askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

Upload: forbin-mone

Post on 05-Jul-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    1/23

     

    ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI :

    HALUSINASI

    Makalah diajukan untuk melengkapi mata kuliah Keperawatan Jiwa

    Disusun Oleh:

    FAHISTA 2013-33-023

    FEBY REZQIA R 2013-33-013

    ZAHRA TRI W.T 2013-33-051

    DESY TRI WULANDARI 2013-33-004

    ZAHRA MAULIDIA 2013-33-041

    KIKI FITRIYANI 2013-33-035

    YANISA 2013-33-022

    PRORAM STUDI NERS

    FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    JAKARTA

    2016

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    2/23

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan

    hidayahnya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul

    “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi” disusun

    dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa serta memberikan

     pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai Halusinasi..

    Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen untuk pembuatan

    makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain

    yang telah membaca makalah saya.

    Saya menyadari bahwa makalah ini, saya susun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

    dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dengan tujuan agar makalah ini

    selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat. 

    Jakarta, April 2016

    Penulis

    i

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    3/23

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ………………..……………………………………..  i

    Daftar Isi ……………………………………………………….   ii

    BAB I PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang …………………………………………………..……   1

    B.  Rumusan Masalah ………………………….……………………………   1

    C.  Tujuan ………………………….………..……………………..……  2

    BAB II TINJAUAN TEORI

    A.  Definisi Halusinasi …………………....…………………………..  3

    B.  Proses Terjadinya Masalah …….……………….………………………….  4

    C.  Jenis-jenis Halusinasi …………………....…………………………..  4

    D.  Fase Halusinasi …………………………....…………………………..  5

    E.  Etiologi …………………………....…………………………..  7

    F.  Tanda dan Gejala …………………………....…………………………..  8

    G.  Rentang Respon …………………………....…………………………..  9

    H.  Pohon Masalah …………………………....…………………………..  10

    I.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa

    Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi ………………………....……………..  11

    ii

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    4/23

    BAB III PENUTUP

    A.  Kesimpulan …………………………………..……………..  17

    B.  Saran ………………………………………………….   17

    DAFTAR PUSTAKA

    iii

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    5/23

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    6/23

    6.  apa saja tanda dan gejala dari halusinasi ?

    7.   bagaimana rentang respon dari halusinasi ?

    8.   jelaskan pohon masalah dari halusinasi pada gangguan sensori persepsi ! 

    9.   jelaskan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan gangguan sensori persepsi :

    halusinasi !

    C.  Tujuan Penulisan

    Tujuan Umum :

    Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa dengan Gangguan

    Sensori Persepsi : Halusinasi kedalam praktik keperawatan jiwa dan memodifikasi

     perkembangan IPTEK keperawatan.

    Tujuan Khusus :

    Makalah ini dibuat dengan tujuan :

    1.  Mendeskripsikan definisi dari Halusinasi ?

    2.  Mendeskripsikan proses terjadinya masalah pada halusinasi ?

    3.  Menyebutkan jenis-jenis dari halusinasi ?

    4.  Menyebutkan fase-fase dari halusinasi

    5.  Mendeskripsikan etiologi dari halusinasi (predisposisi dan presipitasi) ?

    6.  Mendeskripsikan tanda dan gejala dari halusinasi ?

    7.  Mendeskripsikan tentang rentang respon dari halusinasi ?

    8.  Mendeskripsikan pohon masalah dari halusinasi pada gangguan sensori persepsi !

    9.  Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan gangguan sensori persepsi :

    halusinasi !

    2

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    7/23

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A.  Definisi

    Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses

     pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu

    yang dinamakan persepsi (Sturt Gail W, 2007).

    Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra.

    Dalam skizofrenia halusinasi penglihatan merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi (

    Isaac, Ann, 2007).

    Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi merupakan suatu

     persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra yang dirasakan individu tanpa

    adanya stimulus yang nyata.

    Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

    rangsangan dari luar (Yosep, 2011).

    Menurut Direja, (2011) halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam

    membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).

    Halusinasi menurut Keliat dan Akemat, (2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa pada

    individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa

     penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau pendengaran.

    Berdasarkan beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek

    yang nyata.

    3

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    8/23

    B.  Proses Terjadinya masalah

    Proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :

    1.  Tahap Pertama 

    Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang,

    secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada

    individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,

    kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk

    mengurangi ansietas. 

    2.  Tahap Kedua 

    Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat ansietas yang

     berat. Adapun karakterisik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan

    kendali dan mungkin berusaha unuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan,

    individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari

    orang lain. 

    3. 

    Tahap Ketiga Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat,

     pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakerisik yang

    tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan

     pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya,

    individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir. 

    4. 

    Tahap Keempat 

    Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panik.

    Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin

    menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung

     beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada inervensi terapeutik (Menurut StuartGail, wiscarz, 2007). 

    C.  Jenis-jenis Halusinasi

    Menurut Stuart, (2007) jenis-jenis halusinasi dibedakan menjadi 7 yaitu sebagai berikut :

    1.  Halusinasi pendengaran 

    Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya orang. Suara dapat berkisar dari

    suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk

     pikiran yang dapat didengar yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang

    membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk

    melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.

    2. 

    Halusinasi penglihatan 

    Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar

    karton, atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang

    menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.

    4

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    9/23

    3.  Halusinasi penciuman 

    Karakteristik : Mencium bau-bau seperti darah, urine, feses, umumnya bau-bau yang

    tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,

    kejang, dan dimensia. 

    4.  Halusinasi pengecapan 

    Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikan seperti darah, urine,

    atau feses.

    5.  Halusinasi Perabaan

    Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa

    tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

    6.  Halusinasi Senestetik  

    Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,

    makanan dicerna atau pembentukan urine.

    7.  Halusinasi Kinestetik  

    Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri. D.  Fase-fase Halusinasi

    Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi oleh intensitas

    keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar.

    Menurut Direja, (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu sebagai berikut :

    1.  Fase Pertama disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap

    ini masuk dalam golongan nonpsikotik. 

    a.  Karakteristik atau Sifat : 

    Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang

    memuncak dan tidak dapat diselesaikan. klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. 

     b.  Perilaku Klien : 

    Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan

    mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan

    suka menyendiri.

    5

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    10/23

    2.  Fase Kedua disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi

    menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. 

    a.  Karakterisktik atau Sifat : 

    Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun,

    dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien

    tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrolnya.

     b.  Perilaku Klien : 

    Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung

    dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan

    realitas.

    3.  Fase Ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi

     berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. 

    a.  Karakteristik atau Sifat : 

    Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien.

    Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.  

     b.  Perilaku Klien : 

    Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,

    Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi

     perintah. 

    4.  Fase Keempat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan

    halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat. 

    a.  Karakterisktik atau Sifat : 

    Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien

    menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara

    nyata dengan orang lain di lingkungan. 

     b.  Perilaku Klien : 

    Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik

    diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak

    mampu berespon lebih dari satu orang.

    6

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    11/23

    E.  Etiologi

    1.  Faktor Predisposisi

    Menurut Yosep, (2011) ada beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan halusinasi,

    yaitu faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetic dan poala asuh.

    Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :

    a. 

    Faktor Perkembangan 

    Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

    kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah

    frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress. 

     b.  Faktor Sosikultural 

    Seseorang yang merasa tidak diterima lingkuanganya sejak bayi (Unwanted

    child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkunagannya. 

    c.  Faktor Biokimia 

    Mempunyai pengaruh terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan

    dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifathalusinogik neurokimia seperti Buffofenondan Dimetytranferase (DMP). Akibat

    stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya

    terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin. 

    d.  Faktor psikologis 

    Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada

     penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam

    mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih

    kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal. 

    e.  Faktor genetik dan pola asuh 

    Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua Skizofrenia cenderung mengalami Skizofrenia. Hasil studi menunjukan bahwa

    faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    12/23

    2.  Faktor Presipitasi

    Menurut Stuart, (2007) ada beberapa faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi,

    yaitu sebagai berikut ini :

    a.  Faktor Biologis 

    Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi

    serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

    ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

    untuk diinterpretasikan. 

     b.  Faktor Stress lingkungan 

    Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi

    dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 

    c.  Faktor Sumber koping 

    Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

    F.  Tanda dan Gejala

    Menurut Videbeck, (2008) ada beberapa tanda dan gejala pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilihat dari data subyektif dan data obyektif klien,

    yaitu :

    1.  Data Subyektif : 

    a.  Mendengar suara atau bunyi. 

     b.  Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. 

    c. 

    Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap. 

    d.  Mendengar seseorang yang sudah meninggal. 

    e.  Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain bahkan suara lain yang

    membahayakan. 

    2. 

    Data Obyektif : a.  Mengarahkan telinga pada sumber suara. 

     b.  Bicara sendiri. 

    c.  Tertawa sendiri. 

    d.  Marah-marah tanpa sebab. 

    e.  Menutup telinga. 

    f.  Mulut komat-kamit. 

    g.  Ada gerakan tangan. 

    8

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    13/23

    G.  Rentang Respon

    Dari defines yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa halusinasi

    merupakan persepsi yang nyata tanpa adanya stimulus. Gangguan sensori persepsi :

    halusinasi disebabkan oleh otak individu terhadap gangguan orientasi berfokus sepanjang

    rentang respon dari adaptif sampai yang maladaptive, dapat dilihat dalam gambar dibawah

    ini :

    Respon Adaptif Respon Maladaptif

    Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses piker/delusi/waham

    Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

    Emosi konsistendengan

     pengalaman

    Reaksi emosional berlebih

    atau kurangKetidakmampuan untuk mengatasi emosi

    Perilaku sosial Perilaku ganjil Ketidak teraturan

    Hubungansosial harmonis

    Perilaku yang bisamenyebabkan isolasi sosial

    Isolasi sosial

    (Stuart and Laraia, 2005)

    Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya

    secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan masalah

    dalam batas normal yang meliputi :

    1.  Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai

    dengan kenyataan.2.  Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang didasari oleh indra perasaan, dimana dapat

    membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut

     berbagai sensasi yang dihasilkan.

    3.  Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai

    dengan stimulus yang datang.

    4.  Perilaku sesuai dengan cara bersikap individu yang sesuai dengan perannya.

    5.  Hubungan sosial harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan

    orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan tidak senang.

    9

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    14/23

    Sedangkan respon maladaptif adalah sesuatu respon yang tidak dapat diterima norma-norma

    sosial dan budaya yang berlaku dimasyarakat, dimana individu dalam menyelesaikan

    masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :

    1.  Gangguan proses piker/waham adalah ketidakmampuan otak untuk memproses data

    secara akurat yang tidak dapat menyebabkan gangguan proses piker, seperti ketakutan,merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran yang terisi, dan lain-lain.

    2.  Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima

    otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, pengecapan, dan penglihatan.

    3.  Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan individu tidak sesuai dengan

    stimulus yang datang.

    4.  Perilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai dengan

     peran.

    5.  Isolasi sosial adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan atau tidak

    mau berinteraksi dengan lingkungan.

    H. 

    Pohon Masalah

    Resti mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Akibat)

    Perubahan sensori persepsi : halusinasi (Core Problem)

    Isolasi sosial : menarik diri (Penyebab)

    10

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    15/23

    BAB III

    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    A.  Pengkajian

    Pengkajian merupakan tahap awal pada proses Asuhan Keperwatan dimana pengkajian

    mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan data, riwayat

    kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratoium dan pemeriksaan diagnostik. Adapun

    dalam data disusun berdasarkan faktor predisposisi, faktor presipitasi, manifestasi klinis dan

    manifestasi klinis dan mekanisme koping yaitu :

    1.  Faktor Predisposisi

    a.  Biologis

    Karena adanya gangguan perkembangan otak menyebabkan neuobiologis yang

    maladaptif hal-hal yang terkait didalamnya adalah karena adanya perkembangan otak,

    khususnya korteks frontal, temporal dan limbik. Adapun gejala yang muncul adalah

    hambatan dalam belajar, daya ingat dan perilaku menarik diri atau kekerasan.

     b.  Psikologis

    Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis

    klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas

    adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien, penolakan dapat dirasakan

    dari ibu, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, dan tidak sensitive, pola

    asuh pada usia anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih sayang, dan

    adanya perengkaran orangtua, aniaya dan kekerasan rumah tangga.

    c.  Sosial budaya

    Kehidupan social budaya dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti

    konflik sosial budaya dan kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk.

    d.  Faktor genetic

    Halusinasi umunya ditemukan pada klien schizophrenia dan angka kejadian cukup

    tinggi dan juga bila dalam keluarga tersebut ada anggota keluarga yang sudah

    menderita skizofrenia.

    11

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    16/23

    2.  Faktor Presipitasi

    Sikap persepsi : merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa

    malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan

     pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umumnya mencakup kejadian

    kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan

    individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Dari data-

    data tersebut faktor presipitasi dikelompokan sebagai berikut :

    a.  Stressor biologis

    Yaitu yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptive termasuk

    gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.

    Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

    ketidakmampuan melakukan secara selektif menanggapi rangsangan.

     b.  Stress Lingkungan

    Secara biologis menetapkan ambang toleransi stress yang berinteraksi dengan stressor

    lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

    c.  Manifestasi klinis

    Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan halusinasi adalah penampilan

    tidak rapih dan tidak serasi, biasanya pembicaraan tidak terorganisir, aktifitas motorik

    meningkat atau menurun, impulsive alam perasaan berupa suasana emosi seperti

    sedih, putus asa dengan perilaku apatis, afek tumpul, datar, tidak sesuai, ambivalen

    dan selama interaksi klien tampak komat-kamit, kontak mata tidak ada, tertawa

    sendiri yang tidak terkaitnya dengan pembicaraan.

    Observasi yang dilakukan pda klien akan ditemukan : bicara, senyum dan tertawa

    sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata

    dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi, curiga,

     bermusuhan, takut, ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung.

    12

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    17/23

    d.  Mekanisme Koping

    Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang

    menakutkan berhubungan dengan respon neurologik termasuk :

    1)  Regresi : Dalam menghadapi stress, perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur

    kembali ke tahap perkembangan sebelumnya.

    2)  Proyeksi : Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan

    tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.

    3)  Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

    4)  Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

    B.  Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji 

    1.  Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan 

    a. 

    Data Mayor : 

    1)  Subyektif : Mengatakan mendengar suara bisikan atau melihat bayangan. 

    2)  Obyektif : Bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa sebab. 

     b.  Data Minor : 

    1)  Subyektif : Menyatakan kesal, menyatakan senang dengan suara-suara. 

    2)  Obyektif : Menyendiri, melamun 

    2.  Isolasi sosial : Menarik diri 

    a.  Data Mayor : 

    1)  Subyektif : Mengatakan malas berintraksi, ,mengatakan orang lain tidak mau

    menerima dirinya, merasa oang lain tidak selevel dengan dia. 

    2)  Obyektif : Menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang

    lain. 

     b.  Data Minor : 

    1)  Subyektif : Curiga dengan orang lain, mendengar suara-suara atau melihat

     bayangan, merasa tak berguna. 

    2) 

    Obyektif : Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan

    dengan orang lain. 

    13

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    18/23

    3.  Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan 

    a.  Data Mayor : 

    1)  Subyektif : Mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan, informasi dari

    keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien. 

    2)  Obyektif : Ada tanda atau jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh. 

     b.  Data Minor : 

    1)  Subyektif : Mendengar suara-suara, merasa orang lain mengancam, menganggap

    orang lain jahat. 

    2)  Obyektif : Tampak tegang saat becerita, pembicaraan kasar jika menceritakan

    marahnya. 

    C.  Diagnosa Keperawatan 

    Diagnosa kepeawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan data, mengatasi

    kebutuhan spesifik klien serta respon terhadap masalah dan risiko dan diagnosa keperawatan

    yang muncul pada masalah gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut :

    1.  Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

    2.  Isolasi sosial

    3.  Resiko perilaku kekerasan

    D.  Rencana Tindakan Keperawatan

    Perencanaan merupakan deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan

    atau tindakan yang harus dilakukan perawat, dimana perencanaan dipilih untuk membantu

    klien dalam mencapai hasil. Adapun perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :  

    1.  Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

    a.  TUM : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami

     b.  TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

    14

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    19/23

    Kriteria Evaluasi : setelah ......x pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya

    kepada perawat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, Menunjukkan rasa senang,

    ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab

    salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah

    yang dihadapi. Intervensi : Beri salam setiap interaksi, Perkenalan nama, nama

     panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan

     panggil nama kesukaan klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan

    menepati janji setiap kali berinteraksi, tunjukkan sikap empati dan menerima apa

    adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan

     perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas,

    dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien

    c. 

    TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

    Kriteria evaluasi : setelah .....x interaksi klien menyebutkan,Isi, Waktu, Frekuensi,

    Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi Intervensi : Adakan kontak sering

    dan singkat secara bertahap, Observasi tingkah laku terkait dengan halusinasinya

    (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap).

    Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, Tanyakan apakah klien mengalami

    sesuatu (halusinasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), Jika klien menjawab ya,

    tanyakan apa yang sedang dialaminya, Katakan bahwa perawat percaya klien

    mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya, Katakan bahwa

    ada klien yang mengalami hal yang sama, Katakan bahwa perawat akan membntu

    klien, Jika klien sedang tidak berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman

    halusinasi, diskusikan dengan klien : Isi, waktu dan frekuensi terjadinya

    halusinasi, Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

    d.  TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

    Kriteria Evaluasi :

    1) 

    Setelah ….x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk

    mengendalikan halusinasinya

    Intervensi : Bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi

    halusinasi (tidur, marah , menyibukkan diri).

    15

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    20/23

    2)  Setelah ….x interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.

    Intervensi : Diskusikan cara yang digunakan klien, Jika cara yang digunakan

    adaptif beri pujian, Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugiuan

    cara tersebut.

    3)  Setelah ....x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi

    halusinasi.

    Intervensi : Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya

    halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang lain

    untuk menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melasanakan jadwal

    kegiatan sehari-hari yang telah disusun.

    4)  Setelah ....x interaksi klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk

    mengendalikan halusinasinya.

    Intervensi : Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih

    mencobanya.

    5)  Setelah ....x pertemuan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok.

    Intervensi : Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih

    e.  TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

    Kriteria Evaluasi :

    1)  Setelah ....x pertemuan keluarga menyatakan setuju untuk mengikui pertemuan

    dengan perawat.

    Intervensi : Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan

    waktu)

    16

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    21/23

    2)  Setelah …x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda, gejala dan proses

    terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.

    Intervensi : Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga atau

    kunjungan rumah), Pengertian halusinasi, Tanda dan gejala halusinasi, Proses

    terjadinya halusinasi, Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk

    memutus halusinasi, Obat  –   obatan halusinasi, Cara merawat anggota keluarga

    yang halusinasi di rumah, Beri informasi waktu control ke rumah sakit dan

     bagaimana cari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.

    f.  TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

    Kriteria Evaluasi :

    1)  Setelah ....x interaksi klien menyebutkan :Manfaat minum obat, Kerugian tidak

    minum obat, Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat

    Intervensi : Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum

    obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.

    2)  Setelah ....x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

    Intervensi : Pantau klien saat penggunaan obat

    3)  Setelah ….x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa

    konsultasi dokter

    Intervensi : Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.

    16

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    22/23

    BAB IV 

    PENUTUP

    A.  Kesimpulan

    Gangguan sensori persepsi adalah ketidakmampuan individu dalam membedakan

    rangsang eksternal seperti : iklim, bunyi, situasi alam sekitar dengan rangsang internal seperti

     pikiran, perasaan dan kenyataan serta tidak dapat mengevaluasi pengalaman secara aktual.

    Gangguan sensori persepsi terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan proses fikir,

     persepsi, afek, kegiatan motorik dan sosial.

    Halusinasi merupakan suatu persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra

    yang dirasakan individu tanpa adanya stimulus yang nyata.

    Halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek

    yang nyata.

    B.  Saran

    Agar mahasiswa mampu memahami dalam Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa dengan

    Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi didalam lingkungan kesehariannya maupun dengan

    klien dalam menyembuhkan suatu masalah yang dialami oleh kliennya sendiri.

    17

  • 8/16/2019 askep gangguan sensori persepsi halusinasi.pdf

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Purwanto, Teguh, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.

    Jakarta : Graha Ilmu. 

    Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. 

    Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Cetakan I. Jakarta : EGC.

    Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Volume 45, 2010-2011.

    Jakarta : ISFI. 

    Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Revika Aditama.

    Keliat, Budi anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC