sebagai syarat memperoleh derajat magister program studi

67
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENENTUAN ANGGARAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANTUL TAHUN 2015 TESIS Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Oleh : Didik Joko Nugroho NIM : 16610022 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “AMPD” YOGYAKARTA 2020

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE

DALAM PENENTUAN ANGGARAN PEMILIHAN BUPATI

DAN WAKIL BUPATI BANTUL TAHUN 2015

TESIS

Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister

Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan

Oleh :

Didik Joko Nugroho

NIM : 16610022

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “AMPD”

YOGYAKARTA

2020

Page 2: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

PENGESAHAN

TESIS

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM

PENENTUAN ANGGARAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL

BUPATI BANTUL TAHUN 2015

Disusun oleh:

Didik Joko Nugroho

16610022

Disahkan oleh Tim Penguji

Pada tanggal : 26 Juni 2020

Pembimbing / Ketua Tim Penguji

Dr. Supardal, M.Si.

:………………………………………………

Penguji I

Dr. R Widodo Triputro, M.Si.

:………………………………………………

Penguji II

Drs. Suharyanto, MM.

:………………………………………………

Mengetahui

Direktur Program Magister

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Dr. Supardal, M.Si.

Page 3: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi
Page 4: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 menjadi acuan pelaksanaan Pemilihan Kepala

Daerah Serentak di Indonesia. Gelombang pertama Pemilihan kepala daerah serentak dilaksanakan

pada tanggal 9 Desember 2015 dengan diikuti oleh 269 daerah di Indonesia. Bantul menjadi salah

satu kabupaten yang melaksanakan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati secara langsung untuk

ketiga kalinya sejak Tahun 2005. Salah satu permasalahan yang diatur dalam Undang-undang

Nomor 8 Tahun 2015 ini adalah terkait pendanaan bagi pilkada, dalam hal pendanaan disebutkan

dalam pasal 200 ayat (1) bahwa Pendanaan kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

yang dilaksanakan pada Tahun 2015 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Menteri Dalam Negeri representasi pemerintah pusat dalam rangka menjamin pendanaan pilkada

serentak Tahun 2015 kemudian mengeluarkan Peraturan Mendagri Nomor 44 Tahun 2015 tentang

Pengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

serta Walikota dan Wakil Walikota. Dalam Peraturan Mendagri tersebut disampaikan bahwa KPU

kabupaten/ kota mengusulkan kebutuhan pendanaan kepada Bupati/Walikota. KPU Bantul sesuai

dengan peraturan tersebut mengusulkan anggaran pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul

Tahun 2015 dengan jumlah usulan 19,9 Milyar. Dalam perkembangannya setelah melalui beberapa

kali pertemuan dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah maka KPU Bantul mendapatkan hibah

sebesar 18,6 Milyar. Fakta terjadinya dinamika dalam pengambilan kebijakan pendanaan oleh

pemkab Bantul ini tentunya menjadi bahan menarik dalam rangka melakukan evaluasi kebijakan

pendanaan pilkada serentak yang dibebankan kepada pemerintah kabupaten. Oleh karena itu

permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan bagaimana penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam penentuan anggaran Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul pada tahun

2015?

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan studi kasus penentuan

kebijakan anggaran Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015. Locus penelitian

berada di Bantul terutama institusi yang terlibat secara langsung dalam penentuan kebijakan yaitu

Pemerintah Daerah Bantul, dan KPU Bantul dengan metode pemilihan subyek penelitian melalui

metode purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam serta didukung

dengan mengumpulkan data-data sekunder berupa peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

pendanaan pemilihan kepala daerah serentak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dari 8 (delapan) prinsip good governance yaitu

partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektif dan efisien, kepastian hukum, responsif, konsensus,

setara dan inklusif secara umum sudah diterapkan dalam penentuan kebijakan anggaran untuk

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015. Penerapan masing-masing prinsip

tersebut ada yang sudah terlihat akan tetapi ada juga yang belum begitu terlihat. Selain itu dalam

penentuan kebijakan anggaran juga didapatkan temuan beberapa kelemahan dalam penentuan

kebijakan. Salah satu kelemahannya adalah KPU Bantul cenderung merasa tergantung dengan

pemerintah daerah dalam hal kepastian pendanaan pemilihan kepala daerah. Berdasarkan temuan

tersebut maka rekomendasi dari penelitian ini perlu perubahan kebijakan anggaran untuk

pemilihan kepala daerah yaitu ditanggung oleh anggaran dari pusat (APBN).

Kata kunci :

good governance, penentuan anggaran, pilkada.

Page 5: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas limpahan karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

penulisan Tesis ini sebagai pemenuhan persyaratan memperoleh derajat Magister Ilmu

Pemerintahan, STPMD “APMD” Yogyakarta.

Dalam penyusunan dan penyelesaian Tesis ini penulis banyak mendapatkan dukungan serta

bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan

syukur dan terima kasih kepada :

1. Dr. Supardal,M.Si beserta Dr. Yuni Satria Rahayu,SS.M. Hum selaku pembimbing Tesis

yang dengan sabar memberikan bimbingan dan selalu mengingatkan penulis untuk segera

menyelesaikan Tesis.

2. Dr. R Widodo Triputro,M.Si dan Drs. Suharyanto,MM selaku penguji yang telah

memberikan masukan dan saran bagi penulis untuk menyempurnakan Tesis ini.

3. Seluruh pengajar dan karyawan Magister Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” beserta

teman-teman Angkatan 17 atas semua dukungan sehingga proses penulisannya Tesis ini

bisa selesai dengan baik.

4. Istriku Shinta Dwi Astuti Rini serta Anakku Aufa Fikri Nugroho atas semua doa dan

ketulusannya untuk mendukung ayahnya menyelesaikan studi lanjutanya ini.

5. Ibunda Supeni serta semua keluarga atas perhatiannya selalu mengingatkan untuk segera

menyelesaikan Tesis ini.

6. Rekan-rekan komisioner dan sekretariat KPU Kab. Bantul yang telah mendukung dan

membantu penyelesaian Tesis ini sejak pengambilan data sampai dengan penyelesaian

penulisan.

Page 6: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

7. Para informan penelitian baik dari KPU Kab. Bantul, Pemerintah Daerah Bantul maupun

dari DPRD Bantul atas semua informasi dan datanya sehingga Tesis ini bisa selesai dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

kedepan harapannya muncul tulisan yang menyempurnakan dan melengkapi Tesis ini. Terima

kasih.

Yogyakarta, 6 Mei 2020

Penulis

Didik Joko Nugroho

Page 7: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

DAFTAR ISI Halaman

Halaman Judul……………………………………………………………. i

Halaman Pengesahan…………………………………………………… ii

Halaman Pernyataan…………………………………………………….. iii

Abstrak………………………………………………………………….. vi

Kata Pengantar………………………………………………………….. v

Daftar Isi…………………………………………………………………

Daftar Tabel ……………………………………………………………

vi

vii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1

A. Latar belakang masalah…………………………………………. 1

B. Rumusan masalah……………………………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 7

D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 7

E. Kerangka Konseptual…………………………………………… 7

F. Metode Penelitian………………………………………………. 25

BAB II. PROFIL KPU KABUPATEN BANTUL……………………… 30

A. Profil KPU Kabupaten Bantul………………………………….. 30

1. Kondisi Umum……………………………………………… 30

2. Sekretariat ………………………………………………….. 40

B. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015……………….. 43

BAB III. ANALISIS PENENTUAN KEBIJAKAN ANGGARAN

PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANTUL TAHUN 2015

48

A. Analisis Penerapan Prinsip Partisipasi …………………………… 53

B. Analisis Penerapan Prinsip Transparansi…………………………. 57

C. Analisis Penerapan Prinsip Akuntabel……………………………. 59

D. Analisis Penerapan Prinsip Efektif dan Efisien …………………..

E. Analisis Penerapan Prinsip Kepastian Hukum ……………………

F. Analisis Penerapan Prinsip Responsif……………………………..

62

65

68

Page 8: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

G. Analisis Penerapan Prinsip Konsensus…………………………..

H. Analisis Penerapan Prinsip Setara dan Inklusif…………………..

69

70

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….. 72

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 72

B. Saran …………………………………………………………….. 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

78

Page 9: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah untuk Propinsi dan

Kabupaten/ Kota di Indonesia ...................................................... 16

Tabel 1.2 Daftar informan penelitian............................................................. 26

Tabel 2.1 Persebaran tempat pemungutan suara dan jumlah pemilih............ 51

Tabel 2.2 Hasil perolehan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul

Tahun 2020 ................................................................................ 52

Tabel 3.1 Penerimaan hibah pemilihan......................................................... 60

Page 10: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung merupakan perwujudan demokrasi

ditingkat lokal yang berlangsung secara rutin 5 tahun sekali. Dalam sejarah perjalanan

demokrasi di Indonesia, pilkada langsung mulai dilaksanakan pada Tahun 2005. Pilkada

langsung untuk pertama kalinya diatur dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 56

dinyatakan Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang

dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur

dan adil. Pengaturan tentang pemilihan kepala daerah langsung ini merupakan salah satu

perkembangan yang signifikan dari dinamika perkembangan otonomi daerah yang sudah

diterapkan pasca reformasi. Perubahan mekanisme pemilihan kepada daearah yang

mulanya melalui keterwakilan melalui DPRD menjadi pemilihan langsung tentunya juga

memperkuat demokrasi di tingkat lokal. Demokrasi yang pada prinsipnya mensyaratkan

adanya kebebasan, persamaan hak, serta kedaulatan rakyat dapat dipraktekkan dalam

pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah. Didalam Undang-Undang ini

juga secera tegas mengatur bahwa untuk pelaksanaan pemilihan kepada daerah dan wakil

kepala daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Dalam

melaksanakan penyelenggaraan pemilihan ini KPUD menyampaikan laporan kepada

Page 11: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

2

DPRD. Pelaksanaan pilkada langsung yang sudah dimulai di Tahun 2004 kemudian

dikuatkan kembali dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Menurut Undang-Undang ini maka Pilkada langsung

merupakan bagian dari pemilihan umum yang dilaksanakan di daerah untuk memilih

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

Walikota. Didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 ini juga disebutkan bahwa

penyelenggara pilkada langsung adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) , KPU Provinsi,

serta KPU kabupaten/ kota. Kematangan demokrasi khususnya dalam hal pemilihan

kepala daerah langsung kembali menguat dengan diaturnya pencalonan melalui jalur

perseorangan dalam Undang –Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Setelah mengalami kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaan Pilkada langsung

selama lebih dari 10 tahun, pada akhir Tahun 2014 Presiden Susilo Bambang Yudoyono

(SBY) bersama DPR menetapkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Salah satu norma baru dalam undang-undang

tersebut adalah diubahnya sistem pemilihan kepala daerah menjadi dari langsung menjadi

tidak langsung atau melalui DPRD. Keputusan ini tentunya menimbulkan pro dan kontra

yang luas dimasyarakat. Setelah muncul banyak aksi penolakan dari masyarakat sipil

maka kemudian Presiden SBY mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang-Undang

(Perppu) Nomor 1 Tahun 2014 yang mencabut Undang-Undang Nomor 22 tentang

Pilkada dan mengembalikan ke sistem pilkada langsung. Perppu yang ditandatangani oleh

Page 12: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

3

Presiden SBY ini kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015

oleh Presiden Joko Widodo. Didalam Undang-Undang ini sudah diatur tentang rencana

pelaksanaan Pilkada langsung serentak yang akan dimulai pada Tahun 2015. Dinamika

perubahan peraturan terus terjadi, pada Tahun 2015, Presiden Joko Widodo dan DPR

menetapkan Undang- Undang 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU nomor 1 Tahun

2015 tentang penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemlihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi UU. Merujuk pada Undang-

Undang Nomor 08 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, pasal

201 maka akan dilaksanakan Pilkada serentak dalam 3 (tiga) gelombang yaitu Tahun

2015, Tahun 2017 dan Tahun 2018. Pilkada serentak gelombang pertama yang

dilaksanakan pada tanggal 09 Desember 2015 diikuti oleh 261 daerah dengan rincian 9

propinsi, 219 kabupaten, dan 33 kota diseluruh Indonesia. Dalam konteks

penyelenggarannya, pilkada serentak Tahun 2015 menjadi tanggung jawab bersama

antara KPU RI, KPU Propinsi, serta KPU kabupaten/ kota. Hal ini sesuai dengan bunyi

pasal 8 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan

Walikota.

Salah satu permasalahan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015 ini

adalah terkait pendanaan bagi pilkada, dalam hal pendanaan disebutkan dalam pasal 200

ayat (1) bahwa Pendanaan kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang

dilaksanakan pada Tahun 2015 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Page 13: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

4

Daerah. Menteri Dalam Negeri representasi pemerintah pusat dalam rangka menjamin

pendanaan pilkada serentak Tahun 2015 kemudian mengeluarkan Peraturan Mendagri

Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Dalam

Peraturan Mendagri tersebut disampaikan bahwa KPU kabupaten/ kota mengusulkan

kebutuhan pendanaan kepada Bupati/Walikota. Usulan pendanaan tersebut kemudian

dibahas bersama antara KPU kabupaten/ kota dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah

(TAPD).

Kabupaten Bantul termasuk salah satu kabupaten yang melaksanakan Pilkada di

tahun 2015. Dalam konteks pendanaan, sesuai dengan peraturan yang berlaku maka KPU

Bantul berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Bantul terkait pendanaan pilkada yang

akan dilaksanakan pada tanggal 09 Desember 2015. Koordinasi dilakukan dengan Bupati

Bantul , serta Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten (pemkab) Bantul sudah dilakukan

sejak akhir Tahun 2014 dengan pengajuan awal dana sebesar 19,9 Milyar. Di Tahun 2015

Pemkab Bantul melalui Sekretaris daerah menyampaikan bahwa ada keterbatasan

anggaran karena posisi keuangan daerah yang mengalami defisit. Akhirnya KPU Bantul

melakukan rasionalisasi anggaran dengan tujuan menurunkan permohonan usulan

anggaran pilkada. Rasionalisasi anggaran yang dilakukan oleh KPU Bantul ini melibatkan

TAPD sebagai tim yang bertugas menyiapkan dan melaksanakan kebijakan keuangan

daerah. Setelah melalui beberapa kali tahapan rasionalisasi akhirnya usulan anggaran

Page 14: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

5

pilkada yang diajukan oleh KPU Bantul disetujui oleh Pemkab Bantul dengan jumlah 18,6

Milyar. Persetujuan usulan anggaran ini dilanjutkan dengan penandatanganan hibah dana

antara Bupati Bantul dengan Ketua KPU Bantul. Dalam perkembangannya bupati yang

menjabat ini kembali mencalonkan sebagai calon bupati periode 2016-2021.

Penandatangan hibah dana pilkada di Bantul adalah yang terakhir dibandingkan dengan

KPU Sleman dan Gunungkidul yang juga melaksanakan pilkada serentak di DIY. Dalam

hal pencairan dana yang dihibahkan ke KPU, KPU Bantul juga menjadi KPU kabupaten

paling akhir di DIY yang mendapatkan pencairan dana dari pemda. Fakta terjadinya

dinamika dalam pengambilan kebijakan pendanaan oleh pemkab Bantul ini tentunya

menjadi bahan menarik dalam rangka melakukan evaluasi kebijakan pendanaan pilkada

serentak yang dibebankan kepada pemerintah kabupaten.

Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kebijakan penganggaran pilkada masih sangat jarang ditemukan,

ada satu penelitian yang dilakukan berkaitan dengan penganggaran pilkada di Provinsi

Bali (Gayatri;2005). Penelitian yang dilakukan oleh Gayatri di Provinsi Bali ini fokus

pada konflik pengelolaan anggaran Pilkada antara Komisioner KPU Bali sebagai

pimpinan KPU Bali dengan Sekretaris KPU Bali sebagai Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) serta dengan Gubernur sebagai Penanggungjawab Anggaran (PA) untuk APBD

Provinsi Bali. Penelitian tentang pengganggaran di Pilkada Bali ini menggunakan

kerangka teori konflik untuk melihat proses tarik ulur pengganggaran baik antara

Page 15: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

6

Komisioner KPU dengan Gubernur maupun antara Komisioner KPU dengan Sekretaris

KPU Bali. Penelitian (tesis) yang akan ditulis oleh peneliti ini berbeda dengan penelitian

yang sudah dilakukan diatas. Penelitian ini akan difokuskan pada praktik tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance) dalam hal pelaksanaan kebijakan

penganggaran pilkada di Bantul pada Tahun 2015 yang lalu. Proses berjalannya kebijakan

penganggaran pilkada di Bantul ini akan dilihat dengan kacamata prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik (good governance). Penelitian ini akan fokus pada

pelaksanaan kebijakan pendanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015.

Penekanan pelaksanaan kebijakan pendanaan ini akan difokuskan kepada evaluasi

kebijakan pendanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 yang

dibebankan kepada Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD).

Diharapkan dengan penelitian penganggaran pilkada dari perspektif good governace

akan muncul rekomendasi lebih lanjut tentang efektif atau tidaknya penganggaran pilkada

yang dibebankan kepada APBD.

B. Rumusan Masalah:

Penelitian tentang penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penentuan

anggaran Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ini akan mengangkat

permasalahan :

Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penentuan anggaran

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul pada Tahun 2015 ?

Page 16: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk :

Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penentuan anggaran

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 yang dibebankan pada APBD

Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian :

1. Manfaat akademis

Agar menambah perspektif tentang penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam penentuan anggaran penyelenggaraan pilkada langsung

terutama dari sisi pendanaan.

2. Manfaat praktis

Agar menjadi bahan evaluasi terhadap peraturan yang mengatur pembebanan

pendanaan pilkada serentak pada APBD.

E. Kerangka Konseptual

Penelitian ini akan fokus melihat penerapan prinsip-prinsip good governance dalam

penentuan kebijakan pendanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul di Tahun

2015. Oleh karena itu teori yang akan digunakan adalah teori good governance. Selain itu

sebagai landasan pemahaman juga akan dipaparkan sistem pemilu yang diterapkan di

Page 17: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

8

Indonesia serta pemahaman tentang pemilihan kepala daerah (pilkada). Selain itu juga

akan paparkan kebijakan otonomi daerah yang berdampak pada sistem pemerintahan di

daerah termasuk didalamnya masalah keuangan daerah.

1. Good Governance

Pasca reformasi tuntutan publik terhadap pemerintahan yang lebih baik

semakin menguat. Salah satu ukuran yang sering menjadi tuntutan publik adalah

terwujudnya good governance. Istilah good governance banyak diartikan sebagai

tata kelola pemerintahan yang baik ataupun penyelenggaraan negara yang baik.

Akan tetapi pada intinya governance merujuk pada pengertian bahwa kekuasaan

tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance

menekankan pelaksanaan fungsi governing secara bersama-sama oleh pemerintah

dan institusi-institusi lain seperti LSM, perusahaan swasta maupun warga negara

(Dwiyanto; 2006). Perspektif good governance menghendaki adanya peran secara

bersama-sama antara pemerintah, dengan lembaga semi pemerintah dan lembaga

non pemerintah yang berjalan secara setara.

Bagaimana peran pemerintah dalam konteks governance? Paling tidak ada 6

(enam) prinsip yang ditawarkan untuk menjawab pertanyaan tersebut

(Yudoyono:2003):

a. Dalam kolaborasi yang dibangun, pemerintah (negara) tetap sebagai figur

kunci namun tidak mendominasi serta memiliki kapasitas untuk

Page 18: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

9

mengkoordinasi aktor-aktor dari institusi-institusi semi pemerintah dan

non pemerintah untuk mencapai tujuan publiknya.

b. Kekuasaan yang dimiliki negara harus ditransformasikan, dari yang

semua dipahami sebagai “kekuasaan atas”menjadi “kekuasaan untuk”

menyelenggarakan kepentingan, memenuhi kebutuhan, dan

menyelesaikan masalah publik.

c. Negara, NGO, swasta, dan masyarakat lokal merupakan aktor-aktor yang

memiliki posisi dan peran saling menyeimbangkan untuk menyelesaikan

masalah publik.

d. Negara harus mampu mendesain ulang struktur dan kultur organisasinya

agar siap dan mampu menjadi katalisator bagi institusi lainnya untuk

menjalin kemitraan yang kokoh, otonom dan dinamis.

e. Negara harus melibatkan semua pilar masyarakat dalam proses kebijakan

mulai dari formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan serta

penyelenggaraan layanan publik.

f. Negara harus mampu meningkatkan kualitas responsivitas, adaptasi, dan

akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan kepentingan, pemenuhan

kebutuhan, dan penyelesaian masalah publik

Sementara itu United Nation Development Program (UNPD) menyampaikan

delapan prinsip dalam good governance yaitu :

Page 19: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

10

a. Partisipasi artinya bahwa ketertiban masyarakat dalam menyalurkan

aspirasinya dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun

tidak langsung (melalui lembaga perwakilan). Partisipasi yang bersifat

konstruktif ini dibangun atas dasar kebebasan beraosiasi dan berbicara.

b. Transparansi, artinya transaparansi dibangun atas dasar kekebasan

memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara

langsung yang dapat diperoleh oleh masyarakat secara langsung.

c. Akuntabel, artinya pertanggungjawaban kepada publik atas setiap

aktivitas yang dilakukan.

d. Efektif dan Efisien, artinya pengelolaan sumber daya publik dilakukan

secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

e. Kepastian hukum, artinya ada kerangka hukum yang digunakan dan

dilaksanakan tanpa pandang bulu.

f. Responsif, artinya lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap

dalam melayani para pemangku kepentingan.

g. Konsensus, artinya lembaga publik harus berorinetasi pada kepentingan

masyarakat yang lebih luas.

h. Setara dan Inklusif, artinya setiap masyarakat memiliki kesempatan yang

sama untuk memperoleh kesetaraan dan keadilan.

Page 20: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

11

Melalui prinsip-prinsip diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam sistem

administrasi good governance haruslah melibatkan banyak pelaku, jaringan dan

institusi di luar pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik

(Dwiyanto,dkk;2003).

2. Sistem Pemilu di Indonesia

Sistem Pemilu di dunia secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) rumpun

sistem pemilu yaitu, sistem pluralitas/ mayoritas (plurality/ majority system),

sistem perwakilan proporsional (proporsional representation system), sistem

campuran (mixed system) dan sistem-sistem lainnya (others system) (Marijan:

2007). Di Indonesia, sistem pluralitas/ mayoritas dikenal dengan sistem distrik.

Dalam sistem ini maka transfer perolehan suara ke dalam perolehan kursi yang

didasarkan pada distrik atau daerah pemilihan. Yang memperoleh kursi adalah

calon yang memperoleh suara terbanyak di distrik tersebut. Rumpun kedua adalah

sistem proporsional. Prinsip utama sistem ini adalah terjemahan capaian suara di

dalam pemilu oleh peserta pemilu ke dalam alokasi kursi di lembaga perwakilan

secara proporsional. Rumpun ketiga adalah yang disebut dengan sistem campuran.

Sistem ini berusaha menggabungkan apa yang terbaik dalam sistem pluralitas/

mayoritas dan didalam sistem proporsional. Dalam sistem campuran ini terdiri dari

dua sistem yaitu mixed member proporsional (MMP) serta yang kedua sistem

pararel. Selain ketiga rumpun diatas, masih ada rumpun pemilu keempat yaitu

Page 21: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

12

sistem pemilu lain diluar ketiga rumpun tersebut seperti single nontransferable

vote (SNTV), limited vote (LV) dan Borda Count (BC). Sejak Tahun 1955,

Indonesia menganut sistem proporsional dalam Pemilu. Di dalam sistem ini maka

alokasi jumlah kursi di lembaga perwakilan didasarkan pada perolehan suara di

masing-masing peserta pemilu secara proporsional. Dalam sistem pemilu yang

diterapkan di Indonesia ini, alokasi dan distribusi kursi didasarkan pada jumlah

penduduk. Hal ini dilakukan untuk membuat keseimbangan antara wakil dari Jawa

yang sempit luas wilayahnya tetapi besar penduduknya dengan wilayah luar Jawa

yang luas wilayahnya tetapi lebih sedikit jumlah penduduknya. Metode pembagian

kursi yang diterapkan dalam sistem Pemilu di Indonesia menggunakan sistem

kuota hare, baru pada Pemilu serentak yang akan dilaksanakan pada Tahun 2019

yang akan datang digunakan sistem saint laque.

Selain untuk memilih anggota DPR/D, pemilu juga untuk memilih pejabat-

pejabat politik lainnya yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan

Wakil Presiden, serta Kepala Daerah baik Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/

Wakil Bupati, serta Walikota/ Wakil Walikota. Pemilihan Presiden dan Wakil

Presiden yang dimasa Orde Baru dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

(MPR), sejak Tahun 2004 dipilih secara langsung oleh rakyat. Pada Pemilu 2004

dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ditentukan syarat mayoritas mutlak,

yaitucalon yang menang harus memperoleh dukungan minimal 50% +1 serta

Page 22: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

13

memperoleh dukungan minimal 20% di separuh provinsi dan kabupaten.

Konsekuensi dari aturan ini, pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004

terjadi Pemilihan putaran kedua antara pasangan Susilo Bambang Yudoyono-Jusuf

Kalla dengan pasangan Megawati-Hasyim Muzadi. Mekanisme pemilihan secara

langsung juga diterapkan pada pemilihan kepala daerah, tepatnya pada tanggal 1

Juni 2005 para kepala daerah baik itu Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/ Wakil

Bupati, serta Walikota/ Wakil Walikota dipilih secara langsung. Dasar pemilihan

kepala daerah (pilkada) langsung adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Beberapa latar belakang alasan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah

dari tidak langsung menjadi pemilihan langsung adalah :

a. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat.

b. Warga masyarakat di daerah, sebagai bagian dari warga negara Republik

Indonesia berhak atas kedaulatan yang merupakan hak asasi mereka yang

telah dijamin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh

karena itu, berdasarkan kedaulatan yang mereka miliki, harus diberikan

kesempatan ikut menentukan masa depan daerahnya masing-masing

melalui pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung.

c. Legitimasi yang sama antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

dengan DPRD.

Page 23: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

14

d. Seperti kita ketahui bersama bahwa pemilihan anggota DPRD

dilaksanakan secara langsung dengan sistem proporsional. Apabila kepala

daerah dan wakil kepala daerah dipilih tidak secara langsung maka akan

berpengaruh pada tingkat legitimasi yang lebih rendah dibandingkan

dengan anggota DPRD.

e. Kedudukan yang sejajar antara Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah

dengan DPRD.

f. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung akan

memberikan kedudukan sebagai mitra yang sejajar bagi DPRD. Hal ini

terjadi karena baik kepala daerah dan wakil kepala daerah maupun DPRD

menjalankan tugasnya atas dasar amanat dari rakyat pada pemilihan

langsung.

g. Mencegah terjadinya praktik politik uang.

h. Pada saat kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh melalui

perwakilan di DPRD terjadi kerawanan politik uang. Hal ini dimungkinkan

mengingat besarnya kewenangan DPRD dalam proses pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah. Dengan adanya pemilihan langsung

terjadinya politik uang dapat dicegah atau minimal dapat dikurangi seiring

dengan kematangan berdemokrasi di desa (Abdullah, 2005)

Page 24: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

15

Pada perkembangannya melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015,

pilkada yang awalnya dilaksanakan sesuai dengan jadwal berakhirnya kepala daerah

masing-masing kemudaian diubah menjadi pilkada serentak. Istilah serentak

didefinisikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

“bersama-sama” (gerakan dan waktunya). Keserentakan dalam hal pilkada ini akan

terjadi baik untuk tingkat propinsi, kabupaten, maupun kota di Indonesia. Sesuai

undang-undang tersebut maka pilkada serentak akan dilaksanakan dalam 3 (tiga)

gelombang yaitu di gelombang pertama di Tahun 2015 diperuntukkan bagi kepala

daerah dan wakil kepala daerah yang akhir masa jabatannya Tahun 2015 dan

semeter pertama Tahun 2016, gelombang kedua di Tahun 2017 diperuntukkan bagi

kepala daerah dan wakil kepala daerah yang akhir masa jabatannya semester kedua

Tahun 2016 dan seluruh yang akhir masa jabatan Tahun 2017 , dan gelombang

ketiga pada Tahun 2018 diperuntukkan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah

yang akhir masa jabatannya Tahun 2018 dan akhir masa jabatannya Tahun 2019

(Kumolo, 2015).

3. Pemilihan Kepala Daerah

Salah satu implementasi pelaksanaan kedaulatan rakyat tercermin dalam

pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung. Selain mencerminkan

kedaulatan rakyat, pemilihan kepala daerah secara langsung juga merupakan wujud

pelaksanaan demokrasi. Demokrasi yang menurut Abraham Lincoln sebagai

Page 25: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

16

perwujudan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat tergambar kuat dari proses

maupun tujuan dari pemilihan kepala daerah secara langsung ini. Dilihat dari

prosesnya, pemilihan kepala daerah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pemilihan

kepala daerah langsung dan pemilihan kepala daerah tidak langsung atau

perwakilan. Pemilihan kepala daerah secara langsung artinya rakyat sebagai pemilih

dapat memilih dan menentukan calon kepala daerah yang dipilihnya melalui

pemungutan suara. Sedangkan pemilihan kepala daerah tidak langsung atau

perwakilan adalah sistem pemilihan kepala daerah dengan cara rakyat melalui wakil

rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memilih calon

kepala daerah yang telah ditentukan dalam proses pemilihan. Selain 2 (dua) metode

diatas, ada juga penentuan kepala daerah dengan sistem penunjukan. Sistem ini

menerapkan sistem penunjukan kepala daerah oleh pejabat diatasnya/ tingkat pusat.

Di Indonesia semua metode pemilihan kepala daerah sudah diterapkan sejak masa

orde baru sampai dengan pasca reformasi. Dinamika pelaksanaan pemilihan kepala

daerah di Indonesia dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel I.1

Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah untuk Propinsi dan Kabupaten/Kota di

Indonesia

Peraturan Kepala Daerah tingkat

Propinsi

Kepala Daerah tingkat

Kabupaten/ Kota

UU No. 1 Tahun 1945

Peraturan Pemerintah

No. 2 Tahun 1945

Ditunjuk/ diangkat oleh

pejabat lebih tinggi di

atasnya

Ditunjuk/ diangkat oleh

pejabat lebih tinggi di

atasnya

UU No. 22 Tahun 1948 Kepala Daerah diangkat

oleh Presiden dari

Kepala Daerah

Kabupaten/Kota diangkat

Page 26: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

17

sedikit-dikitnya 2 atau

sebanyak-banyaknya 4

orang calon yang

diajukan oleh DPRD

Propinsi

oleh Menteri Dalam

Negeri dari sedikit-

dikitnya 2 atau sebanyak-

banyaknya 4 orang calon

yang diajukan oleh DPRD

Desa (Kota Kecil)

UU No. 1 Tahun 1957 Kepala Daerah tingkat

Propinsi dipilih melalui

DPRD dan perlu

pengesahan Presiden

Kepala Daerah tingkat II

dipilih oleh DPRD dan

perlu pengesahan dari

Menteri Dalam Negeri

UU No. 18 Tahun 1965 Kepala Daerah tingkat I

diangkat oleh Presiden

dari sedikit-dikitnya 2

dan sebanyak-banyaknya

4 orang calon yang

diajukan oleh DPRD

Kepala Daerah tingkat II

diangkat oleh Menteri

Dalam Negeri dengan

persetujuan Presiden dari

sedikit-dikitnya 2 dan

sebanyak-banyaknya 4

orang calon yang diajukan

oleh DPRD yang

bersangkutan

UU No. 5 Tahun 1974 Diusulkan oleh DPRD

melalui Menteri Dalam

Negeri untuk dapat

persetujuan Presiden

Diusulkan oleh DPRD

melalui Gubernur untuk

mendapatkan persetujuan

Presiden

UU No. 22 Tahun 1999 Dipilih didalam DPRD Di pilih di dalam DPRD

UU No. 32 Tahun 2004 Dipilih langsung oleh

rakyat

Dipilih langsung oleh

rakyat

UU No. 22 Tahun 2014 Di pilih oleh DPRD Di pilih oleh DPRD

UU No. 1 Tahun 2015 Dipilih langsung oleh

rakyat

Dipilih langsung oleh

rakyat

UU No. 8 Tahun 2015 Dipilih langsung oleh

rakyat

Dipilih langsung oleh

rakyat

UU No. 10 Tahun 2016 Dipilih langsung oleh

rakyat

Dipilih langsung oleh

rakyat Sumber : Disarikan oleh Didik Joko Nugroho dari Buku Gagasan Pemilihan Umum Kepala Daerah

Asimetris; LIPI 2006

Setelah kita melihat dinamika pelaksanaan kepala daerah di Indonesia maka dapat

disimpulkan bahwa proses pemilihan kepala daerah di Indonesia sudah mengalami

Page 27: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

18

3 (tiga) kali perubahan metode dari metode penunjukan, kemudian metode

pemilihan melalui perwakilan dan terakhir metode pemilihan langsung. Dalam

konteks konstitusi penerapan pemilihan kepala daerah adalah implementasi dari

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 18 ayat (4)

“ Gubernur, Bupati, Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan

Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis”.

Pasal 18 Ayat (4) ini merupakan bagian dari amandemen kedua UUD 1945 yang

dilaksanakan pada Tahun 2000. Berpijak pada Pasal 18 Ayat (4) inilah kemudian

ada perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan oleh DPRD

menjadi pemilihan langsung oleh rakyat sesuai dengan yang diatur dalam Undang-

Undang 32 Tahun 2004. Dinamika pelaksanaan pemilihan kepala daerah kembali

terjadi ketika ditetapkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 yang mengatur

bahwa pemilihan kepala daerah dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh

DPRD. Undang-Undang yang ditetapkan tanggal 30 September 2014 oleh Presiden

Susilo Bambang Yudoyono (SBY) ini menimbulkan arus penolakan dari sebagian

masyarakat sipil. Di beberapa kota terjadi demonstrasi menolak pemilihan kepala

daerah oleh DPRD ini. Melihat gelombang penolakan terhadap keputusan pemilihan

kepala daerah oleh DPRD ini, maka Presiden SBY kemudian memutuskan untuk

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Undang-Undang

Page 28: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

19

nomor 22 Tahun 2014 ini hanya berlaku beberapa hari saja karena dengan

dikeluarkannya Perppu Nomor 1 Tahun 2014 maka secara otomatis Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2014 sudah tidak berlaku lagi. Secara substansi Perppu

nomor 1 Tahun 2014 ini mengatur pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

dilaksanakan secara langsung oleh rakyat.

Peserta dalam Pemilihan Kepala Daerah adalah pasangan calon kepala daerah

dan wakil kepala daerah. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah ini

diajukan oleh Partai politik atau gabungan partai politik sesuai dengan ketentuan

yang diatur oleh Undang-Undang. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

pasangan calon kepala daerah harus dapat diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik yang memenuhi jumlah minimal 15% dari total kursi yang

ada di DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah pemilihan umum DPRD

di daerah yang bersangkutan. Ketentuan pengajuan pasangan calon yang harus dari

jalur partai politik ini kemudian dievaluasi karena cenderung membatasi pengajuan

pasangan calon terbatas dari partai politik. Proses ini tentu tidak sesuai dengan

semangat demokrasi yang meletakkan kedaulatan di tangan rakyat. Akhirnya setelah

melalui berbagai macam kajian dilakukan munculah Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008. Salah satu pertimbangan munculnya Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 ini adalah prinsip persamaan dan keadilan, bahwa penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga

Page 29: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

20

negara yang memenuhi persyaratan. Di dalam Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 ini disebutkan bahwa peserta pemilihan kepala daerah dan

wakil kepala daerah adalah :

a. Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

b. Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Dengan ketentuan ini maka pencalonan, selain melalui jalur partai politik dapat juga

melalui jalur perseorangan. Adapun ketentuan melalui jalur perseorangan ini harus

mengumpulkan sejumlah dukungan berdasarkan prosentase jumlah penduduk di

daerah tersebut mulai dari 3% sampai dengan sebanyak 6,5% dari jumlah penduduk.

Untuk membuktikan dukungan terhadap calon perseorangan maka pendukung

pasangan calon harus mengumpulkan surat dukungan beserta fotokopi Kartu Tanda

Penduduk (KTP) atau surat keterangan tanda penduduk yang masih berlaku.

4. Otonomi Daerah

Desentralisasi pemerintahan melalui pemberian otonomi daerah merupakan

salah satu strategi pembangunan yang telah dilakukan dibanyak negara termasuk

di Indonesia. Pelaksanaan otonomi dipandang sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi yang memungkinkan setiap warga negara untuk ikut menentukan

sendiri nasib dan mengapresiasikan keinginannya secara bebas (Lindaman dan

Thurmaier dalam Budi Setiyono; 2012). Selain itu pelaksanaan otonomi daerah

ditujukan untuk memperbaiki kinerja penyelenggaraan pemerintahan sesuai

Page 30: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

21

aspirasi masyarakat. Di Indonesia sendiri pelaksanaan otonomi daerah dimulai

dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah. Berdasarkan ketentuan kedua undang-

undang tersebut maka titik sentral penyelenggaraan pemerintahan berada di

Kabupaten/ Kota. Merujuk pada ketentuan dalam undang-undang tersebut maka

hampir semua kewenangan pemerintah pusat diserahkan kepada pemerintah

daerah kecuali untuk beberapa urusan pokok seperti pertahanan, agama, moneter,

peradilan dan hubungan luar negeri. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, setiap

kabupaten/kota memiliki kewenangan penuh untuk memformulasikan kebijakan,

visi, misi dan program pembangunan berdasarkan kebutuhan dan keinginan daerah

masing-masing. Adanya otonomi daerah pada dasarnya bukan hanya proses

tunggal, akan tetapi meliputi beberapa aspek serta konsekuensi. Menurut Kara

Lindaman dan Kurt Thurmaier (2002; hal.917), pelaksanaan desentralisasi

memiliki dimensi politik, manajerial dan ekonomi. Berkaitan dengan otonomi

daerah maka ada beberapa aspek yang berkaitan :

a. Aspek Politik

Secara politik,otonomi daerah pada hakekatnya adalah proses

distribusi kekuasaan (distibution of power) dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah. Berbagai macam kewenangan yang selama ini

Page 31: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

22

dipegang oleh pemerintah pusat diserahkan kepada daerah untuk dikelola

sepenuhnya. Proses ini dipercaya akan lebih mendekatkan sistem

penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis karena masyarakat di

daerah berhak menentukan nasibnya sendiri dalam kehidupan bernegara.

Dengan otonomi daerah, pemerintah juga lebih dekat kepada warga

negara dan karenanya respon terhadap masalah akan lebih cepat.

b. Aspek ekonomi

Richard Bird dan Christine Wallach (1994) menyatakan bahwa

disamping memiliki rasionalitas politik, desentralisasi juga memiliki

rasionalitas ekonomi. Secara teoritis, otonomi daerah mengakibatkan

efisiensi dalam proses-proses ekonomi seperti perdagangan, investasi,

dan pemasaran produksi. Apabila daerah mempunyai keleluasaan dalam

menentukan ijin, mengundang investor dan mengembangkan sentra

industri maka akan banyak sekali biaya dan waktu yang dihemat oleh para

pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya. Otonomi juga memberikan

kesempatan bagi daerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan

potensi ekonomi daerahnya dengan leluasa, seperti pengembangan sentra

ekonomi daerah, serta mengatur tata pemungutan retribusi dan pajak

daerah.

c. Aspek pelayanan publik

Page 32: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

23

Adanya otonomi daerah memberikan kekuasaan penuh kepada

birokrasi daerah untuk secara mandiri mengelola dan mengorganisasi

daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah berkesempatan melakukan

fungsi-fungsi manajemen pemerintahan seperti perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan secara mandiri dan bebas

dari campur tangan pemerintah pusat. Dalam hal pelayanan publik, maka

pemerintah daerah dapat membuat standar pelayanan publik sendiri

selama tidak bertentangan dengan undang-undang negara.

d. Aspek Hukum dan Budaya

Dari sudut budaya, maka otonomi memberikan kesempatan bagi

rakyat di daerah untuk berekpresi dan mengembangkan hukum serta

budaya lokal. Hukum, tradisi dan budaya lokal yang selama ini tidak

dapat teraktualisasikan dengan baik dapat diekspresikan dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan.

Perbaikan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia ditetapkan dengan

keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Penerapan otonomi daerah yang didasarkan pada UU Nomor 32 Tahun 2004 ini

tetap dengan prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab (Abdullah, 2005).

Otonomi luas dimaksudkan bahwa kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak

dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh

Page 33: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

24

pemerintah pusat. Prinsip otonomi nyata, bahwa sutau tugas, wewenang, dan

kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan

berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik

daerah masing-masing. Sedangkan otonomi yang bertanggungjawab adalah

otonomi yang dalam penyelenggarannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan

pemeberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat (Abdullah, 2005).

5. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal didefinisikan sebagai penyerahan sebagian tanggung

jawab fiskal atau keuangan negara dari pemerintah pusat kepada jenjang

pemerintah dibawahnya (provinsi, kabupaten atau kota). Untuk menggambarkan

proses kebijakan desentralisasi fiskal, penting untuk membayangkan bahwa setiap

kebijakan (policy outcome) merupakan produk dari berbagai kepentingan dan

pandangan dari para pelaku politik di tingkat nasional maupun daerah

(Kumorotomo; 2008). Dalam hal menentukan tindakan fiskal, para pelaku

kebijakan akan memperhatikan kompromi-kompromi tentatif bagi kebijakan

fiskal, yang bisa berupa konsensus, peraturan atau kesepakatan tertentu. Secara

singkat dapat dikatakan bahwa desentralisasi fiskal akan sangat dipengaruhi oleh

kepentingan-kepentingan pelaku kebijakan baik di pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Page 34: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

25

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus.

Jenis penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena pada penelitian ini akan

memperdalam tentang dinamika penerapan prinsip-prinsip good governance pada

saat penentuan anggaran Pemilihan. Selain itu dengan pendekatan kualitatif

diharapkan dapat tergali kendala-kendala yang muncul saat penentuan anggaran

dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015. Strategi kualitatif

deskriptif dengan studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya

peneliti menyelidiki secara cermat sutau program, peristiwa, aktivitas, proses, atau

sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti

mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur

pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995).

2. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah penentuan anggaran Pemilihan Bupati

dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bantul terutama institusi yang terlibat dalam

pengambilan kebijakan pendanaan Pilkada Bantul yaitu Pemerintah Daerah Bantul,

DPRD Bantul dan KPU Bantul.

Page 35: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

26

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Teknik pemilihan informan untuk penelitian ini adalah dengan teknik purposive.

Teknik Purposive ini adalah teknik memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan masalah yang hendak diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya

untuk menjadi sumber data. Informan akan dalam penelitian ini akan dipilih

berdasarkan pengetahuan dan keterlibatan dalam penentuan kebijakan pendanaan

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015. Informan dalam penelitian

ini akan diambil dari 3 (tiga) lembaga yang terkait yaitu dari unsur Pemerintah Daerah

Bantul, unsur DPRD Bantul, serta unsur KPU Bantul. Adapun secara lengkap jumlah

dan klasifikasi informan adalah sbb :

Tabel I.2

Daftar informan penelitian

Kategori Jabatan Fungsi

Pemkab Bantul Bupati Kuasa Pengguna Anggaran APBD

Sekretaris Daerah Ketua TAPD

Kepala DPPKAD Bendahara Keuangan Daerah

Kabid DPKAD Tim TAPD

KPU Bantul Ketua KPU Bantul Penerima hibah APBD

Sekretaris KPU

Banul

Sekretariat KPU Bantul

Page 36: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

27

DPRD Bantul Ketua Komisi A Pengampu kegiatan pemerintahan

5. Teknik pengumpulan data

Data primer secara kualitatif akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam

(in depeth interview) . Selain itu untuk mendukung data primer akan dikumpulkan

data sekunder berupa peraturan-peraturan tentang anggaran Pilkada secara umum dan

secara khusus di Bantul pada Tahun 2015.

Penelitian kualitatif ini akan melakukan pengumpulan data dengan 3 (tiga)

strategi yaitu:

a. Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti

langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas

individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti akan

mencatat dan merekam aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian.

b. Wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face to face interview

(wawancara berhadap-hadapan) dengan informan, mewawancari mereka

dengan telepon. Penelitian menggunakan wawancara mendalam ini akan

dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Pelaksanaan wawancara mendalam (in depth interview) dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka dengan topik yang sama kepada

Page 37: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

28

informan, kemudian dari pertanyaan tersebut informasi yang telah diperoleh

terus-menerus digali agar didapatkan informasi yang lebih dalam.

c. Dokumentasi, selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan

dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik

berupa koran, makalah, peraturan perundangan-perundangan, laporan

kelembagaan, surat kedinasan, dsb)

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data secara interaktif seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1994).

Analisis data kualitatif meliputi data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Data reduction adalah bagian dari analisis data dengan cara

memfokuskan dan membuat data menjadi lebih sederhana. Data display merupakan

proses pengorganisasian data, membuat informasi menjadi lebih padat, sehingga

informasi yang diperoleh lebih mudah untuk dipahami. Sejak awal pengumpulan data,

peneliti mulai memutuskan untuk memberi “makna” dari setiap temuan datanya,

meskipun hal tersebut bukanlah kesimpulan akhir penelitian, karena pemberian

“makna” tersebut masih terlalu jauh untuk dijadikan sebagai sebuah kesimpulan.

Pemaknaan yang diberikan oleh peneliti diverifikasi dengan melihat kembali catatan

lapangan, sehingga kesimpulan yang dihasilkan teruji validitasnya. Selain itu juga

akan dilakukan triangulasi terhadap sumber-sumber data yang berbeda dengan

Page 38: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

29

memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan

menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren (Creswell;

2009).

Page 39: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

30

BAB II

PROFIL KPU KABUPATEN BANTUL

A. Profil KPU Kabupaten Bantul

1. Kondisi Umum

Komisi Pemilihan Umum merupakan salah satu lembaga negara yang terbentuk

pasca reformasi 1998. Pembentukan Komisi Pemilihan Umum ini mengacu pada

amanat Pasal 22 E ayat (5) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam pasal 22 E ayat (5) disebutkan bahwa Pemilihan Umum diselenggarakan

oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.

Mengacu pada pijakan tersebut maka kemudian dibentuklah Komisi Pemilihan

Umum tepat di Tahun 1999 dengan periodisasi selama 5 (lima) tahun. Pembentukan

Komisi Pemilihan Umum tersebut dituangkan dalam Kepres Nomor 16 Tahun 1999

dengan anggota Komisi Pemilihan Umum berjumlah 53 orang dari unsur pemerintah

dan partai politik. Pasca Pemilu 2004, DPR mendorong penguatan kelembagaan

penyelenggara Pemilu agar lebih independen dan professional. Dengan latar belakang

hal tersebut maka DPR RI dengan hak inisiatifnya menyusun dan kemudian bersama

Presiden menetapkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara

Pemilu. Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 ini ditaur mengenai

penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum

Page 40: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

31

(KPU) yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa

wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Umum

mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap

menunjukkan bahwa KPU sebagai Lembaga yang menjalankan tugas secara

berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat mandiri

menegaskan KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum bebas dari pengaruh

pihak manapun. Selain mengatur tentang kelembagaan KPU Pusat, dalam Undang-

Undang tersebut juga diatur mengenai kelembagaan KPU Propinsi, dan KPU

kabupaten/kota sebagai lembaga penyelenggara Pemilu di tingkat daerah. Pada Tahun

2011 terjadi perubahan Undang-Undang yang mengatur tentang lembaga

penyelenggara Pemilu. Melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 maka

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Salah

satu perbedaan yang cukup terlihat dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 ini

adalah status Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang bersifat tetap, tidak

lagi ad hoc seperti yang diatur terdahulu dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2007.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 bahwa Penyelenggara

Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu terdiri dari Komisi

Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi

penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Page 41: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

32

Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil

Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan

walikota secara demokratis. Selanjutnya disebutkan bahwa Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara pemilu di Kabupaten/Kota.

Sebagaimana halnya KPU Kabupaten/Kota lainnya, Rencana Strategis Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Bantul Tahun 2015-2019 lainnya, maka KPU

Kabupaten Bantul memiliki tugas dan wewenang yang diatur UU Nomor 15 Tahun

2011 sebagai berikut:

a. Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten Bantul dalam penyelenggaraan

Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:

1) Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan

jadwal di Kabupaten Bantul;

2) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di Kabupaten

Bantulberdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan;

3) Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;

4) Mengkoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelengggaraan

oleh PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;

5) Menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi;

Page 42: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

33

6) Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan yang

disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data

pemilu dan/atau pemilihan bupati dan wakil bupati terakhir dan

menetapkannya sebagai daftar pemilih;

7) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara

Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul

8) berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK dengan

membuat berita acara rekapitulasi penghitungan suara dan sertifikat

rekapitulasi suara;

9) Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara

Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan

Perwakilan Daerah dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi di Kabupaten Bantul berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi

penghitungan suara di PPK;

10) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan

suara serta wajib menyerahkan kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu

Kabupaten Bantul, dan KPU Provinsi;

11) Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten Bantul untuk mengesahkan

hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Bantul dan mengumumkannya;

Page 43: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

34

12) Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Bantul terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap

daerah pemilihan di kabupaten/kota yang bersangkutan dan membuat

berita acaranya;

13) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan

oleh Panwaslu Kabupaten Bantul;

14) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara

anggota PPK, anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten Bantul , dan

pegawai sekretariat KPU Kabupaten Bantul yang terbukti melakukan

tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan

Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten Bantul dan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan;

15) Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang

berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kabupaten Bantul kepada

masyarakat;

16) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

penyelenggaraan Pemilu; dan

17) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU

Provinsi, dan/atau peraturan perundang-undangan.

Page 44: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

35

b. Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten Bantul dalam penyelenggaraan

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden meliputi:

1) Menjabarkan program dan melaksankan anggaran serta menetapkan

jadwal di kabupaten/kota

2) Melaksanakan semua tahapan penyelenggraan di kabupaten/kota

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;

4) Mengkoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelengggaraan

oleh PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;

5) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang

disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data

pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan

menetapkannya sebagai daftar pemilih;

6) Menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi;

7) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden di Kabupaten Bantul yang bersangkutan berdasarkan

hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK dengan membuat berita

acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;

Page 45: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

36

8) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan

suara serta wajib menyerahkan kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu

Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;

9) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Panwaslu Kabupaten

Bantul atas temuan dan laporan adanya dugaan Pelanggaran Pemilu;

10) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara

anggota PPK, anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten Bantul , dan

pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan

tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan

Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten Bantul dan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan;

11) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang

berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kabupaten Bantul kepada

masyarakat;

12) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

penyelenggaraan Pemilu;

13) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU,

KPU Provinsi, dan/atau peraturan perundang-undangan.

Page 46: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

37

c. Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten Bantul dalam penyelenggaraan

Pemilihan bupati/walikota meliputi:

1) Merencanakan program, anggaran, dan jadwal di kabupaten;

2) Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Kabupaten Bantul dengan

memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi;

3) Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan

penyelenggaraan pemilihan walikota berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

4) Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam pemilihan bupati dan wakil

bupati dalam wilayah kerjanya;

5) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua

tahapan penyelengggaraan pemilihan bupatidan wakil bupati

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan

memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi;

6) Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan pemilihan

bupati/walikota;

7) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang

disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan

data pemilu dan/atau pemilihan bupati dan wakil bupati terakhir dan

menetapkannya sebagai daftar pemilih;

Page 47: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

38

8) Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan pemilihan

gubernur dan menyampaikan kepada KPU Provinsi;

9) Menetapkan calon bupati dan wakil bupatiyang telah memenuhi

persyaratan;

10) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara

Pemilihan bupati dan wakil bupati berdasarkan penghitungan suara

dari seluruh PPK di wilayah Kabupaten Bantul yang bersangkutan;

11) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan

suara serta wajib menyerahkan kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu

Kabupaten, dan KPU Provinsi;

12) Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten Bantul untuk mengesahkan

hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan mengumumkannya;

13) Mengumumkan calon bupati walikota terpilih dan dibuatkan berita

acaranya;

14) Melaporkan hasil pemilihan bupatidan wakil bupati kepada KPU

melalui KPU Provinsi;

15) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Panwaslu Kabupaten

Bantul atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran

pemilihan;

Page 48: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

39

16) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara

anggota PPK, anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten Bantul , dan

pegawai sekretariat KPU Kabupaten Bantul yang terbukti melakukan

tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan

Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten Bantuldan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan;

17) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan bupati dan wakil

bupati dan/atau yang berkaitan dengan tugas KPU Kabupaten

Bantulkepada masyarakat;

18) Melaksanakan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan pemilihan

gubernur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

pedoman KPU dan/atau KPU Provinsi;

19) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

penyelenggaraan pemilihan bupati dan wakil bupati;

20) Menyampaikan hasil pemilihan bupati dan wakil bupati kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Menteri Dalam Negeri, Bupati,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul ; dan

21) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU,

KPU Provinsi, dan/atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 49: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

40

2. Sekretariat

Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2011, Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten beranggotakan 5 (lima) orang dengan masa tugas selama 5 (lima) tahun

terhitung sejak pengucapan sumpah/janji. Untuk mendukung kelancaran tugas,

wewenang dan kewajiban KPU Kabupaten Bantul dalam Penyelenggaraan Pemilu,

KPU Kabupaten Bantul dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretariat

KPU Kabupaten yang bersifat hirarkis dan dalam satu kesatuan manajemen. Sesuai

dengan Undang-undang 15 Tahun 2011 dinyatakan bahwa Sekretariat KPU

Kabupaten mempunyai tugas melayani pelaksanaan tugas dan wewenang KPU

Kabupaten dalam penyelenggaraan Pemilu. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut, Sekretariat KPU Kabupaten Bantul mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Sekretariat KPU Kabupaten Bantul bertugas:

1) Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu;

2) Memberikan dukungan teknis admistratif;

3) Membantu pelaksanaan tugas KPU Kabupaten Bantul dalam

penyelenggaraan Pemilu.

4) Membantu pendistribusian perlengkapan penyelenggaraan Pemilu

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden, serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

Page 50: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

41

5) Membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU

Kabupaten Bantul;

6) Memfasilitasi penyelesaian masalah dan sengketa Pemilu Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bantul;

7) Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan

pertanggungjawaban KPU Kabupaten Bantul.

8) Membantu pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b. Sekretariat KPU Kabupaten Bantul berwenang:

1) Mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan penyelengggaraan

Pemilu berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kebutuhan yang

ditetapkan oleh KPU;

2) Mengadakan perlengkapan penyelenggaraan Pemilu sebagaimana

dimaksud pada huruf sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3) Mengangkat tenaga pakar/ahli berdasarkan kebutuhan atas persetujuan

KPU;

4) Memberikan layanan admistrasi, ketatausahaan, dan kepegawaian sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

c. Sekretariat KPU Kabupaten Bantul berkewajiban:

1) Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan;

Page 51: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

42

2) Memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan

3) Mengelola barang inventaris KPU Kabupaten Bantul.

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kelancaran tugas maka KPU

menerbitkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 tentang

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU

Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten Bantul sebagaimana diubah dengan

peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2008. Sekretariat KPU Kabupaten Bantul adalah

lembaga yang dipimpin oleh Sekretaris KPU Kabupaten, dibantu oleh empat Ka Sub

Bag sebagai pendukung yang profesional dengan tugas utama membantu hal teknis

administratif, termasuk pengelolaan anggaran Pemilu. Sekretariat KPU Kabupaten

Bantul terdiri atas (satu) Sekretaris dan (empat) kepala Sub Bagian (Ka Sub Bag),

yaitu:

a. Sekretaris KPU Kabupaten Bantul;

b. Ka Sub Bag Umum;

c. Ka Sub Bag Program dan Data;

d. Ka Sub Bag Hukum;

e. Ka Sub Bag Teknis Pemilu dan Hupmas.

Selanjutnya pada Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2010 dijelaskan

tentang Uraian Tugas Staf Pelaksana pada Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan

Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi

Page 52: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

43

Pemilihan Umum Kabupaten Bantul. Pada Bagian ketiga pasal 61 disebutkan bahwa

staf pelaksana pada Sekretariat KPU Kabupaten Bantul terdiri dari atas

a. Staf pelaksana pada Sub Bagian Program dan Data;

b. Staf pelaksana pada Sub Bagian Hukum;

c. Staf pelaksana pada Sub Bagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi

Masyarakat;

d. Staf pelaksana pada Sub Bagian Keuangan, Umum, dan Logistik.

Staf pelaksana pada Sekretariat KPU Kabupaten Bantul memiliki tugas sebagai

berikut:

a. Staf Pelaksana pada Sub bagian Program dan Data mempunyai tugas;

1) Mengumpulkan dan mengolah bahan penyusunan rencana anggaran

pemilu;

2) Menyusun dan mengelola perencanaan anggaran pemilu;

3) Mengelola, menyusun data pemilih;

4) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan kerjasama dengan

lembaga pemerintah yang terkait;

5) Mengumpulkan dan mengolah bahan penyusunan kerjasama dengan

lembaga non pemerintahan;

6) Melakukan survey untuk mendapatkan bahan kebutuhan pemilu;

Page 53: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

44

7) Mengumpulkan dan mengolah bahan hasil monitoring penyelenggara

pemilu;

8) Mengumpulkan dan mengolah bahan hasil supervisi penyelenggara

pemilu;

9) Menyusun dan mengelola laporan pelaksanaan kegiatan Sub bagian

Program dan Data;

10) Memberikan dan mengelola bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU

Kabupaten Bantul;

11) Melaporkan hasil penyusunan dan pengelolaan pelaksanaan tugas

kepada Sekretaris KPU Kabupaten Bantul;

12) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris KPU

Kabupaten Bantul;

13) Menyusun dan merencanakan anggaran proses rekruitmen anggota KPU

Kabupaten Bantul;

14) Menyusun dan merencanakan anggaran proses Pergantian Antar Waktu

Anggota KPU;

15) Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

b. Staf Pelaksana pada Sub. bagian Hukum mempunyai tugas:

1) Konsultasi mengumpulkan dan mengelola bahan untuk materi

penyuluhan peraturan perundang-undangan tentang Pemilu;

Page 54: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

45

2) Mengumpulkan dan mengelola bahan untuk advokasi dan konsultasi

hukum penyelenggara Pemilu;

3) Menyusun dan mengolah bahan-bahan yang sudah dikumpulkan untuk

advokasi dan hukum penyelenggara hokum;

4) Mengumpulkan dan menyusun bahan-bahan untuk pembelaan dalam

sengketa hukum penyelenggara pemilu;

5) Menyusun dan mengolah bahan bahan untuk verifikasi administrasi dan

faktual partai politik peserta Pemilu;

6) Menyusun dan mengelola evaluasi terhadap kegiatan verifikasi partai

politik peserta pemilu dan pelaporannya;

7) Menyusun dan mengelola verifikasi calon anggota DPRD Kabupaten

Bantul;

8) Menyusun laporan kegiatan verifikasi partai politik peserta pemilu;

9) Mengumpulkan dan menyusun bahan-bahan untuk verifikasi

administrasi dan faktual perseorangan peserta pemilu;

10) Menyusun dan mengolah bahan-bahan yang sudah dikumpulkan untuk

verifikasi administrasi dan faktual calon perseorangan peserta pemilu;

11) Mengumpulkan dan mengelola bahan bahan informasi administrasi

pelaporan dana kampanye peserta pemilu;

Page 55: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

46

12) Mengumpulkan dan mengolah identifikasi kinerja staf di Subbagian

Hukum;

13) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan,

kebijakanteknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya

yang materinya berhubungan dengan bidang tugas Sub bagian Hukum;

14) Menyusun dan mencari bahan permasalahan yang terjadi dan

menyiapkanbahan-bahan yang diperlukan dalam rangka pemecahan

masalah;

15) Menyusun dan mencari bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU

Kabupaten Bantul;

16) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Sekretaris KPU

Kabupaten Bantul;

17) Menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepala Sub. Bagian

Hukum Kabupaten Bantul;

18) Melaksanakan inventarisasi peraturan perundang-undangan;

19) Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

c. Staf Pelaksana pada sub Bagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi

Masyarakat mempunyai tugas:

Page 56: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

47

1) Mengumpulkan dan menyusun identifikasi bahan dan informasi

pembagian daerah pemilihan dan alokasi kursi untuk Pemilu Anggota

DPR, DPD, dan DPRD Kabupaten Bantul;

2) Menyusun draft pembagian daerah pemilihan dan alokasi kursi untuk

Pemilu Anggota DPRD Kabupaten Bantul;

3) Mengumpulkan dan menyusun identifikasi bahan dan informasi tentang

pemungutan suara, perhitungan suara, dan penetapam hasil pemilu;

4) Menyusun dan mencari bahan draft pedoman dan petunjukteknis

pemungutan, perhitungan suara, dan penetapan hasil pemilu;

5) Mengumpulkan dan menyusun identifikasi bahan informasi untuk

penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pergantian antar waktu dan

pengisian Anggota DPRD Kabupaten Bantul;

6) Menyiapkan semua berkas kelengkapan Pergantian Antar Waktu

Anggota DPRD Kab/Kota dan hubungan calon pengganti untuk

melengkapi kekurangan persyaratan;

7) Mengumpulkan dan mengindetifikasi bahan pemberitaan dan penerbitan

informasi Pemilu;

8) Menyusun draft pemberitaan dan penerbitan informasi pemilu;

9) Mengumpulkan dan mengidentifikasi bahan dan informasi pelaksanaan

kampanye;

Page 57: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

48

10) Menyusun draft tata cara pelaksanaan sosialisasi dan kampanye;

11) Mengumpulkan dan mengidentifikasi bahan dan informasi pedoman

teknis bina partisipasi masyarakat, dan pelaksanaan pendidikan pemilih;

12) Melakukan identifikasi kinerja staf di Subagian Teknis Pemilu dan

Hubungan Partisipasi Masyarakat;

13) Menginventarisasi permasalahan yang terjadi dan menyiapkan bahan-

bahan yang diperlukan dalam rangka pemecahan masalah;

14) Menyusun dan mencari bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU

Kabupaten Bantul;

15) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Sekretaris KPU

Kabupaten Bantul;

16) Menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepala Sub. Bagian

Hukum Kabupaten Bantul;

17) Melaksanakan inventarisasi peraturan perundang-undangan;

18) Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

B. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 adalah pemilihan langsung

yang ketiga kalinya untuk Bantul. Pemilihan langsung untuk Bupati dan Wakil Bupati

pertama kali dilangsungkan pada Tahun 2005 dengan diikuti oleh 3 (tiga) pasangan calon

yaitu Pasangan Totok Sudarto-Riswanto (koalisi parpol), Pasangan Idham Samawi-

Page 58: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

49

Sumarno PRS (PDIP-Golkar) serta pasangan GBPH Yudhaningrat-Azis Umar (PKS-

PKPB). Pemilihan langsung yang digelar pada tanggal 26 Juni 2005 tersebut dimenangkan

oleh Pasangan Idham Samawi dan Sumarno PRS dengan jumlah perolehan suara sebanyak

347.310 dan kemudian ditetapkan menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bantul periode 2005-

2010. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati berikutnya terjadi di Tahun 2010 dengan diikuti

oleh 3 (tiga) pasangan calon yaitu Pasangan Kardono dan Ibnu Kadarmanto (PDIP),

pasangan Sukardiyono-Darwaman (PKS, PPP, Partai Demokrat, PKB) dan pasangan Sri

Suryawidati-Sumarno PRS ( PAN, Golkar,PKPB). Dalam Pemilihan yang dilangsungkan

di tanggal 23 Mei 2010 ini dimenangkan oleh Pasangan calon Sri Suryawidati-Sumarno

PRS dengan memperoleh suara sebanyak 330.615. Selanjutnya oleh KPU Bantul

pasangan calon Sri Suryawidati dan Sumarno PRS ditetapkan sebagai calon terpilih untuk

Bupati dan Wakil Bupati Bantul periode 2010-2015. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Bantul selanjutnya dilaksanakan Tahun 2015. Pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Bantul Tahun 2015 menjadi salah satu bagian pelaksanaan Pemilihan Kepala

Daerah Serentak gelombang pertama sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015.

Didalam pasal 201 ayat (1) disebutkan bahwa Pemungutan suara serentak dalam

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan

Wakil Walikota yang masa jabatannya berakhir pada Tahun 2015 dan Bulan Januari

sampai dengan Bulan Juni Tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang sama

pada bulan Desember 2015. Pemilihan yang berlangsung di tanggal 9 Desember 2015 ini

Page 59: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

50

diikuti oleh 2 (dua) pasangan calon yaitu Sri Suryawidati-Misbakhul Munir (PDIP, Partai

Nasdem), dan pasangan calon Suharsono-Abdul Halim Muslih (Partai Gerindra, PKB).

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015 cukup menjadi perhatian karena diikuti

oleh petahana yaitu Sri Suryawidati. Selain itu dengan hanya diikuti 2 (dua) pasangan

calon maka kontestasinya cukup panas. Panasnya kontestasi ini terlihat pada saat debat

antar pasangan calon yang dilakukan selama 3 (tiga) kali dengan rincian debat pertama

untuk calon Bupati, debat kedua untuk calon wakil bupati, dan debat yang ketiga diikuti

oleh calon bupati dan wakil bupati. Selain saat debat, panasnya kontestasi juga terjadi

pada saat pelaksanaan kampanye dengan metode rapat umum. Insiden berupa kekerasan

dengan senjata tajam dan pembakaran sepeda motor terjadi pada saat diadakan rapat

umum oleh salah satu pasangan calon. Sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 7 Tahun

2015 tentang Kampanye maka setiap pasangan calon mempunyai kesempatan rapat umum

masing-masing satu kali.

Hari pelaksanaan pemungutan suara untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul

Tahun 2015 bertepatan dengan hari Rabu, 9 Desember 2015. Pada saat itu KPU Bantul

menetapkan sebanyak 1.768 TPS tersebar di 17 kecamatan dan 75 desa. Secara lengkap

persebaran TPS beserta pemilih berdasarkan kecamatan tersebut di bawah ini :

Page 60: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

51

Tabel II.1

Persebaran Tempat Pemunguatan Suara dan Jumlah Pemilih

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah TPS Jumlah

Pemilihan

1. Bambanglipuro 3 85 31.803

2. Banguntapan 8 191 75.887

3. Bantul 5 115 46.345

4. Dlingo 6 84 29.809

5. Imogiri 8 128 47.443

6. Jetis 4 119 42.965

7. Kasihan 4 165 73.384

8. Kretek 5 67 23.968

9. Pajangan 3 70 25.700

10. Pandak 4 100 39.768

11. Piyungan 3 93 36.526

12. Pleret 5 80 33.434

13. Pundong 3 74 28.173

14. Sanden 4 68 25.895

15. Sedayu 4 90 34.057

16. Sewon 4 175 72.225

17. Srandakan 2 64 24.063

Total 75 1.768 691.445 Sumber : diolah oleh Didik Joko Nugroho dari dokumentasi hasil KPU Bantul dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015.

Pelaksanaan pemungutan suara yang berlangsung sejak jam 07.00 WIB sampai jam

13.00 WIB berjalan dengan aman dan lancar. Tahapan selanjutnya adalah penghitungan

suara di TPS yang harus diselesaikan pada hari yang sama di tanggal 9 Desember 2015.

Tahapan berikutnya adalah rekapitulasi suara ditingkat kecamatan dimulai tanggal 10

Desember dan berakhir tanggal 12 Desember 2015. Tahapan berikutnya adalah

rekapitulasi di tingkat kabupaten pada tanggal 16 Desember 2015 mulai pukul 09.00 WIB

Page 61: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

52

sampai dengan pukul 16.45 WIB. Adapun perolehan suara masing-masing pasangan calon

setelah dilakukan rekapitulasi ditingkat kabupaten adalah sebagai berikut:

Tabel II.2

Hasil Perolehan Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015

No Nama Pasangan Calon Perolehan suara sah Prosentase

1. Suharsono-Abdul Halim Muslih 261.412 52,80%

2. Sri Suryawidati-Misbakhul

Munir

233.677 47,20%

Sumber : diolah oleh Didik Joko Nugroho dari dokumentasi hasil KPU Bantul dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015.

Selanjutnya KPU Bantul menetapkan pasangan calon terpilih dalam rapat pleno

terbuka yang dilaksanakan tanggal 21 Desember 2015 dengan menetapkan pasangan calon

nomor urut 1 atas nama Suharsono-Abdul Halim Muslih sebagai pasangan calon terpilih

dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015.

Page 62: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung. Jakarta: Rajawali Pers.

Creswell, John W. 2009. Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, Kurniawati Hastuti dkk. 2016. Gagasan Pemilihan Umum Kepala Daerah

Asimetris; Menuju Tata Kelola Pemerintahan Daerah Demokratis, Akuntabel,

dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Calpulis.

Dwiyanto, Agus dkk. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kumolo, Tjahjo. 2015. Politik Hukum Pilkada Serentak. Jakarta; Penerbit Expose.

Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Desentralisasi Fiskal; Politik dan Perubahan Kebijakan

1974-2004. Jakarta; Prenada Media Group.

Marijan, Kacung. 2015. Sistem Politik Indonesia:Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde

Baru. Jakarta: Prenamedia Group.

Setiyono,Budi. 2012. Birokrasi Dalam Perspektif Politik dan Administrasi. Bandung:

Penerbit Nuansa.

Stake,R.E.1995.The Art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage.

Yudoyono, Bambang. 2003.Otonomi Daerah; Desentralisasi dan Pengembangan SDA

Aparatur Pemda dan Anggota DPRD. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Undang-Undang, Peraturan dan Keputusan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2015 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Dana

Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

serta Walikota dan Wakil Walikota.

Page 63: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Dana

Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

serta Walikota dan Wakil Walikota

Peraturan KPU Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal

Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota

Keputusan KPU RI Nomor 115/Kpts/KPU/ 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Dana

Hibah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.

Page 64: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

31

LAMPIRAN

IDENTITAS INFORMAN

Nama Lengkap :…………………………………………….

Jabatan : …………………………………………...

Umur : …………………………………………….

Jenis Kelamin : ……………………………………………..

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN :

1. Bagaimana proses penentuan kebijakan penganggaran pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Bantul Tahun 2015 ?

2. Apa dasar hukum yang digunakan dalam pengambilan kebijakan penganggaraan

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ?

3. Bagaimana kondisi APBD Bantul pada Tahun 2015?

4. Siapa saja yang terlibat dalam penentuan kebijakan penganggaran pemilihan Bupati

dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ?

5. Bagaimana peran masing-masing pihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan

penganggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ?

6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses penganggaran pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ?

7. Perbaikan apa saja yang dapat dilakukan dimasa yang akan datang dalam

penganggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul?

8. Apa hasil evaluasi kebijakan penganggaran pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Bantul Tahun 2015 ?

Page 65: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

32

LAMPIRAN

DOKUMENTASI FOTO

Gbr 1. Audiensi Ketua dan anggota KPU Bantul kepada Bupati Bantul

terkait persiapan pendanaan Pilkada 2015

Gbr 2. Penandatangan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) oleh

Ketua KPU Bantul.

Page 66: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

33

LAMPIRAN

DOKUMENTASI FOTO

Gbr.3 Penandatanganan NPHD oleh Bupati Bantul.

Gbr 4. Proses Rekapitulasi Hasil tingkat Kabupaten

Page 67: Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Magister Program Studi

34