analisis proses penyusunan anggaran pendapatan … · tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan oleh :
Hamka Lokki 7099/PS/MM/00
Kepada PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2002
ii
INTISARI
Anggaran merupakan alat yang penting untuk perencanaan jangka pendek dan juga berfungsi sebagai pengendali/pengawasan, pedoman pelaksanaan serta sebagai alat evaluasi. Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang diperlukan oleh suatu organisasi agar dapat melaksanakan kegiatannya secara efektif dan efisien. Dalam konteks otonomi daerah proses penyusunan anggaran dilakukan dengan pendekatan kinerja yang mengoptimalkan kepada pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya input yang ditetapkan dengan mengacu pada standar analisa biaya (SAB), tolok ukur kinerja dan standar biaya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan rencana tahunan Pemerintah Daerah yang disusun berdasarkan visi, misi dan strategis. Proses penyusunan anggaran dilakukan secara partisipatif yaitu bottom up approach dan top down approach dengan melibatkan pusat pertanggungjawaban (instansi/unit kerja) yang dikombinasikan dengan kebijakan top manager atau Kepala Daerah, dikomunikasikan dan dikoordinasikan untuk mencapai goal congruence. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai akuntabilitas publik olehnya itu dalam proses penyusunannya dilakukan dengan pendekatan kelembagaan yaitu stakeholders (masyarakat), lembaga eksekutif (Pemerintah Daerah) dan legislatif (DPRD). Fokus pembahasan pada penelitian ini yaitu melihat sejauh mana syarat-syarat penganggaran yang baik dalam Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang serta kaitannya dengan strategic management system. Hasil penelitian menunjukkan beberapa permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan anggaran APBD yang terjadi selama ini, baik ditinjau dari aspek perilaku, sistem anggaran dan stagnasi dalam siklus anggaran. Dari evaluasi pelaksanaan dan pengukuran dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa permasalahan yang timbul dapat dieliminir dan diminimalisasi sepanjang anggaran itu dipandang sebagai alat pengendalian manajemen yang disusun dan dilaksanakan dengan prinsip value for money. Kata-kata kunci : Anggaran, Standar Analisa Biaya, Perencanaan Partisipasi,
Manajemen Strategik
iii
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 13 Agustus 2002
Hamka Lokki
iv
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan karuniaNya,
sehingga di dalam keterbatasan, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S2 di Program
Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah
menambah wawasan dan pengetahuan Penulis dalam menganalisis suatu penerapan sistem
pengendalian manajemen pada Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. Atas selesainya tesis
ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada Penulis hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Dr. Marwan Asri Sw, MBA, selaku Direktur Program Studi MM UGM yang
senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan kepada Penulis hingga selesainya studi di
MM UGM
3. Para Bapak Dosen /Pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis hingga
selesainya studi di MM UGM
4. Bapak H.S. Parawansa, SH, selaku Bupati Sidenreng Rappang yang telah memberikan
kesempatan kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan di MM UGM
5. Warsini, istriku, dan anakku Widya Kusuma, Hardi Nugraha yang selalu mendoakan dan
memberikan dorongan semangat hingga selesainya studi di MM UGM.
6. Ananda Drs. Kadjatmiko, MS. Soc. Sc dan Ananda Rusmi Kantiari yang telah memberikan
dorongan semangat, bantuan materi dan non materi hingga selesainya studi di MM UGM,
tak lupa pula kepada Irfan dan Annisa
7. Kakanda Hajja Nurhaeda, Ananda Megawati dan Kartika yang senantiasa memberikan
dorongan semangat
8. Bapak Dr. (HC) Andi Walahuddin, M.Si, yang senantiasa memberikan dorongan semangat,
bantuan materi dan non materi.
9. Semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
v
Penulis hanya bisa mendoakan semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat
limpahan dan nikmat dari Allah SWT.Amin
Penulis menyadari bahwa tesis ini sangat jauh dari sempurna, meskipun demikian,
Penulis berharap bahwa tesis ini daapat berguna bagi pembaca untuk menambah wawasan dalam
memperdalam sistem pengendalian manajemen.
Yogyakarta, 13 Agustus 2002
Hamka Lokki
vi
Tesis
ANALISIS PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Diajukan oleh :
Hamka Lokki 7099/PS/MM/00
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing:
Dr. INDRA WIJAYA KUSUMA, MBA Tanggal 26 April 2002
ii
vii
ANALISIS PROSES PENNYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Oleh :
Hamka Lokki 7099/PS/MM/00
PROGRAM
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii PRAKATA .................................................................................................... iv DAFTAR ISI.................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix INTISARI ...................................................................................................... x ABSTRACT .................................................................................................. xi BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 I.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 2 I.2. Lingkup Permasalahan ............................................................ 4 I.2.1. Perumusan Masalah........................................................ 4 I.2.2. Batasan Masalah ............................................................ 5 I.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5 I.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 6 I.4.1. Pihak Penulis ................................................................... 6 I.4.2. Pihak Pemerintah Daerah ............................................... 7 I.4.3. DPRD .............................................................................. 7 I.5. Metode Penelitian .................................................................... 7 I.5.1. Studi Pustaka .................................................................. 7 I.5.2. Studi Lapangan ............................................................... 8 I.6. Keaslian Penelitian .................................................................. 8 I.7. Pendekatan dan Kerangka Analisis ......................................... 8 I.8. Sistematika Pembahasan .......................................................... 11 BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 13 II.1. Sistem Pengendalian Manajemen............................................. 13 II.2. Definisi Anggaran dan Manfaat Anggaran ............................. 15 II.3. Proses Penyusunan Anggaran ................................................. 16 II.3.1. Aspek Partisipatif dalam Proses Penganggaran ............ 16 II.3.2. Organisasi...................................................................... 17 II.3.3. Penerbitan Anggaran .................................................... 17 II.3.4. Proposal Anggaran ....................................................... 17 II.3.5. Negosiasi ...................................................................... 17 II.3.6. Kaji Ulang dan Persetujuan .......................................... 18 II.4. Jenis-jenis Anggaran ............................................................... 19 II.4.1. Anggaran Operasi ......................................................... 19 II.4.2. Anggaran Kas ............................................................... 19 II.4.3. Anggaran Pengeluaran Modal ...................................... 19 II.5. Syarat-syarat Anggaran yang Baik .......................................... 20 II.5.1. Anggaran disusun berdasarkan perencanaan strategis (Program) ...................................................................... 20 II.5.2. Ada Organisasi Penyusun Anggaran ............................ 20
vi
II.6. Keterbatasan Anggaran ............................................................ 21 II.7. Anggaran Biaya........................................................................ 23 II.7.1. Prasyarat dan Asumsi Penggunaan SAB ...................... 24 II.7.2. Model SAB ................................................................... 24 II.7.3. Tolok Ukur Kinerja ...................................................... 25 II.7.4. Plafon Anggaran ........................................................... 26 II.7.5. Pernyataan Anggaran ................................................... 27 II.7.6. Sistem Anggaran .......................................................... 28 II.7.7. Siklus Anggaran ........................................................... 29 II.8. Aspek Perilaku ........................................................................ 30
BAB III. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG .............................................................. 33 III.1. Keadaan Wilayah ................................................................... 33 III.2. Struktur Organisasi ................................................................ 33 III.3. Struktur Panitia Anggaran ...................................................... 36 III.4. Rencana Pembangunan Daerah Jangka Panjang .................... 38 BAB IV ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN .................................. 45 IV.1. Penyusunan Program ............................................................. 45 IV.2. Penyusunan Anggaran ........................................................... 50 IV.2.1. Prosedur Penyusunan Anggaran ................................ 50 IV.2.2. Jenis-jenis Anggaran .................................................. 57 IV.3. Pendekatan Kelembagaan dalam Perencanaan Anggaran Daerah .................................................................................... 61 IV.4. Analisis terhadap Proses Penyusunan Anggaran (APBD)...... 63 IV.4.1. Analisis terhadap Proses Penyusunan Anggaran ....... 63 IV.4.2. Analisis terhadap Sistem Anggaran ........................... 64 IV.4.3. Analisis terhadap Siklus Anggaran ............................ 66 IV.4.4. Analisis terhadap Organisasi Penyusunan Anggaran .................................................................... 71 IV.4.5. Analisis terhadap Aspek Perilaku Anggaran ............. 71 IV.5. Pelaksana dan Pengukuran Anggaran .................................... 72 IV.5.1. Evaluasi Pelaksanaan APBD ..................................... 76 IV.5.2. Evaluasi Pelaksanaan Pengukuran Kinerja ................ 80 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 82 V.1. Kesimpulan .............................................................................. 82 V.2. Saran ........................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 85 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Analisis Penelitian .......................................................... 10
Gambar 2. Proses Pengendalian Manajemen Formal ....................................... 14
Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang..... 35
Gambar 4. Kerangka Analisis Proses Penyusunan Anggaran ........................... 45
Gambar 5. Tiga Komponen yang Terkiat dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah ............................................................................ 62
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ringkasan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun Anggaran 2001
Lampiran 2. Skema Isi PA
Lampiran 3. Detail Penyusunan Anggaran Belanja Lampiran 4. Pola Perencanaan Anggaran Lampiran 5. Bagan Alir Proses Penyusunan APBD di Kabupaten
Sidenreng Rappang
Lampiran 6. Landasan/Acuan Penyusunan Anggaran APBD Kabupaten Sidenreng Rappang
ix
ii
INTISARI
Anggaran merupakan alat yang penting untuk perencanaan jangka pendek dan juga berfungsi sebagai pengendali/pengawasan, pedoman pelaksanaan serta sebagai alat evaluasi. Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang diperlukan oleh suatu organisasi agar dapat melaksanakan kegiatannya secara efektif dan efisien. Dalam konteks otonomi daerah proses penyusunan anggaran dilakukan dengan pendekatan kinerja yang mengoptimalkan kepada pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya input yang ditetapkan dengan mengacu pada standar analisa biaya (SAB), tolok ukur kinerja dan standar biaya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan rencana tahunan Pemerintah Daerah yang disusun berdasarkan visi, misi dan strategis. Proses penyusunan anggaran dilakukan secara partisipatif yaitu bottom up approach dan top down approach dengan melibatkan pusat pertanggungjawaban (instansi/unit kerja) yang dikombinasikan dengan kebijakan top manager atau Kepala Daerah, dikomunikasikan dan dikoordinasikan untuk mencapai goal congruence. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai akuntabilitas publik olehnya itu dalam proses penyusunannya dilakukan dengan pendekatan kelembagaan yaitu stakeholders (masyarakat), lembaga eksekutif (Pemerintah Daerah) dan legislatif (DPRD). Fokus pembahasan pada penelitian ini yaitu melihat sejauh mana syarat-syarat penganggaran yang baik dalam Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang serta kaitannya dengan strategic management system. Hasil penelitian menunjukkan beberapa permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan anggaran APBD yang terjadi selama ini, baik ditinjau dari aspek perilaku, sistem anggaran dan stagnasi dalam siklus anggaran. Dari evaluasi pelaksanaan dan pengukuran dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa permasalahan yang timbul dapat dieliminir dan diminimalisasi sepanjang anggaran itu dipandang sebagai alat pengendalian manajemen yang disusun dan dilaksanakan dengan prinsip value for money. Kata-kata kunci : Anggaran, Standar Analisa Biaya, Perencanaan Partisipasi,
Manajemen Strategik
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Lahirnya Undang-Undang No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah merupakan
peluang dan tantangan bagi daerah dalam menggali dan mengembangkan potensi sumber-sumber
pendapatan dan pembiayaan agar pemberlakuan otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Pemberlakuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membawa konsekuensi
pada perubahan pola pertanggungjawaban lebih bersifat pertanggungjawaban horisontal
(horizontal accountability) kepada masyarakat, bukan lagi pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability) kepada pemerintah atasan. Dalam rangka pertanggungjawaban publik, Pemerintah
Daerah dituntut untuk melakukan optimalisasi belanja secara efisien dan efektif dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa pengalokasian anggaran
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan skala prioritas masyarakat (Mardiasmo, 2001 ).
Oleh karena itu, anggaran daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi menduduki
posisi yang sangat penting, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP Nomor 105 Tahun 2000,
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah terutama Pasal 8 dan Pasal 20
yang menyatakan bahwa anggaran (APBD) disusun dengan pendekatan kinerja.
Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan
kepada pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Dengan demikian, anggaran yang disusun memuat keterangan antara lain:
a. Sasaran yang diharapkan memuat fungsi belanja
b. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang
bersangkutan.
c. Persentase dari jumlah pendapatan APBD yang membiayai belanja administrasi umum,
belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja investasi.
Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah perlu dikembangkan standar
analisis belanja (SAB), tolok ukur kinerja dan standar biaya.
2
Dalam penyusunan anggaran (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang fungsi manajemen
merupakan fokus perhatian disamping perencanaan dan koordinasi. Namun demikian
pengendalian sangatlah penting dalam menilai tercapai tidaknya suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Pengendalian manajemen itu sendiri memerlukan adanya sistem pelaporan yang berisi
informasi tentang program-program yang telah ditetapkan (Renstra) dan hasil yang telah dicapai
(Lakip). Hasil tersebut merupakan dasar penilaian pimpinan instansi yang bersangkutan atau dasar
penilaian DPRD terhadap kinerja Kepala Daerah selama satu tahun (laporan pertanggungjawaban).
Anggaran merupakan alat yang penting untuk efektifitas perencanaan jangka pendek dan
juga berfungsi sebagai pengendali/pengawasan suatu organisasi (Anthony & Govindarajan, 1998).
Manfaat anggaran bagi Pemerintah Daerah, adalah adanya perencanaan yang terpadu, pedoman
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah, alat pengawasan yang baik, serta sebagai alat evaluasi
(Ahyari, 1998).
Fungsi-fungsi anggaran tersebut di atas tidak selalu berjalan dengan baik sehingga
berpengaruh pula terhadap kinerja pimpinan instansi/Unit organisasi. Anggaran bisa
menampakkan fungsi yang bertentangan dengan tujuan yang diharapkan jika tidak dikelola dengan
baik. Beberapa efek buruk dari suatu anggaran yang bisa muncul adalah ketidakpercayaan,
resistensi konflik internal, menggesernya tanggungjawab suatu instansi ke instansi lain, serta
tekanan pada pencapaian suatu instansi yang merugikan kinerja Pemerintah Daerah secara
keseluruhan. Untuk mengeliminasi berbagai efek buruk tersebut, berbagai model penelitian telah
dilakukan dan banyak penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi yang memadai, akan bisa
mengeliminir atau meminimalisasi efek buruk anggaran dan membuat anggaran mampu menjadi
alat perencana dan pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi serta penumbuh motivasi,
(Brownell, 1986).
Dalam paradigma baru pemerintahan, bahwa anggaran disusun bersifat fleksibel (budget
surplus/defisit) bukan lagi berdasarkan pada anggaran berimbang (budget balance) demikian pula
pada Pemerintahan Kabupaten Sidenreng Rappang seyogyanya memilih suatu sistem
penganggaran yang baik dalam arti menghasilkan anggaran yang mampu menjalankan fungsi-
fungsinya dengan melibatkan DPRD sebagai lembaga pengawasan yang mengawasi jalannya roda
3
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Peranan DPRD sangat penting dan
menentukan berbeda dengan masa Orde Baru gerak langkah DPRD sebatas delegate atau hanya
sekedar utusan dari para konstituantenya, apalagi sekedar sebagai utusan partai atau organisasi
dimana ia bernaung, setiap anggota legislatif pada hakekatnya dipilih yang bertanggung jawab
atas semua tindakannya sebagai wakil rakyat (Rasyid, 1997). Ini yang dalam terminologi politik
disebut trustee. Oleh karena itu peranan DPRD seyogyanya lebih ditingkatkan dalam proses
penyusunan anggaran (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang pada masa yang akan datang. Jika
hal ini dilakukan, maka Pemerintah Daerah telah memiliki suatu keunggulan salah satu sub sistem
pengendalian manajemennya.
I.2. Lingkup Permasalahan
I.2.1. Perumusan Masalah
Keberhasilan anggaran dalam mendukung tercapainya rencana strategis,
ditentukan dari seberapa jauh anggaran tersebut mampu memenuhi fungsi-
fungsinya. Oleh karena itu, sistem anggaran harus dapat dirancang dengan baik.
Anggaran dapat dibuat dengan baik apabila dalam proses penyusunan anggaran
memperhatikan beberapa kondisi atau syarat sebagai berikut:
a. Anggaran disusun berdasarkan perencanaan strategis (program)
b. Ada organisasi penyusunan anggaran
c. Keterlibatan akuntansi pertanggungjawaban (Akip) sebagai unsur pengendali aktifitas
Pemerintah Daerah
d. Anggaran yang mampu menumbuhkan komitmen manajemen
e. Anggaran yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen
f. Effectiveness yaitu senantiasa mengacu pada benefit cost dan analysis cost
Masalah utama yang akan ditelaah dalam studi ini “Sejauh mana syarat-syarat proses
penganggaran yang baik dalam Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang dapat terpenuhi
4
sehingga anggaran yang ditampilkan mampu menjadi pengendalian manajemen yang efektif dan
efisien serta dapat dipergunakan untuk mewujudkan strategic management system”?
I.2.2. Batasan Masalah
Masalah penelitian akan dibatasi dalam proses penganggaran yaitu pada tingkat
menemukan formulasi penyusunan anggaran (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang. Dengan
demikian batasan masalah terbatas pada tahap proses penyusunan anggaran sampai dengan tahap
penetapan anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
I.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada pokok masalah penelitian yang akan dilakukan pada Pemerintah Daerah
Sidenreng Rappang untuk penulisan tesis ini mempunyai tujuan yaitu memformulasikan strategi
untuk mengembangkan proses penyusunan APBD dalam mengimplementasikan otonomi daerah,
selain itu untuk menghadapi tantangan dan krisis globalisasi serta pencapaian kinerja yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Adapun lingkup tujuan ini adalah:
a. Melihat kembali kebijakan yang pernah dan sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat
b. Melakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja
dan usaha Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang terhadap penyusunan anggaran
(APBD)
c. Memprediksikan perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal
yang mempengaruhi strategi waktu yang akan datang
d. Melakukan dan menyediakan formulasi strategi yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah
dalam mencari alternatif strategi dan bentuk strategi yang dapat ditempuh sebagai upaya
memperbaiki kelemahan dan mencari peluang yang bisa dikembangkan di masa yang akan
datang.
5
I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Pihak Penulis
a. Dapat memberikan gambaran yang jelas kepada penulis dan pembaca
mengenai proses penyusunan anggaran (APBD) Kabupaten Sidenreng
Rappang.
b. Memberikan nuansa, pemahaman dan aplikasi pengendalian manajemen bagi penulis.
I.4.2. Pihak Pemerintah Daerah
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Pemerintah
Daerah dalam menyusun anggaran (APBD) serta memberikan alternatif yang
dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang dalam
menyelenggarakan kegiatan pembangunan, pemerintahan dan pelayanan
masyarakat khususnya dalam mengelola anggaran agar dapat melaksanakan
Pemerintahan Daerah sebaik-baiknya pada masa yang akan datang.
I.4.3. DPRD
a. Memberikan gambaran tentang, mekanisme, indikator, dan variabel-variabel
yang mempengaruhi tersusunnya anggaran (APBD) sebagaimana yang
diamanatkan dalam peraturan pemerintah (PP 105 tahun 2000, tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah)
b. Agar DPRD sebagai lembaga pengawasan lebih meningkatkan peran sertanya dalam proses
penyusunan sampai pada penetapan anggaran (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang.
I.5. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
6
I.5.1. Studi Pustaka
Studi pustaka memuat landasan teori yang digunakan dalam analisis kasus maupun setiap
informasi yang berkaitan dengan proses penyusunan anggaran yang ditempuh oleh Pemerintah
Daerah melalui pengumpulan literatur yang terkait dan artikel-artikel yang relevan.
I.5.2. Studi Lapangan
Pengumpulan informasi dimaksudkan untuk menjawab permasalahan di atas diperlukan
tinjauan lapangan yang dibutuhkan sebagai dasar melakukan analisis informasi yang
dikumpulkan berupa data kuantitatif, kualitatif yang merupakan hasil wawancara pihak-pihak
yang terkait.
I.6. Keaslian Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan di Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang
menyangkut proses penyusunan anggaran (APBD) yang subjek dan objeknya belum pernah ada
yang mengkaji. Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa penulisan ini dilakukan untuk yang
pertama kalinya pada Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang.
I.7. Pendekatan dan Kerangka Analisis
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan proses yaitu dengan melihat tahap demi
tahap perumusan atau formulasi strategi dengan lebih mengarah pada pola yang dikemukakan
oleh Mardiasmo (2001). Model analisis situasi yang dikemukakan bertujuan memberikan
gambaran mengenai lingkungan internal dan eksternal organisasi yang secara langsung
menentukan pemilihan strategi organisasi. Model ini memberikan persyaratan bagi strategi yang
sukses, yaitu apabila dapat menghasilkan kesesuaian antara studi lingkungan internal dan
eksternal, mampu memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan dapat
meningkatkan kinerja.
7
Mengacu pada konsep dan model dari proses penyusunan anggaran (APBD) maka dibuat
framework berupa skema yang akan dipakai sebagai pedoman dalam melakukan penelitian
seperti dalam gambar berikut.
8
Arahan, mandat dan pembinaan dari Pusat dan pemerintah atasan • Data historis • Dokumen terkait
MASYARAKAT
Tokoh Masyarakat, LSM, Ormas, Asosiasi Profesi, Perguruan
Tinggi dan lain-lain
Penjaringan aspirasi masyarakat melalui dengar pendapat, turun lapangan, kuesioner, kotak pos, media
massa dan lain-lain.
Penjaringan aspirasi masyarakat melalui jalur-jalur jenjang
birokrasi/pemerintah seperti RT, RW, Desa dan Kecamatan
PEMERINTAH DAERAH DPRD
Dokumen aspirasi masyarakat serta evaluasi kinerja Pemda
Dokumen aspirasi masyarakat
Kesepakatan
LEMBAGA PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
Panitia Anggaran Legislatif
Arah dan Kebijakan Umum APBD
Strategi dan Prioritas APBD • Juklak & Juknis • Plafon Anggaran • Indikator Kinerja Unit Kerja • Formulir DUKDA/DUPDA
Unit Kerja
UNIT KERJA DUKDA & /DUPDA
DUKDA&/DUPDA yg telah dianalisis dan diseleksi
Pembahasan RAPBD Sidang Paripurna
Penetapan dan Pengesahan APBD
Pengajuan RAPBD Klarifikasi & Ratifikasi RPABD
SUR
AT
EDA
RA
N
(SE)
SK P
ENG
AN
GK
ATA
N
(PEN
DEL
GA
SIA
N
WEW
ENA
NG
Gambar 1 Kerangka Analisis Penelitian
9
I.8. Sistematika Pembahasan
Penulisan ini dibagi menjadi 5 pokok pembahasan, terdiri dari pendahuluan, landasan
teori, gambaran umum Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang, analisis proses pengendalian
manajemen, kesimpulan dan saran.
Bab I. Terdiri dari latar belakang, lingkup permasalahan, tujuan penelitian, keaslian
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, pendekatan dan kerangka analisis
yang akan dilakukan, serta sistematika pembahasan.
Bab II. Dalam bab ini ditulis tentang landasan teori yang digunakan mulai dari teori sistem
pengendalian manajemen, definisi anggaran dan manfaat anggaran, proses
penyusunan anggaran, jenis-jenis anggaran, syarat-syarat anggaran yang baik,
keterbatasan anggaran, dan anggaran kinerja, sistem anggaran, siklus anggaran, serta
aspek perilaku
Bab III. Berisi tentang keadaan wilayah, struktur Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang,
struktur panitia anggaran, rencana pembangunan daerah jangka panjang Kabupaten
Sidenreng Rappang.
Bab IV. Berisi tentang analisis terhadap proses penyusunan anggaran (APBD) yang dikaitkan
dengan proses pengendalian manajemen lainnya, yaitu prosedur penyusunan
anggaran, jenis-jenis anggaran, pendekatan kelembagaan dalam perencanaan
anggaran, analisi terhadap proses penyusunan anggaran (APBD), analisis terhadap
sistem anggaran, analisis terhadap siklus anggaran, analiss terhadap organisasi
penyusunan anggaran, analisis perilaku dalam anggaran, evaluasi pelaksanaan
anggran serta evaluasi pengukuran kinerja..
Bab V. Berisi kesimpulan-kesimpulan yang dirangkum dari hasil analisa masalah. Setelah itu
akan dipaparkan pula kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Pemerintah Daerah
sehubungan dengan proses penyusunan anggaran. Saran-saran akan diberikan
sebagai suatu alternatif pemecahannya terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini akan dibahas konsep-konsep yang berkaitan dengan penganggaran.
Pembahasan diawali dengan gambaran umum tentang sistem pengendalian manajemen. Setelah itu
akan dibahas salah satu proses pengendalian manajemen yaitu penyusunan anggaran yang antara
lain membahas fungsi-fungsi dan tujuan-tujuan mendasar dari penyusunan anggaran, proses
penyusunan anggaran dan jenis-jenis anggaran. Pada bagian akhir akan diuraikan syarat-syarat
anggaran sebagai alat pengendalian, keterbatasan-keterbatasan anggaran serta tolok ukur kinerja
anggaran, sistem anggaran, siklus anggaran dan aspek perilaku dalam anggaran.
II.1. Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang digunakan manajer untuk
mempengaruhi anggota organisasi yang lain agar melaksanakan strategi organisasi secara efektif
dan efisien (Mulyadi & Supriyono, 1998). Sebagai suatu sistem, pengendalian manajemen terdiri
dari struktur dan proses. Struktur sistem terdiri atas elemen-elemen yang membentuk sistem
tersebut yaitu pusat-pusat pertanggungjawaban dan ukuran prestasi. Sementara itu, proses dalam
sistem akan menjelaskan cara kerja tiap elemen untuk mencapai tujuan suatu sistem. Proses dalam
sistem pengendalian manajemen terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu, (1) penyusunan
program, (2) penyusunan anggaran, (3) pelaksanaan dan pengukuran, dan (4) pelaporan
dan analisis. Keempat proses dalam sistem pengendalian manajemen tersebut merupakan
serangkaian kegiatan yang berurutan. Proses pengendalian manajemen formal tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
14
Gambar 2. Proses Pengendalian Manajemen Formal
Penyusunan program merupakan kegiatan awal dalam proses pengendalian manajemen.
Program memuat kegiatan pokok yang akan dilaksanakan organisasi untuk melaksanakan strategi
yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategi. Pada umumnya program memuat rencana
kegiatan untuk beberapa tahun mendatang. Berdasarkan program yang ada, disusun rencana
kegiatan yang lebih operasional untuk jangka waktu satu tahun mendatang yang disebut dengan
anggaran. Dengan demikian, dalam sistem pengendalian manajemen, perencanaan strategis,
penyusunan program, dan penyusunan anggaran merupakan tiga mata rantai yang mempunyai
hubungan yang erat.
Tujuan dan Strategi
Perencanaan strategis
Penganggaran Performance Pusat
Pertanggungjawaban Laporan aktual dan rencana
Apakah hasil memuaskan
Peraturan Informasi lainnya
Reward (feedback) Ya
Revisi Revisi Langkah Koreksi Pengukuran Tidak
Feedback Komunikasi
15
II.2 Definisi Anggaran dan Manfaat Anggaran
Anthony dan Govindarajan (1998) mendefinisikan anggaran sebagai suatu alat penting
untuk memuat rencana jangka pendek yang efektif dan pengendalian dalam organisasi. Anggaran
operasi biasanya meliputi jangka waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan biaya yang
direncanakan pada tahun tersebut.
Jakhotiya (1989), menyatakan bahwa anggaran berarti mengestimasi terlebih dahulu
jalannya kegiatan untuk mencapai target atau tujuan tertentu dalam suatu kurun waktu dengan
menyatakan input yang diperlukan dan output yang diharapkan. Sementara itu Welch et. al
(1983) menyatakan bahwa anggaran adalah suatu pendapatan formal – sistematis dan tersusun
untuk melaksanakan tanggung jawab manajer dalam hal perencanaan, koordinasi dan
pengawasan.
Definisi-definisi di atas memperlihatkan karakteristik umum anggaran yang sama, yaitu :
1. Suatu rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang.
2. Jangka waktu tertentu untuk membatasi kegiatan.
3. Ada satuan moneter untuk mengukur besarnya kegiatan.
Anggaran disusun berdasarkan program-program yang dibuat oleh organisasi dalam
rangka menjalankan strategi-strateginya. Penyusunan anggaran merupakan proses akuntansi dan
juga proses manajemen (Anthony & Govindarajan, 1998). Dari segi proses akuntansi, penyusunan
anggaran merupakan studi terhadap mekanisme, prosedur untuk merakit data, dan format
anggaran, sedangkan dari segi proses manajemen, penyusunan anggaran merupakan proses
penetapan peran tiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program.
II.3. Proses Penyusunan Anggaran
Perancangan sistem perencanaan akan berbeda antara satu organisasi profit dan organisasi
non profit. Hal ini berlaku pula terhadap proses penyusunan anggaran. Secara umum proses
penyusunan anggaran mencakup faktor-faktor dan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
16
II.3.1. Aspek partisipasi dalam proses penganggaran
Proses penyusunan anggaran dapat dilakukan secara top down atau bottom up. Proses
penyusunan anggaran dengan top down biasanya terjadi pada struktur organisasi dengan tingkat
sentralisasi tinggi. Anggaran top down jarang berhasil karena terdapat kesenjangan komitmen di
antara para pelaksana anggaran yang akan mengarah pada kegagalan pencapaian target.
Sementara itu anggaran top down lebih membutuhkan dan memperkuat komitmen untuk dapat
mencapai tujuan anggaran. Namun demikian, masalah yang sering muncul dalam pendekatan ini
adalah manajer pembuat anggaran cenderung membuat rencana anggaran yang mudah untuk
dicapai. Proses penyusunan anggaran yang efektif adalah melalui penggabungan kedua
pendekatan di atas atau dikenal dengan proses penganggaran partisipatif.
II.3.2. Organisasi
Organisasi anggaran dapat berupa Departemen Anggaran dan atau Komite Anggaran.
Departemen anggaran bertugas mengadministrasikan arus informasi dalam sistem pengendalian
anggaran (menerbitkan prosedur dan format anggaran, melakukan proses revisi anggaran,
mengkoordinasikan pekerja departemen pada tingkat rendah). Komite anggaran bertugas
(memeriksa, menyetujui, atau menyesuaikan tiap anggaran).
II.3.3. Penerbitan Pedoman
Pedoman secara implisit dapat ditemukan pada rencana strategis, dan biasanya
dimodifikasi sesuai perubahan keadaan khususnya kinerja organisasi pada tahun itu. Pedoman dan
penjadwalan aktifitas penyusunan anggaran ini dibuat oleh staf anggaran dan disetujui oleh
manajer tingkat atas.
II.3.4. Proposal Anggaran
Manajer pusat pertanggungjawaban bersama staf menyusun proposal anggaran
berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan. Proposal ini mempertimbangkan (a). perubahan
kekuatan eksternal, seperti perubahan tingkat ekonomi dan perubahan harga. (b). perubahan dalam
kebijakan dan praktek internal.
17
II.3.5. Negosiasi
Penyusunan anggaran menegosiasikan usulan anggarannya kepada atasan yang kemudian
akan membuat beberapa penyesuaian. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat
penyesuaian kinerja anggaran tahun yang bersangkutan harus lebih baik daripada kinerja aktual
tahun sebelumnya.
II.3.6. Kaji Ulang dan Persetujuan
Proses kaji ulang adalah membandingkan berbagai elemen dari anggaran untuk
meyakinkan bahwa semua telah terpadu dan terkoordinasi. Perbandingan ini harus dilakukan
berdasarkan tingkat pusat pertanggungjawaban dan pada tingkat program. Setiap ketidaksesuaian
yang tidak besar berarti harus diperhatikan, dengan mengembalikan anggaran ke masing-masing
bagian dengan garis pedoman yang tepat untuk diadakan perubahan yang bersifat memperbaiki.
Selain aktivitas-aktivitas di atas, yang tidak kalah pentingnya adalah masalah yang
menyangkut revisi anggaran. Anggaran disusun berdasarkan kondisi-kondisi yang diperkirakan
akan terjadi selama tahun anggaran. Perkiraan kondisi tersebut dimaksudkan sebagai asumsi dalam
pelaksanaan suatu anggaran. Kondisi aktual yang terjadi tidak akan pernah sama dengan kondisi
yang diasumsikan dan perbedaan antara keduanya akan menjadi penting. Hal ini menimbulkan
pro kontra terhadap revisi anggaran.
Pihak yang tidak menyetujui revisi anggaran mempunyai argumen bahwa: (1) revisi
anggaran memerlukan tambahan waktu, pemikiran dan biaya, (2) revisi anggaran tidak
mencerminkan perubahan kondisi yang diasumsikan mendasari, tetapi lebih mencerminkan
kemampuan penyusun anggaran dalam melakukan negosiasi, (3) jika memang terjadi perubahan
asumsi kondisi yang mendasari cukup ditunjukkan dalam laporan analisis penyimpangan antara
anggaran dan realisasi.
Pihak yang menyetujui anggaran memiliki argumen bahwa jika anggaran tidak direvisi
sesuai dengan perubahan kondisi, maka anggaran menjadi tidak realistis dan kehilangan
kemampuan sebagai alat untuk memotivasi pelaksanaan anggaran.
Pada dasarnya ada dua prosedur untuk melakukan revisi anggaran, yaitu :
18
1. Prosedur yang secara sistematis (misalnya kuartalan atau triwulanan) memperbaharui
anggaran.
2. Prosedur yang memperbolehkan revisi pada kondisi khusus.
II.4. Jenis-Jenis Anggaran
Suatu paket anggaran yang lengkap disebut dengan anggaran induk. Anggaran induk
terdiri dari 3 bagian penting yaitu:
II.4.1. Anggaran Operasi
Anggaran yang menunjukkan rencana operasi atau kegiatan tahun yang akan datang.
Elemen anggaran operasi yang utama meliputi antara lain anggaran pendapatan dan biaya.
II.4.2. Anggaran Kas
Anggaran ini menunjukkan antisipasi sumber penggunaan kas dalam tahun anggaran.
II.4.3. Anggaran Pengeluaran Modal
Anggaran ini menunjukkan rencana perubahan aktiva tetap dalam tahun anggaran.
II.5. Syarat-Syarat Anggaran yang Baik
Anggaran dapat dibuat dengan baik apabila memperhatikan beberapa kondisi atau syarat
tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah :
II.5.1. Anggaran disusun berdasarkan perencanaan strategis (program)
Program dan anggaran merupakan hasil dari tahapan proses pengendalian manajemen.
Proses pengendalian manajemen sendiri meliputi tahap-tahap yang saling berkaitan, yaitu:
a. Perencanaan strategis (programming)
b. Penyusunan anggaran (budgeting)
c. Pelaksanaan dan pengukuran (operating and measurement)
Pelaksanaan anggaran akan berhasil baik bila penyusunannya didasarkan program yang
telah dirumuskan dan telah disahkan terlebih dahulu. Anggaran yang merupakan rencana jangka
pendek disusun berdasarkan program yang telah dirumuskan dan telah disahkan terlebih dahulu.
19
Anggaran yang merupakan rencana jangka pendek disusun berdasarkan program yang merupakan
rencana strategis jangka panjang serta menurut pusat pertanggungjawaban.
II.5.2. Ada organisasi penyusun anggaran
Keberadaan suatu organisasi dalam proses penyusunan anggaran sangat diperlukan.
Organisasi ini akan melakukan fungsi penyusunan, fungsi penelaahan dan pengesahan, serta fungsi
administrasi anggaran. Adapun nama dan anggotanya, pada dasarnya organisasi yang
bertanggungjawab atas proses penyusunan sampai dengan administrasi anggaran dapat disebut
sebagai Departemen Anggaran dan Komite Anggaran. Kedua organisasi ini bertanggungjawab atas
koordinasi penyusunan anggaran dan menjamin adanya keselarasan antara masing-masing unit
untuk menentukan anggarannya.
Menurut Mulyadi (1993), ada lima persyaratan berkaitan dengan keterlibatan akuntansi
pertanggungjawaban dalam proses penganggaran, yaitu:
1. Anggaran biaya disusun untuk tiap tingkatan manajemen.
2. Struktur organisasi yang menetapkan wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan
manajemen.
3. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi.
4. Sistem pelaporan biaya kepada manajemen yang bertanggung jawab (responsibility
reporting).
5. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan atau tidak (controlability) biaya oleh
manajer tertentu dalam organisasi.
II.6. Keterbatasan Anggaran
Walaupun anggaran dapat dipergunakan sebagai alat pengendalian, anggaran juga
mempunyai keterbatasan-keterbatasan (Welch & Hilton, 1982). Keterbatasan-keterbatasan tersebut
adalah:
20
a. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi yang ketepatannya
tergantung pada kemampuan pengestimasian atau pemroyeksi. Ketidaktepatan estimasi
mengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat tercapai.
b. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu. Jika asumsi yang
mendasarinya berubah maka perencanaan dan anggaran harus dikoreksi.
c. Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen hanya jika semua pihak terutama para manajer
terus bekerja sama secara terkoordinasi dan berusaha mencapai tujuan.
d. Anggaran hanya sebagai alat bantu dan tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan
pertimbangan manajemen.
Selain itu, kegagalan anggaran dapat juga disebabkan oleh (1) kegagalan manajemen
untuk memahami sistem sehingga mengarahkan usaha pengendalian pada faktor yang salah, (2)
sedikitnya dukungan atas sistem anggaran, (3) kegagalan memahami peranan penting anggaran
dalam proses manajemen, (4) rasa percaya diri yang berlebihan pada anggaran sehingga dipakai
sebagai pengganti pertimbangan manajemen, dan (5) karena kesalahan memperkirakan pendapatan
(Sweeney & Rochlin, 1981).
Proses pengendalian manajemen berperan pada suatu organisasi. Tapi dalam prosesnya
dipengaruhi faktor manusia. Beberapa karakteristik organisasi yang mempengaruhi proses
tersebut, terutama berkaitan dengan perilaku anggota dalam suatu organisasi. Suatu organisasi
mempunyai tujuan dan fungsi pengendalian manajemen adalah mendorong anggota organisasi
membantu pencapaian tujuan tersebut yang dilandasi adanya keselarasan tujuan (goal
congruence).
Keselarasan tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang biasa disebut dengan faktor
informal dan formal. Faktor informal bisa berbentuk aspek eksternal dan bisa berbentuk aspek
internal.
Aspek eksternal adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang pada kehidupan
masyarakat dan tetap terpelihara. Hal ini biasa disebut etos kerja yang termanifestasikan dalam
bentuk loyalitas, semangat kerja dan kemampuan individu. Sikap ini tentu berbeda sesuai dengan
kondisi lokal. Aspek-aspek internal yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian manajemen
21
adalah (a) budaya, (b) gaya manajemen, (c) organisasi informal, (d) persepsi dan komunikasi, (e)
kerjasama dan konflik (Halim dkk, 2000).
II.7. Anggaran Biaya
Mardiasmo (2001) mengemukakan bahwa anggaran pada organisasi non profit
(Pemerintah Daerah) dilakukan dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran
mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya
atau input yang ditetapkan. Dengan demikian, anggaran yang disusun memuat keterangan antara
lain:
1. Sasaran yang diharapkan memuat fungsi belanja
2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan satuan komponen kegiatan yang
bersangkutan
3. Persentase dari jumlah pendapatan APBD yang membiayai belanja administrasi umum,
belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja investasi.
Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah perlu dikembangkan standar
analisis biaya (SAB), tolok ukur kinerja, dan standar biaya. Yang dimaksud dengan SAB adalah
penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan.
II.7.1. Prasyarat dan Asumsi Penggunaan SAB
Prasyarat dan asumsi agar SAB dapat disusun adalah:
1. Peranan DPRD yang lebih besar dalam menyusun dan menetapkan anggaran policy yaitu:
a. Arah dan kebijakan umum APBD yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
b. Penentuan target kinerja keseluruhan Pemda.
2. Desentralisasi penyusunan anggaran pada Unit-Unit Kerja (Unit Pemerintahan Umum, Unit
Pelaksana Teknis Daerah, dan Unit Pelayanan Publik), termasuk pula dalam hal penentuan
target kinerja untuk masing-masing Unit Kerja, Penentuan Belanja Rutin dan Belanja
Investasi untuk setiap Unit Kerja.
22
II.7.2. Model SAB
Model yang perlu dikembangkan dalam perumusan SAB adalah:
1. Model Mekanisme Perencanaan Anggaran Daerah yang berorientasi pada kepentingan
publik. (Model Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD serta Strategi dan Prioritas
APBD).
2. Model Standar Analisis Belanja Non-Investasi dan Investasi (Modal)
A. SAB Non Investasi
SAB Non Investasi dapat diformulasikan sebagai berikut:
Dimana :
SABNI = SAB Non Investasi
Target Kinerja = Satuan Ukur untuk anggaran tahun tertentu.
B. SAB Investasi
Untuk menentukan besarnya kebutuhan Belanja Investasi, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana :
SABI = SAB Investasi
Jumlah kebutuhan barang investasi dikaitkan dengan target kinerja (layanan) pada SAB Non
Investasi, mencakup:
a. Mempertahankan jumlah dan kualitas layanan; dan/atau
b. Antisipasi kenaikan jumlah dan kualitas cakupan layanan.
SABNI = Target Kinerja x Biaya Rata-Rata
SABI = Jumlah Kebutuhan Barang Investasi x Harga Pasar/Unit
23
II.7.3. Tolok Ukur Kinerja
Yang dimaksud dengan tolok ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada
setiap unit organisasi perangkat daerah. Satuan ukur merupakan tolok ukur yang dapat digunakan
untuk melihat sampai seberapa jauh Unit Kerja mampu melaksanakan Tupoksinya.
Satuan ukur terkait dengan efisiensi biaya (pengeluaran) dan kualitas pelayanan. Alokasi
biaya (pengeluaran daerah) harus dikaitkan dengan prinsip ekonomi, efisiensi dan efektivitas
(value for money). Satuan ukur Unit Kerja harus: 1) berupa angka numerik, 2) dapat
diperbandingkan dan 3) cukup spesifik. Hal tersebut dimaksudkan agar kinerja Unit Kerja dapat
diperbandingkan dengan indikator kinerja atau kinerja Unit Kerja lain, dan sekaligus dapat
digunakan untuk melihat indikasi masalah Unit Kerja yang mungkin muncul terkait dengan
pengeluaran daerah yang dilakukan.
Satuan ukur harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal untuk
mengontrol efisiensi dan efektivitas pengeluaran yang dilakukan. Penggunaan satuan ukur ini bagi
pihak internal adalah dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi
biaya. Sementara pihak eksternal menggunakannya sebagai kontrol dan sekaligus sebagai
informasi untuk pertanggungjawaban kepada publik.
II.7.4. Plafon Anggaran
Plafon anggaran adalah batasan anggaran tertinggi/maksimum yang dapat diberikan atas
suatu kegiatan atau unit fungsional. Perkiraan plafon anggaran ditujukan untuk menghasilkan
alokasi dana yang akurat, adil, dan mampu memberi insentif bagi setiap unit kerja untuk
melaksanakan prinsip value for money dalam melakukan pengeluaran daerah.
Langkah-langkah penentuan Plafon Anggaran daerah adalah:
a. Proses penentuan Plafon Anggaran dilakukan oleh perangkat pengelola keuangan daerah.
b. Alokasi anggaran didasarkan pada fungsi yang menjadi prioritas melalui pembobotan.
c. Unit kerja yang memberikan dukungan lebih besar terhadap fungsi yang menjadi prioritas
akan mendapat Plafon Anggaran yang lebih besar.
II.7.5. Pernyataan Anggaran (PA)
24
Pernyataan anggaran merupakan formulir atau dokumen perencanaan formal yang
digunakan oleh Tim Anggaran Eksekutif (TAE) dan Unit Kerja untuk mempersiapkan penyusunan
rancangan APBD. Formulir PA digunakan oleh TAE untuk mengevaluasi dan menganalisis: (1)
kesesuaian antara perencanaan strategik dengan perencanaan operasional di setiap Unit Kerja dan
dalam kaitannya dengan organisasi Pemerintah Daerah secara keseluruhan; (2)
kewajaran kegiatan dan anggaran yang diusulkan oleh setiap Unit Kerja; (3) target dan
pencapaian kinerja Unit Kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Bagi Unit Kerja, formulir
PA merupakan dokumen teknis yang menjadi pedoman penyusunan rancangan anggaran,
pelaksanaan aktivitas dan pencapaian kinerjanya.
PA sebagai formulir perencanaan anggaran Unit Kerja berisi informasi yang pada
dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Identitas
2. Visi dan Misi
3. Tugas Pokok dan Fungsi
4. Tujuan dan Sasaran
5. Fungsi, Program, dan Kegiatan
6. Rencana Anggaran
II.7.6. Sistem Anggaran
Sistem anggaran adalah suatu tatanan yang logis, sistematis dan baku yang terdiri dari
tata kerja, pedoman kerja dan prosedur kerja untuk menyusun anggaran dan saling berkaitan. Ada
beberapa sistem anggaran yang dikemukakan oleh Baswir (1999) yaitu:
a. Sistem Anggaran Tradisional
Sistem anggaran tradisional (line item budgeting) dikenal sebagai sistem anggaran yang
berorientasi pengeluaran. Titik berat perhatian pada sistem anggaran ini terletak pada segi
pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan anggarannya.
b. Sistem Anggaran Kinerja
25
Titik perhatian pada sistem anggaran kinerja ini diletakkan pada segi manajemen anggaran,
yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran maupun
hasil fisik yang dicapainya.
c. Sistem Anggaran Program
Sistem anggaran program dikenal dengan PPBS (planning, programming, budgeting system).
Titik berat perhatian pada sistem anggaran program terletak pada segi persiapan anggaran,
semua implikasi positif dan negatif dari setiap keputusan yang telah dan atau akan diambil
dipertimbangkan secara matang, sehingga diharapkan rencana serta program yang disusun
benar-benar merupakan rencana dan program yang paling baik.
II.7.7. Siklus Anggaran
Siklus anggaran menurut Rowen dan Jones (1996) dimulai dari saat penyusunan anggaran
sampai dengan perhitungan anggaran disahkan dengan Undang-Undang/Peraturan Daerah.
Beberapa tahap siklus penyusunan anggaran adalah:
a. Tahap Penyusunan Anggaran
Tahap penyusunan anggaran dimulai dengan penyusunan anggaran dari masing-masing
bagian/departemen.
b. Tahap Pengesahan Anggaran
Tahap ini dimulai pengolahan rancangan anggaran dan nota keuangan di legislatif dan diakhiri
dengan pengesahan anggaran dengan undang-undang.
c. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Setelah ditetapkan sebagai undang-undang, anggaran (APBN/APBD) tersebut harus
dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku oleh semua bagian/departemen.
d. Tahap Pengawasan
Anggaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang, perlu
diadakan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Pengawasan dilaksanakan agar pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
26
e. Tahap Pengesahan Perhitungan Anggaran
Pembuatan perhitungan anggaran merupakan pertanggungjawaban keuangan pemerintah,
yang disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber data
penyusunan diperoleh dari instansi pemerintah yang melaksanakan penerimaan dan
pengeluaran negara.
II.8. Aspek Perilaku
Pelaksanaan anggaran oleh para manajer pelaksana memerlukan suatu komitmen dan
motivasi yang kuat sebagai pendorong. Komitmen ini selanjutnya akan mendorong manajemen
untuk mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya. Menurut Supriyono (1991), dalam
pelaksanaan kegiatan pencapaian target dalam anggaran, motivasi untuk mencapai target anggaran
dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Tingkat kesulitan
Anggaran yang terlalu ideal akan sulit dicapai sehingga dapat mengakibatkan
manajer pelaksana tidak termotivasi untuk melaksanakan anggaran dan mungkin dapat
menjadi frustasi. Di sisi lain, anggaran yang terlalu mudah menyebabkan pelaksana tidak
merasa ditantang karena tanpa bekerja keras pun akan timbul penyimpangan yang
menguntungkan dalam jumlah yang besar. Anggaran yang baik adalah anggaran dengan
tingkat kesulitan yang masih memungkinkan untuk dicapai sehingga para pelaksana
termotivasi untuk mencapai prestasi tersebut.
b. Partisipasi Manajemen Puncak
Dalam proses penganggaran partisipatif, manajemen puncak diperlukan dalam proses
penyusunan anggaran antara lain sebagai suatu pedoman sekaligus menjaga agar usulan
anggaran yang dibuat oleh manajer tingkat bawah tidak terlalu jauh dari kebijakan organisasi.
Manajemen puncak kemudian memotivasi pelaksana anggaran untuk melaksanakan rencana
anggaran yang telah ditetapkan sendiri secara efektif. Manajemen puncak harus mengikuti
27
hasil-hasil aktual pelaksanaan anggaran agar memperoleh umpan balik yang efektif sebagai
salah satu sumber untuk memotivasi para pelaksana anggaran.
c. Kewajaran
Anggaran sebaiknya disusun pada tingkat kesulitan tertinggi yang masih mungkin
dicapai. Kewajaran anggaran juga menyangkut kepercayaan bahwa anggarannya tidak lebih
sulit untuk dicapai.
d. Laporan Akurat dan Tepat Waktu
Laporan realisasi dan anggaran harus disusun dan disajikan secara akurat dan tepat
waktu. Laporan yang tidak akurat menyebabkan penyimpangan yang terjadi tidak secara
tepat ditunjukkan dan laporan yang terlambat berakibat penyimpangan yang besar akan
terlambat diketahui, sehingga antisipasi perbaikan sulit dilakukan.
e. Anggaran yang Dapat Digunakan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen
Anggaran mencerminkan kesanggupan dari manajer pusat pertanggungjawaban
kepada atasannya. Manajer pusat pertanggungjawaban dinilai kinerjanya berdasarkan realisasi
anggaran dibandingkan dengan rencana anggarannya. Kinerja manajemen dapat dinilai dalam
hubungannya dengan: (1) amannya aset organisasi dari penyimpangan dan pemborosan, (2)
tercapainya efisiensi kerja organisasi yang lebih baik, (3) dipatuhinya kebijaksanaan yang
telah ditetapkan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain melalui (Mulyono, 1991).
a) Pengukuran kinerja secara terus menerus dan kemudian membandingkan kinerja riil
dengan rencana dan standar kinerja yang ada.
b) Kegiatan pengawasan yang dilakukan secara terus menerus dan segera memberikan
umpan balik untuk perbaikan melalui suatu tindakan yang serius.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG
Bab ini akan diuraikan keadaan wilayah, struktur organisasi, dan struktur panitia
anggaran. Pada bagian akhir diulas mengenai rencana jangka panjang Pemerintah Daerah
Sidenreng Rappang (Propeda).
III.1. Keadaan Wilayah
Kabupaten Sidenreng Rappang yang beribukota di Pangkajene Sidenreng terletak antara
30 43 – 40 0,9 Lintang Selatan dan 1090 – 10 Bujur Timur, masing-masing berbatasan dengan
Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang di sebelah utara, Kabupaten Luwu dan Kabupaten
Wajo di sebelah timur, Kabupaten Barru dan Kabupaten Soppeng di sebelah selatan serta sebelah
barat adalah masing-masing Kabupaten Pinrang dan Kota Parepare.
Wilayah administratif Kabupaten Sidenreng Rappang dengan luas 1883,25 km2 terbagi 11
Kecamatan dan 103 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 242,207 jiwa.
III.2. Struktur Organisasi
Pemberlakuan otonomi daerah membawa konsekuensi perubahan pada pola struktur
organisasi Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. Perubahan struktur tersebut ada yang
bersifat build, harvest, hold, divest serta diversifkasi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mengintensifkan pengelolaan sumber-sumber pendapatan dan pembiayaan serta peningkatan
pelayanan masyarakat sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999.
Dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 14
sub (b) dikatakan bahwa Pemerintah Daerah terdiri atas Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah
lainnya. Kemudian pasal 60 menyatakan bahwa Perangkat Daerah terdiri dari Sekretariat Daerah,
Dinas Daerah, dan lembaga teknis lainnya, sesuai dengan kebutuhan daerah. Secara deskripsi
34
bahwa dalam struktur organisasi terdiri dari unsur staf dan lini. Unsur staf terdiri dari Sekda,
Asisten, Bagian, dan Sub Bagian sedangkan unsur lini terdiri dari Dinas, Kepala Kantor, Badan
dan lainnya (Pusat Pendapatan, Pusat Laba, Pusat Investasi, dan Pusat Biaya). Struktur organisasi
Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (Perda)
No. 7 tahun 2000, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
36
III.3. Struktur Panitia Anggaran
Proses penyusunan anggaran merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang disusun oleh
suatu kepanitiaan yang terdiri berbagai instansi. Tugas kepanitiaan tersebut bertanggungjawab
terhadap pembahasan/penyusunan, penetapan anggaran dan penyusunan sisa perhitungan anggaran
(APBD) oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Adapun susunan kepanitiaan anggaran
(APBD) 2001 sebagaimana tersebut di bawah ini.
1. Penanggung Jawab : Bupati Sidenreng Rappang
2. Wakil Penanggung Jawab : Wakil Bupati Sidenreng Rappang
3. Pembina : Kepala Biro Keuangan Sulawesi Selatan
4. Pengarah : 1. Kepala Bagian Anggaran Daerah
Bawahan Biro Keuangan Sulawesi
Selatan.
2. Kepala Bagian Anggaran Biro Keuangan
Sulawesi Selatan
3. Kepala Bagian Perbendaharaan Biro Keuangan
Sulawesi Selatan.
4. Kepala Bagian Verifikasi Biro Keuangan
Sulawesi Selatan
5. Kepala Sub Bagian pada Bagian Anggaran
Daerah Bawahan Biro Keuangan Sul-Sel
6. Kepala Sub Bagian pada Bag. Perhitungan
Anggaran Daerah Bawahan Biro Keuangan Sul-
Sel.
5. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang
6. Wakil Ketua I : Ketua Bappeda Kab. Sidenreng Rappang
37
7. Wakil Ketua II : Asisten Administrasi (Asisten III)
8. Sekretaris : Kepala Bagian Keuangan Setda
9. Anggota : 1. Asisten Administrasi Pembangunan
2. Asisten Tata Praja
3. Kepala Dinas Pendapatan Daerah
4. Kepala Bagian Penyusunan Program Setda
5. Kepala Bagian Perlengkapan Setda
6. Kepala Bagian Hukum Setda
10. Staf Teknis : 1. Kepala Bidang Ekonomi Bappeda
2. Kepala Bidang Sosbud Bappeda
3. Kepala Bidang Fispra Bappeda
4. Kepala Bidang Pendataan Pelaporan Bappeda
5. Kepala Sub. Bagian Anggaran pada Bagian
Keuangan Setda
6. Kepala Sub. Bagian Perbendaharaan pada Bagian
Keuangan Setda
7. Kepala Sub. Bagian Pembukuan pada Bagian
Keuangan Setda
8. Dua Orang Staf Bagian Keuangan Setda
9. Satu Orang Staf Dinas Pendapatan Daerah
11. Pembantu Staf Teknis : 1. Staf Bagian Keuangan
2. Operator Komputer
III.4. Rencana Pembangunan Daerah Jangka Panjang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Kabupaten Sidenreng Rappang pada Rapat
Paripurna, tanggal 13 Januari 2001, menetapkan persetujuan DPRD mengenai Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 5 tahun 2001 tentang Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah (GBHPD)
Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2001-2005. GBHPD tersebut memuat arah kebijakan
38
penyelenggaraan pembangunan daerah untuk menjadi pedoman bagi aparat pemerintahan di
daerah dan seluruh masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang dalam melaksanakan seluruh aspek
pembangunan di segala bidang kehidupan dalam kurun waktu tersebut.
Penetapan Perda tersebut di atas, sekaligus sebagai pengakuan tentang adanya dinamika
lingkungan strategis yang senantiasa berubah dengan laju yang semakin cepat. Namun demikian,
tidak berarti bahwa pola perencanaan dan pendekatan pembangunan yang dilaksanakan selama ini
tidak realistis. Pengalaman yang terjadi sejak adanya krisis ekonomi memaksa kita untuk segera
melakukan justifikasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, arus
desentralisasi yang melanda kehidupan Pemerintahan Daerah setelah berlakunya Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 beserta berbagai peraturan
pelaksanannya, mengharuskan adanya perubahan pola perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan di daerah. Justifikasi yang dimaksud adalah adopsi pola Rencana Strategis (Renstra)
dalam penyusunan rencana pembangunan daerah sebagai bagian dari pergeseran pendekatan
pembangunan yang berciri desentralisasi.
Sesuai dengan amanat GBHPD Kabupaten Sidenreng Rappang 2001-2005, arah
kebijakan pelaksanaan pembangunan daerah dituangkan dalam Rencana Program Pembangunan
Daerah (Propeda) yang ditetapkan oleh Bupati atas persetujuan DPRD. Selanjutnya Propeda,
dirinci ke dalam Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) yang memuat Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan oleh Bupati bersama DPRD.
Propeda Kabupaten Sidenreng Rappang, adalah rencana pembangunan yang merupakan
konsensus dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat mengenai pencapaian visi
dan misi Kabupaten Sidenreng Rappang. Dengan demikian, Propeda berfungsi sebagai alat untuk
menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan selama lima tahun ke depan. Di samping itu, Propeda merupakan perwujudan dari
penerapan pola perencanaan strategis, sehingga hanya memuat program-program pembangunan
yang pokok, mendasar serta mendesak untuk dilaksanakan, sebagai upaya untuk memecahkan
masalah pembangunan yang dihadapi.
39
Perumusan Propeda dilakukan secara transparan dengan mengikutsertakan berbagai
pihak, baik kalangan pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan maupun para pakar yang telah
melaksanakan musyawarah tudang sipulung dalam rangka penyusunan pola dasar pembangunan
Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 1999. Berbagai upaya untuk mencari masukan dilakukan
dengan maksud agar semua pihak merasa ikut memiliki dan berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
Dengan demikian, Propeda merupakan program pembangunan seluruh komponen masyarakat
Kabupaten Sidenreng Rappang.
Propeda Kabupaten Sidenreng Rappang disusun dengan memperhatikan arahan yang
termuat dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004, Program
Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001-2005 dan Garis-Garis
Besar Haluan Pembangunan Daerah (GBHPD) Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2001-2005.
Oleh karena itu, substansi Propeda Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan kombinasi dari
upaya pemecahan masalah pembangunan nasional dan pembangunan propinsi yang dapat
dilaksanakan di Kabupaten Sidenreng Rappang dan yang lebih penting lagi adalah upaya
pembangunan yang diperlukan untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten yang diamanahkan
dalam GBHPD Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2001-2005. Semua upaya pembangunan
yang dimaksud baik yang dijabarkan dari Propenas dan Propeda Sulawesi Selatan maupun refleksi
dari kebutuhan spesifik Kabupaten Sidenreng Rappang, dirumuskan dengan tetap merujuk kepada
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 tahun 2001, tentang GBHPD Kabupaten Sidenreng Rappang
tahun 2001-2005.
Bertolak dari posisi Perda yang cukup strategis, maka Properda akan menjadi acuan
utama dalam Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) bagi semua unit kerja lingkup Pemerintah
Kabupaten dan sekaligus menjadi dasar dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan
Daerah (Repetada) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) setiap tahun.
40
A. Kebijakan Pembangunan
Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah didasarkan pada visi dan misi yang
diamanatkan oleh Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah (GBPHD) Kabupaten
Sidenreng Rappang 2001-2005 sebagai berikut:
1. Visi
Visi Kabupaten Sidenreng Rappang, berdasarkan GPHPD tahun 2001-2005
adalah, mewujudkan Sidenreng Rappang sebagai pusat pengembangan agribisnis,
berbudaya dan religius. Dengan mewujudkan visi tersebut, maka diharapkan masyarakat
Sidenreng Rappang mencapai taraf kehidupan sosial ekonomi yang berkecukupan dan
merata, sehingga dapat menjadi daerah yang maju dan terpandang sejajar dengan
Kabupaten terkemuka lainnya di Indonesia.
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka disusun misi Kabupaten sebagai
berikut:
a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan, berdasarkan prinsip ekonomi
kerakyatan melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi.
b. Mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan agribisnis baru dan jaringan mata
niaga agribisnis yang berwawasan lingkungan.
c. Membangun kemandirian masyarakat melalui pendekatan kelembagaan dengan
mengembangkan kemitraan usaha.
d. Mewujudkan Aparatur Daerah yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam
rangka peningkatan fungsi pelayanan dan pengelolaan administrasi Daerah yang baik
dan bersih.
B. Strategis dan Arah Kebijakan
Berdasarkan visi dan misi kabupaten serta strategis dasar yang dikembangkan untuk
mencapai visi dan misi tersebut, maka dirumuskan arah kebijakan pembangunan Kabupaten
Sidenreng Rappang, sebagai berikut:
41
a. Bidang Hukum
Pembangunan di bidang hukum diarahkan kepada berfungsinya sistem hukum
responsif yang mendukung dan mendorong berkembangnya kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara.
b. Bidang Ekonomi
Kebijakan pembangunan ekonomi diarahkan pada ekonomi kerakyatan dengan
mengupayakan keseimbangan antara sektor pertanian, industri dan jasa.
c. Politik dan Pemerintahtan
Pembangunan di bidang politik dan pemerintahan diarahkan pada pembangunan
kestabilan politik dan keamanan melalui peningkatan peranserta semua lapisan
masyarakat serta peningkatan kinerja aparatur Pemerintah Daerah.
d. Agama
Pembangunan kehidupan beragama, diarahkan pada terbinanya kehidupan dan
kerukunan beragama serta peningkatan kualitas pemahaman, penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai ajaran agama, untuk meningkatkan derajat keimanan dan
ketaqwaan secara individu dengan suasana yang kondusif bagi kehidupan umat
beragama.
e. Sosial Budaya
Kelembagaan masyarakat sebagai sistem sosial budaya, dikembangkan dengan
senantiasa mengacu kepada nilai-nilai lokal dengan tidak menutup kemungkinan adanya
pembaharuan yang berbasis pada upaya reinterpretasi, reaktualisasi dan revitalisasi nilai
dan budaya lokal.
f. Sumberdaya Manusia
Pembangunan sumberdaya manusia terletak pada tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai serta reformasi sistem pendidikan agar dapat menghasilkan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap
pembangunan daerah.
42
C. Prioritas Pembangunan Daerah
Berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan Prioritas Pembangunan Daerah dalam PROPEDA Kabupaten Sidenreng Rappang
tahun 2001-2005 sebagai berikut:
a. Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Rekayasa Teknologi
Pencermatan terhadap kinerja pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten
Sidenreng Rappang mengantar kita kepada dua simpulan. Pertama, pemanfaatan
sumberdaya alam, memberikan tingkat produktivitas yang masih rendah sebagai akibat
kurangnya kemampuan dan ketrampilan dalam penguasaan teknologi. Kedua, terbatasnya
sarana dan prasarana yang tersedia untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan sumberdaya
alam tersebut.
b. Memperkuat Struktur Ekonomi Daerah
Pada dasarnya prioritas pembangunan untuk memperkuat struktur ekonomi
daerah yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan mempunyai kaitan yang langsung
dengan prioritas optimalisasi pemanfatan sumberdaya alam dan rekayasa teknologi. Arah
kebijakan pembangunan perekonomian daerah berdasarkan GBHPD Kabupaten
Sidenreng Rappang tahun 2001-2005, adalah mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan dengan mengupayakan keseimbangan antara sektor pertanian dengan sektor
industri dan sektor jasa.
45
BAB IV
ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN
Bab ini berisi proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Sidenreng Rappang. Penyusunan anggaran merupakan salah satu tahap dalam proses
pengendalian manajemen. Tahap-tahap yang lain adalah penyusunan program (rencana
strategis), pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis sebagai suatu proses, tahap-
tahap tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan. Untuk pembahasan lebih
lanjut akan diuraikan pada gambar berikut ini yaitu kerangka pembahasan yang akan dilakukan
dalam proses penyusunan anggaran.
Proses Penyusunan Program
Proses Penyusunan Anggaran • Prosedur Penyusunan • Jenis-jenis Anggaran
Pelaksanaan dan Pengukuran
Pelaporan dan Analisis
Gambar 4. Kerangka Analisis Proses Penyusunan Anggaran
46
IV.1. Penyusunan Program
Tahap awal dalam proses pengendalian manajemen adalah penyusunan program
(rencana strategis). Sebagaimana halnya penyusunan anggaran, penyusunan program juga
merupakan proses perencanaan. Bedanya adalah anggaran disusun untuk jangka waktu satu
tahun sedangkan program disusun untuk beberapa tahun dan menjadi dasar bagi penyusunan
anggaran. Program disusun berdasarkan strategi dan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
penyusunan program hanya terbatas pada penentuan program-program yang disusun untuk
melaksanakan strategi dan mencapai tujuan secara efektif.
Berdasarkan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang, maka disusunlah
program pembangunan sebagai penjabaran dari strategis dan arah kebijakan serta prioritas
pembangunan daerah antara lain :
1. Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Rekayasa Teknologi yang terdiri dari :
a. Program Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air.
b. Program Penanggulangan Danau Sidenreng (Sumber daya; air, ikan, dan lain-lain).
c. Program Pelestarian dan Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
d. Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pertanian.
e. Program Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Konservasi dan Rehabilitasi Sumber
Daya Alam.
2. Peningkatan Struktur Ekonomi Daerah yang terdiri dari :
a. Program Pengembangan Industri Kecil dan Perdagangan.
b. Program Pembinaan dan Pengembangan Kemitraan Usaha.
c. Program Peningkatan Investasi dan Pembinaan Koperasi dan PKM.
d. Program Pengentasan Kemiskinan.
e. Program Pengembangan Kerjasama Ekonomi antar Daerah
f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Ekonomi.
g. Program Pengembangan Wilayah Ekonomi Terpadu.
47
h. Program Peningkatan Pendapatan Daerah.
3. Pemberdayaan Kelembagaan Pemerintah yang terdiri dari:
a. Program Peningkatan Profesionalisme Aparatur.
b. Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan.
c. Program Peningkatan Mutu dan Jangkauan Pengawasan.
d. Program Pengembangan Perencanaan Daerah.
4. Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat yang terdiri dari :
a. Program Revitalisasi Kelembagaan Ekonomi Pedesaan.
b. Program Pemberdayaan Kelembagaan Lokal.
c. Program Peningkatan Keswadayaan Masyarakat.
5. Pengembangan Ketahanan Pangan dan Agribisnis yang terdiri dari:
a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
b. Program Pengembangan Agribisnis.
6. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kehidupan Masyarakat yang terdiri dari:
a. Program Penataan dan Pemberdayaan Hukum.
b. Program Peningkatan Stabilitas Ketertiban dan Keamanan.
c. Program Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan.
d. Program Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat.
e. Program Pembinaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan.
f. Program Pemberdayaan Pemuda, Olah Raga, Seni dan Budaya.
g. Program Kependudukan,Transmigrasi dan Keluarga Berencana.
h. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
i. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial.
j. Program Pengembangan dan Pembinaan Keagamaan.
k. Program Peningkatan dan Penyebaran Informasi.
l. Program Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga.
m. Program Pembangunan Desa dan Kota.
48
Prosedur Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang dilakukan
melalui dua pendekatan yaitu top down approach dan bottom up approach. Top down approach
lebih banyak digunakan dalam penyusunan anggaran sektoral yang pengelolaannya dilakukan
langsung oleh Departemen dan lembaga Non Departemen dari Pemerintah Pusat. Bottom up
approach merupakan perencanaan yang dimulai dari Pemerintah terendah sampai kepada
Pemerintah yang tertinggi dengan melalui tahapan-tahapan:
a. Kegiatan perencanaan mulai dari identifikasi dan inventarisasi dan kebutuhan masyarakat
yang disalurkan melalui Pemerintah terendah kemudian dibahas selanjutnya oleh tingkatan
Pemerintah yang lebih tinggi.
b. Usulan rencana pembangunan pada tingkat Desa/Kelurahan dibahas melalui musyawarah
pembangunan desa (Musbangdes).
c. Hasil pembahasan pada tingkat Desa/Kelurahan diusulkan pada pemerintahan tingkat
Kecamatan dan dibahas dalam Temu Karya Kecamatan.
d. Hasil Temu Karya tingkat Kecamatan diusulkan pada pemerintah tingkat Kabupaten dan
dibahas dalam Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) di tingkat Kabupaten. Pada
Rakorbang pada tingkat Kabupaten ini muncul proyek-proyek yang akan dibiayai dari
Pendapatan Asli Daerah. Proyek yang dibiayai oleh Pemerintah Propinsi dan proyek yang
dibiayai oleh Pemerintah Pusat. Selanjutnya proyek-proyek yang akan dibiayai oleh
Pemerintah Propinsi dan proyek-proyek yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat diusulkan ke
Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Propinsi. Usulan tersebut dibahas dalam rapat
konsultasi regional tingkat Propinsi, dan terakhir rapat koordinasi di tingkat Nasional.
Proyek yang disetujui oleh Pemerintah Pusat dan proyek yang disetujui oleh Pemerintah
Propinsi serta proyek-proyek yang diprioritaskan pembiayaannya dari PAD dijadikan
bahan, pedoman dan acuan dalam penyusunan APBD.
Dalam penyusunan rencana strategis/program formal, tahap-tahap yang dilalui
adalah: (1) penyusunan asumsi-asumsi dan pedoman-pedoman, (2) penyusunan rencana
jangka panjang, (3) proyeksi keuangan dan (4) penelaahan dan pengesahan rencana
49
(Mulyadi & Setyawan, 1999). Tahap-tahap tersebut telah dilakukan dalam proses
penyusunan program pembangunan daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. Pendekatan
penyusunan program yang digunakan adalah pendekatan partisipatif dengan melibatkan
unsur tokoh masyarakat, LSM, Ormas, Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi dan lain-lain
(Mardiasmo, 2001). Dengan pendekatan ini, maka akan terjadi komunikasi antar
suprastruktur dan infrastruktur. Komunikasi inilah yang menjadi inti proses penyusunan
program secara formal. Melalui komunikasi ini maka dimungkinkan terjadinya keselarasan
tujuan (goal congruence).
IV.2. Penyusunan Anggaran
IV.2.1. Prosedur Penyusunan Anggaran
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidenreng
Rappang 2001 dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
1. Penyusunan anggaran (APBD) Kabupaten Sidenreng Rappang diawali dengan pembentukan
panitia penyusunan anggaran yang anggotanya terdiri dari pimpinan dan staf dari instansi
yang berkaitan dengan rencana anggaran. Anggota tersebut terdiri dari Bupati Sidenreng
Rappang sebagai Penanggung Jawab, Kepala Biro Keuangan Propinsi Sulawesi Selatan
sebagai Pembina, para Kabag Biro Keuangan, Wakil Bupati sebagai Wakil Penanggung
Jawab, Sekretaris Daerah Kabupaten, para Asisten, Ketua Bappeda, para Kabid Bappeda,
Kepala Dipenda, Kabag. Keuangan, para Kasubag. Keuangan, Kabag. Penyusunan
Program, Kabag. Perlengkapan dan Kabag. Hukum serta unsur Staf lainnya.
2. Selanjutnya Tim Anggaran melalui Bagian Keuangan mengeluarkan surat edaran kepada
masing-masing unit kerja untuk segera mengirimkan usulan anggaran yang dibutuhkan
untuk satu tahun anggaran mendatang. Usulan anggaran tersebut dituangkan dalam daftar
usulan kegiatan Daerah (DUKDA) untuk belanja rutin dan daftar usulan proyek (DUPDA)
untuk belanja pembangunan.
3. DUKDA dikirimkan kepada Bagian Keuangan dan DUPDA dikirimkan ke Bappeda.
Rencana penerimaan dikirimkan ke Dinas Pendapatan Daerah, Bagian Keuangan. Dinas
50
Pendapatan Daerah dan Bappeda memproses usulan-usulan tersebut dengan berdasarkan
data dan dokumen yang tersedia, sekaligus melakukan konsultasi dengan unit kerja
pengusul. Pembahasan rencana penerimaan Daerah dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa pejabat dan staf di
lingkungan Dinas Pendapatan Daerah. Pembahasan lebih dikonsentrasikan pada pendapatan
asli Daerah dengan mengkonsultasikannya dengan unit organisasia penghasil. Untuk
pengeluaran rutin dibahas oleh Bagian Keuangan dengan membentuk tim kecil yang terdiri
dari pejabat dan staf di lingkungan Bagian Keuangan. Masing-masing usulan belanja rutin
dibahas dan dikonsultasikan dengan unit kerja pengusul. Di sini terjadi diskusi dan tawar
menawar besarnya anggaran yang ditetapkan. Selanjutnya untuk belanja pembangunan
dibahas oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dengan membentuk tim
kecil yang terdiri dari pejabat dan staf di lingkungan Bappeda, pejabat di lingkungan bagian
penyusunan program serta pejabat di lingkungan Bagian Keuangan. Pembahasan didasarkan
pada hasil rapat koordinasi pembangunan (Rakorbang) dan beberapa usulan yang tidak
melalui Rakorbang.
4. Hasil pembahasan masing-masing disatukan menjadi draft yang akan dibahas oleh tim
gabungan. Dalam draft tersebut sudah terlihat neraca sementara anggaran. Di sini anggaran
dibahas lebih lanjut oleh tim yang terdiri dari Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, para
Asisten, Dinas Pendapatan Daerah, Bappeda, Bagian Keuangan dan beberapa unit kerja
yang dianggap perlu untuk diundang. Pada pembahasan tahap ini juga akan terjadi
penambahan atau pengurangan terhadap penerimaan maupun pengeluaran. Penambahan dan
pengurangan rencana pengeluaran tersebut disesuaikan dengan besarnya penerimaan yang
akan ditetapkan.
5. Selanjutnya anggaran disusun menjadi draft I (rencana anggaran eksekutif) kemudian
dikirim ke DPRD untuk dibahas oleh Panitia Anggaran DPRD.
6. Panitia Anggaran DPRD membahas usulan eksekutif. Panitia Anggaran DPRD membentuk
tiga kelompok pembahasan yaitu kelompok A membahas rencana penerimaan, kelompok B
membahas rencana pengeluaran rutin, kelompok C membahas rencana pengeluaran
51
pembangunan. Pembahasan ini oleh panitia anggaran Dewan dilakukan melalui konsultasi
dengan masing-masing instansi terkait. Dalam kesempatan ini panitia anggaran Dewan
berpeluang untuk menambah/mengurangi rencana penerimaan dan rencana belanja yang
telah diusulkan oleh eksekutif.
7. Hasil bahasan panitia anggaran Dewan dikirim kepada panitia anggaran eksekutif kembali
untuk disusun dan disempurnakan kembali sesuai dengan hasil pembahasan panitia
anggaran Dewan.
8. __________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
___________________________________________________________________p
rencana proyek yang dilaksanakan; (5) pembahasan dalam rapat gabungan komisi dengan
eksekutif; (6) penyampaian pendapat akhir oleh fraksi-fraksi apakah rencana anggaran
tersebut disetujui atau ditolak; (7) apabila rencana anggaran tersebut disetujui oleh
masing-masing fraksi maka anggaran tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab terdahulu, maka kesimpulan yang dapat diambil
dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pembangunan dan proses penyusunan anggaran dilakukan secara partisipatif
yaitu bottom up approach dan top down approach. Perencanaan dilakukan mulai
Musbangdes sampai pada tingkat Rakorbang dengan melibatkan unsur masyarakat.
Untuk proses perencanaan anggaran setiap tahapan pembahasan mengikutsertakan
pimpinan instansi/unit kerja beserta manajemen puncak. Namun demikian masih terdapat
program yang dianggarkan tidak melalui Musbangdes/Rakorbang serta beberapa
instansi/unit kerja mengusulkan anggaran belum mengacu kepada rencana strategis
(program).
2. Dalam penyusunan APBD peranan eksekutif masih dominan. Peranan anggota DRRD
dalam penyusunan anggaran tidak dimulai dari awal tetapi diawali dari hasil draft yang
disusun oleh eksekutif sehingga permasalahan anggaran yang dihadapi tidak terkaji lebih
mendalam, penyusunan anggaran yang dilaksanakan belum berstandar analisa biaya,
perhitungan potensi PAD yang sistimatis dan rasional, intervensi dari stakeholders.
3. Siklus anggaran telah dilaksanakan, mulai tahap penyusunan anggaran, tahap pengesahan
anggaran, tahap pelaksanaan anggaran, tahap pengawasan anggaran dan tahap
pengesahan perhitungan anggaran telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
namun terkadang masih terjadi penyimpangan dan tertib administrasi.
4. Organisasi penyusunan anggaran tim penyusun APBD dan Tim teknis penyusun APBD
telah bekerja sesuai dengan uraian tugas wewenang dan tanggung jawabnya, belum
bekerja secara terpadu mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan
pengusulan anggaran tidak dapat diadakan korektif dalam waktu singkat. Aspek perilaku
82
83
dalam penyusunan anggaran merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya suatu
anggaran
5. Sistem anggaran yang digunakan masih mengacu pada sistem tradisional, belum
memperhatikan potensi riil yang wajar, intervensi dari stakeholders (anggaran titipan),
Repetada 2001 tidak disusun, namun penyusunan anggaran mengacu pada Propeda 2001-
2005, standar analisa biaya yang tidak baku, akuntabilitas, sehingga tolok ukur kinerja
belum dilakukan secara efektif.
V.2. SARAN
Selanjutnya beberapa saran yang dapat diberikan kepada pemerintah Kabupaten
Sidenreng Rappang adalah sebagai berikut :
1. Pola penyusunan program dan proses penyusunan anggaran top down approach dan
bottom up approach agar tetap dipertahankan dan dikembangkan serta senantiasa
mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 105 tahun 2000.
2. Pada setiap tahapan-tahapan siklus anggaran agar memperhatikan akuntabilitas, disiplin
anggaran, pengetatan anggaran, serta menempatkan prioritas dan rasionalitas belanja.
3. Peranan DPRD dalam penyusunan anggaran perlu ditingkatkan agar seimbangnya
wawasan antara eksekutif maupun legislatif dalam mencermati permasalahan anggaran
maka pihak legislatif (DPRD) perlu berperan aktif dalam penyusunan anggaran mulai
dari awal sampai pada akhir penyusunan. Dalam menyusun anggaran APBD perlu
melibatkan akuntansi, mengurangi intervensi dari stakeholders, mendorong terciptanya
keselarasan tujuan (goal congruence) antara eksekutif, legislatif dan unsur terkait. Perlu
menerapkan standar analisa biaya (SAB).
4. Organisasi penyusunan anggaran agar lebih dikembangkan dengan pembentukan Komite
Anggaran yang bertugas memeriksa, menyetujui dan menyesuaikan tiap anggaran.
Komite Anggaran ini terpisah dari Panitia Anggaran Daerah. Reward dan Punishment
perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksana anggaran.
84
5. Sistem penyusunan anggaran tradisional agar lebih disempurnakan dengan penerapan
prinsip value for money (ekonomi efisien dan efektif) yang alat instrumennya pada
Standar Analisa Biaya (SAB) serta berupaya meminimalisasi intervensi dari stakeholders
terhadap anggaran yang telah disusun dan ditetintapkan. Penyusunan APBD yang akan
datang, sebaiknya mengacu pada Repetada/Renstra.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R.N. and Govindarajan, V., Management Control System, Ninth Edition, McGraw Hill, 1998.
Baswir, Revrisond, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta, 1999.
Brownell, P and Innes, M., Budgetary Participation, Motivation, and Management Performance, The Accounting Review, 1986.
Departemen Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 900-099 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta, 1981.
____________, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Jakarta, 1994.
Halim, A., Tjahjono, A., Fakhri, M.H., Sistem Pengendalian Manajemen, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2000.
Jakhotiya, G.P., Budgeting and Budgetary Control, Tata Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi, 1989.
Jones, Rowan and Pendlebury, M., Public Sector Accouting, Pitman Publishing, Fourth Edition, London, 1996.
Mardiasmo, A. Makhfatih, Bambang Supomo, Hengky Purwoto, Laporan Akhir Pengembangan Model Standar Analisa Belanja (SAB) Anggaran Daerah (APBD), Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2000.
Mardiasmo, Hand-out Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik, MM-UGM, 2001.
Mardiasmo, Paradigma Baru Perencanaan APBD, Bahan Diklat Manajemen Keuangan Daerah, Dirjen Pemerintahan Umum Daerah Departemen Dalam Negeri kerjasama dengan Pemerintah Daerah Propinsi Bali, 2000.
Mardiasmo, Pengawasan, Pengendalian dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 3, No.2, Agustus 2001, Yogyakarta, 2001.
Muljono, Pudjo, T., Aplikasi Akuntansi Manajemen dalam Praktek Perbankan, edisi 1, BPFE, Yogyakarta, 1992.
Mulyadi and Supriyono, R.A., Akuntansi Manajemen, edisi 1, BPFE, Yogyakarta, 1991.
Mulyadi, Setyawan, J., Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen, Aditya Media, Yogyakarta, 1999.
Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang, Program Pembangunan Daerah (Propeda) 2001-2005, Bappeda, Pangkajene, 2001.
_________, Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2000, tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten, Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang, Pangkajene, 2000.
Rasyid, M.R, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Orde Baru, edisi 1, Yarsif Watampone, Jakarta, 1997.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
___________, Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000, Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
___________, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
___________, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 1999.
___________, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 1999.
Sweeney, H.W., Allen and Rochlin, R., Handbook of Budgeting, New York: John Wiley & Sons, 1981.
Welch, G.A., Hilton, R.W. and Gordon, P.N., Budgeting: Profit Planning and Control, 5th Edition, New Jersey, Prentice Hall, Inc, 1988.
Total Anggaran Daerah
Total Anggaran Untuk Unit Kerja A
Total Anggaran Untuk Unit Kerja B
... Total Anggaran Untuk Unit Kerja N
Belanja Non Investasi Belanja Investasi
Belanja Aparatur
Belanja Publik
Selisih antara total anggaran untuk unit kerja dengan plafon belanja non investasi
Formulir PA 1:
Unit Kerja Nama Unit Kerja
Visi-Misi Sesuai dengan Vis-Misi yang ditetapkan dalam Rencana Strategik
(Renstra) Unit Kerja.
Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Tupoksi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja.
Formulir PA 2:
Tujuan • Disesuaikan dengan Visi-Misi dan Tupoksi Unit Kerja
• Dikaitkan dengan keluaran, hasil, manfaat, dan dampak yang
diinginkan.
• Konsisten dengan hirarki tujuan pada tingkat yang lebih
tinggi.
• Dirumuskan secara logis dan mudah dijabarkan ke dalam
aktivitas.
Sasaran • Teridentifikasi dan terumuskan dengan jelas
• Memberi makna
• Spesifik dan mengarah pada suatu arah
• Sedapat mungkin dapat diukur dan dievaluasi.
Formulir PA 3:
Struktur Organisasi Sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Formulir PA 4:
Fungsi • Uraian diisi dengan fungsi-fungsi pelayanan yang menjadi
dasar penentuan program dan kegiatan
• Indikator kinerja diisi dengan deskripsi yang memberikan
gambaran mengenai manfaat (benefit) atau dampak (impact)
yang diinginkan dalam pencaian kinerja.
Program • Uraian diisi dengan rencana kerja dalam rangka melaksanakan
fungsi-fungsi pelayanan yang direncanakan
• Indikator kinerja diisi dengan deskripsi yang memberikan
gambaran mengenai hasil (outcome) yang diinginkan dalam
pencapaian kinerja.
Formulir PA 4:
Kegiatan • Uraian diisi dengan usulan-usulan kegiatan yang mendukung
program kerja pada setiap fungsi pelayanan
• Tolok ukur diisi dengan satuan, unit, atau volume yang
menjadi pengukur target dan pencapaian kinerja pada setiap
kegiatan
• Target kinerja diisi dengan besaran berupa angka numerik yang
secara spesifik menjadi target kinerja yang diinginkan pada
setiap kegiatan.
Formulir PA 5:
Ringkasan APBD Merupakan rekapitulasi rancangan APBD Unit Kerja yang
dihasilkan dari penjumlahan rincian anggaran pada formulir PA 5A.
Formulir PA 5A:
Rincian Anggaran • Dirancang untuk setiap kegiatan
• Anggaran belanja secara garis besar dibagi menjadi 2
kelompok:
- Belanja Langsung: belanja yang dipengaruhi langsung
oleh kegiatan yang direncanakan. Eksistensi belanja ini
disebabkan oleh adanya kegiatan yang bersangkutan.
Belanja langsung dirinci ke dalam Belanja Barang/Jasa,
Pemeliharaan, dan Lain-lain. Belanja ini dibebankan
langsung sesuai dengan kegiatannya.
- Belanja Tidak Langsung: belanja yang tidak dipengaruhi
oleh kegiatan yang direncanakan. Eksistensi ini bukan
disebabkan oleh adanya kegiatan yang bersangkutan.
Belanja tidak langsung dirinci ke dalam Belanja
Pegawai, Barang/Jasa, Pemeliharaan, Perjalanan
Dinas, dan lain-lain.
Belanja tidak langsung dapat dianggarkan langsung dari
rencana kegiatan, melainkan dibebankan secara alokatif
dengan metode tertentu pada setiap kegiatan non-investasi
Formulir PA 5A1:
Deskripsi Rincian Anggaran Merupakan penjabaran dari formulir PA 5A yang berisi deskripsi
detil mengenai rincian anggaran per kegiatan yang dirancang
dalam formulir PA 5A.
Visi
Misi
Tugas Pokok
Fungsi
Tujuan
Sasaran
Fungsi
Program
Kegiatan
Anggaran
Unit Kerja
PA 1
PA 2
Struktur Organisasi PA 3
PA 4A
PA 4
PA 5A1
PA 5A PA 5A2
PA 5
Skema Isi PA
TARGET-TARGET KINERJA
Belanja Langsung: • Belanja Barang/Jasa • Belanja Pemeliharaan • Belanja Lain-lain
Belanja Tidak Langsung: • Belanja Pegawai • Belanja Barang/Jasa • Belanja Perjalanan Dinas • Belanja Lain-lain
BELANJA ADMINISTRASI UMUM Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas Belanja Lain-lain
BELANJA OPERASI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA PUBLIK
Belanja Pegawai Belanja Barang/Jasa
Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Lain-lain
BELANJA MODAL/INVESTASI
BELANJA TRANSFER
BELANJA TAK TERSANGKA
• Belanja Pegawai • Belanja Barang/Jasa • Belanja Perjalanan Dinas • Belanja Lain-lain
Detail Penyusunan Anggaran Belanja
- Arahan, Pembinaan dari Pemerintah atasan
- Data
EKSEKUTIF Walikota beserta
perangkatnya
MASYARAKAT
Tokoh Masyarakat, LSM, Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi, dll.
LEGISLATIF DPRD
REKONSILIASI DAN
KESEPAKATAN
- Pola Dasar - Arah dan kebijaksanaan umum
pembangunan daerah - Anggaran multi tahunan - Arah dan kebijakan umum APBD
Start
Edaran Edaran
Unit Kerja Bag. Keuangan Dipenda Bappeda DPRD
Pola Perencanaan Anggaran
Bagan Alir Proses Penyusunan APBD di Kabupaten Sidenreng Rappang
Dukda, Dupda
Dukda Usulan Pend.
Dupda
DRAFT
Proses
Rutin
Proses
RAPBD EKS
RAPBD EKS
1
Proses
Rutin
Proses
Rutin
1
Proses
RAPBD P.Ang
Proses
RAPBD
RAPBD P.Ang
NOTA
RAPBD
Unit Kerja Bag. Keuangan Dipenda Bappeda DPRD
Proses
PERDA
APBD
PERDA
APBD
PERDA
APBD
2
BUPATI
–––––––––––––
SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN EKONOMI PEMBANGUNAN
ASISTEN TATA PRAJA
ASISTEN ADMINISTRASI
Bagian Hukum
Bagian Pemerintahan
Bagian Ketertiban dan Perizinan
Bagian Perekonomian
Bagian Bina Pembangunan
Bagian Sosial
Bagian Pertambangan & Lingk. Hidup
Bagian Perlengkapan
Bagian Umum
Bagian Keuangan
Bagian Organisasi
Bagian Kepegawaian
Instansi Vertikal
Dinas Pengairan
Dinas Bina
Marga
Dinas Cipta Karya
dan Pemukiman
Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan
Dinas Kesehatan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Dinas Peternakan
dan Perikanan
Dinas Perindag, Koperasi PKM dan Investasi
Dinas Perhubungan
dan Pariwisata
Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
Dinas Kehutanan
dan Perkebunan
Dinas Kependuduk-
an dan Catatan Sipil
Dinas Pendapatan
Daerah
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kantor Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Badan Pengawasan
Daerah
Kantor Informasi
dan Komunikasi
Kantor Kesejahteraan
Sosial
Kantor Pemberdayaan
Masyarakat
CAMAT
Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Sidendreng Rappang
35
ANGGARAN REALISASI
A. PENDAPATAN DAERAH 104,103,726,350.31 101,356,664,506.51
1. BAGIAN SISA LEBIH PERHITUNGAN 1,627,878,563.31 542,245,063.31
ANGGARAN TAHUN YANG LALU
2. BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 5,508,555,287.00 4,525,568,305.20
a. Pajak Daerah 952,480,000.00 1,017,714,746.00
b. Retribusi Daerah 3,246,866,250.00 2,776,620,443.00
c. Bagi Laba Perusahaan Milik Daerah 267,000,000.00 249,449,697.85
d. Pos Lain-lain Pendapatan 1,042,209,037.00 481,783,418.35
3. BAGIAN DANA PERIMBANGAN 96,967,292,500.00 96,288,851,138.00
a. Bagi Hasil Pajak 8,196,405,900.00 10,431,456,470.00
b. Bagi Hasil Bukan Pajak 116,971,000.00 50,914,371.00
c. Pos Dana Alokasi Umum 86,844,042,000.00 83,994,417,000.00
d. Pos Dana Alokasi Khusus 1,809,873,600.00 1,812,063,297.00
4. BAGIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH 961,543,000.00 191,724,000.00
Pos Pinjaman dari Pemerintah Pusat 961,543,000.00 191,724,000.00
5. BAGIAN LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH 2,161,499,807.00 2,151,215,258.44
Pos Penerimaan dari Provinsi 2,161,499,807.00 2,151,215,258.44
JUMLAH 107,226,769,157.31 103,699,603,764.95
Urusan Kas dan Perhitungan 4,784,915,707.00 7,288,066,881.00
JUMLAH NO URAIAN
RINGKASAN PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN ANGGARAN 2001
ANGGARAN REALISASI %A. PENGELUARAN RUTIN 85,995,752,247.31 81,297,180,457.15 94.54
1. Belanja Pegawai 68,369,492,000.00 65,779,122,267.00 96.212. Belanja Barang 7145285250 6294069106 88.093. Belanja Pemeliharaan 1,261,176,000.00 1,088,187,440.00 86.284. Belanja Perjalanan Dinas 661,070,000.00 638,905,929.00 96.655. Belanja Lain-lain 6,026,682,000.00 5,825,696,048.15 96.676. Angsuran Pinjaman/Hutang dan Bunga 658,000,000.00 108,415,900.00 16.487. Belanja Pensiun dan Onderstand 27,000,000.00 26,530,500.00 98.268. Ganjaran/Subsidi/Sumbangan kepada
Daerah Bawahan 215,203,000.00 116,627,063.00 54.199. Pengeluaran tidak termasuk Bagian lain 901,750,000.00 827,837,705.00 91.80
10. Pengeluaran tidak tersangka 730,093,997.31 591,788,499.00 81.06
B. PENGELUARAN PEMBANGUNAN 21,231,016,910.00 18,450,625,691.00 86.901. Sektor Industri 35,500,000.00 35,335,800.00 99.542. Sektor Pertanian dan kehutanan 493,000,000.00 488,399,000.00 99.073. Sektor Sumber Daya Air dan Irigasi 411,760,000.00 408,955,931.00 99.324. Sektor Tenaga Kerja 0.00 0.00 ERR5. Sektor Perdagangan Usaha Daerah
Keuangan dan Koperasi 706,764,800.00 680,704,761.00 96.316. Sektor Transportasi 8,365,360,500.00 7,404,760,921.00 88.527. Sektor Pertambangan dan Energi 10,000,000.00 10,000,000.00 100.008. Sektor Pariwisata dan Telekomunikasi 92,000,000.00 91,477,000.00 99.439. Sektor Pembangunan Daerah Pemukiman 2,232,946,010.00 2,221,857,399.00 99.50
10. Sektor Lingkungan Hidup dan Tata Ruang 1,369,808,500.00 110,433,500.00 8.0611. Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional,
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Pemuda dan Olah Raga 1,122,436,500.00 1,090,183,500.00 97.13
12. Sektor Kependudukan dan Keluarga Sejahtera 50,000,000.00 49,996,100.00 99.9913. Sektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial,
Peranan Wanita, Anak dan Remaja 1,546,369,000.00 1,381,108,920.00 89.3114. Sektor Perumahan dan Pemukiman 1,501,968,950.00 1,337,424,587.00 89.0415. Sektor Agama 520,000,000.00 517,330,000.00 99.4916. Sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 210,000,000.00 210,000,000.00 100.0017. Sektor Hukum 50,000,000.00 30,750,000.00 61.5018. Sektor Aparatur Pemerintah & Pengawasan 2,448,102,650.00 2,316,909,072.00 94.6419. Sektor Politik, Penerangan, Komunikasi, dan
Media Massa 47,500,000.00 47,500,000.00 100.0020. Sektor Keamanan dan Ketertiban Umum 17,500,000.00 17,499,200.00 100.00
JUMLAH 1,072,267,691,257.31 99,747,806,148.15 93.03Urusan Kas dan Perhitungan 4,787,915,707.00 7,288,066,881.00 152.22
NO URAIAN JUMLAH