analisis tingkat kesehatan bank umum syariah dan...

121
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE CAMEL PERIODE 2011-2015 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Fathu Rezky Gustisyaf NIM: 1112085000026 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H

Upload: truongthuan

Post on 30-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN

BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE CAMEL

PERIODE 2011-2015

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Fathu Rezky Gustisyaf

NIM: 1112085000026

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1438 H

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama : Fathu Rezky Gustisyaf

Tempat & Tanggal Lahir : Ujungpandang, 16 Juni 1995

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Matraman Dalam II No. 6 RT 09 RW 08

peganggsaan. Menteng, Jakarta Pusat

No. Telepon : 081318301101

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

2000 – 2006 : SD Yapis Timika

2006 – 2009 : SMP Negeri 5 Mimika Baru

2009 – 2012 : SMA Al Falah HMM Timika

2012 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

1. Koordinator Departemen Hubungan Luar Kampus Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2013 – 2014.

2. Kerua Bidang II Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Periode 2014 – 2015.

vii

ANALYSIS OF THE HEALTH LEVEL OF ISLAMIC AND

CONVENTIONAL COMMERCIAL BANKS WITH CAMEL METHOD

PERIOD 2011 – 2015

Fathu Rezky Gustisyaf

Abstract

This study to analyze the health level of Islamic commercial banks and

conventional banks with CAMEL period 2011 - 2015. Sampling method used

purposive sampling technique, each of which amounted to 10 Islamic commercial

banks and 10 conventional commercial banks. CAMEL method with the ratio used

Capital Adequacy Rasio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Non Performing

Financing (NPF), Bad Debt Ratio (BDR), Net Profit Margin (NPM), Return On

Asset (ROA), Operational costs and Income costs (BOPO), Loan to deposit ratio

(LDR), Financing to Deposit Ratio (FDR) and Loan to Asset Ratio (LAR). The

study uses hypothesis testing of Independent t-Test. The results showed that

Islamic banks and conventional commercial banks are having significant

differences with significants value least than 0.05 or 5% in CAR, NPL, BDR,

NPM, ROA, BOPO and LAR. Conventional commercial banks have the value of

NPM, ROA, dan BOPO higher than Islamic banks. But the value of CAR of

Islamic banks higher than conventional banks. While in LDR is not a significant

difference between bank of Islamic and conventional banking with significants

value more than 0.05.

Key words: CAMEL Method, Capital Adequacy Rasio, Non Performing Loan,

Non Performing Financing, Bad Debt Ratio, Net Profit Margin,

Return On Asset, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional,

Loan to deposit ratio, Financing to Deposit Ratio, dan Loan to Asset

Ratio

viii

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN

BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE CAMEL

PERIODE 2011 – 2015

Fathu Rezky Gustisyaf

Abstrak

Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan bank umum syariah dan bank

umum konvensional dengan metode CAMEL periode 2011 – 2015. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang

masing-masing berjumlah 10 bank umum syariah dan 10 bank umum

konvensional. Motode CAMEL dengan rasio yang digunakan yaitu Capital

Adequacy Rasio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Non Performing Financing

(NPF), Bad Debt Ratio (BDR), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset

(ROA), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to deposit

ratio (LDR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR).

Dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis Independent Samplet-Test dengan

membandingkan masing-masing dari rasio CAMEL. Hasilnya menunjukkan

bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel CAR, NPL, BDR, NPM,

ROA, BOPO dan LAR antara perbankan syariah dan konvensional karena nilai

signifikansi kurang dari 0.05 atau 5%. Perbankan konvensional memiliki nilai

NPM, ROA, dan BOPO lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan syariah.

Sebaliknya, nilai CAR bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.

Sedangkan variabel LDR antara bank syariah dan bank konvensional memiliki

nilai signifikansi diatas 0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang

signifikan.

Kata kunci: Metode CAMEL, Capital Adequacy Rasio, Non Performing Loan,

Non Performing Financing, Bad Debt Ratio, Net Profit Margin,

Return On Asset, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional,

Loan to deposit ratio, Financing to Deposit Ratio, dan Loan to Asset

Ratio.

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW yang

telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman yang penuh

kemajuan pada berbagai aspek yang dapat kita rasakan saat ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi, doa serta

semangat. Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Syafruddin, SE dan Ibunda tersayang

Gustiati, SE, M.pd yang telah memberikan curahan kasih sayang yang tiada

hentinya serta selalu memotivasi untuk terus semangat dan maju sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.

3. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah SE., MBA., selaku Ketua Jurusan Perbankan

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta seluruh jajarannya.

4. Bapak Dr. Indo Yama selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa

memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini hingga

selesai.

5. Ibu Aini Masruroh, SE., MM selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, khususnya Dosen-dosen manajemen, terima kasih atas ilmu dan

bimbingannya.

7. Kakak dan adik adikku yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah

serta memotivasi penulis untuk tetap maju.

x

8. Eva Ahsanti, SE yang selalu meluangkan waktu untuk menemani dan

berjuang, selalu memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berarti

serta membuat penulis semakin termotivasi hingga skripsi ini terselesaikan

dengan baik.

Semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah

diberikan kepada penulis akan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Amin

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan adanya keterbatas dari penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, dan pembaca serta penliti selanjutnya.

Jakarta, Mei 2017

Fathu Rezky Gustisyaf

9. Dan kepada semua teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah angkatan

2012 yang telah mendukung, dan mendo’akan dalam penyusunan ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJAN SKRIPSI .................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

A. Landasan Teori ............................................................................................... 11

1. Definisi Bank ............................................................................................. 11

2. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional .............................................. 12

3. Tingkat Kesehatan Bank ........................................................................... 16

4. Ketentuan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .......................................... 20

a. Bank Konvensional .............................................................................. 20

b. Bank Syariah ........................................................................................ 21

5. Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................... 23

a. Faktor Permodalan (Capital) ................................................................ 23

b. Faktor Kualitas Aktiva (Asset Quality) ................................................ 25

xii

c. Faktor Manajemen (Management) ....................................................... 29

d. Faktor Rentabilitas (Earning) ............................................................... 30

e. Faktor Likuiditas (Liquidity) ................................................................ 34

f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)

.............................................................................................................. 37

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 38

C. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 45

D. Hipotesis ........................................................................................................ 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 49

A. Ruang Lingkup penelitian .............................................................................. 49

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 50

1. Populasi ..................................................................................................... 50

2. Sampel ....................................................................................................... 50

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 51

D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 52

1. Uji Normalitas ........................................................................................... 52

2. Uji Beda ..................................................................................................... 52

E. Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 58

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 58

1. Lembaga Keuangan Bank ......................................................................... 58

2. Deskriptif Variabel Penelitian ................................................................... 59

a. Perkembangan CAR ............................................................................. 59

b. Perkembangan NPL .............................................................................. 60

c. Perkembangan BDR ............................................................................. 61

d. Perkembangan NPM ............................................................................. 62

e. Perkembangan ROA ............................................................................. 63

f. Perkembangan BOPO ........................................................................... 64

g. Perkembangan LDR ............................................................................. 65

h. Perkembangan LAR ............................................................................. 66

B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................... 67

1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ........................................................... 67

a. Faktor Permodalan (Capital) ................................................................ 67

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality).................................................... 69

c. Faktor Manajemen (Management) ....................................................... 73

d. Faktor Rentabilitas (Earning) ............................................................... 75

e. Faktor Likuiditas (Liquidity) ................................................................ 79

xiii

2. Uji Normalitas .........................................................................................83

3. Uji t-Test Independent .............................................................................85

4. Interpretasi ...............................................................................................89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................93

A. Kesimpulan ..................................................................................................93

B. Implikasi dan Saran ......................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................97

LAMPIRAN .......................................................................................................101

xiv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah Di Indonesia ...............3

2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional ..............................................14

2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ...............................................................16

2.3 Predikat Kesehatan Bank ...........................................................................19

2.4 Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional ........21

2.5 Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ..................22

2.6 Kriteria Pengukuran Rasio CAR ................................................................25

2.7 Kriteria Pengukuran Rasio NPL/NPF ........................................................27

2.8 Kriteria Pengukuran Rasio BDR ................................................................28

2.9 Kriteria Pengukuran Rasio NPM ...............................................................30

2.10 Kriteria Pengukuran Rasio ROA ................................................................32

2.11 Kriteria Pengukuran Rasio BOPO .............................................................33

2.12 Kriteria Pengukuran Rasio LDR/FDR .......................................................37

2.13 Rangkuman Penelian Terdahulu ................................................................41

3.1 Daftar Sampel Penelitian Bank ..................................................................51

3.2 Operasional Variabel dan Pengukuran Skala .............................................57

4.1 Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................68

4.2 Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......69

4.3 Nilai Rata-Rata NPF Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ..................70

4.4 Nilai Rata-Rata NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 ........71

4.5 Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................72

4.6 Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......73

4.7 Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................74

xv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

4.8 Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......75

4.9 Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................76

4.10 Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......77

4.11 Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ...............78

4.12 Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .....79

4.13 Nilai Rata-Rata FDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ..................80

4.14 Nilai Rata-Rata LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......81

4.15 Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................82

4.16 Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......83

4.17 Uji Normalitas Untuk Uji Beda..................................................................84

4.18 Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ................................................84

4.19 Hasil Uji Beda Bagian Pertama..................................................................85

4.20 Hasil Uji Beda Bagian Kedua ....................................................................87

4.21 Rangkuman Hasil Uji Beda ........................................................................89

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

2.1 Bagan Kerangka Pemikiran..........................................................................46

4.1 Perkembangan CAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............59

4.2 Perkembangan NPL pada Perbankan Konvensional dan Syariah ................60

4.3 Perkembangan BDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............61

4.4 Perkembangan NPM pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............62

4.5 Perkembangan ROA pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............63

4.6 Perkembangan BOPO pada Perbankan Konvensional dan Syariah .............64

4.7 Perkembangan LDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............65

4.8 Perkembangan LAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............66

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Hal ini

terlihat dari data yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2011

terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dan

155 BPRS. Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun

dengan bank konvensional, membuat bank syariah dituntut untuk memiliki

kinerja yang baik agar dapat bersaing pada perbankan nasional di Indonesia.

Perbankan mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian.

Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama perbankan

sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien.

Perbankan pada akhirnya akan memiliki peranan yang strategis untuk

mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Dengan demikian, diperlukan berbagai terobosan baru di bidang perbankan

untuk menggerakkan roda perekonomian Nasional. Sedangkan Kondisi

kesehatan maupun kinerja bank dapat kita analisis melalui laporan keuangan.

Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi

bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan (Sabir, et

al, 2012: 80).

2

Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang

No.7 tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan amanat kepada bank

indonesia untuk mengakomodasi pengaturan dan pengawasan perbankan

berdasarkan prinsip syariah. Keberadaan dual banking system atau sistem

perbankan ganda, yaitu perbankan berdasar konvensional dan syariah. Undang-

Undang tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk

membuka cabang syariah atau mungkin mengkonversi diri secara total bank

syariah (Nuryati dan Amethysa, 2010). Selain itu, pemerintah juga telah

mengeluarkan regulasi terbaru yang mengatur secara khusus mengenai

perbankan syariah melalui UU No. 21 tahun 2008, dengan adanya dukungan

dari pemerintah maka sejak 2007 secara kualitatif lembaga keuangan syariah

mengalami kemajuan yang sangat baik. (Pratikto dan Iis, 2011:109).

Eksistensi perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat sejak

adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang

memberikan landasan operasi yang lebih jelas. Hal ini tampak dari

perkembangan kelembagaan perbankan syariah yang semakin meningkat sejak

dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Dimana pada tahun 1992, hanya ada satu Bank Umum Syariah yang beroperasi

di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dan sembilan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah. Perkembangan kelembagaan bank syariah menunjukkan

bahwa dilakukannya amandemen UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No. 10

tahun 1998 direspon positif oleh pelaku industri perbankan dengan adanya

penambahan satu Bank Umum Syariah dan 1 Unit Usaha Syariah, serta 69

3

BPRS pada tahun 1999. Sehingga pada tahun 2010, jumlah Bank Umum

Syariah yang beroperasi menjadi 11, diikuti oleh 23 Unit Usaha Syariah, dan

150 BPRS (LPPS, 2010) Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan

kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia dari tahun 2011-2015

(www.ojk.go.id, 2015).

Tabel 1.1

Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah Di Indonesia

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

BUS 11 11 11 12 12

UUS 24 24 23 22 22

BPRS 155 158 163 163 161

Jaringan Kantor 2.101 2.663 2.990 2.910 2.881

Sumber:www.ojk.go.id (2015)

Dari tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa sampai dengantahun 2015,

industri perbankan syariah sebanyak 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit

Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),

dengan total jaringan kantor mencapai 2.881 kantor yang tersebar hampir

diseluruh penjuru nusantara.

Perkembangan bank syariah tidak lepas dari kemampuannya yang dapat

bertahan disaat krisis moneter di tahun 1998. Menurut Muharam dan

Pusvitasari (2007:82), perbankan syariah tidak mengalami negative spread

seperti yang dialami oleh perbankan konvensional pada umumnya. Hal ini

dikarenakan kewajiban membayar bunga oleh bank kepada para nasabahnya

akan selalu melekat pada bank apapun kondisinya. Padahal di sisi lain,

pembayaran bunga oleh bank kepada nasabah merupakan beban bagi bank. Hal

4

ini berbeda dengan perbankan syariah pada waktu itu yang tidak memiliki

kewajiban membayar bunga kepada nasabahnya karena prinsip bagi hasil yang

diterapkannya tidak mengandung kewajiban seperti demikian, melainkan

keuntungan dan kerugian selalu dibagi dengan nasabahnya sesuai dengan

ketentuan nisbah yang telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Sejak

saat itulah perbankan syariah muncul sebagai kekuatan baru dalam dunia

perbankan nasional karena kemampuannya, dan dapat memenuhi keinginan

masyarakat akan perbankan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

Perkembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam

kerangka dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa

perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara

bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara

sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk

meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian

nasional (Rosyadi dan Fauzan, 2011: 131). Maka dalam situasi seperti ini

lembaga perbankan harus meningkatkan kinerja untuk dapat bertahan serta

menciptakan sebuah lembaga perbankan yang baik, sehat, dan stabil. Dalam

perkembangan perbankan yang pesat ini maka bank harus lebih berhati-hati

dalam menjalankan fungsinya karena keadaan ekonomi yang suatu waktu bisa

mengalami perubahan (Vini, 2013)

Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perbankan baik

konvensional maupun syariah agar dapat terus bertahan hidup adalah penilaian

5

tentang kesehatan bank. Hal ini tercantum di dalam Undang-Undang

Perbankan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut Bank Indonesia memberikan

petunjuk pelaksanaan berupa surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993

yang isinya mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang

dikenal dengan metode CAMEL (Boy & Sonny. 2007). Penilaian tingkat

kesehatan bank merupakan gambaran dari kinerja bank yang dipakai sebagai

tolak ukur bagi pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi pengelolaan

bank sejalan dengan prinsip operasional bank yang sehat dan hati-hati (Laksito

dan Sutapa, 2010).Penilaian tingkat kesehatan bank telah diatur pada Peraturan

Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Umum yang diperkuat dengan Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang analisis terhadap faktor CAMEL”

(Karya Utama, 2012: 139).

Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007 yang menjelaskan metode

untuk mengukur kinerja bank syariah dalam penilaiannya menggunakan

pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan

Sensitivity Market Risk). Ini merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan

oleh BI untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia.

Peraturan ini menyebutkan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank

dilakukan melalui penilaian kualitatif dan penilaian kuantitatif. Penilaian

secara kualitatif berkaitan dengan peniaian terhadap faktor-faktor yang

mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan

kepatuhan bank. Sedangkan penilaian secara kuantitatif didefinisikan sebagai

6

penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan

bank (Agung, 2012). Kedua pendekatan tersebut dilakukan dalam penilaian

tingkat kesehatan bank atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

suatu bank, seperti faktor permodalan (capital), kualitas aktiva (asset quality),

manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (likuidity).

Permodalan (Capital) adalah faktor penting bagi bank dalam rangka

pengembangan usaha dan menampung kerugian. Menurut Rivai, et al

(2007:709) bahwa permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan

modal bank untuk mengcover eksposur saat ini dan mengantisipasi eksposur

risiko dimasa datang. Sedangkan kualitas aktiva (Asset Quality) merupakan

penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit.

Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia dengan

memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan

aktiva produktif.

Selain itu, faktor yang berpengaruh kinerja suatu bank diantaranya adalah

aspek manajemen. Menurut Ismail (2011: 120) bahwa aspek manajemen adalah

aspek untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip

manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen umum

dan manajemen risiko serta mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat

dicapai oleh usaha operasional bank. Menurut Kasmir (2014: 327) rasio lain

yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank yang bersangkutan disebut juga Rentabilitas (earning).

Aspek Rentabilitas (Earnings) merupakan ukuran kemampuan bank dalam

7

meningkatkan labanya. Kemudian Likuiditas (Likuidity) merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencarian dana

deposannya pada saat ditagih serta dapat menmcukupi permintaan kredit yang

telah diajukan.

Beberapa penelitian yang terkait dengan tingkat kesehatan pada bank

syariah dan bank konvensional yang telah dilakukan, diantaranya oleh Sabir, et

al, (2012) tentang perbedaan rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan

bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan pada bank umum syariah CAR dan NPF tidak berpengaruh

terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif, NOM dan FDR berpengaruh

positif. Sedangkan pada bank konvensional CAR dan NIM berpengaruh positif

terhadap ROA, BOPO tidak berpengaruh, NPL dan LDR berpengaruh negatif.

Dan terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syariah dengan bank

konvensional di Indonesia. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada sampel

yang diambil, metode analisis, tahun penelitian dan variabel yang digunakan

yaitu berdasarkan metode CAMEL.

Majid, et al (2014), meneliti perbandingan kualitas manajaemen aset

bank konvensional dan syariah di Indonesia periode 2009-2011. Hasilnya

menunjukkan bahwa bank syariah memiliki tingkat kualitas manajemen aset

yang lebih baik dibandingkan bank konvensional. Bank syariah juga terbukti

memiliki tingkat kualitas yang lebih baik dalam mengelola risiko, terutama

risiko pembiayaan. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini tidak hanya

8

menganalisis dan membandingkan kualitas manajemen aset, namn mencakup

seluruh aspek pada metode CAMEL.

Tunena, et al, (2015), juga menganalisis perbedaan tingkat kesehatan

bank dengan metode camel studi perbandingan pada BRI tbk & BTN tbk

periode 2010-2014. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif CAMEL

yaitu CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan tersebut. Perbedaan

pada penelitian ini adalah sampel yang digunakan lebih banyak dan metode

analisis yang digunakan tidak hanyak analisis deskirptif, namun manggunakan

uji normalitas dan uji beda untuk membandingkan hasilya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kesehatan atau

kondisi keuangan bank merupakan salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan oleh perbankan baik konvensional maupun syariah dan tingginya

minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dikarenakan

produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik bagi deposan mengingat

nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut masih kompetitif dibanding

bunga pada bank konvensional. Maka peneliti tertarik untuk meneliti

perbedaan tingkat kesehatan bank syariah dan bank konvensional sehingga

penelitian ini diberi judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum

Syariah Dan Bank Umum Konvensional Dengan Metode CAMEL Periode

2011-2015”.

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dalam

penelitian ini masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan

metode CAMEL?

2. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum konvensional dengan

menggunakan metode CAMEL?

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kesehatan bank umum syariah dan bank

umum konvensional dengan menggunakan metode CAMEL

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan

metode CAMEL.

2. Menganalisis tingkat kesehatan bank umum konvensional dengan

menggunakan metode CAMEL.

3. Menganalisis ada atau tidaknya perbedaan tingkat kesehatan bank umum

syariah dan bank umum konvensional dengan menggunakan metode

CAMEL.

Sedangkan manfaat penelitian ini, antara lain:

1. Bagi Pengelola Bank

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola bank yaitu

agar Pengelola dapat lebih berhati-hati dalam mengelola bank dan

diharapkan dapat memberi masukan kepada lembaga perbankan dalam

10

menilai knerja keuangan bank. Selain itu, agar bank dapat mengembalikan

kepercayaan masyarakat sehingga mereka dapat tetap menyimpan dananya

di bank dan penelitian ini berguna sebagai dasar pengambilan keputusan

dalam pemberian kredit.

2. Bagi Nasabah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Nasabah yaitu,dapat

dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank konvensional dan bank

syariah dalam menjalankan usahanya. Serta dapat dijadikan pilihan dalam

hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan yang tepat

3. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara

akademis dan juga sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya

baik menggunakan metode penelitian yang sama ataupun menggunakan

metode penelitian yang berbeda.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Bank

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa

bank lainnya, sedangkan perngertian lembaga keuangan adalah setiap

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiataannya baik

hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya

menghimpun dan menyalurkan dana (kasmir, 2014: 12).

Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Dalam Rivai, et al. (2007:322) menurut Howard D. Crosse dan

George J. Hemple menyatakan bahwa bank adalah suatu organisasi yang

menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk

melaksanakan fungsibank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat

dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik. Sementara itu menurut

F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan

12

dengan uang, menerima simpanan (deposito) dari nasabah, menyediakan

dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah

nasabah, memberikan kredit, dan atau menambah kelebihan simpanan

tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali.

Dari bebarapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah

lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

memberikan jasa bank lainnya dalam rangka meningkatkam taraf hidup

masyarakat.

2. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah

bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah

juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi

SAW. Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya meninggalkan

riba, dengan adanya pengindaran bunga yang dianggap riba merupakan

salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam. Perbankan yang berbasis

syariah didirikan berdasarkan pada alasan filosofi yang terdapat dalam Al-

Quran surat Q.S Al-Baqarah (2);279 yaitu “….Allah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba” (Prasetyo, 2008).

Menurut PSAK 59 Bank Syariah adalah bank yang dalam

aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran

dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah

13

yaitu jual beli dan bagi hasil, sedangkan menurut Undang-Undang No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa Perbankan

Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan

Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Sedangkan Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada

pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun

1992 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip

syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sedangkan menurut Kasmir Bank Konvensional adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti bahwa bank

ini dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk

menghitung keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada

nasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh

bank. Transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito

berdasarkan perjanjian titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan

aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan

maupun deposito menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap

uang yang disetor.

14

Adapun perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional dapar

dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional

Parameter Bank Konvensional Bank Syariah

Landasan hukum UU Perbankan UU Perbankan dan

Landasan Syariah

Return Bunga, Komisi/fee

Bagi hasil, margin

pendapatan sewa,

komisi/fee

Hubungan dengan

nasabah Debitur-Kreditur

Kemitraan, investor-

investor, investor-

pengusaha

Fungsi dan kegiatan

Bank Mekanisme dan

Objek Usaha

Intermediasi, Jasa

Keuangan

Intermediasi, manager

investasi, investor, sosial,

jasa keuangan

Prinsip Dasar Operasi Tidak anti riba dan

anti maysir Anti riba dan anti maysir

Prioritas Pelayanan

Bebas nilai

(prinsip materialis)

Uang sebagai

komoditi

Bunga

Tidak bebas nilai

(prinsip syariah islam)

Uang sebagai alat tukar

dan bukan komoditi

Bagi hasil, jual beli,

sewa

Orientasi Kepentingan pribadi Kepentingan publik

Bentuk Usaha Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi

Islam, keuntungan

Evaluasi Nasabah Bank komersial

Bank komersial, bank

pembangunan, bank

universal atau multi-

purpose

Hubungan Nasabah

Kepastian

pengembalian pokok

dan bunga

(creditworthiness

dan collateral)

Lebih hati-hati karena

partisipasi dalam risiko

Sumber Likuiditas

Jangka Pendek

Terbatas debitur-

kreditur Erat sebagai mitra usaha

Pinjaman yang

diberikan

Pasar uang, Bank

Sentral Terbatas

15

Parameter Bank Konvensional Bank Syariah

Prinsip Usaha

Komersial dan

nonkomersial,

berorientasi laba

Komersial dan

nonkomersial,

berorientasi laba dan

nirlaba

Pengelolaan dana Aktiva ke Pasiva Pasiva ke Aktiva

Lembaga Penyelesai

Sengketa

Pengadilan,

Arbitrase

Pengadilan, Badan

Arbitrase Syariah

Nasional

Risiko Investasi

Risiko bank tidak

terkait langsung

dengan debitur,

risiko debitur tidak

terkait langsung

dengan bank

Kemungkinan

terjadi negative

spread

Dihadapi bersama

antara bank dan

nasabah dengan prinsip

keadilan dan kejujuran

Tidak mungkin terjadi

negative spread.

Monitoring

Pembiayaan

Terbatas pada

administrasi

Memungkinkan bank

ikut dalam manajemen

nasabah

Struktur Organisasi

pengawas Dewan Komisaris

Dewan Komisaris,

Dewan Pengawas

Syariah, Dewan Syariah

Nasional

Kriteria Peembiayaan Bankable

Halal atau Haram

Bankable

Halal

(sumber: Rivai, et al. 2007: 766)

Islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan riba,

keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun

keduanya memiliki perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan antara Bnga

dan Bagi hasil dapar dijelaskan pada tabel berikut ini:

16

Tabel 2.2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Perbedaan bunga dibuat pada waktu

akad dengan asumsi usaha akan

selalu menghasilkan keuntungan.

Penentuan besarnya rasio/nisbah

bagi hasil disepakati pada waktu

akad dengan berpedoman pada

kemungkinan untung rugi.

Besarnya persentase didasarkan

pada jumlah dana/modal yang

dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil

didasarkan pada jumlah

keuntungan yang diperoleh.

Bunga dapat mengambang/variabel,

dan besarnya naik turun sesuai

dengan naik turunnya bunga

patokan atau kondisi ekonomi.

Rasio bagi hasil tetap tidak

berubah selama akad masih

berlaku, kecuali diubah atas

kesepakatan bersama.

Pembayaran bungan tetap seperti

yang dijanjikan tanpa pertimbangan

apakah usaha yang dijalankan

peminjam untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung pada

keuntungan usaha yang

dijalankan. Bila usaha merugi,

kerugian akan ditanggung

bersama.

Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun keuntungan

naik berlipat ganda.

Jumlah pembagian laba

meningkat sesuai dengan

peningkatan keuntungan.

Eksistensi bunga diragukan (kalau

tidak kecam) oleh semua agama.

Tidak ada yang meragukan

keabsahan bagi hasil.

(sumber: Rivai, et al. 2007: 764)

3. Tingkat Kesehatan Bank

Kamir (2012:46) mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang

paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia

maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja

dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama seperti halnya

manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus

selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para

nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya

sendiri, akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatan bank sangat penting

17

disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan

kepada bank.

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi

semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan

peraturan perbankan yang berlaku (Arif & Rahmawati, 2015: 221). Bank

harus dapat melakukan kegiatan usaha antara lain:

1) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain

dan modal sendiri.

2) Kemampuan mengelola data.

3) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lain.

5) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Tingkat kesehatan bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam

melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank

serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau

permasalahan bank, baik corrective action oleh bank maupun supervisory

action oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kesehatan bank yang merupakan

cerminan kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas

pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank.

Bank indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank pada

dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang

18

berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian

tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan metode

CAMELS, untuk saat ini yang diberlakukan di Indonesia). CAMELS

merupakan aspek yang banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan

bank, yang memengaruhi pula kesehatan bank (Rivai, et al, 2007:616).

Tatacara penilaian kesehatan bank ini secara umum telah mengalami

perubahan sejak peraturan pertama kali diberlakunya pada tahun 1999 yaitu

CAMEL lalu peraturan tersebut dirubah pada tahun 2004 yaitu CAMELS.

Struktur atau kompenen penilaian CAMELS tertuang dalam Peraturan

Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 april 2004 serta ketentuan

pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal

31 MEI 2004. Arif & Rahmawati (2015: 221) mengatakan bahwa semua

komponen terlihat lebih mengarah pada ukuran kinerja perusahaan secara

internal, mulai dari permodalan (capital), kualitas aktiva (Asset Qaulity),

manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), likuiditas (Liquidity),

dan sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk). Jika

dibandingkan sistem penilaian kesehatan sebelumnya yaotu dengan metode

CAMEL (tanpa faktor S yaitu Sensitivity to Market Risk), sistem yang

berlaku sekarang memang lebih komprehensif, atau bisa diartikan lebih

banyak komponen atau rasio-rasio yang dinilainya.

Menurut Kasmir (2014: 303) penilaian kesehatan bank di samping

dilakukan untuk bank konvensional juga dilakukan untuk bank syariah, baik

untuk bank umum bank syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat. Hal ini

19

dilakukan sesuai perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang

bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem peilain tingkat

kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya adalah agar dapat

memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan

mendatang.

Mengenai penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah ialah

sesuai dengan PBI No.9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007 sebagaimana

diatur lebih teknis dalam Surat Edaran No.9/24/DPBS tanggal 30 Oktober

2007 dinyatakan bahwa bank wajib melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam rangka menjaga

atau meningkatkan kesehatan bank (Arif & Rahmawati, 2015: 223).

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.

Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam

kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Bagi bank

sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit

untuk segera mengobati penyakitnya (Kasmir, 2012: 46). Adapun peringkat

kesehatan bank digolongkan sebagai berikut:

Tabel 2.3

Predikat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81 – 100 Sehat

66 – 80 Cukup Sehat

51 – 67 Kurang Sehat

0 < 51 Tidak Sehat

Sumber : Kasmir, 2014

20

4. Ketentuan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

a. Bank Umum Konvensional

Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan

Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko

dalam melaksanakan kegiatan usaha. Bank wajib melakukan penilaian

tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based

Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Bank

wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas TKS bank

paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan

Desember. Bank wajib melakukan pengkinian self assesment Tingkat

Kesehatan Bank sewaktu-waktu apabila diperlukan (Booklet Perbankan

Indonesia, 2014).

Dalam rangka pengawasan Bank, apabila terdapat perbedaan hasil

penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh BI dengan hasil

self assesment penilaian Tingkat Kesehatan Bank maka yang berlaku

adalah hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh BI.

Faktor-Faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank meliputi:

1) Profil risiko (risk profile)

2) Good Corporate Governance (GCG)

3) Rentabilitas (earnings)

4) Permodalan (capital)

Peringkat Komposit (PK) TKS bank ditetapkan berdasarkan

analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap

21

faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-

masing faktor, serta mempertimbangkan kemampuan bank dalam

menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan. Kategori PK

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional

PK Kriteria

PK-1 Kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai

sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan

dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

PK-2 Kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu

menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan

kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

PK-3 Kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup

mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

PK-4 Kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai

kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan

dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

PK-5 Kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai kurang

mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

Sumber: (Booklet Perbankan Indonesia, 2014)

b. Bank Umum Syariah

Penilaian tingkat kesehatan BUS mencakup penilaian terhadap

faktor-faktor sebagai berikut permodalan, kualitas aset, manajemen,

rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar,

1) Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor

permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas

terhadap risiko pasar dihitung secara kuantitatif.

22

2) Penilaian peringkat komponen pembentuk faktor manajemen

dilakukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator

pendukung dan unsur judgement.

3) Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor finansial dan penilaian

peringkat factor manajemen, PK yang ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.5

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

PK Kriteria

PK-1 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong sangat baik

dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian

dan industri keuangan.

PK-2 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong baik dan

mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan

industri keuangan, namum bank dan UUS masih memiliki

kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh

tindakan rutin.

PK-3 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong cukup baik,

namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan

peringkat komposit memburuk apabila bank dan UUS tidak

segera melakukan tindakan kerektif.

PK-4 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong kurang baik

dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian

dan industri keuangan atau bank dan UUS memiliki

kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi

beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak

dilakukan tindakan yang efektif berpotensi mengalami

kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha.

PK-5 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong sangat

sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian,

industri keuangan, dan mengalami kesulitan yang

membahayakan kelangsungan usaha.

Sumber: (Booklet Perbankan Indonesia, 2014)

5. Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Untuk menganilisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum

di Indonesia dapat menggunakan beberapa metode, salah satu metodenya

23

ialah dengan metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank yang

dikenal dengan metode CAMELS. Metode CAMELS diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor

9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah (Arif & Rahmawati, 2015: 244). Penilaian

tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup

penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:

a. Faktor Permodalan (Capital)

Faktor Permodalan (Capital), Modal secara umum adalah sejumlah

dana yang ditanamkan kedalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya

untuk pembentukan suatu badan usaha dan menghendaki agar uang yang

ditanamkannya memberikan hasil. Sedangkan modal bank adalah dana

yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha

yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping

untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter, (Taswan

dalam Fitri Ruwaida, 2011:10). Penilaian terhadap faktor permodalan

(Capital) dalam penelittian ini menggunakan indikator, yaitu sebagai

berikut:

1). Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko

(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai

24

dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari

sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-

lain. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya

finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha

dan mengatisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran

kredit (Wardiantika& Rohmawati, 2014: 1552).

Kasmir (2012: 48) mengatakan dalam aspek ini yang dinilai adalah

aspek permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada

kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penelitian tersebut

didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy ratio) yang telah diterapkan

BI. Perbandingan rasio CAR adalah asio modal terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (AMTR). Sesuai ketetntuan yang telah

diterpkan pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002 minimal

harus 8%. Bagi bank yang memiliki CAR dibawah 8% harus segera

memperoleh perhatian dan penanganan yang serius untuk segea

diperbaiki. Penambahan CAR untuk mencapai seperti yang diterapkan

memerlukan waktu, sehingga pemerintah pun memberikan waktu yang

sesuai dengan ketentuan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan,

target CAR tidak tercapai, maka bank yang bersangkutan akan dikenakan

sangsi.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi

25

nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):

Adapun penilaian rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)

berdasarkan peraturan Bank Indonesia antara lain:

Tabel 2.6

Kriteria Pengukuran Rasio CAR

Kriteria Peringkat Nilai

CAR ≥ 12% 1 Sangat Sehat

9% ≤ CAR < 12% 2 Sehat

8% ≤ CAR < 9% 3 Cukup Sehat

6% ≤ CAR < 8% 4 Kurang Sehat

CAR < 6% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

b. Faktor Kualitas Aktiva (Asset Quality)

Faktor Kualitas Aset (Asset Quality) yaitu untuk menilai jenis-jenis

aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan

Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva

produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio

penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif

diklasifikasikan. (Yanti & Susila. 2014)

Kasmir (2012: 48) mengatakan dalam aspek ini upaya yang

dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.

Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan

𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑥 100%

26

membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap

aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva

produktif terhadap aktiva produktif di klasifikasikan. Penilaian terhadap

faktor kualitias Aktiva (Asset Quality) dalam penelittian ini

menggunakan dua indikator, yaitu sebagai berikut:

1) Non Performing Loan (NPL) / Non Performing Financing (NPF)

NPL merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset

bank. NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah

disesuaikan. Kuncoro (dalam Mulyaningrum, 2008) mengatakan

penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset

Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit.

Menurut Riyadi & Yulianto (2014:469) Non Performing

Financing (NPF) Merupakan pembiayaan macet, ini sangat

berpengaruh terhadap laba bank syariah NPF erat kaitannya dengan

pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah kepada nasabahnya.

Apabila NPF menunjukan nilai yang rendah diharapkan pendapatan

akan meningkat sehingga laba yang dihasilkan juga akan meningkat,

namun sebaliknya apabila nilai NPF tinggi maka pendapatan akan

menurun sehingga laba yang didapat akan turun.

Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian

besar bank melakukan pemberian kredit sebagai bisnis utamanya. Saat

ini, sejarah menunjukan bahwa risiko kredit merupakan kontributor

utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai

27

kerugian yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi

modal bank secara cepat. Indikator yang menunjukan kerugian akibat

risiko kredit adalah tercermin dari besarnya Non Performing

Financing (NPF) (Tabrizi, 2014:24). Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):

Adapun besaran rasio Non Performing Loan (NPL) / Non

Performing Financing (NPF) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

antara lain:

Tabel 2.7

Kriteria Pengukuran Rasio NPL/NPF

Kriteria Peringkat Nilai

NPL ≤ 2% 1 Sangat Sehat

2% < NPL ≤ 5% 2 Sehat

5% < NPL ≤ 8% 3 Cukup Sehat

8% < NPL ≤ 11% 4 Kurang Sehat

NPL > 11% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

2) Bad Debt Ratio (BDR)

Bad Debt Ratio (BDR) atau aktiva produktif diklasifikasikan

adalah seluruh aset yang dimiliki oleh bank yang mengalami masalah

karena sesuatu yang menyebabkan masalah pada arus kas dari bisnis

debitur dan membuat debitur sulit untuk membayar cicilan ke bank.

𝑁𝑃𝐿 =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%

𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%

28

Menurut Rivai, et al (2007:714) Aktiva produktif yang

diklasifikasikan ialah semua aktiva yang dimiliki oleh bank yang

karena suatu sebab terjadi gangguan sehingga usaha debitur

mengalami kesulirtan dalam cash flow yang dapat mengakibatkan

kesulitan membayar bunga dan bahkan angguran utang pokoknya.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):

Adapun besaran rasio Bad Debt Ratio (BDR) berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia antara lain:

Tabel 2.8

Kriteria Pengukuran Rasio BDR

Kriteria Peringkat Nilai

BDR ≤ 2% 1 Sangat Sehat

2% < BDR ≤ 3% 2 Sehat

3% < BDR ≤ 6% 3 Cukup Sehat

6% < BDR ≤ 9% 4 Kurang Sehat

BDR > 9% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

c. Faktor Manaajemen (Management)

Yanti & Susila (2014), mengatakan aspek kualitas manajemen,

mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat dicapai oleh usaha

operasional bank. Manajemen bertujuan untuk memastikan kualitas dan

tingkat kedalaman penerapan prinsip manajamen bank yang sehat,

terutama yang terkait dengan manajemen umum dan manjemen risiko.

(Rivai, et al, 2007:715)

𝐵𝐷𝑅 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%

29

Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam

bekerja. Di samping itu, kualitas manajemen juga dilihat dari segi

pendidikan dan pengalaman dari karyawan dalam manangani berbagai

kasus-kasus yang terjadi (Kasmir, 2012: 48). Penilaian terhadap faktor

manajemen (Management) dalam penelittian ini menggunakan indikator,

yaitu sebagai berikut:

1). Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah rasio yang mengganbarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan

yang diterima dan kegiatan opersioanal (Dendawijaya, 2009: 120)

Tunena, et al, (2015: 1352) mengatakan rasio ini menggambarkan

kegiatan bank sehari-hari juga harus dinilai kualitas manajemennya. Hal

ini dilakukan dengan alasan untuk menjaga stabilitas seluruh kegiatan

manajemen bank yang mencakup manajemen umum dan manajemen

resiko pada akhirnya akan mempengaruhi pada perolehan laba pada bank

tersebut. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.

13/24/DPNP/2011):

Adapun penilaian rasio Net Profit Margin (NPM) berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia antara lain:

𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%

30

Tabel 2.9

Kriteria Pengukuran Rasio NPM

Kriteria Peringkat Nilai

NPM ≥ 100% 1 Sangat Sehat

81% ≤ NPM < 100% 2 Sehat

66% ≤ NPM < 81% 3 Cukup Sehat

51% ≤ NPM < 66% 4 Kurang Sehat

NPM < 51% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

d. Faktor Rentabilitas (Earning)

Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan

kemapuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya

dan permodalan. Rentabilitas adalah hasil perolehan dari investasi

(penanaman modal0 yang dikarenakan yang dikatakan dengan persantase

dari besarnya investasi (Rivai, et al, 2007: 720)

Menurut Kasmir (2012: 49) rentabilitas (Earning) merupakan aspek

yang diguankan untuk mengatur kemapuan bank dalam meningkatkan

keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Kegunaan

aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas

yang dicapai bank yang bersangkutan bank yang sehat adalh bank yang

diukur secara rentabilitas secara meningkat di atas standar yang telah

diterapkan.

Dendawijaya (2009: 116) mengatakan analisis rasio rentabilitas

bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

31

Penilaian terhadap faktor rentabilitas (Earning) dalam penelittian ini

menggunakan dua indikator, yaitu sebagai berikut:

1) Return On Assets (ROA)

Menurut Dendawijaya (2009: 118) rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh

keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu

bank, semakin beasar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pada posisi bank tersebut dan segi

penggunaan aset. Perlu diketahui, bahwa dalam penentuan tingkat

kesehatan suatu bank , Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian

besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukkan unsur return

on equity (ROA). Hal ni dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina

dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas

suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar

berasal dari dana simpanan masyrakat.

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat

perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara

perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis,

laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam

sistem CAMEL, laba yang diperlukan adalah laba sebelum pajak.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):

32

Adapun penilaian rasio ROA berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia, antara lain:

Tabel 2.10

Kriteria Pengukuran Rasio ROA

Kriteria Peringkat Nilai

ROA > 1,5% 1 Sangat Sehat

1,25% < ROA ≤ 1,5% 2 Sehat

0,5% < ROA ≤ 1,25% 3 Cukup Sehat

0% < ROA ≤ 0,5% 4 Kurang Sehat

ROA ≤ 0% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

2) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO)

Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Biaya

operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya

pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya Sedangkan

pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu

pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit

dan pendapatan operasi lainnya (Prasnanugraha, 2007).

Semakin rendah tingkat BOPO berarti semakin baik kinerja

manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan. Jika angka rasio BOPO

menunjukan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa

𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 100%

33

kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat

rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini

berarti kinerja bank bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang

tinggi. (Slamet Riyadi, 2006:159). Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):

Adapun penilaian rasio BOPO berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia, antara lain:

Tabel 2.11

Kriteria Pengukuran Rasio BOPO

Kriteria Peringkat Nilai

BOPO ≤ 94% 1 Sangat Sehat

94% < BOPO ≤ 95% 2 Sehat

95% < BOPO ≤ 96% 3 Cukup Sehat

96% < BOPO ≤ 97% 4 Kurang Sehat

BOPO > 97% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012

e. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Rivai, et al (2007:715) menyatakan bahwa likuiditas untuk

memastiakn dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban dalam

menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup. Penilaian likuiditas

merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan

memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan

manajemen risiko likuiditas..

𝐵𝑂𝑃𝑂 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%

34

Suatu bank yang likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu

membayar semua utangnya terutama utang-utang jangka pendek. Dalam

hal ini yang dimaksud dengan utang-utang pendek yang ada di bank

antara lain adalah simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, giro,

dan deposito. Dikatakan likuit jika pada saat ditagih bank mampu

membayar. Kemudian bank juga harus dapat pula memnuhi semua

permohonan kredit yang layak dibiayai (Kasmir (2012: 49-50). Penilaian

terhadap faktor likuiditas (Liquidity) dalam penelittian ini menggunakan

dua indikator, yaitu sebagai berikut:

1) Loan to Deposito Ratio (LDR) / Financing to Deposit Ratio (FDR)

Perbankan syariah yang dalam aktivitasnya menggunakan

prinsip-prinsip syariah tidak mengenal istilah kredit (loan) dalam

fungsinya sebagai penyalur dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu,

aktivitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih

mengarah kepada pembiayaan (financing).

Loan to Deposit Ratio (LDR) /Financing to Deposit Ratio

(FDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit atau

pembiayaan yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana

dari berbagai sumber. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tanggal

29 Mei 1993, dana yang dihimpun bank dalam penerapan rasio

tersebut adalah dana masyarakat/dana pihak ketiga dan modal inti

bank (Dendawijaya, 2009: 59).

35

Menurut Kasmir (2014: 318) bahwa Loan to Deposito Ratio

(LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit

yang diberikan dibandingkan dengan jumlah data masyarakat dan

modal sendiri yang digunakan. Loan to Deposito Ratio tesebut

merupakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana ynag dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit

yang duberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain,

seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat

mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan

deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan

oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2009: 116)

Dendawijaya (2009: 116) mengatakan semakin tinggi rasio

tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan.hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Bank Indonesia menetapkan ketentuan bahwa untuk rasio LDR

sebesar 110% atau lebih diberi nelai kredit 0, artinya likuiditas bank

tersebut dinilai tidak sehat. sedangkan untuk raso LDR dibawah 110%

diberi nilai kredit 100, asrtinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP

tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan

oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%, yang berarti bank

36

boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana

pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan

dari suatu bank. Sedangkan praktisi perbankan menyepakati bahwa

batas aman dari Loan to Deposito Ratio suatu bank adalah sekitar

80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 86 % dan 100%..Rasio

ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):

Adapun penilaian rasio LDR/FDR berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia, antara lain:

Tabel 2.12

Kriteria Pengukuran Rasio LDR/FDR

Kriteria Peringkat Nilai

LDR ≤ 75% 1 Sangat Sehat

75% < LDR ≤ 85% 2 Sehat

85% < LDR ≤ 100% 3 Cukup Sehat

100% < LDR ≤ 120% 4 Kurang Sehat

LDR > 120% 5 Tidak Sehat

Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.

𝐿𝐷𝑅 =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%

𝐹𝐷𝑅 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%

37

2) Loan to Asset Ratio (LAR)

`Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang

menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit

dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Rivai, et al, 2007:

724). Dengan kata lain LAR merupakan perbandingan antar besarnya

kredit yang diberikan bank dengan besarnya total aset yang dimiliki

bank.

Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil

karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya

menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2009: 117). Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut

f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan penilaian

terhadap kemampuan modal bank untuk mengcover akibat yang

ditimbulkan oleh perubahan risiko pasar dan kecukupan manajemen

risiko paasar. Risko pasar merpakan risiko yang timbul karena adanya

pergerakan varibael pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang

dapat merugikan bank (adverse movement) (Rivai, et al, 2007:725 &

812).

𝐿𝐴𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑠𝑒𝑡

𝑥 100%

38

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mengkaji analisis tingkat kesehatan bank

antara bank syariah dan bank konvensional telah banyak diteliti dari berbagai

pandangan diberbagai sektor. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

Youssef Latif, Abbas, Akram, et al. (2016) meneliti perbandingan kinerja

antara perbankan syariah dan konvensional di Pakistan periode 2006 – 2010.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki

risiko lebih kecil dan lebih efisien dibandingkan dengan bank konvensional.

Namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada rasio profitabilitas dari

keduanya.

Ibrahim Mukdad (2015) dalam penelitiannya tentang perbandingan

kinerja keuangan antara perbankan konvensional dan syariah di United Arab

Emirates selama tahun 2002 – 2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa perbankan syariah memiliki rasio likuiditas, profitabilitas, kapasitas

manajemen dan struktur modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perbankan kovensional.

Handayati (2015) menganalisis perbandingan kinerja keuangan dengan

membandingkan tingkat kesehatan antara bank syari'ah dan bank konvensional

di Indonesia periode 2012-2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

perbedaan signifikan antar bank syariah dan bank konvensional. CAR BDR

dan ROA bank syariah tingkat siginifikannya lebih rendah dibandingkan

dengan bank konvensional. Sedangkan ROE, BOPO, dan LDR bank syariah

tingkat signifikannya lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.

39

Tunena, et al, (2015), menganalisis perbedaan tingkat kesehatan bank

dengan metode camel studi perbandingan pada BRI tbk & BTN tbk periode

2010-2014. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif CAMEL yaitu

CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, danLDR. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan tersebut.

Majid, et al, (2014), meneliti perbandingan kualitas manajaemen aset

bank konvensional dan syariah di Indonesia selama periode 2009-2011.

Peneltian ini menemukan bahwa Bank Syariah BRI adalah bank dengan tingkat

kualitas manajemen aset tertinggi dengan skor CAMEL tertinggi 50,33,

sedangkan Bank Mandiri Indonesia adalah bank dengan tingkat kualitas

manajemen aset terendah dengan skor CAMEL terendah 26,33. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa bank syariah memiliki tingkat kualitas

manajemen aset yang lebih baik dibandingkan bank konvensional. Bank

syariah juga terbukti memiliki tingkat kualitas yang lebih baik dalam

mengelola risiko, terutama risiko pembiayaan.

Siraj dan Sudarsanan Pillai (2012) melakukan penelitian tentang studi

perbandingan kinerja perbankan syariah dan konvensional di GCC region

tahun 2005 – 2010. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bank

syariah memiliki jumlah ekuitas yang lebih besar dibandingkan dengan bank

konvensional. Selama periode penelitian bank konvensional mampu

meningkatkan pendapatannya namun tidak dapat meningkatkan

profitabilitasnya terhadap kegagalan pembayaran kredit atau kredit macet.

40

Penelitian perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dan

konvensional juga diteliti oleh Jahja & Iqbal (2012) pada tahun 2005-2009

dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE,

BOPO dan LDR menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan

syariah (ROA, ROE dan LDR) lebih baik secara signifikan dibandingkan

dengan perbankan konvensionl. Secara keseluruhan penilaian kinerja bank

syariah masih berada di atas atau lebih baik dibandingkan dengan bank

konvensional.

Sabir, et al, (2012) yang meneliti pengaruh dan menganalisis perbedaan

rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umum syariah dan bank

konvensional di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bank

umum syariah CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,

BOPO berpengaruh negatif, NOM dan FDR berpengaruh positif. Sedangkan

pada bank konvensional CAR dan NIM berpengaruh positif terhadap ROA,

BOPO tidak berpengaruh, NPL dan LDR berpengaruh negatif. Dan terdapat

perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah dengan bank

konvensional di Indonesia.

Hasil dari penjelasan penelitian terdahulu di atas, dapat dilihat secara

ringkas pada table 2.2 sebagai berikut:

41

Tabel 2.13

Rangkuman Penelian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun)

Judul

peneltian

Variabel

Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian

1.

Youssef

Latif,

Abbas,

Akram, et

al. (2016)

Study of

Performance

Comparison

between

Islamic and

Conventional

Banking in

Pakistan

ROA,

ROE,

PER,

LDR,

LAR,

CPID,

DER,

DTAR,

EM, IER,

AU dan

Operating

Efficiency.

Variabel dan

alat ukur yang

digunakan

lebih banyak,

namun dalam

penelitian ini

menambahkan

rasio

manajemen

dan

pengelolaan

aset.

Perbankan

syariah memiliki

risiko lebih kecil

dan lebih efisien

dibandingkan

dengan bank

konvensional.

Namun tidak

ada perbedaan

yang signifikan

pada rasio

profitabilitas

dari keduanya.

2.

Ibrahim

Mukdad

(2015)

A

Comparative

Study of

Financial

Performance

between

Conventional

and Islamic

Banking in

United Arab

Emirates

CDTA,

Customers

Deposits

to Total

Asset,

SETA,

ROI,

ROE,

ROA,

BOPO,

ITA,

TLTA,

TLTE MV

dan PER

Alat ukur yang

digunakan

hampir

seluruhnya

berbeda,

namun dalam

pengambuilan

rasio keungan

hanya berbeda

pada struktur

modal.

Hasil penelitian

tersebut

menunjukkan

bahwa

perbankan

syariah memiliki

rasio likuiditas,

profitabilitas,

kapasitas

manajemen dan

struktur modal

yang lebih tinggi

dibandingkan

dengan

perbankan

kovensional.

3. Handayati

(2015)

Analysis

Comparative

Of Financial

Performance

Of Syari’ah

And

Conventional

Banking In

Indonesia

CAR,

BDR,

ROA,

ROE,

BOPO,

dan LDR

Peneltian ini

tidak

menggunakan

penilaian ROE,

namun

menambahkan

penilaian

diantara lain:

NPL/NPF,

NPM, LAR,

Hasil penelitian

menunjukkan

terdapat

perbedaan

signifikan antar

bank syariah dan

bank

konvensional.

CAR BDR dan

ROA bank

42

No Peneliti

(Tahun)

Judul

peneltian

Variabel

Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian

syariah tingkat

siginifikannya

lebih rendah

dibandingkan

dengan bank

konvensional.

Sedangkan

ROE, BOPO,

dan LDR bank

syariah tingkat

signifikannya

lebih tinggi

dibandingkan

bank

konvensional.

4. Tunena, et

al, (2015)

Analisis

Tingkat

Kesehatan

Bank Dengan

Metode

Camel Studi

Perbandingan

Pada BRI

Tbk & BTN

Tbk Periode

2010-2014.

CAR,

NPL,

NPM,

ROA,

BOPO,

LDR

Peneltian ini

menambahkan

penilaian

diantara lain:

BDR, LAR

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

kinerja

keuangan antara

Bank BRI &

Bank BTN,

dimana BRI

lebih sehat dari

BTN dalam

penilaian rasio-

rasio CAMEL

5. Majid, et

al, (2014)

A

Comparative

Analysis of

the Quality of

Islamic and

Conventional

Banks’ Asset

Management

in Indonesia

Variable

dependen:

CAR,

NPL,

NPM,

NIM,

OCOI,

LDR

Variabel

independe

n: ROA,

TLTA,

OITL

Peneltian ini

menambahkan

penilaian

diantara lain:

BDR, NPM,

LAR. Namun

tidak

menggunakan

penilaian NIM,

OITL, dan

TLTA

Peneltian ini

menemukan

bahwa Bank

Syariah BRI

adalah bank

dengan tingkat

kualitas

manajemen aset

tertinggi dengan

skor CAMEL

tertinggi 50,33,

sedangkan Bank

Mandiri

Indonesia adalah

bank dengan

tingkat kualitas

manajemen aset

43

No Peneliti

(Tahun)

Judul

peneltian

Variabel

Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian

terendah dengan

skor CAMEL

26,33

6.

Siraj dan

Sudarsana

n Pillai

(2012)

Comparative

Study on

Performance

of Islamic

Banks and

Conventional

Banks in

GCC region

OER,

NPR,

ROCA,

ROA,

ROE,

EOA,

operating

expense,

profit,

assets,

operating

income,

deposits

and total

equity

Terdapat

perbedaan

sampel dan

variabel yang

digunakan

antara lain

OER, ROCA,

EOA.

Bank syariah

memiliki jumlah

ekuitas yang

lebih besar

dibandingkan

dengan bank

konvensional.

Selama periode

penelitian bank

konvensional

mampu

meningkatkan

pendapatannya

namun tidak

dapat

meningkatkan

profitabilitasnya

terhadap

kegagalan

pembayaran

kredit atau

kredit macet.

7.

Sabir, et

al,

(2012)

Pengaruh

Rasio

Kesehatan

Bank

Terhadap

Kinerja

Keuangan

Bank Umum

Syariah Dan

Bank

Konvensional

Di Indonesia

Variabel

independe

n: CAR,

BOPO,

NOM,

NPF,

FDR,

NIM, NPL

dan LDR

Variabel

dependen:

ROA

Peneltian ini

menambahka

n penilaian

diantara lain:

NPL/NPF,

BDR, NPM,

LAR, Namun

tidak

menggunakan

penilaian

NOM/NIM

CAR dan NPF

tidak signifikan

terhadap ROA,

BOPO

signifikan

negative

terhadap ROA,

NOM dan FDR

signifikan

positif terhadap

ROA pada Bank

Umum Syariah.

CAR dan NIM

signifikan

positif terhadap

ROA, BOPO

tidak signifikan

terhadap ROA,

NPL dan LDR

44

No Peneliti

(Tahun)

Judul

peneltian

Variabel

Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian

signifikan

negative

terhadap ROA,

pada Bank

Konvensional.

Dan terdapat

perbedaan

Kinerja

Keuangan antara

Bank Umum

Syariah dengan

Bank

Konvensional

8. Jahja&Iqb

al (2012)

Analisis

Perbandingan

Kinerja

Keuangan

Perbankan

Syariah

Dengan

Perbankan

Konvensional

CAR,

NPL,

ROA,

ROE,

BOPO dan

LDR

Peneltian ini

menambahkan

penilaian

diantara lain:

BDR, NPM,

LAR

Namun tidak

menggunakan

penilaian ROE

ROA, ROE dan

LDR perbankan

syariah lebih

baiks ecara

signifikan

dibandingkan

dengan

perbankan

konvensional

45

C. Kerangka Pemikiran

Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana

(surplus Unit) denganpihak-pihak yang memerlukan dana (deficit Unit) srta

sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Maka

dapat disimpulkan bank mempunyai peran penting dalam kegiatan bisnis,

sehingga perlu diketahui apakah bank tersebut sehat atau tidak dalam

menjalankan usahanya. Sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian ini

meganalisis tingkat kesehatan bank menggunakan metode CAMEL, Indikator

yang digunakan untuk penilaian disetiap faktor-faktor CAMEL, yaitu diantara

lain: faktor capital menggunakan CAR, faktor asset quality menggunakan

NPL/NPF dan BDR, faktor management menggunakan NPM, faktor earning

menggunakan ROA dan BOPO, faktor likuidity menggunakan LDR/FDR dan

LAR. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

kesehatan bank yang signifikan antara bank syariah dan bank konvensional.

Berdasarkan konsep-konsep dasar, hasil penelitian terdahulu dan masalah

yang ada yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat dibuat kerangka

pemikiran dari analisistingkat kesehatan bank syariah dan bank konvensional

dengan metode CAMEL, secara sistematis dapat disusun pada gambar berikut:

46

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

LAPORAN KEUANGAN BANK

TAHUN 2011-2015

METODE CAMEL

BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL

MANAGEMENT ASSET LIQUIDITY EARNING CAPITAL

LDR/FDR

LAR

ROA

BOPO

NPM NPL/NPF

BDR

CAR

TINGKAT KESEHATAN BANK

SYARIAH TAHUN 2011-2015

TINGKAT KESEHATAN BANK

KONVENSIONAL TAHUN 2011-2015

UJI NORMALITAS

UJI BEDA

HASIL DAN INTERPRETASI

KESIMPULAN DAN SARAN

47

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya mengenai

tingkat kesehatan perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia

dan terdapat hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai tingkat kesehatan

bank, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Hipotesis untuk Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Hipotesis 1

H0,1 : μ ≤ 51 persen, peringkat kesehatan bank termasuk dalam predikat

tidak baik.

Ha,1 : μ ≥ 51 persen, peringkat kesehatan bank termasuk dalam predikat baik

2. Hipotesis untuk Uji Beda

Hipotesis 2

H0,2 : CAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,2 : CAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

Hipotesis 3

H0,3 : NPL antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,3 : NPL antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

Hipotesis 4

H0,4 : BDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,4 : BDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

Hipotesis 5

H0,5 : NPM antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,5 : NPM antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

48

Hipotesis 6

H0,6 : ROA antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,6 : ROA antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

Hipotesis 7

H0,7 : BOPO antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,7 : BOPO antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

Hipotesis 8

H0,8 : LDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,8 : LDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

Hipotesis 9

H0,9 : LAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama

Ha,9 : LAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku (Arif & Rahmawati, 2015: 221). Oleh karena itu,

penelitian ini memilih sampel perbankan syariah dan perbankan konvensional

untuk menganalisis tingkat kesehatan bank dan data yang digunakan adalah

data kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisa data yang berbentuk angka

(numerik). Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu lima tahun, dari tahun

2011 sampai dengan tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan melihat

laporan keuangan yang dipublikasikan dari Bank Indonesia.

Analisis tingkat kesehatan bank pada penelitian ini menggunakan

variabel yang diteliti dan dipengaruhi oleh penelitian terdahulu seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini menggunakan motode CAMEL

dengan rasio yang digunakan yaitu Capital Adequacy Rasio (CAR) sebagai

ukuran dari aspek Permodalan (Capital), Non Performing Loan (NPL) / Non

Performing Financing (NPF) dan Bad Debt Ratio (BDR) sebagai ukuran dari

aspek Kualitas Aktiva (Asset Quality), Net Profit Margin (NPM) sebagai

ukuran dari aspek Manajemen (Management), Return On Asset (ROA) dan

Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai ukuran dari

aspek Rentabilitas (Earnings), Loan to deposit ratio (LDR) / Financing to

50

Deposit Ratio (FDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR) sebagai ukuran dari aspek

Likuiditas (Liquidity).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Menurut Husaini dan setiady (2006: 181), populasi adalah semua nilai

baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun

kuantitatif mengenai keseluruhan objek dalam penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah bank syariah dan bank konvensional yang terdaftar di

Bank Indonesia selama periode 2011-2015.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari anggota populasi dan

membatasi berlakunya daerah generalisasi (Husaini & Setiady, 2006: 181).

Sampel penelitian diambil adalah 10 Bank Syariah dan 10 Bank

Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2011-2015.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan

(judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak

dimana informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Kriteria

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di Indonesia yang

berskala nasional selama periode pengamatan 2011 - 2015, tidak

51

termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS), dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).

2) Bank konvensional dan bank syariah yang mempublikasikan laporan

keuangan secara berkala selama periode penelitian tahun 2011 - 2015.

3) Bank konvensional dan bank syariah yang tidak memiliki nilai CAR,

NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan LAR negatif (-) selama

periode penelitian.

Hasil dari kiteria sampel yang ditentukan di atas, maka didapatkan

sejumlah sampel perbankan syariah dan konvensional sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Sampel Penelitian Bank

No Bank Konvensional Bank Syariah

1 Bank Mandiri (Persero) Bank Syariah Mandiri

2 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Bank Muamalat Indonesia

3 Bank Central Asia Bank Rakyat Indonesia Syariah

4 Bank Negara Indonesia (Persero) Bank Negara Indonesia Syariah

5 Bank CIMB Niaga Bank Panin syariah

6 Bank Danamon Indonesia Bank Jabar Banten Syariah

7 Bank Panin Bank Bukopin Syariah

8 Bank Permata Bank Syariah Mega Indonesia

9 Bank Tabungan Indonesia (Persero) Bank Central Asia Syariah

10 May Bank Indonesia Bank Victoria Syariah

Sumber: Screening Data

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu metode yang menghimpun

informasi dan data berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti maupun

bahan yang bersifat teoritis dan relevan untuk dijadikan referensi melalui buku

52

literatur, jurnal, artikel, internet, website (SSRN.com, pdfsearchengine.org,

etc.) dan lainnya yang dapat membantu dalam menyelesaikan penelitian ini

yang berarti data tersebut bersifat sekunder. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh

peneliti. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan bank syariah dan

bank konvensional yang dipublikasikan secara berkala melalui Bank Indonesia

selama periode pengamatan 2011-2015.

D. Metode Analisis Data

Penelitian menganalisis data dilakukan menggunakan alat bantu

perangkat lunak yaitu SPSS.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual yang

telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak

(Suliyanto, 2011: 69). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik distribusi

dan analisis P-P Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar

pengambilan keputusannya jika data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah arah garis diagonal, atau garis histogramnya menunjukkan

pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas

(Ghazali, 2009).

Uji normalitas data akan dilakukan menggunakan one sample

kolomogrov - smirnov dengan melihat asymp.sig. (2-tailed). Jika nilai

53

asymp.sig.(2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang telah ditetapkan

sebesar 5% maka H0 diterima karena dapat dinyatakan data dari populasi

yang berdistribusi normal. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005) uji one

sample kolomogrov - smirnov sangat membantu peneliti untuk mengetahui

apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi secara

normal atau data yang tidak terdistribusi normal.

Hipotesis yang dapat dibuat sebagai berikut:

H0 :Variabel terdistribusi normal

Ha :Variabel tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05 maka H0 diterima

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 ditolak

2. Uji Beda ( t-test)

Uji beda t-test digunakan untuk menetukan apakah sampel yang tidak

berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan

dengan cara membandingkan perbedaan antara nilai rata-rata dengan

standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel, atau secara rumus

maematis dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

µ1 : rata-rata sampel pertama

𝑡 =𝜇1+𝜇2𝑆.𝐸

54

µ2 : rata-rata sampel kedua

S.E : Standar Error perbedaan rata-rata kedua sampel

Jadi, tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua grup

yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua kelompok

tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara

signifikan (Ghozali,2009 : 60).

Untuk pengambilan keputusan pada uji t-test, terdapat beberapa

langkah yang harus dilakukan , yaitu (Ghozali, 2009: 61):

a. Membandingkan nilai absolut pada tabel Group Statsitik.

b. Membandingkan secara statsitik dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menguji asumsi varian populasi dengan hipotesis:

Ho : σi2 = σj

2 , varian populasi sampel i dan sampel j adalah sama.

Ha : σi2 ≠ σj

2 , varian populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.

Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika probabilitas signifikansi two tail bernilai diatas 0.05, maka H0

tidak dapat ditolak.

Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka

H0 ditolak.

Apabila H0 diterima, maka analisis uji beda harus menggunakan

asumsi equal variance assumed. Dan jika H0 ditolak, maka analisis uji

beda harus menggunakan asumsi equal variance not assumed.

2) Melakukan uji beda t-test dengan hipotesis:

55

Ho : Ẍi = Ẍj , rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah sama.

Ha : Ẍi ≠ Ẍj , rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.

Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika probabilitas signifikansi two tail bernilai diatas 0.05, maka H0

tidak dapat ditolak.

Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka

H0 ditolak.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana

modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar

bank. (Wardiantika& Rohmawati, 2014: 1552).

2. Non Performing Loan (NPL) / Non Performing Financing (NPF)

Apabila NPL/NPF menunjukan nilai yang rendah diharapkan

pendapatan akan meningkat sehingga laba yang dihasilkan juga akan

meningkat, namun sebaliknya apabila nilai NPL/NPF tinggi maka

pendapatan akan menurun sehingga laba yang didapat akan turun. (Riyadi &

Yulianto, 2014:469)

3. Bad Debt Ratio (BDR)

Bad Debt Ratio (BDR) atau aktiva produktif diklasifikasikan adalah

seluruh aset yang dimiliki oleh bank yang mengalami masalah karena

56

sesuatu yang menyebabkan masalah pada arus kas dari bisnis debitur dan

membuat debitur sulit untuk membayar cicilan ke bank. (Rivai, et al,

2007:714)

4. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah rasio yang mengganbarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan

yang diterima dan kegiatan opersioanal. (Dendawijaya, 2009: 120)

5. Return On Assets (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA

suatu bank, semakin beasar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pada posisi bank tersebut dan segi penggunaan

aset. (Dendawijaya, 2009: 118)

6. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO)

BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan

bank dalam melakukan kegiatan operasional. Semakin rendah tingkat BOPO

berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut. (Prasnanugraha,

2007).

7. Loan to Deposito Ratio (LDR) /Financing to Deposit Ratio (FDR)

Loan to Deposito Ratio (LDR) /Financing to Deposit Ratio (FDR)

adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit atau pembiayaan yang

disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.

57

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. (Dendawijaya, 2009: 59)

8. Loan to Asset Ratio (LAR)

Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan

kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan

total aset yang dimiliki bank. (Rivai, et al, 2007: 724)

Tabel 3.2

Operasional Variabel dan Pengukuran Skala

Aspek Variabel Pengukuran

Permodalan

(Capital)

Capital Adequacy

Ratio (CAR) =

100%

Kualitas

Aktiva

(Asset

Quality)

Non Performing

Loan (NPL) / Non

Performing

Financing (NPF)

= ℎ

100%

= ℎ

100%

Bad Debt Ratio

(BDR) =

100%

Manaajemen

(Management)

Net Profit Margin

(NPM)

= ℎ

100%

Rentabilitas

(Earning)

Return On Assets

(ROA) =

100%

Beban Operasional

terhadap Pendapatan

Operasioanl (BOPO

=

100%

Likuiditas

(Liquidity)

Loan to Deposito

Ratio (LDR)

/Financing to

Deposit Ratio (FDR)

=

ℎ 100%

=

ℎ 100%

Loan to Asset Ratio

(LAR)

= ℎ

ℎ 100%

Sumber: (SE BI No. 13/24/DPNP/2011)

58

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Lembaga Keuangan Bank

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sangat penting

peranannya dalam kegiatan ekonomi, karena melalui kegiatan perkreditan

dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank maka dapat melayani berbagai

kebutuhan pada berbagai sektor ekonomi dan perdaganga. Sehingga dapat

dikatakan bahwa bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak

dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari

masyarakat dalam mengelola dananya. (Kasmir, 2011: 4)

Salah satu sumber yang dapat digunakan untuk menilai sehat tidaknya

suatu bank adalah dengan menganalisis laporan keuangan bank. Hasil

analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang kelemahan

dan kekuatan yang dimiliki suatu bank. Dalam hal ini untuk menilai kinerja

perusahaan dengan tingkat kesehatan perbankan dapat menggunakan

metode CAMELS antara lain aspek permodalan (Capital), kualitas aset

(Asset quality), manajemen (Management), likuiditas (Liquidity) dan

sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to market risk). Struktur atau

kompenen penilaian CAMELS tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia

nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 april 2004 serta ketentuan pelaksanaannya

sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

Kemudian mengenai penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah

59

ialah sesuai dengan PBI No.9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007

sebagaimana diatur lebih teknis dalam Surat Edaran No.9/24/DPBS tanggal

30 Oktober 2007 dinyatakan bahwa bank wajib melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam rangka

menjaga atau meningkatkan kesehatan bank.

2. Deskriptif Variabel Penelitian

a. Perkembangan CAR

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko

(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) dibiayai dari

dana modal sendiri. Perkembangan CAR pada perbankan konvensional

dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1

Perkembangan CAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 14.96 15.84 15.40 16.27 18.06

SYARIAH 24.95 20.13 16.70 17.85 18.54

(Sumber: data diolah)

Berdasarkan Gambar 4.1, rata-rata CAR pada perbankan syariah

memiliki angka yang lebih tinggi dari pada perbankan konvensional

14.96 15.84 15.40 16.27

18.06

24.95

20.13

16.70 17.85 18.54

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

2011 2012 2013 2014 2015

CARKONVENSIONAL

CAR SYARIAH

60

selama periode penelitian tahun 2011 sampai 2015. Pada tahun 2011

CAR perbankan syariah mampu mencapai rata-rata 24.95 persen, namun

pada tahun 2012–2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Sedangkan perbankan konvensional selama periode penelitian tidak

mengalami banyak peningkatan atau penurunan secara signifikan, namun

hanya mampu mencapai rata-rata 18.06 persen pada tahun 2015.

b. Perkembangan NPL

Non Performing Loan (NPL) merupakan pembiayaan macet yang

sangat berpengaruh terhadap laba bank. Hal ini kaitannya dengan kredit

atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank kepada nasabahnya.

Perkembangan NPL pada perbankan konvensional dan syariah dapat

dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.2

Perkembangan NPL pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 1.02 0.93 1.09 1.13 1.37

SYARIAH 2.00 2.13 2.46 3.00 3.15

(Sumber: data diolah)

Berdasarkan Gambar 4.2 rata-rata NPL pada perbankan syariah

memiliki angka yang lebih tinggi dari pada perbankan konvensional

1.02 0.93 1.09 1.13

1.37 2.00

2.13 2.46

3.00 3.15

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

2011 2012 2013 2014 2015

NPLKONVENSIONAL

NPL SYARIAH

61

selama periode penelitian tahun 2011 sampai 2015. Perbankan syariah

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 rata-rata NPL

sebesar 2.00 persen dan mencapai angka 3.15 persen pada tahun 2015.

Sedangkan perbankan konvensional mengalami penurunan pada tahun

2012 sebesar 0.93 persen dan angka tertinggi mencapai rata-rata 1.37

persen pada tahun 2015.

c. Perkembangan BDR

Bad Debt Ratio (BDR) atau aktiva produktf yang diklasifikasikan

adalah seluruh aset yang dimiliki oleh bank yang mengalami masalah

pada arus kas yang membuat nasabah sulit untuk membayar cicilan ke

bank. Perkembangan BDR pada perbankan konvensional dan syariah

dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.3

Perkembangan BDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 1.78 1.60 1.59 1.90 2.05

SYARIAH 3.38 3.57 3.98 3.72 2.80

(Sumber: data diolah)

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa rata-rata BDR selama

periode penelitian tahun 2011–2015 pada bank syariah dan konvensional.

3.38

3.57

3.98 3.72

2.80

1.78 1.60

1.59

1.90

2.05

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

2011 2012 2013 2014 2015

BDR Syariah

BDR Konvensional

62

Bank syariah memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan

bank konvensional. Artinya jika nilai BDR semakin tinggi maka akan

semakin buruk tingkat kesehatan bank tersebut karena aset yang dimiliki

mengalami masalah pada arus kas. Pada tahun 2013 rata-rata BDR

syariah mengalami kenaikan sebesar 3.98 persen, sedangkan pada bank

konvensional cenderung stabil dari 1.78 hingga 2.05 persen. Dalam hal

ini BDR pada bank konvensional lebih baik dibandingkan dengan bank

syariah.

d. Perkembangan NPM

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan

tingkat keuntungan yang diperoleh bank atas pendapatan yang diterima

dari kegiatan operasonalnya. Perkembangan NPM pada perbankan

konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.4

Perkembangan NPM pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 135.22 145.59 151.26 143.13 119.07

SYARIAH 80.67 110.10 124.63 99.74 117.20

(Sumber: data diolah)

80.67

110.10 124.63

99.74

117.20 135.22

145.59 151.26

143.13

119.07

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

2011 2012 2013 2014 2015

NPM Syariah

NPM Konvensional

63

Berdasarkan Gambar 4.4 rata-rata NPM pada perbankan syariah

memiliki angka jauh lebih rendah dari pada perbankan konvensional

selama periode penelitian tahun 2011 sampai 2015. Perbankan syariah

mengalami penurunan yang cukup siginifikan pada tahun 2014 sebesar

99.74 persen dan hanya mampu mencapai angka rata-rata 124.63 persen

pada tahun 2013. Sedangkan perbankan konvensional mulai mengalami

penurunan pada tahun 2014 dan 2015 hingga sebesar 119.07 persen dan

angka tertinggi mencapai rata-rata 151.26 persen pada tahun 2013.

e. Perkembangan ROA

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba

berdasarkan total aset yang dimiliki oleh bank. Perkembangan ROA pada

perbankan konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai

berikut:

Gambar 4.5

Perkembangan ROA pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 2.73 2.83 2.79 2.38 1.93

SYARIAH 1.78 1.58 1.08 0.48 0.41

(Sumber: data diolah)

2.73 2.83 2.79

2.38

1.93 1.78

1.58

1.08

0.48 0.41

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

2011 2012 2013 2014 2015

ROAKONVENSIONAL

ROA SYARIAH

64

Berdasarkan Gambar 4.5 rata-rata ROA pada perbankan

konvensional dan syariah cemderung mengalami penurunan selama

periode penelitian. Namun perbankan konvensional memiliki angka rata-

rata lebih tinggi dari perbankan syariah dan mampu mencapai angka rata-

rata 2.83 persen pada tahun 2012. Sedangkan perbankan syariah hanya

mampu mencapai rata-rata 1.78 persen di tahun 2011 dan terendah

hingga 0.41 persen di tahun 2015 yang mengalami penurunan yang

signifikan pada tiap tahunnya.

f. Perkembangan BOPO

Rasio ini merupakan perbandingan antara beban operasional

terhadap pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Perkembangan BOPO pada perbankan konvensional dan syariah dapat

dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.6

Perkembangan BOPO pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 73.17 70.29 70.84 77.68 81.84

SYARIAH 85.38 83.46 87.03 98.71 95.59

(Sumber: data diolah)

73.17 70.29 70.84 77.68 81.84

85.38 83.46 87.03 98.71 95.59

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

2011 2012 2013 2014 2015

BOPOKONVENSIONAL

BOPO SYARIAH

65

Berdasarkan Gambar 4.6 rata-rata BOPO tahun 2011 – 2015 pada

perbankan syariah memiliki angka yang lebih tinggi dari perbankan

konvensional. Namun di tahun 2015 angka rata-rata BOPO perbankan

syariah mengalami penurunan dari angka 98.71 persen menjadi 95.59

persen. Sedangkan perbankan konvensional mampu mencapai rata-rata

81.84 persen di tahun 2015 dan mengalami penurunan dari angka 73.17

persen menjadi 70.29 persen di tahun 2012.

g. Perkembangan LDR

Loan to Deposit Ratio (DPR) merupakan rasio antara besarnya

seluruh volume kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank atas

jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Perkembangan LDR pada

perbankan konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai

berikut:

Gambar 4.7

Perkembangan LDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 82.75 86.56 89.02 90.65 90.99

SYARIAH 87.08 90.48 93.95 91.32 92.52

(Sumber: data diolah)

82.75

86.56

89.02 90.65 90.99

87.08

90.48

93.95

91.32 92.52

75.00

80.00

85.00

90.00

95.00

2011 2012 2013 2014 2015

LDRKONVENSIONAL

LDR SYARIAH

66

Berdasarkan Gambar 4.7 rata-rata LDR tahun 2011 – 2015 pada

perbankan syariah memiliki angka yang lebih tinggi dari perbankan

konvensional. Namun di tahun 2014 angka rata-rata LDR perbankan

syariah mengalami penurunan dari angka 93.95 persen menjadi 91.32

persen, meskipun pada tahun 2011 – 2013 mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Sedangkan perbankan konvensional selama periode

penelitian mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 bank

konvensional memiliki nilai rata-rata LDR sebesar 82.75 persen dan

mampu mencapai angka rata-rata tertinggi di tahun 2015 yaitu sebesar

90.99 persen.

h. Perkembangan LAR

Loan to Asset Ratio (LAR) merpakan rasio yang mengukur

kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan

menggunakan total aset yang dimiliki bank. Perkembangan LAR pada

perbankan konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai

berikut:

Gambar 4.8

Perkembangan LAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah

65.02

71.27 71.96

74.38

74.22

63.45 66.29

68.37 68.28 69.09

55.00

60.00

65.00

70.00

75.00

80.00

2011 2012 2013 2014 2015

LAR Syariah

LAR Konvensional

67

Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015

KONVENSIONAL 63.45 66.29 68.37 68.28 69.09

SYARIAH 65.02 71.27 71.96 74.38 74.22

(Sumber: data diolah)

Dari gambar 4.8 dapat dijelaskan bahwa selama periode penelitian

tahun 2011 – 2015 nilai rata-rata LAR bank syariah jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan bank konvensional. Artinya pada bank syariah

cenderung memiliki jumlah pembiayaan lebih besar daripada asetnya.

Pada tiap tahunnya bank syariah cenderung mengalami peningkatan.

Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang tidak signifikan

yaitu sebesar 74.22 persen. Sedangkan pada bank konvensional

mengalami kenaikan selama periode penelitian. Pada tahun 2011 rata-rata

CAR bank konvensional sebesar 63.45 persen hingga mencapai sebesar

69.09 persen pada tahun 2015.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

a. Faktor Permodalan (Capital)

Penilaian terhadap faktor permodalan (Capital) dalam penelitian

ini menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio), yang disajikan dalam

tabel yaitu sebagi berikut:

68

Tabel 4.1

Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

CAR Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 13.89% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Muamalat Indonesia 13.90% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

BRI Syariah 13.48% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

BNI Syariah 18.70% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Panin Syariah 23.80% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 21.55% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Bukopin Syariah 14.06% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 15.31% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

BCA Syariah 32.70% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Victoria Syariah 24.62% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa seluruh bank syariah

memiliki nilai CAR di atas 12%. Artinya bahwa seluruh aktiva bank

syariah yang mengandung aktiva risiko baik kredit, surat berharga,

maupun tagihan pada bank lain dibiayai dari keseluruhan modal sendiri

disamping memperoleh dari sumber di luar bank yang dihitung

berdasarkan modal bank atas aktiva tertimbang menrut risiko. BI

menentukan ketentuan CAR minimal 8% yang tergolong cukup sehat.

Namun pada seluruh bank syariah memenuhi ketentuan tersebut dan

dapat mengelola modalnya dengan baik sehingga mampu mencapai nilai

di atas 12 persen yang tergolong sangat sehat.

Kemudian nilai rata-rata CAR bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut

69

Tabel 4.2

Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

CAR Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 16.19% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 17.56% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Central Asia 15.64% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 17.02% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 15.11% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Danamon Indonesia 18.34% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Panin 16.98% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Permata 14.57% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

Bank Tabungan Indonesia 15.99% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

May Bank Indonesia 13.67% CAR ≥ 12% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada bank konvensional

juga tergolong dalam predikat sangat sehat. Namun nilai yang dimiliki

bank konvensional cenderung stabil, berbeda dengan bank syariah yang

lebih berfluktuatif. Nilai CAR yang termasuk dalam predikat sangat sehat

yaitu jika nilai CAR lebih besar dari 12 persen. Dengan demikian bank

konvensional mampu mengelola modalnya atas aktiva yang dimiliki oleh

bank sehingga mampu memenuhi ketentuan nilai CAR yang ditetapkan

BI sebesar 8 persen.

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)

Penilaian terhadap faktor Kualitas Aset (Asset Quality) dalam

penelitian ini menggunakan 2 indikator yaitu NPF/NPL dan BDR, yang

telah disajikan dalam tabel di bawah ini:

70

Tabel 4.3

Nilai Rata-Rata NPF Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

NPF Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 2.54% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

Bank Muamalat Indonesia 3.83% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

BRI Syariah 3.15% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

BNI Syariah 1.49% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Panin Syariah 0.78% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 3.19% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

Bank Bukopin Syariah 3.22% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 3.57% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

BCA Syariah 0.24% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Victoria Syariah 3.45% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

(Sumber: data diolah)

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada sampel bank syariah

memiliki nilai rata-rata NPF diantara 2% hingga 5% yang tergolong

dalam predikat sehat. Akan tetapi, terdapat 3 bank syariah yang memiliki

nilai kurang dari 2% yang termasuk dalam kategori sangat sehat dan

memiliki pembiayaan macet yang rendah yaitu BNI Syariah, Panin

Syariah, Syariah Mega Indonesia dan BCA Syariah. Hal ini dikarenakan

bank syariah mampu mengatasi pembiayaan bermasalah dan mampu

mengelola dengan sangat baik atas kredit atau pembiayaan yang

disalurkannya kepada nasabah sehingga pembiayaan bermasalah pada

bank dapat diatasi dan dihindari.

Kemudian nilai rata-rata NPL bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

71

Tabel 4.4

Nilai Rata-Rata NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

NPL Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 0.45% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 1.87% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Central Asia 0.20% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 1.87% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 1.53% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Danamon Indonesia 1.00% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Panin 0.64% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Permata 0.65% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Tabungan Indonesia 2.65% 2% < NPF ≤ 5% Sehat

May Bank Indonesia 1.47% NPL ≤ 2% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Pada bank konvensional memiliki rata-rata NPL kurang dari 2%

yang tergolong dalam predikat sangat sehat. Artinya bahwa pada bank

konvensional memiliki kredit macet yang rendah. Namun terdapat satu

bank yang memiliki nilai NPL diatas 2% yang masih tergolong dalam

predikat sehat yaitu pada bank BTN. Nilai rata-rata NPL pada bank

konvensional memiliki nilai lebih rendah dari bank syariah. Namun

keduanya mampu mengatasi dan mengelola kredit bermasalah atas total

kredit yang disalurkan kepada nasabah sehingga mampu mengatasi nilai

NPF yang tidak lebih dari 2 persen.

Kemudian nilai rata-rata BDR bank umum syariah selama periode

penelitian adalah sebagai berikut:

72

Tabel 4.5

Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

BDR Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 2.64% 2% < BDR ≤ 3% Sehat

Bank Muamalat Indonesia 4.95% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

BRI Syariah 3.12% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

BNI Syariah 1.96% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Panin Syariah 3.39% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 4.72% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

Bank Bukopin Syariah 3.08% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 3.36% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

BCA Syariah 3.00% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

Bank Victoria Syariah 4.66% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat

(Sumber: data diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada sampel bank syariah

memiliki nilai rata-rata BDR diantara 3% hingga 6% yang tergolong

dalam predikat cukup sehat. Namun terdapat satu bank yang memiliki

nilai kurang dari 2% yang tergolong dalam predikat sangat sehat yaitu

pada bank BNI Syariah. Hal ini dikarenakan mayoritas bank syariah

belum mampu memaksimalkan pengelolaan aktiva produktif yang

diklasifikan sehingga aktiva atau aset yang dimiliki oleh bank syariah

mengalami masalah pada arus kas yang menyebabkan nasabah sulit

membayar angsuran atas pembiayaannya.

Kemudian nilai rata-rata BDR bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

73

Tabel 4.6

Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

BDR Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 1.57% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 1.48% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Central Asia 0.52% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 1.92% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 2.75% 2% < BDR ≤ 3% Sehat

Bank Danamon Indonesia 2.03% 2% < BDR ≤ 3% Sehat

Bank Panin 1.92% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Permata 1.10% BDR ≤ 2% Sangat Sehat

Bank Tabungan Indonesia 2.41% 2% < BDR ≤ 3% Sehat

May Bank Indonesia 2.20% 2% < BDR ≤ 3% Sehat

(Sumber: data diolah)

Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada bank konvensional

memiliki rata-rata kurang dari 2% yang tergolong dalam predikat sangat

sehat. Artinya bahwa pada bank konvensional memiliki aset yang

mengalami masalah cenderung rendah. Akan tetapi, setengah dari sampel

bank konvensional memiliki rata-rata BDR diantara 2% hingga 3% yang

tergolong dalam predikat sehat yaitu bank Mandiri, CIMB Niaga,

Danamon, BTN dan Maybank. Nilai BDR pada bank konvensional

cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bank syariah. Hal ini

dikarenakan bank konvensional mampu mengelola aktiva produktifnya

dengan baik sehingga dapat mencegah penurunan pada arus kas yang

disebabkan oleh kegagalan angsuran nasabah atas kreditnya.

c. Faktor Manajemen (Management)

Faktor manajemen dalam penelitian ini menggunakan alat ukur

yaitu NPM, yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:

74

Tabel 4.7

Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

NPM Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 51.81% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat

Bank Muamalat Indonesia 53.15% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat

BRI Syariah 53.63% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat

BNI Syariah 132.67% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Panin Syariah 54.34% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 51.41% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat

Bank Bukopin Syariah 61.97% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 217.11% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

BCA Syariah 181.28% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Victoria Syariah 231.59% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bank syariah memiliki

rata-rata nilai diantara 51% hingga 66% yang tergolong dalam predikat

kurang sehat. Namun terdapat beberapa bank syariah yang tergolong

dalam predikat sangat sehat yaitu pada BNI Syariah, Syariah Mega

Indonesia, BCA Syariah dan Victoria Syariah yang memiliki nilai NPM

lebih dari 100 persen. Bank syariah yang tergolong dalam predikat

kurang sehat disebabkan oleh rendahnya laba yang diperoleh atas

pendapatan opersional bank. Sebaliknya bank yang tergolong dalam

predikat sangat sehat berarti bank tersebut mampu mengelola kegiatan

operasionalnya dengan baik untuk meningkatkan keuntungan dari

pendapatan yang diperoleh.

Kemudian nilai rata-rata NPM bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

75

Tabel 4.8

Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

NPM Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 125.33% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 241.01% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Central Asia 174.23% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 106.02% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 128.95% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Danamon Indonesia 74.47% 66% ≤ NPM < 81% Cukup Sehat

Bank Panin 139.77% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Permata 136.91% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

Bank Tabungan Indonesia 189.43% NPM ≥ 100% Sangat Sehat

May Bank Indonesia 72.45% 66% ≤ NPM < 81% Cukup Sehat

(Sumber: data diolah)

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada bank konvensional

memiliki rata-rata NPM yang tergolong dalam predikat sangat sehat yaitu

lebih dari 100%. Nilai tertinggi sebesar 241.01% pada bank BRI

sedangkan bank Danamon dan Maybank yang tergolong dalam kategori

cukup sehat memiliki nilai diantara 66% hingga 81%. Namun hal ini

dikarenakan bank konvensional mampu mengelola kegiatan

operasionalnya dengan baik untuk meningkatkan keuntungan dari

pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan keuntungan atas

pendapatan yang diperoleh bank syariah.

d. Faktor Rentabilitas (Earning)

Penilaian terhadap faktor Rentabilits (Earning) dalam penelitian ini

menggunakan 2 indikator yaitu ROA dan BOPO, yang telah disajikan

dalam tabel di bawah ini:

76

Tabel 4.9

Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

ROA Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 1.34% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat

Bank Muamalat Indonesia 0.39% 0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Sehat

BRI Syariah 0.82% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat

BNI Syariah 1.37% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat

Bank Panin Syariah 1.94% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 0.73% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat

Bank Bukopin Syariah 0.56% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 1.66% ROA > 1,5% Sangat Sehat

BCA Syariah 0.90% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat

Bank Victoria Syariah 0.93% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat

(Sumber: data diolah)

Pada tabel di atas dapat diketahui pada bank syariah memiliki rata-

rata ROA diantara 0.5% hingga 1.25% yang tergolong dalam predikat

cukup sehat. Ada beberapa yang tergolong dalam predikat sangat sehat

yang memiliki nilai rata-rata lebih dari 1.5% yaitu pada Panin Syariah

dan Syariah Mega Indonesia. Terdapat juga Bank Syariah Mandiri dan

BNI Syariah tergolong dalam predikat sehat yang memiliki nilai rata-rata

1.25% hingga 1.5%. Sedangkan Muamalat Indonesia memiliki nilai rata-

rata diantara 0% hingga 0.5% yang tergolong dalam predikat kurang

sehat. Hal ini dikarenakan bank syariah belum mampu mengelola dengan

baik seluruh asetnya untuk menghasikan keuntungan pada kegiatan

operasionalnya sehingga tergolong dalam predikat kurang sehat.

Kemudian nilai rata-rata ROA bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

77

Tabel 4.10

Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

ROA Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 3.46% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 4.81% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Central Asia 3.78% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 3.06% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 2.05% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Danamon Indonesia 2.08% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Panin 1.87% ROA > 1,5% Sangat Sehat

Bank Permata 1.27% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat

Bank Tabungan Indonesia 1.70% ROA > 1,5% Sangat Sehat

May Bank Indonesia 1.24% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat

(Sumber: data diolah)

Pada bank konvensional memiliki nilai rata-rata ROA yang

tergolong dalam predikat sangat sehat yaitu nilai ROA kurang dari 1.5%.

Namun terdapat dua bank yang memiliki nilai diantara 1.25% hingga

1.5% yang tergolong dalam predikat sehat yaitu pada bank Permata dan

Maybank. Hal ini dikarenakan bank konvensional mampu mengelola

dengan baik seluruh asetnya untuk menghasikan keuntungan pada

kegiatan operasionalnya sehingga tergolong dalam predikat sehat

maupun sangat sehat. Dalam hal ini bank konvensional memiliki nilai

ROA yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah.

Kemudian nilai rata-rata BOPO pada bank umum syariah selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

78

Tabel 4.11

Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

BOPO Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 87.46% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Muamalat Indonesia 94.29% 94% < BOPO ≤ 95% Sehat

BRI Syariah 93.97% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

BNI Syariah 89.44% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Panin Syariah 74.02% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 95.18% 95% < BOPO ≤ 96% Cukup Sehat

Bank Bukopin Syariah 93.30% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 90.26% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

BCA Syariah 76.66% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Victoria Syariah 105.75% BOPO > 97% Tidak Sehat

(Sumber: data diolah)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada bank syariah

memiliki nilai rata-rata BOPO kurang dari 94% yang tergolong dalam

predikat sangat sehat. Namun terdapat satu bank yang memiliki nilai

lebih dari 97% yang tergolong dalam predikat tidak sehat yaitu pada

Victoria Syariah. Hal ini disebabkan karena bank tersebut memiliki biaya

operasional yang jauh lebih besar daripada pendapatan operasionalnya.

Bank tidak mampu menekan total biaya yang dikeluarkan atas kegiatan

operasionalnya.Sedangkan Muamalat Indonesia memiliki nilai diantara

94% hingga 95% yang termasuk dalam predikat sehat yang mampu

menekan dan meminimalkan total beban yang dikeluarkannya.

Kemudian nilai rata-rata BOPO pada bank umum konvensional

selama periode penelitian adalah sebagai berikut:

79

Tabel 4.12

Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

BOPO Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 65.64% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 64.12% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Central Asia 62.08% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 70.84% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 81.37% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Danamon Indonesia 79.87% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Panin 62.45% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Permata 88.04% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

Bank Tabungan Indonesia 83.70% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

May Bank Indonesia 89.53% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh sampel pada bank

konvensioal tergolong dalam predikat sangat sehat karena nilai BOPO

kurang dari 94 persen. Nilai terendah yaitu pada bank Panin sebesar

62.45% yang berarti bahwa bank tersebut memiliki pendapatan

operasional yang jauh lebih besar dari biaya operasionalnya namun masih

termasuk dalam predikat sangat sehat karena nilai BOPO pada bank

Panin jauh lebih kecil dari 94 persen.

e. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor Likuiditas (Liquidity) dalam penelitian

ini menggunakan 2 indikator yaitu FDR/LDR dan LAR, yang dijelakan

dalam tabel di bawah ini yaitu sebagai berikut:

80

Tabel 4.13

Nilai Rata-Rata FDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

FDR Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 86.74% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Muamalat Indonesia 89.07% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

BRI Syariah 94.88% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

BNI Syariah 89.20% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Panin Syariah 98.85% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 92.69% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Bukopin Syariah 91.85% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 91.47% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat

BCA Syariah 84.96% 75% < FDR ≤ 85% Sehat

Bank Victoria Syariah 79.00% 75% < FDR ≤ 85% Sehat

(Sumber: data diolah)

Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata FDR bank syariah

memiliki rata-rata nilai rata-rata antara 85% hingga 100% yang tergolong

dalam predikat cukup sehat. Namun terdapat dua bank yang lebih baik

yang tergolong dalam predikat sehat yaitu nilai FDR diantara 75%

hingga 85% pada BCA syariah dan Victoria syariah. Hal ini dikarenakan

bank syariah memiliki sumber dana dari pihak ketiga yang diperlukan

untuk membiayai kredit menjadi semakin besar yang mengindikasikan

bahwa bank syariah memiliki kemampuan likuiditas bank yang semakin

rendah. Dengan kata lain, seberapa besar pemberian kredit kepada

nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk memenuhi

permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya.

Kemudian nilai rata-rata LDR bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

81

Tabel 4.14

Nilai Rata-Rata LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

LDR Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 80.27% 75% < LDR ≤ 85% Sehat

Bank Rakyat Indonesia 82.63% 75% < LDR ≤ 85% Sehat

Bank Central Asia 72.72% LDR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 81.76% 75% < LDR ≤ 85% Sehat

Bank CIMB Niaga 96.28% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Danamon Indonesia 94.84% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Panin 90.17% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Permata 87.74% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat

Bank Tabungan Indonesia 105.09% 100% < LDR ≤ 120% Kurang Sehat

May Bank Indonesia 88.41% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat

(Sumber: data diolah)

Tabel di atas menunjukkan pada bank konvensional hanya ada satu

bank yang memiliki rata-rata kurang dari 75% yang tergolong dalam

predikat sangat sehat yaitu pada BCA. Namun pada BTN memiliki nilai

lebih dari 100% yang tergolong dalam predikat kurang sehat. Bank

konvensional lainnya yang termasuk dalam predikat cukup sehat yaitu

yang memiliki nilai LDR diantara 85% hingga 100%. Sedangkan Mandii,

BRI, BNI tergolong dalam predikat sehat dengan nilai diantara 75%

hingga 85%. Hal tersebut disebabkan karena bank konvensional mampu

mengatasi kewajibannya untuk memenuhi permintaan deposan yang akan

menarik kembali uangnya atas pemberian kredit kepada nasabah.

Kemudian nilai rata-rata LAR bank umum syariah selama periode

penelitian adalah sebagai berikut:

82

Tabel 4.15

Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

LAR Kriteria Keterangan

Bank Syariah Mandiri 76.57% 75% < LAR ≤ 85% Sehat

Bank Muamalat Indonesia 72.39% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

BRI Syariah 78.03% 75% < LAR ≤ 85% Sehat

BNI Syariah 73.04% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Panin Syariah 76.35% 75% < LAR ≤ 85% Sehat

Bank Jabar Banten Syariah 65.10% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Bukopin Syariah 72.81% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Syariah Mega Indonesia 71.79% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

BCA Syariah 66.20% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Victoria Syariah 60.40% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Pada bank syariah memiliki rata-rata nilai LAR yang tergolong

dalam predikat sangat sehat yaitu tidak lebih dari 75%. Namun ada

beberapa yang termasuk dalam predikat sehat yaitu yang memiliki nilai

diantara 75% hingga 85% antara lain Syariah Mandiri, BRI syariah dan

Panin syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah mampu untuk memnuhi

permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh

bank sehingga bank mampu mengatasi tingkat likuiditasnya karena

jumlah aset yang dimiliki oleh bank lebih besar dibandingkan dengan

jumlah kredit yang diberikan.

Kemudian nilai rata-rata LAR bank umum konvensional selama

periode penelitian adalah sebagai berikut:

83

Tabel 4.16

Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015

Nama Bank Rata-Rata

LAR Kriteria Keterangan

Bank Mandiri 62.00% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Rakyat Indonesia 65.95% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Central Asia 60.81% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Negara Indonesia 62.06% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank CIMB Niaga 74.13% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Danamon Indonesia 71.93% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Panin 61.75% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Permata 69.91% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

Bank Tabungan Indonesia 70.47% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

May Bank Indonesia 71.93% LAR ≤ 75% Sangat Sehat

(Sumber: data diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada seluruh sampel bank

konvensional memiliki nilai rata-rata kurang dari 75% yang tergolong

dalam predikat sangat sehat. Nilai terendah sebesar 60.81% pada bank

BCA yang artinya tingkat likuiditasnya semakin baik dibandingkan

dengan bank konvensional lainnya. Semakin rendah nilai LAR maka

akan semakin tinggi tingkat likuiditas yang dimiliki oleh suatu bank

tersebut. Bank konvensional memiliki nilai rata-rata LAR lebih rendah

dibandingkan dengan bank syariah namun keduanya mampu mengelola

dengan baik jumlah kredit yang diberikn atas jumlah aset yang dimiliki.

2. Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2008: 209) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah di dalam model memiliki residual berdistribusi normal atau tidak.

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

84

Tabel 4.17

Uji Normalitas Untuk Uji Beda

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CAR NPL BDR NPM ROA BOPO LDR LAR

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Normal Parametersa

,b

Mean .1810 .0180 .0288 1.2267 .0180 .8243 .8956 .6891

Std. Deviation

.07442 .01435 .02626 .74016 .01563 .15143 .12657 .08405

Most Extreme Differences

Absolute .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .134

Positive .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .075

Negative -.187 -.108 -.207 -.061 -.144 -.079 -.085 -.134

Kolmogorov-Smirnov Z 2.519 2.013 2.318 .933 2.056 .830 1.237 1.343

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .349 .000 .497 .094 .054

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(Sumber: data diolah)

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa variabel NPM, BOPO,

LDR dan LAR berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikansi

diatas α = 5% atau 0.05. Sedangkan variabel CAR, NPL, BDR dan ROA

memiliki nilai signifikansi kurang dari α yaitu masing masing sebesar 0.00,

0.001 dan 0.00 yang artinya tidak berdistribusi normal sehingga perlu

dilakukan transformasi. Setelah dilakukan pengamatan maka bentuk yang

tepat adalah LN atau Logaritma 10, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.18

Uji Normalitas Setelah Transformasi Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_CAR LN_NPL LN_BDR LN_ROA

N 100 100 100 100

Normal Parametersa,b

Mean 2.8300 .1970 .8213 .3242 Std. Deviation

.26796 1.03207 .60830 .87238

Most Extreme Differences

Absolute .122 .114 .103 .098 Positive .122 .090 .050 .070

Negative -.081 -.114 -.103 -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.221 1.137 1.027 .984 Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .150 .242 .287

(Sumber: data diolah)

85

Setelah dilakukan transformasi data ke dalam bentuk Ln, maka dapat

dilihat dari hasil tabel 4.2 bahwa variabel CAR, NPL, BDR dan ROA

memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 yaitu masing-masing sebesar 0.101,

0.150, 0.242 dan 0.287. Dengan demikian asumsi normalitas untuk uji beda

seluruh variabel dalam penelitian ini telah terpenuhi.

3. Uji t-Test Independent

Ghozali (2009: 60) mengatakan bahwa Uji beda t-test bertujuan untuk

menentukan apakah sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata

yang berbeda yaitu dengan membandingkan apakah kedua kelompok

mempunyai nilai rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan.

Tabel 4.19

Hasil Uji Beda Bagian Pertama

Group Statistics

GROUPS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

LN_CAR S 50 2.8885 .34963 .04944

K 50 2.7715 .12588 .01780

LN_NPL S 50 .5903 1.07497 .15202 K 50 .1963 .82514 .11669

LN_BDR S 50 1.1861 .36984 .05230 K 50 .4565 .58238 .08236

NPM S 50 1.0644 .85817 .12136 K 50 1.3890 .56271 .07958

LN_ROA S 50 .1159 .83360 .11789 K 50 .7643 .66890 .09460

BOPO S 50 .9004 .13677 .01934 K 50 .7482 .12571 .01778

LDR S 50 .9110 .14733 .02084 K 50 .8802 .10088 .01427

LAR S 50 .7076 .10040 .01420

K 50 .6706 .05912 .00836

(Sumber: data diolah)

Berdasarkan tabel 4.19, dapat dilihat bahwa variabel CAR, NPL,

BDR, BOPO, LDR dan LAR pada perbankan syariah memiliki nilai mean

86

yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Namun semakin

rendah nilai NPL, BDR, BOPO, LDR dan LAR maka akan semakin baik

kondisi kesehatan bank tersebut. Sedangkan nilai mean dari variabel NPM

dan ROA perbankan syariah lebih rendah dari perbankan konvensional.

Artinya bahwa NPM dan ROA bank konvensional lebih baik pada kondisi

kesehatannya dibandingkan dengan bank syariah karena semakin tinggi nilai

CAR, NPM, dan ROA maka akan semakin baik kondisi kesehatan bank

tersebut.

Variabel CAR pada bank syariah dan konvensional memiliki nilai

mean yang berbeda masing-masing sebesar 2.8885 dan 2.7715. Variabel

NPL pada kedua jenis bank tersebut juga memiliki nilai mean yang berbeda

dan memiliki selisih yang cukup signifikan yaitu pada bank syariah sebesar

0.5903 sedangkan bank konvensional sebesar 0.1963. Selain NPL, variabel

BDR juga berbeda dengan nilai mean pada bank syariah 1.1861 dan bank

konvensional 0.4565. Variabel NPM pada kedua jenis bank tersebut masing-

masing 1.0644 dan 1.3890 sedangkan nilai mean ROA pada bank syariah

sebesar 0.1159 dan bank konvensional 0.7643. Nilai mean variabel BOPO

bank syariah yaitu 0.9004 dan 0.7482 pada bank konvensional. Nilai mean

LDR pada kedua jenis bank tersebut tidak memiliki perbedaan yang cukup

signifikan yaitu masing-masing sebesar 0.9110 dan 0.8802. Sedangkan pada

variabel LAR masing-masing sebesar 0.7076 dan 0.6706.

87

Untuk memastikan adanya perbedaan nyata secara statistik pada

perbankan konvensional dan syariah, maka perlu dilakukan uji independent

sample sebagai berikut:

Tabel 4.20

Hasil Uji Beda Bagian Kedua

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t Df Sig. (2-tailed)

LN_CAR Equal variances assumed 2.227 98 .028

Equal variances not assumed 2.227 61.493 .030

LN_NPL Equal variances assumed 4.104 98 .000 Equal variances not assumed 4.104 91.862 .000

LN_BDR Equal variances assumed 7.479 98 .000 Equal variances not assumed 7.479 82.993 .000

NPM Equal variances assumed -2.237 98 .028 Equal variances not assumed -2.237 84.562 .028

LN_ROA Equal variances assumed -5.824 98 .000 Equal variances not assumed -5.824 93.608 .000

BOPO Equal variances assumed 5.793 98 .000 Equal variances not assumed 5.793 97.311 .000

LDR Equal variances assumed 1.220 98 .226 Equal variances not assumed 1.220 86.668 .226 LAR Equal variances assumed 2.245 98 .027

Equal variances not assumed 2.245 79.337 .028

(Sumber: data diolah)

Menurut Ghozali (2009: 61), ada dua tahapan untuk melihat adanya

perbedaan nyata secara statistik antara perbankan konvensional dan syariah.

Pertama, menguji apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama

(equal variance assumed) atau berbeda (equal variance not assumed).

Kedua, melihat nilai t-test untuk menentukan adanya perbedaan nilai rata-

rata secara signifikan. Dalam penelitian ini menggunakan tahapan yang

88

kedua yaitu dengan membandingkan nilai t statistic dengan t tabel pada DF

adalah N – 2 yaitu 100 – 2 = 98 dan tingkat signifikansi α = 5 %.

Dari tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa nilai t statistik variabel CAR

sebesar 2.227 dan t tabel dengan df 98 sebesar 1.984. nilai t statistic lebih

besar dari t tabel yaitu 2.227 > 1.984 dan nilai signifikansi 0.028 < 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel CAR antara perbankan

konvensional dan syariah memiliki perbedaan secara signifikan. Selain

CAR, variabel NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO dan LAR juga memiliki

signifikansi 0.000 yang lebih rendah dari 0.05, masing masing nilai t

statistic dan t tabel sebesar 4.104 > 1.984, 7.479 > 1.984, -2.237 < -1.984, -

5.824 < -1.984, 5.793 > 1.984 dan 2.245 > 1.984 yang artinya bahwa adanya

perbedaan yang signifikan pada CAR, NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO dan

LAR antara perbankan konvensional dan syariah. Sedangkan variabel LDR

memiliki t statistic sebesar 1.220 lebih besar dari t tabel 1.984 dan

signifikansi 0.226 lebih besar dari 0.05, maka antara perbankan

konvensional dan syariah pada variabel LDR adalah sama atau tidak

memiliki perbedaan.

Dari Independent Sample Test diatas, maka dapat disimpulkan dengan

rangkuman dalam tabel dibawah ini:

89

Tabel 4.21

Rangkuman Hasil Uji Beda

Variabel Hasil Uji t Keterangan

t-statistik t-tabel α Sign.

LN_CAR 2.227

1.984

0.05

0.030 Berbeda

LN_NPL 4.104 0.000 Berbeda

LN_BDR 7.479 0.000 Berbeda

NPM -2.237 -

1.984

0.000 Berbeda

LN_ROA -5.824 0.028 Berbeda

BOPO 5.8793

1.984

0.000 Berbeda

LDR 1.220 0.226 Sama

LAR 2.245 0.028 Berbeda

(Sumber: data diolah)

4. Interpretasi

Penilaian perbedaan tingkat kesehatan bank dengan metode CAMEL

pada bank syariah dan konvesnsional yang menggunakan variabel CAR,

NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan LAR masing-masing memiliki

kriteria tertentu. Pada variabel CAR dapat dilihat pada perbedaan nilai mean

dan nilai signifikansi pada uji beda yaitu sebesar 2.8885 dan 0.030. Hal ini

dikarenakan CAR adalah aspek permodalan yang didasarkan pada

kewajiban penyediaan modal minimum bank yang ditetapkan oleh BI yaitu

pada perbedaan modal bank dan aktiva tertimbang menurut risiko yang

dimiliki oleh bank tersebut. Namun bank syariah memiliki nilai CAR yang

lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.

Pada variabel NPL dapat dilihat dari nilai mean pada kedua jenis bank

tersebut masing-masing 0.5903 dan 0.1963 dengan nilai signifikasni 0.000.

Hal ini dikarenakan pada bank konvensional memiliki nilai yang cenderung

lebih rendah, artinya bank konvensional memiliki kredit macet yang rendah

90

sehingga pendapatan disertai laba yang diperoleh akan meningkat.. Jika

dibandingkan dengan bank syariah masih memiliki nilai cenderung lebih

tinggi yang artinya bank syariah memiliki pembiayaan bermasalah yang

besar yang disalurkan ke nasabahnya sehingga dapat menurunkan

pendapatan dan laba yang diperoleh.

Nilai mean dari BDR kedua jenis bank tersebut pada uji beda masing-

masing 1.1861 dan 0.4565 dan nilai signifikansi 0.000. Perbedaan ini

disebabkan karena rasio pada bank syariah cenderung lebih tinggi daripada

bank konvensioal. Artinya aktiva yang dimiliki oleh bank syariah

mengalami masalah terjadinya gangguan sehingga cukup berdampak pada

kesulitan arus kas untuk membayar bunga dan angsuran utang lainnya.

Berbeda dengan bank konvensional yang mampu mengelola aktiva

produktifnya dengan baik.

Pada variabel NPM nilai mean kedua jenis bank tersebut pada uji beda

masing-masing 1.0644 dan 1.3890 dan nilai signifikansi 0.000. Perbedaan

ini dikarenakan bank konvensional memiliki keuntungan yang jauh lebih

besar dibandingkan dengan pendapatan operasionalnya. Hal ini juga

disebabkan oleh perbedaan prinsip yang digunakan oleh kedua jenis sampel

tersebut. Pada bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil loss and profit

sharing yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pada

bank konvensional sehingga bank syariah cenderung memiliki keuntungan

yang lebih rendah.

91

Nilai ROA yang dimiliki oleh bank syariah juga memiliki perbedaan

yang cukup signifikan terhadap bank konvensional. Nilai mean kedua jenis

bank tersebut pada uji beda masing-masing 0.1159 dan 0.7643 dan nilai

signifikansi 0.028. Hal tersebut dikarenakan pada bank konvensional

mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari penggunaan aset

yang dimiliki yang sebagian besar dananya diperoleh dari simpanan

nasabahnya. Namun pada bank syariah belum mampu menghasilkan

keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.

Pada variabel BOPO yang dimiliki bank konvensional cenderung

lebih rendah dari pada bank syariah. Nilai mean kedua jenis bank tersebut

pada uji beda masing-masing 0.9004 dan 0.7482 dan nilai signifikansi

0.000.. Hal tersebut dikarenakan pendapatan operasional yang diperoleh

bank konvensional jauh lebih tinggi dari biaya operasionalnya. Bank

konvensional mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki secara

efektif dan efisien.

Rasio LDR dari nilai mean kedua jenis bank tersebut pada uji beda

masing-masing 0.9110 dan 0.8802 dan nilai signifikansi 0.226. Artinya

keduanya tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan walaupun istilah

kredit (loan) hanya digunakan pada bank konvensional sedangkan pada

bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). Hal tersebut

dikarenakan besarnya kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank

dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber telah memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh BI yaitu tidak lebih dari angka 100%

92

Pada variabel LAR bank konvensional memiliki nilai yang lebih

rendah dari bank syariah. Artinya bahwa bank konvensional lebih mampu

memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang

dimilikinya. Semakin rendah nilai LAR maka akan semakin tinggi tingkat

likuiditas yang dimiliki oleh suatu bank. Namun pada bank syariah

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional yang berarti

bahwa tingkat likuiditasnya semakin rendah. Hal tersebut juga dapat dilihat

pada nilai mean kedua jenis bank tersebut pada uji beda masing-masing

0.7076 dan 0.6706 dan nilai signifikansi 0.028.

Jadi dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian tahun 2011–

2015 pada bank konvensional memiliki tingkat kesehatan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bank syaiah pada seluruh variabel penelitian yang

digunakan. Artinya bank konvensional mampu menjaga rasio kecukupan

modal baik dari asetnya, laba yang diperoleh dan kegiatan operasionalnya.

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kesehatan

pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional dengan

menggunakan metode CAMEL. Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan metode

CAMEL cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan bank

konvensional. Namun dari seluruh aspek pada camel bank syariah memiliki

nilai tingkat kesehatan yang baik. Hal ini dikarenakan bank syariah mampu

mengelola modal, kualitas aset, manajemen dan laba serta likuiditasya

dengan baik.

2. Tingkat kesehatan bank umum konvensional dengan menggunakan metode

CAMEL cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank syariah.

Dari seluruh aspek pada camel bank konvensional memiliki nilai tingkat

kesehatan yang sangat baik. Hal ini dikarenakan bank konvensional mampu

secara konsisten mengelola modal, kualitas aset, manajemen dan laba serta

likuiditasya dengan sangat baik.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada variabel CAR,

NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO dan LAR antara perbankan syariah dan

konvensional. Nilai CAR pada bank umum syariah lebih baik dibandingkan

94

bank umum konvensional. Dan nilai NPL, BDR dan LAR yang dimiliki

bank umum syariah lebih tinggi dibandingan dengan bank umum

konvensional. Namun semakin tinggi nilai NPL, BDR dan LAR maka akan

semakin menurun tingkat kesehatan pada bank tersebut. Artinya bahwa

penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah memiliki risiko

lebih tinggi karena menggunakan prinsip profit and loss sharing. Sedangkan

nilai NPM, ROA, BOPO, NPL, BDR dan LAR pada bank umum

konvensional lebih baik dibandingkan dengan bank umum syariah. Hal

tersebut disebabkan adanya perbedaan aktiva yang mengandung risiko yang

dimiliki oleh Bank Umum Syariah dan Konvensional serta perbedaan

prinsip yang digunakan yang dapat meningkatkan keuntungan lebih besar

pada bank umum konvensional. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada nilai LDR antara bank umum syariah dan bank umum

konvensional. Artinya kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya tidak memiliki nilai yang berbeda

secara signifikan.

B. Implikasi dan Saran

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku.

95

Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat beberapa implikasi dari

penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya.

1. Bagi Pengelola Bank

Bagi pihak manajemen perbankan diharapkan untuk lebih

memperhatikan dalam penilaian tingkat kesehatan bank terhadap kinerja

keuangan bank baik dalam pengelolaan aset, menyalurkan kredit dan

memperoleh laba.

2. Bagi Nasabah

Bagi pihak nasabah dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan

informasi untuk dijadikan pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan

dana, dan pembiayaan yang tepat.

3. Bagi Akademisi

Bagi pihak akademisi penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman secara akademis dan juga sebagai referensi untuk melakukan

penelitian selanjutnya baik menggunakan metode penelitian yang sama

ataupun menggunakan metode penelitian yang berbeda.

Berdasarkan hasil dan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini masih

banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu

diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk para peneliti selanjutnya guna

melakukan penelitian yang lebih baik lagi. Adapun sarannya adalah sebagai

berikut:

96

1. Dalam penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan mampu mengembangkan

terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank

dengan menggunakan variabel yang berbeda maupun menambahkan

variabel-variabel yang terkait.

2. Dalam penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2011 – 2015.

Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperpanjang periode penelitian

agar dapat menghasilkan data yang lebih normal.

3. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti menggunakan metode

analisis yang berbeda dan mencari teori yang relevan sesuai dengan

perkembangan dan keadaan saat ini.

97

DAFTAR PUSTAKA

Agung. Trian. Cahyadi. 2012. Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Umum.

http://www.agungtriancahyadi.wordpress.com/2012/10/21/mengukurtingk

at-kesehatan-bank-umum-2// (diakses pada 4 Mei 2013)

Arif. Al. Rianto. Nur. M & Rahmawati Yuke. 2015. Manajemen Risiko

Perbankan Syariah. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Booklet Perbankan Indonesia. 2014. Edisi 1. Maret 2014. Otoritas Jasa Keuangan.

Boy. Loen & Sonny. Ericson. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa,

Jakarta: PT Grasindo.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Difah. Siti. Syamsiroh. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas

Diponegoro Semarang.

Ghozali. Imam. 2009. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan Ke-

4. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro.

Ghozali. Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Handayati. Puji. 2015. Analysis Comparative Of Financial Performance Of

Syari’ah And Conventional Banking In Indonesia. BEST: International

Journal of Management. Vol. 3, Issue 11

Harjanti, Reny Sri. 2011. Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap

Perdiksi Kebangkrutan Bank. Jurnal

Hartono. I, Djohar. S, & Daryanto. H.K. 2008. Analisis Efisiensi Bank

Perkreditan Rakyat di Wilayah Jabodetabek dengan Pebdekatan Data

Envelopment Analisys. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 5(2): 52-63

Husaini. Usman & Setiady. Akbar Purnomo. 2006. Pengantar Statistika. Edisi

Kedua. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Ibrahim. Mukdad. 2015. A Comparative Study of Financial Performance between

Conventional and Islamic Banking in United Arab Emirates. International

Journal of Economics and Financial Issues. 5(4), 868-874.

Indroes. N. Ferry. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. PT. Rajagrafindo Persada.

Jakarta

98

Jahja. Susilo. Adi & Iqbal. Muhammad. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja

Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional. Institut

Perbanas Jakarta

Karya Utama, I Made. 2012. Jurnal Analisis Camel: Penilaian tingkat Kesehatan

Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana

Lasta, Heidy Arrvida, Zainul Arifin dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. Analisis

Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). Jurnal

Administrasi Bisnis (JAB) Volume 13 Nomor 2.

Latif, Abbas, Akram, et al. 2016. Study of Performance Comparison between

Islamic and Conventional Banking in Pakistan. European Journal of

Educational and Development Psychology. Vol.4, No.1, pp.17-33.

Majid. M. Shabri Abd., Said Musnadi, and Indra Yadi Putra. 2014. A

Comparative Analysis of the Quality of Islamic and Conventional Banks’

Asset Management in Indonesia. Gadjah Mada International Journal of

Business Vol. 16, No. 2

Mulyaningrum, Penni. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebangkrutan

Bank di Indonesia. Tesis. Semarang : Magister akuntansi UNDIP.

Nur’aini. Ihsan. Dwi. 2015. Manajemen Treasury Bank Syariah. UIN Syarif

Hidayatullah. Jakarta

Nuryati & Amethysa. Gendis. Gumilar. 2010. Analisis Perbandingan Bank Umum

Konvensional Dan Bank Umum Syariah. Surakarta.

Pratikto. Heri & Iis. Sugianto. 2011. Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum Dan

Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis. Malang

Prasetyo. Indra. 2008. Analisis Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di

Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 6. Nomor 2. Agustus

2008. Hal. 164-174. Universitas Wijaya Putra. Surabaya.

Prasnanugraha P, Ponttie, 2007. Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan

Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Tesis. Semarang : Program

Magister Akuntansi Universitas Diponegoro

Riyadi. Slamet. 2006. Banking Asset & Liability Management. LPUI : Jakarta.

Riyadi. Slamet & Yulianto. Agung. 2014. Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,

Pembiayaan Jual Beli, Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Non

Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah

Di Indonesia. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

99

Rosyadi. Imron & Fauzan. 2011. Komparatif Efisiensi Perbankan Syariah Dan

Perbankan Konvensional di Indonesia, Jurnal Manajemen dan Bisnis.

Surakarta.

Ruwaida, Fitri. 2011. Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat

Kesehatan Keuangan Pada PD BPR BANK Klaten. Universitas Negri

Yogyakarta : Jawa Tengah

Sabir. M. Muh, Ali Muhammad, Hamid Habbe Abd. 2012. Pengaruh Rasio

Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan

Bank Konvensional Di Indonesia. Manajemen dan Keuangan, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. Jurnal Analisis,

Vol.1 No.1 : 79 – 86

Siraj and Sudarsanan. Pillai 2012. Comparative Study on Performance of Islamic

Banks and Conventional Banks in GCC region. Journal of Applied

Finance & Banking, vol.2, no.3

Sumarsan. Thomas. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi,

dan pengukuran kinerja. Edisi 2. Jakarta Barat

Suhartono, dan F. Qudsi. 2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek : Pendekatan

Teori dan Praktik. Edisi Petama, Cetakan Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN. Yogyakarta.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Edisi

Pertama. Yogyakarta: ANDI Offset.

Sun C. C. 2011. Assessing Taiwan Financial Holdings Companies Performance

Using Window Analysis And Malmquist Productivity Index. African

Journal of Business Management. 5(26), pp:10508-10523.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011.

Tabrizi. Ahmad. 2014. Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing

Financing (NPF) Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2005-

2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tunena. Andreas, S.L.V.H. Joyce. Lapian, & Jantje. L. Sepang. 2015. Analisis

Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Camel Studi Perbandingan Pada

Bri Tbk & Btn Tbk Periode 2010-2014. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi. Manado. Jurnal EMBA.

Vol.3 No.3

Vini. 2013. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah Dan Bank

Konvensional Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis

(Dea). Skripsi yang dipublikasikan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah. Jakarta

100

Wardiantika. Lifstin & Rohmawati. Kusumanigtias. 2004. Pengaruh DPK, CAR,

NPF, dan SWBI Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum

Syariah (Tahun 2008-2012). Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Surabaya.

Widarjono. A. 2009. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakart:

Ekonosia FEUII.

Yanti & Susila. 2014. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Metode Camel Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. e-

Journal Bisma. Vol.2

100

LAMPIRAN

Data Variabel Penelitian Bank Syariah

No Nama Bank

Variabel (%)

Tahun CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR

1 Syariah Mandiri

2011 14.57 0.95 1.95 76.44 86.03 2.53 0.53 0.75

2012 13.82 1.14 2.25 73.00 94.40 1.4 0.67 0.83

2013 14.10 2.29 1.53 86.46 89.37 2.44 0.55 0.79

2014 14.12 4.29 0.40 106.60 81.92 3.68 0.45 0.73

2015 12.85 4.05 0.56 94.78 81.99 3.16 0.4 0.73

2 Muamalat Indonesia

2011 17.78 2.99 1.13 85.52 76.76 4.6 0.55 0.7

2012 11.03 3.63 0.20 97.38 94.15 5.52 0.11 0.74

2013 14.43 3.46 0.27 93.78 99.99 4.9 0.37 0.78

2014 13.91 4.85 0.17 97.38 84.14 5.86 0.19 0.69

2015 12.36 4.20 0.20 97.41 90.30 3.87 0.22 0.71

3 BRI

Syariah

2011 14.74 3.12 0.20 99.25 90.55 2.42 0.12 0.82

2012 11.35 1.84 1.19 86.63 103.07 2.55 0.6 0.81

2013 14.49 3.26 1.15 90.42 102.70 3.49 0.94 0.81

2014 12.89 3.65 0.80 99.77 93.90 3.77 0.08 0.77

2015 13.94 3.89 0.76 93.79 84.16 3.38 0.94 0.69

4 BNI

Syariah

2011 20.75 2.42 1.29 90.89 78.60 2.72 1.07 0.63

2012 19.29 1.42 1.48 88.79 84.99 1.58 1.21 0.72

2013 16.54 1.13 1.37 88.11 97.86 1.53 0.8 0.76

2014 18.76 1.04 1.27 89.80 92.60 1.61 1.63 0.77

2015 18.16 1.46 1.43 89.63 91.94 2.35 1.92 0.77

5 Panin

syariah

2011 20.00 0.69 2.06 69.30 107.70 3.33 0.58 0.74

2012 32.20 0.19 3.48 47.60 105.66 4.62 1.23 0.76

2013 20.83 0.77 1.03 81.31 90.40 3.8 0.47 0.79

2014 25.69 0.29 1.99 82.58 94.04 3.21 0.21 0.77

2015 20.30 1.94 1.14 89.29 96.43 1.98 0.22 0.76

6 Jabar

Banten Syariah

2011 30.29 2.89 1.23 84.07 79.61 4.7 0.51 0.58

2012 21.09 3.27 0.59 110.34 87.99 5.64 0.66 0.62

2013 17.99 2.57 0.91 85.76 97.40 5.5 0.55 0.53

2014 15.83 3.78 0.69 96.94 93.69 4.32 0.45 0.75

2015 22.53 3.43 0.25 98.78 104.75 3.45 0.41 0.78

7 Bukopin Syariah

2011 15.29 1.74 0.52 93.86 83.54 3.25 0.36 0.7

2012 12.78 4.59 0.55 91.59 91.98 2.86 0.89 0.73

2013 11.10 3.68 0.69 92.29 100.29 3.61 0.77 0.76

2014 14.80 3.34 0.27 96.77 92.89 3.26 0.3 0.72

2015 16.31 2.74 0.79 91.99 90.56 2.44 0.77 0.74

101

No Nama Bank

Variabel (%)

Tahun CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR

8 Syariah Mega

Indonesia

2011 12.03 3.03 1.58 90.80 83.08 3.04 2.1 0.69

2012 13.51 2.67 3.81 77.28 88.88 4.22 2.25 0.71

2013 12.99 3.98 2.33 86.09 93.37 4.3 2.14 0.64

2014 19.26 3.89 0.29 97.61 93.61 3.1 2.13 0.76

2015 18.74 4.26 0.30 99.51 98.41 2.15 2.23 0.79

9 BCA

Syariah

2011 45.90 0.20 0.90 77.30 78.80 2.92 1.66 0.56

2012 31.50 0.10 0.80 74.10 79.90 2.01 1.12 0.4

2013 22.40 0.10 1.00 74.10 83.50 3.79 2.08 0.69

2014 29.40 0.10 0.80 76.30 91.20 4.17 1.71 0.71

2015 34.30 0.70 1.00 81.50 91.40 2.11 2.49 0.68

10 Victoria Syariah

2011 45.20 1.94 6.93 86.40 46.08 4.27 0.58 0.33

2012 28.08 2.41 1.43 87.90 73.78 5.34 2.26 0.51

2013 18.40 3.31 0.50 91.95 84.65 6.41 3.79 0.65

2014 15.27 4.75 -1.87 143.31 95.19 4.2 2.83 0.75

2015 16.14 4.82 -2.36 119.19 95.29 3.1 2.12 0.78

(Sumber: data diolah)

Data Variabel Penelitian Bank Konvensional

No. Nama Bank

Tahun Variabel (%)

CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR

1 Mandiri

2011 15.34 0.45 3.37 67.22 71.65 1.59 1.08 0.57

2012 15.48 0.37 3.55 63.93 77.66 1.45 1.35 0.61

2013 14.93 0.37 3.66 62.41 82.97 1.43 1.28 0.64

2014 16.60 0.44 3.57 64.98 82.02 1.42 1.41 0.62

2015 18.60 0.60 3.15 69.67 87.05 1.96 1.15 0.65

2 BRI

2011 14.96 2.30 4.93 66.69 76.20 1.85 2.61 0.63

2012 16.95 1.78 5.15 59.93 79.85 1.46 2.23 0.66

2013 16.99 1.55 5.03 60.58 88.54 1.28 2.56 0.72

2014 18.31 1.69 4.73 65.42 81.68 1.26 2.61 0.64

2015 20.59 2.02 4.19 67.96 86.88 1.57 2.05 0.66

3 BCA

2011 12.70 0.20 3.80 60.90 61.70 0.4 1.82 0.53

2012 14.20 0.20 3.60 62.40 68.60 0.4 1.84 0.57

2013 15.70 0.20 3.80 61.50 75.40 0.5 1.79 0.62

2014 16.90 0.20 3.90 62.40 76.80 0.6 1.76 0.61

2015 18.70 0.20 3.80 63.20 81.10 0.7 1.5 0.71

102

No. Nama Bank

Tahun Variabel (%)

CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR

4 BNI

2011 17.60 0.50 2.90 72.60 70.40 2.7 0.89 0.55

2012 16.70 0.80 2.90 71.00 77.50 2.1 0.97 0.6

2013 15.10 0.50 3.40 67.10 85.30 1.5 1.19 0.65

2014 16.20 0.40 3.50 68.00 87.80 1.4 1.22 0.66

2015 19.50 0.90 2.60 75.50 87.80 1.9 1.03 0.64

5 CIMB Niaga

2011 13.16 1.46 2.85 76.10 94.41 2.55 1.28 0.75

2012 15.16 1.11 3.18 71.70 95.04 2.23 1.32 0.74

2013 15.36 1.55 2.56 73.79 94.49 2.1 1.25 0.72

2014 15.58 1.94 1.44 87.86 99.46 3.53 1.32 0.76

2015 16.28 1.59 0.24 97.38 97.98 3.35 1.28 0.74

6 Danamon

2011 17.40 0.50 2.60 79.30 98.30 2.1 0.81 0.72

2012 18.90 0.20 2.70 75.00 100.70 2 0.89 0.75

2013 17.90 1.10 2.50 82.86 95.10 1.6 0.81 0.73

2014 17.80 1.30 1.40 76.61 92.60 1.95 0.62 0.71

2015 19.70 1.90 1.20 85.56 87.50 2.5 0.6 0.69

7 Panin Bank

2011 17.50 0.92 2.02 49.06 80.36 2.02 0.97 0.55

2012 14.67 0.48 1.96 47.86 88.46 1.96 1.25 0.61

2013 15.32 0.75 1.85 48.88 87.71 1.85 1.85 0.63

2014 17.30 0.52 2.23 79.81 95.47 1.69 1.38 0.65

2015 20.13 0.55 1.31 86.66 98.83 2.07 1.54 0.64

8 Pernata

Bank

2011 14.07 0.55 1.66 85.40 83.10 1.77 1.28 0.67

2012 15.86 0.40 1.70 83.10 89.50 1.22 1.61 0.71

2013 14.30 0.30 1.60 85.00 89.20 0.9 1.68 0.71

2014 13.60 0.60 1.20 89.80 89.10 1.4 1.98 0.71

2015 15.00 1.40 0.20 96.90 87.80 0.2 0.29 0.69

9 BTN

2011 15.03 2.23 2.03 81.75 102.50 1.07 2.09 0.67

2012 17.69 3.12 1.94 80.74 100.90 1.52 2.39 0.67

2013 15.62 3.04 1.79 82.19 104.42 2.7 2.04 0.7

2014 14.64 2.76 1.14 88.97 108.86 3.57 1.28 0.74

2015 16.97 2.11 1.61 84.83 108.78 3.2 1.67 0.74

10 May Bank

2011 11.83 1.10 1.14 92.64 88.86 2.5 0.7 0.71

2012 12.83 0.81 1.64 87.22 87.34 1.64 0.73 0.7

2013 12.74 1.55 1.74 84.10 87.04 2.01 0.68 0.71

2014 15.76 1.48 0.68 92.94 92.67 2.14 0.74 0.73

2015 15.17 2.42 1.01 90.77 86.14 3 0.78 0.74

(Sumber: data diolah)

103

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CAR NPL BDR NPM ROA BOPO LDR LAR

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Normal Parametersa

,b

Mean .1810 .0180 .0288 1.2267 .0180 .8243 .8956 .6891

Std. Deviation

.07442 .01435 .02626 .74016 .01563 .15143 .12657 .08405

Most Extreme Differences

Absolute .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .134

Positive .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .075

Negative -.187 -.108 -.207 -.061 -.144 -.079 -.085 -.134

Kolmogorov-Smirnov Z 2.519 2.013 2.318 .933 2.056 .830 1.237 1.343

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .349 .000 .497 .094 .054

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(Sumber: data diolah)

Uji Normalitas Setelah Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_CAR LN_NPL LN_BDR LN_ROA

N 100 100 100 100

Normal Parametersa,b

Mean 2.8300 .1970 .8213 .3242 Std. Deviation

.26796 1.03207 .60830 .87238

Most Extreme Differences

Absolute .122 .114 .103 .098 Positive .122 .090 .050 .070

Negative -.081 -.114 -.103 -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.221 1.137 1.027 .984 Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .150 .242 .287

(Sumber: data diolah)

104

Hasil Uji Beda Bagian Pertama

Group Statistics

GROUPS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

LN_CAR S 50 2.8885 .34963 .04944

K 50 2.7715 .12588 .01780

LN_NPL S 50 .5903 1.07497 .15202 K 50 .1963 .82514 .11669

LN_BDR S 50 1.1861 .36984 .05230 K 50 .4565 .58238 .08236

NPM S 50 1.0644 .85817 .12136 K 50 1.3890 .56271 .07958

LN_ROA S 50 .1159 .83360 .11789 K 50 .7643 .66890 .09460

BOPO S 50 .9004 .13677 .01934 K 50 .7482 .12571 .01778

LDR S 50 .9110 .14733 .02084 K 50 .8802 .10088 .01427

LAR S 50 .7076 .10040 .01420

K 50 .6706 .05912 .00836

(Sumber: data diolah)

Hasil Uji Beda Bagian Kedua

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t Df Sig. (2-tailed)

LN_CAR Equal variances assumed 2.227 98 .028

Equal variances not assumed 2.227 61.493 .030

LN_NPL Equal variances assumed 4.104 98 .000 Equal variances not assumed 4.104 91.862 .000

LN_BDR Equal variances assumed 7.479 98 .000 Equal variances not assumed 7.479 82.993 .000

NPM Equal variances assumed -2.237 98 .028 Equal variances not assumed -2.237 84.562 .028

LN_ROA Equal variances assumed -5.824 98 .000 Equal variances not assumed -5.824 93.608 .000

BOPO Equal variances assumed 5.793 98 .000 Equal variances not assumed 5.793 97.311 .000

LDR Equal variances assumed 1.220 98 .226 Equal variances not assumed 1.220 86.668 .226 LAR Equal variances assumed 2.245 98 .027

Equal variances not assumed 2.245 79.337 .028

(Sumber: data diolah)