analisis renstra (trisno)

29

Click here to load reader

Upload: sutrisno-spd

Post on 21-Jun-2015

1.246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

TUGAS INDIVIDUAL

MATA KULIAH

HUKUM DAN ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN.

PRODI S2 MP (ROMBEL C1 DAN C2).

SOAL :

Lakukan analisis perbedaan/perubahan secara komprehensif antara Renstra

Depdiknas 2005-2009 dan Renstra 2010-2014. Analisis perubahan tersebut

seyogyanya dilakukan pada tiap-tiap pilar kebijakan, dan diarahkan pada

aspek-aspek sebagai berikut :

1. Filosofi yang mendasari perubahan/perbedaan tersebut;

2. Latar belakang perubahan;

3. Prioritas kebijakan dan program yang menjadi sasaran pencapaian:

4. Kemungkinan keterlaksanaan kebijakan dan program 2010-2014;

5. Hambatan yang mungkin timbul pada implementasi Renstra 2010-

2014, serta rumuskan alternatif pemecahannya.

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 1

Page 2: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

ANALISIS RENSTRA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2005 – 2009 DAN TAHUN 2010 – 2014

PENDAHULUAN

Pembangunan pendidikan nasional tidak dapat lepas dari perkembangan

lingkungan strategis, baik nasional maupun global. Pendidikan harus dibangun dalam

keterkaitannya secara fungsional dengan berbagai bidang kehidupan, yang masing-

masing memiliki persoalan dan tantangan yang semakin kompleks. Dalam dimensi

sektoral tersebut, pembangunan pendidikan tidak cukup hanya berorientasi pada

pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka menyiapkan tenaga kerja.

Dalam lima tahun ke depan, pembangunan pendidikan nasional harus dilihat dalam

perspektif pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam perspektif demikian,

pendidikan harus lebih berperan dalam membangun seluruh potensi manusia agar

menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dan

pembangunan nasional. Potensi manusia Indonesia yang dikembangkan mencakup olah

hati yang berkualitas dengan keimanan, ketakwaan dengan akhlak mulia, olah rasa

yang berkualitas dengan seni atau estetika, olah pikir yang berkualitas dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta potensi fisik yang berkualitas dengan olah raga.

Renstra Depdiknas disusun dengan mengacu pada amanat UndangUndang

Dasar 1945, amandemen ke-4 pasal 31 tentang Pendidikan; Ketetapan MPR Nomor

VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan; Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas); UndangUndang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PP Nomor 20 Tahun 2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah; PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian/Lembaga, dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 2

Page 3: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

Renstra Depdiknas 2005 - 2009

Pembangunan Pendidikan Nasional (Renstra Depdiknas) Tahun 2005-2009

yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Renstra ini menjadi pedoman bagi semua tingkatan pengelola pendidikan, mulai dari

pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan satuan pendidikan, untuk merencanakan dan

melaksanakan program pembangunan pendidikan nasional serta mengevaluasi

hasilnya.

Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009 disusun dalam rangka mempercepat

sasaran Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on The Rights of the Child) yang

menyatakan bahwa setiap negara di dunia melindungi dan melaksanakan hakhak anak

tentang pendidikan dengan mewujudkan wajib belajar pendidikan dasar bagi semua

secara bebas (Artikel 28) dan konvensi mengenai HAM yang menyatakan "Setiap orang

berhak atas pendidikan. Pendidikan harus bebas biaya, setidaknya pada pendidikan

dasar. Pendidikan dasar harus bersifat wajib. Pendidikan teknik dan profesi harus

tersedia secara umum dan pendidikan yang lebih tinggi harus sama-sama dapat dimasuki

semua orang berdasarkan kemampuan" (Deklarasi HAM, Artikel 26). Hat ini sejalan

degan pencapaian sasaran pembangunan yang disepakati dalam Kerangka Aksi Dakar

Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA). Dalam sasaran

Konvensi Hak-Hak Anak dan PUS, Pemerintah telah metetapkan kebijakan dasar dan

Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015, yaitu mewujudkan anak

yang cerdas/ceria dan berakhlak mulia melalui upaya perluasan aksesibilitas,

peningkatan kualitas dan efisiensi pendidikan, serta partisipasi masyarakat. Karena itu,

kebijakan pendidikan perlu mengakomodasikan hak-hak anak dan kebutuhan anak

termasuk juga mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut, Depdiknas

sebagai penanggungjawab pendidikan nasional mempunyai visi sebagai berikut.

Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif

Visi Depdiknas lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yang

menjadikan lembaga pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 3

Page 4: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

tradisional ke masyarakat maju. Masyarakat maju selalu diikuti oleh proses

transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang

bertumpu pada pertanian menuju masyarakat berbasis industri. Bahkan di era global

sekarang, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian

mengantarkan pada masyarakat berpengetahuan (knowledge society). Di dalam

masyarakat berpengetahuan, peranan ilmu pengetahuan dan penggunaan ICT sangat

dominan. Namun, masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih berciri agraris

belum sepenuhnya mampu memanfaatkan iptek yang mengalami perkembangan pesat

dan menjadi penggerak utama (prime mover) perubahan masyarakat.

Untuk mewujudkan visi pendidikan transformatif tersebut Depdiknas telah

menetapkan beberapa misi sebagai berikut.

Mewujudkan Pendidikan Yang Mampu Membangun Insan Indonesia yang Cerdas

dan Kompetitif dengan Adil, Bermutu, dan Relevan untuk Kebutuhan

Masyarakat Global

Untuk mewujudkan misi tersebut, Depdiknas menetapkan beberapa strategi

dan program dalam suatu skala prioritas. Salah satu bentuk dari prioritas tersebut

adalah penggunaan dana APBN/APBD dan dana masyarakat yang lebih ditekankan

pada upaya pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan yang didukung oleh sistem

governance yang sehat, efisien, dan akuntabel.

Renstra Depdiknas 2010 - 2014

Renstra Depdiknas Tahun 2010--2014 ditujukan untuk lebih memantapkan

penataan Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas

SDM termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya

saing perekonomian. RPJMN Tahun 2010--2014 tersebut, selanjutnya dijabarkan ke

dalam Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010--2014.

Sesuai Ketentuan Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional berkewajiban

untuk mencapai Visi Pendidikan Nasional sebagai berikut:

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 4

Page 5: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa

untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi

manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah.

Dalam rangka mewujudkan Visi Pendidikan Nasional dan sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Misi

Pendidikan Nasional adalah:

1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

2) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak

usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4) Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan dan

pengelolanya sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan

5) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 5

Page 6: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

ANALISIS RENSTRA

TAHUN 2005 – 2009 DAN TAHUN 2010 – 2014

1. Filosofi yang mendasari perubahan/perbedaan Renstra

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU Sisdiknas

amat mendasar dalam memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam

pembangunan pendidikan, seperti filosofi pendidikan nasional berdasarkan filsafat

Pancasila, paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya, paradigma

pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik, paradigma pendidikan untuk

semua yang inklusif, dan Paradigma Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan

dan/atau Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B atau Education For Sustainable

Development).

Penjelasan singkat dari filosofi itu adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Nasional berdasarkan filsafat Pancasila

Secara mendasar landasan filsafat Pancasila menyiratkan bahwa sistem

pendidikan nasional dapat menempatkan peserta didik sebagai mahluk yang

diciptakan gleh Tuhan dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin

pembangunan kehidupan yang berharkat dan bermartabat, sebagai mahluk yang

mampu menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Oleh

karena itu, pendidikan merupakan upaya pemberdayaan peserta didik untuk

berkembang menjadi manusia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan

memegang teguh norma-norma agama dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai

mahluk Tuhan Yang Maha Esa, mahluk individu, maupun mahluk sosial.

2. Paradigma Pendidikan dan Pemberdayaan Manusia Seutuhnya

Paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya yang

memperlakukan anak sebagai subyek merupakan penghargaan terhadap anak sebagai

manusia yang utuh, yang memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara

maksimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial dan kinestetik. Anak

tidak lagi dipaksakan untuk mengikuti keinginan orang tua, sebaliknya orang tua

sebagai fasilitator untuk menolong anak menemukan bakat atau minatnya. Guru

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 6

Page 7: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

sebagai fasilitator membantu anak menemukan bakatnya serta menolongnya mamou

memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat tumbuh dengan wajar

dan mampu mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang ia miliki.

3. Paradigma Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat pada Peserta Didik.

Paradigma pembelajaran sepanjang hayat berarti bahwa pembelajaran merupakan

proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir

hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multi makna. Paradigma ini

memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi subyek

pembelajar mandiri yang bertanggungnjawab, kreatif, inovatif, dan kewirausahaan.

4. Paradigma Pendidikan untuk Semua yang Inklusi

Paradigma pendidikan untuk semua ini merupakan upaya pemehuhan akan

kebutuhan pendidikan sebagai hak asasi manusia minimal tingkat pendidikan dasar.

Paradigma ini merupakan salah stu paradigma dan prinsip penjaminan mutu

pendidikan nasional. Konsekwensi dari paradigma ini adalah bahwa setiap individu

berhak dan wajib mengikuti dan menyelesaikan pendidikan minimal pada tingkat

pendidikan dasar dan pemerintah harus membiayainya.

2. Latar Belakang Perubahan Renstra

Adapun yang melatarbelakangi perubahan Renstra 2005-2009 dengan Renstra

2010-2014 yaitu berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN),

Departemen Pendidikan Nasional menyusun Rencana Pembangunan Pendidikan

Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005-2025, seperti yang tertuang di dalam

Permendiknas Nomor 32 Tahun 2005, tentang Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009.

Rencana tersebut dijabarkan ke dalam empat tema pembangunan pendidikan, yaitu tema

pembangunan I (2005-2009) yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan modernisasi,

sedangkan teme pembangunan II berfokus pada penguatan pelayanan.

3. Prioritas Kebijakan dan Program Yang Menjadi Sasaran Pencapaian

Renstra

Sedangkan yang menjadi prioritas kebijakan pada periode 2005-2009 adalah

Depdiknas teleh berhasil mengembangkan kebijakan-kebijakan terobosan, yaitu (1)

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 7

Page 8: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

pendanaan massal pendidikan, (2) peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik secara

massal, (3) penerapan TIK secara massal untuk e-pembelajaran dan e-admlnlstrasi, (4)

pembangunan prasarana dan dan sarana pendidikan secara massal, (5) rehabilitasi

prasarana pendidikan secara massal, (6) reformasi perbukuan secara mendasar, (7)

penjgkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif (8)

perbaikan rasio peserta didik SMK-SMA, (9) otomisasi satuan pendidikan, (10)

intensifikasi dan ekstensifikasi pendidika nonformal dan informal untuk menggapaikan

layanan pendidikan kepada peserta didik yang tak terjangkauvpendidikan formal

(raching and unreached), dan (11) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik

pendidikan dengan pendekatan komprehensif.

Hingga akhir tahun 2009, pembangunan pendidikan Indonesia telah menunjukan

banyak kemajuan dan hasil yang cukup menggembirakan pada semua jalur, jenis, dan

jenjang pendidikan. Secara umum capaian hasil pembangunan pendidikan tersebut

dikelompokkan ke dalam aspek (1) Perluasan Pemerataan Akses Pendidikan, (2)

Peningkatan mutu dan Daya Saing Pendidikan, dan (3) Penguatan Tata Kelola,

Akuntabilitas, dan citra Publik.

Pembangunan pendidikan nasional hingga tahun 2009, khususnya selama kurun

waktu lima tahun terakhir, telah menunjukkan keberhasilan yang sangat nyata. Dalam

kurun waktu lima tahun ke depan atau dalam RPJM 2010-2014 pembangunan

pendidikan akan lebih ditingkatkan lagi melalui implementasi Rencana Strategis

Departemen Pendidikan Nasional 2010-2014. Beberapa potensi yang dimiliki

merupakan bekal yang sangat bermanfaat dalam melanjutkan pembangunan pendidikan

tersebut. Namun, selain potensi tersebut masih dijumpai sejumlah permasalahan

pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :

1. Potensi

Capaian pembangunan pendidikan selama lima tahun terakhir di atas merupakan

potensi dan kekuatan untuk melanjutkan pembangunan pendidikan ke depan. Capaian

perluasan akses pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah telah membuka kesempatan yang luas

bagi penduduk usia sekolah untuk memperoleh pendidikan. Pada aspek pemerataan

akses, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan juga menunjukkan

besaran indikator kinerja yang harus meningkat dari tahun ke tahunbdan pada

umumnya telah mencapai atau melebihi target Rencana Strategis Departemen

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 8

Page 9: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

Pendidikan 2005-2009. Hal tersebut merupakan potensi yang dapat mendorong dan

meningkatkan motivasi untuk melanjutkan pembangunan pendidikan.

2. Permasalahan

Di samping beberapa potensi yang dapat dijadikan bekal dalam melanjutkan

pembangunan lima tahun ke depan,masih ditemui beberapa permasalahan yang harus

diatasi dalam kurun waktu 2010-2014 yaitu rasio guru dan siswa yang menunjukkan

disparitas antarpropinsi, mutu pendidikan,dan mutu tenaga pendidik,

Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014

dirumuskan berdasarkan pada RPJMN 2010-2014 dan evaluasi capaian pembangunan

pendidikan sampai tahun 2009 serta komitmen pemerintah pada konvensi

internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar tentang Pendidikan

untuk Semua (Educatin for All), Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of

Child), Millenium Development Goals (MDGs), dan World Summit on Sustainable

Development.

Strategi merupakan upaya yang sistematis melalui pengintegrasian dari tujuan,

sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan untuk mencapai misi Depdiknas yang telah

ditetapkan. Keenam strategi pembangunan pendidikan nasional pada periode lima

tahun mendatang adalah :

1. Perluasan dan pemerataan akses PAUD bermutu dan kesetaraan gender di semua

provinsi, kabupaten, dan kota melalui :

a. Penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang bermutu yang

merata antar provinsi, kabupaten, dan kota.

b. Perluasan dan pemerataan akses TK/TKLB bermutu dan kesetaraan gender di

semua propinsi, kabupaten, dan kota.

c. Keluasan dan kemerataan akses PAUD nonformal bermutu dan kesetaraan

gender di semua propinsi, kabupaten dan kota.

d. Ketersediaan model pembelajaran, data dan informasi berbasis riset, dan

standar mutu PAUD, serta keterlaksanaan akreditasi PAUD.

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak

untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah masa yang paling

berharga dan sangat penting bagi anak untuk mengenali berbagai macam fakta di

lingkungannya sebagai stimulan terhadap perkembangan kepribadian,psikomotor,

kognitif maupun sosialnya yang dapat diperoleh melalui pendidikan usia dini

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 9

Page 10: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

(PAUD) yang meliputi TK/RA untuk anak usia 5-6 tahun, serta kelompok

bermain,taman penitipan anak, dan berbagai program serupa untuk anak usia 3-4

tahun.

Selain itu beberapa muatan penyiapan anak usia dini untuk belajar di SD/MI

diberikan juga di Posyandu dan program Bina Balita. Posyandu yang pada

awalnya merupakan program layanan kesehatan bagi ibu dan anak usia dini, kini

telah dilengkapi muatan pendidikan. Demikian juga Bina Balita yang memberikan

layanan pendidikan pemeliharaan kesehatan pada anak bagi orang tua, terutama

ibu, yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun.

Kemungkinan tercapainya program ini sangat mungkin sekali karena ibu-ibu

sekarang sebagian besar sudah menyadari betapa pentingnya pendidikan. Akan

tetapi bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau di daerah pesisir belum

tahu akan hal itu. Program ini akan tercapai sasarannya bila pihak yang berwenang

secara langsung memberi penyuluhan betapa pentingnya pendidikan anak di usia

dini.

2. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan dasar universal bermutu dan

kesetaraan gender disemua provinsi, kabupaten, dan kota melalui

a. penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan dasar yang bermutu antar

propinsi, kabupaten, dan kota yang meliputi penyediaan guru SD/SDLB dan

SMP/SMPLB.

b. Perluasan pemerataan akses SD/SDLB dan SMP/SMPLB bermutu dan

kesetaraan gender di semua propinsi, kabupaten, dan kota.

c. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan Paket A dan Paket B bermutu dan

kesetaraan gender di semua propinsi, kabupaten, dan kota,

d. Penyediaan model pembelajaran, data dan informasi berbasis riset, dan standar

mutu pendidikan dasar, serta keterlaksanaan akreditasi pendidikan dasar.

Adapun kemungkinan ketercapaian strategi ini juga sangat besar karena

sekarang banyak anak lulusa Sekolah Dasar melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB

karena ada program sekolah gratis untuk Progrm Wajib Belajar 9 tahun yang

bertujuan untuk meningkatkan perluasan dan pemerataan layanan pendidikan dasar

yang bermutu dan terjangkau, baik melalui jalur formal maupun nonformal. Akan

tetapi para orang tua masih rancu dengan istilah sekolah gratis. Mereka

menganggap kalau sekolah gratis mereka sudah tidak mengeluarkan biaya apapun,

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 10

Page 11: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

sehingga waktu ada iuran atau sejenisnya mereka susah untuk membayarnya. Jadi

untuk istilah SEKOLAH GRATIS sebaiknya diganti dengan istilah lain yang tidak

menimbulkan persepsi yang salah.

3. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan menengah bermutu, kesetaraan

gender, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di semua propinsi, kabupaten

dan kota mrlalui :

a. penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan menengah bermutu yang

meliputi penyediaan guru SMA/SMLB/SMK dan tenaga kependidikan paket

C

b. perluasan dan pemerataan akses pendidikan SMA/SMLB dan SMK bermutu,

kesetaraan gender, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di semua

provinsi, kabupaten. dan kota.

c. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan Paket C bermutu, ber kesetaraan

gender, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di semua provinsi,

kabupaten, dan kota.

d. Ketersediaan model kurikulum dan pembelajaran data dan informasi berbasis

riest dan standar mutu pendidikan menengah serta keterlaksanaan akreditasi

pendidikan menengah.

Depdiknas memiliki kebijakan untuk membalik rasio peserta didik SMK

dibanding SMA dari 30 : 70 pada tahun 2004 menjadi 67 : 33 pada tahun 2014.

Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorientasi pada

pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri.

Pendidikan vokasi dirasa perlu karena memiliki paradigma yang

menekankan pada pendidikan yang menyesuiakan dengan permintaan pasar

(demand driven) guna mendukung pembangunan ekonomi kreatif.

Ketersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara

dan kecocokan (match) setara employee dan employer menjadi dasar

penyelenggaraan pendidikan vokasi. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan

vokasi dapat dilihat dan tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan

lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan yang dipilih dan ditekuninya.

Pendidikan vokasi melayani sistem ekonomi, sistem sosial, dan politik serta

menjadi jawaban/terobosan pembangunan ekonomj kreatif.

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 11

Page 12: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

Pemerintah menghendaki rasio SMK : SMA adalah 67 : 33 adalah

strategi yang tepat karena dilihat dari kesiapannya lulusan SMK lebih siap kerja

dibanding lulusan SMA, akan tetapi apabila lulusan SMK tidak melanjutkan ke

jenjang perguruan tinggi mereka akan hanya menjadi tenaga/karyawan dan bukan

pemikir. Untuk itu perguruan tingga sebaiknya juga memfasilitasi para lulusan

tersebut sehingga mereka menjadi tenaga pemikir.

4. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi, bermutu, berdaya saing

internasional, berkesetaraan gender, dan relevan dengan kebutuhan bangsa dan

negara dilaksanakan melalui :

a. perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi bermutu, berdaya saing

internasional, kesetaraan gender, dan relevan dengan kebutuhan bangsa dan

negara yang meliputi pemerataan dan perluasan akses prodi vokasi,profesi,

dan akademik.

b. Ketersediaan data dan informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan

tinggi, serta keterlaksanaan akreditasi pendidikan tinggi.

Strategi ihi bisa berhasil lebih baik apabila para dosen memiliki kualitas

yang baik,perguruan tinggi dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta

memberi kemudahan-kemudahan mahasiswa untuk maju. Adapun hambatan-

hambatan yang mungkin muncul yaitu karena biaya perguruan tinggi semakin

tinggi,semakin banyak lulusan yang tidak meneruskan ke jenjang perguruan

tinggi. Sebaiknya pemerintah memberi kebijakan bagaimana agar kedua-duanya

bisa berjalan dengan memberikan subsidi misalnya.

5. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang

berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dilaksanakan

melalui

a. perluasan dan pemerataan akses pendidikan orang dewasa bermutu,

berkesetaraan gender, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di provinsi

yang meliputi peningkatan tingkat literasi yang berkesetaraan gender di

kabupaten dan kota

b. penyediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan orang

dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan gender dan relevan dengan

kebutuhan masyarakat.

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 12

Page 13: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

c. Penyediaan model pembelajaran, data dan informasi berbasis riset, dan standar

nasional pendidikan orang dewasa berkelanjutan serta keterlaksanaan

akreditasi pendidikan orang dewasa berkelanjutan.

Strategi bisa terlaksana apabila masyarakat sampai lingkungan terkecil

RT diadakan kegiatan bebas buta huruf yang lebih dikenal dengan gerakan Bebas

Tiga Buta. Kendala yang mungkin timbul yaitu sulitnya menggugah kesadaran

para orang dewasa untuk belajar membaca dan menulis,sedangkan negara bisa

maju apabila masyarakatnya tidak bodoh. Negara –negara yang sudah maju

dulunya menempatkan pendidikan pada prioritas pendidikan pertama untuk

memberantas pendidikan karena kemiskinan identik dengan kebodohan.

6. Penguatan tata kelola, sistem pengendalian manajemen, dan sistem pengawasan

intern yang dilakukan melalui :

a. penguatan tata kelola dan sistem pengendalian manajemen di satuan kerja

Depdiknas.

b. penguatan tata kelola dan sistem pengendalian manajemen Depdiknas yang

meliputi perwujudan pelayanan prima dalam perencanaan dan kerja sama luar

negeri Depdiknas.

c. penyediaan dan pendayagunaan buku ajar, kebahasaan, e-pendidikan,

kehumasan dan sistem sekolah sehat meliputi perwujudan layanan prima di

bidang informasi dan kehumasan pendidikan.

d. penguatan sistem pengendalian manajemen dan sistem pengawasan internal

Depdiknas yang meliputi pencapaian intensifikasi dan ekstensifikasi

pengawasan yang akuntabel, pencapaian audit investigasi sesuai dengan

standar audit, dan perwujudan pelayanan prima dalam manajemen operasional

Itjen Depdiknas.

4. Kemungkinan Keterlaksanaan Renstra 2010 - 2014

Adapun kemungkinan keterlaksanaan strategi ini juga cukup besar karena

penerapan strategi penguatan tata kelola, sistem pengendalian manajemen sudah pas,

tetapi penggunaan buku sekolah pada saat ini belum maksimal apabila tidak

diinstruksikan dengan tegas, karen sekarang guru lebih senang menggunakan lembar

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 13

Page 14: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

kerja siswa (LKS) daripada buku dari Depdiknas yang lebih dikenal dengan BSE. Guru

tidak memperhitungkan proses dalam mengajar yang dipentingkan hanya hasilnya.

Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan berbagai terobosan yang

mendasar dan berskala besar selama periode 2005-2009, yang dalam jangka menengah

dan panjang diharapkan berdampak besar dalam peningkatan dan pemerataan akses

pendidikan, peningkatan mutu, daya saing pendidikan dan penguatan tata kelola,

akuntabilitas, dan citra public pendidikan. Kebijakan terobosan yang selama ini

dilaksanakan akan tetap diteruskan menjadi kebijakan strategis pembangunan

pendidikan pada masa mendatang,yaitu pada periode 2010-2014.

Adapun arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional tahun 2010-2014

adalah

1. Reformasi pendanaan pendidikan.

2. Reformasi pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Penerapan TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi

4. Pembangunan dan rehabilitasi prasarana pendidikan

5. Penyediaan sarana pendidikan

6. Reformasi perbukuan secara mendasar

7. Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif

8. Perbaikan rasio peserta didik SMK, SMA, dan pendidikan vokasi

9. Otonomisasi satuan pendidikan

10. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal untuk

menggapaikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang tak terjangkau

pendidikan formal (Reaching the Unreached).

11. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dengan

pendekatan komprehensif

12. Reformasi pembelajaran yang mendidik, dialogis, dan menyenangkan

13. Penguatan partisipasi masyarakat di bidang pendidikan

14. Revitalisasi pendidikan inovatif, kreatif dan enterprenurial

Sedangkan program pembangunan pendidikan nasional tahun 2010-2014 adalah :

1. Restrukturisasi program dan kegiatan departemen pendidikan nasional

2. Pembagian kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat, provinsi,

kabupaten dan kota

3. Program dan kegiatan pokok departemen pendidikan nasional tahun 2010-2014

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 14

Page 15: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

5. Implementasi Renstra 2010 – 1014 , Permasalahannya, dan Alternatif

Penyelesaiannya

Implementasi Rentra 2010 - 2014

UU Sisdiknas menetapkan visi pendidikan nasional adalah terwujudnya system

pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa mengisyaratkan

bahwa perlunya kerangka implementasi Renstra Depdiknas yang menjadi acuan bagi

penyelenggara dan pengelola pendidikan nasional yaitu pemerintah, pemerintah daerah

dan masyarakat.

Implementasi merupakan tahapan kegiatan dalam satu siklus manajemen

strategjs, yaitu perencanaann (plan), implementasi (do), monitoring dan evaluasi

(check), serta tindakan perbaikan (Correction Action) yang sering disingkat PDCA.

Sinkronisasi antara keempat kegiatan tersebut merupakan keniscayaan agar target

pembangunan yang dinyatakan dalam IKK dalam Renstra dapat dilaksanakan dan diukur

efektifivitas pencapainnya. Kerangka implementasi Renstra Pendidikan Nasional

mencakup (i) strategi pendanaan pendidikan, (ii) system tata kelola dan pengawasan

internal, (iii) system monitoring dan evaluasi yang menjamin terlaksana fungsi serta

tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Permasalahan

Di samping beberapa potensi yang dapat dijadikan bekal dalam melanjutkan

pembangunan pendidikan lima tahun ke depan, masih ditemui beberapa permasalahan.

Permasalahan tersebut harus bisa diatasi dalam kurun waktu 2010--2014.

Pembangunan pendidikan telah berhasil meningkatkan angka partisipasi

pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Namun, jika dilihat dari

kemerataan akses masih terdapat disparitas antarprovinsi, antarkabupaten, dan antarkota

yang ditunjukkan dengan adanya APK atau APM yang cukup lebar pada semua jenjang

pendidikan. Rasio guru terhadap siswa juga menunjukkan disparitas antarprovinsi.

Angka literasi secara nasional sudah cukup tinggi, yaitu 95%, tetapi masih ada 11

provinsi yang angka literasinya masih di bawah 95%. Disparitas juga terjadi pada

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 15

Page 16: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

indikator pendidikan lainnya, seperti persentase guru SD berkualifikasi S-1/D-4.

Disparitas berbagai indikator kinerja pembangunan pendidikan merupakan permasalahan

yang perlu dihilangkan. Oleh karena itu, kewenangan dan tanggung jawab pemerintah

pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintahan kota perlu

dilaksanakan secara konsekuen.

Disparitas tersebut mungkin selama ini tidak disadari oleh pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten dan pemerintah kota karena dalam setiap dokumen perencanaan

pembangunan sejak era repelita, propenas, sampai Renstra

Kementerian/Lembaga tidak pernah dicantumkan kewajiban tiap provinsi,

kabupaten, dan kota dalam pencapaian target atau sasaran kinerja pembangunan

pendidikan. Masih dalam aspek akses pendidikan, kesenjangan partisipasi pendidikan

masih terjadi antara penduduk miskin dan penduduk kaya.

Menurut Susenas 2006, Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk kelompok

umur 13-15 tahun yang mengikuti pendidikan formal yang berasal dari kuantil pertama

(kelompok 20% termiskin) baru mencapai 74,2%, sementara untuk kuantil kelima

(kelompok 20% terkaya) telah mencapai 92,2%.

Hal ini berarti bahwa kesempatan memperoleh pendidikan bagi penduduk

kelompok termiskin masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan penduduk kelompok

terkaya. Kebijakan pendanaan massal seperti BOS, beasiswa miskin, BKM, BOMM

telah terbukti dapat mengurangi disparitas partisipasi pendidikan antara penduduk

miskin dan penduduk kaya tersebut. Oleh karena itu, kebijakan pendanaan massal perlu

dilanjutkan di masa datang dengan mekanisme dan metode penyaluran yang lebih baik.

Disparitas dalam kesempatan memperoleh pendidikan juga terjadi antara

penduduk yang tinggal di perdesaan dan penduduk yang tinggal di perkotaan. Menurut

data Susenas 2006, Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 13-15 tahun di

perkotaan sudah mencapai 89,7%, sementara di perdesaan baru mencapai 80,3%.

Alternatif Penyelesaian

Walaupun disparitas tersebut tidak terlalu besar, tetapi jika dihitung jumlah

absolut penduduk usia 13–15 tahun angkanya cukup signifikan. Oleh karena itu,

kebijakan terobosan pembangunan prasarana dan sarana pendidikan secara massal yang

telah dilaksanakan selama kurun waktu lima tahun yang lalu perlu dilanjutkan dengan

menitik-beratkan pembangunan pada provinsi dan kabupaten dengan angka partisipasi

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 16

Page 17: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

pendidikan yang masih rendah, dan dengan memperhatikan disparitas akses pendidikan

antara daerah perkotaan dengan daerah perdesaan.

Berkaitan dengan komitmen Millenium Development Goals (MDGs), goal ketiga

dan target keempat, yaitu tidak adanya disparitas gender siswa pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah sudah terpenuhi pada tahun 2005. Namun bila diukur rasio Angka

Partisipasi Murni (APM) siswa perempuan terhadap APM siswa laki-laki pada setiap

jenjang pendidikan masih terdapat kesenjangan. Oleh karena itu, pembangunan

pendidikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan perlu ditekankan pada upaya

pengurangan disparitas antargender. @terima kasih@

(Sumber Pustaka : Dokumen Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 –

2009 dan Dokumen Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010 – 2014 )

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 17

Page 18: ANALISIS RENSTRA (TRISNO)

TUGASMK HUKUM DAN ANALISISKEBIJAKAN PENDIDIKAN

Oleh

SUSANA MURWATIPRODI S2 MP (ROMBEL C2)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2009

Analisis Renstra Depdiknas ( Sutrisno, NIM 0102509060) 18