askep kehilangan dan berduka

42
askep kehilangan dan berduka BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan

Upload: lyhati

Post on 08-Aug-2015

302 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Kehilangan Dan Berduka

askep kehilangan dan berduka

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian

yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti

sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan

karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau

disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka

sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada

keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila

menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang

pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.

Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah,

sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.

Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan

menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima

kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat

berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita

Page 2: Askep Kehilangan Dan Berduka

setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi

masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan

asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan

keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat

memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat

juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat

berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan

pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat

mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter &

Perry, 2005).

2. Permasalahan

Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana

asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

1.     Tujuan umum

1.     Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.

2.     Mengetahui  asuhan keperawatan pada kehilangan dan berduka disfungsional

1.     Tujuan khusus

1.     Mengetahui jenis-jenis kehilangan.

2.     Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.

3.     Mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan dari kehilangan dan berduka.

Page 3: Askep Kehilangan Dan Berduka

BAB II

LANDASAN TEORI

A.KONSEP TEORI

1.Pengertian

a.Definisi kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu

tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara

bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau

tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat

kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang

pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir

individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali

walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah

dimiliki.

b. Definisi berduka

Page 4: Askep Kehilangan Dan Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,

dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan

berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan

seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum

terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual

maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini

kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2.Tanda dan gejala kehilangan

a.     Ungkapan kehilangan

b.     Menangis

c.      Gangguan tidur

d.     Kehilangan nafsu makan

e.      Sulit berkonsentrasi

f.       Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

        Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama

        Sedih berkepanjangan

        Adanya gejala fisik yang berat

        Keinginan untuk bunuh diri

Page 5: Askep Kehilangan Dan Berduka

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan:

a.     Arti dari kehilangan

b.     Sosial dan budaya

c.      Kepercayaan spritual

d.     Peran seks

e.      Status sosial ekonomi

f.       Kondisi fisik dan psikologi individu

4. Tipe kehilangan

Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1.     Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian

orang yang sangat berarti/di cintai.

2.     Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

5. Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1.     Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang

berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-

tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.

Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,

Page 6: Askep Kehilangan Dan Berduka

kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional

yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

2.     Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang

mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri

sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.

Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau

komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya

kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3.     Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-

sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan

seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda

tersebut.

4.     Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat

dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode

atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan

memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5.     Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon

pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.

Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

6.Fase-fase kehilangan dan berduka

Fase berduka menurut kubler rose :

1.     Fase penyangkalan(Denial)

Page 7: Askep Kehilangan Dan Berduka

Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau

individu tidak percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang

terjadi.pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya

tidak percaya” .seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang

berarti baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia mungkin

mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat

yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual

,diare ,gangguan pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis, gelisah .

2.     Fase marah (anger)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya

kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada

orang yang berada dilingkungan nya.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi

cepat,susah tidur,tangan mengepal,mau memukul,agresif. Fase tawar menawar

(bergaining)

Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan

nya ,maka orang tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon

kemuraha TUHAN,individu ingin menunda kehilangan dengan berkata”seandainya

saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering

berdoa”.

3.     Fase depresi

Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan

merupakan keadaan yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik

diri,tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.

4.     Fase penerimaan (acceptance)

Page 8: Askep Kehilangan Dan Berduka

Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya :

ya,akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat

sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih

optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru,dan pikiran

yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau

hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat

mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

Fase kehilangan menurut Engel:

1.     Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri,

duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa

pingsan, diare, keringat berlebih.

2.     Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan

mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah,

frustasi dan depresi.

3.     Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan

depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke

berkembangnya keasadaran

Fase berduka menurut Rando

1.     Penghindaran

pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

2.     Konfrontasi

pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara

berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.

3.     Akomodasi

Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan

mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien

belajar hidup dengan kehidupan mereka.

Page 9: Askep Kehilangan Dan Berduka

4.     Teori Martocchio

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai

lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan

bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu

sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan

dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

Perbandingan 4 teori tentang berduka:

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKAENGEL (1964) KUBLER-

ROSS (1969)MARTOCCHI

O (1985)RANDO (1991)

Shock dan tidak percaya

Menyangkal Shock and disbelief

Penghindaran

Berkembangnya  kesadaran

Marah Yearning and protest

Restitusi Tawar-menawar

Anguish, disorganization

and despair

Konfrontasi

Idealization Depresi Identification in bereavement

Reorganization / the out come

Penerimaan Reorganization and restitution

Akomodasi

Page 10: Askep Kehilangan Dan Berduka

B.LAPORAN PENDAHULUAN

A.Masalah utama : Duka cita

B.proses terjadinya masalah :

1.     Pengertian

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35).

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah

dimiliki (ermawati,2009)

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,

dan lain-lain.

2.     Tanda dan gejala

Page 11: Askep Kehilangan Dan Berduka

g.     Ungkapan kehilangan

h.     Menangis

i.       Gangguan tidur

j.       Kehilangan nafsu makan

k.     Sulit berkonsentrasi

l.       Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

1.     Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama

2.     Sedih berkepanjangan

3.     Adanya gejala fisik yang berat

4.     Keinginan untuk bunuh diri

3.     Rentang respon

 

Adaptif Maladaptif

Penyangkalan marah tawar-menawar depresi penerimaan

1.     Fase denial

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,

detak jantung cepat, menangis, gelisah.

2.     Fase anger/marah

a.mulai sadar akan kenyataan

b. marah diproyeksikan pada orang lain

c..reaksi fisik : muka merah,nadi cepat, gelisah,susah tidur,tangan mengepal.

Page 12: Askep Kehilangan Dan Berduka

d.perilaku agresif

3.     fase bergaining/tawar menawar

a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit

bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

4.     Fase depresi

a.Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5.     Fase acceptance

a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”,

“ yah, akhirnya saya harus operasi “

4.Faktor Predisposisi

Faktor prdisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:

1.     Genetic

Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai

riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu

permasalahan termasuk dalam menghadapi proses kehilangan.

2.     Kesehatan Jasmani

Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung

mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan

individu yang mengalami gangguan fisik.

3.     Kesehatan Mental

Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat

depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh

Page 13: Askep Kehilangan Dan Berduka

masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi

kehilangan.

4.     Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu

Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-

kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada

masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991)

5.     Struktur Kepribadian

Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan

menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress

yang dihadapi.

5.Faktor Presipitasi

Strees yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress

nyata, ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara

lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan

peran dalam keluarga, kehilangan posisi dimasyarakat, kehilangan milik pribadi

seperti: kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan

kewarganegaraan, dan sebagainya.

6.Sumber koping

Pasien yang mengalami kehilangan dan berduka akan mengalami tahap

penolakkan,marah,tawar-menawar,depresi,dan penerimaan. keluarga yaitu orang

tua atau kerabat dekat pasien,teman dekat,serta perawat berperan dalam

memberikan kenyamanan dan pengertian pada pasien.

Page 14: Askep Kehilangan Dan Berduka

7.mekanisme koping

C.Pohon masalah

Gangguan konsep diri

berduka

kehilangan

D.Masalah keperawatan yang mungkin timbul

1.     Berduka disfungsional

2.     Kehilangan

3.     Gangguan konsep diri

E.Data yang dikaji

1.     Data objektif

a.     Klien tampak sedih dan menangis

b.     Klien tampak putus asa dan kesepian

c.      Adanya perubahan dalam kebiasaan makan,pola tidur,tingkat aktivitas.

d.     Reaksi emosional klien tampak melambat

Page 15: Askep Kehilangan Dan Berduka

e.      Klien tampak marah berlebihan

2.     Data subjektif

a.     Mengingkari kehilangan

b.     Kesulitan mengekspresikan perasaan

c.      Konsentrasi menurun

d.     Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

e.      Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.

f.       Reaksi emosional yang lambat

f.Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin timbul pada klien yang mengalami kehilangan

antara lain:

        Duka cita

3.Rencana keperawatan

a.     Tujuan

Tujuan umum:

Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.

Tujuan khusus:

1.     Mampu mengungkapkan perasaan berduka

2.     Menjelaskan makna kehilangan

3.     Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal

4.     Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif

5.     Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya

6.     Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi

7.     Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya

Page 16: Askep Kehilangan Dan Berduka

8.     Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri

9.     Klien dapat menerima kehilangan

10.                        Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

b.     Rencana Tindakan keperawatan

TAHAP TINDAKAN KEPERAWATAN

Mengingkari

    Jelaskan proses berduka

    Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan

perasaan nya

    Mendengarkan dengan penuh perhatian

    Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung

pengingkaran yang dilakukan

    Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta

    Teknik komunikasi diam dan sentuhan

    Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Marah     Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk

mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan

Page 17: Askep Kehilangan Dan Berduka

dengan kemarahan

    Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah

adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan

dan ketidakberdayaan

    Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga

    Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga

bukan marah pada perawat

    Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan

nya.

Tawar-menawar

    Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan

rasa takutnya

    Dengarkan dengan penuh perhatian

    Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan

ketakutan yang tidak rasional

    Berikan dukungan spritual

Depresi     Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa

bersalah

    Berikan kesempatan kepada pasien untuk

mengekspresikan kesedihannya

    Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping

pasien dan memegang tangan pasien

    Hargai perasaan pasien

    Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul

    Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang

masih dimiliki

Page 18: Askep Kehilangan Dan Berduka

Penerimaan

    Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

    Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap

anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang

bersamaan.

    Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan

yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui.

    Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang

dapat dilakukan adalah ziarah (menerima

kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

C.STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah utama : kehilangan dan berduka

Pertemuan ke : 1

(respon mengingkari terhadap kematian anak)

a.proses keperawatan

1.Kondisi : klien tampak menangis terus dan tampak lemah

2.Diagnosa : Duka cita

3.TUK :

1.     Klien dapat membina hubungan saling percaya

2.     Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka

4.Tindakan keperawatan :

a.     Bina hubungan saling percaya

b.     Jelaskan proses berduka

c.      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya

d.     Mendengarkan dengan penuh perhatian

Page 19: Askep Kehilangan Dan Berduka

e.      Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan

f.       Teknik komunikasi diam dan sentuhan

g.     Perhatikan kebutuhan dasar pasien

c.      Strategi pelaksanaan

1.     Fase pra interaksi

Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat ,

pekerjaan , pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan

(RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah

pribadi yang terbawa-bawa.

2.     Fase orientasi

”selamat pagi, bu ani. Saya perawat roma.bagaimana perasaan ibu sekarang?

Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai

ya bu.”

3.     Fase kerja

“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan

perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu

sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan

menerima semua ini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan

makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,”apakah ibu mau kemakam?

Baiklah akan saya temani ya bu...

4.     Fase terminasi

“setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak

tampak sedih .saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan

istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang

sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.”

Page 20: Askep Kehilangan Dan Berduka

Masalah utama : kehilangan dan berduka

Pertemuan ke : 2

(respon marah terhadap kematian anak)

a.proses keperawatan

1.Kondisi : klien masih tampak sedih dan menyendiri

2.Diagnosa : Duka cita

3.TUK :

3.     Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal

4.     Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif

4.Tindakan keperawatan

a.     Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara

verbal tanpa melawan dengan kemarahan

b.     Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang

normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan

c.      Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga

d.     Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada

perawat

Page 21: Askep Kehilangan Dan Berduka

e.      Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

b.strategi pelaksanaan

1.     Fase pra interaksi

Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang

terbawa-bawa.

2.     Fase orientasi

“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin

kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak

kesal,saya akan menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja

bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.”

3.     Fase kerja

“Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang

telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada

beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas

dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu

yang lain.

ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu

bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.”

4.     Fase terminasi

“nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi

ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita

bertemu lagi ya bu disini?

membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu

saya mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.”

Page 22: Askep Kehilangan Dan Berduka

Masalah utama : kehilangan dan berduka

Pertemuan ke : 3

(respon tawar menawar terhadap kematian anak)

a.proses keperawatan

1.Kondisi : klien tampak merasa bersalah,

2.Diagnosa : Duka cita

3.TUK :

5.     Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya

4.tindakan keperawatan

a.     Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya

b.     Dengarkan dengan penuh perhatian

c.      Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak

rasional

d.     Berikan dukungan spritual

b.strategi pelaksanaan

1. fase pra interaksi

Page 23: Askep Kehilangan Dan Berduka

Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah

pribadi yang terbawa-bawa.

2. fase orientasi

”selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah

melakukan cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?

Dapatkah kita erbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20 menit

saja.dimana kita bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.”

3.fase kerja

“saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang

perasaan ibu.tidak ada yang dapat kita salahkan ,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu

untuk menerima kehilangan ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah

diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah .apabila perasaan bersalah

dan takut itu muncul kembali ibu berzikir ,shalat,atau melakukan kegiatan ibadah

yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan coba lakukan?”

4.fase terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang ? iya,bu.ibu

terus berdoa ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu sudah

dapat mengungkapkan nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar setiap saat dan

saat rasa bersalah itu munculkembali.ibu,dua hari lagi saya akan.kita akan bicara

tentang perasaan ibu.saya pamit dulu ya, bu.sampai jumpa.”

Page 24: Askep Kehilangan Dan Berduka

Masalah utama : kehilangan dan berduka

Pertemuan ke : 4

(respon depresi terhadap kematian anak)

a.proses keperawatan

1.Kondisi : klien tampak sedih berkepanjangan,

2.Diagnosa : Duka cita

3.TUK :

6.     Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi

7.     Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya

8.     Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri

4.Tindakan keperawatan

a.     Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah

b.     Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya

c.      Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang

tangan pasien

d.     Hargai perasaan pasien

Page 25: Askep Kehilangan Dan Berduka

e.      Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul

f.       Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

b.strategi pelaksanaan

1. fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah

pribadi yang terbawa-bawa.

2.fase orientasi

Selamat siang bu .bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin

ibu ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan positif yang dapat

ibu ani lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20 menit ya bu.dimana kita

bicara ? disini ? baiklah bu.”

3.fase kerja

“baiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap

mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh

menangis,akan ada perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang sedang ibu

rasakan.ibu dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan bercakap-

cakapdengan anggota keluarga ibu seperti anak ibu yang dua lagi, atau suami

ibu.”(mulai membawa kerealitas aspek positif.)

”ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama

seperti ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif yang

ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan lain

diluar rumah.bagaimana kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu lakukan?

Wow..bayak sekali kegiatan yang dapat ibu lakukan .”

4.fase terminasi

Page 26: Askep Kehilangan Dan Berduka

“ibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak

yang dapat ibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita

bahas.saya percaya ibu bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan datang untuk

membicarakan tentang perasaan ibu.kira-kira jm berapa saya boleh datang?

Baiklah, pak.sampai jumpa.”

Masalah utama : kehilangan dan berduka

Pertemuan ke : 5

(respon penerimaan terhadap kematian anak)

a.proses keperawatan

1.Kondisi : klien tampak sedih berkepanjangan,

2.Diagnosa : Duka cita

3.TUK :

9.     Klien dapat menerima kehilangan

10.                        Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

4.tindakan keperawatan

a.     Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

Page 27: Askep Kehilangan Dan Berduka

b.     Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap

yang sama pada saat yang bersamaan.

c.      Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan

setelah masa berkabung telah dilalui.

d.     Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah

(menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

b.strategi pelaksanaan1. fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah

pribadi yang terbawa-bawa.

2.fase orientasi

“selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua hari

yang lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu.bagaimana

kalau kita bicara disini? 30 menit saja ,setuju bu?baiklah bu.”

3.fase kerja

“ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya

dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas.bagus ,kegiatan apa lagi yang sudah

ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu dapat kembali semangat

dalam mengisi kehidupan ini.kapan ibu akan berziarah kemakam anak ibu? Ibu

sudah melihat foto-foto proses pemakaman anak ibu? Ya, ibu tampak sudah

semangat lagi.”

4.fase terminasi

“ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?

syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk berziarah

kemakam anak ibu.saya pamit ya ,bu.sampai jumpa.

Page 28: Askep Kehilangan Dan Berduka

 

BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah

dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA

merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka

disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu

dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,

hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya

kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu

yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun

potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-

kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,

mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam

bentuk empati.

Page 29: Askep Kehilangan Dan Berduka

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5

katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai,

kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal,

kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan

kehidupan/meninggal.

Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu :

pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

DAFTAR PUSTAKAPotter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,

Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Page 30: Askep Kehilangan Dan Berduka

Dalami, ermawati,dkk.2009.Asuhan keperawatan jiwa dengan masalah

psikososial.jakarta.trans info media

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.