antiphospolipid syndrome blog

7
Antiphospolipid Syndrome (APS) A. Pendahuluan Sejarah tentang pengetahuan sindrom antifosfolipid (APS) muncul dari beberapa temuan penelitian sebelumnya. Dari perkembangan tes serologik untuk sifilis, yang diawali dengan tes Wasserman tahun 1907, kemudian pada tahun 1941 Pangborn membuktikan adanya komponen antigenik yang merupakan zat dasar (esensial) dari ekstrak jaringan yang digunakan dalam tes sebagai fosfolipid baru yaitu “CARDIOLIPIN”, karena disolasi dari jantung sapi. Autoantibodi, baik Lupus Anticoagulant (LA) maupun anti kardiolipin (aCL), selanjutnya dikenal sebagai Antiphospholipid Syndrome” (APS). Sindroma antibodi antifosfolipid (antibody antiphospolipid syndrome, APS) didefinisikan sebagai penyakit trombofilia autoimun yang ditandai dengan adanya antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin dan/atau antikoagulan lupus) yang menetap (persisten) serta kejadian berulang trombosis vena/arteri/pembuluh darah kecil, trombositopenia, 1 ,2 ,5 ,6 ,8 ,9 livedo retikularis, anemia hemolitik, 10 gangguan syaraf, 4 komplikasi obstetri (keguguran kurang dari 10 minggu atau lebih tanpa ada abnormalitas janin yang nyata, kelahiran prematur karena pre-eklamsi, 3 atau lebih aborsi spontan kurang dari 10 minggu). 3 Autoantibodi, baik Lupus Antocoagulan (LA) maupun antikardiolipin (aCL) selanjutnya dikenal sebagai “Antifosfolipid Syndrome” (APS). Beberapa sinonim untuk APS adalah sindrom aCL, sindrom anti-PL protein, sindrom antibodi antifosfolipid, Hughes sindrom. B. Etiologi Penyebab dari sindrom antifosfolipid ini adalah bisa terjadi secara primer (idiopatik) atau secara sekunder akibat adanya penyakit lain misalnya SLE (Systemic Lupus Erythematosus)atau penyakit autoimum lainnya. 1 ,2 ,3 ,5 ,8, 9 C. Epidemiologi Antibodi antifospolipid dijumpai sejak usia muda, prevalensi ACA dan LA pada subyek kontrol sehat adalah 1-5%. Sebagaimana autoantibodi lainnya, prevelensi antibodi antifosfolipid meningkat seiring dengan bertambahnya umur, khususnya di antara pasien usia lanjut dengan penyakit kronis sebagai penyerta. Sindrom antifosfolipid yang tampak pada penduduk hampir sama dengan pada golongan penyakit jaringan ikat. Golongan yang paling sering menderita adalah perempuan usia 1

Upload: donkeyendut

Post on 30-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Antiphospolipid Syndrome Blog

TRANSCRIPT

Antiphospolipid Syndrome (APS)

A.PendahuluanSejarah tentang pengetahuan sindrom antifosfolipid (APS) muncul dari beberapa temuan penelitian sebelumnya. Dari perkembangan tes serologik untuk sifilis, yang diawali dengan tes Wasserman tahun 1907, kemudian pada tahun 1941 Pangborn membuktikan adanya komponen antigenik yang merupakan zat dasar (esensial) dari ekstrak jaringan yang digunakan dalam tes sebagai fosfolipid baru yaitu CARDIOLIPIN, karena disolasi dari jantung sapi. Autoantibodi, baikLupus Anticoagulant(LA) maupun anti kardiolipin (aCL), selanjutnya dikenal sebagai Antiphospholipid Syndrome(APS).Sindroma antibodi antifosfolipid (antibody antiphospolipid syndrome, APS)didefinisikan sebagai penyakit trombofilia autoimun yang ditandai dengan adanya antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin dan/atau antikoagulan lupus) yang menetap (persisten) serta kejadian berulang trombosis vena/arteri/pembuluh darah kecil, trombositopenia,1,2,5,6,8,9livedo retikularis, anemia hemolitik,10gangguan syaraf,4komplikasi obstetri (keguguran kurang dari 10 minggu atau lebih tanpa ada abnormalitas janin yang nyata, kelahiran prematur karena pre-eklamsi, 3 atau lebih aborsi spontan kurang dari 10 minggu).3Autoantibodi, baikLupus Antocoagulan(LA) maupun antikardiolipin (aCL) selanjutnya dikenal sebagai Antifosfolipid Syndrome(APS). Beberapa sinonim untuk APS adalah sindrom aCL, sindrom anti-PL protein, sindrom antibodi antifosfolipid, Hughes sindrom.B.EtiologiPenyebab dari sindrom antifosfolipid ini adalah bisa terjadi secara primer (idiopatik) atau secara sekunder akibat adanya penyakit lain misalnya SLE (Systemic Lupus Erythematosus)atau penyakit autoimum lainnya.1,2,3,5,8,9C.EpidemiologiAntibodi antifospolipid dijumpai sejak usia muda, prevalensi ACA dan LA pada subyek kontrol sehat adalah 1-5%. Sebagaimana autoantibodi lainnya, prevelensi antibodi antifosfolipid meningkat seiring dengan bertambahnya umur, khususnya di antara pasien usia lanjut dengan penyakit kronis sebagai penyerta.Sindrom antifosfolipid yang tampak pada penduduk hampir sama dengan pada golongan penyakit jaringan ikat. Golongan yang paling sering menderita adalah perempuan usia subur. Pada yang sekunder perbandingan antara perempuan terhadap pria adalah 7 sampai 9:1 dengan yang terjadi pada Lupus Eritomatosus Sistemik, sedangkan yang primer lebih rendah yaitu 4:1.10Biasanya, orang-orang yang mengalami gejala akan lakukan bertahun-tahun sehingga antara usia 18 dan 40. Namun, kadang-kadang mereka dapat berkembang sangat dini pada masa kecil.8

D.PatogenesaTerdapat beberapa hipotesa untuk menjelasakan proses seluler dan molekuler dimana antibodi antifosfolipid menyebabkan trombosis. 6,9,10 Teori pertama, aktifasi dari sel endotel. Ikatan antibodi antifisfolipid dapat menginduksi aktifasi dari sel endotel, akibat adanya mekanisme up-regulation yaitu ekspresi molekul adhesi, sekresi sitokin, dan dari metabolisme prostacyclins antifosfolipid antibodi yang megenali B-glikoprotein 1 yang berikatan pada membran sel endotel. Teori kedua berfokus padaoksidan-dimediasi low-density lipoprotein (LDL), kontributor utama aterosklerosis, diambil oleh makrofag, menyebabkan aktivasi makrofag dan kerusakan sel endotel setelah autoantibodies untuk LDL teroksidasi terjadi dalam kaitannya dengan ACL (anticardiolipin), dan beberapa antibodi anticardiolipin reaksi silang(cross-react)dengan LDL teroksidasi. Selain itu, anticardiolipin antibodi mengikat antikardiolipin teroksidasi, menunjukkan bahwa antibodi mengenali anticardiolipin fosfolipid teroksidasi, mengikat protein fosfolipid, atau keduanya, sehingga memberikan kontribusi untuk hypercoagulation.TeoriketigaadalahaPL(antiphospholipid)mengganggu atau memodulasi fungsi mengikat protein fosfolipid yang terlibat dalam regulasi koagulasi dengan mekanisme sebagai berikut:Interaksi dari ACL dengan 2GPI terikat fosfolipid menghambat protein C, protein S, yang antikoagulan alami.antibodi antifosfolipid mengikat trombin mengaktifkan platelet, menghambat trombin-dimediasi sel rilis prostasiklin endotel atau aktivasi protein C menghambat.Autoantibodiesberbagai protein permukaan sel endotel, termasuk thrombomodulin, heparin sulfat, dan senyawa proteoglikan heparin sulfat telah dijelaskan.aPLs IgG yang bereaksi dengan sulfat heparin telah terbukti menghambat pembentukan trombin III kompleks-anti yang dapat berkontribusi pada trombosis vaskular.Akhirnya, antibodi terhadap trombosit-mengaktifkan faktor pada pasien dengan penyakit autoimun dan APS telah diidentifikasi.E.Manifestasi KlinisAspek klinis pada sindrom antifosofolipid dapat berupa aspek klinis seluler dan sistem. Aspek klinis seluelr meliputi anemia hemolitik, apoptosis trofoblastik sehingga terjadi penurunan hormon hCG, dan leukopenia. Sedangkan aspek klinis sistem dapat berupa perdarahan dan trombosis. Perdarahan disebabkan oleh 1)trombositopeni, 2) PT memanjang(tromboplastin sensitif-fosfolipid inefesien), 3) aPTT memanjang (defesiensi faktor XIc dan/atau tromboplastin sensitif-fosfolipid inefesien), 4)hioprotrombinemia. Sementara trombosis disebabkan oleh 1)apoptosis endotelial, sehingga terjadi pelepasan mikropartikel endotelial dan materila adhesi, 2)trombosist teraktifasi, sehingga terjadisticky platelet syndrome,3)keadaan hiperkogulabilitas, dan 4)keadaan trombofilik.10

F.DiagnosisDiagnosis APS ditegakkan dengan 1 kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium, sesuai dengan konsensus pada simposium internasional mengenai antibodi antifosfolipid di Sapporo tahun 1998.2,3,6,10Terdapat kriteria klasifikasi yang direvisi pada 2006 di Kongres Internasional Eleventh aPLs di Sydney, Australia.91.Kriterian Klinis2,3,6,9,10Trombosis Pembuluh darahSatu atau lebih episode klinis dari trombosis arteri, vena atau pembuluh darah kecil pada jaringan atau organ yang dapat dikonfirmasi dengan pencitraan Doopler atau histopatologis (tanpa inflamasi dinding pembuluh darah)Morbiditas Kehamilan-Satu atau lebih kematian janin berusia 10 minggu atau kurang, yang tidak dapat dijelaskan/diketahui dengan ultrasonografi atau pemeriksaan langsung, atau-Satu atau lebih kehamilan prematur dari neonatus normal berusia 34 minggu atau kurang, akibat eklamsia atau insufisiensi plasenta berat, atau-Tiga atau lebih aborsi spontan konsekutif sebelum usia kehamilan 10 minggu yang tidak dapat dijelaskan dimana kelainan anatomi, genetika, atau hormonal telah disingkirkan.2.Kriteria Laboratorium9Adanya Lupus antikoagulan dalam plasma pada dua atau lebih pemeriksaaan dengan interval sekurang-kurangnya 12 minggu, dideteksi menurut panduan dariThe International Society on Thrombosis and Hemostasis (Subcomitte on Lupus Anticoagulan/Antiphospholipid Antibodies).aCL atau IgG dan/atau isotipe IgM dalam serum plasma, titer sedang atau tinggi pada 2 atau lebih pemeriksaan dengan interval sekurang-kurangnya 12 minggu, diukur dengan standarisasi ELISA.Anti-2GPI dari IgG dan atau isotipe IgM dalam serum atau plasma (titer >99%) pada dua atau lebih pemeriksaan dengan interval sekurang-kurangnya 12 minggu, diukur dengan standarisasi ELISA berdasarkan prosedur yang direkomendasikan.

G.PenatalaksanaanManajemen sindrom antiphospolipid melibatkan tromboprofilaksis primer dan sekunder manajemenkejadian tromboemboli (sekunder tromboprofilaksis).9Primer Tromboprofilaksis menurut Wahl et altelah menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah dapat digunakan dalam thromboprophylaxis primer tetapi studi baru-baru ini oleh Erkan et al.dan studi kesehatan Doktermenunjukkan bahwa aspirin tidak berguna dalam mencegah pembentukan trombus . Kontroversi atas kebutuhan thromboprophylaxis pada pasien yang tanpa gejala dengan aPL tetap belum terpecahkan.Rand et al.[membuktikan bahwa hydroxychloroquine mengurangi pembentukan aPL - kompleks 2GPI dan dapat digunakan dalam thromboprophylaxis dalam APS.Penghentian kontrasepsi oral, pengobatan hipertensi dan hiperlipidemia dan menghindari merokok adalah ukuran tambahan untuk mengurangi kejadian tromboemboli.7,9,10

Sekunder tromboprofilaksis mengacu pada pengobatan dimulai setelah terjadinya peristiwa trombotik untuk mencegah serangan lebih lanjut.LWMH telah digunakan pada tahap awal diikuti oleh warfarin dalam pengelolaan APS.Rekomendasi saat ini untuk thromboprophylaxis sekunder adalah pemberianwarfarin panjang.Bila menggunakan antikoagulasi lisan dengan warfarin, dokter paling nikmat menjaga rasio normalisasi internasional (INR) antara 2,0 dan 3,0 untuk menghindari komplikasi perdarahan.Setiap peningkatan 1 nilai INR dapat meningkatkan risiko pendarahan besar sebesar 42%dan intensitas antikoagulasi tinggi membawa peningkatan risiko pendarahan.LMWH digunakan sebagai pengganti warfarin untuk perawatan selama kehamilan.Noble et al.telah membandingkan LMWH danheparinUF (unfractionated) bersama dengan aspirin dosis rendah dalam perawatan kehamilan berhubungan berulang, disimpulkan bahwa LMWH aman seperti heparin UF untuk mencegah keguguran berulang.Antiplatelet seperti dipyridamole, aspirin dengan dipyridamole, ticlopidine atau bisulfat clopidogrel telah digunakan untuk pencegahan sekunder setelah stroke non-cardioembolic atau TIA.imunoglobulin intravena (IVIG) juga telah digunakan dalam pengobatan peristiwa trombotik dalam APS.7,9,10

Daftar Pustaka1.American Heart Association.Antiphospholipid Syndrome (APLS). 2010. Available athttp://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4459. Last accesed 8 May 2010.2.Belilos, Elise.Antiphospolipid Syndrome. 2009. Available athttp://emedicine.medscape.com/article/333221-overview. Last accesed19 April 2010.3.C. Carter, D. Houston, L.Vickers.The Antiphospholipid Syndrome.2004.The Thrombosis Interest Group of Canada. Available athttp://www.tigc.org/eguidelines/antiphoslipid04.htmLast accesed 8 May 2010.4.Centre for Arab Genomic Studies.Antiphospolipid Syndrome.2006.Available athttp://www.cags.org.ae/pdf/107320.pdf. Last accesed 8 Mei 2010.5.Hanly, John G.Antiphospolipid Syndrome: An Overview. Review 24 June 2003.Canadian Mediacal Association. Available athttp://www.cmaj.ca/cgi/content/full/168/13/1675. Last accesed 8 May 2010.6.Levine, Jerrol S. Et al.The Antiphospolipid Syndrome.Review Article 2002; vol. 346; No.10; Page 752-763.The New England Journal of Medicine.Available athttp://content.nejm.org/cgi/reprint/346/10/752.pdf. Last accesed 8 May2010.7.Michael D. L and Doruk E.Treatment of the Antiphospholipid Syndrome. Editorial2002; Vol. 349; No. 12; Page 1177-1179.The New England Journal of Medicine. Available athttp://content.nejm.org/cgi/reprint/349/12/1177.pdf. Last accesed 8 May 2010.8.Nordqvist, Christian.What Is Antiphospholipid Syndrome (Hughes Syndrome)? What Causes Antiphospholipid Syndrome?. 2010. Available athttp://www.medicalnewstoday.com/articles/181700.php. Last accesed 19 April 2010.9.Reena Rai, C Shanmuga Sekar, M Kumaresan.Antiphospholipid syndrome in dermatology: An update. Review Article 2010; vol 76; page 116-124. Indian Journal of Dermatology, Venerology and Leprology.Available athttp://www.ijdvl.com/article.asp?issn=0378-6323;year=2010;volume=76;issue=2;spage=116;epage=124;aulast=Rai.Last accesed 8 May 2010.10.Sudoyo, Aru. Et al.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2009. Edisi V; No II; Page 1345-1351..........Posted byDecky d'shadowatThursday, October 27, 2011

4