analisis pengaruh variabel struktur ekonomi ...repository.ub.ac.id/6500/1/feiruz niswah.pdf4. s1...

123
ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, KREDIT INVESTASI, DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA MODAL TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR PROVINSI DI INDONESIA SKRIPSI Disusun oleh : Feiruz Niswah 115020107111048 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI,

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, KREDIT

INVESTASI, DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA MODAL

TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR

PROVINSI DI INDONESIA

SKRIPSI

Disusun oleh :

Feiruz Niswah

115020107111048

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan
Page 3: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan
Page 4: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

RIWAYAT HIDUP Nama : Feiruz Niswah

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Desember 1992

NIM : 115020107111048

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Status : Belum Menikah

Alamat : Bunga Andong Dalam Timur No 5

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. SDN Grogol Selatan 03 Pagi Kebayoran Lama Jakarta 1998-2004

2. SMP Negeri 48 Jakarta Kebayoran Lama Lulus Pada Tahun Pelajaran 2004-2007

3. SMA Negeri 32 Jakarta Lulus Pada Tahun Pelajaran 2007-2010

4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang

2011-2017

Page 5: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

anugrah-Nya dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH

VARIABEL STRUKTUR EKONOMI, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN

KERJA, KREDIT INVESTASI, DANA ALOKASI UMUM, DAN BELANJA

MODAL TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR PROVINSI DI

INDONESIA”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Brawijaya, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi Konsentrasi Perencanaan Pembangunan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terseleseikan

tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, hidayah serta anugerah-Nya kepada penulis.

2. Kedua Orangtuaku yang selama ini tidak kenal lelah mendukung setiap langkahku

hingga sampai saat ini aku berhasil menyelesaikan pendidikan S1. Terimakasih atas

dukungan keluaraga yang telah memberikan motivasi dan dorongan baik moral,

materi maupun spiritual. Terima kasih atas dukungan kalian. Penulis sangat

bersyukur bisa terlahir sebagai bagian dari keluarga penuh kasih sayang ini.

3. Dr.Sasongko,SE.,MS. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya dalam membimbing, memberikan saran dan masukan yang bermanfaat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Penguji Skripsi : Prof.Candra Fajri Ananda, Ph.D, Dr.Moh. Khusaini., SE.,

M.Si., MA dan Dr. Sasongko,SE.,MS Proses dialektika dalam perdebatan tanpa

Page 6: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

kehilangan nalar rasional ketika penulis mempertahankan argumentasi, telah

mengantarkan kritik-konstruktif bagi revisi skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Brawijaya, ucapan terimakasih khususnya

ditujukan untuk seluruh dosen Jurusan Ilmu Ekonomi, dimana penulis mendapatkan

banyak ilmu, pengalaman dan pembelajaran hudup sebagai bekal penulis dalam

melanjutkan usaha dalam meraih mimpi. Semoga kelak dari ilmu yang sudah

diberikan dapat menjadikan penulis sebagai seorang yang sukses dan dapat

menyumbangkan ilmu yang telah didapat kepada orang lain.

6. Seluruh teman-teman seangkatan, sahabat-sahabat terdekat, ara, mega, heni, dona,

iva, dan adik adik tingkat 2013 yang selama ini telah mendukung dan saling

memberikan semangat serta berjuang bersama dalam menyelesaikan tugas akhir

(skripsi) masing-masing. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

7. Begitu juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

dalam tulisan ini. Semoga amal baiknya dibalas oleh Allah SWT, Amin.

Akhirnya kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Malang, 04 September 2017

Penulis

Page 7: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

ABSTRAK

Ketimpangan pembangunan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat

multidemansional dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor struktur ekonomi, tingkat partisipasi

angkatan kerja, kredit investasi, dana alokasi umum dan belanja modal terhadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

Metode yang digunakan adalah panel dana menggunakan data sekunder, data

dengan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Method) dan dummy wilayah. Penggunaan

dummy wilayah dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi tingkat ketimpangan

pembangunan antar 33 provinsi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada alpha 5 persen variabel pdrb sektor

industri dan jasa, tingkat partisipasi angkatan kerja, dan kredit investasi berpengaruh

signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Sedangkan

variabel pdrb sektor pertanian, dana alokasi umum dan belanja modal tidak berpengaruh

signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

Kata kunci: Ketimpangan pembangunan antar provinsi, struktur ekonomi, tingkat

partisipasi angkatan kerja, kredit investasi, dana alokasi umum, belanja modal.

Page 8: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

ABSTRACT

Development inequality is a complex and multidemansional problem in the

process of economic development in Indonesia. This study aims to analyze the influence

of economic factors, labor force participation rate, investment credit, general allocation

funds and capital expenditures for inequality of inter-provincial development in

Indonesia.

The method used is fund panel by using secondary data, by method. The use

of dummy area in this research is to see the variation of level of development gap

between 33 provinces.

The results of this study show at alpha 5 percent variable ppb industrial sector

and services, labor force participation rate, and investment credit significant to the

imbalance of development between provinces in Indonesia. While the variable pdrb

agricultural sector, general allocation funds and capital expenditure is not significant to

the inequality of development between provinces in Indonesia.

Keywords: Inequality of inter-provincial development, economic structure, labor force

participation rate, investment credit, general allocation fund, capital expenditure.

Page 9: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... i DAFTAR TABEL .................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ....................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 10

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 12 2.1. Tinjauan Teori............................................................................. 12

2.1.1 Pembangunan Dan Pertumuhan Ekonomi ........................ 12

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................ 14

2.1.2.1 Teori Pertumbuhan Klasik ..................................... 14

2.1.2.2 Teori Pertumbuhan Neo-Klasik .............................. 15

2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Endogen ................................ 19

2.1.3 Teori Perubahan Struktural ................................................ 21

2.1.4 Teori Keynes ..................................................................... 24

2.1.4.1 Teori Kebijakan Fiskal ........................................... 24

2.1.4.2 Konsep-konsep Kebijakan Fiskal .......................... 26

2.1.4.3 Fungsi dan Tujuan Kebijakan Fiskal ..................... 26

2.1.5.Teori Ketimpangan Pembangunan Wilayah ...................... 28

2.1.5.1 Pengukuran Ketimpangan Wilayah ......................... 29

2.1.5.1.1 Indeks Williamson.................................... 29

2.1.6. Struktur Ekonomi

(PDRB Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa) .............................. 30

2.1.6.1 Hubungan Struktur Ekonomi (PDRB Sektor Pertanian,

Sektor Industri, dan Sektor Jasa dengan Ketimpangan

pembangunan .................................................................. 31

2.1.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ......................... 32

2.1.7.1 Hubungan TPAK dengan

Ketimpangan Pembangunan ............................................ 32

2.1.8.Kredit Investasi ................................................................... 33

2.1.8.1 Hubungan Kredit Investasi dengan Ketimpangan

Pembangunan .................................................................. 34

2.1.9.Dana Alokasi Umum (DAU) .................................................. 35

2.1.9.1 Hubungan DAU dengan

Ketimpangan Pembangunan ........................................... 36

2.1.10. Belanja Modal ................................................................. 37

2.1.10.1 Hubungan Belanja Modal dengan Ketimpangan

Pembangunan .................................................................. 39

Page 10: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 40

2.3 Kerangka Pikir ........................................................................... 43

2.4 Hipotesis...................................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 46 3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................ 46

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 47

3.3 Definisi Operasional ................................................................... 48

3.4 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 49

3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 50

3.6 Metode Analisis .......................................................................... 50

3.6.1. Analisis Data Panel ......................................................... 51

3.6.1.1 Common Effect ................................................... 53

3.6.1.2 Metode Efek Tetap (Fixed Effect)......................... 54

3.6.1.3 Random Effect Model .......................................... 54

3.7 Pemilihan Metode Data Panel ............................................. 55 3.8 Pengujian Statistik (Uji Hipotesis) ........................................ 57 3.9 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 60

3.9.1. Uji Multikoliniearitas ........................................................ 61

3.9.2. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 62

3.10 Model Persamaan .................................................................... 64

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 65 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................... 65

4.1.1 Kondisi Geografis Indonesia ...................................... 65 4.1.2 Kondisi Perekonomian Indonesia ............................. 69 4.1.3 Gambaran Umum Variabel ........................................ 72

4.1.3.1 Ketimpangan Pembangunan ........................... 72 4.1.3.2 Struktur Ekonomi ............................................. 73

4.1.3.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ..... 75 4.1.3.4 Kredit Investasi ................................................ 77

4.1.3.5 Dana Alokasi Umum ....................................... 79 4.1.3.6 Belanja Modal ................................................. 80

4.2 Analisis Dan Pembahasan Uji Statistik ................................ 82 4.2.1 Uji Asumsi Klasik ....................................................... 83

4.2.1.1 Multikolinearitas .............................................. 83 4.2.1.2 Heteroskedastisitas ......................................... 84

4.2.2 Uji Chow .................................................................... 85 4.2.3 Uji Hausman .............................................................. 86

4.2.4 Hasil Regresi Data Panel ................................................. 87 4.2.4.1 Uji F ................................................................. 88 4.2.4.2 Uji T ................................................................. 88

4.3 Pembahasan dan Hail Implikasi ........................................... 90 4.3.1 Pengaruh Struktur Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia .......................... 90

Page 11: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

4.3.2 Pengaruh Struktur Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia .......................... 94 4.3.3 Pengaruh Kredit Investasi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia .......................... 96 4.3.4 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia .... 99 4.3.5 Pengaruh Belanja Modal Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia .......................... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 102 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 102 5.2 Saran .................................................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... v LAMPIRAN ......................................................................................... ix

Page 12: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Gambar Hal

Tabel 1.1 Pertumbuhan Perekonomian Negara-negara Berkembang di ASEAN

PERSEN (%) ................................................................................... 1

Tabel 1.2 Perkembanban Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2005-2013 (Miliyar Rupiah) ..................................... 2

Tabel 1.3 PDRB ADHK menurut Pulau di Indonesia Tahun 2012-2014 (%) ...... 4

Tabel 4.1 Angkatan Kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di

Indonesia tahun 2005-2014 .............................................................. 74

Tabel 4.2 Tenaga Kerja per Sektor Indonesia Tahun 2011-2014 ...................... 76

Tabel 4.3 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas ..................................................... 83

Tabel 4.4 Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas ............................................... 84

Tabel 4.5 Hasil Uji Chow .................................................................................. 84

Tabel 4.6 Hasil Uji Hausman ............................................................................ 85

Tabel 4.7 Hasil Regresi Data Panel dengan Fixed Effect Method (FEM) ......... 86

Tabel 4.8 Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Sektor Tahun 2009-2011 ..... 92

Tabel 4.9 Tingkat Partisipasi Kerja dan Tingkat Pengganggura Terbuka Tahun

2013-2014 Indonesia ........................................................................................ 94

Tabel 4.10 Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi Tahun 2014 ............................. 96

Page 13: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 1.1 Hasil Analisis Indeks Williamson untuk PDRB PERKAPITA

DI Indonesia Tahun 200-2012 .............................................. 5

Gambar 1.2 Struktur APBD di era desentralisasi fiskal ............................ 7

Gambar 2.2 Skema Hubungan Antara Ketimpangan Pembangunan dan

Variabel-Variabel yang Mempengaruhinya ......................... 3

Gambar 4.1 Peta Kepulauan Indonesia ................................................ 65

Gambar 4.2 Laju PDRB Provinsi Indonesia Tahu 2009-2013 ............... 69

Gambar 4.3 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Tahun 2014 ................ 70

Gambar 4.4 Indeks Williamson Provinsi Tahun 2014 .......................... 72

Gambar 4.5 Struktur Ekonomi Indonesia Tahun 2009-2014 ................ 73

Gambar 4.6 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan yang

ditamatkan Tahun 20014 ................................................... 75

Gambar 4.7 Laju Pertumbuhan Kredit Investasi Perbankan Tahun 2005-

2014 .................................................................................. 77

Gambar 4.8 Total Realisasi PMA dan PMDN per Provinsi Indonesia

Tahun 2009-2013 ............................................................... 77

Gambar 4.9 Distribusi Dana Transfer APBN Berdasarkan Wilayah Tahun

2010-2013 (%) ................................................................... 78

Gambar 4.10 Realisasi Anggaran Belanja Modal Pemerintah Pusat

Tahun 2008-2013 (Dala Triliun Rupiah) ............................ 80

Gambar 4.11Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Tahun 2004-

2014 ................................................................................... 91

Gambar 4.12 Pengeluaran Dana Alokasi Umum Tahun 2012-2015 ...... 99

Gambar 4.13 Belanja APBD Indonesia Tahun 2014 ...........................101

Page 14: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang

masalah yang menjadi dasar perulu dilakukannya penelitian, perumusan pokok

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dijadikan sebagai indikator tercapainya

pembangunan ekonomi. Negara-negara di Asia Timur pada tahun 2010 hingga

2014 mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan tersebut juga

yang di alamai juga oleh Indonesia yang mengalami penurunan dari tahun 2010

sebesar 6,4% mejadi 5,0% di tahun 2014 seperti yang ada pada tabel 1.1. Dapat

dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik, namu masih

tertinggal sedikit dengan negara tetangga seperti Malaysia sbesar 1.0% untuk

tahun 2014.

Tabel 1.1 : Pertumbuhan Perekonomian Negara-negara berkembang di

ASEAN persen (%)

Sumber : World Bank, East Asia Juli 2014

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri dari tahun

2005 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

NEGARA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

Indonesia 6,4 6,2 6,1 5,6 5,2

Malaysia 7,4 5,2 5,6 4,7 6,1

Filipina 7,6 3,7 6,8 7,2 6,2

Thailand 7,8 0,1 6,5 2,9 0,8

Vietnam 6,4 6,2 5,2 5,4 6,2

ASEAN 7,1 4,5 6,2 5,1 4,6

Page 15: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

2

Tabel 1.2 : Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2005-2013 (Miliaran Rupiah)

TAHUN PDB PERTUMBUHAN

2005 1.750.815,20 5,7

2006 1.847.126,70 5,5

2007 1.964.327,30 6,3

2008 2.082.465,10 6,1

2009 2.178.850,40 4,6

2010 2.314.458,80 6,2

2011 2.464.566,10 6,5

2012 2.618.938,40 6,3

2013 2.770.345,10 5,8

Sumber : BPS Data (diolah)

Dari data tabel 1.2 diatas menunjukan perkembangan Produk Domestik

Bruto Indonesia tahun 2005-2013 yang secara positif mengalami perkembangan

pasca terjadi krisis ekonomi di tahun 1998/1999. Pada tahun 2006 pertubuhan

PDB Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2005 yaitu sebesar 5,7%

menjadi 5,5%. Penurunan pertumbuhan PDB juga terjadi pada tahun 2008,

dimana pertumbuhan PDB yaitu sebesar 6,3% pada tahun 2007 dan 6,1% pada

tahun 2008. Penurunan pertumbuhan ini terjadi akibat adanya krisis global yang

terjadi di Negara Amerika yang berdampak kepada seluruh Negara termasuk

Indonesia.

Perubahan ekonomi yang dimaksud tidak hanya untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat saja, tetapi juga distribusi

yang merata keseluruh wilayah atau daerah. Hal ini mengapa menjadi masalah

ketimpangan pembangunan ekonomi terjadi. Ketimpangan merupakan suatu

aspek yang umum terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia,

bahkan negara maju sekalipun memiliki masalah ketimpangan. Menurut Neo

Klasik ketimpangan terjadi karena adanya perbedaan sumber daya, tenaga kerja

dan teknologi. Akibat dari adanya perbedaan tersebut, kemampuan suatu daerah

Page 16: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

3

dalam mendorong perbangunan juga menjadi berbeda. Sehingga muncul daerah

yang maju dan daerah yang terbelakang. Pembangunan yang dilaksanakan di

suatu daerah merupakan suatu proses yang dilakukan dengan kerjasama antar

pemerintah serta masyarakat untuk dapat mengelola sumber-sumber daya yang

ada baik dengan pihak pemerintah daerah ataupun pihak swasta agar dapat

mendorong perkembangan ekonomi di wilayah tersebut (Blakely, 1989 dalam

Kuncoro, 2004:110)

Pengertian pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu

proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita meningkat dalam jangka

panjang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat

(Sukirno, 1985:13). Pembangunan ekonomi yang secara terus menerus disebut

gross domestic product atau Produk Domestik Bruto untuk suatu negara.

Sedangkan untuk provinsi, kabupaten, dan kota pembangunan ekonomi

difokuskan kepada peningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (Kuncoro,

2004:62). Dengan demikian untuk dapat mencapai pemerataan pembangunan

bisa dilihat dari besarnya PDRB suatu daerah. Menurut Sadono (2000), alat

untuk dapat melihat dan mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah

adalah pertumbuhan ekonomi yang terjadi di wilayah itu sendiri.

Dalam Tabel 1.3 struktur PDRB masih didominasi oleh kelompok provinsi

di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional

Bruto sebesar 57,65 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar

22,71 persen, Pulau Kalimantan 8,61 persen, dan Pulau Sulawesi 5,81 persen,

dan sisanya 5,22 persen didapat dari pulau lainnya. Pertumbuhan PDRB pada

tahun 2014 dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total

kontribusi sebesar 52,61 persen. Provinsi yang menyumbang kontribusinya

Page 17: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

4

adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan

pertumbuhan masing-masing 6,22%, 6,01%, 5,46%, dan 6,16 %.

Tabel 1.3 : PDRB ADHK menurut pulau di Indonesia Tahun 2012 – 2014

persen (%)

WILAYAH TAHUN

2012 2013 2014

SUMATERA 23,01 23,08 22,71

KALIMANTAN 56,69 9,23 8,61

JAWA 2,79 57,08 57,65

SULAWESI 9,66 5,49 5,81

BALI DAN NUSA TENGGARA 5,41 2,81 3,02

MALUKU DAN PAPUA 2,35 2,26 2,22

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Tingginya tingkat perbedaan PDRB antar pulau di Indonesia dan PDRB

tertinggi berada pada Pulau Jawa. Hal tersebut dapat disebabkan karena

perkembangan dari penduduk di Pulau Jawa yang menyangkut kualitas dan

kuantitas di kota itu sendiri. Perbedaan lainnya adalah dari segi demografis

seperti tingkat kelahiran, kematian dan migrasi penduduk yang mempengaruhi

pertumbuhan daerah. Semakin tinggi tingkat PDRB suatu daerah, akan semakin

baik tingkat perekonomian daerah tersebut walaupun ukuran ini belum mencakup

faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Adanya perbedaan tingkat

PDRB suatu wilayah atau daerah dapat menyebabkan ketimpangan. Sehingga

perlu adanya peningkatan dalam pembangunan di wilayah daerah yang

tertinggal agar tingkat ketimpangan tidak terlalu besar.

Terjadinya kesenjangan atau ketimpangan yang terjadi di suatu wilayah

atau daerah merupakan sebuah konsekuensi dari pembangunan dan merupakan

suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Ketimpangan

pembangunan antar wilayah merupakan masalah yang sering dihadapi negara-

negara berkembang di dunia. Pengukuran disparitas atau ketimpangan

pembangunan dapat ditunkjukan dengan menggunakan Indeks Williamson.

Page 18: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

5

Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) adalah indeks untuk

mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah atau provinsi dalam waktu

tertentu. Semakin tinggi suatu nilai indeks williamson berarti akan semakin besar

atau melebar kesenjangan yang terjadi di wilayah atau daerah tersebut dan

sebaliknya semakin kecil indeks williamson yang ada akan semakin mengecil

atau sedikit kesenjangan yang terjadi antar wilayah atau daerah.

Gambar 1.1 : Hasil Analisis Indeks Williamson untuk PDRB perkapita di

Indonesia tahun 2000-2012

Sumber : BAPPENAS, 2013

Pada Gambar 1.1 hasil analisis terlihat ketimpangan berdasarkan Indeks

Williamson untuk ketimpangan pembangunan sangat tinggi atau pembangunan

antar provinsi tidak merata dengan ketimpangan indeks williamson dari tahun

2000-2012 rata-rata > 1. Sementara ketimpangan pembangunan antar provins

menurut masing-masing pulau menunjukan bahwa pulau Sumatera, Jawa+Bali,

Kalimantan,dan Nusta-Maluku-Papua mengalami pembangunan tidak merata

(ketimpangan tinggi), sebaliknya di Sulawesi mengalami pembangunan yang

merata (ketimpangan rendah).

Menurut Todaro (2006) ketimpangan yang terjadi dapat memiliki dampak

yang positif maupun negatif. Dampak positif dari ketimpangan yaitu dapat

Page 19: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

6

mendorong wilayah yang lain yang kurang maju dan berkembang untuk dapat

bersaing dan meningkatakan pertumbuhannya sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraanya. Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan yang terlalu

besar antara lain adalah inefesiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan

solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil

untuk kesejahteraan masyarakat.

Lebih lanjut dalam publikasi BAPPENAS (2013) menyebutkan bahwa

kesenjangan atau ketimpangan yang terjadi di suatu daerah menimbulkan

berbagai permasalahan, seperti peningkatan migrasi dari daerah miskin ke

daerah yang lebih maju, pengangguran, kriminalitas, dan konflik antar

masyarakat. Struktur perekonomian yang dapat mengalami transformasi

struktural ke arah industri kemudian beralih pada sektor jasa, dalam hal ini

proses transformasi struktural dapat ditandai dengan adanya perubahan dalam

kontribusi sektoral terhadap output nasional sebagai akibat terjadinya pergeseran

faktor-faktor lain bisa terjadi karena faktor alami, faktor kondisi sosial dan

keputusan-keputusan dari kebijakan yang diambil pemerintah Krisyanti (2007).

Menurut Dumairy (1996) peran pemerintah dalam perekonomian

dikategorikan dalam empat macam yaitu : 1) peran alokasi, 2) peran distribusi, 3)

peran stabilitas, 4) peran dinamisasi. Sejalan dengan Undang-Undang No 33

Tahun 2004 Pasal 66, Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)

memiliki fungsi otoritas, perencanaan, pengawasan, alokasi, dan distribusi. Untuk

membantu mengurangi masalah ketimpangan, dengan meningkatkan percepatan

pertumbuhan dan pemerataan serta pembangunan baik infrastruktur, investasi,

perluasan lapangan pekerjaan, dan penerimaan dan pemasukan keuangan

daerah. Sebagai bagian dari upaya pemerintah pembangunan antar daerah,

pada tahun 2001 pemerintah melakukan kebijakan otonomi daerah dan

Page 20: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

7

kebijakan desentralisasi fiskal. Otonomi Daerah yang ditandai dengan

dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

25 tahun 1999 tentang Perimbangan Kuangan Pusat dan Daerah. Pelaksanaan

kedua Undang-Undang tersebut secara resmi mulai 1 Januari 2001. Kedua

Undang-Undang tersebut kemudian diambademen menjadi UU No. 32 dan No.

33 tahun 2004 (Kuncoro, 2012:300).

Gambar 1.2 : Struktur APBD di era desentralisasi fiskal

Sumber : Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 (diolah)

Pada Gambar 1.2 pada struktur belanja APBD didapat dari pendapatan

daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Dalam penelitian ini diwakili

oleh pendapatan oleh DAU dan belanja diwakili oleh belanja modal. Dana

Alokasi Umum yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai berbagai kebutuhan daerah dalam

rangka desentralisasi fiskal yang dibagi sesuai dengan kebutuhan daerahnya.

Selain itu alokasi belanja modal untuk menciptakan kondisi ekonomi yang lebih

baik dengan pembenahan infrastruktur atau pelayanan publik.

APBN

PENDAPTAN

DAERAH

BELANJA

DAERAH

PEMBIAYAAN

DAERAH

DAERAH

PAD

DANA PERIMBANGAN

1. DAU

2. DAK

3. Dana Bagi Hasil

LAIN-LAIN PENDAPATAN

YANG SAH

BELANJA TIDAK

LANGSUNG

BELANJA LANGSUNG

1. Belanja Modal

2. Belanja Pegawai

3. Belanja Barang Dan

Jasa

PENGELUARAN

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN

PEMBIAYAAN

Page 21: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

8

Pelaksanaan otonomi daerah yang sudah dilaksanakaan oleh pemerintah

daerah pada hakikatnya adalah penyerahan wewenang atau segala urusan

pemerintahan kepada pemerintah daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat

meningkatkan berbagai segi pelayanan kepada masyarakat. Sehingga

pemerintah daerah dapat menarik investasi, menyerap tenaga kerja,

pengembangan sumberdaya manusia dan infrastruktur fisik yang nantinya akan

berdampak kepada pemerataan ekonomi yang dapat terwujud. Perbaikan dalam

berbagai segi pelayanan terhadap masyarakat akan meningkatkan produktivitas

ekonomi dalam berbagai sektor. Walaupun dengan adanya pelaksanaan otonomi

daerah tersebut membuat kekhawatiran akan dapat meningkatkan ketimpangan

pembangunan antar daerah dikarenakan perbedaan dari segi SDA, namun akan

dapat terkompensasi dengan peningkatan SDM serta SDE (Mubyarto, 2001).

Berdasarkan dari uraian di atas menjadi penting untuk dapat mengetahui

pengaruh struktur ekonomi, tingkat partisipasi angkatan kerja, kredit investasi,

dana alokasi umum dan belanja modal pemerintah daerah di Indonesia.

Sehingga dalam hal ini pemerintah daerah dapat memfokuskan pada faktor-

faktor ini untuk dapat meningkatkan pemerataan dan dapat menekan

ketimpangan pembangunan di setiap provinsi di Indonesia. Yang mana dengan

jelas bahwa yang dikehendaki masyarakat Indonesia adalah pertumbuhan dan

pembangunan yang terus meningkat dan hasilnya dapat dirasakan oleh semua

lapisan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat masalah yang

berkaitan dengan penelitian yaitu sebagai berikut :

Page 22: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

9

1. Bagaimana pengaruh Struktur Ekonomi (PDRB Sektor Agri, PDRB Sektor

Industri, PDRB Sektor Jasa) terhadap ketimpangan pembangunan antar Provinsi

di Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh TPAK terhadap ketimpangan pembangunan antar

Provinsi di Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh Kredit Investasi terhadap ketimpangan pembangunan

antar Provinsi di Indonesia ?

4. Bagaimana pengaruh DAU terhadap ketimpangan pembangunan antar

Provinsi di Indonesia ?

5. Bagaimana pengaruh Belanja Modal terhadap ketimpangan pembangunan

antar Provinsi di Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjabaran latar belakang dan rumusan masalah, tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah terdapat hubungan pengaruh Struktur Ekonomi (PDRB

Sektor Agri, PDRB Sektor Industri, PDRB Sektor Jasa) terhadap ketimpangan

pembangunan antar di seluruh Provinsi di Indonesia.

2. Mengetahui apakah terdapat hubungan pengaruh TPAK terhadap

ketimpangan pembangunan antar di seluruh Provinsi di Indonesia.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan pengaruh Kredit Investasi terhadap

ketimpangan pembangunan diseluruh Provinsi di Indonesia.

4. Mengetahui apakah terdapat hubungan pengaruh DAU terhadap ketimpangan

pembangunan diseluruh Provinsi di Indonesia.

5. Mengetahui apakah terdapat hubungan pengaruh Belanja Modal terhadap

ketimpangan pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

Page 23: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

10

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian mengenai ketimpangan

pembangunan atnar Provinsi di Indonesia adalah :

1. Sebagai bahan salah satu kontibusi akademis dalam upaya mengidentifikasi

ketimpangan pembangunan di Indonesia.

2. Tambahan referensi dalam penelitian lanjutan yang disesuaikan dengan

bidangnya.

3. Tambahan wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan ketimpangan

pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

4. Dapat digunakan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mempergunakan

konsep dan gagasan baru yang dihasilkan dalam penelitian ini.

1.5. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN :

Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat kegiatan, dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA :

Bab ini berisi tentang varabel penelitian dan deskripsi operasional variabel, jenis

dan sumber data, metode mengumpulkan data, serta metode analisi.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN :

Bab ini berisi tentang variabel penelitian dan deskrisp operasional variabel, jenis

dan sumber data, metede mengumpulakan data, serta metode analisis.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASA :

Bab ini berisikan mengenai analisis atau penyelesaian dari data yang ada yang

akan dibahas secara terperinci.

Page 24: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

11

5. BAB V PENUTUP :

Bab ini merupakan penutup yang merangkum dan memberikan saran-saran yang

direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan tema

penelitian.

Page 25: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan kerangka teori yang melandasi dalam

penelitian ini. Selain itu, pada bab ini penulis juga memaparkan teori-teori serta

beberapa referensi terkait perananan Struktur Ekonomi (PDRB Sektor Pertanian,

Industri, Jasa), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Kredit Investasi, Dana

Alokasi Umum (DAU), dan Belanja Modal terhadap Ketimpangan Pembangunan

Antar Provinsi di Indonesia. Pada bagian akhir bab ini, penulis akan menjelaskan

pembentukan model atau kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian.

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai adanya perkembangan dalam

kegiatan perekonomian yang secara perlahan lahan berdampak kepada

peningkatan produksi barang maupun jasa sehingga menciptakan kesejahteraan

untuk rakyat. Sedangkan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses

transformasi dalam suatu perubahan struktural dari waktu ke waktu ditandai

dengan peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan manusia dengan cara

menaikan standar kehidupan, harga diri dan kebebasan individu (Todaro,

2011:6).

Sehingga pada umumnya pembangunan selalu disertai dengan adanya

peningkatan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan

adanya pembangunan. Menurut (Todaro, 2011:27) proses pembangunan dalam

kehidupan harus memiliki tiga tujuan berikut: 1) peningkatan ketersediaan dan

perluasan distribusi barang-barang kebutuhan hidup yang pokok seperti

makanan, tempat tinggal, kesehtan, dan perlindungan; 2) peningkatan standar

hidup yang bukan hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga adanya

ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak, pendidikan yang lebih baik, serta

Page 26: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

13

terdapat perhatian lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusian; 3)

perluasan pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi individu dan bangsa

secara keseluruhan.

Perlunya perencanaan pertumbuhan dan pembangunan adalah upaya

pemerintah dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi selama jangka

panjang secara hati-hati. Karena setiap keputusan-keputusan ekonomi tersebut

bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan seperti pendaptan, investasi,

konsumsi, tabungan, dll, yang pada akihrnya dapat terpenuhinya tujuan dari

pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah dapat diukur dengan

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan atau harga

berlaku. PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui ekonomi dari tahun ke tahun,

untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan setiap sektor

dari tahun ke tahun. Sedangkan PDRB ADHB menurut sektor menunjukan

peranan sektor ekonomi dalam suatu daeah, sektor-sektor yang mempunyai

peranan besar menunjukan basis perekonomian suatu daerah. Dengan demikian

PDRB secara keseluruhan menunjukan kemampuan suatu daerah dalam

menghasilkan pendapatan atau balas jasa terhadap faktor produksi yang ada di

dalam proses produksi di daerah tersebut.

Laju pertumbuhan PDRB ini dapat memperlihatkan proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Adanya proses dalam laju pertumbuhan

ini dikarenakan laju pertumbuhan bersifat dinamis berubah dan berkembang.

Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam kurun waktu

tahunan. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah kedua hal yang

penting, karena didalamnya terdapat unsur pembentukan kinerja perekonomian

yang dapat meningkatkan tingkat tenaga kerja, investasi, jumlah output dan

Page 27: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

14

pendapatan nasional. Jumlah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi

menjadi salah satu tujuan utama dari pembangunan suatu negara atau wilayah.

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada

pertumbuhan ekonomi yang berlaku di berbagai negara atau wilayah dapat

disimpulkan bahwa adanya faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan serta

pembangunan adalah : kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah serta

kualitas tenaga kerja, barang-barang atau modal yang tersedia, tingkat tekologi

yang digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat.

Beberapa teori yang menerangkan mengenai hubungan diantara

berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandangan-pandangan

teori tersebut antara lain :

2.1.2.1 Teori Klasik

Menurut teori ekonomi klasik yang di kemukakan oleh Adam Smith, yang

menganalisis masalah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Terdapat kelemahan yang dikemukaan oleh Adam Smith menurut (Arsyad,

1999:55) dalam (Sun’an, 2015:4) dalam mengklasifikasi proses pertumbuhan

ekonomi yang di bedakan menjadi dua aspek utama yaitu :

1. Pertumbuhan output total.

2. Pertumbuhan penduduk.

Menurut Teori Petumbuhan Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung

kepada faktor-faktor produksi. Unsur pokok dan sistem produksi suatu negara

terdapat tiga antara lain :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan suatu faktor yang dasar bagi

suatu negara dalam kegiatan produksi dimana jumlah sumber daya alam yang

tersedia dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian.

Page 28: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

15

2. Sumber daya insani atau jumlah penduduk merupakan pemeran dalam proses

pertumbuhan perekonomian. Maksudnya adalah jumlah penduduk akan

menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

3. Stok modal, menurut Adam Smith stok modal merupakan unsur produksi

secara aktif untuk menentukan tingkat output.

Dalam teori ini mengatakan bahwa modal memegang peranan yang

penting. Adanya akumulasi modal akan menentukan terjadinya cepat atau

lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah atau negara

tersebut (Kuncoro, 1997:39).

2.1.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-klasik

Pertumbuhan Neo-Klasik merupakan analisa yang didasarkan kepada

teori klasik. Dalam analisa Neo-Klasik, yang dikemukakan oleh Robert Solow

(1957) didasarkan pada pertumbuhan ekonomi bersumber pada penambahan

dan perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Solow

Swan membagi proses pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor produksi

yang berpengaruh yaitu :

1. Pengaruh tenaga Kerja yang bekerja

2. Pengaruh teknologi

3. Pengaruh modal

A. Model Pertumbuhan Tanpa Perkembangan Teknologi

Teori pertumbuhan Neo-Klasik tersebut mempunyai banyak variasi, yang

lalu dikembangkan oleh Cobb Douglas. Dalam model ini, fungsi dari faktor-faktor

produksi secara umum yaitu :

Yt = f ( Kt. Lt ) (2.1)

Dimana :

Yt = pendapatan rill pada tahun t

Kt = Stock modal pada pada tahun t

Page 29: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

16

Lt = Jumlah tenaga kerja pada tahun t

Dalam model bentuk hubungan ini dikenal sebagai suatu fungsi produksi

Cobb-Douglass. Dengan mengambil A dan α adalah sebuah parameter yang

masing-masing adalah elastisitas pendapatan terhadap modal dan tenaga kerja

maka fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = A Ktα L1-α (2.2)

Pendapatan akan dapat terus meningkat apabila setiap tenaga kerja

mendapatkan modal peralatan modal yang lebih dan proses tersebut disebut

“capital deepening”. Tetapi tidak secara terus menerus meningkat, tanpa adanya

pertumbuhan teknologi karena modal (seperti juga tenaga kerja) akhirnya akan

dapat meningkatkan pertumbuhan yang semakin berkurang (diminishing return).

Menurut teori yang di paparkan diatas model pertumbuhan Neo-Klasik

menunjukan semakin adanya hasil menurun dari faktor tenaga kerja dan modal

yang terpisah serta hasil konstan dari kedua faktor itu secara bersama-sama.

Sehingga faktor terpenting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah

pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja, tetapi faktor yang lain juga

penting adalah dari adanya kemajuan teknologi dan kemahiran dan keahlian

tenaga kerja (Sadono, 2006).

Penganut Model Neo-Klasik dalam (Syafrizal, 2008:95) beranggapan

bahwa mobilitas faktor produksi, baik modal maupun tenaga kerja, pada mulanya

adalah proses pembangunan akan terjadi kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu

modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju

sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah atau daerah cenderung

melebar (divergence). Akan tetapi bila proses pembangunan tersebut

berlangsung dengan baik akan meningkatkan prasaran dan fasilitas komunikasi

maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan semakin lebih baik.

Page 30: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

17

Dengan demikian, nantinya setelah negara yang bersangkutakan telah maju

maka ketimpangan pembangunan cendrung berkurang (convergance).

B. Model Pertumbuhan Dengan Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi pada model teori ini supaya lebih realistis maka

ditambahkan dengan faktor perkembangan teknologi yang akan dapat

mempengaruhi pertumbuhan pendapatan. Cara yang paling umum adalah

memasukan perkembangan teknologi sebagai bagian elemen dari fungsi

produksi. Modal dan tenaga kerja diasumskan dapat mengambil keuntungan dari

adanya perkembangan teknologi. Fungsi produksi yang baru menjadi :

Yt = f(At , Kt , Lt) (2.3)

Dengan A sebagai perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi

dapat dikatakan tidak melekat dalam model karena tidak tergantung dari

masukan modal dan tenaga kerja. Dapat diasumsikan bahwa perkembangan

teknologi meningkat secara halus sepanjang waktu (tingkat pertumbuhan tetap),

maka fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut :

Y = Aegt Ktα Lt

β (2.4)

dengan g adalah pertumbuhan dari perkembangan teknologi per periode waktu

(t). Cara ini merupakan penyederhanaan dengan mengabaikan kemungkinan

terjadinya perkembangan teknologi melalui investasi. Sebagai tambahan, tenaga

kerja dapat juga menjadi lebih terampil sehingga dapat menaikan efesiensi dan

dalam kasus ini (seperti juga modal) dianggap bersifat homogen. Asumsi lain

yang digunakan model ini adalah pada sistem perekonomian berdasarkan pasar

yang berkompetisi sempurna dengan faktor harga yang fleksibel serta sumber

daya pada kesempatan kerja penuh.

Persamaan (2.4) dengan mengambil persamaan logaritma natural dapat

dideferensialkan terhadap waktu maka didapat pertumbuhan pendapatan dan

dinyatakan sebagai berikut :

Page 31: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

18

yt = g + αkt + βlt (2.5)

y = pertumbuhan pendapatan (misalnya dalam periode satu tahun)

k = pertumbuhan stok modal

l = pertumbuhan tenaga kerja

Huruf kecil y,k,l di sini menunjukan bahwa tingakat pertumbuhan Y, K, L.

Konstanta á dan â menyatakan elastisitas pendapatan terhadap modal dan

tenaga kerja seperti telah disebutkan sebelumnya.

Pada pertumbuhan Neo-Klasik dengan perkembangan teknologi memberi

landasan yang cukup untuk menunjukan adanya faktor yang berperan dalam

menjelaskan perbedaan pertumbuhan regional. Dengan menyederhanakan

persamaan (2.5) ke dalam modal pertumbuhan regional maka akan terlihat

bahwa perbedaan tersebut dapat terjadi karena :

1. Perbedaan dalam perkembangan teknologi antar wilayah.

2. Pertumbuhan stok modal yang memiliki perbedaan antar wilayah.

3. Pertumbuhan tenaga kerja dapat juga berlainan antar wilayah.

Dengan menyederhanakan subkrip waktu (t) maka persamaan

pertumbuhan untuk masing-masing wilayah dapat dinyatakan sebagai berikut:

Yr = gr + αkr + βlr (2.6)

dengan r menyatakan wilayah tertentu. Sehingga gr dapat dibaca sebagai tingkat

perkembangan teknologi di wilayah r yang harganya untuk setiap daerah dapat

berlainan (untuk jangka pendek).

Sehingga kesenjangan anatar daerah dalam pertumbuhan output per

pekerja dijelaskan oleh perbedaan regional dalam tingkat kemajuan dari

teknologi dan oleh perbedaan regional dalam pertumbuhan rasio/tenaga kerja.

Pengaruh potensial pada disparitas atau kesenjangan pertumbuhan regional

adalah masalah migrasi antar daerah. Menurut model beoklasik, modal dan

tenaga kerja akan pindah dari daerah-daerah yang menawarkan tingkat laba

Page 32: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

19

tertinggi. Produsen akan mencari lokasi yang paling menguntungkan untuk

membangun pabrik dan mesin mereka, sementara para pekerja akan tertarik ke

daerah-daerah yang memiliki upah yang tinggi. Model neoklasik mengasumsikan

bahwa tidak ada hambatan mobilitas faktor antar daerah dan bahwa ada

pengetahuan yang sempurna tentang harga di semua wilayah. Oleh sebab itu,

adanya perbedaan pertumbuhan regional terjadi bukan hanya karena perbedaan

regional dalam pertumbuhan modal dan tenaga kerja, tetapi juga disebabkan

karena faktor migrasi antar daerah. Argumen serupa berlaku untuk pertumbuhan

angakatan kerja, yang akan tergantung tidak hanya pada laju pertumbuhan

penduduk, tetapi juga faktor migrasi antar daerah lain.

2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen menjelaskan tingkat tabungan dan investasi

serta dengan adanya kemajuan teknologi yang mempengaruhi tingkat output.

Dengan adanya kemajuan teknologi akan mempengaruhi pertumbuhan,

sedangkan dengan tidak adanya kemajuan teknologi tidak akan adanya

pertumbuhan dalam jangka panjang (kondisi dinamis).

Dalam teori pertumbuhan endogen menurut Romer ( Romer Endogenous

Growth Model) dalam (Todaro, 2011), teori ini menganggap bahwa dalam

pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh faktor produksi. Kemajuan teknologi

merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari pelaku-

pelaku ekonomi untuk melakukan investasi. Peran modal, tenaga kerja dan

pengetahuan teknologi pekerja masuk dalam fungsi Romer. Namun dalam hal ini

pengetahuan teknologi diasumsikan sebagai bagian dari pekerja itu sendiri.

Sehingga dapat di masukan kedalam fungsii sebagai berikut :

Y= Kα (AL)1-α (2.7)

Akumulasi modal adalah sumber utama dari pertumbuhan ekonomi.

Definisi modal dapat diperluas dengan memasukan model ilmu pengetahuan dan

Page 33: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

20

sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan merupakan suatu yang

berasal dari model (eksogen) tetapi teknologi merupakan bagian dari proses

pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan endogen bisa dikatakan peran

dari investasi dalam modal fisik serta modal manusia turut mendorong

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat

mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (sustained

development) (Mankiw, 2004).

Teori pertumbuhan endogen berpendapat bahwa ilmu pengetahuan

adalah modal. Pada awalnya, teori pertumbuhan endogen mulai berkembang

dalam dua cabang pemikiran. Pertama, mereka percaya bahwa learning-by-

doing dengan introduksi hal-hal baru (yang bersifat eksternal) dalam

perekonomian merupakan pendorong bagi penigkatan produktivitas

perekonomian. Kedua, mereka yang percaya bahwa penemuan-penemuan baru

adalah sumber utama bagi peningkatan produktivitas ekonomi. Kedua aliran itu

sepakat bahwa SDM merupakan kunci utama dari peningkatan produktivitas

ekonomi.

Sumber pertumbuhan dalam teori pertumbuhan endogen, baik yang

didorong oleh learning-by-doing maupun penemuan input baru, terkandung

dalam kualitas SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran yang baik

dalam memanfaatkan eksternalitas yaitu melalui kegiatan learning maupun

menciptakan eksternalitas melalui sektor R & D yang kompetitif.

Studi mengenai sumbangan human capital terhadap pertumbuhan

dikembangkan oleh Romer (1986). Dalam perkembangan teori Romer

menyatakan bahwa kualitas SDM menyumbang secara cukup berarti bagi

pertumbuhan atau kira-kira sama dengan modal fisik. Model Solow hanya

menerangkan bahwa hubungan modal dan angkatan kerja yang bekerja saja,

sehingga ditambahkan lagi variabel mutu modal manusia untuk membantu

Page 34: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

21

menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi selain modal dan angkatan kerja yang

bekerja yaitu :

(2.8)

Dimana Yi adalah output produksiperusahaan i, Ki adalah stok modal, Li adalah

tenaga kerja, dan K adalah teknologi. K diasumsikan mempunyai efek menyebar

yang positif terhadap setiap produksi.

2.1.3. Teori Perubahan Struktural

Dalam Todaro (2006:132) dalam (Sun’an, 2015:77) teori ini menjelaskan

bahwa terdapat perubahan struktural (structura-change theory) yang

memusatkan perhatiannya kepada mekanisme yang dapat memungkinkan

negara-negra berkembang bertransformasi dalam struktur perekonomiannya,

yang semula berpusat kepada pola perekonomian pertanian subsisten tradisional

ke perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh sektor jasa dan

industri. Dalam perubahan model struktural tersebut terdapat analisis yang

menggunakan pendekatan neo-klasik berupa teori harga dan sumber daya,

serta metode ekonometri modern lainnya. Teori pembangunan struktural

ekonomi ini ditemukan oleh W.Arthur Lewis dengan teori migrasi, teori pola

pembangunan yang dikemukakan oleh Holis B. Chenery.

A. Teori Pembangunan Arthur Lewis

Teori pembangunan ekonomi Arthur Lewis yang membahas mengenai

proses pembangunan yang terjadi di antara daerah kota dengan desa, yang

dimana terjadinya pola urbanisasi dan migrasi diantara kedua tempat tersebut,

sehingga terjadi perpindahaan (mobilitas). Selain itu teori ini juga membahas

model investasi dan sistem penempatan upah pada sistem modern yang

berpengaruh terhadap arus urbanisasi yang ada. Perhatian utama dari model

Lewis diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja, serta

Page 35: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

22

pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor modern.

Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja dimungkinkan oleh

adanya perluasan output pada sektor modern.

Teori Arthur Lewis mengasumsikan bahwa bila perekonomian suatu

negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua pola (Kuncoro, 1997:59) yaitu:

1. Perekonomian Tradisional

Lewis mengasumsikan bahwa sektor di daerah pedesaan dengan sistem

perekonomian tradisionalnya, akan mendapatkan surplus tenaga kerja. Akibat

dari adaya surplus tenaga kerja yang erat berkaitan dengan perekonomian

tradisional. Kondisi masyarakat berada pada kondisi subsiten pula ditandai

dengan adanya produk marginal dari tenaga kerja yang bernilai nol. Sehingga

kondisi ini menciptan bahwa tenaga kerja justru akan mengurangi total produksi

yang ada, dan sebaliknya dengan menguranginya pun juga tidak akan

mengurangi jumlah produksi yang ada. Dengan demikian, nilai upah rill

ditentukan oleh rata-rata produk marginal, dan bukan oleh produk marginal dari

tenaga kerja.

2. Perekonomian Industri

Perekonomian industri berperan sangat penting, dalam sektor ini yang

wilayahnya terletak di perkotaan. Pada sektor ini menunjukan bahwa tingkat

produktivitas sangat tinggi termasuk input dan tenaga kerja yang digunakan.

Dalam hal ini memberikan nilai produk marginal terutama tenaga kerja bernilai

positif. Selain menjadi tujuan transfer tenaga kerja dari wilayah pedesaan ke

wilayah perkotaan yang menarik tenaga kerja adalah tingkat upah, sehingga

terjadinya daya taraik bagi penduduk pedesaan untuk melakukan urbanisasi.

Dengan demikian perekonomian di perkotaan akan menjadi tujuan bagi tenaga

kerja di pedesaan, karena nilai produk marginal dari tenaga kerja yang positif

menunjukan adanya fungsi belum berada pada tingkat optimal yang akan

Page 36: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

23

dicapai. Selain lapangan pekerjaan yang tersedia tidak kalah menarik tingkat

upah di kota yang mencapai 30%, ini kemudian menjadi ketertarikan bagi

penduduk desa dalam melakukan urbanisasi.

B. Teori Pola Pembangunan Chenery

Pada teori pola pembangunan Chenery menganalisis mengenai

perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri ke

struktur institusi dalam proses pembangunan perekonomian suatu negara yang

sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari sektor pertanian

tradisional beralih ke sektor industri sebagai bagian utama dari pertumbuhan

ekonomi (Sun’an, 2015:73). Dalam penelitiannya Chenery mengungkapkan,

bahwa peningkatan pendapatan perkaita perekonomian suatu negara akan

bergeser dari yang semula adalah mengandalkan sektor pertanian akan

bergeser menjadi sektor industri dan akan menuju lagi berubah menjadi pada

sektor jasa sebagai sektor yang dianggap paling tinggi pada struktur ekonomi.

Chenery menjadikan Kuznet dalam tolak ukur penelitianya, sehingga

dalam penelitiannya disisnggung mengenai proses akumulasi, alokasi dan

distribusi sebagai pokok dari ciri-ciri pembangunan perubahan struktural

(Djojohadikusumo, 1994:145). Akumulasi yang diartikan sebagai proses dari

pembinaan atau pengelolaan sumber-sumber daya produksi yang meningkatkan

kemampuan berproduksi dalam susunan ekonomi masyarakat. Alokasi yang

diartikan sebagai pola pembangunan dari sumber-sumber daya produksi yang

dapat membawa perubahan pada struktur produksi (peran dan sumbangan

sektoral dalam produk nasional), pada kondisi sektoral terdapat permintaan

domestik, dan lalu lintas perdagangan dan pembayaran luar negeri. Distribusi

pendapatan yang diartikan sebagai pendapatan yang diukur secara kuantitatif

dengan dua konsep, yaitu : 1) Kemiskinan absolut (absolute proverty) yang

menggambarkan kepada jumlah penduduk berada di bawah garis kemiskinan,

Page 37: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

24

dan yang ke 2) Kesenjangan atau ketimpangan relatif (relative inequality) yang

mendeskripsikan adanya ketimpangan dalam pembagian pendapatan

masyarakat antara golongan-golongan yang berpendapatan rendah,

berpendapatan menengah dan berpendapatan tinggi.

2.1.4. Teori Keynes

Teori Keynes dimana memliki persamaan keseimbangan pendapatan

nasional adalah :

Y = C+I+G+NX (2.9)

Dimana (Y) merupakan pendapatan nasional, (C) merupakan pengeluaran

konsumsi, (I) Investasi, (G) adalah pengeluaran pemerintah dan (NX) adalah net

ekspor. Dengan ini membandingkan nilai (G) terhadap Y serta dapat mengamati

dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran dan

pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1996). Menurut Keynes, untuk

menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian, pemerintah berupaya

untuk meningkatkan jumlah pengeuaran (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari

pendapaan nasional, sehingga dapat mengimbangi kecendrungn konsumsi (C)

dalam perekonoman.

Teori keynes mengacu pada aliran siklus uang, yang megacu kepada

perekonomian yang akan menigkatkan pendapatan yang kemudian akan

mendorong lagi belanja dan pendaptan. Aliran ekonomi keynesian juga

menganjurkan supaya sektor publik dalam hal ini campur tangan pemerintah

dapat meningkatkan perekonomian secara umum.

2.1.4.1 Teori Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi makro yang ditetapkan

oleh pemerintah berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran keuangan suatu

negara. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, yang menerangkan bahwa Presiden memberikan kuasa

Page 38: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

25

pengelolaan keuangan dan kekayaan negara kepada Menteri Keuangan selaku

pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam pemilikan kekayaan negara yang

dipisahkan (KEMENKEU).

Dengan ditetapkannya kebijakan fiskal adalah untuk mengarahkan

ekonomi suatu negara dengan adanya kebijakan moneter, yang bertujuan dapat

men-stabilkan perekonomian dengan cara mengkontrol tingkat bunga dan juga

jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan pemerintah dengan cara

menentukan besar dan kecil jumlah konsumsi pengeluaran atau belanja

pemerintah, dan jumlah pendapatan pajak yang diterima pemerintah sehingga

dapat mempengaruhi tingkat pendapata nasional dan tingkat kesempatan kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

yang menyebutkan instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan

pengeluaran pemerintah yang tertuang dalam APBN sebagai suatu operasi

keuangan pemerintah.

a. Peningkatan penerimaan karena perubahan tarif pajak akan dapat

berpengauh terhadap ekonomi.

b. Pengeuaran pemerintah akan berpengaruh pada stimulasi perekonomian

melalui sisi pengeluaran agregat.

c. Politik anggaran (surplus, berimbang, defisit) sebagai respon atas suatu

kondisi.

d. Strategi pembiayaa dan pengelolaan hutang (kebijakan fiskal dan penyusunan

APBN, direktorat jendral anggaran).

Kebijakan fiskal adalah suatu langkah-langkah pemerintah dalam

mengelola pengeluaran dan pendapatan serta penggunaan intstrumen-instrumen

fiskal untuk dapat memaksimalkan bekerjanya sistem ekonomi agar terciptanya

kesejahteraan ekonomi.

Page 39: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

26

2.1.4.2 Konsep-Konsep Dasar Kebijakan Fiskal

Secara operasional, penggunaan fiskal dibuat menjadi lebih ramping demi

penyehatan APBN diupayakan melalui pengendalian defisit anggaran dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peningkatan pendapatan negara yang menitikberatkan pada peningkatan

penerimaan pajak dan optimalisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

2. Pengendalian dan pinjaman prioritas alokasi belanja negara dengan tetap

menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja minimum.

3. Pengelolaan hutang negara yang sehat dalam rangka menutupi kesenjangan

pembiayaan anggaran yang dihadapi pemerintah.

4. Perbaikan dala struktur penerimaan dan alokasi belanja negara, dengan

meperbesar peanan sektor pajak non migas, dan pengalihan subsidi secara

bertahap kepada bahan-bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat yang kurang

mampu agar dapat lebih tepat sasaran.

5. Pengelolaan keuangan negara yang lebih efektif, efisien, dan

berkesinambungan, antara lain dalam memperbaiki manajemen pengeluaran

negara.

2.1.4.3 Fungsi dan Tujuan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan kondisi

ekonomi secara kondusif dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Tujuan yang

ingin dicapai dari pelaksanaan kebijakan fiskal tersebut antara lain :

1. Penciptaan tenaga kerja

Salah satu indikatornya adalah tersedianya kesempatan kerja yang luas dan

berkurangnya jumlah pengangguran. Hal ini tertuag dalam Pasal 27 Ayat 2

secara tegas menyatakan bahwa semua warga Negara berhak mendapatkan

atas pekerjaan dan kehidupan yang layak. Untuk menciptakan hal tersebut dapat

Page 40: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

27

dilakukan melalui kebijakan fiskal, antara lain melalu pengeluaran pemerintah

yang diarahkan kepada penyedian modal overhead sosial dan ekonomi.

2. Meningkatkan dan mendistribusikan pendaptan nasional

Permasalahan ekonomi menjadi masalah bagi ketimpang pendapatan

kesenjangan antar wilayah. Untuk dapat mengurangi ketimpangan tersebut,

kebijakan fiskal dapat digunakan melalui pengalokasian kegiatan-kegiatan

pengeluaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Meningkatkan laju investasi

Peningkatan laju investasi dapat dilakukan dengan menciptakan iklim

investasi sektor swasta atau pemerintah. Pemerintah dapat mendorong tingkat

investasi melalui pengeluaran anggaran yang bijak untuk kebutuhan masyarakat.

Peningkatan investasi pemerintah maupun swasta dapat diharapkan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

4. Meningkatkan stabilitas ekonomi.

Stabilitas ekonomi sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Adanya guncangan baik bersifat eksternal seperti kondisi perekonomian global

yang tidak stabil, maupun kondisi internal dari tekanan inflasi harus dapat

diantisipasi pemerintah. Kebijakan fiskal salah satu antisipasi dalam

mempertahankan stabilitas ekonomi. Selain itu, kebijakan fiskal sendiri dapat

membuat kesinambungan peningkatan kemandirian fiskal (penurunan defisit

anggaran) dengan cara peningkatan pendapatan negara dan peningkatan

efektivitas dan efesiensi pengeluaran negara.

2.1.5 Teori Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Ketimpangan pembangunan dapat terjadi di mana saja pada suatu

negara atau daerah. Adanya ketimpangan akan memberikan perbedaan antara

wilayah yang tertinggal dan unggul. Sehingga memunculkan dorongan agar

daerah yang tertinggal bisa mengejar daerah yang unggul agar mengurangi

Page 41: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

28

ketimpangan yang ada. Ketimpangan pada kenyataanya tidak dapat dihilangkan

dalam pembangunan suatu daerah.

Adanya ketimpangan akan memberikan dorongan kepada daerah atau

wilayah lain agar berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak terlalu

jauh tertinggal dengan daerah sekitarnya. Munculnya ketimpangan dapat

membuat negatif seperti inefesiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan

solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil

bagi wilayah atau daerah (Todaro, 2006:248). Seperti yang dijelaskan dalam

Dumairy (1996:65), bahwa pemerataan sama pentingnya dengan kemakmuran,

pengurangan ketimpangan atau kesenjangan sama pentingnya dengan

pengurangan kemiskinan.

Penyebab ketimpangan pembangunan antar wilayah atau daerah antara

lain yaitu (Manik, 2009) :

1. Adanya perbedaan kandungan sumber daya alam.

Perbedaan sumber daya aam yang dimiliki masing-masing daerah akan

mendrong timbulanya ketimpangan. Kandungan sumber daya alam seerti

minyak, gas alam, pertanian dll mempengaruhi pembangunan masing masing

daerah. Kondisi ini mendorong produksi dan tingkat pendapatan daerah tersebut

menjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah lain.

2. Perbedaan kondisi geografis.

Perbedaan kondisi geografis ini kaan dapat mempengaruhi ketimpangan antar

adaerah satu dengan yang lainya. Kondisi geografis meliputi wilayah, tingkat

pertumbuhan penduduk, tingkat pendidkan dan kesehatan, kondisi tenaga kerja

dan tingkah laku masyarakat. Akibat adanya perbedaan ini akan berpengaruh

kepada produktivitas perekonomian daerah yang bersangkutan.

Page 42: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

29

3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa.

Mobilitas distribusi barang dan jasa dalam perdangan antar daerah akan

mempengaruhi kondisi ketimpangan pembangunan antar wilayah. Tersendatnya

proses kegiatan perdanganan akibat kenyamanan infratruktur yang kurang baik.

Akobatnya penyebaran proses pembangunan akan terhambat dan ketmpangan

pembangunan antar wilayah akan cendrung meningkat.

4. Perbedaan Konsentrasi Ekonomi Daerah.

Perbedaan kegiatan konsentrasi ekonomi daerah yang cukup tinggi akan

cendrung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan antar daerah

karena proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daeah dengan

konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Dengan demikian pula

sebaliknya terjadi pada daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih

rendah.

5. Alokasi Dana Pembangunan Antar Daerah.

Investasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu, daerah yang dapat menarik banyak

investasi pemerintah maupun pihak swasta akan cendrung memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi yang baik sehingga dapat mengurangi ketimpangan

pembangunan daerahnya.

2.1.5.1 Pengukuran Ketimpangan Antar Wilayah

2.1.5.1.1 Indeks Wiliamson

Indeks williamson merupakan salah satu dari penilaian mengenai tingkat

ketimpangan wilayah atau kesenjangan. Tingkat ketimpangan wilayah dapat

dihitung dengan indeks williamson dengan ukuran penyimpangan pendapatan

perkapita penduduk tiap wilayah dan pendapatan perkapita nasional. Hasil

pengukuran Indeks Williamson ditunjukan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 <

IW < 1. Jika Indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka akan semakin

Page 43: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

30

kecil ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika Indeks Williamson semakin

mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan ekonomi

(Safrizal, 2008).

Untuk mengetahui tingkat ketimpangan antar wilayah menggunakan

Indeks Williamson bisa dihitung mnggunakan fungsi sebagai berikut :

(2.10)

Dimana:

IW =Indeks Willamson

Yi = PDRB per kapita daerah i

Y = PDRB per kapita rata-rata seluruh daerah

fi = Jumlah penduduk daerah i

n = Jumlah penduduk seluruh daerah

Nilai Indeks Williamson terbagi dalam bebrapa kategori sebagai berikut :

1. Indeks > 1 , ketimpangan sangat tinggi

2. Indeks 0,7 - 1 , ketimpangan tinggi

3. Indeks 0,4 - 0,5 , ketimpangan menengah

4. Indeks < 0,3 , ketimpangan rendah

2.1.6 Struktur Ekonomi ( PDRB Sektor Pertanian, Sektor Industri, dan

Sektor Jasa )

Pada umumnya pembangunan di daerah difokuskan pada pembangunan

ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang

berkaitan denga peningkatan barang dan jasa, antara lain dapat diukur dengan

besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Faktor tersebut adalah yang

menentukan pertumbuhan ekonomi adanya permintaan terhadap barang dan

jasa di daerah, sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan

daerah yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan di daerah tersebut

(Boediono, 1999:1).

Page 44: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

31

Dalam teorinya W. Athur Lewis menjelaskan dua sektor lewis di negara

yang sedang berkembang terjadinya transformasi struktur perekonomian dari

pola perekonomian pertanian tradisional menjadi ke perekonomian modern, lebih

kearah kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor industri manufaktur yang lebih

bervariasi serta sektor-sektor jasa yang kuat. Proses perubahan perekonomian

atau struktur ekonomi di tandai dengan merosotnya pangsa sektor primer atau

pertanian, meningkatnya sektor sekunder atau industri, dan pangsa sektor tersier

atau jasa kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi.

2.1.6.1 Hubungan Struktur Ekonomi (PDRB Sektor Pertanian, Sektor

Industri, dan Sektor Jasa) terhadap Ketimpangan Pembangunan

Adanya kesenjangan pembangunan terjadi apabila terjadi konsentrasi

kegiatan ekonomiyang tinggi di daerah tertentu. Karena daerah yang konsentrasi

ekonominya rendah maka tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonominya

cendrung rendah. Salah satu faktor yang dapat membuat suatu daerah

mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi adalah adanya sektor industri

manufaktur. Dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, industri memang

merupakan sektor ekonomi yang potensial dan sangat produktif, dilihat dari

sumbangannya terhadap pembentukan PDB atau PDRB.

Suatu pembangunan ekonomi mengacu kepada keadaan perubahan

dalam struktur ekonomi dan disertai perubahan output atau PDRB. Proses

pergeseran struktur ekonomi di negara-negara berkembang dimaksudkan untuk

dapat mengurangi ketimpangan pembangunan ekonomi, sebaba negara yang

hanya mengandalkan sektor pertanian saja umumnya terjadi ketimpangan

antarwilayah. Semula yang didominasi oleh satu sektor yaitu pertanian kemudian

bergeser secara dinamis pada sektor tertentu seperti industri dan jasa, dimana ini

Page 45: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

32

memberikan transformasi yang dapat memberikan penurunan ketimpangan

antarwilayah atau daerah.

2.1.7. TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)

TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) adalah indikator penting

mengenai masalah ketenagakerjaan. Indikator ini adalah besarnya penduduk

usia yang bekerja aktif secara ekonomi di suatu wilayah atau negara. TPAK

menunjukan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang

tersedia untuk memproduksi barang-barang ataupun jasa-jasa dalam suatu

perekonomian. Faktor yang dapat mempengaruhi adanya TPAK dalam fluktuasi

tingkat supplay-demand tenaga kerja antara lain : kondisi perekonomian

seseorang, akses terhadap informasi/ peluang kerja, jenis kelamin, lokasi (desa-

kota), usia, dan tingkat pendidikan itu sendiri sangat berpengaruh. Cara

menghitung tingkap pasrtisipasi angkatan kerja (TPAK) sebagai berikut :

(2.11)

Angkatan kerja yang bekerja adalah seluruh jumlah penduduk yang

tergolong dalam usia 15 tahun keatas sampai dengan 64 tahun yang telah

mendapatkan pekerjaan.

2.1.7.1 Hubungan TPAK Dengan Ketimpangan Pembangunan Antar Wiayah

Salah satu penyebab dari adanya ketimpangan wilayah adalah

perbedaan kondisi geografis. Menurut Syafrizal (2008), kondisi geografis suatu

wilayah meliputi perbedaan pada tingkat pertumbuhan dan struktur

kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan serta kesehatan, ketenagakerjaan

dan etos kerja yang dimiliki oleh masyarakat daerah tersebut. Perbedaan faktor

tersebut dapat memepngaruhi dari adanya produktivitas perekonomian di suatu

wilayah atau daerah.

Page 46: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

33

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia termasuk didalamnya adalah

mobilitas tenaga kerja seperti mobilitas komuter, mobilitas sirkuler, dan mobilitas

pekerjaan (Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2013). Mobilitas atau

suatu pergerakan seseorang untuk melakukan kegiatan yang mana dalam hal ini

terjadinya migrasi. Sehingga terjadinya ketimpangan antara daerah yang atu

dengan daerah yang lainya akibatdari adanya mobiitas tersebut.

Tingkat partisipasi angakatan kerja sangat mempengaruhi produktivitas

perekonomian. Dalam hal ini daerah yang memiliki supplay terhadap tenaga

kerja yang produktif akan memiliki peningkatan dalam memproduksi barang dan

jasa. Sehingga bila suatu daerah memiliki perbedaan yang cukup tinggi antara

jumlah tenaga kerja yang aktif bekerja dengan tenaga kerja yang tidak aktif

bekerja maka akan mengalamai ketimpangan pembangunan. Dalam hal ini

keadaan penduduk suatu daerah sangat mempengaruhi pada pengembangan

sumber daya manusia itu sendiri sebagai bagian dari kegiatan ekonomi.

2.1.8. Kredit Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai

”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan -

peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah

barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk

memproduksikan barang dan jasa di masa depan”. Menurut (Sadono, 2006),

investasi adalah pengeluaran atau penanaman modal untuk membeli barang-

barang dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi

barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Besar kecilnya investasi dalam kegiatan perekonomian ditentukan oleh

tingkat suku bunga, pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi

ke depan, dan faktor-faktor lainya. Seperti teori Rostow yang menjelaskan bahwa

pembangunan akan lebih mudah tercapai dengan meingkatkan jumlah tabungan.

Page 47: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

34

Apabila tabungan naik maka investasi juga akan naik serta pertumbuhan

ekonomi akan dapat tercapai dalam pendapatan nasional. Serta teori endogen

yang menjelaskan bahwa faktor teknologi dapat meningkatkan investasi dalam

sumber daya manusia dan industri-industri padat teknologi.

Menurut (Mankiw, 2007), investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli

untuk penggunaan di masa depan. Investasi merupakan jumlah dari pembelian

peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi dibagi

menjadi menjadi tiga macam 1) Business Fixed Investment mencakup peralatan

dan sarana yang digunakan dalam kegiatan produksi; 2) Residential Investment

merupakan tempat tinggal atau rumah baik dipakai sendiri atau disewakan

kembali; 3) Inventory investment adalah barang atau bahan baku persedian

setengah jadi atau jadi.

Kredit Investasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kredit jangka

panjang / menengah yang digunakan untuk perluasan usaha atau membangun

proyek / pabrik baru atau keperluan rehabilitasi, moderenisasi, dan perluasan.

Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik, pembelian mesin-

mesin, bangunan dan tanah. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang

relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar. Hal tersebut sama

dengan investasi pada umumnya, namun dengan variabel data kredit investasi

ini merupakan simbol peran dari swasta dalam kontribusinya dalam investasi.

2.1.8.1. Hubungan Kredit Investasi dengan Ketimpangan Pembangunan

Pembentukan modal atau investasi adalah faktor yang penting dalam

menentukan pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan bahwa kurangnya investasi

disuatu daerah akan membuat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita

di daerah tersebut rendah dan kegiatan ekonomi menjadi kurang produktif.

Dengan adanya pemusatan modal atau investasi di suatu daerah atau wilayah,

maka ketimpangan distribusi investasi menjadi tidak seimbang, akibatnya terjadi

Page 48: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

35

ketimpangan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi (Amstrong dan Taylor,

2000).

Seperti teori Harrod-Domar yang menjelaskan bahwa untuk

meningkatkan laju perekonomian, maka diperlukan investasi-investasi baru

sebagai stok tambahan modal. Maka ada hubungan positif antara tingkat

investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Adanya permintaan yang

meningkat di wilayah atau daerah yang maju akan dapat merangsang investasi

yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan putaran

investasi.

2.1.9 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana alokasi umum merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat

yang dialokasikan dengan tujuan meminimalkan ketimpangan fiskal kemampuan

keuangan daerah dengan tujuan membiayai pembelanjaan. Dana Alokasi Umum

(DAU) dimaksudkan untuk dapat memperbaiki pemerataan perimbangan

keuangan yang ditimbulkan dari bagi hasil sumber daya alam yang ada pada

suatu daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) sendiri ditetapkan sekurang-kurangnya

25% dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN (Mentayani dan

Rusmanto, 2013). Perhitungan perolehan DAU pada suatu daerah ditentukan

tas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih

antara kebutuhan daerah (fiscal need) dengan potensi daerah (fiscal capacity).

Dana yang diserahkan kepada daerah dalam bentuk block grand dimana

pemanfaatan dana tersebut sepenuhnya diberikan kepada pemerintah daerah.

Ketentuan dana alokasi umum yang diberikan kepada daerah adalah sebagai

berikut :

1. Dana alokasi (DAU) yang ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari

penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.

Page 49: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

36

2. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk setiap daerah provinsi 10% dan

kabupaten/kota ditetapkan sebesar 90% dari dana alokasi umum sesuai

dengan yang ditetapkan diatas.

3. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk setiap daerah kabupaten/kota tertentu

ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum daerah

kabupaten/kota yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah

kabupaten/kota yang bersangkutan.

4. Porsi yang diberikan daerah kabupaten/kota sebagaimana yang tertulias

diatas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten/kota diseluruh

Indonesia.

Pengalokasian DAU per daerah dilakukan berdasarkan aturan

sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004, yaitu Alokasi Dasar

ditambah Celah Fiska. Celah Fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal

dan kapasitas fiskal. Seperti yang ditetapkan dalam APBN dana alokasi umum

suatu daerah provinsi ditetapkan berdasarkan jumlah Dana Alokasi Umum suatu

daerah provinsi dikalikan dengan rasio bobot daerah provinsi yang bersangkutan

terhadap jumlah bobot seluruh provinsi (Adisasmita, 2011;177). Rumus Dana

Alokasi Umum untuk provinsi tertentu yaitu :

(2.12)

Perhitungan DAU untuk daerah otonom baru dilakukan secara

proposional antar daerah induk dan daerah otonom baru berdasarkan data (1)

Jumlah Penduduk; (2) Luas Wilayah; dan (3) Belanja Pegawai.

2.1.9.1 Hubungan Dana Alokasi Umum (DAU) Dengan Ketimpagan

Pembangunan

Sebagaimana salah satu dari tujuan DAU adalah untuk memperkecil

kesenjangan antar daerah, maka diharapkan dengan adanya dana bantuan

Page 50: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

37

tersebut daerah yang terbelakang bisa mengejar ketertinggalan terhadap daerah

yang maju. Pemerintah pusat memberikan dana alokasi umum kepada

pemerintah daerah dengan bertujuan untuk memperkecil kesenjangan horizontal

antar pemerintah daerah agar pelayanan publik dapat tercapai dengan standar

pelayanan minimum. Pengalokasian DAU ini ada hubungannya dengan

persentase kemiskinan suatu daerah. Apabila suatu daerah memiliki jumlah

penduduk miskin yang besar, maka daerah tersebut akan mendapatkan DAU

yang besar pula. Transfer dari pemerintah pusat diharapkan dapat membantu

untuk menggali potensi lokal. Transfer dana alokasi umum yang diberikan

kepada pemerintah daerah menjadi insentif daerah untuk meningkatkan

kemampuan fiskalnya, sehingga dapat membantu proses pembangunan dan

memberikan hasil terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian

diharapkan proses pembangunan daerah secara keseluruhan akan dapat

ditingkatkan dan secara bersamaan ketimpangan pembangunan antar wilayah

akan dapat pula dikurangi (Sjafrizal,2008).

2.1.10. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang digunakan dalam rangka

memperoleh atau menambah asset tetap dan aset lainnya yang dapat

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan

minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah

(Halim, 2007:101). Dana yang diperoleh pemerintah daerah secara garis besar

digunkan untuk membiayai belanja pemerintah. Namun setelah adanya sistem

anggaran berdasarkan Permendagri No. 13 tahun 2006, belanja daerah dibagai

menjadi 2 bagian yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja

langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan tekait dengan pelaksanaan

program.

Page 51: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

38

Belanja langsung terdiri dari kegiatan pembuatan jalan, kegiatan

pengadaan kendaraan dinas operasional, kegiatan pendidikan dan pelatihan

serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintah

daerah yang telah dianggarkan. Sedangkan belanja tidak langsung adalah

bagian dari belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan

program. Belanja tak langsung terdiri dari : belanja pegawai berupa gaji dan

tunjangan yang telah ditetapkan oleh undang-undang, belanja bunga, belanja

hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada provinsi kabupaten/ kota

dan desa, belanja bantuan keuangan, serta belaja tak terduga lainnya.

Jenis belanja yang digunakan dalam penelitian ini adalah belanja modal

yang merupakan bagian dari belanja langsung dan didefinisikan sebagai

pengeluaran yang digunakan untuk pembelian, pengadaan barang,

pembanguanan asset tetap berwujud yang nilai manfaatnya lebih dari setahun

dan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan daerah.

Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5 kategori utama (Syaiful, 2006) :

1. Belanja modal tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk

pengadaan/ pembelian/ pembebasan penyelesaian balik nama dan sewa

tanah, sehubungan dengan perolehan hak atas tanah sampai tanah dimaksud

siap pakai.

2. Belanja Modal peralatan

Peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk

pengadaan/ penggantian/ penambahan, dan peningkatan dalam inventari

kantor yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan.

3. Belanja Modal Gedung

Belanja Modal Gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang

digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan termasuk

Page 52: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

39

pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan gedung dan

bangunan yang menambah kapasitas.

4. Belanja Modal Jalan

Belanja Modal untuk irigasi dan jajaringan adalah pengeluaran atau biaya

yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan/

perawatan, semua itu termasuk dalam pengeluaran perencanaan.

5. Belanja Modal Fisik

Belanja modal fisik adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk

pengadaan/ penambahan/ penggantian/ pembuatan serta perawatan fisik

lainnya yang tidak dikategorikan dalam kriteria belanja modal tanah,

peralatan, mesin dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan. Belanja fisik ini

masuk kedalam modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian,

purbakala, museum, hewan, buku, jurnal ilmiah.

2.1.10.1 Hubungan Belanja Modal dengan Ketimpangan Pembangunan

Peran Pemerintah yang tercermin melalui pengeluaran pemerintah dari

belanja modal merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi guna mengurangi ketimpangan pembangunan. Menurut (Lin dan Liu,

2000: Mardiasmo, 2002; Wong, 2004) dalam Darwanto dan Yustikasari (2007)

Semakin besar pengeluaran yang dikeluarkan akan dapat berdampak baik pada

pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut. Pengeluaran pemerintah dapat

menjadi dorongan perekonomian melalui program atau kegiatan produktivitas

sumber daya yang ada, untuk kepentingan pelayanan publik, sehingga akan

dapat mengurangi ketimpangan pembangunan yang terjadi dalam suatu wilayah

atau daerah. Halim & Syukry (2004) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan

sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah

daerah, bukti empiris dalam jangka panjang transfer dapat menyebabkan

penurunan dalam pengeluaran belanja modal.

Page 53: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

40

2.2. Penelitian Terdahulu

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan referensi-referensi dari penelitian

lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, guna mendukung

karya ilmiah atau hasil dari penelitian penulis. Penelitian terdahulu bertujuan

untuk membandingkan dan memperkuat hasil analisis yang dilakukan yang

merujuk dari beberapa studi, baik yang berkaitan langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, berikut merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan

referensi oleh penulis dalam penelitian ini, antara lain yakni :

a. Budiantoro Hatono, 2008, ”Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di

Provinsi Jawa Tengah”. Tesis. Metode Analisis regresi berganda. Variabel

terkait : ketimpangan pembangunan antar daerah. Variabel bebeas : investasi

swasta per-kapita (X1), ratio angkatan kerja (X2), alokasi dana (X3),

pembangunan pekapita. Berdasarkan perhitungan di ketahui bahwa investasi

swasta (X1) menunjukan t hitung sebesar 2,362. Variabel ratio (X2) angkatan

kerja sebesar -2,128. Variabel (X3) pembangunan perkapita menunjukan t

hitung sebesar 7,184 dengan angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka dapat

disimpulakan variabel bebas secara parsial dan signifikan berpengaruh

terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan

nilai F hitung sebesar 1,899 dengan angka signifikasi sebesar

0,000(0,000<0,05) sehingga ketiga variabel independen yaitu investasi, ratio

angkatan kerja, dan pembangunan perkapita secara langsung berpengaruh

terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah. Hasilnya

menunjukan bahwa 93,7 persen variabel independen dapat dijelaskan,

sisanya 6,3 persen dijelaskan faktor-faktor lain diluar model.

b. Etik Umiyati, “Analisa Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan

Pembangunan Antara Wilayah di Pulau Sumatera”. Jurnal Paradigma

Ekonomika. Volume 1, No. 7 April 2013. Analiasi yang digunakan adalah dua

Page 54: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

41

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

menganalisis pertumbuhan PDRB ekonomi, sedangkan kuantitatif

menggunkan Indeks Williamson. Hasil ketimpangan di P. Sumatera terjadi

akibat kesenjangan struktural akibat aktivitas perekonomian yang bertumpu

pada sektor-sektor tertentu (sektor primer : pertanian tradisional). Namun jika

menggunakan Indeks Williamson ketimpangang pembangunan di Pulau

Sumatera cendrung kecil dan relative merata, kecuali provinsi riau sebesar

0,322 dan KEPRI sebesar 0,325.

c. Herwin Moppangga, “Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Gorontalo”. Dalam Jurnal Trikonomika Volume 10, No1, 1

Juni 2011, Hal. 40-51. Metode Analisis Shift Share dan matriks Tipologi

Klassen dan model regresi berganda unbalanced panel. Variabel terkait :

Indeks Williamson dan Indeks Gini Ratio. Variabel bebas : PDRB perkapita,

IPM dan Rasio Belanja Infrastruktur. Hasil Shift Share menunjukan sektor

yang potensial dan pertumbuhan ekonomi masing masing kabupaten dan kota

rata-rata terjadi di sektor non pertanian. Artinya terjadi trasformasi struktur

ekonomi. Berdasarkan Indeks williamson kondisi ketimpangan Gorontalo

diawal pembangunan meningkat lalu berangsur menurun. Secara simultan,

perbedaan pada PDRB per kapita, Indeks Pembangunan Manusia dan Rasio

Belanja Infrastruktur sangat sigifikan sebagai sumber terjadi ketimpangan di

Provinsi Grorontalo. Namun dengan menggunakan model Indeks Gini hanya

variabel PDRB perkapita yang tidak signifikan terhadap ketimpangan

pembangunan. Sedangkan IPM dan RBI sangat signifikan sebagai sumber

ketimpangan Provinsi Gorontalo.

d. Ida Ayu Utami Dewi, “Anlisis Ketimpangan Pembangunan Antara

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali”. Volume 03. No 02 Tahun 2014. Metode

yang di gunakan Teknik analisa Tipologi Klassen, Indeks Williamson dan

Page 55: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

42

Regresi Non Linier. Hasil Penelitian : Struktur pertumbuhan ekonomi terdapat

empat pola daerah yang maju dan tumbuh cepat yaitu Kota Badung; daerah

berkembang cepat tetapi tidak maju yaitu Denpasar, Kabupaten Gianyar dan

Kabupaten Buleleng; daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Klungkung

dan daeah tertinggal yaitu Kabupaten Tabanan, Jembaran Bangil dan

Karangasem. Indeks Williamson di Provinsi Bali berada pada nilai 0,8428

termasuk kategori ketimpangan yang tinggi. Hipotesis Kuznets tentang hub.

Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan tidak berlaku di

provinsi Bali.

e. Khusaini, “Kajian Desentralisasi Fiskal, Pengaruhnya terhadap Efesiensi

Ekonomi Sektor Publik, Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat” di Kabupaten / Kota Jawa Timur, dalam jurnal tersebut berkaitan

dengan masalah pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan

ekonomi di daerah Jawa Timur. Metode yang digunakan SME (Structural

Education Modeling) dan mengunakan data kota/kab di Jawa Timur pada

periode 1999-2002. Dari hasil penelitianya mendapatkan bahwa desentralisasi

fikal daerah Jawa Timur yang berarti sudut pandang penerimaan

desentralisasi belum terimplikasikan dengan baik di Jawa Timur. Sedangkan

dari sisi pengeluaran daerah, beliau mendapatkan bahwa adanya pengaruh

yang positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang

berarti sejak diimplementasikannya desentralisasi fiskal, program-program

pembangunan yang sebelumnya ditangani pemerintah pusat sekarang banyak

yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

f. Rosmeli, “Dampak Belanja Daerah Terhadap Ketimpangan Antar Daerah Di

Provinsi Jambi”. Jurnal Paradigma Ekonomika, Vol. 9 No 01 April 2014.

Analisis yang digunakan dalam penulisan jurnal adalah metode Library

Research (kepustakaan) datan analisis berupa model persamaan regresi.

Page 56: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

43

Variabel terkait : ketimpangan pembangunan (Indeks Williamson). Variabel

bebas : Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Dari hasil nilai indeks

wiliamson tahun 2001-2013 sebesar 0,3964 dikategorikan kedalam

ketimpangan sedang. Dari hasil regresi besarnya belanja langsung dan

belanja tidak langsung sebesar 26,7%, sedangkan sisanya 73,3% dijelaskan

oleh variabel lain diluar penelitian ini.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijelaskan di awal, maka dapat

disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Faktor yang menjadi hubungan terkait Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK), Kredit Investasi, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Belanja Modal

terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia (studi kasus 33

provinsi) periode tahun 2005-2014. Skema hubungan antara ketimpangan

pembangunan dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 57: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

44

Gambar 2.2 : Skema Hubungan antara Ketimpangan Pembangunan dan

Variabel-Variabel Yang Mempengaruhinya

Sumber : Berbagai sumber diolah

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam kajian ini adalah bertujuan untuk

menjelaskan faktor yang mempengaruhi Ketimpangan Pembangunan antar

Provinsi di Indonesia, yang dijelaskan sebagai berikut :

H1 : Diduga variabel Struktur Ekonomi PDRB Sektor Pertanian berpengaruh

signifikan tehadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

H2 : Diduga variabel Struktur Ekonomi PDRB sektor Industri berpengaruh

signifikan tehadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

H3 : Diduga variabel Struktur Ekonomi PDRB Sektor Jasa berpengaruh signifikan

tehadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN

(Indeks Williamson)

Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja

(TPAK)

Kredit

Investasi

Dana

Alokasi

Umum

Belanja

Modal

Teori

NeoKlasik

Teori

Keyness

Struktur

Ekonomi (PDRB

Pertania,

Industri, Jasa)

Teori

Struktural

Ekonomi

Ekonomi

Ekonokm

Page 58: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

45

H4 : Diduga variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berpengaruh

signifikan tehadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

H5 : Diduga Variabel Kredit Investasi berpengaruh signifikan terhadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

H6 : Diduga variabel Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan tehadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia.

H7 : Diduga variabel Belanja Modal berpengaruh signifikan tehadap ketimpangan

pembangunan antar provinsi di Indonesia.

Page 59: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

46

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur

yang digunakan oleh peneliti. Metodelogi merupakan analisis teoritis mengenai

suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan secara

sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan usaha

yang sistematis dan terorganisir untuk meneliti suatu masalah tertentu yang

memerlukan jawaban.

Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis pengaruh Analisis Pertumbuhan Variabel PDRB Pertanian,

PDRB Industri, PDRB Jasa, TPAK (Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja), Kredit

Investasi, DAU (Dana Alokasi Umum), dan Belanja Modal Terhadap

Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia. Selanjutnya bab ini

akan menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian.

3.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, dimana

metode ini merupakan pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk

mengumpulkan, menganalisa dan menampilakan data dalam bentuk numerik dari

pada naratif, dimana bersifat induktif, objektif dan ilmiah data yang diperoleh

berupa angka-angka (score, nilai) atau dengan analisis statistik (Donmoyer

,2008:713).

Penelitian kuantitaif merupakan sebuah penelitian yang berlangsung

secara ilmiah dan sistematis dimana pengamatan yang dilakukan melingkupi

segala yang berhubungan dengan objek penelitian, fenomena yang terjadi serta

Page 60: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

47

korelasi. Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk dapat memperoleh hasil

penjelasan dari teori-teori yang ada yang digunakan dalam penelitian.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lingkup dari penelitian ini adalah provinsi-provinsi di Indonesia, adapun

alasan peneliti memilih lokasi Indonesia sebagai obyek penelitian ini dikarenakan

negara Indonesia memiliki wilayah yang luas terdiri dari kepulauan atau pulau-

pulau sehingga memiliki keanekaragamaan pada hasil setiap daerahnya. Hal

tersebut dapat dilihat dari kekayaan alam Negara Indonesia yang melimpah.

Selain itu, wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau inilah yang akan

menjadi daerah yang bersaing dengan daerah yang lainya berlomba-lomba

dalam mengembangkan potensi daerahnya. Sehingga dapat memenuhi

kebutuhan dan menjadikan daerahnya wilayah yang berkembang dan maju.

Tentunya dengan adanya perkembangan pembangunan tersebut terdapat

ketimpangan antara daerah yang berkembang dan daerah yang kurang

berkembang. Dalam pengembangan infrastruktur dan sektor pendukung lainnya

dibutuhkan dana atau anggaran yang sebagian didapatkan dari pendapatan asli

daerah dan sebagian dari dana bantuan pemerintah pusat. Yang kemudian

dikeluarkan oleh pemerintah melalui APBN atau APBD.

DAU (Dana Alokasi Umum) yang di transfer kepada tiap provinsi-provinsi

di Indonesia inilah yang akan dapat membantu keuangan daerah tersebut.

Dengan mengarahkan DAU (Dana Alokasi Umum) untuk pembangunan

infrastruktur, akan meningkatkan investasi yang juga berperan dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi di daerah. Dengan berkembangnya investasi, maka

industri-industri juga akan ikut berkembang, dengan demikian peluang untuk

penyerapan tenaga kerja juga akan terbuka lebar sehingga akan banyak tenaga

kerja yang akan terserap. Dengan banyaknya tenaga kerja maka tingkat

pengangguran pun bisa ditekan dan dengan demikian pertumbuhan ekonomi

Page 61: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

48

juga dapat meningkat. Penulisan penelitian ini dibatasi dari tahun 2005 hingga

tahun 2014.

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu informasi mengenai cara untuk

mengukur variabel dan memberikan informasi bagi penulis lain yang ingin

menggunakan variabel yang sama. Selain itu, definisi operasional juga

digunakan untuk lebih memudahkan dan menghindari salah pengertian serta

memusatkan penelitian pada pokok permasalahan dalam penelitian ini. Dalam

hal ini peneliti memberi batasan variabel sebagai berikut :

1. PDRB Sektor Pertanian, Industri dan Jasa

Ketiga variabel tersebut dipilih berdasarkan dari teori pertumbuhan struktural,

yang menjelaskan teori struktural membahas pada mekanisme transformasi

ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang, yang dahulu bersifat

subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju sektor industri dan

jasa. Satuan yang digunakan pada penelitian ini adalah triliun rupiah.

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

menunjukan adanya pasokan angkatan kerja atau tenaga kerja yang tersedia

aktif dalam kegiatan ekonomi sehari-hari di suatu wilayah atau daerah tersebut.

Angkatan kerja yang bekerja berusia 15-64 tahun yang aktif dalam proses

perekonomian. Satuan yang digunakan adalah juta jiwa.

3. Kredit Investasi

Kredit Investasi pada penelitian adalah kredit yang diberikan bersumber dari

BI. Kredit Investasi disini didapatkan dari investasi pihak swasta, dengan adanya

investasi akan meningkatkan perumbuhan ekonomi secara tidak langsung.

Satuan yang digunakan pada penelitian ini adalah miliyar rupiah.

Page 62: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

49

4. DAU (Dana Alokasi Umum)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

kemampuan keuangan daerah tersebut untuk membiayai kebutuhan

desentralisasi. Satuan yang digunakan pada penelitian ini adalah miliyar rupiah.

5. Belanja Modal

Belanja modal merupakan komponen belanja langsung dalam anggaran

pemerintah yang menghasilkan output berupa aset tetap. Dalam penelitian ini

variabel belanja modal yang digunakan adalah realisasi dari total belanja modal

daerah per provinsi di Indonesia. Satuan yang digunakan pada oenelitian ini

adalah triliun rupiah.

6. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah

Ketimpangan pembangunan antar wilayah disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah kabupaten/kota di

provinsi-provinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

indeks williamson dalam menentukan besar ketimpangan pembangunan antar

wilayah pada Provinsi-provinsi di Indonesia.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data

sekunder. Adapun dta yang digunakan adalah :

1. PDRB Sektor Pertanian, Sektor Industri, Sektor Jasa per 33 provinsi di

Indonesia tahun 2005-2014.

2. Data TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) per 33 provinsi di Indonesia

tahun 2005-2014.

3. Data TPT (Tingkat pengangguran Terbuka) per 33 provinsi di Indonesia tahun

2013-2014.

4. Data Kredit Investasi per 33 provinsi di Indonesia tahun 2005-2014.

Page 63: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

50

5. Data Realisasi PMA per 33 provinsi di Indonesia tahun 2014.

6. Data DAU (Dana Alokasi Umum) per 33 provinsi di Indonesia tahun 2005-

2014.

7. Data Belanja Modal per 33 provinsi di Indonesia tahun 2005-2014

3.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang

dapat memberikan penjelasan dan keterangan yang mendukung. Hal ini

dilakukan dengan cara melalui studi kepustakaan, data-data yang diperoleh dari

BPS Nasional, BPS setiap provinsi, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia,

BAPPENAS, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), media massa,

internet, jurnal dan literatur-literatur lainnya yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan.

3.6. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis inferensia (penarikan kesimpulan), yaitu analisis regresi

berganda dengan data panel. Metode data panel digunakan untuk menganalisis

keterkaitan antara Struktur Ekonomi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),

Kredit Investasi, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Belanja Modal terhadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Metode data panel

merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang

tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series saja atau data

cross section saja Gujarati (2003) atau kombinasi antara keduanya dari deret

waktu (time series) dan deret lintang (cross section). Sedangkan untuk

pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 6 dan

Microsoft Office Excel 1997-2003.

Page 64: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

51

3.6.1. Analisis Data Panel

Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time

series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu

tertentu terhadap banyak individu, sedangkan data time series merupakan data

yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Data umumnya

diperoleh melalui survei yang berulang atau dengan mengikuti perkembangan

sample selama beberapa kurun waktu. Data panel juga biasa juga disebut

dengan time series cross section data, longitudinal data, micropanel data,

ataupun cohort analysis. Menurut Baltagi (2001), kelebihan yang diperoleh dari

penggunaan data panel adalah :

a. Mampu mengontrol heterogenitas individu.

b. Memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas di antara

variabel, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien.

c. Data panel lebih baik untuk studi dynamic of adjustment.

d. Dapat lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat

dideteksi dalam model data cross section maupun time series.

e. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model perilaku (behavioral

models) yang kompleks dibandingkan dengan model data cross section atau time

series.

Dalam analisis model data panel dikenal dengan tiga macam pendekatan

metode yang terdiri dari metode kuadrat terkecil (Common Effect Method),

metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek acak (random effect).

Pemilihan model pada regresi data panel pertama dimulai dengan

menetapkan model awal terlebih dahulu. Penetapan model awal berdasarkan

pada bagaimana individu (cross-section) diambil. Jika individu mengambil

dengan data yang dipilih atau ditentukan oleh peneliti sendiri, maka model

awalnya adalah model efek tetap (fixed effect model). Jika individu mengambil

Page 65: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

52

secara acak dari populasi, maka model awalnya adalah model efek acak

(random effect model) (Baltagi, 2008 & Park, 2011).

Jika model awal yang terpilih adalah model efek tetap, dilakukan uji Chow

untuk memilih antara model koefisien tetap (pooled regression) dan model efek

tetap. Jika model yang terpilih adalah model efek tetap, maka dilakukan

pengujian untuk memilih diantara model efek tetap dengan model efek acak

dengan uji Hausman. Jika model awal yang terpilih adalah model efek acak,

maka dilakukan uji Breusch Pagan untuk memilih antara model efek tetap

dengan model efek acak (random effect). Jika yang terpelih adalah model efek

acak (random effect) maka selanjutnya dilakukan uji untuk memilih antara atau

model efek acak dengan model efek tetap, yaitu uji Hausman.

Jika model yang terpilih adalah model efek tetap dilakukan pengujian

struktur varians koviarians. Jika sudah didapat model berdasarkan uji-uji diatas,

maka dilakukan pemerikasaan asumsi-asumsi klasik yang ada pada regresi

dengan metode estimasi Ordinary Least Square. Kemudian baru dilakukan uji

keberartian model (goodness of fit test) seperti uji simultan (uji F) dan parsial (uji

t).

Menurut Gujarati (2012) mengatakan bahwa pakar ekonometrika telah

membuat asumsi dalam pemilihan model yang tepat diantara Fixed Effect dan

Random Effect, dengan kriteria berikut:

1. Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross

section) kecil maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda.

Sehingga dapat dipilih dengan menggunakan pendekatan yang lebih mudah

untuk dihitung yaitu fixed effect model.

2. Bila N (cross section) besar dan T (time series) kecil, maka hasil estimasi

kedua pendekatan akan berbeda jauh. Apabila unit cross section yang dipilih

dalam penelitian diambil secara acak maka hasil random effect yang harus

Page 66: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

53

digunakan. Sebaliknya apabila unit cross section yang dipilih dalam penelitian

tidak diambil secara acak maka yang harus digunakan adalah fixed effect.

3. Apabila komponen error individual ɛit dan variabel bebas x berkorelasi maka

parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara parameter

yang diperoleh dengan fixed effect tidak bias.

4. Apabila N (cross section) besar dan T (time series) kecil, dan apabila asumsi

yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien

dibandingkan dengan fixed effect.

Keempat pendekatan tersebut dilakukan dalam analisis data panel akan

dijelaskan pada bagian berikut ini, dimana dalam sub bab berikut akan dijelaskan

mengenai karakteristik dari 3 model regresi data panel :

3.6.1.1. Common Effect Method

Metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data yang berbentuk

pool merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data

panel. Contoh terdapat persamaan berikut ini :

Yit = α + βXit + ɛit

untuk i = 1, 2, ..., N dan t = 1, 2, ..., T (3.1)

Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah

periode waktunya. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan

kuadrat terkecil biasa, maka proses estimasi dapat dilakukan secara terpisah

untuk setiap unit cross section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan

regresi cross section berikut :

Yi1 = α + βXi1 + ɛi1

untuk i = 1, 2, ..., N dan t = 1, 2, ..., N (3.2)

dimana yang akan berimplikasi diperolehnya sebanyak T persamaan yang

sama. Begitu juga sebaliknya, akan dapat diperoleh persamaan deret waktu

sebanyak N persamaan untuk setiap t observasi dengan α dan β konstan

Page 67: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

54

sehingga akan dapat diperoleh bentuk regresi yang leih besar dengan

melibatkan NT observasi. Akan tetapi, perbedaan antar individu maupun antar

waktu tidak dapat terlihat.

3.6.1.2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect)

Kendala atau masalah yang dimiliki oleh Common Effect Method adalah

asumsi yang menganggap intercept dan koefisien slope yang sama dengan

setiap unit cross section maupun time series. Dalam mengatasi hal itu,

pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan variabel-variabel dummy

untuk dapat mengatasi apakah dapat terjadinya perubahan-perubahan dalam

intercept dari setiap unit cross-section maupun time series. Pendekatan ini

disebut dengan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variabel. Adapun

kemungkinan asumsi intercept dan koefisien slope yang dapat terjadi adalah

sebagai berikut:

a. Intercept untuk setiap unit cross section berbeda-beda, koefisien slope

konstan.

b. Intercept untuk setiap unit cross section maupun time series berbeda-beda.

c. Intercept dan koefisien slope untuk semua individu atau unit cross section

berbeda-beda

Dengan adanya penggunaan variabel dummy dapat menjadi kelemahan

bagi model ini karena dapat menyebabkan rendahnya degree of freedom,

adanya variabel-variabel yang tidak berubah terhadap waktu kemungkinan ini

adalah adanya multikolinearitas, serta asumsi eror yang digunakan, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi koefisien dari parameter yang digunakan untuk

diestimasi tersebut.

3.6.1.3. Metode Efek Acak (Random Effect Model)

Pada pendekatan model ini awalnya dibentuk untuk mengatasi

kelemahan pada fixed effect model atau model tetap dengan memasukkan

Page 68: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

55

parameter-parameter yang berbeda antar unit cross section maupun time series

ke dalam error term. Pendekatan ini disebut Random Effect Model atau Error

Component Model dan diasumsikan bahwa komponen error antar unit cross

section dan time series tidak berkorelasi satu sama lain. Asumsi utama dari

random effect model ini adalah bahwa komponen error individu tidak berkorelasi

satu dengan yang lainnya, tidak berautokerlasi antar unit cross section dan time

series dan juga mengasumsikan bahwa error secara individual tidak berkorelasi

dengan error kombinasinya.

Pendekatan ini akan dapat mencoba untuk meningkatkan efisiensi proses

permodelan Ordinary Least Square, penganggu-penganggu antar unit cross

section dan time series diperhitungkan sehingga metode yang digunakan adalah

Generalized Least Square (GLS).

3.7. Pemilihan Metode Data Panel

Dalam pengolahan data panel mekanisme uji menentukan metode

pemilihan data panel yang tepat yaitu dengan cara membandingkan metode

pendekatan PLS dengan metode pendekatan FEM terlebih dahulu. Jika hasil

yang diperoleh menunjukkan model pendekatan PLS yang diterima, maka

pendekatan PLS yang akan dianalisis. Jika model FEM yang diterima, maka

dilakukan perbandingan lagi dengan model pendekatan REM. Untuk melakukan

model mana yang akan diapakai, maka dilakukan pengujian diantaranya :

a. Uji Chow

Yaitu uji yang akan digunakan untuk dapat mengetahui parameter

estimasi tidak sama dengan periode penilaian. Model Common Effect Method

(PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini

dapat dilakukan dengan uji restriced F-Test atau uji Chow-Test.

Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

Page 69: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

56

�0 : Model PLS (Restriced) �1: Model Fixed Effect (Unrestriced)

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan

menggunakan F statistic seperti yang dirumuskan sebagai berikut:

Chow : (RRSS − URSS)/(N − 1) / URSS/(NT − N − K) (3.3)

Dimana :

RRSS = Restriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square

Residual) yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode (Common

Effect Method/common intercept)

URSS = Unrestriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square Residual

yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistic yaitu FN-1, N-K jika nilai F-test

atau Chow Statistik (F-statistik) hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel, maka

apabila Prob. Cross-section F kurang dari 5% artinya menolak H0, sehingga

model yang paling tepat yang digunakan adalah model Fixed Effect Method

(FEM), dan sebaliknya apabila Prob. Cross-Section F lebih dari 5% artinya

menerima H0, sehingga model yang paling tepat digunakan adalah Pooled Least

Squere (PLS).

b. Uji Hausman

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model Fixed Effect

atau Random Effect yang akan dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa

sebagai berikut: �0 : Model mengikuti Random Effect

Page 70: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

57

�1: Model mengikuti Fixed Effect

Dasar penolakan H0, dengan Prob. Cross-section Random kurang dari

5% artinya menolak H0, sehingga model yang paling tepat dan baik digunakan

adalah Fixed Effect Method (FEM), dan sebaliknya apabila Prob. Cross-section

Rnadom lebih dari 5% artinya adalah menerima H0, sehingga model yang paling

tepat digunakan adalah Random Effect Method (REM).

3.8. Pengujian Statistik (Uji Hipotesis)

1. Uji Pengujian Signifikansi (Uji t)

Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

signifikansi dari adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat

secara individual dan menganggap variabel lain konstan. Hipotesis yang

digunakan:

1. Ho : β1 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel PDRB Sektor

Pertanian dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

H1 : β1 ≤ α, Terdapat pengaruh sginifikan antara variabel PDRB Sektor

Pertanian dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

2. Ho : β2 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel PDRB Sektor

Industri dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

H1 : β2 ≤ α, Terdapat pengaruh sginifikan antara variabel PDRB Sektor

Industri dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

3. Ho : β3 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel PDRB Sektor

Jasa dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

H1 : β3 ≤ α, Terdapat pengaruh sginifikan antara variabel PDRB Sektor Jasa

dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

Page 71: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

58

4. Ho : β4 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja) dengan Ketimpangan Pembangunan antar

Provinsi di Indonesia.

H1 : β4 ≤ α, Terdapat pengaruh sginifikan antara variabel TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja) dengan Ketimpangan Pembangunan antar

Provinsi di Indonesia.

5. Ho : β5 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel Kredit

Investasi dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

H2 : β5 ≤ α, Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Kredit Investasi

dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

6. Ho : β6 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel DAU (Dana

Alokasi Umum) dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di

Indonesia.

H6 : β6 ≤ α, Terdapat pengaruh sginifikan antara variabel DAU (Dana Alokasi

Umum) dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

7. Ho : β7 > α, Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabelBelanja Modal

dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia.

H7 : β7 ≤ α, Terdapat pengaruh sginifikan antara variabel Belanja Modal

dengan Ketimpangan Pembangunan antar Provinsi di Indonesia. Nilai t

hitung dapat dicari dengan rumus :

t = β1 - βi*

SE βi (3.4)

Dimana:

β1 = Parameter Yang Diestimasi

βi* = Nilai i pada hipotesis

SE( βi) = Standar error βi

Page 72: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

59

Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan

adalah sebagai berikut:

a. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya salah satu variabel independen

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

b. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya salah satu variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2. Pengujian Signifikansi (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara keseluruhan atau bersama-sama signifikan secara statistik dalam

mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai. F

tabel maka variabel-variabel independen secara keseluruhan berpengaruh

terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan :

H0 = β1 = β2 = 0

H1: Minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol Nilai F hitung

dirumuskan sebagai berikut :

X = R2/(K-1) (3.5)

(1-R2)/(N-K)

Dimana :

K = Jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta

N = Jumlah observasi Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan kriteria pengujian

yang

digunakan sebagai berikut :

a. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya variabel

penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang

dijelaskan secara signifikan.

Page 73: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

60

b. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, yang artinya variabel

penjelas secara serentak dan bersama-sama mempengaruhi variabel yang

dijelaskan secara signifikan.

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Suatu model yang mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan

dalam masalah yang berbeda. Untuk dapat mengukur kebaikan dalam suatu

model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). “Koefisien

deteminasi (�2) intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel terikat” (Mudrajad, 2006).

Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

R2 = ∑ (Ȳ1 - Ȳ)2

∑ (Ȳ - Y )2

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai �2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati nol (0) sampai satu (1)

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Mudrajad,2006).

3.9 Uji Asumsi Klasik

Kelebihan dalam penelitian menggunakan data panel adalah data yang

digunakan lebih informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti yang lebih

rendah diantara variabel dan banyak derajat bebas (degree of freedom) dan lebih

efisien. Regresi data panel memberikan alternatif model, Common Effect, Fixed

Effect dan Random Effect. Model Common Effect dan Fixed Effect menggunakan

pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) dalam teknik estimasinya, sedangkan

Random Effect menggunakan Generalized Least Squares (GLS) sebagai teknik

estimasinya. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi linier dengan

Page 74: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

61

pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) meliputi uji Linieritas, Autokorelasi,

Heteroskedastisitas, Multikolinieritas dan Normalitas. Akan tetapi, tidak semua

ujia asumsi klasik dapat dilakukan pada setiap model regresi linier dengan

pendekatan OLS Walaupun demikian, tidak semua uji asumsi klasik harus

dilakukan pada setiap model regresi linier dengan pendekatan OLS., Baltagi

(dalam Nugraheni, 2012 ).

Uji linieritas hampir tidak dilakukan pada setiap model regresi linier.

Karena sudah diasumsikan bahwa model bersifat linier. Kalaupun harus

dilakukan semata-mata untuk melihat sejauh mana tingkat linieritasnya.

Autokorelasi hanya terjadi pada data time series. Pengujian autokorelasi pada

data yang tidak bersifat time series (cross section atau panel) akan sia-sia

semata atau tidaklah berarti. Multikolinieritas perlu dilakukan pada saat regresi

linier menggunakan lebih dari satu variabel. Pada intinya pada regresi data

panel, tidak semua uji asumsi klasik yang ada pada metode OLS dipakai, hanya

multikolinieritas dan heteroskedastisitas saja yang diperlukan (Baltagi, 2001).

3.9.1 Uji Multikoliniearitas

Uji Multikolinearitas adalah salah satu pengujian apakah dalam model

terdapat regresi panel ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen.

Asumsi ini yang seharusnya dipenuhi adalah bahwa antar variabel bebas tidak

terdapat kolerasi sehingga estimasi parameter koefisien regresi dari masing-

masing variabel bebas benar-benar terdapat pengaruh terhadap variabel tak

bebas. Masalah ini terjadi bila pada model regresi linier berganda terdapat

hubungan antara variabel bebas. Jika suatu model regresi terdapat masalah

multikolinearitas, maka akan dapat menimbulkan untuk dapat melihat pengaruh

variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan (Gujarati, 2012).

Uji moltikolerasi menyebabkan nilai dari koefisien-koefisien regresi tidak

dapat ditaksir, sehingga dapat menyebabkan interpretasi dan nilai standar eror

Page 75: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

62

setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga sehingga tingkat signifikan variabel

bebasnya buruk .

Ciri-ciri suatu persamaan regresi mengandung multikolinieritas adalah :

1. Melihat kekuatan korelasi variabel bebas. Jika ada korelasi antara variabel

bebas > 0,8 dapat diindikasikan terdapat multikolinearitas.

2. Melihat nilai tolerance dan Variance Infalting Factor (VIF). Jika nilai tolerance

< 0,1 dan VIF > 10 dapat dikatakan adanya multikolinearitas. Para pakar lebih

banyak menggunakan nilai Tolerance dan VIF dalam menentukan adanya

Multikoleritas dalam regresi.

3. Nilai koefisien determinasi R tinggi tetapi variabel bebas banyak yang tidak

signifikan.

4. Nilai standar erornya memiliki nilai yang tak terhingga atau cukup besar.

Regresi panel tidak sama dengan regresi linier, oleh karenanya pada model

data panel perlu memenuhi syarat terbebas dari pelanggaran asumsi-asumsi

dasar (asumsi klasik). Dengan demikian, adanya kolerasi yang kuat antara

variabel bebas dalam sebuah model (persamaa) sangatlah tidak dianjurkan

bisa terjadi., karena akan berdampak pada keakuratan parameter, dalam hal

ini koefisien regresi, dalam memperkirakan nilai yang sebenarnya. Korelasi

yang kuat anara variabel bebas dinamakan multikoleritas.

3.9.2 Uji Heteroskedastisitas

Regresi data panel tidak sama dengan model regresi linier, oleh karena

itu pada model data panel perlu memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator) atau terbebas dari pelanggaran asumsi-asumsi dasar (asumsi klasik).

Jika dilihat dari ketiga pendekatan yang dipakai, maka hanya uji

heteroskedastisitas saja yang relevan dipakai pada model data panel. Uji

heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang

terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Suatu model yang baik

Page 76: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

63

adalah model yang memiliki varians dari setiap gangguan atau residualnya

konstan. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana asumsi tersebut tidak

tercapai, dengan kata lain dimana adalah ekspektasi dari error.

Regresi data panel tidak sama dengan model regresi linier, oleh karena

itu pada model data panel perlu memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbased

Estimator) atau terbebas dari pelanggaran asumsi-asumsi dasar (asumsi klasik).

Jika dilihat dari ketiga pendekatan yang dipakai, maka hanya uji

heteroskedastisitas saja yang relevan dipakai pada model data panel. Uji

heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang

terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Suatu model yang baik

adalah model yang memiliki varians dari setiap gangguan atau residualnya

konstan. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana asumsi tersebut tidak

tercapai, dengan kata lain dimana adalah ekspektasi dari eror dan adalah varians

dari eror yang berbeda tiap periode waktu.

Dampak adanya heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses

estimasi, sementara hasil estimasinya tetap konsisten dan tidak bias. Eksistensi

dari masalah heteroskedastisitas akan menyebabkan hasil Uji-t dan Uji-F menjadi

tidak berguna (miss leanding). Ada beberapa metode yang dapat digunakan

untuk menditeksi heteroskedastisitas, tetapi dalam penelitian ini hanya akan

dilakukan dengan menggunakan dilakukan dengan metode pengujian statistik uji

Breusch-Pagan Godfrey, Harvey dan Glejser Test pada consistent standard error

& covariance. Hasil yang diperlukan dari hasil uji ini adalah nilai F dan Obs*R-

squared, dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho= Heterokedastisitas

H1 = Heterokedastisitas

Apabila probabilitas Obs *R-squeresnya kurang dari 5% maka H0 ditolak

atau terjadi masalah heterokedastisitas, sedangangkan apabila probabilitas

Page 77: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

64

Obs*R-squeresnya lebih dari 5% maka H0 diterima atau tidak terjadi masalah

heterokedastisitas.

3.10 Model Persamaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh PDRB Sektor

Pertanian, Industri dan Jasa, Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Kredit

Investasi, DAU (Dana Alokasi Umum), dan Bleanja Modal terhadap ketimpangan

pembangunan antar provinsi di Indonesia tahun 2005-2014. Data yang

digunakan adalah data time series dari tahun 2005 sampai 2014 dan data cross

section sebanyak 33 provinsi di Indonesia.

Fungsi persamaan kemudian dimasukan kedalam model regresi panel

dirumuskan menjadi model berikut :

Yit = αit + Inβ1X1 + Inβ2X2 + Inβ3X3 + Inβ4X4 + Inβ5X5 + Inβ6X6 + Inβ7X7+ ɛit (3.6)

Dimana :

Y = Indeks Williamson

i = Provinsi

t = Waktu (2005-2014)

α = Konstanta

β1 – β7 = Koefisien

X1 = PDRB Sektor Pertanian

X2 = PDRB Sektor Industri

X3 = PDRB Sektor Jasa

X4 = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

X5 = Kredit Investasi

X6 = Dana Alokasi Umum

X7 = Belanja Modal

ɛit = Eror Term

Page 78: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

65

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Indonesia

Indonesia adalah negara yang terdiri dari kepulauan yang terletak di

kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki luas daratan 1.922.570 km²,

sedangkan dari luas perairan 3.257.483 km². Dilihat dari lintangnya, Indonesia

terletak di antara 6º LU (Lintang Utara) dan 11º LS (Lintang Selatan). Sedangkan

dilihat dari letak garis bujurnya, wilayah Indonesia terletak diantara 95° (Bujur

Timur) dan 141° (Bujur Timur). Wilayah Indonesia sendiri dilalui oleh garis

khatulistiwa dan kepulauan Indonesia diapit oleh dua Benua Asia dan Benua

Australia serta diantara dua Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Negara Indonesia terdiri dari 5 pulau besar yaitu : Pulau Jawa, Pulau

Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua. Keseluruh

pulau-pulau tersebut yang menjadi satu kesatuan negara Republik Indonesia.

Berdasarkan garis besar Haluan Negara (GBHN) 1993, maka wilayah Indonesia

dibagi 2 kawasan pembangunan yaiu :

1. Kawasan Barat Indonesia. Terdiri dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.

2. Kawasan Timur Indonesia. Terdiri dari Sulawesi, Maluku, Ppua, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Pada zaman orde baru tahun 1999, jumlah provinsi di indonesia adalah

27, saat itu Timor-Timur masih menjadi provinsi termuda. Tetapi setelah

reformasi berjalan, Timor Timur menjadi negara sendiri dan berganti nama

menjadi timor leste. Walaupun demikian, provinsi di indonesia bukannya

berkurang, tetapi malah bertambah menjadi 34 provinsi karena terjadinya

beberapa pemekaran di beberapa wilayah. Dari 34 provinsi tersebut, 5 di

65

Page 79: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

66

antaranya memiliki status khusus sebagai daerah khusus atau daerah istimewa

yaitu: Aceh, Jakarta, Papua, Papua Barat, dan Yogyakarta. Dari ke-34 provinsi

tersebut, 10 di antaranya terletak di Pulau Sumatera, 6 di Pulau Jawa, 5 di Pulau

Kalimantan, 6 di Pulau Sulawesi, 3 di Kepulauan Nusa Tenggara, 2 di Kepulauan

Maluku, dan 2 lainnya terletak di Pulau Papua. Untuk penelitian ini hanya

menggunakan data 33 provinsi dari tahun 2005-2014. Adanya pemekaran di

Kalimantan yaitu untuk Kalimantan Utara pada tanggal 25 Oktober 2012 dengan

ibukota Tanjung Selor. Pulau-pulau di Indonesia yaitu :

Gambar 4.1: Peta Kepulauan di Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik

a. Kepulauan Sumatera

Pulauan Sumatera terletak di Indonesia bagian barat, yang merupakan

pulau keenam terbesar di dunia. Pulau ini memiliki luas wiayah 473.481km²

dengan penduduk sekitar 52.210.926 (sensus 2010). Kepulauan ini merupakan

kawasan yang dilintasi oleh kerak bumi disepanjang Bukit Barisan yang disebut

patahan Sumatera dan patahan kerak bumi di dasar Samudera Hindia

disepanjang pantai sisi barat Sumatera, serta memiliki Danau terbesar yaitu

Danau Toba.

Page 80: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

67

Pulau Sumatera meliputi provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera

Barat, Kepualuan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka,

Belitung, Lampung. Batas bagian utara Pulau Sumatera adalah Laut Andaman

dan di bagian selatan adalah Selat Sunda. Puau ini membujur dari barat laut ke

arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seperti membagi pulau sumatera atas

dua bagian, Sumatera belahan bumi utara dan Sumatera bumi selatan.

b. Kepulauan Kalimantan

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar ketiga di dunia

setelah Irian Jaya. Luas Pulau Kalimantan adalah 743.330km² dengan jumlah

penduduk 18,93 juta sensus (2010). Pulau Kalimantan terbagi menjadi beberapa

wilayah bagian Negara, 73% Indonesia, 26% Malaysia dan 1% Brunei

Darussalam. Pulau Kalimantan memiliki julukan sebagai ”Pulau Seribu Sungai”

karena memiliki aliran sungai yang panjang dan luas. Sungai terpanjang dan

terluas adalah sungai Kapuas dengan panjang 1.125 kilometer.

Pulau Kalimantan secara administratif terbagi menjadi 4 provinsi yaitu

Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,

dan Kalimantan Utara (pemekaran 2012).

c. Kepulauan Jawa

Pulau Jawa melintang dari barat ke timur dan berada di bagian selatan

Indonesia. Pulau Jawa merupakan pulau yang paling banyak penduduknya,

hampir sekitar 160 juta jiwa sensus (2015) penduduk tinggal di pulau jawa.

Dengan luas wilayah 126.700km², pulau Jawa memiliki batas selatan dengan

Samudera Hindia dan bagian batas utara adalah Laut Jawa dan dipisahkan oleh

Pulau Madura dan Selat Madura. Pulau Jawa merupakan kawasan episentrum

gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi dari pulau Sumatera, yang

berada di lepas pantai selatan Pulau Jawa.

Page 81: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

68

Secara administratif pulau Jawa memiliki 6 provinsi yaitu Banten, Daerah

Khusus IbuKota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Jawa Timur.

d. Kepulauan Sulawesi

Pulau Sulawesi merupakan pulau terbesar ke 11 di dunia, dengan luas

wilayah 174.600km² dengan jumlah penduduk 1.339.374 juta jiwa sensus (2010).

Memiliki bagian batas utara oleh Laut Sulawesi, yang merupakan pemisah anara

Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindano, Filipina. Batas bagian Selatan dibatasi

oleh Flores, bagian barat dibatasi oleh Selat Makasar, yang merupakan pemisah

Pulau Sulawesi dengan Pulau Kalimantan. Sedangkan batas bagian Timur

dibatasi oleh Laut Banda.

Secara administratif pulau Sulawesi memiliki 6 provinsi yaitu Sulawesi

Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan

Sulawesi Utara.

e. Pulau Nusa Tenggara

Pulau Nusa Tenggara atau kepulauan sunda kecil ini memiliki luas

wilayah 72.876,65 km². Kepulauan sunda kecil ini terdiri dari pulau kecil yang

terpisah-pisah yang terelatk di selat khatulistiwa. Bagian batas utara adalah Laut

Flores dan Laut Banda. Dibagain selatan kepulauan ini dibatasi oleh Samudera

Hindia. Dibatas bagian barat dibatasi selat Bali. Sedangkan, di bagain timur

berbatasan dengan Kepulauan Maluku dan Papua yang dipisahkan oleh Laut

Banda. Kawasan Pulau Sunda Kecil ini termasuk labil terhadap gempa, karena

dilintasi oleh patahan erak bumi di selatan yang merupakan lanjutan patahan

kerak bumi diselatan Pulau Jawa.

Secara administratif wilayah kepulauan Nusa Tenggara atau Sunda Kecil

ini memiliki tiga provinis yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan

Bali.

Page 82: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

69

f. Kepulauan Maluku dan Papua

Pulau Maluku dan Papua ini terletak di sebelah timur Indonesia.

Kepulauan ini terdiri dari satu puau besar dan ribuan pulau-pulau kecil, baik yang

berpenghuni ataupun tidak. Satu pulau besar adalah Pulau Papua yang

merupakan pulau terbesar di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 7,5 juta

jiwa sensus (2005) dan luas wilayah 785.753km² terletak di sebelah utara

Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua bagian barat adalah Indonesia dan bagian

timur negara Papua Nugini.

Kepualauan Maluku berbatasan dengan Pulau Sulawesi di bagian barat,

bagian timur berbatasan dengan Nugini, dan Timor Leste di sebelah selatan.

Dengan luas wilayah 74.505km² dan jumlah penduduk sebanyak 1,5 juta jiwa

sensus(2010) pulau Maluku ini terkenal akan rempah-rempah yang sampai saat

ini menjadi penghasil terbesar untuk ekspor ke Eropa.

Secara administratif kepulauan Maluku memiliki dua provinsi yaitu Maluku

dan Maluku Utara, sedangkan Papua memiliki dua provinsi yaitu Papua dan

Papua Barat.

4.1.2. Kondisi Perekonomian Indonesia

Keadaan struktur perekonomian Indonesia salah satu tolak ukur dari

keberhasilan pembangunan. Dapat dilihat dari pertumbuhan angka Produk

Domesti Bruto (PDB), yaitu nilai darikeseluruhan semua barang dan jasa yang di

produksi di dalam wilayah baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan

harga konstan, dan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu nilai

tambah barang dan jasa yang di hasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian

daerah dalam periode tahun tertentu.

Berdasarkan data laju pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia dapat

dilihat dari nilai PDRB pada tahun 2009-2013 yang dapat di lihat dari gambar 4.2

Page 83: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

70

kondisi perekonomian golobal yang masih mengalami tekanan akibat dari krisis

menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009.

Gambar 4.2: Laju PDRB Provinsi Indonesia Tahun 2009-2013

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) , 2014

Kondisi perekonomian domestik yang mengalami perlambatan dari

adanya akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Kondisi

tersebut menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan

sektor riil, serta berpotensi menurunkan berbagai kinerja positif yang telah

dicapai dalam beberapa tahun sebelumnya sehingga menyebabkan

melambatnya pertumbuhan investasi

Adanya penurunan ekspor dan investasi, pertumbuhan ekonomi banyak

ditopang oleh konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah. Peran

konsumsi secara keseluruhan masih mampu menopang kegiatan ekonomi

Indonesia tahun 2009 untuk tetap tumbuh positif sebesar 4,77%. Meskipun lebih

rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,74%.

Berdasarkan nota keuangan dan APBN 2014 indonesia, pertumbuhan

ekonomi tahun 2013 cenderung menurun dengan presentase 5,9 persen,

dibanding tahun 2012 sebesar 6,3 persen. Dikutip dari (Detik news, 2014)

Sumber pertumbuhan masih berasal dari permintaan domestik, yaitu konsumsi

rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB mencakup

Page 84: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

71

bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan

dan bandara, serta mesin dan peralatan. Berdasarkan hasil data Kementerian

Keuangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi

masyarakat bukan dari produksi (investasi). Hal ini menunjukan bahwa produksi

(investasi) belum mampu menjadi penopang perekonomian Indonesia, bahkan

cenderung mengalami penurunan pada tahun 2013.

Gambar 4.3 : Laju Pertumbuhan PDRB provinsi Indonesia tahun 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2015

Pada gambar 4.3 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi tiap provinsi

di Indonesia sangat baik hanya ada beberapa provinsi yang mengalami

perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi PDRB menurut Provinsi tahun

2014 terjadi pada Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 8,73 persen. Lalu diikuti

oleh Provinsi Jambi yaitu sebesar 7,93 persen dan Provinsi Sulawesi Selatan

sebesar 7,57 persen. Provinsi yang memiliki pertumbuhan dibawah pertumbuhan

ekonomi Indonesia adalah Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Sumatera

Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Papua, Provinsi Riau,

Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Aceh. Struktur perekonomian Indonesia

tahun 2014 secara spasial didominasi oleh Pulau Jawa yaitu sebesar 57,39

Page 85: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

72

persen, lalu Pulau Sumatera yaitu sebesar 23,16 persen dan Pulau-Pulau

lainnya kurang dari 10 persen.

Tahun 2014, provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam termasuk mineral, batu

bara, dan migas seperti Papua 3,25 persen, Riau 2,62 persen, Kalimantan Timur

2,02 persen dan Aceh 1,65 persen mengalami laju pertumbuhan ekonomi paling

rendah. Sedangkan beberapa provinsi yang mengalami laju pertumbuhan

ekonomi yang tinggi justru adalah provinsi-provinsi yang berada diluar Jawa atau

KTI (kawasan timur Indonesia) antara lain provinsi-provinsi Sulawesi yang

perekonomianya tidak tergantung pada kekayaan mineral, batu bara dan migas.

4.1.3. Gambaran Umum Variabel

4.1.3.1 Ketimpangan Pembangunan

Ketimpangan Pembangunan antar wilayah atau daerah yang tinggi dapat

dilihat dari data Indeks Williamson, dimana nilai dai ketimpangan sendiri melebihi

angka maksimum atau lebih dari 1. Kesenjangan dapat dihitung dengan

menggunakan PDRB perkapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk

perdaerah. Menurut Armida S.Alisjahbana (2005) ketimpangan atau kesenjangan

antar wilayah atau daerah di provinsi-provinsi terjadi karena konsekuensi dari

terkonsentrasinya kegiatan pembangunan di Pulau Jawa dan Bali saja dan

dikarenakan perbedaan karakteristik antar wilayah atau daerah tersebut lebih

unggul dari wilayah atau daerah yang lain. Sehingga menjadi suatu

permasalahan pembangunan khususnya di negara-negara berkembang seperti

Indonesia.

Wilayah Indonesia yang memiliki Indeks terendah adalah Provinsi

Kalimantan Tengah dengan nilai indeks sebesar 0,18 dan Indeks Williamson

tertinggi atau dengan kata lain merupakan wilayah dengan ketimpangan

pembangunan tertinggi atau dengan kata lain merupakan wilayah dengan

Page 86: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

73

ketimpangan pembangunan tertinggi dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dengan

nilai sebesar 1,76.

Gambar 4.4 : Indeks Williamson Provinsi di Indonesia Tahun 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

4.1.3.2 Struktur Ekonomi

Di Indonesia pembangunan ekonomi secara umum dibagi kedalam

sembilan sektor usaha, yang senantiasa berubah. Dalam dinamika perubahan

struktur tersebut merupakan hal yang wajar dalam suatu perekonomian suatu

negara. Terdapat beberapa faktor perubahan struktur ekonomi, seperti adanya

perbedaan insentif (rate of retrun investment), yang senantiasa dapat berubah

seiring dengan perkembangan permintaan dan penawaran dalam masing-masing

sektor usaha, perkembangan teknologi dan ketersediaan sumber daya atau

faktor produksi bagi perkembangan suatu sektor usaha.

Perubahan struktur ekonomi tersebut juga terjadi seiring dengan

terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antar sektor usaha. Sektor

usaha yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi akan semakin besar share atau

penerimaan dalam perekonomian, sebaliknya yang tngkat pertumbuhannya

rendah akan menurun sharenya dalam perekonomian. Pada sektor pertanian,

Page 87: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

74

yang menurun sharenya pda beberapa tahun terakhir, misalnya menjadi kurang

menarik dibandingkan sektor-sektor usaha yang pertumbuhanya tinggi dan

sharenya semakin besar. Pendapatan atas faktor produksi akan semakin tertuju

pada sektor-sektor usaha yang tengah berkembang dan semakin sedikit yang

bisa dinikmati oleh pelaku usaha di sektor pertanian. Akibat adanya pergeseran

ke sektor lainya seperti sektor industri dan jasa.

Gambar 4.5 : Struktur Ekonomi Indonesia tahun 2009-2014

Sumber : Badan pusat statistik, 2014

Adanya perubahan struktur ekonomi yang mengakibatkan terjadiya

ketimpangan di beberapa sektor-sektor ekonomi tersebut dan terjadinya

penurunan daya beli dari pemilik faktor produksi yang sektor usahanya mengecil

ke pemillik faktor produksi yang tengah berkembang. Hal ini memicu terjadinya

kemiskinan yang mana sektor pertaian adalah sektor yang dikategorikan

berpenghasilan atau memilki uaoah yang rendah dibandingkan sektor –sektor

ekonomi lainya.

Page 88: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

75

4.1.3.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

tersedianya lapagan pekerjaan yang cukup. Angkatan kerja adalah penduduk

yang aktif secara ekonomi, yaitu mereka yang mempunyai pekerjaan dan

menganggur, sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah mereka

yang masuk dalam usia kerja yang melakukan kegiatan sekolah, mengurus

rumah tangga dan lainnya. Berdasarkan data pada table 4.1 dari Badan Pusat

Statistik dari tahun 2005-2014 jumlah tenaga kerja Indonesia cendrung

mengalami peningkatan, dari tahun 2005 sebesar 105,81 juta orang dan terus

meningkat pada tahun 2014 sebesar 121,91 juta orang. Sedangkan untuk

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) cendrung menurut atau stagnan di

angka 66 sampai 69 persen data dari total penduduk tiap tahunnya.

Tabel 4.1 : Angkatan Kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) Di

Indonesia Tahun 2005-2014

Tahun Angkatan Kerja (juta orang) TPAK (%)

2005 105,81 68,022006 106,28 66,742007 108,13 66,602008 111,48 67,332009 113,74 67,602010 116,53 67,832011 119,41 70,012012 120,41 69,592013 121,19 69,15

2014 121,91 69,17

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2014

Ketangakerjaan Indonesia hingga tahun 2014 masih didomonasi oleh

tenaga kerja yang berpendidikan rendah, namun dengan demikian kualitas

pendidikan penduduk bekerja cendrung membaik dari waktu ke waktu. Terlihat

pada tabel 4.6 persentase penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke

Page 89: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

76

bawah) sebesar 64,82 persen ditahun 2014. Pada data persentase lain

penduduk bekerja yang berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) pada tahun 2014

sebesar 9,79 persen.

Gambar 4.6 : Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan yang

Ditamatkan Tahun 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

Apabila dilihat dari ketenagakerjaan, rata-rata penduduk Indonesia hanya

mengenyam tamat pendidikan rendah yaitu sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah pertama (SMP), sedangkan tingkat pendidikan sendiri sangat

menentukan dari jenis pkerjaan dan gaji yang didapat oleh pekerja tersebut. Oleh

karena itu peran pemerintah dan kementerian ketenaga kerjaan maupun

kementerian pendidikan harus saling bekerjasama dalam meningkatan lagi

bidang pendidikan dan keahlian masyarakat Indonesia. Dilihat dari

ketenagakerjaan menurut sektor, pekerjaan pertanian lebih besar dibandingkan

sektor lain. hal tersebut wajar dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris

yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani.

Pada tabel 4.2 yang menjelaskan mengenai ketenagakerjaan

berdasarkan sektor pada tahun 2011-2014 terlihat tenaga kerja paling besar

adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan pada tahun 2011

sebesr 42,5 juta, namun sampai pada tahun 2014 cendrung mengalami

Page 90: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

77

penurunan menjadi 39,1 juta. Selanjutnya perdagangan menunjukan angka yang

meningkat setiap tahunnya pada tahun 2011 berada pada 23,2 juta menjadi 25,

juta pada tahun 2014.

Tabel 4.2 : Tenaga Kerja per Sektor IndonesiaTahun 2011-2014

TahunSektor2011 2012 2013 2014

Pertanian, kehutanan, Perburuan dan Perikanan 42,5 39,9 39,2 39,1Perdagangan, restoran dan Hotel 23,2 23,6 24,1 25,7Jasa Mayarakat, Sosial dan Pribadi 17,1 17,4 18,5 18,4Industri Manufaktur 13,7 15,6 15,1 15,3*dalam juta

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

4.1.3.4 Kredit Investasi

Investasi swasta dari data yang digunakan pada penelitian ini adalah

kredit investasi yang bersumber dari BI yang berpengaruh terhadap tingkat

produktivitas perusahaan, antara lain digunakan sebagai pembelian kebutuhan

seperti mesin-mesin dan produksi. Kredit investasi yang diharapkan mampu

secara tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja baru yang akan

berimabas kepada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Pada gambar 4.7 pada tahun 2005 sampai 2014 pertumbuhan kredit

investasi perbankan dari tahun 2005-2014 mengalami pertumbuhan yang sangat

baik. Di beberapa tahun mulai tahun 2009 hingga 2014 mengalami penurunan, di

tahun 2009 pertumbuhan kredit hanya mencapai 10 persen saja. Lalu di tahun

2010 hingga 2013 pertumbuhan kredit kembali membaik hingga menyentuk

angka lebih dari 20 persen. Namun kembali anjlok menjadi hanya 11,55 persen

saja. Seiring itu, perekonomian global yang tengah melemah berimbas pula ke

perekonomian domestik, yang dampaknya, investasi asing dan domestik

merosot.

Page 91: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

78

Gambar 4.7 : Laju Pertumbuhan Kredit investasi Perbankan Tahun 2005

2014 (%)

Sumber : OJK, Bank Indonesia, 2014

Pada gambar 4.8 dibawah menunjukkan terjadi perbedaan antara

realisasi investasi dalam negeri dan investasi asing tiap provinsi. Untuk itu

pemerintah diharapkan dapat membantu investasi asing atau modal asing di

Indonesia untuk dapat menyerap tenaga kerja, khususnya penyerapan tenaga

kerja dalam negeri di provinsi tersebut. Sehingga tercipta keseimbangan antara

besaran investasi, khususnya investasi asing di suatu wilayah.

Gambar 4.8 : Total Realisasi PMA Dan PMDN Per Provinsi Indonesia Tahun

2009-2013

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2013

Page 92: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

79

Kredit investasi diharapkan dapat bisa menjadi pendorong pertumbuhan

ekonomi Indonesia terutama penanaman investasi perusahaan dikalangan

menengah ke bawah agar dapat terus berkembang dari waktu ke waktu.

Pemerintah baik pemerintah daerah maupun pusat harus saling bekerja sama

menggunakan kesempatan adanya investasi asing ini untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup warga negaranya. Kebijakan pemerintah sebenarnya lebih

diarahkan pembangunan Indonesia terus meningkat dan semakin baik.

4.1.3.5 Dana Aloksi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana transfer dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah untuk mengurangi atau memperkecil kesenjangan

keuangan antar daerah. Pemberian DAU setiap tahunnya berdasarkan formula

celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah merupakan pengurangan dari

kebutuhan fiskal terhadap kapasitas fiskal, dimana kebutuhan daerah diukur

dengan pendekatan pengukuran Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar

Analisa Belanja (SAB) masing-masing daerah.

Gambar 4.9 : Distribusi Dana Transfer APBN Berdasarkan Wilayah Tahun

2010-2013 (%)

Sumber :DJPK Kementerian Keuangan, 2014

Page 93: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

80

Pada gambar 4.9 Diatas berdasarkan distribusi kewilayahan, dana

transfer APBN selama tahun 2010-2013 dapat dikatakan terjadinya

ketidakmerataan. Wilayah Jawa dan Sumatera adalah wilayah yang dengan

distribusi dana transfer APBN terbesar yaitu masing-masing sebesar 35 persen

untuk wilayah Jawa sebesar 25 persen dan wilayah Sumatera. Keadaan ini

sangat berbeda untuk wilayah Maluku dan Papua yang justru mendapatkan

alokai dana paling keceil, yaitu sebesar 8 persen dari total dana seperti pada

gambar di atas.Pendapatan dana alokasi umum memang terbesar adalah

ditempati oleh Pulau Jawa dan Sumatera.

Sebagaimana DAU adalah salah satu tujuan untuk memperkecil

kesenjangan keuangan antar daerah yang nantinya diharapkan dana tersebut

mengear ketertinggalan daerah yang lebih maju. Pengalokasianya adalah

apabila daerah tersebut memiliki jumlah penduduk miskin lebih banyak makan

akan mendapatkan DAU yang besar pula.

4.1.3.6 Belanja Modal

Belanja Modal sebagai belanja keperluan operasional untuk menjalankan

kegiatan rutin pemerintahan. Belanja modal mencakup pembelian tanah,

pengadaan mesin dan peralatan, konstruksi dan belanja modal nonfisik dan fisik

lainnya.

Page 94: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

81

Gambar 4.10 : Realisasi Anggaran Belanja Modal Pemerintah Pusat Tahun

2008-2013 (Dalam Triliun Rupiah)

Sumber : nota keuangan APBN, 2014

Dilihat dari trend dari total belanja modal dalam lima tahun terakhir, yakni

dari tahun 2009-2013 seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anggaran dari

pemerintah pusat untuk belanja modal cenderung mengalami peningkatan. Hal

ini cukup baik, namun peningkatan dalam realisasi anggaran belanja modal saja

masi belum cukup. Dibutuhkan efisiensi dari pengelolaan anggaran belanja

modal agar tepat sasaran. Di negara tetangga seperti malaysia hingga saat ini

terus mengembangkan sarana-sarana infrastruktur dengan melalui pengelolaan

anggaran belanja pemerintah yang efisien. Sehingga dengan demikian negara

akan terus maju dan tidak kalah saing dengan negara lain khususnya dalam

perekonomian. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki kekayaan

alam yang berlimpah dan sumber daya menuasia yang dapat lebih

dikembangkan lagi.

Dengan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berkembang

dan dapat dikelola dengan efisien dan baik, maka bukan tidak mungkin jika suatu

Page 95: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

82

negara atau wilayah dapat lebih mandiri dan lebih maju dalam segi

perekonomian untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Untuk

mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan dana atau anggaran yang besar, selain itu

dibutuhkan sarana infrastruktur yang memadai, aman dan nyaman, sehingga

apabila kebutuhan dalam pembangunan sarana infrastruktur yang baik terpenuhi

akan dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya. Untuk

anggaran infrastruktur di Indonesia sendiri sudah di sediakan oleh pemerintah

melalui penyaluran atau tranfer ke tiap daerah provinsi di Indonesia yang dalam

hal ini anggaran tersebut di alokasikan dalam belanja modal pemerintah.

Besarnya subsidi BBM di Indonesia saat ini membuat ruang fiskal dalam

mendorong produktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih

sinambung jadi berkurang. Hal ini karena besarnya porsi subsidi BBM akan

mengurangi porsi belanja modal dalam APBN yang notabene memiliki dampak

lebih luas dan permanen pada fondasi pertumbuhan ekonomi. Berbagai studi

menunjukkan tentang pentingnya peran belanja modal, termasuk pengeluaran

infrastruktur dalam menopang perekonomian secara keseluruhan. Apabila

dibandingkan dengan negara berkembang lain seperti negara tetangga Malaysia

saja misalnya, sistem pengalokasian dan efisiensi anggaran pengeluaran

pemerintah khususnya dalam belanja modal untuk infrastruktur Indonesia masih

kalah apabila dibandingkan dengan sistim pengeluaran pemerintah negara

malysia. Baiknya kondisi infrastrutur dan sistem perniagaan di malaysia

merupakan salah satu faktor negara tersebut dapat atau mampu mencakupi

kebutuhan hariannya tanpa ada beban.

4.2. Analisis dan pembahasan Uji Statistik

Dalam sub bab 4.2 akan dijelaskan hasil pengujian asumsi klasik dan

pengujian secara statistik dimana variabel bebas mempengaruhi variabel terkait

baik secara parsial maupun secara simultan. Dalam metode yang digunakan

Page 96: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

83

pada penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan Fixed Effect Method

(FEM). METODE Fixed Effect Method (FEM) dipilih karena terdapat beberapa

alasan yang menguatkan untuk dipilihnya metode Fixed Effect Method tersebut

dibandingkan dengan menggunakan Common Effect Method (CEM) dan

Random Effect Method (RAM). Pengujian ini dilakukan pemilihan metode data

panel untuk menetukan yang lebih tepat digunakan dalam estimasi regresi dapat

melalui uji Chow, uji Hausman dan uji Lagrange , uji Lagrange Mulltiplier (LM),

kemudian selanjutnya akan dijelaskan hasil uji signifikan yaitu uji t (pengujian

secara parsial) dan ui F (pengujian secara simultan).

4.2.1. Uji Asumsi Klasik

4.2.1.1. Multikolinearitas

Adanya multikolinieritas menyebabkan nilai dari koefisien-koefisien

regresi tidak dapat ditaksir, sehingga dapat menyesatkan interpretasi dan nilai

standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga sehingga tingkat

signifikansi variabel bebasnya buruk. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas dengan cara menganalisis matriks korelasi variabel - variabel

independen yang dapat di lihat melalui Variance inflantion Factor (VIF). Nilai VIF

yang bisa ditolernasi adalah 10. Apabila VIF variabel independen<10 berarti tidak

ada multikolinearitas. Oleh karena itu setelah penulis melakukan pengujian

asumsi klasik pada model penelitian ini di dapatkan hasil sebagai berikut yang

dapat dilihat pada tabel 4.3 :

Page 97: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

84

Tabel 4.3: Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas

Variabel Bebas VIF Keterangan

PDRB Pertanian(X1) 5.613 Non MultikolinearitasPDRB Industri (X2) 4.292 Non MultikolinearitasPDRB Jasa (X3) 9.711 Non MultikolinearitasTenaga Kerja (X4) 1.063 Non MultikolinearitasKredit Investasi (X5) 8.076 Non MultikolinearitasDAU (X6) 1.339 Non MultikolinearitasBelanja Modal (X7) 2.155 Non Multikolinearitas

Sumber : Eviews 6, data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui variabel bebas dalam penelitian

ini memiliki Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10, sehingga dapat

dikatakan bahwa tidak terdapat gejala multikolonearitas antara variabel bebas

dalam penelitian ini.

4.2.1.2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variasi dari eror term yang tidak konstan, hal

tersebut dapat mengakibatkan parameter yang kita duga menjadi tidak efisien

akibat besaran variansi yang selalu berubah-ubah. Untuk dapat mengetahi

adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji White Heteroscedasticity

test. Pengujian hipotesa White Heteroscedasticity Test adalah :

H0 : Homokedastisitas

H1 : Heterokedastisitas

Pengujian asumsi heteroskedastisitas dilakukan dengan metode

pengujian uji statistik Breusch-Pagan Godfrey, Harvey dan Glejser. Apabila nilai

sig. > 0,05 maka akan terjadi homoskedastisitas dan jika nilai sig. < 0,05 maka

akan terjadi masalah heteroskedastisitas.

Berikut adalah hasil uji heterokedastisitas menggunakan Breusch-Pagan

Godfrey, Harvey dan Glejser :

Page 98: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

85

Tabel 4.4 : Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Uji Statistik Obs R-square Sig. Keterangan

Breusch-Pagan Godfrey 7,41 0,387

Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Harvey 10,045 0,186Tidak Terjadi

Heteroskedastisitas

Glesjer 7,25 0,403Tidak Terjadi

Heteroskedastisitas

Sumber :Eviews 6, data diolah

Berdasarkan hasil estimasi eviews diatas diketahui bahwa dari statistik uji

Breusch-Pagan Godfrey, Harvey dan Glejser diperoleh nilai signifikan. > 0,05

maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain asumsi

tidak terjadi heteroskedastisitas telah terpenuhi.

4.2.2. Uji Chow

Pemilihan Uji Chow atau uji F-statistik digunakan untuk memilih beberapa

yang terbentuk apakah model Common Effect Method (CEM) dan Fixed Effect

Method (FEM) yang akan dipilih untuk dapat mengestimasi regresi panel data.

Adapun uji Chow adalah sebagi berikut :

Tabel 4 5: Hasil Uji Chow

F hitung F tabel Kesimpulan117,018 1,484 H0 ditolak

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: PROVINSI

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 117.018234 (32,290) 0.0000Cross-section Chi-square 868.816552 32 0.0000

Sumber : Eviews 6, data diolah

Page 99: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

86

Uji Chow memperlihatkan bahwa nilai Cross-Section F 0.0000 dengan

tingkat signifikasi α = 5%, maka menolak H0 dan menerima Ha (H0 = CEM, Ha =

FEM). Sehingga model panel data yang tepat digunakan untuk estimsi data

panel adalah Fixed Effect Method (FEM) dari pda Common Effect Method (CEM).

4.2.3. Uji Hausman

Selanjutnya Uji Hausman pada dasarnya digunakan untuk menentukan

metode apa yang paling baik digunakan antara Fixed Effect Method (FEM) dan

Random Effect Method (REM) dalam mengestimasi model persamaan regresi.

Dengan catatan FEM dan REM dinilai lebih baik dari pada Common Effect

Method (CEM). Pengujian Hausman ini adalah salah satu dai bentuk Chi-square

test dan dilakukan berdasarkan bentuk kuadrat dan selisih antara konsisten

estimator dan efisien estimator. Oleh karena itu, selanjutnya akan dilakukan uji

hipotesis untuk mengetahui apakah efek individu atau tidak terhadap variabel

bebas.

Tabel 4.6 : Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: PROVINSI

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 15.157297 7 0.0340

Sumber : Eviews 6, data diolah

Uji Hausman memperlihatkan bahwa nilai probabilitas Cross-Section

Random sebesar 0.0340 dengan tingkat signifikan lebih dari α = 5%, maka

menolak Hα dan menerima H0((H0 = REM, Ha = FEM). Sehingga model panel

Page 100: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

87

data yang tepat untuk estimasi data panel yang digunakan adalah Fixed Effect

Method dari pada Random Effect Method.

4.2.4. Hasil Regresi Data Panel

Berdasarkan pada hasil uji Chow dan Hausman, diperoleh hasil Fixed

Effect Method (FEM) merupakan metode yang paling efisien dan baik dalam

setimasi persamaan regresi panel data dalam penelitian ini. Oleh karena itu, Dari

beberapa hasil pemilihan model, maka diputuskan menggunakan Fixed Effect

Model (FEM). Variabel dependen pada hasil uji regresi panel adalah Indeks

Williamson (Y) dan variabel independennya adalah PDRB Pertanian (X1), PDRB

Industri (X2), PDRB Jasa (X3), Tenaga Kerja (X4), Kredit Investasi (X5), DAU

(X6) dan Belanja Modal (X7). Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas

adalah:

Y = -0,435 + 0,008 X1 + 0,010 X2 – 0,039 X3 + 0,281 X4 + 0,001 X5 – 0,010 X6

+ 0,007 X7 + Provinsi + e

Berikut adalah hasil pengujian menggunkan metode Fixed Effect Method

(FEM).

Tabel 4.7 : Hasil Regresi Data Panel dengan Fixed Effect Method (FEM)

Variabel Koefisien Probabilitas KeputusanPDRB Pertanian (X1) 0.008029 0.1405 Tidak SignifikanPDRB Industri (X2) 0.010008 0.0000 SignifikanPDRB Jasa(X3) -0.039334 0.0000 SignifikanTPAK (X4) 0.281253 0.0355 SignifikanKredit Investasi (X5) 0.001490 0.0003 SignifikanDAU (X6) -0.009829 0.2606 Tidak SignifikanBelanja Modal (X7) 0.007057 0.0558 Tidak SignifikanR-squared 0.934509Prob (F-statistic) 0.000000

Sumber : Eviews 6, diolah

Pada hasil regresi data panel tabel 4.7 yang menggambarkan tentang uji

signifikan dimana variabel bebas (independent variabel) yaitu PDRB AGRI,

Page 101: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

88

PDRB Industri, PDRB Jasa, TPAK, Kredit Investasi, DAU (Dana Alokasi Umum),

dan Belanja Modal mempengaruhi variabel terkait (dependent variabel) yaitu

Ketimpangan Pembangunan Antar Provinsi di Indonesia baik secara parsial

maupun simultan.

4.2.4.1 Uji F

Berdasarkan hasil didapatkan F hitung sebesar 106,105 signifikansi

sebesar 0.000000. Nilai F hitung ini lebih besar dari F tabel (2,038) dan Sig F

(0,000) yang lebih kecil dari 5% (0,050) menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0

ditolak yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel PDRB Pertanian (X1),

PDRB Industri (X2), PDRB Jasa (X3), Tenaga Kerja (X4), Kredit Investasi (X5),

DAU (X6) dan Belanja Modal (X7) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel Indeks Williamson (Y). Hasil uji ini menjelaskan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara semua variabel bebas (indepedent variabel)

secara bersama-sama mempengaruhi variabel terkaitnya (dependent variabel).

Selain itu, juga didapat hasil dari R-square sebesar 0.934509. nilai

tersebut menunjukan bahwa variabel bebasnya (independent variabel) mampu

menjelaskan bahwa variabel terikat (dependent variabel) sebesar 93,4% dan

sisanya 7% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

model.

4.2.4.2 Uji t

Sedangkan pada hasil uji signifikasi secara parsial (Uji t) berdasarkan

pengujain pada 4.7 menunjukan tingkat signifikan masing-masing variabel bebas

(independent variabel) dengan significant level sebesar α = 5%. Hasil tersebut

menjelaskan bahwa tiga variabel bebas (independent variabel) yaitu struktur

ekonomi (PDRB Sektor Industri dan Jasa), Tingkat Partisipasi Agkatan Kerja

(TPAK), dan Kredit Investasi secara parsial berpangaruh signifikan terhadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Sedangkan tiga variabel

Page 102: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

89

lain yaitu PDRB Sektor Pertanian, Dana alokasi Umum (DAU) dan Belanja Modal

secara parsial tidak berpengaruh terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar

Provinsi di Indonesia.

Variabel bebas (independent variabel) pertama adalah Struktur Ekonomi

PDRB Sektor Pertanian. Pada hasil penelitian PDRB Sektor Pertanian dalam

penelitian ini mempunyai nilai koefisien yang positif (0.008029) dan tidak

berpengaruh signifikan terhadap ketipangan pembangunan antar provinsi di

Indonesia. Hal ini berarti secara statistik peningkatan PDRB Sektor Pertanian

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan ketimpangan pembanguanan sebesar

0.008029, dengan asumsi faktor lain citeris paribus.

Sedangkan PDRB Sektor Industri mempunyai nilai koefisien yang positif

(0.010008) dan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan.

Hal ini berarti secara statistik penigkatan PDRB Sektor Industri sebesar 1% akan

menyebabkan kenaikan ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia

sebesar 0.010008%, dengan asusmsi faktor lain citeris paribus.

Variabel PDRB Sektor jasa mempunyai nilai koefisien negatif (-0.039334)

dan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi

di Indonesia. Hal ini berarti secara statistik penigkatan PDRB Sektor Jasa

sebesar 1% akan menyebabkan penurunan ketimpangan pembangunan antar

provinsi di Indonesia sebesar -0.039334%, dengan asusmsi faktor lain citeris

paribus.

Selanjutnya adalah variabel Tingkat Patisipasi Angatan Kerja (TPAK).

Angkatan kerja yang bekerja pada penelitian ini memiliki nilai koefisien yang

positif dan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar

provinsi di Indonesia. Hal ini berarti secara statistik peningkatan angkatan kerja

yang bekerja sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan ketimpangan

Page 103: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

90

pembangunan antar provinsi di Indonesia sebesar 0.281253%, dengan asusmsi

faktor lain adalah bersifat tetap atau citeris paribus.

Variabel Kredit Investasi pada peelitian ini memiliki nilai koefisien yang

positif dan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar

provinsi di Indonesia. Hal ini berarti secara statistik peningkatan investasi

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan ketimpangan pembangunan antar

provinsi di Indonesia sebesar 0.001490%, dengan asumsi citeris paribus.

Variabel Dana Alokasi Umum (DAU) pada penelitian ini memiliki nilai

koefisien yang negatif (-0.009829) dan tidak berpengaruh signifikan terhadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Hal ini berarti secara

statistik peningkatan Dana Alokasi Umum sebesar 1% akan menyebabkan

penurunan ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia sebesar (-

0.009829%), dengan asumsi citeris paribus.

Variabel Belanja Modal pada penelitian ini memiliki nilai koefisien yang

positif (0.007057) dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan

pembangunan antar provinsi di Indonesia. Hal ini berarti secara statistik

peningkatan Belanja Modal 1% akan menyebabkan kenaikan ketimpangan

pembangunan antar provinsi di Indonesia sebesar 0.007057%, dengan asumsi

citeris paribus.

4.3 Pembahasan dan Hasil Implikasi Penelitian

4.3.1 Pengaruh Struktur Eknomi Terhadap Ketimpangan Pembangunann

Antar Provinsi Di Indonesia

Struktur ekonomi PDRB Sektor Pertanian memiliki nilai koefisien positif

(0.008029) dan tidak berpengaruh signifikan. Sehingga, dapat diartikan bahwa

jika PDRB Sektor pertanian mengalami kenaikan maka indeks williamson diduga

akan menurun. Sebaliknya, jika indeks williamson mengalami kenaikan maka

PDRB Sektor Pertanian diduga akan mengalami penurunan. Hubungan ini

Page 104: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

91

diduga dikarenakan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada sektor ini adalah

masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan dan pendidikan yang rendah.

Sektor pertanian ini merupakan sektor yang tertinggal dari 2 sektor lainnya. Ini

sesuai dengan teori pembangunan struktural dimana pola perekonomian

pertanian subsisten tradisional ke perekonomian yang lebih modern, dan sangat

didominasi oleh sektor industri dan jasa. Variabel PDRB Sektor Pertanian tidak

berpengaruh signifikan karena secara tidak langsung Sektor pertanian

merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur

pembangunan perekonomian nasional. Sumber daya alam yang besar dan

jumlah penduduk Indonesia yang banyak menggantungkan hidupnya pada sektor

ini. Sehingga secara tidak langsung ketimpangan pembangunan antar provinsi

bisa menurun, dan secara langsung berarti bahwa sektor pdrb pertanian tidak

mempengaruhi ketimpangan pembangunan atau sebagai variabel yang tidak

dapat mempengaruhi ketimpangan pembangunan.

Struktur ekonomi PDRB Sektor Industri memiliki nilai koefisien yang positif

(0.010008) dan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan

antar provinsi di Indonesia. Sehingga dapat diartikan jika terjadi kenaikan pada

PDRB Sektor Industri sbesar 1% maka akan meningkatkan ketimpangan

pembangunan sebesar 0.010008%. Hal ini karena sebagian besar tenaga kerja

yang terserap pada sektor ini adalah tenaga kerja diatas garis kemiskinan. PDRB

Sektor Industri dapat meningkatkan ketimpangan akibat terjadinya pola migrasi

dan urbanisasi antara kedua tempat sehingga tejadi mobilitas tenaga kerja dari

desa ke kota. Seperti yang diungkapkan teori Artur Lewis bahwa perekonomian

industri pengalihan tenaga kerja dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di

sektor modern. Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja

dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor modern.

Page 105: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

92

Struktur ekonomi PDRB Sektor jasa mempunyai nilai koefisien negatif (-

0.039334) dan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan

antar provinsi di Indonesia. Sehingga dalam hal ini kenaikan PDRB Sektor Jasa

sebesar 1% maka akan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar

daerah di Indonesia sebesar -0.039334%. Sektor jasa merupakan proses dari

sebagai sektor yang dianggap paling tinggi dalam teori Pola Pembangunan

Chenry. Dimana suatu daerah yang maju dan makmur merupakan daerah yang

memiliki struktur ekonomi yang berbasis pada sektor jasa. Namun sektor jasa

tetap harus mengintegrasi dengan sektor lainnya. Sehingga terjadi saling

menguntungkan pada setiap sektor.

Gambar 4.11: Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Tahun 2004

2014

Sumber : BPS, 2014

Gambar diatas menjelaskan bahwa persebaran dari tenaga kerja di setiap

sektor. Pada tahun 2008 sektor pertanian lah yang menjadi unggul dalam

kegiatan perekonomian nasional, terdapat 40 juta tenaga kerja yang bekerja

pada sektor ini. Namun pada tahu 2009 keatas sektor jasa yang mulai

menunjukan peningkaan tren dan melewati jumlah tenaga kerja pada sektor

pertanian, sedangkan sektor pertaian mengalami penurunan dan mulai bergerak

Page 106: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

93

kebawah. Adanya peralihan tenaga kerja pada sektor pertanian ke sektor industri

dan jasa akibat adanya faktor upah dan urbanisasi. Akan tetapi fenomena

adanya perubahan struktur ekonomi ini menunjukan hal dimana sektor inudtri

justru hanya menyerap sedikit tenaga kerja dan cendrung konstan.

Tabel 4.8 : Pertumbuhan PDB Indonesia menurut Sektor Tahun 2009-2014

TAHUNSEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian 3,9 3,6 3,8 4,1 4,1 4,2Pertambangan 1,5 1,6 2,3 2,7 2,2 2,1Industri Pengolahan 2,6 3,9 4,8 5,5 6,3 6,5Utilitas 11,2 11,2 11,5 11,7 11,7 11,4Konstruksi 6,4 6,9 7,5 7,5 7,3 7,1Perdagangan, Hotel &Restorant 2,3 5,7 6,6 7,3 7,6 7,4

Transport dan Komunikasi 16,5 16,6 15,6 17,7 16,7 16,3Keuangan 6,2 6,9 7,5 7,6 7,5 6,9Jasa Jasa 6,6 6,5 6,6 6,6 6,6 6,3Produk Domestik Bruto 4,8 5,9 6,5 7,2 7,4 7,4

Sumber : BPS, 2014

Pertumbuhan PDB menurut sekor untuk pertanian, industri dan jasa pada

tahun 2009-2014 menjelaskan sumbangan dari sektor industri mendominasi

pada PDB. Hal ini berarti sektor industri yang hanya menyerap sedikit tenaga

kerja mampu menghasilkan PDB yang besar dari sektor lainnya. Bahkan sektor

industri mampu mendapatkan nilai PDB 3 kali lebih tinggi dari sektor pertanian,

sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Hal tersebut merupakan wajar

dimana adanya transformasi struktural yang terjadi pada tingginya daya sumbang

sektor industri terhadap PDB, bukan pada jumlah tenaga kerja yang turut serta

didalamnya. Ketimpangan ini perlu diatasi agar sektor yang paling banyak

mengasilkan output, diisi oleh tenaga kerja yang tinggi pula agar kesejahteraan

dan kemakmuran bagi ayoritas masyarakat Indonesia, bukan hanya sebagian

masyarakat kecil saja.

Page 107: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

94

4.3.2 Pengaruh TPAK Terhadap Ketimpangan Pembangunann Antar

Provinsi Di Indonesia

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja memiliki hubungan yang positif

terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Pengaruhnya

positif dengan nilai koefisien sebesar 0.281253 dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa jika jumlah angkatan kerja yang bekerja pada suatu daerah

mengalami kenaikan sebesar 1%, maka pengaruhnya terhadap perubahan

tingkat ketimpangan pembangunan anatar provinsi di Indonesia meningkat

sebesar 0.281253%.

Dalam teori Neoklasik, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan suatu wilayah, dengan kata lain peningkatan dalam jumlah tenaga

kerja akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari wilayah tersebut, dan aliran

neoklasik percaya bahwa adanya mobilitas faktor yang sempurna. Jumlah tenaga

kerja yang meningkat akan menambah tingkat produksi. Tenaga kerja akan

berpindah dari daerah yang tertinggal menuju ke daerah yang lebih maju, dimana

daerah yang maju memiliki tingkat upah yang relatif kebih tinggi dibandingkan

dengan daerah yang tertinggal. Sehingga hal tersebut mengakibatkan

peningkatan kesenjangan/ketimpangan di suatu wilayah atau daerah, akibat

adanya perpindahan tenaga kerja yang produktif ke daerah yang maju. Namun

dalam jangka panjang faktor modal bergerak sebaliknya, yaitu dari daerah yang

maju ke daerah yang tertinggal. Karena daerah yang tertinggal memberikan

mempunyai nilai upah yang kecil sehingga para investor lebih memilih daerah

tertinggal dalam hal tingkat upah.

Pada penelitian untuk studi kasus provinsi di Indonesia ini dihasilkan

bahwa pengaruh tenaga kerja signifikan terhadap ketimpangan suatu kesimpulan

Page 108: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

95

bahwa peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja akan meningkatkan

ketimpangan pembangunan yang terjadi. Meskipun daerah maju memiliki nilai

upah yang tinggi, namun jumlah lapangan pekerjaan tetap memiliki jumlah yang

terbatas, dengan kata lain bahwa jumlah lapangan pekerjaan tidak sesuai

dengan jumlah pencari kerja, sehingga menyebabkan kurang terserapnya tenaga

kerja.

Tabel 4.9 : Tingkat Partisipasi Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

tahun 2013-2014 Indonesia

TPTProvinsi

2013 2014Rata-rata

Aceh 8,34 6,75 7,54Sumatera Utara 6,09 5,95 6,02Sumatera Barat 6,39 6,32 6,36Riau 4,19 4,99 4,59Jambi 2,89 2,50 2,70Sumatera Selatan 5,41 3,84 4,62Bengkulu 2,10 1,62 1,86Lampung 5,07 5,08 5,08Kepulauan Bangka Belitung 3,22 2,67 2,95Kepulauan Riau 6,05 5,26 5,66DKI Jakarta 9,64 9,84 9,74Jawa Barat 8,88 8,66 8,77Jawa Tengah 5,53 5,45 5,49DI Yogyakarta 3,75 2,16 2,96Jawa Timur 3,97 4,02 4,00Banten 9,77 9,87 9,82Bali 1,93 1,37 1,65Nusa Tenggara Barat 5,28 5,30 5,29Nusa Tengggara Timur 2,12 1,97 2,04Kalimantan Barat 3,13 2,53 2,83Kalimantan Tengah 1,81 2,71 2,26Kalimantan Selatan 3,88 4,03 3,96Kalimantan Timur 8,94 8,89 8,92Sulawesi Utara 7,50 7,27 7,38Sulawesi Tengah 2,67 2,92 2,80Sulawesi Selatan 5,88 5,79 5,83Sulawesi Tenggara 3,43 2,13 2,78Gorontalo 4,51 2,44 3,47

Page 109: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

96

Sulawesi Barat 2,02 1,60 1,81Maluku 6,97 6,59 6,78Maluku Utara 5,50 5,65 5,58

TPTProvinsi

2013 2014Rata-rata

Papua Barat 4,36 3,70 4,03Papua 2,91 3,48 3,19Indonesia 5,88 5,70 5,79

Sumber : BPS, Sakernas, 2015

Pada tabel 4.9 Tingkat pengangguran terbuka Indonesia mencatat bahwa

pada tahun 2014 mencatat angka terendah yaitu sebesar 5,7%. Sedangkan

untuk provinsi yang memiliki tingkat pengagguran tinggi adalah provinsi Aceh,

SumUt, SumBa, DKI Jakarta, JaBar, KalTim, SulUt, dan Maluku. Berdasarkan

data bps, jumlah orang yang menganggur tahun 2014 7,15 juta orang, menurun

jika pada tahun 2013 adalah 7,41 juta orang. Walaupun jumlah tingkat

pengangguran terbuka di Indonesia menurun namun penyerapan tenaga kerja

belum sepenuhnya. Hal tersebut diakibatkan karena kualitas sumber daya

manusia yang rendah seperti pada gambar 4.6 dimana jumlah yang

berpendidikan rendah lebih tinggi daripada yang berpendidikan tinggi, sehingga

persaingan sumber daya manusia menyebabkan masih banyak masyarakat

belum terserap tenaga kerja dan menyebabakan ketimpangan pembangunan

antar provinsi.

4.3.3 Pengaruh Kredit Investasi Terhadap Ketimpangan Pembangunann

Antar Provinsi Di Indonesia

Kredit Investasi memiliki hubungan positif dengan koefisien 0.001490 dan

berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di

Indonesia. Artinya jika jumlah kredit investasi naik sebesar 1%, maka akan

meningkatkan ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia sebesar

0.001490%.

Page 110: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

97

Berdasarkan teori aliran neoklasik mengatakan bahwa modal memiliki

hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi atau dengan hasil output

suatu wilayah. Kegiatan investasi membuat masyarakat terus menerus

meningkatkan kegiatan ekonominya dan membantu menciptkan lapangan kerja

dan menaikan produktivitas sektor-sektor. Selain itu menurut neoklasik, modal

akan mengalir dari daerah yang maju menuju ke daerah yang tertinggal atau

dengan kata lain memilki mobilitas sempurna.

Namun pada penelitian ini variabel kredit investasi memilki hasil yang

signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Hal

tersebut dikarenakan adanya aliran dana investasi diharapkan dapat mengurangi

ketimpangan anatar provinsi di Indonesia secara langsung namun perlu adanya

pemerataan dalam penyaluran dana kredit pada daerah dan sektor yang tepat.

Namun investasi yang terjadi pada tabel 4.10 ini memberikan gambaran bahwa

sebagian besar investasi swasta banyak terdapat pada daerah yang maju dan

kurangnya investasi pada daerah yang kurang maju. Ivestasi memang dapat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan dapat membantu mengurangi

ketimpangan namun jika investasi banyak mengalir sebagian besar di daerah

pulau Jawa saja dan kurang meratanya ke wilayah provinsi Indonesia. namun

perlu adanya pemerataan dalam penyaluran dana kredit pada wilayah dan sektor

yang tepat.

Tabel 4.10 : Reaslisasi PMA Berdasarkan Lokasi tahun 2014

NO LOKASI INVESTASI (JUTA $) PROYEK1 Jawa Barat 1.767,4 5062 Kalimantan Timur 798,6 1023 Riau 618,7 274 Banten 591,0 1945 DKI Jakarta 416,6 8806 Jawa Timur 339,6 1207 Kalimantan Tengah 309,6 55

Page 111: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

98

8 Sumatera Selatan 304,1 459 Papua 285,7 2110 Kalimantan Barat 237,3 7011 Kalimantan Selatan 148,6 38NO LOKASI INVESTASI (JUTA $) PROYEK12 Bali 135,8 12113 Nusa Tenggara Barat 128,4 5114 Jawa Tengah 128,0 6015 Sumatera Utara 122,4 6516 Kepulauan Riau 107,7 3417 Papua Barat 77,8 1018 Sulawesi Tenggara 61,1 2119 Sulawesi Selatan 47,2 1620 Sulawesi Utara 46,5 3221 Sumatera Barat 37,5 2622 Maluku Utara 35,5 823 Kepulauan Bangka Belitung 34,9 724 Jambi 24,2 2725 Sulawesi Tengah 16,6 2726 Lampung 15,3 1627 DI Yogyakarta 9,6 728 Aceh 4,3 2229 Nusa Tenggara Timur 2,7 1830 Maluku 1,7 631 Bengkulu 1,7 332 Sulawesi Barat 0,1 433 Gorontalo 0,0 2

TOTAL 6.856,2 2.642

Sumber : BKPM, 2014

Dengan adanya data diatas menunjukan bahwa ketimpangan

pembangunan dalam variabel investasi pada setiap daerah. Untuk itu diharapkan

pemerintah bisa lebih mengarahkan investasi asing atau penanaman modal

asing di Indonesia untuk menyerap banyak tenaga kerja, khususnya penyerapan

tenaga kerja bagi masyarakat dalam negeri atau provinsi tertentu. Sehingga

dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara besaran dari nilai investasi,

khususnya investasi asing di suatu wilayah dengan penyerapan tenaga kerja

Page 112: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

99

yang nantinya juga akan memberikan hasil atau dampak positif terhadap

perekonomian suatu wilayah.

4.3.4 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Ketimpangan

Pembangunann Antar Provinsi Di Indonesia

Dana Alokasi Umum (DAU) memilki hubungan yang negatif terhadap

ketimpangan pembangunan antar provinsi di Indonesia. Hubunganya negatif

dengan koefisien sebesar -0.009829. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa jika dana alokasi umum yang dikeluarkan APBN mengalami kenaikan

sebesar 1% maka pengaruhnya terhadap ketimpangan pembangunan antar

provinsi di Indonesia menurun sebesar -0.009829%.

Menurut teori kebijakan fiskal pengeluaran pemerintah dalam bentuk

bantuan dana alokasi umum (DAU), adalah dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desendtralisasi.

Prinsipnya, semakin besar sumbangan PAD kepada APBD akan menunjukan

semakin kecil ketergantungan daerah kepda pusat. Selain itu, adanya

perkembangan peningkatan pendapatan dari pos PAD di suatu daerah, juga

dapat memberikan gambaran bahwa daerah tersebut memiliki kinerja fiskal yang

semakin baik (khusaini, 2006). Desentralisasi fiskal memberikan keluluasaan

pemerintah daerah untuk mengatur angaran sendiri dengan standar tertentu dari

pemerintah pusat untuk dapat mengurangi ketimpangan antar wilayah di

Indonesia.

Page 113: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

100

Gambar 4.12 : Pengeluaran Dana Alokasi Umum tahun 2012-2015

Sumber : APBN 2016

Pada gambar 4.12 diatas terlihat dana alokasi umum (DAU) setiap

tahunnya meningkat mulai tahun 2012 hingga tahun 2015. Hal tersebut berarti

setiap daerah masih mengharapkan adanya dana bantuan untuk menutupi

kekurangan pada setiap kebutuhan daerah tersebut agar daerha yang satu

dengan daerah yang lain tidak terlalu timpang. Efektivitas penggunaan anggaran

dana alokasi umum di suatu daerah juga menunjang terciptanya ruang fiskal

yang cukup memberi ruang dalam pembangunan suatu daerah.

Dari hasil penelitian ini Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh tidak

signifikan terhadap ketimpangan pembangunan walau dengan adanya dana

alokasi umum (DAU) dapat membantu mengurangi ketimpangan pembangunan

antar daerah dengan bantuan tersebut. Menurut Muliana (2009) dana alokasi

umum secara tidak langsung membuat meningkatkan kemalasan dan

ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana bantuan pemerintah pusat,

DAU seharusnya hanya bersifat mendukung bagi pelaksanaan pemerintah dan

pembangunan daerah. Sehingga sebaiknya pemerintah daerah terus

mengembangkan potensi daerah dan berupaya agar pendapatan daerah dapat

memenuhi kebutuhan pengeluaran daerah sehingga menjadi daerah potensial.

Page 114: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

101

4.3.5 Pengaruh Belanja Modal Terhadap Ketimpangan Pembangunann

Antar Provinsi Di Indonesia

Belanja Modal memiliki hubungan yang positif terhadap ketimpangan

pembangunan antar daerah di Indonesia. Pengaruhnya positif dengan nilai

koefisien sebesar 0.007057. dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahw jika

pengeluaran belanja modal daerah yang tertuang dalam APBD mengalami

kenaikan sebesar 1% maka pengaruhnya terhadap perubahan ketimpangan

pembangunan antar daerah di Indonesia naik sebesar 0.007057 persen.

Menurut kebijakan fiskal, peningkatan pengeluaran pemerintah daerah

untuk belanja modal untuk meningkatkan pembangunan. Karena struktur dari

belanja modal, pengeluaran terbesarnya diperuntukan untuk infrastruktur dan

fasilitas publik, maka dengan anggaran modal lebih banyak, utamanya untuk

infrastruktur jalan, dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi. pemerintah pusat

maupun daerah dapat bekerjasama untuk lebih mengefisiensikan realisasi dari

anggaran belanja modal itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam

belanja modal, khususnya dalam pendanaan, pengembangan serta

pembangunan sarana Infrastruktur sebagai salah satu pos belanja yang memiliki

porsi anggaran lebih besar dibandingkan dengan jenis belanja modal lain seperti

tanah, peralatan, gedung pemerintahaan, dll.

Page 115: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

102

Gambar 4.13 : Belanja APBD Indonesia tahun 2014

Sumber : Kemenkeu, 2015

Pada gambar 4.13 diatas terlihat bahwa pengeluaran untuk belanja

pegawai lebih tinggi dibandingkan dengan belanja modal. Belanja modal tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan pembangunan antar

provinisi di Indonesia. Karena pengeluaran dalam belanja modal lebih kecil

dibandingkan pengeluaran belanja pegawai lebih besar karena dengan

mengingat bahwa disetiap daerah mengalami peningkatan jumlah pegawai dan

juga gaji yang diberikan, hal inilah yang menyebabkan belanja pegawai lebih

besar dari belanja modal. Daerah yang memiliki pendapatan daerah yang besar

akan besar pula pengeluaran untuk belanja modalnya. Namun pemerintah

sebaiknya meningkatkan belanja modal karena berkaitan dengan infrastruktur

atau fasilitas publik. Dengan adanya fasilitas tersebut daerah yang kurang dalam

sumberdaya alam akan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Page 116: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

103

Page 117: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil estimasi pengujian menggunakan analisis regresi data panel

dalam penelitian ini, PDRB Sektor Pertanian, Sektor Industri dan Sektor

Jasa, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), Kredit Investasi, Dana

Aloksi Umum, dan Belanja Modal terdapat pengaruh terhadap

ketimpangan pembangunan. Dimana (1) PDRB Sektor Pertaniain

berhubungan positif dengan ketimpangan pembangunan, (2) PDRB

Sektor Industri berhubungan positif dengan ketimpangan pembangunan,

(3) PDRB Sektor Jasa berhubungan negatif dengan ketimpangan

pembangunan, (4) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja positif terhadap

ketimpangan pembangunan, (5) Kredit Investasi berhubungan positif, (6)

Dana Alokasi Umum berhubungan negatif dengan ketimpangan

pembangunan, dan (7) Belanja Modal berhubungan positif dengan

ketimpangan pembangunan.

2. Struktur ekonomi dibagi dalam 3 sektor yakni pertanian, Industri dan

Jasa. Untuk mengurangi ketimpangan pembangunan ketiga sekotor

tersebut harus saling diintegrasikan untuk dapat mengurangi ketimpangan

pembangunan. Di Indonesia dari ketiga sektor tersebut hanya sektor Jasa

yang memiliki hubungan negatif terhadap ketimpangan pembagunan hal

ini karena adanya pergeseran struktur ekonomi sehingga sektor jasa yang

Page 118: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

104

mulai dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi

ketimpangan.

3. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki

pengaruh dalam mengurangi ketimpangan pembangunan dan berslope

negatif adalah variabel PDRB Sektor Jasa dan variabel Dana Alokasi

Umum. Hal ini mengindikasikan bahwa selama

5.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan hasil penelitian, penulis mencoba

mengungkapkan beberapa saran yang dapat dijadikan salah satu pertimbangan

bagi pembuat kebijakan untuk menciptakan suatu kebijakan terkait dalam

mengurangi ketimpangan pembangunan. Berikut merupakan saran yang dapat

direkomendasikan oleh penulis:

1. Selain itu pemerintah di setiap wilayah provinsi di Indonesia diharapkan

dapat meningkatkan kembali kepercayaan para investor lewat

pengembangan potensi wilayah terutama dari segi sektor-sektor unggulan

di provinsi tersebut agar dengan demikian dapat lebih meningkatkan lagi

pertumbuhan ekonomi pada seluruh sektor di masing-masing Provinsi

Indonesia.

2. Peranan Investasi Asing sesuai dengan semangat otonomi daerah, hal

tersebut juga harus dipacu dengan peningkatan situasi kondusif

berinvestasi, pembuatan peta potensi wilayah di setiap provinsi Indonesia

dan pembentukan unit pelayanan terpadu di daerah-daerah untuk

mempermudah pelayanan pembuatan ijin usaha dan investasi.

3. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantita infrastrutur dengan

cara meniakan anggaran belanja modal. Dalam mengumpulakan dana

tersebut tidak hanya dana dari pemerintah saja, namun juga bisa

Page 119: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

105

menggunakan dana investasi swasta dengan cara mempermudah dan

mempromosikan investor untuk mau berinvestasi pada bidang

infrastruktur.

4. Perlunya menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah,

meningkatkan integrasi dan interkonektivitas seluruh wilayah sehingga

terjadi pemerataan pembangunan.

Page 120: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi ; Pertumbuhan ekonomi

dan Pertumbuhan Wilayah, cetakan pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Amstrong, H.W. and Taylor, J. 2000. Refional Economics and Policy, 3rd edition, Blackwell,

Oxford.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (bpkp). Data Dana Alokasi Umum

Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota. Web: bpkp.go.id, diakses 20 september

2016.

Badan Pusat Statistik (BPS). Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB Sektor

Pertanian). Web: http://bps.go.id, diakses pada 12 Juni 2017.

Badan Pusat Statistik (BPS). Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB Sektor

Industri). Web: http://bps.go.id, diakses pada 12 Juni 2017.

Badan Pusat Statistik (BPS). Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB Sektor Jasa).

Web: http://bps.go.id, diakses pada 12 Juni 2017.

Badan Pusat Statistik (BPS).Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Provinsi

2005-2014. Web: http://bps.go.id, diakses pada 8 Maret 2016.

Badan Pusat Statistik (BPS).Perkembangan PDB Indonesia ADHK tahun 2005-2013. Web:

http://bps.go.id, diakses pada 8 Maret 2016.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Katalog Statistik 70 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Katalog Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-

2035.

BAPPENAS. 2013. Analisis Kesenjangan Antar Wilayah 2013. Jakarta.

BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). 2014. Realisasi Penanaman Modal Di

Indonesia 2014. Jakarta.

Page 121: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Magister Sains Ilmu-ilmu Ekonomi, Manajemen,

Akuntansi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Simposium Naional Akutansi.

Universitas Hasanudin Makasar.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK). Data Anggaran Belanja Modal per

Provinsi Indonesia. Diakses 12 Maret 2016.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, dasar Teori

Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LP3ES.

Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Donmoyer, R. 2008. Generalizability. In Givens, L. (Ed.), Encyclopedia of Qualitative

Research.Thousand Oaks,CA: Sage.

Umiyati, Etik. 2013. Analisia Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pembangunan di

Pulau Sumatera. Journal of Paradigma Ekonomika Vol 1, No7 April 2013.

Gujarati, D.N. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika (Basic Econometrics), Edisi Kelima .

Penerbit : Jakarta, Salemba Empat

Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill International Edition, Economic

Series.

Hartono, Budiantoro. 2008. Tesis Analisi Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di

Provinsi Jawa Tengah. Tesis Dipublikasikan. Diakses Tanggal 20 Juni 2016.

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

Asli Daerah Terhadap Belanja Pemda: Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Jawa

dan Bali. Jurnal Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi keuangan daerah, Edisi Revisi.

Jakarta: Salemba Empat.

Page 122: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

Kementerian PPN/BAPPENAS. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional

Tahun 2010-2014. Jakarta.

Khusaini, M., 2006, Kajian Desentralisasi Fiskal, Pengaruhnya terhadap Efesiensi Ekonomi

Sektor Publik, Pertumbuhan Ekonomi Sektor Publik, Pertumbuhan Ekonomi

Kekhususan Studi Pembangunan, Program Pasca Sarjana, Universitas

Brawijaya Malang.

Krisyanti, Linda. 2007 Analisis Sektor Basis Perekonomian dan Perannya dalam

Mengurangi Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Timur. Jurnsl Ilmu Ekonomi. Bogor : IPB

Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan Teori. Masalah. dan Kebijakan.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi Perencanaan,

Strategi dan Peluang. Jakarta : Erlangga.

Manik, Fitri R. 2009. Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kota Medan dengan

Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mankiw, N. Gregory.2004. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Mapongga, Herwin. 2011. Analisis Ketimpangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Gorontalo. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo. Volume 10,

No1 Juni 2011, Hal 40-51.

Mubyarto. 2001. Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis

Ekonomi. Yogyakarta : BPFE

Page 123: ANALISIS PENGARUH VARIABEL STRUKTUR EKONOMI ...repository.ub.ac.id/6500/1/Feiruz Niswah.pdf4. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,Malang 2011-2017 kehilangan

Muliana. 2009. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD, DAU, dan DAK Terhadap Tingkat

Kemandirian Keuangan Daerah. Skripsi. Medan: Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Rosmeli. 2014. Dampak Belanja Daerah Terhadap Ketimpangan Antar Daerah Di Provinsi

Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika. Volume 9. No 01 April 2014.

Sadono, Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah Dan Dasar Kebijakan,

Edisi Kedua. Jakarta : Kencana.

Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama.

Padang.

Sun’an, Muammil. 2015. Ekonomi Pembangunan Daerah. Penerbit : Jakarta, Mitra

Wancana Media.

Syaiful. 2006. Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan Belanja Modal

dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan. Artikel.

Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Terjemahan,

Edisi Kesembilan, Jilid 1 dan 2. Penerbit : Jakarta, Erlangga.

Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2011. Pembangunan Ekonomi. Terjemahan,

Edisi Kesebelas, Jilid 1 dan 2. Penerbit : Jakarta, Erlangga.

Undang-Undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta. Kementerian Keuangan Indonesia.