1. faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen menekan kehilangan... · kehilangan akan sangat...

13
Menekan kehilangan hasil 1 II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat penundaan waktu panen. Penundaan panen juga dapat menyebabkan keretakan pada gabah sehingga akan mudah rusak pada proses pengolahannya. selama perontokan, susut dapat terjadi karena adanya gabah yang tertinggal pada malai, juga kerusakan mekanis yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang digunakan Proses pengeringan yang tidak sempurna juga dapat menimbulkan susut selama proses perontokan atau penggilingan. Perontokan yang dilakukan segera setelah pengeringan juga beresiko memperbesar persentase kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis selama perontokan atau penggilingan juga dapat disebabkan oleh pengeringan yang terlalu cepat. Khusus untuk negara-negara Asean, pengeringan seringkali dilakukan dengan cara penjemuran yang dapat menimbulkan susut akibat akibat tercecernya atau dimakan oleh ayam dan burung. Selama dalam pengangkutan atau penyimpanan, susut dapat terjadi akibat gabah tercecer bila tidak dikemas dengan cara yang benar. Mengapa penanganan pascapanen di tingkat petani masih belum optimal : a. Kebutuhan hidup yang mendesak b. Teknik & pengetahuan tradisional yang belum dikembangkan dipakai terus c. Kurang pengetahuan tentang penanganan pascapanen yang benar d. Kesulitan biaya & tenaga tambahan Secara umum, kehilangan hasil panen padi dipengaruhi oleh : varietas tanaman, kadar air gabah saat panen, alat panen, cara panen, cara/alat perontokan, dan sistem pemanenan padi.

Upload: doandat

Post on 06-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 1

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL

1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen

Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di

lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat penundaan waktu panen.

Penundaan panen juga dapat menyebabkan keretakan pada gabah sehingga akan

mudah rusak pada proses pengolahannya.

selama perontokan, susut dapat terjadi karena adanya gabah yang tertinggal pada

malai, juga kerusakan mekanis yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang

digunakan

Proses pengeringan yang tidak sempurna juga dapat menimbulkan susut

selama proses perontokan atau penggilingan. Perontokan yang dilakukan segera

setelah pengeringan juga beresiko memperbesar persentase kerusakan mekanis.

Kerusakan mekanis selama perontokan atau penggilingan juga dapat disebabkan

oleh pengeringan yang terlalu cepat. Khusus untuk negara-negara Asean,

pengeringan seringkali dilakukan dengan cara penjemuran yang dapat

menimbulkan susut akibat akibat tercecernya atau dimakan oleh ayam dan

burung. Selama dalam pengangkutan atau penyimpanan, susut dapat terjadi

akibat gabah tercecer bila tidak dikemas dengan cara yang benar. Mengapa

penanganan pascapanen di tingkat petani masih belum optimal :

a. Kebutuhan hidup yang mendesak

b. Teknik & pengetahuan tradisional yang belum dikembangkan dipakai

terus

c. Kurang pengetahuan tentang penanganan pascapanen yang benar

d. Kesulitan biaya & tenaga tambahan

Secara umum, kehilangan hasil panen padi dipengaruhi oleh : varietas tanaman,

kadar air gabah saat panen, alat panen, cara panen, cara/alat perontokan, dan

sistem pemanenan padi.

Page 2: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 2

2. Tingkat Kehilangan Hasil

Kehilangan panen ini mestinya masih dapat ditekan. Salah satu penentu

utama kehilangan panen ialah sistem panen. Penelitian menunjukkan bahwa

kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan (sistem

bawon) yang masih diterapkan secara luas di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Pergeseran dari sitem panen keroyokan yang bersifat terbuka ke sistem ceblokan

yang bersifat tertutup dapat menekan kehilangan panen sekitar 4,6 % dari 18,9%

pada sistem keroyokan menjadi 14,3 % pada sistem ceblokan. Sudah barang tentu

kehilangan panen mestinya dapat ditekan lebih besar lagi jika pemanenan

dilakukan dengan sistem kelompok yang sudah mulai berkembang di Jawa Timur.

Peluang kedua yang masih sangat terbuka untuk menekan kehilangan

panen ialah pada tahap perontokan yaitu inovasi alat perontokan. Perontokan

tradisional dengan cara gebot menimbulkan kehilangan gabah yag sangat besar.

Analisis pada tahap perontokan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sulistiawati(1980). Analisis pada tahap perontokan menggunakan metode

perbandingan dari dua sistem perontokan yaitu sistem banting (beating) dengan

sistem power threser. Perbandingan yang diukur adalah perbandingan manfaaf

(yang diukur dari perbedaan tingkat kehilangan hasil) dan perbedaan biaya yang

dikeluarkan oleh kedua sistem tersebut. Dengan kata lain adalah menghitung

perbedaan manfaat tambahan dan biaya tambahan dari kedua sistem perontokan

tersebut

Sub Pokok Bahasan

Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di

lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat penundaan waktu panen.

Penundaan panen juga dapat menyebabkan keretakan pada gabah sehingga akan

mudah rusak pada proses pengolahannya.

selama perontokan, susut dapat terjadi karena adanya gabah yang tertinggal pada

malai, juga kerusakan mekanis yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang

digunakan

Page 3: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 3

Proses pengeringan yang tidak sempurna juga dapat menimbulkan susut

selama proses perontokan atau penggilingan. Perontokan yang dilakukan segera

setelah pengeringan juga beresiko memperbesar persentase kerusakan mekanis.

Kerusakan mekanis selama perontokan atau penggilingan juga dapat disebabkan

oleh pengeringan yang terlalu cepat. Khusus untuk negara-negara Asean,

pengeringan seringkali dilakukan dengan cara penjemuran yang dapat

menimbulkan susut akibat akibat tercecernya atau dimakan oleh ayam dan

burung. Selama dalam pengangkutan atau penyimpanan, susut dapat terjadi

akibat gabah tercecer bila tidak dikemas dengan cara yang benar.

Sub Pokok Bahasan 1 : Kehilangan pada pemanenan.

Metode pengukuran kehilangan yaitu dengan menggunakan metode papan.

Metode ini merupakan pengembangan dari metode pengukuran secara langsung

pada lahan sawah yang sudah selesai dipanen (Setyono et al, 1996). Pada metode

ini pengukuran kehilangan dilakukan dengan menggunakan papan berukuran 20

cm x 100 cm sebanyak 5 papan untuk setiap ulangan atau sama dengan petak

kontrol 1 m2. Pada dasar papan dilapisi dengan karung goni supaya

mempermudah penangkapan gabah yang tercecer pada saat pemanenan.

Kehilangan pada saat panen dihitung berdasarkan rumus :

G1

KHPN = ———————————— x 100%

G1 + G2

Keterangan

KHPN = Kehilangan pada saat panen, (%)

G1 = Berat gabah yang tercecer pada saat pemotongan padi yang ditampung

pada papan, (kg)

G2 = Gabah hasil perontokan dengan cara diiles pada petakan seluas 1 m2, (kg)

Gambar 1. Alat panen padi

Page 4: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 4

Umur panen ditentukan berdasarkan (1) kenampakan, biasanya 90% dari

butiran gabah pada malai sudah berwarna kuning keemasan, dan (2) umur

tanaman seperti pada diskripsi varietas, yang diperhitungkan berdasarkan hari

setelah tanam (HST) atau hari setelah berbunga rata (HSB). Panen padi yang baik

dilakukan pada saat umur optimal yang dicapai setelah kadar air gabah mencapai

22-23% pada musim kemarau, dan antara 24 –26% kadar air gabah pada musim

penghujan.

Pemanenan yang dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan kualitas

yang kurang baik karena tingginya persentase butir hijau pada gabah, sedangkan

panen yang dilakukan setelah lewat masak akan menyebabkan jumlah gabah yang

hilang karena rontok pada saat pemotongan akan besar (Setyono et al, 1996).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan gabah pada saat pemanenan

berkisar antara 2,15 – 3,07%. Kehilangan hasil pada saat panen dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, misalnya umur panen, kadar air panen, alat dan cara panen,

seta perilaku tenaga pemanen tersebut.Perbedaan ekosistem akan menyebabkan

cara dan sistem panen

Sub. Pokok Bahasan 2 : Kehilangan pada penumpukan

Metode pengamatan kehilangan dilakukan dengan mengunakan alas

plastik ukuran 1m2 pada setiap tumpukan padi setelah diopotong, dengan ukuran

tumpukan padi antara 5 – 10 rumpun pada setiap tumpukan. Gabah yang tercecer

pada alas plastic tersebut dan hasil gabah pada setiap tumpukan tersebut, masing-

masing ditimbang. Kehilangan pada saat penumpukan dihitung berdasarkan

rumus:

G1

KHPP = ———————————— x 100%

G1 + G2

Keterangan

KHPP = Kehilangan pada panumpukan padi, (%)

G1 = Berat gabah yang rontok pada tumpukan padi, (kg)

G2 = Gabah hasil perontokan dengan cara diiles dari setiap tumpukan padi,(kg)

Penumpukan sementara padi biasa dilakukan setelah pemotongan padi

untuk menunggu kesempatan melakukan pengumpulan dan penumpukan. Dalam

satu tumpukan biasanya terdiri dari 5–10 rumpun, tergantung besarnya cakupan

Page 5: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 5

tangan masing-masing tenaga pemanen. Penumpukan padi tersebut diletakkan

diatas hamparanbekas potongan padi.

Tenaga pemanen melakukan penumpukan dengan sangat tergesa-gesa dan

tanpa alas, untuk mendapatkan jumlah panen yang sebanyakbanyaknya, sehingga

menimbulkan potensi kehilangan hasil yang cukup besar

Sub Pokok Bahasan 3 : Kehilangan pada pengumpulan

Metode pengamatan kehilangan yaitu dengan memberikan wadah plastik ukuran

200 cm x 100 cm untuk alas pengangkutan padi tersebut. Gabah yang tercecer

pada alas pengangkutan dikumpulkan sampai proses penumpukan selesai.Gabah

hasil ceceran dan gabah yang dihasilkan dari tumpukan padi masingmasing

ditimbang. Kehilangan pada saat pengumpulan dihitung berdasarkan rumus:

G1

KHPN = ———————————— x 100%

G1 + G2

Keterangan

KHPN = Kehilangan pada saat panen, (%)

G1 = Berat gabah yang tercecer pada saat pemotongan padi yang ditampung pada

papan, (kg)

G2 = Gabah hasil perontokan dengan cara diiles pada petakan seluas 1 m2, (kg)

Kegiatan pengumpulan padi dilakukan agar dalam melakukan perontokan

tenaga pemanen tidak berpindah pindah tetapi pada satu tempat yang sudah

dipilih. Kehilangan terjadi karena gabah akan tercecer pada sepanjang perjalanan,

umumnya dalam melakukan kegiatan ini tidak ada seorang pun yang melakukan

dengan menggunakan wadah/alas untuk mengangkut. Untuk mengetahui jumlah

kehilangan hasil pada proses tersebut, pada saat pengangkutan dilakukan dengan

menggunakan alas dari karung plastik, dan gabah yang rontok dari setiap kali

pengangkutan ditampung dalam wadah.

Sub Pokok Bahasan 4 : Kehilangan pada perontokan

Metode pengukuran kehilangan pada saat perontokan yaitu (1)

mengumpulkan dan menimbang gabah yang terlempar ke luar dari alas

perontokan yang dipakai petani dengan cara menghamparkan pada alas

Page 6: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 6

perontokan ukuran 5 m x 5 m, dan (2) memisahkan dan menimbang gabah yang

terbawa dalam gabah hampa dan kotoran dan (3) memisahkan dan menimbang

gabah yang tidak terontok dan masih menempel pada jerami padi.

Gambar 2. Alat perontok padi

Kehilangan pada saat perontokan dihitung berdasarkan rumus:

G1 + G2 + G3

KHPR = ———————————— x 100%

G 0 + G1 + G2 + G3

Keterangan :

KHPR = Kehilangan pada perontokan

G1 = gabah yang terlempar diluar alas petani

G2 = gabah hasil perontokan /tumpukan

G3 = gabah yang melekat di jerami dan tak rontok

G0 = gabah hasil perontokan

Perontokan adalah proses terlepasnya gabah dari malainya, yang

disebabkan oleh adanya gaya mekanis. Di daerah Pantura Jawa Barat umumnya

petani melakukan perontokan padi dengan cara dibanting/digebot. Dengan

berbagai permasalahan yang ada, seperti faktor sosial budaya dan ketersediaan

tenaga kerja panen, sampai saat ini tingkat adopsi mesin perontok sangat rendah.

Perontokan yang dilakukan dengan cara banting/gebot memberikan potensi

kehilangan yang lebih besar. Hal ini disebabkan ketidak hati-hatian tenaga

pemanen dalam melakukan penggebotan maupun penggunaan alas penggebotan

yang relative sempit, sehingga banyak gabah yang terlempar keluar alas yang

digunakan. Proses penggebotan padi yang tidak maksimal dapat menyebabkan

masih banyaknya gabah yang tertinggal pada jerami dan ikut terbuang.

Page 7: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 7

Tabel 1 : Analisis Manfaat-Biaya Penanganan Hasil Pasca Panen Padi pada

Tahap Perontokan

Uraian

Cara Perontokan Banting Power thresher Selisih

(1) (2) (3) (4)=(2)-(3)

1. Presentase tingkat kehilangan

2. Presentase biaya perontokan terhadap

total produksi

6,45

6,10

2,93

4,40

+ 3,5

+1,7

Sumber : Sulistiawati (1980)

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa perontokan dengan sistem power

thresher akan memberikan tambahan manfaat yang berlipat bila dibandingkan

dengan sisitem banting (beating). Hal ini ditunjukkan oleh nilai tambahan manfaat

total yang bernilai positif sebesar (+) Rp. 283.400/Ha. Tambahan manfaat ini

selain berasal dari turunnya kehilangan hasil juga berasal dari turunnya biaya.

Perontokan dengan dengansistem power thresher, dapat menurunkan tingkat

kehilangan hasil sebesar 3,5 % dari total produksi. Bila diasumsikan produksi

rata – rata gabah per hektar adalah 5 ton, maka tambahan produksi per hektar akan

mencapai 175 kg. Jika harga padi pada tahun 2002 sebesar Rp. 1.090/kg GKP,

maka tambahan manfaat akibat penghematan kehilangan hasil sebesar Rp.

190.750,-. Sementara itu penggunaan power thresher dibandingkan dengan cara

banting (beating) dapat menurunkan biaya perontokan sebesar 1,7 % dari total

produksi. Dengan asumsi yang sama, maka penggunaan alat perontokan power

thresher sangat menguntungkan petani. Selain dapat menurunkan tingkat

kehilangan hasil juga dapat menurunkan biaya perontokan per satuan berat.

Tambahan manfaat yang berlipat dari penggunaan power thresher inilah

yang menyebabkan cara perontokan ini berkembang cukup pesat. Selain

perontokan dengan power thresher dapat menghemat waktu perontokan lebih dari

15 kali lipat. Bila dengan menggunakan cara banting setiap jam dapat

merontokkan 60 kg, maka dengan menggunakan power thresher dapat

merontokkan 967 kg.

Page 8: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 8

Tabel 2 : Tingkat Kehilangan Menurut Sistem Pemanenan dan Cara

Perontokan Padi (%)

Sistem Pemanenan Cara Perontokan Kehilangan Hasil

Keroyokan Ceblokan Kelompok

Gebot Gebot Mesin

18,9 14,3 5,9

Sumber : Setyono dan Hasanuddin (1997)

Alat perontok mesin biasanya digunakan apabila pemanenan dilakukan

dengan sistem kelompok. Ini berarti, upaya introduksi alat perontok mesin

(inovasi teknologi) akan lebih berhasil jika dilakukan terintegrasi dengan upaya

menstransformasi institusi panen tradisional yang tidak efisien (inovasi institusi).

Kuatnya daya persistensi lembaga bawon (keroyokan panen) merupakan

penghambat utama introduksi perontok mesin.

Sub Pokok Bahsan 5 : Kehilangan akibat penundaan perontokan

Metode pengukuran kehilangan akibat penundaan perontokan yaitu dengan

memberikan alas pada tumpukan padi sebelum dirontok. Setelah padi selesai

dirontok kemudian gabah yang tertinggal pada alas plastik ditimbang dan

dikonversikan dengan gabah hasil perontokan.

G1

KHPPr = ———————————— x 100%

G1 + G2

Keterangan :

KHPPr = Kehilangan pada penundaan perontokan, (%)

G1 = gabah yang tercecer saat penundaan perontokan, (kg)

G2 = gabah hasil perontokan dari setiap tumpukan (kg)

Umumnya petani pantura melakukan penundaan perontokan, yang

lamanya bervariasi antara 1-3 malam, bahkan pada system ceblokan penundaan

perontokan dapat dilakukan sampai 5-7 hari, sehingga dapat menyebabkan terjadi

kehilangan hasil dan penurunan kualitas gabah selama penundaan perontokan.

Penurunan kualitas terjadi karena gabah tumbuh, berkecambah, gabah berwarna

Page 9: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 9

hitam karena busuk atau tumbuh jamur maupun beras berwarna kuning karena

terjadinya proses reaksi browning enzimatis pada beras.

Penundaan perontokan padi di sawah 1 malam dapat memberikan efek

positif terhadap mutu seperti berkurangnya butir hijau pada gabah dan padi lebih

rapuh sehingga mudah dirontok, namun terjadi pula penurunan kualitas karena

terjadinya proses tumbuh maupun proses enzimatis sehingga gabah berkecambah

atau berubah warna menjadi kuning dan busuk, terutama penundaan yang

dilakukan lebih dari satu malam.

Sub Pokok Bahasan 6 : Kehilangan penjemuran

Metode pengukuran kehilangan penjemuran yaitu dengan membandingkan berat

gabah sebelum dan sesudah penjemuran pada basis kadar air yang sama.

Gambar 3. Pengering alami dan pengering Flat bed dryer

Kehilangan pada proses pengeringan dapat dihitung dengan rumus :

BG1 – BG2

KHPj = ———————————— x 100%

BG1

Keterangan :

KHPj = Kehilangan pada penjemuran, (%)

BG1 = Berat gabah sebelum penjemuran, (kg)

BG2 = Berat gabah setelah penjemuran, (kg)

Untuk menghasilkan beras dengan kualitas yang baik, gabah hasil panen

secepatnya harus dilakukan penurunan kadar air baik dengan cara penjemuran

dengan sinar matahari langsung ataupun dengan alat pengering buatan. Gabah

yang mengalami keterlambatan pengeringan akan rendah kualitas beras, hal ini

disebabkan karena gabah hasil panen dengan kadar air yang tinggi dan kondisi

Page 10: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 10

yang lembab, respirasi akan berjalan dengan cepat, akibatnya terjadi butir gabah

yang busuk, berjamur, berkecambah maupun terjadi reaksi browning enzimatis

yang dapat menyebabkan beras berwarna kuning atau kuning kecoklatan.

Kehilangan yang terjadi pada tahapan penjemuran umumnya disebabkan

oleh (1) fasilitas penjemuran seperti lantai jemur maupun alas kurang baik,

sehingga banyak gabah yang tercecer dan terbuang saat proses penjemuran dan (2)

adanya gangguan hewan seperi ayam, burung, kambing dll.

Sub Pokok Bahasan 7 : Kehilangan penyimpanan

Metode pengukuran kehilangan penyimpanan yaitu dengan membandingkan

selisih berat gabah sebelum dan sesudah penyimpanan pada basis kadar air yang

sama dapat dihitung dengan rumus :

BG1 – BG2

KHPny = ———————————— x 100%

BG1

Keterangan :

KHPny = Kehilangan pada penyimpanan, (%)

BG1 = Berat gabah sebelum penjyimpanan, (kg)

BG2 = Berat gabah setelah penyiumpanan, (kg)

Gambar 4. Gudang penyimpanan

Penyimpanan gabah umumnya menggunakan dua cara yaitu penyimpanan

sistem curah, gabah yang sudah kering kemudian dicurahkan pada satu tempat

yang dianggap aman oleh gangguan baik hama maupun cuaca dan cara

penyimpanan dengan menggunakan kemasan/wadah seperti, karung plastik,

karung goni. Kehilangan hasil saat penyimpanan disebabkan oleh kondisi

kemasan, tempat penyimpanan, gangguan hama dan penyakit gudang dan

Page 11: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 11

keadaan cuaca setempat. Kadar air gabah akan mengikuti kondisi keseimbangan

dengan udara luar. Pada wadah yang kedap udara umumnya kadar air

penyimpanan tidak akan banyak mengalami perubahan, sedangkan pada kondisi

wadah yang tidak kedap udara, kadar air gabah akan mengikuti perubahan sesuai

dengan kelembaban udara sekitarnya.

Sub Pokok Bahasan 8 : Kehilangan penggilingan

Metode pengukuran kehilangan yaitu dengan membandingkan rendemen antara

penggilingan yang biasa dilakukan untuk menggiling beras petani dengan

rendemen giling yang dihasilkan oleh laboratorium pada tingkat derajat sosoh

yang sama dihitung dengan rumus :

Rgil 1 – R gil2

KHPg = ———————————— x 100%

R gil 1

Keterangan :

KHPg = Kehilangan pada penggilingan, (%)

Rgil 1 = Rendemen giling skala laboratorium, (kg)

BG2 = Rendemen giling skala petani, (kg)

Gambar 5. Kehilangan hasil pada rice milling unit

Proses penggilingan adalah proses pengupasan gabah untuk mengahasilkan

beras yaitu dengan cara memisahkan lapisan lemma dan palea dan mengeluarkan

biji berasnya. Pada proses ini ada 2 tipe alat penggilingan padi yang digunakan,

yaitu tipe penggilingan padi 1 phase (single pass) dan tipe penggilingan padi 2

phase (double pass). Pada penggilingan 1 phase yaitu proses pemecah kulit dan

penyosoh menyatu sekaligus, gabah masuk pada hoper pemasukan dan keluar

sudah menjadi beras putih. Sedangkan pada penggilingan 2 phase, dipisahkan

Page 12: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 12

antara proses pemecah kulit dan proses penyosohan, sehingga merupakan dua

tahap proses kegiatan. Kehilangan hasil pada tahapan penggilingan umumnya

disebabkan oleh penyetelan blower penghisap dan penghembus sekam dan

bekatul, penyetelan yang tidak tepat dapat menyebabkan banyak gabah yang

terlempar ikut ke dalam sekam atau beras yang terbawa kedalam dedak, hal ini

akan menyebabkan nilai rendemen giling yang rendah.

Tabel 3 : Rendemen Beras Giling Menurut Alat Penggiling (Persen)

Alat Penggiling Varietas

Rata -rata IR - 64 Muncul

1. Hutler

2. Rice Milling Unit (RMU)

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

4. Penggilingan Padi Besar (PPB)

60,14

60,12

57,56

62,96

64,25

65,50

60,69

62,93

62,19

63,83

59,12

62,93 Rata - rata 60,69 63,33 62,01

Penggilingan Laboratorium 64,87 66,66 65,76

Sumber : Munarso, et.al. (1998)

Penggilingan padi dengan Rice Milling Unit (RMU) menimbulkan

kehilangan tertinggi ( Tabel 3 ). Berbeda halnya dengan perontokan, manfaat

total dari perbedaan cara penggilingan (antara pabrik penggilingan besar/PPB dan

penggunaan Rice Milling Unit/RMU) justru menampilkan kinerja yang

sebaliknya, artinya penggilingan dengan menggunakan pabrik penggilingan

besar/PPB memang dapat menekan tingkat kehilangan hasil sebesar 1,63 % dari

total produksi yang digiling bila dibandingkan dengan penggunaan RMU (Rice

Milling Unit) yang kecil. Sementara itu biaya yang dikeluarkan untuk

menggunakan PPB justru meningkat 2,78 % bila dibandingkan

dengan penggunaan RMU. Hasil penelitian Warman (1984) menyimpulkan

bahwa penggilingan dengan PPB, meskipun dapat menekan kehilangan hasil,

kurang memberikan insentif ekonomi bagi petani. Dalam hal ini terdapat trade-off

Page 13: 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Menekan Kehilangan... · kehilangan akan sangat tinggi jika panen dilakukan sistem keroyokan ... lahan akibat cara panen yang tidak

Menekan kehilangan hasil 13

antara penggunaan PPB yang dapat menekan kehilangan hasil namun diikuti oleh

kenaikan biaya penggilingan.

Sub Pokok Bahasan 9 : Analisis Mutu

Analisa mutu dilakukan terhadap mutu fisik gabah dan beras seperti kadar air,

butir hampa dan kotoran, butir hijau, butir kuning dan rusak, keretakan gabah dan

kerusakan mekanis. Analisis mutu fisik dilakukan di Instalasi Laboratorium

Pascapanen Karawang.

BG1 – BG2

KHPj = ———————————— x 100%

BG1

Keterangan :

KHPj = Kehilangan pada penjemuran, (%)

BG1 = Berat gabah sebelum penjemuran, (kg)

BG2 = Berat gabah setelah penjemuran, (kg)