anemia defisiensi besi

8
ANEMIA DEFISIENSI BESI Emmy Kartamihardja Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak : Anemia defisiensi besi merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besi terlalu sedikit. anemia defisiensi besi adalah bentuk paling umum dari anemia. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% laki-laki tidak memiliki cukup zat besi dalam tubuh mereka. Anemia berkembang perlahan setelah toko besi normal dalam tubuh dan sumsum tulang sudah kehabisan. Secara umum, wanita memiliki toko lebih kecil dari besi daripada laki-laki karena mereka kehilangan lebih banyak melalui menstruasi. Anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh buruknya penyerapan zat besi dalam makanan. Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik dan psikis, perilaku dan kerja. Dewasa pasien anemia kekurangan zat besi dapat mengakibatkan degradasi pekerjaan fisik, penurunan daya tahan tubuh, lesu dan menurunnya produktivitas. Kata kunci: Anemia, anemia defisiensi besi, produktivitas IRON DEFICIENCY ANEMIA Emmy Kartamihardja Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrack : Iron deficiency anemia is a decrease in the number of red blood cells caused by too little iron. Iron deficiency anemia is the most common form of anemia. About 20% of women, 50% of pregnant women and 3% of men do not have enough iron in their body. Anemia develops slowly after the normal iron stores in the body and bone marrow have run out. In general, women have smaller stores of iron than men because they lose more through menstruation. Iron deficiency anemia may also be caused by poor absorbtion of iron in the diet. Anemia of iron deficiency represent the problem of serious society health because affecting at physical growth and psychical, behavior and work. Adult patients of iron deficiency anemia can result the degradation work of physical, degradation of body endurance, lethargy and downhill of the productivity. Keywords : Anemia, iron deficiency anemia, productivity PENDAHULUAN Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara maju maupun Negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan. (Hoffbrand.AV, et al, 2005, hal.25-34) Besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka sintesa hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar hemoglobin akan turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi kemampuan menghantarkan O 2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh. Anemia defisiensi besi ini dapat diderita oleh bayi, anak-anak, bahkan orang dewasa baik pria maupun wanita, dimana banyak hal yang dapat mendasari terjadinya anemia defisiensi besi. Dampak dari anemia defisiensi besi ini sangat luas, antara lain terjadi perubahan epitel, gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak- anak, kurangnya konsentrasi pada anak yang mengakibatkan prestasi disekolahnya menurun, penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja sehingga produktivitasnya menurun. Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari umur, jenis kelamin. Kebutuhan meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil, menyusui serta wanita menstruasi. Oleh karena itu kelompok tersebut sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang.(Hoffbrand AV, et al, 2005,hal 25-34). Disini penulis akan membahas masalah Anemia Defisiensi Besi dimana dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja.

Upload: whiwid-putri-jamelaakusuma

Post on 31-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Anemia Defisiensi Besi

ANEMIA DEFISIENSI BESIEmmy Kartamihardja

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak : Anemia defisiensi besi merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besiterlalu sedikit. anemia defisiensi besi adalah bentuk paling umum dari anemia. Sekitar 20% wanita,50% wanita hamil dan 3% laki-laki tidak memiliki cukup zat besi dalam tubuh mereka. Anemiaberkembang perlahan setelah toko besi normal dalam tubuh dan sumsum tulang sudah kehabisan.Secara umum, wanita memiliki toko lebih kecil dari besi daripada laki-laki karena mereka kehilanganlebih banyak melalui menstruasi. Anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh buruknyapenyerapan zat besi dalam makanan. Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatanmasyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik dan psikis, perilaku dan kerja.Dewasa pasien anemia kekurangan zat besi dapat mengakibatkan degradasi pekerjaan fisik,penurunan daya tahan tubuh, lesu dan menurunnya produktivitas.

Kata kunci: Anemia, anemia defisiensi besi, produktivitas

IRON DEFICIENCY ANEMIAEmmy Kartamihardja

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrack : Iron deficiency anemia is a decrease in the number of red blood cells caused by too little iron. Irondeficiency anemia is the most common form of anemia. About 20% of women, 50% of pregnantwomen and 3% of men do not have enough iron in their body. Anemia develops slowly after thenormal iron stores in the body and bone marrow have run out. In general, women have smaller storesof iron than men because they lose more through menstruation. Iron deficiency anemia may also becaused by poor absorbtion of iron in the diet. Anemia of iron deficiency represent the problem ofserious society health because affecting at physical growth and psychical, behavior and work. Adultpatients of iron deficiency anemia can result the degradation work of physical, degradation of bodyendurance, lethargy and downhill of the productivity.

Keywords : Anemia, iron deficiency anemia, productivity

PENDAHULUAN

Anemia defisiensi besi merupakan anemiayang terbanyak baik di Negara maju maupunNegara yang sedang berkembang. Padahal besimerupakan suatu unsur terbanyak pada lapisankulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakanpenyebab anemia yang tersering. Hal inidisebabkan tubuh manusia mempunyaikemampuan terbatas untuk menyerap besi danseringkali tubuh mengalami kehilangan besi yangberlebihan yang diakibatkan perdarahan.(Hoffbrand.AV, et al, 2005, hal.25-34)

Besi merupakan bagian dari molekulHemoglobin, dengan berkurangnya besi makasintesa hemoglobin akan berkurang danmengakibatkan kadar hemoglobin akan turun.Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vitalbagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobinyang rendah mempengaruhi kemampuanmenghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan olehseluruh jaringan tubuh.

Anemia defisiensi besi ini dapat diderita olehbayi, anak-anak, bahkan orang dewasa baik pria

maupun wanita, dimana banyak hal yang dapatmendasari terjadinya anemia defisiensi besi.

Dampak dari anemia defisiensi besi inisangat luas, antara lain terjadi perubahan epitel,gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak-anak, kurangnya konsentrasi pada anak yangmengakibatkan prestasi disekolahnya menurun,penurunan kemampuan kerja bagi para pekerjasehingga produktivitasnya menurun.

Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiapharinya untuk menggantikan zat besi yang hilangdari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi,tergantung dari umur, jenis kelamin. Kebutuhanmeningkat pada bayi, remaja, wanita hamil,menyusui serta wanita menstruasi. Oleh karena itukelompok tersebut sangat mungkin menderitadefisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yangdisebabkan hal lain maupun kurangnya intake besidalam jangka panjang.(Hoffbrand AV, et al,2005,hal 25-34).

Disini penulis akan membahas masalahAnemia Defisiensi Besi dimana dapatmenyebabkan penurunan produktivitas kerja.

Page 2: Anemia Defisiensi Besi

METABOLISME BESI

Senyawa-senyawa esensial yangmengandung besi dapat ditemukan dalam plasmadan di dalam semua sel. Karena zat besi yangterionisasi bersifat toksik terhadap tubuh, makazat besi selalu hadir dalam bentuk ikatan denganhem yang berupa hemoprotein (sepertihemoglobin, mioglobin dan sitokrom) atauberikatan dengan sebuah protein (sepertitransferin, ferritin dan hemosiderin) (Jones.NCH,Wickramasinghe.SN, 2000, hal. 67-83). Jumlahbesi di dalam tubuh seorang normal berkisarantara 3-5 g tergantung dari jenis kelamin, beratbadan dan hemoglobin. Besi dalam tubuh terdapatdalam hemoglobin sebanyak 1,5 – 3g dan sisalainnya terdapat dalam plasma dan jaringan(Sacher.RA, Mc Pherson.RA, 2000, p.68-70)

Kebanyakan besi tubuh adalah dalamhemoglobin dengan 1 ml sel darah merahmengandung 1 mg besi (2000 ml darah denganhematokrit normal mengandung sekitar 2000 mgzat besi) (Ibister. JP,Pittiglio. DH, 1999, hal43-54)

Pertukaran zat besi dalam tubuh merupakanlingkaran yang tertutup. Besi yang diserap usussetiap hari kira-kira 1-2 mg, ekskresi besi melaluieksfoliasi sama dengan jumlah besi yang diserapusus yaitu 1-2 mg. Besi yang diserap oleh ususdalam bentuk transferin bersama dengan besiyang dibawa oleh makrofag sebesar 22 mg denganjumlah total yang dibawa tranferin yaitu 24mguntuk dibawa ke sumsum tulang untukeritropoesis. Eritrosit yang terbentuk memerlukanbesi sebesar 17 mg yang merupakan eritrosit yangberedar keseluruh tubuh, sedangkan yang 7 mgakan dikembalikan ke makrofag karena berupaeritropoesis inefektif. ( Bakta.IM, 2007, hal.26-39)

Secara umum, metabolisme besi inimenyeimbangkan antara absorbsi 1-2 mg/ haridan kehilangan 1-2 mg/ hari. Kehamilan dapatmeningkatkan keseimbangan besi, dimanadibutuhkan 2-5 mg besi perhari selama kehamilandan laktasi. Diet besi normal tidak dapatmemenuhi kebutuhan tersebut sehinggadiperlukan suplemen besi.(Soeparman Waspadji.S, 1990, hal 404-409).

PENYEBAB

Beberapa hal yang dapat menjadi kausa darianemia defisiensi besi diantaranya (Bakta IM,2007, hal 26-39; Sacher RA, Mc Pherson RA,2000, p. 68-70; Theml Harald MD et al, 2004,p.128-133)

1. Kehilangan darah yang bersifat kronis danpatologis:a. Yang paling sering adalah perdarahan

uterus ( menorrhagi, metrorrhagia) padawanita, perdarahan gastrointestinaldiantaranya adalah ulcus pepticum,varices esophagus, gastritis, hernia hiatus, diverikulitis, karsinoma lambung,karsinoma sekum, karsinoma kolon,maupun karsinoma rectum, infestasicacing tambang, angiodisplasia.Konsumsi alkohol atau aspirin yangberlebihan dapat menyebabkan gastritis,hal ini tanpa disadari terjadi kehilangandarah sedikit-sedikit tapi berlangsungterus menerus.

b. Yang jarang adalah perdarahan salurankemih, yang disebabkan tumor, batuataupun infeksi kandung kemih.Perdarahan saluran nafas (hemoptoe).

2. Kebutuhan yang meningkat padaprematuritas, pada masa pertumbuhan[remaja], kehamilan, wanita menyusui, wanitamenstruasi.Pertumbuhan yang sangat cepat disertaidengan penambahan volume darah yangbanyak, tentu akan meningkatkan kebutuhanbesi

3. Malabsorbsi : sering terjadi akibat daripenyakit coeliac, gastritis atropi dan padapasien setelah dilakukan gastrektomi.

4. Diet yang buruk/ diet rendah besiMerupakan faktor yang banyak terjadi di

negara yang sedang berkembang dimanafaktor ekonomi yang kurang dan latarbelakang pendidikan yang rendah sehinggapengetahuan mereka sangat terbatas mengenaidiet/ asupan yang banyak mengandung zatbesi.

Beberapa makanan yang mengandungbesi tinggi adalah daging, telur, ikan, hati,kacang kedelai, kerang, tahu, gandum. Yangdapat membantu penyerapan besi adalahvitamin C, cuka, kecap. Dan yang dapatmenghambat adalah mengkonsumsi banyakserat sayuran, penyerapan besi teh, kopi,`oregano`.

Faktor nutrisi atau peningkatankebutuhan besi jarang sebagai penyebab

utama. Penyebab paling sering pada laki-lakiadalah perdarahan gastrointestinal,

dimana dinegara tropik paling sering karenainfeksi cacing tambang. Pada wanita

paling sering karena menormettorhagia.(BaktaIM, 2007, hal 26-39).

Page 3: Anemia Defisiensi Besi

KLASIFIKASI DEFISIENSI BESI(Bakta IM, 2007, hal 26-39; Cielsa B, 2007, p.65-70; Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p.68-70)

Defisiensi besi dibagi menjadi tiga tingkatanyaitu:1. Deplesi besi (Iron depleted state).: keadaan

dimana cadangan besinya menurun, tetapipenyediaan besi untuk eritropoesis belumterganggu.

2. Eritropoesis Defisiensi Besi (Iron DeficientErytropoesis) : keadaan dimana cadanganbesinya kosong dan penyediaan besi untukeritropoesis sudah terganggu, tetapi belumtampak anemia secara laboratorik.

3. Anemia defisiensi besi : keadaan dimanacadangan besinya kosong dan sudah tampakgejala anemia defisiensi besi.

GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI

Pada anemia defisiensi besi biasanyapenurunan hemoglobinnya terjadi perlahan-lahandengan demikian memungkinkan terjadinyaproses kompensasi dari tubuh, sehingga gejalaaneminya tidak terlalu tampak atau dirasa olehpenderita.

Gejala klinis dari anemia defisiensi besi inidapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :( BaktaIM, 2007, hal 26-39; Cielsa B, 2007, p.65-70:Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p. 32-33; TierneyLM, et al, 2001, hal 64-68)1]. Gejala umum dari anemia itu sendiri, yangsering disebut sebagai sindroma anemia yaitumerupakan kumpulan gejala dari anemia, dimanahal ini akan tampak jelas jika hemoglobindibawah 7 – 8 g/dl dengan tanda-tanda adanyakelemahan tubuh, lesu, mudah lelah, pucat,pusing, palpitasi, penurunan daya konsentrasi,sulit nafas (khususnya saat latihan fisik), mataberkunang-kunang, telinga mendenging, letargi,menurunnya daya tahan tubuh, dan keringatdingin.2] Gejala dari anemia defisiensi besi: gejala inimerupakan khas pada anemia defisiensi besi dantidak dijumpai pada anemia jenis lainnya, yaitu:

1. koilonychia/ spoon nail/ kuku sendokdimana kuku berubah jadi rapuh,bergaris-garis vertikal dan jadicekung sehingga mirip sendok.[lihatgambar 1]

2. Atropi papil lidah. Permukaan lidahtampak licin dan mengkilapdisebabkan karena hilangnya papillidah.

3. Stomatitis angularis/ inflamasi sekitarsudut mulut.

4. Glositis5. Pica/ keinginan makan yang tidak

biasa6. Disfagia merupakan nyeri telan yang

disebabkan `pharyngeal web`7. Atrofi mukosa gaster.8. Sindroma Plummer Vinson/ Paterson

kelly ini merupakan kumpulan gejaladari anemia hipokromik mikrositik,atrofi papil lidah dan disfagia.

Anemia defisiensi besi yang terjadi padaanak sangat bermakna, karena dapat menimbulkanirritabilitas, fungsi cognitif yang buruk danperkembangan psikomotornya akan menurun.Prestasi belajar menurun pada anak usia sekolahyang disebabkan kurangnya konsentrasi, mudahlelah, rasa mengantuk. (Permono B, UgrasenaIDG, 2004, hal 34-37). Selain itu pada pria atauwanita dewasa menyebabkan penurunanproduktivitas kerja yang disebabkan olehkelemahan tubuh, mudah lelah dalam melakukanpekerjaan fisik/ bekerja.

3]. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yangmendasari terjadinya anemia defisiensi besitersebut, misalkan yang disebabkan oleh infeksicacing tambang maka akan dijumpai gejaladispepsia, kelenjar parotis membengkak, kulittelapak tangan warna kuning seperti jerami. Jikadisebabkan oleh perdarahan kronis akibat darisuatu karsinoma maka gejala yang ditimbulkantergantung pada lokasi dari karsinoma tersebutbeserta metastasenya.

Page 4: Anemia Defisiensi Besi

Gambar 1. Koilonychia (Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.33)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM:

Parameter awal dari hitung darah lengkap

biasanya menunjukkan klinisi arah dari anemia

defisiensi besi. MCV, MCH dan MCHC yang

rendah dan film darah hipokromik sangat

mengarahkan terutama jika pasien diketahui

mempunyai hitung darah yang normal dimasa

lalu. (Ibister JP, Pittiglio DH, 1999, hal 43-54)

Saturasi transferin biasanya dibawah 5%,

serum ferritin kadarnya kurang dari 10ng/ ml,

protoporfirin eritrosit bebas sangat meningkat

yaitu 200 µg/dl, terjadi peningkatan TIBC [normal

orang dewasa 240-360µg/dl], kadar besi serum

kurang dari 40µg/dl. (Sacher RA, Mc Pherson

RA, 2000, p. 68-70).

Hapusan darah menunjukkan anemia hipokromik

mikrositik, anisositosis (banyak variasi ukuran

eritrosit), poikilositosis (banyak kelainan bentuk

eritrosit), sel pensil, kadang- kadang adanya sel

target. (Permono B, Ugrasena IDG, 2002, hal 55-

66; Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p 68-70).

(Lihat gambar 2)

Pada pemeriksaan hapusan darah, sel

darah merah mikrositik hipokromik apabila Hb <

12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan),

mungkin leukopeni,

trombosit tinggi pada perdarahan aktif, retikulosit

rendah.(Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33).

Pada pemeriksaan sumsum tulang : hiperplasi

eritroid, besi yang terwarnai sangat rendah atau

tidak ada.

Gambar 1. Koilonychia (Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.33)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM:

Parameter awal dari hitung darah lengkap

biasanya menunjukkan klinisi arah dari anemia

defisiensi besi. MCV, MCH dan MCHC yang

rendah dan film darah hipokromik sangat

mengarahkan terutama jika pasien diketahui

mempunyai hitung darah yang normal dimasa

lalu. (Ibister JP, Pittiglio DH, 1999, hal 43-54)

Saturasi transferin biasanya dibawah 5%,

serum ferritin kadarnya kurang dari 10ng/ ml,

protoporfirin eritrosit bebas sangat meningkat

yaitu 200 µg/dl, terjadi peningkatan TIBC [normal

orang dewasa 240-360µg/dl], kadar besi serum

kurang dari 40µg/dl. (Sacher RA, Mc Pherson

RA, 2000, p. 68-70).

Hapusan darah menunjukkan anemia hipokromik

mikrositik, anisositosis (banyak variasi ukuran

eritrosit), poikilositosis (banyak kelainan bentuk

eritrosit), sel pensil, kadang- kadang adanya sel

target. (Permono B, Ugrasena IDG, 2002, hal 55-

66; Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p 68-70).

(Lihat gambar 2)

Pada pemeriksaan hapusan darah, sel

darah merah mikrositik hipokromik apabila Hb <

12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan),

mungkin leukopeni,

trombosit tinggi pada perdarahan aktif, retikulosit

rendah.(Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33).

Pada pemeriksaan sumsum tulang : hiperplasi

eritroid, besi yang terwarnai sangat rendah atau

tidak ada.

Gambar 1. Koilonychia (Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.33)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM:

Parameter awal dari hitung darah lengkap

biasanya menunjukkan klinisi arah dari anemia

defisiensi besi. MCV, MCH dan MCHC yang

rendah dan film darah hipokromik sangat

mengarahkan terutama jika pasien diketahui

mempunyai hitung darah yang normal dimasa

lalu. (Ibister JP, Pittiglio DH, 1999, hal 43-54)

Saturasi transferin biasanya dibawah 5%,

serum ferritin kadarnya kurang dari 10ng/ ml,

protoporfirin eritrosit bebas sangat meningkat

yaitu 200 µg/dl, terjadi peningkatan TIBC [normal

orang dewasa 240-360µg/dl], kadar besi serum

kurang dari 40µg/dl. (Sacher RA, Mc Pherson

RA, 2000, p. 68-70).

Hapusan darah menunjukkan anemia hipokromik

mikrositik, anisositosis (banyak variasi ukuran

eritrosit), poikilositosis (banyak kelainan bentuk

eritrosit), sel pensil, kadang- kadang adanya sel

target. (Permono B, Ugrasena IDG, 2002, hal 55-

66; Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p 68-70).

(Lihat gambar 2)

Pada pemeriksaan hapusan darah, sel

darah merah mikrositik hipokromik apabila Hb <

12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan),

mungkin leukopeni,

trombosit tinggi pada perdarahan aktif, retikulosit

rendah.(Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33).

Pada pemeriksaan sumsum tulang : hiperplasi

eritroid, besi yang terwarnai sangat rendah atau

tidak ada.

Page 5: Anemia Defisiensi Besi

Gambar 2. Hapusan darah tepi pada anemia defisiensi besi. Tampak

hipokromik mikrositik, anisositosis dan poikilositosis.

TERAPIPemberian terapi haruslah tepat setelah

diagnosis ditegakkan supaya terapi pada anemiaini berhasil. Dalam hal ini kausa yang mendasariterjadinya anemia defisiensi besi ini harus jugaditerapi.

Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi tigabagian yaitu:1]. Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkanpenyebab yang mendasari terjadinya anemiadefisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukansegera kalau tidak, anemia ini dengan mudah akankambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besitidak akan memberikan hasil yang diinginkan.2]. Terapi dengan preparat besi: pemberiannyadapat secara:

1. Oral : preparat besi yang diberikan peroralmerupakan terapi yang banyak disukai olehkebanyakan pasien, hal ini karena lebih

efektif, lebih aman, dan dari segiekonomi preparat ini lebih

murah.Preparat yang ter sedia berupa:

- Ferro Sulfat : merupakan preparat yangterbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saatperut kosong [sebelum makan]. Jika hal inimemberikan efek samping misalkan terjadi mual,nyeri perut, konstipasi maupun diare makasebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaandengan makan atau menggantikannya denganpreparat besi lain. (Metha A, Hoffbrand AV, 2000,p.33)

- Ferro Glukonat: merupakan preparatdengan kandungan besi lebih rendah daripadaferro sulfat. Harga lebih mahal tetapiefektifitasnya hampir sama.

- Ferro Fumarat, Ferro Laktat.

Waktu pemberian besi peroral ini haruscukup lama yaitu untuk memulihkan cadanganbesi tubuh kalau tidak, maka anemia seringkambuh lagi. Berhasilnya terapi besi peroral inimenyebabkan retikulositosis yang cepat dalamwaktu kira-kira satu minggu dan perbaikankadar hemoglobin yang berarti dalam waktu2-4 minggu, dimana akan terjadi perbaikananemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan.Hal ini bukan berarti terapi dihentikan tetapiterapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untukmengisi cadangan besi tubuh. Jika pemberianterapi besi peroral ini responnya kurang baik,perlu dipikirkan kemungkinan - kemungkinannyasebelum diganti dengan preparat besi parenteral.

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalanrespon terhadap pemberian preparat besi peroralantara lain perdarahan yang masih berkelanjutan(kausanya belum teratasi), ketidak patuhanpasien dalam minum obat (tidak teratur) dosisyang kurang, malabsorbsi, salah diagnosis atauanemia multifaktorial. ( Bakta IM, 2007, hal 26-39; Hoffbrand AV, et al, 2005, hal 25-34)

Gambar 2. Hapusan darah tepi pada anemia defisiensi besi. Tampak

hipokromik mikrositik, anisositosis dan poikilositosis.

TERAPIPemberian terapi haruslah tepat setelah

diagnosis ditegakkan supaya terapi pada anemiaini berhasil. Dalam hal ini kausa yang mendasariterjadinya anemia defisiensi besi ini harus jugaditerapi.

Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi tigabagian yaitu:1]. Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkanpenyebab yang mendasari terjadinya anemiadefisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukansegera kalau tidak, anemia ini dengan mudah akankambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besitidak akan memberikan hasil yang diinginkan.2]. Terapi dengan preparat besi: pemberiannyadapat secara:

1. Oral : preparat besi yang diberikan peroralmerupakan terapi yang banyak disukai olehkebanyakan pasien, hal ini karena lebih

efektif, lebih aman, dan dari segiekonomi preparat ini lebih

murah.Preparat yang ter sedia berupa:

- Ferro Sulfat : merupakan preparat yangterbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saatperut kosong [sebelum makan]. Jika hal inimemberikan efek samping misalkan terjadi mual,nyeri perut, konstipasi maupun diare makasebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaandengan makan atau menggantikannya denganpreparat besi lain. (Metha A, Hoffbrand AV, 2000,p.33)

- Ferro Glukonat: merupakan preparatdengan kandungan besi lebih rendah daripadaferro sulfat. Harga lebih mahal tetapiefektifitasnya hampir sama.

- Ferro Fumarat, Ferro Laktat.

Waktu pemberian besi peroral ini haruscukup lama yaitu untuk memulihkan cadanganbesi tubuh kalau tidak, maka anemia seringkambuh lagi. Berhasilnya terapi besi peroral inimenyebabkan retikulositosis yang cepat dalamwaktu kira-kira satu minggu dan perbaikankadar hemoglobin yang berarti dalam waktu2-4 minggu, dimana akan terjadi perbaikananemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan.Hal ini bukan berarti terapi dihentikan tetapiterapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untukmengisi cadangan besi tubuh. Jika pemberianterapi besi peroral ini responnya kurang baik,perlu dipikirkan kemungkinan - kemungkinannyasebelum diganti dengan preparat besi parenteral.

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalanrespon terhadap pemberian preparat besi peroralantara lain perdarahan yang masih berkelanjutan(kausanya belum teratasi), ketidak patuhanpasien dalam minum obat (tidak teratur) dosisyang kurang, malabsorbsi, salah diagnosis atauanemia multifaktorial. ( Bakta IM, 2007, hal 26-39; Hoffbrand AV, et al, 2005, hal 25-34)

Gambar 2. Hapusan darah tepi pada anemia defisiensi besi. Tampak

hipokromik mikrositik, anisositosis dan poikilositosis.

TERAPIPemberian terapi haruslah tepat setelah

diagnosis ditegakkan supaya terapi pada anemiaini berhasil. Dalam hal ini kausa yang mendasariterjadinya anemia defisiensi besi ini harus jugaditerapi.

Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi tigabagian yaitu:1]. Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkanpenyebab yang mendasari terjadinya anemiadefisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukansegera kalau tidak, anemia ini dengan mudah akankambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besitidak akan memberikan hasil yang diinginkan.2]. Terapi dengan preparat besi: pemberiannyadapat secara:

1. Oral : preparat besi yang diberikan peroralmerupakan terapi yang banyak disukai olehkebanyakan pasien, hal ini karena lebih

efektif, lebih aman, dan dari segiekonomi preparat ini lebih

murah.Preparat yang ter sedia berupa:

- Ferro Sulfat : merupakan preparat yangterbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saatperut kosong [sebelum makan]. Jika hal inimemberikan efek samping misalkan terjadi mual,nyeri perut, konstipasi maupun diare makasebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaandengan makan atau menggantikannya denganpreparat besi lain. (Metha A, Hoffbrand AV, 2000,p.33)

- Ferro Glukonat: merupakan preparatdengan kandungan besi lebih rendah daripadaferro sulfat. Harga lebih mahal tetapiefektifitasnya hampir sama.

- Ferro Fumarat, Ferro Laktat.

Waktu pemberian besi peroral ini haruscukup lama yaitu untuk memulihkan cadanganbesi tubuh kalau tidak, maka anemia seringkambuh lagi. Berhasilnya terapi besi peroral inimenyebabkan retikulositosis yang cepat dalamwaktu kira-kira satu minggu dan perbaikankadar hemoglobin yang berarti dalam waktu2-4 minggu, dimana akan terjadi perbaikananemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan.Hal ini bukan berarti terapi dihentikan tetapiterapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untukmengisi cadangan besi tubuh. Jika pemberianterapi besi peroral ini responnya kurang baik,perlu dipikirkan kemungkinan - kemungkinannyasebelum diganti dengan preparat besi parenteral.

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalanrespon terhadap pemberian preparat besi peroralantara lain perdarahan yang masih berkelanjutan(kausanya belum teratasi), ketidak patuhanpasien dalam minum obat (tidak teratur) dosisyang kurang, malabsorbsi, salah diagnosis atauanemia multifaktorial. ( Bakta IM, 2007, hal 26-39; Hoffbrand AV, et al, 2005, hal 25-34)

Page 6: Anemia Defisiensi Besi

2. ParenteralPemberian preparat besi secara parenteral

yaitu pada pasien dengan malabsorbsi berat,penderita Crohn aktif, penderita yang tidakmember respon yang baik dengan terapi besiperoral, penderita yang tidak patuh dalam minumpreparat besi atau memang dianggap untukmemulihkan besi tubuh secara cepat yaitu padakehamilan tua, pasien hemodialisis.(Bakta IM,2007, hal 26-39; Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25-34)

Ada beberapa contoh preparat besi parenteral:- Besi Sorbitol Sitrat (Jectofer) Pemberian

dilakukan secara intramuscular dalam dandilakukan berulang.

- Ferri hidroksida-sucrosa (Venofer)Pemberian secara intravena lambat atau infus.(Hoffbrand AV, et Al, 2005, hal 25-34) Hargapreparat besi parenteral ini jelas lebih mahaldibandingkan dengan preparat besi yang peroral.Selain itu efek samping preparat besi parentallebih berbahaya. Beberapa efek samping yangdapat ditimbulkan dari pemberian besi parenteralmeliputi nyeri setempat dan warna coklat padatempat suntikan, flebitis, sakit kepala, demam,artralgia, nausea, vomitus, nyeri punggung,flushing, urtikaria, bronkospasme, dan jarangterjadi anafilaksis dan kematian. Mengingatbanyaknya efek samping maka pemberianparenteral perlu dipertimbangkan benar benar.Pemberian secara infus harus diberikan secarahati-hati. Terlebih dulu dilakukan teshipersensitivitas, dan pasien hendaknyadiobservasi selama pemberian secara infus agarkemungkinan terjadinya anafilaksis dapat lebihdiantisipasi. (Bakta IM,2007, hal 26-39;Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25-34; Tierney LM,et al, 2001, hal 64-68) Dosis besi parenteral harusdiperhitungkan dengan tepat supaya tidak kurangatau berlebihan, karena jika kelebihan dosis akanmembahayakan si pasien. Menurut Bakta IM,perhitungannya memakai rumus sebagai berikut:(2007, hal 26-39) Kebutuhan besi [ng]= (15-Hbsekarang) x BB x 33] Terapi lainnya berupa: (Bakta IM, 2007, hal 26-39; Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33)

1. Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitudiberikan makanan yang bergizi dengan tinggiprotein dalam hal ini diutamakan protein hewani.

2. Vitamin C: pemberian vitamin C inisangat diperlukan mengingat vitamin C ini akanmembantu penyerapan besi. Diberikan dengandosis 3 x 100mg.

3. Transfusi darah: pada anemia defisiensibesi ini jarang memerlukan transfusi kecualidengan indikasi tertentu.

PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan yang terpadu sangatdiperlukan mengingat tingginya prevalensidefisiensi besi di masyarakat. Pencegahan dapatdilakukan dengan memberikan penyuluhankesehatan masyarakat tentang kebersihanlingkungan tempat tinggal dan higiene sanitasimasyarakat yang tingkat pendidikan dan faktorsosial ekonominya yang rendah yaitu denganmemberikan penyuluhan tentang pemakaianjamban terutama di daerah pedesaan, atau daerahyang terpencil Menganjurkan supaya memakaialas kaki terutama ketika keluar rumah,membiasakan cuci tangan pakai sabun sebelummakan. Juga dilakukan penyuluhan gizi yaitupenyuluhan yang ditujukan kepada masyarakatpedesaan mengenai gizi keluarga, yaitu denganmengkonsumsi makanan yang banyakmengandung zat besi terutama yang berasal dariprotein hewani,yaitu daging dan penjelasantentang bahan –bahan makanan apa saja yangdapat membantu penyerapan zat besi dan yangdapat menghambat penyerapan besi.

Untuk anak sekolah dilakukan melalui UKS(Usaha Kesehatan Sekolah) yang melibatkanmurid, guru dan orang tua dengan caramensosialisasikan tentang cara hidup sehat yaitucuci tangan sebelum makan , makan makananyang mengandung zat besi.

Pemberian suplementasi besi pada ibuhamil dan anak balita. Pada ibu hamil diberikansuplementasi besi oral sejak pertama kalipemeriksaan kehamilannya sampai post partum,sedangkan untuk bayi diberikan ASI danpemberian sayur, buah/ jus buah saat usia 6 bulan.(Cielsa B, 2007, p. 65-70)

Selain itu dilakukan upayapemberantasan infeksi cacing tambang sebagaisumber perdarahan kronik, yang paling seringterjadi didaerah tropik.

PENUTUP

Anemia Defisiensi Besi merupakan jenisanemia yang paling banyak dijumpai dimasyarakat. Banyak penyebab yang mendasariterjadinya anemia ini, tetapi perdarahanmerupakan penyebab terbanyak terjadinya anemiadefisiensi besi ini.

Anemia Defisiensi Besi ini memberikandampak buruk bagi kesehatan masyarakat baikanak-anak, para wanita baik yang hamil maupunyang tidak, juga pada pria dewasa. Dengandilakukan pencegahan , masyarakat dapatterhindar dari anemia ini, sehingga pada anak-anak usia sekolah tidak terjadi penurunan prestasi

Page 7: Anemia Defisiensi Besi

belajarnya dan pada orang dewasa tidak terjadipenurunan kemampuan fisiknya yang berakibatpada produktivitas kerja yang menurun.

Apabila sudah terjadi Anemia Defisiensi Besimaka segera obati dengan menggunakan preparatbesi dan dicari kausanya serta pengobatanterhadap kausa ini harus juga dilakukan. Denganpengobatan yang tepat dan adekuat maka AnemiaDefisiensi Besi ini dapat disembuhkan.

DAFTAR PUSTAKABakta, IM. 2007. Hematologi Klinik Ringkas.

Jakarta: EGC.Cielsa ,B. 2007. Hematology in Practice.

Philadelphia: FA Davis Company.Hoffbrand, AV. et all. 2005. Kapita Selekta

Hematologi. Jakarta: EGC.Isbister, JP. Pittiglio, DH. 1999. Hematologi

Klinik Pendekatan Berorentasi Masalah.Jakarta: Hipokrates.

Jones, NCH. Wickramasinghe, SN. 2000.Catatan Kuliah Hematologi. Jakarta: EGC.

Mehta, A. Hoffbrand, AV. 2000. Hematologyat Glance. London: Blackwell Science

Ltd.

Permono, B. Ugrasena, IDG. 2002.Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.

Surabaya: SIC.

Permono,B. Ugrasena, IDG.2004. PedomanDiagnosis dan Terapi. Surabaya: FK

Unair.

Sacher, RA. MC Pherson, RA. 2000 .Widman’s Clinical Interpretation of Laboratory

Tests. Philadelphia: FA Davis Company.

Soeparman. Waspadji, S. 1990. Ilmu PenyakitDalam II . Jakarta: FKUI.

Theml Harald, MD. et all. 2004. Color AtlasHematology Practical Microscopic and

And Clinical Diagnosis. New York:Thieme.

Tierney, LM. et all. 2001. Current MedicalDiagnosis and Treatment . San Fransisco :

Mc Graw-Hill Companies.

Page 8: Anemia Defisiensi Besi