aquo -...

1

Upload: dinhdat

Post on 30-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

VARIA 11 Jumat, 27 April 2018

�HAK CIPTA FILM BENYAMIN BIANG KEROK

Falcon & Max Pictures Dinilai Bersalah

JAKARTA — Syamsul Fuad, penu-lis cerita dan judul fi lm Benyamin Biang Kerok versi asli cetakan 1972, berkukuh pihak PT Falcon Pictures dan PT Max Kreatif International (Max Pictures) bersalah karena telah melanggar undang-undang hak cipta.

Pasalnya, perjanjian pembelian cerita dan judul fi lm Benyamin Bi-ang Kerok produksi 1972 dilakukan oleh Falcon Pictures bersama Max Pictures dengan pihak lain.

Kuasa hukum dari Syamsul Fuad, Bakhtiar Yusuf mengatakan bahwa perbuatan Max Pictures bersama Falcon Pictures yang membeli fi lm Benyamin Biang Kerok produksi 1972 dari PT Layak Cipta Karya Film dianggap sepihak mewakili hak cipta naskah yang ditulis oleh Syamsul Fuad.

“Jadi mereka [Falcon dan Max Pictures] tidak menjelaskan dalam jawaban tergugat kenapa membeli hak cipta dari PT Layak Cipta Film dan telah menganggap perjanjian pembelian [antar rumah produksi]

sah,” kata Bakhtiar kepada Bisnis, Kamis (26/4).

Terkait dengan adanya mediasi antara pihak Syamsul Fuad dan para tergugat, terutama dari pihak Max Pictures, Bakhtiar membenarkan bah-wa pertemuan keduanya dilakukan sebelum fi lm Benyamin Biang Kerok (2017) dirilis.

Namun demikian, menurutnya, Syamsul Fuad tidak mendapatkan royalti yang seharusnya sebagai hak pembuat cerita untuk naskah fi lm tersebut, melainkan hanya berupa uang tali kasih. “Awalnya Pak Syamsul Fuad minta Rp25 juta tapi ditawar-tawar dari Rp5 juta lalu Rp10 juta, lalu jadi dibayar Rp15 juta. Kalau nama, iya bersanding di fi lm seka-rang ada nama Pak Fuad,” ujarnya.

Produser Max Pictures Ody Mulya Hidayat mengakui bahwa sebelum sidang dimulai sempat bertemu dan menjalin komunikasi langsung de-ngan Syamsul Fuad di gedung PN Jakpus. (Yanuarius Viodeogo)

�PENOLAKAN EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT

Bumi Asih Optimistis Menang Lawan OJK JAKARTA — PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya optimistis menang dalam melawan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas dugaan perbuatan melawan hukum.

Deliana Pradhita [email protected]

Pasalnya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak eksepsi kompetensi absolut—keberat-an atas kewenangan lembaga hukum mengadili sebuah per-kara—yang diajukan oleh OJK atas gugatan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.

Kuasa hukum PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (penggugat) Poltak Hutadjulu mengungkap-kan bahwa eksepsi OJK sudah sepantasnya ditolak.

Bagi Poltak, dalil OJK yang menyatakan perkara pencabutan izin usaha harus diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) tidak seluruhnya benar.

Pasalnya, gugatan Bumi Asih tidak semata-mata berisi tentang pencabutan izin usaha Bumi Asih oleh OJK pada 28 Ok-tober 2013.

Menurut dia, gugatan ter-sebut merupakan serangkaian perbuatan OJK yang semena-mena, mulai dari melakukan pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha hingga mempailitkan Bumi Asih.

“Gugatan ini adalah satu kesatuan perbuatan melawan hukum, tidak bisa dipisah sen-diri-sendiri ke tata usaha negara. Kami mengapresiasi putusan hakim,” tutur Poltak kepada Bisnis, pekan ini.

Putusan sela tersebut membu-at Bumi Asih semakin optimistis memenangkan gugatan. Poltak menambahkan, asuransi yang

berdiri sejak 1967 ini akan mendapatkan keadilan dalam ranah pidana ini.

Apalagi, intervensi yang dia-jukan kurator juga ditolak oleh majelis. Masuknya kurator ke-pailitan Bumi Asih, tambahnya, juga merupakan inisiasi dari OJK.

“Kami yakin menang,” im-buhnya.

Sementara itu, menurut OJK, perkara antara OJK dan Bumi Asih harus diselesaikan di PTUN, bukan pengadilan negeri. Pasal-nya, PTUN bertugas memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara atau sengketa tata usa-ha negara.

“Lembaga yang berhak me-meriksa dan mengadili perkara aquo yakni pengadilan niaga dan PTUN,” tulis OJK dalam berkas yang diperoleh Bisnis dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Dengan demikian, gugatan Bumi Asih dinilai salah alamat tujuan, makanya OJK mengaju-kan eksepsi kompetensi absolut.

Otoritas keuangan yang dipim-pin oleh Wimboh Santoso ini dari awal menolak dengan tegas gugatan Asuransi Bumi Asih.

OJK berkukuh gugatan per-

data ini tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

Perwakilan OJK dalam persi-dangan berkali-kali menyatakan Bumi Asih sudah hilang haknya melakukan gugatan perdata se-telah menyandang gelar pailit sejak 18 Agustus 2015.

Bagi OJK, penggugat tidak mempunyai kendali apapun da-lam mengoperasikan bisnisnya. Seluruh harta milik debitur pailit sudah beralih untuk dikelola kurator.

Lagipula, OJK memenangkan perkara ini hingga tahap Penin-jauan Kembali (PK). Artinya, putusan kepailitan Asuransi Bumi Asih sudah mengikat secara hukum atau inkrah.

SUDAH BENARKendati demikian, Ketua Ma-

jelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Wiwik Suhartono menyatakan gugatan Bumi Asih terhadap OJK sudah benar di-layangkan ke pengadilan negeri yang memeriksa perkara perdata atau pidana.

Menurut majelis, pengadilan negeri berhak mengadili perka-ra perbuatan melawan hukum antara OJK dan Bumi Asih.

“Menolak eksepsi kompetensi absolut tergugat [OJK] atas gu-gatan penggugat [Asuransi Bumi Asih],” katanya membacakan putusan sela, Selasa (24/4).

Atas putusan tersebut, ma-jelis melanjutkan pemeriksaan pokok perkara. Adapun, sidang berikutnya akan digelar pada 8 Mei dengan agenda pemeriksaan bukti surat.

Dalam gugatannya, Asuransi Bumi Asih meminta ganti rugi kepada OJK sebesar Rp5,4 trili-un, dengan perincian kerugian materiel senilai Rp1,4 trilun. Kerugian ini dihitung sejak OJK melakukan pencabutan izin usaha pada Oktober 2013.

Selanjutnya, penggugat juga meminta ganti rugi immateriel sebesar Rp4,4 triliun. Pasalnya, sejak Pembatasan Kegiatan Usa-ha (PKU) pada 30 April 2009 hingga sekarang, penggugat telah kehilangan peluang in-vestasi yang besar.

Salah satu asuransi tertua di Indonesia ini keberatan dengan aksi OJK yang menjatuhkan sanksi PKU terhadap Bumi Asih.

Lima tahun berselang, OJK mencabut izin usaha penggugat tertanggal 28 Oktober 2013.

Penggugat mengklaim pen-cabutan izin usaha tersebut bertentangan dengan Pasal 42 ayat (1) jo Pasal 42 ayat (4) PP No.73/1992 tentang Penye-lenggaran Usaha Perasuransian. Pasalnya, jangka waktu anta-ra pembatasan kegiatan usaha hingga pencabutan izin usaha maksimal hanya 12 bulan.

Selanjutnya, alih-alih membe-rikan solusi, OJK mengajukan permohonan pailit PT Asuransi Bumi Asih Jaya di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Permohonan pailit tersebut didaftarkan pada 18 Maret 2015 dengan nomor registrasi 04/Pdt.Sus/Pailit/2015/PN.Jkt.Pst.

Penggugat menilai, tindakan OJK mempaililitkan penggugat adalah cacat hukum lantaran tidak ada payung hukum yang mendasarinya.

Adapun, peraturan pelaksana-an atas wewenang mengajukan pailit baru berlaku sejak Pera-turan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) diundangan pada 11 Desember 2015.

Aturan itu tercantum pada Pasal 61 POJK No.28/POJK.O5/2015 tentang Pembubaran, Likuidasi dan Kepailitan Peru-sahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah.

�Pengadilan Negeri Jakarta Pusat meno-lak eksepsi kompe-tensi absolut yang diajukan oleh OJK atas gugatan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.

�KASUS SUAP

Antara/Aprillio Akbar

Anggota DPRD Malang H.M. Zainuddin (kanan), Imam Fauzi (tengah), dan Sahrawi bersiap menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Kamis (26/4). KPK melakukan pemeriksaan sebagai saksi terhadap delapan anggota DPRD Kota Malang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan KPK terkait dengan kasus suap pembahasan APBD-P Kota Malang Tahun Anggaran 2015.

H U K U M B I S N I S

pusdok
Typewritten Text
27 April 2018, Bisnis Indonesia | Hal. 11, Kontan | Hal. 12, Kompas | Hal.18, Jakarta Post | Hal.?