referat anemia defisiensi besi

35
TUGAS REFERAT BLOK SISTEM REPRODUKSI “ANEMIA PADA IBU HAMIL” Pembimbing: dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed. Kelompok 3 : Nur Astuti Harahap G1A010004 Riza Revina G1A010012 Nur Fitri Margaretna G1A010017 Ratih Paringgit G1A010023 Rinda Puspita A. G1A010033 Atep Lutpia Pahlepi G1A010069 Elisabeth Serafiyani G1A010079 Rizka Dana Prastiwi G1A010080 Provita Rahmawati G1A010082 M Keliobas G1A009137 Andhita Chairunnisa G1A008115 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Upload: nur-fitri-margaretna

Post on 05-Aug-2015

411 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Anemia Defisiensi Besi

TUGAS REFERAT

BLOK SISTEM REPRODUKSI

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

Pembimbing: dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.

Kelompok 3 :

Nur Astuti Harahap G1A010004

Riza Revina G1A010012

Nur Fitri Margaretna G1A010017

Ratih Paringgit G1A010023

Rinda Puspita A. G1A010033

Atep Lutpia Pahlepi G1A010069

Elisabeth Serafiyani G1A010079

Rizka Dana Prastiwi G1A010080

Provita Rahmawati G1A010082

M Keliobas G1A009137

Andhita Chairunnisa G1A008115

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Referat Anemia Defisiensi Besi

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh :

Kelompok 3

Nur Astuti Harahap G1A010004

Riza Revina G1A010012

Nur Fitri Margaretna G1A010017

Ratih Paringgit G1A010023

Rinda Puspita A. G1A010033

Atep Lutpia Pahlepi G1A010069

Elisabeth Serafiyani G1A010079

Rizka Dana Prastiwi G1A010080

Provita Rahmawati G1A010082

M Keliobas G1A009137

Andhita Chairunnisa G1A008115

Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas kelompok referat Blok Sistem Reproduksi

Jurusan KedokteranFakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

diterima dan disahkanPurwokerto, Oktober 2012

Dosen Pembimbing

dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.

Page 3: Referat Anemia Defisiensi Besi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-

Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dalam bentuk referat berjudul

Anemia pada Ibu Hamil ini dengan tepat waktu. Dalam penyusunan tugas atau

materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari

bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,

dorongan dan bimbingan dr. Chatarina Widhiartini, M.Med.Ed. selaku

pembimbing kami yang telah bersedia membimbing dalam proses penyusunan

referat ini, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu

kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Fakultas kedokteran Unsoed khususnya blok istem Reproduksi yang telah

memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan

menyelesaikan tugas ini.

2. dr. Chatarina Widhiartini, M.Med.Ed yang turut membantu, membimbing, dan

mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Anemia pada ibu hamil, merupakan referat yang telah kami susun secara

sistematis. Di dalam referat ini, terdapat beberapa bab yang akan menjelaskan

tentang judul tersebut diatas. Pembahasan yang ada telah berdasarkan referensi

yang di percaya, sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi

referat.

Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi tugas

di blok Sistem Reproduksi dan agar mahasiswa dapat memahami lebih mendalam

tentang anemia pada ibu hamil.

Dalam penyusunan referat ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh

karena itu saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk perbaikan referat kelompok

kami. Terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Purwokerto, Oktober 2012

Penyusun

Page 4: Referat Anemia Defisiensi Besi

BAB I

PENDAHULUAN

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan

asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks

dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap

menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Dengan kadar

haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III.

Kadar Hb yang normal untuk wanita hamil trimester akhir minimal 10,5 g/dL.

Jika kurang, disebut anemia. Pada wanita tidak hamil, kadar normal Hb adalah 12-

16 g/dL. Penyakit terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh

semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan

kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya (Varney, 2006).

Total simpanan besi tubuh pada perempuan tidak hamil adalah 2,2 g dan

jumlah ini meningkat 3,2 g pada ibu hamil. Sekitar 500-600 mg di antaranya

digunakan untuk membentuk sel darah merah, dan 300 mg di antaranya digunakan

oleh janin. Selama kehamilan, jumlah plasma ibu meningkat sampai 50% (sekitar

1000 cc). Jumlah sel darah juga meningkat, tapi hanya 25% dan baru timbul pada

kehamilan akhir. Hal inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin merosot

(Mansjoer dkk, 2008).

Anema dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: anemia defisiensi

besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia

defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan.

Kekurangan zat gizi yang satu ini merupakan penyebab 75% kasus anemia dalam

kehamilan. Angka kejadiannya pada trimester pertama hanya 3-9%, dan

meningkat 16-55% pada trimester ketiga. Biasanya anemia jenis ini terjadi pada

ibu yang mengalami mual dan muntah yang berlebihan atau memiliki penyakit

kronik (Varney, 2006).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 35-75%

perempuan pada negara berkembang dan 18% perempuan pada negara maju

mengalami anemia dalam masa kehamilan (WHO, 2001).

Page 5: Referat Anemia Defisiensi Besi

Diketahui bahwa 10% - 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada

masa kehamilannya. Di dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 %

berada di negara berkembang. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Negara

berkembang 43 % dan 12 % pada wanita hamil di daerah kaya atau negara maju.

Di Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5%

dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6%. Di Indonesia

khususnya, salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia Sehat 2010 adalah

menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup

dan angka kematian neonatal menjadi n16 per 1000 kelahiran hidup. Seperti yang

sudah diulas sekilas diatas, masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah

Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu hamil yaitu 50,9% dan sebagian

besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk

pembentukan hemoglobin (Sarwono, 2002).

Anemia yang terjadi pada ibu hamil yang tidak segera ditangani dapat

menimbulkan berbagai komplikasi, karena itulah kejadian ini harus selalu

diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat

mengakibatkan abortus, missed abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada

kehamilan trimester II dapat menyebabkan persalinan prematur, perdarahan

antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai

kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan

kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his, baik primer

maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan

tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat

menyebabkan tonia uteri, tensio placenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi

febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri (Sohimah, 2006).

Anemia akibat defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia akibat

perubahan fisiologis. Caranya adalah dengan memeriksakan kadar simpanan besi

yaitu ferritin dan kadar besi dalam darah yaitu serum iron. Kadar serum iron dan

ferritin yang rendah jelas menggambarkan keadaan defisiensi besi. Namun

terkadang, defisiensi besi belum sampai menyebabkan simpanan besi tubuh

berkurang sehingga yang terlihat dalam pemeriksaan adalah kadar serum iron

Page 6: Referat Anemia Defisiensi Besi

yang turun. Jika pasien minum suplementasi besi beberapa hari sebelum

pemeriksaan pun, kadar serum iron dapat terlihat normal.

Gejala yang umum timbul adalah berdebar-debar, pucat, bernafas lebih

cepat, cepat lelah, dan sakit kepala, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan,

menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan penyembuhan luka.

Diagnosis Anemia pada ibu hamil biasanya ditegaskan dan dapat diketahui

melalui pemeriksaan darah atau kadar hemoglobin (Hb)

Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet.

Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat

besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna

hijau tua. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila

prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab

yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat

selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam

mengatasi masalah anemia.

Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah

Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap

hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200

mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.

Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping

seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar.

Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada

malam hari.

(Wasnidar, 2007)

Page 7: Referat Anemia Defisiensi Besi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanda dan Gejala Klinis

Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa

hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol,

ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit

dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-

kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular,

lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. (Wintrobe,

2005).

Berkurangnya hemoglobin menyebabkan gejala-gejala urnum

sepertikeletihan, palpitasi, pucat, tinitus, dan mata berkunang-kunang

disamping itu jugadijurnpai gejala tambahan yang diduga disebabkan oleh

kekurangan enzim sitokrom,sitikrom C oksidase dan hemeritin dalam

jaringan-jaringan, yang bersifat khasseperti pusing kepala, parastesia, ujung

jari dingin, atropi papil lidah. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila

kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan

jelas (Wintrobe, 2005).

B. Patogenesis

Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hb

adalah komponen di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi

menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh

kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses

metabolism. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah, jika

jumlah sel darah banyak, jumlah Hb pun banyak. Begitupula sebaliknya jika

kekurangan (Sinsin, 2008).

Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk sintesis protein yang

membawa oksigen, yaitu hemoglobin serta mioglobin dalam tubuh, dan untuk

sintesis enzim yang mengandung zat besi dan turut serta dalam reaksi

perpindahan electron suatu reaksi oksidasi-reduksi. Di dalam tubuh manusia,

zat besi didistribusikan dalam enam lokasi seperti pada gambar 2.1. Total besi

Page 8: Referat Anemia Defisiensi Besi

tubuh pada manusia adalah sekitar 8,3 g sementara pada wanita adalah 2,3 g.

Pada wanita, simpanan zat besi tersebut hanya membentuk seperdelapan dari

total zat besi dalam tubuh. Lebih kurang dua per tiha dari total zat besi

merupakan bentuk fungsional, yang melaksanakan fungsi metabolik atau

fungsi enzim. Hampir semua zat besi ini berbentuk hemoglobin yang beredar

di dalam sel darah merah (Gibney et al., 2008).

Gambar 2.1 Lokasi Simpanan Zat Besi di dalam Tubuh (Gibney et al.,

2008).

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi daripada laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan

kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Di samping itu kehamilan

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah

dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Selain itu, ibu hamil

memiliki tingkat metabolisme tinggi. Misalnya , untuk membuat jaringan

tubuh janin, membentuknya menjadi organ, dan juga untuk memproduksi

energi agar ibu hamil bisa tetap beraktivitas normal sehari-hari. Karena itu, ibu

hamil lebih banyak memerlukan zat besi dibanding ibu yang tidak hamil

(Sinsin, 2008; Manuaba, 1998).

Kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan yaitu 900 mg dengan rincian

kebutuhan seperti pada gambar 2.2 (Manuaba, 1998).

Gambar 2.2 Rincian Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil pada Setiap

Kehamilan (Manuaba, 1998).

acer, 10/22/12,
disalin saja dong...
acer, 10/22/12,
disalin saja
Page 9: Referat Anemia Defisiensi Besi

Penulis lain mengatakan bahwa pada gestasi tipikal dengan satu janin,

terdapat kebutuhan total ibu akan zat besi yang dipicu oleh kehamilan rata-rata

mendekati 1.000 mg dengan rincian seperti pada gambar 2.3 (Leveno, 2009).

Gambar 2.3 Rincian Kebutuhan Besi Pada Ibu Hamil (Manuaba,

2007).

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa

tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Lambat laun

hal tersebut mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Di dalam tubuh sebagian

zat besi dalam bentuk ferritin di hati. Saat konsumsi zat besi dari makanan

tidak cukup, ferritin akan diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat

rendah (Sinsin, 2008).

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan

menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada

kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah

ibu hamil mengalami hemodilusi dengan peningkatan volume 30% sampai

40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah

peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila

hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11gr% maka dengan terjadinya

hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan

menjadi 9,5 sampai 10 gr% (Manuaba, 1998).

acer, 10/22/12,
disalin saja
Page 10: Referat Anemia Defisiensi Besi
acer, 10/22/12,
apa ini?
Page 11: Referat Anemia Defisiensi Besi

Gambar 2.4 Patogenesis Anemia Defisiensi Fe Pada Ibu Hamil (Sinsin, 2008;

Murray, Granner and Rodwell, 2009).

C. Patofisiologi

Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.

Hb adalah komponen dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi

menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh

kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses

metabolism. Nah, zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah.

Jika jumlah sel darah banyak, jumlah Hb pun banyak. Begitupula sebaliknya

jika kekurangan (Sinsin. 2008).

Ibu hamil mempunyai tingkat metabolism yang tinggi. Misalnya,

untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ, dan juga

untuk memproduksi energy agar ibu hamil tetap beraktivitas normal sehari-

hari. Karena itu, ibu hamil lebih banyak memerlukan zat besi disbanding ibu

yang tidak hamil (Sinsin. 2008).

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa

tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Lambat laun

hal tersebut mempengaruhi kadah Hb dalam darah. Di dalam tubuh sebagian

zat besi dalam bentuk ferritin di hati. Saat konsumsi zat besi dari makanan

Page 12: Referat Anemia Defisiensi Besi

tidak cukup, ferritin inilah yang diambil. Sayangnya daya serap zat besi dari

makanan sangatlah rendah (Sinsin. 2008).

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan

meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta

kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume

plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi

aldesteron (Sinsin. 2008).

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu

ukuran kwantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah

anemia berkembang. Metode pemeriksaan Hb adalah mudah,

sederhana dan penting bila prevalensi kekurangan besi tinggi, seperti

pada kehamilan. Keterbatasan pemeriksaan Hb adalah spesifisitasnya

kurang. Untuk mengidentifikasi anemia defisiensi besi, pemeriksaan

Hb, dan hematokrit biasanya sekaligus diukur serta haruss diukur

bersama -sama dengan pengujian status besi lain yang lebih selektif,

pemeriksaan Hb sensitifitasnya 80-90 % dan spesifisitasnya 65-99%

(Ruiz, 2000).

b. Penentuan indek eritrosit

Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin

(MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC),

Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan Flow

cytometri atau menggunakan rumus : (Ruiz, 2000)

1) Mean corpusculer volume = MCV (Volume sel rata-rata).

MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun

apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia

Page 13: Referat Anemia Defisiensi Besi

mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi

yang spesifik setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis

disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka

sel darah merah. Nilai normal 70 -100 fl, mikrositik < 70 fl dan

makrositik > 100 fl.

2) Mean corpuscle heamoglobin = MCH

MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam 1 eritrosit. Dihitung

dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai

normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31

pg.

3) Mean corpuscular hemoglobin concentration = MCHC.

MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rat-rata. Dihitung

dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-

35% dan Hipokrom < 30%.

c. Pemeriksaan hapusan darah perifer.

Pemeriksaan hapusan darah per ifer dilakukan secara manual.

Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan

memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah.

Dengan menggunakan lowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada

kolom morfology flag (Ruiz, 2000).

d. Red distribution wide = RDW (Luas distribusi sel merah )

Luas distribusi sel merah adalah parameter sel darah merah masih

relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk

membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran

sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara.

Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal

dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh

transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan

naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi,

dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi

diagnostik. Nilai normal 15 % (Ruiz, 2000).

e. Eritrosit protoporphirin ( EP )

Page 14: Referat Anemia Defisiensi Besi

EP diukur dengan memakai heamatofluorometer yang hanya

membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tehniknya tidak

terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi

eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi

terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan

besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi diurnal yang

luas. EP secara luas dipakai dalam surve populasi walaupun dalam

praktek klinis masih jarang (Ruiz, 2000).

f. Serum iron = SI (Besi serum)

Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun

setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh.

Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan

spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan

setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi

kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Variasi

diurnal ditemukan berbeda 100% selama interval 24 jam pada orang

sehat. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan

ukuran mutlak status besi yang spesifik (Ruiz, 2000).

g. Serum transferin ( Tf)

Transferin adalah protein tranport besi, dan diukur bersama -sama

dengan besi serum. Transferin serum bisa diperkirakan dengan

memakai tehnik otomatik dimana kemampuan mengikat besi total

(TffiC) yakni jumlah besi yang bisa diikat secara khusus oleh plasma.

Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat

menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit

ginjal dan keganasan (Ruiz, 2000).

h. Transferrin saturation = TS (jenuh Transferin )

Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat

besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi

kesumsum tulang. Penurunan jenuh transferin dibawah 10%

merupakan indek kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap

perkembangan eritrosit. TS dapat menurun pada penyakit peradangan.

Page 15: Referat Anemia Defisiensi Besi

Jenuh transferin umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai

dengan indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang

menurun dan serum feritin sering dipakai untuk mengartikan

kekurangan zat besi (Ruiz, 2000).

i. Serum feritin.

Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif

untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas

dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin <

12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti

kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai

diagnostik untuk kekurangan zat besi. Rendahnya serum feritin

menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak

menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya

sangat tinggi. Penafsiran yang benar dari serum feritin terletak pada

pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik untuk usia dan jenis

kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah pada

wanita dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada

wanita. Serum feritin pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap

stabil atau naik secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap

saja rendah sampai usia 45 tahun, dan mulai meningkat sampai sama

seperti pria yang berusia 60 -70 tahun, keadaan ini mencerminkan

penghentian mensturasi dan melahirkan anak. Pada wanita hamil

serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester II

dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi.

Serum feritin adalah reaktan rase akut, dapat juga meningkat pada

inflamasi kronis, infeksi, keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum

feritin diukur dengan mudah memakai essay immonoradiometris

(IRMA), Radioimmonoassay (RIA), atau Essay immonoabsorben

(Elisa) (Ruiz, 2000).

j. Reseptor serum t ransferin (TfR)

Reseptor serum transferin adalah pengukuran status besi terbaru untuk

mendeteksi kekurangan besi pada tingkat seluler. Reseptor transferin

Page 16: Referat Anemia Defisiensi Besi

ditemukan pada membran-membran sel memungkinkan transferin

yang terikat besi untuk memasuki sel. Apabila suplai besi tidak

memadai maka terjadi up-regulasi reseptor transferin untuk menjamin

sel dapat bersaing lebih efektif demi zat besi. Jumlah reseptor pada

membran sel sebanding dengan reseptor yang ditemukan pada plasma.

Peningkatan reseptor serum terjadi pada penderita kekurangan besi

eritropoisis ataupun kekurangan besi anemia. Reseptor transferin dapat

diukur dengan memakai tehnik Elida monoclonal sensitif. Nilai normal

adalah 3 -9 mg/l. Pria dan wanita sehat rata-rata 5,6 mg/l dan

kekurangan besi adalah 18 mg/l. Serum reseptor transferin

memberikan suatu pengukuran yang lebih stabil dari pada jenuh

transferin. Dimana pada awalnya dipengaruhi oleh perkembangan

kekurangan besi fungsional dari indek hematologis tradisional seperti

eritrosit protophorpirin ataupun MCV. Perbedaan dengan serum

feritin, reseptor transferin tetap saja normal pada penderita peradangan

akut, kronis, dan penyakit hati dan sangat efektif untuk membedakan

anemia defisiensi besi dengan anemia penyakit kronis. Reseptor

transferin secara khusus penting pada wanita hamil, karena merupakan

indikator yang lebih baik terhadap status besi dari pada serum feritin,

eritrioprotophorpirin, ataupun volume sel merah rata-rata (Ruiz, 2000).

1. Pemeriksaan sum-sum tulang

Pemeriksaan histologi sum-sum tulang dapat menentukan dan menilai

jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Dikatakan kekurangan zat

besi jika tidak ditemukan atau tidak ada besi retikuler. Pemeriksaan sum

sum tulang merupakan gold standart untuk penilaian cadangan besi,

namun pemeriksaan ini sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi

karena merupakan teknik invasif dan bersifat subyektif (tergantung pada

keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum tulang yang memadai dan

teknik yang dipergunakan) serta harga pemeriksaan yang mahal

(Supandiman,1997).

Page 17: Referat Anemia Defisiensi Besi

E. Penegakkan Diagnosis

Penegakan diagnosis anemia pada kehamilan berdasarkan gambaran klinis

pada saat anamnesis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah dan

sum-sum tulang. Pada anamnesis akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering

pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual dan muntah yang parah pada

kehamilan muda (Trimester 1) (Manuaba, 2007).

Untuk memudahkan dan keseragaman Diagnosa Anemia defisiensi Besi,

WHO,2001 menetapkan kriteria sebagai berikut:

No. PemeriksaanAnemia defisiensi

besiKadar normal

1 Hemoglobin

Wanita dewasa

hamil< 11 12 gr/dl

2 MCHC < 31 32-35%

3 Serum Iron < 50 80-160 ugr%

4 TIBC >400 250-400 ugr%

5 Jenuh Transferin <15 30-35%

6 Feritin Serum <12 12-200 ugr/dl

WHO, 2001 juga membuat derajat keparahan Anemia pada kehamilan

yaitu

Kriteria Anemia Kadar Hb

Anemia ringan 10-11 gr/dl

Anemia sedang 7-10 gr/dl

Anemia berat <7 gr/dl

The Centers for Disease Control and Prevention ( CDC ) sedikit berbeda

dengan WHO, menurut CDC kriteria anemia pada kehamilan adalah Hb kurang

dari 11 gr / dl untuk trimester I dan III, serta Hb kurang dari 10,5 gr / dl untuk

trimester II (Gani, 2002).

acer, 10/22/12,
mana judul tabelnya?
acer, 10/22/12,
mana judul tabelnya?
Page 18: Referat Anemia Defisiensi Besi

NHANES II dan III ( National Health And Nutrition Examination Survey)

membuat definisi Defisiensi Zat Besi adalah bila didapati 2 dari 3 pemeriksaan

laboratorium tidak normal, meliputi : (Gani, 2002)

1. Eritrosit Protoporphirin.

2. Jenuh Transferin.

3. Serum Feritin.

F. Rencana Terapi

a. Medika Mentosa

Penatalaksanaan medika mentosa anemia defisiensi besi pada ibu

hamil meliputi beberapa hal, yaitu (Manuaba, 2007):

1. Pemberian preparat besi secara oral contohnya Ferrous fumarate. Per

hari dibutuhkan kurang lebih 200 mg.

2. Pemberian preparat besi secara intravena contohnya Ferrum oksidum

sakkaratum, Ferigen, ferrivenin, proferrin, vitis, sodium dufferat/

ferronascin, dekstran ferrom. Permberian secra intravena jarang

digunakan karena memiliki komplikasi terhadap janin.

3. Bila Hb 5-6 gr % maka dapat dilakukan transfusi darah

menggunakan pack cell.

Pemberian preparat besi secara oral sering menimbulkan

ketidaknyamanan pada saluran pencernaan, mual muntah, nyeri

epigastrium maupun konstipasi jadi apabila diperlukan dapat

menggunakan obat-obatan laksatif (Tucker, 1998). Dosis preparat yang

diberikan pada ibu hamil adalah 1-3 tablet per hari dalam dosis terbagi.

Disarankan pula ketika mengonsumsi preparat besi 1 jam sebelum makan

atau 2 jam setelah makan. Hal ini dikarenakan zat besi diabsorbsi dengan

baik dalam keadaan lambung yang kosong (Morgan, 2009).

b. Non Medika Mentosa

Penatalaksanaan non medika mentosa anemia defisiensi besi pada

ibu hamil meliputi beberapa hal, yaitu (Manuaba, 2001):

1. Tidak meminum kopi dan teh saat mengonsumsi obat atau preparat

besi karena akan mengganggu absorbsi obat.

acer, 10/22/12,
? daftar pustaka?
Page 19: Referat Anemia Defisiensi Besi

2. Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin c

karena vitamin c membantu absorbs obat atau preparat besi.

3. Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti

daging, ikan, telur, serta kacang-kacangan.

G. Prognosis

Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu

dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak

atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak terobati dalam kehamilan

muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat

menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi (Wiknjosastro,

2007).

H. Komplikasi

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik

dalam kehamilan, persalinan maupun masa nifas. 

1. Komplikasi selama kehamilan

a. Ancaman timbulnya abortus

b. Mudah lelah dan turunnya immature dan premature

c. Ancaman timbulnya persalinan immature dan premature(Wasnidar,

2007).

2. Komplikasi selama persalinan

a. Partus lama karena inertia uteri

b. Pendarahan pasca persalinan

c. Atonia uteri

d. Hipoksia yang dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada

persalinan

e. Infeksi persalinan dan setelah persalinan(Wasnidar. 2007).

3. Komplikasi terhadap janin

a. Kematian prenatal

b. Prematuritas

c. Cacat bawaan(Wasnidar, 2007).

acer, 10/22/12,
? di daftar pustaka?
Page 20: Referat Anemia Defisiensi Besi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Teori Baru

B. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil.

Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan

plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama

pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi

dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga

harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan

anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang

tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas

ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Terapinya adalah oral (pemberian ferro

sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60

mg besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum

dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr

diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat

meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24

jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu

hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana

parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.

2. Non medikamentosa

a. Tingkatkan konsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung

zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati,

telur) dan bahan makanan nabati (sayur berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, tempe, tahu)

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin

C

acer, 10/22/12,
referensi?
Page 21: Referat Anemia Defisiensi Besi

c. Hati-hati dalam mengkombinasikan makanan, misalnya minum teh

atau kopi bersamaan dengan makan akan mempersulit penyerapan

zat besi sedangkan makanan yang mengandung vitamin c dapat

membantu tubuh menyerap zat besi

C. Kekurangan dan Kelebihan Teori Baru Dibandingkan Teori Lama

  Kelebihan dari terapi lama maupun baru yaitu adanya koreksi

defisit massa hemoglobin dan akhirnya pemulihan cadangan besi. Tapi

kekurangannya dalam pemberian preparat besi secara oral sering

menimbulkan ketidaknyamanan pada saluran pencernaan, mual muntah,

nyeri epigastrium maupun konstipasi jadi apabila diperlukan dapat

menggunakan obat-obatan laksatif. Untuk mengganti simpanan besi, terapi

oral harus dilanjutkan selama 3 bulan atau lebih setelah anemia teratasi

jadi membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengawasannya.

D. Harapan

Dari penjelesan mengenai kelebihan serta kekurangan yang ada

pada teori lama dan teori baru dalam penatalaksanaan anemia pada ibu

hamil terutama yang disebabkan karena defisiensi besi, semoga

memunculkan gairah dan inisiatif agar segera dilakukan penelitian dan

evaluasi mendalam oleh para tenaga ahli di Indonesia sehingga mampu

menghasilkan faedah seluas-luasnya agar tercapai kemaslahatan bagi

pasien ibu hamil, klinisi, maupun masyarakat pada umumnya.

Page 22: Referat Anemia Defisiensi Besi

KESIMPULAN

1. Penegakan diagnosis untuk anemia pada ibu hamil didapatkan dari

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain pemeriksaan

laboratorium darah yang meliputi Hb, indeks eritrosit, serum ferritin, EDW,

dan pemeriksaan sumsum tulang.

3. Terapi untuk anemia pada ibu hamil yang disebabkan oleh defisiensi besi

adalah dengan pemberian preparat besi secara oral dan intravena.

4. Teori barunya yaitu (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari secara oral dan

parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena

serta peningkatan asupan makanan tinggi zat besi.

5. Penelitian lebih lanjut sangat direkomendasikan sehingga mampu

menghasilkan faedah seluas-luasnya agar tercapai kemaslahatan bagi pasien

anemia ibu hamil, klinisi, maupun masyarakat pada umumnya.

Page 23: Referat Anemia Defisiensi Besi

DAFTAR PUSTAKA

Gani R.A, Arnan AK. Hemoglobin concentration, transferin saturation and serum

feeritin in pragnancy. (abstrak). The 29th World Congress of the

International Society of Hematology, Seul 2002.

Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., & Arab, L. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Leveno, K. J. (2009). Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Mansjoer A, dkk, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Acsulapius

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2009). Biokimia Harper (27th ed.). Jakarta: EGC.

Ruiz -Aruelllews GJ. Clinical utility of the laboratory reports provided by blood

cell counters and blood film examination. J Hematol. 2000: 11-13.

Sarwono, Prawirohardjo, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sinsin, I. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.Sohimah, 2006. Anemia Dalam Kehamilan dan Penanggulangannya. Jakarta:

Gramedia

Supandiman I.1997.Hematologi Klinik edisi kedua.Bandung:Penerbit Alumni

Varney, H.2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wasnidar, 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan

Penatalaksanaan. Jakarta : Trans Info Media

Wiknjosastro, Hanifa.2007. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Wintrobe MM, Lee GR, Boggs DR, Bithell TC, Atheus JW , editors. Lee GR.

Iron deficiency and Iron deficiency anemia. In : Clinical Hemotology. 7th

ed, Philadelphia: Lea Febiger; 2005: 621-670.

WHO, 2001. Iron Deficiency Anaemia, Assessment, Prevention, and Control,

Aguide for programme managers.

acer, 10/22/12,
untuk semua buku diberi halamannya. Apabila buku ditulis oleh banyak penulis, bagaimana penulisannya? (memuat nama penulis bab yang disitasi; judul bab;a?a?ka?uku-buku populer untuk referat ilmiahisannya? (nama penulis bab yang disitasi; judul bab;������������������� judul buku)Kog tidak ada artikelnya?Artikel diusahakan mencapai 75% referensi yang dipakai
Page 24: Referat Anemia Defisiensi Besi

CATATAN:

Hindari penggunaan buku-buku populer (warna merah)