askep gigitan anjing

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya. Seorang tokoh di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan fenomena alam dan lingkungannya. Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang didapat karena fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan kucing serta hewan yang berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa bintang tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita. Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di Indonesia. Arti penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan kunjungan wisatawan. 1.2 Rumusan Masalah 1

Upload: wellacharismaeyaa

Post on 17-Jan-2016

697 views

Category:

Documents


92 download

DESCRIPTION

askep gigitan anjing

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP GIGITAN ANJING

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia

tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang

keberadaannya. Seorang tokoh di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah

tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan

fenomena alam dan lingkungannya.

Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang didapat karena

fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan

kucing serta hewan yang berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa

bintang tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.

Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di Indonesia. Arti penyakit ini

tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis

(kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-

orang yang terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya

pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara

dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan kunjungan wisatawan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian gigitan anjing?

b. Apakah etiologi dari gigitan anjing?

c. Apakah manifestasi klinis dari gigitan anjing?

d. Apakah Komplikasi dari gigitan anjing?

e. Apakah Penatalaksanan dari gigitan anjing?

f. Apakah Pathway dari gigitan anjing?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian gigitan anjing?

b. Untuk mengetahui etiologi dari gigitan anjing?

c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gigitan anjing?

1

Page 2: ASKEP GIGITAN ANJING

d. Untuk mengetahui Komplikasi dari gigitan anjing?

e. Untuk mengetahui Penatalaksanan dari gigitan anjing?

f. Untuk mengetahui Pathway dari gigitan anjing?

2

Page 3: ASKEP GIGITAN ANJING

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat

kekerasan (Mansjoer, 2000)

2. Jejas gigit (Bite Mark) dapat berupa luka lecet tekan berbentuk garis lengkung

terputus-putus hematoma tau luka robek dengan tepi rata, luka gigitan umumnya

masih baik strukturnya sampai 3 jam pasca trauma, setelah itu dapat beruba bentuk

akibat elastisitas kulit (Mansjoer,2000)

3. Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat berupa memar

yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia (Morison J,2003)

B. Etiologi

Gigitan Anjing, virus rabies yang bersifat neurotropik dan menyebabkan ensefalitis

virus serta infeksi melalui saliva dan gigitan anjing, kucing, rubah, srigala, kelelawar

yang menderita rabies

C. Manifestasi Klinik

Terdiri dari  beberapa stadium :                                          

1. Stadium Prodromal

2. Pada stadium ini gejalanya tidak spesifik, nyeri kepala, demam yang kemudian

diikuti dengan anoreksia, mual muntah, malaise, kulit hipersensitif, serak dan

pembesaran kelenjar limfe regional

3. Masa Perangsangan Akut (Agitasi), stadium ini ditandai adanya kecemasan,

berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang, salvias, insomnia, nervouseness,

spasme otot kerongkongan, tercekik, sukar menelan cairan atau ludah, hidrofobia,

kejang-kejang, kaku

4. Masa Kelumpuhan, terjadi akibat kerusakan sel saraf, penderita menjadi

kebingungan, sering kejang-kejang, inkontinensiaurin, stupor, koma, kelumpuhan

otot-otot dan kematian

3

Page 4: ASKEP GIGITAN ANJING

D. Komplikasi

Gigitan anjing menyebabkan kerusakan sel syaraf, kelumpuhan otot-otot serta kematian

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Diagnosis pada manusia ditegakkan dengan tes antibodi netraslisasi rabies yang

positif dan

2. Diagnosis pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan otak secara otopsi. Pada

otopsi otak akan ditemukan badan inklusivirus (Negri’s bodies) didalam sel saraf

F. Penatalaksanan

Pertolongan pertama bila digigit hewan:

1. Gigitan berupa luka ringan tanpa kemungkinan rabies

a. Cuci luka dengan sabun dan air

b. Oleskan krim antibiotik untuk mencegah infeksi

c. Tutuplah luka tersebut dengan perban bersih

2. Gigitan berupa luka yang dalam

a. Jika menyebabkan luka yang dalam pada kulit atau kulit robek parah dan

berdarah , tekanlah luka dengan menggunakan kain bersih dan kering untuk

menghentikan perdarahan

b. Setelah dilakukan tindakan pertama untuk menghentikan perdarahan, nyeri,

kemerahan segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat

3. Gigitan yang menimbulkan luka infeksi

Jika melihat adanya tanda-tanda infeksi seperti pembengkakan, nyeri, kemerahan

segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat

4. Gigitan luka dengan dugaan rabies

Jika mencurigai gigitan disebabkan oleh hewan yang mungkin membawa virus

rabies , segera cuci luka dengan air mengalir yang dicampur sabun atau detergen.

Segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat. yang mungkin membawa virus

rabies , segera cuci luka dengan air mengalir yang dicampur sabun atau detergen.

Segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat.

4

Page 5: ASKEP GIGITAN ANJING

Cara lain :

1. Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang

2. Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan debridement

3. Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi dengan cara blok atau

umum

4. Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali sehari

5. Berikan ATS atau HTIG

6. Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti rabies disekitar luka

Jika mendapat gigitan dari binatang yang diduga terinfeksi rabies, ada beberapa

tindakan yaitu:

1. Segera cuci luka dengan air mengalir menggunakan sabun atau detergen

2. Seger bawa ke pusat kesehatan atau rabies center untuk pemberian vaksin abti

rabies (VAR)

3. Lanjutkan terus pengobatan dengan melakukan pemeriksaan, karena masa

inkubasi rabies laam, perlu waktu 2 minggu untuk melihat hasil suntikan vaksin

apakah ada gejala rabies

4. Jika positif, maka harus kembali diulang pemberian vaksinnya selama 4 tahapan

(mulai nol lagi, hari ke 7, hari ke 14 dan diberi vaksin booster pada hari ke 60).

7. Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti rabies disekitar luka

5

Page 6: ASKEP GIGITAN ANJING

G. PATOFLOW

Etiologi vulnus morsum    (gigitan manusia,

binatang, dll )

Traumatik jaringan

Kerusakan kulit

Rusaknya barier tubuh

Terpapar dengan lingkungan

Resti infeksi

Terputusnya kontinuitas jaringan

Kerusakan syaraf perifer

Menstimulasi pengeluaran neurotransmitter

(prostaglandin, histamine, bradikinin, serotonin)

Serabut eferen

Medula spinalis

Korteks serebri

Serabut aferen

Perdarahan berlebih

Perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

Keluarnya cairan tubuh (ketidakseimbangan)

Kekurangan volume cairan

Resti syok hipovolemik

Nyeri

Kemempuan ambang batas tubuh tidak menahan

Aktifitas motorik terbatas

6

Page 7: ASKEP GIGITAN ANJING

Stress

Ansietas

Gangguan pola istirahat dan

tidur

Syok neurogenik Kekuatan otot menurun

Gangguan mobilisasi fisik

Defisit perawatan diri

7

Page 8: ASKEP GIGITAN ANJING

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kedaruratan

a. Pengkajian

1. Airway

· Tidak adanya sputum atau secret

· Tidak adanya lender dan darah

· Tidak adanya benda asing pada saluran pernafasan

b. Breathing

· Tidak adanya sesak nafas ataupun tidak menggunakan nafas tambahan, seperti

retraksi dan pernafasan cuping hidung serta apneu

· Frekuensi nafas dalam batas normal

· Irama teratur tidak dalam maupun dangkal

· Nafas tidak berbunyi dan suara nafas vesicular tidak wheezing dan ronchi

· Reflek batuk ada

· AGD dalam batas normal (PO2 35-45 mmhg dan PCO2 80-100 mmhg)

c. Circulation

· Nadi menurun dan teratur

· Tekanan menurun

· Distensi vena jugularis tidak kiri dan kanan tidak ada

· Crt dalam batas normal

· Warna kulit kemerahan dan edema

· Sianosis

· Sirkulasi jantung (irama jantung teratur, bunyi jantung jantung normal S1dan S2,

nyeri dada tidak ada)

d.    Disability

8

Page 9: ASKEP GIGITAN ANJING

· Terjadi penurunan kesadaran (GCS) pada  pada daerah ekstremitas

· Drugs, pemberian antivenin (anti bisa), analgetik (petidine)

e. Exposure

· Adanya edema

· Adanya kemerahan

· Kekakuan otot

f.    Fluid

· Output, nausea vomiting, anoreksia dan , berkeringat.

g.    Good Vital

· Terjadi penurunan pada tekanan darah

· Pada nadi terjadi penurunan

· Pernafasan dalam batas normal

· Suhu dalam batas normal

8.    Head to-toe

1. Kepala :

Bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.

1. Mata : bentuk simetris, tidak anemis,pupil isokor

2. Hidung : Bentuk simetris

3. Telinga : bentuk simetris kiri dan kanan

4. Bibir : Bentuk simetris

5. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar getah

bening

6. Dada : Paru-paru : frekuensi > 24x/mnt, irama teratur

7. Jantung : Bunyi  jantung : normal S1 dan S2, HR menurun

8. Abdomen :

1. Bentuk : simetris

2. Bising usus dalam batas normal (6-10x/mnt)

3. Ada mual dan muntah

9. Ekstremitas :

9

Page 10: ASKEP GIGITAN ANJING

1. Akral dingin

2. Edema

3. Kekakuan otot

4. Nyeri

5. Kekuatan otot menurun

B.    Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan kulit

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

C.    Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan selama perawatan , gangguan perfusi jaringan perifer tidak

terjadi dengan kriteria :

- Nadi teratur (60-100 x/menit)

- TD dalam batas normal

- Tidak ada edema

No Intervensi Rasional

1 Obsevasi warna, sensasi, gerakan nadi

perifer melalui dopler dan pengisian kapiler

pada ekstremitas luka, bandingakan dengan

ekstremitas yang tidak sakit

Pembentukan odema dapat

secara cepat menekan

pembuluh darah sehingga

mempengaruhi sirkulasi

2 Tinggikan eksteremitas yang sakit dengan

tepat

Meningkatkan sirkulasi

sistemik atau aliran balik

vena dan dapat menurunkan

edema

3 Ukur TD  pada ekstremitas yang

mengalami luka, lepaskan manset TD

setelah mendapatkan hasil

Dapat mengetahui secara

berkesinambungan TD dan

menentukan intervensi yang

10

Page 11: ASKEP GIGITAN ANJING

tepat, dengan dibiarkan

manset pada tempatnya dapat

meningkatkan pembentukan

edema

4 Dorong latihan gerak aktif pada bagian

tubuh yang tidak sakit

Meningkatkan sirkulasi local

dan sistemik

5 Observasi nadi secara tertur Disritmia jantung dapat

terjadi akibat perpindahan

elektrolit

Diagnosa 2

Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi

     Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Berikan isolasi atau pantau pengunjung

sesuai indikasi

agar  pasien tidak terkena infeksi

dari luar

2 Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas

terhadap klien

mencegah gangguan integritas kulit

pada bagian yang terus tertekan

3 Batasi penggunaan alat atau prosedur

infasive jika memungkinkan

mencegah terjadinya luka

4 Lakukan infeksi terhadap luka alat infasif

setiap hari

mencegah paparan kuman dari luar

kepada pasien

5 Lakukan tehnik steril pada waktu

penggantian balutan

mencegah kontaminasi kuman pada

luka pasien

6 Gunakan sarung tangan pada waktu

merawat luka yang terbuka atau antisipasi

dari kontak langsung dengan ekskresi atau

sekresi

mencegah tertularnya kuman dari

pasien ke perawat/tenaga medis

lainnya

7 Pantau kecenderungan suhu mengigil dan

diaforesis

mencegah infeksi menjalar ke

bagian lain

8 Berikan obat antiinfeksi (antibiotic) membantu proses penyembuhan

pasien dan pertahanan pasien dari

11

Page 12: ASKEP GIGITAN ANJING

kuman yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Salemba Medika : Jakarta

2. Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume

1. Jakarta : EGC

3. ................................ 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 2.

Jakarta : EGC

4. ................................ 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 3.

Jakarta : EGC

5. Cecily. L. Betz (2002). Buku Saku Keperawatan pediatrik. Edisi 3. Jakarta : ECG

6. Corwin. J. Elizabeth (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

7. Doenges. Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

12