analisis usaha pengolahan ikan asin di … · 2013-07-22 · perpustakaan.uns.ac.id...

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KABUPATEN CILACAP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Kiki Mega Sari H 0306069 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vuongduong

Post on 06-Sep-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN

DI KABUPATEN CILACAP

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Kiki Mega Sari

H 0306069

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN

DI KABUPATEN CILACAP

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Kiki Mega Sari H 0306069

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 13 Januari 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551217 198203 1 003

Ketua Ir. Rhina Uchyani F., MS

NIP. 19570111 198503 2 001

Anggota II

Erlyna Wida Riptanti, SP, MP NIP. 19780708 200312 2 002

Anggota I

Mei Tri Sundari, SP, M.Si NIP. 19780503 200501 2 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di

Kabupaten Cilacap” ini dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Penyusun ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada Penyusun.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Ir. Rhina Uchyani F., MS selaku Dosen Pembimbing Utama dan

Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat, bimbingan, arahan

dan masukan serta semangat dalam penyusunan skripsi yang sangat berharga

bagi Penyusun.

6. Ibu Mei Tri Sundari, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, masukan, dan arahan, serta

semangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP, MP selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

memberikan saran, masukan dan arahan serta bimbingan kepada Penyusun.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta, atas ilmu yang diberikan dan kerjasamanya selama

ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

9. Mbak Iriawati, Bapak Samsuri dan Bapak Mandimin selaku staff administrasi

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis yang telah membantu dalam

hal perizinan berkaitan dengan studi dan penyusunan skripsi ini.

10. Pemerintah Kabupaten Cilacap, Bappeda Kabupaten Cilacap, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Cilacap, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan

UMKM Kabupaten Cilacap dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Cilacap yang telah memberikan izin penelitian serta memberikan informasi

dan data-data yang diperlukan Penyusun dalam skripsi ini.

11. Seluruh perangkat Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap atas

bantuan informasi untuk penyusunan skripsi ini.

12. Seluruh responden produsen ikan asin di Kabupaten Cilacap yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun.

13. Kedua orang tuaku tercinta, Tatang Suherman dan Satiyem yang telah

memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, doa, dan

kesempatan yang begitu besar sehingga Ananda dapat menyelesaikan skripsi

ini serta Ananda mohon maaf atas segala kesalahan yang diperbuat.

14. Adik-adikku tercinta, Wim Biandi Bagas Saputra dan Julita Cahya Miranti

yang telah memberiku motivasi dalam segala hal dan telah melengkapi

hidupku dengan senyum dan canda, kasih sayang, perhatian.

15. Kekasihku tercinta, Pulung Mahayogi Muhadi yang selalu menemaniku dan

mendampingiku.. I will be the last for you and You will be the last for me.

16. Seluruh sahabat-sahabatku tercinta, eN eN (Ria, Ichan, Niken, Santi, Fitri dan

Candra); E9 (Deni, Sarjo, Candra, Gancar dan Husin); teman-teman Ketjap

(Pandu, Adit, Wisnu, Mario, Bagus, dan Reza) serta sahabatku Indri dan Astri

terima kasih atas persahabatan, persaudaraan, kenangan indah dan

kebersamaan kita yang terjalin selama ini.

17. Seluruh teman-teman Larasati tercinta, terima kasih atas persaudaraan,

kenangan indah dan kebersamaan yang terjalin selama ini.

18. Seluruh teman-teman Didini II, terima kasih atas kebersamaan yang terjalin

walau hanya sebentar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

19. Seluruh teman-temanku, “Agrobisnis Zero Six” serta teman-teman Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret terima kasih atas kebersaman dan

kenangan indah yang terjalin.

20. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Akhirnya, Penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

Penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

Penyusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

RINGKASAN ............................................................................................... xiv

SUMMARY .................................................................................................. xv

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 9

II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 10

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10 1. Ikan Asin ................................................................................... 10 2. Pengolahan Pasca Panen ........................................................... 12 3. Pengolahan Ikan Asin ............................................................... 13 4. Klasifikasi Industri .................................................................... 14 5. Biaya ………………………………………………………….. 15 6. Penerimaan ................................................................................ 16 7. Keuntungan ............................................................................... 16 8. Efisiensi ..................................................................................... 17 9. Risiko ....................................................................................... 18

B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 19 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .............................................. 23 D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ................ 27 E. Pembatasan Masalah ........................................................................ 29 F. Hipotesis ......................................................................................... 29 G. Asumsi ............................................................................................. 29

III. METODE PENELITIAN ................................................................... 30

A. Metode Dasar Penelitian .................................................................. 30 B. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 30

1. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ................................... 30

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

2. Metode Pengambilan Responden .............................................. 32 C. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 33

1. Data Primer ............................................................................... 33 2. Data Sekunder ........................................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 34 1. Observasi ................................................................................... 34 2. Wawancara ................................................................................. 34 3. Pencatatan ................................................................................. 34

E. Metode Analisis Data ...................................................................... 34

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................... 38

A. Keadaan Geografis .......................................................................... 38 1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif ............................. 38 2. Luas Penggunaan Lahan ........................................................... 39 3. Topografi ................................................................................... 39 4. Keadaan Iklim ........................................................................... 41

B. Keadaan Demografi ........................................................................ 42 1. Jumlah Penduduk ...................................................................... 42 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ......................... 42 3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin .......................... 43 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................... 45

C. Keadaan Perikanan .......................................................................... 46 D. Keadaan Sarana Perekonomian ....................................................... 48

1. Keadaan Sarana Perdagangan ................................................... 48 2. Keadaan Sarana Perhubungan ................................................. 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 50

A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin .................. 50 1. Identitas Responden ................................................................. . 50 2. Karakteristik Usaha Pengolahan Ikan Asin .............................. 52

B. Peralatan Usaha Pengolahan Ikan Asin .......................................... 55 C. Proses Produksi Ikan Asin .............................................................. 56 D. Pemasaran Ikan Asin ....................................................................... 57 E. Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin ............................................ 58

1. Analisis Biaya ........................................................................... 58 a. Biaya Tetap ......................................................................... 58 b. Biaya Vaiabel ...................................................................... 60 c. Biaya Total .......................................................................... 62

2. Analisis Penerimaan .................................................................. 62 3. Analisis Keuntungan ................................................................. 64 4. Analisis Efisiensi ...................................................................... 65 5. Analisis Risiko .......................................................................... 65

F. Kendala yang Dihadapi ................................................................... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 71

A. Kesimpulan ...................................................................................... 71

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

B. Saran ............................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Produksi Ikan di Wilayah Indonesia Tahun 2004-2007 ...................... 1

2. Kandungan Gizi Ikan Mas, Ikan Kakap, Ikan Kembung, Daging Ayam dan Daging Sapi ....................................................................... 2

3. Distribusi Penduduk dan Produksi Ikan Menurut Wilayah di Indonesia 4

4. Produksi Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2008 ........................... 6

5. Data Komoditi Unggulan Kabupaten Cilacap Tahun 2003 ................. 7

6. Jumlah Unit Pengolah Menurut Kecamatan pada Tahun 2008 di Kabupaten Cilacap ............................................................................... 31

7. Jumlah Unit Usaha Pengolahan Ikan Asin dan Nilai Produksi per Bulan (Juta Rp) Menurut Desa di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap .............................................................................. 32

8. Penentuan Jumlah Sampel Responden Ikan Asin di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap ................................................... 33

9. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Cilacap Tahun 2008 ...................................................................................................... 39

10. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Cilacap per Bulan pada Tahun 2008 ....................................................................... 41

11. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhannya di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2004-2008 ................................................................................. 42

12. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap 43

13. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2008 .................................................. 44

14. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Cilacap ................................................................................................. 45

15. Produksi Penangkapan Ikan di Laut Menurut Kecamatan Tahun 2008 ...................................................................................................... 47

16. Sarana Perdagangan di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2008 ............. 48

17. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan, Kondisi Jalan dan Kelas Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun 2008 ............................................. 49

18. Identitas Responden pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ................................................................................................. 50

19. Status Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ................ 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

20. Alasan Utama Mengusahakan Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ............................................................................... 53

21. Sumber Modal pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ................................................................................................. 54

22. Pengadaan, Cara Pembelian, Sistem Pengadaan, dan Cara Pembayaran Bahan Baku pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ............................................................................... 54

23. Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap .............................................................................. 58

24. Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ............................................................................... 60

25. Rata-rata Biaya Total pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap .............................................................................. 62

26. Penerimaan Menurut Jenis Ikan Asin pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ................................................................. 63

27. Keuntungan Rata-rata pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ............................................................................... 64

28. Efisiensi Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ............ 65

29. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ......................................................... 66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Skema Penggaraman Ikan ................................................................... 11

2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap ....................................... 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilaca…........................................................................ 73

2. Karakteristik Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap.. 74

3. Biaya Tenaga Kerja pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap……………………………………………….. 75

4. Lanjutan Lampiran 3....................................................................... 76

5. Lanjutan Lamipran 3……………………………………………... 77

6. Biaya Penyusutan Pisau pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap…………………………………………. 78

7. Biaya Penyusutan Ember pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap……………………………………………….. 79

8. Biaya Penyusutan Fish Basket/Keranjang pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap…………………….. 80

9. Biaya Penyusutan Bak Rendam pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap………………………………………. 81

10. Biaya Penyusutan Blong/Drum Plastik pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap..................................................... 82

11. Biaya Penyusutan Widig pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap……………………………………………….. 83

12. Biaya Penyusutan Peralatan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap……………………………………………….. 84

13. Biaya Bunga Modal Investasi pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap……………………….................................. 85

14. Biaya Bahan Baku Ikan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap……………………………………………….. 86

15. Lanjutan Lampiran 14……………………………………………. 87

16. Lanjutan Lampiran 14……………………………………………. 88

17. Biaya Bahan Baku Pelengkap (Garam) pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap…………………………………. 89

18. Biaya Pengemasan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap.......................................................................... 90

19. Biaya Transportasi pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap.......................................................................... 91

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

20. Biaya Tetap pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap............................................................................................ 92

21. Biaya Variabel pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap............................................................................................ 93

22. Biaya Total pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap…………………………………………………………… 94

23. Penerimaan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap…………………………………………………………… 95

24. Lanjutan Lampiran 23..................................................................... 96

25. Lanjutan Lampiran 23..................................................................... 97

26. Keuntungan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap............................................................................................ 98

27. Efisiensi dan Risiko pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap.......................................................................... 99

28. Perhitungan Efisiensi dan Risiko pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap............................................................. 100

29. Peta Kabupaten Cilacap.................................................................. 101

30. Dokumentasi Foto Penelitian.......................................................... 102

31. Kuesioner........................................................................................ 104

32. Surat Rekomendasi Penelitian/Research........................................ 111

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KABUPATEN CILACAP

KIKI MEGA SARI

H 0306069

RINGKASAN

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan dalam usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap. Menganalisis besarnya efisiensi usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap. Menganalisis besarnya risiko dalam usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cilacap. Pengambilan lokasi kecamatan dan kelurahan/desa sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu Kecamatan Cilacap Selatan dan empat kelurahan/desa yaitu Kelurahan Cilacap, Kelurahan Sidakaya, Kelurahan Tambakreja dan Kelurahan Tegalkamulyan, dengan alasan daerah tersebut merupakan sentra usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap. Pengambilan sampel responden dilakukan secara proporsional sebanyak 30 orang. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap adalah sebesar Rp19.438.078,20 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp33.216.666,67 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen ikan asin sebesar Rp13.778.588,47 per bulan.

Usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C ratio lebih dari satu yaitu sebesar 1,71, yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha pengolahan ikan asin memberikan penerimaan sebesar 1,71 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi (CV) usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap sebesar 0,75 dengan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar minus Rp6.856.843,41. Hal ini berarti bahwa produsen ikan asin memiliki peluang kerugian dengan jumlah kerugian yang harus ditanggung produsen sebesar minus Rp6.856.843,41.

Kata Kunci : Ikan Asin, Keuntungan, Efisiensi, Risiko

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

BUSINESS ANALYSIS OF SALT FISH IN CILACAP REGENCY

KIKI MEGA SARI

H 0306069

SUMMARY

The Thesis is written based on results of research that aims to analyze the

costs, revenues, and profits in business of salt fish in Cilacap Regency. Analyzing the efficiency in the business of salt fish in Cilacap Regency. Analyzing the amount of risk in the business of salt fish in Cilacap Regency.

The basic method of this research is descriptive method. The research located in Cilacap Regency. Intake of location of distric and countryside of sample research done conducted intentionally (purposive) that is District of South Cilacap and four countryside, they are Cilacap, Sidakaya, Tambakreja and Tegalkamulyan by the reason, the districts is center of business of salt fish in Cilacap Regency. Amount 30 respondents found and gathered by using the proportional method. The data used in this research are primary and secondary data. The data are collected through an observation, interview and recording.

The result of this research shows that total average cost spent by those business of salt fish in Cilacap Regency is Rp19.438.078,20 per month. The average revenue for each of them is Rp33.216.666,67 per month and the profit is Rp13.778.588,47 per month.

The running business of salt fish in Cilacap Regency is efficient. It can be shown by efficiency value (R/C ratio) 1,71. It means that every one rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 1,71 times from the spending cost. The value of coefficient variation (CV) is 0,75 and the lowest profit value is minus Rp6.856.843,41. It means that the produsen of salt fish in Cilacap Regency have the loss opportunity with the loss around minus Rp6.856.843,41. Key word : Salt Fish, Profit, Efficiency, Risk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan

terbesar di dunia, sebagian wilayahnya berupa perairan yang di dalamnya

terdapat sumber daya laut yang melimpah. Dengan demikian, wilayah

perairan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan

secara optimal, terutama untuk sub sektor perikanan. Apabila pengelolaan

pembangunan sub sektor perikanan dilakukan secara tepat dan profesional,

maka sub sektor perikanan tersebut dapat menjadi keunggulan kompetitif

yang dapat menopang kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Produksi perikanan Indonesia secara umum berasal dari perikanan

budidaya dan perikanan tangkap. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan

Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta, produksi ikan di Indonesia

hingga tahun 2007 masih didominasi sektor penangkapan yang mencapai

61,53% dari total produksi. Berikut data yang dapat disajikan mengenai

produksi ikan di Indonesia.

Tabel 1. Produksi Ikan di Wilayah Indonesia Tahun 2004-2007 Tahun 2004 % 2005 % 2006 % 2007 %

Produksi Budidaya (ton)

1.468.610 24 2.163.674 31,50 2.682.596 36 3.088.800 38,47

Produksi Penangkapan (ton)

4.651.121 76 4.705.868 68,50 4.769.160 64 4.940.000 61,53

Total Produksi 6.119.731 100 6.869.542 100 7.451.756 100 8.028.800 100

Sumber: BPS dan DKP Jakarta, 2007

Sub sektor perikanan merupakan salah satu andalan utama sumber

pangan dan gizi bagi masyarakat di Indonesia. Ikan, selain sebagai sumber

protein, juga diakui sebagai “functional food” yang mempunyai arti penting

bagi kesehatan karena mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang

yang memiliki ikatan rangkap dan memiliki banyak atom C (terutama yang

tergolong asam lemak omega-3), vitamin serta makro dan mikro mineral

(Heruwati, 2002).

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih

reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh. Posisi ikatan rangkap

juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung, ikatan

rangkap semakin mudah bereaksi. Oleh karena itu, asam lemak Omega-3 dan

Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan dengan

asam lemak lainnya (Anonima, 2010).

Ikan sebagai makanan sehat memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Oleh karena itu, para ahli gizi telah banyak merekomendasikan ikan sebagai

makanan sehat yang perlu dimasukkan dalam menu makanan sehari-hari.

Ikan bahkan memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan daging

ayam dan daging sapi. Berikut merupakan data mengenai kandungan gizi

yang terdapat pada ikan mas, ikan kakap, ikan kembung, daging ayam dan

daging sapi.

Tabel 2. Kandungan Gizi Ikan Mas, Ikan Kakap, Ikan Kembung, Daging Ayam dan Daging Sapi

Zat Gizi Kandungan Gizi (per 100 gram)

Ikan Mas Ikan Kakap Ikan Kembung

Daging Ayam

Daging Sapi

Air (g) Protein (g)

80,0 16,0

77,0 20,0

76,0 22,0

- 18,2

66,0 18,8

Energi (K) 86,0 92,0 103,0 302 207,0 Lemak (g) 2,0 0,7 1,0 25,0 14,0 Kalsium (mg) 20,0 20,0 20,0 14,0 11,0 Besi (mg) 2,0 1,0 1,5 1,5 2,8 Vitamin A (SI) 150,0 30,0 30,0 810,0 30,0

Sumber: Effendi dan Oktariza, 2006

Berdasarkan Tabel 2 protein ikan yang terkandung pada ikan kakap

sebesar 20,0 g dan ikan kembung sebesar 22,0 g lebih tinggi daripada daging

ayam sebesar 18,2 g dan daging sapi sebesar 18,8 g. Daging ikan

mengandung lemak yang relatif rendah dibandingkan dengan daging ayam

dan daging sapi. Ikan mas mengandung lemak sebesar 2,0 g, ikan kakap

0,7 g, dan ikan kembung 1,0 g, lebih rendah daripada daging ayam sebesar

25,0 g dan daging sapi 14,0 g. Kandungan kalsium ikan juga relatif lebih

tinggi. Ikan mas, ikan kakap, dan ikan kembung mengandung kalsium

sebesar 20,0 mg lebih tinggi, daripada daging ayam sebesar 14,0 mg dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

daging sapi 11,0 mg. Oleh karena itu, ikan sangat baik dikonsumsi karena

kebaikan gizi yang terkandung di dalamnya.

Pada umumnya, bahan pangan protein hewani lebih bermutu daripada

bahan pangan protein nabati karena kandungan asam amino esensialnya lebih

banyak. Namun, secara umum bahan pangan protein hewani harganya lebih

mahal dibandingkan dengan bahan pangan protein nabati dan seringkali tidak

terjangkau oleh masyarakat berpendapatan rendah. Hal ini akan

mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, termasuk tingkat konsumsi

masyarakat terhadap ikan segar.

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia tergolong masih rendah,

yaitu baru 23 kg per kapita per tahun. Nilai tersebut jauh lebih rendah

dibandingkan dengan masyarakat Malaysia, Thailand, dan Singapura yang

konsumsi ikannya sudah melebihi 40 kg per kapita per tahun atau Amerika

Serikat yang sekitar 80 kg. Bahkan konsumsi masyarakat Jepang dan Korea

Selatan telah mencapai 140 kg per kapita per tahun. Padahal produk

perikanan tangkap Indonesia cukup tinggi di dunia atau mencapai 4,7 juta ton

pada tahun 2003 dan perikanan budi daya mencapai 1,3 juta ton

(Anonimb, 2010).

Tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu tingkat pendapatan, selera masyarakat, ketersediaan

produk perikanan dan sifat produk perikanan. Tingkat pendapatan dan selera

masyarakat merupakan faktor yang saling berhubungan dalam

mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan. Tingkat

konsumsi masyarakat berpendapatan rendah terhadap ikan segar lebih rendah

dibandingkan tingkat konsumsi terhadap bahan pangan nabati, seperti tempe

dan tahu karena bahan pangan protein hewani lebih mahal daripada bahan

pangan protein nabati. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh selera masyarakat,

beberapa masyarakat ada yang tidak menyukai bau amis ikan segar atau

bahkan alergi terhadap produk perikanan. Beberapa masyarakat yang

berpendapatan tinggi biasanya lebih memilih mengkonsumsi daging sapi

karena tidak menyukai bau amis ikan atau alergi terhadap ikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Ketersediaan produk perikanan yang tidak merata dan sifat produk

perikanan yang tidak tahan lama menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Ikan segar bersifat mudah

membusuk, setelah ditangkap ikan segar akan mengalami kekakuan dan

kemudian diikuti oleh proses pembusukan. Oleh karena itu, diperlukan

perlakuan khusus agar produk perikanan lebih tahan lama dan dapat

didistribusikan secara merata di setiap wilayah di Indonesia. Berikut

merupakan data mengenai distribusi penduduk dan produksi ikan menurut

wilayah di Indonesia.

Tabel 3. Distribusi Penduduk dan Produksi Ikan Menurut Wilayah di Indonesia

Wilayah Distribusi Penduduk (%)

Distribusi Produksi Ikan (%)

Indeks Ketersediaan Ikan/Kapita

(%) Jawa 59,30 28,80 0,49 Sumatera 20,80 27,30 1,31 Kalimantan 5,70 11,50 2,02 Kawasan Timur Indonesia 14,70 32,40 2,20

Sumber: Heruwati, 2002

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa ketersediaan ikan per kapita

yang sangat rendah dan distribusi ikan yang tidak merata di setiap wilayah di

Indonesia. Berdasarkan data FAO (Food and Agriculture Organization) pada

tahun 1993, indeks ketersediaan ikan per kapita sebesar 16 kg/tahun dengan

konsumsi protein ikan terhadap protein hewani sebesar 55%. Hal tersebut

memperlihatkan bahwa penyediaan protein di Indonesia termasuk besar,

yaitu 55%. Akan tetapi, keadaan tersebut belum memenuhi kondisi ideal

kecukupan gizi sebesar 26,55 kg ikan/kapita/tahun. Selain rendahnya angka

rata-rata ketersediaan ikan per kapita secara nasional dibandingkan dengan

angka kecukupan gizi, masalah lain yang muncul adalah tidak meratanya

distribusi ikan di setiap wilayah Indonesia. Wilayah yang merupakan pusat

produksi ikan di Kawasan Timur Indonesia, Kalimantan dan Sumatera,

menunjukkan angka ketersediaan ikan per kapita yang lebih besar

dibandingkan wilayah Jawa tetapi jumlah konsumen di wilayah Kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Timur Indonesia, Kalimantan dan Sumatera lebih sedikit dibandingkan

wilayah Jawa.

Permasalahan tersebut kemudian dapat diatasi dengan dilakukannya

pengolahan pasca tangkap dan pengawetan ikan sehingga produk perikanan

dapat bertahan lebih lama sebagai bahan pangan dan kemudian dapat

didistribusikan dari pusat produksi ke pusat konsumsi. Pada dasarnya usaha-

usaha tersebut pada mulanya hanya memanfaatkan proses-proses alami saja

yang dikerjakan secara tradisional, tetapi kemudian seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-

peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu

produknya. Produk-produk perikanan yang telah diolah dan diawetkan

meliputi berbagai macam yaitu ikan asin, ikan beku, pengalengan ikan, ikan

kering, ikan asap, ikan pindang, ikan peda dan lain-lain.

Salah satu produk olahan ikan yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia adalah ikan asin. Selain harganya yang lebih

terjangkau, ikan asin juga mudah diperoleh. Ikan asin juga memiliki

kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan segar. Menurut

Handajani (1994), kandungan protein ikan segar per 100 gram sebesar 17 %

sedangkan kandungan protein ikan asin per 100 gram sebesar 42 %.

Kandungan lemak ikan asin sebesar 1,50 % lebih rendah daripada ikan segar

yaitu sebesar 4,50 %. Hal ini menjadikan ikan asin lebih menguntungkan

dalam hal kesehatan.

Ikan asin diproses dari ikan laut untuk diawetkan secara tradisional.

Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air

dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk

berkembang biak. Hasil awetan yang bermutu tinggi dapat diperoleh dengan

perlakuan yang baik selama proses pengawetan seperti menjaga kebersihan

bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta

garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain

dengan cara penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan,

peragian, dan pendinginan ikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

dengan luas 2.142,59 km² dan terletak di pesisir Selatan Pulau Jawa.

Letaknya yang berada di pesisir Selatan Pulau Jawa menjadikan Kabupaten

Cilacap sebagai salah satu daerah pelabuhan ikan di Pulau Jawa. Berikut

merupakan data mengenai produksi perikanan di Kabupaten Cilacap.

Tabel 4. Produksi Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2008

No. Jenis Produksi Volume (kg) Volume (%) Nilai (Rp) Nilai

(%) 1. Produksi Ikan Penangkapan 6.266.340,58 69 45.543.572.445 51

a. Produksi Ikan Penangkapan di Perairan Umum (Sungai, Genangan dan Rawa)

436.046,00 4,80 4.601.237.300 5,15

b. Produksi Ikan Penangkapan di Laut 5.830.294,58 64,20 40.942.335.145 45,85

2. Produksi Ikan Budidaya 2.797.454,30 31 44.593.493.900 49

a. Produksi Ikan Budidaya Kolam 2.196.244,70 24,34 29.950.305.900 32,91

b. Produksi Ikan Budidaya Tambak 593.548,60 6,58 14.580.086.000 16,02

c. Produksi Ikan Budidaya Karamba 7.661 0,08 63.102.000 0,07

Jumlah 9.063.794,88 100 90.137.066.345 100 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap

Berdasarkan Tabel 4 diketahui produksi perikanan Kabupaten Cilacap

didominasi oleh produksi ikan penangkapan sebesar 69% daripada produksi

ikan budidaya sebesar 31%. Volume tertinggi terdapat pada produksi ikan

penangkapan di laut sebesar 5.830.294,58 kg. Jumlah produksi penangkapan

ikan di laut yang tinggi menunjukkan bahwa adanya ketersediaan ikan segar

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri/usaha, khususnya

untuk industri/usaha perikanan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat memicu

pertumbuhan ekonomi di sub sektor perikanan, seperti pada usaha

pengolahan ikan asin yang banyak berkembang di daerah pesisir atau daerah

yang merupakan kawasan pendaratan ikan.

Ikan asin merupakan salah satu produk ikan olahan yang menjadi

komoditi unggulan di Kabupaten Cilacap. Berikut merupakan data mengenai

komoditi unggulan di Kabupaten Cilacap.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tabel 5. Data Komoditi Unggulan Kabupaten Cilacap Tahun 2003

No Jenis Industri Nama Perusahaan Lokasi/ Kecamatan

Kapasitas/ Tahun

1 Semen PT. Semen Cibinong Tbk Cilacap Utara 4.100.000 ton

2 Pengalengan Udang

PT Juifa International Foods & Co

Cilacap Selatan 35.058 ton

3 Pembekuan ikan

PT. Daihan Teknik- Indo Unggul Cilacap Selatan 5000 ton

PT. Toxindo Prima Cilacap Selatan 540 ton PT Lautan M urti Cilacap Selatan 500 ton PT. Almina Utama Cilacap Tengah 600 ton

4 Sale Pisang Goreng Sentra Industri Kecil

Majenang, Kedungreja, Sidareja

144 ton

5 Ikan Asin Sentra Industri Kecil Cilacap Selatan 855 ton

6 Anyaman Bambu Sentra Industri Kecil Nusawungu 89.600 buah 7 Gula Kelapa Sentra Industri Kecil Kesugihan 156.600 kg

8 Hiasan Keramik Perseorangan Jeruklegi dan Cilacap Selatan 43.200 buah

9 Kerupuk Tengiri Citra rasa Cilacap Tengah 200 ton 10 Sriping sukun DJ Cilacap Tengah 132 ton 11 Lanting Sentra Industri Kecil Adipala 252 ton

12 Karet PT. Indo Java Rubber Planting Company

Cipari 3.633 ton

13 Tikar Pandan Sentra Industri Kecil Cimanggu 368.000 lembar

14 Kerupuk udang Eco DW Cilacap Selatan 100 ton

15 Gondorukem & Tepertin

Perum Perhutani Banyumas Barat Cimanggu 13.500 ton

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Cilacap

Berdasarkan Tabel 5 ikan asin merupakan salah satu komoditi

unggulan di Kabupaten Cilacap. Komoditas unggulan adalah suatu produk

yang telah mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya dan dapat

diperdagangkan/diekspor ke wilayah lain karena adanya surplus akan produk.

Sentra industri ikan asin tersebut tepatnya berada di Kecamatan Cilacap

Selatan dengan kapasitas produksi sebesar 855 ton per tahun. Hal ini

ditunjang oleh letak Kecamatan Cilacap Selatan yang dekat dengan pesisir

dan dekat dengan beberapa TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sehingga

memberikan dampak positif bagi ketersediaan bahan baku dalam usaha

pengolahan ikan asin tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. Perumusan Masalah

Sub sektor perikanan memiliki potensi yang dapat dikembangkan,

khususnya di wilayah Indonesia. Hal ini didukung oleh salah satu potensi

kekayaan alam wilayah Indonesia yang cukup besar berupa sumber daya

perikanan. Selain usaha penangkapan ikan dan budidaya yang telah

berkembang di Indonesia, usaha pengolahan hasil perikanan juga berpotensi

untuk dikembangkan seperti usaha pengolahan ikan asin. Usaha pengolahan

ikan asin dapat menghasilkan produk perikanan yang lebih tahan lama.

Dalam pelaksanaannya, usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap menghadapi risiko yaitu tidak adanya jaminan ketersediaan bahan

baku ikan laut secara kontinyu, harga bahan baku ikan laut yang fluktuatif,

serta usaha pengolahan ikan asin yang sangat bergantung pada faktor alam

berupa sinar matahari. Dengan adanya risiko tersebut, maka pengusaha ikan

asin harus membuat keputusan-keputusan dalam menjalankan usahanya.

Keadaan tersebuat membuat seorang pengusaha ikan asin perlu mengetahui

biaya-biaya, penerimaan, keuntungan, dan efisiensi agar dapat mengambil

keputusan dengan tepat, sehingga usaha pengolahan ikan asin dapat terus

berproduksi. Selain itu, pengusaha ikan asin juga perlu mengetahui tingkat

risiko agar dapat menekan risiko yang dapat menghambat keberlangsungan

usaha pengolahan ikan asin tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan

analisis usaha. Analisis usaha tersebut juga dapat digunakan untuk

mengetahui kinerja dari usaha pengolahan ikan asin.

Berkaitan dengan uraian di atas maka dalam penelitian ini akan

mengangkat beberapa permasalahan antara lain:

1. Berapa penerimaan, biaya dan keuntungan pada usaha pengolahan ikan

asin di Kabupaten Cilacap?

2. Berapa tingkat efisiensi usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap?

3. Berapa besarnya tingkat risiko usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghitung besarnya penerimaan, biaya dan keuntungan pada usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

2. Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap.

3. Menganalisis besarnya tingkat risiko usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam

penyusunan kebijakan pangan yang lebih baik di masa mendatang,

terutama dalam pengembangan usaha rumah tangga, seperti usaha

pengolahan ikan asin.

3. Bagi pengusaha pengolahan ikan asin, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi pengusaha

pengolahan ikan asin dalam rangka peningkatan usaha.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan sehingga dapat

mendorong munculnya usaha pengolahan ikan asin yang baru serta

sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ikan Asin

Komoditi ikan asin menurut Hadiwiyoto (1979) adalah produk

yang tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia, karena harganya murah dan

mudah dalam membuatnya. Bahan utama dalam pembuatan ikan asin

adalah garam sedangkan yang dapat dibuat ikan asin adalah hampir semua

jenis ikan, termasuk pula cumi-cumi, udang, daging kerang, teripang dan

sebagainya. Langkah-langkah dalam proses pembuatannya adalah sebagai

berikut :

a. Penyiangan

Ikan-ikan yang berukuran besar dibuang isi perutnya, kadang-kadang

dibuang sisiknya, kemudian dibelah. Beberapa jenis ikan dipotong

bagian kepalanya, misalnya jenis ikan tongkol (herring) dan ikan salem.

Cara-cara penyiangan yang banyak dikerjakan di beberapa daerah

kadang-kadang berlainan, namun pada umumnya perbedaannya tidak

banyak.

b. Pencucian

Pencucian dengan air bersih dilakukan untuk menghilangkan bekas-

bekas darah, sisik dan kotoran lainnya. Kadang-kadang untuk pencucian

ini digunakan larutan garam ringan sebagai penggaraman awal dengan

kadar garam rendah agar ikan yang ditangkap tidak membusuk ketika

masih di kapal. Apabila penggaraman dikerjakan di tengah laut (di

kapal-kapal penangkap ikan), maka untuk pencucian digunakan air laut.

c. Penggaraman

Penggaraman yang masih tradisional hanya dikerjakan dengan cara

menaburkan kristal-kristal garam pada permukaan ikan atau

menyikatnya dengan larutan garam atau campuran antara kristal garam

dan larutan garam. Pada penggaraman yang sudah maju, digunakan alat-

alat yang dapat memasukkan larutan garam ke dalam daging ikan.

10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

d. Pengeringan dan Pengepakan

Setelah penggaraman selesai dikerjakan, ikan lalu dijemur atau

dikeringkan dengan cara mekanis. Pengeringan hanya bertujuan

mengurangi sedikit kadar air, supaya produk ikan asin tidak nampak

berair. Jadi, pengeringan tidak sampai ikan asinnya menjadi benar-benar

kering. Bila pengeringan dianggap cukup, lalu dipak dan dapat dijual ke

pasar-pasar.

Gambar 1. Skema Penggaraman Ikan

Menurut Astawan dan M. Astawan (1989), langkah penggaraman

pada ikan asin pada prinsipnya bersifat menarik air dari jaringan daging

ikan sehingga protein daging ikan akan menggumpal dan sel daging pun

mengerut. Penggaraman juga dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pembusuk tetapi dengan kadar garam tingkat tinggi.

Dengan langkah pengeringan berikutnya, maka kadar air ikan yang

digarami tersebut akan berkurang dan membentuk keadaan yang tidak

memungkinkan mikroorganisme pengganggu untuk tumbuh. Oleh sebab

Ikan Segar

Penyiangan

Pencucian

Penggaraman

Pengeringan

Pengepakan

Penyimpanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

itu, jumlah garam yang ditambahkan sebaiknya diperhitungkan benar

supaya tidak terlalu tinggi, sehingga ikan asin dapat dikonsumsi lebih

banyak sebagai sumber protein dalam usaha peningkatan konsumsi protein

penduduk. Jumlah penambahan garam sangat tergantung pada kesegaran

ikan, besar kecilnya ikan serta lama pengawetan ikan. Sedangkan mutu ikan

asin, selain ditentukan oleh jumlah garam yang ditambahkan, juga oleh

tingkat kemurnian garam yang digunakan.

Ikan asin dapat bertahan dalam kondisi baik selama 2-3 bulan pada

suhu di bawah 10ºC. Pada suhu di atas 15ºC kerusakan terjadi agak cepat.

Ikan asin dapat stabil karena tiga faktor yaitu :

a. Kerja langsung dari sodium khlorida pada jenis-jenis organisme

pembusuk protein (putrefractive).

b. Penghilangan oksigen dari jaringan yang mencegah pertumbuhan

mikroorganisme.

c. Gangguan sodium khlorida terhadap kegiatan enzim proteolitik dalam

daging (Buckle et al, 1985).

2. Pengolahan Pasca Panen

Tujuan menyediakan dan mempertahankan sifat segar hasil

perikanan merupakan tujuan utama dalam penangkapan pasca tangkap.

Sifat segar hasil perikanan dapat dipertahankan dengan menurunkan suhu

ikan dan lingkungannya, seperti perlakuan pendinginan dengan mesin

pendingin dan pendinginan dengan es. Perlakuan pendinginan dengan es

lebih banyak dilakukan oleh para nelayan yang kapalnya tidak dilengkapi

dengan mesin pendingin. Perlakuan pendinginan dengan mesin pendingin

banyak dilakukan oleh kapal-kapal besar yang dilengkapi dengan unit

pendingin. Pendinginan dengan es memiliki beberapa kelemahan yaitu air

murni lebih cepat mencair dan biasanya es terbuat dari air yang tidak bersih

sehingga dapat menyebabkan hasil perikanan yang cepat rusak

(Hadiwiyoto, 1993).

Pengolahan perikanan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah

produk perikanan, baik yang berasal dari perikanan tangkap maupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

akuakultur. Usaha ini juga bertujuan untuk mendekatkan produk perikanan

ke pasar dan diterima oleh konsumen secara lebih luas. Selain itu,

pengolahan perikanan dapat berperan dalam menstabilkan ketersediaan

produk perikanan di pasar. Melalui pengolahan, permasalahan produk

perikanan yang antara lain bersifat musiman (terutama produk perikanan

tangkap), fluktuatif, mudah busuk dan membutuhkan penyimpanan khusus

dapat diatasi sampai batas-batas tertentu. Usaha pengolahan perikanan

bertujuan untuk memproduksi makanan dan bahan baku industri.

Pengolahan perikanan untuk tujuan memproduksi makanan, meliputi antara

lain pengeringan, pengasinan, pengasapan, pemindangan, pengalengan dan

kegiatan pengolahan lainnya yang merubah sama sekali bentuk atau

morfologi bahan baku, seperti sosis, bakso, burger dan nugget ikan (Effendi

dan Oktariza, 2006).

3. Pengolahan Ikan Asin

Penggaraman merupakan bentuk pengawetan kuno yang masih

banyak digunakan hingga sekarang. Secara umum terdapat dua cara yang

digunakan yaitu penggaraman kering dan penggaraman basah.

Penggaraman kering dimana garam yang dihamburkan antara lapisan ikan

yang telah diambil isi perutnya dan dibersihkan. Perbandingan garam

terhadap ikan bervariasi antara 10-35%. Garam menarik air pada waktu

meresap mengakibatkan denaturasi protein. Daging menjadi berwarna

keruh (opaque) dan tidak lengket serta menjadi mudah hancur. Proses ini

memakan waktu selama 14-16 hari, kadar garam pada daging naik menjadi

kira-kira 20 dan ikan kehilangan 30% dari berat semula. Produk ikan yang

digarami dan disebut green cure kemudian dikeringkan sampai keras

dengan alat pengering buatan ataupun di udara terbuka. Penggaraman basah

(wet atau pickle curing), dimana ikan yang telah diambil isi perutnya dan

dibersihkan diletakkan dalam tong berisi larutan yang terdiri dari garam dan

cairan ikan. Proses ini selesai kira-kira dalam 20 hari (Buckle et al, 1985).

Ikan asin merupakan salah satu produk pengolahan perikanan

tradisional yang paling sederhana dibandingkan dengan produk pengolahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

lainnya. Produk ini dihasilkan dari proses pengasinan (penggaraman)

dengan pengeringan. Dalam proses pengeringan, kadar air ikan berkurang

hingga tersisa 20-35%, sehingga mikroorganisme pengurai tidak

berkembang dan ikan lebih awet sampai batas waktu tertentu. Industri ikan

asin berkembang di sekitar sentra produksi perikanan, antara lain tempat

pendaratan ikan, tangkahan (tempat pendaratan ikan milik swasta), tempat

pelelangan ikan dan pelabuhan perikanan (Effendi dan Oktariza, 2006).

4. Klasifikasi Industri

Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan

atau pendekatan. Di Indonesia, industri dapat digolongkan antara lain

berdasarkan kelompok komoditas, berdasarkan skala usaha dan berdasarkan

hubungan arus produknya. Penggolongan yang paling universal ialah

berdasarkan ”Baku Internasional Klasifikasi Industri” (International

Standard of Industrial Classification, ISIC). Penggolongan menurut ISIC

ini didasarkan atas pendekatan kelompok komoditas, yang secara garis

besar dibedakan menjadi 9 golongan, yaitu:

a. Industri makanan, minuman dan tembakau.

b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.

c. Industri kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah

tangga.

d. Industri kertas dan barang-barang dari kertas, pencetakan dan

penerbitan.

e. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu

bara, karet dan plastik.

f. Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara.

g. Industri logam dasar.

h. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya.

i. Industri pengolahan lainnya, (Dumairy, 1996).

Industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja, besar

kecilnya modal dan lain-lain. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri

dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga

kerja berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja

berjumlah antara 5-19 orang.

c. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah

karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja

berjumlah antara 100 orang atau lebih (Godam, 2006).

5. Biaya

Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak bergantung pada perubahan jumlah

produksi, misalnya biaya penyusutan peralatan. Biaya variabel adalah biaya

yang dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Semakin besar kapasitas

produksi maka semakin besar biaya yang dibutuhkan dan sebaliknya

(Suryani et al, 2005).

Menurut Daniel (2002), biaya produksi adalah sebagai kompensasi

yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya

yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi baik secara tunai

maupun tidak tunai. Pada analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam

beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang

dikerjakan, yaitu sebagai berikut :

a. Biaya uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tunai,

misalnya upah kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah,

termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisida dan

lain-lain. Biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan mungkin pajak-

pajak dibayarkan dalam bentuk natura.

b. Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar

kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa

atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya variabel adalah biaya yang

besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi,

misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c. Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi

antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya

marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha

untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat

produksi tertentu.

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan di sektor

industri pengolahan dapat dirinci atas biaya bahan baku, biaya bahan lain,

biaya sewa kapital dan biaya jasa-jasa. Jumlah dari keempat macam biaya

ini dinamakan biaya masukan. Nilai keluaran dikurangi biaya masukan

disebut nilai tambah. Di samping itu, tentu saja dikeluarkan biaya tenaga

kerja yang terdiri atas gaji, upah serta berbagai macam tunjangan dan

bonus. Biaya tenaga kerja merupakan bagian dari nilai tambah yang

dihasilkan oleh suatu industri. Biaya masukan ditambah biaya tenaga kerja

kemudian membentuk biaya total. Selisih antara nilai keluaran dan biaya

total merupakan keuntungan kotor/profit bruto (Dumairy, 1996).

6. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi

berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika

produksi berlebihan.

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin

tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total

yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang

dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang

diterima produsen semakin kecil (Soejarmanto dan Riswan, 1994).

7. Keuntungan

Menurut Lipsey et al (1990) laba adalah selisih antara pendapatan

yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari sumberdaya

yang digunakan. Definisi yang lain masih menurut Lipsey et al, laba

sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya yang dikeluarkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Menurut Lipsey et al (1990), keuntungan adalah selisih antara

pendapatan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari

sumberdaya yang digunakan. Definisi yang lain masih menurut Lipsey dkk,

keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya yang

dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC atau π = Q x P – (TFC + TVC)

dimana :

π = keuntungan

TR (Total Revenue) = penerimaan total

TC (Total Cost) = biaya total usaha

Q (Quantity) = jumlah produksi

P (Price) = harga

TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap

TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel

8. Efisiensi

Efisiensi menurut ekonomi terkait dengan penggunaan biaya.

Metode yang paling efisien menurut ekonomi ialah metode yang paling

kecil biayanya. Efisiensi menurut ekonomi tergantung pada harga-harga

faktor produksi dan pada efisiensi teknologi (terkait dengan penggunaan

masukan dalam arti fisik). Jika output yang dihasilkan sama, maka proses

yang terbaik adalah yang menggunakan masukan yang paling sedikit atau

dengan kata lain, proses yang secara teknis paling efisien

(Lipsey dan Steiner, 1986).

Besarnya efisiensi dapat diukur menggunakan R/C ratio. R/C

adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan

(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat

dituliskan sebagai berikut :

Efisiensi = R/C

Keterangan :

R = Penerimaan

C = Biaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien,

R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien (Soekartawi, 1995).

R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan

biaya total. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula

keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai bila petani

mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efisien (Soekartawi, 2001).

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi

yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau

nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang

bersangkutan dan dikatakan efisiesi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut

mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga

(Soekartawi, 2003).

9. Risiko

Menurut Riyanto (1995), suatu kondisi yang lebih realistis yang

dihadapi oleh pimpinan perusahaan adalah risiko. Dalam pengertian risiko

terdapat sejumlah kemungkinan hasil yang diketahui, atau kemungkinan

terjadinya suatu peristiwa di antara kejadian seluruhnya yang mungkin

terjadi. Dengan demikian, maka risiko suatu investasi dapat diartikan

sebagai probabilitas tidak dicapainya tingkat keuntungan yang diharapkan

atau kemungkinan return yang diterimanya menyimpang dari yang

diharapkan.

Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti

ketidakpastian adalah kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko karena

mengakibatkan keragu-raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk

meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa

mendatang. Di mana kondisi yang tidak pasti itu karena berbagai sebab

antara lain :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan

itu berakhir atau menghasilkan, di mana semakin panjang tenggang

waktunya semakin besar ketidakpastiannya.

b. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam

penyusunan rencana.

c. Keterbatasan pengetahuan atau kemampuan atau teknik pengambilan

keputusan dari perencana (Djojosoedarso, 1999).

Tugas seorang ahli keuangan selain mempertahankan kelestarian

perusahaan juga menambah kekayaan perusaan yang pada akhirnya berarti

menambah kekayaan pemilik atau para pemiliknya. Dilihat dari sudut

kepentingan perusahaan, kekayaan pemilik perusahaan tersebut merupakan

kegunaan para pemilik yang dapat dimanfaatkan dalam mengelola

perusahaan. Kegunaan pemilik (utility) adalah fungsi dari hasil yang

diharapkan dan risiko. Semakin tinggi risiko yang harus dihadapi, semakin

tinggi pula hasil yang diharapkan (Kadarsan, 1995).

Risiko yang ditanggung oleh petani menurut Hernanto (1993) dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu risiko produksi dan risiko harga. Risiko

produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensitas serangan hama

penyakit dan faktor-faktor teknis biaya yang berada di luar kontrol petani.

Risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang

ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Petani pada

umumnya berada di pihak yang kalah sebagai price taker, sehingga tidak

mampu mengubah keseimbangan pasar yang berlaku secara individual.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Zaenuri (2004), yang berjudul Analisis Usaha Pengolahan

Ikan Asin di Kota Pekalongan, menyebutkan bahwa tingkat efisiensi usaha

pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan sebesar 1,27. Efisiensi pengolahan

ikan asin ini dapat diketahui dengan membandingkan jumlah penerimaan

dengan besarnya biaya total (R/C ratio). Tingkat efisiensi sebesar 1,27 berarti

bahwa usaha pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan efisien. Hal tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menunjukkan bahwa setiap satu satuan korbanan yang dikeluarkan dapat

menghasilkan 1,27 satuan produk. Efisiensi dalam usaha pengolahan ikan asin

terkait langsung dengan fluktuasi harga bahan baku dan harga produk dari ikan

asin di pasar. Hal tersebut dikarenakan dua faktor tersebut merupakan faktor

yang sangat berpengaruh terhadap besarnya penerimaan pada suatu proses

produksi atau tingkat produksi tertentu (dalam arti bahwa dalam tingkat

produksi yang sama dapat terjadi tingkat efisiensi yang berbeda). Peningkatan

efisiensi dapat dilakukan dengan penggunaan faktor produksi secara lebih

optimal, terutama pada penggunaan tenaga kerja. Faktor produksi inilah yang

paling fleksibel dengan keputusan manajemen berkaitan dengan tingkat

produksi.

Biaya rata-rata usaha pengolahan ikan asin per bulan Rp

73.346.795,05; penerimaan Rp 91.772.440,00 dan keuntungan Rp

20.467.564,95. Nilai koefisien variasi (0,71) dan batas bawah keuntungan

yang didapat sebesar minus Rp 8.509.183,20. Keadaan tersebut menunjukkan

bahwa usaha pengolahan ikan asin berisiko untuk dijalankan. Risiko usaha

merupakan kemungkinan kerugian yang dapat diderita oleh pengusaha. Risiko

usaha pengolahan ikan asin tersebut dapat diakibatkan oleh adanya fluktuasi

jumlah dan harga bahan baku, serta fluktuasi harga produk. Besarnya risiko

usaha diketahui dengan membandingkan simpangan baku keuntungan yang

diterima pengusaha dengan rata-rata keuntungan yang diterima pengusaha

tersebut. Simpangan baku nilainya sangat dipengaruhi oleh fluktuasi

keuntungan yang diterima oleh pengusaha.

Keuntungan rata-rata yang diterima oleh pengusaha per bulan adalah

Rp 20.467.564,95 dengan fluktuasi keuntungan berkisar Rp 14.488.374,07

sehingga didapat koefisien variasi sebesar 0,71 dari keuntungan rata-rata.

Semakin tinggi nilai koefisien variasi, semakin besar risiko yang dihadapi oleh

pengusaha. Nilai fluktuasi yang ada pada usaha pengolahan ikan asin lebih

besar dari nilai standar koefisien variasi yaitu sebesar 0,71 sehingga usaha

pengolahan ikan asin berisiko untuk dijalankan dengan nilai batas bawah

keuntungan yang diterima oleh pengusaha mencapai minus Rp 8.509.183,20.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Hal tersebut berarti pengusaha harus berani menanggung kemungkinan

kerugian sebesar Rp 8.509.183,20.

Penelitian Rokhimawati (2009) yang berjudul Analisis Usaha

Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Pekalongan, menyebutkan bahwa rata-

rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh setiap produsen ikan asin adalah sebesar

Rp 7.599.768,90. Biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal investasi

memiliki proporsi yang cukup besar pada biaya tetap. Sebenarnya kedua biaya

tersebut tidak riil dikeluarkan oleh produsen, tetapi karena dalam penelitian ini

menggunakan konsep keuntungan maka biaya-biaya tersebut tetap dimasukkan

dalam perhitungan. Biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan produsen ikan

asin sebesar Rp 423.602.500,00. Kontribusi biaya variabel yang paling besar

berasal dari biaya bahan baku. Tingginya rata-rata biaya untuk bahan baku

ikan asin ini yang menyebabkan tingginya biaya investasi dalam usaha

pengolahan ikan asin. Hal inilah yang menjadi hambatan bagi masuknya

produsen pengolahan ikan asin baru.

Produk utama yang dihasilkan oleh usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Pekalongan pada saat penelitian berlangsung adalah ikan asin

layang, ikan asin lemuru, ikan asin tongkol dan ikan asin bentong. Jenis ikan

yang dihasilkan sebagai produk utama setiap bulannya berbeda-beda. Keadaan

tersebut dipengaruhi oleh musim ikan yang terjadi pada bulan tersebut. Jenis

ikan asin yang paling banyak diproduksi oleh produsen ikan asin di Kabupaten

Pekalongan pada saat penelitian adalah ikan asin layang sehingga penerimaan

yang diperoleh dari ikan asin layang paling banyak dibandingkan dengan jenis

ikan asin lainnya. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penerimaan total

lebih besar dari biaya total sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh pada

usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Pekalongan sebesar Rp 7.133.564,43

per bulan. Perbedaan keuntungan yang diperoleh masing-masing produsen

dipengaruhi oleh perbedaan besarnya jumlah ikan asin yang diproduksi, jenis

ikan asin yang dibuat dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk produksi ikan

asin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berdasarkan kriteria, dengan nilai koefisien variasi sebesar 1,04

(CV>0,5) dan nilai batas bawah keuntungan sebesar negatif Rp 7.726.147,63

(L<0) berarti dalam usaha pengolahan ikan asin ini dalam setiap bulannya

produsen harus berani menanggung kerugian uang sebesar Rp 7.726.147,63.

Risiko yang dihadapi produsen ikan asin di Kabupaten Pekalongan tinggi

karena ada dua risiko yang harus dihadapi yaitu risiko harga dan risiko usaha.

Risiko harga yang dihadapi oleh produsen adalah adanya fluktuasi harga bahan

baku ikan asin. Sedangkan risiko usaha terjadi dalam proses produksi, dimana

faktor cuaca memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses produksi.

Nilai efisiensi dari usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Pekalongan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,02. Nilai efisiensi usaha 1,02

berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh produsen ikan asin

akan didapatkan penerimaan 1,02 kali biaya yang telah dikeluarkan tersebut.

Berdasarkan kriteria yang digunakan, maka usaha pengolahan ikan asin ini

sudah efisien karena nilai efisiensi lebih dari 1. Hal itu sesuai dengan

pendugaan yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha pengolahan

ikan asin yang dijalankan di Kabupaten Pekalongan sudah efisien.

Kedua penelitian tersebut dilakukan di Kota Pekalongan dan

Kabupaten Pekalongan. Kedua penelitian tersebut menyebutkan bahwa usaha

pengolahan ikan asin yang dilakukan efisien dan menghasilkan keuntungan,

namun tetap memiliki risiko usaha yang tinggi dengan kemungkinan

menderita kerugian. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dapat

dijadikan acuan dalam penelitian Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin Di

Kabupaten Cilacap. Secara umum, analisis yang disajikan dalam penelitian ini

hampir sama dengan penelitian terdahulu, namun penelitian ini memberikan

gambaran yang berbeda karena lokasi penelitian yang dipilih berbeda dengan

penelitian terdahulu sehingga dapat menambah informasi mengenai usaha

pengolahan ikan asin. Selain itu, berdasarkan penelitian-penelitian diatas

diketahui bahwa permasalahan yang diteliti hampir sama dengan penelitian

Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap yaitu tentang

tingkat keuntungan, risiko dan efisiensi, maka hasil dari analisis penelitian-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

penelitian diatas dapat diterapkan dalam penentuan hipotesis penelitian ini.

Meskipun penelitian-penelitian diatas memberikan keuntungan dan telah

efisien, akan tetapi usaha-usaha tesebut tetap mempunyai kemungkinan

adanya kerugian, yang artinya usaha yang dijalankan tetap mengandung risiko.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usaha pengolahan ikan asin merupakan salah satu industri berbasis

pengolahan hasil perikanan yang dilakukan secara tradisional dan sederhana.

Namun, adanya tingkat risiko yang cukup tinggi dalam usaha pengolahan ikan

asin maka diperlukan analisis usaha. Seorang pengusaha akan selalu

menjalankan usahanya untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Oleh karena itu, pembuatan keputusan yang tepat perlu dilakukan agar dapat

menekan tingkat risiko dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total

yang dikeluarkan. Analisis biaya dimanfaatkan oleh pengusaha dalam

mengambil suatu keputusan. Biaya adalah nilai korbanan yang dicurahkan

dalam proses produksi. Proses produksi disebut sebagai suatu proses berupa

input (ikan segar) diubah menjadi output (ikan asin). Biaya total usaha

pengolahan ikan asin merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan,

yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Rumus biaya total secara

matematis adalah:

TC = TFC + TVC

Di mana:

TC = biaya total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TFC = total biaya tetap usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TVC = total biaya variabel usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Menurut Soekartawi et al (1987), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya

yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Biaya tetap

menjadi sangat penting ketika seorang pengusaha memikirkan tambahan

investasi, seperti peralatan, tenaga kerja, mesin atau bangunan. Biaya tidak

tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

demikian biaya tetap pada usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap

yang dikeluarkan terdiri dari penyusutan alat, bunga modal investasi dan biaya

tenaga kerja. Sedangkan biaya variabel pada usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap yang dikeluarkan terdiri dari biaya bahan baku, biaya

pelengkap, biaya pengemasan dan biaya transportasi. Penjumlahan dari biaya

tetap dan biaya variabel tersebut kemudian merupakan biaya total.

Proses produksi pada pengolahan ikan asin dapat memberikan dampak

terhadap penerimaan yang diterima oleh pengusaha ikan asin. Menurut

Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual. Secara matematis, rumus penerimaan adalah

sebagai berikut:

TR = Q x P

Di mana:

TR = penerimaan total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Q = jumlah produksi ikan asin (kilogram)

P = harga ikan asin (rupiah)

Pengusaha yang rasional akan senantiasa berusaha mendapatkan

keuntungan yang maksimal dengan penggunaan input yang seminimal

mungkin. Menurut Soekartawi et al (1987) keuntungan adalah selisih antara

penerimaan total dan biaya-biaya. Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut:

π = TR – TC

di mana:

π = keuntungan usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TR = penerimaan total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TC = biaya total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Selain berusaha mencapai keuntungan yang maksimal, pengusaha juga

memperhatikan efisiensi usaha. Efisiensi usaha dihitung dengan menggunakan

R/C rasio yaitu membandingkan besarnya penerimaan dengan biaya total.

Penilaian efisiensi usaha memiliki kriteria-kriteria antara lain yaitu R/C > 1

berarti usaha pengolahan ikan asin yang dijalankan sudah efisien; R/C = 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

berarti usaha pengolahan ikan asin mencapai titik impas dan R/C < 1 berarti

usaha pengolahan ikan asin yang dijalankan tidak efisien. Secara matematis

efisiensi dirumuskan sebagai berikut:

Efisiensi = CR

keterangan :

R = penerimaan usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

C = biaya total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Dalam setiap usaha yang dijalankan, pengusaha akan menghadapi

risiko atas kegiatan usaha tersebut. Risiko dapat dihitung secara statistik, yaitu

dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku

(standar deviation), secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

)1()( 2

−−∑

=n

EEiV

keterangan:

V = simpangan baku

Ei = keuntungan usaha pengolahan ikan asin yang diterima produsen (rupiah)

E = keuntungan rata-rata usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

n = jumlah produsen ikan asin (orang)

Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur

dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Rumus

koefisien variasi adalah:

CV = V

E

keterangan:

CV = koefisien variasi usaha pengolahan ikan asin

V = simpangan baku usaha pengolahan ikan asin

E = keuntungan rata-rata usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang

harus ditanggung oleh produsen semakin besar dibanding dengan

keuntungannya. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

terendah yang mungkin diterima oleh produsen. Rumus batas bawah

keuntungan adalah:

L = E – 2 V

keterangan:

L = batas bawah keuntungan usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

V = simpangan baku usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Apabila nilai L ≥ 0, maka produsen tidak akan mengalami kerugian.

Sebaliknya jika nilai L < 0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses

produksi ada peluang kerugian yang akan dialami produsen. Besarnya

keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan

yang diperoleh produsen dalam setiap periode produksi. Sedangkan nilai V

(simpangan baku) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin

diperoleh atau dengan kata lain merupakan besarnya risiko yang harus

ditanggung oleh para produsen. Nilai koefisien variasi dan batas bawah

keuntungan (L) secara tak langsung menyatakan aman tidaknya modal yang

ditanam dari kemungkinan mendapatkan kerugian. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0

menyatakan bahwa produsen tidak akan mengalami kerugian dan nilai CV >

0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan dialami produsen

(Hernanto, 1993).

Berdasarkan uraian teori di atas dapat digambarkan kerangka teori

pendekatan masalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Ikan asin adalah ikan laut yang telah mengalami proses pengolahan dengan

menggunakan metode penggaraman dan diikuti metode pengeringan

dengan menggunakan sinar matahari.

2. Usaha pengolahan ikan asin adalah usaha yang mengolah ikan laut secara

tradisional dengan menggunakan metode penggaraman dan diikuti metode

pengeringan dengan menggunakan sinar matahari.

3. Analisis usaha pengolahan ikan asin adalah penelitian terhadap

kelangsungan usaha pengolahan ikan asin dengan meninjau dari berbagai

hal yang meliputi biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi serta risiko

usaha.

Usaha Pengolahan Ikan Asin

Masukan (input) Proses Produksi Keluaran (output)

Biaya Tetap: a. Biaya penyusutan alat b. Bunga modal

investasi c. Biaya tenaga kerja

Biaya variabel : a. Biaya bahan baku b. Biaya bahan pelengkap c. Biaya pengemasan d. Biaya transportasi

Biaya Total

Penerimaan Total

• Keuntungan • Efisiensi • Risiko

Risiko Harga Risiko Produksi

Risiko Pasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. Produsen ikan asin adalah pengusaha ikan asin yang mengolah ikan laut

sebagai bahan baku utama pembuatan ikan asin.

5. Harga ikan asin adalah nilai yang dibayarkan oleh konsumen terhadap ikan

asin, dinyatakan dalam satuan rupiah.

6. Hasil produksi ikan asin adalah jumlah ikan asin yang dihasilkan,

dinyatakan dalam satuan kilogram.

7. Penerimaan adalah nilai hasil perkalian antara jumlah produk ikan asin

dengan harga yang berlaku, dinyatakan dalam satuan rupiah.

8. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan adanya perubahan

jumlah produk yang dihasilkan, antara lain biaya penyusutan alat, biaya

modal investasi dan biaya tenaga kerja (dinyatakan dalam satuan rupiah).

a. Biaya penyusutan alat adalah pengurangan nilai peralatan-peralatan

(barang modal) karena peralatan tersebut terpakai dalam proses

produksi atau karena faktor waktu, yang dinyatakan dalam satuan

rupiah. Biaya penyusutan alat dapat dihitung menggunakan metode

garis lurus. Menurut Hernanto (1993), perhitungan dengan cara metode

garis lurus menggunakan dasar fikiran bahwa alat yang dipergunakan

menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Secara matematis

penyusutan alat dirumuskan sebagai berikut:

Biaya penyusutan alat per tahun = isumurekonom

nilaiakhirnilaiawal −

b. Biaya bunga modal investasi adalah besarnya modal yang

diinvestasikan, dinyatakan dalam satuan rupiah. Dengan kata lain, biaya

bunga modal investasi merupakan perkalian antara jumlah investasi

yang dikeluarkan oleh produsen dengan suku bunga pinjaman.

c. Suku bunga pinjaman yang digunakan dalam perhitungan biaya bunga

modal investasi berdasarkan bunga pinjaman Bank BRI bulan Juli 2010

sebesar 1,93% per bulan.

9. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah

produk yang dihasilkan, antara lain biaya bahan baku, biaya pengemasan

dan biaya transportasi (dinyatakan dalam satuan rupiah).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

10. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total,

dinyatakan dalam rupiah.

11. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

total.

12. Risiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi yang dihadapi oleh

pengusaha pengolahan ikan asin.

E. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari biaya,

penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, dan risiko usaha dari pengolahan

ikan asin di Kabupaten Cilacap.

2. Penelitian ini menggunakan data produksi selama 1 bulan yaitu bulan Juli

2010.

F. Hipotesis

1. Diduga usaha pengolahan ikan asin yang diusahakan menguntungkan.

2. Diduga usaha pengolahan ikan asin yang diusahakan sudah efisien.

3. Diduga usaha pengolahan ikan asin yang diusahakan memiliki risiko.

G. Asumsi

1. Kondisi iklim berpengaruh normal terhadap hasil tangkapan ikan laut.

2. Hasil produksi dijual seluruhnya.

3. Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya

karena aset rumah mempunyai fungsi ganda (Multi Use).

4. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam usaha pengolahan ikan

asin menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar

keluarga.

5. Teknologi yang digunakan selama penelitian dianggap tetap.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada

masa sekarang. Menurut Surakhmad (1994), ada sifat-sifat tertentu yang pada

umumnya terdapat dalam metode deskriptif sehingga dapat dipandang sebagai

ciri, yakni bahwa metode itu:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian

survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sengaja di Kabupaten Cilacap.

Kemudian dari Kabupaten dipilih satu kecamatan secara purposive

sampling yaitu penentuan daerah penelitian secara sengaja berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian

(Singarimbun dan Effendi, 1995). Kecamatan yang dipilih berdasarkan

pada pertimbangan bahwa di kecamatan tersebut memiliki jumlah unit

pengolah yang terbesar. Berikut merupakan data mengenai jumlah unit

pengolah menurut kecamatan yang berada di Kabupaten Cilacap.

30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 6. Jumlah Unit Pengolah Menurut Kecamatan pada Tahun 2008 di Kabupaten Cilacap

Nama Kecamatan Jumlah Unit Pengolah Dayeuhluhur 1 Wanareja 0 Majenang 1 Cimanggu 0 Karangpucung 0Cipari 0 Sidareja 0 Kedungreja 0 Patimuan 3 Gandrungmangu 0 Bantarsari 0 Kawunganten 0 Kampung Laut 0 Jeruklegi 0 Kesugihan 57 Adipala 22 Maos 0 Sampang 0 Kroya 0 Binangun 0 Nusawungu 13 Cilacap Selatan 96 Cilacap Tengah 32 Cilacap Utara 49

Jumlah 278 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap

Berdasarkan Tabel 6 diketahui jumlah unit pengolah terbesar

berada di Kecamatan Cilacap Selatan. Berdasarkan data Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Cilacap pada tahun 2008, unit pengolah yang

terdapat di Kecamatan Cilacap Selatan terdiri dari berbagai jenis antara

lain yaitu pengalengan (1 unit), pembekuan (1 unit),

penggaraman/pengeringan (60 unit), pemindangan (13 unit),

pengasapan/pemanggangan (1 unit), peragian/fermentasi (6 unit),

penanganan produk segar (9 unit) dan lainnya (5 unit). Selain itu,

Kecamatan Cilacap Selatan merupakan wilayah sentra industri kecil ikan

asin di Kabupaten Cilacap. Dengan pertimbangan tersebut, kemudian

dipilih Kecamatan Cilacap Selatan. Kecamatan Cilacap Selatan terletak di

wilayah pesisir pantai sehingga banyak penduduk yang bekerja sebagai

pengolah hasil perikanan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Pengambilan desa sampel dilakukan setelah dipilih satu kecamatan

yaitu Kecamatan Cilacap Selatan. Pengambilan desa sampel dipilih

berdasarkan pertimbangan bahwa di desa tersebut terdapat unit usaha yang

bergerak dalam usaha pengolahan ikan asin. Berikut merupakan data

mengenai jumlah unit usaha dan nilai produksi per bulan menurut desa di

Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap.

Tabel 7. Jumlah Unit Usaha Pengolahan Ikan Asin dan Nilai Produksi per Bulan (Juta Rp) Menurut Desa di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap

No Desa/Kelurahan Unit Usaha Nilai Produksi per Bulan (Juta Rp) 1. Cilacap 25 257 3. Tegalkamulyan 29 164,85 4. Sidakaya 4 125,2 5. Tambakreja 2 47,5

Jumlah 60 594,55 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa di Kecamatan Cilacap

Selatan terdapat empat desa yang memiliki jumlah unit usaha yang

bergerak dalam usaha pengolahan ikan asin dengan nilai produksi per

bulan yang bervariasi. Dengan pertimbangan tersebut dipilih empat desa

sampel yaitu Cilacap, Tegalkamulyan, Sidakaya, dan Tambakreja.

2. Metode Pengambilan Responden

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) data yang dianalisis

harus menggunakan sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti

distribusi normal. Sampel yang jumlahnya besar yang berdistribusi normal

adalah jumlahnya ≥ 30.

Pemilihan sampel dilakukan secara simple random sampling

(sampel acak sederhana) maksudnya adalah sebuah sampel yang diambil

sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka

besarnya kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk terpilih juga

berbeda-beda. Misalnya besar populasi adalah N, sedangkan unsur dalam

sampel (sample size) adalah n, maka besar kesempatan bagi tiap satuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

elementer untuk terpilih dalam sampel adalah n/N

(Singarimbun dan Effendi, 1995). Dengan demikian, jumlah sampel tiap

desa terpilih yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Penentuan Jumlah Sampel Responden Ikan Asin di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap

No. Desa/Kelurahan Populasi Jumlah Sampel 1. Cilacap 25 13 2. Tegalkamulyan 29 14 3. Sidakaya 4 2 4. Tambakreja 2 1

Jumlah 60 30 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa jumlah sampel responden

terpilih dari Desa Cilacap sebanyak 13 produsen ikan asin, Desa

Tegalkamulyan sebanyak 14 produsen ikan asin, Desa Sidakaya sebanyak

2 produsen ikan asin dan Desa Tambakreja sebanyak satu produsen ikan

asin. Dengan demikian, total jumlah sampel terpilih sebanyak 30 produsen

ikan asin.

Metode pengambilan sampel acak sederhana yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan cara undian. Sebelumnya semua

produsen disusun dalam kerangka sampel kemudian ditarik sampel yang

akan diteliti dengan cara undian sehingga setiap unit memiliki peluang

yang sama untuk dipilih. Undian dilakukan dengan cara semua produsen

ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut kemudian digulung dan

dimasukkan ke dalam kotak. Setelah dikocok sejumlah gulungan kertas

diambil. Nomor yang terambil menjadi responden yang akan diteliti

kemudian gulungan kertas yang terambil tidak dikembalikan lagi ke dalam

kotak. Cara tersebut dilakukan lagi sampai sesuai dengan jumlah

responden yang direncanakan.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara

langsung ke lapang dengan menggunakan kuesioner terstruktur, sumber

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

data primer adalah pengusaha (produsen) pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap.

2. Data Sekunder

Data sekunder. yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini

berasal dari BPS Cilacap, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Cilacap, Dinas Kelautan dan Perikanan serta kantor kecamatan.

Data tersebut adalah keadaan umum daerah penelitian, keadaan

perekonomian, keadaan penduduk dan data yang berhubungan dengan

tujuan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap

obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas

mengenai daerah yang akan diteliti.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan

melakukan wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar

pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansi

atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan keuntungan dari usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

a. Biaya

Untuk mengetahui total biaya secara matematis dirumuskan

sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

keterangan:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

TC = biaya total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TFC = total biaya tetap usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TVC = total biaya variabel usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

b. Penerimaan

Untuk mengetahui penerimaan secara matematis dirumuskan

sebagai berikut:

TR = Q x P

keterangan:

TR = penerimaan total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Q = jumlah produksi ikan asin (kilogram)

P = harga ikan asin (rupiah)

c. Keuntungan

Untuk mengetahui keuntungan secara matematis dirumuskan

sebagai berikut:

π = TR – TC

keterangan:

π = keuntungan usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TR = penerimaan total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

TC = biaya total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

2. Mengetahui besarnya tingkat efisiensi usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap.

Untuk mengetahui efisiensi, maka rumus yang dipakai, yaitu:

Efisiensi = CR

keterangan:

R = penerimaan usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

C = biaya total usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti usaha pengolahan ikan asin yang dijalankan sudah efisien,

R/C = 1 berarti usaha pengolahan ikan asin mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha pengolahan ikan asin yang dijalankan tidak efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Mengetahui besarnya risiko usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap.

Risiko dapat dihitung secara statistik, yaitu dengan menggunakan

ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standar deviation),

secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

)1()( 2

−−∑

=n

EEiV

keterangan:

V = simpangan baku usaha pengolahan ikan asin

Ei = keuntungan usaha pengolahan ikan asin yang diterima

produsen (rupiah)

E = keuntungan rata-rata usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

n = jumlah produsen ikan asin (orang)

Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata

diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L).

Rumus koefisien variasi adalah:

CV = V

E

keterangan:

CV = koefisien variasi usaha pengolahan ikan asin

V = simpangan baku usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

E = keuntungan rata-rata usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko

yang harus ditanggung oleh produsen semakin besar dibanding dengan

keuntungannya.

Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal yang

terendah yang mungkin diterima oleh produsen.

Rumus batas bawah keuntungan adalah:

L = E – 2 V

keterangan:

L = batas bawah keuntungan usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

E = keuntungan rata-rata usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

V = simpangan baku usaha pengolahan ikan asin (rupiah)

Apabila nilai L ≥ 0, maka produsen tidak akan mengalami kerugian.

Sebaliknya jika nilai L < 0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap

proses produksi ada peluang kerugian yang akan dialami produsen

Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah

rata-rata keuntungan yang diperoleh produsen dalam setiap periode

produksi. Sedangkan nilai V (simpangan baku) merupakan besarnya

fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau dengan kata lain

merupakan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh para produsen.

Nilai koefisien variasi dan batas bawah keuntungan (L) secara tidak

langsung menyatakan aman tidaknya modal yang ditanam dari

kemungkinan mendapatkan kerugian. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0

menyatakan bahwa produsen tidak akan mengalami kerugian dan nilai

CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan dialami

produsen (Hernanto, 1993).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  38

 

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografi

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Cilacap secara geografis terletak diantara 108º 4’ 30” -

109º 30’ 30” garis bujur timur dan 7º 30’ - 7º 45’ 20” garis lintang selatan.

Luas wilayah Kabupaten Cilacap pada tahun 2008 tercatat seluas 225.361

hektar (termasuk Pulau Nusakambangan seluas 11.511 hektar), atau

sekitar 6,94% dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap

merupakan daerah yang cukup luas dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Banyumas

Sebelah Timur : Kabupaten Kebumen

Sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Secara administratif, Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24

kecamatan yang terdiri dari 269 desa dan 15 kelurahan. Wilayah tertinggi

adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian rata-rata 198 m dari

permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Cilacap Tengah

dengan ketinggian rata-rata 6 m dari permukaan laut. Jarak terjauh dari

Barat ke Timur 152 km dari Dayeuhluhur ke Nusawungu, sedangkan dari

Utara ke Selatan 35 km yaitu dari Cilacap ke Sampang. Wilayah terluas

adalah Kecamatan Wanareja (19.063 hektar) dan terkecil adalah

Kecamatan Cilacap Selatan (911,00 hektar). Ibukota kecamatan terjauh

dari ibukota kabupaten adalah Dayeuhluhur (107 km).

Kecamatan Cilacap Selatan memiliki kondisi wilayah datar

dengan suhu minimum 20ºC dan suhu maksimum 30ºC. Jarak pusat

wilayah kecamatan dengan desa/kelurahan terjauh, yaitu 2 km dan jarak

pusat wilayah kecamatan dengan ibukota kabupaten/kodya 1,5 km.

Kecamatan Cilacap Selatan terdiri dari 5 kelurahan, 15 lingkungan/dusun,

38

user
Inserted Text

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  39

 

73 Rukun Warga dan 431 Rukun Tetangga. Batas-batas wilayah

Kecamatan Cilacap Selatan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Cilacap Tengah

Sebelah Timur : Pantai Teluk Penyu/Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kecamatan Kawunganten

Sebelah Selatan : Pulau Nusakambangan

2. Luas Penggunaan Lahan

Kabupaten Cilacap merupakan daerah yang memiliki lahan cukup

luas di Provinsi Jawa Tengah. Penggunaan lahan di Kabupaten Cilacap

pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Cilacap Tahun 2008

No. Macam Penggunaan Luas Lahan (Ha) 1. Lahan Sawah

a. Sawah Irigasi Teknis b. Sawah Irigasi Setengah Teknis c. Sawah Irigasi Sederhana d. Sawah Irigasi Desa/Non PU e. Sawah Tadah Hujan f. Sawah Pasang Surut g. Lebak h. Polder dan Lainnya

63.093

36.842 2.741 1.887 3.651

17.358 - -

614 2. Bukan Lahan Sawah/Lahan Kering

a. Pekarangan/bangunan b. Tegal/kebun c. Ladang/Huma d. Penggembalaan/Padang Rumput e. Semantara Tidak Diusahakan f. Hutan Rakyat g. Hutan Negara h. Perkebunan rakyat i. Rawa-rawa, tambak, kolam/empang j. Lain-lain

150.757

32.920 45.213

719 -

211 4.206

43.519 9.579 3.794

10.595 Luas lahan keseluruhan 213.850

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 9 pemanfaatan lahan di Kabupaten Cilacap

meliputi 63.093 hektar lahan sawah dan 150.757 hektar lahan bukan

sawah. Lahan bukan sawah terdiri dari pekarangan 32.920 hektar; tegal

45.213 hektar; ladang/huma 719 hektar; lahan yang sementara tidak

diusahakan 211 hektar; hutan rakyat 4.206 hektar; hutan negara 43.519

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  40

 

hektar; perkebunan 9.579 hektar; rawa-rawa, tambak, kolam/empang

3.794 hektar, dan lain-lain 10.595 hektar. Dengan demikian, sebagian

besar lahan di Kabupaten Cilacap dimanfaatkan untuk lahan bukan sawah.

3. Topografi

Topografi wilayah Kabupaten Cilacap terdiri dari permukaan

landai dan perbukitan dengan ketinggian antara 6 - 198 m dari permukaan

laut. Secara umum kondisi topografi Kabupaten Cilacap bila dilihat dari

arah barat laut merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian lebih

dari 100 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan puncak tertinggi

berada di Gunung Subang (1.210 meter dpl) yang berada di Kecamatan

Dayeuhluhur. Selanjutnya ke arah tenggara terbagi menjadi dua kawasan

bentang alam, di bagian utara berupa pegunungan dan di bagian selatan

berupa dataran miring landai ke arah barat daya – selatan, berelevasi

kurang dari 100 meter dpl dan berbatasan dengan Pantai Segara Anakan.

Bagian paling timur berupa dataran dan di bagian selatan berbatasan

langsung dengan Samudera Hindia.

Pulau Nusakambangan memanjang dengan jarak kurang lebih 30

km dari barat ke timur, membatasi Segara Anakan dan Samudera Hindia,

pulau tersebut memiliki bentang alam pegunungan namun tidak begitu

tinggi (kurang dari 100 meter dpl). Kabupaten Cilacap mempunyai

topografi yang beragam namun kondisi topografi rata-rata merupakan

dataran rendah. Kondisi ini juga didukung oleh letak Kabupaten Cilacap

yang berada pada daerah pesisir (merupakan daerah pantai).

Topografi wilayah Kabupaten Cilacap secara tidak langsung

memiliki peran dalam kegiatan usaha pengolahan ikan asin. Dataran

rendah dan daerah pesisir pantai merupakan wilayah yang cocok untuk

melakukan kegiatan usaha pengolahan ikan asin. Jarak yang dekat dengan

sumber bahan baku dapat memberikan kemudahan bagi usaha pengolahan

ikan asin dalam memperoleh bahan baku. Jaminan ketersediaan bahan

baku ikan merupakan faktor penting dalam kegiatan usaha pengolahan

ikan asin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  41

 

4. Keadaan Iklim

Kabupaten Cilacap mempunyai iklim tropis dengan musim

kemarau dan penghujan bergantian setiap tahun. Data mengenai jumlah

curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 10. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Cilacap per Bulan pada Tahun 2008

No Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan (hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

3.349 4.887 4.591 3.136

526 106

0 38

124 5.947

10.026 4.886

9 14 16 13

3 2 0 7 4

17 20 15

Jumlah 38.146 120

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa jumlah curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan November (10.026 mm) dan terendah pada

bulan Juli (0 mm). Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan

November yaitu sebanyak 20 hari, sedangkan jumlah hari hujan paling

sedikit terjadi pada bulan Juli sebanyak 0 hari. Keadaan curah hujan dan

hari hujan sangat mempengaruhi ketersediaan bahan baku ikan untuk

usaha pengolahan ikan asin. Jika curah hujan dan hari hujan tinggi diikuti

angin kencang, nelayan menjadi tidak berani melaut sehingga

ketersediaan ikan segar berkurang atau bahkan tidak tersedia ikan sama

sekali. Jumlah curah hujan dan hari hujan yang tinggi juga akan

mempengaruhi proses penjemuran ikan asin, di mana waktu penjemuran

ikan asin lebih lama dan produk ikan asin berisiko rusak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  42

 

B. Keadaan Demografi

1. Jumlah Penduduk

Penduduk atau sumberdaya manusia merupakan subjek sekaligus

objek dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di suatu daerah.

Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi kekuatan sekaligus beban

dalam menunjang keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Berikut

data mengenai jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk menurut

jenis kelamin.

Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhannya di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2004-2008

Tahun Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Pertumbuhan

(%) 2004 855.838 854.070 1.709.908 0,31 2005 858.739 857.496 1.716.235 0,37 2006 861.643 860.964 1.722.607 0,37 2007 865.619 864.850 1.730.469 0,46 2008 870.295 868.308 1.738.603 0,47

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa penduduk Kabupaten

Cilacap setiap tahun terus bertambah. Pada akhir tahun 2008 jumlah

penduduk Kabupaten Cilacap mencapai 1.738.603 jiwa, yang terdiri dari

870.295 jiwa penduduk laki-laki dan 868.308 jiwa penduduk perempuan.

Selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada

tahun 2008 (0,47%) dan terendah pada tahun 2004 (0,31%). Jumlah

penduduk Kabupaten Cilacap yang mengalami peningkatan setiap tahun

menunjukkan adanya peningkatan ketersediaan tenaga kerja untuk usaha

pengolahan ikan asin.

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat

digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk usia produktif dan

penduduk non produktif. Menurut Mantra (2003), kelompok umur 0-14

tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif secara

ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok

produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  43

 

kelompok penduduk yang sudah tidak lagi produktif. Berikut data

mengenai keadaan penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten

Cilacap.

Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap

No. Umur (thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 0-14 404.109 23,24 2. 15-64 1.198.398 68,93 3. ≥65 136.096 7,83

Jumlah 1.738.603 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui jumlah penduduk tertinggi

di Kabupaten Cilacap adalah kelompok penduduk berumur 15-64 tahun

(termasuk golongan penduduk usia produktif) yaitu sebesar 1.198.398

jiwa (68,93%). Jumlah penduduk terendah adalah penduduk kelompok

umur di atas 65 tahun yaitu sebesar 136.096 jiwa (7,83%). Sedangkan

jumlah penduduk usia 0-14 tahun sebesar 404.109 jiwa (23,24%).

Kelompok penduduk usia produktif memiliki peran sebagai

penggerak kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk kelompok usia produktif

yang tinggi memberikan dampak positif bagi usaha pengolahan ikan asin,

yaitu terhadap ketersediaan tenaga kerja usia produktif, dimana kelompok

penduduk usia produktif memiliki produktivitas kerja yang cukup tinggi

terkait dengan kemampuan fisik sehingga diharapkan dapat

mengembangkan usaha pengolahan ikan asin.

3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Informasi mengenai komposisi penduduk menurut jenis kelamin

dapat membantu dalam mengetahui besarnya sex ratio suatu daerah. Sex

ratio yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-

laki dan perempuan. Berikut data mengenai komposisi penduduk menurut

jenis kelamin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  44

 

Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2008

Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (jiwa) Sex Ratio (%) Laki-laki 870.295 Perempuan 868.308

Jumlah 1.738.603 100,2

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 13, penduduk Kabupaten Cilacap menurut

hasil registrasi pada akhir tahun 2008 mencapai 1.738.603 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 870.295 jiwa dan perempuan 868.308 jiwa.

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan, yang

diindikasikan dengan angka sex ratio 100,2.

Sex ratio (SR), yaitu angka/bilangan yang menunjukkan

banyaknya penduduk laki-laki terhadap 100 penduduk perempuan. Untuk

mengetahui nilai Sex Ratio dengan cara:

SR = kxFM

keterangan:

S = Sex ratio

M = Jumlah penduduk laki-laki

F = Jumlah penduduk perempuan

k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003).

Sex Ratio di Kabupaten Cilacap = 100308.868295.870 x

= 100,2 ≈ 100

Berdasarkan nilai Sex Ratio yang diperoleh, yaitu sebesar 100,2,

menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di

Kabupaten Cilacap terdapat 100 orang penduduk laki-laki. Hal itu

menandakan jumlah ketersediaan tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja

perempuan untuk usaha pengolahan ikan asin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  45

 

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu

daerah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan dan

pengetahuan seseorang, misalnya kemampuan dalam menerima teknologi

baru. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih

mudah menyerap teknologi baru dan memiliki pengetahuan yang lebih

luas sehingga melalui kemampuannya tersebut dapat meningkatkan

pembangunan di daerah. Keadaan tingkat pendidikan di suatu daerah

sangat dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya yaitu kesadaran akan

pentingnya pendidikan, fasilitas yang tersedia dan keadaan sosial

ekonomi. Berikut data mengenai keadaan penduduk menurut tingkat

pendidikan di Kabupaten Cilacap.

Tabel 14. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Cilacap

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Belum/Tidak Pernah Sekolah 134.026 8,13 2. Belum/Tidak Tamat SD 429.307 26,04 4. SD Sederajat 664.722 40,32 5. SLTP Sederajat 237.505 14,40 6. SLTA Sederajat 154.772 9,39 7. D1/D2 6.558 0,40 8. D3/Akademi 9.085 0,55 9. D4/S1 ke atas 12.757 0,77

Jumlah 1.648.732 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang menempuh pendidikan

semakin menurun. Hal ini dapat dikarenakan keadaan sosial ekonomi dan

masih rendahnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan.

Namun, pada Tabel 14 tingkat pendidikan D4/S1 ke atas mengalami

peningkatan karena pada umumnya penduduk lulusan SLTA sederajat

lebih banyak memilih langsung melanjutkan ke tingkat pendidikan yang

tertinggi, yaitu D4/S1 ke atas daripada melanjutkan pendidikan ke D1/D2

atau D3/Akademi. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Cilacap

menempuh pendidikan sampai tingkat SD sederajat, yaitu sebesar 664.722

jiwa (40,32%). Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  46

 

ditempuh oleh penduduk Kabupaten Cilacap adalah D1/D2, sebesar 6.558

jiwa (0,40%).

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan pola pikir

dan tingkat pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi

dapat menjadikan seseorang memiliki kemampuan pola pikir yang lebih

maju dan pengetahuan yang lebih luas. Rata-rata tingkat pendidikan

produsen ikan asin hanya lulus SD atau SLTP tetapi dengan tingkat

pendidikan yang tidak terlalu tinggi usaha pengolahan ikan asin mampu

bertahan cukup lama dan hingga saat ini.

C. Keadaan Perikanan

Kabupaten Cilacap terletak di daerah pesisir pantai. Ketersediaan

sumberdaya perikanan di Kabupaten Cilacap cukup besar yang mencakup

dalam ekosistem marine/laut, pantai, trumbu karang (hutan tropis ekosistem

laut), estuarine (wilayah pesisir semi tertutup, seperti muara sungai, teluk dan

rawa pasang-surut), laguna (teluk semi tertutup), mangrove (sebagai jalur

hijau di wilayah pesisir), rawa, genangan dan sungai. Kegiatan produksi

perikanan meliputi penangkapan, budidaya, penanganan/pengolahan hasil

perikanan, distribusi dan pemasaran. Kegiatan usaha penangkapan meliputi di

perairan laut dan di perairan umum, serta kegiatan usaha budidaya ikan di

tambak, di kolam dan di perairan umum berupa budidaya karamba.

Kecamatan Cilacap Selatan yang terletak dekat dengan pesisir pantai

memiliki produksi penangkapan ikan di laut yang terbesar.

Usaha penangkapan ikan di wilayah perairan pantai dilakukan hingga

jarak ± 12 mil laut dari garis pantai hingga pada kedalaman (isobath) 3-100 m

atau pada batas garis wilayah perairan teritorial Indonesia (Dinas Kelautan

dan Perikanan, 2008). Potensi sumberdaya ikan di perairan laut selatan

Kabupaten Cilacap diperkirakan 72.000 ton, sedangkan pemanfaatan oleh

nelayan Cilacap baru mencapai: 14.982,2 ton (21%) per tahun berdasarkan

perhitungan statistik perikanan Kabupaten Cilacap tahun 2009, pemanfaatan

potensi sumberdaya ikan tersebut diantaranya: (1) jenis ikan pelagis besar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  47

 

meliputi : Tuna, Cakalang, Tongkol, Tengiri, Marline, Layaran, Lemadang,

Cucut, sebesar 7.131,5 ton/tahun, (2) jenis ikan pelagis kecil meliputi:

Lemuru, Layang/Selar, Kembung, Teri, Tetengkek, Kuwe, Ubur-ubur, Cumi-

cumi sebesar 2.232,8 ton/tahun,serta (3) jenis ikan demersal meliputi :

Udang, Kakap, Pari, Kerapu, Layur, Tigawaja, Petek, Bawal, Tembang,

Lidah, Bloso, Remang, Manyung, Keong, Udang, Rajungan, dan Kepiting

sebesar 5.618,3 ton/tahun. Berikut data mengenai produksi penangkapan ikan

di laut di setiap kecamatan tahun 2008.

Tabel 15. Produksi Penangkapan Ikan di Laut Menurut Kecamatan Tahun 2008

Kecamatan Produksi (kg) Nilai (Rp) Dayeuhluhur - - Wanareja - - Majenang - - Cimanggu - - Karangpucung - - Cipari - - Sidareja - - Kedungreja - - Patimuan - - Gandrungmangu - -s Bantarsari - - Kawunganten - - Kampung Laut - - Jeruklegi - - Kesugihan 173.265,32 765.031,23Adipala - - Maos - - Sampang - -Kroya - - Binangun - - Nusawungu 554.716,50 3.980.707,53Cilacap Selatan 3.780.745,67 28.154.673,90 Cilacap Tengah - - Cilacap Utara 1.321.567,09 8.041.923,49

Jumlah 5.830.294,58 40.942.336,15

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, 2008

Berdasarkan Tabel 15, produksi penangkapan ikan laut terbesar di

Kecamatan Cilacap Selatan sebesar 3.780.745,67 kg dan yang paling rendah

di Kecamatan Kesugihan 173.265,32 kg. Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap

Utara, Nusawungu dan Kesugihan terletak di bagian selatan Kabupaten

Cilacap, dekat pesisir dan merupakan wilayah topografi terendah di

Kabupaten Cilacap dengan ketinggian antara 6-12 mdpl. Ketersediaan bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  48

 

baku ikan yang terdapat di Kecamatan Cilacap Selatan menjadi faktor

pendukung dalam menyediakan bahan baku untuk usaha pengolahan ikan

asin di Kecamatan Cilacap Selatan.

D. Keadaan Sarana Perekonomian

1. Keadaan Sarana Perdagangan

Keadaan perekonomian Kabupaten Cilacap dapat dilihat dari

keadaan sarana perekonomian yang memadai di daerah tersebut, salah

satunya sarana perdagangan. Keadaan sarana perdagangan yang memadai

akan memperlancar arus perdagangan atau memperlancar arus pemasaran

di daerah tersebut. Berikut data mengenai sarana perdagangan di

Kabupaten Cilacap.

Tabel 16. Sarana Perdagangan di Kabupaten Cilacap pada Tahun 2008 No Sarana Perdagangan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pasar Umum Pasar Hewan Pasar Ikan Pasar Swalayan Departement Store Pasar lain-lain

30 2 1

42 2

82 Jumlah 159

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa di Kabupaten Cilacap

tercatat sebanyak 159 jumlah pasar, yang terdiri dari 30 pasar umum, 2

pasar hewan, 1 pasar ikan, 42 pasar swalayan, 2 departement store, dan

sisanya pasar lain-lain. Keberadaan pasar-pasar tersebut dapat membantu

dalam memperlancar pemasaran produk-produk yang dihasilkan di

Kabupaten Cilacap, salah satunya ikan asin. Pasar ikan yang berada di

sepanjang Pantai Teluk Penyu dimanfaatkan oleh produsen ikan asin yang

berada di sekitar Pantai Teluk Penyu dalam memasarkan produk ikan asin.

2. Keadaan Sarana Perhubungan

Kelancaran kegiatan perekonomian di Kabupaten Cilacap

berkaitan erat dengan keadaan sarana perhubungan yang dimiliki. Salah

satu sarana perhubungan yang sangat penting dalam mendukung

kelancaran kegiatan perekonomian adalah jalan. Jalan merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  49

 

prasarana pokok pengangkutan darat untuk kelancaran arus barang dan

jasa serta mobilitas penduduk antar wilayah atau lokasi. Berikut data

mengenai keadaan jalan raya di Kabupaten Cilacap.

Tabel 17. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan, Kondisi Jalan dan Kelas Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun 2008

No Kriteria Jalan Panjang Jalan (km) 1. Jenis Permukaan a. Diaspal 1.181,173 b. Kerikil 0,00 c. Tanah 0,00 d. Tidak Diperinci 0,00 Jumlah 1.181,173

2. Kondisi Jalan a. Baik 611,585 b. Sedang 172,547 c. Rusak

d. Rusak Berat163,305 233,736

Jumlah 1.181,173 3. Kelas Jalan a. Kelas I - b. Kelas II - c. Kelas III - d. Kelas III A - e. Kelas III B - f. Kelas III C 1.181,173 g. Tidak Diperinci - Jumlah 1.181,173

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2008

Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa jenis permukaan di

Kabupaten Cilacap yang diaspal sepanjang 1.181,173 km dengan kondisi

jalan yang bervariasi. Jalan berkondisi baik sepanjang 611,585 km,

sedang 172,547 km, rusak 163,305 km dan rusak berat 233,736 km.

Sedangkan, kelas jalan di Kabupaten Cilacap tergolong kelas III C dengan

panjang jalan 1.181.173 km. Keadaan sarana perhubungan yang cukup

baik dengan ditandai kondisi jalan yang sebagian besar baik dan telah

diaspal menandakan bahwa arus perhubungan di Kabupaten Cilacap

cukup lancar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

1. Identitas Responden

Identitas responden merupakan gambaran secara umum mengenai

latar belakang responden. Responden dalam penelitian ini adalah produsen

ikan asin yang masih aktif dalam menjalankan usaha pengolahan ikan asin

di Kabupaten Cilacap. Identitas responden yang dikaji dalam penelitian ini

meliputi umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga,

jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi, jumlah tenaga kerja

keluarga, jumlah tenaga kerja keseluruhan dan lama mengusahakan.

Berikut data mengenai identitas responden.

Tabel 18. Identitas Responden pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Uraian Rata-rata per Responden 1. Umur responden (thn) 52,33 2. Lama pendidikan (thn) 7,40 3. Jumlah anggota keluarga (orang) 4,00

4. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi (orang)

1,00

5. Jumlah tenaga kerja luar keluarga (orang) 4,00 6. Jumlah tenaga kerja keseluruhan (orang) 5,00 7. Lama mengusahakan (thn) 25,80

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui umur rata-rata responden

adalah 52,33 tahun, yang tergolong usia produktif sehingga produktivitas

kerja masih cukup tinggi. Hal itu berkaitan dengan kemampuan fisik

dalam melakukan kegiatan pengolahan ikan asin sehingga diharapkan

dengan produktivitas kerja yang masih cukup tinggi dapat

mengembangkan usaha pengolahan ikan asin.

Sebagian besar produsen ikan asin di Kabupaten Cilacap pernah

menempuh pendidikan formal. Rata-rata lama pendidikan yang ditempuh

produsen adalah 7,40 tahun, artinya rata-rata produsen ikan asin telah

menempuh pendidikan hingga tingkat SMP atau lulus SD. Tingkat

50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

pendidikan yang ditempuh sebenarnya tidak memberikan pengaruh yang

cukup besar pada usaha pengolahan ikan asin karena walaupun produsen

ikan asin hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi jika

memiliki pengalaman usaha yang baik dapat berpengaruh pada

kelangsungan usaha pengolahan ikan asin.

Rata-rata jumlah keluarga produsen ikan asin sebanyak 4 orang.

Hal ini berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja keluarga yang akan

digunakan dalam usaha pengolahan ikan asin. Rata-rata jumlah anggota

keluarga yang aktif dalam produksi sebanyak 1 orang. Anggota keluarga

yang ikut aktif dalam produksi adalah suami dan/atau istri. Suami berperan

dalam membantu proses penjemuran ikan asin. Sedangkan, istri berperan

dalam membantu proses pembelahan, pencucian dan pengemasan. Namun,

terkadang hanya suami yang ikut aktif dalam produksi atau istri saja yang

aktif karena istri hanya sebagai ibu rumah tangga atau suami yang

berprofesi sebagai nelayan.

Jumlah tenaga kerja luar keluarga yang digunakan rata-rata

sebanyak 4 orang. Hal ini dikarenakan usaha pengolahan ikan asin

membutuhkan banyak tenaga kerja dan tidak mungkin hanya

mengandalkan tenaga kerja keluarga. Sedangkan, jumlah tenaga kerja

keseluruhan yang digunakan rata-rata sebanyak 5 orang, yang terdiri dari

tenaga kerja keluarga ditambah tenaga kerja luar keluarga. Sebagian besar

tenaga kerja pada usaha pengolahan ikan asin adalah perempuan karena

perempuan lebih telaten dan terampil dalam melakukan proses

pembelahan dan pencucian. Berdasarkan jumlah tenaga kerja tersebut,

maka usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap ini tergolong ke

dalam industri kecil.

Rata-rata lama mengusahakan usaha pengolahan ikan asin adalah

25,80 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan usaha pengolahan

ikan asin sudah cukup lama dan telah mampu menopang kebutuhan hidup

produsen ikan asin. Pengalaman usaha yang cukup lama memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan usaha pengolahan ikan

asin tersebut.

2. Karakteristik Usaha Pengolahan Ikan Asin

Karakteristik usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran

umum mengenai latar belakang usaha pengolahan ikan asin yang

dilakukan oleh responden di Kabupaten Cilacap. Karakteristik usaha

pengolahan ikan asin meliputi status usaha, alasan utama mengusahakan,

sumber modal, pengadaan bahan baku dan lain-lain. Berikut data

mengenai status usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

Tabel 19. Status Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap No. Status Usaha Jumlah (Responden) Persentase (%) 1. 2.

Utama Sampingan

30 0

100 0

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa seluruh responden

(30 responden) menjadikan usaha pengolahan ikan asin sebagai usaha

utama. Usaha pengolahan ikan asin ini dikatakan sebagai usaha utama

karena anggota keluarga yang terdiri dari suami dan istri lebih banyak

mencurahkan waktu kerjanya dalam usaha pengolahan ikan asin tersebut.

Meskipun beberapa kepala keluarga (suami) ada yang berprofesi sebagai

nelayan, tetapi usaha pengolahan ikan asin ini tetap dijadikan sebagai

usaha utama karena suami lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya

dalam usaha pengolahan ikan asin tersebut. Selain itu, penghasilan yang

diperoleh dari usaha pengolahan ikan asin merupakan sumber penghasilan

utama dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Responden memiliki berbagai alasan dalam menjalankan usaha

pengolahan ikan asin, antara lain yaitu lebih menguntungkan, usaha

warisan, tidak memiliki pekerjaan lain, pengalaman sebagai buruh dan

lainnya. Berikut data mengenai alasan responden mengusahakan usaha

pengolahan ikan asin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 20. Alasan Utama Mengusahakan Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Alasan Usaha Jumlah (Responden)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4.

5.

Lebih menguntungkan Usaha warisan Tidak mempunyai pekerjaan lain Pengalaman sebagai buruh pengolahan ikan asin Lainnya : menambah penghasilan suami

13 11

0 0 6

43,33 36,67

0 0

20,00 Jumlah 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa responden memiliki

beberapa alasan dalam menjalankan usaha pengolahan ikan asin.

Responden yang beralasan bahwa usaha pengolahan ikan asin ini lebih

menguntungkan sebanyak 13 responden (43,33%). Usaha pengolahan ikan

asin tersebut dikatakan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan

usaha pengolahan hasil perikanan lainnya yang ada di Kabupaten Cilacap.

Oleh karena itu, dari berbagai unit pengolah hasil perikanan yang berada

di Kabupaten Cilacap seperti pengalengan, pembekuan,

penggaraman/pengeringan, pemindangan, pengasapan/pemanggangan,

peragian/fermentasi, penanganan produk segar dan lainnya, tetapi sebagian

besar bergerak dalam usaha penggaraman/pengeringan atau yang lebih

dikenal dengan usaha pengolahan ikan asin, yaitu sebanyak 60 unit dari 96

unit pengolah.

Responden yang beralasan bahwa usaha pengolahan ikan asin yang

dijalankan merupakan usaha warisan, sebanyak 11 responden (36,67%).

Usaha pengolahan ikan asin ini merupakan usaha turun temurun dari

keluarga responden. Sedangkan sisanya, sebanyak 6 responden (20%)

beralasan untuk menambah penghasilan suami, di mana suami memiliki

mata pencaharian sebagai nelayan. Namun, mata pencaharian nelayan dari

suami merupakan usaha sampingan karena suami lebih banyak

mencurahkan waktu kerjanya pada usaha pengolahan ikan asin.

Modal memiliki peranan yang penting dalam menjalankan suatu

usaha, seperti usaha pengolahan ikan asin juga memerlukan modal. Modal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

yang digunakan dapat berasal dari modal pribadi maupun modal pinjaman.

Berikut data mengenai sumber modal pada usaha pengolahan ikan asin.

Tabel 21. Sumber Modal pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Uraian Jumlah (Responden) Prosentase (%) 1. 2.

Modal pribadi Pinjaman

30 0

100,00 0,00

Jumlah 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa 100% responden atau

sebanyak 30 responden menggunakan modal pribadi dalam menjalankan

usahanya. Responden lebih memilih menggunakan modal pribadi

dikarenakan modal pinjaman memiliki bunga yang tinggi, sekitar 2% per

bulan. Oleh karena itu, responden memilih menggunakan modal pribadi

agar tidak memiliki tanggungan untuk membayar modal pinjaman

tersebut.

Bahan baku utama yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan

asin adalah ikan segar. Berikut data mengenai pengadaan bahan baku, cara

pembelian, sistem pengadaan dan cara pembayaran bahan baku.

Tabel 22. Pengadaan, Cara Pembelian, Sistem Pengadaan, dan Cara Pembayaran Bahan Baku pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

Sumber : Analisis Data Primer

No. Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pengadaan Bahan Baku a. Beli di TPI 30 100 b. Beli melalui pedagang perantara 0 0 Total 30 100

2 Cara Pembelian a. Diantar 0 0 b. Langsung datang ke TPI 30 100 Total 30 100

3 Sistem Pengadaan Bahan Baku a. Untuk 1 kali produksi 30 100 b. Untuk > 1 kali produksi 0 0 Total 30 100

4 Cara Pembayaran a. Tunai di muka 30 100 b. Tunai di belakang 0 0 Total 30 100

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa pengadaan bahan baku

untuk usaha pengolahan ikan asin dilakukan dengan membeli di TPI.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dituju oleh para produsen untuk

membeli bahan baku adalah TPI PPNC (Pelabuhan Perikanan Nelayan

Cilacap), TPI Tegalkatilayu, TPI Sentolokawat dan TPI Sidakaya. Ikan

segar hasil tangkapan nelayan yang baru diturunkan dari kapal kemudian

dilelang kepada para pengolah. Para pengolah membeli dengan langsung

datang ke TPI dan ikan yang telah dibeli biasanya dibawa/diangkut oleh

pengolah dengan menggunakan motor, pick up atau becak yang sudah

menjadi langganan para pengolah. Para pengolah membeli bahan baku

hanya untuk 1 kali produksi karena jika ikan yang digunakan tidak segar

akan mempengaruhi kualitas produksi ikan asin. Pembayaran dilakukan di

muka secara tunai oleh para pengolah. Pembayaran dilakukan secara tunai

di TPI setelah para pengolah mendapatkan ikan segar yang dilelang

tersebut. Dengan kata lain, para pengolah membayar langsung ikan segar

tersebut di TPI dan tidak membayar secara tunai di belakang, ketika hasil

ikan olahan (ikan asin) telah habis terjual.

B. Peralatan Usaha Pengolahan Ikan Asin

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi ikan asin secara

umum adalah peralatan yang sederhana dan merupakan milik pribadi sehingga

produsen ikan asin tidak perlu menyewa peralatan. Peralatan yang digunakan

antara lain sebagai berikut :

1. Pisau

Alat ini digunakan untuk membelah ikan yang akan diasinkan.

2. Ember

Alat ini digunakan pada saat pencucian. Ikan yang telah dibelah/digarami

kemudian dicuci dengan menggunakan ember yang telah diisi air.

3. Fish Basket/Keranjang

Alat ini digunakan untuk menampung ikan yang telah dicuci bersih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

4. Bak Rendam

Alat ini digunakan untuk merendam ikan yang digarami. Alat ini

merupakan bangunan dari semen yang menyerupai bak dan memiliki

kapasitas 1 ton.

5. Blong/Drum Plastik

Alat ini digunakan untuk mengangkut ikan segar dari TPI atau dapat juga

digunakan untuk merendam ikan yang digarami.

6. Widig

Alat ini terbuat dari anyaman bambu yang digunakan untuk menjemur

ikan yang telah digarami. Alat ini berukuran sekitar 150 cm x 70 cm.

C. Proses Produksi Ikan Asin

Kegiatan produksi usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap

merupakan kegiatan usaha yang dilakukan setiap hari. Bahan baku utama

dalam usaha pengolahan ikan asin adalah ikan segar yang diperoleh dengan

cara membeli di TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Jenis ikan yang digunakan

antara lain yaitu Ikan Jambal, Tiga Wajah, Bilis, Pari, Teri, Layur, Lendra,

Tanjan, Semenit, Kunir Merah, dan Bentong. Bahan baku yang digunakan

harus berupa ikan segar karena hal ini akan mempengaruhi kualitas produksi

ikan asin. Kegiatan produksi ikan asin mengenal dua musim yaitu musim sepi

dan musim ramai. Jika produsen mengalami kesulitan dalam memperoleh

bahan baku ketika musim sepi, beberapa produsen menggunakan bahan baku

dengan membeli dari luar kota, seperti Tegal, Batang dan Pekalongan. Usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap pada umumnya dilakukan secara

alami yaitu menggunakan sinar matahari dalam proses pengeringan. Langkah-

langkah dalam proses produksi ikan asin dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Ikan segar yang telah dibeli kemudian dibelah, dibersihkan isi perutnya

dan dibuang kepalanya. Akan tetapi, ada juga jenis ikan yang tidak perlu

dibelah seperti Teri, Layur dan Bilis yang berukuran kecil. Proses

pembelahan ikan sangat memerlukan keterampilan agar diperoleh bentuk

ikan asin yang baik dan menarik secara penampakan visual, yaitu yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

menghasilkan hasil belahan ikan yang rapi dan contohnya seperti pada

Ikan Pari, yang dapat dibentuk menyerupai bunga sehingga lebih menarik.

2. Ikan yang telah dibelah kemudian dicuci dengan air bersih untuk

menghilangkan sisa-sisa isi perut atau kotoran yang lain.

3. Proses selanjutnya adalah penggaraman. Ikan digarami dan direndam

dalam bak rendam selama kurang lebih tiga hari. Jumlah garam yang

digunakan adalah sepertiga dari berat ikan. Pada saat perendaman

sebaiknya ikan ditata rapi agar ikan yang dibelah tidak kembali menutup.

4. Setelah kurang lebih 3 hari ikan direndam, ikan dicuci kembali dengan air

bersih agar tidak ada sisa-sisa garam yang menempel pada ikan. Pencucian

dilakukan dengan cara ikat disikat dan dibilas dengan air. Perlakuan ini

dilakukan kurang lebih selama tiga kali berturut-turut karena diharapkan

ikan benar-benar telah bersih.

5. Ikan yang telah bersih dicuci, kemudian ditata rapi di atas widig, lalu

dijemur selama 1-2 hari. Jika ikan asin telah kering, ikan asin dapat

dikemas agar dapat langsung dijual.

D. Pemasaran Ikan Asin

Pemasaran ikan asin di Kabupaten Cilacap dilakukan sendiri secara

langsung, tanpa melalui pedagang perantara. Pembeli biasanya datang

langsung ke produsen, baik yang sudah berlangganan maupun yang belum

berlangganan. Hal tersebut menguntungkan karena dapat mengurangi biaya

transportasi untuk pemasaran. Selain itu, produk ikan asin akan lebih cepat

sampai ke konsumen dan tidak perlu menyimpan terlalu lama di dalam

gudang.

Ikan asin mengenal dua musim yaitu musim ramai (Juni-September)

dan musim sepi (Januari-Mei dan Oktober-Desember). Jika produsen

mengalami kelebihan stok pada musim ramai, produsen akan memasarkan

ikan asin hingga ke luar kota, seperti Jakarta. Namun, pada saat ini produsen

sudah tidak memasarkan produknya ke luar kota karena keterbatasan

kemampuan fisik yang disebabkan oleh faktor usia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pemasaran ikan asin di Kabupaten Cilacap dilakukan dengan langsung

berhubungan dengan konsumen, baik konsumen lokal maupun konsumen dari

luar kota, seperti konsumen yang berasal dari daerah Jawa Barat dan

Kabupaten Banjarnegara. Seluruh konsumen membeli dengan datang langsung

ke produsen. Selain itu, ada juga produsen yang memiliki toko sehingga

pemasaran ikan asin dilakukan melalui toko tersebut. Keuntungannya dengan

memiliki toko sebagai tempat penjualan atau pemasaran ikan asin adalah dapat

menarik konsumen lebih banyak serta mudah dikenali dan diingat oleh

konsumen melalui nama toko tersebut.

E. Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin

1. Analisis Biaya

a. Biaya Tetap

Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak bergantung pada

perubahan jumlah produksi, misalnya biaya penyusutan peralatan.

(Suryani et al, 2005). Biaya tetap dalam usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap meliputi biaya tenaga kerja, biaya penyusutan

peralatan dan bunga modal investasi. Rata-rata biaya tetap yang

dikeluarkan oleh produsen ikan asin adalah sebagai berikut:

Tabel 23. Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Jenis Biaya Tetap Rata-rata (Rp/bulan)

Persentase (%)

1. Tenaga Kerja 3.830.000,00 97,68 a. Pembelahan dan Pencucian 1.245.000,00 31,75 b. Perendaman dan Penjemuran 1.555.000,00 39,66 c. Pengemasan 1.030.000,00 26,27

2. Penyusutan Peralatan 44.083,33 1,12 3. Bunga Modal Investasi 47.233,53 1,20

Jumlah 3.921.316,87 100,00

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa rata-rata biaya tetap

terbesar dalam satu bulan pada usaha pengolahan ikan asin adalah

biaya tenaga kerja, yaitu sebesar Rp 3.830.000,00 (97,68%) yang

terbagi dalam tenaga kerja pembelahan dan pencucian sebesar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Rp 1.245.000,00 (31,75%), perendaman dan penjemuran

Rp 1.555.000,00 (39,66%), serta pengemasan Rp 1.030.000,00

(26,27%). Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja keluarga

dan biaya tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga

biasanya merupakan tetangga atau saudara dari produsen ikan asin

yang diketahui telah berpengalaman dalam proses produksi ikan asin.

Upah tenaga kerja keluarga ditetapkan berdasarkan upah tenaga kerja

luar keluarga. Upah yang diberikan berupa upah harian. Tingkat upah

pekerja laki-laki berkisar antara Rp 20.000,00–Rp 30.000,00 dan

tingkat upah pekerja perempuan berkisar Rp 15.000,00–Rp 25.000,00.

Rata-rata biaya tenaga kerja tertinggi yang dikeluarkan pada usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap dalam satu bulan adalah

biaya tenaga kerja perendaman dan penjemuran. Sedangkan, rata-rata

biaya tenaga kerja terendah dalam satu bulan adalah biaya tenaga kerja

pengemasan. Hal ini dikarenakan sebagian besar proses perendaman

dan penjemuran dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki yang tingkat

upahnya lebih tinggi daripada perempuan. Sedangkan pada proses

pengemasan dilakukan oleh tenaga kerja perempuan yang tingkat

upahnya lebih rendah daripada tenaga kerja laki-laki.

Biaya tetap terbesar kedua adalah biaya bunga modal investasi

sebesar Rp 47.233,53 (1,20%) dan diikuti biaya penyusutan peralatan,

besarnya rata-rata per bulan yaitu Rp 44.083,33 (1,12%). Biaya modal

investasi dan biaya penyusutan peralatan pada kenyataannya tidak

perlu dihitung karena merupakan biaya yang tidak benar-benar

dikeluarkan oleh produsen. Namun, karena menggunakan konsep

keuntungan biaya bunga modal investasi dan biaya penyusutan

peralatan tetap harus dihitung. Produsen ikan asin memerlukan

peralatan untuk melakukan proses produksi. Peralatan yang digunakan

berupa peralatan sederhana, yang memiliki umur ekonomis cukup

panjang antara 1-10 tahun. Peralatan yang digunakan meliputi pisau,

ember, fish basket, bak rendam, blong dan widig.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Bunga modal investasi adalah nilai atas bunga modal yang

dimiliki oleh produsen. Perhitungan bunga modal investasi ini

berdasarkan suku bunga pinjaman Bank BRI pada bulan Juli 2010

yaitu sebesar 1,93% per bulan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan

penelitian pada bulan Juli 2010.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen

ikan asin yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi

ikan asin yang dihasilkan. Biaya variabel ikan asin terdiri dari biaya

bahan baku utama, biaya bahan baku pelengkap, biaya pengemasan,

dan biaya transportasi. Berikut data mengenai biaya variabel pada

usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

Tabel 24. Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Jenis Biaya Variabel Rata-rata (Rp/bulan) Persentase (%) 1. Bahan Baku Utama (Ikan) 14.306.666,67 92,202. Bahan Baku Pelengkap (Garam) 811.111,33 5,23 4. Pengemasan 68.833,33 0,44 5. Transportasi 330.150,00 2,13

Jumlah 15.516.761,33 100,00

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa besarnya biaya variabel

yang dikeluarkan per bulan rata-rata sebesar Rp 15.516.761,33. Biaya

variabel terbesar yang dikeluarkan pada usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap adalah biaya bahan baku utama ikan, besarnya per

bulan rata-rata Rp 14.306.666,67 (92,20%). Jenis ikan yang digunakan

untuk bahan baku pembuatan ikan asin terdiri dari berbagai macam

dengan harga yang bervariasi, yaitu Jambal (Rp 10.000,00/kg), Tiga

Wajah (Rp 2.500,00/kg), Bilis (Rp 1.500,00/kg), Pari

(Rp 5.000,00/kg), Teri (Rp 4.000,00/kg), Layur (Rp 3.000,00/kg),

Lendra (Rp 2.500,00/kg), Tanjan (Rp 2.000,00/kg), Semenit

(Rp 2.000,00/kg), Kunir Merah (Rp 2.200,00/kg), dan Bentong

(Rp 6.500,00/kg). Tinggi rendahnya biaya bahan baku utama ikan

sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga ikan segar. Jika harga ikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

segar meningkat dapat berdampak pada tingginya biaya bahan baku

ikan segar yang akan dikeluarkan oleh produsen dan sebaliknya, jika

harga ikan segar menurun, maka biaya bahan baku ikan segar yang

dikeluarkan juga menurun.

Bahan pelengkap yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan

asin adalah garam, dengan perbandingan 1 : 3 terhadap berat ikan.

Besarnya biaya bahan pelengkap (garam) yang dikeluarkan rata-rata

per bulan adalah Rp 811.111,33 (5,23%). Garam sebagai bahan

pelengkap digunakan untuk mengasinkan ikan. Garam yang digunakan

pada usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap adalah garam

krosok yang berasal dari Pati, dibeli dengan harga Rp 500,00/kg. Biaya

bahan pelengkap garam merupakan biaya variabel terbesar kedua. Hal

ini dikarenakan garam merupakan komponen bahan pelengkap yang

penting bagi usaha pengolahan ikan asin.

Biaya pengemasan adalah biaya variabel terendah yang

dikeluarkan oleh produsen. Biaya pengemasan rata-rata per bulan

adalah Rp 68.833,33 (0,44%). Jenis kemasan yang digunakan oleh

produsen terdiri dari berbagai macam yaitu plastik, kardus, keranjang

bambu dan kertas semen. Jenis kemasan tersebut dipilih karena praktis

dan mampu menjaga kualitas ikan asin agar tetap kering dan tidak

mudah rusak. Namun, kemasan ikan asin yang digunakan tersebut

kurang menarik karena sebagian besar kemasan produk ikan asin di

Kabupaten Cilacap tidak berlabel/bermerk. Sebagian besar produsen

tidak memberikan label atau merk pada produknya karena para

produsen menganggap bahwa tanpa label/merk, produknya telah dapat

dikenali konsumen melalui percakapan masyarakat dari mulut ke

mulut sehingga produknya dapat laku terjual dan memiliki jumlah

pelanggan yang tidak sedikit.

Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh produsen rata-rata per

bulan sebesar Rp 330.150,00 (2,13%). Rata-rata biaya transportasi per

bulan yang dikeluarkan oleh produsen digunakan untuk biaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

transportasi dalam pembelian bahan baku ikan. Jenis transportasi yang

digunakan oleh produsen adalah becak, pick up/truk dan motor.

c. Biaya Total

Biaya total merupakan biaya yang dikeluarkan oleh produsen

ikan asin secara keseluruhan. Berikut data mengenai rata-rata biaya

total per bulan pada usaha pengolahan ikan asin.

Tabel 25. Rata-rata Biaya Total pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Jenis Biaya Total Rata-rata (Rp/bulan) Persentase (%) 1. Biaya Tetap 3.921.316,87 20,17 2. Biaya Variabel 15.516.761,33 79,83

Jumlah 19.438.078,20 100,00

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa rata-rata biaya total per

bulan yang dikeluarkan oleh produsen ikan asin sebesar

Rp 19.438.078,20. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh produsen ikan

asin adalah biaya variabel sebesar Rp 15.516.761,33 (79,83%),

sedangkan rata-rata biaya tetap per bulan yang dikeluarkan oleh

produsen ikan asin adalah Rp 3.921.316,87 (20,17%). Besarnya biaya

variabel yang dikeluarkan responden dikarenakan adanya kenaikan

harga bahan baku ikan segar sebagai bahan baku utama akibat

ketersediaan ikan segar yang mulai menurun di pelelangan.

2. Analisis Penerimaan

Penerimaan yang diterima oleh produsen ikan asin adalah perkalian

antara jumlah produksi ikan asin yang dihasilkan dengan harga ikan asin.

Penerimaan yang diterima produsen ikan asin di Kabupaten Cilacap

berasal dari penerimaan berbagai produk ikan asin yang dihasilkan antara

lain yaitu Jambal, Tiga Waja, Bilis, Pari, Teri, Layur, Tanjan, Lendra,

Semenit, Kunir Merah dan Bentong. Berikut data mengenai penerimaan

usaha pengolahan ikan asin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 26. Penerimaan Menurut Jenis Ikan Asin pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No. Uraian Total Produksi(kg)

Harga per Satuan (Rp/kg)

Total Penerimaan

(Rp) 1. Ikan Jambal 3.180 50.000 159.000.000 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Ikan Tiga Wajah Ikan Bilis Ikan Pari Ikan Teri Ikan Layur Ikan Tanjan Ikan Lendra Ikan Semenit Ikan Kunir Merah Ikan Bentong

17.700 22.680

440 10.912 14.460 5.820 3.180

880 1.000 1.000

12.000 8.000

70.000 15.000 9.000 5.000

20.000 8.000 8.000

14.000

212.400.000 181.440.000

30.800.000 163.680.000 130.140.000

26.400.000 63.600.000 7.040.000 8.000.000

14.000.000Jumlah 81.252 219.000 996.500.000

Rata-rata 7.386,55 19.909,09 33.216.666,67

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa jumlah penerimaan pada

usaha pengolahan ikan asin sebesar Rp 996.500.000,00 dengan jumlah

produksi sebesar 81.252 kg dan jumlah harga Rp 219.000,00. Sedangkan,

rata-rata jumlah penerimaan sebesar Rp 33.216.666,67 dengan rata-rata

jumlah produksi per jenis ikan dalam satu bulan sebesar 7.386,55 kg dan

rata-rata harga per jenis ikan Rp 19.909,09. Total penerimaan tertinggi

adalah pada penerimaan ikan asin Tiga Wajah sebesar Rp 212.400.000,00

dan total penerimaan terendah pada ikan asin Semenit sebesar

Rp 7.040.000,00. Hal ini dipengaruhi oleh nilai total produksi yang

dihasilkan seluruh produsen dan harga jual ikan asin per satuan. Ikan asin

tiga wajah memiliki nilai penerimaannya tertinggi dikarenakan walaupun

total produksinya lebih rendah dari ikan asin bilis yang nilai total

produksinya sebesar 22.680 kg, tetapi harga ikan asin tiga wajah per

satuan sebesar Rp 12.000,00/kg lebih tinggi harganya dibandingkan ikan

asin bilis yang sebesar Rp 8.000,00/kg. Setiap jenis ikan asin memiliki

jumlah produksi, harga per satuan dan jumlah penerimaan yang bervariasi.

Hal ini dikarenakan setiap produsen memproduksi jenis ikan asin yang

berbeda-beda dengan harga setiap jenis ikan asin yang juga bervariasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Setiap produsen ikan asin di Kabupaten Cilacap memproduksi

lebih dari satu jenis produk ikan asin sehingga penerimaan yang diperoleh

produsen berasal dari penerimaan beberapa produk ikan asin yang

dihasilkan. Setiap jenis ikan asin yang diproduksi memiliki harga jual yang

berbeda-beda, yaitu Ikan Jambal Rp 50.000,00/kg, Ikan Tiga Wajah

Rp 12.000,00/kg, Ikan Bilis Rp 8.000,00/kg, Ikan Pari Rp 70.000,00/kg,

Ikan Teri Rp 15.000,00/kg, Ikan Layur Rp 9.000,00/kg, Ikan Tanjan

Rp 5.000,00/kg, Ikan Lendra Rp 20.000,00/kg, Ikan Semenit

Rp 8.000,00/kg, Ikan Kunir Merah Rp 8.000,00/kg dan Ikan Bentong

Rp 14.000,00/kg.

3. Analisis Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap merupakan selisih antara total penerimaan dengan

selisih biaya total. Untuk mengetahui besarnya keuntungan dapat dilihat

pada Tabel 27 berikut ini.

Tabel 27. Keuntungan Rata-rata pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No Uraian Rata-rata Per Produsen (Rp) 1 Penerimaan 33.216.666,67 2 Biaya Total 19.438.078,20

Keuntungan 13.778.588,47

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui penerimaan rata-rata per

produsen dalam satu bulan sebesar Rp 33.216.666,67 dan biaya total rata-

rata per produsen dalam satu bulan sebesar Rp 19.438.078,20 sehingga

keuntungan rata-rata per produsen dalam satu bulan Rp 13.778.588,47.

Keuntungan yang diperoleh setiap produsen berbeda-beda karena

perbedaan penerimaan total yang diterima dan biaya total yang

dikeluarkan setiap produsen. Perhitungan ini menggunakan konsep

keuntungan, maka biaya yang sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan

oleh produsen, yaitu biaya penyusutan peralatan, biaya bunga modal

investasi, dan biaya tenaga kerja keluarga tetap dihitung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

4. Analisis Efisiensi

Efisiensi usaha pengolahan ikan asin di Kebupaten Cilacap

merupakan perbandingan antara rata-rata penerimaan total yang diterima

oleh produsen dengan rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh

produsen. Berikut data yang menunjukkan besarnya efisiensi usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

Tabel 28. Efisiensi Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap No Uraian Rata-rata Per Produsen (Rp) 1 Penerimaan 33.216.666,67 2 Biaya Total 19.438.078,20

Efisiensi Usaha 1,71

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa nilai efisiensi usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap sebesar 1,71. Hal tersebut

berarti usaha pengolahan ikan asin yang dijalankan sudah efisien karena

nilai efisiensi lebih dari satu. Nilai efisiensi usaha 1,71 berarti bahwa

setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh produsen akan didapatkan

penerimaan 1,71 kali biaya yang telah dikeluarkan tersebut.

5. Analisis Risiko

Risiko yang terjadi pada usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi yang dihadapi oleh

produsen. Risiko dapat dihitung secara statistik yaitu dengan

menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standar

deviation). Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan

yang mungkin diperoleh dari keuntungan rata-rata atau dengan kata lain

merupakan besarnya risiko yang harus ditanggung. Hubungan antara

simpangan baku dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien variasi

(CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan

perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan jumlah

keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang

ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi

menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar

dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keutungan (L)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima

oleh pengusaha (Hernanto, 1993). Berikut data mengenai risiko pada usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap.

Tabel 29. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kabupaten Cilacap

No Uraian Rata-rata 1 Keuntungan (Rp) 13.778.588,47 2 Simpangan Baku (Rp) 10.317.715,47 3 Koefisien Variasi 0,75 4 Batas Bawah Keuntungan (Rp) -6.856.843,41

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa keuntungan rata-rata

yang diperoleh dalam satu bulan pada usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap sebesar Rp 13.778.588,47. Dengan demikian, dapat

diketahui nilai simpangan baku sebesar Rp 10.317.715,47. Perhitungan

keuntungan dan simpangan baku tersebut kemudian dapat diketahui nilai

koefisien variasi sebesar 0,75 dari nilai keuntungan rata-rata dan batas

bawah keuntungan sebesar minus Rp 6.856.843,41. Nilai koefisien variasi

dan batas bawah keuntungan secara tidak langsung menyatakan aman

tidaknya modal yang ditanam dari kemungkinan kondisi merugi. Nilai

koefisien variasi dan batas bawah keuntungan pada usaha pengolahan ikan

asin di Kabupaten Cilacap tersebut menunjukkan bahwa CV>0,5 dan L<0,

yang berarti bahwa produsen memiliki peluang kerugian dalam setiap

proses produksi yang dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap memiliki risiko yang tinggi

untuk dijalankan. Batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 6.856.843,41

menunjukkan produsen ikan asin di Kabupaten Cilacap harus berani

menanggung kerugian sebesar Rp 6.856.843,41.

Besarnya risiko yang harus ditanggung oleh usaha pengolahan ikan

asin di Kabupaten Cilacap tersebut dikarenakan adanya berbagai risiko

yang ada, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

a. Risiko Harga

Risiko harga yang dihadapi oleh produsen ikan asin di Kabupaten

Cilacap terkait dengan harga bahan baku ikan segar dan harga bahan

pelengkap (garam) yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh

ketersediaan bahan baku ikan segar dan bahan baku pelengkap

(garam). Ketersediaan bahan baku ikan segar sangat bergantung pada

musim. Ketika musim rame, ketersediaan ikan segar melimpah, tetapi

pada saat musim paceklik ketersediaan ikan segar menurun dan hal ini

akan berdampak pada harga ikan segar. Sedangkan, ketersediaan bahan

baku pelengkap (garam) sangat bergantung pada cuaca. Ketika cuaca

mendung, akan menghambat pada proses penjemuran garam sehingga

akan mempengaruhi ketersediaan garam dan akan berdampak pada

harga garam. Bahan pelengkap (garam) yang digunakan adalah garam

krosak yang harganya Rp 500,00/kg, jika ketersediaan garam menurun

maka harganya akan naik mencapai Rp 2.000,00/kg.

Harga bahan baku ikan segar dan bahan pelengkap (garam) akan

meningkat ketika ketersediaan bahan baku ikan segar dan bahan baku

pelengkap (garam) menurun dan sebaliknya. Jika ketersediaan bahan

baku ikan segar dan bahan baku pelengkap (garam) meningkat, maka

harganya menurun. Hal ini berdampak pada harga jual ikan asin yang

diproduksi. Jika harga bahan baku ikan segar dan bahan baku

pelengkap (garam) meningkat, maka harga jual ikan asin juga

meningkat. Sedangkan, jika harga bahan baku ikan segar dan bahan

baku pelengkap (garam) menurun, maka harga jual ikan asin juga

menurun. Langkah antisipasi yang dilakukan oleh produsen untuk

mengantisipasi risiko harga yang fluktuatif, hinggá saat penelitian

belum ada langkah konkret yang dilakukan karena risiko harga tersebut

sangat dipengaruhi oleh faktor alam.

b. Risiko Produksi

Risiko produksi yang harus ditanggung oleh produsen ikan asin

di Kabupaten Cilacap adalah jika produk ikan asin tersebut tidak habis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dijual karena rusak atau busuk. Ikan asin yang rusak dapat dikarenakan

ikan asin tersebut remuk akibat kesalahan pada saat penyimpanan.

Sedangkan, ikan asin yang busuk dapat dikarenakan waktu

penyimpanan yang terlalu lama akibat belum laku terjual dan proses

penjemuran yang kurang sempurna sehingga ikan asin tidak kering

sempurna dan menjadi busuk. Langkah yang diambil produsen untuk

mengatasinya adalah dengan menjual ikan asin yang rusak atau busuk

kepada tengkulak, yang nantinya ikan asin tersebut dimanfaatkan

untuk pakan ternak. Selain itu, jika terdapat ikan asin yang tidak habis

dijual karena kualitasnya yang rendah akibat hasil proses produksi

yang kurang sempurna ataupun kesalahan pada waktu penyimpanan,

maka produsen menjualnya dengan harga yang lebih murah.

c. Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi pada usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap berupa selera konsumen dan perubahan permintaan

yang terjadi terhadap produk ikan asin. Selera konsumen yang

berbeda-beda terhadap produk ikan asin merupakan risiko yang tidak

dapat dikendalikan oleh produsen. Perubahan permintaan terhadap

produk ikan asin terjadi pada saat-saat tertentu, misalnya ketika hari

libur atau hari raya, permintaan akan meningkat karena akan lebih

banyak konsumen yang membeli produk ikan asin untuk oleh-oleh.

Langkah antisipasi yang diambil produsen untuk mengatasi risiko

tersebut adalah dengan tetap memproduksi ikan asin yang sesuai

dengan permintaan konsumen. Dengan kata lain, setiap melakukan

proses produksi, para produsen selalu mengacu pada permintaan

konsumen, misalnya dengan cara memproduksi ikan asin sesuai

dengan pesanan konsumen dan dapat memenuhi permintaan konsumen

ketika permintaan konsumen meningkat, yaitu dengan cara

meningkatkan produksi untuk waktu-waktu tertentu seperti hari libur

dan hari raya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

F. Kendala yang Dihadapi

Setiap usaha pasti memiliki kendala yang dapat mengganggu

kelancaran produksi sehingga setiap kendala harus dihadapi agar usaha

tersebut dapat terus berkembang. Sama halnya dengan usaha pengolahan ikan

asin di Kabupaten Cilacap, juga memiliki kendala yang mengganggu

kelancaran produksinya.

Kendala yang dihadapi pada usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap adalah cuaca (sinar matahari). Usaha pengolahan ikan asin di

Kabupaten Cilacap dilakukan secara tradisional dengan mengandalkan sinar

matahari dalam proses pengeringan. Jika cuaca mendung atau musim

penghujan, usaha pengolahan ikan asin menghadapi kendala pada proses

pengeringan atau penjemuran. Pada musim penghujan atau cuaca mendung

proses pengeringan atau penjemuran ikan asin akan memerlukan waktu yang

lebih lama dan produk yang dihasilkan berisiko rusak. Langkah yang selama

ini dilakukan produsen untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan

menumpuk widig dan menutupnya dengan terpal. Meskipun, pada

kenyataannya proses pengeringan ikan asin dapat dilakukan secara mekanis

dengan menggunakan alat pengering modern yaitu oven pengering. Namun,

karena alasan hasil produksi ikan asin yang dikeringkan menggunakan oven

tidak sempurna, seperti kering yang tidak merata sehingga para produsen ikan

asin di Kabupaten Cilacap tidak menggunakan oven pengering dan tetap

memanfaatkan sinar matahari pada proses pengeringan ikan asin.

Kendala lain yang dihadapi produsen ikan asin di Kabupaten Cilacap

adalah ketersediaan bahan baku ikan yang tergantung musim. Ikan segar

merupakan bahan baku utama pada usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten

Cilacap, namun ketersediaannya sangat bergantung pada musim/cuaca. Cuaca

yang buruk, seperti hujan deras disertai angin kencang menjadi hambatan bagi

nelayan untuk melaut sehingga ketersediaan ikan segar berkurang, bahkan

tidak tersedia ikan sama sekali di pelelangan. Keadaan seperti itu akan

berdampak pada usaha pengolahan ikan asin, yang berakibat kontinuitas

produksi ikan asin tidak dapat berlangsung baik sepanjang tahun. Beberapa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

produsen bahkan memilih untuk tidak berproduksi karena rendahnya

ketersediaan bahan baku. Namun, ada juga yang mengatasi kelangkaan bahan

baku tersebut dengan tetap berproduksi menggunakan bahan baku yang ada

atau mencukupi kebutuhan bahan baku dengan menggunakan bahan baku dari

luar kota, seperti Pekalongan.

Disamping kendala-kendala tersebut diatas terdapat kendala lain yang

dihadapi oleh responden usaha pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap

yaitu belum adanya suatu organisasi yang mewadahi responden-responden

usaha pengolahan ikan asin. Hal ini menyebabkan perhatian pemerintah

daerah terhadap usaha pengolahan ikan asin belum tercurahkan secara merata

kepada seluruh responden, misalnya pada bantuan pemerintah daerah yang

diberikan dalam bentuk sarana dan prasarana, belum merata serta pengadaan

penyuluhan/pembinaan yang belum merata untuk seluruh responden usaha

pengolahan ikan asin di Kabupaten Cilacap. Selain itu, dengan belum

terbentuknya suatu organisasi sehingga tidak terjalin komunikasi antar

responden usaha pengolahan ikan asin, akibatnya para responden tidak dapat

bertukar informasi mengenai usaha pengolahan ikan asin.