analisis pengelolaan obat pada tahap distribusi dan...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN
PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI
RSUD SURAKARTA TAHUN 2016
Oleh:
Meliana Novitasari
SBF 141 540 315
PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
i
ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN
PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI
RSUD SURAKARTA TAHUN 2016
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat Sarjana Strata-2
Program Pascasarjana Ilmu Farmasi
Minat Manajemen Farmasi Rumah Sakit
Oleh:
Meliana Novitasari
SBF 141 540 315
PROGRAM PASCASARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
i
ii
PENGESAHAN TESIS
Dengan judul
ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN
PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI
RSUD SURAKARTA TAHUN 2016
Oleh
Meliana Novitasari
SBF 141 540 315
Dipertahankan Di hadapan Dewan Penguji Tesis
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
Pada Tanggal : April 2017
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Dekan,
Prof. Dr. R.A Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt
Pembimbing Pendamping
Dr. Chairun W, M.Kes., M.App.Sc., Apt.
Dewan Penguji
1. Dr. Jason Merari P, MM., M.Si.,Apt 1. ..................
2. Dr. Gunawan Pamudji W, M.Si.,Apt 2. ................
3. Dr. Chairun W, M.Kes., M.App.Sc., Apt. 3. ................
4. Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt 4. ................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Jadilah wanita tangguh, yang ketika di kecewakan sedihnya
tidak terlalu lama berlarut,,
Yang ketika terluka maka percaya Allah telah menyiapkan obatnya,,
Yang ketika putus asa tidak butuh waktu lama untuk bangkit,,
Jatuh itu pasti, namun bangkit adalah sebuah pilihan.
Harapan itu selalu ada, JEMPUTLA”
Tesis ini saya persembahkan untuk orang-orang yang menyayangiku khususnya
untuk:
Bapak ibu ku tercinta yang tak pernah berhenti mendoakan, mengorbankan
segalanya, memotifasi, agar putrinya mencapai sebuah cita-cita yang di
inginkannya
Kaka-kaka ku tercinta yang selalu memberikan doa dan semangat serta materi
yang tiada henti selama ini
Sahabat dan teman-teman yang tak sempat saya sebutkan satu persatu, terima
kasih untuk semua kebaikan dan perhatian kalian dalam susah maupun
senang.
Terimah kasih yang tak terhingga atas semua doanya,,semoga
berkah,,Aamiin...
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila tesis ini merupakan jiplakan dari penelitian, karya ilmiah atau
tesis orang lain, maka saya siap menerima sanksi baik secara akademis maupun
hukum.
Surakarta, April 2017
Penulis,
Meliana Novitasari
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis memperoleh kesehatan, kekuatan, semangat dan kemampuan
untuk menyelesaikan tesis yang berjudul “ANALISIS PENGELOLAAN
OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT DI
INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2016” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar strata 2 pada Program Studi S-2 Manajemen
Farmasi Rumah Sakit Universitas Setia Budi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan tesis ini telah mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA selaku rektor Universitas Setia Budi, Surakarta
2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM.,M.Sc, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi, Surakarta
3. Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu, perhatian dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu dan
bimbingan sehingga terselesaikannya tesis ini.
4. Dr. Chairun Wiedyaningsih, M. Kes., M. App.Sc., Apt. selaku dosen
pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, perhatian dan
keikhlasannya dalam memberikan ilmu dan bimbingan sehingga
terselesaikannya tesis ini.
v
vi
5. Dr. Jason Merari P, MM., M.Si., Apt. Selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu untuk menguji dan memberi masukan kepada penulis
dalam penyempurnaan tesis ini.
6. Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji
sekaligus sebagai ketua Program Pascasarjana Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta.
7. Seluruh Dosen Pascasarjana Fakultas Farmasi Minat Manajemen Farmasi
Rumah Sakit yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama di bangku kuliah.
8. Riana Widyaningrum, S.Farm, Apt selaku Kepala IFRS RSUD Surakarta,
Kepala Gudang Farmasi dan segenap pihak RSUD dan IFRS RSUD Surakarta
yang telah memberi izin penelitian dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
9. Bapak, Ibu, kaka ku tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan
semangat dan dorongan materi, moril dan spiritual kepada penulis selama
perkuliahan, penyusunan tesis hingga selesainya studi S2 Ilmu Farmasi Minat
Manajemen Farmasi Fakultas Farmasi di Universitas Setia Budi.
10. Teman seperjuangan satu tim Tri Suyanti dan I Made Dedy Ariawan yang
senantiasa menghibur dan selalu bekerjasama serta membantu disaat kesulitan.
Terima kasih perjuangannya dan kebersamaannya!!
11. Mas Cahyo, mba Sari, Gadis, Emy, Kiki, Vivin, Kirana, Siska, Ade, Agnes,
Terima kasih dukungan, doa dan semangatnya!!Love you guys !!
vi
vii
12. Sahabat dan teman-teman kuliah S2 Ilmu Farmasi minat Manajemen Farmasi
Rumah Sakit Angkatan 2015 Universitas Setia Budi yang ikut memberikan
dukungan, semangat dan kerjasama selama penyusunan tesis ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang diberikan dalam upaya penyempurnaan penulisan tesis ini. Akhir kata,
penulis berharap semoga apa yang telah penulis persembahkan dalam karya ini
akan berguna secara khusus bagi penulis sendiri serta secara umum bagi para
pembaca.
Penulis dengan tulus hati memohon semoga Allah SWT selalu
memberikan berkat dan rahmat yang melimpah kepada pihak yang telah banyak
membantu sehingga Tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi pihak yang berkepentingan.
Surakarta, April 2017
Penulis,
Meliana Novitasari
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ............ ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
INTISARI ........................................................................................................ xiii
ABSTRACT ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit ................................................................................... 10
1. Pengertian Rumah Sakit ........................................................... 10
2. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................... 12
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit................................................ 15
4. Profil RSUD Surakarta ............................................................. 16
5. Pelayanan di RSUD Surakarta ................................................. 17
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit/ IFRS ............................................ 18
1. Pengertian IFRS ...................................................................... 18
2. Tugas dan Fungsi IFRS ........................................................... 18
3. Profil Instalasi Farmasi RSUD Surakarta ................................ 21
4. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Surakarta .......... 21
viii
ix
5. SDM Insatalasi Farmasi RSUD Surakarta ............................... 23
C. Pengelolaan Obat Tahap Distribusi ................................................ 23
1. Seleksi (Pemilihan) .................................................................... 25
2. Pengadaan .................................................................................. 25
3. Distribusi .................................................................................... 26
a. Penerimaan ............................................................................ 26
b. Penyimpanan ......................................................................... 27
c. Pendistribusian ...................................................................... 28
1. Resep perseorangan (Invidual Prescribing)..................... 28
2. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang ................. 29
3. Sistem Distribusi Dosis Unit ............................................ 31
4. Sistem distribusi kombinasi ............................................. 33
5. Sistem distribusi RSUD Surakarta ................................... 34
D. Pengelolaan Obat Tahap Penggunaan ............................................. 36
1. Pengkajian dan pelayanan resep ................................................ 37
2. Pelayanan Informasi Obat .......................................................... 38
3. Konseling ................................................................................... 39
4. Dispensing.................................................................................. 40
E. Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Tahap Distribusi Dan
Penggunaan Obat.............................................................................. 40
F. Landasan Teori ................................................................................ 41
G. Keterangan Empiris.......................................................................... 42
H. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 44
B. Subyek Penelitian .......................................................................... 45
C. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 45
1. Bahan Penelitian....................................................................... 45
2. Alat Penelitian .......................................................................... 45
D. Indikator penelitian ........................................................................ 46
E. Definisi Operasional....................................................................... 47
F. Jalannya Penelitian ......................................................................... 50
G. Analisis Data .................................................................................. 50
1. Distribusi ................................................................................... 51
a. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok ............................ 51
b. Nilai TOR (Turn Over Ratio) ................................................. 52
c. Sistem penataan gudang.......................................................... 52
d. Persentase stok mati ................................................................ 52
e. Persentase nilai obat kadaluarsa dan rusak ............................. 53
f. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep ......... 53
g. Persentase obat yang dapat diserahkan ................................... 53
2. Pengukuran indikator pengukuran obat ................................... 54
a. Persentase peresepan obat dengan nama generik ................... 54
b. Persentase peresepan antibiotik .............................................. 54
c. Persentase peresepan injeksi ................................................... 55
ix
x
d. Persentase obat dari formularium ........................................... 55
e. Persentase obat yang dilabel dengan benar............................. 55
f. Ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker ........................ 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tahap Distribusi ............................................................................. 57
1. Presentase kecocokan antara fisik obat dan kartu stok ............ 59
2. TOR (Turn Over Ratio) ............................................................. 61
3. Sistem Penataan Gudang ........................................................... 62
4. Presentase Stok Mati ................................................................. 65
5. Persentase Obat Kadaluwarsa ................................................... 67
6. Rata-Rata Waktu Yang Di Gunakan Untuk Melayani Resep ... 68
7. Persentase obat yang diserahkan ............................................... 70
B. Tahap Penggunaan ........................................................................ 72
1. Persentase peresepan obat dengan nama generik ...................... 72
2. Persentase peresepan antibiotik................................................. 73
3. Persentase peresepan injeksi ..................................................... 74
4. Persentase peresepan obat sesuai formularium ......................... 76
5. Persentase obat yang dilabeli benar .......................................... 77
6. Ketersediaan waktu konsultasi apoteker ................................... 79
C. Kelemahaan penelitian ................................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 80
B. Saran .... ......................................................................................... 81
BAB VI RINGKASAN ..................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ....................................... 22
Gambar 2. Siklus Manajemen Obat ........................................................... 24
Gambar 3. Alur distribusi Individual Prescribing rawat inap dan ...........
rawat jalan RSUD Surakarta .................................................... 35
Gambar 4. Alur Sistem distribusi Floor Stock di RSUD Surakarta ........... 36
Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 43
Gambar 6. Skema Jalannya Penelitian ....................................................... 50
xi
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Indikator efisiensi distribusi dan penggunaan obat ................................... 46
2. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok .............................................. 60
3. TOR ( Turn Over Ratio) ........................................................................... 61
4. Sistem penataan gudag .............................................................................. 63
5. Persentase stok mati .................................................................................. 66
6. Persentase obat kadaluarsa dan rusak ....................................................... 67
7. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep............................ 68
8. Persentase obat yang diserahkan ............................................................... 70
9. Persentase persesepan obat generik .......................................................... 73
10. Persentase peresepan antibiotik ................................................................ 74
11. Persentase peresepan injeksi ..................................................................... 75
12. Persentase peresepan obat sesuai dengan formularium ............................ 77
13. Persentase obat yag dilabeli benar ............................................................ 78
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin penelitian rumah sakit ................................................ 91
Lampiran 2. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok dan Sistem penataan
gudang (FIFO/FEFO) ................................................................. 92
Lampiran 3. Persentase stok mati.................................................................... 112
Lampiran 4. Persentase obat kadaluarsa dan rusak ........................................ 113
Lampiran 5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep .............. 115
Lampiran 6 & 7. Persentase obat generik, antibiotik, injeksi, obat sesuai dengan
formularium ................................................................................ 116
Lampiran 8. Persentase obat yang dilabel benar .............................................. 126
Lampiran 9 & 10 SPO Pelayanan Resep ......................................................... 127
Lampiran 11. Formularium RSUD Kota Surakarta ......................................... 131
Lampiran 11. Pedoman wawancara ................................................................ 140
xiii
xiv
INTISARI
NOVITASARI, M., 2017, ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA
TAHAP DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI
FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2016, TESIS, FAKULTAS
FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.
Pengelolaan obat yang efektif dan efisien merupakan aspek penting yang
berpengaruh pada pelayanan kefarmasian. Tahap distribusi merupakan tahapan
dari siklus pengelolaan obat yang sangat penting dan kompleks, sedangkan tahap
penggunaan obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, biaya
pengobatan dan pelayanan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses
pengelolaan obat dan mengevaluasi pengelolaan obat pada tahap distribusi dan
penggunaan di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta pada tahun 2016.
Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional (potong lintang) yang digambarkan secara deskriptif. Pengambilan data
secara retrospektif dan concurrent, dilakukan dengan observasi, wawancara
mendalam dan mengumpulkan data dari dokumen pendistribusian obat serta
survei resep di RSUD Surakarta. Data yang terkumpul dikelompokkan ke dalam
data primer dan data sekunder, kemudian diolah dengan menggunakan analisis
persentase. Hasil analisis data dibandingkan dengan standard Depkes (2008),
WHO (1993) dan Pudjaningsih (1996).
Berdasarkan penelitian, sistem distribusi obat ke pasien yang digunakan di
RSUD Surakarta adalah individual prescribing untuk rawat jalan, sedangkan
untuk rawat inap individual prescribing dan sistem floor stock. Hasil analisis
menunjukkan belum semua pengelolaan obat pada tahap distribusi dan
penggunaan dikelola secara efisien. Adapun indikator tahap distribusi yang belum
efisien adalah persentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok sebesar 98,24
%, persentase stok mati sebesar 2,3%, persentase obat kadaluwarsa dan rusak
sebesar 1,6% , rata-rata waktu yang digunakan melayani resep non racikan 33,10
menit, serta persentase obat yang dapat diserahkan di rawat jalan 95,10% dan
rawat inap 95,95%. Sedangkan tahap penggunaan adalah peresepan obat dengan
menggunakan nama generik di rawat jalan 72,93% dan rawat inap 74,80%,
persentase peresepan injeksi di rawat jalan sebesar 0,29% dan rawat inap 31,50%,
serta persentase peresepan obat sesuai formularium rumah sakit di rawat jalan
sebesar 95,43% dan rawat inap sebesar 95,69%.
Kata kunci: distribusi, penggunaan, rawat inap, rawat jalan, Instalasi Farmasi
RSUD Surakarta
xiv
xv
ABSTRACT
NOVITASARI, M., 2017, THE ANALYSIS OF DRUG MANAGEMENT ON
DRUG DISTRIBUTION AND DRUG USE IN RSUD PHARMACY
INSTALLATION SURAKARTA IN 2016, THESIS, PHARMACY
FACULTY, SETIA BUDI UNIVERSITY, SURAKARTA.
Effective and efficient drug management is important aspect that affects
the pharmacy services. Distribution stage is the stage of the drug management
cycle which is very critical and complex, while the use of drugs can affect the
quality of treatment, cost of treatment and pharmacy services. The purpose of this
study is to obtain an overview and analysis the managerial efficiency of
distribution stage and the use of drug in Pharmacy Installation Surakarta Hospital
in 2016.
This study is an observational cross-sectional analytic approach (cross-
sectional) which is explained descriptively. The data are collected by retrospective
and concurrent, with observation, interview and data collection from the
document distribution as well as prescription drugs surveys in Surakarta hospitals.
The collected data are grouped into primary data and secondary data, then they are
processed using percentage analysis. The results of the data analysis are compared
to Depkes (2008), WHO standard (1993) and Pudjaningsih (1996).
Based on the research, drug distribution systems for patients in RSUD
Surakarta are an individual prescribing for outpatient, whereas individual
prescribing and floor stock system for inpatient. Analysis results show that drug
management in the distribution stage and the use of drugs have not been managed
efficiently. The indicators which show less efficient distribution stage are the
percentage of the amount of drug compatibility with card stock is 98.24%, the
percentage of dead stock is 2.3%, the percentage of expired and corrupted drugs is
1,6%, the average time spent on prescriptions of non concoction is 33.10 minutes,
and the percentage of drug that can be delivered is 95.10% for outpatient and
95.95% for inpatient. Meanwhile, the use of drugs stage shows the use of
prescription drugs by using generic names is 72.93% for outpatient and 74.80%,
for inpatient, the percentage of injection drug is 0,29% for outpatient and 31,50%
for inpatient, the percentage of appropriate prescribing formulary in the hospital
is 95.43% for outpatient and 95.69% for inpatient.
Keywords: distribution, use, inpatient, outpatient, pharmacy installation of RSUD
Surakarta
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak
untuk hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya
termasuk di dalamnya mendapat makanan, pakaian, dan pelayanan kesehatan serta
pelayanan sosial lain yang diperlukan. Upaya kesehatan bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau
upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan
untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Salah satu sarana kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan adalah rumah sakit. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan kesinambungan (Siregar & Amalia 2004).
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat. Rumah sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu dan terjangkau bagi masyarakat agar terwujud derajat
1
2
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat, melakukan upaya kesehatan yang di
laksanakan serasa serasi, terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan dengan
tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
(Depkes RI, 2009).
Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu unit atau bagian yang harus
bertanggungjawab dalam pengelolaan menyeluruh mulai dari perencanaan,
pengadaan (pembelian, manufaktur), pengendalian mutu, penyimpanan dan
peracikan pelayanan resep/oerder, distribusi sampai dengan pegendalian semua
perbekalan kesehatan yang beredar dan di gunakan di rumah sakit termasuk
pelayanan yang berkaitan dengan obat kepada penderita ambulatori. Kebijakan
dan prosedur yang menguasai sebagai fungsi tersebut harus di kembangkan oleh
apoteker dengan masukan dari PFT, staf rumah sakit yang terlibat seperti
pimpinan rumah sakit, perawat, dokter, dan komite atau panitia lain. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit dibantu oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) yang tugasnya melaksanakan pekerjaan kefarmasian
diantaranya melaksanakan distribusi obat. Distribusi obat yang dilaksanakan oleh
IFRS harus menjamin bahwa obat sampai kepada penderita tepat pada waktunya.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang akan menentukan ketepatan penggunaan
obat oleh penderita dan akan menentukan keberhasilan pengobatan, terutama
obat-obat yang dibutuhkan segera sebagai penyelamat hidup. Untuk mendapatkan
ketepatan pelayanan, IFRS harus menggunakan sistem distribusi obat yang sesuai
3
dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang bersangkutan. Sistem distribusi obat
yang baik harus cepat dan efisien, menghindari kesalahan pemberian obat dan
menjamin adanya komunikasi antara penderita, perawat, dokter dan apoteker.
(Siregar&Amalia 2003).
Pengelolaan obat sangat penting dalam rangka mencapai pelayanan yang
bermutu, maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih dahulu gambaran
keseluruhan tahap-tahap pengelolaan obat untuk mengetahui adanya permasalahan
atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
tahap pendistribusian yang digunakan sebagai bahan penelitian. Hal ini
berdasarkan oleh karena tahap pendistribusian merupakan hal yang sangat penting
dalam pengelolaan obat setelah perencanaan yang sangat menentukan
keberhasilan dalam tahap pengelolaan obat selanjutnya yaitu penyimpanan, dan
penggunaan obat. Selain itu, pada tahap distribusi juga berpengaruh pada
penggunaan obat di Rumah Sakit sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dapat tercapai. Pengelolaan obat merupakan suatu siklus manajemen yang
meliputi empat tahapan yaitu seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi serta
penggunaan.Tujuan dari pengelolaan obat adalah tersedianya obat pada setiap saat
di butuhkan, baik jumlah, jenis, maupun kualitas (Depkes, 2005). Di dalam
pengelolaan obat yang baik sangat berpengaruh pada pelayanan kefarmasian.
Dimana dalam pengelolaan obat seringkali terjadi masalah dalam
pengelolaannya, maka perlu adanya evaluasi mengenai pengelolaannya sehingga
bisa efisien, efektif dan dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya di RSUD
Surakarta.
4
Distribusi merupakan suatu kegiatan dalam rangka pengiriman dan
pengeluaran obat yang bermutu, dimana sangat terjamin keabsahannya serta tepat
jenis obat dan jumlah obat dari instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan unit layanan kesehatan. Dimana tahap distribusi juga
merupakan suatu tahapan dari siklus pengelolaan obat yang sangat penting dan
kompleks. Pada proses penyimpanan dan distribusi dapat menghabiskan
komponen biaya yang signifikan dalam anggaran tahunan kesehatan (Quick et al,
1997).
Dalam proses penyimpanan dan pendistribusian obat, apabila di lakukan
secara efisien baik pada rumah sakit maupun kepada pasien akan mendapat
manfaat yang optimal. Penyimpanan perbekalan farmasi yang tidak tepat dapat
berakibat terganggunya distribusi obat, meningkatnya stok mati, kerusakan obat,
hingga terdapatnya obat kadaluwarsa. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada
rumah sakit yang akan berakibat pada sistem pelayanan terutama pada pasien.
Oleh karena itu dalam pemilihan sistem distribusi obat, harus dipilih dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat dapat
dilaksanakan secara tepat guna dan hasil yang maksimal (Sheina dkk, 2010).
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang
menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
dilaksanakan baik pemerintah maupun swasta melalui Keputusan Nomor
:436/Menkes/SK/VI/1993 yang mewajibkan seluruh Rumah Sakit di Indonesia
untuk diakreditasi (DepKes RI, 1993).
5
Dimana program akreditasi di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dan merupakan
pelaksanaan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN,1982). Pada SKN dijelaskan
bahwa pelayanan rumah sakit adalah penilaian terhadap mutu dan jangkauaan
pelayanan rumah sakit secara berkala yang dapat digunakan untuk penetapan
kebijaksanaan pengembangan atau peningkatan mutu.
Tujuan umum program akreditasi rumah sakit adalah mendapatkan
gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenui standar yang
telah ditetapkan sehingga mutu pelayanan rumah sakit dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan tujuan khususnya meliputi (1) memberikan
pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai tingkat
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, (2)
memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga
dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya
penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya, (3) memberikan
jaminan dan kepuasan kepada customers dan masyarakat bahwa pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin (DepKes RI, 1993).
Mengingat pentingnya pengelolaan obat dalam rangka mencapai pelayanan
yang bermutu, maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih dahulu secara
keseluruhan tahap-tahap pengelolaan obat untuk mengetahui adanya permasalahan
atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
tahap distribusi yang digunakan sebagai bahan penelitian. Hal ini berdasarkan
karena tahap distribusi dan penggunaaan obat merupakan tahap pengelolaan yang
di lakukan setelah perencanaa yang sangat menentukan keberhasilan, kemudian
6
tahap pengelolaan obat serta pengadaan yang juga berpengaruh pada ketersediaan
obat di Rumah Sakit sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat dapat
tercapai dan selanjutnya yaitu penyimpanan (Apriyanti, 2011).
Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta merupakan rumah sakit kelas C
yang dimiliki oleh pemerintah kota Surakarta yang menjadi rujukan dari
puskesmas daerah Surakarta dan sekitarnya karena memiliki fasilitas kesehatan
yang cukup memadai. Jangkauan sarana pelayanan yang dimiliki RSUD Surakarta
cukup luas. Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya permasalahan dalam
pengelolaan obat. Beberapa masalah yang ada adalah pasien yang harus antri
berjam-jam untuk mendapatkan obat, banyaknya obat kadaluarsa. Hal ini menjadi
pertimbangan oleh peneliti, untuk melakukan penelitian di RSUD Surakarta.
Tingginya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu dan terjangkau,
maka RSUD Surakarta dengan seluruh organisasi yang ada didalamnya harus
dikelola dengan baik agar dapat mencapai produktifitas dan efisiensi dalam
pelayanan khususnya dalam hal manajemen pengelolaan obat.
Pengelolaan obat penting dalam rangka mencapai pelayanan yang bermutu
maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih dahulu gambaran keseluruhan
tahap‐ tahap pengelolaan obat untuk mengetahui adanya permasalahan atau
kelemahan dalam pelaksanaannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasrakan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
7
1. Bagaimana proses pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta pada tahun 2016?
2. Apakah pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta sudah efektif dan
efisien?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui proses pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan
obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta pada tahun
2016.
2. Menganalisis keefisienan pengelolaan obat pada tahap distribusi dan
penggunaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilakukan di harapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dapat menberikan suatu pengalaman dan pemahaman serta pengetahuan dan
wawasan yang lebih terhadap masalah pengelolaan obat pada tahap distribusi
dan penggunaan obat yang ada di Rumah Sakit serta menilai tingkat
keefisienan pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Surakarta.
2. Bagi Pemerintah
8
Sebagai salah satu tambahan sumber informasi bagi pemerintah setempat serta
dapat menjadi masukan untuk menentukan kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta agar menjadi lebih
baik lagi.
3. Bagi Rumah Sakit
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan yang lebih
baik untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, khususnya pada Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta tentang
pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
4. Bagi Pasien
Di harapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan pasien karena
adanya peningkatan pelayanan kefarmasian yang di berikan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian mengenai Anlisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Distribusi dan
Penggunaan Obat diInstalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta
Tahun 2016 menurut pengetahuan peneliti hingga saat ini belum pernah
dilakukan. Penelitian yang berkaitan dengan Anlisis pengelolaan obat tahap
distribusi dan penggunaan dirumah sakit, pernah dilakukan oleh peneliti lain
diantaranya adalah:
9
1. Wijayanti, 2010, tentang Analisis Sistem Distribusi Obat di Instalasi Farmasi
Rawat Inap Jogja International Hospital. Penelitian ini hanya melakukan pada
tahap distribusi dan pada tahap penggunaan obat tidak dilakukan penelitian.
2. Sailan, 2014, tentang Evaluasi Distribusi dan Penggunaan Obat ASKES di
IFRS RSUD Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Penelitian ini spesifik hanya
ditujukan untuk tahap distribusi dan penggunaan obat ASKES.
3. Sasongko, 2014, tentang Evaluasi Distribusi dan Penggunaan Obat Pada
Pasien Rawat Jalan diInstalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi
Prof.DR.R.Soeharso Surakarta. Penelitian ini spesifik ditujukan untuk tahap
distribusi dan penggunaan obat pada pasien rawat jalan.
Judul-judul penelitian di atas mempunyai kemiripan dengan data yang
ingin digali dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
telah dilakukan adalah pada tujuan, waktu dan tempat penelitian.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. RUMAH SAKIT
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat. Rumah sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu dan terjangkau bagi masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat serta melakukan upaya kesehatan yang di
laksanakan secara serasi, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dengan
tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
(Depkes RI, 2009).
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut World Health Organization 1993, Pengertian Rumah Sakit
adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi
untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif
maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan
rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan
penelitian biologi, psikologi, sosial ekonomi dan budaya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah : “Rumah sakit adalah institusi pelayanan
10
11
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat”. Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat,
pemulazaran jenazah, laundry dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit,
serta pengolahan limbah, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan
para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan
sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan
lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Rumah sakit di selenggarakan berdasarkan pada nilai kemanusiaan, etika,
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat untuk mendapatakan pelayanan
kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit, sumber daya manusia di rumah sakit, meningkatkan
mutu, mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, memberikan kepastian
hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan rumah
sakit (Depkes RI,2009).
Menurut SK Menkes RI No.983/Menkes/SK.XI/1992 tentang pedoman
organisasi rumah sakit umum. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan bersifar dasar, spesialistik dan subspelialistik,
12
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Aditama, 2010).
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari
resiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu
adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan
persyaratan kesehatan.
2. Klasifika si Rumah Sakit
Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah
Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit Khusus adalah Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
13
a. Berdasrakan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit di kategorikan
menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, sebagai berikut:
1. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasrkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
b. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi menjadi rumah sakit publik
dan rumah sakit privat, sebagai berikut:
1. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelolah oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersikap nirlaba. Rumah sakit
pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelola
badan layanan umum (BLU) atau badan layanan umum daerah (BLUD)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, contoh: rumah
sakit departemen kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah privinsi,
rumah sakit pemerintah daerah kabupaten/ kota, rumah sakit TNI, rumah
sakit polri, dan rumah sakit pertamina.
2. Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero,
contoh: rumah sakit yayasan, dan rumah sakit perusahaan.
Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam
rangka penyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
14
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus di klasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.
a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari:
1. Rumah Sakit Umum Kelas A, yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik
Spesialis Lain dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B, yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik
Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
3. Rumah Sakit Umum Kelas C, yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D, yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus terdiri atas:
1. Rumah Sakit Khusus Kelas A, mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususan yang
lengkap.
15
2. Rumah Sakit Khusus Kelas B, mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.
3. Rumah Sakit Khusus Kelas C, mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesilais dan subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal.
3. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang RI. No. 44 Tahun 2009 tentang standar
pelayanan farmasi rumah sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit mempunyai tugas
dan fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapsiran teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
4. Profil RSUD Surakarta
Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta merupakan Rumah Sakit kelas C yang
dimiliki oleh pemerintah kota Surakarta. RSUD Surakarta terletak di jalan Lettu
16
Sumarto No. 1 Kadipiro Banjarsari, Surakarta dan berdiri dengan luas tanah 8.500
m2 dan luas bangunan ± 6.400 m
2. Adapun visi, misi dan tujuan yang di miliki
oleh RSUD Surakarta, yaitu:
Visi, Misi dan Tujuan RSUD Surakarta
1. Visi RSUD Surakarta
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Masyarakat Surakarta.
2. Misi RSUD Surakarta
a. Meningkatkan motivasi dan kinerja SDM seperti aktivisi apel pagi
dan apel siang, penerapan sistem remunerasi, membangun kembali
sikap gotong royong
b. Meningkatkan sarana dan pra sarana seperti pengadaan sarana dan
pra sarana pelayanan medis, pengadaan sarana dan pra sarana
penunjang pelayanan, pengaturan tata ruang pelayanan dan tata
ruang lain
c. Meningkatkan manajemen rumah sakit seperti penetapan visi misi
RSUD, penyelenggaraan rapat koordinasi dan evaluasi setiap
program atau kegiatan, penataan kerjasama antar institusi kesehatan,
penataan sistem arsip pada semua bagian secara bertahap.
d. Meningkatkan mutu pelayanan seperti meningkatkan keramah-
tamahan, meningkatkan keterbukaan kepada klien, meningkatkan
profesionalisme pelayanan.
3. Tujuan pelayanan kesehatan RSUD Surakarta adalah:
17
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berhasil guna,
berdaya guna serta bersifat komprehensif.
b. Meningkatkan kemitraan dengan rumah sakit lain baik negeri
maupun swasta, organisasi profesi dan dunia usaha guna memenuhi
ketersediaan sumber daya manusia maupun sarana prasarana
c. Meningkatkan penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang efektif,
efisien, dan akuntabel.
d. Meningkatkan aksesbilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
lanjutan.
5. Pelayanan di RSUD Surakarta
RSUD Surakarta mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan
kesehatan secara berdaya guna dengan mengupayakan penyembuhan dan
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan, serta melaksanakan upaya rujukan.
Jangkauan sarana pelayanan yang dimiliki RSUD Surakarta cukup luas.
Pelayanan di RSUD Surakarta meliputi pelayanan rawat jalan, poliklinik
umum, poliklinik mata, poliklinik kesehatan ibu dan anak, poliklinik gigi,
poliklinik kulit kelamin, poliklinik penyakit dalam, poliklinik anak, poliklinik
kebidanan/obsgyn , poliklinik bedah, poliklinik gizi, rawat inap persalinan,
rawat inap umum, instalasi gawat darurat.
18
B. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)
1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
IFRS adalah suatu bagian atau fasilitas pelayanan penunjang medis,
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang di
tujukan untuk keperluan rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang
terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian
mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinis (Siregar dan Amalia,
2004).
2. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2014 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
19
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
b. Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memiliki perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit
b. Merencanakan kebutuhan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
20
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan
d. Memantau keefektifan dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau
keluarga pasien
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap saat
l. Melaporkan setiap kegiatan (Depkes RI, 2004)
3. Profil Instalasi farmasi RSUD Surakarta
Organisasi farmasi rumah sakit yang memadai sangatlah diperlukan agar
visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Visi Instalasi Farmasi Rumah Sakit “Menjadi Instalasi Farmasi
21
Rumah Sakit yang terpercaya, handal dan selalu mengutamakan pelayanan
kepada pasien”.
Misi Instalasi Farmasi RSUD Surakarta adalah memberikan pelayanan
kefarmasian yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian
rumah sakit, menerapkan prinsip rasio efektif-biaya yang paling tinggi,
mengutamakan kebutuhan pasien, menjaga mutu dan keamanan perbekalan
farmasi rumah sakit.
Tujuan pelayanan farmasi adalah terwujudnya pelayanan farmasi yang
bermutu, terpercaya handal, professional, efektif, efisien berdasar standar
pelayanan kefarmasian rumah sakit dan etika profesi.
4. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
Instalasi Farmasi RSUD Surakarta dalam struktur organisasi rumah sakit
berada dibawah kepemimpinan koordinator penunjang medik. Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta belum memiliki struktur organisasi, sementara
masih dalam tahap pengajuan. Namun sudah ada pelaksanaan tugasnya hanya
saja pembagian tugas dan tanggung jawab bagi setiap karyawannya belum
memiliki uraian tugas atau job desk dengan jelas. Hal ini dikarenakan jumlah
tenaga farmasi yang masih kurang sehingga terkadang harus merangkap
tugas, sehingga berdampak pada pencapaian ouput yang kurang maksimal.
22
Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
Administrasi Umum
Wakil Kepala II
Pelayanan Farmasi
Klinik
Wakil Kepala III
Pendidikan, Penelitian
Dan Penjaminan Mutu
Wakil Kepala I
Pengelolaan Perbekalan
Farmasi
Bidang Perencanaa Dan
Pengadaan
Bidang Pelayanan
Rawat Jalan
Bidang Pendidikan Dan
Penelitian
Bidang Pengendalian
Mutu
Bidang Pelayanan
Rawat Inap Dan Gawat
Darurat
Bidang Penerimaan Dan
Penyimpanan
Bidang Klaim Dan
Pengendalian Formularium
Bidang Pelayanan
Informasi Obat
Bidang Produksi Steril
Dan Non Steril
23
5. Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam
melaksanakan kegiatan kefarmasian dan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Sumber daya manusia keseluruhan di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta terdiri dari: 7 Apoteker, 1 Sarjana Farmasi, 6 D3 Farmasi, 3 SMF,
dan 1 Bagian administrasi. Pada pembagiannya di gudang farmasi terdapat 1
Apoteker dan 1 tenaga farmasi. Di bidang pelayanan terdapat 4 apoteker yang
dibagi menjadi 4 shift yang dibantu oleh Asisten Apoteker.
Tenaga farmasi di Instalasi Farmasi RSUD diikutsertakan dalam pelatihan-
pelatihan yang diadakan, mengikuti rapat koordinasi dan evaluasi rutin setiap
3 bulan sekali yang berguna untuk mendukung pelayanan yang profesional,
meningkatkan potensi kerja dan produktifitas dalam melaksanakan pelayanan.
C. PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI
Manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari cara untuk mencapai suatu
tujuan dengan efektif dan efisien dengan menggunakan bantuan atau melalui
orang lain. Bantuan orang lain disini berupa tenaga, pikiran, dan materi.
manajemen pengelolaan obat merupakan suatu siklus yang meliputi seleksi
(selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution), dan penggunaan
(use). Keempat fungsi dasar tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan
yang terdiri dari organisasi, keuangan, manajemen informasi, dan sumber daya
manusia ( Quick dkk 2012 ).
24
Gambar 3. Siklus Manajemen Obat (Quick et al., 2012)
Pada dasarnya pengelolaan obat di rumah sakit adalah bagaimana cara
mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan
saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan yang efektif dan efisien
agar obat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin untuk
mendukung pelayanan yang bermutu.
1. Seleksi (Pemilihan)
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis kegiatan sediaan
farmasi, alat kesehatn, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini
berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang telah di tetapkan
Seleksi
ManajemenPendukung
Organisasi
Anggaran
Manajemen informasi
Sumber Daya Manusia
Pengadaan
Distribusi
Penggunaannn
25
c. Pola penyakit
d. Efektifitas dan keamaan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran (kemenkes, 2014)
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
di mulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang di butuhkan, penyesuaian
antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spasifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan
pembayaran (kemenkes, 2014).
Pengadaan dapat di lakukan melalui :
a. Pembelian
b. Produksi sediaan farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila :
a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran
b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus
d. Sediaan Farmasi dengan sediaaan yang lebih kecil/repacking
26
e. Sediaan Farmasi untuk penelitian dan
f. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan harus di buat baru
(recenter paratus).
3. Distribusi
Merupakan proses kegiatan manajemen obat yang, meliputi: penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pelaporan perbekalan sesuai sistem yang
diterapkan dirumah sakit.
a. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan
farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui
pembelian langsung, tender, konsinasi atau sumbangan (Depkes, 2010).
Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang
bertanggungjawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus
terlatih baik dalam tanggungjawab dan tugas mereka, serta harus mengerti
sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus
ada tenaga farmasi.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi
yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu.
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan
dengan spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua perbekalan
farmasi harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah
diterima, perbekalan farmasi harus segera disimpan di dalam lemari besi
atau tempat lain yang aman. Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai
27
dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penerimaan: harus mempunyai Material Safety Data
Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya. Khusus untuk alat kesehatan harus
mempunyai Certificateof Origin. Sertifikat analisa produk (Depkes, 2010).
b. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Tujuan penyimpanan adalah: memelihara mutu sediaan
farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga
ketersediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes, 2010).
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO
dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan
sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai
dengan cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi (Depkes,
2010).
c. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi dirumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
28
pasien dengan mempertimbangkan: efisiensi dan efektifitas sumber daya
yang ada, metode sentralisasi atau desentralisasi, dan system floorstock,
resep individu, dispensing dosisunit atau kombinasi.
Tujuanpen distribusian: Tersedianya perbekalan farmasi di unit-
unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah (Depkes, 2010)..
Jenis Sistem Distribusi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh IFRS dalam
mendistribusikan perbekalan farmasi dilingkungannya. Adapun metode
yang dimaksud antara lain:
1. Resep Perseorangan/Invidual Prescribing
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam system ini perbekalan farmasi disiapkan dan
didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.
Keuntungan resep perorangan, yaitu:
a. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian
memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara
langsung.
b. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker,
dokter, perawat dan pasien
c. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan/kerugian sistem resep perorangan, yaitu:
a. Memerlukan waktu yang lebih lama
29
b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan (Depkes,
2010)
2. Sistem Distribusi Persediaan Lengkap Di Ruang (Sistem Floor Stock)
Definisi system distribusi persediaan lengkap diruang adalah tatanan
kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis
dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan diruang
oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah
persediaan yang langsung diberikan kepada pasien diruang tersebut.
Dalam system persediaan lengkap diruangan, semua perbekalan farmasi
yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan perbekalan
farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang digunakan.
Keuntungan persediaan lengkap diruang, yaitu:
a. Pelayanan lebih cepat
b. Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke
IFRS
c. Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.
Kelemahan persediaan lengkap di ruang, yaitu:
a. Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order perbekalan
farmasi tidak dikaji oleh apoteker.
b. Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan
fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu,
kurang diperhatikan oleh perawat.
c. Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.
30
d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan
perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan perawatan pasien.
e. Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani
perbekalan farmasi.
f. Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan farmasi
(Depkes, 2010)
Sistem distribusi persediaan lengkap ini hanya digunakan untuk
kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai.Kerugian atau
kelemahan sistem distribusi perbekalan farmasi persediaan lengkap diruang
sangat banyak. Oleh karena itu, sistem ini hendaknya tidak digunakan
lagi.Dalam sistem ini, tanggung jawab besar dibebankan kepada perawat,
yaitu menginterpretasi order dan menyiapkan perbekalan farmasi, yang
sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker. Dewasa ini telah diperkenalkan
sistem distribusi perbekalan farmasi desentralisasi yang melaksanakan sistem
persediaan lengkap diruang, tetapi di bawah pimpinan seorang apoteker. Jika
sistem desentralisasi ini dilakukan, kekurangan dari sistem distribusi
perbekalan farmasi persediaan lengkap di ruang akan dapat diatasi
3. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing = UDD)
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang
disorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis
perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu (Depkes,
2010).
31
Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggungjawab
IFRS, hal itu tidak dapat dilakukan dirumah sakit tanpa kerjasama dengan staf
medik, perawatan pimpinan rumah sakit dan staf administratif. Jadi,
dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu ditetapkan untuk
mengembangkan pendekatan penggunaan suatu system distribusi dosis unit.
Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya dating dari apoteker IFRS yang
menjelaskan kepada anggota lain tentang konsep distribusi perbekalan
farmasi dosis unit.
Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah metode dispensing
dan pengendalian perbekalan farmasi yang dikoordinasikan IFRS dalam
rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada
kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi, unsure khusus berikut adalah
dasar dari semua system dosis unit, yaitu: perbekalan farmasi dikandung
dalam kemasan unit tunggal; di dispensing dalam bentuk siap konsumsi; dan
untuk kebanyakan perbekalan farmasi tidak lebih dari 24 jam persediaan
dosis, diantarkan ke atau tersedia padaruang perawatan pasien setiap saat.
Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu dari 3
metode dibawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi
rumah sakit.
a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi Sentralisasi dilakukan oleh IFRS
sentral kesemua unit rawat inap dirumah sakit secara keseluruhan.
Artinya, dirumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya
depo/satelit IFRS dibeberapa unit pelayanan.
32
b. Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa
depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi
desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap
diruang, hanya saja sistem distribusi desentralisasi ini dikelola
seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan
pengendalian oleh IFRS sentral.
c. Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan
desentralisasi biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan darurat
dilayani depo/satelit IFRS. Dosis selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral.
Semua pekerjaan tersentralisasi yang lain, seperti pengemasan dan
pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral (Depkes,
2010).
4. Sistem Distribusi Kombinasi
Definisi sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi
resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi persediaan di
ruangan yang terbatas. Perbekalan farmasi yang disediakan di ruangan adalah
perbekalan farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari
diperlukan, dan biasanya adalah perbekalan farmasi yang harganya murah
mencakup perbekalan farmasi berupa resep atau perbekalan farmasi bebas.
Keuntungan system distribusi kombinasi yaitu:
a. Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.
b. Adanya kesempatan berinteraksi dengan profesional antara apoteker,
dokter, perawat dan pasien/keluarga pasien
33
c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.
Rancangan Sistem Distribusi
Mendisain suatu distribusi perbekalan farmasi dirumah sakit memerlukan:
a. Analisis sitematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan operasional.
Setelah system diterapkan, pemantauan kinerja dari evaluasi mutu
pelayanan tetap diperlukan guna memastikan bahwa system berfungsi
sebagaimana dimaksudkan.
b. Jumlah ruangan dalam sistem, cakupan geografis dan tata ruang rumah
sakit, populasi pasien
c. Kualitas dan kuantitas staf
Pelaporan pemakaian perbekalan farmasi
Pelaporan pemakaian perbekalan farmasi adalah kumpulan catatan dan
pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi dan perlengkapan
kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Hal ini
bertujuan agar tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,
tersedianya informasi yang akurat, tersedianya arsip yang memudahkan
penelusuran surat dan laporan, mendapat data atau laporan yang lengkap
untuk membuat perencanaan, agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan
dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif. Proses
pendataan dan pelaporan dapat dilakukan seara tulis tangan dan
otomatisasi dengan menggunakn software komputer (Depkes, 2004).
5. Sistem Distribusi RSUD Surakarta
Sistem distribusi obat yang digunakan RSUD Surakarta sudah memiliki
SPO (Standar Prosedur Operasional). Adanya SPO bertujuan agar pelayanan
34
obat untuk resep rawat jalan dan rawat inap dapat terlaksana secara efektif
dan efisien. Selain itu agar mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan
pada setiap tahapan pelayanan.
Sistem distribusi obat yang digunakan di RSUD Surakarta adalah
sistem distribusi obat peresepan individual (individual prescribing) untuk
pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap menggunakan sistem distribusi
obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang perawatan untuk
kebutuhan emergency (sistem floor stock).
Gambar 4. Alur distribusi individual prescribing rajal dan ranap RSUD
Surakarta
Sistem distribusi pada pelayanan pasien rawat inap disesuaikan dengan
kebijakan rumah sakit, fasilitas fisik dan jumlah tenaga farmasi di instalasi
farmasi yang melakukan pelayanan di RSUD Surakarta. Jumlah tenaga farmasi
yang masih kurang dan semakin meningkatnya jumlah pasien sehingga
menyebabkan beban kerja tenaga farmasi di instalasi farmasi sehingga sistem
distribusi obat dengan peresepan individual menjadi pilihan bagi pelayanan di
rawat inap.
Resep masuk
Entri Data
Pasien
Meracik obat
Pasien
35
Distribusi obat dari gudang ke apotek dilakukan setiap hari karena
kapasitas apotek yang kecil, sesuai jam buka gudang dan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien menggunakan form permintaan.
Distribusi untuk persediaan di ruangan dilakukan dengan form permintaan
obat dan bahan habis pakai ke IFRS, sesuai kebutuhan ruangan oleh petugas poli/
unit dari masing-masing ruangan. Juga sesuai jadwal yang ditetapkan dimana di
RSUD Surakarta dijadwalkan setiap hari Sabtu.
Gambar 5. Alur distribusi sistem floor stock RSUD Surakarta
Petugas poli/unit, menulis di form permintaan (rangkap 2, asli: ditinggal di farmasi,
copy: arsip poli/unit
Jadwal: Setiap hari sabtu
Petugas poli/ unit bertanggung jawab terhadap stok obat di ruangan
Pembuatan laporan penerimaan dan pengeluaran obat tiap bulan, diserahkan ke
farmasi pada setiap awal bulan
Permintaan diserahkan ke farmasi
Serah terima barang, disertai pengecekan
Petugas farmasi menyiapkan
36
D. PENGELOLAAN OBAT TAHAP PENGGUNAAN
Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah penyampaian
sediaan obat dari IFRS kepada penderita untuk digunakan. Apoteker mempunyai
perhatian utama pada salah satu aspek proses pelayanan kesehatan, yaitu
penggunaan obat, yang merupakan suatu komponen penting karena kira-kira 80%
kunjungan ke dokter menghasilkan resep dan penggunaan injeksi. Tujuan utama
pelayanan apoteker pada proses penggunaan obat adalah melindungi penderita
dari terjadinya kembali penyakit yang berkaitan dengan obat misalnya alergi atau
reaksi obat yang tidak diinginkan serta mengingkatkan kepatuhan penderita
melalui fungsi farmasi klinik (Siregar & Amalia, 2003).
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan
penggunaan obat yang rasional, keamanan penggunaan obat, efisiensi biaya obat
dan meningkatkan kualitas hidup pasien sebagaimana yang dianjurkan oleh WHO
1993.
Salah satu aspek penting penggunaan obat di rumah sakit seharusnya
ditekankan pada kualitas dan rasionalitas pemakaiannya (tepat pasien, tepat obat,
tepat pemberian, tepat waktu pemberian) agar menjamin mutu pelayanan rumah
sakit. Ketidak rasionalan obat yang sering terjadi adalah polifarmasi, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat, penggunaan injeksi secara berlebihan, ketidak patuhan
pasien dan pengobatan sendiri secara tidak tepat (Depkes, 2006).
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi:
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
37
habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila
ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan (Kemenkes, 2014).
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
c. Tanggal Resep
d. Ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Dosis dan Jumlah Obat;
c. Stabilitas; dan
d. Aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
d. Kontraindikasi; dan
e. Interaksi Obat (Kemenkes, 2014).
38
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit;
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
terutama bagi tim farmasi dan terapi;
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
a. Menjawab pertanyaan;
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f. Melakukan penelitian (Kemenkes, 2014).
39
3. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya.Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan Obat bagi pasien (patientsafety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat;
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya;
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat (Depkes, 2006).
4. Dispensing
Kegiatan pelayanan farmasi yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,
menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau etiket, penyerahan obat
dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai dokumentasi.
40
E. INDIKATOR EFISIENSI PENGELOLAAN OBAT TAHAP
DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT
Indikator adalah alat ukur untuk membandingkan kinerja yang
sesungguhnya. Indikator digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan
atau sasaran telah berhasil dicapai. Indikator pengelolaan obat di rumah sakit
merupakan alat ukur kuantitatif yang dapat digunakan untuk monitoring, evaluasi
dan mengubah atau meningkatkan mutu pengelolaan obat di IFRS (Pudjaningsih,
1996). Hasil pengujian tersebut dapat digunakan oleh penentu kebijakan untuk
meninjau kembali strategi atau sasaran yang lebih tepat.
Indikator tahap distribusi meliputi kecocokan obat dengan kartu stok, TOR
(Turn Over Ratio), sistem penataan gudang, persentase stok mati, persentase obat
kadaluwarsa, rata-rata waktu yang di gunakan untuk melayani resep dan
persentase obat yang diserahkan. Indikator tahap penggunaan obat meliputi
persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase
peresepan injeksi, persentase peresepan obat sesuai dengan formularium,
persentase obat yang dilabeli dengan benar dan ketersediaan waktu konsultasi
oleh apoteker (Pudjaningsih, 1996).
F. LANDASAN TEORI
Keberhasilan penyelenggaraan upaya kesehatan dapat diukur dengan
berbagai indikator pengelolaan obat yang mencakup banyak faktor.Mengingat
bahwa obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan, maka
41
pengelolaan obat terus menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
program pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan
dimulai dari pemilihan, pengadaan, distribusi yang dimulai dari penerimaan,
penyimpanan, penditribusian, dan penggunaan obat. Kemudian dilakukan
monitoring dan evaluasi untuk mengetahui apakah pengelolaan obat yang
dilakukan sudah efisien sehingga ketersediaan obat dapat selalu terpenuhi bagi
pelayanan kesehatan. Pada analisis tahap distribusi dan penggunaan obat dari
siklus pengelolaan obat di rumah sakit menggunakan beberapa indikator. Untuk
tahap distribusi digunakan indikator antara lain: kecocokan obat dengan kartu
stok, TOR (Turn Over Ratio), sistem penataan gudang, persentase stok mati
persentase obat kadaluarsa dan rusak, rata-rata waktu yang digunakan untuk
melayani resep dan persentase obat diserahkan. Sedangkan indikator tahap
penggunaan obat antara lain persentase peresepan obat generik, persentase
peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, persentase peresepan obat
sesuai dengan formularium, persentase obat yang diberi label benar dan
ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker. Indikator yang digunakan
berdasarkan Depkes (2008), indikator WHO (1993) dan Pudjaningsih (1996).
Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui gambaran dan tingkat
efisiensi pengelolaan tahap distribusi dan penggunaan obat di Instalasi Farmasi
RSUD Surakarta sehingga sebagai penyedia jasa layanan kesehatan, dapat
diketahui titik pelayanan farmasi yang membutuhkan perhatian khusus untuk
dibenahi kinerjanya dalam rangka mencapai tingkat kepuasan pasien yang lebih
42
tinggi lagi terhadap kualitas pelayanan di RSUD Surakarta pada khususnya dan
pelayanan kesehatan pada umumnya.
G. KETERANGAN EMPIRIS
1. Gambaran pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di
Instalasi Farmasi RSUD Surakarta tahun 2016.
2. Pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta kemungkinan sudan efisien.
43
H. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian
Indikator: 1. Penyimpanan
a. Kecocokan obat dengan
kartu stok
b. Turn over ratio (perputaran
modal dalam setahun)
c. Sistem penataan gudang
d. Persentase obat kadaluarsa
dan rusak
e. Persentase stok mati
2. Pendistribusian
a. Waktu melayani resep
b. Persentase obat yang
diserahkan
Indikator: a. Persentase obat generik
b. Persentase antibiotik
c. Persentase peresepan
injeksi
d. Persentase peresepan
obat sesuai dengan
formularium
e. Persentase obat dilabeli
benar
f. Ketersediaan waktu
konsultasi apoteker
Dibandingkan
dengan standar
Dibandingkan
dengan standar
Tahap Distribusi
Obat
Tahap
Penggunaan
Obat
Kesimpulan
Analisis
Wawancara Wawancara
Analisis
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara
pengambilan data retrospektif untuk mengevaluasi sistem distribusi dan
penggunaan obat di RSUD Surakarta tahun 2016. Data retrospektif merupakan
data sekunder yang diperoleh dengan penelusuran terhadap dokumen pada tahun
sebelumnya. Pada tahap distribusi meliputi laporan persediaan obat, kartu stok,
laporan keuangan, faktur, laporan pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak,
sedangkan pada tahap penggunaan meliputi resep pasien di RSUD Surakarta. Data
concurrent merupakan data primer yang diperoleh saat penelitian dengan
pengamatan langsung. Pada tahap distribusi meliputi rata-rata waktu pelayanan
resep, sistem penataan gudang, sedangkan pada tahap penggunaan meliputi
pelabelan obat, ketersediaan waktu konsultasi Apoteker serta dilakukan
wawancara dengan petugas terkait.
Data primer bersifat kualitatif pada tahap distribusi dan penggunaan yang
telah didokumentasikan dalam transkrip wawancara dianalisis isinya dan disajikan
dalam bentuk narasi. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dilakukan
penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel.
Data sekunder pada tahap distribusi dan penggunaan yang bersifat kuantitatif
dilakukan penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan disajikan dalam
bentuk tabel.
44
45
B. SUBYEK PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalah semua unsur yang dianggap memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang aspek-aspek yang terkait dengan tujuan
penelitian di RSUD Surakarta tahun 2016 terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi,
Kepala Gudang Farmasi RSUD Surakarta dan petugas distribusi rawat inap dan
rawat jalan RSUD Surakarta.
C. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen yang
berhubungan tahap distribusi meliputi laporan persediaan obat, kartu stok, laporan
keuangan, faktur, laporan pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak, sedangkan pada
tahap penggunaan meliputi resep pasien di RSUD Surakarta.
2. Alat penelitian
a. Daftar cek (Check List)
Hasil pengamatan langsung pada data primer dan terhadap data sekunder
yang diambil dari dokumen, dicatat dalam daftar cek atau mencatat
langsung pada buku tulis
b. Pedoman wawancara
Berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan data
primer dengan mewawancarai pihak yang terkait dengan sistem distribusi
dan penggunaan obat.
46
D. INDIKATOR PENELITIAN
Tabel 1. Indikator Efisiensi Distribusi dan Penggunaan Obat di Rumah Sakit
Tahap Distribusi Indikator Tujuan Standar
a. Penyimpanan 1. Kecocokan antara fisik
obat dengan kartu stok
**
Mengetahui ketelitian petugas
gudang
100%
2. Turn Over Ratio** Mengetahui berapa kali
perputaran modal dalam
setahun
10-23 kali
setahun
3. Sistem penataan
gudang **
Menilai sistem penataan
gudang
100%
FIFO/FEF
O
4. Persentase obat
kadaluarsa dan rusak *
Mengetahui besarnya kerugian
rumah sakit
0%
5. Persentase stok mati **
Mengetahui item obat selama
3 bulan tidak terpakai
0 %
b. Pendistribusian 1 Rata-rata waktu yang
digunakan untuk
melayani resep **
Mengetahui tingkat kecepatan
pelayanan farmasi di rumah
sakit
≤ 60 menit
racikan, ≤
30 menit
non racikan
2 Persentase obat yang
diserahkan **
Mengetahui cakupan
pelayanan farmasi di rumah
sakit
76-100 %
Tahap
Penggunaan
1. Persentase peresepan
obat dengan nama
generik ***
Mengukur kecenderungan
meresepkan obat generik
82-94%
2. Persentase peresepan
antibiotik ***
Mengukur penggunaan
antibiotic
≤ 22,7%
3. Persentase peresepan
injeksi ***
Mengukur penggunaan injeksi 17%
4. Persentase obat sesuai
dengan formularium
***
Mengetahui tingkat kepatuhan
dokter dalam meresepkan obat
yang terdapat dalam
formularium rumah sakit
100%
5. Persentase obat yang
dilabeli dengan benar
***
Mengukur tingkat kelengkapan
informasi yang ditulis pada
etiket
100%
6. Ketersediaan waktu
konsultasi oleh
Apoteker***
Mengukur waktu yang
digunakan oleh farmasis dalam
memberikan informasi obat
-
Sumber : * Indikator Depkes (2008)
** Indikator Pudjaningsih (1996)
*** Indikator WHO (1993)
47
E. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Ditribusi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Surakarta dalam rangka pengeluaran, pelayanan, pengiriman, dan
penyerahan barang farmasi yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat
jenis dan jumlah kepada pasien rawat jalan dan rawat inap di Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta.
2. Penggunaan obat adalah pemakaian obat oleh pasien dalam pelayanan
proses terapi serta menyangkut semua aspek yang memperngaruhi pola
pemakaian obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.
3. Indikator digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan dan
sasaran telah berhasil dicapai. Indikator yang digunakan pada tahap
distribusi mengacu pada Depkes (2008) tentang Pedoman Supervisi dan
Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Pudjaningsih (1996)
tentang Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi
Rumah Sakit. Sedangkan pada tahap penggunaan obat mengacu pada WHO
(1993) tentang Howto Investigate Drug Usein Health Facilities Selected
Drug UseIndicator.
4. Kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok adalah kesesuaian antara
jumlah fisik obat dengan kartu persediaan yang berisikan data pemasukkan,
pengeluaran dan sisa obat yang digunakan di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta.
48
5. Turn Over Ratio adalah alat ukur untuk mengetahui berapa kali perputaran
modal dalam setahun di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.
6. Sistem penataan gudang adalah suatu sistem yang digunakan untuk
penyimpanan dan penyaluran obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.
7. Persentase stok matia dalah persentase persediaan obat di instalasi farmasi
yang selama 3 bulan berturut-turut tidak digunakan di Instalasi Farmasi
RSUD Surakarta
8. Persentase obat kadaluarsa dan rusak adalah persentase obat yang sudah
tidak bias digunakan lagi karena menunjukkan waktu batas terakhir obat
yang memenuhi syarat baku. Waktu kadaluarsa ditunjukkan pada etiket
dalam bulan dan tahun. Jika terdapat obat kadaluarsa maka harus
dimusnahkan dan nilainya adalah kerugian rumah sakit.
9. Waktu pelayanan resep adalah lamanya waktu pelayanan resep yang dimulai
dari penerimaan resep sampai penyerahan obat kepada pasien
10. Persentase obat yang dapat diserahkan adalah perhitungan jumlah item obat
yang dapat diserahkan dari resep rawat jalan dan rawat inap di Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta.
11. Persentase peresepan antibiotik adalah perhitungan item jumlah antibiotik
dari resep rawat jalan maupun rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta.
12. Persentase peresepan obat dengan nama generik adalah perhitungan jumlah
item obat dengan nama generik dari resep rawat jalan maupun rawat inap di
Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.
49
13. Persentase peresepan injeksi adalah perhitungan jumlah item sediaan
injeksi dari resep rawat jalan maupun rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta.
14. Persentase obat sesuai dengan formularium adalah perhitungan jumlah item
obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit dari resep rawat jalan
maupun rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.
15. Persentase obat yang dilabel dengan benar adalah perhitungan jumlah
label/etiket berisi minimal nama pasien dan aturan minum/pakai obat yang
diserahkan di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.
16. Ketersediaan waktu konsultasi adalah waktu yang digunakan oleh farmasis
dalam memberikan informasi obat sesuai jumlah kasus penyakit dari resep
pasien rawat jalan dan rawat inap diInstalasi Farmasi RSUD Surakarta.
50
F. JALANNYA PENELITIAN
G.
H.
I.
Gambar 7. Skema Jalannya Penelitian di RSUD Surakarta
G. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari hasil penelitian meliputi pengumpulan data
pengelolaan obat tahap distribusi dan penggunaan menurut indikator, observasi
dokumen dan lapangan serta wawancara mendalam. Penilaian pada setiap
indikator dibandingkan dengan data yang mengacu pada Pudjaningsih (1996)
tentang Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah
Sakit dan mengacu pada Depkes (2008) tentang Pedoman Supervisi dan Evaluasi
Tahapan persiapan 1. Studi pustaka
2. Studi pendahuluan
3. Penyusunan proposal
4. Ujian proposal
5. Pengurusan ijin penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian a. Data primer diperoleh saat penelitian dengan
pengamatan langsung pada tahap distribusi
meliputi rata-rata waktu pelayanan resep,
kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok,
pelabelan obat, sistem penataan gudang. Pada
tahap penggunaan ketersediaan waktu konsultasi
dan wawancara petugas terkait.
b. Data sekunder diperoleh dengan penelusuran
terhadap dokumen tahun sebelumnya, pada tahap
distribusi meliputi antara lain laporan persediaan
obat, kartu stok, laporan keuangan, faktur, laporan
pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak, sedangkan
pada tahap penggunaan meliputi resep pasien di
RSUD Surakarta
Tahap pengolahan data
diukur dengan menggunakan indikator efisiensi
menurut Depkes, Pudjaningsih, WHO
Kesimpulan dan saran
51
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menilai efisiensi pengelolaan obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Serta mengacu pada WHO (1993) tentang How to
Investigate Drug Usein Health Facilities Selected Drug UseIndicator.
Data yang didapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data primer bersifat kualitatif pada tahap distribusi
dan penggunaan yang telah didokumentasikan dalam transkrip wawancara
dianalisis isinya dan disajikan dalam bentuk narasi. Sedangkan data yang bersifat
kuantitatif dilakukan penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan disajikan
dalam bentuk tabel. Data sekunder pada tahap distribusi dan penggunaan yang
bersifat kuantitatif dilakukan penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan
disajikan dalam bentuk tabel.
Menghitung indikator distribusi obat:
1. Distribusi
1.1. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok.
Tujuannya untuk mengetahui ketelitian petugas gudang. Kemudian untuk
masing-masing kartu stok untuk item obat yang terpilih diamati kesesuaian jumlah
obat yang tertulis pada kartu stok (X) dengan jumlah fisik obat (Y). Perhitungan:
X/Y x 100%.
Pengambilan sampel kartu stok secara cluster proporsional yaitu seluruh
item obat yang dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, injeksi, sirup,
obat luar dan infus) selama tahun 2016. Penentuan sampel dengan jumlah
populasi lebih kecil dari 10.000 dilakukan dengan memakai rumus sebagai berikut
52
(Notoatmojo S, 2002)
n =
( )
dimana: n: besar sampel
N: besar populasi
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,5)
1.2. Nilai TOR (Turn Over Ratio).
Tujuannya untuk mengetahui berapa kali perputaran modal dalam setahun.
Data diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran dokumen obat tahun
sebelumnya. Perhitungannya dengan membagi nilai (Rp) harga pokok penjualan
dalam setahun (X) dengan nilai (Rp) rata-rata persediaaan akhir tahun (Y) atau
(X/Y)
1.3. Sistem penataan gudang.
Tujuannya untuk menilai sistem penataan gudang. Kriterianya adalah obat
yang pertama masuk adalah yang pertama keluar (FIFO) dan obat yang lebih dulu
kadaluarsa adalah yang lebih dulu dikeluarkan (FEFO). Penentuan jumlah sampel
dengan rumus perhitungan sampel. Kemudian mengambil sampel kartu stok
secara acak (X) cocokkan dengan keadaaan barang dalam no batch, tanggal
kadaluarsa dan tanggal pembelian, dicatat berapa yang tidak cocok (Y) atau (Y/X)
x 100%
1.4. Persentase stok mati.
Tujuannya untuk mengetahui item obat yang selama 3 bulan berturut-turut
tidak terpakai. Data dikumpulkan secara retrospektif dari penelusuran dokumen
obat tahun 2016. Perhitungannya dengan cara membagi jumlah item obat selama 3
53
bulan berturut-turut tidak digunakan (X) dengan jumlah item obat yang tersedia di
instalasi farmasi (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%
1.5. Persentase nilai obat kadaluarsa dan rusak.
Tujuannya untuk mengetahui besarnya kerugian rumah sakit oleh adanya
obat kadaluarsa dan obat rusak. Data diperoleh secara retrospektif dengan
penelusuran data obat kadaluarsa dan rusak tahun sebelumnya. Perhitungannya
dengan membagi jumlah item obat kadaluarsa dan rusak (X) dengan jumlah item
obat yang tersedia di instalasi farmasi (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%
1.6. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep.
Tujuannya untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi di rumah sakit.
Data diperoleh secara concurrent dengan melakukan pengamatan selama 7 hari
pada jam pelayanan resep dengan mencatat waktu resep masuk dan waktu obat
sampai ke pasien. Caranya dengan mengambil sampel 30 pasien. Data dibedakan
antara resep obat racikan dan non-racikan. Perhitungannya dengan mengurangkan
total waktu obat diserahkan ke pasien (Y) dengan total waktu resep masuk (X)
dibagi jumlah resep atau (Y-X) x 100%
1.7. Persentase obat yang dapat diserahkan.
Tujuannya untuk mengetahui cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit.
Data diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat jalan
dan rawat inap tahun sebelumnya. Cara penentuan jumlah sampel resep yang
digunakan berdasarkan panduan WHO (1993) untuk penelitian penggunaan obat
di fasilitas kesehatan secara prospektif dilakukan sampel minimal 30-100 sampel.
Pada penelitian ini digunakan sampel 100 resep untuk sampel penelitian. Cara
54
mengambil data untuk survei resep dilakukan secara retrospektif selama 1 tahun
yang dibagi menjadi 3 kuartal (4 bulan) Januari-April, Mei-Agustus, September-
Desember. Masing-masing kuartal diambil 100 resep. Cara pengambilan sampel
tiap kuartal dilakukan probability sampling yaitu sistematis sampling. Sampel
diberi nomor urut, kemudian dihitung interval atau jarak pengambilan sampel
dengan cara menghitung jumlah total resep dalam 1 kuartal dibagi jumlah resep
yang akan diambil yaitu 100 resep. Pengambilan resep awal dilakukan secara acak
dengan melihat nomor seri terakhir mata uang terbesar yang ada di saku peneliti,
kemudian sampel selanjutnya ditambah nilai interval.
Perhitungannya dengan membagi cara membagi jumlah total item obat
yang dapat diserahkan (X) dengan jumlah total item obat yang diresepkan (Y)
dikali 100% atau (X/Y) x 100%.
2. Pengukuran indikator penggunaan obat
2.1. Persentase peresepan obat dengan nama generik.
Tujuannya untuk mengukur kecenderungan meresepkan obat generik. Data
diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat jalan dan
rawat inap tahun sebelumnya. Perhitungannya dengan cara membagi jumlah total
item obat dengan nama generik yang diresepkan (X) dengan jumlah total item
obat yang diresepkan (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%
2.2. Persentase peresepan antibiotik.
Tujuannya untuk mengukur penggunaan antibiotik. Data diperoleh secara
retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap tahun
sebelumnya. Perhitungannya dengan membagi cara membagi jumlah total item
55
antibiotik yang di resepkan (X) dengan jumlah total item obat yang di resepkan
(Y) di kali 100% atau (X/Y) x 100%.
2.3. Persentase peresepan injeksi.
Tujuannya untuk mengukur penggunaan injeksi. Data diperoleh secara
membagi jumlah total item injeksi yang diresepkan (X) dengan jumlah total item
obat yang diresepkan (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100% retrospektif dengan
penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap tahun sebelumnya.
Perhitungannya dengan membagi cara membagi jumlah total item injeksi yang
diresepkan (X) dengan jumlah total item obat yang diresepkan (Y) dikali 100%
atau (X/Y) x 100%.
2.4. Persentase obat dari formularium.
Tujuannya untuk mengetahui tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan
obat yang terdapat dalam formularium rumah sakit. Data diperoleh retrospektif
dengan penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap tahun sebelumnya.
Perhitungannya dengan cara membagi jumlah total item obat yang masuk
formularium tahun 2016 (X) dan jumlah total item obat yang digunakan pada
tahun 2016 dikali 100% atau (X/Y) x 100%.
2.5. Persentase obat yang dilabel dengan benar.
Tujuannya untuk mengukur tingkat kelengkapan informasi yang ditulis
pada etiket. Data diperoleh secara concurrent dengan mengambil sampel
sebanyak 30 pasien kemudian dilakukan pengamatan selama 7 hari pada jam
pelayanan resep dengan mencatat jumlah etiket yang berisi minimal nama pasien
dan aturan minum/ pakai obat dengan jumlah etiket yang diserahkan.
56
Perhitungannya dengan cara membagi jumlah total etiket yang berisi minimal
nama pasien dan aturan minum/ aturan pakai obat (X) dengan jumlah etiket total
yang diserahkan (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%.
2.6 Ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker.
Tujuannya untuk mengukur waktu pemberian informasi obat oleh
farmasis. Data diperoleh secara concurrent dengan melakukan pengamatan pada
jam pelayanan resep rawat jalan dengan mencatat waktu yang digunakan oleh
farmasis dalam memberikan informasi obat. Perhitungannya dengan cara
membagi jumlah total waktu yang digunakan oleh farmasis dalam memberikan
informasi obat perlembar resep (X) dengan jumlah kasus (Y) atau (X/Y menit).
Dinyatakan dalam waktu ( menit dengan satu desimal)
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TAHAP DISTRIBUSI
Dalam penelitian ini dilakukan analisi sistem distribusi dan penggunaan
obat di RSUD Surakarta. Menurut Depkes (2010) distribusi merupakan tahap
pada kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
serta untuk menunjang pelayanan medis. Proses distribusi dimulai dari
penerimaan obat dan perbekalan farmasi di gudang farmasi, kemudian dilakukan
pencataan pada buku penerimaan barang dan kartu stok, penyimpanan,
selanjutnya didistribusikan ke unit-unit pelayanan.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
diperoleh keterangan bahwa sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien
rawat jalan menggunakan sistem distribusi obat peresepan individual (individual
prescribing), sedangkan untuk pasien rawat inap menggunakan sistem distribusi
obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang perawatan untuk
kebutuhan emergency (sistem floor stock). Sistem distribusi obat yang digunakan
RSUD Surakarta sudah memiliki SPO (Standar Prosedur Operasional). Adanya
SPO bertujuan agar pelayanan obat untuk resep rawat jalan dan rawat inap dapat
terlaksana secara efektif dan efisien. Selain itu agar mengetahui langkah-langkah
yang harus dilakukan pada setiap tahapan pelayanan.
Sistem distribusi pada pelayanan pasien rawat inap disesuaikan dengan
kebijakan rumah sakit, fasilitas fisik dan jumlah tenaga farmasi di instalasi
farmasi yang melakukan pelayanan di RSUD Surakarta. Jumlah tenaga farmasi
57
58
yang masih kurang dan semakin meningkatnya jumlah pasien sehingga
menyebabkan beban kerja tenaga farmasi di instalasi farmasi sehingga sistem
distribusi obat dengan peresepan individual menjadi pilihan bagi pelayanan di
rawat inap.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Gudang Farmasi, distribusi ke apotek
dilakukan setiap hari sesuai jam buka gudang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. “Pola permintaan distribusi ada form permintaannya. Tiap hari melakukan
stok obat ke apotek karena kapasitas tempatnya kan kecil dan juga petugasnya
masih kurang. Jadi kalau nggak setiap hari, nanti takutnya namanya numpuk
banyak-banyak dan juga masih banyak pekerjaan lain yang belum selesai.”
Distribusi untuk persediaan di ruangan dilakukan dengan form permintaan
untuk obat dan bahan habis pakai ke IFRS, sesuai kebutuhan ruangan oleh petugas
poli/ unit dari masing-masing ruangan. Juga sesuai jadwal yang ditetapkan dimana
di RSUD Surakarta dijadwalkan setiap hari Sabtu.
Dari hasil wawancara Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta adapun
kendala yang masih ditemui dalam sistem distribusi RSUD Surakarta. “Rawat
inap dan rawat jalan masih disatukan dalam apotek sehingga masih menjadi
kendala dalam melakukan pelayanan yang maksimal. Harusnya terpisah karena
untuk mengurai antrian jadi pasien tidak menumpuk untuk pengambilan obat
karena untuk yang rawat inap kan masih individual prescribing. Kedua, mengurai
beban kerja sehingga meningkatkan ketelitian dan kecermatan sehingga
meminimalkan kesalahan pada petugas. Pengajuan revitalisasi gedung sudah
diajukan tetapi kendalanya desain rumah sakit seperti ini, karena proses
59
pembangunan masih belum selesai jadi proses pelayanan tetap berlangsung seperti
ini.”
Proses distribusi dimulai dari penerimaan obat dan perbekalan farmasi di
gudang farmasi, kemudian akan dilakukan pencatatan pada buku penerimaan
barang dan kartu stok, penyimpanan, selanjutnya akan didistribusi ke unit-unit
pelayanan kesehatan. Dalam menganalisis tingkat efisiensi pengelolaan obat pada
sistem distribusi obat maka dilakukan beberapa pengukuran, dengan
menggunakan indikator:
1. Persentase kecocokan antara fisik obat dan kartu stok
Indikator kecocokan antara fisik obat dan kartu stok bertujuan untuk
mengetahui ketelitian petugas gudang dalam melakukan pendataan mulai dari
penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran obat. Pencatatan obat
dimaksudkan agar perputaran obat benar-benar sesuai dengan kenyataan.
Pengumpulan data secara concurrent secara cluster proporsional sebanyak 514
item jenis obat dari populasi obat yang tersedia di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta yaitu 781 item jenis obat. Dilakukan sampling terhadap kartu stok
berdasarkan bentuk sediaan (tablet, injeksi, sirup, obat luar, infus). Hasil
perhitungan tersebut dapat diihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok
Keterangan Nilai
Jumlah sampel 514
Jumlah fisik obat dan kartu stok yang cocok
Persen kecocokan fisik obat dan kartu stok
Persen ketidak cocokan obat dan kartu stok
505
98,24%
1,76%
Sumber Data: Pengamatan langsung di gudang farmasi
60
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa persentase kecocokan antara fisik obat
dengan kartu stok adalah 98,24% item atau masih ada 1,76% item obat yang
tidak sesuai dengan kartu stok. Jika dibandingkan hasil penelitian Pudjaningsih
(1996) yang memberikan persentase 100%, maka persentase kecocokan antara
fisik obat dengan kartu stok di Instalasi farmasi RSUD Surakarta belum efisien.
Penelitian serupa terkait persentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok
diantaranya adalah di RSUD Tarakan (Purwidyaningrum, 2011) dengan hasil
93,27% dan RSUD Bau-Bau 92,63% (Sailan, 2014). Nilai ini jika
dibandingkan dengan hasil penelitian yaitu 98,24 % maka dapat dikatakan
presentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok di RSUD Surakarta relatif
lebih baik. Nilai dari kedua rumah sakit tersebut masih di bawah RSUD
Surakarta.
Hal ini menunjukkan bahwa gudang RSUD Surakarta telah
melaksanakan pencatatan kartu stok dengan baik. Pencatatan yang baik dapat
membantu dalam proses pelayanan khususnya distribusi dan evaluasi
pengelolaan obat. Adanya komputer sebagai penyimpanan data tidak dapat
diabaikan, namun dengan demikian masih diperlukan data manual lainnya
sebagai pelengkap dan penunjang keamanan data yang sebenarnya.
Ketidakcocokan kartu stok dan fisik obat dapat diatasi dengan salah satunya
dengan memberikan pemahaman bagi para karyawan tentang manfaat adanya
data tertulis sebagai penunjang informasi kondisi obat di rumah sakit. Dimana
dengan adanya data tertulis maka dirasakan akan lebih mudah melakukan
penelusuran distribusi obat sebenarnya. Sehingga diharapkan petugas gudang
61
lebih teliti dan patuh dalam pengelolaan administrasi seperti saat memasukkan
data penerimaan dan pengeluaran obat sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan bagi masyarakat.
2. TOR (Turn Over Ratio)
Indikator TOR (Turn Over Ratio) bertujuan untuk mengetahui berapa kali
perputaran modal dalam setahun. Semakin TOR rendah berarti masih banyak
stok yang belum terjual sehingga akan menghambat aliran kas serta
berpengaruh terhadap keuntungan. TOR semakin tinggi berarti pengelolaan
persediaan barang semakin efisien. Perhitungannya dengan membagi nilai (Rp)
harga pokok penjualan dalam setahun dengan nilai (Rp) rata-rata persediaan
akhir tahun.
Tabel 3. TOR (Turn Over Ratio)
Tahun Stok awal
(Rp)
Stok Akhir
(Rp)
Total
pembelian
(Rp)
HPP (Rp) Nilai
persediaan
rata-rata
(Rp)
TOR
(kali)
2016 3.135.123.534 1.134.481.409 4.485.705.465 3.066.342.902 2.117.915.161 1,5
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa nilai TOR Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta pada tahun 2016 adalah sebesar 1,5 kali, masih di luar normal (lebih
rendah) jika dibandingkan hasil Pudjaningsih (1996) adalah 10-23 kali setahun.
Namun ini bukan merupakan hasil yang akurat karena terbatasnya data
yang tersedia. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta, anggaran RSUD Surakarta bersumber dari dana APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) dan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
62
membuat instalasi farmasi menambahkan anggaran sebesar Rp 1.000.000.000
pada akhir tahun 2016 sehingga stok akhir bertambah dan banyak stok yang
belum terjual. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan farmasi di awal tahun 2017
agar tercukupi dikarenakan dana APBD yang tidak selalu bisa cair tepat waktu
pada awal tahun.
TOR rendah menunjukkan terjadi penumpukan obat atau pengelolaan obat
yang tidak efisien yang memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan
menjadi kecil karena persediaan tidak keluar. Pengatasan terhadap rendahnya
TOR dapat dilakukan dengan menghitung penggunaan obat dan stok opname
setiap bulannya sehingga dapat diketahui berapa kebutuhan setiap bulan dan
obat apa yang sebaiknya dipesan, sehingga dapat meningkatkan TOR yang
berada pada RSUD Surakarta.
3. Sistem penataan gudang
Indikator sistem penataan gudang bertujuan untuk menilai sistem penataan
gudang berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dimana barang yang
pertama diterima harus pertama digunakan atau dikeluarkan dan sistem FEFO
(First Expired First Out) dimana barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih
pendek atau lebih awal harus digunakan terlebih dahulu. Hal ini berpengaruh
dalam pendistribusian perbekalan farmasi dengan mutu yang terjamin serta
mencegah terjadinya obat kadaluarsa dan rusak sebelum terpakai. Data
diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara pada saat
penelitian terhadap obat-obatan yang dikeluarkan untuk pelayanan.
63
Tabel 4. Sistem Penataan Gudang
Jumlah item obat 781
Jumlah sampel 514
Jumlah kesesuaian keadaan barang dalam no batch, tanggal
kadaluarsa dan tanggal pembelian.
514
Persen sistem penataan gudang 100%
Sumber Data: Pengamatan langsung di gudang farmasi
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan kepala Gudang Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta di peroleh keterangan bahwa sistem penataan obat di
gudang Instalasi Farmasi RSUD Surakarta tidak menggunakan urutan abjad
alpabhetis dan semuanya telah menggunakan sistem FIFO/FEFO.
Sistem penyimpana obat sudah FIFO/FEFO, penyimpanan berdasarkan
bentuk sediaan, sifat dan tidak alpabhetis. Karena berdasarkan pengalaman
selama ini lebih mudah dan lebih fleksibel. Lebih penting petugas itu, setiap
barang punya kode masing-masing di setiap kode raknya, mau ditempatkan
dimana saja asalkan ada kodenya pasti bisa di temukan oleh petugas.
Selain itu telah menggunakan sistem FIFO dan FEFO dalam
pendistribusian obat. Namun pada kenyataannya sistem FEFO belum efisien
dilakukan, hal ini terlihat dari masih terdapatnya sejumlah obat kadaluarsa .
Dengan demikian diperlukan kedisiplinan petugas di gudang untuk lebih
memperhatikan penataan dan pendataan obat dalam kegiatan pendistribusian
dimulai dari sejak penerimaan barang, penyimpanan, hingga penyalurannya ke
apotek rumah sakit. Namun untuk mencegah terjadinya obat kadaluarsa dan
rusak, Kepala Gudang Farmasi rutin melakukan pengecekan.
64
Untuk pengecekan paling lama 3 bulan sekali untuk mengetahui barang
mana yang mau ED atau yang sudah ED. Kalau bisa sebelum ED sudah
diketahui, Sehingga nantinya bisa dilakukan treatment bagaimana cara agar
meminta dokter untuk meresepkan jangan sampai ED. Kalau untuk rusak
secara fisik mungkin lebih ke suhu ruangan, kemudian suhu ruangannya dibuat
lebih ideal, suhu kamar. Untuk pengecekan tidak ada check listnya, tapi
petugas punya termometer dan kita bisa merasakan sendiri tentang
kenyamanan ruangan itu, kalau kita nyaman obat pasti nyaman, standarnya kita
sendiri. Kalau kita merasa panas gerah obat nggak ideal juga. Selain ada
termometer juga ada kita sendiri sebagai ukurannya.
Selanjutnya kepala gudang IFRS RSUD Surakarta menjelaskan pula
bahwa tidak ada panitia khusus yang menangani penerimaan obat-obatan.
Setiap obat yang masuk diperiksa jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa barang
sesuai dengan faktur pemesanan yang diterima langsung oleh apoteker
penanggung jawab gudang atau petugas yang ada di gudang.
Fasilitas gudang dalam penyimpanan obat menurut Kepala Gudang
Farmasi dari hasil wawancara masih kurang ruangan, karena prosen disini
problem yang banyak itu masalah kurang ruangan. Oleh karena itu sebenarnya
kalau pembeliannya itu rutin nggak perlu gudang sebesar ini. Cuma karena
biasanya kita ada tender, pengadaan dalam jumlah yang besar sehingga perlu
ruang penyimpanan yang besar juga yang kita nggak punya. Infus saja di sini
tidak mungkin harus di ruang lain di lantai 3. Jadi ngirim infus 5000-7000 jadi
langsung ke sana. Kalau kita butuh nanti harus mengambil lagi.
65
Dari tabel 4 diketahui bahwa penataan obat seluruhnya menggunakan
sistem FIFO dan FEFO. Jika dibandingkan hasil Pudjaningsih sebesar 100%,
maka penilaian pengelolaan obat di gudang farmasi RSUD Surakarta pada
indikator tersebut sudah efisien.
4. Presentase stok mati
Indikator persentase stok mati bertujuan untuk mengetahui item obat
selama 3 bulan berturut-turut tidak digunakan di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta. Manfaat lainnya dengan indikator ini adalah dapat membantu
pengawasan petugas dan mambantu berjalannya komunikasi yang optimal
antara instalasi farmasi dengan staf medis lainnya mengenai penggunann obat
di rumah sakit. Pengumpulan data secara retrospektif dari data dokumen tahun
2016 dan kartu stok. Nilainya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Persentase stok mati tahun 2016
Keterangan Nilai
Jumlah obat yang tersedia di instalasi 781
Jumlah obat yang tidak mengalami pergerakan 33
Persentase stok mati 2,3 %
Sumber Data: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa persentase stok mati sebesar 2,3 %. Jika
dibandingkan hasil penelitian Pudjaningsih (1996) adalah 0%, maka persentase
stok mati di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta belum efisien. Penelitian yang
dilakukan rumah sakit lain RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku
tenggara memberikan hasil 5% (Wirdah dkk, 2013) dan RSUD Ajibarang
Banyumas 6,77%. Nilai hasil penelitian adalah 2,3% berarti relatif baik bila
66
dibandingkan dengan nilai kedua rumah sakit tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa gudang IFRS RSUD Surakarta telah berusaha mengelola perbekalan
farmasi sehingga stok mati dapat diminimalisir. Akan tetapi masih diperlukan
perbaikan dengan hasil tersebut seperti menjalin komunikasi antara IFRS
dengan staf medis lainnya agar patuh dalam peresepan obat serta mengadakan
obat yang benar-benar dibutuhkan rumah sakit setempat.
Adanya stok mati di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta disebabkan karena
obat diadakan tetapi tidak ada kasus atau pemakaian, selain itu pola peresepan
beberapa dokter yang terkadang berubah-ubah, sehingga diperlukan perbaikan
dengan hasil tersebut seperti menjalin komunikasi antara IFRS dengan dokter
lainnya agar patuh dalam peresepan obat serta mengadakan pendistribusian
obat yang benar-benar di butuhkan rumah sakit.
5. Persentase obat kadaluwarsa
Indikator obat persentase obat kadaluarsa dan rusak bertujuan untuk
mengetahui besarnya kerugian rumah sakit oleh adanya obat kadaluarsa.
Adanya obat kadaluarsa dapat disebabkan karena ketidaktepatan perencanaan
dan kurangnya pengawasan terhadap mutu penyimpanan sediaan farmasi
memungkinkan terjadinya kerusakan atau penurunan mutu sediaan farmasi.
Pengumpulan data secara retrospektif dari data obat kadaluarsa di Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta tahun 2016.
67
Tabel 6. Persentase obat kadaluarsa tahun 2016
Keterangan Nilai
Jumlah obat yang tersedia di instalasi 781
Jumlah item obat yang kadaluarsa 46
Persentase obat kadaluarsa 1,6 %
Sumber data: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa persentase obat kadaluarsa dan rusak
sebesar 1,6%. Jika di bandingkan hasil penelitian Depkes (2008) 0%, maka
presentase obat kadaluwarsa di Instalasi farmasi RSUD Surakarta belum
efisien. Penelitian yang dilakukan rumah sakit lain seperti RSUD Tarakan
memberikan hasil 0,49% (Purwidyaningrum, 2011) dan RSUD Bau-Bau
sebesar 0% (Sailan, 2014). Nilai hasil penelitian adalah 1,6 % berarti belum
efisien bila dibandingkan dengan nilai kedua rumah sakit tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta adanya obat kadaluarsa disebabkan karena adanya beberapa faktor.
Adanya obat kadaluarsa biasanya tidak bisa diretur karena diperoleh dari
hasil lelang dan tender sehingga sudah sesuai persyaratan misal obat oral ED
lebih dari 2 tahun tapi ternyata tidak terpakai. Juga tidak ada kasus atau
pemakaian, biasanya untuk obat-obat emergency (harus ada tetapi tidak selalu
atau bahkan jarang terpakai).” Pengatasannya dengan melakukan pengecekan
obat secara rutin, melakukan perencanaan yang baik dengan mengadakan obat
yang benar-benar di butuhkan rumah sakit setempat. Jika dibandingkan hasil
penelitian Depkes (2008) adalah 0%, maka persentase obat kadaluarsa di
Instalasi farmasi RSUD Surakarta belum efisien.
68
6. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
Indikator rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan pelayanan farmasi di rumah
sakit. Apotek di RSUD Surakarta buka selama 24 jam dikarenakan apotek
rawat inap dan rawat jalan menjadi satu. Jam pelayanan rawat jalan hari Senin
sampai Sabtu dimulai pukul 09.00. Tetapi resep juga dapat dilayani di luar jam
itu karena apotek ini buka selama 24 jam. Pengumpulan data diperoleh secara
concurrent dengan melakukan pengamatan setiap harinya 30 pasien selama 6
hari kerja dengan mencatat waktu resep masuk sampai waktu obat di berikan
ke pasien.
Tabel 7. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
Rata-rata waktu pelayanan resep Nilai (menit)
Racikan 38,13
Non racikan 33,10
Sumber Data: Data primer yang diolah
Dari tabel 7 menunjukkan rata-rata waktu yang digunakan untuk
pelayanan resep racikan di Instalasi Farmasi rawat jalan RSUD Surakarta
adalah 38,13 menit per lembar resep, sedangkan rata-rata untuk non racikan
adalah 33,10 menit per lembar resep. Jika dibandingkan Pudjaningsih (1996)
rata-rata waktu yang digunakan untuk pelayanan resep racikan adalah ≤ 60
menit, sedangkan non racikan adalah ≤ 30 menit. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa target waktu penyediaan obat racikan dapat dipenuhi tetapi untuk non
racikan belum dapat dipenuhi sehingga dapat dikatakan belum efisien.
Lamanya waktu yang digunakan untuk melayani resep dikarenakan
apotek rawat inap dan rawat jalan masih menjadi satu, sehingga tenaga farmasi
69
harus melayani resep rawat inap dan rawat jalan bersamaan. Serta pengambilan
data pada saat peak time dimana resep dari beberapa poli masuk bersamaan
sehingga pelayanan resep menjadi menumpuk. Tanggapan petugas distribusi di
rawat jalan dengan adanya penumpukan resep karena sistem pelayanan
poliklinik yang tidak tepat waktu. Poliklinik mulai melayani pasien sekitar
pukul 09.00 yang bersamaan dengan waktu dokter selesai visite rumah sakit
sehingga menyebabkan resep dari poliklinik masuk serentak.
Berdasarkan hasil wawancara kepala Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta, pelayanan obat untuk pasien rawat inap dan rawat jalan yang
disatukan dalam satu apotek masih menjadi kendala dalam sistem distribusi
RSUD Surakarta dalam melakukan pelayanan obat yang maksimal. Hal ini
menyebabkan lamanya antrian di apotek sehingga seharusnya apotek dipisah
untuk mengurangi antrian, terutama untuk pengambilan obat rawat inap karena
masih menggunakan individual prescribing. Selain itu, juga mengurangi beban
kerja sehingga meningkatkan ketelitian dan kecermatan serta meminimalkan
kesalahan. Pengajuan revitalisasi gedung sudah di ajukan dan sekarang masih
dalam tahap proses pembangunan, tetapi masih terdapat kendala pada desain
rumah sakit sehingga akan dilakukan perombakan besar-besaran. Jadi untuk
masukan selanjutnya, jika ruangan sudah memadai dan memungkinakan untuk
menambahka tenaga kesehatan sangan diharapkan untuk merekrut tenaga
khususnya tenaga kesehatan bagian farmasi, agar waktu yang digunakan untuk
melayani resep tidak memakan waktu yang cukup lama sehingga pasien dapat
memperoleh obat dengan cepat dan tepat.
70
7. Persentase obat yang diserahkan
Indikator persentase obat yang diserahkan bertujuan untuk mengetahui
cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit. Pengambilan data secara
retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2016 untuk rawat inap dan rawat
jalan. Terbagi menjadi 3 kuartal yakni kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-
Agustus), kuartal III (September-Desember). Obat dari tiap lembar resep yang
tertulis dicocokkan dengan nota yang tercetak dari resep tersebut.
Tabel 8. Persentase obat yang diserahkan
Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap
I ( Januari-April) 96,80% 96,59%
II (Mei-Agustus) 94,78% 95,50%
III ( September-Desember) 94,44% 95,75%
Persentase rata-rata obat yang diserahkan 95,10% 95,95%
Sumber data: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 8 menunjukkan persentase obat yang diserahkan di rawat jalan
adalah sebesar 95,10%, sedangkan pada rawat inap adalah sebesar 95,95%. Jika
dibandingkan Pudjaningsih (1996) sebesar 76-100%, hasil penelitian ini
menunjukkan hasil yang sudah efisien. Penelitian yang dilakukan rumah sakit lain
yaitu RSUD Bau-Bau memberikan hasil presentase obat yang diserahkan di rawat
jalan 98,67% dan rawat inap 91,43% (Sailan, 2014). Presentase obat yang
diserahkan di RSUD Biak sebesar 95,48% pada rawat jalan dan 95,78% pada
rawat inap (Makaba, 2014). Nilai penelitian di RSUD Surakarta menunjukkan
hasil yang efisien dibandingkan dengan nilai kedua rumah sakit tersebut.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
bahwa ketersediaan obat hampir terpenuhi semua, bila ada yang kosong bisa
71
disebabkan karena obat kosong di pasaran sehingga terjadi keterlambatan
pengiriman obat ke rumah sakit dan obat E-katalog harganya di atas E-katalog.
Cara mengantisipasinya dengan memberi copy resep, meminjam ke instalasi
farmasi terdekat, mengganti obat dengan kandungan yang sama dan bila obat
tersebut sering kosong di pasaran maka sewaktu pengadaan berikutnya (ordernya)
dilebihkan misalkan untuk 5-6 bulan.
Berdasarkan wawancara dengan petugas rawat jalan dan rawat inap bila
obat yang ditulis pada resep tidak tersedia atau habis maka dikonsultasikan
dengan dokter apakah obat diganti dengan obat lain dengan kandungan sama atau
dapat dibeli diluar. Pada pasien BPJS dan PKMS Gold tidak boleh membayar
obat, oleh karena itu bila obat habis maka pasien diberi copy resep untuk dapat
ditebus lagi di apotek rumah sakit. Sebisa mungkin rumah sakit memenuhi
kebutuhan permintaan obat.
B. TAHAP PENGGUNAAN
Tahap penggunaan merupakan tahap penting yang menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Pada tahap ini
obat dari pengelolaannya di rumah sakit berpindah tangan ke pasien sebagai
konsumen akhir. Meski berada pada siklus yang terakhir pada pengelolaan obat,
informasi pada tahap penggunaan sangat bermanfaat sebagai titik dimulainya
tahap pertama dalam siklus pengelolaan obat selanjutnya.
Pengukuran pada tahap penggunaan dibagi dalam 6 indikator yaitu
persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase
peresepan injeksi, persentase obat yang sesuai formularium, persentase obat yang
dilabeli dengan benar, ketersediaan waktu konsultasi oleh apoteker.
72
1. Persentase peresepan obat dengan nama generik
Indikator persentase peresepan obat generik bertujuan untuk mengukur
kecenderungan meresepkan obat generik. Penulisan resep obat dengan nama
generik dimaksudkan sebagai indikator bahwa dokter mengerti zat aktif sediaan
obat yang diberikan sehingga dapat sebagai indikasi resep tersebut tepat indikasi,
tepat obat, tepat regimen dosis. Pemakaian obat dengan nama generik juga dapat
menghemat biaya yang dikeluarkan pasien, selain itu dapat menghindari
kekeliruan petugas farmasi dalam pembacaan tulisan resep agar obat yang diambil
tidak salah karena obat generik adalah obat dengan nama generiknya.
Pengambilan data secara retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2016
masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan. Terbagi menjadi 3 kuartal yakni
kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-Agustus), kuartal III (September-
Desember) diambil sebanyak 100 resep.
Tabel 9. Persentase peresepan obat generik
Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap
I ( Januari-April) 76,16% 75,85%
II (Mei-Agustus) 75,98% 73,40%
III ( September-Desember) 66,66% 75,15%
Persentase peresepan obat generik 72,93% 74,80%
Sumber data: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 9 menunjukkan persentase peresepan obat generik di rawat jalan
adalah sebesar 72,93%, sedangkan di rawat inap adalah sebesar 74,80%. Jika
dibandingkan indikator WHO (1993) adalah sebesar ≥82%. Hasil tersebut lebih
rendah dibanding dengan rekomendasi WHO sehingga persentase peresepan obat
generik belum efisien. Hal ini terjadi karena ada obat branded yang masuk dalam
73
pengadaan melalui E-Katalog karena tidak ada generiknya. Selain itu adanya
pasien bayar yang tidak selalu diresepkan obat generik serta adanya pasien BPJS
yang tidak selalu mendapat generik. Pengatasannya dengan melakukan
komunikasi dengan dokter untuk meresepkan obat generik kepada pasien agar
dapat dijangkau oleh pasien.
2. Persentase peresepan antibiotik
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.
Indikator persentase peresepan antibiotik bertujuan untuk mengukur penggunaan
antibiotik. Antibiotik sering digunakan secara berlebihan sehingga dapat
menyebabkan kerugian, diantaranya terjadi resistensi dan pemborosan biaya
terapi. Pengambilan data secara retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2016
masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan. Terbagi menjadi 3 kuartal yakni
kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-Agustus), kuartal III (September-
Desember) diambil sebanyak 100 resep.
Tabel 10. Persentase peresepan obat antibiotik
Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap
I ( Januari-April) 11,05% 21,09%
II (Mei-Agustus) 10,44% 22,47%
III ( September-Desember) 6,94% 19,39%
Persentase peresepan antibiotic 9,48% 20,98%
Sumber data: Data sekunder yang diolah
Dari hasil tabel 10 menunjukkan persentase peresepan antibiotik di rawat
jalan adalah sebesar 9,48 %, sedangkan di rawat inap adalah sebesar 20,98%. Jika
74
dibandingkan indikator WHO (1993) adalah sebesar ≤ 22,7%. Penelitian yang
dilakukan rumah sakit lain yakni RSUD Bau-bau memberikan hasil presentase
peresepan antibiotik rawat jalan sebesar 26,58% dan rawat inap 25% (Sailan,
2014). Presentase peresepan antibiotik di RSUD Biak sebesar 31,33% pada rawat
jalan dan 40,51% pada rawat inap (Makaba, 2014). Nilai penelitian di RSUD
Surakarta menunjukkan hasil yang relatif lebih efisien dibandingkan nilai kedua
rumah sakit tersebut. Hasil ini sudah sesuai dengan rekomendasi WHO artinya
dokter tidak mudah meresepkan antibiotik untuk setiap diagnosis penyakit.
3. Persentase peresepan injeksi
Indikator persentase peresepan injeksi bertujuan untuk mengukur
penggunaan injeksi. Dalam ketentuan WHO menegaskan agar peresepan sediaan
injeksi itu dilakukan seminimal mungkin. Artinya semakin kecil persepan sediaan
injeksi semakin baik. Pengambilan data secara retsrospektif dengan penelusuran
resep tahun 2016 masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan. Terbagi
menjadi 3 kuartal yakni kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-Agustus), kuartal
III (September-Desember) diambil sebanyak 100 resep.
Tabel 11. Persentase peresepan obat injeksi
Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap
I ( Januari-April) 0,58% 32,99%
II (Mei-Agustus) 0% 31,83%
III ( September-Desember) 0,28% 29,69%
Persentase peresepan injeksi 0,29% 31,50%
Sumber data: Data sekunder yang diolah
75
Dari tabel 11 menunjukkan persentase peresepan obat injeksi di rawat
jalan adalah sebesar 0,29%, sedangkan di rawat inap 31,50%. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh WHO peresepan obat injeksi adalah seminal mungkin baik
pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pasien rawat jalan seharusnya tidak
mendapat injeksi, namun dari hasil penelitian di RSUD Surakarta didapatkan nilai
sebesar 0,29%. Hal ini karena terdapat beberapa resep di rawat jalan dari unit IGD
yang terdapat peresepan injeksi untuk penanganan cepat dimana biasanya
dilakukan observasi ± 6 jam baru selanjutnya dapat dinyatakan sehat. Penelitian di
rawat jalan RSUD Surakarta sebesar 0,29%, hasil ini relatif baik dibandingkan
dua rumah sakit lain pada pelayanan rawat jalan yakni RS Panti Nugroho Sleman
sebesar 0,33% (Sudarmono dkk, 2011) dan RSUD Biak (Makaba, 2014) sebesar
0,66%. Hal itu berarti kesadaran masyarakat tentang berobat tidak harus diinjeksi
telah tinggi.
Peresepan obat injeksi di rawat inap sebesar 31,50%. Berdasarkan hasil
pengamatan tampaknya bagi pasien rawat inap adalah pasien yang sudah
tergolong kedalam kategori pasien gawat. Oleh karena itu presentase sediaan
injeksi meningkat, sebagai pasien gawat atau yang pasien tak sadarkan diri
pastilah sediaan injeksi yang dianggap lebih tepat dan cepat untuk
penanganannya.
4. Persentase peresepan obat sesuai dengan formularium
Formularium rumah sakit adalah himpunan obat yang diterima atau
disetujui pleh PFT untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap
batas waktu yang ditentukan (Depkes, 2004). Formularium rumah sakit dapat
76
digunakan untuk mendukung berlangsungnya pengobatan yang rasional,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas anggaran yang tersedia dan memudahkan
dalam melakukan pengelolaan obat.
Indikator persentase peresepan sesuai dengan formularium bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan obat yang terdapat dalam
formularium rumah sakit. Pengambilan data secara retsrospektif dengan
penelusuran resep tahun 2016 masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan.
Terbagi menjadi 3 kuartal yakni kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-
Agustus), kuartal III (September-Desember) diambil sebanyak 100 resep.
Tabel 12. Persentase peresepan obat sesuai dengan formularium
Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap
I ( Januari-April) 97,09% 96,59%
II (Mei-Agustus) 94,77% 94,75%
III ( September-Desember) 94,44% 95,75%
Persentase peresepan sesuai formularium 95,43% 95,69%
Sumber data: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 12 menunjukkan persentase peresepan sesuai dengan
formularium di rawat jalan sebesar 95,43% dan rawat inap sebesar 95,69%. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh WHO sebesar 100%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peresepan sesuai formularium di RSUD belum efisien,
namun cukup relatif tinggi meskipun belum mencapai 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa dokter patuh terhadap formularium yang menjadi pedoman
dalam peresepan obat di rumah sakit.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi menjelaskan ada
beberapa dokter yang terkadang tidak meresepkan obat sesuai formularium tapi
77
tidak semuanya. Pengatasannya dengan melakukan komunikasi dengan dokter
untuk meresepkan obat sesuai dengan formularium rumah sakit.
5. Persentase obat yang dilabeli benar
Pelabelan obat secara benar merupakan bagian yang amat penting bagi
petugas apotek karena hal tersebut berkaitan dengan keselamatan pasien dalam
penggunaan obat. Setiap petugas harus paham dan tidak boleh lalai terhadap
informasi pokok yang harus ditulis pada etiket. Kelalaian petugas berpotensi akan
tertukarnya obat dari satu pasien ke pasien lain dan hal ini amat berbahaya.
Pengukuran ketepatan pemberian label dilakukan dengan pengamatan
langsung terhadap label atau etiket obat yang diserahkan. Indikator persentase
obat yang dilabeli benar bertujuan untuk mengukur tingkat kelengkapan informasi
yang ditulis pada etiket. Pengamatan dilakukan selama 6 hari kerja, sampel adalah
pasien rawat jalan yang diambil sebanyak 30 pasien. Di Instalasi Farmasi RSUD
Surakarta mensyaratkan komponen informasi minimal yang harus tertera didalam
label obat adalah tanggal resep, nama pasien dan cara/aturan pakai obat.
Tabel 13. Persentase obat yang dilabeli benar
Keterangan Nilai
Jumlah sampel 180
Jumlah sampel dengan etiket yang berisi minimal tanggal
resep, nama pasien, dan cara/aturan pakai.
180
Persentase obat yang dilabeli benar 100%
Sumber Data: Data primer yang diolah
78
Dari tabel 13 hasil penelitian diperoleh tingkat ketepatan pemberian label
sebesar 100% dapat di katakan sudah efisien, sesuai indikator WHO sebesar
100%. Sehingga semua sampel yang diamati telah mengandung komponen
minimal yang diisyaratkan oleh Instalasi Farmasi RSUD Surakarta. Label tersebut
sudah ada formatnya dan diisi oleh petugas IFRJ RSUD Surakarta dengan tulisan
tangan yang jelas dan mudah dibaca.
6. Ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker
Indikator ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker bertujuan untuk
mengukur waktu yang digunakan oleh farmasis dalam memberikan informasi
obat. Namun dalam pelayanan tersebut tidak dapat dilakukan di RSUD Surakarta
dikarenakan masih terbatasnya petugas/ tenaga farmasi sehingga menjadi salah
satu kendala dalam melakukan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit. Jadi
informasi yang diberikan kepada pasien baru sebatas cara minum/ aturan pakai
obat yang diberikan ketika obat diserahkan kepada pasien.
C. KELEMAHAN PENELITIAN
Adapun kendala yang di temui peneliti dalam melakukan penelitian ini
yaitu :
1. Terbatasnya data yang tersedia untuk menghitung indikator Turn Over
Ratio di RSUD Surakarta sehingga hasil yang di dapat kurang akurat
2. Pada tahap penggunaan indikator ketersediaan waktu konsultasi oleh
apoteker tidak dapat dilakukan karena masih terbatasnya tenaga farmasi
79
sehingga menjadi salah satu kendala dalam melakukan pelayanan farmasi
klinik.
3. Pengambilan dan pengumpulan data di RSUD surakarta harus selalu
melalui Kepala Instalasi Farmasi, sedang beliau kadang tidak ada di
tempat di karenakan ada keperluan luar sehingga peneliti belum bisa
melakukan pengolahan data secepatnya.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, pengamatan dan wawancara yang mendalam tentang
pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat Di Instalasi Farmasi
RSUD Surakarta tahun 2016 diperoleh :
1. Pengelolaan obat pada tahap disrtibusi dan penggunaan obat di Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta sebagian sudah termasuk dalam kategori sesuai
standar yang di gunakan peneliti.
2. a. Indikator tahap distribusi yang sudah efisien yaitu sistem penataan gudang,
rata-rata waktu yang di gunakan untuk melayani resep racikan dan presentase
obat yang di serahkan. Indikator yang belum dikelola secara efisien yaitu
presentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok, presentase stok mati,
presentase obat kadaluwarsa, serta rata-rata waktu yang di gunakan untuk
melayani resep non racikan.
b. Indikator tahap penggunaan obat yang sudah efisien yaitu presentase
peresepan antibiotik, presentase peresepan injeksi dan presentase obat yang
dilabeli dengan benar. Indikator yang belum di kelola secara efisien yaitu
peresepan obat yang menggunakan nama generik dan presentase peresepan
obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit.
80
81
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Yang perlu di tingkatkan yaitu Manajemen Rumah Sakit menambahkan
jumlah petugas atau sumber daya manusia dan dapat merenovasi bangunan
khususnya di Instalasi Farmasi di RSUD Surakarta agar memadai sehingga
untuk selanjutnya pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian kepada pasien
dapat terlaksana secara optimal.
2. Bagi Instalasi Farmasi
Meningkatkan pengawasan dan pengendalian obat agar tidak terjadi
banyaknya stok obat mati dan obat yang kadaluwarsa serta perlu koordinasi
pengaturan sumber daya manusia pada jam-jam padatnya pelayanan obat di
apotek
3. Bagi Peneliti Lain
Perlunya meneliti indikator pengelolaan obat pada tahap distribusi obat yaitu
untuk semua pasien rawat inap dan rawat jalan agar adapat di sesuaikan
dengan perkembangan pelayanan kesehatan khususnya pada PBJS.
82
BAB VI
RINGKASAN
Keberhasilan penyelenggaraan upaya kesehatan dapat diukur dengan
berbagai indikator pengelolaan obat yang mencakup banyak faktor. Mengingat
bahwa obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan, maka
pengelolaan obat terus menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
program pelayanan kesehatan yang mendasar.
Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta merupakan rumah sakit kelas C
yang dimiliki oleh pemerintah kota Surakarta yang menjadi rujukan dari
puskesmas daerah Surakarta dan sekitarnya karena memiliki fasilitas kesehatan
yang cukup memadai. Jangkauan sarana pelayanan yang dimiliki RSUD Surakarta
cukup luas. Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya permasalahan dalam
pengelolaan obat. Salah satu masalah yang ada adalah pasien yang harus antri
berjam-jam untuk mendapatkan obat. Tingginya tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan yang bermutu dan terjangkau, maka RSUD Surakarta dengan seluruh
organisasi yang ada didalamnya harus dikelola dengan baik agar dapat mecapai
produktifitas dan efisiensi dalam pelayanan khususnya dalam hal manajemen
pengelolaan obat. Maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui gambaran dan
efisiensi pengelolaan obat tahap distribusi dan penggunaan di Instalasi Farmasi
RSUD Surakarta pada tahun 2016 sehingga ke depannya dapat menunjang
pelayanan farmasi yang lebih optimal.
Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional (potong lintang) yang digambarkan secara deskriptif. Pengambilan data
82
83
secara retrospektif dan concurrent untuk mengevaluasi sistem distribusi dan
penggunaan obat di RSUD Surakarta tahun 2016. Data retrospektif merupakan
data sekunder yang diperoleh dengan penelusuran terhadap dokumen tahun
sebelumnya. Pada tahap distribusi meliputi laporan persediaan obat, laporan
keuangan, faktur, laporan pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa, sedangkan pada
tahap penggunaan meliputi resep pasien di RSUD Surakarta. Data concurrent
merupakan data primer yang diperoleh saat penelitian dengan pengamatan
langsung. Pada tahap distribusi meliputi kecocokan fisik obat dengan kartu stok,
sistem penataan gudang, dan rata-rata waktu pelayanan resep, sedangkan pada
tahap penggunaan meliputi pelabelan obat, ketersediaan waktu konsultasi oleh
Apoteker serta wawancara dengan petugas terkait.
Pengelolaan obat yang baik diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang bermutu sehingga perlunya evaluasi terhadap pengelolaan
perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dan sumber daya yang
melaksanakannya. Evaluasi dilakukan pada tahap distribusi meliputi kecocokan
fisik obat dengan kartu stok, Turn Over Ratio, sistem penataan gudang, persentase
stok mati, persentase obat kadaluarsa dan rusak, rata-rata waktu yang digunakan
untuk melayani resep, persentase obat yang diserahkan, sedangkan pada tahap
penggunaan meliputi persentase peresepan obat generik, persentase peresepan
obat antibiotik, persentase peresepan obat injeksi, persentase peresepan obat
sesuai formularium, persentase obat yang dilabeli benar, serta ketersediaan waktu
konsultasi oleh Apoteker. Gambaran pelaksanaa pengelolaan obat tahap distribusi
dan penggunann obat juga di peroleh dari wawancara dengan Kepala Instalasi
84
Farmasi RSUD Surakarta, Kepala gudang farmasi dan petugas distribusi rawat
inap dan rawat jalan RSUD Surakarta.
Tabel 14. Hasil penelitian efisiensi distribusi dan penggunaan obat di IFRS RSUD
Tahap Distribusi Indikator Standar Hasil
a. Penyimpanan 1. Kecocokan antara fisik
obat dengan kartu stok **
100% 98,24%
2. Turn Over Ratio** 10-23 kali setahun
-
3. Sistem penataan gudang ** 100% FIFO/FEFO 100%
FIFO/FEFO
4. Persentase obat kadaluarsa
dan rusak ***
0% 1,6%
5. Persentase stok mati **
0 % 2,3%
b. Pendistribusian 1 Rata-rata waktu yang
digunakan untuk melayani
resep **
≤ 60 menit racikan, ≤ 30
menit non racikan
38,13 menit
racikan dan 33,10
menit non racikan
2 Persentase obat yang
diserahkan **
76-100 % Rajal 95,10%
Ranap 95,95%
Tahap
Penggunaan
1. Persentase peresepan obat
dengan nama generik ***
82-94% Rajal 72,93%
Ranap 74,80%
2. Persentase peresepan obat
antibiotik ***
≤ 22,7% Rajal 9,48%
Ranap 20,98%
3. Persentase peresepan obat
injeksi ***
17% Rajal 0,29%
Ranap 31,50%
4. Persentase obat sesuai
formularium ***
100% Rajal 95,43%
Ranap 95,69%
5. Persentase obat yang
dilabeli dengan benar ***
100% 100 %
6. Ketersediaan waktu
konsultasi oleh
Apoteker***
- -
Sumber : *Indikator Depkes (2008)
**Indikator apudjaningsi (1996)
***Indikator WHO (1993)
Distribusi merupakan tahap pada kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem
distribusi dirancang agar mudah dijangkau oleh pasien dan perlu dikelola dengan
85
baik untuk menjaga pasokan serta mutu obat secara konstan. Sehingga
meminimalkan terjadinya obat kadaluarsa dan rusak. Sistem distribusi yang
diterapkan di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta untuk pasien rawat jalan
menggunakan sistem distribusi obat peresepan individual (individual prescribing),
sedangkan untuk pasien rawat inap menggunakan sistem distribusi obat kombinasi
resep individual dan persediaan di ruang perawatan untuk kebutuhan emergency
(sistem floor stock).
Hasil penelitian di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta dalam pengelolaan
obat pada tahap distribusi antara lain: 1) persentase kecocokan jumlah obat
dengan kartu stok sebesar 98,24 % item atau masih ada 1,76% item obat yang
tidak sesuai dengan kartu stok artinya belum efisien. 2) Sistem penataan gudang
100% telah menggunakan sistem FIFO dan FEFO. 3) Persentase stok mati
sebanyak 33 item atau sebesar 2,3% artinya belum efisien. 4) Persentase obat
kadaluarsa dan rusak sebesar 1,6% artinya belum efisien. 5) Rata-rata waktu yang
digunakan melayani resep racikan 38,13 menit sudah efisien dan non racikan
33,10 menit artinya belum efisien. 6) Persentase obat yang dapat diserahkan di
rawat jalan 95,10% dan rawat inap 95,95% berarti sudah efisien.
Tahap penggunaan merupakan tahap penting yang menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Pada tahap ini
obat dari pengelolaannya di rumah sakit berpindah tangan ke pasien sebagai
konsumen akhir. Meski berada pada siklus yang terakhir pada pengelolaan obat,
informasi pada tahap penggunaan sangat bermanfaat sebagai titik dimulainya
tahap pertama dalam siklus pengelolaan obat selanjutnya.
86
Hasil penelitian di Instalasi Farmasi Surakarta pada indikator penggunaan
obat antara lain: 1) Persentase peresepan obat generik untuk rawat jalan 72,93 %
dan rawat inap 74,80% artinya belum efisien. 2) Persentase peresepan obat
antibiotik untuk rawat jalan 9,48% dan rawat inap 20,98 % berarti sudah efisien.
3) Persentase peresepan obat injeksi untuk rawat jalan 0,29% dan rawat inap
31,50%. Hasil ini menunjukkan bahwa persentase peresepan injeksi belum efisien
untuk rawat jalan dan rawat inap. 4) Persentase obat yang sesuai formularium
untuk 95,43% dan rawat inap 95,69%. Persentase obat yang sesuai formularium
untuk rawat jalan dan rawat inap berarti belum efisien. 5) Persentase obat yang
dilabeli dengan benar di rawat jalan 100%, artinya sudah efisien.
Pelaksanaan pengelolaan obat pada sistem distribusi dan penggunaan obat
di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta tentunya memerlukan manajemen
pendukung yang digunakan untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaan
pengelolaan obat di rumah sakit. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Surakarta, Kepala Gudang dan petugas distribusi rawat jalan dan
rawat inap diperoleh gambaran manajemen yang mendukung berlangsungnya
pengelolaan obat terutama dalam bidang distribusi dan penggunaan obat di RSUD
Surakarta yaitu organisasi, sistem informasi, dan sumber daya manusia.
87
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, A. 2011. Evaluasi Pengadaan dan Ketersediaan Obat di RSUD Hadji
Boejasin Pelihari tahun 2006-2008. Thesis Magister Manajemen Farmasi
UGM. Yogyakarta.
Aditama, TY.,2010, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, Jakarta:
Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. SK Menteri Kesehatan Nomor :
436/Menkes/SK/VI/1993 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
Standar Kelayakan Medis. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia No
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit hlm 6-7. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2005. Pedoman Supervisi dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan 2nd ed. Ditjen Yanfar dan Alkes. Dit Bina Obat dan perbekalan
Kesehatan, Jakarta.
Depkes RI. 2006. Kebijakan Obat Nasional, 8. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit.
Direkorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jendral
Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan, Jakarta
Depkes RI, 2009, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit.
Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Bekerjasama Dengan
Japan Internasional Cooperation Agency.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 340 tahun 2010 tentang
Kualifikasi Rumah Sakit hlm 2.
87
88
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Madang S. 2011. Analisis Pengaruh Sistim Informasi Manajemen Obat Pada
Monitoring Distribusi Obat di IFRSUD Pandan Arang Boyolali.
Surakarta: Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas
Setia Budi.
Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Oscar L., dan Jauhar m., 2016. Dasar-dasar Manajemen Farmasi, Prestasi
Pustakaraya Jakarta:Indonesia.
Poerwani SK dan Sopacua E. 2004. Upaya Pemerintah dalam Penataan
Perumahsakitan di Indonesia Melalui Kegiatan Akreditasi. Makalah
dalam Simposium I Badan Litbangkes. Jakarta 20 – 21.
Pudjaningsih, D. 1996. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di
Farmasi Rumah Sakit. Tesis. Magister Manajemen Rumah Sakit. Program
Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Purwidyaningrum, I., 2011, Analisis Distribusi Obat Rawat Inap Di Instalasi
Farmasi RSUD Tarakan Jakarta Pusat. Jurnal Farmasi Indonesia. Hal 12-
19 Vol 8 No.1
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 58 Tahun 2014,
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, hlm 3-4
Quick, J.D, Rankin, J.R., Laing R.O., O’Connor, R.W., Horgerzeil, H.V., Dukes,
M.N.G and Garnet, A. 1997.Managing Drug Supply 2nd edition, 378- 482,
Kumarian Press, West Harford.
Quick, DJ., Hume, M.I, Raukin J.R, Laing, RO., O’Connor, R.W.,2012,
Managing Drug Supplay (2nd ed), Revised and Expended, Kumarin press,
West Hartford.
Satibi. 2015. Manajemen Obat di Rumah Sakit (ed. Pertama). Yogyakarta: UGM
Press.
89
Sailan M. 2014. Evaluasi Distribusi Dan Penggunaan Obat ASKES di IFRS
RSUD Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Thesis Magister Manajemen
Farmasi UGM. Yogyakarta.
Sheina, B, Umam, M.R, Solikhah. 2010. Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi
Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol. 4, No. 1, 1 – 7.
Siregar CJP., dan Amalia L. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Siregar Ch.J.P.,dan Amalia, L.,2004, Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah
sakit hlm 2.
Wijayanti, T .2011. Analisis Sistem Distribusi Obat Di Instalasi Farmasi Rawat
Inap Jogja International Hospital. Thesis Magister Manajemen Farmasi
UGM. Yogyakarta.
World Health Organization., 1993, Howto Investigate Drug Usein Health
Facilities, Selected Drugh UseIndicator, Action Programon Essential
Drug, 46–52, WHO, Geneva
91
Lampiran 2. Kecocokan Antara Fisik Obat, Kartu Stok Dan Sistem Penataan
Gudang
No
Nama Obat
Sesuai/
Tidak Sesuai
(√) Ed Obat
Sistem
Penataan
Gudang
1 ACARBOSE TAB 100 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
2 ACARBOSE TAB 50 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
3 ACDAT CREAM 5 GR
Nop-18 FIFO/FEFO
4 ACETYL CYSTEINE CAP 200 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
5
ACETYL CYSTEINE INJ 200
MG/ML
Okt-17
FIFO/FEFO
6 ADALAT OROS TAB 30 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
7 ALBOTHYL CONC 10 ML
Agust-21 FIFO/FEFO
8 ALBUMAN 20% 50 ML
Okt-17 FIFO/FEFO
9 ALCO DROP
Mei-18 FIFO/FEFO
10 ALLOPURINOL TAB 100 MG
Jul-20 FIFO/FEFO
11 ALLOPURINOL TAB 100 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
12 ALOFAR TAB 300 MG
Jul-19 FIFO/FEFO
13 ALPENTIN CAP 100 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
14 ALPRAZOLAM TAB 0.5 MG
Jan-20 FIFO/FEFO
15 ALPRAZOLAM TAB 0.5 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
16 AMARYL TAB 2 MG √ Feb-19 FIFO/FEFO
17 AMBROKSOL SYR 15 MG/5 ML
Mar-19 FIFO/FEFO
18 AMBROKSOL TAB 30 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
19 AMIKASIN 250 MG INJ
Feb-18 FIFO/FEFO
20 AMINEFRON TAB
Jun-18 FIFO/FEFO
21 AMINOFUSIN PAED
Mei-18 FIFO/FEFO
22 AMINOLEBAN INFUS
Nop-18 FIFO/FEFO
23 AMINOPHILIN TAB 200 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
24 AMINIPHILIN INJ 24 MG/ML
Okt-18 FIFO/FEFO
25 AMINIPHILIN INJ 24 MG/ML
Mar-17 FIFO/FEFO
26 AMINORAL TAB
Jul-18 FIFO/FEFO
27 AMITRIPTILIN TAB 25 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
28 AMLODIPIN TAB 10 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
29 AMLODIPIN TAB 10 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
30
AMOXICILLIN FORTE SYR 250
MG /5 ML
Des-17
FIFO/FEFO
31 AMOXICILLIN SYR 125 MG
Mei-18 FIFO/FEFO
32 AMOXICILLIN TAB 500 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
33 AMOXSAN DROP 100 MG/ML
Jun-19 FIFO/FEFO
34 AMPICILLIN INJ 1 GR E KAT
Sep-20 FIFO/FEFO
92
35 AMPICILLIN TAB 500 MG
Apr-17 FIFO/FEFO
36 ANALSIK TAB
Sep-19 FIFO/FEFO
37 ANALTRAM TAB
Apr-20 FIFO/FEFO
38 ANBACIM 1 GR INJ
Okt-18 FIFO/FEFO
39 ANCLA FORTE SYR
Sep-18 FIFO/FEFO
40 ANELAT TAB 1 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
41 ANTALGIN TAB 500 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
42 ANTASIDA DOEN TAB
Jun-19 FIFO/FEFO
43 ANTIHEMOROID DOEN SUPP
Nop-19 FIFO/FEFO
44 ANTRAIN INJ 1 G/2 ML
Mei-18 FIFO/FEFO
45 APIALYS DROP
Sep-18 FIFO/FEFO
46 APIALYS SYR
Jul-19 FIFO/FEFO
47 ARIXTRA INJ 2.5 MG/0.5 ML
Nop-18 FIFO/FEFO
48
ASAM MEFENAMAT TAB 500
MG
Sep-18
FIFO/FEFO
49
ASAM TRANEXAMAT INJ 500
MG/4 ML
Okt-19
FIFO/FEFO
50 ASAM VALPROAT SYR
Jul-18 FIFO/FEFO
51 ASIKLOVIR TAB 400 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
52 ASIKLOVIR KRIM 5%
Feb-20 FIFO/FEFO
53 ATAROC SYR
Apr-18 FIFO/FEFO
54 ATAROC TAB 25 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
55 ATIVAN TAB 0.5 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
56 ATORVASTATIN TAB 20 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
57 ATROPIN SULFAS INJ
Des-19 FIFO/FEFO
58 ATROPIN SULFAS TAB 0.5 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
59 AVODART CAP 0.5 MG
Mei-20 FIFO/FEFO
60
AZITROMISIN TAB 250 MG
SOHO
Feb-20
FIFO/FEFO
61 AZITROMISIN TAB 500 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
62 BACITRACIN SALEP KULIT
Des-16 FIFO/FEFO
63 BAMGETOL TAB 200 MG
Agust-20 FIFO/FEFO
64 BENOCETAM TAB 400 MG
Mar-20 FIFO/FEFO
65 BENOCETAM TAB 800 MG
Jul-19 FIFO/FEFO
66 BENZOLAC CL 10 GR
Okt-18 FIFO/FEFO
67 BEROTEC 0,1 MG MDI
Feb-18 FIFO/FEFO
68
BETAHISTIN MESILAT TAB 6
MG
Jun-19
FIFO/FEFO
69 BETMIGA TAB 50 MG
Jan-19 FIFO/FEFO
70 BIOLERGY TAB
Jun-21 FIFO/FEFO
71 BIOLISYN TAB √ Nop-18 FIFO/FEFO
72 BIOPREXUM TAB 5 MG
Nop-17 FIFO/FEFO
93
73 BISOLVON INJ 4 MG/ 2 ML
Feb-19 FIFO/FEFO
74 BISOPROLOL TAB 5 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
75 BRALIN INJ 500 MG/ 4 ML
Nop-18 FIFO/FEFO
76 BRALIN TAB 500 MG
Nop-20 FIFO/FEFO
77 BRILINTA TAB 90 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
78 BUFACOMB CREAM
Mei-18 FIFO/FEFO
79 CALINIC TAB
Agust-19 FIFO/FEFO
80 CANDESARTAN TAB 16 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
81 CAPTOPRIL TAB 25 MG
Nop-18 FIFO/FEFO
82 CAPTOPRIL TAB 12,5 MG
Okt-17 FIFO/FEFO
83
CARBAZOCHROME INJ 50 MG
10 ML
Mar-18
FIFO/FEFO
84 CATAPRES INJ 150 MG/ ML
Sep-19 FIFO/FEFO
85 CEDANTRON INJ 4 MG/ 2 ML
Mei-19 FIFO/FEFO
86 CEDANTRON INJ 8 MG/ 4 ML
Mar-17 FIFO/FEFO
87 CEFADROKSIL CAP 500 MG
Agust-00 FIFO/FEFO
88
CEFADROKSIL SYR 125 MG/ 5
ML
Sep-18
FIFO/FEFO
89 CEFIXIM CAP 100 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
90 CEFIXIM SYR 100 MG/ 5 ML
Sep-18 FIFO/FEFO
91 CEFOFERAZON INJ 1 GR
Jun-18 FIFO/FEFO
92 CEFOTAXIM INJ 1 GR
Apr-19 FIFO/FEFO
93 CEFTRIAXON INJ 1 GR
Apr-19 FIFO/FEFO
94 CEFTRIMET INJ 1 GR
Jan-19 FIFO/FEFO
95 CELLCEPT TAB 500 MG
Mar-20 FIFO/FEFO
96 CENDO ASTENOF 5 ML TM
Jul-19 FIFO/FEFO
97 CENDO CARPINE 2 % TM
Mar-19 FIFO/FEFO
98 CENDO EFRISEL 10 %
Sep-17 FIFO/FEFO
99 CENDO FENICOL 1 % SM
Sep-17 FIFO/FEFO
100 CENDO GLAOPEN MDS
Agust-18 FIFO/FEFO
101 CENDO LYTEERS 15 ML
Okt-19 FIFO/FEFO
102 CENDO MIDRIATIL 1 % TM
Mar-19 FIFO/FEFO
103 CENDO MYCOS SM
Mei-19 FIFO/FEFO
104 CENDO SILOXAN TM 5 ML
Agust-18 FIFO/FEFO
105 CENDO TROPIN 1 % TM
Jun-17 FIFO/FEFO
106 CENDO XYTROL SM
Sep-19 FIFO/FEFO
107 CEPEZET INJ
Okt-17 FIFO/FEFO
108 CETADOP 200 MG/ 2 ML
Agust-17 FIFO/FEFO
109 CETIRIZIN SYR 5 MG/ 5 ML
Jul-18 FIFO/FEFO
110 CETIRIZIN TAB 10 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
111 CEVADIL TAB 5 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
94
112 CHANNA CAP 500 MG
Okt-19 FIFO/FEFO
113 CHANNA PLUS SYR
Sep-19 FIFO/FEFO
114
CHLORAMFENIKOL SALEP
MATA 1 %
Des-17
FIFO/FEFO
115
CHLORAMPHENICOL CAP 250
MG
Jun-21
FIFO/FEFO
116
CHLORAMPHENICOL SYR 125
MG/ 5 ML
Jun-19
FIFO/FEFO
117
CHLOREXOL SUSP 125 MG/ 5
ML
Okt-19
FIFO/FEFO
118 CHLOROQUIN TAB 150 MG √ Des-17 FIFO/FEFO
119
CHLORPROMAZIN INJ 25 MG/
ML
Feb-19
FIFO/FEFO
120 CHLORPROMAZIN TAB 100 MG
Nop-17 FIFO/FEFO
121 CILOSTAZOL TAB 100 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
122 CIMETIDINE TAB 200 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
123 CIPROFLOXACIN INFUS
Des-17 FIFO/FEFO
124 CIPROFLOXACIN TAB 500 MG
Nop-20 FIFO/FEFO
125 CITICHOLIN INJ 250 MG/ AMP
Sep-19 FIFO/FEFO
126 CITICHOLIN TAB 500 MG
Mar-17 FIFO/FEFO
127 CLAMIXIN 125 MG DRY SYR
Apr-17 FIFO/FEFO
128 CLINDAMYCIN CAP 300 MG
Agust-20 FIFO/FEFO
129 CLINDAMYCIN CAP 300 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
130 CLOBAZAM TAB 10 MG
Jun-20 FIFO/FEFO
131 CLONADERM CREAM 5 GR
Nop-19 FIFO/FEFO
132 CLONEX TAB 500 MG
Mei-21 FIFO/FEFO
133 CLONIDIN TAB 0.15MG
Des-20 FIFO/FEFO
134 CLOPIDOGREL TAB
Mar-18 FIFO/FEFO
135 CLOPIDOGREL TAB
Jul-18 FIFO/FEFO
136 CLOPAZINE TAB 100 MG
Sep-19 FIFO/FEFO
137 COLSANCETINE INJ 1 GR
Mar-19 FIFO/FEFO
138 CONCRO TAB 2.5 MG E KAT
Agust-19 FIFO/FEFO
139 CORDARONE INJ 150 MG/ 3 ML
Apr-18 FIFO/FEFO
140 COREDRYL SYR
Sep-19 FIFO/FEFO
141 CORTIDEX INJ 5 MG/ ML
Feb-18 FIFO/FEFO
142 COTRIMOKSAZOL SUSPENSI
Mei-19 FIFO/FEFO
143 COTRIMOKSAZOL TAB 480 MG
Agust-21 FIFO/FEFO
144 CRIPSA TAB 2.5 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
145 CTM TAB 4 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
146 CYSTONE TAB
Okt-18 FIFO/FEFO
147 DECULIN TAB 30 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
148 DEHIDRALYTE SYR
Sep-17 FIFO/FEFO
95
149 DEPAKOTE TAB 250 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
150 DESOLEX 0.05% CREAM
Jul-17 FIFO/FEFO
151 DEXAMETHASON TAB 0.5 MG
Mei-19 FIFO/FEFO
152 DEXAMETHASON INJ
Jun-19 FIFO/FEFO
153 DEXIGEN CREAM
Agust-18 FIFO/FEFO
154 DEXKETOPROFEN INJ
Jun-18 FIFO/FEFO
155 DEXKETOPROFEN TAB 25 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
156 DEXTRAL TAB
Jun-21 FIFO/FEFO
157 DIAGIT TAB
Agust-20 FIFO/FEFO
158 DIALIFER INJ 20 MG/ ML
Mei-18 FIFO/FEFO
159 DIAMICRON MR TAB 60 MG
Jun-19 FIFO/FEFO
160 DIAZEPAM INJ 5 MG/ML
Apr-20 FIFO/FEFO
161 DIAZEPAM TAB 2 MG
Mar-19 FIFO/FEFO
162 DIAZOLE INFUS 50 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
163 DIFENHIDRAMIN INJ
Mei-18 FIFO/FEFO
164 DIGOKSIN TAB 0.25 MG
Mar-20 FIFO/FEFO
165 DIKLOVIT TAB 50 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
166 DILTIAZEM TAB 30 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
167 DIMENHIDRINAT TAB 50 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
168 DOBUTAMIN INJ 50 MG/ 5 ML
Apr-18 FIFO/FEFO
169
DOMPERIDONE SUSP 5 MG/ 5
ML
Nop-20
FIFO/FEFO
170 DOMPERIDONE TAB 10 MG
Jun-20 FIFO/FEFO
171 DONEZEPIL TAB 5 MG
Mei-18 FIFO/FEFO
172 DOPAMET TAB 250 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
173 DOXIHAT CAP 100 MG
Mar-20 FIFO/FEFO
174 DOXYCYCLIN CAP 100 MG
Jan-20 FIFO/FEFO
175 EDEMIN INJ 20 MG/ 2 ML
Sep-19 FIFO/FEFO
176 EFAVIRENZ TAB 600 MG
Jun-17 FIFO/FEFO
177 ELIZA CAP 20 MG
Jun-21 FIFO/FEFO
178 EPHEDRIN HCL INJ 50 MG/ ML
Des-19 FIFO/FEFO
179 EPHEDRIN HCL TAB 25 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
180 EPHINEPRIN INJ
Sep-17 FIFO/FEFO
181 EPIDOSIN INJ
Apr-21 FIFO/FEFO
182 EPOTREX IUNP 2000 IU
Apr-18 FIFO/FEFO
183 EPREX PROTECS 2000 IU
Jan-00 FIFO/FEFO
184 ERGOTAMIN COFFEIN TAB
Sep-18 FIFO/FEFO
185 ERLAMYCETINE ZM
Apr-19 FIFO/FEFO
186 ERYTHROMICIN CAP 250 MG
Des-21 FIFO/FEFO
187
ERYTHROMICIN 200 MG/ 5ML
SYRUP
Jul-19
FIFO/FEFO
96
188 E-SOME INJ
Jun-18 FIFO/FEFO
189 ESTALEX TAB
Okt-19 FIFO/FEFO
190
ESTHERO CONJUGATE TAB
0.625 MG
Sep-17
FIFO/FEFO
191 ETHAMBUTOL TAB 250
Mei-18 FIFO/FEFO
192 ETHAMBUTOL TAB 500
Agust-21 FIFO/FEFO
193 ETIL KHLORIDA SEMPROT
Okt-21 FIFO/FEFO
194 EUTHYROX TAB 100 MCG
Mei-18 FIFO/FEFO
195 EXJADE TAB 250 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
196 EXTRACE INJ
Jun-21 FIFO/FEFO
197 FARGOXIN INJ
Sep-17 FIFO/FEFO
198 FARIDEXON TAB 0,25 MG
Jul-19 FIFO/FEFO
199 FARSORBID INJ 1 MG/ 1 ML
Agust-19 FIFO/FEFO
200 FARSORBID TAB 10 MG
Apr-20 FIFO/FEFO
201 FASIDOL DROPS 15 ML
Okt-18 FIFO/FEFO
202 FASIDOL TAB 500 MG
Agust-20 FIFO/FEFO
203 FENOFIBRATE CAP 300 MG
Mei-20 FIFO/FEFO
204
FENTANYL INJ 10 ML 0,05
MG/ML
Mei-18
FIFO/FEFO
205
FENTANYL INJ 2 ML 0,05
MG/ML
Jun-19
FIFO/FEFO
206 FERIZ DROPS 15 ML
Jul-19 FIFO/FEFO
207 FOLAMIL CAP
Jul-19 FIFO/FEFO
208 FODAZEN CAP
Mar-18 FIFO/FEFO
209 FORTANEST INJ 15 MG/ 3 ML
Mei-18 FIFO/FEFO
210 FORTANEST INJ 5 MG/ 5 ML
Agust-18 FIFO/FEFO
211 FORUMEN EAR DROP 10 ML
Sep-18 FIFO/FEFO
212 FRIDEP TAB 50 MG
Agust-20 FIFO/FEFO
213 FRIMANIA TAB 200 MG
Mei-19 FIFO/FEFO
214 FUROSEMIDE INJ 10 MG/ ML
Sep-18 FIFO/FEFO
215 FUROSEMIDE TAB 40 MG
Jul-20 FIFO/FEFO
216 GABAPENTIN CAP 300 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
217 GABITEN TAB 50 MG
Jan-20 FIFO/FEFO
218 GAREXIN TM 0.3 %
Mar-19 FIFO/FEFO
219 GASTRUL TAB √ Mar-18 FIFO/FEFO
220 GAVISTAL INJ 5 MG/ ML
Jun-19 FIFO/FEFO
221 GEMFIBROZIL CAP 300 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
222 GENTAMYCIN 0.3 % TM E KAT √ Jan-18 FIFO/FEFO
223 GENTAMYCIN 40 MG/ ML INJ
Feb-19 FIFO/FEFO
224 GG TAB 100 MG
Jul-21 FIFO/FEFO
225 GINIFAR TAB 500 MG
Des-19 FIFO/FEFO
226 GINKONA TAB
Jan-18 FIFO/FEFO
97
227 GITAPLUS TAB
Mei-18 FIFO/FEFO
228 GLAUCETA TAB 200 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
229 GLAUCON TAB 250 MG
Jun-19 FIFO/FEFO
230 GLIBENKLAMID TAB 5 MG
Mar-17 FIFO/FEFO
231 GLIMEPIRIDE TAB 1 MG
Des-19 FIFO/FEFO
232 GLIMEPIRIDE TAB 2 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
233 GLIMEPIRIDE TAB 3 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
234 GLIMEPIRIDE TAB 4 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
235 GLIQUIDON TAB 300 MG
Mei-19 FIFO/FEFO
236 GLICOSAMINE TAB 250 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
237 GLUTROP TAB
Okt-17 FIFO/FEFO
238 GRAFOLA DHA TAB
Apr-18 FIFO/FEFO
239 GRAPHALAC SYR
Jun-19 FIFO/FEFO
240 GRAVYNON TAB 5 MG
Apr-19 FIFO/FEFO
241 GRISEOFULVIN TAB 125 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
242 HALOPERIDOL TAB 5 MG E KAT
Nop-18 FIFO/FEFO
243
HARNAL D TAB 0.2 MG
(DISPERSIBEL) E KAT
Agust-17
FIFO/FEFO
244
HARNAL OCAS TAB 0.4 MG E
KAT
Mei-21
FIFO/FEFO
245 HCT TAB 25 MG
Feb-20 FIFO/FEFO
246 HEPATINE TAB 750 MG
Des-18 FIFO/FEFO
247 HERBESSER CD CAP 100 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
248 HERBESSER CD CAP 200 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
249 HERBESSER POWDER INJ 50 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
250 HEXYMER TAB 2 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
251 HIBLOK TAB 100 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
252 HYCAL TAB
Feb-18 FIFO/FEFO
253 HYSTOLAN TAB 20 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
254 IBUPROFEN TAB 400 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
255 IMUNOS PLUS TAB
Jul-18 FIFO/FEFO
256 IMUNOS SYR
Nop-18 FIFO/FEFO
257 IMUNOS TAB
Jul-20 FIFO/FEFO
258 INBACEF SYR 100 MG/ 5 ML
Jul-19 FIFO/FEFO
259 INFIMICYN SYR
Mei-18 FIFO/FEFO
260 INH TAB 300 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
261 IRBESARTAN TAAB 300 MG
Mei-18 FIFO/FEFO
262 ISDN TAB 5 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
263 ISOCAL 400 MG
Sep-17 FIFO/FEFO
264
KALIUM DIKLOFENAK TAB 50
MG
Feb-18
FIFO/FEFO
265 KALK TAB 500 MG
Mar-20 FIFO/FEFO
98
266 KENDARON TAB 200 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
267
KETOKONAZOL KRIM 2 % 10
GR
Mei-19
FIFO/FEFO
268 KETOKONAZOL TAB 200 MG
Apr-19 FIFO/FEFO
269 KETOPROFEN 100 MG INJ
Nop-17 FIFO/FEFO
270 KETOPROFEN TAB 100 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
271 KETOROLAC 30 MG/ ML INJ
Jun-19 FIFO/FEFO
272 KINA TAB
Nop-17 FIFO/FEFO
273 KODEIN TAB 10 MG
Nop-19 FIFO/FEFO
274 KODEIN TAB 20 MG
Nop-19 FIFO/FEFO
275 KSR TAB 600 MG
Mei-19 FIFO/FEFO
276 KURKUMEX TAB
Okt-18 FIFO/FEFO
277 KUTOIN CAP 100 MG
Jan-20 FIFO/FEFO
278 L BIO SACHET
Jun-18 FIFO/FEFO
279 LACTO B SACHET √ Jul-18 FIFO/FEFO
280 LACTRIN CAP 300 MG
Mar-17 FIFO/FEFO
281 LAMESON INJ 125 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
282 LAMESON TAB 4 MG
Agust-21 FIFO/FEFO
283 LANSOPRAZOLE CAP 30 MG
Apr-19 FIFO/FEFO
284 LANSOPRAZOLE CAP 30 MG √ Sep-18 FIFO/FEFO
285 LAPIBAL CAP 500 MG
Agust-20 FIFO/FEFO
286 LASAL SYR 2 MG/5 ML
Okt-19 FIFO/FEFO
287 LASGAN CAP 30 MG
Apr-19 FIFO/FEFO
288 LAXADIN EMULSI 60 ML
Mei-19 FIFO/FEFO
289 LAXAMEX TAB 5 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
290 LAXNA TAB 5 MG
Mei-20 FIFO/FEFO
291 LENAL ACE TAB
Mar-19 FIFO/FEFO
292 LEPTICAL CAP 75 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
293
LEVOFLOXACIN INFUS 500 MG /
100 ML
Apr-19
FIFO/FEFO
294 LEVOFLOXACIN TAB 500 MG
Apr-19 FIFO/FEFO
295 LEVOPAR TAB
Jul-19 FIFO/FEFO
296 LEXIGO TAB 6 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
297 LIDOCAIN HCL 2 % INJ
Mei-20 FIFO/FEFO
298 LIDOCAIN HCL 5 % INJ
Jul-20 FIFO/FEFO
299 LISINOPRIL TAB 10 MG
Feb-17 FIFO/FEFO
300 LIDOMER INJ 5 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
301 LIDOMER TAB 2 MG
Nop-19 FIFO/FEFO
302 LOPERAMIDE HCL TAB 2 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
303 LORATADIN TAB 10 MG
Jan-18 FIFO/FEFO
304 LOSTACEF 250 MG SYR
Mei-18 FIFO/FEFO
99
305 LOVENOX 20 MG INJ
Agust-17 FIFO/FEFO
306 LOVENOX 40 MG INJ
Des-17 FIFO/FEFO
307 LUTEVIT CAP
Mar-19 FIFO/FEFO
308 MADOPAR TAB
Apr-18 FIFO/FEFO
309 MAXSTAN TAB 500 M
Feb-20 FIFO/FEFO
310 MECOBALAMIN CAP 500 MG
Jun-19 FIFO/FEFO
311 MECOBALAMIN INJ
Okt-18 FIFO/FEFO
312 MECOLA TAB
Jul-17 FIFO/FEFO
313 MEGABAL CAP 500 MG MCG
Sep-18 FIFO/FEFO
314 MELOXICAM TAB 15 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
315 MEPTIN TAB 0.05 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
316 MERLOPAN TAB 0.5 MG
Des-18 FIFO/FEFO
317 MEROPENEM INJ 1 GR
Sep-19 FIFO/FEFO
318
MESTAMOX DRY SYR 125 MG /
5 ML
Jun-19
FIFO/FEFO
319
METAMIZOLE SODIUM TAB 500
MG
Agust-19
FIFO/FEFO
320 METFORMIN TAB 500 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
321
METIL ERGOMETRIN MALEAT
INJ
Nop-18
FIFO/FEFO
322
METIL ERGOMETRIN MALEAT
TAB 0.125 MG
Jan-20
FIFO/FEFO
323
METIL PREDNISOLON 125 MG
INJ
Jul-18
FIFO/FEFO
324
METIL PREDNISOLON TAB 16
MG
Jul-18
FIFO/FEFO
325
METIL PREDNISOLON TAB 4
MG
Agust-18
FIFO/FEFO
326 METOCLOPRAMIDE INJ √ Mei-20 FIFO/FEFO
327 METOKLOPRAMID TAB 10 MG
Nop-18 FIFO/FEFO
328 METRONIDAZOL TAB 500 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
329 METXIME INJ
Jan-19 FIFO/FEFO
330 MINIASPI TAB 80 MG
Jul-20 FIFO/FEFO
331 MK DENT 500 ML
Mei-18 FIFO/FEFO
332 MOLEXFLU TAB
Jun-19 FIFO/FEFO
333 MORFIN 10 MG/ ML INJ
Jan-18 FIFO/FEFO
334 MORFIN HCL TAB 10 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
335 MOTESON CREAM 10 G
Jul-18 FIFO/FEFO
336
MST CONTINUS TAB 10 MG E
KAT
Jul-19
FIFO/FEFO
337 MUCOS DROP 15 MG/ ML
Jul-17 FIFO/FEFO
338 MYLOXAN / GASTRUCID TAB
Mei-19 FIFO/FEFO
339 NATRIUM NIKLOFENAK TAB 50
Sep-21 FIFO/FEFO
100
MG
340 NATUR E CAP 100 UI
Apr-20 FIFO/FEFO
341 NAZOVEL SUPP 100 MG
Apr-17 FIFO/FEFO
342 NEVIRAPINE TAB 200 MG
Mei-18 FIFO/FEFO
343 NEW ANTIDES TAB 600 MG
Okt-20 FIFO/FEFO
344 EXITRA TAB 500 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
345 NEXIUM TAB 20 MG
Nop-17 FIFO/FEFO
346 NEXIUM TAB 40 MG
Nop-17 FIFO/FEFO
347 NIFEDIPIN TAB 10 MG
Okt-19 FIFO/FEFO
348 NITROKAF RETARD CAP 2.5 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
349 NIXAVEN SYR 100 MG/5 ML
Okt-19 FIFO/FEFO
350 NOKOBA INJ 0.4 MG/ML
Sep-18 FIFO/FEFO
351 NOMENI TAB
Sep-19 FIFO/FEFO
352 NOPRES TAB 20 MG
Des-17 FIFO/FEFO
353 NOPROSTOL TAB 200 MG MCG
Apr-19 FIFO/FEFO
354 NOREPINEFRIN INJ 4 MG/ 4 ML
Mei-18 FIFO/FEFO
355 NOSIRAX CAP
Feb-19 FIFO/FEFO
356 NOSTHYRA TAB 5 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
357 NOTISIL TAB 2 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
358 NATRIXUM 2.5 ML INJ
Mei-18 FIFO/FEFO
359 NOVAKALK TAB 500 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
360 NUTRALIX 5000 TAB
Jun-19 FIFO/FEFO
361 NUTRALIX TAB
Agust-19 FIFO/FEFO
362 OBAT BATUK HITAM SYR
Apr-19 FIFO/FEFO
363 OFLOKSASIN TAB 400 MG
Feb-17 FIFO/FEFO
364 OMEPRAZOL CAP 20 MG
Jun-19 FIFO/FEFO
365 OMEPRAZOLE INJ
Mei-18 FIFO/FEFO
366 ONDANSENTRON TAB 8 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
367
ONDANSENTRON 4 MG/ 2 ML
INJ
Apr-19
FIFO/FEFO
368 ONZAPIN TAB 10 MG
Agust-17 FIFO/FEFO
369 ONZAPIN TAB 5 MG
Mar-19 FIFO/FEFO
370 OPINEURON TAB
Agust-17 FIFO/FEFO
371 OPIZOLAM TAB 0.5 MG
Des-17 FIFO/FEFO
372 ORIXAL TAB 500 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
373 OSKOM TAB
Jun-18 FIFO/FEFO
374 OSTEOKOM TAB
Sep-19 FIFO/FEFO
375 PACDIN SYR
Apr-19 FIFO/FEFO
376 PAMOL SUPP 125 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
377 PABOL SUPP 250 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
378 PANTOPRAZOLE INJ 40 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
101
379 PANTOPRAZOLE TAB 20 MG
Jul-19 FIFO/FEFO
380 PAPAVERIN TAB 40 MG
Apr-21 FIFO/FEFO
381
PARACETAMOL DROP 100 MG/
ML
Mar-17
FIFO/FEFO
382
PARACETAMOL INF 1 GR/ 100
ML
Jan-18
FIFO/FEFO
383
PARACETAMOL SYR 120 MG/ 5
ML
Okt-18
FIFO/FEFO
384 PARACETAMOL TAB 500 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
385 PETHIDIN INJ 50 MG/ ML
Jul-20 FIFO/FEFO
386 PHENITOIN NA CAP 100 MG
Mar-19 FIFO/FEFO
387 PENITHOIN NE INJ 50 MG / ML
Sep-19 FIFO/FEFO
388
PHENOBARBITAL INJ 50 MG/
ML
Des-19
FIFO/FEFO
389 PHENOBARBITAL TAB 30 MG √ Apr-20 FIFO/FEFO
390
PHENOXYMETHYL PENISILIN
TAB 250 MG
Apr-17
FIFO/FEFO
391 PIRACETAM 3 G INJ
Jul-18 FIFO/FEFO
392 PIRACETAM TAB 800 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
393 PIRACETAM TAB 800 MG
Mar-19 FIFO/FEFO
394
PIRANTEL PAMOATE TAB 125
MG
Des-17
FIFO/FEFO
395 PLASBUMIN 25 % 20 ML
Agust-18 FIFO/FEFO
396 PLASBUMIN 25 % 100 ML E KAT
Jun-19 FIFO/FEFO
397 PLETAAL TAB 100 MG
Jul-21 FIFO/FEFO
398 POLOFAR PLUS TAB
Jul-19 FIFO/FEFO
399 PRAVASTATIN TAB 20 MG
Nop-18 FIFO/FEFO
400
PREDNISON TAB 5 MG DUS
@100
Agust-19
FIFO/FEFO
401 PRESTIN CAP 20 MG
Jun-19 FIFO/FEFO
402 PRIMAQUIN TQB 15 MG
Mei-20 FIFO/FEFO
403 PRIMOLUT N TAB 5 MG
Apr-19 FIFO/FEFO
404 PROHEPAR CAP
Nop-17 FIFO/FEFO
405 PROMAVIT CAP
Mar-18 FIFO/FEFO
406 PROPRANOLOL TAB 10 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
407 PRORENAL TAB
Sep-18 FIFO/FEFO
408 PROSTACOM TAB 5 MG
Okt-20 FIFO/FEFO
409 PROTHYRA TAB 10 MG
Mei-21 FIFO/FEFO
410 PTU TAB 100 MG
Jun-20 FIFO/FEFO
411 PYRAZINAMID TAB 500 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
412 RANITIDIN INJ 50 MG / 2 ML
Jul-19 FIFO/FEFO
413 RANITIDIN TAB 150 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
102
414 RANIVEL SYR 75 MG/ 5 ML
Jan-19 FIFO/FEFO
415 REBAMIPIDE TAB 100 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
416 RECOLFAR TAB 0,5 MG
Jun-19 FIFO/FEFO
417 RECORMON INJ
Feb-18 FIFO/FEFO
418 RENAX CAP
Okt-19 FIFO/FEFO
419 RIFAMPISIN CAP 450 MG
Okt-19 FIFO/FEFO
420 RINCOBAL TAB 500 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
421 RISPERIDON TAB 2 MG
Jun-18 FIFO/FEFO
422 RISTEON TAB
Mar-19 FIFO/FEFO
423 RL INF 500 ML
Jul-18 FIFO/FEFO
424 RL INF 500 ML WIDATRA
Jan-21 FIFO/FEFO
425 ROCURONIUM 50 MG/ 5 ML INJ
Nop-17 FIFO/FEFO
426 ROFIDEN TAB 100 MG
Jan-18 FIFO/FEFO
427 RONAZOL SYR 125 MG / 5 ML
Okt-18 FIFO/FEFO
428 SACCHARINE TAB (E-KAT)
Feb-19 FIFO/FEFO
429 SALBUTAMOL SYR 2 MG/ 5 ML
Nop-17 FIFO/FEFO
430 SALBUTAMOL TAB 2 MG
Apr-20 FIFO/FEFO
431 SANDEPRIL TAB 50 MG
Jul-20 FIFO/FEFO
432 SANGOBION BABY 15 ML DROP
Jun-21 FIFO/FEFO
433 SANGOBION KIDS 100 ML
Agust-18 FIFO/FEFO
434 SANMOL INFUS
Apr-18 FIFO/FEFO
435 SANMOL TAB 500 MG
Agust-21 FIFO/FEFO
436 SANPICILLIN INJ 1 GR
Mei-19 FIFO/FEFO
437 SANTAGESIK INJ
Jun-18 FIFO/FEFO
438 SCABICID KRIM
Agust-21 FIFO/FEFO
439 SCOPAMIN TAB 10 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
440 SEDACUM INJ 5 MG
Mei-18 FIFO/FEFO
441 SEVODEX 250 MG INJ
Jun-19 FIFO/FEFO
442 SIBITAL 50 MG
Apr-17 FIFO/FEFO
443 SIBITAL INJ
Mar-17 FIFO/FEFO
444 SIFROL TAB 0.375 MG
Nop-18 FIFO/FEFO
445
SILUM TAB 5 MG
Apr-20
FIFO/FEFO
446 SIMARG TAB 2 MG
Mar-19 FIFO/FEFO
447 SIMVASTATIN TAB 10 MG
Apr-18 FIFO/FEFO
448 SISTENOL TAB
Apr-18 FIFO/FEFO
449 SPIRONOLAKTON TAB 100 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
450 SPIRONOLAKTON TAB 25 MG
Mei-17 FIFO/FEFO
451 STESOLID SYR
Mar-18 FIFO/FEFO
452 STESOLID/ DIAZEPAM 5 MG RT
Sep-20 FIFO/FEFO
453 STOLAX SUPP 10 MG
Mar-18 FIFO/FEFO
103
454 SUKRALFAT SYR
Sep-19 FIFO/FEFO
455 SULFASALAZIN TAB
Agust-20 FIFO/FEFO
456 TALION TAB 10 MG
Jul-17 FIFO/FEFO
457 TABAPRESS TAB 10 MG
Mei-20 FIFO/FEFO
458 TELFAST PLUS TAB
Apr-18 FIFO/FEFO
459
TEMIRAL SM / ACYCLOVIR
SALEP MATA
Sep-19
FIFO/FEFO
460 TEQUINOL TAB 500 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
461 TEXORATE TAB 2.5 MG
Nop-18 FIFO/FEFO
462 THIAMFENICOL CAP 500 MG
Jun-20 FIFO/FEFO
463 THIAMFLEX SYR 125 MG/ 5 ML
Jun-19 FIFO/FEFO
464 THIOPENTAL 0.5 GR INJ
Feb-17 FIFO/FEFO
465 THYROZOL TAB 10 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
466 THYROZOL TAB 5 MG
Feb-18 FIFO/FEFO
467 TILSAN TAB 25 MG
Mar-17 FIFO/FEFO
468 TIMSALIN TAB 2.5 MG
Des-18 FIFO/FEFO
469 TRAMADOL CAP 50 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
470 TRAMADOL INJ 50 MG/ ML
Jul-19 FIFO/FEFO
471 TREMENZA TAB
Jul-19 FIFO/FEFO
472 TRIAMCINOLON TAB 4 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
473 TRIANTA SUSPENSI 60 ML
Okt-18 FIFO/FEFO
474 TRIHEKSIPHENIDIL TAB 2 MG
Jan-21 FIFO/FEFO
475 TRILAC TAB 4 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
476 TROVILON CAP 250 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
477 ULSIDEX TAB 500 MG
Sep-20 FIFO/FEFO
478 URINTER CAP 400 MG
Jul-20 FIFO/FEFO
479 URISPAS TAB 200 MG
Jun-21 FIFO/FEFO
480 UROTRACTIN CAP 400 MG
Agust-20 FIFO/FEFO
481 UTROGESTAN TAB 200 MG
Jan-19 FIFO/FEFO
482 VALESCO TAB 80 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
483 VALSARTAN TAB 80 MG
Jul-17 FIFO/FEFO
484 VELUTINE INJ 2.5 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
485
VENTOLIN NEBULES/
SALBUTAMOL 2,5 MG
Jul-19
FIFO/FEFO
486 VESPERUM DROP 15 ML
Nop-18 FIFO/FEFO
487 VIP ALBUMIN CAP
Jun-18 FIFO/FEFO
488 VITALONG C CAP
Okt-18 FIFO/FEFO
489 VITAMIN A CAP 100.000 IU
Jul-18 FIFO/FEFO
490 VITAMIN A CAP 200.000 IU
Mar-18 FIFO/FEFO
491 VITAMIN A TAB 6000 IU IPI
Agust-18 FIFO/FEFO
492 VITAMIN B KOMPLEKS TAB
Agust-19 FIFO/FEFO
104
493 VITAMIN B.1 TAB 50 MG
Okt-20 FIFO/FEFO
494 VITAMIN B.12 TAB 50 M
Jan-19 FIFO/FEFO
495 VITAMIN B.6 TAB 10 MG
Sep-19 FIFO/FEFO
496 VITAMIN C INJ 100 MG
Nop-17 FIFO/FEFO
497 VITAMIN C TAB 50 MG
Jul-18 FIFO/FEFO
498 VITAMIN C TAB 50 MG IPI
Jul-18 FIFO/FEFO
499 VITAMIN K TAB 10 MG
Okt-18 FIFO/FEFO
500 VOMECHO DROP 5 MG/ML
Des-18 FIFO/FEFO
501 VOSEFA CAP 500 MG
Jan-00 FIFO/FEFO
502 WIDOXIL CAP 500 MG
Feb-19 FIFO/FEFO
503 XARELTO TAB 10 MG
Nop-18 FIFO/FEFO
504 XARELTO TAB 15 MG
Mei-18 FIFO/FEFO
505 XEPABION TAB
Sep-18 FIFO/FEFO
506 XEPAZYM TAB
Mei-19 FIFO/FEFO
507
YUSIMOX FORTE SYR 250 MG/ 5
ML
Nop-19
FIFO/FEFO
508 ZAMEL DROP
Mar-18 FIFO/FEFO
509 ZINC PRO DROP 10 MG/ ML
Sep-17 FIFO/FEFO
510 ZINC TAB 20 MG
Agust-18 FIFO/FEFO
511 ZINNAT TAB 250 MG
Mar-19 FIFO/FEFO
512 ZINNAT TAB 500 MG
Agust-19 FIFO/FEFO
513 ZIRKUM KIDS SYR 20 MG/ 5 ML
Sep-19 FIFO/FEFO
514 ZITANID TAB 2 MG
Sep-18 FIFO/FEFO
Tidak Sesuai
9
Persentase
98,24% 100 %
105
Lampiran 3. Laporan Obat Stok Mati RSUD Surakarta Tahun 2016
No Nama obat
1 T-Chromic 2/0 c-27
2 T-silk 3/0 s-22
3 T-mono 3/0 M-52
4 Corolene 4/0 20515k
5 Sinusorb 8/0
6 Plain catgut 4/0
7 Silk 3/0 sachet
8 T-lene 5/0 L-17
9 Demersob 1
10 T-Nyilon 2/0 N-90
11 Demesilk 2
12 Chromic petergut 1
13 Optime 0
14 Peter silk 2/0
15 Advantime 3/0
16 Optime 2/0
17 Enema set
18 Cannofit 6x8
19 Cutimed hydro-L 10x10
20 Tegaderm 5x7
21 Hernia set
22 Linapen single use
23 Catagel
24 Digel
25 Medeblue
26 Diblue
27 Mucus extractor
28 Spinocan no.25
29 Needle 26 G
30 Mess No.20 onemed
31 Condom catether M
32 ADS 0,5 ml
33 Suction catehter no.6
106
Lampiran 4. Daftar Obat Kadaluwarsa RSUD Surakarta Tahun 2016
No NAMA OBAT
BENTUK
SEDIAAN JUMLAH
TANGGAL
KADALUWARSA
1 ABU inj vial 8 Feb-15
2 Acyclovir 400 tablet 16614 Jun-15
3 Acyclovir Cream tube 864 Jun-15
4 Adona AC-17 tablet 500 Feb-15
5 Adona inj ampul 166 Okt-14
6 Alletrol TM botol 68 Nop-13
7 Ambroxol tablet 16700 Feb-15
8 Aminophillin 200 mg tablet 2000 Sep-15
9 Asam Tranexamat 500 tablet 1300 Des-14
10 Cefadroxil 125 Dry Syr botol 342 Agust-15
11 Cetirizin Syr botol 43 Des-14
12 Chloramfenicol 250 capsul 4000 Okt-14
13 Clamixin Syr botol 37 Nop-14
14 Clonaderm Cr tube 130 Nop-14
15 Clonidine 0,15 tablet 2000 Jun-15
16 Coredryl Syr botol 469 Jun-15
17 Cotrimoxazol 480 mg tablet 14600 Jun-15
18 Cotrimoxazol Syr botol 795 Feb-15
19 CTM tablet 39000 Nop-15
20 Erythromycin Syr botol 503 Jun-15
21 Feriz Drop botol 61 Sep-15
22 Glibenclamide tab tablet 1900 Jun-15
23 Ibuprofen 200 tablet 1800 Nop-15
24 Ikalep 250 tablet 930 Feb-15
25 Lutevit cap capsul 6390 Agust-15
26 Maltiron Syr botol 243 Feb-15
27 Nifedipine 10 mg tablet 12000 Jul-15
28 Nisagon Cream tube 495 Jun-15
29 Nystatin Vag Tab Vag Tab 700 Sep-15
30 Phenobarbital inj ampul 10 Nop-15
31 Piroxicam 20 mg tablet 11600 Apr-14
32 Spashi injeksi ampul 813 Jun-15
33 Stesolid 10 mg RT tube 75 Des-14
34 Stesolid 5 mg RT tube 87 Feb-15
35 Texorate tablet 630 Jan-15
36 Thiamfenicol 500 mg capsul 16600 Nop-15
37 Topazol inj vial 10 Nop-15
107
38 Ventolin Rotacap capsul 400 Sep-15
39 Chloroquin 150 tablet 1000 Des-15
40 Injection plug biji 272 Des-15
41 Morfin tab tablet 330 Des-15
42 Vitazym tablet 3200 Des-15
43 Xylomidon injeksi ampul 116 Des-15
44 Zinc tablet 3900 Des-15
45 Ketokonazol krim 5g/
solinfec tube 640 Nop-15
46 Thiamfenicol syrup/
Solathim botol 765 Des-14
108
Lampiran 5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
No No Resep
Waktu Resep Resep Total
Waktu
(Menit) Masuk Keluar Racik
Non
Racik
1 0261 09.38 10.05 √ 27
2 0276 09.54 10.17 √ 23
3 0268 09.41 10.17 √ 36
4 0563 09.38 10.17 √ 39
5 0228 09.55 10.22 √ 27
6 0253 09.52 10.22 √ 36
7 0164 09.46 10.22 √ 42
8 0491 10.01 10.27 √ 26
9 0153 09.59 10.27 √ 28
10 0255 09.52 10.28 √ 36
11 0571 10.12 10.32 √ 20
12 0220 10.12 10.34 √ 22
13 0310 10.01 10.35 √ 34
14 0335 10.15 10.35 √ 20
15 0129 10.14 10.36 √ 22
16 0296 10.25 10.43 √ 18
17 0298 10.20 10.44 √ 24
18 0226 10.13 10.44 √ 31
19 0295 10.18 10.44 √ 26
20 0193 10.25 10.45 √ 20
21 0128 10.25 10.50 √ 25
22 0110 10.40 11.05 √ 25
23 0294 10.40 11.06 √ 26
24 0201 10.51 11.18 √ 27
25 0138 10.42 11.19 √ 37
26 0270 10.35 11.19 √ 44
27 0433 10.50 11.20 √ 30
28 0237 11.00 11.30 √ 30
29 0264 10.52 11.30 √ 38
30 0248 10.40 11.31 √ 51
Jumlah 6 24
109
Lampiran 6. Persentase peresepan obat generik, antibiotik, injeksi, obat sesuai formularium rumah sakit, obat yang dapat diserahkan,
di rawat inap RSUD Surakarta
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan
1 00 56 83 4 3 1 2 4 4
2 02 73 93 5 1 1 1 5 5
3 02 72 67 1 1 1 1 1 1
4 02 15 31 2 1 1 1 2 2
5 01 42 63 4 4 1 2 4 4
6 01 42 63 2 1 0 1 1 1
7 00 83 00 4 3 1 1 3 4
8 00 84 71 5 4 1 1 5 5
9 03 06 05 4 3 0 1 4 4
10 02 48 93 3 2 0 1 3 3
11 02 75 54 4 3 1 1 4 4
12 02 68 70 3 3 1 1 3 3
13 01 21 26 1 1 0 0 1 1
14 6462 4 2 0 1 4 4
15 00 68 89 2 1 1 1 2 2
16 01 54 45 3 2 0 1 3 3
17 00 25 36 3 2 1 1 3 3
18 06 74 49 2 2 1 1 2 2
19 02 60 59 1 1 0 1 1 1
20 00 08 58 6 5 0 0 5 6
21 02 54 40 5 2 0 1 5 5
22 02 75 64 4 4 0 3 4 4
110
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan
23 01 89 72 2 2 0 1 2 2
24 02 74 97 1 1 0 1 1 1
25 02 26 72 4 3 1 0 4 4
26 01 35 73 3 3 1 3 3 3
27 00 30 76 1 1 1 1 1 1
28 02 74 72 1 1 1 1 1 1
29 02 53 52 4 4 1 2 4 4
30 02 74 71 1 1 1 1 1 1
31 00 30 58 5 4 0 0 5 5
32 02 74 42 7 5 1 0 6 6
33 03 47 66 2 2 1 1 2 2
34 01 05 14 3 3 1 1 3 3
35 02 48 71 1 1 1 1 1 1
36 02 23 09 2 2 0 1 2 2
37 03 50 05 7 4 0 0 6 6
38 00 04 36 2 2 0 1 2 2
39 03 50 40 4 4 1 1 4 4
40 03 80 41 3 1 1 1 3 3
41 03 77 67 4 2 0 1 4 4
42 03 72 19 1 1 1 1 1 1
43 03 82 08 2 1 1 1 2 2
44 03 77 24 4 3 1 0 4 3
45 00 03 79 96 2 2 0 1 2 1
46 03 79 96 2 2 1 1 2 2
111
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan
47 00 27 14 1 1 0 1 1 1
48 02 25 41 6 5 0 0 5 6
49 00 00 88 16 5 2 0 1 5 5
50 00 03 65 23 4 4 0 3 4 4
51 00 40 17 3 2 0 1 3 3
52 03 03 26 3 2 0 1 3 3
53 03 03 53 2 2 0 1 2 2
54 03 05 65 2 2 0 1 2 2
55 03 97 50 1 1 0 1 1 1
56 00 03 04 87 5 4 0 3 4 5
57 02 46 54 2 1 1 1 1 2
58 00 03 05 75 3 3 1 1 2 3
59 02 39 02 3 3 1 0 3 3
60 03 03 06 1 1 1 1 1 1
61 03 25 26 3 3 1 0 3 3
62 03 04 45 1 1 1 1 1 1
63 00 04 02 5 4 0 0 4 4
64 02 99 16 3 3 1 1 3 3
65 02 74 20 5 2 1 2 5 5
66 02 73 75 3 1 1 1 3 3
67 01 07 95 2 2 1 2 2 2
68 03 04 28 2 1 1 0 2 2
69 02 97 65 3 3 2 3 3 3
70 02 68 40 2 2 1 1 2 2
112
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan
71 02 51 13 2 2 1 1 2 2
72 03 03 03 3 2 1 0 3 3
73 03 06 15 1 1 1 1 1 1
74 02 89 60 5 4 0 0 5 5
75 03 68 76 2 2 0 0 2 2
76 01 72 29 4 2 1 1 4 4
77 00 33 41 34 3 1 1 1 3 3
78 02 79 22 4 2 0 1 4 4
79 00 09 40 1 1 1 1 1 1
80 03 31 14 2 1 1 1 2 2
81 03 16 10 4 3 1 0 4 3
82 03 41 31 2 2 0 1 2 1
83 02 27 42 4 3 1 1 4 4
84 03 41 16 3 2 1 1 3 3
85 00 03 42 26 2 1 1 1 2 2
86 02 98 08 1 1 0 1 1 1
87 0002 98 08 1 1 1 1 1 1
88 02 98 08 5 4 1 1 5 5
89 02 89 06 5 5 0 0 5 4
90 02 38 70 1 1 0 1 1 1
91 02 98 59 6 4 0 1 6 5
92 03 29 23 3 1 0 0 3 3
93 03 06 29 4 1 1 1 4 4
94 03 06 21 1 1 1 1 1 1
113
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan
95 00 01 89 98 1 1 1 1 1 1
96 01 35 73 3 2 1 2 3 3
97 00 02 91 73 5 5 0 0 5 5
98 01 91 58 1 1 1 1 1 1
99 03 05 57 2 2 1 0 2 2
100 00 01 35 73 3 3 1 2 3 3
Jumlah 294 223 62 97 284 284
Persentase
75.85% 21.09% 32.99% 96.59% 96.59%
114
Lampiran 7. Persentase peresepan obat generik, antibiotik, injeksi, obat sesuai formularium rumah sakit, obat yang dapat diserahkan
di rawat jalan RSUD Surakarta
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan
1 19 43 5 3 1 0 5 5
2 02 90 54 4 4 1 0 4 4
3 02 88 13 2 1 0 0 2 1
4 02 84 82 7 7 1 0 7 7
5 01 08 29 6 5 0 0 6 6
6 57 72 5 4 0 0 5 4
7 02 79 30 1 0 0 0 1 1
8 02 69 12 1 1 1 0 1 1
9 02 80 47 5 5 0 0 5 5
10 02 72 23 3 1 0 0 3 3
11 02 60 50 1 1 0 0 1 1
12 00 63 45 2 2 0 0 2 2
13 02 52 39 3 1 0 0 2 3
14 02 83 48 4 4 1 0 4 4
15 02 86 70 3 3 0 0 3 3
16 03 51 22 3 3 1 0 3 3
17 01 79 02 2 2 1 0 2 2
18 03 49 72 2 1 1 0 2 2
19 02 84 73 2 1 0 0 2 2
20 03 00 11 2 2 0 0 2 2
21 02 91 84 3 2 0 0 2 3
22 02 48 90 4 4 0 0 4 4
115
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan
23 03 03 80 3 3 1 0 3 3
24 01 48 53 3 2 1 0 3 3
25 03 02 71 4 4 0 0 4 4
26 02 12 55 4 3 0 0 4 4
27 02 11 59 1 1 0 0 1 1
28 00 09 20 3 3 0 0 3 3
29 02 33 53 1 0 0 0 1 1
30 02 89 09 5 5 0 0 5 5
31 02 78 65 4 3 1 0 4 4
32 02 78 06 5 4 0 0 5 5
33 02 83 69 3 3 0 0 3 3
34 02 86 21 3 2 1 1 3 3
35 00 02 86 27 1 0 0 0 0 0
36 02 85 40 3 3 1 0 3 3
37 02 08 55 4 3 0 0 4 4
38 02 87 59 5 5 1 0 5 5
39 02 87 63 3 2 0 0 3 3
40 01 34 68 2 0 0 0 2 2
41 02 89 74 2 1 1 0 2 2
42 02 84 21 6 3 0 0 5 5
43 02 88 44 3 3 0 0 3 3
44 02 47 80 3 3 1 0 3 3
45 02 74 11 4 4 0 0 4 4
46 02 87 77 4 2 0 0 4 4
116
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan
47 02 83 55 4 3 1 0 4 4
48 02 89 56 3 3 1 0 3 3
49 02 36 01 7 6 1 0 7 7
50 01 66 81 5 5 0 0 5 5
51 02 97 22 5 3 1 1 5 5
52 02 02 46 2 1 0 0 2 2
53 00 03 03 55 5 4 0 0 4 5
54 00 36 41 3 2 0 0 3 3
55 02 27 17 5 4 1 0 5 5
56 01 24 55 6 6 0 0 6 6
57 02 92 30 2 2 1 0 2 2
58 02 76 58 2 1 0 0 2 2
59 02 91 50 3 2 0 0 3 1
60 02 94 24 4 3 0 0 4 4
61 02 93 49 2 1 0 0 2 2
62 02 90 88 5 4 1 0 5 5
63 02 97 00 1 0 0 0 1 1
64 03 01 03 4 1 0 0 4 4
65 02 97 22 5 3 1 0 5 5
66 03 01 05 3 1 0 0 3 3
67 02 99 23 3 1 0 0 3 3
68 02 97 18 2 0 0 0 2 1
69 02 97 72 5 4 0 0 5 5
70 02 72 91 6 6 0 0 6 6
117
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan
71 02 94 86 1 0 0 0 1 1
72 02 90 94 1 0 0 0 1 1
73 02 95 55 3 3 1 0 3 3
74 02 97 12 3 3 0 0 3 3
75 02 06 04 7 6 0 0 7 7
76 03 33 88 3 2 0 0 2 2
77 03 27 05 5 3 2 0 5 5
78 03 50 80 3 2 0 0 2 3
79 03 64 99 6 4 0 0 6 6
80 03 63 26 3 0 1 0 2 3
81 03 79 12 3 2 1 0 3 3
82 01 89 93 4 3 0 0 4 4
83 03 62 73 3 2 2 0 3 2
84 01 24 56 4 4 0 0 4 4
85 02 62 87 4 4 0 0 4 4
86 02 36 80 3 1 0 0 3 3
87 00 04 00 77 2 2 0 0 2 2
88 04 00 11 3 3 1 0 3 3
89 03 99 57 1 1 1 0 1 1
90 03 99 01 4 4 1 0 4 4
91 00 86 78 4 4 1 0 4 4
92 03 63 21 4 4 0 0 4 4
93 00 67 09 3 2 0 0 3 3
94 03 12 15 4 3 1 0 4 4
118
No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan
95 04 11 49 1 1 0 0 1 1
96 01 63 08 3 2 1 0 3 3
97 04 03 02 5 4 0 0 5 5
98 03 63 03 4 4 1 0 4 4
99 03 46 10 4 1 0 0 3 3
100 04 10 45 5 3 0 0 4 4
Jumlah 344 262 38 2 334 333
Persentase
76.16% 11.05% 0.58% 97.09% 96.80%
119
Lampiran 8. Persentase Obat Yang Dilabeli Benar
No Sampel resep Etiket( minimal berisi tanggal resep, nama
pasien, aturan pakai/minum)
1 0237 √
2 0485 √
3 0344 √
4 0479 √
5 0484 √
6 0485 √
7 0473 √
8 0467 √
9 0485 √
10 0261 √
11 0308 √
12 0446 √
13 0465 √
14 0406 √
15 0339 √
16 0471 √
17 0424 √
18 0160 √
19 0485 √
20 0480 √
21 0378 √
22 0479 √
23 0461 √
24 0458 √
25 0426 √
26 0021 √
27 0204 √
28 0295 √
29 0456 √
30 0272 √
Total 30
129
Lampiran 12. Pedoman Wawancara
Responden yang diwawancarai adalah Kepala bidang Pelayanan Medik,
Kepala Instalasi Farmasi, Kepala Gudang Instalasi Farmasi dan petugas distribusi
rawat jalan dan rawat inap RSUD Surakarta.
Tata Cara Wawancara
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada responden, mengemukakan
maksud dan tujuan secara singkat, meminta persetujuan dan ketersediaan
waktu dan mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu yang diberikan.
2. Memberikan jaminan bahwa wawancara hanya akan digunakan untuk
kepentingan tujuan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.
2. Meminta izin kepada responden untuk memulai wawancara dan izin untuk
menggunakan alat perekam pada saat melakukan wawancara, hal ini
membantu untuk melengkapi catatan pewawancara.
3. Melaksanakan wawancara sesuai dengan isi pedoman wawancara yang telah
disusun (pertanyaan yang diajukan tidak perlu diurut, tergantung situasi dan
arah pembicaraan).
4. Mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih dan mohon diri
130
Daftar Pertanyaan
Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
1. Bagaimana struktur organisasi instalasi farmasi?
2. Bagaimana pembagian tugas dan pengaturan kerja staf?
3. Bagaimana sistem pendistribusian obat di rumah sakit? (UDD/floor stock)
4. Apakah ada standar operasional prosedur (SOP) farmasi untuk distribusi dan
penggunaan obat pasien di rumah sakit?
5. Adakah kendala dalam sistem distribusi dan penggunaan obat bagi pasien di
rumah sakit?
6. Bagaimana sumber anggaran obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit?
7. Bagaimana mekanisme pembelanjaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit?
8. Adakah sistem informasi untuk distribusi dan penggunaan obat pasien di
rumah sakit?
9. Bagaimana kebutuhan tenaga di instalasi farmasi?
10. Adakah pelatihan-pelatihan yang diadakan dan diikuti staf IFRS untuk
mendukung pengelolaan obat?
11. Dari hasil penelitian nilai TOR menunjukkan nilai rendah, mengapa banyak
stok yang belum terjual? Mengapa pada akhir tahun terjadi penambahan
sebesar Rp 1.000.000.000?
12. Dari hasil penelitian persentase obat kadaluarsa dan rusak masih belum
efisien dibandingkan standar, di RSUD Surakarta masih ada 1,6% obat
kadaluarsa dan rusak? Bagaimana tanggapan atas hasil tersebut?
13. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep, persentase obat
diserahkan, persentase obat generik, masih belum efisien dibandingkan
standar. Bagaimana tanggapan atas hasil tersebut?
14. Dalam struktur organisasi sudah ada bagian pelayanan informasi obat,
mengapa untuk ketersediaan konsultasi oleh Apoteker belum diterapkan?
131
Kepala Gudang Instalasi Farmasi di RSUD Surakarta
1. Bagaimana pola penerimaan obat di gudang dan apakah ada panitia khusus
dalam penerimaan barang di gudang ?
2. Bagaimana sistem penyimpanan obat di gudang?
3. Bagaimana pola permintaan obat di gudang?
4. Bagaimana cara pendistribusian obat ke unit pelayanan di rumah
sakit?Apakah dalam pendistribusian ditentukan jadwalnya?
5. Apakah fasilitas yang dimiliki gudang farmasi sudah memenuhi kebutuhan?
6. Bagaimana cara mencegah terjadinya kadaluarsa atau kerusakan obat?
7. Dari hasil penelitian untuk kecocokan fisik obat dan kartu stok masih belum
efisien dibandingkan standar, faktor apa yang mungkin menjadi penyebab dan
bagaimana cara mengatasinya?
Petugas Distribusi Rawat Inap dan Rawat Jalan
1. Bagaimana sistem pendistribusian obat ke pasien atau bangsal?
2. Apakah tindakan yang dilakukan bila obat yang tertulis pada resep tidak
tersedia atau habis?
3. Bagaimana ketersediaan obat di apotek?
4. Informasi obat apa saja yang diberikan petugas farmasi kepada pasien?
5. Adakah pelatihan-pelatihan yang diadakan dan diikuti staf IFRS untuk
mendukung pengelolaan obat?
Sumber: Wijayanti T (2011) dan Sailan M (2014)