analisis manajemen pengadaan alat berat …sttnlampung.ac.id/files/jurnal ti 01.pdf · sistem...

26
ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT DENGAN METODE CONTINUOUS ORDER QUANTITY DI PT. RINDANG TIGA SATU PRATAMA LAMPUNG Andri Yulian Abstrak Pengadaan persediaan spare part alat berat pada departemen logistik PT. Rindang Tiga Satu Pratama Lampung memiliki tujuan utama yaitu untuk mengantisipasi kuantitas kebutuhan permintaan agar ekonomis dan tepat waktu. Sistem pengadaan persediaan di perusahaan ini belum optimal. Hal ini dapat dilihat belum adanya penggunaan metode perencanaan bahan baku sehingga pengadaan belum tertata dengan baik dan biaya persediaan bahan belum minimum. Metode economic order quantity (EOQ) adalah metode yang dapat dipergunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Persediaan pengaman ( safety stock) adalah persediaan minimum yang selalu harus ada dan siap tersedia didalam gudang yang dimaksudkan mengantisipasi bila sewaktu-waktu perusahaan mengalami kekurangan bahan dalam proses produksi. Titik pemesanan kembali (reorder point) adalah posisi persediaan yang ditentukan sebagai batas untuk melakukan pemesanan ulang. Setelah melakukan perhitungan dapat diketahui jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) sebesar 41 satuan dan pemesanan kembali (reorder point) dilakukan pada saat posisi stock persediaan pada gudang sebesar 24 satuan. Frekuensi pengadaan pesanan dalam satu tahun dapat dilakukan sebanyak 6 kali pemesanan dengan jarak 60 hari kerja. Sistem persediaan dengan metode pemeriksaan terus-menerus (continuous review system) merupakan metode persediaan yang tepat untuk diterapkan pada sistem persediaan PT. Rindang Tiga Satu Pratama yang berhubungan dengan persediaan yang bersifat rutin, karena sistem ini secara umum mempertimbangkan tingkat pemakaian yang tidak pasti. Kata Kunci : manajemen persediaan, continuous economic order quantity, continuous review system 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak akan terlepas dari permasalahan logistik. Mengendalikan permasalahan logistik atau dikenal dengan manajemen logistik adalah bagaimana mengelola aliran pengadaan persediaan baik material, suku cadang dan peralatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan produksi maupun pemeliharaan. PT. Rindang Tiga Satu Pratama merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada penjualan dan pemeliharaan alat-alat berat seperti eksavator, forklift dan sebagainya. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya perusahaan ini tidak terlepas dari persoalan logistik baik penjualan alat berat maupun pemeliharaannya. Dalam hal pemeliharaan alat-alat beratnya perusahaan melalui bagian logistik terlebih dahulu melakukan pemesanan spare part atau suku cadang untuk kegiatan perawatan dan perbaikan alat-alat beratnya dari luar propinsi Lampung. Untuk melakukan pemesanan suku cadang alat berat faktor yang harus diperhatikan adalah waktu menunggu (lead time) karena transportasi pengiriman spare part melalui jalan darat maka membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus memperhatikan faktor cuaca yang kadangkala terjadi sehingga sering mengganggu kelancaran distribusi spare part. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut apakah pengadaan alat berat dan suku cadang oleh bagian logistic PT. Ridang Tiga Satu Pratama sudah optimal dengan metode continuous economic order quantity ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Mengantisipasi kuantitas kebutuhan permintaan alat berat b. Menghitung kuantitas pesanan yang ekonomis persediaan alat berat kepada pemasok agar dapat dikirim tepat waktu. c. Menentukan titik pesanan kembali pada saat persediaan harus ada sesuai kebutuhan alat berat pada saat tertentu. 2. Landasan Teori 2.1. Pengertian Persediaan

Upload: nguyenkhue

Post on 01-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT DENGAN METODE CONTINUOUS

ORDER QUANTITY

DI PT. RINDANG TIGA SATU PRATAMA LAMPUNG

Andri Yulian

Abstrak

Pengadaan persediaan spare part alat berat pada departemen logistik PT. Rindang Tiga Satu Pratama Lampung

memiliki tujuan utama yaitu untuk mengantisipasi kuantitas kebutuhan permintaan agar ekonomis dan tepat waktu.

Sistem pengadaan persediaan di perusahaan ini belum optimal. Hal ini dapat dilihat belum adanya penggunaan

metode perencanaan bahan baku sehingga pengadaan belum tertata dengan baik dan biaya persediaan bahan belum

minimum.

Metode economic order quantity (EOQ) adalah metode yang dapat dipergunakan baik untuk barang-barang yang

dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan minimum yang selalu

harus ada dan siap tersedia didalam gudang yang dimaksudkan mengantisipasi bila sewaktu-waktu perusahaan

mengalami kekurangan bahan dalam proses produksi. Titik pemesanan kembali (reorder point) adalah posisi

persediaan yang ditentukan sebagai batas untuk melakukan pemesanan ulang.

Setelah melakukan perhitungan dapat diketahui jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) sebesar 41 satuan dan

pemesanan kembali (reorder point) dilakukan pada saat posisi stock persediaan pada gudang sebesar 24 satuan.

Frekuensi pengadaan pesanan dalam satu tahun dapat dilakukan sebanyak 6 kali pemesanan dengan jarak 60 hari

kerja.

Sistem persediaan dengan metode pemeriksaan terus-menerus (continuous review system) merupakan metode

persediaan yang tepat untuk diterapkan pada sistem persediaan PT. Rindang Tiga Satu Pratama yang berhubungan

dengan persediaan yang bersifat rutin, karena sistem ini secara umum mempertimbangkan tingkat pemakaian yang

tidak pasti.

Kata Kunci : manajemen persediaan, continuous economic order quantity,

continuous review system

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak akan terlepas dari permasalahan logistik.

Mengendalikan permasalahan logistik atau dikenal dengan manajemen logistik adalah bagaimana

mengelola aliran pengadaan persediaan baik material, suku cadang dan peralatan lainnya untuk memenuhi

kebutuhan produksi maupun pemeliharaan.

PT. Rindang Tiga Satu Pratama merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada penjualan dan

pemeliharaan alat-alat berat seperti eksavator, forklift dan sebagainya. Dalam menjalankan kegiatan

bisnisnya perusahaan ini tidak terlepas dari persoalan logistik baik penjualan alat berat maupun

pemeliharaannya.

Dalam hal pemeliharaan alat-alat beratnya perusahaan melalui bagian logistik terlebih dahulu melakukan

pemesanan spare part atau suku cadang untuk kegiatan perawatan dan perbaikan alat-alat beratnya dari

luar propinsi Lampung.

Untuk melakukan pemesanan suku cadang alat berat faktor yang harus diperhatikan adalah waktu

menunggu (lead time) karena transportasi pengiriman spare part melalui jalan darat maka membutuhkan

waktu yang cukup lama dan harus memperhatikan faktor cuaca yang kadangkala terjadi sehingga sering

mengganggu kelancaran distribusi spare part.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut apakah

pengadaan alat berat dan suku cadang oleh bagian logistic PT. Ridang Tiga Satu Pratama sudah optimal

dengan metode continuous economic order quantity ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengantisipasi kuantitas kebutuhan permintaan alat berat

b. Menghitung kuantitas pesanan yang ekonomis persediaan alat berat kepada pemasok agar dapat

dikirim tepat waktu.

c. Menentukan titik pesanan kembali pada saat persediaan harus ada sesuai kebutuhan alat berat pada

saat tertentu.

2. Landasan Teori

2.1. Pengertian Persediaan

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Istilah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber

daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi terhadap pemenuhan permintaan. Ini meliputi persediaan

bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap dan

komponen lain yang menjadi keluaran produk perusahaan (Handoko, 2008).

Sedangkan menurut Hendra Kusuma (2009) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang

akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk

dijual kembali dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.

2.2. Jenis – Jenis Persediaan

Menurut Assauri (1998) Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam

urutan pengerjaan produk yaitu :

a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)

Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa

diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.

b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)

Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain yang

secara langsung di assembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.

c. Persedian Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)

Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu

kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian daribarang jadi.

d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process)

Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi akan tetapi masih diproses lebih lanjut

sehingga menjadi barang jadi.

e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)

Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan

kepada distributor, pengecer atau langsung dijual ke pelanggan.

2.3. Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Metode EOQ adalah metode yang dapat dipergunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun

yang diproduksi sendiri. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang

meminimumkan persediaan dan biaya kebalikan nya pemesanan persediaan.

Rumus biaya pemesanan per tahun (ordering cost) :

OC = S / (D/Q)

Dimana :

D = Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun

S = Besar setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per

Pesanan

C = Biaya per unit dalam rupiah per unit

Rumus biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying Cost)

CC = i . c . (Q/2)

Dimana :

i = Biaya pengelolaan (carrying cost)adalah persentase terhadap nilai

persediaan / tahun.

Q = Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit

TC = Biaya total persediaan dalam rupiah pertahun.

Maka total biaya persediaan adalah :

TC = S . (D/Q) + i . c . (Q/2)

Model EOQ tersebut dapat diterapkan bila anggapan-anggapan berikut ini terpenuhi yaitu :

a. Permintaan akan produk konstan, seragam dan diketahui (deterministik)

b. Harga/unit produk konstan

c. Biaya simpan/unit/tahun konstan

d. Biaya pesan/order konstan

e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang diterima konstan

f. Tidak terjadi kekurangan barang / back order.

2.4. Metode Pencatatan Persediaan

Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang dibedakan sebagai berikut :

a. First In First Out (FIFO)

Metode ini menganggap bahwa barang-barang yang lebih dulu masuk gudang harus dikeluarkan terlebih

dulu. Penentuan harga pokok barang adalah barang yang pertama dibeli.

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

b. Last In First Out (LIFO)

Metode LIFO adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau

dijual pertama kali.

c. Metode Average

Metode ini menganggap bahwa penentuan harga barang adalah rata-rata pembelian barang yang berbeda

waktunya.

2.5. Manajemen Persediaan

Menurut M. Sayuti (2008) manajemen persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga disatu

pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi material dapat ditekan

secara optimal.

Menurut Lalu Sumayang (2003) model-model penentuan jumlah dan kapan pemesanan dilakukan yaitu :

a. Metode jumlah pemesanan ekonomis / EOQ

b. Metode sistem pemeriksaan terus-menerus (continuous review system)

c. Metode pemeriksaan periodik (periodic review system)

3. Metodologi Penelitian

3.1. Definisi Operasional

Metode sistem terus-menerus (continuous review system) diharapkan dapat menjadi input yang

bermanfaat bagi perusahaan guna mencari solusi atas sejumlah permasalahan yang timbul dari pengadaan

persediaan spare parts pada departemen logistik. Dengan ini perusahaan diharapkan mampu mengatur

strategi yang tepat tentang kebijakan persediaan.

3.2. Teknik Analisis Data

Alat analisa yang digunakan untuk menguji data yang ada adalah dengan metode pemeriksaan terus-

menerus (continuous review system) , menetapkan persediaan pengaman (safety stock), titik pemesanan

ulang (reorder point), dan jumlah pemesanan ekonomis (economic order quantity).

Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan minimum yang selalu harus ada dan siap tersedia

didalam gudang yang dimaksudkan mengantisipasi bila sewaktu-waktu perusahaan mengalami

kekurangan bahan dalam proses produksi. Rumus yang digunakan adalah :

B = Z σL

Dimana :

Z = Jumlah simpanan baku dari mean yang dibutuhkan untuk

memenuhi tingkat layanan.

σL = Simpangan baku sebaran peluang DL

Titik pemesanan kembali (reorder point) adalah posisi persediaan yang ditentukan sebagai batas untuk

melakukan pemesanan ulang.

Rumus yang digunakan adalah :

R = DL + B

Dimana :

R = Titik pemesanan kembali

DL = Permintaan rata-rata selama masa tunggu

B = Persediaan pengaman

Pemesanan ekonomis (economic order quantity) digunakan dalam menentukan jumlah barang yang akan

dipesan untuk setiap kali pemesanan serta jumlah biaya pengadaan bahan-bahan. Rumus yang digunakan

adalah :

Q = √ 2 . S . D

(I . C + i . C)

Dimana :

Q = Jumlah pesanan ekonomis

S = Biaya pemesanan per pesanan/ biaya set up

D = Jumlah bahan yang diminta selama setahun

I = Biaya penahanan persediaan

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

I = Biaya modal

C = Harga pembelian

4. Pembahasan

Dari hasil analisis kebutuhan permintaan atas suku cadang alat berat tahun 2015 maka rata-rata

pemakaian sebagai berikut :

Rata-rata pemakaian = ΣXi

N

= 24 + 14 + 17 +……. + 23

12

= 204

12

= 17 satuan

Deviasi standar = √ Σ (Xi – U)2

N

= √ (24 – 17)2 + (14 – 17)2 +…….+ (23 – 17)2

12

= √320

12

= √ 26,66 = 5,16

Faktor keamanan untuk tingkat layanan 90% = 1,29

Jadi persediaan pengaman = 5,16 x 1,29 = 6,765 dibulatkan 7 satuan

Titik pemesanan kembali (reorder point) adalah :

Rumus yang digunakan adalah :

R = DL + B

R = 17 + 7 = 24 satuan

Maka perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali pada saat persediaan tersedia sebesar 24 satuan.

Jumlah pemesanan ekonomis (economic order quantity) adalah :

Q = √ 2 . S . D

(I . C + i . C)

Q = √ 2 . (13.747.000) . (230)

(5.630.000) . (0,212)

Q = √ 1.678,92

Q = 40,97 dibulatkan 41.

Dari perhitungan didapatkan bahwa EOQ yang optimal adalah 41 satuan. Sedangkan frekuensi

pemesanan dapat dihitung dengan rumus :

Frekuensi pemesanan = D / EOQ

= 230 / 41

= 5,69 dibulatkan 6

Jika diasumsikan dalam satu tahun terdiri dari 360 hari kerja maka jarak waktu antara tiap pemesanan

adalah :

Jarak waktu pemesanan = Jumlah hari kerja per tahun

Frekuensi pemesanan

Jarak waktu pemesanan = 360

6

Jarak waktu pemesanan = 60 hari

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan perhitungan dapat diketahui jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) sebesar 41 satuan

dan pemesanan kembali (reorder point) dilakukan pada saat posisi stock persediaan pada gudang sebesar

24 satuan. Frekuensi pengadaan pesanan dalam satu tahun dapat dilakukan sebanyak 6 kali pemesanan

dengan jarak 60 hari kerja.

Sistem persediaan dengan metode pemeriksaan terus-menerus (continuous review system) merupakan

metode persediaan yang tepat untuk diterapkan pada sistem persediaan PT. Rindang Tiga Satu Pratama

yang berhubungan dengan persediaan yang bersifat rutin, karena sistem ini secara umum

mempertimbangkan tingkat pemakaian yang tidak pasti.

Dengan adanya jumlah pemesanan ekonomis (EOQ), pemesanan kembali (reorder point), frekuensi

pengadaan pesanan dan pengamanan persediaan (safety stock) maka tingkat persediaan akan selalu

terkontrol.

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan, 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Jakarta.

Handoko, T, Hani. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta.

Hendra Kusuma. 2009. Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit ANDI.

Yogyakarta.

M. Sayuti. 2008. Analisis Kelayakan Pabrik. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Salemba Empat.

Jakarta.

Page 7: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI BETON

DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL

PADA PT. SANG BIMA RATU LAMPUNG

Anjoni

Abstrak

Usaha pengendalian kualitas merupakan usaha preventif (pencegahan) dan dilaksanakan sebelum kesalahan kualitas

produk atau jasa terjadi dengan mengarahkan agar kesalahan kualitas tersebut tidak terjadi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan metode pengendalian kualitas statistik untuk

meminimalkan kerusakan produk pada PT. Sang Bima Ratu Lampung dan besarnya jumlah produk yang dapat

ditoleransi sehingga mampu meminimalkan total biaya kualitas.

Dalam penelitian ini metode statistik yang dipergunakan adalah metode peta kendali dengan batas pengawasan atas

(UCL) dan batas pengawasan bawah (LCL). Dari perhitungan dengan metode peta kendali diperoleh batas atas

sebesar 3,1% dan batas bawah sebesar 2,1%. Dengan melihat batasan pengawasan yaitu batas atas (UCL) dan batas

bawah LCL maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas di PT. Sang Bima Ratu Lampung telah berjalan

dengan baik.

Kata Kunci : pengendalian kualitas, peta kendali.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kualitas produk yang baik akan sangat menentukan harga jual dari produk atau jasa tersebut sementara

dilain pihak konsumen menginginkan kualitas pada harga produk yangterjangkau sehingga hal ini

memberikan tantangan bagi perusahaan untuk menekan biaya produksi dengan mengurangi tingkat

kerusakan produk yang dihasilkan seminimal mungkin.

Usaha pengendalian kualitas merupakan usaha preventif (pencegahan) dan dilaksanakan sebelum

kesalahan kualitas produk atau jasa tersebut terjadi. Permasalahan dalam pengendalian kualitas adalah

menjaga dan mengarahkan agar produk dan jasa dari perusahaan yang bersangkutan tersebut dapat

memenuhi kualitas sebagaimana yang telah direncanakan.

Untuk mengetahui apakah peranan pengendalian kualitas sudah dilakukan denganbaik atau belum oleh

perusahaan maka analisis yang digunakan diantaranya analisis bagan pengendalian. Analisis ini dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerusakan produk yang terjadi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana menerapkan

metode pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) untuk meminimumkan kerusakan

produk pada PT. Sang Bima Ratu Lampung.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan ini data yang digunakan adalah data produksi tahun 2014 dan pemecahan

masalah difokuskan pada pengendalian kualitas untuk meminimalkan kerusakan produk.

2. Landasan Teori

2.1. Dasar-Dasar Perakitan

Perakitan adalah proses penggabungan dari beberapa bagian komponen untuk membentuk suatu

konstruksi yang diinginkan. Proses perakitan untuk komponen-komponen yang dominan terbuat dari

pelat-pelat tipis dan pelat tebal ini membutuhkan teknik-teknik perakitan tertentu yang biasanya

dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

a. Jenis bahan pelat yang akan dirakit

b. Kekuatan yang dibutuhkan untuk konstruksi perakitan

c. Pemilihan metode penyambungan yang tepat

d. Pemilihan metode penguatan pelat yang tepat

e. Penggunaan alat-alat bantu perakitan

f. Toleransi yang diinginkan untuk perakitan

g. Keindahan bentuk

h. Ergonomis Konstruksi

i. Finishing

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Konstruksi Beton

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan konstruksi beton yaitu :

Page 8: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

1. Kandungan semen

2. Kandungan air

3. Campuran air dan bahan material semen atau faktor air semen (FAS)

4. Agregat (pasir dan koral)

2.3. Jenis – Jenis Pengendalian Kualitas

Secara garis besar pengendalian kualitas dikelompokkan menjadi :

a. Pengendalian kualitas sebelum pengolahan atau proses yaitu pengendalian kualitas yang berkenaan

dengan proses yang berurutan dan teratur termasuk bahan-bahan yang akan diproses.

b. Pengendalian kualitas terhadap produk jadi yaitu pengendalian yang dilakukan terhadap barang hasil

produksi untuk menjamin agar produk jadi tidak mengalami kerusakan atau tingkat kerusakan produk

sedikit.

Teknik yang digunakan dalam pengendalian kualitas diantaranya dengan metode control chart. Metode

tersebut digunakan untuk mengetahui rata-rata kerusakan produk dan besarnya penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi. Menurut Agus Ahyari (2000) tujuan pengendalian kualitas adalah :

1. Untuk meningkatkan kepuasan konsumen

2. Mengusahakan agar penggunaan biaya serendah mungkin

3. Agar dapat memproduksi tepat pada waktunya.

Statistic quality control atau pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang

digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk serta

proses dengan menggunakan metode-metode statistik.

2.4. Alat – Alat Kendali Mutu Statistik

Ada 8 dimensi kualitas yaitu :

1. Performansi atau prestasi dari fungsi yang diperlihatkan produk

2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (feature) yang menjadikan suatu produk unik bila dibandingkan

dengan produk sejenis dari produsen lain.

3. Keandalan, kemampuan produk untuk tidak rusak dalam masa kerjanya

4. Kecocokan dengan standar industry.

5. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan

6. Daya tahan produk terhadap waktu

7. Keindahan penampilan

8. Persepsi konsumen

Beberapa alat / tools / metode yang banyak digunakan dalam pengendalian mutu antara lain :

1. Lembar periksa (check sheet)

2. Histogram

3. Diagram Pareto

4. Diagram Sebab Akibat

5. Peta Kendali (control chart)

6. Diagram pencar

7. Stratifikasi

8. Peta control

2.5. Peta Kendali (control chart)

Peta kendali adalah peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke

waktu. Data diplot dalam urutan waktu. Peta kendali selalu terdiri atas 3 (tiga) garis horizontal yaitu :

1. Garis pusat (centre line) garis yang menunjukkan niali tengah (mean) atau nilai rata-rata dari

karakteristik kualitas yang di plot kan pada pete kendali.

2. Upper Control Limit (UCL), garis diatas garis pusat yang menujukkan batas kendali atas.

3. Lower Control Limit (LCL), garis dibawah garis pusat yang menunjukkan batas kendali bawah.

Cara membuat peta kendali adalah :

1. Menentukan apa yang diukur

2. Mengumpulkan data

3. Memetakan data

4. Menghitung batas-batas kendali

3.Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Sang Bima Ratu Lampung pada departemen quality control yang beralamat

dijalan Lintas Sumatera Km 20 Tarahan Kabupaten Lampung Selatan.

3.1. Metode Statistic Quality Control

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Untuk analisis menggunakan peta kendali ada beberapa hal yang dilakukan yaitu mencari rata-rata

kerusakan, menentukan standar deviasi dan menentukan batasan pengawasan.

Rumus menghitung rata-rata kerusakan adalah :

P = X

N

Dimana :

P = rata-rata kerusakan produk

X = jumlah produk rusak

N = jumlah produk di observasi

Rumus menentukan standar deviasi adalah :

Sp = √ P . (1 – P)

N

Dimana :

P = rata-rata kerusakan produk

Sp = standar deviasi / penyimpangan

N = jumlah produk di observasi

Rumus menentukan batas pengawasan adalah :

1. Batasan Pengawasan Atas / Upper Control Limit (UCL)

UCL = P + 3 . Sp

2. Batasan Pengawasan Bawah / Lower Control Limit (LCL)

LCL = P – 3 . Sp

3.2. Penentuan Kualitas Peta Kendali

Penentuan kualitas pada peta kendali adalah :

1. Pengendalian kualitas akan berjalan baik jika kerusakan produk masih dalam batas normal yaitu

terletak antara batasan pengawasan atas (UCL) dan batasan pengawasan bawah (LCL).

2. Apabila kerusakan produk berada diatas garis UCL maka perusahaan akan mengalami kerugian yang

dikarenakan jumlah kerusakan produk tinggi dan jika jumlah kerusakan produk dibawah LCL maka

perusahaan akan memperoleh keuntungan / laba besar dikarenakan kerusakan produknya sedikit.

4.Pembahasan

Dari data-data yang ada diketahui :

a. Jumlah produk yang diperiksa = 96.500 unit

b. Jumlah produk yang rusak = 2.531 unit

Maka persentase kerusakan adalah :

P = X

N

P = 2.531

96.500

P = 0,026

P = 2,6%

N rata-rata = 96.500

12

N rata-rata = 8041,67

Standar deviasi (penyimpangan)

Sp = √ P . (1 – P)

N

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Sp = √ 0,026 (1 – 0,026)

8041,67

Sp = √ 0,0000031

Sp = 0,0017746

Batasan Pengawasan Atas / Upper Control Limit (UCL)

UCL = P + 3 . Sp

UCL = 0,026 + 3 . (0,0017746)

UCL = 0,026 + 0,0053238

UCL = 0,031

UCL = 3,1%

Batasan Pengawasan Bawah / Lower Control Limit (LCL)

LCL = P – 3 . Sp

LCL = 0,026 – 3 . (0,0017746)

LCL = 0,026 – 0,0053238

LCL = 0,021

LCL = 2,1%

5.Penutup

5.1. Kesimpulan

Dari perhitungan dengan metode peta kendali diperoleh batas atas sebesar 3,1% dan batas bawah sebesar

2,1%. Dengan melihat batasan pengawasan yaitu batas atas (UCL) dan batas bawah LCL maka dapat

disimpulkan bahwa pengendalian kualitas di PT. Sang Bima Ratu Lampung telah berjalan dengan baik.

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari, 2000. Manajemen Produksi, BPFE UGM, Yogyakarta

Fandi Tjiptono, 1995. Total Quality Management. Andi Offset. Yogyakarta.

Kusuma H. 2001. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit ANDI Yogyakarta.

Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Yamit, Z. 1999. Manajemen Persediaan. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN

METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL PADA PT. LOUIS DREYFUS COMMODITIES

LAMPUNG

Dede Rusmanto

Abstrak

Pengawasan untuk menjaga mutu maupun kuantitas minyak kelapa sawit merupakan suatu keharusan bagi

perusahaan yang bergerak dibidang ini. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak kelapa sawit

yaitu kandungan air, kotoran, asam lemak bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida, titik cair kandungan

gliserida, plastisitas, refining loss dan supreadability.

Dari peta kendali X dan peta kendali R untuk kadar asam lemak bebas terdapat data yang out of control yaitu untuk

peta kendali X pada data ke 1, 2, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 17, 26 dan 28. Sedangkan untuk peta kendali R terdapat pula

data yang out of control yaitu data ke 24 dan ke 27.

Dari peta kendali X dan peta kendali R untuk kadar air terdapat data yang out of control yaitu untuk peta kendali X

pada data ke 10, 11, 13, 16 dan 29. Sedangkan untuk peta kendali R terdapat pula data yang out of control yaitu data

ke 15 dan ke 20. Dari peta kendali X dan peta kendali R untuk kadar kotoran terdapat data yang out of control yaitu

untuk peta kendali X pada data ke 8, 10, 13, 18, 23, 26 dan 29. Sedangkan untuk peta kendali R terdapat pula data

yang out of control yaitu data ke 8, 10 dan 20. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia

(karyawan), faktor mesin dan faktor metode kerja.

Kata Kunci : out of control, asam lemak bebas, peta kendali.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pengawasan untuk menjaga mutu maupun kuantitas minyak kelapa sawit merupakan suatu keharusan

bagi perusahaan yang bergerak dibidang ini. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak

kelapa sawit yaitu kandungan air, kotoran, asam lemak bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida, titik

cair kandungan gliserida, plastisitas, refining loss dan supreadability.

Untuk mengetahui pengendalian kualitas sudah dilakukan dengan baik atau belum oleh perusahaan maka

analisis yang digunakan diantaranya analisis peta kendali (control chart). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar tingkat kerusakan produk yang terjadi.

Berdasarkan uraian singkat tersebut maka tema yang diambil adalah pengendalian kualitas produk dengan

metode statistical quality control pada PT. Louis Dreyfus Commodities (LDC) Lampung.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana penerapan sistem pengendalian kualitas untuk meminimalkan kerusakan produk?

b. Berapa jumlah produk cacat yang dapat ditoleransi sehingga mampu meminimalkan total biaya

kualitas?

1.3. Batasan Masalah

Dalam tulisan ini permasalahan dibatasi pada :

a. Pemecahan masalah difokuskan pada pengendalian kualitas untuk meminimalkan kerusakan produk

dan menentukan total biaya minimum

b. Data yang di analisis adalah data produksi tahun 2014.

2. Landasan Teori

2.1. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil)

Proses pengolahan minyak kelapa sawit secara umum sebagai berikut :

a. Loading Ramp

Setelah buah disortir dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori.

b. Sterilizer

Sterilizer adalah proses perebusan dalam suatu bejana dengan tujuan untuk mematikan enzyme,

mengurangi kadar air dalam buah, memudahkan lepasnya berondolan dari tandan, melunakkan sehingga

memudahkan proses pelumatan dan pengepresan.

c. Thresser

Setelah perebusan tandan buah segar (TBS) yang telah masak diangkut ke thresser dengan menggunakan

hoisting crane. Pada stasiun ini TBS yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara berondolandan

tandannya. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dan masuk kedalam

conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan kedua kalinya.

d. Stasiun Press

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Berondolan yang masuk kedalam conveyor didistribusikan ke digester. Digester adalah tangki silinder

tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran 25 – 26 rpm sehingga berondolan

dapat dicacah didalam tangki ini.

e. Stasiun Pemurnian

Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran yang berasal dari daging buah

seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar maka perlu

dilakukan pemurnian yang meliputi sand trap tank, vibrating screen, crude oil tank, oil tank, purifier,

vacuum dryer, sludge oil tank, sludge centrifuge, fat pit dan storage tank.

f. Stasiun Kernel

Pada stasiun ini dilakukan aktivitas permisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya dan

juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini antaralain, cake breaker conveyor,

depericarper, nut silo, ripple mill, claybath dan kernel silo.

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas

Kualitas adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa pemasaran, rekayasa, pembuatan dan

pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan

yang mencakup kemudahan perawatan, kemudahan dalam penggunaannya, desain yang baik, harga yang

ekonomis, daya tahan dan ketersediaan produk tersebut.

2.3. Alat – Alat Pengendalian Mutu

Beberapa alat / tools / metode yang banyak digunakan dalam pengendalian mutu antara lain :

1. Lembar periksa (check sheet)

2. Histogram

3. Diagram Pareto

4. Diagram Sebab Akibat

5. Peta Kendali (control chart)

6. Diagram pencar

7. Stratifikasi

8. Peta control

2.4. Peta Kendali (control chart)

Peta kendali adalah peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke

waktu. Data diplot dalam urutan waktu. Peta kendali selalu terdiri atas 3 (tiga) garis horizontal yaitu :

1. Garis pusat (centre line) garis yang menunjukkan niali tengah (mean) atau nilai rata-rata dari

karakteristik kualitas yang di plot kan pada pete kendali.

2. Upper Control Limit (UCL), garis diatas garis pusat yang menujukkan batas kendali atas.

3. Lower Control Limit (LCL), garis dibawah garis pusat yang menunjukkan batas kendali bawah.

Cara membuat peta kendali adalah :

1. Menentukan apa yang diukur

2. Mengumpulkan data

3. Memetakan data

4. Menghitung batas-batas kendali

2.5. Diagram Sebab Akibat

Menurut Heizer dan render (2004) pembuatan diagram sebab akibat umumnya dimulai dengan 4 (empat)

kategori yaitu material, mesin/peralatan, manusia dan metode. Ke empat kategori ini sering disebut

sebagai 4M yang merupakan penyebab. Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori.

3.Metodologi Penelitian

Dalam laporan ini metode statistical quality control yang digunakan adalah:

a. Peta Kendali

Peta kendali yang digunakan adalah peta kendali Xbar digunakan untuk proses yang memiliki karakteristik

yang bersifat kontinu. Peta ini menggambarkan variasiharga rata-rata dari data yang diklasifikasikan

dalam satu kelompok. Dalam penelitian ini data dikelompokkan berdasarkan satuan waktu hari dimana

data ini diambil.

Peta kendali yang digunakan berikutnya adalah peta kendali R untuk menggambarkan rentang data dari

suatu sug grup yaitu data terbesar dikurangi adat terkecil.

b. Menghitung X rata-rata dan R rata-rata

Perhitungan X rata-rata adalah

X = Σ Xi

g

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

dimana :

X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata sub grup

Xi = nilai rata-rata sub grup ke i

g = jumlah sub grup

Perhitungan R rata-rata adalah

R = Σ Ri

g

dimana :

R = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata sub grup

Ri = nilai rata-rata sub grup ke i

g = jumlah sub grup

c. Menentukan Batas Kontrol

Menentukan batas kontrol untuk peta X adalah :

Batas Kontrol Atas (BKA) = X + A2 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = X – A2 . R

Dimana :

A2 = Nilai koefisien

R = Selisih harga X maks dan X min

Menentukan batas control untuk peta R adalah :

Batas Kontrol Atas (BKA) = D4 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = D3 . R

Dimana D3 dan D4 adaalah nilai koefisien.

4.Pembahasan

Dalam tulisan ini metode statistik yang digunakan adalah peta kendali X dan peta kendali R untuk

menentukan kualitas kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran.

4.1. Peta Kendali X dan Peta Kendali R untuk kadar asam lemak bebas (ALB)

Dari data-data yang ada didapatkan sebagai berikut :

Peta kendali X untuk asam lemak bebas

Batas Kontrol Atas (BKA) = X + A2 . R

Batas Kontrol Atas (BKA) = 3,50 + 1,023 . 0,44

Batas Kontrol Atas (BKA) = 3,50 + 0,45351

Batas Kontrol Atas (BKA) = 3,95%

Batas Kontrol Bawah (BKB) = X – A2 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 3,50 – 1,023 . 0,44

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 3,50 – 0,45351

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 3,05%

Peta kendali R untuk asam lemak bebas

Batas Kontrol Atas (BKA) = D4 . R

Batas Kontrol Atas (BKA) = 2,574 . 0,44

Batas Kontrol Atas (BKA) = 1,13857%

Batas Kontrol Bawah (BKB) = D3 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0 . 0,44

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0%

Dari peta kendali X dan peta kendali R terdapat data yang out of control yaitu untuk peta kendali X pada

data ke 1, 2, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 17, 26 dan 28. Sedangkan untuk peta kendali R terdapat pula data yang

out of control yaitu data ke 24 dan ke 27.

4.2. Peta Kendali X dan Peta Kendali R untuk kadar air

Page 15: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Dari data-data yang ada didapatkan sebagai berikut :

Peta kendali X untuk kadar air

Batas Kontrol Atas (BKA) = X + A2 . R

Batas Kontrol Atas (BKA) = 0,36 + 1,023 . 0,18

Batas Kontrol Atas (BKA) = 0,55%

Batas Kontrol Bawah (BKB) = X – A2 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0,36 – 1,023 . 0,18

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0,18%

Peta kendali R untuk kadar air

Batas Kontrol Atas (BKA) = D4 . R

Batas Kontrol Atas (BKA) = 2,574 . 0,18

Batas Kontrol Atas (BKA) = 0,4676%

Batas Kontrol Bawah (BKB) = D3 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0 . 0,18

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0%

Dari peta kendali X dan peta kendali R terdapat data yang out of control yaitu untuk peta kendali X pada

data ke 10, 11, 13, 16 dan 29. Sedangkan untuk peta kendali R terdapat pula data yang out of control yaitu

data ke 15 dan ke 20.

4.3. Peta Kendali X dan Peta Kendali R untuk kadar kotoran

Dari data-data yang ada didapatkan sebagai berikut :

Peta kendali X untuk kadar kotoran

Batas Kontrol Atas (BKA) = X + A2 . R

Batas Kontrol Atas (BKA) = 0,04 + 1,023 . 0,02

Batas Kontrol Atas (BKA) = 0,06%

Batas Kontrol Bawah (BKB) = X – A2 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0,04 – 1,023 . 0,02

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0,02%

Peta kendali R untuk kadar kotoran

Batas Kontrol Atas (BKA) = D4 . R

Batas Kontrol Atas (BKA) = 2,574 . 0,02

Batas Kontrol Atas (BKA) = 0,05079%

Batas Kontrol Bawah (BKB) = D3 . R

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0 . 0,02

Batas Kontrol Bawah (BKB) = 0%

Dari peta kendali X dan peta kendali R terdapat data yang out of control yaitu untuk peta kendali X pada

data ke 8, 10, 13, 18, 23, 26 dan 29. Sedangkan untuk peta kendali R terdapat pula data yang out of

control yaitu data ke 8, 10 dan 20.

4.4. Diagram Sebab Akibat

a. Faktor Manusia

Karyawan memiliki peran penting terhadap mutu produk yang dihasilkan. Kedisiplinan dan ketelitian

merupakan hal yang sangat penting bagi karyawan dibagian laboratorium dalam pengujian kadar asam

lemak bebas, kadar kotoran dan kadar air CPO.

b. Faktor Mesin

Perawatan secara berkala terhadap mesin produksi jarang dilakukan dan penanganan mesin yang

mengalami kerusakan seringkali terlambat. Hal ini mengganggu aktivitas proses produksi.

c. Faktor Metode Kerja

Kualitas metode kerja juga menentukan hasil CPO yang diproduksi. Proses ini dipengaruhi oleh bahan

baku TBS, setingan mesin serta penampungan sementara hasil produksi. Ketika kadar asam lemak bebas

Page 16: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

tidak sesuai maka dengan segera pihak laboratorium melaporkan kebagian produksi untuk mengecek

setingan mesin agar tetap menjaga kadar asam lemak bebas.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis peta kendali X dan peta kendali R diketahui bahwa tingkat pencapaian mutu CPO yang

dihasilkan belum sepenuhnya tercapai. Dari hasil pemeriksaaan kadar asam lemak bebas, kadar air dan

kadar kotoran masih terdapat sejumlah produk yang berada diluar batas persyaratan mutu dan

penyimpangan kualitas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia (karyawan), faktor

mesin dan faktor metode kerja.

5.2. Saran

Saran yang diberikan untuk pihak perusahaan adalah :

a. Dalam penyortiran bahan baku TBS perusahaan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pembelian

bahan baku.

b. Areal penyimpanan lebih diperhatikan lagi dalam hal kebersihannya termasuk sampah sisa produksi.

Page 17: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari. 2000. Manajemen Produksi. BPFE UGM. Yogyakarta.

Fandi Tjiptono. 1995. Total Quality Management. Andi Offset. Yogyakarta.

Heizer and Render. 2008. Principles of Operations Management. Prentice Hall. New York.

Heizer and Render. 2008. Operations Management. Prentice Hall. New York.

Indriyo Gitosudarmo. 1993. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi. BPFE UGM. Yogyakarta.

Page 18: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA TERHADAP TARGET PELAYANAN DENGAN

METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS PADA PT. TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG)

Esti Ratna Sari

Abstrak

Selain produktivitas unsur terpenting lainnya yang berhubungandengan tenaga kerja adalah menentukan jumlah

tenaga kerja sesuai dengan beban dan bidang pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan perusahaan dapat

meningkatkan produksinya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Didalam perencanaan tenaga kerja ini selain jumlah tenaga kerja dan produktivitas perlu dipertimbangkan juga

beban kerja. Ini berarti jika tenaga kerja diberi beban kerja yang berlebihan bukan berarti tenaga kerja tersebut

produktivitas kerjanya tinggi mungkin sebaliknya. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan mengenai jumlah

beban kerja untuk tenaga kerja.

Dari hasil analisis didapatkan rata-rata persentase tingkat absensi karyawan seksi data adalah 1,089% dan rata-rata

persentase tingkat absensi karyawan seksi penetapan klaim adalah 1,688%. Rata-rata persentase tingkat LTO

karyawan seksi data adalah 0,2% dan rata-rata persentase tingkat LTO karyawan seksi penetapan klaim adalah

0,572%.

Rata-rata persentase tingkat produktivitas karyawan seksi data adalah 672 dan rata-rata persentase tingkat

produktivitas karyawan penetapan klaim adalah 496. Sedangkan jumlah karyawan seksi data yang ideal adalah

sebanyak 5 orang dan jumlah karyawan penetapan klaim yang ideal adalah sebanyak 7 orang.

Kata Kunci : kebutuhan tenaga kerja, metode Single Exponential Smoothing

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Faktor tenaga kerja memegang peranan penting pada sebuah organisasi. Tenaga kerja sering dikaitkan

dengan produktivitas kerja. Secara filosofis produktivitas merupakan suatu sikap mental manusia yang

selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada.

Produktivitas secara sederhana dapat diukur dari perbandingan hasil keluaran (output) terhadap masukan

(input). Produktivitas tenaga kerja baisanya diukur dari perbandinganhasil produksi terhadap biaya yang

digunakan untuk mengoperasikan tenaga kerja itu sendiri.

Selain produktivitas unsur terpenting lainnya yang berhubungandengan tenaga kerja adalah menentukan

jumlah tenaga kerja sesuai dengan beban dan bidang pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan

perusahaan dapat meningkatkan produksinya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Didalam perencanaan tenaga kerja ini selain jumlah tenaga kerja dan produktivitas perlu dipertimbangkan

juga beban kerja. Ini berarti jika tenaga kerja diberi beban kerja yang berlebihan bukan berarti tenaga

kerja tersebut produktivitas kerjanya tinggi mungkin sebaliknya. Oleh karena itu perlu dilakukan

penentuan mengenai jumlah beban kerja untuk tenaga kerja.

1.2. Identifikasi Masalah

Jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan beban kerja yang ada, pada bidang pekerjaan tertentu

ada yang jumlah tenaga kerjanya banyak tetapi beban kerjanya sedikit dan dibidang lain ada jumlah

tenaga kerjanya sedikit tetapi beban kerjanya banyak.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana tingkat produktivitas karyawan untuk memenuhi

target pelayanan dengan metode Single Exponential Smoothing?

2. Landasan Teori

2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Pada umumnya yang dimaksud tenaga kerja adalah setiap orang yang mengerjakan suatu pekerjaan baik

didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia meliputi :

a. Buruh

Bagi pekerja yang bekerja pada tempat usaha perorangan atau secara kecil-kecilan seperti pencangkul

disawah, penggembala ternak, pekerja bangunan dan sebagainya.

b. Karyawan

Bagi pekerja yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan baik perusahaan swasta maupun

perusahaan pemerintah.

c. Pegawai

Page 19: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Para pekerja yang bekerja pada instansi atau lembaga pemerintah baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah dan biasanya disebut Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2.2. Peranan Tenaga Kerja Dalam Perusahaan

Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Tenaga Kerja Langsung (TKL)

Adalah tenaga kerja yang pada prinsipnya terbatas pada tenaga kerja dipabrik yang secara langsung

terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang-barang

yang dihasilkan.

b. Tenaga Kerja Tidak Langsung (TKTL)

Adalah tenaga kerja dipabrik yang tidak terlibat langsung pada proses produksi dan biayanya dikaitkan

pada biaya overhead pabrik.

2.3. Kedisiplinan dan Tingkat Absensi

Menegakkan kedisiplinan penting bagi sebuah perusahaan sebab dengan kedisiplinan diharapkan

sebagian besar dari peraturan-peraturan ditatai oleh sebagian besar karyawan. Salah satu hal tentang

kedisiplinan adalah absensi karyawan. Karyawan yang tidak masuk bekerja karena bermacam-macam

alas an misalnya sakit, alpa atau ijin. Banyaknya karyawan yang tidak masuk bekerja mencerminkan

tingkat kedisiplinan karyawan yang rendah.

Ada rumusan untuk menghitung tingkat absensi yaitu :

% tingkat absensi = jumlah tenaga kerja tidak bekerja

Hari tenaga kerja bekerja + jumlah tenaga kerja tidak bekerja

2.4. Labour Turn Over

Menurut Heijrahman Ranupandojo (1994) labour turn over adalah sebagaian aliran karyawan yang masuk

dan keluar perusahaan. Turn over adalah petunjuk kestabilan karyawan. Semakin tinggi turn over berarti

semakin sering terjadi penggantian karyawan. Hal ini merugikan perusahaan apabila seorang karyawan

meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai biaya yaitu :

a. Biaya penarikan karyawan (rekruitmen)

b. Biaya latihan.

c. Apa yang dikeluarkan karyawan biasanya lebih kecil dari karyawan baru.

d. Tingkat kecelakaan kerja karyawan baru biasanya cenderung tinggi.

e. Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan.

f. Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru.

Ada rumusan untuk menghitung labour turn over (LTO) yaitu :

LTO = Σ tenaga kerja keluar dan masuk periode tertentu x 100%

Σ tenaga kerja seluruhnya periode tersebut

2.5. Pengertian Produktivitas

Rumus umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

keseluruhan sumber daya yang dipergunakan yaitu:

Produktivitas = Jumlah output

Jumlah tenaga kerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu upah, kondisi dan lingkungan

kerja, tunjangan atau insentif, kemampuan dan teknologi.

2.6. Peramalan

Peramalan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkirakan keadaan

atau sesuatu yang akan datang. Dalam penelitian ini metode peramalan yang digunakan adalah metode

single exponential smoothing untuk meramalkan jumlah surat permintaan pembayaran untuk periode yang

akan datang. Rumus yang digunakan adalah:

Page 20: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

FT+1 = α . Xt + (1 – α) . Ft – 1

Dimana :

FT+1 = Ramalan untuk periode t+1

α = Timbangan data (0< α <1)

Xt = Penjualan periode t

Ft – 1 = Ramalan untuk periode t –1

t = Periode (waktu)

2.7. Jumlah Tenaga Kerja

Penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan berdasarkan beban kerja dengan mempertimbangkan

tingkat absensi dapat dicari dengan formulasi sebagai berikut :

J = V (1 + T + A)

P

Dimana :

J = Jumlah tenaga kerja yang ideal

V = Volume (beban kerja)

P = Tingkat produktivitas tenaga kerja

T = Tingkat perputaran tenaga kerja

A = Tingkat absensi tenaga kerja

3. Metodologi Penelitian

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode single exponential smoothing yang digunakan untuk menguji berapa

banyak karyawan yang ideal untuk setiap bidang pada PT. Taspen Cabang Lampung.

3.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Taspen Cabang Lampung yang beralamat di jalan Drs. Warsito No. 3

Kelurahan Sumur Putri Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan metode sebagai berikut :

a. Metode interview

b. Metode observasi

c. Metode studi pustaka

4. Pembahasan

4.1. Menghitung Tingkat Absensi Tenaga Kerja

Data yang digunakan adalah data tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan menggunakan rumus

tingkat absensi maka didapatkan hasil sebagai berikut : % tingkat absensi = jumlah tenaga kerja tidak bekerja

Hari tenaga kerja bekerja + jumlah tenaga kerja tidak bekerja

Tabel 1. Perhitungan Tingkat Absensi Karyawan Seksi Data Tahun 2010 -2014

Tahun Jumlah Absensi

(hari/orang dalam 1 tahun)

Hari Kerja (hari) Tingkat Absensi

2010 3 250 1,017

2011 3 288 1,031

2012 3 292 1,017

2013 5 289 1,701

2014 2 293 1,678

Jumlah 5,444

Rata-rata 1,089

Jadi rata-rata persentase tingkat absensi karyawan seksi data adalah 1,089%.

Tabel 1. Perhitungan Tingkat Absensi Karyawan Seksi Penetapan Klaim Tahun 2010 -2014

Tahun Jumlah Absensi

(hari/orang dalam 1 tahun)

Hari Kerja (hari) Tingkat Absensi

2010 4 250 1,600

2011 3 247 1,214

2012 10 249 4,016

2013 3 248 1,209

Page 21: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

2014 3 249 0,401

Jumlah 8,440

Rata-rata 1,688

Jadi rata-rata persentase tingkat absensi karyawan seksi penetapan klaim adalah 1,688%.

4.2. Menghitung Tingkat Labour Turn Over (LTO)

Dengan menggunakan data tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dihitung tingkat LTO dengan

menggunakan rumus :

LTO = Σ tenaga kerja keluar dan masuk periode tertentu x 100%

Σ tenaga kerja seluruhnya periode tersebut

Tabel 3. Perhitungan Tingkat LTO Seksi Data Tahun 2010 – 2014

Tahun Jumlah Karyawan

Masuk (orang)

Jumlah

Karyawan

Keluar (orang)

Jumlah

Karyawan

(orang)

Tingkat LTO

2010 -- 1 5 0,2

2011 -- -- 5 --

2012 -- -- 5 --

2013 -- -- 5 --

2014 -- -- 5 --

Jumlah 0,2

Rata-rata 0,2

Rata-rata persentase tingkat LTO karyawan seksi data adalah 0,2%.

Tabel 4. Perhitungan Tingkat LTO Seksi Penetapan Klaim Tahun 2010 – 2014

Tahun Jumlah Karyawan

Masuk (orang)

Jumlah

Karyawan

Keluar (orang)

Jumlah

Karyawan

(orang)

Tingkat LTO

2010 -- 1 7 --

2011 -- -- 6 1,000

2012 -- -- 7 0,143

2013 -- -- 7 --

2014 -- -- 7 --

Jumlah 1,143

Rata-rata 0,572

Rata-rata persentase tingkat LTO karyawan seksi penetapan klaim adalah 0,572%.

4.3. Menghitung Tingkat Produktivitas

Dengan menggunakan data tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat diketahui tingkat produktivitas tenaga

kerja menggunakan rumus :

Produktivitas = Jumlah output

Jumlah tenaga kerja

Tabel 5. Perhitungan Produktivitas Karyawan Seksi Data Tahun 2010 – 2014

Tahun Jumlah Surat Permintaan

Pembayaran (klaim)

Jumlah Tenaga

Kerja (orang)

Tingkat

Produktivitas

(klaim)

2010 3.460 5 692

2011 3.267 5 653

2012 3.419 5 684

2013 3.392 5 678

2014 3.268 5 654

Jumlah 3361

Rata-rata 672

Rata-rata persentase tingkat produktivitas karyawan seksi data adalah 672.

Page 22: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Tabel 5. Perhitungan Produktivitas Karyawan Penetapan Klaim

Tahun 2010 – 2014

Tahun Jumlah Surat Permintaan

Pembayaran (klaim)

Jumlah Tenaga

Kerja (orang)

Tingkat

Produktivitas

(klaim)

2010 3.460 7 494

2011 3.267 6 545

2012 3.419 7 488

2013 3.392 7 485

2014 3.268 7 467

Jumlah 2479

Rata-rata 496

Rata-rata persentase tingkat produktivitas karyawan penetapan klaim adalah 496.

4.4. Menentukan Jumlah Tenaga Kerja

Penentuan jumlah karyawan seksi data dan karyawan penetapan klaim tahun 2015 dengan menggunakan

rumus :

J = V (1 + T + A)

P

Menentukan jumlah karyawan seksi data sebagai berikut :

J = V (1 + T + A)

P

J = 3.423 (1 + 0,2% + 1,089%)

672

J = 5,16 atau dibulatkan 5 orang

Jadi jumlah karyawan seksi data yang ideal adalah sebanyak 5 orang.

Menentukan jumlah karyawan penetapan klaim sebagai berikut :

J = V (1 + T + A)

P

J = 3.423 (1 + 0,572% + 1,412%)

496

J = 7,04 atau dibulatkan 7 orang

Jadi jumlah karyawan penetapan klaim yang ideal adalah sebanyak 7 orang.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis didapatkan rata-rata persentase tingkat absensi karyawan seksi data adalah 1,089% dan

rata-rata persentase tingkat absensi karyawan seksi penetapan klaim adalah 1,688%. Rata-rata persentase

tingkat LTO karyawan seksi data adalah 0,2% dan rata-rata persentase tingkat LTO karyawan seksi

penetapan klaim adalah 0,572%.

Rata-rata persentase tingkat produktivitas karyawan seksi data adalah 672 dan rata-rata persentase tingkat

produktivitas karyawan penetapan klaim adalah 496. Sedangkan jumlah karyawan seksi data yang ideal

adalah sebanyak 5 orang dan jumlah karyawan penetapan klaim yang ideal adalah sebanyak 7 orang.

5.2. Saran

Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah karyawan seksi data dan jumlah karyawan penetapan klaim

sama dengan kondisi di PT. Taspen Lampung saat ini maka disarankan untuk tidak melakukan

penambahan ataupun pengurangan karyawan.

Page 23: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

DAFTAR PUSTAKA

Basuswatha.1996. Manajemen Sumber Daya Manusia.BPFE UGM. Yogyakarta.

Manullang. 1995. Dasar-Dasar Manajemen. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ranupandojo. 1999. Manajemen Personalia.BPFE UGM. Yogyakarta.

Sarwono. 1996.Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sofyan Assauri. 1997. Manajemen Produksi. FEUI. Jakarta.

Page 24: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

ANALISIS MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE PROGRAM

EVALUATION REVIEW AND TECHNIQUES PADA PT. PARAMITA BANGUN SARANA

JAKARTA

Rosmayana

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

PT. Paramita Bangun Sarana Jakarta merupakan salah satu perusahaan jasa konstruksi bangunan yang

memiliki kantor pusat di Jakarta dengan klien beberapa bangunan sekolah swasta SD, SMP dan SMA

yang berada di sekitar Jakarta.

Untuk memenuhi permintaan atas jasa konstruksi yang diberikan, manajemen perusahaan ini telah

mempertimbangkan upaya penggunaan pendekatan ilmiah dalam menganalisis permasalahan dan

hambatan dalam pengerjaan proyek tertentu.

Selama 10 tahun dalam kegiatan manajemen proyek konstruksinya, perusahaan ini kadang mengalami

permasalahan pada ketepatan waktu dalam penyelesaian sehingga beberapa kegiatan yang sifatnya

tergantung pada tahapan kegiatan sebelumnya, akibatnya target penyelesaian proyek tidak selesai tepat

waktu dan kadang mengalami penundaan.

Oleh karena itu perusahaan telah berupaya untuk menerapkan metode untuk menganalisis manajemen

proyek melalui pendekatan manajemen terpadu. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah

Program Evaluation Review and Technique (PERT) yaitu pendekatan program untuk mengevaluasi

secara teknis dalam kerangka waktu penyelesaian yang telah diestimasi dengan akurat.

Melalui pendekatan PERT maka diharapkan perusahaan dapat memperbaiki kesalahan dalam target

penyelesaian kegiatan proyek yang didukung oleh estimasi kebutuhan biaya yang memadai. Dengan

perbaikan kesalahan kegiatan tentunya perusahaan dapat meningkatkan kualitas pelayanan jasa konstruksi

kepada klien sesuai dengan kemampuan sumber daya dan probabilitas keberhasilan proyek.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan yakni :

a. Bagaimana pengembangan manajemen proyek konstruksi untuk mencapai hasil yang optimal?

b. Sumber daya apa saja yang perlu mendapat perhatian dari pengembangan proyek konstruksi agar hasil

yang optimal?

2. Landasan Teori

2.1. Definisi Proyek

Definisi sederhana tentang proyek adalah urutan tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu

yang unikdalam kerangka waktu yang telah ditetapkan. Keunikan inilah yang membedakan antara proyek

dengan operasi dan membuatnya sulit untuk dikelola.

Menurut Retno Maharesi (2002) proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk

menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.

2.2. Teori Perencanaan Proyek Konstruksi

Pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal dan

untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan diperlukan pengendalian.

2.3. Metode PERT dan CPM

Metode PERT dan CPM adalah metode yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan, skedul dan

proses pengendalian suatu proyek. Walaupun prinsip penyusunan jaringan pada kedua metode ini adalah

sama tetapi perbedaan mendasar pada kedua metode ini. Perbedaan terletak pada konsep biaya yang

dikandung CPM dan hal ini tidak ada pada metode PERT.

Pada metode CPM ada dua estimasi baik waktu maupun biaya yaitu estimasi normal dan estimasi crash.

Perhitungan kedua jenis estimasi dimaksudkan untuk menemukan kegiatan-kegiatan pada jalur kritis

dimana waktu dapat dipercepat dengan pengeluaran paling minimum. Dengan cara ini efisiensi

penyelesaian proyek dapat dicapai dalam hal waktu maupun biaya.

Pada metode PERT asumsi yang digunakan adalah bahwa lama waktu semua kegiatan tidak tergantung

satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu proyek dengan PERT dilakukan dengan

menentukan waktu yang paling pesimis (terlama) dan optimis (tercepat) untuk setiap kegiatan.

2.4. Proses Dalam PERT dan CPM

Proses dalam metode PERT dan CPM meliputi :

a. Komponen Jaringan (network component)

Page 25: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

Satu syarat untuk membentuk jaringan PERT adalah daftar urutan kegiatan proyek. Dalam jaringan

PERT dikenal istilah dummy yaitu dua atau lebih kegiatan yang mulai dan berakhir pada titik yang

sama. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada titik (activity

on node – AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA).

b. Jadwal Aktivitas

Menentukan jadwal proyek atau jadwal aktivitas artinya kita perlu mengidentifikasi waktu mulai dan

waktu selesai untuk setiap kegaiatan. Kita menggunakan proses two – pass yang terdiri atas forward

pass dan backward pass untuk menentukan jadwal waktu tiap kegiatan. ES (earlist start) dan EF

(earlist finish) selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama

backward pass.

2.5. Jaringan Kerja Proyek

Metode jalur kritis (critical path method / CPM) yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi

proyek-proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang

memakai prinsip pembentukan jaringan. Dalam metode CPM dikenal adanya jalur kritis yaitu jalur yang

memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Manfaat yang

didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah :

a. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis

dapat dipercepat.

b. Pengawasan dapat dilakukan melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya.

Bila CPM memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka

yang mencerminkan adanya kepastian maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar

ketidakpastian yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. Menurut Heizer dan Render (2009) dalam

PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan antaralain

waktu optimis, waktu pesimis dan waktu realistis.

2.6. Mengukur Keberhasilan Proyek

Terdapat lima tolok ukur keberhasilan proyek yaitu tepat waktu, sesuai anggaran, cakupan proyek,

kualitas dan sumber daya yang tersedia.

3. Metodologi Penelitian

3.1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah project management, network PERT/CPM, time

expected and probability, time and cost crashing program.

3.2. Metode Analisis

Waktu rencana proyek biasanya lebih pendek daripada waktu pelaksanaan proyek. Optimalisasi waktu

dan biaya yang akan dilakukan adalah mempercepat durasi proyek dengan penambahan biaya yang

seminimal mungkin. Salah satu cara untuk mempercepat durasi proyek dikenal dengan istilah crashing.

Estimasi waktu penyelesaian proyek dapat diketahui dengan cara :

a. Single duration estimate atau perkiraan waktu (durasi) tunggal untuk setiap kegiatan (pendekatan

CPM).

b. Triple duration estimate yaitu cara perkiraan waktu yang didasarkan atas 3 jenis durasi waktu terdiri

atas waktu optimis (a), waktu pesimis (b) dan waktu realistis (m).

Pendekatan dari durasi rata-rata yang disebut expected duration (Te) dengan rumus sebagai berikut :

Te = a + 4 m + b

6

Dimana :

Te = expected duration

a = waktu optimis

m = waktu realistis

b = waktu pesimis

dengan menggunakan konsep Te maka jalur kritis dapat di identifikasi. Besarnya ketidakpastian

tergantung pada besarnya angka a dan b yang dirumuskan sebagai berikut :

deviasi standar kegiatan (S) = 1 + (b – a)

6

Page 26: ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN ALAT BERAT …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 01.pdf · Sistem persediaan dengan ... Metode pokok pencatatan persediaan barang dagang ... strategi yang

DAFTAR PUSTAKA

Basuswatha.1996. Manajemen Sumber Daya Manusia.BPFE UGM. Yogyakarta.

Manullang. 1995. Dasar-Dasar Manajemen. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ranupandojo. 1999. Manajemen Personalia.BPFE UGM. Yogyakarta.

Sarwono. 1996.Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sofyan Assauri. 1997. Manajemen Produksi. FEUI. Jakarta.