askep chf

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung adalah organ yang berongga dan berotot dengan ukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan manusia. Jantung terletak di rongga toraks (dada), di sekitar garis tengah antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior. Jantung terbungkus di dalam kantung pericardium membranosa berdinding ganda. Lapisan luar kantung adalah membran fibrosa yang kuat melekat ke partisi jaringan ikat yang memisahkan paru. Perlekatan ini menambatkan jantung, sehingga jantung tetap berada pada posisinya di dalam dada. Jantung memiliki pangkal yang lebar di sebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di dasar. Oleh karenanya, jika jantung tidak berfungsi sebagaimana fungsinya, maka jantung akan mengalami kegagalan-kegagalan dalam memompakan darah sehingga suplai darah ke seluruh tubuh tidak adekuat. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang salah satu penyakit jantung yaitu, Gagal Jantung Congestive (CHF). Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang rumit yang ditandai Askep klien gagal jantung Created by : Kel. IV Kelas III.A 1

Upload: ayu-putri

Post on 17-Jul-2016

76 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep chf

TRANSCRIPT

Page 1: Askep CHF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung adalah organ yang berongga dan berotot dengan ukuran kurang lebih sebesar

kepalan tangan manusia. Jantung terletak di rongga toraks (dada), di sekitar garis tengah

antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di

sebelah posterior.

Jantung terbungkus di dalam kantung pericardium membranosa berdinding ganda.

Lapisan luar kantung adalah membran fibrosa yang kuat melekat ke partisi jaringan ikat

yang memisahkan paru. Perlekatan ini menambatkan jantung, sehingga jantung tetap

berada pada posisinya di dalam dada. Jantung memiliki pangkal yang lebar di sebelah

atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di dasar. Oleh karenanya, jika

jantung tidak berfungsi sebagaimana fungsinya, maka jantung akan mengalami

kegagalan-kegagalan dalam memompakan darah sehingga suplai darah ke seluruh tubuh

tidak adekuat. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang salah satu penyakit

jantung yaitu, Gagal Jantung Congestive (CHF).

Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom

klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan

kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis

(effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity).

Termasuk di dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spectrum fisiologis-klinis yang

luas, mulai dari cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung

yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di

mana proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif

(misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau volume

overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi,

kelainan katup aorta atau mitral dll). Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung

terjadi apabila jantung tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

1

Page 2: Askep CHF

memenuhi kebutuhan metabolic tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal

aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.

Jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart

Failure atau gagal jantung kongestif. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000

penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia 85

tahun ke atas. (www.tempo.com)

Di Indonesia berdasarkan data dari RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus ini

dimulai pada 1997 dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan cepat hingga mencapai

puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Diperkirakan tahun ini juga akan terjadi

peningkatan. Untuk itu, pihak RS telah mengantisipasi lonjakan kasus tersebut dengan

membuka klinik khusus gagal jantung dan pelayanan One Day Care dengan system

Nurse Base Care. Mengenai kematian akibat penyakit gagal jantung. Aulia yang juga

Direktur RS tersebut, mengemukakan bahwa tahun lalu hanya 4,3% kematian yang

terjadi. Jumlah yang kecil jika dibandingkan dengan insiden pada 1999 sejumlah 12,2%.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari CHF?

2. Bagaimana etiologi dan Patofisiologi dari CHF?

3. Bagaimana penanganan pada pasien dengan CHF?

4. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari CHF?

5. Bagaimana konsep Keperawatan dari penyakit CHF?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF?

C. Tujuan Penulisan

adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari CHF?

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

2

Page 3: Askep CHF

2. Untuk memahami etiologi dan Patofisiologi dari CHF?

3. Untuk mengetahui penanganan pada pasien dengan CHF?

4. Untuk memahami pemeriksaan diagnostic dari CHF?

5. Untuk mengetahui bagaimana konsep Keperawatan dari penyakit CHF?

6. Untuk mengerti bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF?

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

3

Page 4: Askep CHF

BAB II

PEMBAHASAN

GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

A. Pengertian

Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan

fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian ventrikel

kiri.

Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom

klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan

kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort

intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity). Termasuk di

dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spectrum fisiologis-klinis yang luas, mulai dari

cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia

atau bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses terjadinya

kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif (misalnya pada pasien dengan

kelainan jantung yang berupa pressure atau volume overload dan hal ini terjadi akibat

penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).

Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampu

memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh pada tekanan

pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan

normal.

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari

defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh,

kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah

gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya

mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau

bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

4

Page 5: Askep CHF

Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi

menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan

dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan

perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus

vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan

sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal jantung kongestif

perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti

kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-

sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.

B. Etiologi

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung

kongestif. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-

keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas

miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta

dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis

aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark

miokardium dan kardiomiopati. Selain dari ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan

gagal jantung, ada faktor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal

bekerja sebagai pompa. Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel, seperti stenosis

katup atrioventrikularis, dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti

perikarditis konstriktif dan tamponade jantung mengakibatkan gagl jantung melalui

gabungan beberapa efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel.

Dengan demikian jelas sekali bahwa tidak ada satupun mekanisme fisiologik atau gabungan

berbagai mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya gagal jantung; efektivitas dari

jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh berbagai ganggaun patofisiologik.

Demikian juga, tidak satupun penjelasan biokimiawi yang diketahui sebagai mekanisme

dasar terjadinya gagal jantung. Kelainan yang mengakibatkan gangguan kontraktilitas

miokardium juga tidak diketahui. Diperkirakan bahwa abnormalitas penghantaran kalsium di

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

5

Page 6: Askep CHF

dalam sarkomer, atau dalam sintesis, atau fungsi dari protein kontraktil merupakan

penyebabnya.

Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan

sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan

emboli paru-paru.

1. Aritmia

Aritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah rangsangan listrik

yang memulai respon mekanis; respon mekanis yang tersinkronisasi dan efektif tidak

akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung yang stabil.

2. Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru

Resppon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan

tubuh akan metabolisme yang meningkat.

3. Emboli paru-paru.

Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel

kanan, memicu jerjadinya gagal jantung kanan.

Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan

penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya,

tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.

C. Patofisiologi

Mekanisme Dasar

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung

akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang

efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan

meningkatkan volume residu ventrikel.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

6

Page 7: Askep CHF

Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan

kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi

ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi

pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.

Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi

oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian.

Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis

atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi

sekunder akibat dilatasi ruang.

Respon Kompensatorik

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat;

1. Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik

2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron

3. Hipertrofi ventrikel

Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.

Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada

tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi

kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan

beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin

kurang efektif.

D. Manifestasi Klinis

Semua gejala dan tanda-tanda gagal jantung adalah akibat-akibat mekanisme :

Curah jantung yang rendah

Mekanisme kompensasi yang terjadi dengan segala prosesnya.

Sedangkan tanda-tanda yang ada pada jantung, merupakan kelainan primer yang menjadi

sebab gagalnya jantung, misalnya terdapat tanda-tanda infark jantung atau stenosis aorta.

Pada perjalanan penyakit gagal jantung, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor presipitasi

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

7

Page 8: Askep CHF

Infeksi paru-paru

Demam atau sepsis

Anemia (akut atau menahun)

Tidak teraturnya minum obat seperti diuretic dan digitalis, atau tidak diet

rendah garam

Beban cairan yang berlebihan (misalnya karena dapat pengobatan denga infus)

Terjadinya infark jantung akut berulang

Aritmia (baik atrial maupun ventricular)

Emboli paru

Keadaan-keadaan high output

Melakukan pekerjaan beban berat apalagi mendadak (lari,naik tangga)

Stress emosional

Hipertensi yang tidak terkontrol

E. Diagnosis Gagal Jantung Kongestif

Kriteria mayor :

1. Dispnea nocturnal paroksismal atau ortopnea

2. Peningkatan tekanan vena jugularis

3. Rongki basah tidak nyaring

4. Kardiomegali

5. Edema paru akut

6. Irama derap S3

7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

8

Page 9: Askep CHF

8. Refluks hepatojugular

Kriteria minor :

1. Edema pergelangan kaki

2. Batuk malam hari

3. Dyspneu d’effort

4. Hepatomegali

5. Efusi pleura

6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum

7. Takikardi (>120x/menit)

F. Penanganan

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja

jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik

secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.

Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa.

Resimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang

diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung

yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau mendapat penanganan

yang lebih agresif .

Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun

sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai

memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini

telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap

latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan

flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas

yang ketat untuk mengendalikan gejala.

Penanganannya dapat juga :

1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2

melalui istirahat/pembatasan aktivitas

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

9

Page 10: Askep CHF

2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung :

Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema, dan aritmia

Digitalisasi :

a. Dosis digitalis :

Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam

dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari

Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam

Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam

b. Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien

usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.

c. Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.

d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:

Digoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahan

Cedilanid> 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan

Cara pemberian digitalis

Dosis dan cara pemberian digitali bergantung pada beratnya gagal jantung.

Pada gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi lebih dari

120/menit, biasanya diberikan digitalis cepat. Pada gagal jantung ringan diberikan

digitalis lambat. Pemberian digitalis per oral paling sering dilakukan karena

paling aman. Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan

efek meksimal secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapi respone. Dengan Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

10

Page 11: Askep CHF

pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai

dalam waktu 7 hari. Pemberian secara iv hanya dilakukan pada keadaan darurat,

harus dengan hati-hati, dan secara perlahan-lahan.

3. Menurunkan beban jantung

Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretic (mis : furosemid 40-80

mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan vasodilator (vasodilator, mis :

nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit iv, nitroprusid 0,5-1

ug/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg, dan penghambat ACE : captopril

2x6,25 mg)

Menurunkan beban akhir dengan dilator arteriol

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan

pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen

ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya

aneurisme ventricular.

2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi,

Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel

menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.

Pemeriksaan Penunjang Anamnesis

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

11

Page 12: Askep CHF

Pemeriksaan fisis : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

Pemeriksaan foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vascular paru

menggambarkankranialisasi, garis Kerley A/B, infiltrat prekordial kedua paru, dan efusi

pleura. Fungsi EKG untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard dan

aritmia. Pemerikasaan lain seperti pemeriksaan Hb, elektrolit, ekokardiografi, angiografi,

fungsi ginjal, dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.

Laboratorium :

1. Faal ginjal :

a. Urin :

Berat jenis

Volume urin menurun

Na urin menurun, rennin meningkat aldosteron

b. Darah :

Ureum meningkat dan kreatinin clearance menurun, maka

menunjukkan gagal jantung yang berat

Na, Bl dan albumin menurun, sehingga meningkatkan volume

darah dan cairan udema karena rennin dan aldosteron

meningkat

Asidosis metabolic : pH turun, HCO3 turu, maka menunjukkan

gagal jantung dan gagal ginjal

2. Faal hati

Bilirubin darah, urin dan urobilinogen meningkatAskep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

12

Page 13: Askep CHF

LED turun

LDH naik, terutama LDH5

Fosfatase alkali naik (ringan/berat)

Protombin agak naik

3. Faal paru

Tekanan O2 turun karena pertukaran gas terganggu , paru udema

Alkalosis respiratorik : pH naik, pCO2 turun, maka terjadi dapat hiperventilasi,

respon terhadap hipoksemia

Asidosis respiratorik : pH turun, pCO2 naik, maka dapat terjadi udema paru akut

yang menyebabkan kegagalan ventilasi dan retensi CO2.

H. Prognosis

Prognosis Gagal Jantung Kongestif dan Prediktor Mortalitas

1. Klinik :

Penyakit Jantung Koroner

Tingginya derajat New York Heart association Class

Kapasitas exercise

Denyut jantung pada istirahat

Bunyi jantung S3

Tekanan nadi dan tekanan sistolik

2. Hemodinamik :

Ejection fraction ventrikel kiri dan kanan

Tekanan pengisian dan tekanan atrium kanan

O2 uptake maksimal (MVO2)

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

13

Page 14: Askep CHF

Tekanan sistolik ventrikel kiri

Cardiac index

Mean arterial pressure

Resistensi sistemik vaskular

3 . Biokimia :

Norepinefrin plasma

Renin plasma

Vasopresin plasma

Atrial natriuretic peptide plasma

n Na, K, Mg serum

4. Elektrofisiologi :

Asistol ventricular yang sering

Aritmia ventricular yang kompleks

Takikardia ventricular

Fibrilasi / fluter atrial

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

14

Page 15: Askep CHF

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibatkan ketidakmampuan memberikan

keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya

kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan terapeutik berlanjut . Gagal

Jantung Kongestif selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.

1. Aktivitas/istirahat

a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada

dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.

b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya : letargi, tanda vital berubah

pada aktivitas.

2. Sirkulasi

a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung ,

bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,

abdomen.

b. Tanda :

1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).

2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.

3) Irama Jantung ; Disritmia.

4) Frekuensi jantung ; Takikardia.

5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri.

6) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2

mungkin melemah.

7) Murmur sistolik dan diastolic.

8) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.

9) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.

10) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.

11) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.

12) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada ekstremitas.

3. Integritas ego

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

15

Page 16: Askep CHF

a. Gejala : Ansietas, khawatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)

b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan

mudah tersinggung.

4. Eliminasi

Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),

diare/konstipasi.

5. Makanan/cairan

a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan

signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet

tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.

b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema

(umum, dependen, tekanan dan pitting).

6. Higiene

a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.

b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7. Neurosensori

a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

8. Nyeri/Kenyamanan

a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit

pada otot.

b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit dan perilaku melindungi diri.

9. Pernapasan

a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,

batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan

bantuan pernapasan.

b. Tanda :

1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernapasan.

2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus

dengan/tanpa pembentukan sputum.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

16

Page 17: Askep CHF

3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)

4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.

5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.

10. Keamanan

Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit lecet.

11. Interaksi sosial

Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

12. Pembelajaran/pengajaran

a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat

saluran kalsium.

b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas

miokardial/perubahan inatropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,

Perubahan struktural, ditandai dengan ;

a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola

EKG

b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).

c. Bunyi ekstra (S3 & S4)

d. Penurunan keluaran urine

e. Nadi perifer tidak teraba

f. Kulit dingin kusam

g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

Tujuan

Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia

terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan episode

dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

Intervensi

a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

17

Page 18: Askep CHF

Rasional : Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk

mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.

b. Catat bunyi jantung

Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop

umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang distensi. Murmur

dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.

c. Palpasi nadi perifer

Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial,

popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur

untuk dipalpasi dan pulse alternan.

d. Pantau TD

Rasional : Pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat. Pada

HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat

normal lagi.

e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak

adekuatnya curah jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai

refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena

peningkatan kongesti vena.

f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi

(kolaborasi)

Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan

efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume

sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.

2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen.

Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan,

kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disritmia, Dispnea, pucat, berkeringat.

Tujuan /kriteria evaluasi :

Klien akan : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri

sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh

menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

18

Page 19: Askep CHF

Intervensi

a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien

menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.

Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat

(vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.

b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,

berkeringat dan pucat.

Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume

sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung

dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.

c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari pada

kelebihan aktivitas.

d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)

Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi

oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila

fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus

(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.

ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat

badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.

Tujuan /kriteria evaluasi,

Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan

dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima,

berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan

cairan individual.

Intervensi :

a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi

ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat

ditingkatkan selama tirah baring.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

19

Page 20: Askep CHF

b. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam

Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan

tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.

c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.

Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi

ADH sehingga meningkatkan diuresis.

d. Pantau TD dan CVP (bila ada)

Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan

dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.

e. Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.

Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi

gaster/intestinal.

f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)

g. Konsul dengan ahli diet.

Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi

kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan membran

kapiler-alveolus.

Tujuan /kriteria evaluasi :

Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada jaringan

ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.,

Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.

Intervensi :

a. Pantau bunyi nafas, catat krekles

Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan

kebutuhan untuk intervensi lanjut.

b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.

Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

c. Dorong perubahan posisi.

Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

20

Page 21: Askep CHF

Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,

edema dan penurunan perfusi jaringan.

Tujuan/kriteria evaluasi

Klien akan : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik

mencegah kerusakan kulit.

Intervensi

a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya

terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.

Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan

gangguan status nutrisi.

b. Pijat area kemerahan atau yang memutih

Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.

c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.

Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.

d. Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.

Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.

e. Hindari obat intramuskuler

Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat

dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan

berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi

jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi,

terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.

Tujuan/kriteria evaluasi

Klien akan :

a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan

mencegah komplikasi.

b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.

c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

21

Page 22: Askep CHF

Intervensi

a. Diskusikan fungsi jantung normal

Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan

pada program pengobatan.

b. Kuatkan rasional pengobatan.

Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila

merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan

resiko eksaserbasi gejala.

c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.

Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk

mencegah/membatasi menghentikan tidur.

d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi

Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan

dirumah.

BAB IIIAskep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

22

Page 23: Askep CHF

PENUTUP

A. KesimpulanAdapun kesimpulan dari makalah ini adalah :1. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.

2. Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya

kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian ventrikel kiri.

3. Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom

klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan

kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis

(effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity).4. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk

melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan

dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk

perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung.

5. Jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive

Heart Failure atau gagal jantung kongestif. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per

1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan

usia 85 tahun ke atas.

DAFTAR PUSTAKA

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

23

Page 24: Askep CHF

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,

September 1996, Hal. 443 - 450

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun

2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1982, Hal.206 - 208

Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4,

Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.

Branch, William T., R. Wayna Alexande, Robert C. Schlant, and J. Wilis Hurst. 2000.

Cardiology in Primary Care. Singapore : McGraw Hill.

www.google.com

Askep klien gagal jantungCreated by : Kel. IV Kelas III.A

24