pengolahan kerupuk ikan

67

Upload: vivin-muarifah

Post on 11-Jul-2016

93 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

pengolahan kerupuk

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Kerupuk Ikan

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK-SYARIAH)

USAHA KERUPUK IKAN

Page 2: Pengolahan Kerupuk Ikan

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK-SYARIAH)

USAHA KERUPUK IKAN

BANK INDONESIA

Page 3: Pengolahan Kerupuk Ikan

i

KATA PENGANTAR Cetakan Syariah

Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 76 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga).

Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

Dari 76 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, Bank Indonesia mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 15 judul buku pada tahun 2006 dan 4 judul buku pada tahun 2007. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah usaha kerupuk ikan. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah murabahah (jual beli)

Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM-DKBU) menyampaikan terimakasih.

Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM-DKBU) menyampaikan terimakasih.

Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951 Email: [email protected]

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.

Jakarta, Desember 2007

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Page 4: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

USAHA KERUPUK IKAN

No UNSUR PEMBIAYAAN URAIAN

1

Jenis Usaha

Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan

2 Lokasi usaha Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

3 Dana yang Diperlukan - Investasi = Rp299.339.000,- - Modal Kerja = Rp74.873.568,- - Total = Rp374.212.568,-

4 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah dan modal sendiri

5 Plafon Pembiayaan Pembiayaan LKS untuk: - Pembiayaan Investasi : Rp103.500.000,- - Pembiayaan Modal Kerja : Rp44.400.000,- - Total Pembiayaan : Rp147.900.000,-

6 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan investasi 3 tahun, tanpa masa tenggang (grace period) dan pembiayaan modal kerja 1 tahun

7 Tingkat Margin Murabahah 9% (setara flat per tahun pada bank konvensional)

8 Periode Pembayaran Pembiayaan Angsuran pembiayaan pokok dan margin dibayarkan setiap bulan

9 Kelayakan Usaha a. Periode proyek b. Skala usaha c. Tingkat Teknologi d. Produk yang dihasilkan e. Pemasaran produk

5 tahun 176.700 kg per tahun (Rp.1.060.200.000 per tahun) Teknologi menengah Kerupuk siap goreng Dijual kepada pedagang atau pengumpul

10 Kelayakan Usaha a. Total margin yang diperoleh dari pembiayaan investasi dan modal kerja adalah Rp.31.941.000,-

b. Usaha pengolahan kerupuk ikan mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS.

c. Dengan demikian, pengolahan kerupuk ikan layak untuk diusahakan.

Page 5: Pengolahan Kerupuk Ikan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………..................................………………………………......…

i

RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………………………………

ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………...

iii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………..…….

v

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………......

vi

BAB I PENDAHULUAN

...……………………………………………………….…………...... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN .........................................................

5

2.1 Profil Usaha Kerupuk Udang .......................................................................... 5 2.2 Pola Pembiayaan ............................................................................................ 6

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ...................................................................

9

3.1 Aspek Pasar ………………….………………………......................................... 9 3.1.1 Permintaan .......................................................................................... 9 3.1.2 Penawaran .......................................................................................... 10 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Usaha ................................................ 11

3.2 Aspek Pemasaran ………………………………................................................ 11 3.2.1 Harga .................................................................................................. 11 3.2.2 Rantai Pemasaran ................................................................................ 12 3.2.3 Kendala Pemasaran ............................................................................. 14

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI ..…………………………….......................................

15

4.1 Lokasi Usaha ………………………………………........................................... 15 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan …………………………….............................. 15 4.3 Bahan Baku Produksi …………………………………...................................... 18 4.4 Tenaga Kerja ………………………………….................................................. 19 4.5 Teknologi.............................................………………………………............... 19 4.6 Proses Produksi ………………………………………….................................... 20 4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ……………………………………………..... 26 4.8 Produksi Optimum ………………………….................................................... 26 4.9 Kendala Produksi …………………………………………................................. 27

BAB V ASPEK KEUANGAN ..……………………………..................................................

29

5.1 Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ………………………………………... 29 5.2 Pemilihan Pola Usaha ……………………………............................................. 30

5.2.1 Karakteristik Usaha Kerupuk Ikan ....................................................... 30

Page 6: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN iv

5.7 Proyeksi Rugi Laba ………………………………….........................................

37 5.8 Proyeksi Arus Kas …………………………………........................................... 38 5.9 Perolehan Margin ………………………………….......................................... 38

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN ……………….......... 41 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ………………….……………………..................... 41 6.2 Aspek Dampak Lingkungan …………………………………………................. 42

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………………… 43

7.1 Kesimpulan ………………….……………………............................................ 43 7.2 Saran ………………………………………….................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

5.2.2 Pola Pembiayaan ................................................................................. 30 5.2.3 Produk Murabahah .............................................................................. 31

5.3 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan …………………………....... 32 5.4 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ...................... 33

5.4.1 Biaya Investasi .................................................................................... 33 5.4.2 Biay Operasional .................................................................................. 34

5.5 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ......................................... 35 5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan …………………………………................. 37

Page 7: Pengolahan Kerupuk Ikan

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan ................................................

1

Tabel 1.2 Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram) .................................. 2

Tabel 1.3 Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidiarjo ......................................................

3

Tabel 3.1 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah ................................................................ ....................................

9

Tabel 3.2 Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan .................................................................

10

Tabel 3.3 Volume Ekspor Kerupuk Indonesia menurut Jenisnya (ton) .........................

10

Tabel 3.4 Jenis Kerupuk dan Harganya di Sidiarjo ......................................................

14

Tabel 4.1 Ciri-ciri Utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Membusuk .......................

20

Tabel 4.2 Standar Mutu Kerupuk ………………………………………………………...

26

Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ….…................................

32

Tabel 5.2 Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan per Tahun ………………………………

34

Tabel 5.3 Biaya Operasional UsahaKerupuk Ikan per Tahun …………………………...

35

Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ………………………….

36

Tabel 5.5 Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun ………………………………….

37

Page 8: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang,2004 .......................................

13

Gambar 3.2 Diagram Alir Rantai Pemasaran Kerupuk Ikan ........................................

13

Gambar 4.1 Kerupuk yang Disimpan di Gudang Siap Dipasarkan,2004 ....................

16

Gambar 4.2 Dandang untuk Mengukus Adonan Kerupuk Ikan,2004 ........................

17

Gambar 4.3 Oven untuk Pengeringan Kerupuk Pada Musim Hujan,2004 .................

18

Gambar 4.4 Proses Pencetakan Adonan Kerupuk Ikan sebelum Dikukus,2004 ..........

22

Gambar 4.5 Proses Penjemuran Kerupuk Ikan dengan Sinar Matahari,2004 .............

23

Gambar 4.6 Pengepakan Kerupuk Ikan yang Dikerjakan oleh Tenaga Kerja Wanita, 2004 ....................................................................................................

24

Gambar 4.7 Diagram Alir Pembuatan Kerupuk IKan .................................................

25

Page 9: Pengolahan Kerupuk Ikan

vii

Page 10: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan

perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan

merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat

dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat bagi

kesehatan tubuh manusia.

Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan

KOMPONEN KADAR (%)

Kandungan air Protein Lemak Mineral dan Vitamin

76,00 17,00 4,50 2,52-4,50

Sumber: www.ristek.go.id

Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan baik berupa daging

ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang

dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari.

Ikan merupakan produk yang banyak dihasilkan oleh alam dan diperoleh dalam jumlah

melimpah. Akan tetapi ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses

pembusukan dikarenakan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi adalah kondisi yang

memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan bakteri secara cepat. Kelemahan-kelemahan

yang dimiliki ikan dirasakan menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang

menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Karena itulah sejak

dahulu masyarakat telah berusaha melakukan berbagai cara pengawetan ikan agar dapat

dimanfaatkan lebih lama. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan bagian penting dari

mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya proses tersebut, usaha peningkatan produksi

perikanan akan menjadi sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.

Pada dasarnya usaha pengawetan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang tinggi di

tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan ikan dari usaha tradisional sampai

Page 11: Pengolahan Kerupuk Ikan

Pendahuluan

USAHA KERUPUK IKAN 2

usaha modern. Usaha pengawetan ikan dilakukan melalui penggaraman, pengeringan,

pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Hasil dari usaha-usaha pengawetan

tersebut sangat tergantung pada proses pengawetannya. Untuk mendapatkan mutu terbaik dari

proses pengawetan ikan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan bahan dan alat yang

digunakan, termasuk ikan yang benar-benar masih segar dan garam yang bersih. Usaha

pengawetan ikan tidak hanya sebatas pada pengolahan menjadi produk yang masih berbentuk

ikan tetapi juga pengolahan menjadi bentuk lain setelah dicampur dengan bahan-bahan lain.

Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat karena

produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging seperti bau (odour),

rasa (flavour), bentuk (appearance) dan tekstur.

Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering

dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat.

Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai makanan

ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini

menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang

enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia yang diperlukan oleh tubuh

manusia. Komposisi zat-zat kimia dalam kerupuk disajikan dalam Tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2. Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram)

Komponen Kerupuk Ikan Kerupuk Udang

Karbohidrat (%) 65,6 68,0

Air (%) 16,6 12,0

Protein (%) 16 17,2

Lemak (%) 0,4 0,6

Kalsium (mg/100 gram) 2,0 332,0

Fosfor (mg/100 gram) 20,0 337,0

Besi (mg/100 gram) 0,1 1,7

Vitamin A (mg) 0 50,0

Vitamin B1 (mg) - 0,04

Sumber: www.ristek.go.id

Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kandungan protein ikan segar dan

kerupuk ikan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada ikan tidak

banyak yang hilang setelah mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang,

kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.

Page 12: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

3

Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan. Industri ini

banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat

diusahakan dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan

tradisional. Oleh sebab itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang

merupakan industri mikro.

Dari segi skala perusahaan, usaha kerupuk ikan dilakukan oleh perusahaan besar-

menengah dan juga perusahaan kecil rumah tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut

adalah pada teknologi dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses

produksinya menggunakan peralatan dengan teknologi modern dengan pangsa pasar tersebar baik

di daerah lokal maupun daerah lain bahkan ekspor. Berbeda dengan perusahaan skala besar-

menengah, usaha pengolahan kerupuk kecil rumah tangga sebagian besar menggunakan

peralatan dengan teknologi yang sederhana dan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar

lokal.

Usaha kerupuk ikan banyak tersebar di wilayah Indonesia diantaranya adalah Kepulauan

Belitung, Jawa Timur dan Kalimantan. Di Jawa Timur sendiri, hasil olahan perikanan merupakan

salah satu produk andalan dengan salah satu wilayah sentra produksinya di Kabupaten Sidoarjo.

Sebagai salah satu daerah dengan hasil perikanan yang cukup tinggi, Sidoarjo memiliki potensi

yang sangat besar dalam pengembangan usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan

produk perikanan yang terkenal dari Sidoarjo diantaranya adalah kerupuk udang, kerupuk ikan,

petis serta bandeng presto. Meskipun industri pengolahan hasil perikanan tersebar di wilayah

Sidoarjo, pada kecamatan tertentu memiliki sentra industri yang menghasilkan produk spesifik.

Industri kerupuk misalnya banyak berkembang di kecamatan Candi, Tulangan, Jabon dan Prambon.

Tabel 1.3. Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidoarjo

Kecamatan Lokasi Pemasaran

Tulangan Desa Selasih Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan

Jabon Desa Kedung Rejo Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan

Desa Kedung Pandan USA, Jepang, Taiwan, Hongkong, Arab Saudi

Prambon Desa Jati Kalang -

Sumber: www.sidoarjo.go.id

Penyusunan pola pembiayaan usaha kerupuk ikan ini didasarkan pada informasi dari studi

lapangan yang dilakukan di wilayah kabupaten Sidoarjo. Survey dilakukan pada industri

pengolahan kerupuk ikan yang merupakan industri kecil rumah tangga. Industri-industri ini pada

Page 13: Pengolahan Kerupuk Ikan

Pendahuluan

USAHA KERUPUK IKAN 4

dasarnya tidak hanya memproduksi kerupuk ikan saja tetapi juga kerupuk jenis lain seperti kerupuk

udang dan kerupuk dengan bahan baku tepung lainnya.

Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat

menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat

terbuka. Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat sehingga

permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan. Selain

mampu meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini juga mampu membantu

meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada perekonomian

daerah.

Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial yang positif.

Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak

langsung ini merupakan upaya penciptaan lapangan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran

di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan

pencemaran lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang

tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.

Page 14: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

5

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha Kerupuk Ikan

Usaha kerupuk ikan dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil

rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha kerupuk dapat

dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang

dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek

atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung

diantaranya adalah kerupuk Kasandra dengan bahan baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli

dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala

dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung gaplek.

Setiap pengusaha tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja. Alasan dari

memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini adalah bahwa pada prinsipnya proses pembuatan kerupuk

hampir sama sehingga mesin-mesin yang sama bisa digunakan juga untuk memproduksi jenis yang

lain. Mesin yang perlu ditambahkan adalah mesin pencetak yang sesuai dengan bentuk kerupuk

yang diproses. Usaha dengan jenis produksi lebih dari satu juga akan membantu produsen dalam

variasi produksi sehingga kerugian bisa diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya,

memproduksi kerupuk ikan setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk jenis lain yaitu

kerupuk puli. Jumlah produksi kerupuk puli ini disesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga

dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan. Pada saat harga kerupuk puli naik ataupun saat harga

kerupuk ikan kurang menguntungkan pengusaha akan meningkatkan jumlah produksi kerupuk

puli.

Di wilayah Sidoarjo, usaha pembuatan kerupuk ikan terdiri atas usaha perorangan dan

usaha kelompok. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah di luar kecamatan sentra

industri, sedangkan usaha kelompok banyak terdapat di wilayah-wilayah sentra industri. Jumlah

produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan wilayah pemasaran di dalam negeri,

sementara, usaha kelompok mempunyai skala usaha yang lebih besar karena merupakan

gabungan dari beberapa usaha individu dengan jumlah produksi lebih banyak dan wilayah

pemasaran lebih luas sampai ke luar negeri terutama wilayah Asia, Amerika dan Arab.

Page 15: Pengolahan Kerupuk Ikan

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

USAHA KERUPUK IKAN 6

2.2. Pola Pembiayaan

Dari segi pembiayaan, usaha pembuatan kerupuk ikan memerlukan biaya yang relatif

sedikit. Untuk memulai usaha dengan 1 (satu) unit peralatan teknologi menengah diperlukan dana

kurang lebih Rp500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dicukupi dengan modal sendiri ataupun

sebagian dapat dipenuhi dengan pembiayaan dari bank baik bank konvensional maupun bank

syariah. Kebutuhan biaya untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan dapat dipenuhi

dengan pembiayaan bank, yang umumnya dari bank konvesional.

Pinjaman dari bank (konvensional) tersebut dapat berupa kredit investasi maupun kredit

modal kerja. Dari survey di Sidoarjo, pengusaha kerupuk ikan yang merupakan industri kecil

memperoleh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI).

Kebanyakan dari usaha kerupuk ikan yang memperoleh kredit ini merupakan usaha perorangan.

Pada umumnya pengusaha yang mendapatkan kredit adalah nasabah yang telah lama

berhubungan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga pengusaha yang mendapatkan kredit

dari Bank BRI, dua nasabah memperoleh kredit sebesar Rp500.000.000,- dan satu nasabah

memperoleh kredit sebesar Rp350.000.000,-. Salah satu nasabah dengan kredit Rp500.000.000,-

telah mendapat kredit dari Bank BRI sebanyak 2 kali dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar

Rp300.000.000,-. Untuk nasabah dengan kredit Rp500.000.000,- yang lainnya baru memperoleh

kredit dari Bank BRI 1 (satu) kali. Nasabah dengan kredit Rp350.000.000,- telah mendapatkan

kredit dari Bank BRI sebanyak 3 (tiga) kali. Masing-masing nasabah tersebut memiliki jangka waktu

kredit selama 1 tahun yang dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuannya.

Pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari perbankan syariah.

Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh

pembiayaan syariah. Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk

pembiayaan usaha kerupuk ikan adalah murabahah (jual beli).

Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis pembiayaan kepada

nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral

(jaminan) dan condition (kondisi).

Analisis pembiayaan dengan prinsip 5C menekankan pada aspek karakter calon nasabah.

Namun mengingat karakter sulit dinilai, biasanya didasarkan pada aspek jaminan. Disamping itu

prospek pemasaran dan sistem pembayaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting

karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha

tersebut.

Page 16: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

7

Selain itu, karena usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka ia

harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta

Departemen Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD

dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO).

Page 17: Pengolahan Kerupuk Ikan

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

USAHA KERUPUK IKAN 8

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 18: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

9

BAB III

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Pada bab ini akan dibahas aspek pasar dan pemasaran dari usaha kerupuk ikan. Aspek

pasar menyangkut hal permintaan dan penawaran dari kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran

meliputi masalah harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi

dalam pemasaran kerupuk ikan.

3.1. Aspek Pasar

3.1.1. Permintaan

Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang.

Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun

demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan

olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding

penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk

konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk

penduduk wilayah pedesaan.

Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan

dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan

pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah

menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini

sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih

pokok.

Tabel 3.1 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah

perkotaan dan pedesaan.

Tabel 3.1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah

Wilayah Banyaknya (ons) Nilai (Rp)

Perkotaan (Urban) 0.193 154

Pedesaan (Rural) 0.147 99

Perkotaan + Pedesaan 0.166 122

Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Page 19: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Pasar dan Pemasaran

USAHA KERUPUK IKAN 10

Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas

baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari tabel 3.2. berikut

dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar

jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.

Tabel 3.2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons)

Kurang dari 40.000 -

40.000-59.999 0.075

60.000-79.999 0.087

80.000-99.999 0.085

100.000-149.999 0.128

150.000-199.999 0.140

200.000-299.999 0.196

300.000-499.999 0.250

500.000 dan lebih 0.305

Rata-rata konsumsi per kapita 0.166

Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan juga telah diekspor ke luar negeri

antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun

jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton)

Tahun Kerupuk Udang Kerupuk Lainnya

1993 5.484.933 2.268.430

1994 4.436.580 2.184.394

1995 4.798.040 1.499.143

1996 6.056.580 2.293.738

1997 3.719.562 1.169.470

1998 1.532.735 1.113.172

Sumber: HTTP://www.investasi.belitungisland.com

3.1.2. Penawaran

Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak menghasilkan ikan

terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa

daerah telah memproduksi kerupuk ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan baik di

Page 20: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

11

tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang

mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.

Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja

kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya

menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim

hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun

tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat

menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan kerupuk relatif

banyak dan jenis kerupuk yang sangat bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat

diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan

warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang ada di pasaran membuat

konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.

Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah segmen pasar yang

sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai

masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh

semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring

dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang

menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.

3.2. Aspek Pemasaran

3.2.1. Harga

Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran

menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis

kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah

harga, produsen tidak bisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan sempurna. Pihak yang

dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar membuat

konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk yang laku tersebut akan naik

harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jenis lain.

Page 21: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Pasar dan Pemasaran

USAHA KERUPUK IKAN 12

Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di

Sidoarjo mencapai Rp30.000,- sampai Rp32.500,- per bal isi 5 kg kerupuk siap goreng atau

Rp6.000,- sampai Rp6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan harga

tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10 persen. Kenaikan harga terjadi

pada saat jumlah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan

penurunan produksi terutama pada musim penghujan.

3.2.2. Rantai Pemasaran

Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai kepada konsumen.

Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah

siap goreng.

Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir (rumah tangga)

melalui 3 cara yaitu:

1. Usaha penggorengan

Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari

kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas

kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen

akhir.

2. Agen/toko

Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng

pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir.

3. Pedagang

Pedagang merupakan penjual eceran.

Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada

konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap

konsumsi.

Dalam hal pengiriman produk dari produsen ke konsumen ada dua cara yaitu:

1. Diambil langsung ke produsen

2. Dikirim oleh produsen kepada agen atau toko pemesan

Page 22: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

13

Gambar 3.1. Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang,2004

Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

Gambar 3.2. Diagram Alir Rantai Pemasaran Kerupuk Ikan

Produsen Kerupuk Ikan

Usaha Penggorengan

Agen /toko

Pedagang

Konsumen akhir

Page 23: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Pasar dan Pemasaran

USAHA KERUPUK IKAN 14

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga. Harga kerupuk ikan

maupun udang per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak

memakai ikan dan udang sebagai campuran. Mahalnya harga kerupuk ikan/udang ini

menyebabkan pembeli untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan

menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan/udang sebagai kebutuhan sehari-hari,

tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih rendah, konsumsi untuk kerupuk

ikan/udang ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa. Sementara,

untuk konsumsi sehari-hari masyarakat golongan ini lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih

murah. Berikut perbandingan harga beberapa jenis kerupuk di tingkat produsen di Sidoarjo untuk

jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Jenis Kerupuk dan Harganya di Sidoarjo

Jenis Kerupuk Harga per kg

Kerupuk Ikan 6.000,-

Kerupuk Udang 8.000,-

Kerupuk Puli 3.000,-

Kerupuk Kasandra 2.900,-

Kerupuk Impala 3.000,-

Sumber: Data primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tingkat produsen, harga kerupuk ikan/udang

mencapai dua kali lipat dari harga jenis kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan dan udang). Terlihat

harga kerupuk udang mempunyai harga yang paling tinggi, sebab bahan baku berupa udang

harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain. Dengan komposisi harga yang

demikian tidak mengherankan jika permintaan kerupuk ikan relatif masih rendah terutama pada

masyarakat berpenghasilan rendah.

Page 24: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

15

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk ikan. Secara teknis

pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah didapat dan

alat-alat yang digunakan relatif sederhana.

4.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat

dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat

memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk ikan tidak

memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini

sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup terutama untuk proses penjemuran. Pada lokasi

usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat

penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat.

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

4.2.1. Fasilitas Produksi

a. Bangunan untuk proses produksi

Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku,

pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan/

penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan banyaknya

fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang dimiliki.

Lay out pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini memudahkan

untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat pemotongan

misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan

proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan

output disesuaikan dengan jumlah produksi.

Page 25: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 16

Gambar 4.1. Kerupuk yang Disimpan di Gudang Siap Dipasarkan,2004 Sumber : Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

b. Lahan penjemuran

Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan bangunan

tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah

yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap untuk

penyimpanan sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan.

4.2.2. Peralatan

Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan dengan

teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk

dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan skala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat

yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan

yaitu:

1. Baskom

2. Dandang

3. Alat penghancur bumbu (cobek)

4. Pisau

5. Tampah (Nyiru)

6. Kompor

7. Loyang

8. Sendok.

Page 26: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

17

Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat dengan

teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja

sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang singkat.

Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk ikan antara lain:

1. Alat penghancur ikan

Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya sehingga

diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain.

2. Alat pelembut bahan (mulen)

Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan

tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu)

orang tenaga kerja.

3. Bak pencampur bahan

Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter

yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan

yang diinginkan.

4. Pencetak

Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan berbentuk silinder sebelum dimasukkan

ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak

menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1 (orang) tenaga kerja untuk

menjalankannya.

5. Alat pengukus (dandang)

Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium.

Gambar 4.2. Dandang untuk Mengukus Adonan Kerupuk Ikan,2004 Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

Page 27: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 18

6. Mesin pemotong

Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah didinginkan selama 1 hari

(24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja.

7. Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau

pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari cor-coran semen

dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk yang akan

dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri

dari dryer dan mesin diesel.

Gambar 4.3. Oven untuk Pengeringan Kerupuk Pada Musim Hujan,2004 Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

4.3. Bahan Baku Produksi

Terdapat bermacam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku

yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan.

Berbagai jenis ikan dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak semua jenis

ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering dibuat kerupuk antara lain ikan

tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku

lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur. Bumbu juga digunakan dalam

pembuatan kerupuk ikan untuk menambah rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang

digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan

tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik.

Page 28: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

19

4.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian

khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap

pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses penyiapan

bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita banyak

digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja tetap,

terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau

pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat.

4.5. Teknologi

Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun

teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan

selama proses produksi.

a. Teknologi tradisional

Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan

yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan

faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses dari produksi ini mengandalkan

tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang

dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat

menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat kecil

dengan mutu yang kurang baik.

b. Teknologi modern

Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern adalah proses dengan menggunakan

peralatan yang lebih modern seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih

variatif, mesin pemotong yang lebih cepat dan penggunaan oven. Penggunaan teknologi ini dapat

menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana.

Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan

menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional.

c. Teknologi menengah

Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah ini menggunakan peralatan yang

terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.

Page 29: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 20

4.6. Proses Produksi

Usaha pembuatan kerupuk ikan hanya melakukan pengolahan dari bahan mentah sampai

pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut:

1. Proses penyiapan bahan baku

Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan yang akan digunakan, tepung serta

bumbu-bumbu yang digunakan beserta perhitungan komposisi masing-masing bahan untuk

setiap adonan. Dalam mempersiapkan bahan baku pembuatan kerupuk ikan yang perlu

mendapat perhatian utama adalah penyiapan ikan yang akan dijadikan bahan utama. Mutu

ikan yang digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk ikan, oleh karena itu perlu

dipilih ikan yang masih segar. Dengan demikian diperlukan pengetahuan untuk mengetahui

tanda-tanda ikan dengan mutu yang baik (masih segar).

Sebelum dihaluskan, ikan dibersihkan dahulu dengan cara menghilangkan sisik, insang,

maupun isi perutnya kemudian dicuci sampai bersih. Bagian tubuh yang keras, seperti duri

maupun tulang dibuang karena dapat menurunkan mutu kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya

ikan tersebut digiling sampai halus. Di samping itu bahan baku berupa tepung dan telur serta

bumbu disiapkan untuk proses adonan.

Tabel 4.1. Ciri-ciri Utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Membusuk

Ikan Segar Ikan yang Mulai Membusuk

Kulit

- Warna kulit terang dan jernih

- Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut

- Warna-warna khusus yang ada masih terlihat jelas

- Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak

- Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu

- Kulit mudah robek dan warna-warna khusus sudah hilang

Sisik

- Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas

- Sisik mudah terlepas dari tubuh

Mata - Mata tampak terang, jernih,

menonjol dan cembung

- Mata tampak suram, tenggelam

dan berkerut

Insang - Insang berwarna merah sampai

merah tua, terang dan lamella insang terpisah

- Insang berwarna coklat suram atau

abu-abu dan lamella insang berdempetan

Page 30: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

21

Ikan Segar Ikan yang Mulai Membusuk

- Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan

- Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung

Daging - Daging kenyal, menandakan

rigor mortis masih berlangsung - Daging dan bagian tubuh lain

berbau segar - Bila daging ditekan dengan jari

tidak tampak bekas lekukan - Daging melekat kuat pada tulang - Daging perut utuh dan kenyal - Warna daging putih

- Daging lunak, menandakan rigor

mortis telah selesai - Daging dan bagian tubuh lain

mulai berbau busuk - Bila ditekan dengan jari tampak

bekas lekukan - Daging mudah lepas dari tulang - Daging lembek dan isi perut sering

keluar - Daging berwarna kuning kemerah-

merahan terutama di sekitar tulang punggung

Bila ditaruh dalam air - Ikan segar akan tenggelam

- Ikan yang sudah membusuk akan

terapung di permukaan air

Sumber: Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius, Yogyakarta, 1989.

2. Proses pembentukan adonan

Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang digunakan.

Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kental. Bumbu dan ikan yang telah

digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas hingga lumat dan rata.

Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam mulen untuk pelembutan, dan akan diperoleh

adonan yang kenyal dengan campuran bahan merata.

3. Pencetakan

Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan

menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang lebih 30 cm dan

diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk serupa.

Kemudian adonan berbentuk silinder ini di “press” untuk mendapatkan adonan yang lebih

padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang

terbuat dari aluminium.

Page 31: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 22

Gambar 4.4. Proses Pencetakan Adonan Kerupuk Ikan sebelum Dikukus,2004

Sumber : Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

4. Pengukusan

Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 2 jam

sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau belum adalah

dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan

telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat

dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula,

artinya adonan telah masak.

5. Pendinginan

Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk melepaskan dari

cetakan, biasanya adonan tersebut diguyur dengan air. Adonan tersebut kemudian didinginkan

di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi

keras dan mudah diiris.

6. Pemotongan

Tahap selanjutnya adalah pemotongan adonan kerupuk yang telah dingin. Sebuah mesin

pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu

mengiris adonan dengan pisau yang tajam. Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal

kira-kira 2 mm, agar hasilnya baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau

dilumuri dahulu dengan minyak goreng.

Page 32: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

23

7. Penjemuran/pengovenan

Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan di bawah

sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan untuk pengeringan kerupuk yang

masih basah ini dapat dilakukan dengan oven (dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi

kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan jika

menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih

mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk dan

akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari

lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan oven.

Gambar 4.5. Proses Penjemuran Kerupuk Ikan dengan Sinar Matahari,2004

Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

8. Pengepakan

Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering ini dapat

segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng ini dikemas dalam plastik

sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal, dimana per bal

dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk.

Page 33: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 24

Gambar 4.6. Pengepakan Kerupuk Ikan yang Dikerjakan oleh Tenaga Kerja Wanita, 2004

Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

Page 34: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

25

Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.7. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk IKan

Gula, garam dan telur dicampur

Ikan dibersihkan, dibuang tulang dan durinya, dicuci

kemudian dihaluskan

Pengepakan

Penjemuran

Pemotongan

Pendinginan

Pengukusan

Pencetakan

Adonan tepung tapioka (tepung tapioka yang

diberi air dingin)

Ikan dan bumbu dicampur hingga bumbu

merata

Page 35: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 26

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Dengan menggunakan teknologi sederhana, jumlah produksi kerupuk per hari yang

dihasilkan sedikit. Dengan peralatan yang masih sederhana dan kapasitas produksi yang masih

rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, pembuatan kerupuk ikan memerlukan

waktu yang lebih lama sehingga dalam sehari terkadang hanya dapat melakukan 1 (satu) kali

adonan dengan jumlah produksi rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi

modern dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali adonan dengan jumlah produksi per adonan bisa

lebih dari 1 ton.

Dalam usaha kerupuk ikan biasanya tidak hanya mengusahakan satu jenis kerupuk ikan

saja. Usaha ini juga menghasilkan jenis kerupuk lain seperti kerupuk udang atau kerupuk tepung

sebagai diversifikasi usaha. Usaha tersebut dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari

konsumen tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak

macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang

digunakan.

Dari berbagai jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi

standar mutu produk kerupuk ikan yang ditetapkan. Selain itu kerupuk ikan harus bebas dari

bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Adapun standar mutu

kerupuk disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel.4.2. Standar Mutu Kerupuk

KARAKTERISTIK

STANDAR MUTU

I II

Udang Ikan Udang Ikan

Kadar air (%) maksimum 12,0 12,0 12,0 12,0

Kadar protein (%) minimum 4,0 5,0 2,0 5,0

Kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimum 1,0 1,0 1,0 1,0

Benda asing (%) maksimum 1,0 1,0 1,0 1,0

Bau (mg) Khas Khas Khas Khas

Sumber: www.ristek.go.id

4.8. Produksi Optimum

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi lapangan, komposisi adonan tepung

tapioka dan bumbu yang digunakan memiliki perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung

tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya.

Page 36: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

27

Komposisi ini dapat menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu jika digoreng akan

mengembang dengan baik. Apabila proses pembuatan kerupuk ikan berjalan optimal maka dari 1

adonan tepung tapioka yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya tersebut dapat dihasilkan

300-330 kg kerupuk (rendemen 76-85 persen)

4.9. Kendala Produksi

Dilihat dari sisi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak menemui kesulitan. Setiap proses

produksi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus. Kesulitan yang

sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi kelangkaan bahan baku ikan dan penurunan

produksi pada saat musim hujan.

Kesulitan bahan baku terjadi ketika pasokan ikan menurun sehingga menyebabkan harga

ikan naik. Pada kondisi ini pengusaha kerupuk mengalami penurunan pasokan ikan karena jumlah

produksi ikan yang menurun tersebut lebih banyak dialihkan untuk konsumsi sehari-hari secara

langsung. Di pihak lain pengusaha tidak dapat menaikkan harga sesuai dengan kenaikan harga

bahan bakunya karena tidak dapat mempengaruhi harga kerupuk ikan di pasar. Hal inilah yang

menyebabkan pengusaha mengurangi jumlah produksinya.

Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produk.

Penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya sinar matahari yang menghambat proses

penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan oven (dryer), tetapi jumlah

produk yang dihasilkan juga sedikit sebab mutunya tidak sebagus dengan pengeringan dengan

sinar matahari. Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kerupuk

karena harus dijemur berhari-hari.

Kendala produksi di atas biasanya diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam

jumlah yang besar pada musim kemarau untuk stok musim hujan, karena pada musim hujan terjadi

kenaikan harga kerupuk yang diakibatkan oleh jumlah permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh

produsen seperti hari-hari biasanya.

Page 37: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Teknis Produksi

USAHA KERUPUK IKAN 28

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 38: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

29

BAB V

ASPEK KEUANGAN

Analisa aspek keuangan membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS untuk

memperoleh gambaran tentang prospek usaha yang akan dibiayai. Aspek keuangan juga dapat

membantu pihak pengusaha dalam mengelola dana pembiayaan untuk usaha bersangkutan.

5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah

Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam

produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pada pola syariah mempunyai

keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel.

Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam,

istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih

mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa

memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk.

Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan

sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual

sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang

diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode

bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue

sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitung -kan setelah dikurangi seluruh biaya

(keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan

usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.

Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi

keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha untuk memilih produk

pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS,

pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat resiko terhadap nasabah dan

usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun

besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.

Page 39: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Keuangan

USAHA KERUPUK IKAN 30

5.2. Pemilihan Pola Usaha

5.2.1. Karakteristik Usaha kerupuk ikan

Usaha kerupuk ikan didukung oleh ketersedian bahan baku ikan. Sejauh ini, bahan baku

tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, hanya kuantitasnya yang berfluktuasi diperngaruhi oleh musim

penangkapan ikan. Dengan demikian mengacu pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha

kerupuk ikan relatif dapat dijalankan. Selain itu, usaha kerupuk ikan dapat dilakukan baik dengan

peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha kerupuk ikan

dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri.

Sedangkan untuk pasar kerupuk ikan masih terbuka lebar, hal ini mengingat kerupuk

merupakan makanan pelengkap yang sangat digemari oleh masyarakat. Kegemaran akan kerupuk

ini tidak hanya dari kalangan masyarakat domestik tetapi juga di luar negeri. Berdasarkan potensi

pasarnya, maka usaha pengolajan kerupuk ikan memiliki prospek untuk dikembangkan.

5.2.2. Pola Pembiayaan

Pada umumnya seorang pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk

saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu

strategi untuk memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas.

Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga

oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis

aspek keuangan dari usaha yang hanya memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang

digunakan dalam proses produksi adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal

310 kg kerupuk setiap satu kali adonan.

Perhitungan analisis keuangan didasarkan pada kelayakan usaha kerupuk ikan. Model

kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerupuk ikan yang telah berjalan dan untuk

menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di wilayah lain.

Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk

pembiayaan, maka pada aspek keuangan ini akan disajikan contoh produk pembiayaan dengan

cara murabahah (jual beli) baik untuk pembiayaan investasi maupun untuk pembiayaan modal

kerja. Pertimbangannya adalah karena produk murabahah ini sudah banyak diterapkan dalam

praktek LKS) dan masyarakat pemakai pun sudah mengenal serta mengakses pola pembiayaan

tersebut.

Page 40: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

31

Produk murabahah juga sebagai upaya untuk mitigasi resiko baik terhadap usaha maupun

nasabah, karena pada produk pembiayaan ini margin secara pasti ditentukan diawal akad. Di

samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun

nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen

usaha (biaya investasi dan modal kerja) atau hanya untuk komponen-komponen tertentu saja.

Pada contoh perhitungan, akan disampaikan pembiayaan untuk membeli komponen-

komponen tertentu. Contoh yang disajikan diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha.

Pembiayaan investasi untuk pengadaan mesin molen, mesin cetak, mesin potong, jrebeng dan

dryer/oven dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. Sedangkan pembiayaan modal kerja dipergunakan

untuk membeli bahan baku (tepung tapioka dan ikan) dalam jangka waktu satu tahun.

5.2.3. Produk Murabahah

Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak

dimanfaatkan baik oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maupun oleh nasabah. Untuk mengenal

produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang

diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No:

7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada

penjual (bai’), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman)

dan ijab qabul (sighat).

Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:

1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan.

2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama

periode akad.

3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank /Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.

4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

disepakati kualifikasinya.

5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad

murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

6. Pembayaran secara murabahah dapat dilakukan secara tunai atau dengan cicilan.

Page 41: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Keuangan

USAHA KERUPUK IKAN 32

7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani

kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah

untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:

a. Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka

biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan

kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai

kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta pembayaran sisa

kerugiannya kepada nasabah,

b. Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah

menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat

pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi

kekurangannya.

5.3. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum

dalam tabel 5.1. Periode proyek 5 (lima) tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan adalah

tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah

tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha mampu memproduksi

310 kg kerupuk. Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp6.000,-.

Hari kerja selama setahun sebanyak 285 hari. Tenaga kerja borongan bekerja selama 200 hari.

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Keterangan

1 Periode proyek tahun 5 Periode 5 tahun

2 Luas tanah m2 2.000

- Luas bangunan m2 500

- Luas tanah penjemuran m2 1.500

3 Sarana Transportasi unit 1 Mobil box

4 Hari kerja selama 1 tahun

- tenaga kerja tetap hari 285

- tenaga borongan hari 200

5 Produksi dan Harga

- Produksi per hari kg 620 2 adonan per hari. produksi @310 kg kerupuk

- Harga kerupuk ikan kg 6.000

6 Penggunaan tenaga kerja

Page 42: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

33

No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Keterangan

- Tenaga Manajerial orang 2

- Tenaga kerja tetap orang 14

- Tenaga kerja borongan orang 4

7 Upah tenaga kerja

- Tenaga Manajerial Rp/hr 36.000

- Tenaga kerja tetap Rp/hr 18.000

- Tenaga kerja borongan Rp/hr 22.000

8 Penggunaan bahan baku Untuk satu kali adonan

- Tepung tapioka kg 300

- Ikan kg 50

- Garam kg 10

- Gula kg 12,5

- Telur kg 10

- Penyedap kg 2

- Pewarna kg 0,25

Sumber: Lampiran 2

5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha kerupuk ikan dibedakan menjadi dua yaitu

biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha. Sedangkan, biaya operasional adalah

seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi.

5.4.1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk

yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen

diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan

pendukung dan sarana transportasi.

Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan

Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa

tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa

tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan

produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada

tahun 0 adalah Rp299.339.000,-.

Page 43: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Keuangan

USAHA KERUPUK IKAN 34

Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan

No Jenis Biaya Nilai Penyusutan

1 Perijinan 600.000 0

2 Sewa Tanah dan Bangunan 150.000.000 0

3 Mesin/Peralatan Produksi 107.030.000 43.994.750

4 Peralatan lain 1.709.000 221.800

5 Mobil box 40.000.000 4.000.000

Jumlah Biaya Investasi 299.339.000 48.216.550 Sumber: Lampiran 3

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11%

dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian

mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa

biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya, mobil

angkutan dan perijinan.

5.4.2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah

produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu,

peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja.

Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi

kerupuk. Jumlah hari kerja dalam setahun sebanyak 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1

tahun=365 hari, dikurangi hari libur minggu dan libur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak

berproduksi selama 16 hari).

Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp711.298.900,-. Biaya

bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun. Komponen biaya

terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya

operasional tiap tahunnya. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan

borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasal dari anggota keluarga dengan

upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali lipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja

borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan

pada saat terjadi kenaikan permintaan.

Page 44: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

35

Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kerupuk Ikan per Tahun

No Jenis Biaya Nilai (Rp)

1 Bahan Baku 520.125.000

2 Bahan Pembantu 16.200.000

3 Peralatan Operasional 11.700.000

4 Biaya Transportasi 14.400.000

5 Biaya Listrik 7.200.000

6 Biaya telepon 1.800.000

7 Tenaga Kerja 109.940.000

8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900

Jumlah Biaya Operasional Per Tahun 711.298.900 Sumber: Lampiran 4

5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari kebutuhan investasi dan modal

kerja. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana

milik sendiri.

Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan

usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk pengadaan

mesin mulen, mesin cetak, mesin pemotong, jrebeng dan dryer/oven. Sedangkan komponen yang

lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari

kontribusinya dalam usaha.

Besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu

kali siklus produksi. Usaha kerupuk ikan mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai

memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 30 hari atau 1 bulan. Sehingga

jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah:

Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x

biaya operasional selama 1 tahun

= (30/285) x Rp711.298.900

= Rp74.873.568,-

Page 45: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Keuangan

USAHA KERUPUK IKAN 36

Kebutuhan modal kerja yang dibiayai dari LKS hanya untuk pembeliaan bahan baku (ikan

dan tepung tapioka) yaitu sebesar Rp. 44.400.000,-.. Kebutuhan komponen-komponen biaya

modal kerja yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang

bersangkutan.

Pengadaan mesin dan peralatan investasi serta pengadaan bahan baku yang dimaksud

pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah dimiliki oleh

pihak LKS. Untuk mengadakan barang dan bahan ini pihak LKS dapat menggunakan pihak lain

dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.

Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan

syariah ditampilkan pada tabel 5.4 (lampiran 9)

Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)

I Kebutuhan Modal Investasi 299.339.000

a. Pembiayaan 103.500.000

b. Dana sendiri 195.839.000

II Kebutuhan Modal Kerja (1 bulan) 74.873.568

a. Pembiayaan 44.400.000

b. Dana sendiri 30.473.568

III Total dana proyek yang bersumber dari 374.212.568

a. Pembiayaan 147.900.000

b. Dana sendiri 226.312.568

Sumber: Lampiran 9

Jangka waktu pembiayaan untuk investasi selama tiga tahun tanpa grace period,

sedangkan pembiayaan modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu satu tahun.

Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya

disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat margin pembiayaan yang

digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 9% (konvensional setara dengan suku bunga flat

p.a)

Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap

dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan

siklus produksinya.

Page 46: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

37

5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah

adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan

adonan sebanyak 570 kali dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga

kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan dari produksi kerupuk

per tahun sebesar Rp1.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong

bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp1.368.000,-. Tabel penerimaan kotor dalam

setahun disajikan dalam tabel 5.5. berikut:

Tabel 5.5. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun

No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Nilai (Rp)

1 Produksi per tahun Kg 176.700

2 Penjualan per tahun Kg 176.700 6.000 1.060.200.000

3 Penjualan sak per tahun Sak 3.420 400 1.368.000

4 Pendapatan kotor 1.061.568.000 Sumber: Lampiran 5

Dari Tabel 5.5. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pengolajan kerupuk ikan

adalah Rp1.061.568.000 per tahun.

5.7. Proyeksi Rugi Laba

Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian

penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih

antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya ditampilkan pada lampiran 6, menunjukkan

keuntungan (surplus) selama periode proyek.

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama setelah

dikurangi pajak (15%), usaha ini telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp245.430.318-. dengan

tingkat profit margin sebesar 23,12%. Laba dan profit margin ini akan meningkat untuk tahun-

tahun berikutnya karena komponen biaya angsuran margin pembiayaan yang semakin berkurang.

Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk ikan,

dari hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar

Rp146.130.922,- atau dengan jumlah produksi sebesar 24.355 kg per tahunnya dengan harga

kerupuk ikan per kg sebesar Rp6.000,-. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7

Page 47: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Keuangan

USAHA KERUPUK IKAN 38

5.8. Proyeksi Arus Kas

Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus

masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk

utama kerupuk ikan dan produk sampingan yaitu kantong bekas tepung tapioka (zak) selama satu

tahun. Diasumsi kapasitas usaha berpengaruh pada besarnya volume produksi yang akan

menentukan nilai total penjualan. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel

termasuk angsuran pembiayaan dan pajak penghasilan.

Evaluasi kelayakan untuk usaha kerupuk ikan dengan pembiayaan murabahah dapat diukur

dari tingkat kemampuan membayar kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui

karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada

analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari pendapatan

yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 9 % p.a flat,

usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan

demikian usaha kerupuk ikan tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk

memperoleh pembiayaan.

Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan

pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C

Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR bisa menjadi indikator untuk

mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang

untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu

untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas

dasar kesepakatan kedua belah pihak yaitu LKS dan pengusaha.

Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha kerupuk ikan selengkapnya ditampilkan pada

lampiran 8.

5.9. Perolehan Margin

Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha kerupuk ikan adalah murabahah

(jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk usaha

baru atau perluasan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat margin 9% per tahun, selama tiga

tahun menghasilkan margin sebesar Rp.31.941.000,-. Tingkat margin ini diberlakukan flat (tetap)

per tahun, selama waktu pembiayaan yang disepakati. Selengkapnya, perhitungan perolehan

margin dapat dilihat pada lampiran 9.

Page 48: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

39

Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data rujukan)

untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum

tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang

diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data

pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 10.

Page 49: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Keuangan

USAHA KERUPUK IKAN 40

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 50: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

41

BAB VI

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomis, sosial dan dampak lingkungan dari usaha

kerupuk ikan. Aspek ekonomis berkaitan dengan dampak usaha ini terhadap perekonomian baik

bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara umum di wilayah tempat tinggal. Aspek

ekonomis sangat terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan bersifat sosial

yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di sekitar wilayah usaha. Sedangkan aspek

lingkungan menyangkut dampak dari usaha kerupuk ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak

terhadap lingkungan terutama timbul karena setiap usaha menghasilkan limbah yang mungkin

dapat mengganggu ekosistem lain.

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Usaha kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi pengusaha, penduduk

wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomis dari usaha ini adalah peningkatan

pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan karena

mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini

dapat memacu kenaikan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga

meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada

pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah,

tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang

singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi

peluang untuk menambah devisa.

Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan memberi dampak sosial

yang positif melalui penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara,

tetangga sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat

menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah membantu

mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah tersebut.

Page 51: Pengolahan Kerupuk Ikan

Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan

USAHA KERUPUK IKAN 42

6.2. Aspek Dampak Lingkungan

Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dihasilkan, dapat

dikatakan bahwa usaha ini relatif tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia

maupun lingkungan sekitarnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan.

Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah ini

tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat mencemari tanah dan tanaman. Selain air usaha ini

juga menimbulkan bau amis dari ikan yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu

udara secara luas. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman

bagi lingkungan.

Page 52: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

43

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

a. Usaha kerupuk ikan yang dilakukan oleh masyarakat di Sidoarjo merupakan usaha dengan

skala kecil.

b. Kegiatan usaha yang dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi menengah.

c. Permintaan kerupuk ikan relatif tinggi dengan konsumen dari berbagai lapisan masyarakat.

d. Usaha kerupuk ikan mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk

konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor.

e. Harga kerupuk ikan pada tahun 2004 di tingkat produsen berkisar antara Rp6.000,- sampai

Rp6.500,- per kg. Sedangkan harga di tingkat konsumen akhir mencapai Rp9.000,- sampai

Rp10.000,- per kg. Harga ini sering mengalami fluktuasi dengan kisaran 10%.

f. Dari segi teknis, usaha kerupuk ikan sangat mudah dan cepat diadopsi oleh masyarakat karena

prosesnya sangat sederhana.

g. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pendirian usaha baru dengan

produk mudarabah (jual beli), maka diperlukan modal usaha sebesar Rp 374.212.568,- yang

terdiri dari modal investasi sebesar Rp299.339.000,- dan modal kerja sebesar Rp74.873.568,-.

Modal tersebut diasumsikan berasal dari pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan dari

pemilik/pengusaha.

h. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan usaha kerupuk ikan layak untuk diusahakan. Dengan

masa proyek 5 tahun dan tingkat margin 9%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada

LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya.

7.2. Saran

a. Untuk menjaga kelangsungan produksi dengan biaya yang relatif rendah pengusaha kerupuk

ikan perlu menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku, terutama untuk tepung tapioka

yang jumlah produsennya terbatas dengan harga yang fluktuatif.

Page 53: Pengolahan Kerupuk Ikan

Kesimpulan dan Saran

USAHA KERUPUK IKAN 44

b. Untuk meningkatkan jumlah penjualan perlu pemasaran yang baik, pada usaha kerupuk ikan

ini hubungan personal antara produsen dengan penjual merupakan kunci untuk melebarkan

jaringan pemasaran.

c. Secara finansial proyek ini layak untuk dibiayai, namun LKS tetap perlu melakukan analisis

pembiayaan yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian, khususnya dalam

penyaluran pembiayaan investasi untuk usaha baru ataupun peremajaan usaha.

Page 54: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

45

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta, 1989.

Himpunan Fatwa Dewan Syariah. 2003. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank

Indonesia

Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana

bagi Bank. 2005. Bank Indonesia

Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, Susenas, 2003

Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2002, Badan Pusat Statistik, 2003

DAFTAR WEBSITE

1. http://www.investasi.belitungisland.com/

2. http://www.ristek.go.id/

3. http://www.sidoarjo.go.id

4. http://www.warintek.progressio.or.id

5. http://www.islamicfinanceonline.com

6. http://www.ifsb.org

7. http://www.isdb.org

8. http://www.bankislam.com.my

9. http://www.lariba.com

10. http://www.amss.net

Page 55: Pengolahan Kerupuk Ikan

Daftar Pustaka

USAHA KERUPUK IKAN 46

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 56: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

47

L A M P I R A N

Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah

Pembiayaan Syariah

Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat.

Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:

1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.

2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.

Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:

1. Informasi data nasabah 2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil 3. Proyeksi laporan keuangan 4. Akad pembiayaan

Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

a. Informasi data nasabah

Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha.

Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan.

b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil

Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil.

Page 57: Pengolahan Kerupuk Ikan

Lampiran

USAHA KERUPUK IKAN 48

Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing.

c. Proyeksi laporan keuangan

Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.

Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).

d. Akad pembiayaan

Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.

Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel Pengenalan Produk Syariah

Prinsip Dasar Jenis – Jenis

Bagi Hasil (Profit Sharing)

Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation) Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing

Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment) Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing)

Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing) Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen

Page 58: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

49

Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield) Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen

Jual Beli (Sale and Payment Sale)

Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale) Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya

Bai’ as Salam (in front Payment Sale) Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh

Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan

Sewa (Operational Lease and Financial Lease)

Al-Ijarah (operational Lease) Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa

AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option) Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa

Jasa (Fee-Based Services)

Al Wakalah (Deputyship) Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan

Al-Kafalah (Guaranty) Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.

Al-Hawalah (Transfer service) Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya

Page 59: Pengolahan Kerupuk Ikan

Lampiran

USAHA KERUPUK IKAN 50

Ar-Rahn (Mortgage) Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis

Al-qardh (soft and Benevolent Loan) Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan

Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Kerupuk Ikan

Page 60: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

51

No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Keterangan

1 Periode proyek tahun 5 Periode 5 tahun

2 Luas tanah m2 2,000

Luas bangunan m2 500

Luas tanah penjemuran m2 1,5003 Sarana Transportasi unit 1 Mobil box4 Hari kerja selama 1 tahun hari 285

Hari kerja tenaga borongan hari 2005 Produksi dan Harga

Produksi per hari kg 620 2 adonan per hari, produksi @310 kg kerupukHarga kerupuk ikan kg 6,000

6 Penggunaan tenaga kerja Tenaga Manajerial orang 2Tenaga kerja tetap orang 14Tenaga kerja borongan orang 4

7 Upah tenaga kerjaTenaga Manajerial Rp/hr 36,000Tenaga kerja tetap Rp/hr 18,000Tenaga kerja borongan Rp/hr 22,000

8 Penggunaan bahan baku Untuk satu kali adonanTepung tapioka kg 300Ikan kg 50Garam kg 10Gula kg 12.5Telur kg 10Penyedap kg 2Pewarna kg 0.25

9 Margin Pembiayaan % 9% setara p.a flat

Page 61: Pengolahan Kerupuk Ikan

Lampiran

USAHA KERUPUK IKAN 52

Lampiran 3. Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan

No Jenis Biaya Satuan Jumlah Harga/ satuan Nilai

Umur Ekonomis (tahun)

Penyusutan per tahun Nilai Sisa

1 Perijinan satu paket 1 600.000 600.000 3 0

2 Sewa tanah dan bangunan m2 2000 75.000 150.000.000 1 0

3 Mesin/Peralatan Produksi

- Penghancur ikan unit 1 275.000 275.000 20 13.750 206.250

- Mulen unit 1 11.000.000 11.000.000 20 550.000 8.250.000

- Bak adonan unit 2 300.000 600.000 5 120.000 0

- Mesin cetak unit 1 12.000.000 12.000.000 20 600.000 9.000.000

- Cetakan unit 30 8.500 255.000 5 51.000 0

- Dandang (plus kompor) unit 3 800.000 2.400.000 15 160.000 1.600.000

- Mesin pemotong unit 4 7.000.000 28.000.000 20 1.400.000 21.000.000

- Jrebeng*) unit 9000 4.500 40.500.000 1 40.500.000 0

- Dryer/Oven unit 1 12.000.000 12.000.000 20 600.000 9.000.000

Sub jumlah 107.030.000 43.994.750 49.056.250

4 Peralatan lain

- Bak tempat air unit 4 6.000 24.000 5 4.800 0

- Gledegan unit 2 325.000 650.000 10 65.000 325.000

- Timbangan 5 kg unit 2 450.000 900.000 20 45.000 675.000

- Plastik terpal unit 10 3.500 35.000 5 7.000 0

- Alat lain 100.000 1 100.000 0

Sub jumlah 1.709.000 221.800 1.000.000

5 Mobil Box unit 1 40.000.000 40.000.000 10 4.000.000 20.000.000

Jumlah biaya investasi 299.339.000 48.216.550 70.056.250

*) termasuk waring (digunakan untuk menjemur kerupuk)

Rekap Jumlah Biaya Investasi

No Jenis Biaya Nilai Penyusutan

1 Perijinan 600.000 0

2 Sewa Tanah dan Bangunan 150.000.000 0

3 Mesin/Peralatan Produksi 107.030.000 43.994.750

4 Peralatan lain 1.709.000 221.800

5 Mobil box 40.000.000 4.000.000

Jumlah Biaya Investasi 299.339.000 48.216.550

Page 62: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

53

Lampiran 4. Biaya Operasional Usaha Kerupuk Ikan

No Jenis Biaya Satuan Jumlah untuk

1 tahun Harga/satuan Nilai (Rp) 1 Bahan Baku - Tepung tapioka Kg 171.000 1.750 299.250.000 - Ikan Kg 28.500 4.300 122.550.000 - Garam Kg 5.700 4.000 22.800.000 - Gula Kg 7.125 3.800 27.075.000 - Telur Kg 5.700 6.000 34.200.000 - Penyedap Kg 1.140 10.000 11.400.000 - Pewarna Kg 143 20.000 2.850.000

Sub jumlah 520.125.000 2 Bahan Pembantu - Minyak tanah Liter 18.000 900 16.200.000

Sub jumlah 16.200.000 3 Peralatan Operasional - Plastik Kg 600 11.000 6.600.000 - Biaya cetak label Kg 600 7.500 4.500.000 - Peralatan operasional lain Unit 1 600.000 600.000

Sub jumlah 11.700.000 4 Biaya Transportasi Bulan 12 1.200.000 14.400.000 5 Biaya listrik Bulan 12 600.000 7.200.000 6 Biaya telepon Bulan 12 150.000 1.800.000 7 Tenaga Kerja - Tenaga Manajerial Hari 2 36.000 20.520.000 - Tenaga Kerja Tetap Hari 14 18.000 71.820.000 - Tenaga Kerja Borongan Hari 4 22.000 17.600.000

Sub jumlah 109.940.000 8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900

Jumlah Biaya Operasional 711.298.900

Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun

No Jenis Biaya Nilai (Rp) 1 Bahan Baku 520.125.000 2 Bahan Pembantu 16.200.000 3 Peralatan Operasional 11.700.000 4 Biaya Transportasi 14.400.000 5 Biaya Listrik 7.200.000 6 Biaya telepon 1.800.000 7 Tenaga Kerja 109.940.000 8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900

Jumlah Biaya Operasional Per Tahun 711.298.900

Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional

Jenis Biaya Harga/satuan Nilai (Rp) Jumlah dana modal kerja*) 30/285 74.873.568 *) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 30 hari kerja operasional

Sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan : = (30/285) x biaya operasoional 1 th. Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Penjualan Kerupuk Ikan

53

Page 63: Pengolahan Kerupuk Ikan

Lampiran

USAHA KERUPUK IKAN 54

No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Nilai (Rp)

1 Produksi per tahun Kg 176.700 2 Penjualan per tahun Kg 176.700 6.000 1.060.200.000

Pendapatan Sampingan

No Uraian Satuan jumlah harga satuan Nilai (Rp)

1 Penjualan sak Sak 3.420 400 1.368.000

Total Pendapatan Per Tahun

No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Nilai (Rp)

1 Produksi per tahun Kg 176.700 2 Penjualan per tahun Kg 176.700 6.000 1.060.200.000 3 Penjualan sak per tahun Sak 3.420 400 1.368.000 4 Pendapatan kotor 1.061.568.000

Page 64: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

55

Lampiran 6. Proyeksi Pendapatan dan Biaya Usaha Kerupuk Ikan

No.

Uraian

Tahun 0 1 2 3 4 5

1 Pendapatan a. Penjualan 0 1.060.200.000 1.060.200.000 1.060.200.000 1.060.200.000 1.060.200.000 Penjualan sak 1.368.000 1.368.000 1.368.000 1.368.000 1.368.000 b. Nilai Sisa 0 70.056.250 Jumlah (a+b) 0 1.061.568.000 1.061.568.000 1.061.568.000 1.061.568.000 1.131.624.250 2 Pengeluaran a. Investasi - Perijinan 600.000 600.000

- Sewa tanah dan

Bangunan 150.000.000 150.000.000 150.000.000 150.000.000 150.000.000

- Mesin/Peralatan

Produksi 107.030.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 - Peralatan Lainnya 1.709.000 100.000 100.000 100.000 100.000 - Mobil box 40.000.000 Jumlah a 299.339.000 0 190.600.000 190.600.000 191.200.000 190.600.000 b. Biaya operasional - Modal kerja 74.873.568 - Bahan Baku 520.125.000 520.125.000 520.125.000 520.125.000 520.125.000 - Bahan Pembantu 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000

- Peralatan

Operasional 11.700.000 11.700.000 11.700.000 11.700.000 11.700.000 - Biaya Transportasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 - Biaya Listrik 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 - Biaya telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 - Tenaga Kerja 109.940.000 109.940.000 109.940.000 109.940.000 109.940.000

- Biaya Pemeliharaan

Mesin 29.933.900 29.933.900 29.933.900 29.933.900 29.933.900 Jumlah b 74.873.568 711.298.900 711.298.900 711.298.900 711.298.900 711.298.900 Jumlah a + b 374.212.568 711.298.900 901.898.900 901.898.900 902.498.900 901.898.900 3 Surplus -374.212.568 350.269.100 159.669.100 159.669.100 159.069.100 229.725.350 Total Surplus 684.189.182 Rata-rata per tahun 34.209.459

Page 65: Pengolahan Kerupuk Ikan

Lampiran

USAHA KERUPUK IKAN 56

Lampiran 7. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Kerupuk Ikan

Pajak 15%

No Uraian 1 2 3 4 5 Jumlah

1 Pendapatan 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 5,307,840,000

2 Pengeluarana. Biaya operasional 711,298,900 711,298,900 711,298,900 711,298,900 711,298,900 3,556,494,500b. Penyusutan 48,216,550 48,216,550 48,216,550 48,216,550 48,216,550 241,082,750c. Margin pembiayaan 13,311,000 9,315,000 9,315,000 - - -

Jumlah 772,826,450 768,830,450 768,830,450 759,515,450 759,515,450 3,797,577,250Laba sebelum pajak 288,741,550 292,737,550 292,737,550 302,052,550 302,052,550 1,510,262,750e. Pajak % 15% 43,311,233 43,910,633 43,910,633 45,307,883 45,307,883 226,539,413

3 Laba rugi 245,430,318 248,826,918 248,826,918 256,744,668 256,744,668 1,283,723,338

4 Profit margin % 23.12% 23.44% 23.44% 24.19% 24.19% 24.19%

BEP (nilai penjualan) 186,472,852 174,362,090 174,362,090 146,130,922 146,130,922 730,654,610BEP (produksi kerupuk) 31,079 29,060 29,060 24,355 24,355 121,776BEP rata-rata - Nilai penjualan (Rp) 146,130,922 - Produksi Kerupuk (kg) 24,355

T A H U N

Page 66: Pengolahan Kerupuk Ikan

USAHA KERUPUK IKAN

57

Lampiran 8. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk Ikan

Uraian 0 1 2 3 4 5

Arus kas masuk

a. Pendapatan - 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000

b. Dana sendiri 226,312,568

c. Pembiayaan investasi 103,500,000

d. Pembiayaan modal kerja 44,400,000

e. Nilai sisa 70,056,250

Total arus kas masuk 374,212,568 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,131,624,250

Arus kas masuk bersih - 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,061,568,000 1,131,624,250

Arus kas keluar

a. Biaya investasi 299,339,000 - 190,600,000 190,600,000 191,200,000 190,600,000

b. Biaya modal kerja 74,873,568

c. Biaya operasional 711,298,900 711,298,900 711,298,900 711,298,900 711,298,900

d. Angsuran pembiayaan 78,900,000 34,500,000 34,500,000 - -

e. Margin pembiayaan 13,311,000 9,315,000 9,315,000 - -

f. Pajak % 15% 43,311,233 43,910,633 43,910,633 45,307,883 45,307,883

Total arus kas keluar 374,212,568 846,821,133 989,624,533 989,624,533 947,806,783 947,206,783

Arus kas keluar bersih 374,212,568 754,610,133 945,809,533 945,809,533 947,806,783 947,206,783

Total arus kas - 214,746,868 71,943,468 71,943,468 113,761,218 184,417,468

Kumulatif total arus kas - 214,746,868 286,690,335 358,633,803 472,395,020 656,812,488

Kumulatif arus kas bersih (-nilai sisa) - 214,746,868 286,690,335 358,633,803 472,395,020 586,756,238

Arus kas bersih (arus kas masuk bersih - arus kas keluar bersih) -374,212,568 306,957,868 115,758,468 115,758,468 113,761,218 184,417,468

Perhitungan NPV, Net B/C ratio, IRR dan PBP

T A H U N

Page 67: Pengolahan Kerupuk Ikan

Lampiran

USAHA KERUPUK IKAN 58

Lampiran 9. Perolehan Margin Pembiayaan Usaha Kerupuk Ikan

Jumlah

1 Total Biaya Investasi 299,339,000 Pembiayaan untuk mesin mulen, mesin cetak, mesin pemotong,jrebeng dan oven 103,500,000

2 Total Biaya modal kerja 74,873,568 Pembiayaan untuk pembelian bahan baku(tepung tapioka dan ikan) 44,400,000

3 Total Biaya produksi 374,212,568 a. Pembiayaan 147,900,000 b. Modal sendiri 226,312,568

4 Total pembiayaan dan Margin 179,841,000 a. Pembiayaan investasi 103,500,000 Margin Investasi 27,945,000 b. Pembiayaan modal kerja 44,400,000 Margin Modal kerja 3,996,000 c. Total margin 31,941,000

Keterangan:

Angsuran pengembalian pembiayaan

1 tahun 12 bulanMargin 9.0% (setara flat rate per tahun)

A Pembiayaan Investasi 103,500,000 Jangka waktu pembiayaan 3 tahunBesarnya margin 27,945,000 Uang muka 0Angsuran pokok 34,500,000 Angsuran margin 9,315,000

B Pembiayaan modal kerja 44,400,000 Jangka waktu pembiayaan 1 tahunBesarnya margin 3,996,000 Uang muka 0Angsuran pokok 44,400,000 Angsuran margin 3,996,000

Uraian