksi bursitis terbagi menjadi dua : yaitu bursitis akut

dan kronik ang biasanya disebabkan ttrauma, terkilir, dan peregangan sendi yang berlebihan.

Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi burnitis dapa disebabkan oleh :

Cedera

Gout

Pseudogout

Arthritis rematoid

Infeksi akut dan kronik sekitar sendi misalnya karena luka tembus.

Trauma terus menerus(berulang) dan strain

Akibat kondisi arthritis

Sistem Muskuloskeletal Page 20

Page 20: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Yang paling mudah terkena bursitis adalah bahu, bagian tubuh lainnya yang juga terkena

bursitis adalah sikut, pinggul, lutut, jari kaki, dan tumit.

Bursa yang sering terkena adalah :

Bursa sub akromial dan bursa deltoid pada bahu yaitu bursa yang paling penting

dalam tubuh, inflamasi pada bursa ini menimbulkan perasaan nyeri akut serta

pergerakan yang terbatas terutama gerakan abduksi pada sendi bahu, dan nyeri

menetap pada insersi deltoid terutama pada malam hari. Sering kali sekunder akibat

robeknya bungkus rotator yang terjadi tanpa di ketahui.

Bunion bursitis yaitu daerah pembengkakan yang mengeras pada permukaan

metakarpofalangeal I. penanggulangan dengan aspirasi cairan pada bagian yang

membengkak dan suntikan kortikosteroid local.

Bursitis Achilles yang terdapat pada perlekatan tendon Achilles dengan tulang

kallaneus (retrokalkaneal bursa) dan di antara bursa tersebut dan kulit (bursa sub

kutaneous). Menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut terutama pada kalkaneus

posterior. Mudah untuk melakukan suntikan kortikosteroid dan xilokain pada daerah

pembengkakan di sini, tetapi harus hati-hati tidak boleh ada bolus pada tendon untuk

menghindari risiko rupture.

Heel spur bursitis. Menimbulkan rasa nyeri pada daerah tumit. Suntikan local

kortikosteroid dan atau lidokain sangat membantu.

Anserin bursitis, sering disalah tafsirkan sebagai osteortritis karena dijumpai pada

wanita tua bertubuh gemuk, yaitu berupa rasa nyeri, tegang (tender) dan kadang-

kadang membengkak dan terasa panas di daerah lutut bagian medial inferior, distal

garis sendi.

Bursitis pre patellar (house maid’s knee dengan keluhan yang khas pada lutut, yaitu

rasa nyeri sewaktu berlutut, terasa kaku, bengkak dan berwarna merah pada bagian

anterior lutut (patela). Penyebab yang paling sering karena lutut sering bertumpu pada

lantai. Berbeda dengan sinovitis pada lutut yang menimbulkan pembengkakan di

daerah belakang bagian pinggir lutut.

Bursitis olekranon, terdapat pada puncak siku (tip). Hal ini sering terjadi pada posisi

dengan menggunakan siku atau sering jalan tiarap. Walaupun inflamasinya jelas tetapi

kadang-kadang rasa nyeri hanya minimal. Juga dapat timbul pada artristis rheumatoid,

gout, akibat trauma dan infeksi. Pencegahan dilakukan dengan memakai alas karet

busa untuk protektif. Kalau perlu dapat diberi suntikan local kortikosteroid.

Sistem Muskuloskeletal Page 21

Page 21: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Bursitis kalkaneal, ada 3 bursa di sekeliling kalkanrus yang dapat mengalami

inflamasi dan menimbulkan rasa sakit yaitu : Bursitis retro kalkaneal pada bagian

anterior Achilles.

Bursitis post kalkaneal pada bagian posterior Achilles

Bursitis sub kalkaneal pada bagian inferior tulang kalkaneus. Bursitis yang berulang-

ulang ditempat ini dapat mengakibatkan tebdnitis pada Achilles dan dapat

mengakibatkan rupture tendon

Bursitis pada ibu jari metakarpofangeal I, kelingking dan tumit. Hal ini terutama di

sebabkan ukuran sepatu yang tidak sesuai.

Bursitis hip (pada pinggul), ada 3 yang terpenting yaitu :

bursitis trokanter, pada inseri otot gluteus medius di trokanter femur, menimbulkan

rasanyeri padabagian lateral pinggul sebelah bawah trokanter dan dapat menjalar ke

bawah, ke kaki atau lutut Rasa nyeri istimewa pada malam hari dan bertamnah nyeri

kalau dibengkokkan, rotasi interna atau kalau mendapat penekanan di daerah

trokanter tersebut dijumpai otot-otot menegang kaku. Dan pada foto roentgen terlihat

adanya deposit kalsium. Penanggulangan dengan suntikan local lidocain 1%.

Bursitis iliopektineal, menimbulkan rasa nyeri dan tegang di daerah lateral segi tiga

skarpa (daerah segi tiga yang dibatasi oleh ligament inguinal,

Tanda dan Gejala

Gejala utama pada bursitis pada umunya berupa:

pembengkakan lokal,

panas

merah

nyeri.

Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang khusus

tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka jika

penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan

merasakan nyeri.

Sistem Muskuloskeletal Page 22

Page 22: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Klasifikasi:

Bursitis akut

terjadinya secara mendadak.

Jika disentuh atau digerakan akan timbul nyari didaerah yang meradang.

Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak.

Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gaut menyebabkan nyeri yang

luar biasa dan daerah yang terkena tampah kemerahan dan teraba hangat.

Bursitis akut terjadi secara mendadak.Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul

nyeri di daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan

membengkak. Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout

menyebabkan nyeri luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba

hangat.

Bursitis kronik

Merupakan akibat dari seranganbursitis akut sebelumna atau cidera yang berulang.

Pada akhirnya dinding bursa akan menebal dan didalamnya terkumpul endaan

kalsium adat yang meneruai kapur.

Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tambahan .

Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera

yang berulang. Pada akhirya, dinding bursa akan menebak dan di dalamnya terkumpul

endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami

kerusakan sangat peka terhadap peradangan tanbah. Nyeri menahun dan

pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami penciutan

(atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa

hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

PATOFISIOLOGI

Garis sinovial dari pundi bursa meradang, akibat nya cairan sinovial diproduksi lebih

banyak, sehingga bursa membengkak. Kadang-kadang terkumpul sisa kalsium.

Pembengkakan disertai nyeri dan terbatasnya gerakan seni atau ekstermitas.

Adapun nyeri yang sering terkena atau bursitis yang sering terjadi adalah:

1) Sendi bahu ( yang paling sering terserang) yaitu bursa subdeltoid dan subkromial ang

menimbulkan rasa nyari akut serta argarakan yang terbatas pada sendi bahu.

Sistem Muskuloskeletal Page 23

Page 23: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

2) Sendi Achilles, yaitu adanya erlekatan tendon Achilles dengan tulang kalkaneus terutama

pada kalkaneus posterior.keadaan tersebut dinamakan bursitis archilles.

3) Tuamit, yang disebut Heal Spur Bursitis ang menimbulkan nyeri ada tumit.

4) Bursitis prepatelar dengan gejala nyeri sewaktu berlutut dan rasa kaku, bengkak, dan

kemerahan pada bagian anterior lutut. Keadaan ini biasanya terjadi bila sering berlutut.

5) Bursitis olec ranon yang terjadi pada puncak siku

6) Bursitis pada panggul

7) Bursitis pada pergelangan kaki.

Manifestasi klinis:

Tanda dan gejala bursitis dapat dibedakan kedalam kondisi akut dan kronik:

1) Bursitis akut

Nyeri hebat dan dapat menyebar pada sekitar sendi/ bursa yang terinfeksi

Teraba lunak pada area terinfeksi

Lingkup gerak sendi (ROM) terbatas

2) Bursitis kronis

Nyeri terjadi pada saat pergerakan ekstermitas

Kulit berwarna kemerahan dan panas

Terjadi pembengkakan dan teraba lunak.

Tanda dan gejala bursitis menurut long( 1996), adalah rasa nyeri yang dalam pada

daerah bursa, nyeri bila digerakkan, nyeri terasa bila sendi yang terserang di gerakan dan

keterbatasan gerakan aktif dan pasif. Demikian pula pendapat smeltzer (2002), manifestasi

klinis bursitis berupa nyeri dalam bahu, dan nyeri pada gerakan rotasi lengan.

Sistem Muskuloskeletal Page 24

Page 24: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan tetapi gejalanya

yang khusus bergantung pada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa dibahu di bahu

meradang maka saat penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami

kesulitan dan merasakan nyeri.

Hampir semua kasus bursitis subakromial didahului oleh tendonitis dan tenosinovitis

rotator cuff , tendon biseps, dan pembungkusnya atau suat proses inflamasi pada tulang atau

sendi, penyebaran inflamasi kebursa merupakan peristiwa sekunder.

Komplikasi

Terjadinya Bursitis kronis

Terlalu banyak suntikan steroid selama waktu singkat dapat menyebabkan cedera

pada tendon sekitarnya.

Tes diognostik:

Laboratorium: leukosit meningkat

X-Ray : untuk mengetahui lasnya sendi yang terserang.

Penatalaksanaan:

Berikan kompres dingin dengan fase akut, untuk menekan rasa tidak nyaman dan

nyeri.

Hindarkan dari panas, karena dapat meningkatkan produk cairan pada bursa saat fase

peradangan.

Berikan obat-obat antiradang sesuai indikasi.

Adrenokortikosteroid dapat disuntikan kedalam bursa sesuai indikasi

Pembedahan dapat dilakukan bila ada indikasi ( massa kalsium)

Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan sendi bisa

membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jangka sendi. Bursitis dapat kambuh jika

penyebabnya tidak diatasi.

Sistem Muskuloskeletal Page 25

Page 25: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

B. Konsep Keperawatan

I. Pengkajian

1. Biodata : Jenis kelamin, dan usia

2. Keluhan utama: Nyeri, pembengkakan, panas, merah.

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu : Apakah klien pernah menderita artitis rematoid, gaut,

apakah pernah cedera atau koma

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Pola mobilitas fisik

7. Pola perawatan diri

Klien dalam pemenuhan perawatan diri (mandi, gosok gigi, mencuci rambut) mengalami

keterbatasan karena nyeri tersebut.

8. Konsep diri

Klien dengan penyakit bursitis akut maupun kronis sering mengalami nyeri sehingga

gambaran dirinya terganggu.

Sistem Muskuloskeletal Page 26

Page 26: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan agen pencedera : Disertai

jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil:

Klien mengatakan nyeri berkurang.

Klien tampak dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji lokasi, intensitas dan derajat

nyeri.

2. Berikan posisi yang nyaman.

3. Berikan kasur busa atau bantal air

pada bagian yang nyeri.

4. Ajarkan teknik relaksasi dan

distraksi.

5. Kolaborasi pemberian aspirin.

1. Membantu dalam menentukan kebutuhan

manajemen nyeri dan keafektifan

program.

2. Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah

baring mungkin diperlukan untuk

membatasi nyeri.

3. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit

dan mempertahankan posisi netral.

4. Meningkatkan relaksasi / mengurangi

tegangan otot.

5. Aspirin bekerja sebagai anti dan efek

analgetik ringan dalam mengurangi

kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

Sistem Muskuloskeletal Page 27

Page 27: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

B. Gangguan inteloriensi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x

24 jam.

Kriteria hasil :

Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan

Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas

INTERVENSI RASIONAL

1. Evaluasi laporan kelemahan,

perhatikan ketidak mampuan untuk

berpartisipasi dalam aktifitas sehari-

hari

2. Berikan lingkungan tenang dan

periode istirahat tanpa gangguan

3. Pertahankan istirahat tirah baring /

duduk jika diperlukan

4. Berikan lingkungan yang aman

1. Klien menunjukkan kelemahannya

berkurang dan dapat melakukan

aktifitasnya

2. Menghemat energi untuk aktifitas

3. Istirahat sistemik dianjurkan selama

eksaserbasi dan seluruh fase penyakit

yang penting mencegah kelemhan

4. Menghindari cedera akibat

kecelakaan

Sistem Muskuloskeletal Page 28

Page 28: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

C. Gangguan inteloriensi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x

24 jam.

Kriteria hasil :

Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan

Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kajian keterbatasan klien dalam

peraatan diri.

2. Pertahankan mobilitas, control

terhadap nyeri dan program latihan.

3. Kaji hambatan terhadap partisipasi

dan perawatan diri.

4. Konsul dengan ahli terapi okulasi.

1. Mungkin dapat melanjutkan

aktifitas umum dengan melakukan

adaptasi yang dilakukan pada saaat ini.

2. Mendukung kemandirian fisik /

emosional.

3. Menyiapkan untuk meningkatkan

kemandirian, yang akan meningkatkan

harga diri.

4. Berguna untuk menentukan

alat bantu utnuk memenuhi kebutuhan

individu.

Sistem Muskuloskeletal Page 29

Page 29: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Penyakit dengan gangguan system muskulus skeletal sehubungan dengan peradangan

seperti osteomielitis dan bursitis dapat menimbulkan gejala atau keluhan yang progresif

antara lain; nyeri hebat, kulit kemerahan, bahkan sampai terjadi deformitas tulang

Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memahami dulu konsep asuhan

keperawatan sebelum memberikan asuhan keperawatan, sehingga asuhan keperawatan yang

diberikan sesuai dengan konsep yang ada, efektif dan efesien

Dengan demikien keperawatan kesehatan mesyarakat dapat ditingkatkan.

B.Saran

Semoga apa yangkami sajikan dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan muskuluskeletal: Osteomiolitis dan Bursitis.

Sistem Muskuloskeletal Page 30

Page 30: askep OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mutaqin.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Muskuluskeletal, cet 1. Jakarta : EGC.

Brunner,Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,

EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan, EGC ; Jakarta.

http://harnawatiaj.wordpress.com

htt:/wwwMediacastur. Com

Lukman.2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuluskeletal. Salemba media. Jakarta .

Rumahorto,hotman,Skp.Ms.2000.Anatomi Fisiologi Sistem Muskuluskeletal,

Bandung, Akper Pajajaran

Suratun,2008. Seri Asuhan Keperawatan: klien dengan gangguan system

muskuluskeletal.Cet 1; EGC,Jakarta.

Sistem Muskuloskeletal Page 31