analisis konjungtor hubungan pertentangan dalam kalimat …

77
i ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT KOORDINATIF ANTARA BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA (Studi Kasus Terjemahan Surah Al Baqarah Terbitan DEPAG RI Tahun 1994) Oleh: Siti Aisyah 102024024429 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 / 2008

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

i

ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN

DALAM KALIMAT KOORDINATIF

ANTARA BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA

(Studi Kasus Terjemahan Surah Al Baqarah Terbitan DEPAG RI

Tahun 1994)

Oleh:

Siti Aisyah

102024024429

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 / 2008

Page 2: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

ii

ABSTRAK

Siti Aisyah

Analisis Konjungtor Hubungan Pertentangan Dalam Kalimat Koordinatif

Antara Bahasa Arab Dengan Bahasa Indonesia (Studi Kasus Terjemahan

Surah Al Baqarah Terbitan DEPAG RI Tahun 1994)

Setiap bahasa memiliki sui generis (ciri khas tersendiri). Demikian pula

yang berlaku antara bahasa Indoneisa dengan bahasa Arab. Dalam setiap lika-liku

kedua bahasa itu pasti saja ditemukan ciri khas masing-masing, termasuk ketika

kita menyelami “dunia kalimat”. Dan bahasa merupakan alat yang sistematis

untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda, bunyi,

gestur, atau tanda yang disepakati yang mengandung makna yang dipahami.

Skripsi sederhana ini bertujuan untuk dapat menemui kesalahan

terjemahan dalam menyepadankan antara konjungsi bahasa Indonesia dengan

bahasa Arab, yaitu masalah konjungsi kalimat majemuk koordinatif yang

menyatakan pertentangan yang terdapat dalam Al quran. Sehingga menghindari

kesalahan interpretasi dalam memaknai suatu kata Bahasa Sumber , dalam hal ini

adalah Al quran kepada Bahasa Sasaran (bahasa Indonesia). Karena bagi Penulis,

masalah penerjemahan adalah hal yang vital yang harus benar-benar dicermati dan

dilakukan secara hati-hati dan kritis agar tidak mengarah pada interpretasi yang

salah dan mampu menyampaikan serta tidak mengurangi pesan yang ingin

disampaikan oleh Bahasa Sumber, terutama dalam naskah ilmiah (Al quran).

Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah melalui metode

analisis korpus. Caranya yaitu dengan membaca dan mencari kalimat majemuk

koordinatif hubungan penjumlahan yang menyatakan pertentangan dalam Al

quran surah Al Baqarah terjemahan DEPAG RI tahun 1994.

Meskipun dalam kualitas analisis yang tidak seberapa, Penulis berharap

analisis ini dapat mewakili kajian dan terjemahan kalimat majemuk koordinatif

hubungan pertentangan yang kerap kita temui dalam Al quran.

Page 3: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

iii

KATA PENGANTAR

Maha Suci Allah yang telah menciptakan alam raya beserta isinya. Semua

yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Saat alam begitu gelap

gulita dan wajah zaman berlumuran debu hitam, di saat fajar menjelang, dengan

lantang ku sebut nama-Mu dan fajarpun merekah seraya menebar senyuman

indah. Maha Suci Allah yang dapat membuka mata, hati, pikiran dan wawasan

kita, sehingga menjadikan kita sebagai pencari hikmah yang penuh kerendahan

hati, membukakan telinga kita selebar-lebarnya dan mengunci lisan kita dari

pelbagai ucapan yang berlebihan serta kata-kata yang menyakitkan, menjauhkan

kita dari orang-orang yang tertipu oleh “kehebatan diri”. Shalawat serta salam

semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW yang telah dengan sabar dan ikhlas

menunjukkan kita semua pada kebenaran yang haqiqi.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat gelar strata

satu (SI) Jurusan Terjemah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak, penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya atas partisipasinya, terutama kepada:

1. Bapak. Dr. Abdul Chaer, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah. Serta

Bapak Ahmad Syaekhuddin, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan

Tarjamah.

Page 4: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

iv

3. Bapak Drs. H. Ahmad Syatibi, MA., selaku Dosen Pembimbing

Materi dan Teknis dalam penyusuan skripsi ini.

4. Para Dosen dan seluruh staf Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan

Terjemah yang telah memberikan pencerahan bagi saya.

5. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Adab UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Pusat Bahasa. Terima kasih atas

layanan dan buku-bukunya.

6. Kedua orangtua tercinta, (Alm.) Bapak H.M. Siddiq EHB dan Ibu

Hj. Saodah. “maaf, persembahan ini baru dapat ananda berikan.”

7. Keluarga Tercinta: Abang Andi “Terimakasih atas dukungan Abang,

baik moril maupun materiil”, Kak Hera, Kak Ida, Mas Erwin, Kak

Mameh, Kak Awin, Bang Muni, Kak Husnul, Bang Aden, Kak

Audry “Kita adalah satu dan satu adalah kita.” Keponakan-

keponakan tersayang: Kakak Mitha, Kakak Dwi, Kakak Risha, Adik

Indah, Adik Shafwa, si Mungil dan tomboy Adik Yasmin “Tante

sayang kalian, kalian adalah obat rasa jenuh buat tante.”

8. Sahabat-sahabat kelas: Mbak Ida, terimakasih untuk waktu dan

pemasukannya untuk skripsi ini. Shofa, Hilda, Ela, Mala, Husna,

Hamid: Makasih atas waktu dan dukungannya , Windhi: Thanks for

anter-jemputnya dan teman-teman yang ‘g Cha sebutin satu persatu

namanya, khususnya teman-teman Terjemah 2002. Semoga

persahabatan ini tetap terjalin.

9. Keluarga besar PONPES DAARUL ‘ULUUM LIDO, terimakasih

atas naungan yang telah diberikan pada Cha untuk menuntut ilmu.

Keluarga besar MAN 6 Jakarta, terimakasih untuk segala pengajaran

dan ilmu yang telah diberikan.

10. Specially: Kepada seseorang yang telah memberikan rasa sakit, dan

kebahagiaan.

Mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan untuk penulis

dibalas Allah Swt. dengan ganjaran yang setimpal. Dan semoga skripsi ini

berguna dan bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, penulis berharap bahwa

Page 5: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

v

limpahan hidayah dan taufik-Nya senantiasa dicurahkan kepada kita semua.

Amin!

Penulis menyadari, meskipun telah semaksimal mungkin berusaha dalam

menyelesaikan skripsi ini, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Kritik

dan saran membangun, selalu Penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini

Jakarta 11 Maret 2008

Penulis

Siti AisySiti AisySiti AisySiti Aisyahahahah

Page 6: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

6

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

TRANSLITERASI..................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 4

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5

D. Metodologi Penelitian............................................................. 5

E. Sistematika Penulisan ............................................................. 5

BAB II KERANGKA TEORI

A. ILMU PENERJEMAHAN...................................................... 7

1. Definisi Penerjemahan................................................. 7

2. Tahap-tahap Penerjemahan .......................................... 9

3. Metode-metode Penerjemahan..................................... 11

B. KALIMAT MAJEMUK DAN PEMBAGIANNYA................ 14

1. Pengertian dan Pembagian Kalimat Majemuk.............. 14

2. Kalimat Majemuk Subordinatif.................................... 23

3. Kalimat Majemuk Koordinatif ..................................... 32

Page 7: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

7

C. KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM

KALIMAT KOORDINATIF...................................................….39

1. Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.............................. 39

BAB III SURAH AL BAQARAH…………………………………………........51

A. Penamaan…………………………………………………………..51

B. Isi Kandungan……………………………………………………...52

BAB IV ANALISIS PENERJEMAHAN KONJUNGTOR HUBUNGAN

PERTENTANGAN DALAM KALIMAT KOORDINATIF………..54

BAB V PENUTUP……………………………………………………………....62

Kesimpulan………………………………………………….………...…62

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..64

LAMPIRAN

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Arab Latin Arab Latin

t = ط a = ا

z = ظ b = ب

‘ = ع t = ت

gh = غ ts = ث

f = ف j = ج

q = ق h = ح

k = ك kh = خ

Page 8: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

8

l = ل d = د

m = م dz = ذ

n = ن r = ر

w = و z = ز

s � = h = س

' = ء sy = ش

y = ي s = ص

d = ض

Penulisan Vokal

Vokal Tunggal Vokal Ganda Vokal Panjang Tanwin

a ي Ai ـ! Â an

i Au #ـ Î in

u

و

Û &ـ un

Penulisan Partikel al-

1 Ditulis al- (tidak kapital) bila merupakan istilah umum dalam bahasa Arab.

Misalnya: - al-hasan - al-îmân

2 Ditulis Al- (dengan huruf awal kapital) bila merupakan nama orang, kota, sifatAllah, dan judul buku.

Misalnya: - Al-Ghazali - Al-Bustami - Al-Munqidz min Adh-Dhalâl

3 Penulisan partikel al- harus luruh mengikuti huruf sesudahnya apabila ia termasuk kelompok huruf syamsiyah.

Misalnya: - ar-rasûl - az-ziâdah

Page 9: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

9

Kelompok huruf syamsiyah: t, ts, s, r, t, d, dz, n, d, s, z, z, sy, dan l.

Kelompok huruf qamariyah: a, b, gh, h, j, k, w, kh, f, ‘, q, y, m, dan h.

Page 10: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, satu bahasa sama baik dengan bahasa lainnya. Dan setiap bahasa

sama-sama digunakan dengan benar, baik dan sempurna oleh masyarakat pemakai

bahasa tersebut. Dengan perbandingan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia di sini

tidak dimaksudkan untuk melihat bahasa mana yang maju dan bahasa mana yang masih

terbelakang, atau bahasa mana yang baik dan bahasa mana yang kurang baik, melainkan

hanya untuk melihat titik pertemuan atau titik yang harus dipertemukan antara

keduanya, karena sangat diperlukan antara lain untuk kepentingan penerjemahan.

Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang

biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai

dengan intonasi final.1

Jenis kalimat ditinjau dari segi jumlah klausanya, dibagi atas kalimat tunggal

dan kalimat majemuk.2 Kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri atas satu subjek dan

satu predikat3 (kalimat yang terdiri dari satu klausa). Kalimat ini biasa disebut dengan

kalimat sederhana. Sedangkan kalimat majemuk ialah kalimat yang memiliki dua atau

lebih klausa yang saling berhubungan. Dan klausa-klausa tersebut dapat bersifat

koordinatif, subordinatif atau campuran.

1 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 21 2 Hasan Alwi, et, al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 336 3 Zaenal Arifin, et, al., Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), h.

64

Page 11: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

11

Kalimat majemuk setara (koordinatif) yaitu kalimat yang terdiri atas dua atau

lebih klausa bebas. Yang dimaksud dengan klausa bebas yaitu masing-masing klausa

berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari klausa lainnya.4 Kedua klausa pada setiap

kalimat dihubungkan oleh konjungtor (partikel penghubung) yang setara, seperti dan,

serta, lalu, kemudian, tetapi, padahal, sedangkan, baik…maupun, tidak…tetapi, dan

bukan…melainkan…5

Kalimat majemuk setara tersusun dari dua klausa atau lebih dimana setiap klausa

memiiki kedudukan yang sama dalam struktur konstituennya.6

Ciri semantis dalam hubungan koordinasi ditentukan oleh makna dari macam

koordinator yang kita pakai dan makna leksikal ataupun gramatikal dari kata dan klausa

yang kita bentuk. Selain itu, arti hubungan semantis antarklausa dalam kalimat

majemuk setara juga ditentukan oleh arti klausa-klausa yang dihubungkan. Contoh:

(1) a. Pemilihan umum baru saja berlalu dengan tertib dan sebagian besar rakyat

Indonesia telah menggunakan hak pilihnya.

b. Pemilihan umum baru saja belalu dengan tertib dan sebuah kalimat luas terdiri

atas dua klausa atau lebih.

Kalimat (1a) terdiri atas klausa pemilihan umum baru saja berlalu dengan tertib, dan

klausa sebagian besar rakyat indonesia menggunakan hak pilihnya. Keterkaitan makna

memungkinkan kedua klausa tersebut digabungkan untuk membentuk kalimat majemuk

setara, yang secara gramatikal benar dan berterima. Kalimat (1b) terdiri atas klausa

pemilihan umum baru saja berlalu dengan tertib dan klausa sebuah kalimat luas terdiri

4 Chaer, Linguistik Umum, h. 243 5 Alwi, et, al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 348 6 Soenjono Dardjowidjojo, et, al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

1988), cet. Ke-I, h. 307

Page 12: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

12

atas dua klausa atau lebih. Arti kedua klausa tersebut tidak memungkinkan

digabungkannya menjadi kalimat mejemuk setara, secara gramatikal memang benar

namun tidak berterima secara semantis.

Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis,7 yaitu kalimat

majemuk setara penjumlahan, pertentangan, perurutan dan pemilihan. Tiap hubungan

itu berkaitan erat dengan koordinatornya.

Dalam penelitan ini, Penulis akan meneliti salah satu bentuk dari kalimat

majemuk yaitu kalimat majemuk setara (koordinatif) khususnya hubungan koordinatif

yang menyatakan pertentangan. Anak kalimat ini ditandai oleh konjungtor tetapi, tapi,

akan tetapi, namun, hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, dan sebaliknya.8

Contoh:

وإذا 896 *�+ ءا72&ا آ3! ءا12 ا*7-!س 6!*&ا أ.125 آ3! ءا12 ا*()'�!ء أ*! إ.-�+ ه+ ا*()'�!ء

.و*=1 *! ی;:3&ن

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. (Q.S. Al Baqarah: 13)

Partikel 1=* dapat digunakan dalam kalimat nominal (jumlah ismiyah) maupun

dalam kalimat verbal (jumlah fi’liyah). Keunikan partikel dalam Bahasa Arab inilah

yang mendorong Penulis melakukan analisis skripsi dengan judul

7 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi

(Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), cet. Ke-V, h. 74-75 8 Prof. Drs. M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis” (Yogyakarta: CV. Karyono, 1983),

cet. Ke-III, h. 54-57

Page 13: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

13

“ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM

KALIMAT KOORDINATIF ANTARA BAHASA ARAB DENGAN BAHASA

INDONESIA (Studi Kasus Surah Al Baqarah Terjemahan DEPAG RI Tahun

1994).” Judul ini dimaksudkan untuk membandingkan struktur hubungan koordinasi,

khususnya pertentangan yang terdapat dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia,

sekaligus meneliti konjungtor hubungan koordinatif pertentangan bahasa Arab, serta

mencari padanannya dalam bahasa Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dikarenakan pembahasan mengenai konjungtor hubungan pertentangan sangat

luas, maka Penulis membatasi pembahasan hanya pada konjungtor tetapi dan tapi yang

dipadankan dengan konjugtor 1=* dan 8> dalam bahasa Arab. Namun perlu diketahui,

bahwa konjungtor bal tidak selamanya mengandung makna pertentangan. Tetapi dapat

pula berfungsi sebagai makna penegasan yang ditandai oleh konjungtor ‘bahkan’.

Untuk itu Penulis memfokuskan konjungtor bal khusus yang bermakna petentangan

yang ditandai dengan konjungtor ‘tetapi’. Hal ini dilakukan demi ketuntasan Penulis

dalam menganalisa konjugtor tersebut.

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja konjungtor hubungan pertentangan kalimat koordinatif dalam bahasa

Indonesia dan padanannya dalam bahasa Arab?

2. Bagaimana penerjemahan konjungtor hubungan pertentangan Bahasa Arab 1=*

dan 8> ke dalam Bahasa Indonesia pada surah Al Baqarah?

Page 14: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

14

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konjungtor hubungan pertentangan kalimat koordinatif dalam

bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Arab.

2. Mengetahui bagaimana menterjemahkan konjungtor hubungan pertentangan

bahasa Arab 1=* dan 8> ke dalam bahasa Indonesia pada surah Al Baqarah.

D. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korpus dengan

membaca dan mencari konjungtor hubungan penjumlahan pertentangan kalimat

koordinatif yang ada pada surah Al Baqarah terjemahan DEPAG RI yaitu dengan dua

partikel penghubung 1=* dan 8> mengingat dua partikel tersebut merupakan konjungtor

hubungan pertentangan dalam kalimat koordinatif. Kemudian melihat terjemahannya

dan menganalisa makna semantisnya.

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada

buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh CeQDA

2007.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan terdiri dari:

Page 15: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

15

BAB I Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kerangka teori mencakup ilmu penerjemahan yang meliputi definisi

penerjemahan, tahap-tahap penerjemahan dan metode-metode

penerjemahan. Kalimat majemuk dan pembagiannya yang meliputi

pengertian kalimat majemuk, kalimat majemuk subordinatif, dan kalimat

majemuk koordinatif. Konjungtor yang meliputi konjungtor dalam

Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.

BAB III Surah Al Baqarah yang meliputi penamaan dan isi kandungan surah Al

Baqarah

BAB IV Analisis konjungtor hubungan pertentangan dalam kalimat koordinatif

antara bahasa Aarb dengan bahasa Indonesia (Studi kasus terjemahan

surah Al Baqarah terbitan DEPAG RI tahun 1994)

BAB V Penutup mencakup kesimpulan.

Page 16: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

16

BAB II

KERANGKA TEORI

A. ILMU PENERJEMAHAN

1. Definisi Penerjemahan

Penerjemahan atau translation selama ini didefinisikan menurut latar

belakang dan teori dan pendekatan yang berbeda-beda oleh para pakar terjemah.

Meski begitu, definisi penerjemahan secara umum dapat dibagi menjadi dua:

a. Definisi secara bahasa

Terjemah atau penerjemahan berasal dari Bahasa Arab ?3@AB yang

merupakan bentuk masdar dari fi’il madî mujarrad +@AB 9. Profesor Izuddin

Muhammad Najib dalam kitabnya usus attarjamah mendefinisikan terjemah

menurut bahasa sebagai:

?C* 12 مD=*8 اE.إ ?C* F*ىأAH

‘pemindahan kalimat dari satu bahasa ke dalam bahasa lain’

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan secara

etimologi ialah proses pemindahan dan pencarian padanan dari teks bahasa sumber

(BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) untuk mendapatkan kejelasan makna.

b. Definisi secara istilah

Penerjemahan secara istilah (terminology) didefinisikan dengan berbagai

macam pengertian. Menurut Eugene A. Nida, Menterjemah ialah kegiatan yang

9 Muhammad Maksum bin Ali, Al-Amtsilah At-Tashrifiyah (Surabaya: Maktabah Assyaikh

Salim Nabhan, 1995), h. 8

Page 17: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

17

menghasilkan pesan yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya dalam bahasa

sasaran dengan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber. Pertama menyangkut

makna dan kedua menyangkut gaya bahasanya.10

Menurut J. C. Catford. Sebagai seorang penerjemah professional sekaligus

pakar dalam bidang Linguistik, mengungkapkan bahwa, penerjemahan ialah

pemindahan naskah dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain dengan sesuai.11

Sedangkan Pendapat J. Levy lebih kepada sebuah proses penerjemahan yang

dinilai sebagai sebuah proses kreatif dan suatu keterampilan tersendiri yang dimiliki

oleh seorang penerjemah. J. Levy mengatakan, dalam penerjemahan merupakan

proses kreatif yang memberikan kebebasan bagi penerjemah untuk memilih

kemungkinan padanan terdekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan

situasinya.12

Seperti yang dikutip oleh Nurahman Hanafi, dalam disertasinya yang

berjudul A model for translation quality assessment, Juliana mendefinisikan,

penerjemahan merupakan proses pemindahan naskah dari bahasa sumber kedalam

bahasa sasaran dengan semantik dan pragmatik yang sepadan.13

Itulah pendapat tokoh-tokoh terjemah tentang definisi penerjemahan. Mereka

mengungkapkan argumen masing-masing sesuai dengan latar belakang keilmuan

dan proses yang telah mereka tekuni sebelumnya sebagai penerjemah. Benang

merah yang dapat kita ambil dari penjelasan di atas ialah, penerjemahan merupakan

10 Eugene A. Nida and Charles. R. Taber, The Theory Practice of Translation (Leiden: The united bible societies), page. 12 11 J. C. Catford, A Linguistic Theory of Translation (London: Oxford University Press, 1965), page. 20 12 Nurrahman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan (Flores: Nusa Indah, 1986), cet. Ke-I, h. 23 13 Ibid., h. 26

Page 18: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

18

suatu proses pengalihan makna dari naskah bahasa sumber ke dalam naskah bahasa

sasaran dengan padanan sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya, baru kemudian

memperhatikan gaya bahasanya.

2. Tahap-tahap Penerjemahan

Ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh penerjemah untuk mendapatkan

hasil yang dianggap baik.

a. Tahap Analisis

Setiap teks yang terdapat dalam naskah asli tentu bukan hal yang sakral

untuk dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini bisa dilakukan sekitar pesan yang ingin

disampaikan oleh pengarang, karena tidak mungkin seorang penulis tidak ingin

menyampaikan perasaannya saat menulis. Meskipun naskah itu berupa teks

ekspresif (perwujudan perasaan).

Analisis juga bisa dilakukan seputar gaya bahasa yang digunakan oleh

penulis, struktur gramatikal, atau dalam pemilihan kata, frasa, dan kalimat. Setelah

mendapat gambaran jelas tentang naskah yang akan diterjemahkan barulah ia bisa

melanjutkan proses selanjutnya.

b. Tahap Pengalihan

Pada tahap ini, seorang penerjemah diuji kecakapan dan keterampilannya

dalam menterjemah sekaligus penguasaan pada bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Inti dari tahap ini ialah mengalihkan unsur yang terdapat dalam naskah bahasa

sumber dengan naskah bahasa sasaran secara sepadan. Baik bentuk dan isinya harus

disepadankan, meski kesepadanan bukan berarti kesamaan. Apakah pesan penulis

Page 19: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

19

dalam naskah asli harus tetap dipertahankan dalam terjemahan? Dapatkah

penerjemah mengubah pesan yang terdapat dalam naskah asli? Jika boleh, sejauh

mana perubahan yang bisa dilakukan dan atas pertimbangan apa? Inilah pertanyaan

yang kerap muncul di sela-sela proses penerjemahan.

Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada definisi penerjemahan,

seorang penerjemah harus mempertahankan maksud yang ingin disampaikan

pengarang,14 karena pada dasarnya terjemahan bukan sekedar mengalihkan huruf

atau kata yang terdapat dalam bahasa sumber, tetapi lebih kepada pengalihan pesan

yang terdapat dalam bahasa sumber kepada bahasa sasaran. Tidak heran bila seorang

penerjemah yang telah memasuki tahap ini harus kembali ke tahap analisis atau

sebaliknya sampai ia yakin betul bahwa pemahaman dan analisisnya sudah cukup

baik.

Setelah tahap analisis dan pengalihan dilalui dengan baik, tahap terakhir

yang harus dilakukan ialah tahap penyerasian.

c. Tahap Penyerasian

Pada tahap ini, hasil terjemahan yang telah selesai akan diuji lagi. Apakah

hasil terjemahan ini benar-benar telah melewati tahap analisis dan pengalihan

dengan baik? Apakah hasil terjemahan telah cukup memenuhi syarat terjemahan

yang baik? Inilah yang sering disebut sebagai faktor keterbacaan, dimana

penerjemah harus menyesuaikan bahasanya yang masih terasa “kaku” untuk

kemudian disesuaikan dengan kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran. Di samping

14 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 35

Page 20: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

20

itu, mungkin juga terjadi penyerasian dalam hal peristilahan, misalnya apakah

menggunakan istilah yang umum digunakan ataukah yang baku.

Penerjemah dapat melakukan tahap ini sendiri, atau bisa meminta bantuan

orang lain untuk mengoreksinya. Ada dua hal yang mendasari ungkapan ini.

Pertama, penerjemah kerap merasa kesulitan mengoreksi kerjaannya sendiri, karena

secara psikologis ia akan menganggap terjemahannya sudah baik. Hal ini karena

didorong latar belakang yang ia miliki. Maka penyerasian yang dilakukan orang lain

cukup membantu dalam menghasilkan terjemahan yang baik dan komunikatif.

Kedua, penerjemahan sebaiknya merupakan kerja tim. Ada yang menterjemah dan

ada pula yang “mengedit”. Hal ini menyangkut faktor keterbacaan, karena

terjemahan yang baik ialah terjemahan yang mampu mengadopsi pesan yang dimuat

dalam naskah asli ke dalam bahasa sasaran serta menyajikannya secara komunikatif

sehingga terkesan antara naskah asli dan naskah terjemahan tidak jauh berbeda.

3. Metode-metode Penerjemahan

Newmark, seperti yang dikutip oleh Rochayah Machali dalam bukunya

pedoman bagi penerjemah, mengajukan dua metode penerjemahan.15

a. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber (BSu).

Pada metode jenis ini, makna kontekstual yang terdapat dalam naskah BSu

diwujudkan kembali dengan setepat-tepatnya dalam bahasa sasaran (BSa), meskipun

dijumpai hambatan sintaksis dan semantis. Metode ini dituangkan dalam beberapa

metode penerjemahan:

15 Ibid., h. 49

Page 21: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

21

1) Penerjemahan Kata demi kata

Metode penerjemahan ini ialah metode yang mengalihkan teks dari

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran secara “mentah”. Biasanya kata-kata teks

sasaran langsung diletakkan di bawah teks sumber, dan kata-kata yang bersifat

cultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai

tahapan pra penerjemahan pada penerjemahan teks yang sukar atau untuk

memahami mekanisme BSu terhadap BSa.

Contoh:

و*:Kی1 @!هIوا I�7* !79Jی�7+

Pasti akan kami beri

petunjuk kepada

mereka

Di dalam kami Mereka berjihad Dan orang-

orang yang

2) Penerjemahan Literal

Metode jenis ini ialah mencari padanan terdekat kondtruksi gramatikal

yang terdapat dalam BSu ke dalam BSa. Penerjemahan kata-katanya dilakukan

terpisah dari konteksnya. Umumnya metode ini digunakan pada tahap awal

pengalihan.

Contoh:

وا*:Kی1 @!هIو I�7* !79Jی�7+

Dan orang-orang yang berjihad di jalan kami, pasti akan kami beri petunjuk

(hidayah) kepada mereka semua.

Page 22: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

22

3) Penerjemahan Setia

Penerjemahan setia mencoba mereproduksi makna kontekstual BSu

dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bersifat budaya

dialih bahasakan tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih

tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan BSu,

maka tidak heran bilahasil terjemahan ini terasa “kaku”.

وا*:Kی1 @!هIو I�7* !79Jی�7+

Dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah, pasti akan diberikan petunjuk oleh

Allah.

4) Penerjemahan Semantis

Penerjemahan semantis ialah metode penerjemahan yang

mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna

selama masih dalam batas kewajaran. Bila dibandingkan dengan metode

penerjemahan setia, penerjemahan semantis lebih “luwes” dan fleksibel, karena

tidak terikat oleh BSu seperti penerjemahan setia. Kata-kata yang bersifat budaya

diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.

b. Metode yang memberikan penekanan terhadap BSa.

Pada metode ini, penerjemah berupaya untuk menghasilkan dampak relatif

sama dengan yang diharapkan oleh penulis terhadap pembaca versi BSu. Model

terjemahan ini berbentuk penerjemahan bebas dan komunikatif.

1) Penerjemahan Bebas

Page 23: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

23

Metode ini lebih mengutamakan isi dan mengorbankan struktur

gramatikal BSu. Terkadang metode ini berbentuk parafrasa yang lebih panjang atau

lebih pendek dari naskah aslinya. Contoh:

LMN !2 O7P!J QRذا *+ B(إ

‘Jika tidak malu, kamu bisa berbuat apa saja’

2) Penerjemahan Komunikatif

Metode penerjemahan ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual

sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun isi langsung dapat

dipahami oleh pembaca. Contoh:

ذا *+ LMN !2 O7P!J QR)Bإ

‘Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu’

B. KALIMAT MAJEMUK DAN PEMBAGIANNYA

1. Pengertian dan Pembagian Kalimat

Kalimat dalam satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,

mengungkapkan pikiran yang utuh.

Untuk lebih jauh lagi, guna mengenal dan memahami definisi kalimat,

Penulis akan menyajikan beberapa pendapat para tokoh bahasa mengenai definisi

kalimat.

1. Ramlan mengatakan:

“Kalimat ialah satuan yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai

nada akhir turun atau naik.” Dalam definisi ini Ramlan melihat dari ciri formalnya,

Page 24: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

24

yakni jeda panjang disertai nada akhir turun naik. Kalau definisi ini kita hadapkan

dengan satuan-satuan di atas, semuanya dapat disebut kalimat.

2. Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan:

“Kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung

pikiran lengkap.” Menilik definisinya, kita melihat bahwa hal itu pendekatan dari

segi makna.

3. Gorys Keraf mengatakan:

“Suatu bangunan ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan.

Sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa ujaran itu sudah lengkap, disebut

kalimat.”

4. A. A Fokker mengatakan:

“Kalimat ialah ucapan bahasa yang mempunyai arti penuh dan turunnya

suara menjadi cirinya sebagai keseluruhannya.”

Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut,

disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi final. Dalam wujud tulisan kalimat diawali

dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi akhir atau dengan tanda titik (.),

tanda tanya (?), dan tanda seru (!).16 Di dalam sebuah kalimat juga disertakan

berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda

titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda

baca lain sepadan dengan jeda.17

16 Zainal Arifin, et al., Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 2003), cet. Ke-VI, h. 56 17 Hasan Alwi, et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), cet. Ke-V, h. 311

Page 25: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

25

Definisi ini tidak jauh berbeda dengan definisi kalimat dalam sintaksis

bahasa Arab, yaitu suatu satuan yang terkonstruksi dari dua kata atau lebih yang

memberikan makna utuh.18 Hanya saja kalimat dalam bahasa Arab tidaklah harus

disertai dengan intonasi final sebagaimana kalimat yang terdapat dalam bahasa

Indonesia. Karena itu, nyaris semua kalimat dalam sejumlah naskah klasik Arab

tidak disertai dengan intonasi final yang tidak jarang menyulitkan penutur non-Arab

untuk memahaminya. Namun, baru saat-saat ini saja kalimat yang terdapat dalam

naskah Arab disertai dengan intonasi final—atau lebih lengkapnya dengan tanda

baca—yang memudahkan untuk memahaminya.

Kalimat merupakan bagian dari bahasa secara keseluruhan. Kalimat itu

mungkin terdiri dari satu kata atau mungkin juga lebih.19 sekurang-kurangnya

kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan, harus memiliki subjek (S)

dan unsur predikat (P), kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,

pernyataan itu bukanlah kalimat.20 Deretan kata tersebut hanya dapat disebut

sebagai frasa.

Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya

dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat

sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat.

18 Musthafa al-Ghulayaini, Jâmi ad-Durûs al-Arabiyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

2002), h. 12 19 Sudarno dan Eman A. rahman, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Hikmah Syahid Indah), h. 42 20 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 1999), cet. Ke-III, h. 73

Page 26: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

26

Fungsi utama sintaksis dalam bahasa Indonesia adalah subjek, predikat,

objek dan keterangan.21 Di samping itu, ada fungsi lain seperti atributif (yang

menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan secara setara), subordinatif (yang

menggabungkan secara setingkat).22 Di dalam Bahasa Arab, hanya terdapat tiga

kategori:23 isim(kata benda), fi’il (kata kerja), dan huruf (kata tugas). Adapun

pelaku, penderita, penerima, dan pengalam merupakan peran. Dalam Bahasa Arab

belum diperoleh padanan yang tepat untuk istilah peran ini.

Sedangkan pengertian kalimat (kalâm) dalam bahasa Arab, merupakan suatu

bentuk kata (lafaz)24 yang tersusun (SآA2) yang dapat dimengerti (I9'2)25 dengan

maksud yang jelas (OTو).26 Jika dibagankan:

Kalimat dalam bahasa Arab ada dua macam, yaitu kalimat Nominatif

(Jumlah Ismiyyah) dan kalimat Verbal (Jumlah Fi’liyyah)27

21 Kusno B.S., Pengantar Tata Bahasa Indonesia (Bandung: CV. Rosda, 1985), h. 128

22 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 96

23 Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat (Malang: Misykat, 2004), h. 98 24 Lafazh adalah satuan suara terdiri dari huruf hija’iyah (alfabet). Contoh: K93:B (siswa) terdiri dari huruf ي, م, ل,ت dan ذ. (Thoifuri M. Ag, Tata Bahasa Arab Praktis (Jakarta: Puspa Swara, 2005), h. 2) 25 Mufid adalah ungkapan yang memberi pemahaman yang dapat diterima secara rasional sehingga pendengar puas atau paham tanpa bertanya kembali. Contoh: +6!ئ I*&*ا (Anak laki-laki itu berdiri). Hal ini tentu berbeda dengan ungkapan yang tidak mufid, seperti I*&*ان 6!م ا (Jika anak laki-laki itu telah berdiri,…) 26 Mustafa Al-Ghulayayni, Jami Al-Durūs Al-arabiyyah (pelajaran Bahasa Arab Lengkap), (Beirut: Maktabah Al-Asriyyah, 1997), jilid ke-I, h. 14 27 Fuad Ni’mah, Qowaid Al-Lughah Al-Arabiyyah (Beirut: Daarussaqofah, tt), h. 169

lafaz mufίd Wadha’ murakkab

Syarat-syarat kalām

Page 27: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

27

Kalimat nominatif atau disebut juga dengan jumlah ismiyyah, merupakan

kalimat yang dimulai dengan isim (nomina) atau damir yang tersusun dari mubtada

(pokok kalimat) dan khabar (predikat).

Mubtada adalah isim yang dirafa’-kan yang kosong dari ‘amil lafaz, jelasnya

tidak didahului oleh ‘amil atau sesuatu yang menjadi pelaku pekerjaan.28 Sedangkan

khabar adalah isim yang dirafa’-kan yang disandarkan kepada mubtada.29

Khabar (predikat) harus sesuai dengan mubtada atau fâ’il (subjek) dalam

bilangan dan jenisnya. Jika mubtadanya adalah perempuan, ganda atau jamak,

maka khabarnyapun harus perempuan, ganda atau jamak.30 Contoh:

زیI 6!ئ+

Zaid itu berdiri

زیIان 6!ئ3!ن

Dua orang yang bernama Zaid berdiri

زیIون 6!ئ3&ن

Tiga orang yang bernama Zaid itu berdiri semuanya

Pada kalimat +6!ئ Iزی, lafaz Iزی mubtada di rafa’kan oleh ibtida, tanda

rafa’nya dammah sebab isim mufrad. Adapun lafaz +6!ئ khabarnya yang dirafa’kan

oleh mubtada, tanda rafa’nya dammah sebab isim mufrad. Lafaz انIزی mubtada

28 Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat, h. 52 29 M. Anwar, Terjemah Matan Al-Ajrumiyah dan Imrity (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), h. 72 30 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Ilmu Alqur’an (Bandung: Mizan, 1986), h. 39

Page 28: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

28

dirafa’kan tanda rafa’nya alif sebab isim tatsniyah, lafaz ون 6!ئ3&نIزی khabar

dirafa’kan oleh mubtada tanda rafa’nya wawu sebab jama’ mudzakar sâlim.

Kalimat verbal atau dalam bahasa Arab disebut dengan jumlah fi’liyah

merupakan kalimat yang dimulai dengan fi’il (verb) yang tersusun dari fi’il dan

fâ’il.31 Dalam bahasa Arab urutan kata dalam kalimat verbal adalah: kata kerja,

pokok kalimat, dan objek langsung.

Kata kerja (8;J ) dalam bahasa Arab terbagi tiga:

1. Fi’il Madi, lafaz yang menunjukkan pekerjaan yang sudah lewat dan

selesai. Tanda-tandanya, ialah suka dimasuki ta ta’nits yang mati.32 Fi’il

madi itu selalu difathahkan akhirnya, kecuali ketika dia bersambung

dengan wawu jamak maka dia didammahkan atau ketika tersambung

dengan ta yang berharakat niswah atau nâ yang menunjukkan kepada

fâ’il maka dia disukunkan.33

2. Fi’il Mudari’, menyatakan perbuatan yang belum selesai. Pada umumnya

kata ini menunjukkan kepada waktu sekarang atau yang akan datang.34

Dengan kata lain fi’il mudari’ adalah fi’il yang menunjukkan pekerjaan

waktu sedang dan akan berlangsung. Dapat dimasuki dengan sin, saufa,

lam, dan lan.

31 Ibid., h. 75. 32 Anwar, Terjemah Matan Al-Ajrumiyah dan Imrity, h. 46 33 M. Tholib, Tata Bahasa Arab; Terjemah An-Nahwu Al-Wadih (Jakarta: PT. Al-Ma’arif), h. 26 34 Abbas An-Nadwi, Belajar Mudah Ilmu Alqur’an, h. 81

Page 29: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

29

3. Fi’il Amr, lafaz yang menunjukkan permintaan pada waktu yang akan

datang ( سVER!لإ ), tanda-tandanya yaitu dengan adanya ya muannats

mukhatabah dan menunjukkan makna talab (tuntutan).35

Dalam bahasa Indonesia, menurut jenisnya kalimat dapat ditinjau dari sudut

(a) jumlah klausa pembentuknya, (b) fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan

(d) susunan subjek dan predikatnya.36

Di sini Penulis akan spesifik membahas kalimat menurut jumlah klausa

pembentuknya saja. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibedakan

menjadi kalimat tunggal (kalimat sederhana) dan kalimat majemuk.37 Perbedaan

kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di

dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka kalimat tersebut disebut dengan

kalimat tunggal.38

Dalam kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara

(subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal

dinyatakan dalam kalimat tunggal, gagasan bersegi-segi diungkapkan dengan

kalimat majemuk.39

Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat40 (kalimat yang

terdiri dari satu klausa). Kalimat tunggal dan klausa merupakan konstruksi sintaksis

35 Ibid.

36 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (Jakarta: Diksi Insan Media, 2005), h.137. 37 Alwi, et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 336. 38 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 243 39 Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, h. 48 40 Arifin, et, al., Cermat Berbahasa Indonesia, h. 64

Page 30: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

30

yang memiliki unsur predikasi. Kalimat ini biasa juga disebut dengan kalimat

sederhana. Dalam Bahasa Arab, kalimat ini bisa disebut dengan kalâm basίt.41

Contoh:

اY ر<7!

Kalimat di atas terdiri atas satu klausa, yaitu sebagai اdengan rincian Y اY ر<7!

subjek dan !7>ر sebagai predikat.

Dilihat dari struktur internalnya, kalimat tunggal dan klausa, keduanya

terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan ataupun tanpa objek, pelengkap, atau

keterangan. Namun, yang membedakan kalimat tunggal dengan klausa adalah

intonasi akhir yang merupakan ciri dari sebuah kalimat. Setiap konstruksi sintaksis

yang terdiri atas unsur subjek dan predikat (tanpa memperhatikan intonasi atau

tanda baca akhir) adalah klausa. Dan sebaliknya, jika unsur-unsur subjek dan

predikat lengkap dengan intonasi atau tanda baca akhir adalah kalimat tunggal.

Dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa

Indonesia dapat dikembalikan dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat

tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.

Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula

ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola

kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar itu adalah sebagai berikut.42

i. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.

S P

41 Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat, h. 101. 42 Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, h. 63

Page 31: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

31

ii. KB + KS : Dosen itu di rumah.

S P

iii. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

S P

iv. KB + (KD + KB) : Direktur ke ruang kerja.

S P

v. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.

S P O

vi. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.

S P O Pel.

vii. KB1 + KB2 : Icha penulis.

S P

Catatan:

� KB = Kata Benda

� KK = Kata Kerja

� KS = Kata Sifat

� KBil = Kata Bilangan

� KD = Kata Depan

� Pel = Pelengkap

� S = Subjek

� P = Predikat

� O = Objek

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari dua klausa utama atau

lebih dengan atau tanpa klausa subordinatif.43

43 Hans Lapoliwa, Klausa Pemerlengkap Dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Sintaktik Dan

Semantik ( Jakarta : Kanisius, 1990). Cet. Ke-I, h. 43

Page 32: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

32

Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara dan

kalimat majemuk bertingkat. Kedua jenis kalimat majemuk tersebut terdiri dari

beberapa subjek, predikat dan objek. Perhatikan contoh berikut:

1. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi

penghununya hadiah.

2. Saudara harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah saudara.

3. Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus

membayar pajak.

4. Orang tua itu mengatakan bahwa putrinya sangat mencintai pemuda itu.

Kalimat yang terdapat pada contoh di atas terdiri dari subjek dan predikat

yang berjumlah lebih dari satu. Pada contoh (1) terdiri dari subjek yang sama dan

dua predikat yang berbeda, contoh (2) terdiri dari subjek yang sama dan dua

predikat yang berbeda, contoh (3) terdiri dari subjek yang sama dan dua predikat

yang berbeda, contoh (4) terdiri dari dua subjek dan predikat yang berbeda. Kalimat-

kalimat di atas terdiri dari beberapa klausa dan setiap klausa yang membentuk

kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungtor yang berbeda-beda pula sesuai

dengan hubungan semantik antarklausa pembentuknya.

Pembahasan kalimat majemuk setara (koordinatif), dan majemuk bertingkat

(subordinatif) akan dijelaskan oleh Penulis pada sub-bab berikutnya.

2. Kalimat Majemuk Subordinatif

Hubungan subordinatif ialah hubungan antar klausa dalam kalimat yang

membentuk anak kalimat dan induk kalimat. Yang terdiri dari suku kalimat bebas

Page 33: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

33

dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (terikat).44 Klausa terikat

merupakan sababiyah dari klausa bebas.45 Yang satu merupakan klausa atasan atau

klausa utama (induk kalimat), dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan

(anak kalimat). Dalam Bahasa Arab, jenis kalimat ini bisa disebut dengan istilah

kalâm tarkibiy. Perhatikanlah contoh-contoh berikut:46

(1) LVإذه F'ZR)3*ا F*[\یA2 يI*ن وا

*[ _1 ا*=&یIP F*^ L یFJ ]E ا*=&یL ی(إآA9Z> SR رس!*? (2)

Kalimat (1) terdiri atas induk kalimat LVإذهF'ZR)3*ا F* dan anak kalimat

ن] وا*Iي A2ی\ dan pada kalimat (2) terdiri atas induk kalimat yaitu

*IP F یFJ ]E ا*=&یLإآA9Z> SR رس!*? dan anak kalimat )ی^L1 ا*=&ی_ ]* klausa ini

merupakan keterangan keadaan (hâliyah) bagi klausa yang lain, yaitu induk kalimat.

Dilihat dari kedua contoh di atas bahwa terdapat perbedaan. Pada contoh (1) anak

kalimat (klausa terikat) didahului oleh penghubung (konjungtor) yang tidak setara,

maka dengan demikian terbentuklah kalimat subordinatif. Namun pada contoh (2)

tidak diketemukannya anak kalimat yang didahului oleh konjungtor. Berarti dengan

demikian, hal ini menunjukkan bahwa dalam Bahasa Arab tidak semuanya anak

kalimat didahului dengan konjungtor.

Inti kalimat dituangkan dalam klausa utama (induk kalimat) sedang aspek

kalimat dituangkan dalam anak kalimat.47 Anak kalimat ialah suatu komponen

kalimat majemuk yang menyerupai kalimat mandiri serta tergantung pada

44 Zaenal Arifin, et. al., Cermat Berbahasa Indonesia, h. 77 45 Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat, h. 103 46 Ibid. 47 Chaer, Linguistik Umum, h. 244

Page 34: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

34

komponen lain, yaitu induk kalimat yang merupakan satu keutuhan struktural, atau

melaksanakan fungsi suatu kalimat.

Dalam kalimat majemuk subordinatif terdapat klausa yang berfungsi sebagai

konstituen klausa yang lain. Hubungan ini ditentukan oleh konjungtor yang dipakai dan

makna leksikal dari kata atau frasa yang terdapat pada masing-masing klausa.

Konjungsi inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk subordinatif dengan

kalimat majemuk koordinatif.48 Konjungtor yang digunakan seperti: walaupun,

meskipun, sehingga, jika, sampai, supaya, setelah, sebelum, dan sebagainya. Contoh:

(a) Orang tua itu mengatakan (sesuatu)

(b) Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati

(c) Orang tua itu mengatakan bahwa anaknya mencintai gadis itu sepenuh hati

Klausa (a) dan klausa (b) digabungkan dengan cara bertingkat sehingga

membentuk kalimat majemuk subordinatif (c). Klausa (a) yang berfungsi sebagai

induk kalimat dihubungkan dengan klausa (b) yang merupakan anak kalimat. Kedua

klausa tersebut dihubungkan dengan konjungtor bahwa.

Kalimat majemuk subordinatif dapat digambarkan pada bagan (I)

Bagan I49

48 Dendy Sugono, Berbahasa Indonesia dengan Benar (Jakarta: Puspa Suara, 1999), h. 153 49 Alwi, et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 389

Klausa I

Klausa II

Kalimat

Page 35: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

35

Dalam bagan (I), dapat dilihat bahwa klausa (II) menjadi konstituen klausa

(1). Klausa (II) yang berkedudukan sebagai konstituen klausa (1) disebut sebagai

klausa subordinatif atau bawahan50, sedangkan klausa (1), tempat diletakkannya

klausa (II) disebut klausa utama.

Pembentukan kalimat majemuk subordinatif dapat dijelaskan dalam bagan

(II)

S P O

Konj S P O Ket

Bagan II

Pada bagan II dapat dilihat bahwa klausa utama orang tua itu mengatakan

digabungkan dengan klausa bawahan anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh

hati dengan menggunakan konjungtor bahwa. Pada kalimat di atas, klausa bawahan

50 Klausa bawahan ialah suatu komponen kalimat mejemuk yang menyerupai kalimat mandiri

serta tergantung pada komponen lain, yaitu klausa utama yang merupakan satu keutuhan struktural, atau melaksanakan fungsi suatu kalimat.

mengatakan Orang tua itu Klausa subordinasi

bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati

Kalimat (c)

Kalimat Utama

Page 36: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

36

mengisi fungsi objek. Dengan kata lain, klausa bawahan itu merupakan klausa

nominal karena mengisi fungsi yang biasa diisi oleh fungsi objek.

Terdapat tiga ciri sintaksis kalimat majemuk subordinatif, yaitu:51

1. Kalimat majemuk subordinatif menghubungkan dua klausa yang salah satu

di antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain.

2. Pada umumnya, posisi klausa yang diawali oleh konjungtor dapat berubah.

Contoh:

(a) Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat di kandung badan.

(b) Kau jangan pergi meninggalkanku sebelum aku kembali.

Urutan klausa-klausa pada contoh pertama dan kedua dapat diubah, yaitu

dengan meletakkan klausa yang diawali oleh konjungtor pada awal kalimat.

Perubahan posisi urutan klausa itu akan menghasilkan kalimat yang masih

berterima seperti terlihat pada kalimat berikut ini.

(a) Selama hayat masih dikandung badan, para pejuang itu pantang

menyerah.

(b) Sebelum aku kembali, kau jangan pergi meninggalkanku.

3. Kalimat majemuk subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis.

Dalam kalimat berikut ini, pronomina dia dapat mengacu pada nomina diri

Hasan, walaupun tidak harus demikian. Contoh:

Walaupun dia suka lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli kaset itu.

51 Ibid., h. 395

Page 37: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

37

Ada dua ciri semantis pada kalimat majemuk subordinatif, yaitu:

1. Dalam kalimat majemuk subordinatif, klausa yang mengikuti konjungtor

memuat informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai

bahasa, sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut.

Contoh:

(a) Orang tua itu bunuh diri karena ia putus asa.

(b) Pemuda itu berhasil karena dia bekerja keras.

Dalam kalimat (a), pesan atau informasi klausa pertama lebih diutamakan

daripada klausa kedua. Dengan kata lain, matinya orang tua itu (dengan

bunuh diri) lebih diutamakan, sedangkan keputusasaannya dianggap sebagai

keterangan tambahan. Demikian pula dalam kalimat (b), keberhasilan

pemuda itu lebih diutamakan daripada kerja kerasnya.

2. Anak kalimat yang dihubungkan oleh konjungtor umumnya dapat diganti

dengan kata atau frasa tertentu, sesuai dengan makna anak kalimat itu. Jika

anak kalimat (klausa bawahan) menyatakan waktu maka kata atau frasa yang

mengacu kepada waktu dapat dipakai sebagai pengganti. Bandingkan (a) dan

(b) pada contoh kalimat berikut. Pada (b) klausa bawahan telah diganti

dengan kata atau frasa. Contoh:

(a) Saya tidak tahu kapan dia akan pindah.

(b) Saya tidak tahu waktu kepindahannya.

Para linguis mengklasifikasikan kalimat majemuk subordinatif berdasarkan

pada jenis hubungan semantis antarklausanya (jenis hubungan antara klausa utama

Page 38: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

38

dan klausa bawahan) atau berdasarkan klausa subordinasi yang mengikutinya.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis hubungan tersebut:

1. Hubungan Waktu

Hubungan waktu ini dijelaskan oleh klausa bawahan yang

menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa

utama. Hubungan waktu ini dapat dibedakan lagi menjadi:52 Konjungtor Waktu:

setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu,

sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, dan sampai.

(a) Waktu Batas Permulaan

Untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan digunakan

konjungtor sejak dan sedari. Contoh:

Sejak duduk di bangku SD, aku sangat menyukai pelajaran bahasa.

(b) Waktu Bersamaan

Hubungan waktu bersamaan menunjukkan bahwa peristiwa atau

kedaan yang dinyatakan dalam klausa utama dan klausa subordinasi (klausa

bawahan) terjadi pada waktu yang bersamaan. Contoh:

Ibu menyapu halaman sambil membersihkan rumput-rumput liar.

(c) Waktu Berurutan

Hubungan waktu berurutan menyatakan bahwa apa yang

diungkapkan dalam klausa utama lebih dulu terjadi daripada yang

dinyatakan dalam klausa bawahan. Contoh:

Sehabis mengerjakan tugasnya, Adik langsung berlari menuju lapangan.

52 N. F. Alieva juga membagi hubungan waktu menjadi empat bagian, tetapi menggunakan

istilah yang berbeda.

Page 39: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

39

(d) Waktu Batas akhir Terjadinya Peristiwa

Hubungan ini digunakan untuk menyatakan ujung dari suatu proses,

kejadian ataupun keadaan. Contoh:

Andi membawa adiknya hingga ibunya pulang kerja.

2. Hubungan Syarat

Hubungan syarat ini menyatakan pertalian syarat. Klausa bawahan

menjadi syarat terjadinya suatu kejadian yang dinyatakan oleh klausa utama.

Konjungtor Syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, dan manakala.Contoh:

Jika ia mencintaiku, aku akan langsung melamarnya

3. Hubungan Pengandaian

Hubungan ini menyatakan pengandaian. Pengandaian yang terdapat

dalam klausa bawahan menyatakan pengandaian suatu kejadian terjadi, maka

terjadilah pernyataan yang dinyatakan pada klausa utama. Konjungtor Pengandaian:

andaikan, seandainya, andaikata, dan sekiranya. Contoh:

Andaikan Ali mengusirmu dari rumahnya, kamu harus tetap menjalin persahabatan

dengannya.

4. Hubungan Tujuan

Hubungan ini menyatakan suatu tujuan yang ingin dicapai dalam

klausa utama.53 Konjungtor Tujuan: agar, supaya, dan biar. Contoh:

Kami pergi dari rumah agar dia bebas berbuat sesukanya.

53 Sri Nardiati memberikan istilah yang berbeda untuk hubungan ini, yaitu hubungan kegunaan.

Sementara itu, Dendy Sugono juga memberikan istilah hubungan tujuan untuk hubungan ini.

Page 40: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

40

5. Hubungan Konsesif

Hubungan ini menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa

utama tidak akan berubah dengan pernyataan yang dinyatakan oleh klausa bawahan.

Konjungtor Konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walau(pun), dan

kendati(pun). Contoh:

Biarpun dia menghianati saya, saya tetap setia kepadanya.

6. Hubungan Perbandingan

Hubungan ini menyatakan kemiripan, perbandingan, dan prefensi

antara klausa utama dengan klausa bawahannya. Konjungtor Pembandingan atau

Kemiripan: seakan-akan, bak, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai,

bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, dan ibarat. Contoh:

Saya akan menolongmu sebagaimana ayahmu menolong saya.

7. Hubungan Sebab

Hubungan ini menyatakan alasan terjadinya kejadian yang

dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor Sebab atau Alasan: sebab,

karena,lantaran dan oleh karena. Contoh:

Dia memarahiku lantaran dia mengetahui kesalahanku.

8. Hubungan Cara

Hubungan cara digunakan untuk menyatakan cara pelaksanaan

kejadian pada klausa utama. Konjungtor Cara: dengan dan tanpa. Contoh:

Aku berbicara dengannya tanpa melihat wajahnya.

Page 41: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

41

9. Hubungan Komplementasi

Dalam hubungan komplementasi, klausa bawahan melengkapi apa

yang dinyatakan dalam klausa utama. Contoh:

Dia mengatakan bahwa akulah belahan jiwanya.

10. Hubungan Atributif

Hubungan ini sering ditandai oleh yang. Klausa yang dihasilkan

sering disebut klausa relatif. Contoh:

Lelaki setengah baya yang menggunakan seragam TNI itu pamanku.

3. Kalimat Majemuk Koordinatif

Kalimat majemuk setara (koordinatif) adalah kalimat majemuk yang klausa-

klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Dalam

bahasa Arab, kalimat ini bisa disebut sebagai kalâm murakkab.54

Contoh:

A9CP ?@درا `:B ة وA9Vدرا@? آ bKةه

Pada klausa yang membentuk kalimat ini, keduanya terdiri dari klausa

bebas; berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari klausa lainnya. Kedua klausa

pada kalimat itu dihubungkan oleh konjungtor و.

Ada beberapa penjelasan dari para Pakar Bahasa mengenai kalimat

majemuk koordinatif:

1. Sutan Takdir Alisjahbana mengungkapkan bahwa kalimat majemuk setara

merupakan hubungan antarklausa yang satu dengan klausa yang lain,

54 Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat, h. 103

Page 42: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

42

masing-masing sama tingkatannya; klausa yang satu dijajarkan dengan

klausa yang lain.

2. Gorys Keraf menyatakan bahwa hubungan antarklausa pada kalimat

majemuk setara adalah koordinatif. Dan hubungan antarklausa pada kalimat

majemuk ini adalah setara.

3. Menurut Ramlan, pada kalimat majemuk setara klausa yang satu tidak

merupakan bagian dari klausa lainnya, masing-masing berdiri sendiri sebagai

klausa inti. Ramlan mengemukakan bahwa perbedaan antara kalimat

majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat dapat dilihat dari hubungan

semantis antarklausa yang membentuknya serta pemarkah formalnya atau

konjungtor yang digunakannya.

Penggabungan antara klausa satu dengan klausa yang lainnya dalam kalimat

majemuk koordinatif dilakukan dengan:55

1. Pengubahan intonasi. Contoh:

Adik menyanyi, adik menari, adik menangis.

(masing-masing diucapkan dengan nada menurun dan sama)

2. Pemberian kata penghubung kalimat. Contoh:

Adik menyanyi, adik menari, dan adik menangis.

(kata penghubung dan, dan perubahan intonasi)

3. Penghilangan bagian kalimat. Contoh:

Adik menyanyi, menari, menangis.

(penghilangan dua kata adik dan perubahan intonasi)

55 Abdul Syukur, Tata Bahasa Indonesia Untuk SMTA (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 97-

98

Page 43: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

43

4. Pemberian akhiran-nya. Contoh:

(a) Adik menulis surah itu

(b) Saya membaca surah itu

(c) Adik menulis surah itu, saya membacanya.

(akhiran-nya pada kalimat (c) menggantikan surah)

Kalimat koordinatif terdiri dari dua atau lebih klausa bebas. Yang

dimaksud dengan klausa bebas yaitu masing-masing klausa berdiri sendiri dan tidak

menjadi bagian dari klausa lainnya.56 Klausa-klausa yang digabungkan dengan

proses koordinasi, sehingga membentuk kalimat majemuk setara maka klausa yang

dihasilkan dalam penggabungan tersebut mempunyai kedudukan yang sama dan itu

semua adalah klausa utama. Jika dibuat bagan maka berbentuk:

Bagan I: Hubungan Koordinasi

Sesuai dengan bagan (I), pembentukan kalimat dapat dijelaskan dalam

bagan (II).

Untuk memperjelas bagan di atas, mari kita perhatikan contoh berikut ini.

(a) Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan.

(b) Mereka memberi penghuninya hadiah.

56 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 243

Klausa Utama Klausa Utama

Kalimat

Page 44: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

44

(c) Pengurus Dharma wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi

penghuninya hadiah.

Klausa (a) dan (b) digabungkan dengan cara setara sehingga terbentuklah

kalimat majemuk koordinatif (c). Karena klausa-klausa dalam kalimat majemuk

yang disusun dengan cara setara dan mempunyai kedudukan yang sama, maka

klausa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama. Bagan (I) di atas dapat lebih

jelas untuk kita pahami dalam bagan berikut ini:

S P O S P O Pel.

Pengurus mengun- panti asuhan dan mereka memberi peng- hadiah

Dharma jungi huninya

Wanita

Bagan II

Pada bagan (II) dapat dilihat bahwa kedua klausanya sederajat. Klausa yang

satu bukan merupakan bagian dari klausa yang lain; kedua-duanya mempunyai

kedudukan yang sama dan dihubungkan dengan konjungtor dan.

Kedua klausa pada setiap kalimat dihubungkan oleh konjungtor (partikel

penghubung) yang setara, seperti dan, serta, lalu, kemudian, tetapi, padahal,

Klausa Utama Klausa Utama

Kalimat

Konjungtor

Page 45: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

45

sedangkan, baik...maupun, tidak...tetapi, dan bukan...melainkan...57 Namun, tak

jarang hubungan itu secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungtor.58

Hubungan setara itu dapat dirinci lagi atas:59

1. Setara menggabungkan, yaitu dengan merangkaikan dua kalimat tunggal

dengan diantaranya kesenyapan atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas

seperti: dan, lagi, sesudah itu, karena itu. Contoh:

Ayah memanjat pohon mangga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.

2. Setara memilih, kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini

adalah: atau. Contoh:

Engkau tinggal saja di sini atau engkau ikut dengan membawa barang itu.

3. Setara mempertentangkan, kata-kata tugas yang dipakai untuk menyatakan

hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya. Contoh:

Adiknya rajin, tetapi Ia sendiri malas.

4. Setara menguatkan, kata tugas yang digunakan: bahkan, lagipula. Contoh:

Anak ini pintar, bahkan budi pekertinya baik.

Ada empat ciri sintaksis kalimat majemuk koordinatif: 60

1. Kalimat majemuk koordinatif menggabungkan dua klausa atau lebih yang

bersifat setara.

2. Pada umumnya, posisi klausa yang diawali oleh konjungsi dan, atau, dan

tetapi tidak dapat diubah. Apabila diubah, perubahan itu akan

57 Hasan Alwi, et. al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 348

58 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (Jakarta: Diksi Insan Media, 2005), h. 139 59 WJS Poerwadarminta, Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang (Yogyakarta: UP. Indonesia, 1967), h. 26

60 Hasan Alwi, et. al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 393

Page 46: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

46

mengakibatkan munculnya kalimat majemuk koordinatif yang tidak

berterima. Contoh:

Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh dan

mayatnya dibuang begitu saja.

(Jika urutan klausa pada contoh tersebut diubah, maka akan menjadi kalimat

berikut ini)

Dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering

melihat orang ditembak musuh.

3. Urutan klausa yang tetap dalam kalimat majemuk koordinatif yang telah

dibicarakan di atas berhubungan erat dengan pronominalisasi. Acuan

kataforis (pronominal yang mendahului nomina yang diacunya) tidak

diperoleh dalam kalimat majemuk koordinatif. Contoh:

Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu.

(Pronomina dia tidak mengacu pada Hasan. Walaupun kalimat tersebut

berterima, hubungan antara pronomina dia dan nomina nama diri Hasan

bukanlah hubungan kataforis61.)

4. Sebuah konjungtor dapat didahului dengan konjungtor lain untuk

memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang

digabungkan. Contoh:

Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian

menerimanya dengan suara bulat.

61 Hubungan kataforis adalah hubungan penunjukkan ke sesuatu yang disebut di belakang;

misalnya: Dengan gayanya yang berapi-api itu Sukarno berhasil menarik massa; bentuk nya adalah katafora yang menunjuk ke Sukarno (Harimurti Kridalaksana: 1993)

Page 47: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

47

(Penggunaan konjungsi kemudian setelah konjungsi dan pada kalimat

tersebut adalah untuk memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan

hubungan waktu.)

Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk setara ditentukan

oleh dua hal, yaitu makna konjungtor dan makna klausa-klausa yang dihubungkan.

Perbedaan koordinator yang digunakan untuk menggabungkan klausa-klausa ke dalam

masing-masing kalimat itu berpengaruh terhadap arti hubungan semantisnya. Contoh:

(1) a. Engkau harus menjadi orang kaya dan tetap rendah hati.

b. Engkau harus menjadi orang kaya tetapi tetap rendah hati.

Dalam kalimat (1a) menyiratkan hubungan semantis yang menggabungkan

suatu pernyataan dengan pernyataan yang lain. Sedangkan dalam kalimat (1b)

menyatakan arti hubungan semantis yang kontras, yaitu karakteristik orang yang kaya

yang dikontraskan dengan orang yang rendah hati.

Keterkaitan makna antar klausa dalam membentuk kalimat majemuk

koordinatif sangat menentukan; yang secara gramatikal benar dan berterima. Contoh:

(1) a. Pemilihan umum baru saja berlalu dengan tertib dan sebagian besar

rakyat Indonesia telah menggunakan hak pilihnya.

b. Pemilihan umum baru saja berlalu dengan tertib dan sebuah kalimat luas

terdiri atas dua klausa atau lebih.

Dalam kalimat (1a) kedua klausa yang membentuk kalimat majemuk setara

ini secara gramatikal benar dan berterima. Sedangkan pada kalimat koordinatif (1b),

kedua kalusa tersebut tidak memungkinkan digabungkannya menjadi kalimat majemuk

Page 48: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

48

koordinatif. Meskipun secara gramatikal kalimat tersebut benar, namun tidak berterima

secara semantis.

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hubungan kalimat majemuk setara itu

dapat dirinci atas empat: Setara menggabungkan, Setara memilih, Setara

mempertentangkan, dan Setara menguatkan. Dan di sini Penulis hanya akan membahas

tentang kalimat majemuk setara yang menyatakan pertentangan, konjungtornya: tetapi,

tapi, akan tetapi, namun, hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, dan

sebaliknya.62

C. KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT

KOORDINATIF

1. Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab

Konjungsi adalah kata atau gabungan kata yang berfungsi menghubungkan

bagian-bagian ujaran yang mungkin berupa kata dengan kata, frasa dengan frasa,

klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan kalimat.63

Dalam bahasa Arab, konjungtor termasuk ke dalam kategori Partikel

yang dapat digunakan untuk mengkoordinasikan mufrad (kata atau frasa) ,(Acف)

dengan mufrad, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat. Konstituen yang

terletak sebelum kata penghubung disebut dengan (]9:_ ف&d;2) atau konjungta I,

dan yang terletak sesudahnya disebut (ف&d;2) atau disebut dengan konjungta II.

62 Prof. Drs. M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis” (Yogyakarta: CV. Karyono, 1983),

cet. Ke-III, h. 54-57 63 Abdul Chaer, Penggunaan Preposisi Dan Konjungsi Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Nusa

Indah, 1990), h. 53

Page 49: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

49

Namun konjungtor tidak termasuk dalam klausa manapun, tetapi merupakan

konstituen tersendiri.

Partikel (فAc) adalah kata yang biasanya tidak dapat diderivikasikan atau

diinfleksikan, yang mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna

leksikal. Dan merupakan kata yang tidak dapat dipahami walaupun secara

tersendiri.64 Serta kata yang tidak mempunyai arti untuk dirinya sendiri melainkan

hanya mempunyai arti jika bergabung dengan kata lain.65 Dengan kata lain, kelas

kata harf tidak mempunyai makna jika berdiri sendiri dan baru memiliki makna jika

bergabung dengan kata lain.

Contoh:

#:_ Sرس?إذه I3*ا F*

Pada kata إF* jika berdiri sendiri tidak mempunyai makna, akan tetapi kata

itu baru memiliki makna jika disandarkan dengan kata lain, yang dalam contoh di

atas berupa kata ?رس I3*ا .

Hukum konjungta II (ف&d;2) itu bergantung kepada konjungta I

yaitu:66 (d;2&ف _:9[)

1. Jika konjungta I marfu’, maka konjungta II harus berupa marfu’ juga.

Contoh:

.ef ا*;S7 وا*3&ز

64 Hifni Bek Dayyab, Kaidah Tata Bahasa Arab (Jakarta: Darul Ulum Press, 1988), h. 13 65 Bahadud Din Abdullah Ibnu Aqli, Syarhu Ibni Aqli (Beirut: Dar al-Fikr li al-Thaba’ah wa al-Nasr wa al-Tauzi’, tt), Juz I, h. 13

66 Drs. Djawahir Djuha, Tatabahasa Arab (Ilmu Nahwu): Terjemah Matan Al-Ajrumiyah (Bandung: Sinar Baru, 1989), cet. Ke-II, h.113-114

Page 50: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

50

Buah anggur dan pisang itu masak.

2. Jika konjungta I berupa manshub, maka konjungta II harus berupa

manshub juga. Contoh:

? وا*f9Vا*Aزآ:L أ

Saya makan nasi dan telur.

Jika konjungta I berupa majrur, maka konjungta II harus berupa majrur

juga. Contoh:

S7;*ج وا&g*اAhN اKه

Ini adalah pohon persik dan anggur.

3. Jika konjungta I berupa majzum, maka konjungta II harus majzum juga.

Contoh:

IزیI;Eوی +Eی +*

Zaid tidak berdiri dan tidak duduk.

Konjungtor dibagi atas empat kelompok:67

1. Konjungtor koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara.

Kalimat yang dibentuk dengan cara ini dinamakan kalimat majemuk setara. Tempat

konjungsi di dalam kalimat majemuk ini adalah antara kedua klausanya, misalnya:

dan, serta, padahal dan lain-lainnya.

67 Alwi, et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 297.

Page 51: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

51

2. Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata

frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungtor korelatif

terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang

dihubungkan. Misalnya: baik…maupun…., sedemikian….rupa…

Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.

3. Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua

klausa, atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah

satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Tempat konjungsi dalam kalimat

majemuk ini terletak di muka klausa bawahannya, atau klausa yang menjadi anak

kalimat pada kalimat tersebut. Misalnya: sejak, manakala, dengan, yang, dan lain-

lainnya.

4. Konjungtor antar kalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat

yang lain. Dan masing-masing merupakan kalimat yang utuh. Konjungtor macam ini

selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis

dengan huruf kapital. Konjungtor pada antar kalimat berfungsi pada tataran wacana.

Misalnya: biarpun demikian/ begitu, sesungguhnya, bahwasanya, dan lain-lainnya.

(a) Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan

menghalanginya.

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa skripsi ini menganalisa konjungtor

koordinatif, khususnya mengenai hubungan koordinasi yang menyatakan

pertentangan. Dan telah jelas dipaparkan, hubungan koordinasi yang menyatakan

Page 52: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

52

pertentangan, dinyatakan dengan kata-kata penghubung: tetapi, tapi, akan tetapi,

namun, hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, dan sebaliknya.68

Kata penghubung tetapi, tapi, akan tetapi, namun, dan hanya dalam

pemakaiannya sama sehingga kata-kata penghubung itu dapat dipertukarkan.

Contoh:

Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.

Kata penghubung tetapi69, dapat digunakan untuk menghubungkan

menyatakan ‘pertentangan’, konjungsi ini digunakan di antara:

1. Dua buah kata sifat yang maknanya berkontras.

Contoh:

Suaminya memang kaya tetapi pelit.

2. Dua buah klausa yang subjeknya merupakan identitas yang sama, sedangkan

predikatnya adalah dua buah kata atau frasa sifat yang berkontras.

Contoh:

Anakku ini memang nakal tetapi hatinya baik.

3. Dua buah klausa yang subjeknya merupakan identitas yang sama sedangkan

predikatnya berupa dua pernyataan yang berkontras.

Contoh:

Rumahnya jauh tetapi dia tidak pernah terlambat.

4. Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang berlainan

sedangkan predikatnya berupa kata sifat atau pernyataan yang berlawanan.

Contoh:

68 Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis”, h. 54-57 69 Chaer, Penggunaan Preposisi Dan Konjungsi Bahasa Indonesia, h. 66-70

Page 53: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

53

Kami sangat sedih mendengar berita itu tetapi dia tenang-tenang saja.

5. Dua buah klausa, klausa pertama berisi pernyataan dan kluasa kedua berisi

pengingkaran terhadap klausa pertama dengan kata Tidak.

Contoh:

Kami ingin sekali membantu anda tetapi kami juga dalam keadaan sulit.

Kata penghubung melainkan adakalanya pemakaiannya sama dengan kata

penghubung tetapi, tapi, akan tetapi, namun, dan hanya, dan dapat pula

menggantikan kata-kata tetapi, tapi, akan tetapi, namun, dan hanya namun

Adakalanya tidak sama. Apabila klausa di depannya merupakan klausa negatif, kata

melainkan dapat menggantikan kata-kata tetapi, tapi, akan tetapi, namun, dan

hanya; tetapi apabila klausa di depannya merupakan klausa positif, kata melainkan

tidak dapat menggantikannya. Contoh:

(1) Dia tidak langsung pulang, tapi berputar-putar di jalan Thamrin dan

Jendral Sudirman.

(1a) Dia tidak langsung pulang, melainkan berputar-putar di jalan Thamrin dan

Jendral Sudirman.

(2) Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.

(2a) Rumah itu bagus, melainkan pekarangannya tidak terpelihara.

Kata penghubung tapi pada kalimat (1) dapat disubstitusi dengan kata

penghubung melainkan, karena kata penghubung itu didahului oleh klausa negatif.

Berbeda dengan contoh kalimat (2) kalimat ini tidak dapat disubstitusi dengan kata

penghubung melainkan, karena kata penghubung dalam kalimat itu tidak didahului

Page 54: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

54

oleh klausa negatif, sehingga kalimat (2a) merupakan kalimat yang tidak gramatik.

Jelaslah bahwa kata penghubung melainkan selalu dipakai di belakang klausa

negatif.

Kata penghubung sedang, sedangkan, dan padahal dalam segala hal

pemakaiannya sama; ke tiganya dapat dipertukarkan. Kata penghubung sedangkan

menghubungkan menyatakan ‘pertentangan atau kontra’, digunakan di antara dua

buah klausa yang subjeknya merujuk pada dua identitas yang tidak sama.

Contoh:

(a) Saya disuruh oleh Ibu memanggil dokter sedangkan Ibu menjaganya di

rumah.

(b) Di rumah dia tidak kerasan, sedang di kampus teman-teman yang

dikenalnya jarang muncul.

Kata penghubung sebaliknya dipakai apabila apa yang tersebut pada

klausa-klausa itu benar-benar berlawanan atau bertentangan. Untuk menghubungkan

menyatakan ‘pertentangan yang tegas’ digunakan di antara dua buah klausa yang

subjeknya merujuk pada identitas yang sama, dan predikat keduanya menyatakan

dua hal yang bertentangan.

Contoh:

(a) Di bagian muara sungai ini lebar dan dangkal. Sebaliknya, di bagian hulu

sempit dan dalam.

(b) Kakaknya sangat baik hati, sebaliknya Adiknya sangat jahat.

Page 55: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

55

Kata penghubung namun sering berbentuk Namun begitu atau Namun

demikian, adalah konjungsi antarkalimat untuk menghubungkan menyatakan

‘pertentangan’ digunakan di antara dua buah kalimat. Kalimat pertama berisi suatu

pernyataan sedangkan kalimat kedua berisi hal yang kontras dengan pernyataan

pada kalimat pertama itu.

Contoh:

Segala keperluannya sudah kami penuhi, semua keinginannya sudah kami turuti,

dan semua permintaannya sudah kami laksanakan. Namun begitu, masih saja kami

disalahkan.

Konjungsi Namun tidak dapat digunakan sebagai:

1. Konjungsi antarkalimat dalam sebuah frasa.

Contoh:

Bodoh namun rajin.

2. Pengganti kata Tetapi di dalam konjungsi Akan tetapi.

Contoh:

Mereka boleh saja digusur karena mereka secara liar mendiami daerah itu.

Akan tetapi mereka juga adalah manusia yang harus diperlakukan secara

manusiawi.

Kata penghubung malah, malahan dapat digunakan untuk

‘menghubungkan mempertentangkan’ dan ‘menghubungkan menguatkan’:

1. Untuk menghubungkan menyatakan ‘pertentangan’ digunakan di antara dua

buah klausa. Klausa atau kalimat pertama berisi suatu pernyataan, dan klausa atau

Page 56: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

56

kalimat kedua berisi pernyataan yang tidak seharusnya terjadi berkenaan dengan

klausa atau kalimat pertama.

Contoh:

Pindah ke Jakarta bukannya mendapat kehidupan yang lebih baik, malah

keadaannya semakin melarat.

2. Untuk menghubungkan menyatakan ‘penguatan’ digunakan di antara dua

buah klausa atau dua buah kalimat, klausa atau kalimat pertama berisi suatu

pernyataan; dan klausa atau kalimat kedua berisi pernyataan yang tarafnya lebih dari

pernyataan pada klausa atau kalimat pertama.

Contoh:

Anak itu memang nakal, malah Ibunya sendiri pernah ditipunya.

Dalam Bahasa Arab, konjungtor koordinatif yang menyatakan

pertentangan terdapat pada huruf ‘ataf, yaitu 1=* (lâkin) yang artinya tetapi (namun)

dan 8> (bal).70

1=* (lâkin) mempunyai makna اiراكIRاس (al-istidrâk) yang artinya meminta

pembetulan kesalahan tanggapan. 1=* (lâkin) dapat menjadi kata sambung dalam

tiga hal:

.d;2 (konjungta II) harus berupa mufrad dan bukan kalimat&ف .1

Contoh:

6!2'd 1=* Aهj*ا LA3k*ا

Saya tidak memetik bunga tetapi buah.

70 Al-Ghulayaini, Jâmi ad-Durûs al-Arabiyyah: Pelajaran Bahasa Arab Lengkap, h. 352

Page 57: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

57

2. 1=* (lâkin) tidak boleh didahului oleh waw secara langsung.

Contoh:

P!2lJ!1)l3*1 ا=* m)3*ا L

Saya tidak menyalami orang jahat tetapi orang baik.

3. 1=* (lâkin) harus didahului oleh #'. (kalimat negatif) atau #�. (kalimat

negatif imperatif).

Contoh:

Bn^?hT!7*1 ا=* ?h'*آ8 ا*'!آ�? ا

Jangan kamu makan buah yang mentah, tetapi (makanlah buah) yang

matang.

8> (bal) merupakan salah satu konjungsi yang berbeda makna dan

penggunaannya dalam mufrad (kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan

klausa) dan kalimat.

Jika bal masuk dalam kalimat, maka bal merupakan partikel pemulai yang

berfungsi sebagai:

1. Penanda hubungan pembetulan kesalahan ‘melainkan’ atau ‘sebenarnya’

Contoh:

!*&ا اKgB ا*13cA و*Iا سV_ 8> ].!lV!د 2A=2&نو6

Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha suci Allah. Sebenarnya (Malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Q.S. 21:26)

2. Sebagai penanda hubungan pembetulan kesalahan maksud atau tanggapan

‘tetapi’.

Page 58: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

58

Contoh:

I6آأjB 12 Q:JF+اس A9! وذآ.I*9!ة اl*ون اA5ثB 8> F:pJ ]>ر

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. (Q.S. 87: 14-16).

Jika bal masuk dalam mufrad, maka bal merupakan konjungsi yang

mengkoordinasikan mufrad dengan mufrad dan mempunyai makna yang berbeda:

1. Jika bal diletakkan setelah kalimat positif atau kalimat yang bermodus

hiperaktif, maka bal akan mempunyai dua fungsi:

a. Sebagai penanda penghapusan ungkapan kalimat sesudahnya, seakan akan

kalimat sesudah bal tidak diucapkan.

Contoh:

*LkV ا*qd;3 <8 ا*9k!ب

Saya mengenakan jas bukan baju.

b. Sebagai penanda penghapusan ungkapan sebelum bal, seakan-akan

ungkapan sebelum bal tidak pernah diucapkan.

Contoh:

q9;f*ج <8 ا!Rl3*ون ا!_

Tolonglah orang yang membutuhkan bukan orang yang lemah.

2. Jika bal diletakkan setelah kalimat negatif atau kalimat bermodus negatif

imperatif (#�. ?C9P), maka bal akan berfungsi sebagai:

a. Untuk menegaskan ungkapan setelahnya.

Contoh:

Page 59: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

59

1dE*8 ا> Q3E*2!زرت ا

Saya tidak menanam gandum, tetapi kapas.

b. Untuk menegaskan ungkapan kalimat setelahnya melalui lawan kata, seperti:

r3c <8 ا*;!Sc!pB n86 ا]

Jangan bergaul dengan orang yang bodoh, tetapi dengan orang yang

pintar.

Page 60: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

60

BAB III

SURAH AL BAQARAH

A. Penamaan

Surah ini turun setelah Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah.71 Setelah hijrah,

usaha yang dilakukan Rasulullah terfokus pada pembentukan masyarakat Islam genarasi

pertama di Madinah Al-Munawarah.

Kaum muslim perindividu telah berhasil melawan fitnah yang berasal dari kaum

penyembah berhala. Inilah mereka yang telah membersihkan agama dan memperbaharui

tempat tinggal umat guna membangun sebuah Negara. Akan tetapi mereka mendapat

bentuk permusuhan lain yaitu perlawanan Bangsa Yahudi yang menganggap bahwa agama

telah menzalimi bangsa mereka. Oleh sebab itu, kaum Yahudi mulai mempersiapkan diri

untuk melakukan perlawanan, melakukan konspirasi tersembunyi dan terbuka serta

melakukan tipu daya.72

Surah Al Baqarah berjumlah 286 ayat. Pada surah ini begitu banyak persoalan yang

dibicarakannya. Tidak heran, karena masyarakat Madinah ketika itu sangat heterogen, baik

dalam suku, agama, maupun kecenderungan.

Di sisi lain, ayat-ayat surah ini berbicara menyangkut peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa yang cukup panjang. Kalaulah peristiwa pengalihan kiblat (ayat 142),

atau peristiwa berpuasa (ayat 183), dijadikan sebagai awal masa turunnya surah ini, dan

71 M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, vol. 1 (Jakarta:

Lentera Hati, 2006), cet., VII, h. 83. 72 Prof. DR. Syekh Muhammad Al-Ghazali, Tafsir Al-Ghazali; Tafsir Tematik Al Quran 30 Juz Surat

1-26, (Yogyakarta: Islamika, 2004), h. 9

Page 61: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

61

ayat 281 sebagai akhir ayat Al-Qur’ân yang diterima Nabi Muhammad saw. – sebagaimana

disebutkan dalam sejumlah riwayat – maka ini berarti bahwa surah Al-Baqarah secara

keseluruhan turun dalam masa sepuluh tahun. Karena, perintah pengalihan kiblat terjadi

setelah sekitar 18 bulan Nabi Muhammad saw. Berada di Madinah, sedang ayat terakhir

turun beberapa saat, atau beberapa hari sebelum beliau wafat, tanggal 12 Rabiul Awal

tahun 13 Hijrah.73

B. Isi Kandungan

Surah al-Baqarah menampilkan solusi aturan dan undang-undang hukum syari’at

“Daulah Islam” yang baru terbentuk. Bagian terbesar dari surah ini ini mencakup hukum-

hukum syari’at dalam sisi ibadah, mu’âmalah, akhlak, nikah, ‘iddah, talak dan juga

hukum-hukum syari’at lainnnya, seperti shalat, puasa, haji dan zakat. Pasalnya orang-orang

muslim berada pada tahapan awal pembentukan “Daulah Islam”, sehingga mengherankan

jika mereka sangat membutuhkan ketetapan-ketetapan syari’at ilâhi dan minhaj Rabbani,

yang dapat memelihara mereka dari kesalahan dan kekeliruan ketika harus menjalani

kehidupan mereka di dunia, baik dalam sektor ibadah maupun mu’âmalah.74

Surah ini dinamai al-Baqarah karena tema pokoknya adalah ayat-ayat yang

menguraikan kisah al-Baqarah, yakni kisah Banî Isrâ’îl dengan seekor sapi. Ada seseorang

yang terbunuh dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Masyarakat Banî Isrâ’îl saling

mencurigai bahkan tuduh menuduh tentang pelaku pembunuhan tanpa ada bukti, sehingga

73 M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, , h. 83. 74 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Quran; Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’Âm,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), h. 1

Page 62: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

62

mereka tidak memperoleh kepastian. Menghadapi hal tersebut mereka menoleh kepada

Nabi Mûsâ as. meminta beliau berdoa agar Allah menunjukkan siapa pembunuhnya. Maka

Allah memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi. Dari sini dimulai kisah al Baqarah.

Akhir dari kisah itu adalah, mereka menyembelihya setelah dialog tentang sapi

berkepanjangan – dan.dengan memukulkan bagian sapi itu kepada mayat yang terbunuh,

maka atas kudrat Allah swt. korban hidup kembali dan menyampaikan siapa pembunuhnya.

Melalui kisah Al Baqarah, ditemukan bukti kebenaran petunjuk-petunjuk Allah,

walau pada mulanya kelihatan tidak dapat dimengerti. Kisah ini juga membuktikan

kekuasaan-Nya menjatuhkan sanksi bagi siapa yang bersalah walau ia melakukan

kejahatannya dengan sembunyi-sembunyi.75 Dari sini kemudian disimpulkan bahwa uraian

surah ini berkisar pada penjelasan dan pembuktian tenang betapa haq dan benarnya kitab

suci dan betapa wajar petunjuk-petunjuknya diikuti dan diindahkan.

Surah ini dinamai juga as sinâm yang berarti puncak, karena tiada lagi puncak

petunjuk setelah Kitab suci ini, dan tiada puncak setelah kepercayaan kepada Allah Yang

Maha Esa dan keniscayaan hari kiamat.

Ia dinamai juga az zahrâ’ yakni terang benderang, karena kandungan surah ini

menerangi jalan dengan benderang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, serta menjadi

penyebab bersinar terangnya wajah siapa yang mengikuti petunjuk-petunjuk surah ini kelak

di kemudian hari.

75 M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, , h. 84.

Page 63: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

63

BAB IV

ANALISIS PENERJEMAHAN KONJUNGTOR HUBUNGAN

PERTENTANGAN DALAM KALIMAT KOORDINATIF

Dalam pembahasan pada bab III ini, Penulis berupaya menganalisis kalimat

majemuk koordinatif hubungan pertentangan dalam surah Al Baqarah. Meskipun dalam

kuantitas analisis yang tidak seberapa, Penulis berharap analisis ini dapat mewakili kajian

dan terjemahan kalimat majemuk koordinatif hubungan pertentangan yang kerap kita temui

dalam Al-Quran.

Setelah membaca dan menelaah surah Al Baqarah, Penulis menemukan ada 8

(delapan) ayat yang mengandung kalimat majemuk koordinatif hubungan pertentangan,

yang dikuatkan dengan konjungtor � dan ��. Selain itu, dalam bab ini Penulis juga akan

mencantumkan alternatif terjemahan di catatan kaki pada setiap ayat yang menurut Penulis

kurang sesuai, khususnya dari teknik penulisan dan akan disesuaikan dengan buku Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berikut ini akan diuraikan hasil analisis Penulis

tersebut.

)12( *! یA;Zونو*=1*! إ.-�+ ه+ ا*I)'3ون أ .1

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

Page 64: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

64

Klausa yang digarisbawahi (Al Baqarah: 12) merupakan kalimat koordinatif hubungan

penjumlahan yang bermakna pertentangan. Pada ayat ini terdapat konjungtor lâkin yang

dipadankan dengan “tetapi” dalam bahasa Indonesia. Klausa pertama ����ون أ� إ���� ه� ا

dan klausa ke dua ون��� �. Ke dua klausa tersebut dipisahkan dengan lâkin. Setiap

hubungan antarklausa yang dipisahkan dengan lâkin maka termasuk ke dalam kalimat

koordinatif hubungan penjumlahan yang bermakna pertentangan. Dalam penerjemahan ayat

di atas, menurut Penulis sudahlah tepat.

أ*! إ.-�+ ه+ ا*()'�!ءوإذا 896 *�+ ءا72&ا آ3! ءا12 ا*7-!س 6!*&ا أ.125 آ3! ءا12 ا*()'�!ء .2

)13( *! ی;:3&نو*=1

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.

Ayat di atas (Al Baqarah: 13) mengandung kalimat majemuk koordinatif hubungan

penjumlahan yang bermakna pertentangan pada klausa yang digarisbawahi. Klausa pertama

yaitu ���!�ءأ� إ���� ه� ا dan klausa kedua ن"�#� �. Pada ayat ini menyatakan arti

hubungan semantis yang kontras, yaitu sifat orang-orang munafik yang bodoh karena

mereka tidak mau beriman kepada Allah, tetapi mereka tidak menyadari akan kebodohan

mereka. Pada ayat ini terdapat dua buah klausa yang subjeknya merupakan identitas yang

Page 65: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

65

sama, sedangkan predikatnya merupakan dua frasa yang bertentangan. Dalam

penerjemahan pada ayat ini menurut Penulis sudahlah baik, namun secara penulisan ada

beberapa yang harus diubah.76

و2! و}:-:7! _:9=+ ا*3C!م وأ.j*7! _:9=+ ا*13- وا*(-:&ى آ:&ا Vy9z 12!ت 2! رز76!آ+ .3

)57(آ!.&ا أ.'(�+ ی|:3&ن و*=1 }:3&.!

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Pada klausa yang digarisbawahi (Al Baqarah: 57) konjungtor lâkin dipadankan dengan

“akan tetapi” dalam bahasa Indonesia. Jumlah pertama yang mempunyai arti وم� $#�"��

“Dan tidaklah mereka menganiaya Kami”, dan Jumlah kedua آ��"ا أ����� &#�"ن

“Merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. Antar ke dua klausa ini mempunyai

hubungan semantis yang kontras, yaitu tindakan yang sebenarnya bukan mereka (Banî

Isrâ’îl) yang menganiaya Kami (Allah), melainkan merekalah (Banî Isrâ’îl) yang

sebenarnya menganiaya diri mereka sendiri. Hubungan pertentangan di sini menyangkut

duah buah klausa, klausa pertama berisi pernyataan dan klausa kedua berisi pengingkaran

76 Kalimat langsung yang pertama, merupakan kalimat perintah. Jadi, kalimat tersebut harus diakhiri

dengan tanda atau pemarkah perintah yaitu dengan memberikan tanda seru. Kalimat setelah tanda kutip harus ditulis dengan huruf kapital. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman!" Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (Q.S. Al Baqarah: 13)

Page 66: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

66

terhadap klausa pertama dengan kata tidak. Penerjemahan ayat di atas sudahlah baik, tapi

dari segi penulisan belum sesuai dengan EYD.77

4. q:� !7>&:6 ه+ <8 و6!*&اA'=> ]-:*9:! 2! ی725&ن*;7�+ ا:EJ )88(

Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.

Ayat di atas (Al Baqaarah: 88) yang digarisbawahi menunjukkan kalimat yang menyatakan

pertentangan yang terdiri dari dua kalimat yang dibangun. Konjungtor (penghubung) yang

digunakan adalah bal dalam bahasa Arab yang dipadankan dengan tetapi dalam bahasa

Indonesia. Kalimat pertama (#) �*�"#+ ا" ”.”Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup“ و+�

Kalimat ke dua �ه��� ,�#�*�� ا “Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran

mereka.” Konjungtor antar kedua kalimat ini mempunyai fungsi sebagai penanda hubungan

pembetulan kesalahan tanggapan. Dalam ayat ini kalimat ke dua merupakan pembetulan

dari kalimat pertama. Dan menurut Penulis penerjemahan yang sesuai adalah:78

)154( ن*! A;ZBو و*=1 أ9c!ء <8 و*! EB&*&ا *13 یJ 8RE# س89V ا*:-[ أ2&ات .5

77 Penulisan dan tidak boleh diawal kalimat. Pada kalimat “Makanlah dari makanan yang baik-

baik…,” cukup ditulis dengan kalimat “Makanlah dari makanan yang baik…” 78 Penulisan dan tidak boleh diawal kalimat. Setelah tanda kutip tidak boleh ada titik, dan pemberian

tanda titik diletakkan sebelum tanda kutip. Mereka berkata: “Hati kami tertutup. Namun sebenarnya, Allahlah yang telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Q.S. Al Baqarah: 88)

Page 67: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

67

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

Jumlah yang digarisbawahi (Al Baqarah: 154) terdapat dua konjungtor yang

menghubungkan antara tiga klausa yang dibangun, yaitu bal dan lâkin. Bal dipadankan

dengan “Bahkan (sebenarnya)” dalam bahasa Indonesia. Bal diletakkan setelah kalimat

negatif yang berfungsi sebagai penegasan ungkapan klausa setelah konjungtor bal yaitu

pada klausa kedua “mereka itu hidup”, klausa ini sebagai penegas dari klausa “Dan

janganlah kamu menyatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa

mereka itu) mati”. Lâkin dipadankan dengan “tetapi” dalam bahasa Indonesia, yang

terbentuk dari dua klausa. Klausa pertama “Bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup”, dan

kluasa kedua “Kamu tidak menyadarinya.” Kedua klausa ini subjeknya merujuk pada

identitas yang berlainan. Pada klausa pertama subjeknya merujuk pada mereka yaitu orang-

orang yang gugur di jalan Allah. Sedangkan klausa ke dua merujuk pada kamu yaitu orang-

orang yang beriman. Sedangkan predikatnya berupa pernyataan yang berlawanan, mereka

(orang-orang yang gugur di jalan Allah) hidup dengan kamu (orang-orang yang beriman)

tidak menyadarinya. Dan terjemahan yang tepat menurut Penulis adalah:79

أو*& آ!ن ءا<!ؤه+ *! .OV-R 2! أ*'79! _:9[ ءا<!ء.! <8 وإذا 896 *�+ اV-B;&ا 2! أ.jل ا*:-[ 6!*&ا .6

)170( ی;E:&ن M9N! و*! یIR�ون

79 Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah telah mati; padahal

mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S. Al Baqarah: 154)

Page 68: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

68

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?

Klausa pada ayat ini (Al Baqarah: 170) yang digarisbawahi, terdapat konjungtor yang

menghubungkan klausa yang dibangun yaitu bal. Bal dipadankan dengan “tetapi” dalam

bahasa Indonesia. Klausa kedua “Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari

(perbuatan) nenek moyang kami,” memuat informasi yang menguatkan dan menandaskan

informasi yang dinyatakan dalam klausa pertama yaitu “Dan apabila dikatakan kepada

mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Keterkaitan makna memungkinkan

kedua klausa tersebut digabungkan untuk membentuk kalimat majemuk setara. Dan

penerjemahan pada ayat ini sudahlah tepat, tapi dari segi penulisan belum sesuai dengan

EYD.80

وا*:-[ �'&ر ی5اKHآ+ <3! آ(LV 6:&<=+ و*=1 *! ی5اKHآ+ ا*:-[ <!*:-J &C# أی3!.=+ .7

+9:c)225(

80 Penulisan dan tidak boleh di awal kalimat. Kemudian, kalimat setelah tanda kutip harus ditulis

dengan huruf capital dan setelah tanda kutip tidak boleh ada titik. Apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," Mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapatkan petunjuk?" (Q.S. Al Baqarah: 170)

Page 69: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

69

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Klausa yang digarisbawahi (Al Baqarah: 225) merupakan kalimat koordinatif yang

menyatakan hubungan pertentangan, antara klausa pertama -ا. �#�1" 0/ أ ������ ,�# 2آ� ا

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk

bersumpah)” dengan klausa ke dua ��"#+ 34�ا-2آ� ��� آ. “Allah menghukum kamu

disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Di dalam ayat ini

konjungtor lâkin dipadankan dengan “tetapi”. Berfungsi sebagai pengingkaran klausa kedua

terhadap klausa pertama. Hal ini terkait karena terdapatnya kata “tidak” pada klausa

pertama. Menurut Penulis penerjemahannya sudahlah tepat.81

8. 125B +*6!ل أو FB&3*9# اlB q9أر.# آ yاه9+ ربA>وإذ 6!ل إF:> 1- و*=1 6!لM3d9*

#V:6 -+ءا ثj@ -1�72 8V@ y8آ F:_ 8;@ث+- ا 6!ل KgJ أر<;? 12 ا*ApJ A9-dه1- إ*9

س;9! وا_:+ أن- ا*:-[ _jیc j=9+اد_� 79B )260(1- ی

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang

81 Penulisan dan tidak boleh di awal kalimat. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan . Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al Baqarah: 225)

Page 70: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

70

kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Pada ayat (Al Baqarah: 260) yang digarisbawahi, yang terdapat konjungtor lâkin yang

dipadankan dengan “akan tetapi” dalam bahasa Indonesia. Berfungsi sebagai klausa

pertentangan yang menyatakan perluasan, yaitu klausa kedua “Agar hatiku tetap mantap

(dengan imanku),” sebagai perluasan dari klausa pertama “Aku telah meyakininya.” Dan

terjemahan pada ayat ini sudahlah baik, namun secara penulisan ada beberapa yang harus

diubah.82

82 Penulisan dan tidak boleh di awal kalimat. Setelah tanda kutip tidak boleh terdapat tanda titik.

Frasa “Allah berfirman” yang ke tiga, sebaiknya dibuang. Sebagai alternatif, kalimat sesudahnya digabung pada kalimat sebelumnya. (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang telah mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, kemudian letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. “Ketahuilah! Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al Baqarah: 260)

Page 71: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

71

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Dari 286 ayat yang terdapat dalam surah Al Baqarah 8 (delapan) ayat yang

termasuk dalam kalimat majemuk penjumlahan yang menyatakan pertentangan. Dari

keseluruhan ayat yang termasuk ke dalam kategori tersebut terdapat enam ayat yang

menggunakan konjungsi lākin yang dipadankan dengan tetapi dan akan tetapi dan

dua ayat yang menggunakan konjungsi bal yang dipadankan dengan tetapi.

Dari hasil penelitian ini, kita juga dapat melihat persamaan dan perbedaan

kalimat majemuk koordinatif hubungan pertentangan dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Arab. Persamaan keduanya yaitu terdiri dari dua buah klausa atau lebih yang

sepadan atau sejajar. Di antara kedua klausa tersebut dihubungkan dengan

konjungtor. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi yang digunakan adalah tetapi dan

akan tetapi, sedangkan dalam bahasa Arab berupa partikel lākin dan bal. Namun, jika

bal masuk dalam kalimat, maka bal merupakan partikel pemulai yang berfungsi

sebagai penanda pembetulan kesalahan maksud atau tanggapan.

Konjungtor tetapi dapat digunakan untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan yang digunakan di antara dua buah klausa yang subjeknya merupakan

identitas yang sama, sedangkan predikatnya adalah dua buah frasa sifat yang

berkontras, seperti pada hasil analisa ن"�#� � � Serta dua . أ� إ���� ه� ا�!���ء و

Page 72: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

72

buah klausa, pada klausa kedua berisi pengingkaran terhadap klausa pertama dengan

kata tidak, seperti pada hasil analisa berikut آ��"ا أ����� &#�"ن � وم� $#�"�� و

Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan konjungsi dalam

suatu kalimat tergantung pada konteks dan pilihan kata yang tepat. Dengan kata lain,

tidak ada padanan pasti untuk setiap partikel penghubung. Karena itu, banyak

alternatif terjemahan dalam sejumlah ayat, dan yang paling penting adalah harus

sesuai dengan EYD. Hal ini terkait dengan penutur bahasa ataupun pengguna bahasa.

Page 73: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

73

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-karîm

Alwi, Hasan., et al. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2003.

----------------------.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2005.

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo, 1999.

------------------------------------------,Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo, 2002.

Arifin, Zaenal.,et al. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Akademika Pressindo, 2003.

Anwar, M. Terjemah Matan Al-Ajrumiyah dan Imrity. Bandung: PT. Al-Ma’arif,

1987

Ali Ash-Shabuny, Muhammad. Cahaya Al-Quran; Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-

Al-An’Âm, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.

Ali, Muhammad Maksum. Al-Amtsilah At-Tasrifiyah. Surabaya: Maktabah Assaikh

Salim Nabhan, 1995

Aqli, Abdullah Bahadud Din. Syarhu Ibni Aqli. Beirut: Dâr Al-Fikr li Al-Taba’ah wa

Al-Nasr wa Al-Tauzi.

Abbas Nadwi, Abdullah. Dr. Belajar Mudah Bahasa Al quran. Jakarta: Mizan, 1996.

Page 74: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

74

Asrori, Imam. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat. Malang: Misykat,

2004.

Bek Dayyab, Hifni. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Dârul ‘ûlûm Press, 1988.

Catford, J. C. Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press,

1965.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

---------------, Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta,1994.

--------------, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia. Yogyakarta:

Nusa Indah, 1990.

Dardjowidjojo, Soenjono., et al. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 1988.

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Media, 2005.

Al-Gulayayni, Mustafa. Jami’ Ad-Durûs Al-‘arabiyyah; (Pelajaran Bahasa Arab

Lengkap). Beirut: MaktabahAl-‘Asriyyah, 1997.

Al-Ghazali, Muhammad, Prof. DR. Tafsir Al-Ghazali; Tafsir Tematik Al Quran 30

Juz Surat 1-26, Yogyakarta: Islamika, 2004.

Hanafi, Nurachman. Teori dan Seni Menerjemahkan. Flores: Nusa Indah, 1986.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

1993.

Kusno B.S., Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Rosda, 1985.

Lapoliwa, Hans. Klausa Pemerlengkap Dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Sintaktik

dan Semantik. Jakarta: Kanisius, 1990.

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.

Page 75: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

75

Nida, Eugene A. and Charles. R. Taber. The Theory Practice of Translation. Leiden:

The United Bible Societies.

Ni’mah, Fuad. Qowaid Al-Lughah Al-‘Arabiyah. (Beirut: Dârrussaqafah.)

Poerwadarminta, WJS. Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang. Yogyakarta:

UP. Indonesia, 1967.

Ramlan, M. Prof. Drs. Ilmu Bahasa Indonesia “Sintaksis”. Yogyakarta: CV.

Karyono, 1983.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur'an.

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Suara, 1999.

Sudarno dan Eman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta: PT. Hikmah Syahid Indah.

Syukur, Abdul. Tata Bahasa Indonesia untuk SMTA. Surabaya: Usaha Nasional,

1984.

Thalib, M. Tata Bahasa Arab; Terjemah An-Nahwu Al-Wadih. Jakarta: PT. Al-

Ma’ârif.

Page 76: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

76

LAMPIRAN

No.

Ayat Terjemah Ayat

12 Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

أ*! إ.-�+ ه+ ا*I)'3ون و*=1 *! یA;Zون

13 Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.

ءا12 ا*7-!س 6!*&ا وإذا 896 *�+ ءا72&ا آ3!

أ.125 آ3! ءا12 ا*()'�!ء أ*! إ.-�+ ه+ ا*()'�!ء

و*=1 *! ی;:3&ن

57 Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

و}:-:7! _:9=+ ا*3C!م وأ.j*7! _:9=+ ا*13-

وا*(-:&ى آ:&ا Vy9z 12!ت 2! رز76!آ+ و2!

.! و*=1 آ!.&ا أ.'(�+ ی|:3&ن}:3&

88 Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.

[ <='Aه+ EJ:9:! و6!*&ا q:� !7>&:6 <8 *;7�+ ا*:-

2! ی725&ن

154 Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

J 8REا *13 ی&*&EB !*89 ا*:-[ أ2&ات <8 وVس #

أ9c!ء و*=A;ZB !* 1ون

Page 77: ANALISIS KONJUNGTOR HUBUNGAN PERTENTANGAN DALAM KALIMAT …

77

170 Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?

OV-R. 8> ل ا*:-[ 6!*&اj.ا 2! أ&;V-Bوإذا 896 *�+ ا

<!ء.! أو*& آ!ن ءا<!ؤه+ *! 2! أ*'79! _:9[ ءا

ی;E:&ن M9N! و*! یIR�ون

225 Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

*! ی5اKHآ+ ا*:-[ <!*:-J &C# أی3!.=+ و*=1

+9:c 6:&<=+ وا*:-[ �'&ر LV)آ+ <3! آKHی5ا

260 Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

FB&3*9# اlB q9أر.# آ yاه9+ ربA>وإذ 6!ل إ

#V:6 -1M3d9* 1=*و F:> 125 6!لB +*6!ل أو

ث+- 6!ل KgJ أر<;? 12 ا*ApJ A9-dه1- إ*9

-1�72 8V@ y8آ F:_ 8;@ءا ث+- اد_1�- اj@

+9=c jیj_ ]-:*س;9! وا_:+ أن- ا 79B ی