analisis resiko reklamasi lahan batu gamping fix

Upload: zaerinabie

Post on 13-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

analisis resiko reklamasi lahan batu gamping

TRANSCRIPT

MATA KULIAH REKLAMASI DAN PASCA TAMBANGAnalisis Resiko tingkat keberhasilan Kegiatan revegetasi pada reklamasi lahan bekas tambang batu gamping dengan Pohon Sengon

Oleh :M. Zaerin / 21240004

Program Pasca SarjanaMagister Teknik Lingkungan PertambanganUniversitas Pembangunan Nasional VeteranYogyakarta2015

A. Pendahuluan

Kegiatan reklamasi penambangan di lahan batu gamping memerlukan penanganan yang tepat. Ini di karenakan kondisi lahan batu gamping yang memiliki karateristik yang berbeda dengan tanah yang biasanya. masalah utama yang timbul akibat kegiatan penambangan batugamping adalah hilangnya vegetasi dan tanah penutup serta terjadinya perubahan morfologi dan topografi, yang diikuti dengan perubahan karakteristik tanah maupun batuan. Terpotongnya bukit akibat penambangan telah menyisakan batugamping yang relatif masif dan minimal rekahan, sehingga menghambat aliran air ke dalam tanah, yang berlanjut terhadap perubahan sistem hidrologi. Kondisi tanah pada sebagian lahan revegetasi pascatambang di penambangan ditandai dengan kecilnya kemampuan resapan air. Terjadinya pemadatan dalam penimbunan tanah pucuk pada reklamasi lahan pascatambang dan tertutupnya rekahan (porositas sekunder) batugamping pada lantai tambang menyebabkan terhambatnya laju infiltrasi. Untuk memperbaiki kondisi hidrologi pascatambang, diperlukan upaya mempertahankan porositas sekunder pada lantai tambang dengan membuat rekahan buatan (artificial crack), menghindari pemadatan pada penimbunan kembali tanah pucuk (back filling), serta revegetasi tanaman dengan perakaran yang mampu memecah Revegetasi tanaman dengan sistem perakaran yang mampu memecah batu batugamping. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan infiltrasi pada tanah timbun, mempercepat kembali proses pelarutan, ditambah pelebaran rekahan oleh akar tanaman, sehingga akan memperbesar porositas batugamping. Upaya ini diharapkan berdampak terhadap meningkatnya kapasitas simpan batugamping sebagai reservoir airtanah, seperti kondisi sebelum ditambang.Jenis tanah pada batu gamping terdiri dari 2 jenis, yaitu Tanah Mediteran dan Tanah Renzina.Tanah mediteran adalah tanah hasil pembentukan batu kapur keras dan batuan sedimen. Tanah mediteran memiliki warna merah samapai coklat. Tanah mediteran banyak terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara. Tanah mediteran walaupun kurang subur namun cocok untuk tanaman palawija, tembakau, jati dan jambu mete.Tanah renzina adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Tanah renzina memiliki warna hitam dan miskin unsur hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah bergamping seperti di Gunung Kidul, Yogyakarta.Dengan karakteristik khas lahan batu gamping, maka teknik reklamasi dengan revegetasi yang cocok adalah dengan sistem pot dan sistem teras bangku. Sistem pot di terapkan pada bukaan areal yang minim lapisan top soil dan tingkat kesuburan tanah yang kurang bagus sehingga perlu penanganan serius dengan komposisi tanah pucuk di campur dengan pupuk kandang. Sistem teras dilakukan dengan pertimbangan morfologi lahan bekas tambang yang berbukit, sehingga sangat penting untuk menerapkan metode ini untuk mencegah terjadinya erosi.Jenis tanaman yang akan dipakai pada kegiatan revegetasi lahan bekas penambangan batu gamping adalah Pohon Sangon. Pohon sangon dipilih karena memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Daya dukung lahan akan semakin kuat dengan pengaruh cengkram akar sehingga juga mengurangi adanya bahaya tanah longsor dan erosi. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Selain itu juga pohon sangon merupakan kayu yang bernilai ekonomis tinggi karena merupakan kayu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan.B. Analisis Tingkat Resiko Keberhasilan Reklamasi Keberhasilan kegiatan reklamasi dengan revegetasi pada lahan bekas tambang, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah jenis tanaman yang dipakai dan kesesuaian lahan yang mau di tanam. Untuk mengetahui tingkat resiko keberhasilan reklamasi lahan bekas penambangan batu gamping dengan pohon sangon, perlu terlebih dahulu mengetahui karakteristik pertumbuhan pohon sangon.Pohon sangon dapat dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah Regosol, Aluvial, Latosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah sekitar pH 6-7 (Santoso, 1993).Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 27 C.Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 4000 mm. Kelembabanjuga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%. Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.Jenis bibit tanaman sengon yang nantinya dipakai adalah yang berumur 6 bulan dengan tinggi 90 135 cm. Bibit yang di peroleh tidak langsung di tanam, akan tetapi di semai terlebih dahulu untuk di seleksi. Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit di pindahkan ke lapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya dlakukan pemeliharaan yang lebih intensif guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata. Setelah bibit siap ditanam, ada beberapa tahapan kegiatan yang perlu dilakukan. PenanamanPembuatan dan pemasangan ajir tanam : Ajir dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 1 m, lebar 1 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.Pembuatan lobang tanam. Lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnyaPenanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.PemeliharaanKegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan :a. Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.b. Penyiangan. Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya. Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.c. Pendangiran. Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanman.d. Pemangkasan. Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman). Penjarangan. Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur. e. PenjaranganCara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem untu walang (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman. Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.KesimpulanReklamasi lahan bekas tambang batu gamping memerlukan perlakuan khusus dan pengetahuan tentang kesesuaian lahan dan tanaman yang akan di pilih sebagai tanaman revegetasi. Untuk lahan batu gamping, teknik reklamasi yang cocok adalah dengan sistem pot dan sistem teras guna menhindari terjadinya erosi. Jenis tanaman yang di tanami adalah pohon sengon. Jika metode penanaman dan pemeliharaan tanaman sengon dilakukan dengan tepat dan benar, maka tingkat resiko keberhasilan reklamasi dengan pohon sangon ini mencapai 80 %.