apresiasi seni
DESCRIPTION
#berbagaisumberTRANSCRIPT
Apresiasi Seni, Pengertian dan Tujuannya
Diposkan oleh Muh Ilmi Ikhsan Sabur
Mendengar kata apresiasi seni, kira-kira apa yang terlintas di benak teman-teman?Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian yang positif terhadap suatu karya tertentu. Sedangkan seni merupakan sesuatu yang diciptakan manusia yang mempunyai nilai keindahan atau estetika. Jadi apresiasi seni merupakan suatu penilaian terhadap suatu karya seni, baik mengenali, menilai, dan menghargai bobot-bobot seni atau nilai-nlai seni yang terkandung dalam karya seni tersebut.
Apresiasi Seni, Pengertian dan Tujuannya
Setiap manusia diciptakan atau di anugerahi tuhan yang namanya rasa keindahan atau "sense of beauty". Penilaian seni bermacam-macam bergantung dari individu yang menilai suatu karya seni tersebut, ada yang menilai bahwa karya seni tersebut bernilai positif adapula beraggapan negatif. Tujuan pokok dari mengapresiasi seni adalah menjadikan masyarakat agar tahu apa, bagaimana, dan apa maksud dan tujuan dari karya seni itu. Dengan kata lain masyarakat dapat menanggapi, menghayati serta menilai suatu karya seni.Adapun tujuan akhir karya seni yaitu :
Untuk mengembangkan nilai estetika karya seni Untuk mengembangkan kreasi Untuk penyempurnaan
Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa, perlu di perhatikan unsur-unsur sebagai berikut meliputi tema, gaya ,tekhnik dan komposisi. Mengapresiasi seni tidaklah dengan menilai suatu karya seni saja, mengapresiasi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja ketika kita ingin membeli sebuah sepatu, dan terdapat banyak pilihan-pilihan sepatu yang tersedia, kemudian kita memilih salah satu sepatu dari berbagai ragam yang tersedia, di mana sepatu tersebut yang cocok atau sesuai dengan pribadi kita, dan orang-orang di sekitar kita merasa nyaman dengan hal itu dan menilai bahwa kita terlihat lebih gagah, tampan atau cantik. Itupun juga termasuk sebagai tindakan apresiasi. Dalam mengapresiasi suatu karya seni, adapaun sikap atau kegiatan yang digolongkan sebagai berikut :
Apresiasi empatik, yaitu sikap apresiasi yang menilai suatu karya seni sebatas tangkapan indrawi.
Apresiasi estetis, yaitu apresiasi menilai karya seni dengan melibatkan pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
Apresiasi kritik, yaitu apresiasi karya seni dengan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan hasil pengamatannya. Sikap apresiasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati suatu benda.
ads Sikap apresiasi ini terbentuk atas kesadaran akan kontribusi para seniman bagi bangsa dan negara atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya. Dalam berapresiasi dalam seni, dapat mengembangkan rasa empati kepada profesi seniman dan budayawan. Pengenalan akan tokoh-tokoh seni budaya kepada masyarakat sekitar termasuk hal yang dapat menumbuhkan perasaan simpati, dan jika dilakukan secara berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan yang lebih dalam yaitu rasa empati. Apakah perbedaan Simpati dan Empati itu? Perasaan simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap orang lain atau pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, diderita orang tersebut. Sedangkan empati adalah melakukan sesuatu kepada orang lain, dengan menggunakan cara berpikir orang lain tersebut, yang menurut orang lain
itu menyenangkan, yang menurut orang lain benar. Itulah perbedaan antara simpati dan empati.
Kegiatan berapresiasi meliputi: persepsi, pengetahuan, pengertian, analisis, penlaian, dan apresiasi. Kegiatan persepsi yaitu memberikan gambaran-gambaran tentang bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, contohnya memperkenalkan tarian-tarian, musik, dan lain-lain. Pengetahuan yaitu pada tahap ini, kita mempresentasekan pengetahuan-pengetahuan yang telah di miliki baik sejarah ataupun yang lainnya. Pengertian, pada tingkat ini, harapan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik. Analisis, pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan seni yang telah di pelajari. Penilaian yaitu memberikan sebuah saran ataupun kritkan terhadap suatu karya seni.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa apersiasi terhadap seni itu penting baik kesenian tradisonal maupun modern, dengan mengapresiasi suatu karya seni dan membangun empati dalam pribadi kita, dapat dipastikan seni dan budaya kita tidak akan mudah pudar termakan zaman. Selain itu, dengan mengapresiasi seni kita terdorong untuk membangkitkan jiwa-jiwa para seniman Indonesia agar terus berkarya. Lalu kenapa tidak kita mulai dari sekarang? Sekarang atau tidak selamanya.
Apresiasi dan Kritik Seni
I. APRESIASI SENI
A. Pengertian
Secara umum istilah apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti memahami
sepenuhnya seluk-beluk karya seni serta menjadi sensitif (peka) terhadap segi-segi
estetikanya. Apresiasi seni ialah suatu proses penghayatan karya seni yang diamati
dan penghargaan pada karya seni itu sendiri serta penghargaan pada penciptanya.
Apresiasi Seni ialah menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni
lebih tepat lagi dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka terhadap
segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai karya-karya tersebut
dengan semestinya.
Dalam pembelajaran seni di sekolah, kegiatan apresiasi kita gunakan sebagai salah
satu metode pembelajaran seni. Melalui kegiatan apresiasi, kita belajar tidak saja untuk
memahami dan atau menghargai karya seni, tetapi dapat juga diimplementasikan untuk
menghargai berbagai perbedaan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Kepedulian kita terhadap karya seni dan warisan budaya bangsa lainnya dapat
ditumbuhkan dengan pembelajaran apresiasi ini
Banyak pengertian apresiasi menurut beberapa referensi, antara lain :
Sepuluh Pengertian Apresiasi dari Berbagai Referensi
1. Pengertian apresiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penilaian baik;
penghargaan; misalnya –terhadap karya-karya sastra ataupun karya seni.
2. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris, appreciation yang berarti penghargaan yang
positif. Sedangkan pengertian apresiasi adalah kegiatan mengenali, menilai, dan
menghargai bobot seni atau nilai seni. Biasanya apresiasi berupa hal yang positif tetapi
juga bisa yang negatif. Sasaran utama dalam kegiatan apresiasi adalah nilai suatu
karya seni. Secara umum apresiasi berarti mengamati, membandingkan, dan
mempertimbangkan. Tetapi dalam memberikan apresiasi, tidak boleh mendasarkan
pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi harus dengan setulus
hati dan menurut penilaian aspek umum.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa apresiasi positif dapat diberikan
kepada seseorang, atau beberapa individu atau sebuah kelompok yang melakukan
karya positif dengan suatu hal yang positif juga, atau sebaliknya.
3. Pengertian apresiasi secara umum adalah suatu penghargaan atau penilaian
terhadap suatu karya tertentu. Biasanya apresiasi berupa hal yang positif tetapi juga
bisa yang negatif. Apresiasi dibagi menjadi tiga, yakni kritik, pujian, dan saran.
Sementara itu, orang yang ahli dalam bidang apresiasi secara umum adalah seorang
kolektor atau pencinta suatu seni pada umumnya. Tetapi dalam memberikan apresiasi,
tidak boleh mendasarkan pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian
apresiasi harus dengan setulus hati dan menurut penilaian aspek umum.
4. Pengertian apresiasi adalah 1. kesadaran terhadap nilai seni dan budaya; 2.
penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; 3. kenaikan nilai barang karena harga
pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah;
ber•a•pre•si•a•si v mempunyai apresiasi; ada apresiasi;
meng•ap•re•si•a•si v melakukan pengamatan, penilaian, dan penghargaan (misalnya
terhadap sebuah karya seni)
-http://www.artikata.com/arti-319466-apresiasi.html-
5. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris “appreciation” yang berarti penghargaan,
penilaian, pengertian, bentuk itu berasal dari kata kedua “to aprreciate” yang berarti
menghargai, menilai, mengerti. Apresiasi mengandung makna pengenalan melalui
perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang. (Aminuddin, 1987).
6. Secara makna leksikal, apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian
pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan
yang memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti, 1985:2002).
7. Apresiasi merupakan kegiatan mengakrabi karya sastra secara bersungguh-
sungguh. Sehubungan dengan itu, apresiasi memerlukan kesungguhan penikmat sastra
dalam mengenali, menghargai, dan menghayati, sehingga ditemukan penjiwaan yang
benar-benar dalam (Elliyati, 2004)
8. Apresiasi adalah menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap cipta sastra (Effendi, 1973).
9. Apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaaan atau kepekaaan batin,
dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang
(Aminuddin, 1987).
10. Secara leksikografis, kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation, yang
berasal dari kata kerja to apreciate, yang menurut kamus Oxford berarti to judge value
of understand or enjoyfully in the right way; dan menurut kamus Webstern adalah to
estimate the quality of to estimate rightly to be sensitevely aware of. Jadi secara umum
mengapresiasi adalah mengerti serta menyadari sepenuhnya, sehingga mampu menilai
secara semestinya.
Dalam kaitannya dengan kesenian, apresiai berarti kegiatan mengartikan dan
menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni serta menjadi sensitif terhadap gejala
estetis dan artistik sehingga mampu menikmati dan manilai karya tersebut secara
semestinya. Dalam mengapresiai, seorang penghayat sedang mencari pengalam
estetis. Sehingga motivasi yang muncul adalah motivasi pengalaman estetis.
Pengalaman estetis menurut Albert R. Candler adalah kepuasan kontemplatif atau
kepuasan intuitif.
B. Fungsi dan Tujuan Apresiasi Seni
Tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni adalah menjadikan masyarakat “melek
seni” sehingga dapat menerima seni sebagaimana mestinya. Dengan kata-kata yang
lebih lengkap, apresiasi adalah kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera),
menanggapi, menghayati sampai kepada menilai sesuatu (dalam hal ini karya seni).
Ada dua fungsi dari kegiatan apresiasi seni yaitu :
1. Agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri
dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia.
2. Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan hiburan.
Apresiasi seni juga besar manfaatnya bagi ketahanan budaya Indonesia. Melalui
kegiatan apresiasi kesenian Indonesia, kita dapat lebih mengenal dan menghargai
budaya bangsa sendiri.Tujuan akhir apresiasi karya seni rupa antara lain :
1. untuk mengembangkan kreasi
2. untuk mengembangkan estetis
3. mengembangkan dan penyempurnaan hidup.
C. Unsur-Unsur Apresiasi
Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa, berikut adalah unsur-unsur yang perlu
diperhatikan:
Gaya
Teknik
Tema
Komposisi
D. Kegiatan apresiasi meliputi :
a. Persepsi
Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia,
misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan teater yang berkembang di
Indonesia, baik tradisi, maupun moderen. Pada kegiatan persepsi kita dapat
mengarahkan dan meningkatkan kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.
b. Pengetahuan
Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah
seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masing
bidang seni.
c. Pengertian
Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai
wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik.
d. Analisis
Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang
dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.
e. Penilaian
Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya seni yang
diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.
f. Apresiasi
Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang terdiri dari tiga
hal; value (nilai), empathy dan feeling. Value adalah kegiatan menilai suatu keindahan
seni, pengalaman estetis dan makna / fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan
empathy, kegiatan memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada
menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya seni.
II. KRITIK SENI
A. Pengertian
Jangan kita salah paham, pengertian kritik dalam seni tidak diartikan sebagai kecaman
yang menyudutkan hasil karya atau penciptanya.Hampir sama dengan apresiasi,
kritik seni pada dasarnya merupakan kegiatan menanggapi karya
seni. Perbedaannya hanyalah kepada fokus dari kritik seni yang lebih bertujuan
untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai
kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam beragam aspek, terutama sebagai
bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Para ahli seni umumnya
beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami (apresiasi)
kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari kegiatan
memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat terhadap dunia
seni, kegiatan kritik lalu berkembang memenuhi berbagai fungsi sosial lainnya. Kritik
karya seni tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap
sebuah karya seni, tetapi juga dipergunakan sebagai standar untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil berkarya seni. Tanggapan dan penilaian yang disampaikan
oleh seorang kritikus seni ternama sangat mempengaruhi persepsi penikmat terhadap
kualitas sebuah karya seni bahkan dapat mempengaruhi penilaian ekonomis dari karya
seni tersebut.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan kritik dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
proses pembelajaran seni. Kekurangan pada sebuah karya dapat dijadikan bahan
analisis untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun hasil belajar
kegiatan apresiasi yang tentang seni.
B. Jenis Kritik Karya Seni Rupa
Kritik karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut,
maka dapat kita jumpai empat jenis kritik karya seni rupa berdasarkan pendekatannya
seperti yang disampaikan oleh Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism),
kritik jurnalistik (journalistic criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism). dan kritik
pendidikan (pedagogical criticism). Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni
tersebut dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan
kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat: bahasa), cara (metoda),
sudut pandang, sasaran, dan materi yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya.
Keempat kritik tersebut memiliki fungsi yang menekankan pada masing-masing
keperluannya
1. Kritik pendidikan : Kritik pendidikan bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik
serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik pendidikan umumnya digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya.
Kritik jenis ini termasuk yang banyak digunakan oleh guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan
mata pelajaran pendidikan seni.
2. Kritik keilmuan : Kritik keilmuan bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan
dan kepekaan kritikus yang tinggi untuk menilai/menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis keilmuan
ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni,
atau kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara
akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan ini seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor
atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.
3. Kritik populer : Kritik seni populer ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang
disampaikan melalui kritik jenis populer ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada pengenalan
atau publikasi sebuah karya. Umumnya digunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang
mudah dipahami oleh orang awam.
4. Kritik jurnalistik : Jenis kritik jurnalistik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan
secara terbuka kepada publik melalui media massa khususnya surat kabar. Kritik jenis jurnalistik ini
biasanya sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya
seni, tertama karena hasil tanggapannya (kritiknya) disampaikan melalui media massa.
Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman, berdasarkan titik tolak atau landasan yang
digunakan, dikenal pula beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan
instrumentalistik :
1. Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap karya seni sebagai
konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada
sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi)
unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya
tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam
berkarya seni.
2. Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung menilai dan menanggapi
kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya
seni. Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi
dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
3. Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan
kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan
kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat
aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran
Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal)
nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin
disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut
dihadirkan.
Sumber :
http://sen1budaya.blogspot.com/2012/08/apresiasi-karya-seni-rupa.html, diakses
tanggal 16 Mei 2014
http://setyahermawan.blogspot.com/p/apresiasi-seni.html, diakses tanggal 16 Mei
2014
http://ilmipenulis.wordpress.com/2012/04/15/pengertian-apresiasi-menurut-
beberapa-referensi/, diakses tanggal 16 Mei 2014
http://hilman2008.wordpress.com/2009/06/19/apresiasi/, diakses tanggal 16 Mei
2014
http://tjahjo-prabowo.staff.fkip.uns.ac.id/apresiasi-seni/, diakses tanggal 16 Mei 2014
http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-apresiasi-seni.html, diakses tanggal 16
Mei 2014
http://asepsudrajat080.wordpress.com/seni-budaya/, diakses tanggal 16 Mei 2014
http://ilmudanpengetahuangratis.blogspot.com/2013/02/apresiasi-karya-seni-
rupa.html, diakses tanggal 16 Mei 2014
http://sma-senibudaya.blogspot.com/2015/01/pengertian-kritik-karya-seni-rupa.html,
diakses tanggal 16 Februari 2015
http://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/kritik-seni.html, diakses tanggal 16
Februari 2015
http://www.smansax1-edu.com/2014/09/apresiasi-seni-pengertian-dan-
tujuannya.html, , diakses tanggal 31 Juli 2015
Pengertian Apresiasi Menurut Beberapa Referensi28Sepuluh Pengertian Apresiasi dari Berbagai Referensi
1. Pengertian apresiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
penilaian baik; penghargaan; misalnya –terhadap karya-karya sastra ataupun
karya seni.
2. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris, appreciation yang berarti
penghargaan yang positif. Sedangkan pengertian apresiasi adalah kegiatan
mengenali, menilai, dan menghargai bobot seni atau nilai seni. Biasanya
apresiasi berupa hal yang positif tetapi juga bisa yang negatif. Sasaran
utama dalam kegiatan apresiasi adalah nilai suatu karya seni. Secara umum
kritik berarti mengamati, membandingkan, dan mempertimbangkan. Tetapi
dalam memberikan apresiasi, tidak boleh mendasarkan pada suatu ikatan
teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi harus dengan setulus hati dan
menurut penilaian aspek umum.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa apresiasi positif dapat
diberikan kepada seseorang, atau beberapa individu atau sebuah kelompok
yang melakukan karya positif dengan suatu hal yang positif juga, atau
sebaliknya.
http://hilman2008.wordpress.com/2009/06/19/apresiasi/
3. Pengertian apresiasi secara umum adalah suatu penghargaan atau
penilaian terhadap suatu karya tertentu. Biasanya apresiasi berupa hal yang
positif tetapi juga bisa yang negatif. Apresiasi dibagi menjadi tiga, yakni
kritik, pujian, dan saran. Sementara itu, orang yang ahli dalam bidang
apresiasi secara umum adalah seorang kolektor atau pencinta suatu seni
pada umumnya. Tetapi dalam memberikan apresiasi, tidak boleh
mendasarkan pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian
apresiasi harus dengan setulus hati dan menurut penilaian aspek umum.
-http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081204221626AAdJoV5-
4. Pengertian apresiasi adalah 1. kesadaran terhadap nilai seni dan budaya;
2. penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; 3. kenaikan nilai barang
karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah;
ber•a•pre•si•a•si v mempunyai apresiasi; ada apresiasi;
meng•ap•re•si•a•si v melakukan pengamatan, penilaian, dan penghargaan
(misalnya terhadap sebuah karya seni)
-http://www.artikata.com/arti-319466-apresiasi.html-
5. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris “appreciation” yang berarti
penghargaan, penilaian, pengertian, bentuk ituberasal dari kata kedua “to
aprreciate” yang berarti menghargai, menilai, mengerti. Apresiasi
mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan
pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
(Aminuddin, 1987).
6. Secara makna leksikal, apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian
pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan
pernyataan yang memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti, 1985:2002).
7. Apresiasi merupakan kegiatan mengakrabi karya sastra secara
bersungguh-sungguh. Sehubungan dengan itu, apresiasi memerlukan
kesungguhan penikmat sastra dalam mengenali, menghargai, dan
menghayati, sehingga ditemukan penjiwaan yang benar-benar dalam
(Elliyati, 2004)
8. Apresiasi adalah menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh
sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi, 1973).
9. Apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaaan atau
kepekaaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang (Aminuddin, 1987).
10. Secara leksikografis, kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris
appreciation, yang berasal dari kata kerja to apreciate, yang menurut kamus
Oxford berarti to judge value of understand or enjoyfully in the right way;
dan menurut kamus Webstern adalah to estimate the quality of to estimate
rightly to be sensitevely aware of. Jadi secara umum mengapresiasi adalah
mengerti serta menyadari sepenuhnya, sehingga mampu menilai secara
semestinya.
Dalam kaitannya dengan kesenian, apresiai berarti kegiatan mengartikan
dan menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni serta menjadi sensitif
terhadap gejala estetis dan artistik sehingga mampu menikmati dan manilai
karya tersebut secara semestinya. Dalam mengapresiai, seorang penghayat
sedang mencari pengalam estetis. Sehingga motivasi yang muncul adalah
motivasi pengalaman estetis. Pengalaman estetis menurut Albert R. Candler
adalah kepuasan kontemplatif atau kepuasan intuitif.
– http://tjahjo-prabowo.staff.fkip.uns.ac.id/apresiasi-seni/-
Pengertian Dari Apresiasi Pada Seni- NO COMMENTS >> PLENGDUT : IRMAWAN HADI SAPUTRA
Pengertian apresiasi pada bidang seni bisa diartikan sebagai menikmati,
menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni lebih tepat lagi
dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka terhadap segi-
segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai karya-karya
tersebut dengan semestinya.
Kegiatan apresiasi meliputi :
a. Persepsi seni
Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni
di Indonesia, misalnya, mengenalkan seni tari-tarian, seni musik, seni
rupa, dan seni teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun
moderen. Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan
meningkatkan kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.
Salah satu jenis seni tari dimana apresiasi terjadi pada kekompakan gerakannya
b. Pengetahuan seni
Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam meng- apresiasi baik
tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang
biasa digunakan di masing-masing bidang seni.
c. Pengertian
Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema ke
dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam
kemampuannya dalam merasakan musik.
d. Analisis
Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang
sedang dipelajari, menafsir objek yang di- apresiasi.
e. Penilaian
Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya seni
yang di- apresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.
f. Apresiasi
Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang
terdiri dari tiga hal; value (nilai), empathy dan feeling. Value adalah
kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan makna /
fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy, kegiatan memahami,
dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada menghayati karya seni,
sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya seni.
Sejalan dengan rumusan di atas S.E. Effendi mengungkapkan bahwa
apresiasi adalah mengenali karya sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan untuk mencermati kelebihan dan kekurangan
terhadap karya.
Menurut Soedarso (1987) ada tiga pendekatan dalam melakukan
apresiasi yakni : 1). pendekatan aplikatif, 2). pendekatan kesejarahan, 3).
pendekatan problematik.
Pendekatan aplikatif, adalah pendekatan apresiasi dengan cara
melakukan sendiri macam-macam kegiatan seni. Pendekatan kesejarahan
adalah, dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan asal usulnya.
Sedangkan pendekatan problematik, dengan cara memahami
permasalahan di dalam seni.
Seorang pengamat akan berbeda dengan pengamat lainnya dalam
menilai sebuah pertunjukan seni. Hal ini didasarkan pada pengalaman
estetik, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Bahasan kajian dalam meng- apresiasi seni pada tingkatan awal dengan
pendekatan aplikatif adalah sebagai berikut:
Seni Musik Klasik
Pada seni dari musik klasik ini, apresiasi dari pendekatan aplikatif yang
biasa kita lakukan biasanya pada:
Ciri khas musiknya
Bentuk musik dari zamannya
Struktur musiknya
Gaya musiknya
Seni Musik Tradisi
Sedangkan pada seni dari musik tradisi, apresiasi dari pendekatan
aplikatif yang biasa kita lakukan biasanya pada:
Ciri-ciri khas musiknya :
- Laras- Pola tabuhan
- Instrumen yang dimainkan
- Struktur musiknya
- Gaya musiknya
Fungsi seni
Ekspresif (nilai-nilai keindahan)
Makna / pesan yang terkandung
Seni Tari Kreatif
Apresiasi dari seni yang berbentuk tari kreatif biasanya pada saat:
Mencermati identifikasi gerak
Mencermati keharmonisan gerak dan musik
Mencermati kreativitas gerak
Mencermati kemampuan wiraga / kelenturan
Mengidentifikasi jenis tari berdasarkan garapan
Mengidentifikasi tari berdasarkan orientasi
Mengidentifikasi berdasarkan fungsinya
Seni Teater
Sedangkan pada seni bentuk teater, apresiasi pendekatannya biasanya
pada:
Mengidentifikasi perbedaan teater dan film
Mengidentifikasi keberhasilan suatu pementasan
Mengidentifikasi nada ucapan dan makna dalam dialog
Mengidentifikasi plot lakon
Seni Rupa
Untuk apresiasi pada bidang seni rupa, pendekatannya biasanya pada:
Makna
Gaya
Material
Elemen
Estetika
APRESIASI SENIPENGERTIAN APRESIASI...
Secara leksikografis, kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris apreciation, yang berasal dari kata kerja to Apreciate, yang menurut kamus Oxford berarti to judge value of; understand or enjoy fully in the right way; dan menurut kamus webstern adalah to estimate the quality of to estimate rightly tobe sensitevely aware of. Jadi secara umum me-apresiasi adalah mengerti serta menyadari sepenuhnya, sehingga mampu menilai secara semestinya.
Dalam kaitannya dengan kesenian, apresiasi berarti kegiatan meng-artikan dan menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni serta menjadi sensitif terhadap gejala estetis dan artistik sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut secara semestinya. Dalam apresiasi, seorang penghayat sebenarnya sedang mencari pengalaman estetis. Sehingga motivasi utama yang muncul dari diri penghayat seni adalah motivasi untuk mencari pengalaman estetis.
Pengalaman estetis menurut Albert R. Candler adalah kepuasan kontemplatif atau kepuasan intuitif. Sedangkan Yakob Sumardjo menjelaskan pengalaman seni adalah keterlibatan aktif dengan kesadaran yang melibatkan kecendekiaan, emosi, indera dan intuisi manusia dengan lingkungan (benda seni) (2000, 161). Dalam proses pengalaman estetis unsur perasaan dan intuisi lebih menonjol dibandingkan nalar; itulah sebabnya maka dalam proses tersebut penghayat seni seolah kehilangan jati dirinya karena seluruh kehidupan perasaannya larut ke dalam obyek seni, dan inilah yang disebut dengan empati.. Proyeksi perasaan tersebut bersifat subyektif dan sekaligus obyektif. Artinya subyektif karena penghayat menemukan kepuasan atau kesenangan dari obyek seninya dan obyektif karena proyeksi perasaan itu berdasarkan nilai-nilai yang melekat pada benda seni tersebut. Kualitas
seni yang ada dalam karya tersebut mengalirkan pengalaman secara dinamis dan akhirnya mendatangkan kepuasan. Kualitas suatu karya biasanya muncul karena adanya pola yang jelas yang terjalin pada unsur/elemen seni sehingga membentuk sebuah struktur. Dalam seni rupa struktur tersebut ada pada rasa unity, balance, harmony, rythm, proportion, point of interest, contrast dan discord.
Seorang apresian dalam melakukan penghayatan dan penilaian terhadap sebuah karya tidak bisa dilepaskan dari persoalan persepsi yang muncul ketika berhadapan dengan karya tersebut.
Persepsi
Pada dasarnya persepsi muncul karena ada kesadaran terhadap lingkungan dan melalui sebuah proses mental terjadilah interaksi antar obyek penginderaan dan makna, sehingga dengan demikian kemunculan persepsi seseorang terhadap sebuah obyek dipengaruhi oleh banyak faktor.
Manusia mempersepsi stimulus yang diamati berdasarkan struktur pengetahuan atau skema yang ada pada dirinya. Skema yang dimaksud adalah organisasi dan intelegensi pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan masukan yang datang. Skema setiap orang berbeda sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman masing masing.Jadi persepsi adalah kesadaran kita atas dunia sekitar berdasarkan informasi yang datang lewat pengenderaan, atau sering juga disebut sebagai kenyataan faktual kelengkapan manusia
Ada tiga jenis persepsi yang digunakan orang dalam menilai benda benda artefak budaya yaitu persepsi praktis, persepsi analitis dan persepsi apresiatf (Stephen C Pepper, 1976: 7) di mana penggunaan masing masing jenis persepsi tersebut berbanding lurus dengan tujuan dan pola berpikir seseorang dalam memaknai obyek.
Presepsi praktis adalah kesadaran intelegensi dan respon psikologis yang diarahkan ke peroalan persoalan praktis. Dalam hal ini repon yang diberikan terhadap rangsangan dilihat dari aspek relasi-fungsional. Obyek /stimulan ditanggapi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan akir.
Persepsi analitis adalah persepsi yang memandang stimulator sebagai instrumen untuk mendapat kualifikasi relasional baik di antara obyek lain maupun kualifikasi atas bagian per bagian dari benda itu sendiri atas dasar proses sebab-akibat; atau memasukkan setiap bagiannya ke dalam unsur yang dapat dikorelasikan dan diformulasikan ke dalam rumusan tertentu.
Sedangkan persepsi apresiatif adalah suatu usaha memandang stimulan sebagai media untuk memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan sehingga di peroleh pengalaman estetis atas obyek yang diamati.
Situasi sosial tempat stimulus itu berada akan mempengaruhi indra dalam mempersepsi stimulus tersebut, selain itu persepsi pengamat terhadap obyek yang sama dapat berubah karena obyek ditempatkan pada lingkungan sosial yang berbeda. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi individu adalah : 1) pengalaman belajar (2) harapan (3) motif atau kebutuhan dan (4) kepribadian.
Dari paparan pendapat di atas tentang persepsi tampaklah bahwa sebagian besar faktor yang berpengaruh dalam pembentukan persepsi adalah kualitas pribadi pengamat dan bukan kualitas obyek. Apapun kualitas obyek maknanya sangat tergantung pada kualitas pribadi pengamat. Makna yang merupakan pola dalam rangka pembentukan persepsi diperlukan untuk menyeleksi dan memahami lingkungan serta untuk mengembangkan bahasa dan proses berpikir. Dalam kaitannya dengan seni, istilah bahasa bisa diartikan adalah ungkapan hasil proses perasaan dan pikiran melalui elemen dan strukturnya untuk menyampaikan pesan..
Dalam kaitannya dengan apresiasi terhadap karya seni, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi apresiasi seseorang ,yaitu;
Kemauan dan minat,
Sikap terbuka,
Kebiasaan,
Peka atau sensitif
Kondisi mental.
Kemauan dan minat diperlukan untuk menikmati karya; sebab tanpa kemauan dan minat apresiasi tidak akan berhasil
Sikap terbuka diperlukan untuk menghindari sikap apriori terhadap suatu karya. Hanya karya yang disenangi yang dianggap baik, yang lain tidak.
Seorang penghayat benda seni perlu membiasakan diri menghadapi karya secara intensif agar memiliki perbendaharaan rupa, gerak dan bunyi yang memadai dan selalu bertambah dan meningkat, yang muaranya adalah muncul kepekaan terhadap segala gejala rupa, gerak dan suara/ bunyi. yang ada di sekitarnya baik secara partial maupun secara kolaboratif.
Kepekaan menangkap gejala unsur seni dengan segala perubahannya merupakan suatu tuntutan, karena kepekaan seseorang akan membantu menelusuri sumber kreasi dan sumber estetik suatu karya.sehingga dengan demikian akan memperlancar menangkap makna yang tersirat dari yang tersurat sebuah karya.
Kondisi mental dalam rangka apresiasi adalah, intensitas seseorang dalam melakukan penghayatan. Kurangnya intensitas karena adanya gangguan psikhis akan menyebabkan apresiasi tidak maksimal. Ada beberapa mekanisme psikologis yang menyebabkan timbulnya perubahan penilaian atau evaluation mutation, yaitu
conditioning,
habituation dan
fatique.
Menurut Stepen C Pepper (1976) conditoning dapat terwujud dalam 4 variasi, yaitu
the means-to-end mutations, perubahan nilai yang terjadi pada suatu bendatanpa mengkaitkan dengan benda lain yang semula berhubungan. Misalnya pipa rokok disenangi karena bentuknya, tidak ada hubungan lagi dengan rokok atau tembakau.
the mechanized habit mutation,perubahan penilaian karena adanya mekanisme kebiasaan.Misalnya, anak diajak menonton pergelaran tari secara kontinyu maka lama kelamaan anak akan menyenagi tarian terebut. Kunci dari perubahan penilaian ini adalah kontinyuitas dan mekanisme yang jelas.
symbolic meaning, penilaian yang terjadi karena pemberian makna terhadap tanda atau simbol yang dilakukan secara terus menerus. Misalnya, warna-putih akan di maknai Indonesia, bentuk bintang dan strip akan di maknai Amerika.
type. Penilaian yang didasarkan pada pengolonggan ciri-ciri tertentu yang melekat pada objek. Misalnya, dinilai perempuan karena berambut panjang, memakai rok, bergaya gemulai, dan sebagainya.
Perubahan penilaian yang terjadi pada conditioning dengan segala variantnya ini bersifat sementara, sedangkan berubahan yang terjadi pada Habituation/ kebiasaan bersifat long term.
Sementara itu ada dua jenis Fatique yang terjadi pada manusia yaitu
sensory fatique, adalah kelelahan yang disebabkan oleh kelelahan inderawi
attentive fatique. adalah kelelahan perhatian/ kejenuhan terhadap sesuatu yang berlangsung sangat lama, sehingga konsentrasi sudah tidak stabil lagi.
Apresiasi dan Komunikasi Seni.
Sudah seringkali kita dengar pernyataan atau kita baca, bahwa salah satu fungsi seni adalah sebagai ekspresi seseorang. Bahkan ungkapan seni adalah jiwa ketok, yang dilontarkan oleh S Sudjojono menjadi sangat terkenal di antara seniman dan pendidik seni di Indonesia.
Walaupun sesungguhnya persoalan ekspresi adalah lebih pada persoalan psychologis dari pada persoalan benda seni itu sendiri, akan tetapi karena mengamati karya seni tidaklah sekedar melihat visual form, tetapi kadang kita berusaha melihat adanya bentuk di balik bentuk, maka persoalan ekspresi ini menjadi penting dan menarik
Saat ini istilah ekspresi lebih sering diartikan sebagai behavioral manifestations of the human personality. Manifestasi perilaku dari kepribadian manusia atau kadang kadang ekspresi didiskripsikan sebagai perceiving with imagination.Kalau yang pertama ditekankan pada pelakunya, sedangkan yang kedua ditekankan pada penerima, pengamatnya.
Dalam kaitannya dengan seni sebagai ekspresi Suzanne K Langer menyatakan: bahwa, .karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat sensa ataupun pencitraan/imajinasi, dan apa yang diekspresikan adalah perasaan insani. Namun demikian suatu konsepsi kehidupan, emosi dan kenyataan batiniah yang diekspresikan lewat karya seni pengekspresiannya tidak boleh instinktif dan stereotip. Artinya bahwa perlu jalan yang panjang, perlu pertimbangan yang penuh kesadaran tertentu untuk dapat mengekspresikan perasaan insaninya dengan tepat, sehingga ekspresi itu tidak jatuh menjadi tanda ataupun sekedar cerita tentang perasaan yang diulang-ulang, sehingga dengan demikian ekspresi rasa dalam karya seni bukanlah semata mata hal yang symptomatic Misalnya, orang yang sedang betul betul dilanda kesedihan, karya seninya tidak akan mengekspresikan kesedihan itu. Baru, setelah gejala sedih itu mengendap dan mengkristal, kemudian dituangkan dalam karya, karya tersebut akan menyiratkan kesedihannya.
Karya seni menghadirkan perasaan untuk direnungkanan oleh penghayat sehinga karya itu dapat dilihat dan didengar atau dengan berbagai cara penerimaan melalui simbol bukan melalui kesimpulan gejala. Oleh karena itu, suatu bentuk yang ekspresif adalah suatu bentuk yang dapat dipahami dan dibayangkan secara menyeluruh maksud yang dikandungnya, ataupun juga kualitas seluruh aspek yang ada di dalamnya, sehingga bisa menggambarkan secara menyeluruh dalam beberapa hal yang berbeda yang dipunyai elemen-elemen tersebut dalam berbagai hubungan analoginya.
Karena setiap karya seni tidak tumbuh dari sesuatu kekosongan, melainkan tumbuh diantara dan dari perjalanan sejarah serta dalam suatu konteks sosial budaya, maka sebenarnya sebuah karya seni merupakan rekaman peristiwa yang dikomunikasikan oleh seniman kepada pembaca (penonton, pendengar). Oleh karena itu struktur karya seni baru dapat dipahami sepenuhnya bila kita melihat karya itu sebagai suatu tanda atau lambang kehihudapan.
Jadi jelaslah bahwa selain fungsinya sebagai sarana untuk mengekspresikan segala sesuatu yang tak tampak tapi ada dalam diri manusia, karya seni sebagai simbol juga berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi.
Karya Seni dan Simbol
Manusia berfikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan ungkapan yang simbolis. Manusia tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol dan simbol ini mempunyai unsur pembebasan dan perluasan pemandangan. Artinya, sebuah ide jika sudah dinyatakan dengan menggunakan simbol maka ide itu menjadi sesuatu yang multi interpretable. Bisa ditafsirkan dengan berbagai makna.
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan tentang sesuatu hal pada seseorang. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda atau lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. (Poerwadarminta, 1976 272)
Selain animal symbolicus manusia juga merupakan homo creator, artinya bahwa manusia adalah mahluk yang selalu berkreasi. Untuk menuangkan kreasinya manusia harus selalu berkarya. Hal itu karena selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, alam sekeliling ini tidak ada arti apapun bila tidak ada karya dan sentuhan kreasi manusia.
Menurut Soren Kierkegaard, salah seorang filsuf existensialis, mengatakan bahwa hidup manusia mengalami tiga tingkatan, yaitu estetis, etis dan religius Dengan kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia dan sekitarnya yang mengagumkan. Kemudian dia menuangkannya kembali rasa kekaguman tersebut dalam karya seni. Dalam tingkatan etis, manusia mencoba meningkatkan kehidupan estetisnya dalam bentuk tindakan manusiawi, yaitu bertindak bebas dan mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada sesama. Dan akhirnya, manusia semakin sadar bahwa hidup mesti mempunyai tujuan. Segala tindakan kemudian dipertanggung jawabkan kepada yang lebih tinggi, Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam perjalan sejarah umat manusia, telah terbukti bahwa lukisan sebagai kreasi manusia tidaklah berdiri sendiri. Dia adalah simbol dari sejumlah gagasan, ide, imajinasi, atas responnya terhadap alam sekitar yang diolah dari hidup perasaannya. Dan sebetulnya dalam berkarya seorang seniman tidak saja bekerja sebagai abdi alam sekitarnya akan tetapi dia juga mencari makna dirinya sendiri agar apa yang telah dipilih dan kemudian dilakukan mempunyai arti yang dapat dipertanggung jawabkan kepada sesamannya maupun kepada yang lebih tinggi, sebab tatkala manusia melahirkan batin pada benda benda alamiah disekelilingnya, maka batinnya semakin terbuka.
Elemen-elemen rupa yang memang ada karena keberadaannya sendiri, dengan segala gejala visualnya, dan dalam kondisi nirmana, mempunyai potensi untuk menjadi simbol dan kemudian berarti dan bermakna.Rupa sebagai media seni baru akan dapat bermakna bila disusun dalam satu kesatuan struktur, dan struktur sebuah karya seni baru dapat kita pahami sepenuhnya bila kita melihat karya itu sebagai suatu tanda atau lambang. Dan hanya manusialah yang berhadapan dengan sebuah karya seni dapat memberikan arti itu.
Sudah barang tentu dalam pemberian arti itupun, manusia tidak berdiri bebas dan sewenang-wenang tetapi selalu dalam arus sejarah dan lingkungan masyarakatnya. Cara dia menerima dan menyambut sebuah karya turut menentukan arti dan makna kehadiran karya tersebut.
4. Karya Seni Sebagai BahasaBahasa adalah alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, tanpa ada alat untuk berkomunikasi maka interaksi antar manusia itu tidak akan pernah terjadi. Dalam kaitan dengan alat komunikasi maka istilah bahasa dapat berujud bahasa tulis/lisan, bahasa isyarat, misalnya bunyi peluit, morse; bahasa gerak tubuh, misalnya gerak tangan polisi pengatur lalulintas, tarian atau bahasa bentuk, misalnya gambar, termasuk di dalamnya adalah lukisan.
Bahasa sebagai alat komunikasi bersifat umum dan universal. Bila sifat itu dilihat dari fungsinya maka bahasa berfungsi sebagai:
Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antar manusia.
Untuk tujuan artistik, yaitu ketika manusia mengolah bahasa guna mengungkapkan kebenaran intuitif. Intuisi adalah suatu jenis kebenaran yang hanya dapat ditangkap lewat perasaan dan penghayatan, lewat sejumlah gambaran kongkret inderawi atau biasa disebut imajinasi.
Untuk tujuan filologis, yakni tatkala kita mempelajari naskah, kuno, latar belakang sejarah, kebudayaan dan lain-lain.
Untuk menjadi kunci dalam mempelajari pengetahuan lainnya (Gorys Keraf, 1976: 14).
Jika proses ekspresi seni dianggap sebagai sebuah peristiwa komunikasi, maka karya seni rupapun dapat dianggap sebagai bahasa, sehingga setiap elemen rupa dan rekayasa sturkturnya yang ada dalam sebuah karya rupa adalah identik dengan kata dan gramatika. Lukisan sebagai bahasa simbolis memang menciptakan situasi yang simbolis, artinya penuh tanda tanya tentang hal-hal yang diungkap maksud dan arti yang dikandung dalam simbolnya. Dalam situasi simbolis maka sebuah lukisan bukan bermaksud menerangkan atau menguraikan sesuatu. Sebab sesuatu yang simbolis bila diterangkan atau diberi penjelasan mendetail akan berkurang atau bahkan kehilangan daya simbolisnya.
Namun ada kalanya bahasa rupa tidak digunakan dalam maknanya yang simbolis, tetapi memang untuk menjelaskan gejala-gejala visual yang sangat nyata, bilamana diterangkan secara verbal maupun dengan bahasa yang lain akan tidak efektif atau bahkan memungkinkan mengalami pendistorsian maksud /makna.
Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa, karya seni sebagai bahasa memiliki 2(dua) potensi, yaitu potensi sebagai bahasa simbolik dan potensi sebagai bahasa rupa, gerak dan suara secara denotatif. Dalam rangka mengkomunikasikan gagasannya, potensi mana yang dipilih oleh seniman untuk dimasukkan dalam karyanya sangatlah tergantung pada tujuan komunikasinya. Ketika muncul kesadaran bahwa eksistensi kita menjadi lebih berarti bila kita berkomunikasi dengan lingkungan, maka saat itulah kita memerlukan alat komunikasi; dan alat tersebut bernama bahasa.
Dalam artian yang luas, bahasa tidaklah sekedar ucapan, tetapi lebih pada sifatnya yang simbolik. Dan dalam kaitannya yang simbolik tersebut bahasa dapat berupa gerak, bunyi, warna, garis dan pendek kata segala hal yang dapat dipersepsi oleh manusia lewat indera dan telah memberikan dampak psikhologis, kemudian ditafsirkan arti dan maknanya. Itulah saya lebih setuju bahwa karya seni adalah sebuah re interpretasi dari interpretasi kultural. Karya seni adalah tafsir dari tafsir, sehingga kehadirannya bukanlah dari kekosongan belaka, bukan suatu perbuatan yang asal-asalan.
Seni dan Komunikasi..
Wujud sebuah karya seni pada dasarnya adalah representasi pengalaman pengalaman estetis seorang seniman ketika dia mencoba mencari jawaban atas apa yang ada dibalik gejala yang ditangkap oleh inderanya . Oleh karena itu dalam melihat sebuah karya seni masalah bentuk dan isi karya adalah masalah yang saling berkait. Bentuk adalah segala hal yang membicarakan faktor intrinsik karya, mulai unsur, struktur, simbol, metafora dan lain sebagainya. Sedangkan persoalan isi
mempertanyakan nilai kognitif-informatif, nilai emosi-intuisi, nilai gagasan, dan nilai nilai hidup manusia.
Ada dua pendapat tentang keberadan nilai dalam sebuah karya seni. Ada yang bependapat bahwa nilai seni sebuah karya terletak pada benda dan senimannya; Namun dapat pula pencarian hakekat seni dilakukan dari aspek penerima seni; Artinya nilai sebuah karya seni tidak terletak pada bendanya atau penciptanya, akan tetapi kepada penerimanya. Kalau dilihat dari kaca mata komunikasi maka bukan komunikator dan media yang membuat sebuah pesan itu berarti dan bermanfaat akan tetapi adalah interpretasi komunikanlah yang menjadikan pesan itu bermakna.
.
Dalam komunikasi seni ada tiga unsur utama yang terlibat sacara saling terkait yaitu, seniman, benda seni dan publik seni. Bersatunya unsur unsur komunikasi seni ini dalam satu peristiwa seni akan melahirkan apa yang dinamakan pengalaman seni.
Benda seni yang diciptakan seniman akan diterima nilai nilainya oleh publik seni dalam konteks sosio budayanya. Dan bila yang ideal ini betul betul terjadi maka komunikasi seni akan berjalan secara sehat; Namun dalam kenyataan di lapangan tidaklah selalu demikian. Dalam masyarakat yang terbuka terhadap informasi nilai, persoalan komunikasi seni ini tidak lagi mudah terjalin sebab adakalanya nilai seni yang diterima dan dipahami senimannya tidaklah selalu sama, bahkan berbeda jauh dengan nilai seni yang diterima dan dipahami masyarakat atau publik seni, Sehingga mudah sekali terjadi kesalah penafsiran terhadap pesan. Pertama, sebenarnya tidak ada karya seni yang rumit dan buntu. Karya seni yang sejati, sebagaimana lembaga kebenaran yang lain, selalu jujur, jelas, dan transparan, sebab yang ingin dicapai adalah kebenaran. Struktur jiwa manusia, dalam hal perasaan, intuisi, bawah sadar dan berpikir, sama saja dari dulu hingga sekarang. Apa yang dirasakan dan dipikirkan manusia dimanapun sama. Hanya cara mengungkapkannya itulah yang berbeda beda; Terutama dalam aspek intrinsik struktur seninya. Dan penguasaan struktur inilah yang menjadi bagian vital yang harus dikuasai oleh seorang seniman dalam berkarya. Tanpa penguasaan struktur sulit bagi seniman untuk mengolah dan mengungkapkan perasaan, pikiran serta pengalamannya menjadi sebuah informasi yang akan ditransmisikan pada publik seni (komunikan). Demikian juga publik seni, tanpa mengerti, memahami ,menghayati struktur keindahan akan sulit menangkap maksud seniman lewat media yang dimiliki dan diolah.
Kedua, seperti telah disinggung di atas bahwa kemunculan karya seni tidaklah bebas dari konteks nilai, baik nilai sosial , ideologi, politik maupun struktur sosial dan sebagainya atau sering disebut nilai ekstrinsik. Pemahaman terhadap konteks nilai inilah untuk Indonesia menjadi salah satu sumber masalah kesenjangan informasi yang mengakibatkan terjadinya gap dalam berkomunikasi. Di satu fihak seniman yang berlatar belakang pendidikan seni secara formal, dimana pengetahuan dan nilai nilai yang dipelajari mengacu pada nilai nilai yang non Indonesia, sementara di fihak lain nilai nilai modern yang ada dalam masyarakat belum menampakkan wujud bentuknya yang jelas dan nilai nilai lama sudah tak jelas pula.
Komunikasi visual.
Untuk membangun sebuah komunikasi, orang perlu memahami elemen elemen dasar yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Untuk itulah di bawah ini akan dibicarakan tentang elemen –elemen dasar tentang komunikasi visual.
Kapanpun bila sesuatu itu didisain, digambar (termasuk difoto), dilukis, diskets dibangun, dan dipatungkan bahan dasar dari karya tersebut adalah elemen visual. Pengertian elemen visual hendaknya jangan dicampur adukkan dengan pengertian media atau bahan atau material yang digunakan. Yang dimaksud media /bahan/material dalam seni rupa adalah misalnya kayu, kertas, cat, tanah liat atau film. Sedangkan elemen visual adalah substansi dasar dari apa yang kita lihat dan tidak tunggal. Titik, garis, bidang, warna, teksture, dimensi, skala dan gerak adalah substansi dasar tersebut.
Elemen-elemen visual tersebut merupakan bahan mentah seluruh informasi visual dalam pilihan pilihan selektif dan kombinasi di antara elemen tersebut.. Struktur kerja visual adalah kekuatan yang menentukan elemen visual mana yang disajikan dan dengan tekanan apa.
Untuk lebih memahami peranan elemen visual sebagai media informasi, barangkali kita dapat membuat analogi dengan elemen verbal. Sebuah kata adalah terdiri dari serangkaian huruf. Dalam sistem alphabet latin huruf tersebut terdiri dari 26 jenis, mulai huruf A higga Z. Rangkaian huruf ini tidak akan bermakna informatif apapun bila kita tidak melakukan pemilihan yang selektif dari keduapuluh enam huruf tersebut yang kemudian digabung menjadi satu untuk mewakili apa ( pikiran, perasaan) yang akan kita informasikan kepada fihak lain.
Yang berbeda antara informasi verbal dengan informasi visual adalah bahwa informasi verbal bertujuan untuk diketahui sedangkan informasi visual tujuannya adalah untuk dikenali ( to be recognized). Itulah sebabnya maka informasi verbal bersifat naratif sedangkan informasi visual tidak harus naratif., sehingga dalam mengamati sebuah gambar atau patung seorang komunikan mempunyai kemerdekaan menafsirkan sendiri seluruh informasi yang terangkum dalam sebuah karya sesuai dengan kemampuannya.
Banyak hal yang kita tahu tentang interaksi dan efek dari persepsi orang dalam mengenali dan memahami informasi visual seperti yang dilakukan dalam penelitian dan percobaan psykhologi Gestalt..Pada intinya tesis gestalt ini menyatakan bahwa memahami informasi sensoris (inderawi) harus bersifat total, menyeluruh dan bukan dengan pendekatan analitis.
Untuk mendapatkan makna yang lebih baik dari sebuah gambar hendaknya kita tinggalkan elemen tadi meskipun elemen tersebut menjadi unsur pokoknya dan kemudian mengamati suluruh bangunan elemen untuk menangkap pesan yang muncul dalam bentuk tanggapan emosi komunikan. Respon emosi inilah yang menjadi effek dari komunikasi visual, yang pada gilirannya akan bermuara pada kemungkinan bertambahnya kesadaran baru tentang sesuatu bertambahnya wawasan, pengetahuan, kekayaan batin dan pengalaman estetis.
Jadi dari aspek kultural, komunikasi visual yang dilakukan seniman dengan karyanya merupakan komunkasi yang pendekatannya bisa merupakan penggabungan model transmition view of
communication dan ritual view of communication. Artinya, adakalanya seorang seniman dalam berkarya hanya menyodorkan gagasannya saja dan tidak memperdulikan respon pengamat namun adakalanya pula seorang seniman dalam berkarya memang melakukan dan mengharapkan sharing, menimbulkan kebersamaan dengan pengamat. Yang disebut pertama biasanya dilakukan oleh seniman yang menitik beratkan karyanya pada nilai bentuk, sedang yang kedua, dilakukan oleh seniman yang cenderung menekankan nilai isi lebih penting dari bentuk suatu karya. Bagi penulis sendiri kedua duanya sama penting . Bentuk yang signifikan akan mempermudah memahamkan isi/makna yang terkandung dalam sebuah bentuk
DEFINISI APRESIASI...Apresiasi bolehlah didefinisikan sebagai kajian mengenai pelukis-pelukis atau pandai tukang mengenai hasil-hasil seni mereka, faktor yang mempengaruhi mereka, cara mereka bekerja, bagaimana mereka memilih tema dan ‘subject matter’ serta gaya dan stail mereka .Semua ini berkait rapat dengan aspek pemahaman mereka dari aspek- aspek kognitif. Ianya juga sebagai satu penghargaan terhadap penilaian dan perasaan terhadap sesuatu hasil seni itu. Ia boleh dikatakan sebagai pembentukan sikap, minat dan kebolehan membuat pilihan dan ini berkait rapat dengan aspek-aspek afektif.
Menurut Smith (1966), apresiasi seni ini memerlukan “logical operation such as defining, valuing and explaining”
Pendidikan seni harus dilihat dalam skop yang lebih luas. Umumya, para pendidik seni beranggapan Pendidikan Seni di sekolah bukan sekadar meningkatkan kemahiran dan teknik menghasilkan karya seni sahaja.
Menurut Chapman (1978) “if treatart ifit were only a matter of learning acts an mastering technique, we deny its value and character”
Kebanyakan pendidik seni percaya bahawa melalui apresiasi karya seni, pelajar- pelajar dapat memahami adat, tradisi dan nilai sesuatu masyarakat.
Macfee (1961) menegaskan bahawa “…every culture, differences in value and belief are expressed through language an art forms such as dress, architecture an decoration…”
Apresiasi seni melibatkan sepenuhnya deria rasa/sentuh dan deria pandang. Karya seni seperti catan, lukisan, cetakan dipandang sementara acra dan binaan disentuh. Apresiasi seni secara aktif melibatkan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain apa yang difikirkan dan dirasakan. Dalam konteks ini pengetahuan mengenai seni serta perbendaharaan kata yang cukup mengenai seni yang diperlukan.
OBJEKTIF APRESIASI
a) Memahami dan bertindak terhadap aspek seni b) Mengetahui pentingnya nilai seni dalam kehidupan c) Menghasilkan karya (produk seni) d) Memahami seni dan hubungannya e) Membuat dan menggunakan pertimbangan estetik dan kualiti karya seni
TUJUAN APRESIASI DAN KRITIKAN SENI
Apresiasi seni membolehkan pelajar memahami aspek-aspek nilai estetika, pengertian unsur-unsur seni dan nilai-nilai sosio budaya yang terkandung dalam hasil seni dan kraf. Ianya juga dapat menghubungkaitkan diri dan hasil sendiri dengan hasil-hasil lain berdasarkan persepsi visual.Begitu juga dengan aktiviti apresiasi seni, kita dapat melihat perhubungan antara kerja sendiri dengan kerja-kerja orang lain di mana kita dapat membentuk keyakinan dan kefahaman penghargaan terhadap bidang seni Pendekatan apresiasi dan kritikan seni:
Mengikut John A. Michael dalam bukunya “art and adolescence” ada dua pendekatan dalam apresiasi seni iaitu:
a) Pendekatan secara logik b) Pendekatan secara psiklogi
PENDEKATAN SECARA LOGIK
Pendekatan ini adalah berbentuk tradisional dan memerlukan pemahaman intelek semata-mata dan banyak berfaktakan kepada aspek andaian dan munasabah pada yang melihat sesuatu karya seni tersebut: Cadangan aktiviti pendekatan secara logik:
Secara penerangan - Membaca, mengkaji, bila dihasilkan, tujuan/teknik pelukis, media, proses, nilai-
nilai estetika dan pengaruh
Secara pemerhatian - Balai seni, pameran, filem, slaid, mengumpul dan menyusun gambar- gambar
Secara perbandingan - Analisa, penilaian, perbandingan antara satu dengan yang lain serta menimbulkan kesedaran
Secara penghasilan - Membuat mengikut gaya artis/stail,menimbulkan kefahaman masalah nilai- nilai khas, kepuasan, menghubungkan diri dengan pelukis/pandai tukang gaya konsep dan zaman.
PENDEKATAN SECARA PSIKOLOGI
Pendekatan ini merangkumi perkara-perkara yang lebih menjurus kepada perasaan peribadi, lebih bersifat emosi dan perasaan dalaman kepada penghasilan dan penghayatan sesuati karya seni. Pendekatan ini akan dapat meninggalkan satu pengalaman yang amat berkesan dan mendalam. Secara ini akan lebih realistik dan dapat menerima ‘response’ dan pendapat orang lain. Kesan tindakbalas akan lebih terserlah terhadap bahan serta alat yang digunakan.
Cadangan aktiviti pendekatan secara psikologi:
1. Secara perbincangan dan perbandingan 2. Secara proses inkuiri penemuan (discovery) 3. Secara kritikan mengenai lukisan/hasil kerja seni 4. Secara menyediakansetting/set induksi 5. Secara membesarkan gambar 6. Secara mengolah bahan-bahan sebenar 7. Secara aktiviti permainan seni 8. Secara lawatan/pameran 9. Secara koleksi buku-buku skrap dan lakaran
KAEDAH MELIHAT SENI
Kaedah-kaedah melihat seni terdiri daripada kaedah:
a) Hedonistic b) Kontekstualistik c) Organistik d) Normistik e) Elektik
a. KAEDAH HEDONISTIC
Kaedah ini hanya satu luahann perasaan secara spontan seperti kesukaan, pernyataan perasaan, gemar, menarik dan benci. Penilaian dibuat secara serta merta iaitu:
• Suka/tidak • Tertarik/tidak • Pernyataan spontan
Kaedah ini tidak sealiran dengan isme pengkritik dan ahli psikologi menyatakan kaedah ini tidak diterjemahkan oleh otak (pemikiran) Cuma berdasarkan maklumat kendiri.
Ianya tidak dapat di ukur bilangan sebenar dan terdapat pelgabai citarasa.
b. KAEDAH KONTEKSTUALISTIK
Kaedah ini lebih praktikat di mana pemerhatian dibuat secara lebih ilmiah, sistematik dan kefahaman serta kejelasan. Ianya berkait dengan pengetahuan sejarah, falsafah dan prinsip rekaan.Lebih rujuk kepada perincian/spesifikasi dari aspek persoalan fahaman, rentak pengkaryaan, interaksi pemerhati, konsepsi, hujah dan penilai karya. Ianya akan menyediakan pengetahuan mantap dalam pengamata karya, kefahaman konsep, kepelbagaian bandingan dan seni akan menjadi suatu pendekatan yang menarik oleh pemerhati.
c. KAEDAH ORGANISTIK
Kaedah ini menjurus kepada aturan yang mempunyai satu sistem yang teratur dan terancang. Penilaian dibuat serata melihat konteks seni secara harmoni, menentuh intuisi dan menyenangkan. Penekanan kriteria kapada aspek tata letak, tata atur, ruang dan penataan cahaya. Ini akan dapat membentuk kesatuan cara melihat sesuatu karya dari segi warna, jalinan, unsur-unsur seni , imbangan, perulangan, kesinambungan serta kepelbagaian.
d. KAEDAH NORMISTIK
Kaedah ini merujuk kepada kriteria dan norma sesuatu karya dari aspek nilai masyarakat, agama dan budaya. Ia seakan-akan ada kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah, rasa takwa, tidak ada unsure sensasi. Cntohnya lukisan agama Kristian yang berkaitan unsur ikonografi, naratif dan nilai-nilai akhlak. Kaedah ini menolak peradaban moden di mana pelukis telah melampaui batas yang dibenar dalam budaya dan agama.
e. KAEDAH ELEKTIK
Kaedah ini lebih berbentuk cara bersepadu dan holistic, ianya aalah gabungan persepsi penilai seni tentang tanggapan positif dan negatif. kriteria penilai menekankan unsur asas prinsip, struktur organisasi dan alat dan bahan. Kaedah ini untuk pemerhatian secara rawak, tidak menjurus kepada aspek kronologinya. Wajaran hanya secara baik, sederhana dan kurang baik.
PROSES APRESIASI SENI Terdapat berbagai cadangan oleh beberapa pakar pendidikan seni mengenai proses apresiasi. Feldman (1967) dan smith (1967) mencadangkan aktiviti-aktiviti apresiasi seni berasaskan kepada proses persepsi dan intelektual melalui empat tahap:
a) Menggambarkan b) Menganalisa c) Tafsiran d) Penilaian
A. MENGGAMBARKANMengamati hasil seni dan menggambarkab sifat-sifat tampak seperti warna, garisan, bentuk, rupa, jalinan dan elemen-elemen gubahan iaitu prinsip dan struktur
B. MENGANALISA
i. Menganalisa perhubungan sifat-sifat tampak seperti unsure-unsur seni, prinsip dan stuktur ii. Menganalisa kualiti ekspresif seperti mood dan suasana iii. Menghauraikan stail sesuatu karya
C. TAFSIRAN
i. Mencari makna-makna yang tedapat pada sifat-sifat tampak seperti subjek, symbol, unsure-unsur seni, prinsip, strktur, corak dan bahan ii. Mencari metafora-metafora (ibarat/kiasan) an analogi-analogi (persamaan) untuk menjelaskan makna tersebut.
D. PENILAIAN
i. Membuat penilaian berdasarkan kepada criteria yang bersesuaian seperti keaslian, gubahan, teknik dan fungsi ii. Menilai hasil seni berdasarkan kepada pengertiannya dari segi individu, social,
keaagamaan dan kepercayaan, sejarah serta keseniaannya.
APA ITU FUNGSI SENI DAN TUJUAN APRESIASI SENI !!Kita sering juga mendengar kata kata atau istilah''Apresiasi seni''sebelumnya mari kita telaah dula arti kata dalam bahasa Inggrisnya apresiasi ''Apresiation''yang artinya adalah penghargaan jadi kalau kita padukan artinya ''penghargaan pada karya seni'',yang didalamnya mengandung faktor utama yaitu perasaan[feeeling],lalu apa saja tujuan dari apresiasi seni itu antara lain :
-Menegembangkan daya kreasi,pada seseorang.
-Mngembangkan daya estetis[keindahan
-Untuk mengembangan daya penyempurnaan hidup
-Untuk menimbulkan daya seni[artistik].
-Mampu menimbulkan rasa seni pada diri seseorang.
Beberapa ahli berpendapat bahwa seni harus memenuhi dua unsur yaitu :-Mampu memenuhi kebutuhan jasmani atau pisik.-Mampu memenuhi kebutuhan rohani atau emosional,lalu
pengertian seni itu sendiri adalah hasil karya cipta dan karsa manusia.
PHOTO YANG INDAH JUGA PUNYA NILAI
SENILalu apa fungsi sosial seni?,hasil karya seni yang penciptaannya dikaitkan dengan atau dhubungkan dengan kegiatan kegiatan sosial,yaitu bidang,Pendidikan,Keagamaan,Rekreasi dan bidang kounikasi,itulah fungsi sosial seni,yang perlu kita ketahui.!! Baca juga tentang : BEBERAPA TINGKAT KEBISINGAN SUARA YANG HARUS KITA KETAHUI SERTA AKIBATNYA !!
Lalu kegunaan seni itu sendiri untuk apa ?ada dua aspek antara lain :-Seni pakai[terapan],adalah hasil karya seni yang di ciptakan,untuk dinikmati mutunya namun juga untuk memenuhi keperluan hidup si seniman itu sendiri.
-Seni murni ,adalah seni yang di ciptakan tanpa ada kaitannya dengan kegunaannya,atau hasil karya seni hasil dari kegiatan penciptaaan dan tanpa adanya perkembangan
kreasi yang baru.Demikian sekilas dengan ,apresiasi seni,fungsi sosial seni,dan kegunaan seni,sekian dan semoga ada manfaatnya untuk kita sekalian,salam blogger!
I. Pengertian Apresiasi
Apresiasi seni ialah suatu proses penghayatan karya seni yang diamati dan
penghargaan pada karya seni itu sendiri serta penghargaan pada
penciptanya. Dari sudut pandang bahasa, kata apresiasi (appreciation)
dengan kata kerja to appreciate, artinya berarti menentukan atau
menunjukkan nilai atau menilai, menilai bobot karya, menikmati dan
akhirnya menghayati. Secara umum apresiasi dapat diartikan sebagai
kesadaran menilai lewat penghayatan suatu karya.
Penghayatan dalam proses apresiasi harus dilakukan secara obyektif (tanpa
prasangka). Mutu hasil sebuah apresiasi tergantung dari pengalaman dan
intensitas kita dan pergulatan kita di dalam menghayati karya seni di banyak
ivent dan ragam karya yang pernah kita lihat. Artinya makin sering kita
melihat karya-karya seni (tertentu), maka pengalaman artistik dan estetik
kita makin panjang dan wawasan kita makin bertambah, sehingga mutu
apresiasi kita juga makin baik.
Oleh karena itu selain cara pandang antara pencipta seni dengan apresiator
juga memiliki perbedaan, juga antara apresiator yang satu dengan yang lain
juga punya penilaian yang berbeda karena pengalaman dan wawasannya
juga berbeda.
II. Unsur-Unsur Apresiasi
Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa, berikut adalah unsur-unsur yang
perlu diperhatikan:
· Gaya
· Teknik
· Tema
· Komposisi
III. Syarat Menjadi Apresiator yang Baik
Agar seseorang dapat menjadi apresiator yang baik, ia harus sadar dalam
melakukan penghayatan dan penilaian serta menggunakan aspek logika
dalam menentukan nilai suatu karya dengan melalui proses pengamatan-
pemahaman-tanggapan-penilaian-dan berakhir pada penghayatan sebuah
karya.
Menurut Verbeek, pengamatan tidak hanya menggunakan satu indra saja,
melaikan memberdayakan seluruh pribadi, dunia kejiwaan yang terorganisir,
pengetahuan, pengalaman, perasaan, keinginan sehingga totalitas
penghayatan penuh arti.
IV. Mengapresiasi Karya Seni Rupa
Judul Lukisan: Pengemis (1974)
Pelukis : Affandi Koesoema
Gaya : Ekspresionis
Ukuran: 99 x 129 cm
Media: Cat Minyak di Atas Kanvas / Oil on Canvas
Lukisan Affandi ini menggambarkan seorang pengemis lewat gaya
ekspresionisnya. Goresan-goresan abstrak yang mengalir menggambarkan
penderitaan dan betapa rentanya pengemis tersebut. Pewarnaan coklat tua
pada pengemis menampakkan ekspresi kerasnya kehidupan pengemis.
Ditambah warna kuning membuat suasana semakin muram.
Pemilihan objek pengemis pada lukisan Affandi ini mengekspresikan
bagaimana kehidupan masyarakat bawah baik dalam keadaan sosial
maupun ekonomi. Pengemis yang dalam kehidupan sehari-hari sering
direpresentasikan kalangan rendah yang selalu mengandalkan belas kasihan
orang lain demi kelangsungan hidupnya digambarkan memiliki kehidupan
yang sengsara dan keras.
Namun Affandi juga memberikan corak-corak abstrak di luar objek pengemis
yang melukiskan kegiatan orang-orang di sekitar pengemis. Corak dan warna
yang kuat membuat lukisan menjadi dinamis dan semakin menekankan
suasana kemuraman dan penderitaan pengemis.