analisis pengelolaan obat pada tahap distribusi dan...

147
ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2016 Oleh: Meliana Novitasari SBF 141 540 315 PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 09-Jul-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN

PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI

RSUD SURAKARTA TAHUN 2016

Oleh:

Meliana Novitasari

SBF 141 540 315

PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

i

ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN

PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI

RSUD SURAKARTA TAHUN 2016

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat Sarjana Strata-2

Program Pascasarjana Ilmu Farmasi

Minat Manajemen Farmasi Rumah Sakit

Oleh:

Meliana Novitasari

SBF 141 540 315

PROGRAM PASCASARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

i

ii

PENGESAHAN TESIS

Dengan judul

ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN

PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI

RSUD SURAKARTA TAHUN 2016

Oleh

Meliana Novitasari

SBF 141 540 315

Dipertahankan Di hadapan Dewan Penguji Tesis

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada Tanggal : April 2017

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Dekan,

Prof. Dr. R.A Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt

Pembimbing Pendamping

Dr. Chairun W, M.Kes., M.App.Sc., Apt.

Dewan Penguji

1. Dr. Jason Merari P, MM., M.Si.,Apt 1. ..................

2. Dr. Gunawan Pamudji W, M.Si.,Apt 2. ................

3. Dr. Chairun W, M.Kes., M.App.Sc., Apt. 3. ................

4. Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt 4. ................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Jadilah wanita tangguh, yang ketika di kecewakan sedihnya

tidak terlalu lama berlarut,,

Yang ketika terluka maka percaya Allah telah menyiapkan obatnya,,

Yang ketika putus asa tidak butuh waktu lama untuk bangkit,,

Jatuh itu pasti, namun bangkit adalah sebuah pilihan.

Harapan itu selalu ada, JEMPUTLA”

Tesis ini saya persembahkan untuk orang-orang yang menyayangiku khususnya

untuk:

Bapak ibu ku tercinta yang tak pernah berhenti mendoakan, mengorbankan

segalanya, memotifasi, agar putrinya mencapai sebuah cita-cita yang di

inginkannya

Kaka-kaka ku tercinta yang selalu memberikan doa dan semangat serta materi

yang tiada henti selama ini

Sahabat dan teman-teman yang tak sempat saya sebutkan satu persatu, terima

kasih untuk semua kebaikan dan perhatian kalian dalam susah maupun

senang.

Terimah kasih yang tak terhingga atas semua doanya,,semoga

berkah,,Aamiin...

iii

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila tesis ini merupakan jiplakan dari penelitian, karya ilmiah atau

tesis orang lain, maka saya siap menerima sanksi baik secara akademis maupun

hukum.

Surakarta, April 2017

Penulis,

Meliana Novitasari

iv

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis memperoleh kesehatan, kekuatan, semangat dan kemampuan

untuk menyelesaikan tesis yang berjudul “ANALISIS PENGELOLAAN

OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT DI

INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2016” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar strata 2 pada Program Studi S-2 Manajemen

Farmasi Rumah Sakit Universitas Setia Budi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan tesis ini telah mendapat

banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan

terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA selaku rektor Universitas Setia Budi, Surakarta

2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM.,M.Sc, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi, Surakarta

3. Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt dosen pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu, perhatian dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu dan

bimbingan sehingga terselesaikannya tesis ini.

4. Dr. Chairun Wiedyaningsih, M. Kes., M. App.Sc., Apt. selaku dosen

pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, perhatian dan

keikhlasannya dalam memberikan ilmu dan bimbingan sehingga

terselesaikannya tesis ini.

v

vi

5. Dr. Jason Merari P, MM., M.Si., Apt. Selaku dosen penguji yang telah

menyediakan waktu untuk menguji dan memberi masukan kepada penulis

dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji

sekaligus sebagai ketua Program Pascasarjana Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta.

7. Seluruh Dosen Pascasarjana Fakultas Farmasi Minat Manajemen Farmasi

Rumah Sakit yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

selama di bangku kuliah.

8. Riana Widyaningrum, S.Farm, Apt selaku Kepala IFRS RSUD Surakarta,

Kepala Gudang Farmasi dan segenap pihak RSUD dan IFRS RSUD Surakarta

yang telah memberi izin penelitian dan membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

9. Bapak, Ibu, kaka ku tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan

semangat dan dorongan materi, moril dan spiritual kepada penulis selama

perkuliahan, penyusunan tesis hingga selesainya studi S2 Ilmu Farmasi Minat

Manajemen Farmasi Fakultas Farmasi di Universitas Setia Budi.

10. Teman seperjuangan satu tim Tri Suyanti dan I Made Dedy Ariawan yang

senantiasa menghibur dan selalu bekerjasama serta membantu disaat kesulitan.

Terima kasih perjuangannya dan kebersamaannya!!

11. Mas Cahyo, mba Sari, Gadis, Emy, Kiki, Vivin, Kirana, Siska, Ade, Agnes,

Terima kasih dukungan, doa dan semangatnya!!Love you guys !!

vi

vii

12. Sahabat dan teman-teman kuliah S2 Ilmu Farmasi minat Manajemen Farmasi

Rumah Sakit Angkatan 2015 Universitas Setia Budi yang ikut memberikan

dukungan, semangat dan kerjasama selama penyusunan tesis ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang

telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

yang diberikan dalam upaya penyempurnaan penulisan tesis ini. Akhir kata,

penulis berharap semoga apa yang telah penulis persembahkan dalam karya ini

akan berguna secara khusus bagi penulis sendiri serta secara umum bagi para

pembaca.

Penulis dengan tulus hati memohon semoga Allah SWT selalu

memberikan berkat dan rahmat yang melimpah kepada pihak yang telah banyak

membantu sehingga Tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi pihak yang berkepentingan.

Surakarta, April 2017

Penulis,

Meliana Novitasari

vii

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ............ ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

INTISARI ........................................................................................................ xiii

ABSTRACT ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit ................................................................................... 10

1. Pengertian Rumah Sakit ........................................................... 10

2. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................... 12

3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit................................................ 15

4. Profil RSUD Surakarta ............................................................. 16

5. Pelayanan di RSUD Surakarta ................................................. 17

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit/ IFRS ............................................ 18

1. Pengertian IFRS ...................................................................... 18

2. Tugas dan Fungsi IFRS ........................................................... 18

3. Profil Instalasi Farmasi RSUD Surakarta ................................ 21

4. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Surakarta .......... 21

viii

ix

5. SDM Insatalasi Farmasi RSUD Surakarta ............................... 23

C. Pengelolaan Obat Tahap Distribusi ................................................ 23

1. Seleksi (Pemilihan) .................................................................... 25

2. Pengadaan .................................................................................. 25

3. Distribusi .................................................................................... 26

a. Penerimaan ............................................................................ 26

b. Penyimpanan ......................................................................... 27

c. Pendistribusian ...................................................................... 28

1. Resep perseorangan (Invidual Prescribing)..................... 28

2. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang ................. 29

3. Sistem Distribusi Dosis Unit ............................................ 31

4. Sistem distribusi kombinasi ............................................. 33

5. Sistem distribusi RSUD Surakarta ................................... 34

D. Pengelolaan Obat Tahap Penggunaan ............................................. 36

1. Pengkajian dan pelayanan resep ................................................ 37

2. Pelayanan Informasi Obat .......................................................... 38

3. Konseling ................................................................................... 39

4. Dispensing.................................................................................. 40

E. Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Tahap Distribusi Dan

Penggunaan Obat.............................................................................. 40

F. Landasan Teori ................................................................................ 41

G. Keterangan Empiris.......................................................................... 42

H. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 44

B. Subyek Penelitian .......................................................................... 45

C. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 45

1. Bahan Penelitian....................................................................... 45

2. Alat Penelitian .......................................................................... 45

D. Indikator penelitian ........................................................................ 46

E. Definisi Operasional....................................................................... 47

F. Jalannya Penelitian ......................................................................... 50

G. Analisis Data .................................................................................. 50

1. Distribusi ................................................................................... 51

a. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok ............................ 51

b. Nilai TOR (Turn Over Ratio) ................................................. 52

c. Sistem penataan gudang.......................................................... 52

d. Persentase stok mati ................................................................ 52

e. Persentase nilai obat kadaluarsa dan rusak ............................. 53

f. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep ......... 53

g. Persentase obat yang dapat diserahkan ................................... 53

2. Pengukuran indikator pengukuran obat ................................... 54

a. Persentase peresepan obat dengan nama generik ................... 54

b. Persentase peresepan antibiotik .............................................. 54

c. Persentase peresepan injeksi ................................................... 55

ix

x

d. Persentase obat dari formularium ........................................... 55

e. Persentase obat yang dilabel dengan benar............................. 55

f. Ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker ........................ 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tahap Distribusi ............................................................................. 57

1. Presentase kecocokan antara fisik obat dan kartu stok ............ 59

2. TOR (Turn Over Ratio) ............................................................. 61

3. Sistem Penataan Gudang ........................................................... 62

4. Presentase Stok Mati ................................................................. 65

5. Persentase Obat Kadaluwarsa ................................................... 67

6. Rata-Rata Waktu Yang Di Gunakan Untuk Melayani Resep ... 68

7. Persentase obat yang diserahkan ............................................... 70

B. Tahap Penggunaan ........................................................................ 72

1. Persentase peresepan obat dengan nama generik ...................... 72

2. Persentase peresepan antibiotik................................................. 73

3. Persentase peresepan injeksi ..................................................... 74

4. Persentase peresepan obat sesuai formularium ......................... 76

5. Persentase obat yang dilabeli benar .......................................... 77

6. Ketersediaan waktu konsultasi apoteker ................................... 79

C. Kelemahaan penelitian ................................................................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 80

B. Saran .... ......................................................................................... 81

BAB VI RINGKASAN ..................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87

x

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ....................................... 22

Gambar 2. Siklus Manajemen Obat ........................................................... 24

Gambar 3. Alur distribusi Individual Prescribing rawat inap dan ...........

rawat jalan RSUD Surakarta .................................................... 35

Gambar 4. Alur Sistem distribusi Floor Stock di RSUD Surakarta ........... 36

Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 43

Gambar 6. Skema Jalannya Penelitian ....................................................... 50

xi

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Indikator efisiensi distribusi dan penggunaan obat ................................... 46

2. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok .............................................. 60

3. TOR ( Turn Over Ratio) ........................................................................... 61

4. Sistem penataan gudag .............................................................................. 63

5. Persentase stok mati .................................................................................. 66

6. Persentase obat kadaluarsa dan rusak ....................................................... 67

7. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep............................ 68

8. Persentase obat yang diserahkan ............................................................... 70

9. Persentase persesepan obat generik .......................................................... 73

10. Persentase peresepan antibiotik ................................................................ 74

11. Persentase peresepan injeksi ..................................................................... 75

12. Persentase peresepan obat sesuai dengan formularium ............................ 77

13. Persentase obat yag dilabeli benar ............................................................ 78

xii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin penelitian rumah sakit ................................................ 91

Lampiran 2. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok dan Sistem penataan

gudang (FIFO/FEFO) ................................................................. 92

Lampiran 3. Persentase stok mati.................................................................... 112

Lampiran 4. Persentase obat kadaluarsa dan rusak ........................................ 113

Lampiran 5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep .............. 115

Lampiran 6 & 7. Persentase obat generik, antibiotik, injeksi, obat sesuai dengan

formularium ................................................................................ 116

Lampiran 8. Persentase obat yang dilabel benar .............................................. 126

Lampiran 9 & 10 SPO Pelayanan Resep ......................................................... 127

Lampiran 11. Formularium RSUD Kota Surakarta ......................................... 131

Lampiran 11. Pedoman wawancara ................................................................ 140

xiii

xiv

INTISARI

NOVITASARI, M., 2017, ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA

TAHAP DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT DI INSTALASI

FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2016, TESIS, FAKULTAS

FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Pengelolaan obat yang efektif dan efisien merupakan aspek penting yang

berpengaruh pada pelayanan kefarmasian. Tahap distribusi merupakan tahapan

dari siklus pengelolaan obat yang sangat penting dan kompleks, sedangkan tahap

penggunaan obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, biaya

pengobatan dan pelayanan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses

pengelolaan obat dan mengevaluasi pengelolaan obat pada tahap distribusi dan

penggunaan di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta pada tahun 2016.

Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional (potong lintang) yang digambarkan secara deskriptif. Pengambilan data

secara retrospektif dan concurrent, dilakukan dengan observasi, wawancara

mendalam dan mengumpulkan data dari dokumen pendistribusian obat serta

survei resep di RSUD Surakarta. Data yang terkumpul dikelompokkan ke dalam

data primer dan data sekunder, kemudian diolah dengan menggunakan analisis

persentase. Hasil analisis data dibandingkan dengan standard Depkes (2008),

WHO (1993) dan Pudjaningsih (1996).

Berdasarkan penelitian, sistem distribusi obat ke pasien yang digunakan di

RSUD Surakarta adalah individual prescribing untuk rawat jalan, sedangkan

untuk rawat inap individual prescribing dan sistem floor stock. Hasil analisis

menunjukkan belum semua pengelolaan obat pada tahap distribusi dan

penggunaan dikelola secara efisien. Adapun indikator tahap distribusi yang belum

efisien adalah persentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok sebesar 98,24

%, persentase stok mati sebesar 2,3%, persentase obat kadaluwarsa dan rusak

sebesar 1,6% , rata-rata waktu yang digunakan melayani resep non racikan 33,10

menit, serta persentase obat yang dapat diserahkan di rawat jalan 95,10% dan

rawat inap 95,95%. Sedangkan tahap penggunaan adalah peresepan obat dengan

menggunakan nama generik di rawat jalan 72,93% dan rawat inap 74,80%,

persentase peresepan injeksi di rawat jalan sebesar 0,29% dan rawat inap 31,50%,

serta persentase peresepan obat sesuai formularium rumah sakit di rawat jalan

sebesar 95,43% dan rawat inap sebesar 95,69%.

Kata kunci: distribusi, penggunaan, rawat inap, rawat jalan, Instalasi Farmasi

RSUD Surakarta

xiv

xv

ABSTRACT

NOVITASARI, M., 2017, THE ANALYSIS OF DRUG MANAGEMENT ON

DRUG DISTRIBUTION AND DRUG USE IN RSUD PHARMACY

INSTALLATION SURAKARTA IN 2016, THESIS, PHARMACY

FACULTY, SETIA BUDI UNIVERSITY, SURAKARTA.

Effective and efficient drug management is important aspect that affects

the pharmacy services. Distribution stage is the stage of the drug management

cycle which is very critical and complex, while the use of drugs can affect the

quality of treatment, cost of treatment and pharmacy services. The purpose of this

study is to obtain an overview and analysis the managerial efficiency of

distribution stage and the use of drug in Pharmacy Installation Surakarta Hospital

in 2016.

This study is an observational cross-sectional analytic approach (cross-

sectional) which is explained descriptively. The data are collected by retrospective

and concurrent, with observation, interview and data collection from the

document distribution as well as prescription drugs surveys in Surakarta hospitals.

The collected data are grouped into primary data and secondary data, then they are

processed using percentage analysis. The results of the data analysis are compared

to Depkes (2008), WHO standard (1993) and Pudjaningsih (1996).

Based on the research, drug distribution systems for patients in RSUD

Surakarta are an individual prescribing for outpatient, whereas individual

prescribing and floor stock system for inpatient. Analysis results show that drug

management in the distribution stage and the use of drugs have not been managed

efficiently. The indicators which show less efficient distribution stage are the

percentage of the amount of drug compatibility with card stock is 98.24%, the

percentage of dead stock is 2.3%, the percentage of expired and corrupted drugs is

1,6%, the average time spent on prescriptions of non concoction is 33.10 minutes,

and the percentage of drug that can be delivered is 95.10% for outpatient and

95.95% for inpatient. Meanwhile, the use of drugs stage shows the use of

prescription drugs by using generic names is 72.93% for outpatient and 74.80%,

for inpatient, the percentage of injection drug is 0,29% for outpatient and 31,50%

for inpatient, the percentage of appropriate prescribing formulary in the hospital

is 95.43% for outpatient and 95.69% for inpatient.

Keywords: distribution, use, inpatient, outpatient, pharmacy installation of RSUD

Surakarta

xv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak

untuk hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya

termasuk di dalamnya mendapat makanan, pakaian, dan pelayanan kesehatan serta

pelayanan sosial lain yang diperlukan. Upaya kesehatan bertujuan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi

untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau

upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan

untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Salah satu sarana kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan adalah rumah sakit. Upaya kesehatan tersebut

diselenggarakan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu

dan kesinambungan (Siregar & Amalia 2004).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat. Rumah sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan

yang lebih bermutu dan terjangkau bagi masyarakat agar terwujud derajat

1

2

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat, melakukan upaya kesehatan yang di

laksanakan serasa serasi, terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan dengan

tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

(Depkes RI, 2009).

Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu unit atau bagian yang harus

bertanggungjawab dalam pengelolaan menyeluruh mulai dari perencanaan,

pengadaan (pembelian, manufaktur), pengendalian mutu, penyimpanan dan

peracikan pelayanan resep/oerder, distribusi sampai dengan pegendalian semua

perbekalan kesehatan yang beredar dan di gunakan di rumah sakit termasuk

pelayanan yang berkaitan dengan obat kepada penderita ambulatori. Kebijakan

dan prosedur yang menguasai sebagai fungsi tersebut harus di kembangkan oleh

apoteker dengan masukan dari PFT, staf rumah sakit yang terlibat seperti

pimpinan rumah sakit, perawat, dokter, dan komite atau panitia lain. Dalam

memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit dibantu oleh Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS) yang tugasnya melaksanakan pekerjaan kefarmasian

diantaranya melaksanakan distribusi obat. Distribusi obat yang dilaksanakan oleh

IFRS harus menjamin bahwa obat sampai kepada penderita tepat pada waktunya.

Hal ini merupakan salah satu faktor yang akan menentukan ketepatan penggunaan

obat oleh penderita dan akan menentukan keberhasilan pengobatan, terutama

obat-obat yang dibutuhkan segera sebagai penyelamat hidup. Untuk mendapatkan

ketepatan pelayanan, IFRS harus menggunakan sistem distribusi obat yang sesuai

3

dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang bersangkutan. Sistem distribusi obat

yang baik harus cepat dan efisien, menghindari kesalahan pemberian obat dan

menjamin adanya komunikasi antara penderita, perawat, dokter dan apoteker.

(Siregar&Amalia 2003).

Pengelolaan obat sangat penting dalam rangka mencapai pelayanan yang

bermutu, maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih dahulu gambaran

keseluruhan tahap-tahap pengelolaan obat untuk mengetahui adanya permasalahan

atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, peneliti memilih

tahap pendistribusian yang digunakan sebagai bahan penelitian. Hal ini

berdasarkan oleh karena tahap pendistribusian merupakan hal yang sangat penting

dalam pengelolaan obat setelah perencanaan yang sangat menentukan

keberhasilan dalam tahap pengelolaan obat selanjutnya yaitu penyimpanan, dan

penggunaan obat. Selain itu, pada tahap distribusi juga berpengaruh pada

penggunaan obat di Rumah Sakit sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dapat tercapai. Pengelolaan obat merupakan suatu siklus manajemen yang

meliputi empat tahapan yaitu seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi serta

penggunaan.Tujuan dari pengelolaan obat adalah tersedianya obat pada setiap saat

di butuhkan, baik jumlah, jenis, maupun kualitas (Depkes, 2005). Di dalam

pengelolaan obat yang baik sangat berpengaruh pada pelayanan kefarmasian.

Dimana dalam pengelolaan obat seringkali terjadi masalah dalam

pengelolaannya, maka perlu adanya evaluasi mengenai pengelolaannya sehingga

bisa efisien, efektif dan dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya di RSUD

Surakarta.

4

Distribusi merupakan suatu kegiatan dalam rangka pengiriman dan

pengeluaran obat yang bermutu, dimana sangat terjamin keabsahannya serta tepat

jenis obat dan jumlah obat dari instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk

memenuhi kebutuhan unit layanan kesehatan. Dimana tahap distribusi juga

merupakan suatu tahapan dari siklus pengelolaan obat yang sangat penting dan

kompleks. Pada proses penyimpanan dan distribusi dapat menghabiskan

komponen biaya yang signifikan dalam anggaran tahunan kesehatan (Quick et al,

1997).

Dalam proses penyimpanan dan pendistribusian obat, apabila di lakukan

secara efisien baik pada rumah sakit maupun kepada pasien akan mendapat

manfaat yang optimal. Penyimpanan perbekalan farmasi yang tidak tepat dapat

berakibat terganggunya distribusi obat, meningkatnya stok mati, kerusakan obat,

hingga terdapatnya obat kadaluwarsa. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada

rumah sakit yang akan berakibat pada sistem pelayanan terutama pada pasien.

Oleh karena itu dalam pemilihan sistem distribusi obat, harus dipilih dan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat dapat

dilaksanakan secara tepat guna dan hasil yang maksimal (Sheina dkk, 2010).

Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang

menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang

dilaksanakan baik pemerintah maupun swasta melalui Keputusan Nomor

:436/Menkes/SK/VI/1993 yang mewajibkan seluruh Rumah Sakit di Indonesia

untuk diakreditasi (DepKes RI, 1993).

5

Dimana program akreditasi di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dan merupakan

pelaksanaan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN,1982). Pada SKN dijelaskan

bahwa pelayanan rumah sakit adalah penilaian terhadap mutu dan jangkauaan

pelayanan rumah sakit secara berkala yang dapat digunakan untuk penetapan

kebijaksanaan pengembangan atau peningkatan mutu.

Tujuan umum program akreditasi rumah sakit adalah mendapatkan

gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenui standar yang

telah ditetapkan sehingga mutu pelayanan rumah sakit dapat

dipertanggungjawabkan. Sedangkan tujuan khususnya meliputi (1) memberikan

pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai tingkat

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, (2)

memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga

dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya

penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya, (3) memberikan

jaminan dan kepuasan kepada customers dan masyarakat bahwa pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin (DepKes RI, 1993).

Mengingat pentingnya pengelolaan obat dalam rangka mencapai pelayanan

yang bermutu, maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih dahulu secara

keseluruhan tahap-tahap pengelolaan obat untuk mengetahui adanya permasalahan

atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, peneliti memilih

tahap distribusi yang digunakan sebagai bahan penelitian. Hal ini berdasarkan

karena tahap distribusi dan penggunaaan obat merupakan tahap pengelolaan yang

di lakukan setelah perencanaa yang sangat menentukan keberhasilan, kemudian

6

tahap pengelolaan obat serta pengadaan yang juga berpengaruh pada ketersediaan

obat di Rumah Sakit sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat dapat

tercapai dan selanjutnya yaitu penyimpanan (Apriyanti, 2011).

Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta merupakan rumah sakit kelas C

yang dimiliki oleh pemerintah kota Surakarta yang menjadi rujukan dari

puskesmas daerah Surakarta dan sekitarnya karena memiliki fasilitas kesehatan

yang cukup memadai. Jangkauan sarana pelayanan yang dimiliki RSUD Surakarta

cukup luas. Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya permasalahan dalam

pengelolaan obat. Beberapa masalah yang ada adalah pasien yang harus antri

berjam-jam untuk mendapatkan obat, banyaknya obat kadaluarsa. Hal ini menjadi

pertimbangan oleh peneliti, untuk melakukan penelitian di RSUD Surakarta.

Tingginya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu dan terjangkau,

maka RSUD Surakarta dengan seluruh organisasi yang ada didalamnya harus

dikelola dengan baik agar dapat mencapai produktifitas dan efisiensi dalam

pelayanan khususnya dalam hal manajemen pengelolaan obat.

Pengelolaan obat penting dalam rangka mencapai pelayanan yang bermutu

maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih dahulu gambaran keseluruhan

tahap‐ tahap pengelolaan obat untuk mengetahui adanya permasalahan atau

kelemahan dalam pelaksanaannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasrakan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

7

1. Bagaimana proses pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat

di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta pada tahun 2016?

2. Apakah pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta sudah efektif dan

efisien?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui proses pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan

obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta pada tahun

2016.

2. Menganalisis keefisienan pengelolaan obat pada tahap distribusi dan

penggunaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan di harapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Dapat menberikan suatu pengalaman dan pemahaman serta pengetahuan dan

wawasan yang lebih terhadap masalah pengelolaan obat pada tahap distribusi

dan penggunaan obat yang ada di Rumah Sakit serta menilai tingkat

keefisienan pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Surakarta.

2. Bagi Pemerintah

8

Sebagai salah satu tambahan sumber informasi bagi pemerintah setempat serta

dapat menjadi masukan untuk menentukan kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat

di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta agar menjadi lebih

baik lagi.

3. Bagi Rumah Sakit

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan yang lebih

baik untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit, khususnya pada Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta tentang

pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit.

4. Bagi Pasien

Di harapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan pasien karena

adanya peningkatan pelayanan kefarmasian yang di berikan Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian mengenai Anlisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Distribusi dan

Penggunaan Obat diInstalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta

Tahun 2016 menurut pengetahuan peneliti hingga saat ini belum pernah

dilakukan. Penelitian yang berkaitan dengan Anlisis pengelolaan obat tahap

distribusi dan penggunaan dirumah sakit, pernah dilakukan oleh peneliti lain

diantaranya adalah:

9

1. Wijayanti, 2010, tentang Analisis Sistem Distribusi Obat di Instalasi Farmasi

Rawat Inap Jogja International Hospital. Penelitian ini hanya melakukan pada

tahap distribusi dan pada tahap penggunaan obat tidak dilakukan penelitian.

2. Sailan, 2014, tentang Evaluasi Distribusi dan Penggunaan Obat ASKES di

IFRS RSUD Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Penelitian ini spesifik hanya

ditujukan untuk tahap distribusi dan penggunaan obat ASKES.

3. Sasongko, 2014, tentang Evaluasi Distribusi dan Penggunaan Obat Pada

Pasien Rawat Jalan diInstalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi

Prof.DR.R.Soeharso Surakarta. Penelitian ini spesifik ditujukan untuk tahap

distribusi dan penggunaan obat pada pasien rawat jalan.

Judul-judul penelitian di atas mempunyai kemiripan dengan data yang

ingin digali dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

telah dilakukan adalah pada tujuan, waktu dan tempat penelitian.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. RUMAH SAKIT

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat. Rumah sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan

yang lebih bermutu dan terjangkau bagi masyarakat agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat serta melakukan upaya kesehatan yang di

laksanakan secara serasi, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dengan

tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

(Depkes RI, 2009).

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut World Health Organization 1993, Pengertian Rumah Sakit

adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi

untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif

maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan

rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan

penelitian biologi, psikologi, sosial ekonomi dan budaya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 adalah : “Rumah sakit adalah institusi pelayanan

10

11

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat”. Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan

diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,

pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat,

pemulazaran jenazah, laundry dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit,

serta pengolahan limbah, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan

para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi

bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan

sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan

lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Rumah sakit di selenggarakan berdasarkan pada nilai kemanusiaan, etika,

profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, anti diskriminasi, pemerataan,

perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Hal ini

bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat untuk mendapatakan pelayanan

kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit, sumber daya manusia di rumah sakit, meningkatkan

mutu, mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, memberikan kepastian

hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan rumah

sakit (Depkes RI,2009).

Menurut SK Menkes RI No.983/Menkes/SK.XI/1992 tentang pedoman

organisasi rumah sakit umum. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan bersifar dasar, spesialistik dan subspelialistik,

12

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Aditama, 2010).

Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan

diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,

pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat

pendidikan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan

pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari

resiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu

adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan

persyaratan kesehatan.

2. Klasifika si Rumah Sakit

Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah

Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit Khusus adalah Rumah

Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,

rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

13

a. Berdasrakan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit di kategorikan

menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, sebagai berikut:

1. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada semua bidang dan jenis penyakit.

2. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasrkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

b. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi menjadi rumah sakit publik

dan rumah sakit privat, sebagai berikut:

1. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelolah oleh pemerintah,

pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersikap nirlaba. Rumah sakit

pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelola

badan layanan umum (BLU) atau badan layanan umum daerah (BLUD)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, contoh: rumah

sakit departemen kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah privinsi,

rumah sakit pemerintah daerah kabupaten/ kota, rumah sakit TNI, rumah

sakit polri, dan rumah sakit pertamina.

2. Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero,

contoh: rumah sakit yayasan, dan rumah sakit perusahaan.

Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam

rangka penyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

14

rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus di klasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.

a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari:

1. Rumah Sakit Umum Kelas A, yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis

Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik

Spesialis Lain dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B, yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis

Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik

Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C, yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis

Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D, yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis

Dasar.

b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus terdiri atas:

1. Rumah Sakit Khusus Kelas A, mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

sedikit pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususan yang

lengkap.

15

2. Rumah Sakit Khusus Kelas B, mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

sedikit pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususan yang

terbatas.

3. Rumah Sakit Khusus Kelas C, mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

sedikit pelayanan medik spesilais dan subspesialis sesuai kekhususan yang

minimal.

3. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang RI. No. 44 Tahun 2009 tentang standar

pelayanan farmasi rumah sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit mempunyai tugas

dan fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapsiran teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

4. Profil RSUD Surakarta

Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta merupakan Rumah Sakit kelas C yang

dimiliki oleh pemerintah kota Surakarta. RSUD Surakarta terletak di jalan Lettu

16

Sumarto No. 1 Kadipiro Banjarsari, Surakarta dan berdiri dengan luas tanah 8.500

m2 dan luas bangunan ± 6.400 m

2. Adapun visi, misi dan tujuan yang di miliki

oleh RSUD Surakarta, yaitu:

Visi, Misi dan Tujuan RSUD Surakarta

1. Visi RSUD Surakarta

Menjadi Rumah Sakit Rujukan Masyarakat Surakarta.

2. Misi RSUD Surakarta

a. Meningkatkan motivasi dan kinerja SDM seperti aktivisi apel pagi

dan apel siang, penerapan sistem remunerasi, membangun kembali

sikap gotong royong

b. Meningkatkan sarana dan pra sarana seperti pengadaan sarana dan

pra sarana pelayanan medis, pengadaan sarana dan pra sarana

penunjang pelayanan, pengaturan tata ruang pelayanan dan tata

ruang lain

c. Meningkatkan manajemen rumah sakit seperti penetapan visi misi

RSUD, penyelenggaraan rapat koordinasi dan evaluasi setiap

program atau kegiatan, penataan kerjasama antar institusi kesehatan,

penataan sistem arsip pada semua bagian secara bertahap.

d. Meningkatkan mutu pelayanan seperti meningkatkan keramah-

tamahan, meningkatkan keterbukaan kepada klien, meningkatkan

profesionalisme pelayanan.

3. Tujuan pelayanan kesehatan RSUD Surakarta adalah:

17

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berhasil guna,

berdaya guna serta bersifat komprehensif.

b. Meningkatkan kemitraan dengan rumah sakit lain baik negeri

maupun swasta, organisasi profesi dan dunia usaha guna memenuhi

ketersediaan sumber daya manusia maupun sarana prasarana

c. Meningkatkan penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang efektif,

efisien, dan akuntabel.

d. Meningkatkan aksesbilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

lanjutan.

5. Pelayanan di RSUD Surakarta

RSUD Surakarta mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan

kesehatan secara berdaya guna dengan mengupayakan penyembuhan dan

pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

upaya peningkatan dan pencegahan, serta melaksanakan upaya rujukan.

Jangkauan sarana pelayanan yang dimiliki RSUD Surakarta cukup luas.

Pelayanan di RSUD Surakarta meliputi pelayanan rawat jalan, poliklinik

umum, poliklinik mata, poliklinik kesehatan ibu dan anak, poliklinik gigi,

poliklinik kulit kelamin, poliklinik penyakit dalam, poliklinik anak, poliklinik

kebidanan/obsgyn , poliklinik bedah, poliklinik gizi, rawat inap persalinan,

rawat inap umum, instalasi gawat darurat.

18

B. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)

1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

IFRS adalah suatu bagian atau fasilitas pelayanan penunjang medis,

tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang di

tujukan untuk keperluan rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker

dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang

terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,

penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat

berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian

mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan

kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinis (Siregar dan Amalia,

2004).

2. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

a. Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2014 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit

adalah sebagai berikut:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi

3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

19

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

b. Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.

1197/MENKES/SK/X/2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memiliki perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit

b. Merencanakan kebutuhan farmasi secara optimal

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian

20

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan

d. Memantau keefektifan dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau

keluarga pasien

f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien

g. Melakukan pencampuran obat suntik

h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

i. Melakukan penanganan obat kanker

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

k. Melakukan pencatatan setiap saat

l. Melaporkan setiap kegiatan (Depkes RI, 2004)

3. Profil Instalasi farmasi RSUD Surakarta

Organisasi farmasi rumah sakit yang memadai sangatlah diperlukan agar

visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan

efisien. Visi Instalasi Farmasi Rumah Sakit “Menjadi Instalasi Farmasi

21

Rumah Sakit yang terpercaya, handal dan selalu mengutamakan pelayanan

kepada pasien”.

Misi Instalasi Farmasi RSUD Surakarta adalah memberikan pelayanan

kefarmasian yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian

rumah sakit, menerapkan prinsip rasio efektif-biaya yang paling tinggi,

mengutamakan kebutuhan pasien, menjaga mutu dan keamanan perbekalan

farmasi rumah sakit.

Tujuan pelayanan farmasi adalah terwujudnya pelayanan farmasi yang

bermutu, terpercaya handal, professional, efektif, efisien berdasar standar

pelayanan kefarmasian rumah sakit dan etika profesi.

4. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Surakarta

Instalasi Farmasi RSUD Surakarta dalam struktur organisasi rumah sakit

berada dibawah kepemimpinan koordinator penunjang medik. Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta belum memiliki struktur organisasi, sementara

masih dalam tahap pengajuan. Namun sudah ada pelaksanaan tugasnya hanya

saja pembagian tugas dan tanggung jawab bagi setiap karyawannya belum

memiliki uraian tugas atau job desk dengan jelas. Hal ini dikarenakan jumlah

tenaga farmasi yang masih kurang sehingga terkadang harus merangkap

tugas, sehingga berdampak pada pencapaian ouput yang kurang maksimal.

22

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

Kepala Instalasi Farmasi

Rumah Sakit

Administrasi Umum

Wakil Kepala II

Pelayanan Farmasi

Klinik

Wakil Kepala III

Pendidikan, Penelitian

Dan Penjaminan Mutu

Wakil Kepala I

Pengelolaan Perbekalan

Farmasi

Bidang Perencanaa Dan

Pengadaan

Bidang Pelayanan

Rawat Jalan

Bidang Pendidikan Dan

Penelitian

Bidang Pengendalian

Mutu

Bidang Pelayanan

Rawat Inap Dan Gawat

Darurat

Bidang Penerimaan Dan

Penyimpanan

Bidang Klaim Dan

Pengendalian Formularium

Bidang Pelayanan

Informasi Obat

Bidang Produksi Steril

Dan Non Steril

23

5. Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi RSUD Surakarta

Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam

melaksanakan kegiatan kefarmasian dan pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Sumber daya manusia keseluruhan di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta terdiri dari: 7 Apoteker, 1 Sarjana Farmasi, 6 D3 Farmasi, 3 SMF,

dan 1 Bagian administrasi. Pada pembagiannya di gudang farmasi terdapat 1

Apoteker dan 1 tenaga farmasi. Di bidang pelayanan terdapat 4 apoteker yang

dibagi menjadi 4 shift yang dibantu oleh Asisten Apoteker.

Tenaga farmasi di Instalasi Farmasi RSUD diikutsertakan dalam pelatihan-

pelatihan yang diadakan, mengikuti rapat koordinasi dan evaluasi rutin setiap

3 bulan sekali yang berguna untuk mendukung pelayanan yang profesional,

meningkatkan potensi kerja dan produktifitas dalam melaksanakan pelayanan.

C. PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI

Manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari cara untuk mencapai suatu

tujuan dengan efektif dan efisien dengan menggunakan bantuan atau melalui

orang lain. Bantuan orang lain disini berupa tenaga, pikiran, dan materi.

manajemen pengelolaan obat merupakan suatu siklus yang meliputi seleksi

(selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution), dan penggunaan

(use). Keempat fungsi dasar tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan

yang terdiri dari organisasi, keuangan, manajemen informasi, dan sumber daya

manusia ( Quick dkk 2012 ).

24

Gambar 3. Siklus Manajemen Obat (Quick et al., 2012)

Pada dasarnya pengelolaan obat di rumah sakit adalah bagaimana cara

mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan

saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan yang efektif dan efisien

agar obat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin untuk

mendukung pelayanan yang bermutu.

1. Seleksi (Pemilihan)

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis kegiatan sediaan

farmasi, alat kesehatn, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.

Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini

berdasarkan:

a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi

b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

yang telah di tetapkan

Seleksi

ManajemenPendukung

Organisasi

Anggaran

Manajemen informasi

Sumber Daya Manusia

Pengadaan

Distribusi

Penggunaannn

25

c. Pola penyakit

d. Efektifitas dan keamaan

e. Pengobatan berbasis bukti

f. Mutu

g. Harga

h. Ketersediaan di pasaran (kemenkes, 2014)

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin

ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan

sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan

di mulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang di butuhkan, penyesuaian

antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan

pemasok, penentuan spasifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan

pembayaran (kemenkes, 2014).

Pengadaan dapat di lakukan melalui :

a. Pembelian

b. Produksi sediaan farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila :

a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran

b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri

c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus

d. Sediaan Farmasi dengan sediaaan yang lebih kecil/repacking

26

e. Sediaan Farmasi untuk penelitian dan

f. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan harus di buat baru

(recenter paratus).

3. Distribusi

Merupakan proses kegiatan manajemen obat yang, meliputi: penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian dan pelaporan perbekalan sesuai sistem yang

diterapkan dirumah sakit.

a. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan

farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui

pembelian langsung, tender, konsinasi atau sumbangan (Depkes, 2010).

Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang

bertanggungjawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus

terlatih baik dalam tanggungjawab dan tugas mereka, serta harus mengerti

sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus

ada tenaga farmasi.

Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi

yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu.

Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan

dengan spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua perbekalan

farmasi harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah

diterima, perbekalan farmasi harus segera disimpan di dalam lemari besi

atau tempat lain yang aman. Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai

27

dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu

diperhatikan dalam penerimaan: harus mempunyai Material Safety Data

Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya. Khusus untuk alat kesehatan harus

mempunyai Certificateof Origin. Sertifikat analisa produk (Depkes, 2010).

b. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat

yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak

mutu obat. Tujuan penyimpanan adalah: memelihara mutu sediaan

farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga

ketersediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes, 2010).

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO

dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan

sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai

dengan cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi (Depkes,

2010).

c. Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi dirumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi

pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

28

pasien dengan mempertimbangkan: efisiensi dan efektifitas sumber daya

yang ada, metode sentralisasi atau desentralisasi, dan system floorstock,

resep individu, dispensing dosisunit atau kombinasi.

Tujuanpen distribusian: Tersedianya perbekalan farmasi di unit-

unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah (Depkes, 2010)..

Jenis Sistem Distribusi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh IFRS dalam

mendistribusikan perbekalan farmasi dilingkungannya. Adapun metode

yang dimaksud antara lain:

1. Resep Perseorangan/Invidual Prescribing

Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap

pasien. Dalam system ini perbekalan farmasi disiapkan dan

didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.

Keuntungan resep perorangan, yaitu:

a. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian

memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara

langsung.

b. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker,

dokter, perawat dan pasien

c. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.

Kelemahan/kerugian sistem resep perorangan, yaitu:

a. Memerlukan waktu yang lebih lama

29

b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan (Depkes,

2010)

2. Sistem Distribusi Persediaan Lengkap Di Ruang (Sistem Floor Stock)

Definisi system distribusi persediaan lengkap diruang adalah tatanan

kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis

dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan diruang

oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah

persediaan yang langsung diberikan kepada pasien diruang tersebut.

Dalam system persediaan lengkap diruangan, semua perbekalan farmasi

yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan perbekalan

farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang digunakan.

Keuntungan persediaan lengkap diruang, yaitu:

a. Pelayanan lebih cepat

b. Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke

IFRS

c. Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.

Kelemahan persediaan lengkap di ruang, yaitu:

a. Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order perbekalan

farmasi tidak dikaji oleh apoteker.

b. Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan

fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu,

kurang diperhatikan oleh perawat.

c. Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.

30

d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan

perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan perawatan pasien.

e. Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani

perbekalan farmasi.

f. Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan farmasi

(Depkes, 2010)

Sistem distribusi persediaan lengkap ini hanya digunakan untuk

kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai.Kerugian atau

kelemahan sistem distribusi perbekalan farmasi persediaan lengkap diruang

sangat banyak. Oleh karena itu, sistem ini hendaknya tidak digunakan

lagi.Dalam sistem ini, tanggung jawab besar dibebankan kepada perawat,

yaitu menginterpretasi order dan menyiapkan perbekalan farmasi, yang

sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker. Dewasa ini telah diperkenalkan

sistem distribusi perbekalan farmasi desentralisasi yang melaksanakan sistem

persediaan lengkap diruang, tetapi di bawah pimpinan seorang apoteker. Jika

sistem desentralisasi ini dilakukan, kekurangan dari sistem distribusi

perbekalan farmasi persediaan lengkap di ruang akan dapat diatasi

3. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing = UDD)

Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang

disorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis

perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal

dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu (Depkes,

2010).

31

Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggungjawab

IFRS, hal itu tidak dapat dilakukan dirumah sakit tanpa kerjasama dengan staf

medik, perawatan pimpinan rumah sakit dan staf administratif. Jadi,

dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu ditetapkan untuk

mengembangkan pendekatan penggunaan suatu system distribusi dosis unit.

Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya dating dari apoteker IFRS yang

menjelaskan kepada anggota lain tentang konsep distribusi perbekalan

farmasi dosis unit.

Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah metode dispensing

dan pengendalian perbekalan farmasi yang dikoordinasikan IFRS dalam

rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada

kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi, unsure khusus berikut adalah

dasar dari semua system dosis unit, yaitu: perbekalan farmasi dikandung

dalam kemasan unit tunggal; di dispensing dalam bentuk siap konsumsi; dan

untuk kebanyakan perbekalan farmasi tidak lebih dari 24 jam persediaan

dosis, diantarkan ke atau tersedia padaruang perawatan pasien setiap saat.

Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu dari 3

metode dibawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi

rumah sakit.

a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi Sentralisasi dilakukan oleh IFRS

sentral kesemua unit rawat inap dirumah sakit secara keseluruhan.

Artinya, dirumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya

depo/satelit IFRS dibeberapa unit pelayanan.

32

b. Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa

depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi

desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap

diruang, hanya saja sistem distribusi desentralisasi ini dikelola

seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan

pengendalian oleh IFRS sentral.

c. Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan

desentralisasi biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan darurat

dilayani depo/satelit IFRS. Dosis selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral.

Semua pekerjaan tersentralisasi yang lain, seperti pengemasan dan

pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral (Depkes,

2010).

4. Sistem Distribusi Kombinasi

Definisi sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi

resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi persediaan di

ruangan yang terbatas. Perbekalan farmasi yang disediakan di ruangan adalah

perbekalan farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari

diperlukan, dan biasanya adalah perbekalan farmasi yang harganya murah

mencakup perbekalan farmasi berupa resep atau perbekalan farmasi bebas.

Keuntungan system distribusi kombinasi yaitu:

a. Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.

b. Adanya kesempatan berinteraksi dengan profesional antara apoteker,

dokter, perawat dan pasien/keluarga pasien

33

c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.

Rancangan Sistem Distribusi

Mendisain suatu distribusi perbekalan farmasi dirumah sakit memerlukan:

a. Analisis sitematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan operasional.

Setelah system diterapkan, pemantauan kinerja dari evaluasi mutu

pelayanan tetap diperlukan guna memastikan bahwa system berfungsi

sebagaimana dimaksudkan.

b. Jumlah ruangan dalam sistem, cakupan geografis dan tata ruang rumah

sakit, populasi pasien

c. Kualitas dan kuantitas staf

Pelaporan pemakaian perbekalan farmasi

Pelaporan pemakaian perbekalan farmasi adalah kumpulan catatan dan

pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi dan perlengkapan

kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Hal ini

bertujuan agar tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,

tersedianya informasi yang akurat, tersedianya arsip yang memudahkan

penelusuran surat dan laporan, mendapat data atau laporan yang lengkap

untuk membuat perencanaan, agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan

dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif. Proses

pendataan dan pelaporan dapat dilakukan seara tulis tangan dan

otomatisasi dengan menggunakn software komputer (Depkes, 2004).

5. Sistem Distribusi RSUD Surakarta

Sistem distribusi obat yang digunakan RSUD Surakarta sudah memiliki

SPO (Standar Prosedur Operasional). Adanya SPO bertujuan agar pelayanan

34

obat untuk resep rawat jalan dan rawat inap dapat terlaksana secara efektif

dan efisien. Selain itu agar mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan

pada setiap tahapan pelayanan.

Sistem distribusi obat yang digunakan di RSUD Surakarta adalah

sistem distribusi obat peresepan individual (individual prescribing) untuk

pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap menggunakan sistem distribusi

obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang perawatan untuk

kebutuhan emergency (sistem floor stock).

Gambar 4. Alur distribusi individual prescribing rajal dan ranap RSUD

Surakarta

Sistem distribusi pada pelayanan pasien rawat inap disesuaikan dengan

kebijakan rumah sakit, fasilitas fisik dan jumlah tenaga farmasi di instalasi

farmasi yang melakukan pelayanan di RSUD Surakarta. Jumlah tenaga farmasi

yang masih kurang dan semakin meningkatnya jumlah pasien sehingga

menyebabkan beban kerja tenaga farmasi di instalasi farmasi sehingga sistem

distribusi obat dengan peresepan individual menjadi pilihan bagi pelayanan di

rawat inap.

Resep masuk

Entri Data

Pasien

Meracik obat

Pasien

35

Distribusi obat dari gudang ke apotek dilakukan setiap hari karena

kapasitas apotek yang kecil, sesuai jam buka gudang dan disesuaikan dengan

kebutuhan pasien menggunakan form permintaan.

Distribusi untuk persediaan di ruangan dilakukan dengan form permintaan

obat dan bahan habis pakai ke IFRS, sesuai kebutuhan ruangan oleh petugas poli/

unit dari masing-masing ruangan. Juga sesuai jadwal yang ditetapkan dimana di

RSUD Surakarta dijadwalkan setiap hari Sabtu.

Gambar 5. Alur distribusi sistem floor stock RSUD Surakarta

Petugas poli/unit, menulis di form permintaan (rangkap 2, asli: ditinggal di farmasi,

copy: arsip poli/unit

Jadwal: Setiap hari sabtu

Petugas poli/ unit bertanggung jawab terhadap stok obat di ruangan

Pembuatan laporan penerimaan dan pengeluaran obat tiap bulan, diserahkan ke

farmasi pada setiap awal bulan

Permintaan diserahkan ke farmasi

Serah terima barang, disertai pengecekan

Petugas farmasi menyiapkan

36

D. PENGELOLAAN OBAT TAHAP PENGGUNAAN

Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah penyampaian

sediaan obat dari IFRS kepada penderita untuk digunakan. Apoteker mempunyai

perhatian utama pada salah satu aspek proses pelayanan kesehatan, yaitu

penggunaan obat, yang merupakan suatu komponen penting karena kira-kira 80%

kunjungan ke dokter menghasilkan resep dan penggunaan injeksi. Tujuan utama

pelayanan apoteker pada proses penggunaan obat adalah melindungi penderita

dari terjadinya kembali penyakit yang berkaitan dengan obat misalnya alergi atau

reaksi obat yang tidak diinginkan serta mengingkatkan kepatuhan penderita

melalui fungsi farmasi klinik (Siregar & Amalia, 2003).

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan

penggunaan obat yang rasional, keamanan penggunaan obat, efisiensi biaya obat

dan meningkatkan kualitas hidup pasien sebagaimana yang dianjurkan oleh WHO

1993.

Salah satu aspek penting penggunaan obat di rumah sakit seharusnya

ditekankan pada kualitas dan rasionalitas pemakaiannya (tepat pasien, tepat obat,

tepat pemberian, tepat waktu pemberian) agar menjamin mutu pelayanan rumah

sakit. Ketidak rasionalan obat yang sering terjadi adalah polifarmasi, penggunaan

antibiotik yang tidak tepat, penggunaan injeksi secara berlebihan, ketidak patuhan

pasien dan pengobatan sendiri secara tidak tepat (Depkes, 2006).

Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi:

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,

pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

37

habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai

pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya

pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).

Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila

ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis

Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan

administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien

rawat inap maupun rawat jalan (Kemenkes, 2014).

Persyaratan administrasi meliputi:

a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;

b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;

c. Tanggal Resep

d. Ruangan/unit asal Resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;

b. Dosis dan Jumlah Obat;

c. Stabilitas; dan

d. Aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;

b. Duplikasi pengobatan;

c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);

d. Kontraindikasi; dan

e. Interaksi Obat (Kemenkes, 2014).

38

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,

terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,

Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di

luar Rumah Sakit.

PIO bertujuan untuk:

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit;

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,

terutama bagi tim farmasi dan terapi;

c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi:

a. Menjawab pertanyaan;

b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

c. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan

penyusunan Formularium Rumah Sakit;

d. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;

e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga

kesehatan lainnya; dan

f. Melakukan penelitian (Kemenkes, 2014).

39

3. Konseling

Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait

terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.

Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas

kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan

pasien atau keluarganya.Pemberian konseling yang efektif memerlukan

kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.

Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,

meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan

meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan

penggunaan Obat bagi pasien (patientsafety).

Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:

a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;

b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;

c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat;

d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat

dengan penyakitnya;

e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;

f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat (Depkes, 2006).

4. Dispensing

Kegiatan pelayanan farmasi yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,

menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau etiket, penyerahan obat

dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai dokumentasi.

40

E. INDIKATOR EFISIENSI PENGELOLAAN OBAT TAHAP

DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN OBAT

Indikator adalah alat ukur untuk membandingkan kinerja yang

sesungguhnya. Indikator digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan

atau sasaran telah berhasil dicapai. Indikator pengelolaan obat di rumah sakit

merupakan alat ukur kuantitatif yang dapat digunakan untuk monitoring, evaluasi

dan mengubah atau meningkatkan mutu pengelolaan obat di IFRS (Pudjaningsih,

1996). Hasil pengujian tersebut dapat digunakan oleh penentu kebijakan untuk

meninjau kembali strategi atau sasaran yang lebih tepat.

Indikator tahap distribusi meliputi kecocokan obat dengan kartu stok, TOR

(Turn Over Ratio), sistem penataan gudang, persentase stok mati, persentase obat

kadaluwarsa, rata-rata waktu yang di gunakan untuk melayani resep dan

persentase obat yang diserahkan. Indikator tahap penggunaan obat meliputi

persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase

peresepan injeksi, persentase peresepan obat sesuai dengan formularium,

persentase obat yang dilabeli dengan benar dan ketersediaan waktu konsultasi

oleh apoteker (Pudjaningsih, 1996).

F. LANDASAN TEORI

Keberhasilan penyelenggaraan upaya kesehatan dapat diukur dengan

berbagai indikator pengelolaan obat yang mencakup banyak faktor.Mengingat

bahwa obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan, maka

41

pengelolaan obat terus menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan

program pelayanan kesehatan.

Pengelolaan obat adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan

dimulai dari pemilihan, pengadaan, distribusi yang dimulai dari penerimaan,

penyimpanan, penditribusian, dan penggunaan obat. Kemudian dilakukan

monitoring dan evaluasi untuk mengetahui apakah pengelolaan obat yang

dilakukan sudah efisien sehingga ketersediaan obat dapat selalu terpenuhi bagi

pelayanan kesehatan. Pada analisis tahap distribusi dan penggunaan obat dari

siklus pengelolaan obat di rumah sakit menggunakan beberapa indikator. Untuk

tahap distribusi digunakan indikator antara lain: kecocokan obat dengan kartu

stok, TOR (Turn Over Ratio), sistem penataan gudang, persentase stok mati

persentase obat kadaluarsa dan rusak, rata-rata waktu yang digunakan untuk

melayani resep dan persentase obat diserahkan. Sedangkan indikator tahap

penggunaan obat antara lain persentase peresepan obat generik, persentase

peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, persentase peresepan obat

sesuai dengan formularium, persentase obat yang diberi label benar dan

ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker. Indikator yang digunakan

berdasarkan Depkes (2008), indikator WHO (1993) dan Pudjaningsih (1996).

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui gambaran dan tingkat

efisiensi pengelolaan tahap distribusi dan penggunaan obat di Instalasi Farmasi

RSUD Surakarta sehingga sebagai penyedia jasa layanan kesehatan, dapat

diketahui titik pelayanan farmasi yang membutuhkan perhatian khusus untuk

dibenahi kinerjanya dalam rangka mencapai tingkat kepuasan pasien yang lebih

42

tinggi lagi terhadap kualitas pelayanan di RSUD Surakarta pada khususnya dan

pelayanan kesehatan pada umumnya.

G. KETERANGAN EMPIRIS

1. Gambaran pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di

Instalasi Farmasi RSUD Surakarta tahun 2016.

2. Pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat di Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta kemungkinan sudan efisien.

43

H. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian

Indikator: 1. Penyimpanan

a. Kecocokan obat dengan

kartu stok

b. Turn over ratio (perputaran

modal dalam setahun)

c. Sistem penataan gudang

d. Persentase obat kadaluarsa

dan rusak

e. Persentase stok mati

2. Pendistribusian

a. Waktu melayani resep

b. Persentase obat yang

diserahkan

Indikator: a. Persentase obat generik

b. Persentase antibiotik

c. Persentase peresepan

injeksi

d. Persentase peresepan

obat sesuai dengan

formularium

e. Persentase obat dilabeli

benar

f. Ketersediaan waktu

konsultasi apoteker

Dibandingkan

dengan standar

Dibandingkan

dengan standar

Tahap Distribusi

Obat

Tahap

Penggunaan

Obat

Kesimpulan

Analisis

Wawancara Wawancara

Analisis

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara

pengambilan data retrospektif untuk mengevaluasi sistem distribusi dan

penggunaan obat di RSUD Surakarta tahun 2016. Data retrospektif merupakan

data sekunder yang diperoleh dengan penelusuran terhadap dokumen pada tahun

sebelumnya. Pada tahap distribusi meliputi laporan persediaan obat, kartu stok,

laporan keuangan, faktur, laporan pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak,

sedangkan pada tahap penggunaan meliputi resep pasien di RSUD Surakarta. Data

concurrent merupakan data primer yang diperoleh saat penelitian dengan

pengamatan langsung. Pada tahap distribusi meliputi rata-rata waktu pelayanan

resep, sistem penataan gudang, sedangkan pada tahap penggunaan meliputi

pelabelan obat, ketersediaan waktu konsultasi Apoteker serta dilakukan

wawancara dengan petugas terkait.

Data primer bersifat kualitatif pada tahap distribusi dan penggunaan yang

telah didokumentasikan dalam transkrip wawancara dianalisis isinya dan disajikan

dalam bentuk narasi. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dilakukan

penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel.

Data sekunder pada tahap distribusi dan penggunaan yang bersifat kuantitatif

dilakukan penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan disajikan dalam

bentuk tabel.

44

45

B. SUBYEK PENELITIAN

Subjek pada penelitian ini adalah semua unsur yang dianggap memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang aspek-aspek yang terkait dengan tujuan

penelitian di RSUD Surakarta tahun 2016 terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi,

Kepala Gudang Farmasi RSUD Surakarta dan petugas distribusi rawat inap dan

rawat jalan RSUD Surakarta.

C. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen yang

berhubungan tahap distribusi meliputi laporan persediaan obat, kartu stok, laporan

keuangan, faktur, laporan pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak, sedangkan pada

tahap penggunaan meliputi resep pasien di RSUD Surakarta.

2. Alat penelitian

a. Daftar cek (Check List)

Hasil pengamatan langsung pada data primer dan terhadap data sekunder

yang diambil dari dokumen, dicatat dalam daftar cek atau mencatat

langsung pada buku tulis

b. Pedoman wawancara

Berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan data

primer dengan mewawancarai pihak yang terkait dengan sistem distribusi

dan penggunaan obat.

46

D. INDIKATOR PENELITIAN

Tabel 1. Indikator Efisiensi Distribusi dan Penggunaan Obat di Rumah Sakit

Tahap Distribusi Indikator Tujuan Standar

a. Penyimpanan 1. Kecocokan antara fisik

obat dengan kartu stok

**

Mengetahui ketelitian petugas

gudang

100%

2. Turn Over Ratio** Mengetahui berapa kali

perputaran modal dalam

setahun

10-23 kali

setahun

3. Sistem penataan

gudang **

Menilai sistem penataan

gudang

100%

FIFO/FEF

O

4. Persentase obat

kadaluarsa dan rusak *

Mengetahui besarnya kerugian

rumah sakit

0%

5. Persentase stok mati **

Mengetahui item obat selama

3 bulan tidak terpakai

0 %

b. Pendistribusian 1 Rata-rata waktu yang

digunakan untuk

melayani resep **

Mengetahui tingkat kecepatan

pelayanan farmasi di rumah

sakit

≤ 60 menit

racikan, ≤

30 menit

non racikan

2 Persentase obat yang

diserahkan **

Mengetahui cakupan

pelayanan farmasi di rumah

sakit

76-100 %

Tahap

Penggunaan

1. Persentase peresepan

obat dengan nama

generik ***

Mengukur kecenderungan

meresepkan obat generik

82-94%

2. Persentase peresepan

antibiotik ***

Mengukur penggunaan

antibiotic

≤ 22,7%

3. Persentase peresepan

injeksi ***

Mengukur penggunaan injeksi 17%

4. Persentase obat sesuai

dengan formularium

***

Mengetahui tingkat kepatuhan

dokter dalam meresepkan obat

yang terdapat dalam

formularium rumah sakit

100%

5. Persentase obat yang

dilabeli dengan benar

***

Mengukur tingkat kelengkapan

informasi yang ditulis pada

etiket

100%

6. Ketersediaan waktu

konsultasi oleh

Apoteker***

Mengukur waktu yang

digunakan oleh farmasis dalam

memberikan informasi obat

-

Sumber : * Indikator Depkes (2008)

** Indikator Pudjaningsih (1996)

*** Indikator WHO (1993)

47

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Ditribusi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi

RSUD Surakarta dalam rangka pengeluaran, pelayanan, pengiriman, dan

penyerahan barang farmasi yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat

jenis dan jumlah kepada pasien rawat jalan dan rawat inap di Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta.

2. Penggunaan obat adalah pemakaian obat oleh pasien dalam pelayanan

proses terapi serta menyangkut semua aspek yang memperngaruhi pola

pemakaian obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.

3. Indikator digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan dan

sasaran telah berhasil dicapai. Indikator yang digunakan pada tahap

distribusi mengacu pada Depkes (2008) tentang Pedoman Supervisi dan

Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Pudjaningsih (1996)

tentang Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi

Rumah Sakit. Sedangkan pada tahap penggunaan obat mengacu pada WHO

(1993) tentang Howto Investigate Drug Usein Health Facilities Selected

Drug UseIndicator.

4. Kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok adalah kesesuaian antara

jumlah fisik obat dengan kartu persediaan yang berisikan data pemasukkan,

pengeluaran dan sisa obat yang digunakan di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta.

48

5. Turn Over Ratio adalah alat ukur untuk mengetahui berapa kali perputaran

modal dalam setahun di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.

6. Sistem penataan gudang adalah suatu sistem yang digunakan untuk

penyimpanan dan penyaluran obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.

7. Persentase stok matia dalah persentase persediaan obat di instalasi farmasi

yang selama 3 bulan berturut-turut tidak digunakan di Instalasi Farmasi

RSUD Surakarta

8. Persentase obat kadaluarsa dan rusak adalah persentase obat yang sudah

tidak bias digunakan lagi karena menunjukkan waktu batas terakhir obat

yang memenuhi syarat baku. Waktu kadaluarsa ditunjukkan pada etiket

dalam bulan dan tahun. Jika terdapat obat kadaluarsa maka harus

dimusnahkan dan nilainya adalah kerugian rumah sakit.

9. Waktu pelayanan resep adalah lamanya waktu pelayanan resep yang dimulai

dari penerimaan resep sampai penyerahan obat kepada pasien

10. Persentase obat yang dapat diserahkan adalah perhitungan jumlah item obat

yang dapat diserahkan dari resep rawat jalan dan rawat inap di Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta.

11. Persentase peresepan antibiotik adalah perhitungan item jumlah antibiotik

dari resep rawat jalan maupun rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta.

12. Persentase peresepan obat dengan nama generik adalah perhitungan jumlah

item obat dengan nama generik dari resep rawat jalan maupun rawat inap di

Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.

49

13. Persentase peresepan injeksi adalah perhitungan jumlah item sediaan

injeksi dari resep rawat jalan maupun rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta.

14. Persentase obat sesuai dengan formularium adalah perhitungan jumlah item

obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit dari resep rawat jalan

maupun rawat inap di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.

15. Persentase obat yang dilabel dengan benar adalah perhitungan jumlah

label/etiket berisi minimal nama pasien dan aturan minum/pakai obat yang

diserahkan di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta.

16. Ketersediaan waktu konsultasi adalah waktu yang digunakan oleh farmasis

dalam memberikan informasi obat sesuai jumlah kasus penyakit dari resep

pasien rawat jalan dan rawat inap diInstalasi Farmasi RSUD Surakarta.

50

F. JALANNYA PENELITIAN

G.

H.

I.

Gambar 7. Skema Jalannya Penelitian di RSUD Surakarta

G. ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari hasil penelitian meliputi pengumpulan data

pengelolaan obat tahap distribusi dan penggunaan menurut indikator, observasi

dokumen dan lapangan serta wawancara mendalam. Penilaian pada setiap

indikator dibandingkan dengan data yang mengacu pada Pudjaningsih (1996)

tentang Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah

Sakit dan mengacu pada Depkes (2008) tentang Pedoman Supervisi dan Evaluasi

Tahapan persiapan 1. Studi pustaka

2. Studi pendahuluan

3. Penyusunan proposal

4. Ujian proposal

5. Pengurusan ijin penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian a. Data primer diperoleh saat penelitian dengan

pengamatan langsung pada tahap distribusi

meliputi rata-rata waktu pelayanan resep,

kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok,

pelabelan obat, sistem penataan gudang. Pada

tahap penggunaan ketersediaan waktu konsultasi

dan wawancara petugas terkait.

b. Data sekunder diperoleh dengan penelusuran

terhadap dokumen tahun sebelumnya, pada tahap

distribusi meliputi antara lain laporan persediaan

obat, kartu stok, laporan keuangan, faktur, laporan

pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak, sedangkan

pada tahap penggunaan meliputi resep pasien di

RSUD Surakarta

Tahap pengolahan data

diukur dengan menggunakan indikator efisiensi

menurut Depkes, Pudjaningsih, WHO

Kesimpulan dan saran

51

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menilai efisiensi pengelolaan obat di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Serta mengacu pada WHO (1993) tentang How to

Investigate Drug Usein Health Facilities Selected Drug UseIndicator.

Data yang didapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif. Data primer bersifat kualitatif pada tahap distribusi

dan penggunaan yang telah didokumentasikan dalam transkrip wawancara

dianalisis isinya dan disajikan dalam bentuk narasi. Sedangkan data yang bersifat

kuantitatif dilakukan penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan disajikan

dalam bentuk tabel. Data sekunder pada tahap distribusi dan penggunaan yang

bersifat kuantitatif dilakukan penghitungan untuk tiap indikator penelitian dan

disajikan dalam bentuk tabel.

Menghitung indikator distribusi obat:

1. Distribusi

1.1. Kecocokan antara fisik obat dan kartu stok.

Tujuannya untuk mengetahui ketelitian petugas gudang. Kemudian untuk

masing-masing kartu stok untuk item obat yang terpilih diamati kesesuaian jumlah

obat yang tertulis pada kartu stok (X) dengan jumlah fisik obat (Y). Perhitungan:

X/Y x 100%.

Pengambilan sampel kartu stok secara cluster proporsional yaitu seluruh

item obat yang dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, injeksi, sirup,

obat luar dan infus) selama tahun 2016. Penentuan sampel dengan jumlah

populasi lebih kecil dari 10.000 dilakukan dengan memakai rumus sebagai berikut

52

(Notoatmojo S, 2002)

n =

( )

dimana: n: besar sampel

N: besar populasi

d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,5)

1.2. Nilai TOR (Turn Over Ratio).

Tujuannya untuk mengetahui berapa kali perputaran modal dalam setahun.

Data diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran dokumen obat tahun

sebelumnya. Perhitungannya dengan membagi nilai (Rp) harga pokok penjualan

dalam setahun (X) dengan nilai (Rp) rata-rata persediaaan akhir tahun (Y) atau

(X/Y)

1.3. Sistem penataan gudang.

Tujuannya untuk menilai sistem penataan gudang. Kriterianya adalah obat

yang pertama masuk adalah yang pertama keluar (FIFO) dan obat yang lebih dulu

kadaluarsa adalah yang lebih dulu dikeluarkan (FEFO). Penentuan jumlah sampel

dengan rumus perhitungan sampel. Kemudian mengambil sampel kartu stok

secara acak (X) cocokkan dengan keadaaan barang dalam no batch, tanggal

kadaluarsa dan tanggal pembelian, dicatat berapa yang tidak cocok (Y) atau (Y/X)

x 100%

1.4. Persentase stok mati.

Tujuannya untuk mengetahui item obat yang selama 3 bulan berturut-turut

tidak terpakai. Data dikumpulkan secara retrospektif dari penelusuran dokumen

obat tahun 2016. Perhitungannya dengan cara membagi jumlah item obat selama 3

53

bulan berturut-turut tidak digunakan (X) dengan jumlah item obat yang tersedia di

instalasi farmasi (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%

1.5. Persentase nilai obat kadaluarsa dan rusak.

Tujuannya untuk mengetahui besarnya kerugian rumah sakit oleh adanya

obat kadaluarsa dan obat rusak. Data diperoleh secara retrospektif dengan

penelusuran data obat kadaluarsa dan rusak tahun sebelumnya. Perhitungannya

dengan membagi jumlah item obat kadaluarsa dan rusak (X) dengan jumlah item

obat yang tersedia di instalasi farmasi (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%

1.6. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep.

Tujuannya untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi di rumah sakit.

Data diperoleh secara concurrent dengan melakukan pengamatan selama 7 hari

pada jam pelayanan resep dengan mencatat waktu resep masuk dan waktu obat

sampai ke pasien. Caranya dengan mengambil sampel 30 pasien. Data dibedakan

antara resep obat racikan dan non-racikan. Perhitungannya dengan mengurangkan

total waktu obat diserahkan ke pasien (Y) dengan total waktu resep masuk (X)

dibagi jumlah resep atau (Y-X) x 100%

1.7. Persentase obat yang dapat diserahkan.

Tujuannya untuk mengetahui cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit.

Data diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat jalan

dan rawat inap tahun sebelumnya. Cara penentuan jumlah sampel resep yang

digunakan berdasarkan panduan WHO (1993) untuk penelitian penggunaan obat

di fasilitas kesehatan secara prospektif dilakukan sampel minimal 30-100 sampel.

Pada penelitian ini digunakan sampel 100 resep untuk sampel penelitian. Cara

54

mengambil data untuk survei resep dilakukan secara retrospektif selama 1 tahun

yang dibagi menjadi 3 kuartal (4 bulan) Januari-April, Mei-Agustus, September-

Desember. Masing-masing kuartal diambil 100 resep. Cara pengambilan sampel

tiap kuartal dilakukan probability sampling yaitu sistematis sampling. Sampel

diberi nomor urut, kemudian dihitung interval atau jarak pengambilan sampel

dengan cara menghitung jumlah total resep dalam 1 kuartal dibagi jumlah resep

yang akan diambil yaitu 100 resep. Pengambilan resep awal dilakukan secara acak

dengan melihat nomor seri terakhir mata uang terbesar yang ada di saku peneliti,

kemudian sampel selanjutnya ditambah nilai interval.

Perhitungannya dengan membagi cara membagi jumlah total item obat

yang dapat diserahkan (X) dengan jumlah total item obat yang diresepkan (Y)

dikali 100% atau (X/Y) x 100%.

2. Pengukuran indikator penggunaan obat

2.1. Persentase peresepan obat dengan nama generik.

Tujuannya untuk mengukur kecenderungan meresepkan obat generik. Data

diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat jalan dan

rawat inap tahun sebelumnya. Perhitungannya dengan cara membagi jumlah total

item obat dengan nama generik yang diresepkan (X) dengan jumlah total item

obat yang diresepkan (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%

2.2. Persentase peresepan antibiotik.

Tujuannya untuk mengukur penggunaan antibiotik. Data diperoleh secara

retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap tahun

sebelumnya. Perhitungannya dengan membagi cara membagi jumlah total item

55

antibiotik yang di resepkan (X) dengan jumlah total item obat yang di resepkan

(Y) di kali 100% atau (X/Y) x 100%.

2.3. Persentase peresepan injeksi.

Tujuannya untuk mengukur penggunaan injeksi. Data diperoleh secara

membagi jumlah total item injeksi yang diresepkan (X) dengan jumlah total item

obat yang diresepkan (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100% retrospektif dengan

penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap tahun sebelumnya.

Perhitungannya dengan membagi cara membagi jumlah total item injeksi yang

diresepkan (X) dengan jumlah total item obat yang diresepkan (Y) dikali 100%

atau (X/Y) x 100%.

2.4. Persentase obat dari formularium.

Tujuannya untuk mengetahui tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan

obat yang terdapat dalam formularium rumah sakit. Data diperoleh retrospektif

dengan penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap tahun sebelumnya.

Perhitungannya dengan cara membagi jumlah total item obat yang masuk

formularium tahun 2016 (X) dan jumlah total item obat yang digunakan pada

tahun 2016 dikali 100% atau (X/Y) x 100%.

2.5. Persentase obat yang dilabel dengan benar.

Tujuannya untuk mengukur tingkat kelengkapan informasi yang ditulis

pada etiket. Data diperoleh secara concurrent dengan mengambil sampel

sebanyak 30 pasien kemudian dilakukan pengamatan selama 7 hari pada jam

pelayanan resep dengan mencatat jumlah etiket yang berisi minimal nama pasien

dan aturan minum/ pakai obat dengan jumlah etiket yang diserahkan.

56

Perhitungannya dengan cara membagi jumlah total etiket yang berisi minimal

nama pasien dan aturan minum/ aturan pakai obat (X) dengan jumlah etiket total

yang diserahkan (Y) dikali 100% atau (X/Y) x 100%.

2.6 Ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker.

Tujuannya untuk mengukur waktu pemberian informasi obat oleh

farmasis. Data diperoleh secara concurrent dengan melakukan pengamatan pada

jam pelayanan resep rawat jalan dengan mencatat waktu yang digunakan oleh

farmasis dalam memberikan informasi obat. Perhitungannya dengan cara

membagi jumlah total waktu yang digunakan oleh farmasis dalam memberikan

informasi obat perlembar resep (X) dengan jumlah kasus (Y) atau (X/Y menit).

Dinyatakan dalam waktu ( menit dengan satu desimal)

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TAHAP DISTRIBUSI

Dalam penelitian ini dilakukan analisi sistem distribusi dan penggunaan

obat di RSUD Surakarta. Menurut Depkes (2010) distribusi merupakan tahap

pada kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk

pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan

serta untuk menunjang pelayanan medis. Proses distribusi dimulai dari

penerimaan obat dan perbekalan farmasi di gudang farmasi, kemudian dilakukan

pencataan pada buku penerimaan barang dan kartu stok, penyimpanan,

selanjutnya didistribusikan ke unit-unit pelayanan.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta

diperoleh keterangan bahwa sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien

rawat jalan menggunakan sistem distribusi obat peresepan individual (individual

prescribing), sedangkan untuk pasien rawat inap menggunakan sistem distribusi

obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang perawatan untuk

kebutuhan emergency (sistem floor stock). Sistem distribusi obat yang digunakan

RSUD Surakarta sudah memiliki SPO (Standar Prosedur Operasional). Adanya

SPO bertujuan agar pelayanan obat untuk resep rawat jalan dan rawat inap dapat

terlaksana secara efektif dan efisien. Selain itu agar mengetahui langkah-langkah

yang harus dilakukan pada setiap tahapan pelayanan.

Sistem distribusi pada pelayanan pasien rawat inap disesuaikan dengan

kebijakan rumah sakit, fasilitas fisik dan jumlah tenaga farmasi di instalasi

farmasi yang melakukan pelayanan di RSUD Surakarta. Jumlah tenaga farmasi

57

58

yang masih kurang dan semakin meningkatnya jumlah pasien sehingga

menyebabkan beban kerja tenaga farmasi di instalasi farmasi sehingga sistem

distribusi obat dengan peresepan individual menjadi pilihan bagi pelayanan di

rawat inap.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Gudang Farmasi, distribusi ke apotek

dilakukan setiap hari sesuai jam buka gudang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien. “Pola permintaan distribusi ada form permintaannya. Tiap hari melakukan

stok obat ke apotek karena kapasitas tempatnya kan kecil dan juga petugasnya

masih kurang. Jadi kalau nggak setiap hari, nanti takutnya namanya numpuk

banyak-banyak dan juga masih banyak pekerjaan lain yang belum selesai.”

Distribusi untuk persediaan di ruangan dilakukan dengan form permintaan

untuk obat dan bahan habis pakai ke IFRS, sesuai kebutuhan ruangan oleh petugas

poli/ unit dari masing-masing ruangan. Juga sesuai jadwal yang ditetapkan dimana

di RSUD Surakarta dijadwalkan setiap hari Sabtu.

Dari hasil wawancara Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta adapun

kendala yang masih ditemui dalam sistem distribusi RSUD Surakarta. “Rawat

inap dan rawat jalan masih disatukan dalam apotek sehingga masih menjadi

kendala dalam melakukan pelayanan yang maksimal. Harusnya terpisah karena

untuk mengurai antrian jadi pasien tidak menumpuk untuk pengambilan obat

karena untuk yang rawat inap kan masih individual prescribing. Kedua, mengurai

beban kerja sehingga meningkatkan ketelitian dan kecermatan sehingga

meminimalkan kesalahan pada petugas. Pengajuan revitalisasi gedung sudah

diajukan tetapi kendalanya desain rumah sakit seperti ini, karena proses

59

pembangunan masih belum selesai jadi proses pelayanan tetap berlangsung seperti

ini.”

Proses distribusi dimulai dari penerimaan obat dan perbekalan farmasi di

gudang farmasi, kemudian akan dilakukan pencatatan pada buku penerimaan

barang dan kartu stok, penyimpanan, selanjutnya akan didistribusi ke unit-unit

pelayanan kesehatan. Dalam menganalisis tingkat efisiensi pengelolaan obat pada

sistem distribusi obat maka dilakukan beberapa pengukuran, dengan

menggunakan indikator:

1. Persentase kecocokan antara fisik obat dan kartu stok

Indikator kecocokan antara fisik obat dan kartu stok bertujuan untuk

mengetahui ketelitian petugas gudang dalam melakukan pendataan mulai dari

penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran obat. Pencatatan obat

dimaksudkan agar perputaran obat benar-benar sesuai dengan kenyataan.

Pengumpulan data secara concurrent secara cluster proporsional sebanyak 514

item jenis obat dari populasi obat yang tersedia di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta yaitu 781 item jenis obat. Dilakukan sampling terhadap kartu stok

berdasarkan bentuk sediaan (tablet, injeksi, sirup, obat luar, infus). Hasil

perhitungan tersebut dapat diihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok

Keterangan Nilai

Jumlah sampel 514

Jumlah fisik obat dan kartu stok yang cocok

Persen kecocokan fisik obat dan kartu stok

Persen ketidak cocokan obat dan kartu stok

505

98,24%

1,76%

Sumber Data: Pengamatan langsung di gudang farmasi

60

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa persentase kecocokan antara fisik obat

dengan kartu stok adalah 98,24% item atau masih ada 1,76% item obat yang

tidak sesuai dengan kartu stok. Jika dibandingkan hasil penelitian Pudjaningsih

(1996) yang memberikan persentase 100%, maka persentase kecocokan antara

fisik obat dengan kartu stok di Instalasi farmasi RSUD Surakarta belum efisien.

Penelitian serupa terkait persentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok

diantaranya adalah di RSUD Tarakan (Purwidyaningrum, 2011) dengan hasil

93,27% dan RSUD Bau-Bau 92,63% (Sailan, 2014). Nilai ini jika

dibandingkan dengan hasil penelitian yaitu 98,24 % maka dapat dikatakan

presentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok di RSUD Surakarta relatif

lebih baik. Nilai dari kedua rumah sakit tersebut masih di bawah RSUD

Surakarta.

Hal ini menunjukkan bahwa gudang RSUD Surakarta telah

melaksanakan pencatatan kartu stok dengan baik. Pencatatan yang baik dapat

membantu dalam proses pelayanan khususnya distribusi dan evaluasi

pengelolaan obat. Adanya komputer sebagai penyimpanan data tidak dapat

diabaikan, namun dengan demikian masih diperlukan data manual lainnya

sebagai pelengkap dan penunjang keamanan data yang sebenarnya.

Ketidakcocokan kartu stok dan fisik obat dapat diatasi dengan salah satunya

dengan memberikan pemahaman bagi para karyawan tentang manfaat adanya

data tertulis sebagai penunjang informasi kondisi obat di rumah sakit. Dimana

dengan adanya data tertulis maka dirasakan akan lebih mudah melakukan

penelusuran distribusi obat sebenarnya. Sehingga diharapkan petugas gudang

61

lebih teliti dan patuh dalam pengelolaan administrasi seperti saat memasukkan

data penerimaan dan pengeluaran obat sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan bagi masyarakat.

2. TOR (Turn Over Ratio)

Indikator TOR (Turn Over Ratio) bertujuan untuk mengetahui berapa kali

perputaran modal dalam setahun. Semakin TOR rendah berarti masih banyak

stok yang belum terjual sehingga akan menghambat aliran kas serta

berpengaruh terhadap keuntungan. TOR semakin tinggi berarti pengelolaan

persediaan barang semakin efisien. Perhitungannya dengan membagi nilai (Rp)

harga pokok penjualan dalam setahun dengan nilai (Rp) rata-rata persediaan

akhir tahun.

Tabel 3. TOR (Turn Over Ratio)

Tahun Stok awal

(Rp)

Stok Akhir

(Rp)

Total

pembelian

(Rp)

HPP (Rp) Nilai

persediaan

rata-rata

(Rp)

TOR

(kali)

2016 3.135.123.534 1.134.481.409 4.485.705.465 3.066.342.902 2.117.915.161 1,5

Sumber Data: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa nilai TOR Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta pada tahun 2016 adalah sebesar 1,5 kali, masih di luar normal (lebih

rendah) jika dibandingkan hasil Pudjaningsih (1996) adalah 10-23 kali setahun.

Namun ini bukan merupakan hasil yang akurat karena terbatasnya data

yang tersedia. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta, anggaran RSUD Surakarta bersumber dari dana APBD (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah) dan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)

62

membuat instalasi farmasi menambahkan anggaran sebesar Rp 1.000.000.000

pada akhir tahun 2016 sehingga stok akhir bertambah dan banyak stok yang

belum terjual. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan farmasi di awal tahun 2017

agar tercukupi dikarenakan dana APBD yang tidak selalu bisa cair tepat waktu

pada awal tahun.

TOR rendah menunjukkan terjadi penumpukan obat atau pengelolaan obat

yang tidak efisien yang memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan

menjadi kecil karena persediaan tidak keluar. Pengatasan terhadap rendahnya

TOR dapat dilakukan dengan menghitung penggunaan obat dan stok opname

setiap bulannya sehingga dapat diketahui berapa kebutuhan setiap bulan dan

obat apa yang sebaiknya dipesan, sehingga dapat meningkatkan TOR yang

berada pada RSUD Surakarta.

3. Sistem penataan gudang

Indikator sistem penataan gudang bertujuan untuk menilai sistem penataan

gudang berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dimana barang yang

pertama diterima harus pertama digunakan atau dikeluarkan dan sistem FEFO

(First Expired First Out) dimana barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih

pendek atau lebih awal harus digunakan terlebih dahulu. Hal ini berpengaruh

dalam pendistribusian perbekalan farmasi dengan mutu yang terjamin serta

mencegah terjadinya obat kadaluarsa dan rusak sebelum terpakai. Data

diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara pada saat

penelitian terhadap obat-obatan yang dikeluarkan untuk pelayanan.

63

Tabel 4. Sistem Penataan Gudang

Jumlah item obat 781

Jumlah sampel 514

Jumlah kesesuaian keadaan barang dalam no batch, tanggal

kadaluarsa dan tanggal pembelian.

514

Persen sistem penataan gudang 100%

Sumber Data: Pengamatan langsung di gudang farmasi

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan kepala Gudang Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta di peroleh keterangan bahwa sistem penataan obat di

gudang Instalasi Farmasi RSUD Surakarta tidak menggunakan urutan abjad

alpabhetis dan semuanya telah menggunakan sistem FIFO/FEFO.

Sistem penyimpana obat sudah FIFO/FEFO, penyimpanan berdasarkan

bentuk sediaan, sifat dan tidak alpabhetis. Karena berdasarkan pengalaman

selama ini lebih mudah dan lebih fleksibel. Lebih penting petugas itu, setiap

barang punya kode masing-masing di setiap kode raknya, mau ditempatkan

dimana saja asalkan ada kodenya pasti bisa di temukan oleh petugas.

Selain itu telah menggunakan sistem FIFO dan FEFO dalam

pendistribusian obat. Namun pada kenyataannya sistem FEFO belum efisien

dilakukan, hal ini terlihat dari masih terdapatnya sejumlah obat kadaluarsa .

Dengan demikian diperlukan kedisiplinan petugas di gudang untuk lebih

memperhatikan penataan dan pendataan obat dalam kegiatan pendistribusian

dimulai dari sejak penerimaan barang, penyimpanan, hingga penyalurannya ke

apotek rumah sakit. Namun untuk mencegah terjadinya obat kadaluarsa dan

rusak, Kepala Gudang Farmasi rutin melakukan pengecekan.

64

Untuk pengecekan paling lama 3 bulan sekali untuk mengetahui barang

mana yang mau ED atau yang sudah ED. Kalau bisa sebelum ED sudah

diketahui, Sehingga nantinya bisa dilakukan treatment bagaimana cara agar

meminta dokter untuk meresepkan jangan sampai ED. Kalau untuk rusak

secara fisik mungkin lebih ke suhu ruangan, kemudian suhu ruangannya dibuat

lebih ideal, suhu kamar. Untuk pengecekan tidak ada check listnya, tapi

petugas punya termometer dan kita bisa merasakan sendiri tentang

kenyamanan ruangan itu, kalau kita nyaman obat pasti nyaman, standarnya kita

sendiri. Kalau kita merasa panas gerah obat nggak ideal juga. Selain ada

termometer juga ada kita sendiri sebagai ukurannya.

Selanjutnya kepala gudang IFRS RSUD Surakarta menjelaskan pula

bahwa tidak ada panitia khusus yang menangani penerimaan obat-obatan.

Setiap obat yang masuk diperiksa jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa barang

sesuai dengan faktur pemesanan yang diterima langsung oleh apoteker

penanggung jawab gudang atau petugas yang ada di gudang.

Fasilitas gudang dalam penyimpanan obat menurut Kepala Gudang

Farmasi dari hasil wawancara masih kurang ruangan, karena prosen disini

problem yang banyak itu masalah kurang ruangan. Oleh karena itu sebenarnya

kalau pembeliannya itu rutin nggak perlu gudang sebesar ini. Cuma karena

biasanya kita ada tender, pengadaan dalam jumlah yang besar sehingga perlu

ruang penyimpanan yang besar juga yang kita nggak punya. Infus saja di sini

tidak mungkin harus di ruang lain di lantai 3. Jadi ngirim infus 5000-7000 jadi

langsung ke sana. Kalau kita butuh nanti harus mengambil lagi.

65

Dari tabel 4 diketahui bahwa penataan obat seluruhnya menggunakan

sistem FIFO dan FEFO. Jika dibandingkan hasil Pudjaningsih sebesar 100%,

maka penilaian pengelolaan obat di gudang farmasi RSUD Surakarta pada

indikator tersebut sudah efisien.

4. Presentase stok mati

Indikator persentase stok mati bertujuan untuk mengetahui item obat

selama 3 bulan berturut-turut tidak digunakan di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta. Manfaat lainnya dengan indikator ini adalah dapat membantu

pengawasan petugas dan mambantu berjalannya komunikasi yang optimal

antara instalasi farmasi dengan staf medis lainnya mengenai penggunann obat

di rumah sakit. Pengumpulan data secara retrospektif dari data dokumen tahun

2016 dan kartu stok. Nilainya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Persentase stok mati tahun 2016

Keterangan Nilai

Jumlah obat yang tersedia di instalasi 781

Jumlah obat yang tidak mengalami pergerakan 33

Persentase stok mati 2,3 %

Sumber Data: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa persentase stok mati sebesar 2,3 %. Jika

dibandingkan hasil penelitian Pudjaningsih (1996) adalah 0%, maka persentase

stok mati di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta belum efisien. Penelitian yang

dilakukan rumah sakit lain RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku

tenggara memberikan hasil 5% (Wirdah dkk, 2013) dan RSUD Ajibarang

Banyumas 6,77%. Nilai hasil penelitian adalah 2,3% berarti relatif baik bila

66

dibandingkan dengan nilai kedua rumah sakit tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa gudang IFRS RSUD Surakarta telah berusaha mengelola perbekalan

farmasi sehingga stok mati dapat diminimalisir. Akan tetapi masih diperlukan

perbaikan dengan hasil tersebut seperti menjalin komunikasi antara IFRS

dengan staf medis lainnya agar patuh dalam peresepan obat serta mengadakan

obat yang benar-benar dibutuhkan rumah sakit setempat.

Adanya stok mati di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta disebabkan karena

obat diadakan tetapi tidak ada kasus atau pemakaian, selain itu pola peresepan

beberapa dokter yang terkadang berubah-ubah, sehingga diperlukan perbaikan

dengan hasil tersebut seperti menjalin komunikasi antara IFRS dengan dokter

lainnya agar patuh dalam peresepan obat serta mengadakan pendistribusian

obat yang benar-benar di butuhkan rumah sakit.

5. Persentase obat kadaluwarsa

Indikator obat persentase obat kadaluarsa dan rusak bertujuan untuk

mengetahui besarnya kerugian rumah sakit oleh adanya obat kadaluarsa.

Adanya obat kadaluarsa dapat disebabkan karena ketidaktepatan perencanaan

dan kurangnya pengawasan terhadap mutu penyimpanan sediaan farmasi

memungkinkan terjadinya kerusakan atau penurunan mutu sediaan farmasi.

Pengumpulan data secara retrospektif dari data obat kadaluarsa di Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta tahun 2016.

67

Tabel 6. Persentase obat kadaluarsa tahun 2016

Keterangan Nilai

Jumlah obat yang tersedia di instalasi 781

Jumlah item obat yang kadaluarsa 46

Persentase obat kadaluarsa 1,6 %

Sumber data: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa persentase obat kadaluarsa dan rusak

sebesar 1,6%. Jika di bandingkan hasil penelitian Depkes (2008) 0%, maka

presentase obat kadaluwarsa di Instalasi farmasi RSUD Surakarta belum

efisien. Penelitian yang dilakukan rumah sakit lain seperti RSUD Tarakan

memberikan hasil 0,49% (Purwidyaningrum, 2011) dan RSUD Bau-Bau

sebesar 0% (Sailan, 2014). Nilai hasil penelitian adalah 1,6 % berarti belum

efisien bila dibandingkan dengan nilai kedua rumah sakit tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta adanya obat kadaluarsa disebabkan karena adanya beberapa faktor.

Adanya obat kadaluarsa biasanya tidak bisa diretur karena diperoleh dari

hasil lelang dan tender sehingga sudah sesuai persyaratan misal obat oral ED

lebih dari 2 tahun tapi ternyata tidak terpakai. Juga tidak ada kasus atau

pemakaian, biasanya untuk obat-obat emergency (harus ada tetapi tidak selalu

atau bahkan jarang terpakai).” Pengatasannya dengan melakukan pengecekan

obat secara rutin, melakukan perencanaan yang baik dengan mengadakan obat

yang benar-benar di butuhkan rumah sakit setempat. Jika dibandingkan hasil

penelitian Depkes (2008) adalah 0%, maka persentase obat kadaluarsa di

Instalasi farmasi RSUD Surakarta belum efisien.

68

6. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep

Indikator rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep

bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan pelayanan farmasi di rumah

sakit. Apotek di RSUD Surakarta buka selama 24 jam dikarenakan apotek

rawat inap dan rawat jalan menjadi satu. Jam pelayanan rawat jalan hari Senin

sampai Sabtu dimulai pukul 09.00. Tetapi resep juga dapat dilayani di luar jam

itu karena apotek ini buka selama 24 jam. Pengumpulan data diperoleh secara

concurrent dengan melakukan pengamatan setiap harinya 30 pasien selama 6

hari kerja dengan mencatat waktu resep masuk sampai waktu obat di berikan

ke pasien.

Tabel 7. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep

Rata-rata waktu pelayanan resep Nilai (menit)

Racikan 38,13

Non racikan 33,10

Sumber Data: Data primer yang diolah

Dari tabel 7 menunjukkan rata-rata waktu yang digunakan untuk

pelayanan resep racikan di Instalasi Farmasi rawat jalan RSUD Surakarta

adalah 38,13 menit per lembar resep, sedangkan rata-rata untuk non racikan

adalah 33,10 menit per lembar resep. Jika dibandingkan Pudjaningsih (1996)

rata-rata waktu yang digunakan untuk pelayanan resep racikan adalah ≤ 60

menit, sedangkan non racikan adalah ≤ 30 menit. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa target waktu penyediaan obat racikan dapat dipenuhi tetapi untuk non

racikan belum dapat dipenuhi sehingga dapat dikatakan belum efisien.

Lamanya waktu yang digunakan untuk melayani resep dikarenakan

apotek rawat inap dan rawat jalan masih menjadi satu, sehingga tenaga farmasi

69

harus melayani resep rawat inap dan rawat jalan bersamaan. Serta pengambilan

data pada saat peak time dimana resep dari beberapa poli masuk bersamaan

sehingga pelayanan resep menjadi menumpuk. Tanggapan petugas distribusi di

rawat jalan dengan adanya penumpukan resep karena sistem pelayanan

poliklinik yang tidak tepat waktu. Poliklinik mulai melayani pasien sekitar

pukul 09.00 yang bersamaan dengan waktu dokter selesai visite rumah sakit

sehingga menyebabkan resep dari poliklinik masuk serentak.

Berdasarkan hasil wawancara kepala Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta, pelayanan obat untuk pasien rawat inap dan rawat jalan yang

disatukan dalam satu apotek masih menjadi kendala dalam sistem distribusi

RSUD Surakarta dalam melakukan pelayanan obat yang maksimal. Hal ini

menyebabkan lamanya antrian di apotek sehingga seharusnya apotek dipisah

untuk mengurangi antrian, terutama untuk pengambilan obat rawat inap karena

masih menggunakan individual prescribing. Selain itu, juga mengurangi beban

kerja sehingga meningkatkan ketelitian dan kecermatan serta meminimalkan

kesalahan. Pengajuan revitalisasi gedung sudah di ajukan dan sekarang masih

dalam tahap proses pembangunan, tetapi masih terdapat kendala pada desain

rumah sakit sehingga akan dilakukan perombakan besar-besaran. Jadi untuk

masukan selanjutnya, jika ruangan sudah memadai dan memungkinakan untuk

menambahka tenaga kesehatan sangan diharapkan untuk merekrut tenaga

khususnya tenaga kesehatan bagian farmasi, agar waktu yang digunakan untuk

melayani resep tidak memakan waktu yang cukup lama sehingga pasien dapat

memperoleh obat dengan cepat dan tepat.

70

7. Persentase obat yang diserahkan

Indikator persentase obat yang diserahkan bertujuan untuk mengetahui

cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit. Pengambilan data secara

retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2016 untuk rawat inap dan rawat

jalan. Terbagi menjadi 3 kuartal yakni kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-

Agustus), kuartal III (September-Desember). Obat dari tiap lembar resep yang

tertulis dicocokkan dengan nota yang tercetak dari resep tersebut.

Tabel 8. Persentase obat yang diserahkan

Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap

I ( Januari-April) 96,80% 96,59%

II (Mei-Agustus) 94,78% 95,50%

III ( September-Desember) 94,44% 95,75%

Persentase rata-rata obat yang diserahkan 95,10% 95,95%

Sumber data: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 8 menunjukkan persentase obat yang diserahkan di rawat jalan

adalah sebesar 95,10%, sedangkan pada rawat inap adalah sebesar 95,95%. Jika

dibandingkan Pudjaningsih (1996) sebesar 76-100%, hasil penelitian ini

menunjukkan hasil yang sudah efisien. Penelitian yang dilakukan rumah sakit lain

yaitu RSUD Bau-Bau memberikan hasil presentase obat yang diserahkan di rawat

jalan 98,67% dan rawat inap 91,43% (Sailan, 2014). Presentase obat yang

diserahkan di RSUD Biak sebesar 95,48% pada rawat jalan dan 95,78% pada

rawat inap (Makaba, 2014). Nilai penelitian di RSUD Surakarta menunjukkan

hasil yang efisien dibandingkan dengan nilai kedua rumah sakit tersebut.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta

bahwa ketersediaan obat hampir terpenuhi semua, bila ada yang kosong bisa

71

disebabkan karena obat kosong di pasaran sehingga terjadi keterlambatan

pengiriman obat ke rumah sakit dan obat E-katalog harganya di atas E-katalog.

Cara mengantisipasinya dengan memberi copy resep, meminjam ke instalasi

farmasi terdekat, mengganti obat dengan kandungan yang sama dan bila obat

tersebut sering kosong di pasaran maka sewaktu pengadaan berikutnya (ordernya)

dilebihkan misalkan untuk 5-6 bulan.

Berdasarkan wawancara dengan petugas rawat jalan dan rawat inap bila

obat yang ditulis pada resep tidak tersedia atau habis maka dikonsultasikan

dengan dokter apakah obat diganti dengan obat lain dengan kandungan sama atau

dapat dibeli diluar. Pada pasien BPJS dan PKMS Gold tidak boleh membayar

obat, oleh karena itu bila obat habis maka pasien diberi copy resep untuk dapat

ditebus lagi di apotek rumah sakit. Sebisa mungkin rumah sakit memenuhi

kebutuhan permintaan obat.

B. TAHAP PENGGUNAAN

Tahap penggunaan merupakan tahap penting yang menentukan

keberhasilan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Pada tahap ini

obat dari pengelolaannya di rumah sakit berpindah tangan ke pasien sebagai

konsumen akhir. Meski berada pada siklus yang terakhir pada pengelolaan obat,

informasi pada tahap penggunaan sangat bermanfaat sebagai titik dimulainya

tahap pertama dalam siklus pengelolaan obat selanjutnya.

Pengukuran pada tahap penggunaan dibagi dalam 6 indikator yaitu

persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase

peresepan injeksi, persentase obat yang sesuai formularium, persentase obat yang

dilabeli dengan benar, ketersediaan waktu konsultasi oleh apoteker.

72

1. Persentase peresepan obat dengan nama generik

Indikator persentase peresepan obat generik bertujuan untuk mengukur

kecenderungan meresepkan obat generik. Penulisan resep obat dengan nama

generik dimaksudkan sebagai indikator bahwa dokter mengerti zat aktif sediaan

obat yang diberikan sehingga dapat sebagai indikasi resep tersebut tepat indikasi,

tepat obat, tepat regimen dosis. Pemakaian obat dengan nama generik juga dapat

menghemat biaya yang dikeluarkan pasien, selain itu dapat menghindari

kekeliruan petugas farmasi dalam pembacaan tulisan resep agar obat yang diambil

tidak salah karena obat generik adalah obat dengan nama generiknya.

Pengambilan data secara retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2016

masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan. Terbagi menjadi 3 kuartal yakni

kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-Agustus), kuartal III (September-

Desember) diambil sebanyak 100 resep.

Tabel 9. Persentase peresepan obat generik

Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap

I ( Januari-April) 76,16% 75,85%

II (Mei-Agustus) 75,98% 73,40%

III ( September-Desember) 66,66% 75,15%

Persentase peresepan obat generik 72,93% 74,80%

Sumber data: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 9 menunjukkan persentase peresepan obat generik di rawat jalan

adalah sebesar 72,93%, sedangkan di rawat inap adalah sebesar 74,80%. Jika

dibandingkan indikator WHO (1993) adalah sebesar ≥82%. Hasil tersebut lebih

rendah dibanding dengan rekomendasi WHO sehingga persentase peresepan obat

generik belum efisien. Hal ini terjadi karena ada obat branded yang masuk dalam

73

pengadaan melalui E-Katalog karena tidak ada generiknya. Selain itu adanya

pasien bayar yang tidak selalu diresepkan obat generik serta adanya pasien BPJS

yang tidak selalu mendapat generik. Pengatasannya dengan melakukan

komunikasi dengan dokter untuk meresepkan obat generik kepada pasien agar

dapat dijangkau oleh pasien.

2. Persentase peresepan antibiotik

Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi,

yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.

Indikator persentase peresepan antibiotik bertujuan untuk mengukur penggunaan

antibiotik. Antibiotik sering digunakan secara berlebihan sehingga dapat

menyebabkan kerugian, diantaranya terjadi resistensi dan pemborosan biaya

terapi. Pengambilan data secara retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2016

masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan. Terbagi menjadi 3 kuartal yakni

kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-Agustus), kuartal III (September-

Desember) diambil sebanyak 100 resep.

Tabel 10. Persentase peresepan obat antibiotik

Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap

I ( Januari-April) 11,05% 21,09%

II (Mei-Agustus) 10,44% 22,47%

III ( September-Desember) 6,94% 19,39%

Persentase peresepan antibiotic 9,48% 20,98%

Sumber data: Data sekunder yang diolah

Dari hasil tabel 10 menunjukkan persentase peresepan antibiotik di rawat

jalan adalah sebesar 9,48 %, sedangkan di rawat inap adalah sebesar 20,98%. Jika

74

dibandingkan indikator WHO (1993) adalah sebesar ≤ 22,7%. Penelitian yang

dilakukan rumah sakit lain yakni RSUD Bau-bau memberikan hasil presentase

peresepan antibiotik rawat jalan sebesar 26,58% dan rawat inap 25% (Sailan,

2014). Presentase peresepan antibiotik di RSUD Biak sebesar 31,33% pada rawat

jalan dan 40,51% pada rawat inap (Makaba, 2014). Nilai penelitian di RSUD

Surakarta menunjukkan hasil yang relatif lebih efisien dibandingkan nilai kedua

rumah sakit tersebut. Hasil ini sudah sesuai dengan rekomendasi WHO artinya

dokter tidak mudah meresepkan antibiotik untuk setiap diagnosis penyakit.

3. Persentase peresepan injeksi

Indikator persentase peresepan injeksi bertujuan untuk mengukur

penggunaan injeksi. Dalam ketentuan WHO menegaskan agar peresepan sediaan

injeksi itu dilakukan seminimal mungkin. Artinya semakin kecil persepan sediaan

injeksi semakin baik. Pengambilan data secara retsrospektif dengan penelusuran

resep tahun 2016 masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan. Terbagi

menjadi 3 kuartal yakni kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-Agustus), kuartal

III (September-Desember) diambil sebanyak 100 resep.

Tabel 11. Persentase peresepan obat injeksi

Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap

I ( Januari-April) 0,58% 32,99%

II (Mei-Agustus) 0% 31,83%

III ( September-Desember) 0,28% 29,69%

Persentase peresepan injeksi 0,29% 31,50%

Sumber data: Data sekunder yang diolah

75

Dari tabel 11 menunjukkan persentase peresepan obat injeksi di rawat

jalan adalah sebesar 0,29%, sedangkan di rawat inap 31,50%. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh WHO peresepan obat injeksi adalah seminal mungkin baik

pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pasien rawat jalan seharusnya tidak

mendapat injeksi, namun dari hasil penelitian di RSUD Surakarta didapatkan nilai

sebesar 0,29%. Hal ini karena terdapat beberapa resep di rawat jalan dari unit IGD

yang terdapat peresepan injeksi untuk penanganan cepat dimana biasanya

dilakukan observasi ± 6 jam baru selanjutnya dapat dinyatakan sehat. Penelitian di

rawat jalan RSUD Surakarta sebesar 0,29%, hasil ini relatif baik dibandingkan

dua rumah sakit lain pada pelayanan rawat jalan yakni RS Panti Nugroho Sleman

sebesar 0,33% (Sudarmono dkk, 2011) dan RSUD Biak (Makaba, 2014) sebesar

0,66%. Hal itu berarti kesadaran masyarakat tentang berobat tidak harus diinjeksi

telah tinggi.

Peresepan obat injeksi di rawat inap sebesar 31,50%. Berdasarkan hasil

pengamatan tampaknya bagi pasien rawat inap adalah pasien yang sudah

tergolong kedalam kategori pasien gawat. Oleh karena itu presentase sediaan

injeksi meningkat, sebagai pasien gawat atau yang pasien tak sadarkan diri

pastilah sediaan injeksi yang dianggap lebih tepat dan cepat untuk

penanganannya.

4. Persentase peresepan obat sesuai dengan formularium

Formularium rumah sakit adalah himpunan obat yang diterima atau

disetujui pleh PFT untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap

batas waktu yang ditentukan (Depkes, 2004). Formularium rumah sakit dapat

76

digunakan untuk mendukung berlangsungnya pengobatan yang rasional,

meningkatkan efisiensi dan efektifitas anggaran yang tersedia dan memudahkan

dalam melakukan pengelolaan obat.

Indikator persentase peresepan sesuai dengan formularium bertujuan untuk

mengetahui tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan obat yang terdapat dalam

formularium rumah sakit. Pengambilan data secara retsrospektif dengan

penelusuran resep tahun 2016 masing-masing untuk rawat inap dan rawat jalan.

Terbagi menjadi 3 kuartal yakni kuartal I (Januari-April), kuartal II (Mei-

Agustus), kuartal III (September-Desember) diambil sebanyak 100 resep.

Tabel 12. Persentase peresepan obat sesuai dengan formularium

Kuartal (Bulan) Rawat jalan Rawat inap

I ( Januari-April) 97,09% 96,59%

II (Mei-Agustus) 94,77% 94,75%

III ( September-Desember) 94,44% 95,75%

Persentase peresepan sesuai formularium 95,43% 95,69%

Sumber data: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 12 menunjukkan persentase peresepan sesuai dengan

formularium di rawat jalan sebesar 95,43% dan rawat inap sebesar 95,69%. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh WHO sebesar 100%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peresepan sesuai formularium di RSUD belum efisien,

namun cukup relatif tinggi meskipun belum mencapai 100%. Hal ini

menunjukkan bahwa dokter patuh terhadap formularium yang menjadi pedoman

dalam peresepan obat di rumah sakit.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi menjelaskan ada

beberapa dokter yang terkadang tidak meresepkan obat sesuai formularium tapi

77

tidak semuanya. Pengatasannya dengan melakukan komunikasi dengan dokter

untuk meresepkan obat sesuai dengan formularium rumah sakit.

5. Persentase obat yang dilabeli benar

Pelabelan obat secara benar merupakan bagian yang amat penting bagi

petugas apotek karena hal tersebut berkaitan dengan keselamatan pasien dalam

penggunaan obat. Setiap petugas harus paham dan tidak boleh lalai terhadap

informasi pokok yang harus ditulis pada etiket. Kelalaian petugas berpotensi akan

tertukarnya obat dari satu pasien ke pasien lain dan hal ini amat berbahaya.

Pengukuran ketepatan pemberian label dilakukan dengan pengamatan

langsung terhadap label atau etiket obat yang diserahkan. Indikator persentase

obat yang dilabeli benar bertujuan untuk mengukur tingkat kelengkapan informasi

yang ditulis pada etiket. Pengamatan dilakukan selama 6 hari kerja, sampel adalah

pasien rawat jalan yang diambil sebanyak 30 pasien. Di Instalasi Farmasi RSUD

Surakarta mensyaratkan komponen informasi minimal yang harus tertera didalam

label obat adalah tanggal resep, nama pasien dan cara/aturan pakai obat.

Tabel 13. Persentase obat yang dilabeli benar

Keterangan Nilai

Jumlah sampel 180

Jumlah sampel dengan etiket yang berisi minimal tanggal

resep, nama pasien, dan cara/aturan pakai.

180

Persentase obat yang dilabeli benar 100%

Sumber Data: Data primer yang diolah

78

Dari tabel 13 hasil penelitian diperoleh tingkat ketepatan pemberian label

sebesar 100% dapat di katakan sudah efisien, sesuai indikator WHO sebesar

100%. Sehingga semua sampel yang diamati telah mengandung komponen

minimal yang diisyaratkan oleh Instalasi Farmasi RSUD Surakarta. Label tersebut

sudah ada formatnya dan diisi oleh petugas IFRJ RSUD Surakarta dengan tulisan

tangan yang jelas dan mudah dibaca.

6. Ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker

Indikator ketersediaan waktu konsultasi oleh Apoteker bertujuan untuk

mengukur waktu yang digunakan oleh farmasis dalam memberikan informasi

obat. Namun dalam pelayanan tersebut tidak dapat dilakukan di RSUD Surakarta

dikarenakan masih terbatasnya petugas/ tenaga farmasi sehingga menjadi salah

satu kendala dalam melakukan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit. Jadi

informasi yang diberikan kepada pasien baru sebatas cara minum/ aturan pakai

obat yang diberikan ketika obat diserahkan kepada pasien.

C. KELEMAHAN PENELITIAN

Adapun kendala yang di temui peneliti dalam melakukan penelitian ini

yaitu :

1. Terbatasnya data yang tersedia untuk menghitung indikator Turn Over

Ratio di RSUD Surakarta sehingga hasil yang di dapat kurang akurat

2. Pada tahap penggunaan indikator ketersediaan waktu konsultasi oleh

apoteker tidak dapat dilakukan karena masih terbatasnya tenaga farmasi

79

sehingga menjadi salah satu kendala dalam melakukan pelayanan farmasi

klinik.

3. Pengambilan dan pengumpulan data di RSUD surakarta harus selalu

melalui Kepala Instalasi Farmasi, sedang beliau kadang tidak ada di

tempat di karenakan ada keperluan luar sehingga peneliti belum bisa

melakukan pengolahan data secepatnya.

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, pengamatan dan wawancara yang mendalam tentang

pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat Di Instalasi Farmasi

RSUD Surakarta tahun 2016 diperoleh :

1. Pengelolaan obat pada tahap disrtibusi dan penggunaan obat di Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta sebagian sudah termasuk dalam kategori sesuai

standar yang di gunakan peneliti.

2. a. Indikator tahap distribusi yang sudah efisien yaitu sistem penataan gudang,

rata-rata waktu yang di gunakan untuk melayani resep racikan dan presentase

obat yang di serahkan. Indikator yang belum dikelola secara efisien yaitu

presentase kecocokan jumlah obat dengan kartu stok, presentase stok mati,

presentase obat kadaluwarsa, serta rata-rata waktu yang di gunakan untuk

melayani resep non racikan.

b. Indikator tahap penggunaan obat yang sudah efisien yaitu presentase

peresepan antibiotik, presentase peresepan injeksi dan presentase obat yang

dilabeli dengan benar. Indikator yang belum di kelola secara efisien yaitu

peresepan obat yang menggunakan nama generik dan presentase peresepan

obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit.

80

81

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

Yang perlu di tingkatkan yaitu Manajemen Rumah Sakit menambahkan

jumlah petugas atau sumber daya manusia dan dapat merenovasi bangunan

khususnya di Instalasi Farmasi di RSUD Surakarta agar memadai sehingga

untuk selanjutnya pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian kepada pasien

dapat terlaksana secara optimal.

2. Bagi Instalasi Farmasi

Meningkatkan pengawasan dan pengendalian obat agar tidak terjadi

banyaknya stok obat mati dan obat yang kadaluwarsa serta perlu koordinasi

pengaturan sumber daya manusia pada jam-jam padatnya pelayanan obat di

apotek

3. Bagi Peneliti Lain

Perlunya meneliti indikator pengelolaan obat pada tahap distribusi obat yaitu

untuk semua pasien rawat inap dan rawat jalan agar adapat di sesuaikan

dengan perkembangan pelayanan kesehatan khususnya pada PBJS.

82

BAB VI

RINGKASAN

Keberhasilan penyelenggaraan upaya kesehatan dapat diukur dengan

berbagai indikator pengelolaan obat yang mencakup banyak faktor. Mengingat

bahwa obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan, maka

pengelolaan obat terus menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan

program pelayanan kesehatan yang mendasar.

Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta merupakan rumah sakit kelas C

yang dimiliki oleh pemerintah kota Surakarta yang menjadi rujukan dari

puskesmas daerah Surakarta dan sekitarnya karena memiliki fasilitas kesehatan

yang cukup memadai. Jangkauan sarana pelayanan yang dimiliki RSUD Surakarta

cukup luas. Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya permasalahan dalam

pengelolaan obat. Salah satu masalah yang ada adalah pasien yang harus antri

berjam-jam untuk mendapatkan obat. Tingginya tuntutan masyarakat terhadap

pelayanan yang bermutu dan terjangkau, maka RSUD Surakarta dengan seluruh

organisasi yang ada didalamnya harus dikelola dengan baik agar dapat mecapai

produktifitas dan efisiensi dalam pelayanan khususnya dalam hal manajemen

pengelolaan obat. Maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui gambaran dan

efisiensi pengelolaan obat tahap distribusi dan penggunaan di Instalasi Farmasi

RSUD Surakarta pada tahun 2016 sehingga ke depannya dapat menunjang

pelayanan farmasi yang lebih optimal.

Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional (potong lintang) yang digambarkan secara deskriptif. Pengambilan data

82

83

secara retrospektif dan concurrent untuk mengevaluasi sistem distribusi dan

penggunaan obat di RSUD Surakarta tahun 2016. Data retrospektif merupakan

data sekunder yang diperoleh dengan penelusuran terhadap dokumen tahun

sebelumnya. Pada tahap distribusi meliputi laporan persediaan obat, laporan

keuangan, faktur, laporan pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa, sedangkan pada

tahap penggunaan meliputi resep pasien di RSUD Surakarta. Data concurrent

merupakan data primer yang diperoleh saat penelitian dengan pengamatan

langsung. Pada tahap distribusi meliputi kecocokan fisik obat dengan kartu stok,

sistem penataan gudang, dan rata-rata waktu pelayanan resep, sedangkan pada

tahap penggunaan meliputi pelabelan obat, ketersediaan waktu konsultasi oleh

Apoteker serta wawancara dengan petugas terkait.

Pengelolaan obat yang baik diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas pelayanan yang bermutu sehingga perlunya evaluasi terhadap pengelolaan

perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dan sumber daya yang

melaksanakannya. Evaluasi dilakukan pada tahap distribusi meliputi kecocokan

fisik obat dengan kartu stok, Turn Over Ratio, sistem penataan gudang, persentase

stok mati, persentase obat kadaluarsa dan rusak, rata-rata waktu yang digunakan

untuk melayani resep, persentase obat yang diserahkan, sedangkan pada tahap

penggunaan meliputi persentase peresepan obat generik, persentase peresepan

obat antibiotik, persentase peresepan obat injeksi, persentase peresepan obat

sesuai formularium, persentase obat yang dilabeli benar, serta ketersediaan waktu

konsultasi oleh Apoteker. Gambaran pelaksanaa pengelolaan obat tahap distribusi

dan penggunann obat juga di peroleh dari wawancara dengan Kepala Instalasi

84

Farmasi RSUD Surakarta, Kepala gudang farmasi dan petugas distribusi rawat

inap dan rawat jalan RSUD Surakarta.

Tabel 14. Hasil penelitian efisiensi distribusi dan penggunaan obat di IFRS RSUD

Tahap Distribusi Indikator Standar Hasil

a. Penyimpanan 1. Kecocokan antara fisik

obat dengan kartu stok **

100% 98,24%

2. Turn Over Ratio** 10-23 kali setahun

-

3. Sistem penataan gudang ** 100% FIFO/FEFO 100%

FIFO/FEFO

4. Persentase obat kadaluarsa

dan rusak ***

0% 1,6%

5. Persentase stok mati **

0 % 2,3%

b. Pendistribusian 1 Rata-rata waktu yang

digunakan untuk melayani

resep **

≤ 60 menit racikan, ≤ 30

menit non racikan

38,13 menit

racikan dan 33,10

menit non racikan

2 Persentase obat yang

diserahkan **

76-100 % Rajal 95,10%

Ranap 95,95%

Tahap

Penggunaan

1. Persentase peresepan obat

dengan nama generik ***

82-94% Rajal 72,93%

Ranap 74,80%

2. Persentase peresepan obat

antibiotik ***

≤ 22,7% Rajal 9,48%

Ranap 20,98%

3. Persentase peresepan obat

injeksi ***

17% Rajal 0,29%

Ranap 31,50%

4. Persentase obat sesuai

formularium ***

100% Rajal 95,43%

Ranap 95,69%

5. Persentase obat yang

dilabeli dengan benar ***

100% 100 %

6. Ketersediaan waktu

konsultasi oleh

Apoteker***

- -

Sumber : *Indikator Depkes (2008)

**Indikator apudjaningsi (1996)

***Indikator WHO (1993)

Distribusi merupakan tahap pada kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien

rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem

distribusi dirancang agar mudah dijangkau oleh pasien dan perlu dikelola dengan

85

baik untuk menjaga pasokan serta mutu obat secara konstan. Sehingga

meminimalkan terjadinya obat kadaluarsa dan rusak. Sistem distribusi yang

diterapkan di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta untuk pasien rawat jalan

menggunakan sistem distribusi obat peresepan individual (individual prescribing),

sedangkan untuk pasien rawat inap menggunakan sistem distribusi obat kombinasi

resep individual dan persediaan di ruang perawatan untuk kebutuhan emergency

(sistem floor stock).

Hasil penelitian di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta dalam pengelolaan

obat pada tahap distribusi antara lain: 1) persentase kecocokan jumlah obat

dengan kartu stok sebesar 98,24 % item atau masih ada 1,76% item obat yang

tidak sesuai dengan kartu stok artinya belum efisien. 2) Sistem penataan gudang

100% telah menggunakan sistem FIFO dan FEFO. 3) Persentase stok mati

sebanyak 33 item atau sebesar 2,3% artinya belum efisien. 4) Persentase obat

kadaluarsa dan rusak sebesar 1,6% artinya belum efisien. 5) Rata-rata waktu yang

digunakan melayani resep racikan 38,13 menit sudah efisien dan non racikan

33,10 menit artinya belum efisien. 6) Persentase obat yang dapat diserahkan di

rawat jalan 95,10% dan rawat inap 95,95% berarti sudah efisien.

Tahap penggunaan merupakan tahap penting yang menentukan

keberhasilan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Pada tahap ini

obat dari pengelolaannya di rumah sakit berpindah tangan ke pasien sebagai

konsumen akhir. Meski berada pada siklus yang terakhir pada pengelolaan obat,

informasi pada tahap penggunaan sangat bermanfaat sebagai titik dimulainya

tahap pertama dalam siklus pengelolaan obat selanjutnya.

86

Hasil penelitian di Instalasi Farmasi Surakarta pada indikator penggunaan

obat antara lain: 1) Persentase peresepan obat generik untuk rawat jalan 72,93 %

dan rawat inap 74,80% artinya belum efisien. 2) Persentase peresepan obat

antibiotik untuk rawat jalan 9,48% dan rawat inap 20,98 % berarti sudah efisien.

3) Persentase peresepan obat injeksi untuk rawat jalan 0,29% dan rawat inap

31,50%. Hasil ini menunjukkan bahwa persentase peresepan injeksi belum efisien

untuk rawat jalan dan rawat inap. 4) Persentase obat yang sesuai formularium

untuk 95,43% dan rawat inap 95,69%. Persentase obat yang sesuai formularium

untuk rawat jalan dan rawat inap berarti belum efisien. 5) Persentase obat yang

dilabeli dengan benar di rawat jalan 100%, artinya sudah efisien.

Pelaksanaan pengelolaan obat pada sistem distribusi dan penggunaan obat

di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta tentunya memerlukan manajemen

pendukung yang digunakan untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaan

pengelolaan obat di rumah sakit. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi

Farmasi RSUD Surakarta, Kepala Gudang dan petugas distribusi rawat jalan dan

rawat inap diperoleh gambaran manajemen yang mendukung berlangsungnya

pengelolaan obat terutama dalam bidang distribusi dan penggunaan obat di RSUD

Surakarta yaitu organisasi, sistem informasi, dan sumber daya manusia.

87

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, A. 2011. Evaluasi Pengadaan dan Ketersediaan Obat di RSUD Hadji

Boejasin Pelihari tahun 2006-2008. Thesis Magister Manajemen Farmasi

UGM. Yogyakarta.

Aditama, TY.,2010, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, Jakarta:

Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. SK Menteri Kesehatan Nomor :

436/Menkes/SK/VI/1993 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan

Standar Kelayakan Medis. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia No

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit hlm 6-7. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2005. Pedoman Supervisi dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan 2nd ed. Ditjen Yanfar dan Alkes. Dit Bina Obat dan perbekalan

Kesehatan, Jakarta.

Depkes RI. 2006. Kebijakan Obat Nasional, 8. Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit.

Direkorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jendral

Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan, Jakarta

Depkes RI, 2009, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit.

Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Bekerjasama Dengan

Japan Internasional Cooperation Agency.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 340 tahun 2010 tentang

Kualifikasi Rumah Sakit hlm 2.

87

88

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 58 tahun 2014 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Madang S. 2011. Analisis Pengaruh Sistim Informasi Manajemen Obat Pada

Monitoring Distribusi Obat di IFRSUD Pandan Arang Boyolali.

Surakarta: Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas

Setia Budi.

Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Oscar L., dan Jauhar m., 2016. Dasar-dasar Manajemen Farmasi, Prestasi

Pustakaraya Jakarta:Indonesia.

Poerwani SK dan Sopacua E. 2004. Upaya Pemerintah dalam Penataan

Perumahsakitan di Indonesia Melalui Kegiatan Akreditasi. Makalah

dalam Simposium I Badan Litbangkes. Jakarta 20 – 21.

Pudjaningsih, D. 1996. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di

Farmasi Rumah Sakit. Tesis. Magister Manajemen Rumah Sakit. Program

Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Purwidyaningrum, I., 2011, Analisis Distribusi Obat Rawat Inap Di Instalasi

Farmasi RSUD Tarakan Jakarta Pusat. Jurnal Farmasi Indonesia. Hal 12-

19 Vol 8 No.1

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 58 Tahun 2014,

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, hlm 3-4

Quick, J.D, Rankin, J.R., Laing R.O., O’Connor, R.W., Horgerzeil, H.V., Dukes,

M.N.G and Garnet, A. 1997.Managing Drug Supply 2nd edition, 378- 482,

Kumarian Press, West Harford.

Quick, DJ., Hume, M.I, Raukin J.R, Laing, RO., O’Connor, R.W.,2012,

Managing Drug Supplay (2nd ed), Revised and Expended, Kumarin press,

West Hartford.

Satibi. 2015. Manajemen Obat di Rumah Sakit (ed. Pertama). Yogyakarta: UGM

Press.

89

Sailan M. 2014. Evaluasi Distribusi Dan Penggunaan Obat ASKES di IFRS

RSUD Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Thesis Magister Manajemen

Farmasi UGM. Yogyakarta.

Sheina, B, Umam, M.R, Solikhah. 2010. Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi

Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Vol. 4, No. 1, 1 – 7.

Siregar CJP., dan Amalia L. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Siregar Ch.J.P.,dan Amalia, L.,2004, Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit,

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah

sakit hlm 2.

Wijayanti, T .2011. Analisis Sistem Distribusi Obat Di Instalasi Farmasi Rawat

Inap Jogja International Hospital. Thesis Magister Manajemen Farmasi

UGM. Yogyakarta.

World Health Organization., 1993, Howto Investigate Drug Usein Health

Facilities, Selected Drugh UseIndicator, Action Programon Essential

Drug, 46–52, WHO, Geneva

90

Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian

91

Lampiran 2. Kecocokan Antara Fisik Obat, Kartu Stok Dan Sistem Penataan

Gudang

No

Nama Obat

Sesuai/

Tidak Sesuai

(√) Ed Obat

Sistem

Penataan

Gudang

1 ACARBOSE TAB 100 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

2 ACARBOSE TAB 50 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

3 ACDAT CREAM 5 GR

Nop-18 FIFO/FEFO

4 ACETYL CYSTEINE CAP 200 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

5

ACETYL CYSTEINE INJ 200

MG/ML

Okt-17

FIFO/FEFO

6 ADALAT OROS TAB 30 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

7 ALBOTHYL CONC 10 ML

Agust-21 FIFO/FEFO

8 ALBUMAN 20% 50 ML

Okt-17 FIFO/FEFO

9 ALCO DROP

Mei-18 FIFO/FEFO

10 ALLOPURINOL TAB 100 MG

Jul-20 FIFO/FEFO

11 ALLOPURINOL TAB 100 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

12 ALOFAR TAB 300 MG

Jul-19 FIFO/FEFO

13 ALPENTIN CAP 100 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

14 ALPRAZOLAM TAB 0.5 MG

Jan-20 FIFO/FEFO

15 ALPRAZOLAM TAB 0.5 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

16 AMARYL TAB 2 MG √ Feb-19 FIFO/FEFO

17 AMBROKSOL SYR 15 MG/5 ML

Mar-19 FIFO/FEFO

18 AMBROKSOL TAB 30 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

19 AMIKASIN 250 MG INJ

Feb-18 FIFO/FEFO

20 AMINEFRON TAB

Jun-18 FIFO/FEFO

21 AMINOFUSIN PAED

Mei-18 FIFO/FEFO

22 AMINOLEBAN INFUS

Nop-18 FIFO/FEFO

23 AMINOPHILIN TAB 200 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

24 AMINIPHILIN INJ 24 MG/ML

Okt-18 FIFO/FEFO

25 AMINIPHILIN INJ 24 MG/ML

Mar-17 FIFO/FEFO

26 AMINORAL TAB

Jul-18 FIFO/FEFO

27 AMITRIPTILIN TAB 25 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

28 AMLODIPIN TAB 10 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

29 AMLODIPIN TAB 10 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

30

AMOXICILLIN FORTE SYR 250

MG /5 ML

Des-17

FIFO/FEFO

31 AMOXICILLIN SYR 125 MG

Mei-18 FIFO/FEFO

32 AMOXICILLIN TAB 500 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

33 AMOXSAN DROP 100 MG/ML

Jun-19 FIFO/FEFO

34 AMPICILLIN INJ 1 GR E KAT

Sep-20 FIFO/FEFO

92

35 AMPICILLIN TAB 500 MG

Apr-17 FIFO/FEFO

36 ANALSIK TAB

Sep-19 FIFO/FEFO

37 ANALTRAM TAB

Apr-20 FIFO/FEFO

38 ANBACIM 1 GR INJ

Okt-18 FIFO/FEFO

39 ANCLA FORTE SYR

Sep-18 FIFO/FEFO

40 ANELAT TAB 1 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

41 ANTALGIN TAB 500 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

42 ANTASIDA DOEN TAB

Jun-19 FIFO/FEFO

43 ANTIHEMOROID DOEN SUPP

Nop-19 FIFO/FEFO

44 ANTRAIN INJ 1 G/2 ML

Mei-18 FIFO/FEFO

45 APIALYS DROP

Sep-18 FIFO/FEFO

46 APIALYS SYR

Jul-19 FIFO/FEFO

47 ARIXTRA INJ 2.5 MG/0.5 ML

Nop-18 FIFO/FEFO

48

ASAM MEFENAMAT TAB 500

MG

Sep-18

FIFO/FEFO

49

ASAM TRANEXAMAT INJ 500

MG/4 ML

Okt-19

FIFO/FEFO

50 ASAM VALPROAT SYR

Jul-18 FIFO/FEFO

51 ASIKLOVIR TAB 400 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

52 ASIKLOVIR KRIM 5%

Feb-20 FIFO/FEFO

53 ATAROC SYR

Apr-18 FIFO/FEFO

54 ATAROC TAB 25 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

55 ATIVAN TAB 0.5 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

56 ATORVASTATIN TAB 20 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

57 ATROPIN SULFAS INJ

Des-19 FIFO/FEFO

58 ATROPIN SULFAS TAB 0.5 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

59 AVODART CAP 0.5 MG

Mei-20 FIFO/FEFO

60

AZITROMISIN TAB 250 MG

SOHO

Feb-20

FIFO/FEFO

61 AZITROMISIN TAB 500 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

62 BACITRACIN SALEP KULIT

Des-16 FIFO/FEFO

63 BAMGETOL TAB 200 MG

Agust-20 FIFO/FEFO

64 BENOCETAM TAB 400 MG

Mar-20 FIFO/FEFO

65 BENOCETAM TAB 800 MG

Jul-19 FIFO/FEFO

66 BENZOLAC CL 10 GR

Okt-18 FIFO/FEFO

67 BEROTEC 0,1 MG MDI

Feb-18 FIFO/FEFO

68

BETAHISTIN MESILAT TAB 6

MG

Jun-19

FIFO/FEFO

69 BETMIGA TAB 50 MG

Jan-19 FIFO/FEFO

70 BIOLERGY TAB

Jun-21 FIFO/FEFO

71 BIOLISYN TAB √ Nop-18 FIFO/FEFO

72 BIOPREXUM TAB 5 MG

Nop-17 FIFO/FEFO

93

73 BISOLVON INJ 4 MG/ 2 ML

Feb-19 FIFO/FEFO

74 BISOPROLOL TAB 5 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

75 BRALIN INJ 500 MG/ 4 ML

Nop-18 FIFO/FEFO

76 BRALIN TAB 500 MG

Nop-20 FIFO/FEFO

77 BRILINTA TAB 90 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

78 BUFACOMB CREAM

Mei-18 FIFO/FEFO

79 CALINIC TAB

Agust-19 FIFO/FEFO

80 CANDESARTAN TAB 16 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

81 CAPTOPRIL TAB 25 MG

Nop-18 FIFO/FEFO

82 CAPTOPRIL TAB 12,5 MG

Okt-17 FIFO/FEFO

83

CARBAZOCHROME INJ 50 MG

10 ML

Mar-18

FIFO/FEFO

84 CATAPRES INJ 150 MG/ ML

Sep-19 FIFO/FEFO

85 CEDANTRON INJ 4 MG/ 2 ML

Mei-19 FIFO/FEFO

86 CEDANTRON INJ 8 MG/ 4 ML

Mar-17 FIFO/FEFO

87 CEFADROKSIL CAP 500 MG

Agust-00 FIFO/FEFO

88

CEFADROKSIL SYR 125 MG/ 5

ML

Sep-18

FIFO/FEFO

89 CEFIXIM CAP 100 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

90 CEFIXIM SYR 100 MG/ 5 ML

Sep-18 FIFO/FEFO

91 CEFOFERAZON INJ 1 GR

Jun-18 FIFO/FEFO

92 CEFOTAXIM INJ 1 GR

Apr-19 FIFO/FEFO

93 CEFTRIAXON INJ 1 GR

Apr-19 FIFO/FEFO

94 CEFTRIMET INJ 1 GR

Jan-19 FIFO/FEFO

95 CELLCEPT TAB 500 MG

Mar-20 FIFO/FEFO

96 CENDO ASTENOF 5 ML TM

Jul-19 FIFO/FEFO

97 CENDO CARPINE 2 % TM

Mar-19 FIFO/FEFO

98 CENDO EFRISEL 10 %

Sep-17 FIFO/FEFO

99 CENDO FENICOL 1 % SM

Sep-17 FIFO/FEFO

100 CENDO GLAOPEN MDS

Agust-18 FIFO/FEFO

101 CENDO LYTEERS 15 ML

Okt-19 FIFO/FEFO

102 CENDO MIDRIATIL 1 % TM

Mar-19 FIFO/FEFO

103 CENDO MYCOS SM

Mei-19 FIFO/FEFO

104 CENDO SILOXAN TM 5 ML

Agust-18 FIFO/FEFO

105 CENDO TROPIN 1 % TM

Jun-17 FIFO/FEFO

106 CENDO XYTROL SM

Sep-19 FIFO/FEFO

107 CEPEZET INJ

Okt-17 FIFO/FEFO

108 CETADOP 200 MG/ 2 ML

Agust-17 FIFO/FEFO

109 CETIRIZIN SYR 5 MG/ 5 ML

Jul-18 FIFO/FEFO

110 CETIRIZIN TAB 10 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

111 CEVADIL TAB 5 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

94

112 CHANNA CAP 500 MG

Okt-19 FIFO/FEFO

113 CHANNA PLUS SYR

Sep-19 FIFO/FEFO

114

CHLORAMFENIKOL SALEP

MATA 1 %

Des-17

FIFO/FEFO

115

CHLORAMPHENICOL CAP 250

MG

Jun-21

FIFO/FEFO

116

CHLORAMPHENICOL SYR 125

MG/ 5 ML

Jun-19

FIFO/FEFO

117

CHLOREXOL SUSP 125 MG/ 5

ML

Okt-19

FIFO/FEFO

118 CHLOROQUIN TAB 150 MG √ Des-17 FIFO/FEFO

119

CHLORPROMAZIN INJ 25 MG/

ML

Feb-19

FIFO/FEFO

120 CHLORPROMAZIN TAB 100 MG

Nop-17 FIFO/FEFO

121 CILOSTAZOL TAB 100 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

122 CIMETIDINE TAB 200 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

123 CIPROFLOXACIN INFUS

Des-17 FIFO/FEFO

124 CIPROFLOXACIN TAB 500 MG

Nop-20 FIFO/FEFO

125 CITICHOLIN INJ 250 MG/ AMP

Sep-19 FIFO/FEFO

126 CITICHOLIN TAB 500 MG

Mar-17 FIFO/FEFO

127 CLAMIXIN 125 MG DRY SYR

Apr-17 FIFO/FEFO

128 CLINDAMYCIN CAP 300 MG

Agust-20 FIFO/FEFO

129 CLINDAMYCIN CAP 300 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

130 CLOBAZAM TAB 10 MG

Jun-20 FIFO/FEFO

131 CLONADERM CREAM 5 GR

Nop-19 FIFO/FEFO

132 CLONEX TAB 500 MG

Mei-21 FIFO/FEFO

133 CLONIDIN TAB 0.15MG

Des-20 FIFO/FEFO

134 CLOPIDOGREL TAB

Mar-18 FIFO/FEFO

135 CLOPIDOGREL TAB

Jul-18 FIFO/FEFO

136 CLOPAZINE TAB 100 MG

Sep-19 FIFO/FEFO

137 COLSANCETINE INJ 1 GR

Mar-19 FIFO/FEFO

138 CONCRO TAB 2.5 MG E KAT

Agust-19 FIFO/FEFO

139 CORDARONE INJ 150 MG/ 3 ML

Apr-18 FIFO/FEFO

140 COREDRYL SYR

Sep-19 FIFO/FEFO

141 CORTIDEX INJ 5 MG/ ML

Feb-18 FIFO/FEFO

142 COTRIMOKSAZOL SUSPENSI

Mei-19 FIFO/FEFO

143 COTRIMOKSAZOL TAB 480 MG

Agust-21 FIFO/FEFO

144 CRIPSA TAB 2.5 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

145 CTM TAB 4 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

146 CYSTONE TAB

Okt-18 FIFO/FEFO

147 DECULIN TAB 30 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

148 DEHIDRALYTE SYR

Sep-17 FIFO/FEFO

95

149 DEPAKOTE TAB 250 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

150 DESOLEX 0.05% CREAM

Jul-17 FIFO/FEFO

151 DEXAMETHASON TAB 0.5 MG

Mei-19 FIFO/FEFO

152 DEXAMETHASON INJ

Jun-19 FIFO/FEFO

153 DEXIGEN CREAM

Agust-18 FIFO/FEFO

154 DEXKETOPROFEN INJ

Jun-18 FIFO/FEFO

155 DEXKETOPROFEN TAB 25 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

156 DEXTRAL TAB

Jun-21 FIFO/FEFO

157 DIAGIT TAB

Agust-20 FIFO/FEFO

158 DIALIFER INJ 20 MG/ ML

Mei-18 FIFO/FEFO

159 DIAMICRON MR TAB 60 MG

Jun-19 FIFO/FEFO

160 DIAZEPAM INJ 5 MG/ML

Apr-20 FIFO/FEFO

161 DIAZEPAM TAB 2 MG

Mar-19 FIFO/FEFO

162 DIAZOLE INFUS 50 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

163 DIFENHIDRAMIN INJ

Mei-18 FIFO/FEFO

164 DIGOKSIN TAB 0.25 MG

Mar-20 FIFO/FEFO

165 DIKLOVIT TAB 50 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

166 DILTIAZEM TAB 30 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

167 DIMENHIDRINAT TAB 50 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

168 DOBUTAMIN INJ 50 MG/ 5 ML

Apr-18 FIFO/FEFO

169

DOMPERIDONE SUSP 5 MG/ 5

ML

Nop-20

FIFO/FEFO

170 DOMPERIDONE TAB 10 MG

Jun-20 FIFO/FEFO

171 DONEZEPIL TAB 5 MG

Mei-18 FIFO/FEFO

172 DOPAMET TAB 250 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

173 DOXIHAT CAP 100 MG

Mar-20 FIFO/FEFO

174 DOXYCYCLIN CAP 100 MG

Jan-20 FIFO/FEFO

175 EDEMIN INJ 20 MG/ 2 ML

Sep-19 FIFO/FEFO

176 EFAVIRENZ TAB 600 MG

Jun-17 FIFO/FEFO

177 ELIZA CAP 20 MG

Jun-21 FIFO/FEFO

178 EPHEDRIN HCL INJ 50 MG/ ML

Des-19 FIFO/FEFO

179 EPHEDRIN HCL TAB 25 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

180 EPHINEPRIN INJ

Sep-17 FIFO/FEFO

181 EPIDOSIN INJ

Apr-21 FIFO/FEFO

182 EPOTREX IUNP 2000 IU

Apr-18 FIFO/FEFO

183 EPREX PROTECS 2000 IU

Jan-00 FIFO/FEFO

184 ERGOTAMIN COFFEIN TAB

Sep-18 FIFO/FEFO

185 ERLAMYCETINE ZM

Apr-19 FIFO/FEFO

186 ERYTHROMICIN CAP 250 MG

Des-21 FIFO/FEFO

187

ERYTHROMICIN 200 MG/ 5ML

SYRUP

Jul-19

FIFO/FEFO

96

188 E-SOME INJ

Jun-18 FIFO/FEFO

189 ESTALEX TAB

Okt-19 FIFO/FEFO

190

ESTHERO CONJUGATE TAB

0.625 MG

Sep-17

FIFO/FEFO

191 ETHAMBUTOL TAB 250

Mei-18 FIFO/FEFO

192 ETHAMBUTOL TAB 500

Agust-21 FIFO/FEFO

193 ETIL KHLORIDA SEMPROT

Okt-21 FIFO/FEFO

194 EUTHYROX TAB 100 MCG

Mei-18 FIFO/FEFO

195 EXJADE TAB 250 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

196 EXTRACE INJ

Jun-21 FIFO/FEFO

197 FARGOXIN INJ

Sep-17 FIFO/FEFO

198 FARIDEXON TAB 0,25 MG

Jul-19 FIFO/FEFO

199 FARSORBID INJ 1 MG/ 1 ML

Agust-19 FIFO/FEFO

200 FARSORBID TAB 10 MG

Apr-20 FIFO/FEFO

201 FASIDOL DROPS 15 ML

Okt-18 FIFO/FEFO

202 FASIDOL TAB 500 MG

Agust-20 FIFO/FEFO

203 FENOFIBRATE CAP 300 MG

Mei-20 FIFO/FEFO

204

FENTANYL INJ 10 ML 0,05

MG/ML

Mei-18

FIFO/FEFO

205

FENTANYL INJ 2 ML 0,05

MG/ML

Jun-19

FIFO/FEFO

206 FERIZ DROPS 15 ML

Jul-19 FIFO/FEFO

207 FOLAMIL CAP

Jul-19 FIFO/FEFO

208 FODAZEN CAP

Mar-18 FIFO/FEFO

209 FORTANEST INJ 15 MG/ 3 ML

Mei-18 FIFO/FEFO

210 FORTANEST INJ 5 MG/ 5 ML

Agust-18 FIFO/FEFO

211 FORUMEN EAR DROP 10 ML

Sep-18 FIFO/FEFO

212 FRIDEP TAB 50 MG

Agust-20 FIFO/FEFO

213 FRIMANIA TAB 200 MG

Mei-19 FIFO/FEFO

214 FUROSEMIDE INJ 10 MG/ ML

Sep-18 FIFO/FEFO

215 FUROSEMIDE TAB 40 MG

Jul-20 FIFO/FEFO

216 GABAPENTIN CAP 300 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

217 GABITEN TAB 50 MG

Jan-20 FIFO/FEFO

218 GAREXIN TM 0.3 %

Mar-19 FIFO/FEFO

219 GASTRUL TAB √ Mar-18 FIFO/FEFO

220 GAVISTAL INJ 5 MG/ ML

Jun-19 FIFO/FEFO

221 GEMFIBROZIL CAP 300 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

222 GENTAMYCIN 0.3 % TM E KAT √ Jan-18 FIFO/FEFO

223 GENTAMYCIN 40 MG/ ML INJ

Feb-19 FIFO/FEFO

224 GG TAB 100 MG

Jul-21 FIFO/FEFO

225 GINIFAR TAB 500 MG

Des-19 FIFO/FEFO

226 GINKONA TAB

Jan-18 FIFO/FEFO

97

227 GITAPLUS TAB

Mei-18 FIFO/FEFO

228 GLAUCETA TAB 200 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

229 GLAUCON TAB 250 MG

Jun-19 FIFO/FEFO

230 GLIBENKLAMID TAB 5 MG

Mar-17 FIFO/FEFO

231 GLIMEPIRIDE TAB 1 MG

Des-19 FIFO/FEFO

232 GLIMEPIRIDE TAB 2 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

233 GLIMEPIRIDE TAB 3 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

234 GLIMEPIRIDE TAB 4 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

235 GLIQUIDON TAB 300 MG

Mei-19 FIFO/FEFO

236 GLICOSAMINE TAB 250 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

237 GLUTROP TAB

Okt-17 FIFO/FEFO

238 GRAFOLA DHA TAB

Apr-18 FIFO/FEFO

239 GRAPHALAC SYR

Jun-19 FIFO/FEFO

240 GRAVYNON TAB 5 MG

Apr-19 FIFO/FEFO

241 GRISEOFULVIN TAB 125 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

242 HALOPERIDOL TAB 5 MG E KAT

Nop-18 FIFO/FEFO

243

HARNAL D TAB 0.2 MG

(DISPERSIBEL) E KAT

Agust-17

FIFO/FEFO

244

HARNAL OCAS TAB 0.4 MG E

KAT

Mei-21

FIFO/FEFO

245 HCT TAB 25 MG

Feb-20 FIFO/FEFO

246 HEPATINE TAB 750 MG

Des-18 FIFO/FEFO

247 HERBESSER CD CAP 100 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

248 HERBESSER CD CAP 200 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

249 HERBESSER POWDER INJ 50 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

250 HEXYMER TAB 2 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

251 HIBLOK TAB 100 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

252 HYCAL TAB

Feb-18 FIFO/FEFO

253 HYSTOLAN TAB 20 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

254 IBUPROFEN TAB 400 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

255 IMUNOS PLUS TAB

Jul-18 FIFO/FEFO

256 IMUNOS SYR

Nop-18 FIFO/FEFO

257 IMUNOS TAB

Jul-20 FIFO/FEFO

258 INBACEF SYR 100 MG/ 5 ML

Jul-19 FIFO/FEFO

259 INFIMICYN SYR

Mei-18 FIFO/FEFO

260 INH TAB 300 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

261 IRBESARTAN TAAB 300 MG

Mei-18 FIFO/FEFO

262 ISDN TAB 5 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

263 ISOCAL 400 MG

Sep-17 FIFO/FEFO

264

KALIUM DIKLOFENAK TAB 50

MG

Feb-18

FIFO/FEFO

265 KALK TAB 500 MG

Mar-20 FIFO/FEFO

98

266 KENDARON TAB 200 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

267

KETOKONAZOL KRIM 2 % 10

GR

Mei-19

FIFO/FEFO

268 KETOKONAZOL TAB 200 MG

Apr-19 FIFO/FEFO

269 KETOPROFEN 100 MG INJ

Nop-17 FIFO/FEFO

270 KETOPROFEN TAB 100 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

271 KETOROLAC 30 MG/ ML INJ

Jun-19 FIFO/FEFO

272 KINA TAB

Nop-17 FIFO/FEFO

273 KODEIN TAB 10 MG

Nop-19 FIFO/FEFO

274 KODEIN TAB 20 MG

Nop-19 FIFO/FEFO

275 KSR TAB 600 MG

Mei-19 FIFO/FEFO

276 KURKUMEX TAB

Okt-18 FIFO/FEFO

277 KUTOIN CAP 100 MG

Jan-20 FIFO/FEFO

278 L BIO SACHET

Jun-18 FIFO/FEFO

279 LACTO B SACHET √ Jul-18 FIFO/FEFO

280 LACTRIN CAP 300 MG

Mar-17 FIFO/FEFO

281 LAMESON INJ 125 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

282 LAMESON TAB 4 MG

Agust-21 FIFO/FEFO

283 LANSOPRAZOLE CAP 30 MG

Apr-19 FIFO/FEFO

284 LANSOPRAZOLE CAP 30 MG √ Sep-18 FIFO/FEFO

285 LAPIBAL CAP 500 MG

Agust-20 FIFO/FEFO

286 LASAL SYR 2 MG/5 ML

Okt-19 FIFO/FEFO

287 LASGAN CAP 30 MG

Apr-19 FIFO/FEFO

288 LAXADIN EMULSI 60 ML

Mei-19 FIFO/FEFO

289 LAXAMEX TAB 5 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

290 LAXNA TAB 5 MG

Mei-20 FIFO/FEFO

291 LENAL ACE TAB

Mar-19 FIFO/FEFO

292 LEPTICAL CAP 75 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

293

LEVOFLOXACIN INFUS 500 MG /

100 ML

Apr-19

FIFO/FEFO

294 LEVOFLOXACIN TAB 500 MG

Apr-19 FIFO/FEFO

295 LEVOPAR TAB

Jul-19 FIFO/FEFO

296 LEXIGO TAB 6 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

297 LIDOCAIN HCL 2 % INJ

Mei-20 FIFO/FEFO

298 LIDOCAIN HCL 5 % INJ

Jul-20 FIFO/FEFO

299 LISINOPRIL TAB 10 MG

Feb-17 FIFO/FEFO

300 LIDOMER INJ 5 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

301 LIDOMER TAB 2 MG

Nop-19 FIFO/FEFO

302 LOPERAMIDE HCL TAB 2 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

303 LORATADIN TAB 10 MG

Jan-18 FIFO/FEFO

304 LOSTACEF 250 MG SYR

Mei-18 FIFO/FEFO

99

305 LOVENOX 20 MG INJ

Agust-17 FIFO/FEFO

306 LOVENOX 40 MG INJ

Des-17 FIFO/FEFO

307 LUTEVIT CAP

Mar-19 FIFO/FEFO

308 MADOPAR TAB

Apr-18 FIFO/FEFO

309 MAXSTAN TAB 500 M

Feb-20 FIFO/FEFO

310 MECOBALAMIN CAP 500 MG

Jun-19 FIFO/FEFO

311 MECOBALAMIN INJ

Okt-18 FIFO/FEFO

312 MECOLA TAB

Jul-17 FIFO/FEFO

313 MEGABAL CAP 500 MG MCG

Sep-18 FIFO/FEFO

314 MELOXICAM TAB 15 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

315 MEPTIN TAB 0.05 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

316 MERLOPAN TAB 0.5 MG

Des-18 FIFO/FEFO

317 MEROPENEM INJ 1 GR

Sep-19 FIFO/FEFO

318

MESTAMOX DRY SYR 125 MG /

5 ML

Jun-19

FIFO/FEFO

319

METAMIZOLE SODIUM TAB 500

MG

Agust-19

FIFO/FEFO

320 METFORMIN TAB 500 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

321

METIL ERGOMETRIN MALEAT

INJ

Nop-18

FIFO/FEFO

322

METIL ERGOMETRIN MALEAT

TAB 0.125 MG

Jan-20

FIFO/FEFO

323

METIL PREDNISOLON 125 MG

INJ

Jul-18

FIFO/FEFO

324

METIL PREDNISOLON TAB 16

MG

Jul-18

FIFO/FEFO

325

METIL PREDNISOLON TAB 4

MG

Agust-18

FIFO/FEFO

326 METOCLOPRAMIDE INJ √ Mei-20 FIFO/FEFO

327 METOKLOPRAMID TAB 10 MG

Nop-18 FIFO/FEFO

328 METRONIDAZOL TAB 500 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

329 METXIME INJ

Jan-19 FIFO/FEFO

330 MINIASPI TAB 80 MG

Jul-20 FIFO/FEFO

331 MK DENT 500 ML

Mei-18 FIFO/FEFO

332 MOLEXFLU TAB

Jun-19 FIFO/FEFO

333 MORFIN 10 MG/ ML INJ

Jan-18 FIFO/FEFO

334 MORFIN HCL TAB 10 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

335 MOTESON CREAM 10 G

Jul-18 FIFO/FEFO

336

MST CONTINUS TAB 10 MG E

KAT

Jul-19

FIFO/FEFO

337 MUCOS DROP 15 MG/ ML

Jul-17 FIFO/FEFO

338 MYLOXAN / GASTRUCID TAB

Mei-19 FIFO/FEFO

339 NATRIUM NIKLOFENAK TAB 50

Sep-21 FIFO/FEFO

100

MG

340 NATUR E CAP 100 UI

Apr-20 FIFO/FEFO

341 NAZOVEL SUPP 100 MG

Apr-17 FIFO/FEFO

342 NEVIRAPINE TAB 200 MG

Mei-18 FIFO/FEFO

343 NEW ANTIDES TAB 600 MG

Okt-20 FIFO/FEFO

344 EXITRA TAB 500 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

345 NEXIUM TAB 20 MG

Nop-17 FIFO/FEFO

346 NEXIUM TAB 40 MG

Nop-17 FIFO/FEFO

347 NIFEDIPIN TAB 10 MG

Okt-19 FIFO/FEFO

348 NITROKAF RETARD CAP 2.5 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

349 NIXAVEN SYR 100 MG/5 ML

Okt-19 FIFO/FEFO

350 NOKOBA INJ 0.4 MG/ML

Sep-18 FIFO/FEFO

351 NOMENI TAB

Sep-19 FIFO/FEFO

352 NOPRES TAB 20 MG

Des-17 FIFO/FEFO

353 NOPROSTOL TAB 200 MG MCG

Apr-19 FIFO/FEFO

354 NOREPINEFRIN INJ 4 MG/ 4 ML

Mei-18 FIFO/FEFO

355 NOSIRAX CAP

Feb-19 FIFO/FEFO

356 NOSTHYRA TAB 5 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

357 NOTISIL TAB 2 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

358 NATRIXUM 2.5 ML INJ

Mei-18 FIFO/FEFO

359 NOVAKALK TAB 500 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

360 NUTRALIX 5000 TAB

Jun-19 FIFO/FEFO

361 NUTRALIX TAB

Agust-19 FIFO/FEFO

362 OBAT BATUK HITAM SYR

Apr-19 FIFO/FEFO

363 OFLOKSASIN TAB 400 MG

Feb-17 FIFO/FEFO

364 OMEPRAZOL CAP 20 MG

Jun-19 FIFO/FEFO

365 OMEPRAZOLE INJ

Mei-18 FIFO/FEFO

366 ONDANSENTRON TAB 8 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

367

ONDANSENTRON 4 MG/ 2 ML

INJ

Apr-19

FIFO/FEFO

368 ONZAPIN TAB 10 MG

Agust-17 FIFO/FEFO

369 ONZAPIN TAB 5 MG

Mar-19 FIFO/FEFO

370 OPINEURON TAB

Agust-17 FIFO/FEFO

371 OPIZOLAM TAB 0.5 MG

Des-17 FIFO/FEFO

372 ORIXAL TAB 500 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

373 OSKOM TAB

Jun-18 FIFO/FEFO

374 OSTEOKOM TAB

Sep-19 FIFO/FEFO

375 PACDIN SYR

Apr-19 FIFO/FEFO

376 PAMOL SUPP 125 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

377 PABOL SUPP 250 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

378 PANTOPRAZOLE INJ 40 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

101

379 PANTOPRAZOLE TAB 20 MG

Jul-19 FIFO/FEFO

380 PAPAVERIN TAB 40 MG

Apr-21 FIFO/FEFO

381

PARACETAMOL DROP 100 MG/

ML

Mar-17

FIFO/FEFO

382

PARACETAMOL INF 1 GR/ 100

ML

Jan-18

FIFO/FEFO

383

PARACETAMOL SYR 120 MG/ 5

ML

Okt-18

FIFO/FEFO

384 PARACETAMOL TAB 500 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

385 PETHIDIN INJ 50 MG/ ML

Jul-20 FIFO/FEFO

386 PHENITOIN NA CAP 100 MG

Mar-19 FIFO/FEFO

387 PENITHOIN NE INJ 50 MG / ML

Sep-19 FIFO/FEFO

388

PHENOBARBITAL INJ 50 MG/

ML

Des-19

FIFO/FEFO

389 PHENOBARBITAL TAB 30 MG √ Apr-20 FIFO/FEFO

390

PHENOXYMETHYL PENISILIN

TAB 250 MG

Apr-17

FIFO/FEFO

391 PIRACETAM 3 G INJ

Jul-18 FIFO/FEFO

392 PIRACETAM TAB 800 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

393 PIRACETAM TAB 800 MG

Mar-19 FIFO/FEFO

394

PIRANTEL PAMOATE TAB 125

MG

Des-17

FIFO/FEFO

395 PLASBUMIN 25 % 20 ML

Agust-18 FIFO/FEFO

396 PLASBUMIN 25 % 100 ML E KAT

Jun-19 FIFO/FEFO

397 PLETAAL TAB 100 MG

Jul-21 FIFO/FEFO

398 POLOFAR PLUS TAB

Jul-19 FIFO/FEFO

399 PRAVASTATIN TAB 20 MG

Nop-18 FIFO/FEFO

400

PREDNISON TAB 5 MG DUS

@100

Agust-19

FIFO/FEFO

401 PRESTIN CAP 20 MG

Jun-19 FIFO/FEFO

402 PRIMAQUIN TQB 15 MG

Mei-20 FIFO/FEFO

403 PRIMOLUT N TAB 5 MG

Apr-19 FIFO/FEFO

404 PROHEPAR CAP

Nop-17 FIFO/FEFO

405 PROMAVIT CAP

Mar-18 FIFO/FEFO

406 PROPRANOLOL TAB 10 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

407 PRORENAL TAB

Sep-18 FIFO/FEFO

408 PROSTACOM TAB 5 MG

Okt-20 FIFO/FEFO

409 PROTHYRA TAB 10 MG

Mei-21 FIFO/FEFO

410 PTU TAB 100 MG

Jun-20 FIFO/FEFO

411 PYRAZINAMID TAB 500 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

412 RANITIDIN INJ 50 MG / 2 ML

Jul-19 FIFO/FEFO

413 RANITIDIN TAB 150 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

102

414 RANIVEL SYR 75 MG/ 5 ML

Jan-19 FIFO/FEFO

415 REBAMIPIDE TAB 100 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

416 RECOLFAR TAB 0,5 MG

Jun-19 FIFO/FEFO

417 RECORMON INJ

Feb-18 FIFO/FEFO

418 RENAX CAP

Okt-19 FIFO/FEFO

419 RIFAMPISIN CAP 450 MG

Okt-19 FIFO/FEFO

420 RINCOBAL TAB 500 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

421 RISPERIDON TAB 2 MG

Jun-18 FIFO/FEFO

422 RISTEON TAB

Mar-19 FIFO/FEFO

423 RL INF 500 ML

Jul-18 FIFO/FEFO

424 RL INF 500 ML WIDATRA

Jan-21 FIFO/FEFO

425 ROCURONIUM 50 MG/ 5 ML INJ

Nop-17 FIFO/FEFO

426 ROFIDEN TAB 100 MG

Jan-18 FIFO/FEFO

427 RONAZOL SYR 125 MG / 5 ML

Okt-18 FIFO/FEFO

428 SACCHARINE TAB (E-KAT)

Feb-19 FIFO/FEFO

429 SALBUTAMOL SYR 2 MG/ 5 ML

Nop-17 FIFO/FEFO

430 SALBUTAMOL TAB 2 MG

Apr-20 FIFO/FEFO

431 SANDEPRIL TAB 50 MG

Jul-20 FIFO/FEFO

432 SANGOBION BABY 15 ML DROP

Jun-21 FIFO/FEFO

433 SANGOBION KIDS 100 ML

Agust-18 FIFO/FEFO

434 SANMOL INFUS

Apr-18 FIFO/FEFO

435 SANMOL TAB 500 MG

Agust-21 FIFO/FEFO

436 SANPICILLIN INJ 1 GR

Mei-19 FIFO/FEFO

437 SANTAGESIK INJ

Jun-18 FIFO/FEFO

438 SCABICID KRIM

Agust-21 FIFO/FEFO

439 SCOPAMIN TAB 10 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

440 SEDACUM INJ 5 MG

Mei-18 FIFO/FEFO

441 SEVODEX 250 MG INJ

Jun-19 FIFO/FEFO

442 SIBITAL 50 MG

Apr-17 FIFO/FEFO

443 SIBITAL INJ

Mar-17 FIFO/FEFO

444 SIFROL TAB 0.375 MG

Nop-18 FIFO/FEFO

445

SILUM TAB 5 MG

Apr-20

FIFO/FEFO

446 SIMARG TAB 2 MG

Mar-19 FIFO/FEFO

447 SIMVASTATIN TAB 10 MG

Apr-18 FIFO/FEFO

448 SISTENOL TAB

Apr-18 FIFO/FEFO

449 SPIRONOLAKTON TAB 100 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

450 SPIRONOLAKTON TAB 25 MG

Mei-17 FIFO/FEFO

451 STESOLID SYR

Mar-18 FIFO/FEFO

452 STESOLID/ DIAZEPAM 5 MG RT

Sep-20 FIFO/FEFO

453 STOLAX SUPP 10 MG

Mar-18 FIFO/FEFO

103

454 SUKRALFAT SYR

Sep-19 FIFO/FEFO

455 SULFASALAZIN TAB

Agust-20 FIFO/FEFO

456 TALION TAB 10 MG

Jul-17 FIFO/FEFO

457 TABAPRESS TAB 10 MG

Mei-20 FIFO/FEFO

458 TELFAST PLUS TAB

Apr-18 FIFO/FEFO

459

TEMIRAL SM / ACYCLOVIR

SALEP MATA

Sep-19

FIFO/FEFO

460 TEQUINOL TAB 500 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

461 TEXORATE TAB 2.5 MG

Nop-18 FIFO/FEFO

462 THIAMFENICOL CAP 500 MG

Jun-20 FIFO/FEFO

463 THIAMFLEX SYR 125 MG/ 5 ML

Jun-19 FIFO/FEFO

464 THIOPENTAL 0.5 GR INJ

Feb-17 FIFO/FEFO

465 THYROZOL TAB 10 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

466 THYROZOL TAB 5 MG

Feb-18 FIFO/FEFO

467 TILSAN TAB 25 MG

Mar-17 FIFO/FEFO

468 TIMSALIN TAB 2.5 MG

Des-18 FIFO/FEFO

469 TRAMADOL CAP 50 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

470 TRAMADOL INJ 50 MG/ ML

Jul-19 FIFO/FEFO

471 TREMENZA TAB

Jul-19 FIFO/FEFO

472 TRIAMCINOLON TAB 4 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

473 TRIANTA SUSPENSI 60 ML

Okt-18 FIFO/FEFO

474 TRIHEKSIPHENIDIL TAB 2 MG

Jan-21 FIFO/FEFO

475 TRILAC TAB 4 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

476 TROVILON CAP 250 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

477 ULSIDEX TAB 500 MG

Sep-20 FIFO/FEFO

478 URINTER CAP 400 MG

Jul-20 FIFO/FEFO

479 URISPAS TAB 200 MG

Jun-21 FIFO/FEFO

480 UROTRACTIN CAP 400 MG

Agust-20 FIFO/FEFO

481 UTROGESTAN TAB 200 MG

Jan-19 FIFO/FEFO

482 VALESCO TAB 80 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

483 VALSARTAN TAB 80 MG

Jul-17 FIFO/FEFO

484 VELUTINE INJ 2.5 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

485

VENTOLIN NEBULES/

SALBUTAMOL 2,5 MG

Jul-19

FIFO/FEFO

486 VESPERUM DROP 15 ML

Nop-18 FIFO/FEFO

487 VIP ALBUMIN CAP

Jun-18 FIFO/FEFO

488 VITALONG C CAP

Okt-18 FIFO/FEFO

489 VITAMIN A CAP 100.000 IU

Jul-18 FIFO/FEFO

490 VITAMIN A CAP 200.000 IU

Mar-18 FIFO/FEFO

491 VITAMIN A TAB 6000 IU IPI

Agust-18 FIFO/FEFO

492 VITAMIN B KOMPLEKS TAB

Agust-19 FIFO/FEFO

104

493 VITAMIN B.1 TAB 50 MG

Okt-20 FIFO/FEFO

494 VITAMIN B.12 TAB 50 M

Jan-19 FIFO/FEFO

495 VITAMIN B.6 TAB 10 MG

Sep-19 FIFO/FEFO

496 VITAMIN C INJ 100 MG

Nop-17 FIFO/FEFO

497 VITAMIN C TAB 50 MG

Jul-18 FIFO/FEFO

498 VITAMIN C TAB 50 MG IPI

Jul-18 FIFO/FEFO

499 VITAMIN K TAB 10 MG

Okt-18 FIFO/FEFO

500 VOMECHO DROP 5 MG/ML

Des-18 FIFO/FEFO

501 VOSEFA CAP 500 MG

Jan-00 FIFO/FEFO

502 WIDOXIL CAP 500 MG

Feb-19 FIFO/FEFO

503 XARELTO TAB 10 MG

Nop-18 FIFO/FEFO

504 XARELTO TAB 15 MG

Mei-18 FIFO/FEFO

505 XEPABION TAB

Sep-18 FIFO/FEFO

506 XEPAZYM TAB

Mei-19 FIFO/FEFO

507

YUSIMOX FORTE SYR 250 MG/ 5

ML

Nop-19

FIFO/FEFO

508 ZAMEL DROP

Mar-18 FIFO/FEFO

509 ZINC PRO DROP 10 MG/ ML

Sep-17 FIFO/FEFO

510 ZINC TAB 20 MG

Agust-18 FIFO/FEFO

511 ZINNAT TAB 250 MG

Mar-19 FIFO/FEFO

512 ZINNAT TAB 500 MG

Agust-19 FIFO/FEFO

513 ZIRKUM KIDS SYR 20 MG/ 5 ML

Sep-19 FIFO/FEFO

514 ZITANID TAB 2 MG

Sep-18 FIFO/FEFO

Tidak Sesuai

9

Persentase

98,24% 100 %

105

Lampiran 3. Laporan Obat Stok Mati RSUD Surakarta Tahun 2016

No Nama obat

1 T-Chromic 2/0 c-27

2 T-silk 3/0 s-22

3 T-mono 3/0 M-52

4 Corolene 4/0 20515k

5 Sinusorb 8/0

6 Plain catgut 4/0

7 Silk 3/0 sachet

8 T-lene 5/0 L-17

9 Demersob 1

10 T-Nyilon 2/0 N-90

11 Demesilk 2

12 Chromic petergut 1

13 Optime 0

14 Peter silk 2/0

15 Advantime 3/0

16 Optime 2/0

17 Enema set

18 Cannofit 6x8

19 Cutimed hydro-L 10x10

20 Tegaderm 5x7

21 Hernia set

22 Linapen single use

23 Catagel

24 Digel

25 Medeblue

26 Diblue

27 Mucus extractor

28 Spinocan no.25

29 Needle 26 G

30 Mess No.20 onemed

31 Condom catether M

32 ADS 0,5 ml

33 Suction catehter no.6

106

Lampiran 4. Daftar Obat Kadaluwarsa RSUD Surakarta Tahun 2016

No NAMA OBAT

BENTUK

SEDIAAN JUMLAH

TANGGAL

KADALUWARSA

1 ABU inj vial 8 Feb-15

2 Acyclovir 400 tablet 16614 Jun-15

3 Acyclovir Cream tube 864 Jun-15

4 Adona AC-17 tablet 500 Feb-15

5 Adona inj ampul 166 Okt-14

6 Alletrol TM botol 68 Nop-13

7 Ambroxol tablet 16700 Feb-15

8 Aminophillin 200 mg tablet 2000 Sep-15

9 Asam Tranexamat 500 tablet 1300 Des-14

10 Cefadroxil 125 Dry Syr botol 342 Agust-15

11 Cetirizin Syr botol 43 Des-14

12 Chloramfenicol 250 capsul 4000 Okt-14

13 Clamixin Syr botol 37 Nop-14

14 Clonaderm Cr tube 130 Nop-14

15 Clonidine 0,15 tablet 2000 Jun-15

16 Coredryl Syr botol 469 Jun-15

17 Cotrimoxazol 480 mg tablet 14600 Jun-15

18 Cotrimoxazol Syr botol 795 Feb-15

19 CTM tablet 39000 Nop-15

20 Erythromycin Syr botol 503 Jun-15

21 Feriz Drop botol 61 Sep-15

22 Glibenclamide tab tablet 1900 Jun-15

23 Ibuprofen 200 tablet 1800 Nop-15

24 Ikalep 250 tablet 930 Feb-15

25 Lutevit cap capsul 6390 Agust-15

26 Maltiron Syr botol 243 Feb-15

27 Nifedipine 10 mg tablet 12000 Jul-15

28 Nisagon Cream tube 495 Jun-15

29 Nystatin Vag Tab Vag Tab 700 Sep-15

30 Phenobarbital inj ampul 10 Nop-15

31 Piroxicam 20 mg tablet 11600 Apr-14

32 Spashi injeksi ampul 813 Jun-15

33 Stesolid 10 mg RT tube 75 Des-14

34 Stesolid 5 mg RT tube 87 Feb-15

35 Texorate tablet 630 Jan-15

36 Thiamfenicol 500 mg capsul 16600 Nop-15

37 Topazol inj vial 10 Nop-15

107

38 Ventolin Rotacap capsul 400 Sep-15

39 Chloroquin 150 tablet 1000 Des-15

40 Injection plug biji 272 Des-15

41 Morfin tab tablet 330 Des-15

42 Vitazym tablet 3200 Des-15

43 Xylomidon injeksi ampul 116 Des-15

44 Zinc tablet 3900 Des-15

45 Ketokonazol krim 5g/

solinfec tube 640 Nop-15

46 Thiamfenicol syrup/

Solathim botol 765 Des-14

108

Lampiran 5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep

No No Resep

Waktu Resep Resep Total

Waktu

(Menit) Masuk Keluar Racik

Non

Racik

1 0261 09.38 10.05 √ 27

2 0276 09.54 10.17 √ 23

3 0268 09.41 10.17 √ 36

4 0563 09.38 10.17 √ 39

5 0228 09.55 10.22 √ 27

6 0253 09.52 10.22 √ 36

7 0164 09.46 10.22 √ 42

8 0491 10.01 10.27 √ 26

9 0153 09.59 10.27 √ 28

10 0255 09.52 10.28 √ 36

11 0571 10.12 10.32 √ 20

12 0220 10.12 10.34 √ 22

13 0310 10.01 10.35 √ 34

14 0335 10.15 10.35 √ 20

15 0129 10.14 10.36 √ 22

16 0296 10.25 10.43 √ 18

17 0298 10.20 10.44 √ 24

18 0226 10.13 10.44 √ 31

19 0295 10.18 10.44 √ 26

20 0193 10.25 10.45 √ 20

21 0128 10.25 10.50 √ 25

22 0110 10.40 11.05 √ 25

23 0294 10.40 11.06 √ 26

24 0201 10.51 11.18 √ 27

25 0138 10.42 11.19 √ 37

26 0270 10.35 11.19 √ 44

27 0433 10.50 11.20 √ 30

28 0237 11.00 11.30 √ 30

29 0264 10.52 11.30 √ 38

30 0248 10.40 11.31 √ 51

Jumlah 6 24

109

Lampiran 6. Persentase peresepan obat generik, antibiotik, injeksi, obat sesuai formularium rumah sakit, obat yang dapat diserahkan,

di rawat inap RSUD Surakarta

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan

1 00 56 83 4 3 1 2 4 4

2 02 73 93 5 1 1 1 5 5

3 02 72 67 1 1 1 1 1 1

4 02 15 31 2 1 1 1 2 2

5 01 42 63 4 4 1 2 4 4

6 01 42 63 2 1 0 1 1 1

7 00 83 00 4 3 1 1 3 4

8 00 84 71 5 4 1 1 5 5

9 03 06 05 4 3 0 1 4 4

10 02 48 93 3 2 0 1 3 3

11 02 75 54 4 3 1 1 4 4

12 02 68 70 3 3 1 1 3 3

13 01 21 26 1 1 0 0 1 1

14 6462 4 2 0 1 4 4

15 00 68 89 2 1 1 1 2 2

16 01 54 45 3 2 0 1 3 3

17 00 25 36 3 2 1 1 3 3

18 06 74 49 2 2 1 1 2 2

19 02 60 59 1 1 0 1 1 1

20 00 08 58 6 5 0 0 5 6

21 02 54 40 5 2 0 1 5 5

22 02 75 64 4 4 0 3 4 4

110

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan

23 01 89 72 2 2 0 1 2 2

24 02 74 97 1 1 0 1 1 1

25 02 26 72 4 3 1 0 4 4

26 01 35 73 3 3 1 3 3 3

27 00 30 76 1 1 1 1 1 1

28 02 74 72 1 1 1 1 1 1

29 02 53 52 4 4 1 2 4 4

30 02 74 71 1 1 1 1 1 1

31 00 30 58 5 4 0 0 5 5

32 02 74 42 7 5 1 0 6 6

33 03 47 66 2 2 1 1 2 2

34 01 05 14 3 3 1 1 3 3

35 02 48 71 1 1 1 1 1 1

36 02 23 09 2 2 0 1 2 2

37 03 50 05 7 4 0 0 6 6

38 00 04 36 2 2 0 1 2 2

39 03 50 40 4 4 1 1 4 4

40 03 80 41 3 1 1 1 3 3

41 03 77 67 4 2 0 1 4 4

42 03 72 19 1 1 1 1 1 1

43 03 82 08 2 1 1 1 2 2

44 03 77 24 4 3 1 0 4 3

45 00 03 79 96 2 2 0 1 2 1

46 03 79 96 2 2 1 1 2 2

111

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan

47 00 27 14 1 1 0 1 1 1

48 02 25 41 6 5 0 0 5 6

49 00 00 88 16 5 2 0 1 5 5

50 00 03 65 23 4 4 0 3 4 4

51 00 40 17 3 2 0 1 3 3

52 03 03 26 3 2 0 1 3 3

53 03 03 53 2 2 0 1 2 2

54 03 05 65 2 2 0 1 2 2

55 03 97 50 1 1 0 1 1 1

56 00 03 04 87 5 4 0 3 4 5

57 02 46 54 2 1 1 1 1 2

58 00 03 05 75 3 3 1 1 2 3

59 02 39 02 3 3 1 0 3 3

60 03 03 06 1 1 1 1 1 1

61 03 25 26 3 3 1 0 3 3

62 03 04 45 1 1 1 1 1 1

63 00 04 02 5 4 0 0 4 4

64 02 99 16 3 3 1 1 3 3

65 02 74 20 5 2 1 2 5 5

66 02 73 75 3 1 1 1 3 3

67 01 07 95 2 2 1 2 2 2

68 03 04 28 2 1 1 0 2 2

69 02 97 65 3 3 2 3 3 3

70 02 68 40 2 2 1 1 2 2

112

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan

71 02 51 13 2 2 1 1 2 2

72 03 03 03 3 2 1 0 3 3

73 03 06 15 1 1 1 1 1 1

74 02 89 60 5 4 0 0 5 5

75 03 68 76 2 2 0 0 2 2

76 01 72 29 4 2 1 1 4 4

77 00 33 41 34 3 1 1 1 3 3

78 02 79 22 4 2 0 1 4 4

79 00 09 40 1 1 1 1 1 1

80 03 31 14 2 1 1 1 2 2

81 03 16 10 4 3 1 0 4 3

82 03 41 31 2 2 0 1 2 1

83 02 27 42 4 3 1 1 4 4

84 03 41 16 3 2 1 1 3 3

85 00 03 42 26 2 1 1 1 2 2

86 02 98 08 1 1 0 1 1 1

87 0002 98 08 1 1 1 1 1 1

88 02 98 08 5 4 1 1 5 5

89 02 89 06 5 5 0 0 5 4

90 02 38 70 1 1 0 1 1 1

91 02 98 59 6 4 0 1 6 5

92 03 29 23 3 1 0 0 3 3

93 03 06 29 4 1 1 1 4 4

94 03 06 21 1 1 1 1 1 1

113

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item obat diserahkan

95 00 01 89 98 1 1 1 1 1 1

96 01 35 73 3 2 1 2 3 3

97 00 02 91 73 5 5 0 0 5 5

98 01 91 58 1 1 1 1 1 1

99 03 05 57 2 2 1 0 2 2

100 00 01 35 73 3 3 1 2 3 3

Jumlah 294 223 62 97 284 284

Persentase

75.85% 21.09% 32.99% 96.59% 96.59%

114

Lampiran 7. Persentase peresepan obat generik, antibiotik, injeksi, obat sesuai formularium rumah sakit, obat yang dapat diserahkan

di rawat jalan RSUD Surakarta

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan

1 19 43 5 3 1 0 5 5

2 02 90 54 4 4 1 0 4 4

3 02 88 13 2 1 0 0 2 1

4 02 84 82 7 7 1 0 7 7

5 01 08 29 6 5 0 0 6 6

6 57 72 5 4 0 0 5 4

7 02 79 30 1 0 0 0 1 1

8 02 69 12 1 1 1 0 1 1

9 02 80 47 5 5 0 0 5 5

10 02 72 23 3 1 0 0 3 3

11 02 60 50 1 1 0 0 1 1

12 00 63 45 2 2 0 0 2 2

13 02 52 39 3 1 0 0 2 3

14 02 83 48 4 4 1 0 4 4

15 02 86 70 3 3 0 0 3 3

16 03 51 22 3 3 1 0 3 3

17 01 79 02 2 2 1 0 2 2

18 03 49 72 2 1 1 0 2 2

19 02 84 73 2 1 0 0 2 2

20 03 00 11 2 2 0 0 2 2

21 02 91 84 3 2 0 0 2 3

22 02 48 90 4 4 0 0 4 4

115

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan

23 03 03 80 3 3 1 0 3 3

24 01 48 53 3 2 1 0 3 3

25 03 02 71 4 4 0 0 4 4

26 02 12 55 4 3 0 0 4 4

27 02 11 59 1 1 0 0 1 1

28 00 09 20 3 3 0 0 3 3

29 02 33 53 1 0 0 0 1 1

30 02 89 09 5 5 0 0 5 5

31 02 78 65 4 3 1 0 4 4

32 02 78 06 5 4 0 0 5 5

33 02 83 69 3 3 0 0 3 3

34 02 86 21 3 2 1 1 3 3

35 00 02 86 27 1 0 0 0 0 0

36 02 85 40 3 3 1 0 3 3

37 02 08 55 4 3 0 0 4 4

38 02 87 59 5 5 1 0 5 5

39 02 87 63 3 2 0 0 3 3

40 01 34 68 2 0 0 0 2 2

41 02 89 74 2 1 1 0 2 2

42 02 84 21 6 3 0 0 5 5

43 02 88 44 3 3 0 0 3 3

44 02 47 80 3 3 1 0 3 3

45 02 74 11 4 4 0 0 4 4

46 02 87 77 4 2 0 0 4 4

116

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan

47 02 83 55 4 3 1 0 4 4

48 02 89 56 3 3 1 0 3 3

49 02 36 01 7 6 1 0 7 7

50 01 66 81 5 5 0 0 5 5

51 02 97 22 5 3 1 1 5 5

52 02 02 46 2 1 0 0 2 2

53 00 03 03 55 5 4 0 0 4 5

54 00 36 41 3 2 0 0 3 3

55 02 27 17 5 4 1 0 5 5

56 01 24 55 6 6 0 0 6 6

57 02 92 30 2 2 1 0 2 2

58 02 76 58 2 1 0 0 2 2

59 02 91 50 3 2 0 0 3 1

60 02 94 24 4 3 0 0 4 4

61 02 93 49 2 1 0 0 2 2

62 02 90 88 5 4 1 0 5 5

63 02 97 00 1 0 0 0 1 1

64 03 01 03 4 1 0 0 4 4

65 02 97 22 5 3 1 0 5 5

66 03 01 05 3 1 0 0 3 3

67 02 99 23 3 1 0 0 3 3

68 02 97 18 2 0 0 0 2 1

69 02 97 72 5 4 0 0 5 5

70 02 72 91 6 6 0 0 6 6

117

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan

71 02 94 86 1 0 0 0 1 1

72 02 90 94 1 0 0 0 1 1

73 02 95 55 3 3 1 0 3 3

74 02 97 12 3 3 0 0 3 3

75 02 06 04 7 6 0 0 7 7

76 03 33 88 3 2 0 0 2 2

77 03 27 05 5 3 2 0 5 5

78 03 50 80 3 2 0 0 2 3

79 03 64 99 6 4 0 0 6 6

80 03 63 26 3 0 1 0 2 3

81 03 79 12 3 2 1 0 3 3

82 01 89 93 4 3 0 0 4 4

83 03 62 73 3 2 2 0 3 2

84 01 24 56 4 4 0 0 4 4

85 02 62 87 4 4 0 0 4 4

86 02 36 80 3 1 0 0 3 3

87 00 04 00 77 2 2 0 0 2 2

88 04 00 11 3 3 1 0 3 3

89 03 99 57 1 1 1 0 1 1

90 03 99 01 4 4 1 0 4 4

91 00 86 78 4 4 1 0 4 4

92 03 63 21 4 4 0 0 4 4

93 00 67 09 3 2 0 0 3 3

94 03 12 15 4 3 1 0 4 4

118

No Nomor resep Jumlah item obat dalam R/ Generik Antibiotik Injeksi Formularium Item yang dapat diserahkan

95 04 11 49 1 1 0 0 1 1

96 01 63 08 3 2 1 0 3 3

97 04 03 02 5 4 0 0 5 5

98 03 63 03 4 4 1 0 4 4

99 03 46 10 4 1 0 0 3 3

100 04 10 45 5 3 0 0 4 4

Jumlah 344 262 38 2 334 333

Persentase

76.16% 11.05% 0.58% 97.09% 96.80%

119

Lampiran 8. Persentase Obat Yang Dilabeli Benar

No Sampel resep Etiket( minimal berisi tanggal resep, nama

pasien, aturan pakai/minum)

1 0237 √

2 0485 √

3 0344 √

4 0479 √

5 0484 √

6 0485 √

7 0473 √

8 0467 √

9 0485 √

10 0261 √

11 0308 √

12 0446 √

13 0465 √

14 0406 √

15 0339 √

16 0471 √

17 0424 √

18 0160 √

19 0485 √

20 0480 √

21 0378 √

22 0479 √

23 0461 √

24 0458 √

25 0426 √

26 0021 √

27 0204 √

28 0295 √

29 0456 √

30 0272 √

Total 30

120

Lampiran 11. Formularium RSUD Kota Surakarta

121

122

123

124

125

126

127

128

129

Lampiran 12. Pedoman Wawancara

Responden yang diwawancarai adalah Kepala bidang Pelayanan Medik,

Kepala Instalasi Farmasi, Kepala Gudang Instalasi Farmasi dan petugas distribusi

rawat jalan dan rawat inap RSUD Surakarta.

Tata Cara Wawancara

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada responden, mengemukakan

maksud dan tujuan secara singkat, meminta persetujuan dan ketersediaan

waktu dan mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu yang diberikan.

2. Memberikan jaminan bahwa wawancara hanya akan digunakan untuk

kepentingan tujuan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.

2. Meminta izin kepada responden untuk memulai wawancara dan izin untuk

menggunakan alat perekam pada saat melakukan wawancara, hal ini

membantu untuk melengkapi catatan pewawancara.

3. Melaksanakan wawancara sesuai dengan isi pedoman wawancara yang telah

disusun (pertanyaan yang diajukan tidak perlu diurut, tergantung situasi dan

arah pembicaraan).

4. Mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih dan mohon diri

130

Daftar Pertanyaan

Kepala Instalasi Farmasi RSUD Surakarta

1. Bagaimana struktur organisasi instalasi farmasi?

2. Bagaimana pembagian tugas dan pengaturan kerja staf?

3. Bagaimana sistem pendistribusian obat di rumah sakit? (UDD/floor stock)

4. Apakah ada standar operasional prosedur (SOP) farmasi untuk distribusi dan

penggunaan obat pasien di rumah sakit?

5. Adakah kendala dalam sistem distribusi dan penggunaan obat bagi pasien di

rumah sakit?

6. Bagaimana sumber anggaran obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit?

7. Bagaimana mekanisme pembelanjaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit?

8. Adakah sistem informasi untuk distribusi dan penggunaan obat pasien di

rumah sakit?

9. Bagaimana kebutuhan tenaga di instalasi farmasi?

10. Adakah pelatihan-pelatihan yang diadakan dan diikuti staf IFRS untuk

mendukung pengelolaan obat?

11. Dari hasil penelitian nilai TOR menunjukkan nilai rendah, mengapa banyak

stok yang belum terjual? Mengapa pada akhir tahun terjadi penambahan

sebesar Rp 1.000.000.000?

12. Dari hasil penelitian persentase obat kadaluarsa dan rusak masih belum

efisien dibandingkan standar, di RSUD Surakarta masih ada 1,6% obat

kadaluarsa dan rusak? Bagaimana tanggapan atas hasil tersebut?

13. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep, persentase obat

diserahkan, persentase obat generik, masih belum efisien dibandingkan

standar. Bagaimana tanggapan atas hasil tersebut?

14. Dalam struktur organisasi sudah ada bagian pelayanan informasi obat,

mengapa untuk ketersediaan konsultasi oleh Apoteker belum diterapkan?

131

Kepala Gudang Instalasi Farmasi di RSUD Surakarta

1. Bagaimana pola penerimaan obat di gudang dan apakah ada panitia khusus

dalam penerimaan barang di gudang ?

2. Bagaimana sistem penyimpanan obat di gudang?

3. Bagaimana pola permintaan obat di gudang?

4. Bagaimana cara pendistribusian obat ke unit pelayanan di rumah

sakit?Apakah dalam pendistribusian ditentukan jadwalnya?

5. Apakah fasilitas yang dimiliki gudang farmasi sudah memenuhi kebutuhan?

6. Bagaimana cara mencegah terjadinya kadaluarsa atau kerusakan obat?

7. Dari hasil penelitian untuk kecocokan fisik obat dan kartu stok masih belum

efisien dibandingkan standar, faktor apa yang mungkin menjadi penyebab dan

bagaimana cara mengatasinya?

Petugas Distribusi Rawat Inap dan Rawat Jalan

1. Bagaimana sistem pendistribusian obat ke pasien atau bangsal?

2. Apakah tindakan yang dilakukan bila obat yang tertulis pada resep tidak

tersedia atau habis?

3. Bagaimana ketersediaan obat di apotek?

4. Informasi obat apa saja yang diberikan petugas farmasi kepada pasien?

5. Adakah pelatihan-pelatihan yang diadakan dan diikuti staf IFRS untuk

mendukung pengelolaan obat?

Sumber: Wijayanti T (2011) dan Sailan M (2014)