analisis ketimpangan pendidikan terhadap …repositori.uin-alauddin.ac.id/13214/1/fauziah...
TRANSCRIPT
ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI
SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis IslamUIN Alauddin Makassar
OLEH
FAUZIAH NUR90300114021
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fauziah Nur
NIM : 90300114021
Tempat/Tgl.Lahir : Ujung Pandang, 10 Juli 2018
Jurusan : Ilmu Ekonomi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Alamat : Jl. Moh. Hatta No.17 Kompleks Bea dan Cukai
Judul : Analisis Ketimpangan Pendidikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar dan hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, atau dibuat orang lain sebagian atau seluruhnya. Maka, skripsi ini
dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata, November 2018
Penyusun
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurahkan kepada Allah SWT , Tuhan semesta
alam yang telah memberkahi segala aktifitas penulis sejak menginjakkan kaki di
tanah rantau dalam proses mengenyam pendidikan karena dengan limpahan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini. Tak lupa pula penulis haturkan salam menyertai Salawat kepada
junjungan Nabiyullah Muhammad SAW, Nabi yang tidak pernah jenuh
menyampaikan ajaran agama tauhid dan telah menjadi suri tauladan bagi
ummatnya.
Atas izin dan kehendak Allah SWT skripsi sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1), dan meraih gelar Sarjana ekonomi
(SE) pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar yang berjudul “Analisis Ketimpangan
Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini adalah atas izin Allah SWT sebagai pemegang kendali dan penulis
sadar bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala.
Namun berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Tidak lepas pula doa dan
dan dukungan dari segenap keluarga besar penulis yang selaku percaya bahwa
segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas dan tulus akan membuahkan hasil
yang indah.
iv
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kepada Kedua orang tua saya, terutama bagi ibu ku Siti Rahmah terima
kasih telah menjadi orang tua tunggal untukku, kakak, dan adikku. Telah
memberi saya semangat hingga sampai saat ini. Untuk bapakku tercinta
semoga Allah lapangkan kubur mu dan semoga saya bisa membuat mu
bangga walau kita beda alam.
2. Untuk Ba’ba saya tercinta Muhammading, yang tidak pernah henti-
hentinya memberikan saya nasehat-nasehat, doa, dan Serta terima kasih
atas bantuan, materil dan non materil yang belum sempat saya balas.
Terima kasih ba’ba
3. Untuk kakak saya Maulana Raf sanjani, adik saya Nabila Muliana, dan
Khumayrah. Terima kasih selama ini memberikan semangat, serta banyak
doa dan support, baik materil maupun non materil.
4. Untuk keluarga saya haturkan banyak terima kasih yang sebesar besarnya
telah membantu saya dalam materil dan non materil dari awal saya
mengenyam pendidikan sampai saat ini.
5. Bapak Prof. Dr. Musafir Pabbabari, M.Si, sebagai Rektor UIN Alauddin
Makassar dan para Wakil Rektor serta seluruh jajarannya.
6. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar dan para Wakil Dekan.
7. Bapak Dr. Siradjuddin, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Bapak Hasbiullah, S.E., M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Ekonomi.
v
8. Pembimbing I Prof. Dr. H. Muslimin Kara M.Ag, dan Pembimbing II
Ahmad Kafrawi Mahmud S.Pd,M.si terima kasih atas segala kontribusi,
bantuan dan bimbingannnya selama ini dan juga terima kasih telah
meluangkan waktu ditengah kesibukannya memberikan bimbingan,
petunjuk dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Untuk penguji komprehensif Prof. Dr. H. Muslimin Kara, M.Ag, Selaku
Penguji Dirasah Islamiah, Akramunnas, SE. M.Si (selaku penguji
Ekonomi perencanaan dan pembangunan) dan Dr. Siradjuddin., M.Si.
(selaku penguji Ekonomi Makro Mikro) yang telah mengajarkan kepada
saya bahwa sesorang yang ingin lulus dari kampus dengan baik harus
mengejar ilmu yang banyak bukan mengejar nilai yang tinggi.
10. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberi ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
11. Seluruh pegawai Staf Akademik, Staf Perpustakaan, Staf Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan skripsi ini.
12. Untuk Sahabatku, Seperjuangan, Ilmu Ekonomi A 014 terima kasih telah
menjadi bara api yang mampu saling membakar yang menjadikannya api
semangat dalam menuntaskan segala proses ruang kelas selama 4 tahun
lamanya.
13. Untuk Senior dan Adinda di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi
terima kasih telah memberi saya ruang dalam menuangkan dan
mengekspresikan apa yang saya miliki, serta terima kasih pula atas
vi
wejangan dan petuahnya selama ini. Tanpa kalian saya tidak pernah ada
untuk berekspresi.
14. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu
yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan Skripsi.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
dan penulis secara terkhusus. Penulis juga menyadari bahwa skripsi jauh dari
kesempurnaan. Dengan segenap kerendahan hati penulis berharap semoga
kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk
penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunya.
Gowa November 2018
Penulis
Fauziah NurNIM: 90300114021
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
ABSTRAK .............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1B. Rumusan Masalah ...............................................................................8C. Tujuan Penelitian ................................................................................8D. Manfaat Penelitian ..............................................................................9
BAB II TINAJUAN PUSTAKA...........................................................................10
A. Kajian Teori ........................................................................................10
1. Ekonomi ........................................................................................102. Pertumbuhan Ekonomi..................................................................113. Pendidikan.....................................................................................134. Pengertian Ketimpangan Pendidikan ............................................155. Pengertian Modal Manusia ...........................................................176. Keterkaitan Pendidikan dan Pertumbuhan ....................................207. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan SDM...........................22
B. Tinjauan Variabel................................................................................23
1. Tingkat Kemiskinan ......................................................................232. Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan .............................263. Ketimpangan Pendidikan ..............................................................264. Pertumbuhan Ekonomi..................................................................27
C. Keterkaitan Variabel ...........................................................................28
1. Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Pendidikan......................282. Pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan dengan Ketimpangan
pendidikan ....................................................................................293. Ketimpangan Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi............30
viii
D. Penelitian Terdahulu ...........................................................................30E. Kerangka Pikir ....................................................................................33F. Hipotesis Penelitian.............................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................34
A. Jenis dan Sumber Data ........................................................................34B. Metode Analisis Data..........................................................................34
1. Analisis Deskriptif ........................................................................352. Analisis Koefisien Gini Pendidikan ..............................................353. Analisis Regresi dengan Data Panel .............................................374. Model Regersi Data Panel.............................................................38
C. Asumsi Regresi Data Panel.................................................................39D. Uji Asumsi Data Panel ........................................................................40
1. Penentuan Model Estimasi............................................................402. Penentuan Metode Estimasi Regresi Data Panel ..........................413. Pemilihan Model Terbaik..............................................................424. Uji Asumsi ....................................................................................435. Uji Hipotesis .................................................................................44
E. Definisi Operasional Variabel.............................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................48B. Perkembangan Variabel Penelitian ....................................................50C. Hasil Estimasi Model penelitian ........................................................59
1. Hasil Estimasi Model Pertama .....................................................592. Hasil Estimasi Model Kedua........................................................64
D. Pembahasan........................................................................................70
BAB V PENUTUP................................................................................................73
A. Kesimpulan.........................................................................................70B. Saran...................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................76
LAMPIRAN..........................................................................................................79
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1.1 APS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016........................................ 2
2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sul-sel 2014-2016 .............................. 10
2.2 Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016 ................ 27
4.1 Gini Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016 ................... 56
41. Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014-2016.................. 61
4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Prov. Sul-sel tahun 2014-2016 .......................... 65
4.3 Uji Hausman Model pertama....................................................................... 67
4.4 Hasil Estimasi Model Pertama .................................................................... 68
4.5 Koefisien Determinasi Model Pertama........................................................ 69
4.6 Uji F Model pertama.................................................................................... 70
4.7 Uji T Model pertama ................................................................................... 70
4.8 Uji Hausman Model Kedua ......................................................................... 71
4.9 Hasil Estimasi Model kedua ........................................................................ 72
4.10 Uji Normalitas Model kedua ....................................................................... 73
4.11 Uji Heterkedastisitas Model kedua.............................................................. 71
4.12 Uji Multikolinieritas Model kedua .............................................................. 74
4.13 Uji Autokolerasi Model kedua..................................................................... 75
4.14 Koefisien Determinasi Model Kedua .......................................................... 76
4.15 Uji F Model kedua ....................................................................................... 76
4.16 Uji T Model Kedua...................................................................................... 77
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1.1 APS Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2016.............................................. 2
2.5 Kerangka Pikir ........................................................................................ 34
4.1 Rata-rata Lama sekolah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016............ 58
4.2 Persentase Penduduk Miski Prov. Sul-Sel Tahun 2016.......................... 60
4.4 Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Tahun 2014-2016.............. 62
xi
ABSTRAK
Nama : Fauziah Nur
Nim : 90300114021
Jurusan : Ilmu Ekonomi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul : Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap PertumbuhanEkonomi di Provinsi Sulawesi Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar ketimpanganpendidikan dan faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhinya sertaseberapa besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi SulawesiSelatan.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yangbersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan BadanPengelolaan Keuangan daerah Provinsi Sulawesi Selatan serta Publikasi NeracaAnggaran Pendidikan Republik Indonesia. Metode analisis data yang digunakanadalah Indek Gini Pendidikan, Analisis regresi data panel dengan teknik pooledEGLS.
Hasil Penelitian memperlihatkan bahwa ketimpangan pendidikan diProvinsi Sulawesi Selatan berada pada tingkat ketimpangan rendah yaitu di bawah0.4. pada model regresi pertama diketahui variabel independen tingkat kemiskinanberpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen ketimpanganpendidikan dan variabel independen pengeluaran pemerintah di sektor pendidikanberpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ketimpangan pendidikan. Padamodel regresi kedua diketahui bahwa variabel independen ketimpanganpendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi diProvinsi Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahanrujukan bagi penelitian selanjutnya dan pertimbangan dalam perencanaanpembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kata Kunci : Ketimpangan pendidikan, Tingkat Kemiskinan, PengeluaranPemerintah di Sektor Pendidikan, Produk Domestik RegionalBruto (PDRB).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan pendidikan sebagai faktor yang
penting dalam pembentukan human capital. Human capital merupakan salah satu
faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi selain faktor modal
fisik dan tenaga kerja. Penelitian sebelumnya cenderung menempatkan human
capital sebagai faktor tak langsung dalam pertumbuhan ekonomi karena dianggap
tergabung dengan kemajuan teknologi.
Pembangunan merupakan suatu kombinasi proses perubahan mendasar
atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur dan lainnya,
Untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Proses pembangunan memiliki
tiga tujuan yaitu peningkatan standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan
kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan perhatian atas nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan) dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menjamin dan meningkatkan
kualitas kehidupan manusia secara ekonomi dan sosial. Serta berbagai salah satu
cara mengatasi kesenjangan dalam upaya mencapai kesetaraan dan mewujudkan
kehidupan yang makmur. Masyarakat tidak akan sejahtera dan makmur jika
produktifitas masyarakat lemah. Pembangunan pendidikan sebagai salah satu
wujud pembangunan manusia secara nasional telah di upayakan di tiap-tiap
daerah, salah satunya yang tentunya di laksanakan pula oleh pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan.
2
Tudaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa sumber ketimpangan bukan
hanya bersumber dari distribusi pendapatan tetapi juga dari pendidikan dan
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan menjadi hal penting dalam pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan
pembangunan yang mendasar.1
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan langkah awal dari sebuah
perencenaan yang matang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi di bidang pendidikan telah terbukti mampu meningkatkan taraf hidup
manusia. Berikut gambar yang menunjukkan data angka partisipasi sekolah per
kabupaten/kota di sulawesi selatan :
Gambar 1.1Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur
Per Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, 2016 (%)
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, Susenas 2016
Terdapat tiga kabupaten/kota yang telah mencapai APS 100 persen tingkat
SD, yaitu kabupaten Enrekang, kabupaten Luwu Timur, dan Kota Palopo.
Rupanya pemerintah daerah tingkat II tersebut telah berhasil menarik hampir
semua anak usia 7-12 tahun bersekolah. Selanjutnya untuk APS usia 13-15, paling
1Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan. 2013. Analisis Ketimpangan Pendidikan DanPengaruhnyaTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau. Institut Pertanian Bogor. Hal : 1
3
tinggi adalah kabupaten Enrekang pada angka 99,1. Sedangkan untuk APS 16-
18, Palopo berada di posisi tertinggi dengan angka 88,41. Program pembangunan
pendidikan di kota Palopo dapat dikatakan berhasil karena di dorong upaya
pemerintah dalam melengkapi dan memperbaiki berbagai fasilitas pendidikan.
Ketersediaan sekolah, serta kondisi gedung dan perlengkapan sekolah semakin
baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Begitu pula kabupaten Enrekang
mencapai hasil yang baik dalam pembangunan pendidikan karena tingginya
perhatian pemerintah serta kesadaran masyarakat yang baik terhadap pentingnya
pendidikan.2
APS dengan capaian terendah untuk usia 7-12 dan 13-15 tahun ada di
Kabupaten Wajo dengan angka masing-masing 97,6 dan 84,52. Sedangkan untuk
usia 16-18 tahun ada di Kabupaten Jeneponto dengan angka 55,44 . Nampaknya
pemerintah Kabupaten Wajo dan Jeneponto perlu upaya yang lebih keras lagi
untuk meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah.
Pada gambar di atas terlihat bahwa APS SD sebesar 99,08 persen. Artinya,
hampir semua anak usia 7-12 tahun di Sulawesi Selatan sedang mengikuti
pendidikan Sekolah Dasar. Sementara pada jenjang pendidikan SLTP (13-15
tahun) baru mencapai 92,08 persen. Lain halnya pada jenjang pendidikan SLTA
(16-18 tahun), angka APS baru mencapai 70,03 persen. Jika dilihat menurut jenis
kelamin, terlihat tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara laki-laki dan
perempuan yang mana hal tersebut menggambarkan bahwa kesetaraan gender
dalam hal pendidikan sudah tercapai. Mengkaji lebih dalam tentang APS, Tabel 3
dibawah menyajikan angka partisipasi sekolah (APS) menurut kelompok usia
2Bps sulawesi selatan, Indikator kesejahteraan tahun 2016. Hal : 47-48
4
sekolah 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun yang terjadi di kabupaten/kota
se-Sulawesi Selatan.3
Gambar 4.1Rata-rata lama sekolah per kabupaten/kota
Di Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2016
Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2016
Dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, kota Makassar memiliki rata-
rata lama sekolah tertinggi, yaitu 11, 45 tahun. Dengan kata lain, penduduk
Makassar yang berumur 25 tahun ke atas rata-rata dapat menempuh pendidikan
hingga kelas 2 SMA, atau putus sekolah dikelas 3 SMA. Tingginya RLS kota
Makassar didukung dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai di
kota Makassar sebagai ibukota provinsi. Setelah Makassar, RLS tertinggi berada
di dua kota lain yakni Palopo dan Parepare. Sedangkan Jeneponto adalah
kabupaten dengan RLS terendah di Sulawesi Selatan yaitu 5,66 tahun atau tidak
lulus SD.4
3Statistik Pendidikan Sulawesi Selatan 2017 hal. 164 Badan Pusat Statistik Provinsi Sul-sel, Indikator Kesejahteraan Rakyat, Bab Pendidikan
2016. Hal : 35
5
Dengan berakhirnya era MDGs yang berhasil mengurangi penduduk
miskin dunia hampir setengahnya dan merupakan salah satu bentuk komitmen
pemerintah dalam pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan
berkeadilan bagi seluruh anak Indonesia.. Selanjutnya saat ini memasuki era
SDGs (Sustainable development goals), yang dimulai dengan pertemuan yang
dilaksanakan pada tanggal 25-27 september 2015 di markas besar PBB.5
Komitmen pemerintah dalam pendidkan tertuang antara lain UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab IV Bagian 1
pasal 5 yang salah satunya menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Demikian
Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan
Buta Aksara. Hal ini menunjukkan bahwa jalur pendidikan merupakan yang
strategis dan penting.6
Upaya serius demi pengembangan sumber daya manusia melalui
pendidikan terus dibenahi oleh pemerintah. Hal tersebut sudah menjadi fokus
pemerintah mengingat pentingnya peranan pemerintah dalam pertumbuhan
ekonomi. Untuk mendorong kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya
adalah perann alokatif. Pemerintah dapat mengalokasikan sumber-sumber
ekonomi yanag ada agar optimal dan efesien. Dalam ilmu ekonomi, sektor
5 Ishartono & Santoso Tri Raharjo “SDGs dan Pengentasan Kemiskinan” hal 159Universitas Padjajaran 2013.
6 Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. diakses 6 Desember 2013.
6
pendidikan telah diyakini memainkan peran yang penting dalam pembangunan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan, baik
pendidikan formal maupun non formal.
Tabel 1.1Angka Partisipasi Sekolah Menurut Badan Pusat Statistik di Provinsi
Sulawesi Selatan 2014-2016
Tahun 07-12 13-15 16-18
2014 98.91 92.57 69.382015 99.03 92.66 69.662016 99.03 92.80 70.03
Sumber : Badan pusat statistik sulawesi selatan, Susenas 2017
Tingkat pendidikan yang ditamatkan juga berpengaruh terhadap
produktivitas suatu daerah. Semakin besar jumlah penduduk yang menamatkan
pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi maka semakin produktif daerah
tersebut yang pada akhirnya berdampak kepada pertumbuhan ekonomi di daerah
tersebut.
Salah satu peran pemerintah dalam mendorong kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakatnya adalah peran alokatif. Pemerintah dapat
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada agar optimal dan efesien.
Dalam ilmu ekonomi, sektor pendidikan telah di yakini telah memainkan peran
yang penting dalam pembangunan. karena itu pendidikan dapat dilihat sebagai
komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital sebagai input fungsi
produksi agregat. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan
pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi.7
7Saputra, Dedi. DKK. “Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap PertumbuhanEkonomi di Provinsi Aceh”. Magister Ilmu Ekonomi: Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Aceh,2015 hal : 2
7
Adapun tabel di bawah memperlihatkan fenomena laju pertumbuhan
PDRB per kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 1.2Laju Petumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Berlaku 2010 Per-
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016
1 Selayar 9,01 8,81 7,352 Bulukumba 8,54 5,61 6,903 Bantaeng 8,33 6,63 7,394 Jeneponto 7,93 6,53 8,435 Takalar 9,76 8,40 9,616 Gowa 7,17 6,79 7,637 Sinjai 6,98 7,54 7,168 Maros 4,73 8,58 9,529 Pangkep 10,41 7,96 8,24
10 Barru 7,35 6,31 6,0911 Bone 9,53 8,29 9,0612 Soppeng 6,89 5,10 8,2413 Wajo 9,67 7,05 4,9814 Sidrap 7,87 7,98 9,0015 Pinrang 8,11 8,24 7,5116 Enrekang 5,99 6,89 7,6417 Luwu 8,81 7,26 7,9918 Tana Toraja 6,80 6,84 7,4219 Luwu Utara 8,82 6,66 7,4920 Luwu Timur 8,10 6,43 1,6221 Toraja Utara 7,64 7,65 8,2122 Makassar 7,39 7,46 7,9923 Pare-pare 6,33 6,28 6,8724 Palopo 7,05 6,45 6,98
Provinsi Sulawesi selatan 7,54 7,17 7,41Sumber : Badan pusat statistik sulawesi selatan dalam angka 2017
Pada tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto atas Dasar
Harga Berlaku 2010 Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2014-2016. dimana pada kondisi awal tahun 2014 PDRB Provinsi Sulawesi
Selatan meningkat dengan persentase 7,54. Sedangkan, pada tahun 2015 PDRB
8
Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurun dengan Persentase penurunannya
sebesar 7,17. Dalam rentang waktu satu tahun dari 2015 ke 2016 itu mengalami
peningkatan dengan persentase sebesar 7,41.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pendidikan di
provinsi Sulawesi selatan yang berdampak pada produktifitas dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan sebuah penelitian
terkait dengan hal tersebut.
Sehingga berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dilakukan suatu
penelitian dengan judul :
“Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Sulawesi Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang diatas, maka pertanyaan untuk
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh antara tingkat kemiskinan dan pengeluaran
pemerintah di sektor pendidikan terhadap ketimpangan pendidikan di
Provinsi Sulawesi Selatan?
2. Apakah ada pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di provinsi Sulawesi Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
9
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antar tingkat kemiskina dan
pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan terhadap ketimpangan
pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Untuk Mengetahui apakah ada pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini insya Allah dapat memberikan manfaat atau tambahan
pengetahuan antara lain :
1. Penelitain ini diharapkan dapat digunakan bagi pemerintah Provinsi
sulawesi selatan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan. Dalam usaha mengurangi ketimpangan pendidikan serta
memicu pertumbuhan ekonomi yang terjadi di pronvinsi sulawesi selatan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan masyarakat dalam usaha mengurangi ketimpangan
pendidikan di provinsi sulawesi selatan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan referensi bagi
penelitian berikutnya pada bidang yang sama.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Ekonomi
Istilah ekonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu oikosnamos atau
oikonomia yang artinya manajemen urusan rumah tangga. Khususnya penyediaan
dan adminitrasi pendapatan. Sejak perolehan dan penggunaaan kekayaan sumber
daya secara fundamental perlu diadakan efesiensi, termasuk pekerja dan
produksinya. Menurut Albert L. Meyers, ekonomi adalah ilmu yang
mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia. Kata kunci definisi
ini adalah : yang pertama, tentang “kebutuhan”, yaitu keperluan manusia terhadap
barang dan jasa yang sifat serta jenisnya bermacam-macam dalam jumlah yang
tidak terbatas. Kedua, tentang “pemuas kebutuhan” yang memiliki ciri-ciri
terbatas. Karena adanya kenyataan yang senjang karena kebutuhan manusia
terhadap barang dan jasa yang jumlahnya tidak terbatas.1
Ahli ekonomi lainnya mengemukakan bahwa ekonomi adalah ilmu tentang
usaha manusia ke arah ke makmuran. Pendapatan tersebut sangat realistis karena
ditinjau dari aspek ekonomi, yaitu manusia sebagai mahkluk ekonomi (homo
economicus) pada hakekatnya mengarah pada pencapaian kemakmuran.
1Pradja, Juhaya S. Pengantar Ilmu Ekonomi dilengkapi Dasar-dasar Ekonomi Islam.Bandung: Pustaka Setia, 2014
11
2. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu teori pertumbuhan ekonomi yang menjadi rujukan adalah teori
pertumbuhan Solow-Swan. Model Solow dirancang untuk menunjukkan
bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan
kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana
pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan.2
Teori pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar yang sangat
memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik, Model Solow
merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan
kedua yakni tenaga kerja dengan menambahkan variabel independen teknologi
kedalam persamaan pertumbuhan. Namun, berbeda dengan Harrod- Domar yang
mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku,
model Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang
(diminishing return to scale) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya
dianalisis terpisah.3
Pada teori pertumbuhan neoklasik Solow, kemajuan teknologi mengarah
ke pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat
tabungan mengarah ke tingkat pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapan
tercapai. Model Solow menganggap kemajuan teknologi sebagai variabel
eksogen. Salah satu kritik terhadap model pertumbuhan Solow adalah penggunaan
asumsi perbaikan teknologi yang kurang spesifik, memicu munculnya konsep
teori pertumbuhan endogen.
2Mankiw, N. Gregory. Makro Ekonomi Edisi Keenam. New York: Erlangga, 2007 hal 2113Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan. 2013. Analisis Ketimpangan Pendidikan Dan
PengaruhnyaTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau. Institut Pertanian Bogor. Hal : 6
12
Teori ini dipelopori oleh Raul Romer dan Robert Lucas. Teori ini
menyebutkan bahwa akumulasi dari modal fisik dan modal sumber daya manusia
kemungkinan besar dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi.4
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi
utama atau suatu keharusan bagi berlangsungan pembangunan ekonomi dan
peninggkatan kesejahteraan. Jumlah penduduk bertambah setiap tahun, sehingga
dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun,
maka dibutuhkan penambahn pendapatan setiap tahun. Selain dari sisi permintaan
(konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga membutuhkan
pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi
tanpa disertai dengan penambahan tenaga kerja akan mengakibatkan ketimpangan
dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang
selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan
peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja
itu sendiri hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agregat (barang dan
jasa) atau PDB yang terus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro,
pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan PDB, yang berarti peningkatan PN.5
Peluang laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan akan
terus meningkat. Salah satu faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi yaitu
dari faktor sumber daya manusia. Terdapat 3 faktor penentu perutmbuhan
4Saifuddin. “Pengaruh Ketimpangan Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi TerhadapKetimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Barat”. Sekolah Pascsarjana Institut Pertanian Bogor,2014 hal :8-9
5Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia. Ciawi-bogor: Ghalia Indonesia, 2015.Hal:46
13
ekonomi dalam teori pertumbuhan ekonomi yaitu sumber daya modal, sumber
daya manusia, dan kemajuan teknologi. Oleh karena itu, penduduk berkualitas
merupakan sumber daya manusia potensial dalam pembangun nasional.
3. Pendidikan
Proses pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk
mempersiapkan generasi muda melalui peningkatan pengetahuan diri dalam
menghadapi dunia kerja. Secara umum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang paling esensial, karena
pendidikanlah yang membuat manusia tumbuh dan berkembang baik fisik, psikis
maupun akal pikirannya. Pendidikan membuat manusia menjadi mahkluk yang
beradab, dengan pendidikan manusia memakmurkan kehidupan di atas bumi ini,
membangun peradaban, mengembangkan kepribadiannya serta memahami
posisinya sebagai mahkluk Tuhan.6
Adapun ayat yang menjelaskan mengenai pentingnya pendidikan di
jelaskan dalam Al-Qur’an
6Bayrakly, bayraktar, Filsafat Pendidikan Telaah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam.Makassar: Alauddin University Press, 2013
14
surah Al-Alaaq ayat 1-5 :
Terjemahan :
”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telahmenciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lahyang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui”
Surat Al-Mujadalah ayat 11:
Terjemahan :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Makaberdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Arti penting pendidikan melalui sekolah dalam rangka meningkatkan
kinerja serta meningkatkan tingkat upah/gaji/pendapatan pekerja bisa dilihat dari
seberapa banyak penduduk usia sekolah yang dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan yang disediakan pemerintah dan swasta. Untuk mengetahui seberapa
besar penduduk usia sekolah di suatu daerah yang sudah memasuki sekolah
digunakan Angka patisipasi Kasar dan Angka partisipasi sekolah yang
menunjukkan yang bersekolah. Meningkatkan.
15
Susiyawati (2013) menjelaskan suatu negara dapat berkembang pesat tidak
cukup didukung dengan memilki kekayaan alam yang melimpah, akan tetapi
kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola kekayaan alam disuatu
negara sangat berpengaruh. Dengan begitu perlu adanya peningkatan kemampuan
sumber daya manusia melalui jalur pendidikan baik itu formal maupun non
formal, yang mana secara tidak langsung dapat mengisi pembangunan negara.7
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi, semakin diyakini oleh setiap
negara bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan prasyarat kunci bagi
pertumbuhan dan pembangunan sektor lainnya. Oleh karena itu anggaran
pendidikan di Indonesia cenderung meningkat sampai saat ini. Pendidikan telah
diidentifikasi sebagai faktor kunci dalam pembangunan ekonomi dan sosial, dan
kesetaraan akses pendidikan yang berkualitas telah menjadi bagian penting dari
kebijakan pembangunan.
4. Pengertian Ketimpangan Pendidikan
Yagami (2013) menyatakan bahwa ketimpangan pendidikan merupakan
adanya ketidaksesuain antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi. Artinya pembangunan pendidikan harus merata tanpa
perbedaan apapun, agar rakyat atau masyarakat dapat menikmati pendidikan yang
layak dan bermutu.8
7Saputra, Dedi. DKK. “Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap PertumbuhanEkonomi di Provinsi Aceh”. Magister Ilmu Ekonomi: Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Aceh,2015 hal : 5
8Yagami, F. ”Kesenjangan Antara Harapan dengan Kenyataan”. http://www.slideshare-antara-harapan-dengan-kenyataan. (15 Agustus 2014)
16
Ketimpangan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menggambarkan
pemerataan pendidikan yang diterima oleh masyarakat. Ketimpangan pendidikan
menjadi sangat penting dalam mengetahui efektifitas dari sistem pendidikan dan
sebagai alat ukur untuk mengevaluasi proses pendidikan. Ketimpangan
pendidikan dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor yang terkait dengan
akses terhadap jenjang pendidikan.
Menurut Tesfeye (2002) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
ketimpangan pendidikan yakni :
1. Karakteristik keluarga yang terdiri dari pendapatan, tingkat kesejahteraan,
ukuran keluarga, tingkat pendidikan orang tua.
2. Karakteristik anak atau siswa yang terdiri dari tingkat kemampuan siswa,
kesehatan, gizi, daya kognitif, dan jenis kelamin.
3. Kualitas pendidikan di antaranya kualitas pengajaran, rasio siswa dan guru,
ukuran kelas, kualifikasi guru, kualitas ruang kelas dan peralatan belajar,
kurikulum, infrastruktur sekolah dan pemeliharaan rutin, pasokan listrik,
fasilitas air minum dan toilet.
4. Tingkat rate of return dari pendidikan. Negara dengan tingkat ketimpangan
pendidikan tinggi secara konsisten menunjukkan tingkat inovasi yang lebih
rendah, rendahnya tingkat efisiensi produksi, dan kecenderungan untuk
mentransmisi kemiskinan lintas.
Ketimpangan pendidikan juga dapat diukur dengan menggunakan Indeks
Gini dan kurva Lorenz. Selain untuk menghitung ketimpangan pendapatan, Indeks
Gini juga dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan pendidikan,
ketimpangan kepemilikan tanah. Indeks gini pendidikan dengan angka berkisar 0
17
menunjukkan kesetaraan/distribusi sempurna dan jika mendekati angka 1 maka
dapat dikatakan ketimpangan yang tinggi.9
5. Pengerti Modal Manusia
Pembentukan modal manusia adalah proses memperoleh dan
meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan
pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi. Pembentukan
manusia karena dikaitkan dengan investasi pada manusia dan pengembangannya
sumber daya manusia kreatif dan produktif. Gagasan investasi pada modal
manusia adalah betul-betul baru. Dalam proses pertumbuhan ekonomi, lazimnya
orang lebih menekankan arti penting akumulasi modal fisik. Sekarang masih
disadari bahwa persediaan modal manusia nyata sampai batas-batas tertentu
tergantung pada pembentukan modal manusia yaitu proses peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh rakyat suatu negara.10
Kebutuhan investasi pada pembentukan modal manusia didalam
perekonomian seperti itu semakin jelas dari fakta bahwa walaupun dengan impor
modal fisik secara besar-besaran ternyata mereka tidak mampu mempercepat laju
pertumbuhan, lantaran sumber daya manusianya terbelakang. Pertumbuhan sudah
barang tertentu dapat juga terjadi melalui modal koenvensional meskipun tenaga
buruh yang ada kurang terampil dan kurang pengetahuan. Tetapi, laju
pertumbuhan tersebut akan sangat terbatas tanpa adanya faktor yang disebutkan
9Saifuddin. “Pengaruh Ketimpangan Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi TerhadapKetimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Barat”. Sekolah Pascsarjana Institut Pertanian Bogor,2014 hal :12-13
10Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali pers, 2014hal : 414-415
18
belakangan tadi. Karena itu modal manusia diperlukan untuk menyiapkan tenaga-
tenaga pemerintahan yang semakin penting untuk memperkenalkan sistem baru
komunikasi, untuk melaksanakan industrialisasi, dan untuk membangun sistem
pendidika. Dengan kata lain, pembaharuan atau proses perubahan dari masyarakat
statis atau tradisional, memerlukan sejumlah besar modal manusia strategis.
Modal fiisk menjadi lebih produktif jika negara mempunyai modal
manusia yang memadai. Negara-negara terbelakang dengan penuh semangat
melaksanakan program pembangunan jalan raya, sekolah, pengguruan tinggi,
bendungan, pabrik yang berkenan dengan industri ringan dan berat, rumah sakit
dan sejumlah kegiatan lain yang terkait dengan perencanaan pembangunan. Untuk
itu dibutuhkan insinyur, teknisi, pengawasan teknis, tenaga pengelolaan dan
tenaga adminitrasi, ilmuan dan sebagianya.11
Modal manusia merupakan (Human Capital) merupakan teknologi yang
mengacu kepada pengembangan kapasitas manusia dibidang pendidikan,
kesehatan, dan pengembangan potensi lainnya untuk meningkatkan produktivitas.
Pengembangan sumber daya manusia di nilai menjadi penggerak kemajuan
ekonomi suatu negara. Investasi konvensional dalam modal fisik. Dengan
adanya investasi investasi awal terkait dengan perluasan pendidikan dan
peningkatan kesehatan, pada masa mendatang akan dapat diperoleh aliran
pendapatan yang lebih tinggi.
Todaro dan smith (2011) menjelaskan bahwa investasi bidang modal
manusia ini analog dengan bentuk Dengan adanya investasi investasi awal terkait
11Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali pers, 2014hal:416
19
dengan perluasan pendidikan dan peningkatan kesehatan, pada masa mendatang
akan dapat diperoleh aliran pendapatan yang lebih tinggi.12
Sulit untuk menaksirkan persediaan total modal manusia yang diperlukan
di suatu negara terbelakang. Problema ini sebenarnya menyangkut problema
berikutnya yaitu problema penentuan tahapan kapan ia paling banyak diperlukan.
Namun, dalam hal ini negara terbelakang kebutuhan akan modal manusia dalam
wujud orang yang berpendidikan pada berbagai lapangan pekerjaan adalah lebih
besar untuk menyediakan komponen yang hilang pada tahap awal pembangunan.
Sejauh menyangkut investasi di bidang pendidikan, hampir semua negara
terbelakang. Afrika, Amerika latin memberikan prioritas tertinggi pada
pendidikan dasar yang seringkali cuma-cuma dan wajib. Tapi hal ini
menimbulkan pemborosan dan sagnasi yang besar dan memberikan beban berat
pada fasilitas fisik dan tenaga pengajar lembaga pendidikan. Pada sisi yang lain
pendidikan menengah mendapatkan prioritas rendah padahal justru rakyat
dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi.
Menurut Harbison, berpendapat bahwa agar investasi di bidang
pendidikan lebih berdayaguna bagi pertumbuhan yang cepat, kepada pria dan
wanita harus diberikan rangsang yang memadai untuk melibatkan diri pada jenis-
jenis kegiatan produktif.
Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat
meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan
satu tahun sekolah berarti di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan
12Sholikhah, Ni’matush DKK. “Analisis Faktor yang Memengaruhi KetimpanganPendidikan”. Jurnal Pendidikan: Universitas Negeri Surabaya, 2014 dalam kutipan Tomamasi danLerulli hal: 176
20
tingkat penghasilan seseorang tetapi, di pihak lain menunda penerimaan
penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Disamping
penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan sekolah harus
membayar secara langsung. Maka jumlah penghasilan yang diterimanya seumur
hidupnya, dihitung dalam nilai sekarang atau Net Present Value.
Atmanti (2005) menjelaskan bahwa asumsi dasar teori Human Capital
adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan
pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak
meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi di
pihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti
sekolah tersebut.13
6. Keterkaitan Pendidikan dan Pertumbuhan
Menurut Rokmani (2009) menjelaskan bahwa dalam ruang gerak
pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai obyek dan sekaligus juga
sebagai subjek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan manusia dipandang
sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi usaha ke
dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan
rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap
terhadap lingkungannya, tekat hidup yang positif serta keterampilan kerja.
Manusia dipandang sebagai subjek pembangunan karena ia dengan segala
13Atmanti, H.D. “Investasi Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan”. Jurnal DinamikaPembangun-an, 2 (1): 30-39. 2005
21
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik
terhadap sarana lingkungan alam, maupun lingkungan sosial/spritual.14
Melihat hubungan antara kedua variabel tersebut, dari pembangunan
manusia ke pertumbuhan ekonomi, diketahui masyarakat yang lebih sehat,
dipelihara dengan baik dan berpendidikan akan berkontribusi terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi. tingginya pembangunan manusia akan
mempengaruhi ekonomi melalui peningkatan atau kapabilitas masyarakat.
Sebagai konsekuensinya akan menciptakan peningkatan dalam pembangunan
manusian.15
Pendidikan merupakan variabel yang sangat berpengaruh dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah atau negara, terlebih lagi
hal tersebut dapat dilihat pada penciptaan tenaga kerja yang memiliki tingkat
produktifitas yang tinggi. Tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi akan mampu untuk menggunakan teknologi-teknologi baru dan akan
semakin produktif dalam dunia kerjanya. Oleh karena itu, ketika tenaga kerja
semakin berpendidikan tentunya hal ini akan dapat menciptakan pertumbuhan
ekonomi ke arah yang lebih baik demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat.
14 Rokhmani, L. “Analisis Human Development indekx Indonesia 9Investasi Pendidikansebagai daya saing)”. JPE. Volume 2, nomor 1 tahun 2009.
15A.h Kafrawi Mahmud et al, “Analisis Tenaga Kerja terhadap GDP di Indonesia”Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Padjadjaran, vol. 2 no 1 2013
22
7. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia
Mudyoharjo (2012) menjelaskan bahwa peranan pendidikan dalam
pembangunan adalah mengembangkan teknoligi baru dalam bidang konstruksi,
menjadi tenaga produktif yang menghasilkan barang dan jasa, pelaku generasi dan
pencipta budaya, dan konsumen barang dan jasa.16
Selanjutnya seseorang akan memilih untuk berinvestasi melalui
pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidupnya dapat
dijelaskan dengan terlebih dahulu memerhatikan gambar berikut :
Gambar 2.2Keputusan Berinvestasi Melalui Pendidikan
Sumber : Modern Labor Economics (Ronald G.Ehrenberg dan Robert S. Smith)
Berdasarkan gambar tersebut, seseorang akan lebih memilih untuk berinvestasi
melalui pendidikan terlebih dahulu (Kuliah )atau lebih memilih untuk langsung
16Saputra, Dedi. DKK. “Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap PertumbuhanEkonomi di Provinsi Aceh”. Magister Ilmu Ekonomi: Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Aceh,2015 hal : 5-6
23
bekerja setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA)17 Dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Ketika A merupakan seseorang yang setelah lulus SMA pada umur 18
tahun lebih memilih untuk langsung bekerja, maka dia akan
mendapatkan gaji seperti yang ditunjukkan pada line earnings stream
A.
b. Sedangkan ketika B merupakan seseorang yang lebih memilih setelah
lulus SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (universitas), maka
dia memerlukan biaya-biaya untuk keperluan kuliahnya tersebut,
diantaranya biaya buku, pembayaran yang tergantung pada apakah si B
melanjutkan ke perguruan tinggi swasta atau negeri. Selain itu si B juga
akanmenunda untuk mendapatkan pendapatan seperti yang ditunjukkan
pada Forgone Earnings.Namun setelah si B selesai kuliah, dia akan
menerima pendapatan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dia
tempuh, dan pada jangka waktu itu si B akan mendapatkan pendapatan
yang lebih tinggi dari pendapatan yang di terima oleh si A.
B. Tinjauan Variabel
1. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam
distribusi pendapatan, yang biasanya dapat di definisikan di dalam kaitannya
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di negara-negara maju
kemiskinan relatif diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata
17A.h Kafrawi Mahmud et al, “Analisis Tenaga Kerja terhadap GDP di Indonesia”Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Padjadjaran, vol. 2 no 1 2013
24
per kapita. Sebagai salah satu ukuran relatif, kemiskinan dapat berbeda menurut
negara atau periode di dalam suatu negara.18
Kemiskinan absolut adalah derajat dari kemiskinan di bawah mana
kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Ini
adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori
minimum ditambah komponen-komponen non-makanan yang juga sangat
diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun kemiskinan absolut sering juga di
sebut kemiskinan ekstrem, akan tetapi maksud dari yang terakhir ini bisa
bervariasi, tergantung pada interprestasi setempat atau kalkulasi.19
Menurut Sharp (dalam Mudrajat Kuncoro, 2006) terdapat tiga faktor
penyebab kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, kemiskinan
muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya
memiliki sumberdaya yang terbatas dan kualitas rendah. Kedua kemiskinan
muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia ini karena
rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya dikriminasi atau
keturunan. Ketiga kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.20
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-
hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti
18Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia. Ciawi-bogor: Ghalia Indonesia, 2015.Hal 106
19Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia. Ciawi-bogor: Ghalia Indonesia, 2015.Hal 107
20Widodo, Adi dkk ”Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor PendidikanDan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalu Peningkatan Pembangunan ManusiaDi Provinsi Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang,2011 hal : 30
25
tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga
negara.21
Kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang oleh
seseorang. Sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara yang
menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terencananya penegakan hak
dan keadilan, terencananya posisi tawar dalam pergaulan dunia, hilangnya
generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara maju
yang lebih menekankan “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan perubahan
lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak mengurangi
bahkan justru menambah polusi udara dan air, mempercepat penyusutan sumber
daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara untuk negara-negara
yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi relatuf tinggi dan sedikit sekali
pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan.22
Tabel 2.2Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin
Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016
TahunGaris
Kemiskinan Penduduk Miskin Persentase
2014 229.222 80635 954
2015 248.391 79772 939
2016 270.601 80704 940Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Ekonomi 2016
21Mahsunah, Durrotul. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan DanPengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Prodi S1 Pendidikan Ekonomi, FakultasEkonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya. 2013 hal : 3-4
22Wijayanto, Ravi dwi. “Analisisi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguranterhadap kemiskinan di kabupaten/kota” Provinsi jawa tengah tahun 2005-2008. Fakultasekonomi Universitas diponegoro semarang, 2010 hal: 15
26
2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan
Sukirno (2011) mengatakan bahwa salah satu bidang penting yang dibiayai
melalui pengeluaran pemerintah adalah sistem pendidikan. Adisasmita (2013)
mengatakan bahwa pemerintah dapat meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia dan kapasitas produktif bangsa melalui pendidikan yang bersifat luas.
Sumarsono (2009) bahwa pemerintah dapat menunjukkan perhatian pada
usaha pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui besarnya pengeluaran
pemerintah terhadap bidang pendidikan dan kesehatan. Keseriusan pemerintah
dalam memajukan pendidikan dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan selanjutnya ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, yang
mengatur besarnya alokasi anggaran bidang pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari total belanja daerah.23
3. Ketimpangan Pendidikan
Yagami (2013) menyatakan bahwa ketimpangan pendidikan merupakan
adanya ketidaksesuain antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi. Artinya pembangunan pendidikan harus merata tanpa
perbedaan apapun, agar rakyat atau masyarakat dapat menikmati pendidikan yang
layak dan bermutu.24
23Widodo, Adi dkk ”Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor PendidikanDan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalu Peningkatan Pembangunan ManusiaDi Provinsi Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang,2011 hal: 28
24Saputra, Dedi. DKK. “Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap PertumbuhanEkonomi di Provinsi Aceh”. Magister Ilmu Ekonomi: Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Aceh,2015 hal:6
27
Ketimpangan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menggambarkan
pemerataan pendidikan yang diterima oleh masyarakat. Ketimpangan pendidikan
menjadi sangat penting dalam mengetahui efektifitas dari sistem pendidikan dan
sebagai alat ukur untuk mengevaluasi proses pendidikan. Ketimpangan
pendidikan dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor yang terkait dengan
akses terhadap jenjang pendidikan. Beberapa alasan mengapa ketimpangan
pendidikan menjadi hal yang perlu untuk diteliti karena adanya keterkaitan antara
kesejahteraan dan efesiensi. Dari sisi kesejahteraan, pendidikan yang berkualitas
mampu meningkatkan kemampuan individu dalam memperkuat kesejahteraan
secara langsung.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang yang mengandung dua dimensi, yaitu output per kapita di
satu pihak dan jangka panjang di lain pihak. Output per kapita adalah output total
atau nasional dibagi dengan jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, yakni sumberdaya manusia, sumberdaya alam,
kemajuan teknologi, iklim, sosial budaya, dan sikap masyarakat.
Teori pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar yang sangat
memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik, Model Solow
merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan
faktor kedua yakni tenaga kerja dengan menambahkan variabel independen
teknologi kedalam persamaan pertumbuhan. Namun, berbeda dengan Harrod-
Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan
28
koefisien baku, model Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus
berkurang (diminishing return to scale) dari input tenaga kerja dan modal jika
keduanya dianalisis terpisah.
C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Tingkat Kemiskinan dengan Ketimpangan Pendidikan
Dampak kemisikinan terhadap pendidikan sangat besar. Jika kemiskinan
tidak segera diatasi maka untuk mencapai pendidikan yang bermutu sangat sulit
atau bahkan terjadi ketidakmeratanya pendidikan, karena di zaman yang modern
seperti sekarang ini persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan sumber
daya yang berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sulit. Bagi
masyarakat yang mampu mungkin tidak masalah, karena karena mereka memiliki
cukup materi untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan denagn berbagai
jalan salah satunya dengan kursus.
Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk menuntut ilmu.
Tetapi karena kemisikinan hak tersebut kemudian terabaikan. Lebih ironis lagi,
banyak anak-anak yang rela bekerja untuk membantu orang tuanya sehingga
waktu belajar mereka habis digunakan untuk bekerja.
Tidak meratanya pendidikan yang tidak merata terutama di daerah
terpencil memberikan peran yang cukup besar dalam menambah angka
kemiskinan, pendidikan selama ini lebih mengutamakan din kota-kota besar,
29
sehingga hanya masyarakat kota saja yang memiliki pendidikan yang cukup.
Sedangkan masyrakat dipelosok tetap dibayang-bayangi oleh kemiskinan.25
Menurut Mohd Nur Syechalad (2015) variabel tingkat kemiskinan
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap ketimpangan
pendidikan pada derajat kepercayaan α=10%. Semakin besar tingkat kemiskinan,
maka semakin besar pula tingkat ketimpangan pendidikan di suatu daerah. Karena
jika kemiskinan semakin meningkat di kalangan masyarakat maka kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama pendidikan akan
semakin menurun yang akan berdampak pada ketimpangan pendidikan.
2. Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan dengan Ketimpangan
Pendidikan
Todaro & Smith (2011) mengatakan intervensi yang dapat dilakukan
pemerintah adalah melalui kebijakan anggaran belanja pemerintah yang diperoleh
dari pajak dengan meningkatkan pendapatan orang-orang miskin secara langsung
maupun tidak langsung, misalnya perluasan akses pendidikan dasar. Sejalan
dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Bustomi (2012) dan Saputra,
dkk (2015) menyimpulkan bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah atas
pendidikan berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pendidikan secara
signifikan. Berdasarkan kajian teoritis bahwa semakin besar pengeluaran
pemerintah di sektor pendidikan, maka itu akan mengurangi ketimpangan
pendidikan di suatu daerah.26
25 Deada, http://akudida.blogspot.co.id/2014/10/pengaruh-kemiskinan-terhadap-mutu.html 29oktober 2014
26Hamzah, Fahrur dkk ” Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Gender GapDan Pendapatan Per Kapita Terhadap Ketimpangan Pendidikan Dan Ketimpangan
30
3. Ketimpangan Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi
sangat jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya kesempatan untuk
meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan ketarmpilan, keahlian, serta wawasan
mereka agar mampu lebih bekerja secara produktif, baik secara perorangan
maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan
semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum
(nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat
pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.27
Menurut Muhammad nasir (2015) bahwa hubungan antara variabel
ketimpangan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa tumbuh jika
mutu pendidikan tidak dilakukan atau tidak jelas. Maka dapat di simpulkan bahwa
semakin meningkat ketimpangan pendidikan, maka pertumbuhan ekonomi akan
menurun dan jika pertumbuhan ekonomi meningkat maka, ketimpangan
pendidikan akan menurun.
D. Penelitian Terdahulu
1. Ni’matush Sholikhah, Bambang Suratman, Yoyok Soesatyo dan Ady
Soejoto: “Faktor-faktor yang mempengaruh ketimpangan pendidikan”
Universitas Negeri Surabaya. hasil penelitian ini memaparkan mengenai
ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian menggunakan
Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Bara, universitas tanjungpura,2017hal : 81
27https://astuti934.wordpress.com/2014/07/08/pengaruh-pendidikan-terhadap-pertumbuhan-ekonomi/8 juli 2014
31
rancangan deskriptif korelasional berdasarkan data panel periode 2008-
2012 yang diperoleh dari Direk-torat Jenderal Perimbangan Keuangan dan
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Data dianalisis dengan
mempergunakan program aplikasi Eviews 6, dengan indeks Gini sebagai
ukuran tingkat ketim-pangan. Hasil penelitian mengungkap adanya
ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, terdapat
hubungan antara variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan,
gender gap, dan penge-luaran pendidikan dari rumah tangga, dengan
variabel ketimpangan pendidikan.
2. Dedi Saputra, Mohd. Nur Syechalad, Muhammad Nasir : ”Analisis
Ketimpangan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Aceh” program Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitytas Syiah
Kuala banda Aceh. penelitian ini bertujuan untuk menganalis seberapa
besar ketimpangan pendidikan dan faktor-faktor apa saja yang dominan
mempengaruhinya serta seberapa besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik, Bappeda Aceh dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan-
Kementerian Keuangan Republik Indonesia serta publikasi hasil penelitian
sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Metode analisis data yang
digunakan adalah Indeks Gini Pendidikan, analisis regresi data panel
dengan teknik pooled EGLS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
ketimpangan pendidikan di Provinsi Aceh berada pada tingkat
ketimpangan rendah yaitu rata-rata 0,262. Pada model regresi pertama
32
diketahui bahwa variabel independen tingkat kemiskinan dan jumlah
penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan
pendidikan, sedangkan variabel independen pengeluaran pemerintah sektor
pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan
pendidikan. Pada model regresi kedua diketahui bahwa variabel
independen ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di
Provinsi Aceh.
3. Muhammad Ja’far Bustomi, “Ketimpangan Pendidikan Antar
Kabupaten/Kota dan Implikasinya di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
penelitian bahwa diketahui pada model regresi pertama variabel
independen pengeluaran pemerintah atas pendidikan, dan angka harapan
hidup berpengaruh negatif pada ketimpangan pendidikan secara signifikan.
Sedangkan gender gap berpengaruh positif secara signifikan terhadap
variabel dependen ketimpangan pendidikan. Pada model regresi kedua
diketahui bahwa ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh negatif
secara signifikan terhadap ppertumbuhan PDRB per kapita di Provinsi
Jawa Tengah.
33
E. Kerangka Pikir
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka pikir dari penelitian ini
sebagai berikut :
Gambar 2.5Kerangka Pikir
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini :
1. Tingkat miskin berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan
Pendidikan. Semakin tinggi penduduk miskin maka ketimpangan
pendidikan semakin tinggi.
2. Ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan.
3. Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan berpengaruh negarif dan
signifikan terhadap ketimpangan pendidikan.
TingkatKemiskinan (X1)
P. pemerintah disektor pendidikan
(X2)
KetimpanganPendidikan
(Y1)
PertumbuhanEkonomi (Y2)
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini di sajikan dan
di peroleh dari sumber data yang meliputi yaitu data sekunder yang digunakan
adalah penggabungan dari deret berkala (Time series) dari tahun 2012-2016 dan
deret lintang (Cross section) sebanyak 21 kabupaten dan 3 kota yang ada di
provinsi Sulawesi Selatan. Sumber data yang di gunakan untuk perhitungan Indek
Gini Pendidikan.
Jenis data yang digunakan yaitu : Gini Pendidikan, Pertumbuhan
Ekonomi, Kemiskinan, Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan. Badan pusat
statistik provinsi sulawesi selatan serta literatur-literatur lain yang membahas
mengenai materi penelitian.
B. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian terdiri
dari
Analisis deskriptif, analisis gini pendidikan, dan analisis regresi data panel.
Analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan ketimpangan
pendidikan yang ada di provinsi Sulawesi Selatan. Analisis indek gini pendidikan
digunakan untuk mengetahui ketimpangan pendidikan yang terjadi di provinsi
sulawesi selatan dan analisis regresi data panel digunakan untuk mengidentifikasi
variable-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan :
35
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi dengan tabel dan grafik yang
terkait dengan penelitian. Analisis deskriptif menggambarkan mengenai kondisi
dan ketimpangan pendidikan yang terjadi tingkat kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Selatan serta kondisi pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan.
Analisis deskriptif terdiri dari analisis kuadran. Sebagaimana diketahui, bahwa
data mempunyai karakteristik untuk setiap tahun maupun setiap wilayah. Analisis
kuadran digunakan untuk mengelompokkan kabupaten/kota menurut
karakteristiknya.
2. Analisis Koefisien Gini Pendidikan
Thomas et al. (2001) mempelopori penghitungan ukuran ketimpangan
pendidikan berdasarkan capaian pendidikan yaitu koefisien gini pendidikan
(Education Gini). Ukuran ini dapat diterima dan dianggap cukup baik dalam
mengukur ketimpangan pendidikan secara relatif. Selain berdasarkan capaian
pendidikan, gini pendidikan juga dapat dihitung berdasarkan data partisipasi
sekolah dan jumlah dana pendidikan.1
Perhitungan indeks gini pendidikan yang digunakan diadopsi dari Thomas
et al. (2001) sebagai berikut :
= ∑ ∑ ⃒ – ⃒ Pj .............................................. (1)
1 Thomas V., Wang, Y., and Fan, X. 2001 “Measuring Education Inequality.” WorldBank Working Paper. Washington, D.C: World Bank.”
36
Keterangan :
= Koefisien gini pendidikan
= Rata-rata lama sekolah kepala rumah tangga (tahun)
dan = Proporsi kepala rumah tangga dengan lama sekolah i tahun dan j
tahun
dan = Rata-rata lama sekolah kepala rumah tangga i tahun dan j Tahun
= Jumlah level/kategori lama sekolah
Menurut Barro. (1991) jumlah level/kategori pendidikan ( ) yakni 7
diantaranya buta huruf/tidak sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat
SD/sederajat, Tidak tamat SMP/sederajat, tamat SMP/sederajat, tidak tamat
pendidikan tinggi dan tamat pendidikan tinggi. Sementara itu BPS
mengkategorikan jumlah level/kategori pendidikan ( ) yakni 6 diantaranya buta
huruf/tidak sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tamat
SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, tamat pendidikan tinggi.= ∑ ..................................................................................... (2)
Dengan memperluas persamaan (3.2) maka secara rinci dijabarkan rumus
Indeks gini pendidikan sebagai berikut :
GE = ⦋ 2 ( 2 − 1) 1+ 3 ( 3-− 1) 1+ 3 ( 3 − 2 ) 2+ ... + n
( n − 1 ) 1 + n ( n - 2 ) 2+ ... + n ( n - n-1) n-1 .............................(3)
Keterangan :
= Indeks gini pendidikan
1 = proporsi kepala rumah tangga dengan lama sekolah 0 tahun
2 = proporsi kepala rumah tangga dengan lama sekolah 1 tahun
37
n = proporsi kepala rumah tangga dengan lama sekolah n-1 tahun
1 = lama sekolah 0 tahun
2 = lama sekolah 1 tahun
n= lama sekolah n-1 tahun
Nilai indeks gini berkisar antara 0 sampai 1. Apabila indeks gini semakin
mendekati indeks 0 menunjukkan tingkat distribusi pendidikan yang semakin
merata. Sebaliknya, jika indeks gini semakin mendekati indeks 1 menunjukkan
distribusi pendidikan yang semakin tidak merata atau semakin timpang.
Oshima (1970) membagi tingkat ketimpangan pendidikan menjadi tiga
kriteria, yakni ketimpangan rendah jika indeks gini kurang dari 0.3; ketimpangan
sedang jika indeks gini berada antara 0.3 sampai 0.4 dan ketimpangan tinggi jika
indeks gini lebih dari 0.4.
3. Analisis Regresi Dengan Data Panel
Menurut Gujarati (2004), menjelaskan bahwa Data panel merupakan data
yang memiliki dimensi ruang (individu) dan waktu. Dalam data panel, data cross
section yang sama diobservasi menurut waktu. Jika setiap unit cross section
memiliki jumlah observasi time series yang sama maka disebut sebagai balanced
panel (total jumlah observasi = N x T). Sebaliknya jika jumlah observasi berbeda
untuk setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel. Penggabungan
data cross section dan time series dalam data panel digunakan untuk mengatasi
kelemahan dan menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh model cross
section dan time series.
38
4. Model Regresi Data Panel
1. Persamaan Data Panel
Persamaan Regresi data panel ada 2 macam yaitu One Way
Model dan Two Way Model.
One Way Model adalah model satu arah, karena hanya
mempertimbangkan efek individu (αi) dalam model. Berikut Persamaannya:
Yit= a+ai+Xitβ+€it (model one way data panel)
Dimana:
α = Konstanta
β = Vektor berukuran P x 1 merupakan parameter hasil estimasi
Xit = Observasi ke-it dari P variabel bebas
αi = efek individu yang berbeda-beda untuk setiap individu ke-i
Eit = error regresi seperti halnya pada model regresi klasik.
Two Way Model adalah model yang mempertimbangkan efek dari waktu
atau memasukkan variabel waktu. Berikut Persamaannya:
Model pertama dari fungsi regresi yang digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketimpangan pendidikan sebagai berikut:
EducIneqit = β0 +β1 Porvety it + β2 Educspendit + Ɛit.......................................... (1)
Keterangan :
EducIneq : Ketimpangan Pendidikan
Porvety : Tingkat Kemiskinan
Educspend : Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan
β0 : Konstanta
β1, β2, : Koefisien Regresi
39
Ɛit : Error Term
Untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
pendidikan, maka model kedua dari fungsi regresi yang digunakan untuk melihat
hubungan pertumbuhan dengan ketimpangan pendidikan sebagai berikut :
growthit = β0 +β1EducIneqit+ Ɛit .......................................................................... (2)
Keterangan
Growth : Pertumbuhan Ekonomi
β0 : Kostanta
EducIneq : Ketimpangan Pendidikan
β1 : Koefisien regresi
Ɛit : Error Term
C. Asumsi Regresi Data Panel
Metode Regresi Data Panel akan memberikan hasil pendugaan yang
bersifat Best Linear Unbiased Estimation (BLUE) jika semua asumsi Gauss
Markov terpenuhi diantaranya adalah non-autcorrelation.
Non-autocorrelation inilah yang sulit terpenuhi pada saat kita melakukan
analisis pada data panel. Sehingga pendugaan parameter tidak lagi bersifat BLUE.
Jika data panel dianalisis dengan pendekatan model-model time series seperti
fungsi transfer, maka ada informasi keragaman dari unit cross section yang
diabaikan dalam pemodelan. Salah satu keuntungan dari analisis regresi data
panel adalah mempertimbangkan keragamaan yang terjadi dalam unit cross
section.
40
D. Uji Asumsi Data Panel
1. Penentuan Model Estimasi
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan antara lain:
a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model
ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga
diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun
waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square
(OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
b. Fixed Effect Model (FEM)
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat
diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel
model Fixed Effects menggunakan teknik variable dummy untuk
menangkap perbedaan intersep antar perusahaan, perbedaan intersep bisa
terjadi karena perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun
demikian slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering juga
disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
c. Random Effect Model (REM)
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Pada model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error
41
terms masing-masing perusahaan. Keuntungan menggunkan model
Random Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga
disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized
Least Square (GLS).
2. Penentuan Metode Estimasi Regresi Data Panel
Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang
dapat dilakukan antara lain :
Untuk memutuskan apakah akan menggunakan Common Effect Model
(Pooled Least Square) atau fixed effect atau random effect menggunakan uji
Haussman. Setelah kita memutuskan untuk menggunakan suatu model tertentu
(FEM atau REM), maka kita dapat melakukan serangkaian uji yaitu :
a. Uji Chow (Chow Tes ), yaitu pengujian untuk memilih apakah model
pooled least square atau model fixed effect yang akan dipilih.
Apabila Hasil:
H0: Pilih PLS
H1: Pilih FE
b. Uji Hausman (Hausman Test) dilakukan untuk menentukan apakah model
fixed effect atau random effect yang akan dipilih.
Apabila Hasil:
H0: Pilih RE
H1: Pilih FE
Setelah melewati pengujian pemilihan model, maka selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis berupa uji statistik. Pengujian dilakukan untuk menentukan
42
baik atau tidaknya model melalui uji kesesuaian (fit of goodness test) dari model
(R2), uji serempak (F test) maupun uji secara parsial (t test). Uji-uji tersebut
menentukan diterima atau tidaknya hipotesis nol.
3. Pemilihan Model Terbaik
Pemilihan model regresi data panel yang terbaik dapat dilakukan
berdasarkan pertimbangan statistik. Untuk memilih apakah menggunakan fixed
effects atau random effects dapat dilakukan dengan pengujian terhadap asumsi ada
tidaknya korelasi antara regresor dan efek individu. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan uji Hausman. Hipotesis uji Hausman adalah sebaguai berikut:
H0 = E ( ⃒ χ ) = 0 atau random effects adalah model yang tepat
H0 = E ( ⃒ χ ) ≠ 0 atau fixed effects adalah model yang tepat
Dasar pengambilan keputusan yaitu menolak menggunakan nilai statistik
uji Hausman dan dibandingkan dengan nilai statistik Chi Square (x2). Statistik uji
Hauman dirumuskan dengan:
H = (βREM - βFEM)΄ (ΜFEM – βREM )-1 (βREM - βFEM) ~x2(k)
dimana: M adalah matriks kovarians β dan k adalah derajat bebas Jika nilai
statistik uji Hausman lebih besar dari x2 maka keputusannya yaitu cukup bukti
untuk menolak H0 sehingga model terbaik yang digunakan adalah fixed effects dan
demikian juga berlaku sebaliknya.
Model pertumbuhan ekonomi akan diestimasi dengan menggunakan
metode data panel statis. Tahap pertama yang dilakukan yaitu uji Chow untuk
memilih model terbaik antara OLS dan FEM. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan nilai F-hitung dan F-statistik. Tahap kedua adalah melakukan uji
43
Hausman untuk menentukan model yang terbaik antara fixed effects model (FEM)
atau random effects model (REM).
4. Uji Asumsi
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis
regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS).Uji asumsi klasik
terbagi menjadi empat yaitu:
a. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel independen.Model yang baik seharusnya
tidak terjadinya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas.Torelance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menujukkan
adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cotuff yang umum dipakai adalah
tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.
b. Uji Heteroksedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi
ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah homoksedastisitas atau tidak terjadi
heteroksedastisitas.Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroksedastisitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik.
44
c. Uji Autokolerasi
Uji Autokolerasi digunakan untuk menguji suatu model apakah diantara
variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi.
Untuk mengukur toleransi terjadi autokolerasi di lihat dari besarnya nilai
Durbin Watson pada data statistik yang di uji. Apabila sebaliknya jika
statistik Durbin Watson berkisar 1.55 maka di katakan tidak terjadi
autokolerasi, sebaliknya jika statistik Durbin Watson berkisar dibawah
1.55 maka dikatakan terjadi kolerasi.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah dalam
penelitian, dimana rumusan masalah dalam penelitian yang ada di bab 1 telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Uji hipotesis terbagi menjadi tiga
yaitu:
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F ini biasa digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika nilai signifikan < 0,05
atau variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
variabel dependen, artinya perubahan yang terjadi pada variabel terikat dapat
dijelaskan oleh perubahan variabel bebas, dimana tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu 0,5%.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen dan bahwa menganggap variabel
45
dependen yang lain konstan. Signifikansi tersebut dapat diestimasi dengan melihat
nilai signifikan, apabila nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen, sebaliknya jika nilai signifikan >
0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara parsial tidak
mempengaruhi variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan besarnya
variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya.
Dengan kata lain, koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa
jauh variabel-variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam
distribusi pendapatan, yang biasanya dapat di definisikan di dalam kaitannya
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di negara-negara maju
kemiskinan relatif diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata
per kapita. Sebagai salah satu ukuran relatif, kemiskinan dapat berbeda menurut
negara atau periode di dalam suatu negara.
Kemiskinan absolut adalah derajat dari kemiskinan di bawah mana
kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Ini
adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori
minimum ditambah komponen-komponen non-makanan yang juga sangat
diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun kemiskinan absolut sering juga di
46
sebut kemiskinan ekstrem, akan tetapi maksud dari yang terakhir ini bisa
bervariasi, tergantung pada interprestasi setempat atau kalkulasi.
2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan
Sukirno (2011) mengatakan bahwa salah satu bidang penting yang dibiayai
melalui pengeluaran pemerintah adalah sistem pendidikan. Adisasmita (2013)
mengatakan bahwa pemerintah dapat meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia dan kapasitas produktif bangsa melalui pendidikan yang bersifat luas.
Sumarsono (2009) bahwa pemerintah dapat menunjukkan perhatian pada
usaha pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui besarnya pengeluaran
pemerintah terhadap bidang pendidikan dan kesehatan. Keseriusan pemerintah
dalam memajukan pendidikan dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan selanjutnya ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, yang
mengatur besarnya alokasi anggaran bidang pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari total belanja daerah.
3. Ketimpangan Pendidikan
Yagami (2013) menyatakan bahwa ketimpangan pendidikan merupakan
adanya ketidaksesuain antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi. Artinya pembangunan pendidikan harus merata tanpa
perbedaan apapun, agar rakyat atau masyarakat dapat menikmati pendidikan yang
layak dan bermutu.
47
4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang yang mengandung dua dimensi, yaitu output per kapita di
satu pihak dan jangka panjang di lain pihak. Output per kapita adalah output total
atau nasional dibagi dengan jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, yakni sumberdaya manusia, sumberdaya alam,
kemajuan teknologi, iklim, sosial budaya, dan sikap masyarakat.
Teori pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar yang sangat
memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik, Model Solow
merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan
faktor kedua yakni tenaga kerja dengan menambahkan variabel independen
teknologi kedalam persamaan pertumbuhan. Namun, berbeda dengan Harrod-
Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan
koefisien baku, model Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus
berkurang (diminishing return to scale) dari input tenaga kerja dan modal jika
keduanya dianalisis terpisah.
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Provinsi Sulawesi Selatan terletak pada koordinal 0°12´- 8° Lintang Selatan
dan 116°48´- 122°36´ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
sebelah Barat dengan Selat Makassar
sebelah Timur dengan Sulawesi Tenggara
sebalah Utara dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat
sebelah Selatan dengan Laut Flores
Berdasarkan posisi geografisnya, provinsi Sulawesi Selatan memiliki batas-
batas Utara – Provinsi Sulawesi Barat Selatan – Laut Flores Barat – Selat Makassar
Timur – Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan letak
geografisnya, Sulawesi Selatan mempunyai dua kabupaten kepulauan, yaitu Kepulaan
Selayar dan Pangkajene.
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 67
aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran
sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang yang
mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang dan, Pinrang. Panjang sungai tersebut
masing-masing 150 km.
Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau yakni Danau Tempe dan Sidenreng
yang berada di Kabupaten Wajo, serta danau Matana dan Towuti yang berlokasi di
48
Kabupaten Luwu Timur. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung, dengan
gunung tertinggi adalah Gunung Rantemari dengan ketinggian 3.470 m diatas
permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan
Luwu dan Kepulauan (Pangkep).
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 46.083,94 km persegi yang
meliputi 21 Kabupaten dan 3 Kota. Kabupaten Luwu Utara kabupaten terluas dengan
luas 7.365,51 km persegi atau luas kabupaten tersebut merupakan 15,98 persen dari
seluruh wilayah Sulawesi Selatan.
Provinsi Sulawesi Selatan dan pada umumnya daerah di Indonesia
mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi pada bulan Juni sampai
September dan musim penghujan yang terjadi pada bulan Desember sampai dengan
Maret. Berdasarkan pengamatan di tiga Stasiun Klimatologi (Maros, Hasanuddin dan
Maritim Paotere) selama tahun 2016 rata-rata suhu udara 27,6 oC di Kota Makassar
dan sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu udara maksimum di
stasiun klimatologi Hasanuddin 36,2 oC dan suhu minimum 28,4 oC.
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk disetiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju
pertumbuhan yang sangat beragam, pula. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah
satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak. Kota Makassar menjadi kota
dengan jumlah penduduk terbanyak di Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk
yang meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Makassar
49
1.342.826 jiwa, lalu tahun 2014 laju pertumbuhan meningkat 1,57% menjadi
1.429.242 jiwa, akan tetapi pada tahun 2016 laju pertumbuhan penduduknya
mengalami penurunan 1,39% hingga jumlah penduduknya hanya meningkat menjadi
1 469 601 jiwa.
Rasio jenis kelamin yang dimiliki Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 95,5%
dengan jumlah laki-laki 4.204.110 jiwa dan perempuan 4.402.265 jiwa. Rasio jenis
kelamin paling banyak dikabupaten adalah Tana Toraja dengan jumlah rasio
102,30%, akan tetap jumlah jenis kelamin perempuan dan laki-laki paling banyak
dimiliki oleh kabupaten bone.
Kepadatan penduduk di Sulawesi Selatan terbanyak di tingkat kota yaitu Kota
Makassar dengan jumlah 8 246 per km2, hal ini tentu saja dapat terjadi dengan
melihat melihat perkembangan kota Makassar sebagai kota metropolitan dan Semakin
banyak masyarakat yang berpindah dari daerah ke kota membuat pusat kota menjadi
padat penduduk. Lalu ditingkat kabupaten yang paling tinggi tingkat kepadatan
penduduknya yaitu kabupaten takalar dengan jumlah 506 km2. Hal ini tentu membuat
kabupaten takalar menjadi padat karena luas daerahnya berukuran kecil.
B. Perkembangan Variabel Penelitian
1. Perkembangan Ketimpangan Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menjamin dan meningkatkan
kualitas kehidupan manusia secara ekonomi dan sosial. Serta berbagai salah satu cara
mengatasi kesenjangan dalam upaya mencapai kesetaraan dan mewujudkan
50
kehidupan yang makmur, masyarakat tidak akan sejahtera dan makmur jika
produktifitas masyarakat lemah. Pembangunan pendidikan sebagai salah satu wujud
pembangunan manusia secara nasional telah di upayakan di tiap-tiap daerah,
Salah satu peran pemerintah dalam mendorong kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakatnya adalah peran alokatif. Pemerintah dapat mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada agar optimal dan efesien. Dalam ilmu ekonomi,
sektor pendidikan telah di yakini telah memainkan peran yang penting dalam
pembangunan.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa sumber ketimpangan bukan
hanya bersumber dari distribusi pendapatan tetapi juga dari pendidikan dan
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan menjadi hal penting dalam pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan
yang mendasar.1
Ketimpangan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menggambarkan
pemerataan pendidikan yang diterima oleh masyarakat. Ketimpangan pendidikan
menjadi sangat penting dalam mengetahui efektifitas dari sistem pendidikan dan
sebagai alat ukur untuk mengevaluasi proses pendidikan.
1Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan. 2013. Analisis Ketimpangan Pendidikan DanPengaruhnyaTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau. Institut Pertanian Bogor. Hal : 1
51
Tabel 4.1Gini Pendidikan per Kab/Kota
Di Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2014-2016
No Wilayah Sulsel 2014 2015 20161 Kepulauan Selayar 0,243 0,284 0,2592 Bulukumba 0,228 0,229 0,2423 Bantaeng 0,211 0,211 0,2234 Jeneponto 0,467 0,356 0,3845 Takalar 0,225 0,225 0,246 Gowa 0,247 0,203 0,2487 Sinjai 0,241 0,277 0,2298 Maros 0,245 0,246 0,2469 Pangkep 0,25 0,205 0,26510 Barru 0,249 0,213 0,27511 Bone 0,215 0,237 0,24512 Soppeng 0,241 0,241 0,22913 Wajo 0,217 0,286 0,23114 Sidrap 0,25 0,251 0,29915 Pinrang 0,255 0,256 0,23816 Enrekang 0,273 0,276 0,20817 Luwu 0,26 0,265 0,20118 Tana Toraja 0,267 0,271 0,20519 Luwu Utara 0,246 0,253 0,20520 Luwu Timur 0,267 0,269 0,20421 Toraja Utara 0,264 0,264 0,222 Makassar 0,131 0,132 0,13723 Pare-Pare 0,122 0,123 0,12424 Palopo 0,123 0,126 0,127
Sulsel 0,311 0,317 0,295Sumber : Bps, Indikator kesejahteraan rakyat sul-sel 2016, diolah
52
Pada Kondisi di tahun 2014-2016, terdapat 1 kabupaten yang memiliki
peringkat indeks gini pedidikan tertinggi yaitu Kabupaten Jeneponto dengan nilai
0,467 di tahun 2014 dan menurun sebesar 0,356 di tahun 2015 hingga di tahun 2016
dengan nilai sebesar 0,384 itu di karenakan Jeneponto adalah kabupaten dengan RLS
terendah di Sulawesi Selatan yaitu 5,66 tahun atau tidak lulus SD. Namun,
Kabupaten Jeneponto ini masuk dalam kategori ketimpangan pendidikan sedang.
Adapun indeks ketimpangan pendidikan terendah di duduki oleh Kota Pare-
pare dengan nilai 0,122 dan pada tahun 2015 indeks gini pendidikan pare-pare naik
satu angka menjadi 0,123 dan begitu juga di tahun 2016 sebesar 0,124 . Indeks gini
pendidikan Kota Makassar yaitu 0,131 di tahun 2014, di tahun 2015 indeks gini
pendidikan menjadi 0,132 dan di tahun 2016 naik sebesar 0,137 dan Kota Palopo
dengan indeks gini pendidikan yaitu 0,123 di tahun 2014 dan tahun 2015 naik sebesar
0,126 hingga tahun 2016 indeks gini pendidikan yg ada di Palopo sebesar 0,127.
Perhitungan indeks gini pendidikan di provinsi Sulawesi Selatan termasuk
dalam kategori ketimpangan rendah yaitu 0,311 di tahun 2014 dan 0,317 di tahun
2015 hingga di tahun 2016 indeks gini pendidikan menurun dengan niali sebesar
0,295.
Hasil perhitungan melalui indeks gini pendidikan menemukan bahwa 21
kabupaten dan 3 kota di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi selama kurun
waktu tersebut. Secara umum ketimpangan pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2014-2016 dengan indeks gini pendidikan rendah. Bahkan terdapat
53
kecederungan indeks gini pendidikan meningkat setiap tahunnya di Provinsi Sulawesi
Selatan.
Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk dengan pendidikan tinggi di
Provinsi Sulawesi Selatan semakin sedikit. Dari sisi ketersediaan infrastruktur
pendidikan tinggi, sarana dan prasarana pendidikan.
2. Perkembangan Laju Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Selatan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal
ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.2
Negara-negara maju yang lebih menekankan “kualitas hidup” yang dinyatakan
dengan perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak
mengurangi bahkan justru menambah polusi udara dan air, mempercepat penyusutan
sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara untuk negara-
negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi relatuf tinggi dan sedikit
sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan.3
2Mahsunah, Durrotul. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan Dan PengangguranTerhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Prodi S1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Unesa,Kampus Ketintang Surabaya. 2013 hal : 3-4
3Wijayanto, Ravi dwi. “Analisisi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadapkemiskinan di kabupaten/kota” Provinsi jawa tengah tahun 2005-2008. Fakultas ekonomi Universitasdiponegoro semarang, 2010 hal: 15
54
Adapun gambar dari perkembangan penduduk miskin di Provinsi Sulawesi
Selatan :
Gambar 4.2Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Sulawesi Selatan, 2016
Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2016
Data kemiskinan untuk kabupaten/kota hingga saat ini adalah data tahun 2016.
Berdasarkan data tersebut sebanyak 13 kabupaten memiliki persentase penduduk
miskin di atas persentase provinsi. Selain itu, kabupaten Pangkep, Jeneponto, dan
Toraja Utara adalah 3 kabupaten dengan persentase penduduk miskin terbesar di
Sulawesi Selatan. Makassar merupakan daerah yang memiliki angka kemiskinan
paling kecil. Sebanyak 4,56 persen penduduk Makassar hidup dibawah garis
kemiskinan. Meskipun kota ini memiliki angka pengangguran paling tinggi di
Sulawesi Selatan. Hal ini seolah mengatakan bahwa pengangguran tinggi suatu
daerah belum tentu memiliki kemiskinan yang tinggi. Jumlah penduduk miskin kota
55
Makassar adalah sebesar 66,78 ribu orang. Hal ini berarti 43,49 persen penduduk
miskin perkotaan Sulawesi Selatan berada di Kota Makassar. Penanganan kemiskinan
berdasarkan karakteristik geografis diharap dapat membantu pemilahan kebijakan
yang lebih pas.4
3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan Di
Provinsi Sulawesi Selatan
Sumarsono (2009) bahwa pemerintah dapat menunjukkan perhatian pada
usaha pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui besarnya pengeluaran
pemerintah terhadap bidang pendidikan dan kesehatan. Keseriusan pemerintah dalam
memajukan pendidikan dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan selanjutnya ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, yang mengatur
besarnya alokasi anggaran bidang pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari total
belanja daerah.5
4 Badan Pusat Statistik Provinsi Sul-sel, Indikator Kesejahteraan Rakyat, Bab Kemiskinan thn2016. Hal : 95
5Widodo, Adi dkk ”Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan DanKesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalu Peningkatan Pembangunan Manusia DiProvinsi Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2011 hal:28
56
Gambar 4.4Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Per Kab/Kota di
Provinsi Sulawesi Selatan (Dalam Milyar rupiah)
Sumber : Neraca Pendidikan daerah, 2016
Jika dilihat dari (Gambar 4.4) terlihat bahwa sejak 2014-2016 pengeluaran
pemerintah atas pendidikan pada sisi anggaran mengalami peningkatan. Pada tahun
2014 anggaran pengeluaran pemerintah atas pendidikan sebesar 148,32 persen. Tahun
2015 anggaran bisa di katakan menurun hingga sebesar 114,55 persen. Tahun 2016
mengalami peningkatan anggaran sebesar 118,61.
Adapun anggaran pendidikan terendah yang duduki oleh Kepulauan Selayar
dengan anggaran tahun 2014 sebesar 185,94 dan meningkat di tahun 2015 sebesar
196,16 sampai dengan tahun 2016 menurun hingga 147,83. Dan kabupaten kedua
yang menduduki anggaran pendidikan terendah yaitu Tana Toraja dengan anggaran
0200400600800
100012001400160018002000
2016
2015
2014
57
tahun 2014 sebesar 222,72 dan meningkat di tahun 2015 sebesar 225,45 sampai
dengan tahun 2016 menurun hingga sebesar 174,59.
Anggaran pendidikan tertinggi yang di duduki oleh Kota Makassar dengan
anggaran sebesar 1,113,56 di tahun 2014 dan meningkat di tahun 2015 sebesar
1,170,29. Namun, di tahun 2016 anggaran pendidikan menurun sebesar 971,88.
4. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi
Selatan
Kuncoro (2000) Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah
diukur dengan pertumbuhan pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut
harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada “proses” karena
mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu
pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun
waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga
kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong
aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya..
Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan yang penting.
Menurut teori ini, akumulasi modal ini akan menentukan cepat atau lambatnya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Menurut Adam Smith, proses
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan
58
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu
sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan
teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong
pertumbuhan ekonomi semakin pesat.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku 2010
Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016. dimana pada
kondisi awal tahun 2014 PDRB Provinsi Sulawesi Selatan meningkat dengan
persentase 7,54. Sedangkan, pada tahun 2015 PDRB Provinsi Sulawesi Selatan
mengalami penurun dengan Persentase penurunannya sebesar 7,17. Dalam rentang
waktu satu tahun dari 2015 ke 2016 itu mengalami peningkatan dengan persentase
sebesar 7,41.
C. Hasil Estimasi Model Penelitian
Salah satu bentuk struktur data yang sering digunakan dalam studi
ekonometrika adalah data panel. Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu
sekaligus cross section (Ariefianti, 2012). Dalam penelitian ini, penulis menguji data
penelitian dengan tiga jenis metode estimasi, yaitu model pendekatan kuadrat terkecil
(pooled least square), pendekatan efek tetap fixed Effect dan efek acak Random
effect.
1. Hasil Estimasi Model Pertama
Model pertama adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendidikan (Educineq). Dalam penelitian
59
ini faktor-faktor yang di analisis adalah pengaruh tingkat kemiskinan (Porvety) dan
pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan (EducSpend) terhadap ketimpangan
pendidikan (EducIneq).
Pendekatan Efek Random disebabkan variasi nilai dan arah hubungan antar
subjek yang di asumsikan Random dan dispesifikasikan dalam bentuk residual
(Kuncoro, 2012). Model tersebut mengestimasi data panel yang variabel residual
diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar subjek.
a. Uji hausman
Statistik uji hausman ini mengukuti distribusi statistik Chi Square dengan degree
Of freedom sebanyak k (jumlah variabel Independen0. Jika nilai statistik
hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah Fixed
Effect, sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih kecil dari
kritisnya maka model yang tepat adalah model random effect.
Tabel 4.3 Uji HausmanHasil Estimasi Model Pertama
Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 1.821869 2 0.4021
Hasil pengujian diperoleh chi-square 1.821869 dan P-Value 0.4021 atau lebih
besar dari taraf 1%, 5% dan 10%, maka hasil estimasi mengikuti model random
effect.
Apabila proses pengolahan data dan model yang dipilih adalah Random Effect
maka pengujian dapat dikatan selesai. Disebabkan, metode REM yang menggunakan
60
moetode Generalized Least Square (GLS) dapat mengabaikan persoalan pelanggaran
uji asumsi klasik (Sedyadi, 2014)6
b. Analisis Estimasi dan Hasil pengelohan Data Panel Model Random Effect
Dibuat pada model persamaan ekonometrika dengan menggunakan regresi data
panel dengan menggunakan pendekatan Random Effect Model. Berikut model
yang digunakan dalam model pertama ini :
EducIneqit = B0 + B1 LnPorvetyit + B2 LnEducSpendit + ε..........................(4.1)
Keterangan :
EducIneq : Ketimpangan Pendidikan
Porvety : Tingkat Kemiskinan
EducSpend : Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan.
Tabel 4.4Hasil Estimasi Model Random Effect
Pada Model Pertama
Variabel Dependen(EducIneq)
Total Obsevasi (72)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.137409 0.032675 4.205350 0.0001
PORVETY? 0.008852 0.002849 3.107699 0.0027
SPEND? 1.90E-05 2.95E-05 0.644863 0.5212
R-squared 0.726947
F-statistic 5.016514
Durbin-Watson stat 2.022348Sumber : Hasil Pengolahan data dengan Eviews
6 http://www.sharingid.com/uji-asumsi-klasik-pada-data-panel/
61
Berdasarkan hasil Uji Hausman variabel yang digunakan pada model pertama
dalam penelitian ini diestimasi menggunakan Random Effect yaitu Porvety (X1) dan
EducSpend (X2). Variabel yang mempengaruhi Ketimpangan Pendidikan (Education
Inequality) di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014-2016 adalah bahwa faktor
tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendidikan pada
derajat kepercayaan 5% atau 0.05. artinya jika tingkat kemiskinan naik sebesar 1%
atau 0.01 satuan, maka ketimpangan pendidikan akan naik dengan nilai koefisien
sebesar 0.008852. kemudian untuk variabel Pengeluaran pemerintah di sektor
pendidikan (EducSpend) berpengaruh tidak signifikan terhadap ketimpangan
pendidikan (EducIneq) dengan nilai koefisien sebesar 1.90E-05.
c. Uji Hipotesis Pada model Pertama
Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing-
masing variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan
mengenaik variabel dependen.
1. Analisis Koefisien Determinasi (Statistik R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan
masing-masing variabel independen secara bersama mampu memberikan
penjelasan mengenai variabel dependen.
Tabel 4.5Nilai Koefisien Determinasi pada model pertama
R-squared 0.726947Adjusted R-squared 0.701641
62
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas menjelaskan, untuk mengetahui bahwa R2
R-Square dengan nilai sebesar 0.726947 dengan kata lain seluruh variabel bebas
(Porvety, EducSpend) mampu menjelaskan nilai variabel dependen (EducIneq)
sebesar 72.69%. sedangkan sisanya 28.31 % dijelaskan oleh varibel lain diluar
penelitian ini.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Tabel 4.6Hasil Uji Simultan pada Model Pertama
F-statistic
5.016514
Prob (F-statistic)
0.009245
α
0.05
Berdasarkan tabel diatas dengan membandingkan P-Value dengan tingkat
signifikan sebesar 0.05. dapat disimpulkan bahwa P-Value 0.009245 < 0.05 dengan
demikian H0 di tolak dan Ha diterima dengan artian bahwa variabel bebas secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
3. Uji Statistik (Uji T)
Uji T digunakan untuk menguji tingkat signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat secara individu, dengan menggunakan tingkat
signifikan 5% atau 0,05. Dikatakan signifikan apabila nilai thitung > dari
ttabel.
63
Tabel 4.7Hasil Uji Statistik ( Uji T) pada model pertama
Variabel t-statistic ProbPorvety 3.107699 0.0027
EducSpen 0.644863 0.5212
Berdasarkan pada tabel 4.7 dengan melihat nilai t-statistic dengan
membandingkannya dengan ttabel . dengan nilai t-tabel 2.07961. Maka, dapat
disumpulkan bahwa variabel Porveti (Tingkat Kemiskinan) berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat EducIneq (Ketimpangan pendidikan). Sedangkan EducSpen
(Pengeluaran Pemerintah) mengalami tidak signifikan dengan nilai t-statistik
0.644863 < t-tabel 2.07961.
2. Hasil estimasi Model Kedua
Model kedua adalah model untuk mengetahui pengaruh ketimpangan
pendidikan (EducIneq) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Growth).
Tabel 4.8Hasil Uji Hausman pada Model Kedua
Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 38.319897 23 0.0235
Hasil pengujian diperoleh chi-square 38.319897 dan P-Value 0.0235 atau
lebih kecil dari 5% maka disimpulkan bahwa H0 (Model Mengikuti Random effect)
ditolak dan H1 ( Model mengikuti Fixed Effect) di terima. Berdasarkan kesimpulan ini
maka hasil estimasi mengikuti model Fixed Effect.
64
Tabel 4.9Hasil Estimasi dengan Model Fixed Effect
pada model kedua
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.962506 0.902747 2.188709 0.0000
EDUCINEQ? -6.566246 3.777846 -1.738092 0.0887
R-squared 0.725760
F-statistic 1.451968
Durbin-Watson stat 2.207754Sumber : Hasil Pengolahan data dengan Eviews 9
Berdasarkan variabel yang digunakan pada model kedua ini yaitu
ketimpangan pendidikan (EducIneq). Variabel yang mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014-2016. Bahwa ketimpangan
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi
Sulawesi Selatan dengan taraf kepercayaan 10%. Artinya jika ketimpangan
pendidikan naik sebesar 1% atau 0.01 satuan, maka pertumbuhan ekonomi akan
turun dengan nilai koefisien sebesar -6.566246
3. Uji Asumsi
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan bahwa model yang di peroleh
benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi data panel. Dalam kata
lain model yang dibuat harus lolos dari adanya penyimpangan asumsi normalitas,
heterkedastisitas, dan multikolerasi dan autokolerasi.
65
a. Uji Heterkedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam pengujian
ini, maka dapat digunakan uji white.
Tabel 4.11Uji Heterkedastisitas pada model kedua
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
EDUCINEQ -1.710852 1.642993 -1.041302 0.3032
C 1.194749 0.389925 3.064046 0.0036
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas memperlihatkan bahwa dari hasil tersebut
adalah nilai probabilitas pada masing-masing variabel independen. Apabila nila prob
< 0.05 maka adanya heteroskedastisitas. Sebaliknya jika nilai probabilitas > 0.05
maka terbebas dari pelanggaran asumsi heteroskedastisitas. Maka dapat disimpulkan
bahwa pengujian diatas memperlihatkan bahwa masing-masing variabel independen
dengan nilai probabilitas 0.3032 > 0.05 maka terbebas dari pelanggaran asumsi
heteroskedastisitas.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini diperlukan untuk melihat ada atau tidak adanya kolerasi yang
tinggi antara variabel bebas.
Tabel 4.12Uji Multikolerasi pada model kedua
GROWTH EDUCINEQGROWTH 1.000000 0.148165
EDUCINEQ 0.148165 1.000000
66
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dijelaskan bahwa hasil pengujian diatas dengan
menghitung koefisien kolerasi antar sesama variabel. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas secara keseluruhan bahwa variabel bebas terbebas secara keseluruhan
tidak terjadi multikolinieritas dalam regresi, karena nilai koefisien kolerasi
keseluruhan variabel < 0,8.
c. Uji Autokolerasi
Uji Autokolerasi digunakan untuk menguji suatu model apakah diantara
variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling
mempengaruhi. Untuk mengukur toleransi terjadi autokolerasi di lihat dari
besarnya nilai Durbin Watson pada data statistik yang di uji. Apabila
sebaliknya jika statistik Durbin Watson berkisar 1.55 maka di katakan
tidak terjadi autokolerasi, sebaliknya jika statistik Durbin Watson berkisar
dibawah 1.55 maka dikatakan terjadi kolerasi.
Tabel 4.13Uji Autokolerasi pada model kedua
Model Durbin-Watson1 2.207754
Hasil regresi diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2.207754.
sedangkan tolak ukur uji autokolerasi adalah Durbin watson berkisar diatas 1.55
maka dikatakan tidak terjadi autokolerasi, jadi hasil kesimpulan uji statistik Durbin
Watson penelitian ini diatas 1.55 maka dikatakan tidak terjadi autokolerasi.
67
4. Uji hipotesis
Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing-
masing variabel indepen secara bersama mampu memberikan penjelasan
mengenai variabel dependen.
a. Analisis Koefisien Determinasi (Statistik R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan
masing-masing variabel independen secara bersama mampu memberikan
penjelasan mengenai variabel dependen.
Tabel 4.14Nilai Koefisien determinasi pada model kedua
R-squared 0.725760
Adjusted R-squared 0.732530
Berdasarkan tabel 4.11 diatas menjelaskan, untuk mengetahui bahwa nilai R-
squared sebesar 0.725760. dengan kata lain seluruh variabel bebas (EducSpen)
mampu menjelaskan nilai variabel dependen (EducIneq) sebesar 72.57%. Sedangkan
sisanya 28.43% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
68
Tabel 4.15Uji Simultan pada model kedua
F-statistic Prob (F-statistic) α
1.451968 0.002605 5%
Berdasarkan tabel diatas dengan membandingkan P-value dengan tingkat
signifikan sebesar 5% . dapat disimpulkan bahwa P-value 0.002605 < 0,05 dengan
demikian H0 di tolak dan Ha di terima, dengan artian bahwa variabel bebas secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya.
c. Uji Statistik (Uji T)
Uji T digunakan untuk menguji tingkat signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat secara individu, dengan menggunakan tingkat taraf
signifikan 10%. Dikatakan signifikan apabila nilai thitung > dari ttabel.
Tabel 4.16Hasil Uji Statistik ( Uji T) pada model kedua
Variabel t-statistic Prob
EducIneq -1.738092 0.0887
Berdasarkan pada tabel 4.7 dengan melihat nilai t-statistic dengan
membandingkannya dengan ttabel . dengan nilai t-tabel 1.71387. Maka, dapat
disumpulkan bahwa variabel Education inequality (Ketimpangan pendidikan)
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Growth (pertumbuhan ekonomi)
dengan nilai probilitas (0.0887), nilai t-statistik -1.738092 > t-tabel 1.71387.
69
D. Pembahasan
Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan
pendidikan (Education Inequality) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
selama periode 2014-2016 digunakan analisis regresi data panel dengan metode
Fixed Effect. Interpretasi dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
a. Pengaruh Tingkat Kemiskinan terhadap Ketimpangan Pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa pengaruh tingkat kemiskinan terhadap ketimpangan pendidikan berbanding
positif dan signifikan, dengan nilai probabilitas tingkat kemiskinan 0.0027 < 0,05.
Maka (Tingkat kemiskinan) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
(Ketimpangan Pendidikan). Hal ini menunjukkan arti bahwa setiap jika tingkat
kemiskinan naik 0,1% maka ketimpangan pendidikan juga akan naik sebesar
0.008852. hal ini berarti ketimpangan pendidikann akan semakin tinggi, jika tingkat
kemiskinan juga semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedi Saputra,
Muhammad Nasir dan Mohd. Nur Syechalad. Tentang Analisis Ketimpangan
Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh. Dengan hasil
penelitian secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketimpangan
Pendidikan di Provinsi Aceh.
70
b. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan Terhadap
Ketimpangan Pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi berbanding negatif dan tidak signifikan terhadap
Ketimpangan Pendidikan. Hal tersebut akibat karena lebih besarnya probabilitas
Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan ketimbang taraf kepercayaan yang
telah ditentukan, dengan nilai probabilitas pengeluaran pemerintah di sektor
pemerintah 0,1583 > 0,05.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedi
Saputra dkk, yang meneliti tentang Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa
variable independen pengeluaran pemerintah di sector pendidikan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan. Begitupun dengan
penelitian yang dilakukan Muhammad Ja’far Bustomi yang meneliti tentang
Ketimpangan Pendidikan Antar Kabupaten/Kota dan Implikasinya di Provinsi Jawa
Tengah. Hasil Penelitiannya bahwa variable independen pengeluaran pemerintah
atas pendidikan berpengaruh negatif pada ketimpangan pendidikan secara signifikan.
Hal ini dikarenakan karena pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan
tidak secara langsung memberikan hasil yang baik, butuh tahapan dan proses serta
waktu untuk sampai pada hasil yang baik.
71
Adapun hal lain yang menjadi alasannya yaitu :
Dimana prioritas pemerintah pada 4 tahun belakangan ini, lebih fokus pada
pembangunan infrastruktur. Dimana setahun pemerintahan Joko Widodo yang
terlihat menonjol memang pembangunan Infrastruktur, tentu saja ini patut
diapresiasi. Namun, infrastruktur dan pendidikan sama pentingnya dalam
mendukung pembangunan bangsa. Keduanya bersifat investasi jangka menengah dan
panjang. Ada banyak hal yang tetap dibutuhkan dalam pengembangan pendidikan
dalam waktu dekat. Masalahnya mungkin bukan karena dana terbatas, melainkan
kekurangan dalam hal koordinasi dan ketidaktepatan meletakkan prioritas.7
c. Pengaruh Ketimpangan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa pengaruh ketimpangan pendidikan berbanding negatif dan signifikan, dengan
nilai probabilitas ketimpangan pendidikan 0.0887 < 10%. Maka Ketimpangan
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Pertumbuhan Ekonomi). Hal ini
menunjukkan arti bahwa setiap tingkat ketimpangan pendidikan naik sebesar 0,1%
maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar -6.566246.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad ja’far
Bustomi. Tentang Ketimpangan Pendidikan Antar Kabupaten/Kota Impilkasinya di d
7 https://lecturer.ppns.ac.id/farizirachman/ : february 10 2017, Shipbuilding Institute OfPolytechnic Surabaya.
72
Provinsi Jawa Tengah. Dengan hasil penelitian secara serempak berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per kapita di Provinsi Jawa Tengah.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah di uraikan maka dapat
ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut :
1. Tingkat kemiskinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ketimpangan pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini
dikarenakan seluruh variabel bebas mampu menjelaskan nilai variabel
terikat sebesar 72.69% dan sisanya 28.31 % di jelaskan oleh variabel
lain diluar penelitian ini. Dan berdasarkan hasil uji statistik (uji t)
tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan
pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai t-statistik tingkat
kemiskinan sebesar 3.107699 > ttabel dengan nilai 2.07961. dengan
artian setiap peningkatan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Selatan maka akan meningkatkan pula ketimpangan pendidikan di
Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan berpengaruh tidak
signifikan terhadap ketimpangan pendidikan di Provinsi Sulawesi
Selatan. Hal tersebut dikarenakan seluruh variabel bebas mampu
menjelaskan nilai variabel terikat sebesar 72.69% dan sisanya 28.31 %
di jelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Dengan nilai t-
statistik 0.644863 < ttabel dengan nilai 2.07961. Hal ini dikarenakan
karena pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan tidak secara
74
langsung memberikan hasil yang baik, butuh tahapan dan proses serta
waktu untuk sampai pada hasil yang baik.
3. Ketimpangan Pendidikan berbanding negatif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan nilai
probabilitas ketimpangan pendidikan 0.0887 < 10%. Maka
Ketimpangan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
(Pertumbuhan Ekonomi). Hal ini menunjukkan arti bahwa setiap
tingkat ketimpangan pendidikan naik sebesar 0,1% maka
pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar -6.566246. Hal tersebut
dikarenakan seluruh variabel bebas mampu menjelaskan nilai variabel
terikat sebesar 72.57%. Sedangkan sisanya 28.43% dijelaskan oleh
variabel lain diluar penelitian. Dengan nilai t-statistik sebesar
-1.738092 > t-tabel 1.71387.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dimuat, maka dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Sulawesi Selatan harus mampu memperkecil tingkat
ketimpangan pendidikan atau minimal mempertahankannya. Hal ini
dikarenakan distribusi pendidikan berdampak kepada petumbuhan
ekonomi. disisi lain juga berdampak pada tingkat kemiskinan,
semakin tinggi tingkat kemiskinan tinggi pula ketimpangan
pendidikan.
75
2. Disarankan kepada pemerintah provinsi sulawesi selatan agar lebih
menyimbangkan fokusnya antara pendidikan dan infastruktur
pembangunan serta upaya meningkatkan alokasi anggaran di sektor
pendidikan. karena sesuai dengan hasil penelitian ini ditemukan
bahwa variabel pengeluaran pemerintah disektor pendidikan tidak
signifikan terhadap ketimpangan pendidikan. Karena kurangnya
koordinasi serta ketidaktepatan dalam meletakkan prioritas dalam
program pembangunan bangsa maupun negara, sehingga bidang
pendidikan yang tidak terdistribusi dengan baik. Dan juga
pengalokasian anggaran juga harus benar-benar terukur agar tepat
sasaran untuk meningkatkan kuliatas pendidikan .
3. Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada
pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota agar membuat kebijakan yang dapat mengatur dan
mengelola pendidikan seupaya terdistribusi secara merata. Hal ini
dikarenakan ketimpangan pendidikan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. semakin tingkat ketimpangan pendidikan
mendekati angka (0) maka pertumbuhan ekonomi akan lebih baik.
4. Penelitian ini masih perlu untuk diteliti lebih lanjut dengan lebih
memperkaya variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian
sehingga peneliti menyarankan kepada mereka yang peduli terhadap
pendidikan dan kesejahteraan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan
meneliti lebih lanjut terkait dengan analisis ketimpangan pendidikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.
76
DAFTAR PUSTAKA
A.h Kafrawi Mahmud et al, “Analisis Tenaga Kerja terhadap GDP di Indonesia”Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Padjadjaran, vol. 2 no 1 2013
Agus Imam Solihin. “Investasi Modal Manusia Melalui Pendidikan : PentingnyaPeran Pemerintah”. Mini Economica 23, jakarta, hlm, 6-20, 1995
Atmanti, H.D. “Investasi Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan”. JurnalDinamika Pembangun-an, 2 (1): 30-39. 2005
Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Selatan Dalam Angka. Berbagai Edisi.Provinsi Sulawesi Selatan.
Bayrakly, bayraktar, Filsafat Pendidikan Telaah Filsafat Pendidikan Barat danIslam. Makassar: Alauddin University Press, 2013
Br. Tambunan, Siswiny Marito. “Analisis Ketimpangan Pendidikan DanPengaruhnya Terhadap Petumbuhan Ekonomi Provinsi Riau”. SekolahPascsarjana Institut Pertanian Bogor, 2013
Bustomi, M.J. “ Ketimpangan Pendidikan antar Ka-bupaten/Kota dan Implikasinya diProvinsi Jawa Tengah”. Economics Development Analysis Jou-rnal, (Online),(http://journal.unnes.ac.id/sju/in-dex.php/edaj), 2012
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.diakses 6 Desember 2013.
Hamzah, Fahrur dkk ” Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan,Gender Gap Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Ketimpangan PendidikanDan Ketimpangan Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi KalimantanBara, universitas tanjungpura,2017
http://rosyidnureka.blogspot.co.id/2013/09/kumpulan-hadist-mengenaipendidikan.html
http://dahanband2.blogspot.co.id/p/blog-page_3.html
https://lecturer.ppns.ac.id/farizirachman/ : february 10 2017, Shipbuilding Institute OfPolytechnic Surabaya.
77
http://www.academia.edu/24116227/Antara_kemiskinan_dan_pendidikan
http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-kemiskinan-jenis-faktor.html?m=1
https://astuti934.wordpress.com/2014/07/08/pengaruh-pendidikan-terhadap-pertumbuhan-ekonomi/8 juli 2014
https://atikanafridayanti.wordpress.com/2014/05/20/Peran-pemerintah-terhadapanggaran-pendidikan-untuk-kualitas-sekolah-di-indonesia-melalui-dana-apbn/
Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali pers,2014
Kartika, Metasari. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, GenderGap dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Ketimpangan Pendidikan danKetimpangan Pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat.Universitas Tanjungpura. 2017, Vol. 6 , No. 2, hal 77-96.
Mahsunah, Durrotul. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan DanPengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Prodi S1 PendidikanEkonomi, Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya. 2013
Mankiw, N. Gregory. Makro Ekonomi Edisi Keenam. New York: Erlangga, 2007
Pradja, Juhaya S. Pengantar Ilmu Ekonomi dilengkapi Dasar-dasar Ekonomi Islam.Bandung: Pustaka Setia, 2014
Rokhmani, L. “Analisis Human Development indekx Indonesia 9Investasi Pendidikansebagai daya saing)”. JPE. Volume 2, nomor 1 tahun 2009.
Saifuddin. “Pengaruh Ketimpangan Pendidikan Dan Pertumbuhan EkonomiTerhadap Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Barat”. SekolahPascsarjana Institut Pertanian Bogor, 2014
Saputra, Dedi. DKK. “Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap PertumbuhanEkonomi di Provinsi Aceh”. Magister Ilmu Ekonomi: PascasarjanaUniversitas Syiah Kuala, Aceh, 2015
Sholikhah, Ni’matush DKK. “Analisis Faktor yang Memengaruhi KetimpanganPendidikan”. Jurnal Pendidikan: Universitas Negeri Surabaya, 2014
Smansa Sungailiat http://blogpki.blogspot.co.id/2013/07/hubungan-pertumbuhan-penduduk-dan.html juli 12, 2013
78
Susiyawati. E “Hubungan Ekonomi dan Pendidikan”https://ernisusiawati.wordpress.com/201/3/06/03ekonomi-dan-pendidikan.(6maret 2013)
Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia. Ciawi-bogor: Ghalia Indonesia,2015. Hal 46 dan 106-107
Thomas V., Wang, Y., and Fan, X. 2001 “Measuring Education Inequality.” WorldBank Working Paper. Washington, D.C: World Bank.”
Widarjono, Agus. Ph.D. Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya di SertaiPanduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013
Widodo, Adi dkk ”Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor PendidikanDan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalu PeningkatanPembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomika danBisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Wijayanto, Ravi dwi. “Analisisi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguranterhadap kemiskinan di kabupaten/kota” Provinsi jawa tengah tahun 2005-2008. Fakultas ekonomi Universitas diponegoro semarang, 2010
Yagami, F. ”Kesenjangan Antara Harapan dengan Kenyataan”.http://www.slideshare-antara-harapan-dengan-kenyataan. (15 Agustus 2014)
79
80
Lampiran 1 : Data Penelitian
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Badan Pusat Statistikdi Provinsi Sulawesi Selatan
2014-2016
Tahun 07-12 13-15 16-18
2014 98.91 92.57 69.382015 99.03 92.66 69.662016 99.03 92.80 70.03
Laju Petumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Berlaku 2010Per-Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2014-2016
No Kabupaten/Kota 2014 2015 20161 Selayar 9,01 8,81 7,352 Bulukumba 8,54 5,61 6,903 Bantaeng 8,33 6,63 7,394 Jeneponto 7,93 6,53 8,435 Takalar 9,76 8,40 9,616 Gowa 7,17 6,79 7,637 Sinjai 6,98 7,54 7,168 Maros 4,73 8,58 9,529 Pangkep 10,41 796 8,24
10 Barru 7,35 6,31 6,0911 Bone 9,53 8,29 9,0612 Soppeng 6,89 5,10 8,2413 Wajo 9,67 7,05 4,9814 Sidrap 7,87 7,98 9,0015 Pinrang 8,11 8,24 7,5116 Enrekang 5,99 6,89 7,6417 Luwu 8,81 7,26 7,9918 Tana Toraja 6,80 6,84 7,4219 Luwu Utara 8,82 6,66 7,4920 Luwu Timur 8,10 6,43 1,6221 Toraja Utara 7,64 7,65 8,2122 Makassar 7,39 7,46 7,9923 Pare-pare 6,33 6,28 6,8724 Palopo 7,05 6,45 6,98
81
Garis Kemiskinan dan Penduduk MiskinDi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016
TahunGaris
KemiskinanPenduduk
Miskin Persentase2014 229.222 80635 954
2015 248.391 79772 939
2016 270.601 80704 940
Rata-rata lama sekolah per Kabupaten/KotaDi Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2014-2016Wilayah Sulsel 2014 2015 2016kepulauanSelayar 7,10 7,16 7,17bulukumba 6,66 6,68 6,86bantaeng 6,16 6,16 6,17jeneponto 5,63 5,64 5,65takalar 6,57 6,57 6,64gowa 6,99 7,24 7,52sinjai 7,03 7,05 7,06maros 7,17 7,19 7,2pangkep 7,31 7,32 7,33barru 7,28 7,6 7,61bone 6,11 6,55 6,76soppeng 7,04 7,05 7,06wajo 6,34 6,37 6,38sidrap 7,3 7,32 7,33pinrang 7,45 7,47 7,48enrekang 7,98 8,05 8,06luwu 7,6 7,74 7,75tana toraja 7,81 7,91 7,92luwu utara 7,19 7,38 7,92luwu timur 7,8 7,87 7,88toraja utara 7,7 7,71 7,72makassar 10,64 10,77 11,07pare-pare 9,95 10,01 10,02palopo 9,96 10,25 10,26sulsel 7,49 7,64 7,75
82
Gini Pendidikanper Kab/Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2014-2016No Wilayah Sulsel 2014 2015 20161 Kepulauan Selayar 0,243 0,284 0,2592 Bulukumba 0,228 0,229 0,2423 Bantaeng 0,211 0,211 0,2234 Jeneponto 0,467 0,356 0,3845 Takalar 0,225 0,225 0,246 Gowa 0,247 0,203 0,2487 Sinjai 0,241 0,277 0,2298 Maros 0,245 0,246 0,2469 Pangkep 0,25 0,205 0,26510 Barru 0,249 0,213 0,27511 Bone 0,215 0,237 0,24512 Soppeng 0,241 0,241 0,22913 Wajo 0,217 0,286 0,23114 Sidrap 0,25 0,251 0,29915 Pinrang 0,255 0,256 0,23816 Enrekang 0,273 0,276 0,20817 Luwu 0,26 0,265 0,20118 Tana Toraja 0,267 0,271 0,20519 Luwu Utara 0,246 0,253 0,20520 Luwu Timur 0,267 0,269 0,20421 Toraja Utara 0,264 0,264 0,222 Makassar 0,131 0,132 0,13723 Pare-Pare 0,122 0,123 0,12424 Palopo 0,123 0,126 0,127
Sulsel 0,311 0,317 0,295
83
Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Per Kab/Kota diProvinsi Sulawesi Selatan (Dalam Milyar rupiah) Tahun 2014-2016
NO Wilayah Sul-sel 2014 2015 20161 kepulauan
Selayar 185,94 196,16 147,832 bulukumba 574,35 558,25 402,953 bantaeng 248,87 273,57 229,84 jeneponto 374,77 447,15 301,955 takalar 384,36 395,12 307,336 gowa 583,99 660,34 491,797 sinjai 389,07 368,68 292,18 maros 411,38 386,39 364,679 pangkep 424,93 440,55 392,8810 barru 340,54 380,27 289,0411 bone 599,02 593,79 474,6912 soppeng 426,99 452,73 470,5513 wajo 366,68 362,44 293,2214 sidrap 368,98 396,82 348,7715 pinrang 444,98 484,26 428,0416 enrekang 348,19 345,39 350,417 luwu 429,59 449,58 358,1518 tana toraja 222,72 225,45 174,5919 luwu utara 381,4 347,14 250,0720 luwu timur 344,41 397,33 251,0621 toraja utara 234,97 242,37 192,6122 makassar 1,113,56 1,170,29 971,8823 pare-pare 263,17 265,64 180,9724 palopo 255,73 239,45 172,59
84
Lampiran II : Hasil Uji Hausman untuk Model Pertama
Correlated Random Effects - Hausman TestPool: POOLEDUCTest cross-section random effects
Cross-section random 1.821869 2 0.4021
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
PORVETY? 0.007950 0.008852 0.000308 0.9590SPEND? 0.000005 0.000019 0.000000 0.2248
Cross-section random effects test equation:Dependent Variable: EDUCINEQ?Method: Panel Least SquaresDate: 09/28/18 Time: 11:01Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.151527 0.181733 0.833793 0.4087PORVETY? 0.007950 0.017769 0.447436 0.6567SPEND? 5.47E-06 3.16E-05 0.173269 0.8632
Effects SpecificationCross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.858758 Mean dependent var 0.235319Adjusted R-squared 0.781995 S.D. dependent var 0.057700S.E. of regression 0.026941 Akaike info criterion -4.116152Sum squared resid 0.033387 Schwarz criterion -3.294022Log likelihood 174.1815 Hannan-Quinn criter. -3.788860F-statistic 11.18725 Durbin-Watson stat 2.999803Prob(F-statistic) 0.000000
85
Uji Hausman Untuk Model Kedua
Correlated Random Effects - Hausman TestPool: POOL2Test cross-section random effects
Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 38.319897 23 0.0235
** WARNING: robust standard errors may not be consistent withassumptions of Hausman test variance calculation.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
EDUCINEQ?-
1044.310518 -133.124647271245.75627
7 0.0802
Cross-section random effects test equation:Dependent Variable: GROWTH?Method: Panel Least SquaresDate: 09/28/18 Time: 13:05Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72Cross-section weights (PCSE) standard errors & covariance (no d.f.
correction)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 276.2491 126.2156 2.188709 0.0336EDUCINEQ? -1044.311 534.6336 -1.953320 0.0567
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.341702 Mean dependent var 31.12625Adjusted R-squared 0.005550 S.D. dependent var 142.2859S.E. of regression 141.8905 Akaike info criterion 13.01591Sum squared resid 946246.8 Schwarz criterion 13.80642Log likelihood -443.5729 Hannan-Quinn criter. 13.33062F-statistic 1.016511 Durbin-Watson stat 2.255047Prob(F-statistic) 0.466395
86
Lampiran III : Hasil Estimasi dengan Model Random Effect untuk Model Pertama
Dependent Variable: EDUCINEQ?Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)Date: 10/17/18 Time: 17:13Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72Swamy and Arora estimator of component variancesVariable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C 0.137409 0.032675 4.205350 0.0001PORVETY? 0.008852 0.002849 3.107699 0.0027SPEND? 1.90E-05 2.95E-05 0.644863 0.5212Random Effects (Cross)_SLY--C 0.011146_BLKM--C 0.011767_BTNG--C -0.010538_JNPT--C 0.107882_TKLR--C 0.001543_GW--C 0.010113_SNJ--C 0.019108_MRS--C -0.014684_PGKP--C -0.040520_BRR--C 0.015397_BN--C -0.006480_SPPG--C 0.013758_WJ--C 0.029407_SDRP--C 0.064097_PNRG--C 0.026342_ENRKG--C -0.011542_LW--C -0.021859_TT--C 0.010059_LU--C -0.030563_LT--C 0.032643_TU--C -0.027709_MKS--C -0.044044_PR--C -0.062822_PLP--C -0.082501
Effects SpecificationS.D. Rho
Cross-section random 0.042820 0.7164Idiosyncratic random 0.026941 0.2836
Weighted StatisticsR-squared 0.726947 Mean dependent var 0.080343Adjusted R-squared 0.701641 S.D. dependent var 0.028387S.E. of regression 0.026906 Sum squared resid 0.049951F-statistic 5.016514 Durbin-Watson stat 2.022348Prob(F-statistic) 0.009245
87
Hasil Estimasi dengan Fixed Effect untuk model kedua
Dependent Variable: GROWTH?Method: Pooled Least SquaresDate: 11/14/18 Time: 18:17Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (no d.f.
correction)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.962506 0.902747 6.604850 0.0000EDUCINEQ? -6.566246 3.777846 -1.738092 0.0887
Fixed Effects (Cross)_SLY--C 0.707137
_BLKM--C -0.475775_BTNG--C 0.075751_JNPT--C -0.974326_TKLR--C 1.783924_GW--C -0.293586_SNJ--C -0.370835_MRS--C 0.034386_PGKP--C 1.331595_BRR--C -0.992281_BN--C 1.471936
_SPPG--C -0.775373_WJ--C -0.335714
_SDRP--C 0.569828_PNRG--C 0.351454
_ENRKG--C -0.779389_LW--C 0.468462_TT--C -0.568746_LU--C 0.153281_LT--C -2.198847_TU--C 0.277418
_MKS--C 0.775328_PR--C -0.276821_PLP--C 0.041191
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.725760 Mean dependent var 7.503750Adjusted R-squared 0.732530 S.D. dependent var 1.342022S.E. of regression 1.249933 Akaike info criterion 3.551984Sum squared resid 73.42968 Schwarz criterion 4.342493Log likelihood -102.8714 Hannan-Quinn criter. 3.866688F-statistic 1.451968 Durbin-Watson stat 2.207754Prob(F-statistic) 0.002605
88
Lampiran IV : Uji Hipotesis Untuk model Pertama
Dependent Variable: EDUCINEQ?Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)Date: 10/17/18 Time: 17:13Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.137409 0.032675 4.205350 0.0001
PORVETY? 0.008852 0.002849 3.107699 0.0027
SPEND? 1.90E-05 2.95E-05 0.644863 0.5212
R-squared 0.126947 Mean dependent var 0.080343
Adjusted R-squared 0.101641 S.D. dependent var 0.028387
S.E. of regression 0.026906 Sum squared resid 0.049951
F-statistic 5.016514 Durbin-Watson stat 2.022348
Prob(F-statistic) 0.009245
Uji Hipotesis Model Kedua
Dependent Variable: GROWTH?Method: Pooled Least SquaresDate: 09/28/18 Time: 12:59Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72Cross-section weights (PCSE) standard errors & covariance (no d.f.
correction)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.962506 0.902747 6.604850 0.0000
EDUCINEQ? -6.566246 3.777846 -1.738092 0.0887
R-squared 0.725760 Mean dependent var 7.503750Adjusted R-squared 0.732530 S.D. dependent var 1.342022S.E. of regression 1.249933 Akaike info criterion 3.551984Sum squared resid 73.42968 Schwarz criterion 4.342493Log likelihood -102.8714 Hannan-Quinn criter. 3.866688F-statistic 1.451968 Durbin-Watson stat 2.207754Prob(F-statistic) 0.002605
89
Lampiran V : Hasil Uji Asumsi Klasik untuk Model Kedua
Regresi Data Panel
Uji Heterokedastisitas/ Uji White menggunakan Eviews 9Untuk Model Kedua
Dependent Variable: RESABSMethod: Panel Least SquaresDate: 10/03/18 Time: 21:25Sample: 2014 2016Periods included: 3Cross-sections included: 24Total panel (unbalanced) observations: 71White diagonal standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
EDUCINEQ -1.710852 1.642993 -1.041302 0.3032C 1.194749 0.389925 3.064046 0.0036
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.548444 Mean dependent var 0.793374Adjusted R-squared 0.312849 S.D. dependent var 0.689660S.E. of regression 0.571690 Akaike info criterion 1.989748Sum squared resid 15.03416 Schwarz criterion 2.786466Log likelihood -45.63604 Hannan-Quinn criter. 2.306577F-statistic 2.327915 Durbin-Watson stat 3.584061Prob(F-statistic) 0.006840
Uji Multikolinearitas menggunakan Eviews 9
Untuk Model Kedua
GROWTH EDUCINEQGROWTH 1.000000 0.148165
EDUCINEQ 0.148165 1.000000
90
Uji Autokorelasi/Durbin Watson Menggunakan Eviews 9
Untuk Model Kedua
Dependent Variable: GROWTH?Method: Pooled Least SquaresDate: 11/14/18 Time: 18:17Sample: 2014 2016Included observations: 3Cross-sections included: 24Total pool (balanced) observations: 72Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (no d.f.
correction)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.962506 0.902747 6.604850 0.0000EDUCINEQ? -6.566246 3.777846 -1.738092 0.0887
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.725760 Mean dependent var 7.503750
Adjusted R-squared 0.732530 S.D. dependent var 1.342022
S.E. of regression 1.249933 Akaike info criterion 3.551984
Sum squared resid 73.42968 Schwarz criterion 4.342493
Log likelihood -102.8714 Hannan-Quinn criter. 3.866688
F-statistic 1.451968 Durbin-Watson stat 2.207754
Prob(F-statistic) 0.002605
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama FAUZIAH NUR, atau biasa dipanggil
dengan sebutan uchi. Lahir di Ujung Pandang Tanggal 10 Juli
1996, merupakan anak ke dua dari 4 bersaudara dari pasangan
Ayahanda Mustafa Massa dan Ibunda Siti Rahmah S.Ag. penulis memulai
pendidikan di Sekolah Dasar Ibtidaiyah As’Adiyah Makassar dan lulus pada
Tahun 2008 setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP PGRI 4 Makassar
dan selesai pada tahun 2011, dan setelah itu penulis melanjutkan pendidikan
Pondok Pesantren Annahdlah Makassar dan mengambil Jurusan Keagamaan dan
selesai pada tahun 2014. Setelah melewati pendidikan di Pesantren akhirnya
penulis melanjutkan Pengguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar yaitu
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan tercatat sebagai Mahasiswi di
awal September 2014, Lulus di Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Dan pada akhirnya setelah melalui proses yang panjang selama 4
tahun penulis menyelesaikan Strata 1 (satu) di Jurusan Ilmu Ekonomi pada Tahun
2018.