askep hnp.docx

35
ASKEP HNP S1 ILMU KEPERAWATAN UNRIYO (SEMESTER VI) By. Lya R.. dkk... A. DEFINISI Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002). HNP adalah keadaan nukleus pulposus keluar melalui anulus fibrosus untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang sobek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di kolumna vertebralis pada diskus intervetebralis/diskogenik. (Muttaqin, 2008). Hernia diskus (cakram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). Herniasi dapat parsial atau komplet, dari massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan. (Doenges, dkk, 2000). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hernia nukleus pulposus (HNP) adalah rupturnya nukleus pulposus yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif terkait dengan proses penuaan yang

Upload: lia-rusman

Post on 08-Aug-2015

1.093 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP HNP.docx

ASKEP HNP

S1 ILMU KEPERAWATAN UNRIYO (SEMESTER VI)

By. Lya R.. dkk...

A. DEFINISI

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan

diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu

kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP

merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).

HNP adalah keadaan nukleus pulposus keluar melalui anulus fibrosus untuk kemudian

menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang sobek. HNP merupakan

suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di kolumna vertebralis pada diskus

intervetebralis/diskogenik. (Muttaqin, 2008).

Hernia diskus (cakram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri

punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). Herniasi dapat parsial atau

komplet, dari massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1 atau C5-C6, C6-C7

adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan

degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan. (Doenges, dkk, 2000).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hernia nukleus pulposus

(HNP) adalah rupturnya nukleus pulposus yang disebabkan oleh trauma atau perubahan

degeneratif terkait dengan proses penuaan yang mengakibatkan nyeri hebat pada

punggung bawah dan dapat bersifat kronik ataupun dapat kambuh.

B. EPIDEMIOLOGI HNP (DI DUNIA/DI INDONESIA)

Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada pria

dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini

banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan

mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun dan

lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-

40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita

dan pria sama.

Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi pada

diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP.

HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada daerah

Page 2: ASKEP HNP.docx

servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat jarang

ditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-T11, T11-

T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada

bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengan

kompresi radiks saraf. (Anonim A)

C. ANATOMI-FISIOLOGI ORGAN TERKAIT

Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal

sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut

(shock absorber).

Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu: nukleus pulposus yang

terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus

fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang

kuat.

Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

1. Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang

konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan

menyerupai gulungan per (coiled spring)

2. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

3. Daerah transisi.

Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga

pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga

mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.

Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic

long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat

higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan

tekanan/beban.

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan

bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai

dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam

nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.

Page 3: ASKEP HNP.docx

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu

menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi

L5-S1.

2. Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat

tinggi. Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan

pada sendi L5-S1

3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum

longitudinal posterior  hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.

Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

(Anonim B)

D. ETIOLOGI

HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :

1. Riwayat trauma

2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam

waktu lama.

3. Sering membungkuk.

4. Posisi tubuh saat berjalan.

5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).

6. Struktur tulang belakang.

7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.

2. Spasme otot.

3. Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban

berat, berdiri secara tiba-tiba.

4. Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.

5. Deformitas.

6. Penurunan fungsi sensori, motorik.

7. Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.

8. Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.

Page 4: ASKEP HNP.docx

F. PATOFISIOLOGI

Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena

adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul

sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, resiko HNP hanya menunggu waktu dan

trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatic

ketika hendak menegakan badan waktu terpleset, mengangkat benda berat, dan

sebagainya.

Menjebolnya (herniasi) nucleus puposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang

diatas atau dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis.

Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto

rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial

pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl

merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian

disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika.

Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus

menekan radiks yang bersama-sama arteria radipularis yang berada dalam lapisan dura.

Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral tidak aka nada radiks yang terkena

jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak

terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan

menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus

intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua corpora vertebra bertumpang tindih tanpa

ganjalan.

Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah

disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP

lateral. HNP sentral akan menunjukan paraparesis flasid, parestesia , dan retansi urine .

sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada

punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis , belakang tumit, dan telapak

kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiler negatife. Pada HNP

lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral

pantat, tungkai bawah bagian lateral dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu jari

kaki berkurang dan reflek patella negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan

radiks yang terkena menurun.

Page 5: ASKEP HNP.docx

Pada percobaan tes laseque atau tes mengangkat tungkai yang lurus (straight leg

raising ),yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi pada sendi panggul, akan

dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda laseque positif).

Gejala yang sering muncul adalah :

a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai

beberapa tahun ) nyeri menjalar sesuai dengan distribusisaraf skiatik.

b. Sifat nyeri khasdari posisi terbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus

menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah.

c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat

batuk atau mengejan , berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan

nyeri berkurang klien beristirahat berbaring.

d. Penderita sering mengeluh kesemutan ( parostesia) atau baal bahkan kekuatan

otot menurun sesuai dengan distribusi persyarafan yang terlibat.

e. Nyeri bertambah bila daerah L5-L1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen foto lumbosakral :

a. Tidak banyak ditemukan kelainan.

b. Kadang-kadang didapatkan artrosis, menunjang tanda-tanda deformitas vertebra.

c. Penyempitan diskus intervertebralis.

d. Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena spondilitis, norplasma, atau infeksi

progen.

2. Cairan serebrospinal :

a. Biasanya normal.

b. Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi.

3. EMG (elektromigrafi)

a. Terlihat potensial kecil (fibrolasi) didaerah radiks yang terganggu.

b. Kecepatan konduksi menurun.

4. Iskografi : Pemeriksaan diskus di lakukan menggunakan kontras untuk melihat

seberapa besar daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis.

5. Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat

adanya polineuropati.

6. Tomografi scan : Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk

diskus intervertebralis.

Page 6: ASKEP HNP.docx

7. MRI. Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila secara

klinis tidak didapatkan pada MRImaka pemeriksaan CT scan dan mielogram dengan

kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus vertrebralis.

8. Mielografi. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan

lumbal pungsi dan pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila diketahui

adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.

9. Pemariksaan laboratorium

Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi

cidera tulang belakang terhadap orang lain.

H. KOMPLIKASI

1. Kelemahan dan atropi otot

2. Trauma serabut syaraf dan jaringan lain

3. Kehilangan kontrol otot sphinter

4. Paralis / ketidakmampuan pergerakan

5. Perdarahan

6. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi konservatif

a. Tirah baring

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan

sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk , tungkai dalam sikap

refleks pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memekai

pegas/per, dengan demikian tempat tidur harus di papan yang lurus dan ditutup

dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah

mekanik angkut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gannguan

yang dirasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring dalam

waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien melakukan latihan atau

dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi

funsi-fungsi otot.

b. Medikamentosa

1) Simptomatik

a) Analgesik (salisilat, parasetamol),

Page 7: ASKEP HNP.docx

b) Kortikosteroid (prednison, prednisolon),

c) Anti−inflamasi non−steroid (AINS) seperti piroksikan,

d) Antidepresan trisiklik (amitriptilin),

e) Obat penenang minor (diazepam,klordiasepoksid).

2) Kausal; Kolagenese.

c. Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang

lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

2. Terapi operatif

Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan

hasil yang nyata , kambuh berulang, atau terjadi defisit neurologis.

3. Rehabilitasi

a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.

b. Agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain dalam melakukan kegitan

sehari-hari (the activity of daily living).

c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan

sebagainya.

Page 8: ASKEP HNP.docx

J. PATHWAY

Trauma dan stres fisik

Rupture diskus

Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang berat, ligamentum longitudinalis post menyempit

Pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebra yang berdekatan

Nucleus pulposus keluar melalui serabut-serabut annulus yang robek

Jepitan saraf spinal

Reaksi peradangan

Reaksi peradangan

Reaksi anestetik

Edema pembengkakan

Syok spinal

Ileus paralitik, gangguan fungsi

rectum dan kandung kemih

Penekanan saraf dan pembuluh

darah

Respon nyeri hebat

dan akut

gangguan eliminasi urin dan alvi

penurunan fungsi jaringan

Nyeri akut

Penurunan tingkat kesadaran

resiko trauma (cidera)

Kerusakan jalur simpatetik desending

Blok saraf parasimpatis

Gangguan pola napas

Iskemian dan hipoksemia

Kelumpulahan otot pernapasan

koma

Kematian

Gagal napas

hipoventilasi

Kehilangan kontrol tonus

vasomotor persarafan simpatis ke

jantung

Paralis dan paralegia

Reflek spinal

Terputus jaringan saraf

di medulla spinal

Mengaktif-kan system

saraf simpatis

Kerusakan mobilitas fisik

Konstriksi pembuluh

darah

Kelemahan fisik umum

Resiko infark miokard

Disfungsi persepsi spasial dan kehilangan

sensorik

Perubahan persepsi sensorik

Ketidakmampuan prawatan diri (ADL)

Intake nutrisi tidak adekuat

Perubahan pemenuhan

nutrisi

Perubahan proses keluarga, Kecemasan klien dan keluarga, Resiko penurunan

pelaksanaan ibadah spiritual

koping individu tidak efektif, Resiko ketidak

patuhan terhadap penatalaksanaanGangguan

kardiovaskular

Resiko kerusakan integritas

kulit

Kemam-puan batuk

Risiko ketidakber-sihan jalan

napas

Penekanan jaringan

setempat

Page 9: ASKEP HNP.docx

K. DOKUMENTASI ASKEP (PENGKAJIAN-EVALUASI) TEORITIS

1. Pengkajian

Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system

persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri, dan

adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan HNP meliputi

anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnosis, dan

pengkajian psikososial.

a. Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama,suku bangsa, tanggal, dan jam masuk rumah sakit, nomor

registrasi, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebnyakan pada

jenis kelamin pria dan pekerja atau aktifitas berat ( mengangkat benda berat atau

mendorong benda berat).

Keluhan utama yang sering alas an klien untuk meminta pertolongan

kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah.

P : Adanya riwayat trauma ( mengangkat atau mendorong benda berat).

Q : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti di sayat, mendenyut, seperti

kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri. Apakah

bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (refered pain). Nyeri bersifat menetap,

atau hilang timbul,semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena

adanya faktoe pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang batuk atau

mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri

berkurang bila diibuat istirahat berbaring. Sifat nyeri khas posisi berbaring ke

duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut,

kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan L2-S1(Garis antara

dua Kristal iliaka).

R : letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan setepat-

tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.

S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,

posisi yang bagaimana yang dapat meradakan rasa nyeri dan memperberat

nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, menuruni

tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang

diminum seperti analgesic, berapa lama klien menggunakan obat tersebut.

Page 10: ASKEP HNP.docx

T : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,

hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah intermiten

( dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).

Riwayat penyakit saat ini :

Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang

berat. Pengkajian yang didapat keluhan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi

urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, ditengah-tengah area pantat dan

betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan

(parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi

persarafan yang terlibat.

Pengkajian riwayat mentruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa

menimbulkan nyeri panggung bawah yang keluhannya hamper mirip dengan

keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk menegakkan masalah klien lebih

komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan

selanjutnya.

Riwayat penyakit dahulu :

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita

tuberkulosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan

metabolik (osteoporosis) yang semua penyakit ini sering berhubungan dengan

kejadian dan meningkatkan risiko herniasi nucleus pulposus (HNP).

Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat

cedera tulang belakang, diabetes militus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini

berguna sebagai data untuk melakukan tindakan lainnya dan menghindari

komplikasi.

Riwayat penyakit keluarga :

Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan

diabetes melitus.

Page 11: ASKEP HNP.docx

b. Pengkajian psiko-sosio-spiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk

menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran

klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respons atau pengaruhnya dalam

kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti

ketakutan akan kecacatan , rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan

aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan

citra tubuh).

Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan

manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada tulang

belakang. Semakin lama klien menderita paraparese tersebut,maka mungkin akan

bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.

Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien

mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak mampuan dalam

status ekkonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien

merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.

Karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji

apakah keadaan ini akan memberi dampak pada status ekonomi klien, karena

biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan

HNP yang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan

dapat mengacaukan keuangan keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas

emosi dan pikiran klien dan keluarga. Perawat juga melakukan pengkajian

terhadap fungsi neurologis dan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi

pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua

masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam

hubunganya dengan peran social klien dan rencana pelayanan yang akan

mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurobiologis di dalam dukungan

sistem individu.

c. Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan- keluhan klien ,

pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem dan terarah (B1-B6)

Page 12: ASKEP HNP.docx

dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan

dihubungkan dengan keluhan klien.

d. Keadaan umum

Pada HNP, keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran.

Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi yang

berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.

B1 (BREATHING)

Jika terjadi area yang terkena HNP adalah sistem saraf spinal thoracal (T1-T12),

maka akan terjadi gangguan pada system pernafasan dan biasanya yang

ditemukan pada pemeriksaan:

Inspeksi, klien terlihat sesak nafas, dan frekuensi pernafasan meningkat.

Palpasi, ditemukan taktil fremitus yang tidak seimbang kanan dan kiri.

Auskultasi, ditemukan adanya bunyi nafas tambahan (pada klien yang mengalami

asma bronchial akibat gangguan pada saraf spinal thorakal).

B2 (BLOOD)

Gangguan kardiovaskular dan perubahan tekanan darah dapat terjadi pada kasus

HNP yang mengenai saraf spinal thoracal (T1-T12) dan saraf spinal cervikal atas

(C1-C2).

B3 (BRAIN)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada system lainya.

Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya

angulus, pelvis yang miring atau asimetris,muskulaturparavertebral atau pantat

yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan

punggung. Pelvis dan tungkai selama bergerak.

e. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis, biasanya juga terjadi penurunan

kesadaran apabila yang terkena saraf spinal cervical atas (C1 Dan C2) yang

menuju pada area CNS.

f. Pemeriksaan fungsi serebri

Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara

klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik. Status mental klien

yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami perubahan.

Page 13: ASKEP HNP.docx

g. Pemeriksaan saraf cranial

1) Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan.

2) Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal.

3) Saraf III, IV, dan VI. Klien bisanya tidak mengalami gangguan

mengangkat kelopak mata, pupil isokor.

4) Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisi pada otot

wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.

6) Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi

7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.

8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan ada

fasikulasi, indra pengecapan normal

h. Sistem motorik

1) Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu

jari, dan jari lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan

ekstensi blalju menahan gerakan tersebut.

2) Ditemukan atropi otot pada pada maleolus atau kaput fibula dengan

membandingkan kanan kiri.

3) Fakulasi (konraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.

i. Pemeriksaan refleks

1) Refleks Achilles pada HNP L4-L5.

2) Refleks lutut/patella pada HNP lateral L4-L5.

j. Sistem sensorik

Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan rasa getar

(vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan

pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati

atau halus sehingga tidak tidak membingungkan klien. Palpasi dilakukan pada

daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.

B4 (BLADDER)

Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis

urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat

Page 14: ASKEP HNP.docx

menurunnya perfusi pada ginjal. Gangguan pada sistem perkemihan biasa terjadi

jika terkena pada saraf spinal lumbal.

B 5 (BOWEL)

Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang.

Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidak nya

lesi pada mulut atau perubahan pada lidah.hal ini dapat menunjukkan adanya

dehidrasi. Gangguan sistem pencernaan dapat terjadi jika terkena saraf spinal

thorakal (mempersarafi usus kecil) dan lumbal (usus besar). Jika area sakral dan

koksigeal yang yang mengalami hernia, biasanya akan menimbulkan gangguan

pada sphinkter karena saraf spinal ini mempersarafi otot-otot disekitarnya

termasuk sphinkter ani eksternal.

B6 (BONE)

Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karna adanya

nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah menyababkan masalah

pada pola aktivitas dan istirahat.

Inspeksi, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus,

pelvis yang miring serta asimetris, maskulatur paravertebral atau bokong yang

asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam

melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak. Palpasi,

ketika meraba kolumna vertebralis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral

atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan, rasa nyerinya kearah yang

paling terasa nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis,

tekanan didaerah distribusi ujung saraf.

b. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,

kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan

tungkai.

c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan

neuromuskular,menurunnya kekuatan dan kesadaran , kehilangan kontrol atau

koordinasi otot.

d. Risiko gangguan intergritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,tidak

adekuatnya sirkulasi perifer,tirah baring lama.

Page 15: ASKEP HNP.docx

e. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan ketidakberdayaan dan

merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan.

3. Intervensi dan Rasionalisasi

a. Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus interveterbalis,

tekanan di daerah distribusi ujung saraf.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam, nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien.

Criteria hasil: secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi,

dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien

tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi

Intervensi:

1) Kaji terhadap nyeri dengan skala0-4

R/Nyeri merupakan respons subjektif yang bias dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan skala nyeri biasanya di atas

tingkat cedera.

2) Bantu klien dalam identifikasi factor pencetus

R/Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung

kemih, dan berbaring lama.

3) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi

dan non-invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya

telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

4) Ajarkan relaksasi : Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot

rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan

relaksasi masase.

R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan oksigen oleh

jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

5) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

R/ Mengalihkan perhatian ke hal-hal yang menyenangkan.

6) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi

yang nyaman misalnya saat klien tidur, sanggah punggung klien dengan

bantal kecil.

R/ istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan.

Page 16: ASKEP HNP.docx

7) Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan

berapa lama nyeri akan berlangsung.

R/ Pengetahuan akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan

dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

terapeutik.

8) Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien 30 menit setelah

pemberian obat analgesic untuk mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 jam

setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.

R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif

untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang

tepat.

9) Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgesic.

R/ Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.

b. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,

kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan

tungkai.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai

dengan kemampuannya.

Kriteria hasil: Klien dapt ikut serta dalam prongram latihan, tidak terjadi

kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk

meningkatkan mobilitas.

Intervensi:

1) Kaji mobilitas yang ada observasi peningkatkan kerusakan. Kaji secara teratur

fungsi motorik.

R/ Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivtas.

2) Ubah posisi klien tiap 2 jam.

R/ Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang

jelek pada daerah yang tertekan.

3) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerakan aktif pada ekstrimitas yang

sakit.

R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot, serta

memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.

4) Lakukan gerakan pasif pada ekstrimitas yang sakit

Page 17: ASKEP HNP.docx

R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih

untuk digerakkan.

5) Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau adanya iritasi, kemerahan, atau

luka pada kulit dan membran mukosa.

R/ Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi risiko tinggi

kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi.

6) Bantu klien melakukan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

R/ Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

7) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

R/ Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan

dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.

c. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak

adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam, klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.

Kriteria hasil : Klien mampu berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui

penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka,

kulit kering.

Intervensi :

1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin.

R/ Meningkatkan aliran darah ke semua daerah.

2) Ubah posisi tiap 2 jam.

R/ Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.

3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang

menonjol.

R/ Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.

4) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan

pada waktu berubah posisi.

R/ Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.

5) Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah linen tetap kering.

R/ Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi risiko kelembapan kulit.

6) Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi adanya kehangatan dan

pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.

R/ Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.

7) Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma dan panas terhadap kulit.

Page 18: ASKEP HNP.docx

R/ Mempertahankan keutuhan kulit.

d. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,

menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot

Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam, terdapat perilaku peningkatan dalam perawatan

diri.

Kriteria hasil: klien dapat menunjukangaya hidup untuk kebutuhan merawaat diri,

klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat

kemampuan, mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.

Intervensi :

1) Mandiri Kaji kemampuan dan penurunan klien dalam melakukan ADL dalam

skala 0-4.

R/ Membantu dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan individual.

2) Hindari hal yang dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.

R/ Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini untuk mencegah

frustasi dan harga diri klien.

3) Sadar kan tingkah laku/sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan.

Pertahankan dukungan pola pikir, ijinkan klien melakukan tugas, beri saran

yang positif untuk usahanya.

R/ Klien memerlukan empati, tetapi peril mengetahui perawatan yang

konsisten dalam menangani klien, memandirikan klien, dan menganjurkan

klien untuk terus mandiri.

4) Merencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan perlihatan seperti

tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur

ke dinding.

R/ Klien akan mampu melihat dan mampu memakan makanan, akan mampu

meliat keluar masuknya orang ke ruangan.

5) Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan dari jalan.

R/ Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar tempat tidur dan menurunkan

resiko tertimpa perabotan.

6) Beri kesempatan untuk menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisau

dan garpu, sikat dengan pegangan yang panjang, ekstensi untuk berpijakpada

lantai atau ke toilet, kursi untuk mand.

R/ Mengurangi ketergantungan.

Page 19: ASKEP HNP.docx

7) Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kencing, kemampuan

mengguanakan urinal, pispot, antarkan klien ke kamar mandi bila kondisi

memungkinkan.

R/ Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan

masalah pengosongan kandung kemih oleh karena maslah neurogenik.

8) Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan aktivitas.

R/ Meningkatkan latihan dan menolong menncegah konstipasi.

9) Kolaborasi Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.

R/ Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar.

10) Konsul ke dokter untuk terapi okupasi

R/ Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

e. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan ketidakberdayaan dan

merasa tidak ada harapan, kehilanga/perubahan dalam pekerjaan.

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, koping individu menjadi efektif .

Kriteria hasil: mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat

tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan

penerimaan diri terhadap situasi, mengakui, dan menggabungkan perubahan ke

dalam konsep diri dengan cara yang akurat tampa harga diri yang negatif.

Intervensi :

1) Kaji perubahan akibat gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat

ketidak mampuan.

R/ Menentukan bantuan yang diperlukan individu dalam menyusun rencana

perawatan atau pemiliharaan intervensi.

2) Anjurkan klien untuk menekspresikan perasaan termasuk perasaan bersalah

pada diri sendiri dan kemarahan.

R/ Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai

menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

3) Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari

dan menyatakan inilah kematian.

R/ Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif

terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan

dan intervensi serta dukungan emosional.

Page 20: ASKEP HNP.docx

4) Peryataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali

fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang

sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.

R/ Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian

sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan

adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

5) Bantu dan anjurkan perawatn yang baik dan memperbaiki kebiasaan.

R/ Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari

satu area kehidupan

6) Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan

sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.

R/ Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu

meningkatkan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitas.

7) Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam

aktivitas rehabilitas.

R/ Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran

individu masa mendatang.

8) Monitor gangguan tidur,peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan

penolakan.

R/ Dapat mengidentifikasi terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai

pengaruh dari stroke yang memerlikan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

9) Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.

R/ Dapat menfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan

perasaan.

f. Cemas yang berhubungan dengan ancaman,kondisi sakit, dan perubahan.

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, kecemasan klien hilang atau berkurang.

Kriteria hasil: mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor

yang mempengaruhinya dan menyatakan ansietas berkurang/hilang.

Intervensi :

1) Bantu klien mengekspresikan perasaan marah,kehilangan,dan takut.

R/ Cemas yang berkelanjutan member dampak serangan jantung

selanjutnya.

2) Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien dan lakukan

tindakan bila menunjukan perilaku merusak.

Page 21: ASKEP HNP.docx

R/ Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan

gelisa.

3) Hindari konfrotasi.

R/ Konfrotasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan

mungkin memperlambat penyembuhan.

4) Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan.beri lingkungan

yang tenang dan suasana penuh istirahat.

R/ Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

5) Tingkatkan kontrol sensasi klien.

R/ Kontrol sensasi klien(dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara

memberi informasi tentang keadaan klien, menekankan penghargaan

terhadpa sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu

latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan memberi respon balok

yang positif.

6) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang di harapakan.

R/ Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

7) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.

R/ Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak

diekspresikan.

8) Beri privasi untuk klien dan orang terdekat.

R/ Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas,

dan perilaku adaptasi.Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien

untuk melayani aktifitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan

menurunkan perasaan terisolasi.

Page 22: ASKEP HNP.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. http://minepoems.blogspot.com/2009/07/pregabalin.html. diakses tanggal 16 Mei

2011, pukul 17.00 WIB.

Anonim B. http://belibis-a17.com/2009/11/17/hernia-nukleus-pulposus-hnp-lumbalis/.

diakses tanggal 16 Mei 2011, pukul 17.00 WIB.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih Bahasa: Monica Ester.

Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

NANDA internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasiikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC.

Tailor, Cynthia M & Sheila Sparks Ralph. 2011. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana

Asuhan. Jakarta : EGC.