artikel ptk

20
1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI METODE STRUKTURAL BERCERITA BERPASANGAN DAN MOTIVASI ARCES PESERTA DIDIK KELAS X5 SMA NEGERI 1 SAMBUNGMACAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Sri Sutarni SMA Negeri 1 Sambungmacan Abstrak Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan menulis narasi siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan. Pembelajaran mengalami hambatan karena siswa kurang tertarik dengan kegiatan menulis narasi. Hambatan lain yakni guru masih menggunakan metode berceramah dan penugasan saja. Untuk mengatasi digunakan metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES. Hasil yang diperoleh pada kondisi awal nilai rata-rata 71,33 tertinggi 75 terendah 62 dan siklus I nilai rata-rata 80,13 tertinggi 89 terendah 68. Pada siklus II nilai rata-rata 83,67 tertinggi 95 terendah 75. Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan perubahan perilaku siswa kea rah positif. Kata kunci: menulis narasi, metode struktural, bercerita berpasangan, motivasi ARCES. -------------------------------------------------------------------------------------------------- PENDAHULUAN Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 ditemukan beberapa gejala yang menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi belum mencapai hasil maksimal. Hal ini dapat dibuktikan melalui pencapaian tiap indikator yang seharusnya dicapai oleh siswa meliputi: (1) mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan narasi; (2) menyusun kerangka karangan; (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi karangan narasi; (4) menyunting karangan narasi yang ditulis teman; (5) menyimpulkan definisi karangan narasi; (6) menyimpulkan ciri-ciri karangan narasi; dan (7) menyimpulkan perbedaan karangan narasi dengan deskripsi. Hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran adalah: (1) sebagian besar topik yang dikumpulkan siswa belum memenuhi syarat untuk dapat dikembangkan menjadi karangan narasi; (2) siswa belum bisa menentukan kalimat berisi gagasan utama dan kata kunci untuk tiap kalimat penjelas sebagai

Upload: fahdisjro-nyoy

Post on 18-Dec-2014

1.249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel ptk

1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI METODE

STRUKTURAL BERCERITA BERPASANGAN DAN MOTIVASI ARCES

PESERTA DIDIK KELAS X5 SMA NEGERI 1 SAMBUNGMACAN

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Sri Sutarni

SMA Negeri 1 Sambungmacan

Abstrak

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan

menulis narasi siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan. Pembelajaran

mengalami hambatan karena siswa kurang tertarik dengan kegiatan menulis

narasi. Hambatan lain yakni guru masih menggunakan metode berceramah dan

penugasan saja. Untuk mengatasi digunakan metode struktural bercerita

berpasangan dan motivasi ARCES. Hasil yang diperoleh pada kondisi awal nilai

rata-rata 71,33 tertinggi 75 terendah 62 dan siklus I nilai rata-rata 80,13 tertinggi

89 terendah 68. Pada siklus II nilai rata-rata 83,67 tertinggi 95 terendah 75.

Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan

perubahan perilaku siswa kea rah positif.

Kata kunci: menulis narasi, metode struktural, bercerita berpasangan, motivasi

ARCES.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

PENDAHULUAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas X5

SMA Negeri 1 Sambungmacan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 ditemukan

beberapa gejala yang menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi

belum mencapai hasil maksimal. Hal ini dapat dibuktikan melalui pencapaian tiap

indikator yang seharusnya dicapai oleh siswa meliputi: (1) mendaftar topik-topik

yang dapat dikembangkan menjadi karangan narasi; (2) menyusun kerangka

karangan; (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi karangan

narasi; (4) menyunting karangan narasi yang ditulis teman; (5) menyimpulkan

definisi karangan narasi; (6) menyimpulkan ciri-ciri karangan narasi; dan (7)

menyimpulkan perbedaan karangan narasi dengan deskripsi.

Hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran adalah: (1)

sebagian besar topik yang dikumpulkan siswa belum memenuhi syarat untuk

dapat dikembangkan menjadi karangan narasi; (2) siswa belum bisa menentukan

kalimat berisi gagasan utama dan kata kunci untuk tiap kalimat penjelas sebagai

Page 2: Artikel ptk

2

kerangka karangan; (3) siswa belum mampu mengembangkan kata kunci dalam

kerangka menjadi kalimat dan paragraf secara tepat; (4) siswa belum bisa

mengoreksi dengan tepat kesalahan dalam karangan yang dibuat oleh teman; (5)

siswa belum mampu menyimpulkan sendiri definisi karangan narasi; (6) siswa

belum mampu mengidentifikasi ciri-ciri karangan narasi; dan (7) siswa belum bisa

mengidentifikasi dengan tepat perbedaan paragraf deskripsi dengan narasi.

Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, meliputi:

(1) Siswa belum mempunyai motivasi yang tinggi terhadap kegiatan menulis,

mengingat siswa belum tahu tingkat kemanfaatan dari kebiasaan menulis; (2)

Masih jarang ditemukan guru yang aktif menulis di berbagai media untuk

dijadikan teladan bagi siswa; (3) Siswa tidak dibiasakan dengan kegiatan menulis

meskipun tentang hal-hal kecil yang terjadi atau dihadapi setiap saat; (4) Siswa

belum memahami dan menggunakan kaidah penulisan kalimat berdasarkan kaidah

penulisan struktur kalimat yang benar; (5) Siswa belum memahami teknik

penyusunan paragraf yang utuh dan padu; dan (6) Kegiatan pembelajaran menulis

di kelas masih menggunakan metode konvensional yang cukup membosankan

bagi siswa.

Penerapan metode yang efektif dan menyenangkan dirasa perlu agar

peserta didik lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan menulis sehingga terjadi

peningkatan kualitas hasil pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diterapkan metode

struktural bercerita berpasangan yang digabung dengan motivasi ARCES dalam

pembelajaran menulis narasi melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul:

Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi melalui Metode Struktural Bercerita

Berpasangan dan Motivasi ARCES Peserta Didik Kelas X5 SMA Negeri 1

Sambungmacan Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

Kajian teori yang digunakan sebagai kerangka teoretis pada penelitian ini

adalah menulis, karangan narasi, metode struktural, bercerita berpasangan, dan

motivasi ARCES.

Page 3: Artikel ptk

3

Menulis

Nurhadi (1999:343), menulis didefinisikan sebagai suatu proses penuangan

ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-

simbol bahasa (huruf). Pengertian tersebut menunjukkan keterampilan menulis

seseorang diawali dengan mengenal simbol-simbol bahasa (huruf), belajar

merangkai huruf menjadi suu kata, kata, frasa, dan kalimat hingga menjadi

wacana yang kompleks.

Pengertian lain dijelaskan Suparno dan Yunus (2004:1-3) yang

mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi

atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah

simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.

Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang

terlibat, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau

media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Hakim (2005:15)

menyebutkan bahwa menulis adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat,

dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan.

Wiyanto (2006:1-2) menjelaskan bahwa kata menulis mempunyai dua arti

yaitu kegiatan mengubah bunyi dalam bentuk tanda dan kegiatan mengungkapkan

gagasan. Mengubah bunyi dalam bentuk tanda berarti mengubah bunyi yang dapat

didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang diubah itu

berupa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan kegiatan menuangkan gagasan, pikiran, atau perasaan menggunakan

media bahasa secara tulis untuk dapat dipahami oleh orang lain. Pembaca dapat

memahami gagasan, pikiran, dan perasaan penulis dengan cara menafsirkan

lambang-lambang grafis yang sudah disusun berupa rangkaian kata-kata tersebut.

Kesejalanan pemikiran antara pembaca dan penulis menjadi unsur penting untuk

memudahkan pemahaman pembaca.

Page 4: Artikel ptk

4

Karangan Narasi

Suherli (2008:6) menjelaskan bahwa wacana narasi disebut juga wacana

kisahan. Wacana jenis ini menyajikan suatu peristiwa atau kisah secara kronologis

dengan penataan jalan cerita atau alur secara menarik. Peristiwa atau kisah yang

disajikan dengan wacana narasi dapat meningkatkan pemahaman pembaca

terhadap peristiwa yang disajikan dalam tulisan. Selain itu, wacana narasi juga

menggambarkan penokohan dan latar.

Sedangkan Alwasilah (2008:119) menjelaskan bahwa narasi berasal dari

kata to narrate atau bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian

secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Walau sifatnya

kronologis, narasi bisa dimulai dari peristiwa di tengah atau di belakang sehingga

memunculkan flashback. Narasi bisa bergaya kisahan orang pertama sehingga

terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga terdengar lebih

objektif. Narasi juga sering berpadu dengan deskripsi dan berfungsi sebagai

eksposisi atau persuasi.

Metode Struktural

Sugiyanto (2009:48) menjelaskan bahwa metode struktural merupakan

metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini

dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dari sebuah kelas

tradisional seperti resitasi. Metode ini diawali dengan pengajuan pertanyaan oleh

guru kepada seluruh siswa dalam kelas. Siswa menjawab setelah lebih dahulu

mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.

Kagan menghendaki agar para siswa bekerjasama saling bergantung dalam

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Berdasarkan tujuannya, struktur

dibedakan menjadi dua yaitu struktur yang bertujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik dan struktur yang bertujuan untuk mengajarkan

keterampilan sosial. Keseimbangan antara penguasaan akademik dan sosial dapat

melatih siswa mempunyai kepribadian yang baik.

Page 5: Artikel ptk

5

Metode Bercerita Berpasangan

Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2009) teknik mengajar bercerita

berpasangan (paired story telling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif

antara siswa, pengajar, dan bahkan pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam

pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini

menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam berbagai mata pelajaran seperti ilmu

pengetahuan sosial, agama, dan bahasa. Bahan mata pelajaran yang digunakan

dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun hal ini

tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lain.

Motivasi ARCES

Secara umum motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul pada

diri seseorang untuk melakukan sesuatu disertai usaha-usaha guna mencapai

tujuan yang dikehendaki. Dorongan ini sangat menentukan keberhasilan seseorang

dalam mencapai tujuan. Motivasi pada diri siswa sangat beragam dan akan

muncul dalam perilakunya sesuai dengan tujuan yang ia harapkan. Motivasi yang

paling kuat untuk mencapai keberhasilan adalah motivasi yang muncul dari diri

sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain.

Guru sebagai pembimbing dalam pembelajaran bertugas memunculkan

dan mengarahkan motivasi siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

maksimal sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa pada

tiap mata pelajaran. Motivasi berbasis ARCES sangat tepat dikembangkan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia mengingat aspek-aspek yang tercakup di

dalamnya berkait dengan aspek utama dalam pembentukan motivasi siswa.

Menurut A Kosasih ARCES dapat diartikan sebagai berikut :

a. A = Attention (perhatian) artinya: belajar harus didasari rasa ingin tahu yang

tinggi pada diri siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Rasa ingin tahu

dapat ditumbuhkan dengan cara : penerapan metode pembelajaran yang

variatif; penggunaan media sebagai pelengkap; penyampaian peristiwa nyata

untuk memperjelas konsep; dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.

Page 6: Artikel ptk

6

b. R = Relevance (kegunaan) artinya: motivasi akan tumbuh dan berkembang

apabila peserta didik mengakui manfaat langsung dari materi yang dipelajari.

c. C = Confidence (kepercayaan diri) artinya: peserta didik perlu percaya diri

bahwa ia mampu dan akan berhasil dalam memelajari materi.

d. E = Enjoyment (kesenangan/kegembiraan) artinya: peserta didik merasa

senang terhadap materi yang dipelajari dan kegiatan pembelajarannya. Guru

diharapkan mampu menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta didik.

e. S = Satisfaction (kepuasan) artinya: belajar harus menumbuhkan rasa puas

agar bisa mendorong peserta didik untuk tetap ingin selalu belajar. Rasa puas

peserta didik dapat ditumbuhkan melalui: penggunaan pujian; pemberian

umpan balik; pemberian kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya;

pemberian kesempatan untuk membantu temannya; atau dengan

pembandingan prestasi siswa dengan prestasi guru berdasarkan standar

tertentu.

Penelitian yang Relevan

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu

tentang keterampilan menulis narasi pernah dilakukan oleh Asih Subekti

menggunakan media gambar berseri untuk meningkatkan motivasi dan

keterampilan menulis narasi.

Afnia Sundari (2010) melakukan penelitian menggunakan metode

pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievem ent Divisions

(STAD) untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi. Asih Andriati

Mardliyah (2011) melakukan penelitian menggunakan teknik Jigsaw untuk

meningkatkan keterampilan menulis narasi.

Winarni (2011) melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran

kooperatif teknik Make a Match untuk meningkatkan keterampilan menulis

narasi. Sri Gunarti (2012) melakukan penelitian menggunakan strategi

pembelajaran Examples non Examples untuk meningkatkan motivasi dan

kemampuan menulis narasi.

Page 7: Artikel ptk

7

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, penelitian keterampilan menulis

karangan narasi menggunakan metode struktural bercerita berpasangan belum

pernah dilakukan di sekolah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menggunakan

metode tersebut untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada

siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen.

Kerangka Berpikir Penelitian

Keberhasilan pencapaian penguasaan keterampilan menulis karangana

narasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik bersifat internal maupun bersifat

eksternal. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk menciptakan kondisi

pembelajaran yang mendukung pencapaian keterampilan tersebut.

Faktor eksternal diatasi dengan penerapan metode pembelajaran struktural

menggunakan teknik bercerita berpasangan sehingga peserta didik lebih senang

dan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan faktor internal diatasi dengan penerapan

motivasi ARCES untuk merangsang minat peserta didik terhadap pembelajaran

menulis.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini

adalah meningkatnya keterampilan menulis karangan narasi peserta didik kelas

X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan setelah dilakukan pembelajaran dengan

menerapkan metode pembelajaran struktural bercerita berpasangan dan motivasi

ARCES.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian

dilakukan dalam dua siklus. Siklus I bertujuan mengetahui keterampilan

mengidentifikasi berbagai jenis karangan narasi, mengidentifikasi ciri-ciri

karangan narasi, dan menuliskan karangan narasi. Metode struktural bercerita

berpasangan dan motivasi ARCES sudah diterapkan dalam menulis karangan

narasi dengan teman duduk satu meja. Pada siklus I semua kerja sama hanya

Page 8: Artikel ptk

8

dilakukan dengan teman duduk satu meja. Diskusi kelompok belum dilaksanakan.

Semua hasil yang diperoleh pada siklus I menjadi refleksi untuk pembelajaran

siklus II

Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajran yang

telah dikembangkan berdasarkan refleksi siklus I. Langkah ini merupakan upaya

untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran menulis narasi yang

telah dilakukan pada siklus I. Metode struktural bercerita berpasangan dan

motivasi ARCES tetap dilakukan dengan teman duduk satu meja. Namun, semua

bentuk kerja sama sudah dilakukan dalam diskusi kelompok.

Observasi dilakukan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan

dengan pembelajaran maupun respon terhadap metode yang digunakan oleh guru.

Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian

siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk

mengetahiu kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan keterampilan menulis

karangan narasi siswa.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X5 SMA Negeri 1

Sambungmacan Kabupaten Sragen.Variabel penelitian ini ada dua macam vaitu

variabel keterampilan menulis karangan narasi dan motivasi ARCES. Indikator

kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes

dan teknik nontes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal menulis karangan

narasi sebanyak dua kali, yaitu tes pada akhir siklus I dan tes pada akhir siklus II.

Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menulis

karanga narasi. Dalam melakukan tes ini, diperlukan instrument atau alat bantu

yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus

menunjukkan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Teknik nontes yang

digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal, lembar

wawancara, dan lembar dokumentasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan

perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan

Page 9: Artikel ptk

9

narasi menggunakan metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi

ARCES.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini berupa data hasil tes dan data nontes

yang diperoleh dari kondisi awal, tindakan siklus I dan siklus II. Data tersebut

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Kondisi Awal

Data observasi awal menunjukkan bahwa keterampilan menulis narasi

siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan masih rendah. Nilai tertinggi

hanya mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 75 dan persentase ketuntasan

kelas hanya mencapai 66,7 %. Sehingga, diperlukan tindakan sebagai upaya

meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi tersebut.

Rendahnya nilai siswa sebagai indikator ketidakberhasilan pembelajaran

tersebut juga didukung oleh belum tercapainya indikator untuk kompetensi dasar

menulis karangan narasi. Siswa belum sepenuhnya mampu melakukan kegiatan:

(1) Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan narasi

berdasarkan hasil pengamatan terhadap peristiwa; (2) Menyusun kerangka

karangan narasi; (3) Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi

karangan narasi; (4) Menyunting karangan narasi yang ditulis teman; (5)

Menyimpulkan definisi karangan narasi; dan (6) Menyimpulkan ciri-ciri karangan

narasi.

Perilaku siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil pengamatan

menunjukkan ketidaksiapan siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran menulis

paragraf narasi. Ketidaksiapan tersebut ditunjukkan dalam bentuk perilaku

menyimpang meliputi: (1) ketidaksiapan siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, (2) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, (3)

ketidakaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan guru, (4) siswa

belum berani berpendapat dalam diskusi kelompok, dan (5) keseriusan siswa

Page 10: Artikel ptk

10

dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru masih rendah. Deskripsi perilaku

tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Siklus I

Proses pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi menggunakan

metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES mampu

meningkatkan keterampilan menulis krangan narasi, proses pembelajaran, dan

perubahan perilaku siswa.ke arah positif yang mendukung pembelajaran.

Nilai menulis karangan narasi tertinggi 89 atau naik sebesar 18,7 % dari

nilai 75 kondisi awal. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 9,7 % dari 62

menjadi 68. Sebaran nilai menunjukkan 1 siswa memperoleh kategori sangat baik

dan 15 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini belum muncul pada

ondisi awal. Untuk kategori cukup bergeser dari 20 siswa dengan besaran 66,7 %

menjadi 12 atau hanya mencapai 40 %. Selisih angka ini ternyata naik ke kategori

baik. Begitu juga dengan siswa berkategori kurang mengalami pergeseran dari

angka 10 menjadi angka 2 atau bergeser dari 33,3% menjadi 6,7 %. Persentase

ketuntasan kelas naik 20% dari 66,7% menjadi 86,7%. Rerata kelas juga

mengalami kenaikan 12,3% dari 71,33 menjadi 80,13.

Proses pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan kualitas. Hal ini

ditunjukkan dengan sikap siswa yang antusias mengikuti proses pembelajaran.

Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran. Sikap positif yang ditunjukkan

masih terbatas, artinya belum merata untuk semua siswa. Beberapa siswa masih

sibuk dengan aktivitas lain yang sifatnya mengganggu proses pembelajaran,

misalnya: bercerita dengan teman sebelahnya atau mengerjakan tugas mata

pelajaran lain.

Perilaku siswa sudah menunjukkan sikap positif berupa: (1) kesiapan

siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) perhatian siswa terhadap

penjelasan guru, (3) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan

guru, (4) siswa aktif berpendapat dalam diskusi kelompok, dan (5) keseriusan

siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Page 11: Artikel ptk

11

Siklus II

Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari tindakan siklus I yang

divariasikan dengan kerja sama dalam kelompok. Data yang diperoleh berupa

peningkatan keterampilan menulis karangan narasi, peningkatan proses

pembelajaran, dan perubahan perilaku siswa ke arah positif

Nilai menulis karangan narasi tertinggi 95 atau naik sebesar 6,7 % dari

nilai 89 pada siklus I. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 10,3 % dari 68

menjadi 75. Sebaran nilai menunjukkan 3 siswa memperoleh kategori sangat baik

dan 24 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini mengalami kenaikan

yang cukup berarti dari siklus I. Untuk kategori cukup bergeser dari 12 siswa

dengan besaran 40% menjadi 3 atau hanya mencapai 10 %. Selisih angka ini

ternyata naik ke kategori baik. Siswa berkategori kurang sudah tidak muncul lagi

pada siklus II. Persentase ketuntasan kelas naik dari 86,7% menjadi 100%

sehingga siklus II ini sudah mencapai ketuntasan klasikal. Rerata kelas juga

mengalami kenaikan 4,42% dari 80,13 menjadi 83,67.

Perilaku siswa sudah menunjukkan sikap positif berupa: (1) kesiapan

siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) perhatian siswa terhadap

penjelasan guru, (3) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan

guru, (4) aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, (5) keseriusan siswa dalam

mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan (6) siswa merasa senang mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Sikap positif yang masih terbatas dan belum merata untuk semua siswa

yang terjadi pada pembelajaran siklus I sudah mengalami perkembangan pada

siklus II. Semua siswa sudah siap mengikuti kegiatan pembelajaran,

memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya jawab dengan guru, berani

mengungkapkan pendapat, dan serius dalam mengerjakan tugas.

Kegiatan pembelajaran siklus II memperlihatkan siswa senang mengikuti

kegiatan pembelajaran. Ini ditunjukkan dengan ekspresi wajahnya yang senang

dan berseri. Tidak ada lagi siswa yang bercerita dengan teman sebelahnya atau

mengerjakan tugas mata pelajaran lain.

Page 12: Artikel ptk

12

Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian pembelajaran menulis karangan narasi

didasarkan hasil tes dan nontes pada siklus I dan siklus II. Pembahasan meliputi:

peningkatan keterampilan menulis karangan narasi, peningkatan proses

pembelajaran, dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran

menulis narasi menggunakan metode struktural bercerita berpasangan dan

motivasi ARCES. Pembahasan ketiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi siswa dapat dilihat pada

tabel berikut :

Daftar Perolehan Nilai Menulis Karangan Narasi Tiap Siswa

NO NOMOR SAMPEL NILAI AWAL SIKLUS I SIKLUS II

1 S 01 75 89 95

2 S 02 63 81 80

3 S 03 75 79 83

4 S 04 65 81 87

5 S 05 75 79 83

6 S 06 75 79 83

7 S 07 67 74 80

8 S 08 75 84 88

9 S 09 65 81 85

10 S 10 75 84 87

11 S 11 62 82 84

12 S 12 75 84 86

13 S 13 75 86 87

14 S 14 75 81 83

15 S 15 75 79 82

16 S 16 75 88 90

17 S 17 75 85 87

18 S 18 75 85 86

19 S 19 75 78 82

20 S 20 65 82 84

21 S 21 75 86 89

22 S 22 75 78 81

23 S 23 75 78 82

24 S 24 62 68 75

25 S 25 75 78 83

26 S 26 65 71 75

27 S 27 75 78 83

28 S 28 63 75 80

29 S 29 63 70 76

30 S 30 75 81 84

Page 13: Artikel ptk

13

NILAI MAKSIMAL 75 89 95

NILAI MINIMAL 62 68 75

RERATA 71.33 80.13 83.67

Pada tabel di atas diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil tes

keterampilan menulis karangan narasi tiap siswa dari tahap awal, siklus I, sampai

pada siklus II. Deskripsi tentang peningkatan nilai tersebut menunjukkan bahwa

terdapat perkembangan keterampilan menulis karangan narasi tiap siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode struktural bercerita

berpasangan dan motivasi ARCES.

Peningkatan keterampilan tersebut cukup signifikan ketika dilihat dari

perolehan nilai seluruh aspek. Namun, ketika dicermati tiap aspek ditemukan ada

yang mengalami peningkatan ada juga yang tetap. Peningkatan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Daftar Pencapaian Nilai Klasikal Tiap Aspek Paragraf Narasi

Aspek

Pencapaian Nilai Tiap Aspek Karangan Narasi Secara Klasikal

Nilai Awal Siklus I

Siklus II

Skor Persentase Skor Persentase Skor Persentase

1 86 72 % 120 100 % 120 100 %

2 172 72 % 238 99 % 240 100 %

3 170 71 % 188 78 % 240 100 %

4 240 67 % 268 74 % 270 75 %

5 170 71 % 180 75 % 180 75 %

6 246 68 % 261 73 % 261 73 %

7 90 75 % 94 78 % 94 78 %

8 90 75 % 94 78 % 95 79 %

9 170 71 % 188 78 % 188 78 %

10 174 73 % 186 78 % 186 78 %

11 174 73 % 180 75 % 184 77 %

12 88 73 % 103 86 % 103 86 %

13 90 75 % 98 82 % 113 94 %

14 90 75 % 96 80 % 116 97 %

15 90 75 % 110 92 % 120 100 %

Pada tabel di atas diketahui bahwa persentase penguasaan secara klasikal

untuk 15 aspek penulisan karangan narasi menunjukkan keragaman yang dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

Page 14: Artikel ptk

14

1. Aspek ketepatan penggambaran objek sebagai peristiwa mengalami

peningkatan dari 72% pada prasiklus menjadi 100% pada siklus I dan siklus

II.

2. Aspek ketepatan kronologis waktu mengalami peningkatan dari 72% pada

prasiklus menjadi 99% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II.

3. Aspek ketepatan urutan ruang mengalami peningkatan dari 71% pada

prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II.

4. Aspek kelogisan dan keruntutan paragraf mengalami peningkatan dari 67%

pada prasiklus menjadi 74% pada siklus I, dan menjadi 75% pada siklus II.

5. Aspek kejelasan ide cerita mengalami peningkatan dari 71% pada prasiklus

menjadi 75% pada siklus I, dan menjadi 75% pada siklus II.

6. Aspek kelengkapan unsur cerita mengalami peningkatan dari 68% pada

prasiklus, menjadi 73% pada siklus I, dan menjadi 73% pada siklus II.

7. Aspek penggambaran tindakan tokoh mengalami peningkatan dari 75% pada

prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 78% pada siklus II.

8. Aspek sudut pandang penceritaan mengalami peningkatan dari 75% pada

prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 79% pada siklus II.

9. Aspek pengulangan kata kunci mengalami peningkatan dari 71% pada

prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 78% pada siklus II.

10. Aspek penggunaan kata penunjuk mengalami peningkatan dari 73% pada

prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 78% pada siklus II.

11. Aspek ketidakhadiran kalimat sumbang mengalami peningkatan dari 73%

pada prasiklus menjadi 75% pada siklus I, dan menjadi 77% pada siklus II.

12. Aspek kebakuan kosa kata dan istilah mengalami peningkatan dari 73% pada

prasiklus menjadi 86% pada siklus I, dan menjadi 86% pada siklus II.

13. Aspek kejelasan subjek kalimat mengalami peningkatan dari 75% pada

prasiklus menjadi 82% pada siklus I, dan menjadi 94% pada siklus II.

14. Aspek ketepatan penggunaan kata penghubung mengalami peningkatan dari

75% pada prasiklus menjadi 80% pada siklus I, dan menjadi 97% pada siklus

II.

Page 15: Artikel ptk

15

15. Aspek ketepatan penggunaan ejaan mengalami peningkatan dari 75% pada

prasiklus menjadi 92% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II.

Berdasarkan tabel dan deskripsi di atas diketahui bahwa aspek yang bisa

mencapai nilai maksimal untuk seluruh kelas terdiri atas empat aspek, yaitu:

ketepatan penggambaran objek sebagai peristiwa, ketepatan kronologis waktu,

ketepatan urutan ruang, dan ketepatan penggunaan ejaan. Aspek yang pencapaian

secara klasikal paling rendah adalah aspek kelengkapan unsur cerita.

Peningkatan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran menulis dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan

siklus II. Masing-masing siklus terdiri atas tiga pertemuan. Setiap pertemuan

terdiri atas tiga tahap, yaitu: pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan inti berisi

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Meskipun demikian, proses pembelajaran

yang berlangsung pada siklus I tidak sama persis dengan proses pembelajaran

pada siklus II. Perbedaan tersebut didasarkan hasil refleksi pada pembelajaran

siklus I terutama tentang kekurangannya. Perbaikan tersebut bertujuan untuk

meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi agar bisa

mencapai hasil maksimal.

Perbaikan proses pembelajaran terutama pada kegiatan inti meliputi:

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada siklus I, guru masih mendominasi

dengan menerangkan dan bertanya jawab pada siswa sehingga siswa belum diberi

kesempatan maksimal untuk berpendapat. Diskusi yang dilakukan juga hanya

dengan teman duduk satu meja. Hal ini mengakibatkan siswa belum maksimal

dalam mengembangkan ide dalam kegiatan diskusi kelompok.

Pada siklus II, guru lebih bersifat sebagai fasilitator. Siswa aktif dalam diskusi

kelompok untuk membedakan karangan narasi dengan deskripsi, mengidentifikasi

ciri-ciri karangan narasi, dan menulis karangan narasi. Perubahan proses

pembelajaran tersebut ternyata mampu menggali ide siswa dan

mengembangkannya bersama kelompoknya.

Page 16: Artikel ptk

16

Perubahan Perilaku Siswa

Pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi menggunakan metode

struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES yang terbagi menjadi dua

tahap yaitu siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan perilaku siswa ke

arah positif sebagai dampak pengiring (nurturant effect) kegiatan pembelajaran.

Beberapa siswa yang masih menunjukkan perilaku menyimpang dalam

pembelajaran siklus I ternyata sudah mengalami perubahan pada siklus II. Semua

siswa telah menunjukkan sikap potisif berupa: (1) kesiapan siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) perhatian siswa terhadap penjelasan

guru, (3) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan guru, (4)

aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, (5) keseriusan siswa dalam mengerjakan

tugas yang diberikan guru, dan (6) siswa merasa senang mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Simpulan

Keterampilan menulis karangan narasi siswa meningkat setelah mengikuti

pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan metode struktural bercerita

berpasangan dan motivasi ARCES. Nilai menulis narasi kondisi awal tertinggi 75

dan terendah 62, dengan sebaran: 20 siswa atau 66,7 % mendapat nilai cukup dan

10 siswa atau 33,3 % mendapat nilai kurang. Tidak ada siswa yang mencapai nilai

baik atau sangat baik.

Pada siklus I nilai menulis narasi tertinggi 89 atau naik sebesar 18,7 % dari

nilai 75 pada kondisi awal. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 9,7 % dari 62

menjadi 68. Sebaran nilai menunjukkan 1 siswa memperoleh kategori sangat baik

dan 15 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini belum muncul pada

kondisi awal. Untuk kategori cukup bergeser dari 20 siswa dengan besaran 66,7 %

menjadi 12 atau hanya mencapai 40 %. Selisih angka ini ternyata naik ke kategori

baik. Begitu juga dengan siswa berkategori kurang mengalami pergeseran dari

angka 10 menjadi angka 2 atau bergeser dari 33,3% menjadi 6,7 %. Persentase

ketuntasan kelas naik 20% dari 66,7% menjadi 86,7% sehingga siklus I ini sudah

Page 17: Artikel ptk

17

mencapai keberhasilan klasikal. Rerata kelas juga mengalami kenaikan 12,3% dari

71,33 menjadi 80,13.

Pada siklus II nilai menulis paragraf tertinggi 95 atau naik sebesar 6,7 %

dari nilai 89 pada siklus I. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 10,3% dari 68

menjadi 75. Sebaran nilai menunjukkan 3 siswa memperoleh kategori sangat baik

dan 24 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini mengalami kenaikan

yang cukup berarti dari siklus I. Untuk kategori cukup bergeser dari 12 siswa

dengan besaran 40% menjadi 3 atau hanya mencapai 10 %. Selisih angka ini

ternyata naik ke kategori baik. Siswa berkategori kurang sudah tidak muncul lagi

pada siklus II. Persentase ketuntasan kelas naik dari 86,7% menjadi 100%

sehingga siklus II ini sudah mencapai ketuntasan klasikal. Rerata kelas juga

mengalami kenaikan 4,42% dari 80,13 menjadi 83,67. Peningkatan nilai rata-

rata tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis narasi

menggunakan metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES.

Perilaku siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan setelah mengikuti

pembelajaran menulis narasi menggunakan metode struktural bercerita

berpasangan mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan perilaku siswa

mencakup lima karakter penting, yaitu: keaktifan, kedisiplinan, kejujuran,

kepercayaan diri, dan kemampuan bekerja sama.

Perubahan perilaku siswa dibuktikan dengan data nontes berupa deskripsi

perilaku, catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, dan dokumentasi

foto. Berdasarkan hasil analisis data nontes siklus I, masih ditemukan siswa yang

berperilaku negatif berupa: mengerjakan tugas mata pelajaran lain, belum aktif

melakukan diskusi, dan mengganggu temannya yang sedang menulis. Namun,

pada siklus II semua siswa telah aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan

tidak ada lagi siswa yang berperilaku negatif.

Saran

Guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan metode

struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES dalam pembelajaran

keterampilan menulis narasi. Metode struktural bercerita berpasangan dan

Page 18: Artikel ptk

18

motivasi ARCES terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

menulis narasi. Selain itu, metode pembelajaran tersebut dapat merangsang minat

siswa dan dapat menumbuhkan karakter siswa yang aktif, disiplin, jujur,

percaya diri, serta memiliki kemampuan bekerja sama secara baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis.

Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

Keraft, Gorys. 1992. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia.1999

Kurikulum 2006. Standar Kompetensi dan Kemampuan Dasar, Sekolah

Menengah Atas (SMA) /Madrasah Aliyah (MA). Jakarta : Depdiknas.

Kosasih, Andreas, M. Pd. 2010. Optimalisasi Belajar dan Pembelajaran. Salatiga

: Widya Sari Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta : BPFE.

Pelatihan Terintegrasi,. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia, Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta : Depdiknas.

Pudji Mulyono, Djaali dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.

Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.

Sabarti Akhadiah. 1991. Bahasa Indonesia I. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan

Tenaga Pendidikan.

Subyantoro. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : UNNES PRESS.

Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : UNS.

Suherli. 2008. Menulis Karangan Ilmiah. Jakarta : Arya Duta.

Suriamihardja, Agus, H Akhlam Husen, dan Nuny Nurjanah. 1996. Petunjuk

Praktis Menulis. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Page 19: Artikel ptk

19

Suwandi, Sarwiji. Dr. M.Pd. 2008. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dan

Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : UNS

Slamet, St. Y. 2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta :

LPP UNS Press.

The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Thoha, M.Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta : PT Grafindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa..Jakarta : Grasindo.

Parera, Jos. Daniel. 1986. Linguistik Edukasional: Pendekatan, Konsep, dan Teori

Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Nurhadi. 1999. Tata Bahasa Pendidikan (Landasan Penyusunan Buku Pelajaran

Bahasa). Semarang: IKIP Semarang Press.

Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara

Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Hakim, M. Arif. 2005. Kiat Menulis Artikel di Media. Bandung: Nuansa.

Wagiran dan Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya

Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia.

Page 20: Artikel ptk

20

Profil Penyusun

Nama : Sri Sutarni, S.Pd

Instansi : SMA Negeri 1 Sambungmacan

Alamat Kantor : Jalan Raya Timur Km. 15 Sambungmacan – Sragen

Provinsi Jawa Tengah 57253