askep dhf
DESCRIPTION
Keperawatan AnakTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
A. KONSEP DASAR DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Soegijanto, 2006).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang
terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa,
dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada
penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan
bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan.
(Hendrawanto, 2004).
2. Etiologi
a. Virus dengue sejenis arbovirus.
b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan
dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di
Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II,
sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah
di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium
diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC. Keempat
serotif tersebut telah di temukan pula di
Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif
yang paling banyak.
3. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh,
klien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan
berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal
ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan
hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.
4. Klasifikasi DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut
derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa
perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-
gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah
seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt )
tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan
darah menurun, (120/80 120/100 120/110
90/70 80/70 80/0 0/0)
d. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur
(denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.
5. Tanda dan Gejala
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan
berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala
lain adalah :
a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat
dengan reaksi perabaan.
b. Asites
c. Cairan dalam rongga pleura (kanan)
d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
6. Pemeriksaan dan Diagnosis
a. Trombositopeni ( 100.000/mm3)
b. Hb dan PCV meningkat ( 20% )
c. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
d. Isolasi virus
e. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
f. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV
berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila
sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal
hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin
serum.
7. Penatalaksanaan
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi
virus dengue :
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena
panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-
kejang.
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran
hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan
sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV
meningkat.
c. Panas disertai perdarahan
d. Panas disertai renjatan.
Belum atau tanpa renjatan:
Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75
ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau
50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg
bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah
atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi
disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering
mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali
sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB <
25 Kg
2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-
30 kg
3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-
40 kg
4) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-
50 kg
5) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada
infeksi lain, antipiretik untuk anti panas,
darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
b. Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur
lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan
frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral
hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10
mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil
lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam
dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi
renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam
24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
1) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB <
25 Kg
2) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat
badan 26-30 Kg.
3) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
31-40 Kg.
4) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
41-50 Kg.
a. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL
20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih
terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut
memperoleh plasma atau plasma ekspander
( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10
mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal
30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika
keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL
sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa
waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
b. Apabila satu jam setelah pemberian cairan
Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan
tensi menurun lagi, tetapi masih terukur
kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral
dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg
BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30
mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah
diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DHF
1. Pengkajian
a. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri
ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala,
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu
menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan
menurun.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga
yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF
adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui
gigitan nyamuk aides aigepty.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan
air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat
air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.
Riwayat Tumbuh Kembang
- Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan
dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan
Pada grade III klien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat
trjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji
tourniquet positif, trombositipeni, pada grade
III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
4. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan
nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30
cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering,
pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III
dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari
kebutuhan berhubungan denganmual, muntah,
anoreksia.
c. Resiko defisit cairan tubuh berhubungan dengan
perpindahan cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
d. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan
perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya
informasi.
3. Rencana Asuhan Keperawatan.Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitTujuan : Suhu tubuh normalKriteria hasil :
a. Suhu tubuh antara 36,5oC – 37,5oC
b. Nyeri otot hilang
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji saat timbulnya
demam.
2. Observasi tanda
vital (suhu, nadi,
tensi, pernafasan)
setiap 3 jam.
3. Berikan kompres
hangat.
Edukatif
4. Anjurkan klien untuk
banyak minum (2,5
liter/24 jam.
±7gelas).
5. Anjurkan untuk tidak
memakai selimut dan
pakaian yang tebal.
Kolaborasi
6. Berikan terapi
cairan intravena dan
obat-obatan sesuai
program dokter
1. Untuk mengidentifikasi
polademam klien.
2. Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
3. Dengan vasodilatasi
dapat meningkatkan
penguapan yang
mempercepat penurunan
suhu tubuh.
4. Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak.
5. Pakaian tipis membantu
mengurangi penguapan
tubuh.
6. pemberian cairan sangat
penting bagi pasien
dengan suhu tinggi.
Diagnosa 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
kurang dari kebutuhan berhubungan denganmual, muntah,
anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi
yang diberikan /dibutuhkan Kriteria :
Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji keluhan mual,
sakit menelan, dan
muntah yang dialami
klien.
2. Kaji cara / bagaimana
makanan dihidangkan.
3. Ukur berat badan klien
setiap minggu.
4. Berikan makanan dalam
porsi kecil dan
frekuensi sering.
5. Catat jumlah / porsi
makanan yang dihabiskan
oleh klien setiap hari.
Kolaborasi
6. Berikan obat-obatan
antiemetik sesuai
program dokter.
1. Untuk menetapkan cara
mengatasinya.
2. Cara menghidangkan
makanan dapat
mempengaruhi nafsu
makan klien.
3. Untuk mengetahui status
gizi klien
4. Untuk menghindari mual.
5. Untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
6. Antiemetik membantu
pasien mengurangi rasa
mual dan muntah dan
diharapkan intake
nutrisi pasien
meningkat.
Diagnosa 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan
dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Monitor keadaan umum
klien
2. Observasi vital sign
setiap 3 jam atau
lebih
Kolaborasi
3. Jelaskan pada klien
dan keluarga tanda
perdarahan, dan
segera laporkan jika
terjadi perdarahan
4. pemeriksaan : HB,
PCV, trombo
1. Untuk memonitor kondisi
klien selama perawatan
terutama saat terdi
perdarahan. Perawat segera
mengetahui tanda-tanda
presyok / syok
2. Perawat perlu terus
mengobaservasi vital sign
untuk memastikan tidak
terjadi presyok / syok
3. Dengan melibatkan psien dan
keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang
cepat dan tepat dapat segera
diberikan
4. Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah
yang dialami klien dan untuk
acuan melakukan tindakan
lebih lanjut
Clinical Nursing Pathways
Virus dengue
Proliferasi dan transformasi limfosit imun dalam tubuh
Replikasi virus dalam limfosit
Aktifasi sistem komplemen
fungsi agregasi trombosit pelepasan anafilaktoxin histamin
menurun serotonin
megakariosit meningkat permeabilitas kapiler meningkat
umur trombosit menurun ekstravasasicairan intravaskuler
ke ektravaskuler
trombositopeni
volume plasma menurun
pendarahan hipotensi,hemokonsentrasi,hipo
proteinemia,efusi dan renjatan
resiko syok hipovolemi anoksia jaringan ,asidosis metb
Defisit Cairan tubuh
Hipertermi
DAFTAR PUSTAKA
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta :
FKUI
M, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta
: Salemba Medik
Soegijarto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak (diagnosa dan
penatalaksanaan). Jakarta : Salemba Medik
Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue : edisi ke-
2. Surabaya : Aerlangga