analisis perbandingan kadar protein pada ikan segar dan ikan asin di beberapa pasar di kota bandar

27
ANALISIS PERBANDINGAN KADAR PROTEIN PADA IKAN SEGAR DAN IKAN ASIN DI BEBERAPA PASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE Oleh MERRY MEGAWATI 10311060 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: fegama2302

Post on 21-Nov-2015

179 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR PROTEIN PADA IKAN SEGAR DAN IKAN ASIN DI BEBERAPA PASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Oleh

MERRY MEGAWATI10311060

JURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TULANG BAWANGLAMPUNG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIkan merupakan produk yang sangat mudah mengalami pembusukan. Secara umum kerusakan atau pembusukan ikan dan hasil olahannya dapat digolongkan antara lain, kerusakan biologi, kerusakan enzimatis, kerusakan fisika, kerusakan kimiawi. Untuk menghindari pembusukan dilakukan berbagai cara salah satunya adalah melalui proses penggaraman. Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam kedalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan tersebut dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau pengenceran larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari tubuh ikan, partikel garam pun masuk kedalam tubuh ikan. Ikan yang diolah dengan proses penggaraman ini dinamakan ikan asin (Adawyah, 2008). Pengawetan ikan tradisional di Indonesia meliputi pengasinan, pemindangan, pembuatan peda, terasi, dan petis. Pembuatan ikan asin merupakan pengawetan yang paling sederhana dengan biaya yang murah (Anonymous, 2003). Keuntungan proses penggaraman ikan secara basah adalah oksidasi lemak dapat dihindari, penetrasi garam seragam merata, dan konsentrasi larutan garam mudah diatur. Apabila konsentrasi larutan garam menurun maka dapat ditambahkan lagi garam ke dalam larutan (Djarijah, 1995).Pada umumnya ikan asin yang biasa dipasarkan merupakan produk yang kurang dalam meningkatkan protein intake (protein yang dibutuhkan dalam tubuh manusia). Selain jumlah konsumsi yang kecil, hal ini juga dikarenakan kebiasaan makan ikan asin adalah kebiasaan berkembang pada masyarakat yang berpendapatan rendah dan terisolir, karena ikan asin lebih hemat dikonsumsi (Reo, 2011).Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Winarno, 1997).Metode yang digunakan untuk analisis kadar protein berdasarkan spektrofotometri Uv-Visible. Metode ini berdasarkan kemampuan protein menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah Uv-Visible atau secara kimiawi atau fisik memodifikasi protein untuk membuatnya menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah Uv-Visible. Serapan larutan yang dianalisis kemudian diukur pada panjang gelombang yang sama, dan kadar protein ditentukan dari kurva kalibrasi. Perbedaan utama pengujian ini adalah gugus fungsi yang berperan untuk absorbsi atau pembiasan radiasi elektromagnetik, misalnya ikatan peptida, rantai samping aromatis, gugus inti dan agregat protein (Herowati, 2011).Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Perbandingan Kadar Protein Pada Ikan Segar dan Ikan Asin Di Beberapa Pasar Di Kota Bandar Lampung . Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya perbandingan kadar protein pada ikan segar dan ikan asin. 1.2 Perumusan MasalahApakah terdapat perbandingan kadar protein pada ikan segar dan ikan asin yang beredar di beberapa pasar kota Bandar Lampung secara spektrofotometri Uv-Vis?1.3Tujuan Penelitian Membandingkan kadar protein pada ikan segar dan ikan asin di beberapa pasar di kota Bandar Lampung.

1.4Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:1. Untuk mengetahui hasil perbandingan kadar protein pada ikan segar dan ikan asin.2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya perbedaan kadar protein antara ikan segar dan ikan asin.1.5HipotesisKadar protein ikan asin lebih tinggi daripada kadar protein ikan segar

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Ekhtiologi Ikan 2.1.1Tatanama dan KlasifikasiBerdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia. Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90 %) hidup di perairan laut dan sisanya 300 jenis (10 %) hidup di perairan air tawar dan payau. Dari jumlah tersebut diatas tidak semua tergolong ikan ekonomis penting (Dirjen Perikanan, 1976). Pengertian ekonomis penting yang dimaksud adalah mempunyai nilai pasaran yang tinggi volume produksi makro yang tinggi dan luas, serta mempunyai daya produksi yang tinggi. Untuk dapat dipahami, bahwa ikan-ikan tersebut tidak hanya dimaksudkan jenis- jenis ikan yang memang mempunyai kwalitas baik dengan nilai harga yang baik pula, seperti ikan kakap, tenggiri, tongkol, tuna, cakalang, slengseng, kembung, bawal hitam, bawal putih, bambangan, kerapu, lencam, ekor kuning, beronang, Alu-alu, kuweh dan lain- lain. Akan tetapi juga jenis-jenis ikan yang kualitas rendah dengan harga murah namun disini secara makro daya produksinya tinggi, misalnya; teri, petek, kerong-kerong, gerot-gerot, gulamah, selar, japuh, tembang, sembulak, lemuru, layang, julung-julung, torani, kurisi, beloso, nomei, manyung, belanak, cucut, pari dan lain-lain (Dirjen Perikanan, 1976).

Tabel 2.1 Tanda-Tanda Ikan SegarParameterIkan Segar

KenampakanCerah, terang, mengkilat, tak berlendir

MataMenonjol (mendolo) keluar

MulutTerkatup

SisikMelekat keluar

Insang Merah cerah

DagingKenyal, lentur

AnusMerah jambu, pucat

BauSegar, normal seperti rumput laut

Lain-lainTenggelam dalam air

Sumber : Hadiwiyoto, 1993Dari beberapa jenis ikan maka diambil 2 jenis ikan untuk penelitian dan klasifikasi jenis ikan sebagai berikut :1.Klasifikasi Ikan Teri Nasi (Mulyani, 2004)Kingdom: Animal Phylum : ChordataSubphylum: VertebrataKelas: PiscesSub kelas: TeleosteiOrdo: ClupeiformesFamili: ClopeidaeGenus: StolephorusSpesies: Stolephorus indicus2. Klasifikasi Ikan Kembung Banjar (Saanin, 1994)Kingdom: AnimalPhylum: ChordataSubphylum: VertebrataKelas: PiscesSubkelas: TeleosteiOrdo: PerciformesSub Ordo: ScombroideaFamili: ScombridaeGenus: RastrelligerSpecies: Rastrelliger kanagurta2.1. 2Deskriptif Ikan1. Ikan Teri (Stolephorus indicus)Ikan teri nasi (Stolephorus indicus) adalah ikan yang termasuk kedalam kelompok ikan pelagis kecil, yang diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan paling melimpah di perairan Indonesia. Sumber daya ini merupakan sumber daya neritik, karena penyebarannya terutama adalah di perairan dekat pantai. Pada wilayah dimana terjadi proses penaikkan massa air (upwelling), sumber daya ini dapat membentuk biomassa yang besar (Csirke, 1988). Selain itu, ikan teri yang mempunyai ukuran 7-16 cm (De Bruin 1994), seperti umumnya kelompok ikan pelagis kecil, mempunyai karakteristik sebagai berikut (Keenleyside 1979 dan Balitbang Perikanan 1994) :(1) Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar (patchness).(2) Variasi kelimpahan cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan.(3) Aktivitas gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai cerutu atau torpedo.Proses penggaraman pada pengolahan ikan secara tradisional, mengakibatkan hilangnya protein ikan yang dapat mencapai 5 %, tergantung pada kadar garam dan lama penggaraman (Opstvedt , 1988).

Gambar 2.1 Ikan Teri Nasi

Gambar 2.2 Ikan Teri Asin Kering

2. Ikan Kembung Banjar (Rastrelliger kanagurta)Ikan kembung banjar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan bagian bawah berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada punggung, satu totol hitam dekat sirip dada berwarna gelap memanjang diatas garis rusuk, kedua berwarna keemasan dibawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan. Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 20-25 cm (Mulyani, 2004).

Gambar 2.3 Ikan Kembung banjar (Rastrelliger kanagurta)

Gambar 2.4 Ikan Kembung Banjar Asin 2.1.3 Proses Pembuatan Ikan AsinMenurut Afrianto dan Liviawaty (1994), secara garis besar selama proses penggaraman terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan ini dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan, partikel garam memasuki tubuh ikan. Semakin lama kecepatan proses pertukaran garam dan cairan tersebut semakin lambat dengan menurunnya konsentrasi garam di luar tubuh ikan dan meningkatnya konsentrasi garam di dalam tubuh ikan. Ketika sudah terjadi keseimbangan antara konsentrasi garam di luar dan di dalam tubuh ikan, maka pertukaran garam dan cairan tersebut akan terhenti sama sekali. Pada saat itulah terjadi pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan protein (denaturasi) serta pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah. Garam dapur (NaCl) adalah yang paling umum dan paling banyak digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan daripada jenis-jenis bahan pengawet atau tambahan lainnya. Menurut Moeljanto (1982), garam dapur diketahui merupakan bahan pengawet paling tua yang digunakan sepanjang sejarah. Garam dapur mempunyai daya pengawet tinggi karena beberapa hal, antara lain :1) Garam dapur dapat menyebabkan berkurangnya jumlah air dalam daging ikan sehingga kadar air dan aktifitas airnya menjadi rendah.2) Garam dapur dapat menyebabkab protein daging dan protein mikrobaterdenaturasi.3) Garam dapur dapat menyebabkan sel-sel mikroba menjadi lisis karena perubahan tekanan osmosa.4) Ion klorida yang ada pada garam dapur mempunyai daya toksisitas yang tinggi pada mikroba, dapat memblokir sistem respirasinya.Pembuatan ikan asin kering merupakan yang paling sederhana. Ikan asin kering merupakan produk ikan yang cukup mudah dalam pembuatannya. Jeroan dan sisik ikan dibuang, kemudian di jemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Menurut Alim (2004), proses pengeringan ikan dapat dilakukan dengan penjemuran dibawah sinar matahari atau dengan oven. Pengeringan dengan oven memiliki keuntungan yaitu suhu dan waktu pemanasan dapat diatur. Dengan oven, ikan asin dapat diproduksi dengan kapasitas yang lebih banyak. Pengeringan menggunakan panas matahari selain biaya murah, juga mempunyai daya tampung yang besar akan tetapi cara ini sangat tergantung pada cuaca dan suhu pengeringan tidak dapat diatur.Pada pengolahan ikan asin dan pemindangan atau pemedaan, pemakaian garam dapur menjadi sangat penting. Kadar garam yang digunakan berkisar antara 10-40 % tergantung metode yang digunakan. Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau menghentikan sama sekali reaksi autolisis dan membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan. Garam menyerap cairan tubuh ikan sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena kekurangan cairan bahkan akhirnya mematikan bakteri (Sedjati, 2006).Penggaraman ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Sedjati, 2006), yaitu :1. Penggaraman Kering (Dry Salting)Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun kecil. Ikan disusun dalam wadah atau tempat kedap air dan digarami dengan garam kristal. Ikan disusun berlapis-lapis berselang- seling dengan garam. Lapisan garam akan menyerap keluar cairan di dalam tubuh ikan, sehingga kristal garam berubah menjadi larutan garam yang dapat merendam seluruh lapisan ikan.2. Penggaraman Basah (Wet Salting)Proses penggaraman dengan sistem ini menggunakan larutan garam sebagai media untuk merendam ikan. Larutan garam akan mengisap cairan tubuh ikan (sehingga konsentrasinya menurun) dan ion-ion garam akan segera masuk ke dalam tubuh ikan.3. Penggaraman campuran (Kench Salting)Penggaraman ikan dilakukan dengan garam kering dan ditumpuk dalam wadah yang tidak kedap air, sehingga larutan yang terbentuk tidak tertampung. Untuk mencegah supaya ikan tidak dikerumuni lalat, hendaknya seluruh permukaan ikan ditutup dengan lapisan garam.4. Penggaraman di ikuti Proses PerebusanIkan pindang merupakan salah satu contoh ikan yang mengalami proses penggaraman yang diikuti dengan perebusan. Proses pembusukan ikan dicegah dengan cara merebusnya dalam larutan jenuh.2.1.4Kandungan Kimia dan Gizi Secara umum ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya 15-24 %; 0,1-22 % lemak; 1-3 % karbohidrat; 0,8-2 % substansi anorganik dan 66-84 % air (Suzuki, 1981). Ikan mengandung protein yang berkualitas tinggi. Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Selain itu protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorbsi. Ikan merupakan sumber alami asam lemak Omega 3 yaitu Eicosa Pentaenoic Acid (EPA) dan Dacosa Hexaenoic Acid (DHA), yang berfungsi mencegah arterosklerosis (terutama EPA). Keduanya dapat menurunkan secara nyata kadar trigliserida di dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol di dalam hati dan jantung. Kadar asam lemak Omega 3 dalam beberapa jenis ikan laut di perairan Indonesia berkisar antara 0,1 0,5 g/100 g daging ikan. Dari data yang telah dikeluarkan oleh Lembaga Gizi Departemen Kesehatan RI, beberapa jenis ikan laut Indonesia memiliki kandungan asam lemak Omega 3 tinggi (sampai 10,9 g/100 g) seperti ikan sidat, terubuk, tenggiri, kembung, layang, bawal, seren, slengseng, tuna dan sebagainya .Tabel 2.2 Komposisi Ikan Kembung dan Ikan Teri (per 100 gram BBD)KomponenIkan Kembung %Ikan Teri %

Energi 10377

Protein22,016,0

Lemak 1,01,0

Sumber : Eko, H. dan Indroyono, 2007*BDD (Berat Dapat Dimakan) Tabel 2.3 Komposisi Ikan Asin dan Teri Asin Kering (per 100 gram bahan)KomponenIkan Asin (%)Ikan Teri Asin (%)

Protein42,0033,40

Lemak1,503,00

Fosfor 0,301,50

Besi 0,0020,004

Vitamin B10,010,15

Sumber : Ditjen Perikanan, 19922.2ProteinProtein merupakan salah satu kelompok bahan makanan yang terdapat dalam jumlah besar (makronutrien). Protein tidak seperti bahan makronutrien lain (karbohidrat dan lemak), protein lebih berperan dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Kandungan energi protein rata-rata 4 kilokalori/gram atau setara dengan kandungan energi karbohidrat. Protein dapat berfungsi sebagai penyusun senyawa biomolekul seperti nukleoprotein (terkandung dalam inti sel, tepatnya kromosom), enzim, hormon, antibodi, dan sarana kontraksi otot; pembentukan sel-sel baru; pengganti sel-sel pada jaringan yang rusak; dan sebagai sumber energi (Rohman, 2013). Sifat-sifat protein, antara lain : protein bersifat amfoter (zat yang dapat bereaksi sebagai asam dan basa), protein bersifat mengikat ion (sifat ini tergantung pada pH), protein bersifat denaturasi (protein kehilangan sifat biologisnya) (Rohman, 2013).Denaturasi protein adalah terjadinya modifikasi struktur sekunder, tersier dan kuarter dari protein tanpa meyebabkan pemutusan ikatan peptida. Perubahan struktur protein biasanya menyebabkan perubahan sifat fisika-kimia protein. Contoh yang dijelaskan diatas tentang albumin telur yang berangsur hilang kelarutannya dan berubah menjadi gumpalan putih atau terkoagulasi akibat proses pemanasan adalah fenomena dari denaturasi protein. Disamping oleh panas, denaturasi protein juga dapat terjadi dengan penambahan asam yang menyebabkan perubahan pH yang ekstrim, pengaruh pelarut organik (alkohol dan aseton), dan penambahan garam. Protein yang telah mengalami denaturasi akan kehilangan sifat kelarutan dan biologisnya. Misalnya, protein enzim yang dipanaskan pada suhu tertentu akan kehilangan sifat kelarutan dan aktivitas enzimatis (Andrawulan, N., Feri K., dan Dian H., 2011).Daya ikat air merupakan sifat fungsional dari protein, kemampuan bahan pangan untuk mengikat air tidak terlepas dari keterlibatan protein. Kemampuan protein untuk mengikat air disebabkan oleh adanya gugus yang bersifat hidrofilik dan bermuatan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi daya ikat air dari protein adalah pH, garam dan suhu. Pada saat muatan negatif dan positif protein sama (mencapai titik isoelektrik), maka interaksi antara protein-protein menurun bila protein semakin bermuatan. Bila hal ini terjadi, maka interaksi antara air meningkat, yang berarti daya ikat air protein juga meningkat. Adanya garam, seperti NaCl menyebabkan muatan listrik dari protein diikat oleh Na+ dan Cl-. Hal ini menyebabkan interaksi antara protein menurun yang mendorong interaksi antara protein dan air meningkat. Pemanasan hingga 80 C menyebabkan gelasi (pembentukan matriks protein dan pengendapan) protein dimana air akan terperangkap, yang berarti daya ikat air meningkat (Andrawulan, N., Feri K., dan Dian H., 2011).Protein dalam makanan akan di cerna dalam saluran cerna menjadi berbagai macam asam amino, dan untuk membuat protein tubuh maka asam amino tersebut akan disusun kembali sesuai dengan kebutuhan.Ada 2 macam asam amino,yaitu:1. Asam amino endogen (non essensial), contohnya arginin, histidin, glisin, serin, isoleusin, sistein, asam glutamat, asam aspartat, aspargin, glutamin, alanin, prolin.2. Asam amino eksogen (essensial), contohnya lisin, leusin, torosin, treonin, triptofan, fenilalanin, metionin, valin (yang dibutuhkan oleh tubuh).Keistimewaan struktur protein adalah adanya atom, nitrogen (N). Dengan demikian, salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk analisis kuantitatif protein adalah dengan penentuan kandungan N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain (Rohman, 2013). Analisis kadar protein dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :1. Analisis KualitatifAnalisis kualitatif protein bisa dilakukan dengan beberapa reaksi warna seperti pereaksi ninhidrin, pereaksi biuret, dan pereaksi millon.a. Reaksi NinhidrinProtein yang sudah dilarutkan jika di tambah dengan pereaksi Ninhidrin maka akan terbentuk warna biru lembayung. Reaksi antara ninhidrin dengan gugus amina primer membentuk warna ungu yang disebut ungu Ruhemann, karena ditemukan oleh Siegfried Ruhemann pada tahun 1910. b. Reaksi BiuretJika protein sudah dilarutkan ditambahkan dengan pereaksi biuret (larutan tembaga sulfat (CuSO4); kalium natrium tartrat; dan NaOH) maka akan terbentuk warna biru lembayung.c. Reaksi MillonJika protein ditambahkan larutan merkuro nitrat Hg2(NO3)2 dan asam nitrat pekat maka akan terbentuk warna merah. Adanya warna merah karena oksidasi asam amino yang mempunyai gugus OH seperti tirosin oleh asam nitrat (Rohman, 2013).2. Analisis KuantitatifAnalisis kuantitatif protein dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni: volumetri, gasometri, spektrofotometri, spektrofluorometri, turbidimetri, pengikatan zat warna (dye binding method), dan kromatografi.a. Metode VolumetriMetode volumetri/titrimetri yang paling umum digunakan adalah metode Kjeldahl dan titrasi formol.1) Metode KjeldahlMetode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.2) Metode Titrasi Formol Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH (Natrium hidroksida) sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein), akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik.b. Metode Spektrofotometri1) Metode LowryMetode Lowry merupakan metode yang telah umum digunakan dalam analisis protein. Metode ini cukup sensitif dan telah banyak digunakan dalam analisis protein total di antaranya dalam fraksi sel, fraksi kromatografi, dan preparasi enzim (Alexander dan Griffith, 1993). Metode Lowry yang saat ini banyak digunakan adalah metode yang dikemukakan oleh Lowry et al (1951) yang digunakan oleh Lowry et al modifikasi dari metode yang telah digunakan sebelumnya oleh Wu et al (1922). Prinsip dasar metode Lowry adalah pembentukan kompleks antara ikatan peptida pada protein dengan ion Cu2+ dalam kondisi basa. Ion Cu2+ kemudian direduksi menjadi ion Cu+. Ion Cu+ ini dan grup-grup radikal dari beberapa asam amino seperti tirosin, triptofan, asparagin, histidin, dan sistein akan bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteu menghasilkan senyawa molibdat/tungstat biru.2) Metode BiuretWarna violet akan terbentuk bila ion cupri (Cu2+) berinteraksi dengan ikatan peptida dalam suasana basa. Reagen biuret, yang mengandung semua bahan kimia yang diperlukan untuk analisis sudah tersedia di pasaran. Reagen ini dicampurkan dengan larutan protein, didiamkan 15-30 menit, kemudian diukur serapannya pada 540 nm (Herowati, 2011).2.3Spektrofotometri Uv-VisSpektrum Uv-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik (REM) dengan moleku. REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat gelombang dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang (), frekuensi (), bilangan gelombang (k) dan serapan (A). REM mempunyai vektor listrik dan vektor magnet yang bergetar dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi (Harmita, 2006).2.3.1 Spektrum AbsorbsiSpektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur besarnya energi yang diabsorbsi/diteruskan. Jika radiasi yang monokromatik melewati larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan dipantulkan, diabsorpsi oleh zat dan sisanya ditransmisikan (Harmita, 2006).Dalam bentuk persamaan peristiwa ini dapat ditulis sebagai berikut :I0 = Ia + It + IrDimana:I0: Intensitas sinar masukIa: Intensitas sinar yang diserapIt: Intensitas sinar yang diteruskanIr: Intensitas sinar yang dipantulkanAnalisis kuantitatif secara spektrofotometri umumnya didasarkan atas pengukuran serapan dari suatu zat dalam pelarut tertentu, pada panjang gelombang serapan maksimum dari suatu zat tersebut. Hubungan antara serapan dengan konsentrasi larutan dinyatakan dengan hukum Lambert-Beer sebagai berikut :A= . b . cDimana:A: Absorban / serapan: Koefesien daya serapb: Tebal lapisan zat yang menyerap sinar (cm)c: Koefisien larutanHukum Lambert-Beer terjadi jika hubungan antara serapan dengan konsentrasi adalah linier (Sastrohamidjojo, 2001).Absorbansi (A)

0Konsentrasi (c)

Gambar 2.5 Pengaluran absorbansi terhadap konsentrasi.2.3.2Kurva KalibrasiKurva kalibrasi digunakan untuk mengetahui absorbansi yang dihasilkan dari larutan sampel, setelah didapatkan absorban pada larutan sampel maka untuk menentukan konsentrasinya digunakan rumus regresi linier, kurva kalibrasi akan dibuat berdasarkan Hukum Lambert-Beer yaitu A = a . b . c. Absorban (A) adalah sebagai absis, konstanta yang harga perkaliannya ditentukan oleh slope adalah nilai untuk a dan b (Miller, 1991), dan persamaan linier yaitu :y = b x + aKeterangan : y = absorbansi sampelx = konsentrasi sampelb = slopea = intersep

2.3.3PrinsipKerja Spektrofotometri Uv-VisCahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian diterima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif dengan membandingkan absorbansi sampel dan kurva standar BSA (Ahmad, 1997).2.3.4Instrumen Pada Spektroskopi Uv-VisInstrumen pada spektroskopi Uv-Vis terdiri dari lima komponen utama (Mulja dan Suharman, 1995), yaitu :1. Sumber radiasi, merupakan sumber cahaya, untuk spektroskopi Uv-Visdigunakan lampu wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang () adalah 350 2200 nanometer (nm). Di bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai untuk spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau 400 nm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah ultraviolet (Uv).2. Monokhromator, berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatris sesuai yang dibutuhkan untuk pengukuran.Ada 2 macam monokromator yaitu :a. Prismab. Grating (kisi difraksi)Keuntungan menggunakan kisi difraksi :a. Dispersi sinar meratab. Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang samac. Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrumCahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang dipakai. 3. Wadah sampel, berfungsi untuk menyimpan sampel. Wadah sampel umumnya disebut sel atau kuvet. Kuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya. b. Permukaannya secara optis harus benar-benar sejajar. c. Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia. d. Tidak boleh rapuh. e. Mempunyai bentuk (design) yang sederhana. 4. Detektor, berfungsi untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur. Syarat-syarat sebuah detektor : a. Kepekaan yang tinggi dengan signal tinggi b. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang. c. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi. d. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi. 5. Recorder, di dalam recorder signal tersebut direkam sebagai spectrum yang berbentuk puncak-puncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara absorbans sebagai ordinat dan panjang gelombang sebagai absis.

Gambar 2.6Skema Alat Spektrofotometer Uv-Vis