analisis merta skenario blok 13
TRANSCRIPT
1. Tn. Budi 22 tahun, datang ke klinik Penyakit Dalam RSMH dengan keluhan utama
batuk berdahak yang hilang timbul sejak 4 bulan yang lalu. Selama menderita
keluhan-keluhan ini Tn. Budi belum pernah berobat. Ayah Tn. Budi juga menderita
penyakit yang sama.
a. Bagaimana patofisiologi batuk berdahak?
Batuk adalah refleks fisiologis sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Batuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat
banyak, sehingga menyumbat saluran pernafasan. Sputum normalnya orang
dewasa menghasilkan mukus sekitar 100ml dalam saluran nafas tiap hari.
Mukus ini diangkut menuju faring dengan pergerakan pembersihan silia
normal yang melapisi saluran pernafasan. Kalau terbentuk mukus yang
berlebihan , proses normal pembersihan mungkin tidak efektif lagi, sehingga
mukusnya tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang
dan mukus dikeluarkan sebagai sputum. Refleks batuk dapat ditimbulkan
oleh :
1. Adanya infeksi bakteri atau virus , misalnya tuberkulosis, influenza
2. Asma
3. Adanya faktor alergi , seperti debu, hawa dingin, asap rokok
4. Peradangan pada jaringan paru dan tumor
5. Efek samping obat
6. Adanya rangsangan kimiawi (gas, bau)
Mekanisme batuk:
1. Fase inspirasi
Pada fase ini paru-paru memmasukkan udara kurang lebih 2,5 liter,
esophagus dan pita suara menutup sehingga udara terjerat dalam paru-
paru.
2. Fase kompresi
Pada fase ini otot perut berkontraksi, sehingga diafragma akan naik dan
menekan paru-paru, intercosa internus juga ikut berkontraksi sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan paru-paru sampai 100mm/hg
3. Fase ekspirasi
Pada fase ini eosophagus, pita suara, secara spontan dan udara meledak
keluar dari paru-paru. Udara yang keluar akan menggetarkan jaringan
saluran nafas sehingga menimbulkan suara batuk. Saat udara keluar dari
paru-paru dengan kecepatan yang relatif tinggi, udara dapat melalui celah-
celah bronkus dan trachea. Hal ini membantu saluran pernafasan untuk
membersihkan atau mengeluarkan kotoran-kotoran benda asing.
Jenis batuk berdasarkan produktivitasnya
Berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
batuk berdahak dan batuk kering
1. Batuk berdahak (produktif)
Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk
berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi saluran nafas, influenza,
bronchitis, radang paru, dan sebagainya. Selain itu batuk berdahak terjadi
karena saluran nafas peka terhadap paparan debu, asap rokok, polusi
udara, dan lain-lain
2. Batuk kering (non produktif)
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam saluran
nafas, suaranya nyaring dan menimbulkan timbulnya rasa sakit pada
tenggorokan. Batuk kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus
pada saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi seperti debu, asap rokok,
dan perubahan suhu, selain itu efek samping dari obat dapat juga
menimbulkan batuk seperti penggunaan obat antihipertensi (kaptopril)
Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya
1. Batuk akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3 minggu.
Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya penyempitan saluran
nafas akut dan adanya infeksi virus atau bakteri
2. Batuk sub akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3-8 minggu. Batuk
ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut saluran nafas oleh
virus yang mengakibatlam adanya kerusakan epitel dari saluran nafas
3. Batuk kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari 8
minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya penyakit
lain seperti asma, tuberculosis, dan sebagainya.
b. Bagaimana etiologi dari batuk berdahak pada kasus?
1. Adanya infeksi bakteri atau virus , misalnya tuberkulosis, influenza
2. Asma
3. Adanya faktor alergi , seperti debu, hawa dingin, asap rokok
4. Peradangan pada jaringan paru dan tumor
5. Efek samping obat
6. Adanya rangsangan kimiawi (gas, bau)
Pada kasus etiologi dari batuk berdahak yaitu adanya infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis, di mana bakteri ini akan menempel pada saluran
napas atau jaringan paru. Di mana mukus yang dihasilkan berlebihan, proses
normal pembersihan mungkin tidak efektif lagi, sehingga mukusnya
tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang dan mukus
dikeluarkan sebagai sputum.
2. Ia juga mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi, nafsu makan berkurang, serta
berkeringat terutama menjelang malam hari.
a. Bagaimanakah mekanisme dari nafsu makan berkurang?
Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis
↓
Aktifasi makrofag oleh IFN-γ produksi pirogen endogen
IL -1, IL-4, IL-6, TNF-α
↓
Pirogen endogen bersirkulasi sistemik & menembus masuk
hematoencephalic barrier bereaksi terhadap hipotalamus.
↓
Efek sitokin pirogen endogen pada hipotalamus
menyebabkan produksi prostaglandin.
↓
Prostaglandin merangsang cerebral cortex
( respon behavioral) → nafsu makan menurun & leptin meningkat
menyebabkan stimulasi dari hipotalamus → nafsu makan disupresi
↓
Pada masa yang sama terjadi peningkatan metabolisme tubuh pada
pasien TB karena peningkatan penggunaan energi metabolik.
↓
Penurunan nafsu makan dan peningkatan metabolisme tubuh pasien TB
menyebabkan penurunan BB.
b. Bagaimanakah mekanisme dari berkeringat terutama menjelang malam hari?
Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada malam
hari yang diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal yang berlebihan.
Suhu tubuh normal manusia memiliki irama sirkadian di mana paling rendah pada
pagi hari sebelum fajar yaitu 36.1°C dan meningkat menjadi 37.4 °C atau lebih
tinggi pada sore hari sekitar pukul 18.00 (Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello
and Bunn, 1997)sehingga kejadian demam/ keringat malam mungkin
dihubungkan dengan irama sirkadian ini. Variasi antara suhu tubuh terendah dan
tertinggi dari setiap orang berbeda- beda tetapi konsisten pada setiap orang. Belum
diketahui dengan jelas mengapa tuberkulosis menyebabkan demam pada malam
hari. Ada pendapat keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi
sebagai respon salah satu molekul sinyal peptida yaitu tumour necrosis
factor alpha (TNF-α) yang dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun di mana
mereka bereaksi terhadap bakteri infeksius(M.tuberculosis). Monosit yang
merupakan sumber TNF-α akan meninggalkan aliran darah menuju kumpulan
kuman M.tuberculosis dan menjadi makrofag migrasi.Walaupun makrofag ini
tidak dapat mengeradikasi bakteri secara keseluruhan, tetapi pada orang
imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin lainnya akan mengelilingi
kompleks bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri lebih lanjut ke
jaringan sekitarnya.TNF-α yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon
imun ini akan menyebabkan demam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan
berat badan di mana semua ini merupakan karakteristik dari tuberkulosis
(Tramontana et al, 1995). Demam timbul sebagai akibat respon sinyal kimia yang
bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus mengatur ulang suhu tubuh ke
temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya suhu tubuh akan kembali
normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui keringat. Untuk lebih
jelasnya berikut adalah fase demam. Pertama yaitu fase inisiasi dimana
vasokonstriksi kutaneus akan menyebabkan retensi panas dan menggigil
untuk menghasilkan panas tambahan. Ketika set point baru tercapai maka
menggigil akan berhenti. Dengan menurunnya set point menjadi normal,
vasodilatasi kutaneus menyebabkan hilangnya panas ke lingkungan dalam bentuk
berkeringat (Young, 1988;Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997;)
3. Penderita kemudian dikirim ke bagian Patologi Anatomi dan dilakukan pemeriksaan
fine needle aspiration (FNA) regio colli, gambaran mikroskopik sitologi menunjukkan
adanya granuloma-granuloma yang terdiri atas kelompok sel-sel epiteloid, 1-2 sel
datia langhans dan nekrosis perkijauan. Tidak dijumpai tanda-tanda ganas.
a. Bagaimanakah tatalaksananya? (Fredy, Merta)
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama
(lini 1) yang digunakan adalah:
•Rifampisin
•INH
•Pirazinamid
•Streptomisin
•Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
•Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
•Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg dan pirazinami 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya
(lini 2)
•Kanamisin
•Kuinolon
•Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,
amoksilin + asam klavulanat
•Derivat rifampisin dan INH
Dosis OAT
•Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu
atau BB > 60 kg : 600 mg dan BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
•INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg/kg BB 3 X seminggu 15 mg/kg BB 2 X
semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
•Pirazinamid : fase intensif
- 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,
- 50 mg /kg BB 2 X semingggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
•Streptomisin : 15mg/kg BB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
•Kombinasi dosis tetap
Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4
tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi
dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama
ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Pada kasus yang mendapat obat
kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah
sakit / fasiliti yang mampu menanganinya.
Efek Samping OAT :
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun
sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan
terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang
terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatas dengan obat
simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.
1. Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa
terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin
dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut
pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom
pellagra) . Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang lebih
0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan
sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah
: Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang Sindrom perut berupa sakit perut,
mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare .Sindrom kulit seperti gatal-gatal
kemerahan Efek samping yang berat tapi jarang terjadi ialah : Hepatitis imbas obat atau
ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman
TB pada keadaan khusus. Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi
walaupun gejalanya telah menghilang. Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas .
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna
merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat
menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya
ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan
dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta
warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut
tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB
perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan
kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutoltidak
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring
dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita. Risiko tersebut akan
meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang
terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini
dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan
keseimbangan dan tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan
ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat
terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita
hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
Sumber:
Price SA dan Wilson LM, 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit volume 2
edisi 6. jakarta : EGC. Hal 852-861