analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

109
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: amiruddin-akbar-fisu

Post on 12-Apr-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI

AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera

Utara)

Oleh :

IRWAN PURMONO

A14303081

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

RINGKASAN

IRWAN PURMONO. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). (Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI).

Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik beratkan pada swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.

Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan. Tanaman nanas memberikan prospek yang cerah dalam membantu meningkatkan produksi hasil pertanian terutama dalam pemenuhan kebutuhan tanaman pangan. Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi) dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.

Berdasarkan data produksi nanas pada tahun 2005 salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara yaitu sebanyak 144.000 ton dengan dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional sebesar 15,57 persen. Di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan luas panen durian tetapi jumlah produksinya mengalami penurunan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas (2) menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut.

Penelitian lapang dilakukan di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, dan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan literatur. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan bantuan kalkulator dan diolah dengan program excel’97. Analisis Kuantitatif analisis dilakukan dengan analisis usahatani digunakan analisis biaya dan pendapatan, dan analisis pemasaran digunakan analisis saluran, fungsi-fungsi pemasaran dan analisis marjin pemasaran serta analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net B/C Rasio, Internal Rate of Return dan Payback Period. Selain itu dilakukan juga analisis sensitivitas.

Page 3: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Hasil penelitian di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara menunjukkan bahwa usahatani nanas selama 6 tahun yang dilakukan petani nanas adalah menguntungkan. Dengan biaya tunai sebesar Rp. 31.555.000,- dan biaya tidak tunai sebesar Rp. 26.165.000,- selama 6 tahun. Jadi total biaya yang dikeluarkan petani nanas selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 57.720.000,-. Total produksi nanas selama 6 tahun sebesar 115.700 kg dengan tingkat harga Rp. 600,- per kg sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 69.420.000,-. Maka diperoleh pendapatan petani nanas atas biaya total selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 37.865.000,-. Dengan rasio penerimaan terhadap biaya total (R/C) adalah sebesar 1,20 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,20 dan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19.

Dengan analisis pemasaran, terdapat empat jalur pemasaran yang dilakukan di kecamatan Sipahutar. Fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi : fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dari hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa total keuntungan terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar Rp. 1.302,97 atau 64,62 persen sedangkan marjin yang terbesar berada pada Jalur I, II, dan III, yaitu sebesar Rp. 1.500,- atau sebesar 71,43 persen. Rasio keuntungan pemasaran (∏/C) yang terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar 6,61. Namun lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang besar belum menjamin akan memperoleh keuntungan yang lebih besar juga dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Pada jalur III merupakan saluran pemasaran yang terpendek dan memperoleh keuntungan yang terbesar. Tingkat permintaan nanas pada jalur II dan III merupakan tingkat permintaan paling rendah, karena pasar nanas pada jalur II dan III hanya berlaku di dalam kota saja, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara sedangkan jalur I dan IV pasar nanas yang dituju lebih luas, yaitu sampai keluar dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan sampai ke Aceh dan Lampung. Dan saluran pemasaran yang terbaik diantara empat jalur tersebut adalah jalur IV, karena pada jalur ini petani lebih diuntungkan dengan penerimaan yang lebih besar dan pasar nanas menjadi lebih luas hal ini ditunjukkan farmer’ share yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga jalur pemasaran lainnya yaitu sebesar 47,62 persen. Rp. 5.623.375,19.

Dari hasil perhitungan kelayakan pada tingkat diskonto 15 persen secara finansial dan ekonomi usahatani nanas layak dilakukan, dengan diperoleh nilai NPV sebesar nilai NPV sebesar Rp. 5.623.375,19, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 5.623.375,19 dan nilai NPV sebesar Rp. 269.566.747,91, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 269.566.747,91. NBCR yang diperoleh adalah 1,35 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,35, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 24 persen secara finansial sedangkan analisis ekonomi diperoleh NBCR sebesar 14,81 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 18,88 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 41 persen.

Page 4: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Dan secara finansial dan ekonomi pada industri pengolahan nanas juga layak dilakukan dengan diperoleh nilai NPV sebesar nilai NPV sebesar Rp. 1.325.951.863,75, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 1.325.951.863,75, dan nilai NPV sebesar Rp. 25.713.473.667,27, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 25.713.473.667,27. NBCR yang diperoleh adalah 1,58 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,58, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 27 persen secara finansial sedangkan analisis ekonomi diperoleh NBCR sebesar 26,49 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 26,49 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 44 persen.

Dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap 9 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa usahatani nanas secara finansial menjadi tidak layak dilakukan pada 3 kondisi dari perubahan jumlah produksi, harga output, dan input sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak pada 6 kondisi. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen terjadi selama 83 bulan sedangkan jika terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen paling cepat terjadi selama 47 bulan dan 52 bulan sedangkan pada analisis secara ekonomi perubahan-perubahan tersebut tidak mempengaruhi kelayakan usahatani nanas. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen terjadi selama 29 bulan dan 30 bulan. Apabila terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen paling cepat terjadi selama 27 bulan dan 28 bulan. Dan dari hasil sensitivitas yang dilakukan terhadap 8 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa industri pengolahan nanas secara finansial menjadi tidak layak dilakukan pada 3 kondisi sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak dilakukan pada 4 kondisi dari perubahan jumlah produksi, harga output, dan input. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen terjadi selama 64 bulan dan 99 bulan. Apabila terjadi perubahan, payback period industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen paling cepat terjadi selama 24 bulan dan 26 bulan sedangkan pada analisis secara ekonomi perubahan-perubahan tersebut tidak mempengaruhi kelayakan industri pengolahan nanas. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen terjadi selama 15 bulan dan 15 bulan. Apabila terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen paling cepat terjadi selama 12 bulan dan 12 bulan.

Page 5: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI

AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera

Utara)

Oleh :

IRWAN PURMONO

A14303081

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 6: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :

Nama : Irwan Purmono

NRP : A14303081

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis

Nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten

Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

NIP. 131 918 659

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Didy Sopandie, M. Agr

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus : 21 April 2008

Page 7: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS

NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara,

Sumatera Utara)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN

TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR

AKADENIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-

BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK

LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, April 2008

Irwan Purmono A14303081

Page 8: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 23 Februari 1985. Penulis

merupakan anak pertama dari pasangan Sadimo dan Lanjar Purwanti. Pendidikan

formal penulis dimulai di pendidikan dasar pada tahun 1991 di SD Sugiyo Pranoto

Klaten dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997-2000, penulis mengenyam

pendidikan menengah pertama di SLTP Pangudi Luhur 1 Klaten. Pendidikan

menengah atas dijalankan penulis di SMU N 1 Karanganom Klaten dari tahun

2000 hingga 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa

program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

yaitu UKM PMK IPB (Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen

Institut Pertanian Bogor) pada Komisi Pelayanan Anak dan penulis juga pernah

menjadi asisten dosen Agama Kristen periode 2004/2005 dan 2005/2006 serta

Orda KMK (Organisasi Daerah Keluarga Mahasiswa Klaten). Selain itu, penulis

juga melaksanakan beberapa aktivitas di luar kampus yang bersifat non akademik.

Page 9: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah

memberikan berkat kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Finansial

dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar,

Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) “. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-

ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan dan koreksi untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah

membantu penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. Penulis pun menyadari

bahwa tidak ada yang sempurna dalam dunia ini. Oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun sangat diharapkan penulis sehingga penulis dapat semakin lebih

baik dalam berkarya di masa mendatang. Akhirnya, penulis berharap mudah-

mudahan skripsi ini dapat bermanfaat begi para pembaca sekalian.

Bogor, April 2008

Penulis

Page 10: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah

memberikan kemudahan kepada penulisan skripsi dengan judul “Analisis

Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan

Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)”. Penyelesaian karya

ilmiah ini juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberi

semangat. Terimakasih untuk semua cinta kasih dan pengorbanan yang

telah kalian berikan untukku.

2. Dr. Ir. Eka Intan kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Tanti Novianti, SP. MSi selaku dosen penguji utama dan Ir. Meti Ekayani,

ME selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan, terimakasih atas segala

masukannya dalam perbaikan penulisan skripsi ini pada saat sidang.

4. Keluarga besar A. Gultom yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan

serta kasihnya pada saya selama penelitian di Tapanuli Utara.

5. Gembira Gultom yang terkasih, terimakasih atas segala doa, dukungan,

bantuan dan kebersamaan dalam kuliah, penelitian hingga penyelesaian

skripsi ini.

6. Pemerintah Daerah dan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara

7. Para petani dan PT. Alamy Agricultur Industri, terimakasih atas

kerjasamanya.

8. Teman-teman seperjuangan EPS’40, terimakasih untuk kebersamaan dan

pengalaman menarik selama di kuliah. Juga kepada teman-teman AGB

dan KPM.

9. Beverly Camp : Monsaputra, Panji Pratama, Arif. Terimakasih atas segala

dukungan, semangat dan bantuan kalian selama penulisan skripsi.

10. Kepada semua pihak yang selama ini telah membantu dan tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Page 11: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekologi Tanaman Nanas ............................................................... 7 2.1.1. Botani, Varietas dan Syarat Tumbuh Nanas .................. 7 2.1.2. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman ............................ 9 2.1.3. Panen Hasil dan Proses Pengolahan Nanas.................... 10 2.2. Sistem Agribisnis .......................................................................... 11 2.2.1. Konsep Sistem Agribisnis .............................................. 11 2.2.2. Sistem Agribisnis Nanas ................................................ 12 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu............................................................ 13 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis.......................................................................... 20 3.1.1. Aspek Teknis.................................................................. 21 3.1.2. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial.................... 21 3.1.3. Aspek Sosial................................................................... 22 3.1.4. Aspek Ekonomi.............................................................. 22 3.1.5. Pay Back Period............................................................. 28 3.1.6. Analisis Sensitivitas ....................................................... 29 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 29 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 32 4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 32 4.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 33 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 33 4.4.1. Analisis Kelayakan Investasi .......................................... 34 4.4.2. Metode Penentuan Harga Bayangan ............................... 38 4.5. Definisi Operasional dan Asumsi Dasar pada

Analisis Kelayakan Usahatani dan Agribisnis Nanas .................. 41

Page 12: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4.5.1. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas.............................. 42 4.5.2. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas ............. 44

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ................................. 47 5.2. Keadaan Umum Daerah Penelitian Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara.............................................................................. 47

5.3. Kajian Agribisnis Nanas di Daerah Penelitian.............................. 48 VI. ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS NANAS

6.1. Analisis Usahatani nanas .............................................................. 52 6.1.1. Analisis Biaya ............................................................... 52 6.1.2. Analisis Pendapatan ....................................................... 54 6.2. Analisis Pemasaran nanas ............................................................. 54 6.2.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Nanas........................ 54 6.2.2. Fungsi – fungsi Pemasaran ........................................... 56 6.2.3. Marjin Pemasaran.......................................................... 57 6.3. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas............................................ 61 6.3.1. Analisis Aspek-aspek Kelayakan Usahatani Nanas....... 61 6.3.2. Analisis Kelayakan Investasi Usahatani Nanas ............. 63 6.4. Analisis Kelayakan Agribisnis Nanas........................................... 67 6.4.1. Analisis Aspek-aspek Kelayakan Agribisnis Nanas ...... 67 6.4.2. Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Nanas............. 69 6.5. Ikhtisar Kelayakan Agribisnis Nanas............................................ 73

VII. ANALISIS SENSITIVITAS AGRIBISNIS NANAS 7.1. Analisis Sensitivitas Usahatani Nanas .......................................... 76 7.2. Analisis Payback Period Investasi Usahatani Nanas .................... 79

7.3. Analisis Sensitivitas Agribisnis Nanas ......................................... 82 7.4. Analisis Payback Period Investasi Agribisnis Nanas.................... 85

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan .................................................................................... 89 8.2. Saran............................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92 LAMPIRAN.................................................................................................... 93

Page 13: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Provinsi penghasil nanas terbesar di Indonesia Tahun 2005 ..........................3 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004 ................................................3 3. Harga pupuk dan obat-obatan yang berlaku di kabupaten Tapanuli Utara.....48 4. Harga-harga peralatan usahatani nanas yang berlaku di Kabupaten Tapanuli Utara.................................................................................................49 5. Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6.......................................................................................53 6. Biaya Tidak Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6 ...................................................................53 7. Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Nanas di Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara .....................................................57 8. Penyebaran Harga Nanas dan Marjin Pemasaran Nanas di Kecamatan Sipahutar .................................................................................59 9. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas .............................................................66 10. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas ............................................72 11. Kriteria Kelayakan agribisnis Nanas di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara................................................................................................74 12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Usahatani Nanas Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ...........................................78 13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Usahatani Nanas Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ..........................................79 14. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...................80 15. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas secara Ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...................81 16. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Industri Pengolahan Nanas dengan Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen .......................................84

Page 14: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Industri Pengolahan Nanas Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ...........................................85 18. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...................86 19. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas secara Ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen...................87

Page 15: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997) ................11 2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya di kabupaten Tapanuli Utara ...........................................................................12 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap Marjin Tataniagadan nilai Marjin Tataniaga....................................28 4. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................................31 5. Saluran Pemasaran Nanas di Kec. Sipahutar, Tapanuli Utara .........................55

Page 16: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Harga Bayangan Input dan Output untuk analisis Finansial

dan Ekonomi. .......................................................................................... 94 2. Produksi Nanas pada lahan 1 hektar ....................................................... 94 3. Nilai ekonomi produksi nanas pada lahan 1 hektar ................................ 95 4. Ekspor buah nanas segar ......................................................................... 95 5. Biaya Usahatani Nanas untuk Analisis Finansial pada Lahan 1 hektar di tahun ke - 1.......................................................................................... 96 6. Cashflow Analisis Finansial Usahatani Nanas........................................ 97 7. Biaya Usahatani Nanas untuk Analisis Ekonomi pada Lahan 1 hektar di tahun ke - 1.......................................................................................... 98 8. Cashflow Analisis Ekonomi Usahatani Nanas........................................ 99 9. Cashflow Analisis Finansial Industri Pengolahan Nanas ....................... 100 10. Cashflow Analisis Ekonomi Industri Pengolahan Nanas ....................... 101 11. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nanas ............................. 102 12. Proses pembuatan juice concentrate dan canned pineapple tidbit pada bahan baku 16 ton............................................................................ 103

Page 17: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor

pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor,

memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada

Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik-beratkan pada

swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini

termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan

swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui

penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui

pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk

meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.

Pengembangan usaha hortikultura perlu didasarkan pada perhitungan yang

cermat serta dilihat secara keseluruhan sebagai satu sistem Agribisnis, yaitu

menyangkut industri pengadaan dan penyaluran sarana produksi, usahatani ,

industri pengolahan dan pemasaran. Hal tersebut perlu diperhatikan karena dalam

usaha agribisnis hortikultura memerlukan penanaman modal yang cukup besar

dan beresiko tinggi. Industri pengolahan hortikultura merupakan alternatif

pembangunan pertanian yang diharapkan dapat memberikan dampak yang positif

yang mampu mendorong pembangunan di sektor lain dan peningkatan perolehan

devisa.

Page 18: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Pembangunan sub sektor hortikultura terdiri dari komoditi buah-buahan,

sayuran dan tanaman hias serta obat-obatan sangat potensial sebagai salah satu

sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan. Hal ini sangat beralasan karena

keempat kelompok komoditi hortikultura tersebut memiliki potensi yang relatif

lebih besar dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Potensi tersebut

meliputi aspek sumberdaya alam seperti lahan, agroklimat dan topografi, nilai

ekonominya, kemampuan menyerap tenaga kerja dan dapat digunakan sebagai

unsur pendukung konservasi lahan serta menambah nilai estetika.

Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama

dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan.Hal

ini ditunjukkan dengan adanya jumlah permintaan nanas segar di luar negeri terus

meningkat tiap tahunnya dengan laju peningkatan volume sebesar 1,598 persen

(tabel lampiran 4). Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui

berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi)

dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.

Penyebaran tanaman nanas di Indonesia hampir merata terdapat di seluruh

daerah, karena tanaman nanas mempunyai potensi yang cerah dalam

pengembangannya antara lain lahan, agroklimat dan topografinya yang

mendukung, tanaman nanas dapat tumbuh pada segala jenis tanah yang digunakan

dalam pertanian, nilai ekononominya, dapat menyerap tenaga kerja serta dapat

juga digunakan sebagai unsur pendukung konservasi lahan.

Page 19: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tabel 1. Provinsi Penghasil Nanas Terbesar di Indonesia Tahun 2005 Provinsi Jumlah produksi (ton) Share (%)

Sumatera Utara 144.000 15,57 Sumatera Selatan 179.465 19,38 Riau 46.643 5,04 Lampung 26.489 3,21 Jawa Barat 313.593 33,90 Jawa Tengah 57.628 6,23 Jawa Timur 87.491 9,46 Kalimantan Tengah 16.608 1,80

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa salah satu daerah yang memiliki

jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara.

Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ketiga sebagai sentra produksi nanas

terbesar di Indonesia. Jumlah produksi nanas Sumatera utara pada tahun 2005

adalah sebanyak 144.000 ton dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional

sebesar 15,57 persen.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004

Tahun Luas

Panen (ha)

Laju (%) Produksi (ton)

Laju (%) Produktivitas (ton/ha)

Laju (%)

2000 2.188 33.195 15,171 2001 2.192 548 31.325 - 16,751 14,291 - 16,24 2002 764 - 0,5 33.810 13,606 44,254 1,47 2003 836 11,611 3.033 - 11,175 37,121 - 5,20 2004 1.380 2,537 60.355 2,058 43,736 6,612

7.360 561,648 189.718 - 12,262 154,573 - 13,358 Total Rata-rata 1.472 112,33 37.943,6 - 2,452 30,915 - 2,67

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2000-2004 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa luas panen dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 112,33 per

tahun sedangkan produktivitas nanas mengalami penurunan dengan laju

penurunan rata-rata sebesar 2,67 dengan produktivitas rata-rata sebesar 30,915

ton/ha. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan produksi per tahunnya.

Page 20: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang

memiliki potensi pasar dan agroklimat yang cocok untuk pengembangan

agribisnis nanas. Hal ini didukung dengan adanya Industri pengolahan nanas

yaitu PT. Alami Agro Industry. Industri memperoleh bahan baku yang berasal dari

perkebunan nanas rakyat yang tergabung dalam ikatan kemitraan. Namun

demikian, masih terdapat banyak permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan nanas baik dari usahatani, industri pengolahan dan pemasaran.

Sehingga permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan dari

semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun petani nanas dengan tujuan untuk

memperoleh kesejahteraan bersama sehingga pengembangan usaha agribisnis

nanas tersebut layak diusahakan di daerah tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Prospek pengembangan nanas di Indonesia sangat cerah karena nanas

memiliki potensi yang relatif cukup besar, antara lain aspek sumberdaya alam

seperti lahan, agroklimat dan topografi, nilai ekonominya, kemampuan menyerap

tenaga kerja dan dapat digunakan sebagai unsur pendukung konservasi lahan.

Namun potensi tersebut belum mencapai hasil yang maksimal.

Provinsi Sumatera Utara merupakan penghasil nanas terbesar ketiga di

Indonesia pada tahun 2005 (Tabel 1) yaitu sebesar 144.000 ton. Namun laju

peningkatan jumlah produksi nanas Provinsi Sumatera Utara lebih kecil daripada

laju peningkatan jumlah produksi nanas di tingkat nasional. Di Sumatera Utara

terjadi peningkatan luas panen nanas tetapi jumlah produksinya mengalami

penurunan. Oleh karena itu, perlu diselidiki apakah agribisnis nanas tersebut layak

Page 21: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

untuk dilakukan di daerah penelitian. Hal ini terutama terkait dengan kemampuan

petani dalam memperoleh tambahan modal untuk pengembangan usahanya dalam

meningkatkan produksinya. Hingga saat ini, belum banyak investor maupun

lembaga keuangan yang bersedia meminjamkan modalnya untuk kelangsungan

usaha agribisnis ini sehingga usaha pengembangan agribisnis nanas tersebut layak

dilakukan baik secara finansial maupun ekonomi.

Sebagaimana dengan usaha-usaha lainnya, usaha agribisnis nanas ini juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen seperti harga output, harga input , dan

tingkat produksi. Oleh karena itu perlu diselidiki sejauh mana pengaruh perubahan

faktor-faktor eksogen tersebut terhadap kelayakan usaha pengembangan agribisnis

nanas. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka terdapat beberapa hal yang

akan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas di daerah

penelitian?

2. Bagaimanakah pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat

produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat

dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kegiatan dan kelayakan finansial dan ekonomi agribisnis nanas

2. Menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat

produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut.

Page 22: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

1. 4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada petani mengenai biaya

produksi dan pendapatan usahatani nanas

2. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada industri pengolahan dalam

hal perolehan keuntungan sehingga usaha pengembangan agribisnis nanas

di daerah Tapanuli Utara layak untuk di usahakan.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Lembaga-lembaga yang terkait lainnya

dalam mengembangkan agribisnis nanas.

4. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.

1. 5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi

gambaran umum karakteristik agribisnis nanas yang terdiri dari sub sistem

pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem produksi primer, sub

sistem pengolahan dan sub sistem pemasaran. Penelitian ini ditekankan pada

analisis kelayakan agribisnis nanas pada sub sistem produksi primer dengan sub

sistem pengolahan sehingga dapat menjawab permasalahan dan tujuan penelitian

yang ada.

Penelitian kelayakan sistem agribisnis nanas ini dibatasi pada kelayakan

investasi dengan menggunakan analisis finansial dan ekonomi beserta analisis

sensitivitasnya. Analisis kelayakan industri pengolahan dilakukan pada industri

pengolahan yang sudah berjalan selama 6 tahun dalam pengembangan usaha

agribisnisnya.

Page 23: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekologi Tanaman Nanas

2.1.1. Botani, Varietas dan Syarat Tumbuh Nanas

Tanaman nanas merupakan rumput yang batangnya pendek sekali.

Daunnya berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas

(ke arah ujung daun). Duri pada beberapa varietas nanas mulai lenyap, tetapi pada

ujung daunnya sering masih dapat dilihat. Tanaman nanas berbunga pada ujung

batang dan hanya sekali berbunga yang arah tegaknya ke atas. Nanas merupakan

tanaman monokotil, bersifat merumpun (bertunas anakan), dan pada batangnya

atau tangkai bunga sering tumbuh tunas pula (Sunarjono,1998).

Tunas batang disebut sucker, sedangkan tunas tangkai buah disebut slips.

Sebenarnya bunga nanas bersifat majemuk terdiri dari lebih 200 kuntum bunga

yang tidak bertangkai, duduk tegak lurus pada tangkai buah utama yang kemudian

mengembang menjadi buah majemuk yang enak dimakan. Buah seperti ini disebut

sinkarpik atau coenocarpium. Daun kelopak dari setiap kuntum bunga, yang

dikenal sebagai mata, masih jelas meninggalkan bekas pada buah tersebut.

Bunganya adalah sempurna yang mempunyai tiga kelopak (sepalum), tiga

mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma yang

bercabang tiga. Di atas buah tumbuh daun-daun pendek yang tersusun seperti

pilin, yang disebut mahkota (Sunarjono,1998).

Page 24: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tanaman nanas banyak jenisnya, namun jenis yang biasa di budidayakan

ada empat, yaitu :

1. Cayenne : jenis yang paling banyak ditanam di dataran tinggi ditujukan

untuk pengalengan. Jenis ini heterozigot. Pada mulanya hanya terdiri dari

satu type, namun sekarang sudah bertambah macamnya karena mutasi.

Jenis smooth cayenne daunnya tidak berduri, batangnya cukup panjang 20-

50 cm, jumlah daunnya antara 60-80, permukaan daun sebelah atas

berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau abu-abu

keperakan, tangkai buah 7,5-15 cm, rata-rata berat buah 2,5 kg. Bagian

pangkal buah membesar biasanya tidak berbiji. Warna buah matang hijau

sampai hijau kekuningan, rasanya agak masam.

2. Queen : merupakan jenis lama, pada umumnya ditanam di dataran rendah.

Jenis ini banyak di tanam di Australia dan Afrika Selatan. Buahnya lebih

kecil daripada cayenne. Ukuran buahnya 0,9-1,3 kg. Daunnya berduri

tajam, warna buah matang kuning sampe kemerahan, rasanya manis.

3. Singapore Spanish : banyak ditanam di semenanjung malaya untuk

dikalengkan. Daunnya berjumlah sekitar 50 helai, berat buahnya 1,6-2,3

kg.

4. Cabezona : merupakan jenis yang triploid, banyak ditanam di Puerto rico

untuk di konsumsi ekspor.

Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan

Cayenne dan Queen.

Page 25: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tanaman nanas menghendaki dataran rendah sampai dataran tinggi 1.200

m dpl dan tumbuh di sekitar daerah katulistiwa antara 25º LU/LS. Tanaman ini

tidak tahan terhadap temperatur dingin, tetapi tahan sekali terhadap kekeringan

karena nanas mempunyai sel penyimpan air yang efektif (sukulenta). Buahnya

peka terhadap sinar matahari terik (mudah terbakar). Walaupun demikian,

tanaman lebih senang terhadap tanah yang subur, daerah yang beriklim basah

dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per tahun. Tanaman tahan terhadap tanah

masam yang mempunyai pH 3-5, tetapi yang baik adalah tanah dengan pH antara

5-6,5. dari itu tanaman nanas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Di

daerah yang beriklim kering (4-6 bulan kering), tanaman nanas masih mampu

berbuah asalkan kedalaman air tanah antara 50-150 cm (Sunarjono,1998).

2.1.2. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman

Sampai sekarang tanaman nanas diperbanyak dengan anakan yang keluar

dari pangkal batangnya. Namun adakalanya diperbanyak pula dengan sucker atau

slips dan mahkotanya. Batang dan mahkota bunga itu dapat dipotong dan dibelah

dijadikan bibit. Antara anakan (raton), tunas batang (sucker), dan mahkota

(crown) terdapat perbedaaan sifat fisiologis dalam umur berbunga dan

produksinya. Makin ke bagian atas tanaman, makin panjang umurnya dan rendah

produksinya. Walaupun demikian, umur tanaman berbunga tidak menjadi

persoalan karena pembungaan tanaman nanas dapat diatur dengan memberikan zat

tumbuh, di antaranya karbid dan ethrel 40 PGR (Sunarjono,1998).

Nanas ditanam pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak antara dua baris 150

cm. Namun, nanas dapat pula ditanam pada jarak 150 cm x 150 cm. Makin rapat

Page 26: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

jarak tanamnya, makin kecil buah yang dihasilkan. Untuk kebutuhan industri

pengalengan (canning) biasanya diperlukan buah yang berukuran kecil (jarak

tanam 30 cm x 40 cm) silindris. Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 kg per

lubang tanam. Pupuk buatan yang digunakan yaitu 100 kg urea, 200 kg TSP, dan

100 kg KCL per hektar (Sunarjono,1998).

Pupuk buatan itu diberikan dua kali, yaitu pada umur 4 minggu setelah

tanam dan 8 minggu setelah tanam. Walaupun demikian, pemberian pupuk urea

yang berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (multiple crown)

yang menyebabkan buahnya menjadi kecil dan adakalanya buahnya ganda

(Sunarjono,1998).

Pemeliharaan selanjutnya ialah pembersihan rumput atau gulma, terutama

alang-alang (Imperata cylindrica L). Adanya gulma pada pertanaman nanas dapat

menurunkan hasil buah antara 20-42%. Pembuatan saluran-saluran drainase yang

baik sangat dianjurkan untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk

hati (titik tumbuh) (Sunarjono,1998).

2.1.3. Panen Hasil dan Pengolahan Nanas

Buah nanas harus dipanen setelah tua benar atau matang pohon. Tanda

buah dapat dipanen ialah matanya telah datar dan tampak jarang, apabila dipukul

(diketuk) akan mengeluarkan suara mengema. Buah nanas yang mulai matang

akan mengeluarkan aroma khas. Bulan-bulan panen besar ialah Desember,

Januari, dan Juli (Sunarjono,1998).

Orang pada umumnya mengkonsumsi buah nanas dalam keadaan segar.

Tetapi nanas dapat juga dinikmati dalam bentuk lain setelah mengalami

Page 27: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

pengolahan antara lain yaitu nanas dalam kaleng, jus nanas, nanas dalam botol,

selai, asinan, dll. Setelah mengalami pengolahan menjadi bentuk lain, maka nanas

tersebut memperoleh nilai tambah dan mempunyai harga jual yang lebih tinggi.

2.2. Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu sistem, bila akan dikembangkan harus terpadu

dan selaras dengan semua sub sistem yang ada di dalamnya. Pengembangan

agribisnis tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu sub

sistem yang ada di dalamya.

2.2.1. Konsep Sistem Agribisnis

Agribisnis mencakup semua kegiatan yang dimulai dengan subsistem

pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi primer, subsistem

pengolahan dan subsistem pemasaran. Sistem agribisnis akan berfungsi baik

apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsitem (dalam gambar 1).

Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya

karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari sub sistem lainnya.

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi

subsistem produksi primer

subsistem pengolahan

subsistem pemasaran

Lembaga penunjang Agribisnis (Pertanahan, Keuangan, Penelitian, dll.)

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)

Page 28: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Sub sistem pengolahan dalam sistem agribisnis tersebut sering dikenal

oleh masyarakat dengan istilah agroindustri. Agroindustri dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Agroindustri hulu

mencakup industri penghasil input pertanian, seperti pupuk, pestisida, alat-alat

dan mesin-mesin pertanian, dll. Agroindustri hilir adalah industri pengolahan

hasil-hasil pertanian primer bahkan lebih luas lagi mencakup industri sekunder

dan tersier yang mengolah lebih lanjut dari produk olahan hasil pertanian primer.

2.2.2. Sistem Agribisnis Nanas

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi

Pemasaran Produk Nanas

Industri Pengolahan Nanas

Usahatani Nanas

Departemen Pertanian, Bank, Lembaga Penelitian,pendidikan dll.

Gambar 2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya di kabupaten Tapanuli Utara

• Setiap subsistem dalam sistem agribisnis nanas mempunyai keterkaitan ke

belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada Industri

pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan tersebut akan

berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang

dihasilkan oleh usahatani nanasnya. Tanda panah ke depan (ke kanan) pada

Page 29: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Industri pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan nanas

akan berjalan dengan baik jika menemukan pasar untuk produknya.

• Agribisnis nanas memerlukan lembaga penunjang, misalnya Departemen

Pertanian, Bank, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan lain-lain. Lembaga

pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang

profesional sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan berupa

teknologi dan informasi. Lembaga keuangan (koperasi, bank, dll) membantu

dalam peminjaman modal saat berlangsungnya proses agribisnis. Biasanya

lembaga penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian, sehingga

sektor pertanian semakin erat terkait dengan sektor lainnya.

• Agribisnis nanas melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, swasta, dan

koperasi) dengan profesi sebagai penghasil produk nanas, pengolah nanas,

pedagang, distributor, importir, eksportir, dan lain-lain. Kualitas sumberdaya

manusia di atas sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem dalam

sistem agribisnis nanas dan memelihara kelancaran arus komoditas nanas dari

produsen ke konsumen.

2.3.Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi pendapatan dan pemasaran usahatani

nenas telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu oleh Maulana (1998), di

Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan, penggunaan faktor-

faktor produksi yang digunakan serta saluran dan margin pemasaran dari

usahatani nenas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan

Page 30: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

usahatani nenas per hektar per tahun pada tahun 1997 sebesar Rp. 14.490.000,00

sedangkan pengeluaran per hektar per tahun sebesar Rp. 2.765.500,00. Dari hasil

penerimaan dan pengeluaran tersebut maka pendapatan per hektar per tahun

adalah sebesar Rp. 11.724.500,00; dengan ratio R/C sebesar 5,24. hal itu berarti

bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan

sebesar Rp. 5,24.

Selain itu, Maulana meneliti tentang saluran pemasaran nenas yang terjadi

di Desa Bunihayu. Pola saluran pemasaran untuk menyalurkan nenas dari

produsen (petani) ke konsumen melalui tiga jenis pola saluran pemasaran. Saluran

pemasaran pola I lebih pendek dibandingkan pola II dan pola III. Berdasarkan

ketiga pola saluran pemasaran tersebut tidak ada perbedaan harga yang diterima

petani. Dalam pola saluran pemasaran I lebih dominan dibandingkan pola II dan

III karena mempunyai rasio total keuntungan dengan total pengeluaran yang

dikeluarkan oleh seluruh lembaga yang terlibat tertinggi yaitu 0,2, pola II 0,15,

dan pola III 0,14.

Yuningsih (1999), meneliti tentang Analisis Optimalisasi Pendapatan

Usahatani Pada Keragaman Jenis Usaha Petani Nenas, di Desa Bunihayu,

Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani nenas, jenis

kegiatan yang dapat mengoptimalkan pendapatan dan nilai pendapatan optimal,

sumberdaya utama yang menjadi kendala dalam optimalisasi pendapatan petani

nenas. Analisis data yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan,

pendapatan, efisiensi dan analisis optimalisasi yang terdiri dari analisis primal,

dual dan sensitivitas.

Page 31: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendapatan bersih total per ha

yang diperoleh petani lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap sebesar

Rp. 22.318.120,1 petani lahan sempit golongan pemilik penggarap sebesar Rp.

14.324.883,2 dan petani lahan sempit golongan penyewa penggarap sebesar Rp.

11.753.807,2. Untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap,

pendapatan bersih yang diterima sebesar Rp. 46.014.514,7 dan petani lahan luas

golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 30.997.250,0. Pendapatan bersih per ha

terbesar diterima oleh petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap.

Sedangkan hasil optimalisasi pendapatan bersih total usahatani nenas

menunjukkan bahwa optimalisasi pendapatan petani lahan sempit golongan

pemilik-penyewa penggarap sebesar Rp. 29.764.311,37 petani lahan sempit

golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 31.671.516,50 dan petani lahan sempit

golongan penyewa penggarap sebesar Rp. 21.892.173,40. Untuk petani lahan luas

golongan pemilik-penyewa penggarap, pendapatan bersih optimal yang diterima

sebesar Rp. 61.371.187,40 dan petani lahan luas golongan pemilik penggarap

sebesar Rp. 54.819.444,40. Pendapatan bersih total aktual (sekarang) yang

diperoleh petani nenas berlahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap

dengan jenis tanaman yang berbeda hampir mendekati optimal sedangkan petani

golongan yang lainnya belum optimal.

Dumaria (2003), meneliti tentang Analisis Efisiensi Usahatani Nenas, di

Desa Tambakan, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa

Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran usahatani nenas di

Subang, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nenas, dan

menganalisis efisiensi usahatani nenas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Page 32: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

rata-rata penerimaan usahatani nenas per hektar per tahun sebesar Rp.

18.000.000,00 sedangkan total biaya rata-rata per hektar per tahun sebesar Rp.

11.265.400,00 dengan biaya tunai rata-rata sebesar Rp. 9.138.300,00. Dari hasil

penerimaan dan biaya total tersebut maka diperoleh pendapatan per hektar per

tahun adalah sebesar Rp. 6.734.600,00 dan pendapatan atas biaya tunai adalah

sebesar Rp. 8.861.700,00; dengan ratio R/C atas biaya total sebesar 1,60 yang

berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 1,60 dan ratio R/C atas biaya tunai sebesar 1,98 yang

berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 1,98. Berdasarkan model fungsi produksi yang terbentuk

menunjukkan bahwa jumlah nilai elastisitas produksi sebesar 1,3040. dari nilai

tersebut menunjukkan bahwa skala usaha berada pada kondisi skala usaha yang

meningkat.

Simbolon (2000), meneliti tentang Analisis Kelayakan Investasi dan

Pemasaran Jeruk Siam Medan, di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji keragaan usahatani jeruk siam, menganalisis kelayakan investasi

pengusahaan jeruk siam Medan di Sumatera Utara, mengkaji perubahan analisis

kelayakan pengusahaan jeruk siam jika terjadi perubahan pada manfaat dan biaya

serta menganalisis sistem dan efisiensi pemasaran jeruk siam. Analisis data yang

digunakan mencakup analisis kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai

usahatani jeruk siam dan analisis kuantitatif untuk menganalisis kelayakan

investasi (menggunakan kriteria investasi : NPV, Net B/C, IRR dengan metode

discounted cash flow pada tingkat diskonto 24 persen) dan analisis sensitivitas

Page 33: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

untuk mengetahui kelayakan investasi terhadap perubahan pada manfaat dan biaya

serta analisis pemasaran digunakan analisis saluran dan fungsi-fungsi pemasaran

dan analisis margin pemasaran.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil produksi usahatani jeruk di

Desa Surbakti seluruhnya diorientasikan ke pasar. Dari perhitungan kelayakan

dengan tingkat diskonto 24 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 79.846.864,

hal ini berarti bahwa usahatani jeruk siam yang dilakukan menurut nilai sekarang

adalah menguntungkan untuk dilaksanakan karena akan memberikan keuntungan

sebesar Rp. 79.846.864. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh juga menunjukkan

bahwa usahatani jeruk layak diusahakan yaitu nilai Net B/C sebesar 4,45 atau

lebih besar dari satu dan nilai IRR sebesar 63,76 persen atau lebih besar dari

tingkat diskonto 24 persen. Tingkat pengembalian Investasi terjadi pada lima

tahun tujuh bulan umur tanaman dari 15 tahun umur tanaman yang ditentukan.

Dari hasil analisis sensitivitas usahatani jeruk siam pada tingkat diskonto

24 persen, memperlihatkan bahwa usahatani jeruk siam tidak peka terhadap

perubahan produksi, harga pupuk dan pestisida serta harga output. Sementara

dengan switching value yang dilakukan menunjukkan bahwa usahatani jeruk siam

menjadi tidak layak jika produksi atau harga output diturunkan lebih dari 51

persen dan biaya dinaikkan lebih dari 109 persen. Sehingga usahatani jeruk siam

kurang peka terhadap perubahan produksi dan harga output serta tidak peka

terhadap perubahan biaya. Ditinjau dari besarnya Margin pemasaran dan farmer’s

share yang diterima petani, maka jalur I lebih efisien dibandingkan dengan jalur

II, hanya saja dilihat dari rasio keuntungan biaya oleh masing-masing lembaga

yang terlibat kurang merata.

Page 34: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Nasution (2001), meneliti tentang Studi Kelayakan Agribisnis Jeruk, di

Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hasil

analisis usahatani jeruk selama 6 tahun yang dilakukan petani jeruk adalah

menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ratio R/C sebesar 1,91. Dengan

besarnya biaya tunai sebesar Rp. 9.452.300,00 dan biaya yang diperhitungkan

sebesar Rp. 2.325.000,00. Jadi total biaya yang dikeluarkan petani dalam

usahatani jeruk selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.777.300,00. Total produksi

selama 6 tahun sebesar 18.750 kg dengan tingkat harga Rp. 1200,00 per kg

sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 22.500.000,00. Maka diperoleh

pendapatan total petani jeruk selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 10.722.700,00.

Dengan analisis Tataniaga Pertanian, terdapat tiga jalur tataniaga dan jalur

tersebut merupakan jalur yang pendek. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi : fungsi

pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi

biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dengan menggunakan konsep

farmer’s share untuk mengetahui besarnya bagian yang diterima petani sebagai

balas jasa atas kegiatan yang dilakukan dalam usahatani jeruk. Menggunakan

analisis kelayakan usaha dengan cara mengkaji aspek-aspek yaitu aspek teknis,

aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Secara teknis usahatani jeruk

layak dilaksanakan karena usahatani jeruk telah memenuhi syarat-syarat yang

diperlukan. Membedakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jeruk yaitu

biaya investasi dan biaya operasional. Sedangkan manfaat diperoleh dengan cara

mengalikan hasil penjualan jeruk dengan harga jeruk itu sendiri. Dari hasil

perhitungan analisis finansial pada usahatani jeruk keprok siam diperoleh nilai

NPV sebesar 23.794.340,84, IRR sebesar 38,70 % dan Net B/C sebesar 8,16.

Page 35: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar 53.827.058,59,

IRR sebesar 27,32 % dan Net B/C sebesar 4,81. Untuk analisis finansial pada

usahatani jeruk keprok maga diperoleh nilai NPV sebesar 323.460.664,63, IRR

sebesar 26,96 % dan Net B/C sebesar 41,59, sedangkan pada analisis ekonomi

diperoleh nilai NPV sebesar 300.107.635,64, IRR sebesar 25,19 % dan Net B/C

sebesar 35,18. Dari hasil tersebut berarti usahatani jeruk keprok siam dan jeruk

keprok maga pada tingkat diskonto 12 % layak dilaksanakan di daerah penelitian.

Analisis sensitivitas kelayakan usahatani jeruk dilakukan terhadap 9 kemungkinan

perubahan produksi pada tingkat diskonto 12 %, 15 %, 16 %, 25 %, dan 30 %.

Dalam analisis kelayakan usaha selain kegiatan usahatani jeruk hal lain yang

diperhatikan adalah kegiatan agribisnis jeruk mulai dari produksi sampai

pengolahan hasil panen. Semua syarat yang diperlukan dalam proyek

pengembangan agribisnis jeruk yang direncanakan dapat dipenuhi.

Dari hasil perhitungan analisis finansial pada proyek agribisnis jeruk

diperoleh nilai NPV sebesar 46.227.520.218,34, IRR sebesar 24,09 % dan Net

B/C sebesar 11,35. Sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar

266.910.535.667,17, IRR sebesar 56,55 % dan Net B/C sebesar 41. Dari hasil

tersebut berarti proyek agribisnis jeruk pada tingkat diskonto 12 % layak

dilaksanakan di daerah penelitian.

Page 36: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-

sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat mengasilkan

keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu.

Dalam beberapa proyek biaya-biaya produksi atau pemeliharaan yang telah

dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat secara cepat,

kira-kira dalam jangka satu tahun (Gittinger, 1986).

Tujuannya dilakukan analisis proyek adalah : (1) mengetahui tingkat

keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) menghindari

pemborosan sumber daya dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak

tidak menguntungkan; (3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang

ada sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan; (4)

menentukan prioritas investasi (Gray, et al., 1992).

Untuk dapat merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif, perlu

mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan

bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu.

Seluruh aspek ini saling berhubungan. Seluruh aspek harus selalu

dipertimbangkan pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus

pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, kelayakan agribisnis nanas akan dianalisis

berdasarkan empat aspek, yaitu aspek teknis, aspek institusional-organisasi-

manajerial, aspek sosial, dan aspek ekonomi.

Page 37: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

3.1.1. Aspek Teknis

Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Hal itu sangat

penting, dam kerangka proyek harus dibuat secara jelas agar supaya analisa secara

teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek teknis berpengaruh sangat besar

terhadap kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Analisa

teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu

proyek pertanian : keadaan tanah, ketersediaan air, irigasi, varietas benih,

teknologi sampai ke fasilitas-fasilitas pemasaran, penyimpanan dan pengolahan.

Namun tidak dikatakan bahwa aspek lain tidak penting, karena semua aspek

saling berhubungan.

3.1.2. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Dalam Gittinger (1986), analisa aspek ini berkisar antara penetapan

institusi, organisasi dan manajerial yang tepat dan tidak tumpang tindih

(overlapping), yang secara jelas mempunyai pengaruh yang penting terhadap

pelaksanaan proyek.

Untuk dapat melaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat

dengan struktur kelembagaan disuatu negara atau daerah, usulan organisasi

proyek harus diteliti untuk mengetahui apakah proyek dapat diarahkan, serta

kemampuan manajerial dari staf yang ada untuk dapat memutuskan apakah

mereka sanggup menangani kegiatan-kegiatan sektor publik berskala besar.

Page 38: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

3.1.3. Aspek Sosial

Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus

mempertimbangkan pola dari kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh

proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai

penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat serta

apakah proyek bersahabat dengan lingkungannya (Gittinger, 1986).

3.1.4. Aspek ekonomi

Analisa ekonomi proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah

suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap

pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup

besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan.

Sudut pandang yang diambil dalam analisa ekonomi ini adalah masyarakat secara

keseluruhan (Gittinger, 1986).

Namun ada beberapa unsur yang berbeda dalam penilaian dengan aspek

finansial yaitu : (1) Harga, dalam analisis ekonomi digunakan harga bayangan

(shadow price) yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang

sesungguhnya daripada unsur-unsur biaya dan manfaat masyarakat, (2)

Pembayaran transfer dalam analisis ekonomi, pajak tidak dikurangkan dalam

perhitungan benefit dari proyek, karena pajak tidak dianggap sebagai biaya tetapi

merupakan hasil bersih proyek. Sedangkan subsidi dianggap sebagai pengeluaran

proyek karena dianggap sebagai biaya bagi masyarakat, dan Bunga, dalam analisis

ekonomi bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil kotor.

Secara rinci, analisis ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya :

Page 39: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

1. Ketidaksempurnaan pasar (termasuk dalam distorsi yang timbul

karena peraturan pemerintah), misalnya pengendalian harga.

2. Adanya pajak dan subsidi. Pajak berarti pendistribusian sebagian

kekayaan konsumen atau perusahaan ke pemerintah.

3. Berlakunya konsep konsumen surplus dan produsen surplus.

Bagian yang termasuk didalam aspek ekonomi adalah aspek finansial dan

aspek komersial. Unsur-unsur yang termasuk dalam analisis finansial adalah

(Gittinger, 1986) : (1) harga yang digunakan adalah harga pasar; (2) pembayaran

transfer yaitu pajak merupakan biaya proyek dan sebagai pengurang laba, subsidi

akan mengurangi biaya proyek sehingga menambah manfaat proyek. Dengan

adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang selama umur ekonomis kegiatan

usaha maka perlu dilakukan metode Discounted Cashflow analysis. Cashflow

analysis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh

nilainya. Komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penerimaan

atau manfaat (benefit ; inflow) dan pengeluaran atau biaya (cost ; outflow). Selisih

antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) yang kemudian dijadikan

nilai sekarang (present value) dengan mengalikannya dengan tingkat diskonto

(discount rate) yang besarnya telah ditetapkan. Tingkat diskonto ini harus senilai

dengan opportunity cost of capital atau biaya marginal kegiatan tersebut dari

sudut pandang pemilik modal atau peserta usaha dan biasanya tingkat usaha

tersebut untuk meminjam modal.

Page 40: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Terdapat beberapa kriteria penilaian suatu investasi sehubungan dengan

metode Discounted Cash Flow,antara lain yaitu :

1) Net Present Value (NPV), nilai sekarang dari selisih antara penerimaan

dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Proyek dinyatakan layak bila

NPV lebih besar atau sama dengan nol, yang berarti proyek tersebut

minimal telah mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor

produksi modal;

2) Net Benefit Cost ratio (B/C), merupakan penilaian yang dilakukan untuk

melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan

jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih

sekarang yang negatif. Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang

diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Proyek

dikatakan layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan tidak

layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu. Apabila B/C sama

dengan satu, pengambilan keputusan diserahkan pada pihak manajemen;

3) Internal Rate Of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV

sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan

tingkat keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan

kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika IRR

suatu proyek lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang berlaku

maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan;

Page 41: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial dari suatu

proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan

penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.

Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat

penting untuk menyakinkan bahwa terdapat permintaan yang efektif pada suatu

harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana yang

cocok harus dibuat bagi para petani untuk menyakinkan tersedianya pupuk,

pestisida dan benih unggul yang mereka perlukan untuk dapat menggunakan

teknologi baru atau pola penanaman baru.

Pemasaran

Definisi pemasaran pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1987)

mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak

milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen

ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang

menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih

memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada

konsumen. Dalam analisis pemasaran ini yang akan dilihat adalah lembaga

pemasaran, saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan marjin pemasaran.

a. Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran

Lembaga dan saluran pemasaran nanas ini mengikuti arus penyaluran nanas dari

petani sampai ke konsumen. Dalam pemasaran barang atau jasa terlibat beberapa

badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Karena

jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa sering berjauhan

Page 42: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan untuk

menggerakkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dari titik produksi ke titik

konsumsi. Lembaga perantara dapat dikelompokkan atas : (1) Pedagang Perantara,

terdiri dari pengecer dan grosir, (2) Agen Perantara, terdiri dari brokers dan

komisi, (3) pedagang spekulatif, (4) Pengolah dan Pabrik dan (5) Organisasi

fasilitas.

Dalam menyalurkan produk yang dihasilkan, para produsen tidak dapat

melakukan penyaluran produknya ke setiap pasar yang dikehendakinya maupun

pada setiap waktu yang dikehendaki produsen. Ada beberapa faktor penting yang

harus dipertimbangkan bila hendak memilih saluran pemasaran, yaitu :

1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir, potensi

pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pesanan.

2. Pertimbangan barang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat

barang, kerusakan, sifat teknis barang dan apakah barang tersebut untuk

memenuhi pesanan atau pasar.

3. Pertimbangan intern perusahaan meliputi sumber permodalan, kemampuan

dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan pelayanan.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi segi kemampuan

lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan

perusahaan.

b. Fungsi-fungsi Pemasaran

Proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen

memerlukan kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk memperlancar

Page 43: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

proses penyaluran barang dan atau jasa secara efektif dan efisien untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut fungsi-

fungsi pemasaran. Klasifikasi fungsi-fungsi pemasaran Agribisnis Nanas antara

lain : (1). Fungsi pertukaran : Fungsi usaha pembelian dan penjualan, (2). Fungsi

fisik pemasaran : Fungsi usaha penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, (3).

Fungsi Fasilitas Pemasaran : Fungsi standarisasi dan penggolongan produk, usaha

pembiayaan, penanggungan risiko serta penyediaan informasi pasar.

c. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan

harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran.

Marjin pemasaran pada umumnya dianalisis pada komoditas yang sama, jumlah

yang sama dan pada pasar persaingan sempurna. Biaya pemasaran mencakup

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang

berhubungan dengan penjualan hasil produksi dan jumlah biaya yang dikeluarkan

oleh lembaga tataniaga (Limbong dan sitorus 1987).

Biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga tataniaga dalam proses penyaluran

suatu komoditi tergantung dari fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan. Perbedaan

fungsi yang dilakukan setiap lembaga tataniaga menyebabkan perbedaan harga

jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai konsumen akhir.

Konsep marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 44: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Harga

Pr

Pf

Sr

Dr

Sf

Df

Qr, f Jumlah

Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap Marjin Tataniaga dan nilai Marjin Tataniaga.

Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987. Keterangan : Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani Sr = Penawaran di tingkat pengecer Sf = Penawaran di tingkat petani Dr = Permintaan di tingkat pengecer Df = Permintaan di tingkat pengecer Qr, f = jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

3.1.5. Payback Period

Merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu

pengembalian investasi. Dasar yang digunakan dalam perhitungan adalah aliran

kas (cash flow), sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted

payback period. Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik proyek itu

diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan

lainnya.

Page 45: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

3.1.6 Analisis Sensitivitas

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena

dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi pengeluaran yang akhirnya akan

mempengaruhi tingkat kelayakan suatu proyek. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka dirasakan perlu untuk dilakukan sebuah analisis atau penelaahan kembali

terhadap suatu proyek untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat

adanya perubahan-perubahan tersebut (Gittinger, 1986).

Pada bidang pertanian, perubahan kriteria investasi dapat terjadi akibat

adanya perubahan harga output, tingkat produksi, harga input dan tingkat suku

bunga. Jadi analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen

peningkatan atau penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan

perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak

dilaksanakan.

3.2. Kerangka pemikiran operasional

Dalam usaha pengembangan nanas harus didasarkan dengan perhitungan

yang cermat serta dilihat secara keseluruhan sebagai satu sistem agribisnis nanas,

yaitu menyangkut industri pengadaan dan penyaluran sarana produksi nanas,

usahatani nanas, industri pengolahan nanas dan pemasaran nanas. Yang kemudian

sub-sub sistem diidentifikasi karakteristik usahanya antara lain sub sistem

usahatani nanas dan industri pengolahan nanas dengan mengkaji aspek-aspek

yang untuk mengetahui karakteristik kelayakan usaha agribisnis nanas antara lain

aspek teknis, aspek sosial, aspek Institusional-Organisasi-Manajerial, dan aspek

ekonomi. Untuk mengetahui apakah secara finansial dan ekonomi agribisnis nanas

Page 46: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

tersebut layak diusahakan, maka dilakukan pengukuran beberapa kriteria

kelayakan investasi, yaitu NPV, Net B/C dan IRR. Kemudian dilanjutkan dengan

Analisis Jangka Pengembalian Investasi untuk mengetahui jangka waktu

pengembalian investasi dan Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana usaha tersebut masih layak dilakukan bila terjadi

perubahan-perubahan harga output, tingkat produksi, kenaikan biaya dan tingkat

suku bunga. Hasil analisis sensitivitas akan diinterpretasikan dan dibahas secara

mendalam untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai kelayakan

agribisnis nanas. Subsistem pemasaran dikaji dengan mengunakan analisis

pemasaran untuk mengetahui saluran pemasaran yang lebih efisien dan apakah

saluran pemasaran tersebut layak di usahakan. Alur pemikiran dalam penelitian ini

dapat disimpulkan dalam bagan gambar 4.

Page 47: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Sistem Agribisnis Nanas di Tapanuli

Utara

Subsistem pengadaan dan

penyaluran sarana produksi

Subsistem usahatani

nanas

Subsistem industri

pengolahan nanas

Subsistem pemasaran nanas

Kelayakan Agribisnis

Analisis Finansial Analisis Ekonomi Analisis sensitivitas Jangka waktu dan

Pengembalian Investasi

Layak Tidak Layak

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Page 48: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli

Utara, Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan rekomendasi dari Dinas

Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara. Daerah tersebut merupakan salah satu sentra

produksi nanas di Sumatera Utara yang didukung oleh lokasi yang cocok untuk

bertanam nanas. Selain itu daerah tersebut juga telah mulai mengembangkan

nanas dengan bekerjasama bersama PT. Alami Agro Industry. Dengan

pengambilan sampel di daerah ini, diharapkan dapat memberikan gambaran

umum agribisnis nanas di Sumatera Utara dengan baik. Pengumpulan data

dilakukan sejak bulan April sampai dengan bulan Mei 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

dari wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden serta pengamatan

secara langsung di lapangan (observasi). Data sekunder diperoleh dari berbagai

literatur yang terdapat di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian dan

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli

Utara, Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara. Data sekunder ini akan dipergunakan

sebagai data penunjang bagi penelitian ini.

Page 49: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan pada 40 petani di

Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pemilihan

responden dilakukan dengan metode snowballing. Mekanisme pemilihan sampel

yang dilakukan adalah sebagai berikut : pada daerah tersebut dicari satu orang

yang representatif ke Dinas Pertanian Kecamatan Sipahutar (melalui PPL).

Kriteria representatif yang dimaksud adalah petani nanas yang mempunyai luas

lahan nanas yang paling luas di wilayah tersebut. Setelah selesai mewawancarai

responden yang pertama, maka dicari responden yang berikutnya berdasarkan

keterangan dari responden yang pertama tadi. Hal ini terus dilakukan sampai

diperoleh 40 responden di daerah tersebut sampai ke tingkat pemasarannya.

Sedangkan deskripsi sampel untuk agribisnisnya dilakukan secara purposive pada

PT. Alami Agro Industri dengan melakukan wawancara pada staf HRD dan

bagian kepala departemen produksi.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kualitatif dan metode

kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dengan menginterpretasikan dan

mendiskripsikan data yang diperoleh, sedangkan metode kuantitatif dilakukan

dengan cara menganalisis data tersebut meliputi transfer data, editing data,

pengolahan data dengan excel’97 dan alat hitung kalkulator, serta interpretasi

secara deskriptif. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis yang mendalam

dan menyeluruh terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu aspek teknis, aspek

Page 50: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek finansial

dan aspek ekonomi.

4.4.1. Analisis Kelayakan Investasi

Untuk menguji kelayakan agribisnis nanas di tingkat subsistem usahatani nanas

dari aspek finansial maupun ekonomi digunakan alat ukur atau kriteria investasi

sebagai berikut, yaitu NPV, Net B/C, IRR dan payback period. Selain itu juga

dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan faktor-faktor

eksogen terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut.

Peluang pengembangan agribisnis nanas dianalisis dengan menggunakan

kriteria investasi sebagai berikut :

a) Net Present Value (NPV), merupakan selisih antara nilai sekarang

penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat diskonto

tertentu, yang dinyatakan dengan rumus :

( )∑= +

−=

n

tti

CtBtNPV0 1

Keterangan : Bt : manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct : biaya yang dikeluarkan pada tahun t n : umur ekonomis proyek i : discount rate (persen)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah sebagai berikut :

1) NPV > 0, artinya secara finansial proyek layak untuk dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan.

Page 51: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

2) NPV = 0, artinya secara finansial proyek sulit untuk dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya

yang dikeluarkan.

3) NPV < 0, artinya secara finansial proyek tidak layak untuk

dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya

yang dikeluarkan.

b) Net Benefit Cost ratio (B/C), adalah perbandingan present value dari net

benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif.

Untuk menghitung indeks ini, terlebih dahulu dihitung (Bt – Ct)/(1+i)t

yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

( )

( )∑

=

=

+−+−

= n

tt

n

tt

iBtCtiCtBt

CtB

0

0

1

1/

Keterangan : Bt : manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct : biaya yang dikeluarkan pada tahun t n : umur ekonomis proyek i : discount rate (persen) Proyek dikatakan layak dilaksanakan jika diperoleh nilai Net B/C lebih

besar dari satu dan tidak layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari

satu. Apabila B/C sama dengan satu, pengambilan keputusan diserahkan

pada pihak manajemen.

Page 52: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

c) Internal Rate Of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto (discount

rate) pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen,

yang dinyatakan dengan rumus :

IRR = i1 + NPV 1 x (i2-i1)

NPV 1 - NPV 2

Keterangan : i1 : tingkat diskonto yang lebih rendah NPV 1 : nilai sekarang dari arus manfaat neto tambahan pada i1 NPV 2 : nilai sekarang dari arus manfaat neto tambahan pada i2 Jika IRR suatu proyek lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang

berlaku maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan; namun jika IRR

suatu proyek lebih kecil daripada tingkat diskonto yang berlaku maka

proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

d) Analisis Ekonomi

Pada analisis ekonomi, pada dasarnya perhitungan NPV, Net B/C, serta

IRR sama dengan analisis finansial. Namun ada beberapa unsur yang

berbeda dalam penilaiannya yaitu : (1) Harga, dalam analisis ekonomi

digunakan harga bayangan (shadow price) yang menggambarkan nilai

sosial atau nilai ekonomis yang sesungguhnya daripada unsur-unsur biaya

dan manfaat masyarakat, (2) Pembayaran transfer dalam analisis ekonomi,

pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benefit dari proyek, karena

pajak tidak dianggap sebagai biaya tetapi merupakan hasil bersih proyek.

Sedangkan subsidi dianggap sebagai pengeluaran proyek karena dianggap

sebagai biaya bagi masyarakat, dan Bunga, dalam analisis ekonomi bunga

modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil kotor.

Page 53: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

e) Payback Period, yaitu penilaian kelayakan investasi dengan mengukur

jangka waktu pengembalian biaya investasi maupun net benefit negative,

melalui pendapatan bersih yang diperoleh. Dasar yang digunakan dalam

perhitungan adalah aliran kas (cash flow), sehingga metode perhitungan

yang digunakan adalah discounted payback period. Semakin cepat waktu

pengembalian biaya investasi maupun net benefit negatif, maka proyek

tersebut semakin baik untuk dilaksanakan.

f) Analisis Sensitivitas, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sebuah

analisis atau penelaahan kembali terhadap suatu proyek untuk melihat

pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat adanya kondisi yang berubah-ubah

atau ketidakpastian. Dalam analisis kelayakan agribisnis nanas ini,

analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan (inflow) dan arus

pengeluaran (outflow), yaitu perubahan pada harga output, tingkat

produksi, harga input dan tingkat suku bunga.

4.4.2. Metode Penentuan Harga Bayangan

Untuk analisis ekonomi, harga yang digunakan adalah harga bayangan

(shadow price) yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang

sesungguhnya daripada unsur biaya dan manfaat masyarakat. Berikut akan

dijelaskan penaksiran harga bayangan.

Page 54: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

1. Harga Bayangan Output

Harga yang ditetapkan dalam penelitian adalah harga dengan harga batas

(border price). Jenis output domestik yang melebihi konsumsi lokal, sedangkan

diekspor atau barang yang potensial sebagai komoditas ekspor di masa datang,

harga batas relevan adalah f.o.b (free on board). Sedangkan jenis output yang

diimpor atau barang substitusi impor, harga batasnya adalah harga c.i.f (cost,

insurance and freight). Harga batas tersebut kemudian disesuaikan untuk

memperhitungkan biaya pengangkutan dalam negeri dan biaya tataniaga antara

pelabuhan impor atau ekspor ke lokasi proyek, maka didapat harga bayangannya

(Gittinger, 1986).

2. Harga Bayangan Input

a. Harga Bayangan Bibit

Harga bayangan bibit dari nanas cayenne diasumsikan dengan harga pasar

karena bibit nanas tersebut belum dipasarkan di pasar dunia dan tidak ada

kebijakan pemerintah yang mengatur harga bibit secara langsung. Umumnya bibit

nanas cayenne diperoleh dari kios pertanian, jadi harga bayangannya sama dengan

harga pasarnya.

b. Harga Bayangan Pupuk

Pupuk yang bisa dilihat harga bayangannya adalah pupuk urea dan pupuk SP-

36, karena pupuk Urea, SP-36, dan NPK Phonska merupakan barang tradeable.

Page 55: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

c. Harga Bayangan Lahan

Dalam usaha dibidang pertanian, lahan merupakan salah satu faktor produksi

yang sangat penting. Harga bayangan lahan digunakan berdasarkan cara yang

dikemukakan oleh Gittinger (1986), yaitu sama dengan harga pasar lahan karena

lahan yang digunakan adalah lahan petani sendiri.

d. Harga Bayangan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam suatu proyek terdiri dari tenaga kerja

kasar, tenaga kerja menengah (unskill labour) dan tenaga ahli (skill labour). Pada

keadaan dimana tenaga kerja merupakan tenaga kerja kasar dan tenaga kerja

menengah (unskill labour) pemberian upah tidak mencerminkan marjinal value

atau produktivitasnya maka digunakan harga bayangan upah. Sedangkan tenaga

terdidik digunakan tingkat upah pasar. Dalam sektor pertanian di daerah pedesaan,

tenaga kerja yang digunakan pada usahatani umumnya adalah unskill dan tenaga

kerja kasar. Penetapan harga bayangan upah yaitu sebesar 125% dari harga

finansialnya.

e. Harga Bayangan Peralatan

Alat-alat pertanian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain garpu,

cangkul, pisau, parang keranjang dan lain-lain. Harga bayangan alat-alat pertanian

tersebut adalah sama dengan harga pasarnya karena sulit didapat data ekspor

maupun impor untuk peralatan tersebut.

Page 56: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

3. Harga Bayangan Nilai Tukar

Harga bayangan nilai tukar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

SER = SCFOER

dimana : SER = nilai tukar harga bayangan

OER = nilai tukar harga resmi

SCF = faktor konversi standar untuk tahun ke-t

Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan

ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebgai berikut :

SCF =)()(

)(TmtMtTxtXt

MtXt++−

dimana : Xt = nilai ekspor tahun ke-t

Mt = nilai impor tahun ke-t

Txt = penerimaan pemerintah dari pajak ekspor tahun ke-t

Tmt = penerimaan pemerintah dari pajak impor tahun ke-t

Pada penelitian ini nilai tukar resmi yang digunakan adalah nilai tukar

rata-rata pada bulan Desember 2006 yaitu sebesar Rp. 9.250,- per dollar,

sedangkan penerimaan pemerintah dari pajak ekspor adalah sebesar Rp. 419

milyar serta penerimaan impor sebesar Rp. 16,573 milyar. Nilai dari ekspor

sebesar Rp. 700,224 milyar didapat dari laporan realisasi APBN tahun 2006.

Sementara nilai impor Indonesia pada kurun waktu tersebut adalah sebesar Rp.

Page 57: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

453,111 milyar. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai SCF sebesar 0,986

sehingga nilai SER yang digunakan adalah Rp. 9,655,17 per dollar.

4.5. Definisi Operasional dan Asumsi Dasar pada Analisis Kelayakan Usahatani Nanas dan Agribisnis Nanas

Manfaat adalah segala sesuatu yang dapat menambah pendapatan bagi

proyek. Manfaat yang diperhitungkan dibatasi pada manfaat yang dapat diukur

(tangible benefit). Hal yang sama juga diberlakukan pada biaya sebagai komponen

pengeluaran. Penerimaan proyek merupakan hasil penjualan produksi buah dan

canned pineapple tidbits dan pineapple juice concentrate pada lahan proyek.

Biaya adalah segala sesuatu yang dapat mengurangi pendapatan bagi

proyek. Arus biaya (outflow) ada tiga jenis, yaitu biaya investasi, biaya

operasional dan biaya lain-lain. Biaya investasi merupakan biaya yang

dikeluarkan pada awal tahun pelaksanaan proyek, yang termasuk biaya investasi

adalah pembelian tanah, gudang, cangkul, rambas, babat, sprayer, sarung tangan,

sepatu bot, beko, keranjang, pabrik, kantor, asrama, gudang, dan sarana

penunjang), pembelian mesin-mesin, alat-alat dan perlengkapannya, sarana

angkutan produksi dan mobil dinas, instalasi listrik dan pembelian diesel atau

generator. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan

kegiatan agribisnis nanas. Biaya operasional meliputi pembelian sarana produksi

termasuk di dalamnya pupuk buatan, obat-obatan, biaya produksi canned

pineapple tidbits dan pineapple juice concentrate dan biaya upah tenaga kerja,

termasuk di dalamnya adalah biaya tenaga kerja usahatani dan pengolahan buah

nanas menjadi canned pineapple tidbits dan pineapple juice concentrate. Pajak

termasuk dalam biaya lain-lain.

Page 58: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4.5.1. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas

Proyek ini ditujukan kepada petani nanas di daerah penelitian sebagai

informasi dan bahan pertimbangan dalam mengelola usahatani nanasnya. Analisis

kelayakan finansial dan ekonomi usahatani nanas pada luasan lahan satu hektar

dengan asumsi bahwa usahatani yang dilakukan menggunakan sistem pengolahan

secara intensif. Pada kegiatan tersebut dilakukan menggunakan bibit lokal yang

diperoleh dari bagian mahkota tanaman nanas dengan jenis bibit cayenne, jumlah

pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan dikelola dengan perlakuan

pemeliharaan tanaman yang lebih intensif.

Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan usahatani nanas dalam

penelitian ini adalah :

1. Kegiatan investasi untuk alat-alat pertanian, sarana dan fasilitas, bibit, dan

lain-lain untuk persiapan tanam dan tanam selesai dalam satu tahun yaitu

tahun ke-1, sedangkan pemeliharaan dilaksanakan secara terus-menerus.

2. Tahun ke-1 kegiatan investasi adalah tahun 2007, dan tahun ke-2 adalah

tahun 2008. Pada tahun ke-3 tanaman nanas mulai menghasilkan.

3. Tingkat diskonto (discount rate) yang dipakai dalam analisis ini didekati

dari rata-rata tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk suku

bunga kredit pertanian pada tahun 2007, yaitu 15% dan dilakukan analisis

sensitivitas pada tingkat suku bunga kredit pertanian tertinggi, yaitu 26%

untuk melihat apakah proyek masih layak jika suku bunga dinaikkan.

Page 59: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4. Pada tahun pertama petani meminjam kepada bank BRI sebesar

Rp. 5.000.000,- dan sesuai kesepakatan pinjaman tersebut dibayarkan

dengan cara diangsur selama 5 tahun.

5. Tingkat harga input dan output diasumsikan sama dari awal proyek hingga

akhir proyek, karena keterbatasan waktu, dana dan data yang diperoleh.

6. Analisis sensitivitas usahatani nanas dilakukan pada 9 kemungkinan

perubahan yang terjadi, pada jumlah produksi, hargta output, dan harga

input serta tingkat suku bunga yaitu produksi naik sebesar 35 persen dan

turun sebesar 15 persen, hal ini didasarkan pada persentase pertumbuhan

produksi nanas secara teknis di lapangan. Perubahan harga jual output,

yaitu sebesar 20 persen dan turun sebesar 20 persen hal ini berdasarkan

pada persentase perubahan harga jual output pada saat penelitian

dilaksanakan. Analisis perubahan biaya dilakukan bila terjadi kenaikan

harga input, yaitu untuk pestisida dan pupuk sebesar 10 persen, hal ini

didasarkan atas rata-rata persentase perubahan harga pestisida dan harga

pupuk yang terjadi di daerah penelitian selama penelitian berlangsung.

7. Pelaksanaan usahatani nanas diasumsikan dengan menggunakan sistem

budidaya yang intensif yang mempengaruhi pada proses pemeliharaannya

dan pemakain jumlah input untuk pemupukan.

8. Produksi nanas diperoleh dari rata-rata produksi nanas yang dihasilkan

berdasarkan tiap usia tanaman hingga usia tanaman 10 tahun.

9. Umur proyek disesuaikan dengan usia ekonomis tanaman, yaitu 10 tahun.

Page 60: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4.5.2. Analisis Kelayakan Agribisnis

Proyek II ditujukan kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di

daerah penelitian untuk agribisnis nanas. Proyek yang direncanakan adalah proyek

agribisnis nanas mulai dari perolehan bahan baku dari petani plasma hingga

pengolahan hasil panen. Dalam analisis ini bahan baku diperoleh dari petani

plasma dengan keseluruhan luas lahan mencapai 500 hektar yang direncanakan

dengan luas lahan tersebut mampu menyediakan bahan baku secara kontinu pada

industri pengolahan nanas.

Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan industri pengolahan

nanas dalam penelitian ini adalah :

1. Kegiatan investasi untuk industri pengolahan, meliputi pabrik, kantor,

asrama, gudang, dan sarana penunjang), pembelian mesin – mesin, alat –

alat dan perlengkapannya, sarana angkutan produksi dan mobil dinas,

instalasi listrik dan pembelian diesel atau generator. Tahun ke-1 kegiatan

investasi adalah tahun 2007, dan tahun ke-2 adalah tahun 2008.

2. Industri yang dianalisis sudah berjalan selama 6 tahun yang akan

mengembangkan usahanya melalui pembukaan inti perkebunan nanas

seluas 100 ha.

3. Proyek ini dilaksanakan dalam bentuk perusahaan Perseroan Terbatas (PT)

dengan menggunakan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Petani nanas

yang berada di sekitar perusahaan yang menjadi plasma dalam proyek ini.

Page 61: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4. Tingkat diskonto (discount rate) yang dipakai dalam analisis ini didekati

dari rata-rata tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk suku

bunga kredit pertanian pada tahun 2007, yaitu 15 persen dan dilakukan

analisis sensitivitas pada tingkat suku bunga kredit pertanian tertinggi pada

tahun 2001, yaitu 26 persen untuk melihat apakah proyek masih layak jika

suku bunga dinaikkan.

5. Analisis sensitivitas industri pengolahan nanas dilakukan pada 8

kemungkinan perubahan yang terjadi, pada jumlah produksi, harga output,

dan harga input serta tingkat suku bunga, yaitu produksi tetap dan turun 20

persen hal ini berdasarkan pengalaman produksi yang dialami perusahaan

selama 6 tahun. Harga jual output tetap dan meningkat sebesar 5 persen

hal ini berdasarkan pada persentase perubahan harga jual output pada saat

penelitian dilaksanakan. Perubahan pada biaya input dengan kenaikan

sebesar 10 persen pada biaya produksi dan harga bahan baku tetap dan

meningkat sebesar 20 persen, hal ini didasarkan atas rata-rata persentase

perubahan harga biaya produksi yang terjadi di daerah penelitian selama

penelitian berlangsung.

6. Tingkat harga input dan output diasumsikan sama dari awal proyek hingga

akhir proyek, karena keterbatasan waktu, dana dan data yang diperoleh.

7. Untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan yang terjadi pada produksi

nanas, tingkat harga input dan output, serta tingkat suku bunga, maka

dilakukan analisis sensitivitas pada beberapa kemungkinan perubahan

yang terjadi.

Page 62: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

8. Pelaksanaan usahatani nanas diasumsikan dengan menggunakan sistem

budidaya yang intensif.

9. Produksi canned pineapple tidbits dan pineapple juice concentrate

diperoleh dari rata-rata produksi nanas yang dihasilkan berdasarkan

catatan produksi tiap tahunnya hingga akhir proyek.

10. Umur proyek yang digunakan disesuaikan dengan usia ekonomis tanaman,

yaitu 10 tahun.

Page 63: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada 1A020’ – 2A041’ Lintang Utara

dan 98A05 – 99A015’ Bujur timur dengan ketinggian sekitar 300 meter – 1800

meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 10605 km2 atau seluas

1.060.500 hektar. Lahan yang berpotensi untuk diolah adalah 604060,8 hektar

(56,96 persen), terdiri dari untuk sawah 124074,08 hektar (20,54 persen),

perkebunan 68379,68 hektar (11,32 persen), sawah kering 76474,09 hektar (12,66

persen), perkebunan campuran 29478,17 hektar (4,88 persen), dan penggunaan

lainnya. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara adalah 750.000 jiwa,

dengan kepadatan rata – rata 70 orang per km2. Mata pencaharian terbanyak

penduduknya adalah sebagai petani, kepemilikan lahan pertanian 1 hektar per

kepala keluarga atau 0,25 hektar per jiwa. Secara administratif Kabupaten

Tapanuli Utara terdapat 15 kecamatan, yaitu Adiankoting, Garoga, Muara,

Pagaran, Pahae Jae, Pahae Julu, Pangaribuan, Parmonangan, Purbatua, Siatas

Barita, Siborong-Borong, Simangumban, Sipahutar, Sipoholon, dan Tarutung.

Ibukotanya berada di Tarutung.

5.2 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kecamatan Sipahutar, Tapanuli

Utara

Kecamatan Sipahutar terletak pada ketinggian 600 – 1200 meter di atas

permukaan laut dan luas wilayah 40,28 persen. Penggunaan lahan di kecamatan

ini terdiri dari 233618,95 hektar (54,69 persen), terdiri dari untuk sawah 47704,98

hektar (20,42 persen), perkebunan 23992,67 hektar (10,27 persen), sawah kering

Page 64: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

32823,329 hektar (14,05 persen), perkebunan campuran 12218,27 hektar (5,23

persen), dan penggunaan lainnya. Waktu tempuh lokasi penelitian dari

Kabupaten Tapanuli adalah selama 1,5 jam. Dan transportasi yang

menghubungkan kecamatan ini dengan kabupaten relatif masih sedikit.

Di Kabupaten Tapanuli Utara pasar buka setiap hari. Namun pada tiap –

tiap kecamatan pasar hanya buka sekali dalam seminggu. Oleh karena hal itulah

pemasaran nanas mengalami banyak hambatannya.

5.3 Kajian Agribisnis Nanas di Daerah Penelitian

Dalam penelitian ini akan dibahas kajian mengenai agribisnis nanas

didaerah penelitian, yaitu kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kajian

agribisnis nanas ini dimulai dari hulu sampai ke hilir, yaitu dari penyediaan dan

penyaluran sarana produksi, usahatani nanas, industri pengolahan dan pemasaran.

Kegiatan penyediaan dan penyaluran sarana produksi yang berupa pupuk, obat-

obatan dan peralatan ini bisa diperoleh petani langsung dari kios terdekat di tiap

kecamatannya. Pupuk yang biasa dipakai petani nanas ini adalah urea, SP – 36,

dan NPK Phonska sedangkan untuk obat – obatan yang sering digunakan adalah

Carmex, Alli dan Polaris. Dalam Tabel 3 berikut ini adalah harga pupuk dan obat-

obatan di daerah penelitian.

Tabel 3. Harga pupuk dan obat-obatan yang berlaku di kabupaten Tapanuli Utara Urea

(Rp/Kg)

SP-36

(Rp/Kg)

NPK Phonska

(Rp/Kg)

Carmex

(Rp/Kg)

Alli

(Rp/Bungkus)

Polaris

(Rp/liter)

1.200 1.800 3.600 95.000 5.000 30.000

Page 65: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Sebagian besar petani nanas di Kecamatan Sipahutar melaksanakan

kegiatan usahataninya masih dengan cara tradisional. Dimana peralatan usahatani

yang digunakan masih sederhana, yaitu cangkul, rambas, babat, sprayer, sarung

tangan, sepatu bot, beko dan keranjang. Dalam Tabel 4 berikut ini adalah harga

peralatan usahatani nanas yang berlaku di daerah penelitian.

Tabel 4. Harga – harga peralatan usahatani nanas yang berlaku di Kabupaten Tapanuli Utara

Peralatan Harga (Rp/satuan)

Cangkul 25.000

Rambas 25.000

Babat 20.000

Sprayer 185.000

Sarung tangan 2.500

Sepatu bot 30.000

Beko 210.000

Keranjang 20.000

Dalam pelaksanaan kegiatan usahatani nanas petani menggunakan bibit

nanas dengan jenis cayenne yang diperoleh dari lahan sendiri. Nanas diperbanyak

dengan bagian mahkota buahnya. Mahkota bunga itu dipotong dan dibelah untuk

dijadikan bibit. Tanaman nanas dari bibit yang diperoleh dari mahkota ini akan

berbuah pada usia 18 – 24 bulan SMT. Nanas ditanam pada jarak 150 cm x 30 cm.

Dengan jarak tanam ini petani membutuhkan bibit sebanyak 18000 biji per

hektarnya dan buah yang dihasilkan pun cukup besar dengan rata-rata berat buah

pertamanya antara 2 – 3 kg. Petani nanas di daerah penelitian ini melakukan

Page 66: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

pemupukan selama 2 kali per tahunnya dengan dosis pupuk yang diberikan

tergantung dari tingkat kesuburan tanahnya. Namun sebagian besar petani nanas

ini memberikan dosis pupuk, yaitu 100 kg urea, 200 kg SP-36, dan 100 kg NPK

Phonska per hektar.

Nanas dapat dipanen setelah nanas berumur 2 tahun. Pemanenan dilakukan

2 kali dalam satu bulannya serta cara panen sederhana yaitu dengan cara dipotek.

Jumlah panen rata-rata tiap tahun sekitar 23,238 ton per hektar. Nanas daerah ini

memiliki karakteristik yang berbeda dengan nanas di daerah lainnya, yaitu ukuran

buahnya besar, rasanya manis, dan banyak mengandung air. Tanaman nanas mulai

diremajakan saat umurnya mencapai 10 tahun, dimana petani merasa tanaman ini

sudah tua dan tidak dapat memberikan keuntungan lagi. Dalam melaksanakan

kegiatan usahatani nanas ini petani mempunyai hambatan antara lain dalam hal

budidaya dan pemasaran hasil panennya. Hambatan ini terjadi karena latar

belakang pendidikan yang masih rendah, yaitu SD dan SLTP.

Petani memasarkan nanasnya langsung kepada pedagang pengumpul dan

pedagang antar kota dengan harga masing-masing Rp 600 dan Rp 1000. Di

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki dua macam saluran pemasaran, yaitu

pemasaran dalam kota dan pemasaran luar kota. Untuk lebih lanjut pemasaran

nanas ini akan dibahas dalam bab selanjutnya. Di Kecamatan Siborong-borong,

Kabupaten Tapanuli terdapat industri pengolahan nanas, yaitu PT. Alami Agro

Industri. Pabrik Pengolahan Nanas ini dibangun dengan luas lahan 22 ha yang

direncanakan dapat memproduksi nanas sebanyak 16-32 ton per hari. Line

pengolahan yang tersedia sekaligus mampu mengolah buah nanas yang tersedia

Page 67: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

menjadi produk-produk nanas unggulan seperti Slice, Tidbits, Chunk, Concentrate

dan Pineapple Waste.

Limbah yang dihasilkan sebanyak ± 35 % dari jumlah bahan baku yang

diolah akan terbagi menjadi bahan baku pengolahan pakan ternak (feed mill) dan

juga pupuk kompos melalui proses fermentasi biotekhnologi. Wilayah pemasaran

produk nanas olahan dari PT. Alami Agro Industri ini hingga ke Australia, dan

Amerika.

Dalam kegiatan agribisnis nanas ini, pemerintah daerah Kabupaten

Tapanuli Utara ini juga mempunyai peranan penting dalam membina, mengatur,

dan mengawasi kegiatan tersebut. Peran serta pemerintah ini melalui dinas

pertanian yang terdapat di Kabupaten hingga ke tingkat kecamatan. Namun pada

saat penelitian peran pemerintah belum berjalan secara maksimal.

Page 68: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

VI. ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS NANAS

6.1 Analisis Usahatani Nanas

Dalam menganalisis usahatani nanas yang dilakukan petani di daerah

penelitian diasumsikan bahwa : (1) lahan yang digunakan untuk usahatani nanas

adalah seluas 1 hektar, (2) jenis nanas yang digunakan adalah nanas jenis cayenne,

(3) usahatani nanas yang dianalisis hanya pada tahun ke-6, karena rata-rata umur

tanaman nanas didaerah penelitian adalah 5 tahun.

6.1.1. Analisis Biaya

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam analisis usahatani nanas terdiri dari

biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai meliputi biaya yang diperlukan untuk

pembelian bibit, pupuk buatan (Urea, SP-36, dan NPK Phonska), obat-obatan dan

pestisida (Alli, Carmex dan Polaris), upah tenaga kerja yang berasal dari luar

keluarga, PBB, biaya pembelian inventaris usahatani (cangkul, rambas, babat,

sprayer, sarung tangan, sepatu bot, beko, dan keranjang) dan biaya perawatan alat

– alat pertanian tersebut. Sedangkan biaya tidak tunai meliputi biaya penyusutan

inventaris usahatani dan upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga.

Besarnya biaya tunai yang dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahatani

nanasnya pada tahun ke-6 adalah sebesar Rp. 4.777.500,- sedangkan besarnya

biaya tidak tunai yang dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahatani nanasnya

pada tahun ke-6 adalah sebesar Rp. 4.455.000,-. Jadi total biaya yang dikeluarkan

petani dalam pelaksanaan usahatani nanas pada tahun ke-6 adalah sebesar

Page 69: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Rp. 9.232.500,-. Pada Tabel 5 dapat dilihat perhitungan biaya-biaya tunai yang

dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahatani nanas pada tahun ke-6.

Tabel 5. Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6

No Uraian Jumlah Harga Satuan Nilai

1 Sewa lahan 1 1.000.000 1.000.000

2 PBB 1 5.000 5.000

3 Pupuk UREA 100 1.200 120.000

4 Pupuk SP-36 200 1.800 360.000

5 Pupuk NPK Phonska 100 3.600 360.000

6 Pestisida 2 146.250 292.500

7 Perawatan alat 1 35.000 35.000

8 TK Luar Keluarga 781,5 20.000 2.605.000

Jumlah 4.777.500

Dan pada Tabel 6 dapat dilihat hasil perhitungan biaya-biaya tidak tunai

yang dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahatani nanas pada tahun ke-6.

Tabel 6. Biaya Tidak Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6

No Uraian Jumlah Harga Satuan Nilai

1 Biaya Penyusutan Alat

Cangkul 3 12.500

Rambas 2 8.500

Babat 2 6.500

Sprayer 1 30.000

Sepatu Bot 2 10.000

Beko 1 35.000

Keranjang 2 10.000

Sarung Tangan 4 2.500

2 TK Dalam Keluarga 217 4.340.000

Jumlah 4.455.000

Page 70: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

6.1.2. Analisis Pendapatan

Dalam menganalisis pendapatan usahatani nanas didasarkan pada

penerimaan yang diterima dari penjualan produksi nanas dan total biaya yang

dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahatani nanas tersebut.

Total produksi nanas pada tahun ke-6 adalah 32.880 kg. Harga nanas yang

berlaku adalah Rp. 600,- per kg, sehingga total penerimaan usahatani nanas yang

diperoleh pada tahun ke-6 adalah sebesar Rp. 19.728.000,-. Pendapatan petani

nanas atas biaya total pada tahun ke-6 adalah sebesar Rp. 10.495.500,- dan

pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 14.950.500,- dengan rasio

penerimaan terhadap biaya total (R/C) adalah sebesar 1,13 yang berarti bahwa

setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar

Rp. 1,13 dan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19

yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 2,19. Dilihat dari hasil analisis usahatani tersebut, bahwa

dalam pelaksanaan usahatani nanas tersebut menguntungkan.

6.2 Analisis Pemasaran Nanas

6.2.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Nanas

Lembaga dan saluran pemasaran nanas di daerah penelitian dilakukan

dengan cara mengikuti arus penyaluran nanas dari petani sampai ke konsumen.

Dalam pemasaran nanas tersebut terlibat beberapa badan mulai dari petani nanas,

Pedagang Pengumpul (Tokek), Pedagang Antar Kota, Agen, Pengecer, dan

Konsumen. Dalam menyalurkan nanas yang dihasilkan petani tidak dapat

melakukan penyaluran produknya ke setiap pasar yang dikehendakinya maupun

Page 71: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

pada setiap waktu yang dikehendaki petani. Pada Gambar 5 dapat dijelaskan lebih

rinci mengenai saluran pemasaran dan lembaga perantara yang terlibat di daerah

penelitian.

P. Pengumpul

P. Pengumpul

P. Pengumpul

P. Antar Kota

P. Antar Kota

Konsumen

Agen Pengecer

Agen Konsumen Pengecer

Pengecer Konsumen

Pengecer

Agen

Konsumen

Petani

Gambar 5. Saluran Pemasaran Nanas di Kec. Sipahutar, Tapanuli Utara

Keterangan : Jalur I : Petani, Pedagang Pengumpul, Pedagang Antar Kota, Agen, Pengecer,

dan Konsumen. Jalur II : Petani, Pedagang Pengumpul, Agen, Pengecer, dan Konsumen. Jalur III : Petani, Pedagang Pengumpul, pengecer, dan Konsumen. Jalur IV : Petani, Pedagang Antar Kota, Agen, Pengecer, dan Konsumen.

Saluran pemasaran nanas di Kecamatan Sipahutar terbagi menjadi 2, yaitu

Pemasaran Dalam Kota (Jalur II dan III) dan Pemasaran Luar Kota (I dan IV).

Petani nanas di Kecamatan Sipahutar pada umumnya menjual nanas langsung

kepada pedagang pengumpul atau pedagang antar kota. Pedagang antar kota juga

termasuk pedagang pengumpul yang tergolong kepada pedagang pengumpul besar

(bandar). Pedagang pengumpul pada umumnya menjual nanas kepada pedagang

antar kota (bandar), walaupun kadang – kadang langsung kepada pengecer dan

konsumen. Konsumen dalam hal ini adalah Industri Pengolahan Nanas yang ada

Page 72: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

di Kecamatan Siborong – borong, Tapanuli Utara. Sedangkan pedagang antar kota

menjual nanas kepada agen di Pasar Induk. Pasar Induk dari pedagang antar kota

merupakan pasar – pasar besar yang ada di Medan, Pematang Siantar dan Aceh.

Pedagang antar kota ada juga yang memasarkan nanasnya kepada Industri

Pengolahan Nanas yang ada di kotanya, antara lain : Pematang Siantar, Medan

dan Lampung. Agen di Pasar induk merupakan pedagang penampung atau

pedagang perantara nanas yang datang dari daerah yang akan dipasarkan di kota

tersebut. Jalur I merupakan jalur pemasaran yang terjadi di Kecamatan Sipahutar ,

Tapanuli Utara.

Penjualan Nanas oleh petani kepada pedagang pengumpul dilaksanakan

setelah panen. Pedagang pengumpul membeli nanas langsung ke kebun nanas

milik petani. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah pembayaran secara tunai

setelah hasil diserahkan kepada pedagang pengumpul dan pembayaran secara

tidak tunai dilakukan setelah hasil panen yang sudah diserahkan kepada pedagang

pengumpul terjual kepada agen, pedagang antar kota atau konsumen. Petani

memilih menerima sistem pembayaran tidak tunai tersebut, karena petani tidak

langsung menjual nanasnya ke pedagang pengecer atau konsumen dengan adanya

berbagai pertimbangan, yaitu risiko kerusakan dan biaya pengangkutan nanas.

6.2.2. Fungsi – fungsi Pemasaran

Untuk memperlancar proses penyaluran barang dan atau jasa secara efektif

dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen diperlukan

fungsi – fungsi pemasaran. Setiap lembaga pemasaran nanas yang terlibat di

Page 73: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

dalam saluran pemasaran nanas mulai dari petani nanas di Kecamatan Sipahutar,

masing - masing mempunyai fungsi pemasaran sendiri.

Tabel 8. Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Nanas di Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara

Fungsi Pemasaran

Petani Pedagang Pengumpul

Pedagang Antar Kota

Agen Pedagang Pengecer

Pembelian X X X X

Penjualan X X X X X

Penyimpanan X X X X

Pengangkutan X X X X

penyortiran dan pengepakan

X X X X

Penanggungan Risiko

X X X X

Informasi X X X X

Setelah nanas dibeli oleh pedagang pengumpul, maka nanas tersebut

disortir (pemberian standarisasi dan penggolongan produk) berdasarkan kualitas

dan ukuran buahnya menurut kelas – kelasnya (gradenya). Grade nanas yang

berlaku di Kecamatan Sipahutar ada tiga, yaitu grade A, B, dan C atau super,

besar dan kecil. Tingkat harga yang dikenakan pada tiap grade tersebut berbeda –

beda, pada umumnya dibedakan pedagang pengumpul sebelum dipasarkan

sedangkan pada saat pembelian ditingkat petani harga yang dikenakan adalah

sam – sam (sama – sama), tidak dibedakan gradenya semua dianggap sama rata.

6.2.3. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran dapat diartikan sebagai perbedaan harga yang dibayar

konsumen dengan harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan

Page 74: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

keuntungan pemasaran. Dalam menganalisis marjin pemasaran nanas di daerah

penelitian diasumsikan bahwa : (1) jumlah yang sama dan (2) pada pasar

persaingan sempurna. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dipakai dalam

pelaksanaan fungsi – fungsi pemasaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga

pemasaran nanas tersebut antara lain : pembelian, penjualan, penyimpanan,

pengangkutan, sortasi, penanggungan resiko, dan informasi. Untuk mengetahui

besarnya yang diterima petani digunakan konsep farmer’s share (%*), yaitu

bagian yang diterima petani sebagai balasan jasa atas kegiatannya dalam usahatani

nanas. Hal ini dapat dilihat dari bagian yang diterima petani, yaitu sebesar Rp.

600,- untuk Jalur I, II, dan III, sedangkan pada Jalur IV adalah sebesar Rp. 1.000,-

. Dalam Jalur I, II, dan III farmer’s share yang diterima petani adalah sebesar

28,57 persen dari harga jual pedagang pengecer dan pada Jalur IV adalah sebesar

47,62 persen.

Biaya Pemasaran terbesar yang dikeluarkan dalam pemasaran nanas

terdapat pada Jalur I, yaitu sebesar Rp. 676,39 atau sebesar 28,12 persen dari

harga yang dikenakan pada pedagang pengecer nanas. Kemudian diikuti oleh Jalur

IV, II, dan III, masing – masing secara berurutan sebesar Rp. 535,65 atau sebesar

14,9 persen, Rp. 254,17,- atau sebesar 9,53 persen, dan Rp. 197,03 atau sebesar

6,81 persen. Untuk perhitungan penyebaran harga nanas dan biaya pemasaran

nanas di Kecamatan Sipahutar dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 75: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tabel 9. Penyebaran Harga Nanas dan Marjin Pemasaran Nanas di Kecamatan Sipahutar

Pola I Pola II Pola III Pola IV Unsur Marjin Rp/Kg %* Rp/Kg %* Rp/Kg %* Rp/Kg %*

Petani

Harga Jual 600 28,57 600 28,57 600 28,57 1000 47,62

Pedagang Pengumpul

Harga Beli 600 28,57 600 28,57 600 28,57

Biaya 140,74 3,63 140,74 3,63 140,74 3,63

Keuntungan 259,26 15,42 259,26 15,42 259,26 15,42

Marjin 400 19,05 400 19,05 400 19,05

Harga Jual 1000 47,62 1000 47,62 1000 47,62

Pedagang Antar Kota

Harga Beli 1000 47,62 1000 47,62

Biaya 422,22 18,59 422,22 9,07

Keuntungan 77,78 14,74 77,78 14,74

Marjin 500 33,33 500 23,81

Harga Jual 1500 80,95 1500 71,43

Agen

Harga Beli 1500 71,43 1000 47,62 1500 71,43

Biaya 57,14 2,72 57,14 2,72 57,14 2,72

Keuntungan 242,86 11,56 742,86 35,37 242,86 11,56

Marjin 300 14,28 800 38,09 300 14,28

Harga Jual 1800 85,71 1800 85,71 1800 85,71

Pengecer

Harga Beli 1800 85,71 1800 85,71 1000 47,62 1800 85,71

Biaya 56,29 3,18 56,29 3,18 56,29 3,18 56,29 3,11

Keuntungan 243,71 11,11 243,71 11,11 1043,71 49,2 243,71 11,18

Marjin 300 14,29 300 14,29 1100 52,38 300 14,29

Harga Jual 2100 100 2100 100 2100 100 2100 100

Total Biaya 676,39 28,12 254,17 9,53 197,03 6,81 535,65 14,9

Total Keuntungan 823,61 52,83 1245,83 61,9 1302,97 64,62 564,35 37,48

Total Marjin 1500 80,95 1500 71,43 1500 71,43 1100 52,38

Keuntungan / Biaya 1,217655495 4,901561947 6,61305385 1,053579763 %* dihitung dari persentase harga pengecer

Dari Tabel 9 dapat kita lihat total keuntungan dari kegiatan pemasaran

tersebut. Total keuntungan terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar

Page 76: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Rp. 1.302,97 atau 64,62 persen sedangkan marjin yang terbesar berada pada Jalur

I, II, dan III, yaitu sebesar Rp. 1.500,- atau sebesar 71,43 persen. Rasio

keuntungan pemasaran (∏/C) yang terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar

6,61. Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa lembaga pemasaran dengan

biaya pemasaran yang besar belum menjamin akan memperoleh keuntungan yang

lebih besar juga dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Namun

keuntungan tersebut diperoleh tergantung dari pasar yang dituju dan panjang

pendeknya saluran pemasaran yang berlaku. Pada jalur III merupakan saluran

pemasaran yang terpendek dan memperoleh keuntungan yang terbesar. Tingkat

permintaan nanas pada jalur II dan III merupakan tingkat permintaan paling

rendah, karena pasar nanas pada jalur II dan III hanya berlaku di dalam kota saja,

yaitu Kabupaten Tapanuli Utara. Sedangkan jalur I dan IV pasar nanas yang dituju

lebih luas, yaitu sampai keluar dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan

sampai ke Aceh dan Lampung. Dari hasil analisis marjin pemasaran tersebut dapat

disimpulkan bahwa saluran pemasaran nanas di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten

Tapanuli Utara cukup efisien, karena saluran pemasarannya tidak terlalu panjang.

Sedangkan saluran pemasaran yang terbaik diantara empat jalur tersebut adalah

jalur IV, karena pada jalur ini petani lebih diuntungkan dengan penerimaan yang

lebih besar dan pasar nanas menjadi lebih luas.

Page 77: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

6.3. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas

Dalam menganalisis kelayakan usahatani nanas dalam penelitian ini akan

dibahas mengenai analisis kelayakan usahatani nanas yang berada di Kabupaten

Tapanuli Utara. Kegiatan dilakukan oleh pelaku usahatani nanas di Kabupaten

Tapanuli Utara diasumsikan bahwa : (1) untuk sub sistem usahatani nanas pada

Lahan seluas 1 Ha di Kecamatan Sipahutar, dan (2) dilakukan pengelolaan secara

intensif. Analisis kelayakan tersebut akan dikaji dengan menggunakan analisis

Finansial dan Ekonomi. Selain itu juga perlu mengkaji aspek lain yang tidak kalah

pentingnya, yaitu aspek teknis, aspek institusi, organisasi dan manajerial, aspek

sosial dan aspek komersial.

6.3.1. Analisis aspek – aspek kelayakan usahatani nanas

Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa, dalam hal ini adalah

usahatani nanas. Syarat – syarat tumbuh tanaman nanas antara lain yaitu : (1).

Tanaman nanas menghendaki dataran rendah sampai dataran tinggi 1.200 m dpl,

(2). kondisi tanah yang subur dengan pH tanah antara 5 – 6,5, (3). daerah yang

beriklim basah dengan curah hujan 1.000 - 2.500 mm per tahun. Kecamatan

Sipahutar memungkinkan untuk pengembangan usahatani nanas, karena

kecamatan tersebut memiliki kecocokan untuk syarat tumbuh tanaman nanas,

yaitu : (1) wilayahnya terletak pada ketinggian 600 – 1200 m dpl, (2). kondisi

tanahnya subur dengan pH tanah antara 3 – 6,5, (3). daerah yang beriklim basah

dengan curah hujan 1.000 - 2.500 mm per tahun, hal ini juga didukung dengan

Page 78: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

adanya pengelolaan usahatani nanas yang dilakukan petani Kecamatan Sipahutar

selama ini menguntungkan dan sebagian besar masyarakatnya bertani nanas. Dari

hasil wawancara dengan Staf Dinas Pertanian, PPL, dan petani bahwa dalam

membudidayakan tanaman nanas ini adalah mudah. Dengan menerapkan jarak

tanam 150 cm X 30 cm dan dalam 1 Ha menggunakan sebanyak 18000 bibit

nanas. Bibit nanas diambil dari bagian mahkota nanas (pucuknya) dan nanas

mulai berproduksi sejak berusia 18 – 24 bulan setelah masa tanam (tahun ke – 3).

Pemupukan dilakukan 2 x setahun setelah masa tanam dengan pemberian dosis

sebanyak 1 : 2 :1 (Urea : SP-36 : NPK Phonska). Buah nanas dapat dipanen

sebanyak dua kali sebulan. Namun dalam penerapannya tugas dari lembaga

penunjang belum maksimal, misalkan dengan adanya penyuluhan mengenai

penerapan teknologi baru.

Secara sosial kecamatan Sipahutar merupakan salah satu sentra produksi

nanas terbesar di Tapanuli Utara. Dengan cara budidaya tanaman nanas yang

relatif lebih mudah serta biaya usahatani yang lebih efisien dibandingkan dengan

tanaman buah lainnya, maka sebagian besar masyarakat kecamatan Sipahutar

memilih usahatani nanas ini. Pengelolaan usahataninya sangat sederhana sehingga

dalam pelaksanaan usahatani ini layak dilaksanakan karena tidak bertentangan

dengan pola sosial budaya masyarakat setempat.

Secara komersial nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, hal ini dapat dilihat dari

permintaan masyarakat dalam dan luar negeri akan buah nanas (Tabel lampiran

4). Hal ini menunjukkan bahwa buah nanas di Indonesia mempunyai peluang

pasar yang baik.

Page 79: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

6.3.2. Analisis Kelayakan Investasi Usahatani Nanas

1. Biaya dan Manfaat Usahatani Nanas

Biaya – biaya yang dikeluarkan dalam usahatani nanas ini dibedakan atas

biaya investasi dan biaya operasional. Untuk analisis finansial, biaya investasi

terdiri dari pembelian alat – alat pertanian (Cangkul, Rambas, Babat, Sprayer,

Sarung tangan, Sepatu Bot, keranjang, dan Beko), sedangkan biaya operasional

terdiri dari biaya untuk sewa lahan, pembelian bibit, pupuk buatan (Urea, SP-36,

dan NPK Phonska), pestisida, tali, upah tenaga kerja dan pembayaran PBB.

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat – alat pertanian adalah

sebesar Rp. 670.000,- untuk tahun pertama pada lahan satu hektar. Sedangkan

untuk biaya operasionalnya untuk tahun pertama pada lahan 1 hektar, terdiri dari :

biaya sewa lahan untuk satu hektar sebesar Rp. 1.000.000,-, pembelian bibit

sebesar Rp. 1.800.000,-, pembelian pupuk Urea sebesar Rp. 120.000,-, pupuk SP-

36 sebesar Rp.360.000,-, pupuk NPK Phonska sebesar Rp.360.000,-, semua

pupuk diberikan sejak tahun pertama dan secara terus menerus sesuai dengan

dosis pupuk yang diberikan pada tanaman tersebut, pemberian pestisida dan obat

tanaman sebesar Rp. 292.500, pembelian tali sebesar Rp. 15.000,-, dan upah

tenaga kerja sebesar Rp.8.720.000,-, serta pembayaran PBB tiap tahunnya yaitu

sebesar Rp. 10.000,-. Total Biaya Operasional adalah sebesar Rp. 12.712.500,-.

Total biaya di tahun pertama pada lahan satu hektar adalah Rp. 13.382.500,-.

Rincian biaya yang dikeluarkan untuk tahun pertama pada analisis finansial dapat

dilihat pada Tabel Lampiran 5, dan untuk tahun-tahun berikutnya dapat dilihat

pada Tabel Lampiran 6.

Page 80: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Pada analisis ekonomi, biaya yang dikeluarkan juga terdiri dari biaya

investasi dan biaya operasional. Biaya investasi terdiri dari pembelian alat – alat

pertanian (Cangkul, Rambas, Babat, Sprayer, Sarung tangan, Sepatu Bot,

keranjang, dan Beko), sedangkan biaya operasional terdiri dari biaya untuk sewa

lahan, pembelian bibit, pupuk buatan (Urea, SP-36, dan NPK Phonska), pestisida,

tali, dan upah tenaga kerja. PBB tidak dibayarkan karena pajak bukan merupakan

biaya. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat – alat pertanian

adalah sebesar Rp. 670.000,- untuk tahun pertama pada lahan satu hektar.

Sedangkan untuk biaya operasionalnya untuk tahun pertama pada lahan 1 hektar,

terdiri dari : biaya sewa lahan untuk satu hektar sebesar Rp. 1.000.000,-,

pembelian bibit sebesar Rp. 1.800.000,-, pembelian pupuk Urea sebesar

Rp. 138.577,-, pupuk SP-36 sebesar Rp.397.900,-, pupuk NPK Phonska sebesar

Rp. 378.760,-, semua pupuk diberikan sejak tahun pertama dan secara terus

menerus sesuai dengan dosis pupuk yang diberikan pada tanaman tersebut,

pemberian pestisida dan obat tanaman sebesar Rp. 292.500, pembelian tali sebesar

Rp. 15.000,-, dan upah tenaga kerja sebesar Rp.8.720.000,-. Total Biaya

Operasional adalah sebesar Rp. 12.777.737,-. Dan Total biaya di tahun pertama

pada lahan satu hektar adalah Rp. 13.447.737,-. Rincian biaya yang dikeluarkan

untuk tahun pertama pada analisis ekonomi dapat dilihat pada Tabel lampiran 7,

dan untuk tahun – tahun berikutnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 8.

Manfaat yang diperoleh dari usahatani nanas ini merupakan penerimaan

yang didapat dari hasil penjualan buah nanas itu sendiri dikalikan dengan harga

yang berlaku dan nilai sisa dari lahan. Penerimaan nanas diperoleh mulai tahun ke

tiga sampai tahun ke sepuluh, karena usia ekonomis nanas tersebut adalah

Page 81: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

10 tahun. Pendapatan bersih yang diperoleh merupakan selisih antara penerimaan

dengan pengeluaran. Pada tahun pertama petani melakukan pinjaman kredit

sebesar Rp. 5.000.000,- kepada bank yang akan dikembalikan dengan cara

diangsur selama 5 tahun. Dari cash flow analisis finansial dan ekonomi usahatani

nanas (tabel lampiran 6 dan 8) pada lahan satu hektar terlihat bahwa pendapatan

bersih yang diterima pada tahun ke – 1 dan ke – 2 bernilai negatif, yaitu secara

berurutan masing – masing sebesar Rp. -8.382.500,- dan Rp. -11.607.500,- untuk

analisis finansial sedangkan untuk analisis ekonomi masing-masing sebesar

Rp. -10.627.737,- dan Rp. -13.592.737,-. Hal ini terjadi karena pada ke-2 tahun

ini usahatani nanas belum ada penerimaan, dan mulai pada tahun ke-6 dan

berikutnya nilai pendapatan bersih bernilai positif.

2. Kelayakan Investasi Usahatani Nanas

Dari hasil perhitungan kelayakan investasi yang dilakukan pada tingkat

diskonto 15 persen diperoleh NPV, IRR, dan NBCR. Pada analisis finansial untuk

satu hektar lahan dengan tingkat diskonto 15 persen diperoleh nilai NPV sebesar

Rp. 5.623.375,19, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut

nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar

Rp. 5.623.375,19, karena nilainya lebih besar dari 0 atau NPV > 0, NBCR yang

diperoleh adalah 1,35 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap

penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,35 sedangkan nilai

IRR yang diperoleh adalah sebesar 24 persen, yang diperoleh lebih besar dari

tingkat diskonto. Dari perolehan NPV > 0, NBCR > 1, dan IRR > 15 persen

menunjukkan bahwa secara finansial usahatani nanas tersebut layak dilaksanakan

Page 82: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

pada tingkat diskonto 15 persen sedangkan pada analisis ekonomi untuk satu

hektar lahan dengan tingkat diskonto 15 persen diperoleh nilai NPV sebesar

Rp. 295.442.787,68, NBCR yang diperoleh adalah 18,88 dan nilai IRR yang

diperoleh adalah sebesar 40,89 persen. Dari nilai yang diperoleh, usahatani nanas

secara ekonomi layak untuk dilaksanakan pada tingkat diskonto 15 persen, karena

syarat – syarat kelayakan investasi terpenuhi. Pada Tabel 10 dapat dilihat NPV,

IRR dan NBCR dalam analisis finansial dan ekonomi pada tingkat diskonto

15 persen pada lahan satu hektar.

Tabel 10. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas Analisis Kelayakan Usahatani

Nanas

NPV DF

(%)

IRR

(%)

Net

B/C

Analisis Finansial Rp. 5.623.375,19 15 24 1,35

Analisis Ekonomi Rp. 269.566.747,91 15 41 14,81

Keterangan : Di Kecamatan Sipahutar pada lahan 1 Ha.

Dari Tabel 10 dapat dilihat perbandingan hasil analisis secara finansial dan

ekonomi. Dari hasil perbandingan tersebut diperoleh nilai NPV pada analisis

ekonomi lebih besar dari analisis finansial, yaitu sebesar Rp. 269.566.747,91 yang

berarti penanaman investasi pada usahatani nanas tersebut akan mendatangkan

keuntungan sebesar Rp. 269.566.747,91 bagi masyarakat, sedangkan pada analisis

finansial NPV yang diperoleh sebesar Rp. 5.623.375,19. Hal ini berarti

keuntungan yang diterima masyarakat lebih besar dibandingkan dengan yang

diperoleh pelaksana kegiatan usahatani nanas (petani). Nilai Net B/C yang

diperoleh pada analisis ekonomi adalah 14,81 sedangkan nilai Net B/C pada

analisis finansial adalah 1,35. Net B/C pada analisis ekonomi lebih besar daripada

analisis finansial yang berarti keuntungan dari setiap satuan biaya yang

dikeluarkan masyarakat lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang

Page 83: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

diperoleh petani. Suatu investasi layak dilaksanakan apabila nilai IRR lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku. IRR yang diperoleh pada

analisis ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan IRR yang diperoleh pada

analisis finansial yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh masyarakat lebih

tinggi daripada yang diterima petani.

Dari hasil perhitungan analisis finansial dan ekonomi dapat disimpulkan

bahwa kegiatan usahatani nanas layak untuk dilaksanakan baik dari sisi pelaksana

kegiatan usahatani maupun dari sisi masyarakat. Hal ini terbukti dengan

terpenuhinya syarat – syarat kelayakan investasi baik secara finansial maupun

ekonomi, yaitu NPV > 0, Net B/C > 1, dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto

yang digunakan.

6.4. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas

Analisis kelayakan industri pengolahan nanas dalam penelitian ini akan

dikaji dengan menggunakan analisis Finansial dan Ekonomi. Selain itu juga perlu

mengkaji aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu aspek teknis, aspek

institusi, organisasi dan manajerial, aspek sosial dan aspek komersial.

6.4.1. Analisis Aspek – Aspek Kelayakan Industri Pengolahan Nanas

Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa, dalam hal ini adalah

industri pengolahan nanas. Syarat – syarat dalam proyek pengembangan industri

pengolahan nanas ini adalah antara lain yaitu : (1). Kegiatan usahatani nanas, dan

(2). Kegiatan pengolahan hasil panen nanas. Syarat – syarat kegiatan usahatani

nanas telah terpenuhi sebagaimana yang telah dibahas di awal bab ini. Sedangkan

Page 84: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

syarat – syarat kegiatan pengolahan hasil panen nanas yang harus dipenuhi adalah

lahan untuk pendirian pabrik, kantor dan sarana penunjang lainnya, penyediaan

mesin – mesin, alat – alat dan perlengkapan produksi, serta penyediaan bahan

baku nanas untuk produksi. Industri Pengolahan nanas ini dibangun pada lahan

seluas 22 Ha yang terdiri dari kantor, pabrik, asrama, dan sarana penunjang

lainnya. Untuk penyediaan alat – alat dan perlengkapan pabrik dapat dipenuhi,

karena alat dan mesin yang dibutuhkan merupakan rancangan sendiri dan dibuat

sendiri. Industri Pengolahan Nanas yang didirikan direncanakan dapat mengolah

nanas dengan kapasitas 16 – 32 ton buah nanas per hari. Penyediaan bahan baku

dapat dipenuhi secara kontinu dari petani plasma dengan luas 500 hektar dan

pekebunan inti seluas 100 ha.

Aspek institusi, organisasi dan manajerial merupakan hal – hal yang

berhubungan dengan berbagai pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek

dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar

sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan dari staf yang ada untuk

menangani proyek. Berdasarkan dengan data yang diperoleh dari Kabupaten

Tapanuli Utara, menyebutkan bahwa perencanaan proyek agribisnis nanas layak

dilaksanakan. Hal ini tidak bertentangan dengan pola sosial budaya masyarakat,

ditunjukkan dengan adanya sebagian besar petani telah lama membudidayakan

nanas di Tapanuli Utara.

Dan pelaksanaan usahatani nanas, petani membutuhkan adanya suatu

organisasi dan tenaga ahli untuk menunjang pelaksanaan usahataninya. Karena

sebagian besar petani nanas menyadari akan keterbatasan manajerial mereka

dalam melaksanakan usahataninya. Susunan proyek Agribisnis yang direncanakan

Page 85: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

dengan menggunakan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dalam bentuk

Perusahaan Perseroan Terbatas (PT). Dimana pengelolaannya dilaksanakan

dengan sistem manajemen yang baik dan profesional.

Secara komersial nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Sampai saat ini nanas dari Kecamatan

Sipahutar masih mempunyai peluang pasar yang besar baik nanas dalam bentuk

buah segar maupun olahan. Nanas setelah mengalami pengolahan menjadi bentuk

lain mempunyai nilai tambah dan harga jual yang lebih tinggi. Nanas dari

Kecamatan Sipahutar bisa diolah menjadi nanas dalam kaleng, dan jus nanas.

Dalam penelitian ini perusahaan hanya menggunakan nanas jenis smooth

cayenne untuk bahan baku pineapple juice concentrate dan canned pineapple.

Nanas jenis smooth cayenne ini mempunyai prospek yang baik dipasaran baik

sebagai nanas segar maupun olahan. Dan untuk pemasaranan nanas hasil olahan

ini hanya ditujukan untuk konsumen di luar negeri, antara lain yaitu Australia,

Amerika Seikat dan Hongkong.

6.4.2. Analisis Kelayakan Investasi Industri Pengolahan Nanas

1. Biaya dan Manfaat Industri Pengolahan Nanas

Biaya – biaya yang dikeluarkan dalam proyek industri pengolahan nanas

ini dibedakan atas biaya investasi dan biaya operasional. Untuk analisis finansial,

biaya investasi terdiri dari biaya persiapan proyek, pembelian lahan (perkebunan

nanas), pembelian alat-alat dan perlengkapan usahatani nanas ( bibit, cangkul,

rambas, babat, sprayer, sarung tangan, sepatu bot, beko dan keranjang). Total

biaya investasi industri pengolahan nanas adalah sebesar Rp. 2.997.000.000,-

Page 86: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

untuk tahun pertama. Biaya operasional terdiri dari biaya perawatan mesin-mesin,

alat-alat dan perlengkapan, biaya produksi pineapple juice concentrate, biaya

produksi canned pineapple tidbit, tenaga kerja, pembelian bahan baku dari

plasma, bahan bakar, rekening telepon, rekening listrik, untuk pembayaran PPN

(10%), PBB dan biaya pengiriman. Besarnya biaya operasional untuk tahun

pertama adalah sebesar Rp. 22.428.530.000. Untuk rincian biaya yang dikeluarkan

dari tahun pertama dan seterusnya pada analisis finansial dapat dilihat pada Tabel

lampiran 9, dan untuk pembuatan pineapple juice concentrate dan canned

pineapple dengan bahan baku 16 ton dapat dilihat pada Tabel lampiran 12.

Biaya-biaya yang dikeluarkan pada analisis ekonomi juga dibedakan atas

biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang dikeluarkan juga sama

halnya pada analisis finansial. Total biaya investasi industri pengolahan nanas

adalah sebesar Rp. 2.997.000.000,- untuk tahun pertama. Sedangkan biaya

operasional pada analisis ekonomi yang dikeluarkan sebesar Rp. 27.013.003.700,-

untuk tahun pertama. Biaya operasional pada analisis ekonomi lebih besar

daripada biaya operasional pada analisis finansial, karena dalam analisis ekonomi

pajak tidak diperhitungkan sebagai biaya. Untuk rincian biaya yang dikeluarkan

dari tahun pertama dan seterusnya pada analisis ekonomi dapat dilihat pada Tabel

lampiran 10.

Manfaat yang diperoleh dari industri pengolahan nanas ini adalah berupa

penerimaan yang didapat dari hasil penjualan pineapple juice concentrate

dikalikan dengan harga jualnya dan canned pineapple tidbit dikalikan dengan

harga jualnya. Penerimaan industri pengolahan nanas ini diperoleh mulai tahun

pertama, karena pada saat penelitian dilakukan industri pengolahan sudah berjalan

Page 87: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

selama 6 tahun. Pendapatan bersih yang diperoleh merupakan selisih antara

penerimaan dengan pengeluaran. Dari cash flow analisis finansial dan ekonomi

industri pengolahan nanas (Tabel lampiran 9 dan 10) terlihat bahwa pendapatan

bersih yang diterima pada tahun ke – 1 bernilai negatif, yaitu sebesar

Rp. -2.628.770.000,- untuk analisis finansial sedangkan untuk analisis ekonomi

adalah sebesar Rp. -1.160.063.272,-. Hal ini terjadi karena pada tahun ke - 1

industri pengolahan nanas mulai mengembangkan usahanya dengan membuka

lahan pekebunan nanas inti seluas 100 ha yang meningkatkan biaya investasinya

dan adanya penambahan jumlah tenaga kerja untuk bagian perkebunanannya yang

mengakibatkan biaya operasionalnya juga ikut meningkat. Pendapatan mulai

positif pada tahun ke-2.

Dalam proyek industri pengolahan nanas ini petani inti tidak

mengeluarkan biaya. Biaya-biaya usahatani pada perkebunan inti dikeluarkan oleh

industri pengolahannya karena lahan perkebunan dimiliki oleh industri

pengolahan. Namun untuk petani plasma mengeluarkan biaya-biaya seperti pada

sub bab sebelumnya pada analisis kelayakan usahatani nanas, sedangkan manfaat

yang diperoleh petani plasma besarnya sama dengan pada biaya pembelian bahan

baku industri pengolahan.

2. Analisis Kelayakan Investasi Industri Pengolahan Nanas

Dari hasil perhitungan kelayakan investasi yang dilakukan pada tingkat

diskonto 15 persen diperoleh NPV, IRR, dan NBCR. Pada analisis finansial

dengan tingkat diskonto 15 persen diperoleh nilai NPV sebesar

Rp. 1.325.951.863.75,-, hal ini berarti bahwa kegiatan industri pengolahan nanas

Page 88: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu

sebesar Rp. 1.325.951.863,75,-, karena nilainya lebih besar dari 0 atau NPV > 0,

NBCR yang diperoleh adalah 1,58 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari

setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,58 sedangkan

nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 27 persen, yang diperoleh lebih besar dari

tingkat diskonto. Dari perolehan NPV > 0, NBCR > 1, dan IRR > 15 persen

menunjukkan bahwa secara finansial kegiatan industri pengolahan nanas tersebut

layak dilaksanakan pada tingkat diskonto 15 persen. Pada analisis ekonomi

dengan tingkat diskonto 15 persen diperoleh nilai NPV sebesar

Rp. 25.713.473.667,27, ratio Net B/C yang diperoleh adalah 26,49 dan nilai IRR

yang diperoleh adalah sebesar 44 persen. Dari nilai yang diperoleh kegiatan

industri pengolahan nanas secara ekonomi layak untuk dilaksanakan pada tingkat

diskonto 15 persen. Pada Tabel 11 berikut dapat dilihat NPV, IRR dan NBCR

dalam analisis finansial dan ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen.

Tabel 11. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas Analisis Kelayakan

Usahatani Nanas

NPV

(Rp)

DF

(%)

IRR

(%)

Net

B/C

Analisis Finansial 1.325.951.863,75 15 27 1,58

Analisis Ekonomi 25.713.473.667,27 15 44 26,49

Keterangan : Di Kecamatan Siborong-borong pada lahan 100 ha.

Dari Tabel 11 dapat dilihat perbandingan hasil analisis secara finansial dan

ekonomi. Dari hasil perbandingan tersebut diperoleh nilai NPV pada analisis

ekonomi lebih besar dari analisis finansial, yaitu sebesar Rp. 25.713.473.667,27

yang berarti penanaman investasi pada kegiatan industri pengolahan nanas

tersebut akan mendatangkan keuntungan sebesar Rp. 25.713.473.667,27 bagi

masyarakat, sedangkan pada analisis finansial NPV yang diperoleh sebesar

Page 89: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Rp. 1.325.951.863,75. Hal ini berarti bahwa keuntungan yang diterima

masyarakat lebih besar dibandingkan dengan yang diperoleh pelaksana kegiatan

industri pengolahan nanas. Nilai ratio Net B/C yang diperoleh pada analisis

ekonomi adalah 26,49 sedangkan pada ratio Net B/C pada analisis finansial

adalah 1,58. Ratio Net B/C pada analisis ekonomi lebih besar daripada analisis

finansial yang berarti keuntungan dari setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan

masyarakat lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh industri

pengolahan. Suatu investasi layak dilaksanakan apabila nilai IRR lebih tinggi

dibanding dengan tingkat diskonto yang berlaku. IRR yang diperoleh pada

analisis ekonomi (44%) lebih tinggi dibandingkan dengan IRR yang diperoleh

pada analisis finansial (27%) yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh

masyarakat lebih tinggi daripada yang diterima oleh industri pengolahan.

Dari hasil perhitungan analisis finansial dan ekonomi dapat disimpulkan

bahwa kegiatan industri pengolahan nanas layak untuk dilaksanakan baik dari sisi

pelaksana kegiatan maupun dari sisi masyarakat. Hal ini terbukti dengan

terpenuhinya syarat-syarat kelayakan investasi baik secara finansial maupun

ekonomi, yaitu NPV > 0, Net B/C > 1, dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto

yang digunakan.

6.5. Ikhtisar Kelayakan Agribisnis Nanas

Dalam menganalisis kelayakan sistem agribisnis nanas dimulai dari sub

sistem usahataninya terlebih dahulu dilanjutkan pada sub sistem pengolahan

nanas. Dimana secara finansial dan ekonomi baik dari sub sitem usahatani

maupun sub sistem industri nanas dinilai layak untuk dilaksanakan pada tingkat

Page 90: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

diskonto sebesar 15 persen menurut alat ukurnya yaitu NPV > 0, Net B/C > 1, dan

IRR > tingkat diskonto yang berlaku. Berdasarkan hasil perhitungan yang

dilakukan bahwa agribisnis nanas tersebut layak dilaksanakan didaerah penelitian.

Dengan hasil perbandingan sebagai berikut :

Tabel 12. Kriteria Kelayakan agribisnis Nanas di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Kriteria Kelayakan Investasi

Analisis Finansial Analisis Ekonomi

Kegiatan DF (%)

NPV (Rp) IRR (%)

Net B/C

NPV (Rp) IRR (%)

Net B/C

Usahatani nanas 15 5.623.375,19 24 1,35 269.566.747,91 41 14,81

Industri Prngolahan

Nanas

15 1.325.951.863,75 27 1,58 25.713.473.667,27 44 26,49

Sistem Agribisnis Nanas

15 Layak Layak

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa agribisnis nanas tersebut layak untuk

dilaksanakan. Apabila kelayakan pada sistem agribisnis nanas tersebut

dibandingkan maka sub sistem industri pengolahan lebih layak untuk

dilaksanakan dibandingkan dengan sub sistem usahatani nanasnya baik dilihat dari

analisis kelayakan finansial maupun analisis kelayakan ekonominya. Hal ini

ditunjukkan dengan NPV, IRR, dan ratio Net B/C pada industri pengolahannya

lebih besar dibandingkan dengan NPV, IRR, dan ratio Net B/C pada usahatani

nanasnya baik analisis secara finansial maupun secara ekonomi.

Masing-masing secara berurutan, NPV pada industri pengolahan yaitu

sebesar Rp. 1.325.951.863,75 lebih besar dari Rp. 5.623.375,19 untuk analisis

finansial dan Rp. 25.713.473.667,27 lebih besar dari Rp. 269.566.747,91 untuk

analisis ekonominya, yang berarti bahwa kegiatan industri pengolahan nanas yang

Page 91: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

dilakukan menurut nilai sekarang lebih menguntungkan untuk dilaksanakan

dibandingkan dengan kegiatan usahatani nanasnya. IRR pada industri

pengolahannya lebih besar dibandingkan dengan IRR pada usahatani nanasnya

baik analisis secara finansial maupun secara ekonomi yaitu masing-masing

sebesar 27 persen lebih besar dari 24 persen untuk analisis finansial dan

44 persen lebih besar dari 41 persen untuk analisis ekonominya, yang berarti

bahwa tingkat pengembalian internal untuk modal pada sub sistem industri

pengolahannya lebih besar dibandingkan pada sub sistem usahatani nanasnya.

Ratio Net B/C pada industri pengolahannya lebih besar dibandingkan dengan ratio

Net B/C pada usahatani nanasnya baik analisis secara finansial maupun secara

ekonomi yaitu masing-masing sebesar 1,58 lebih besar dari 1,35 untuk analisis

finansial dan 26,49 lebih besar dari 14,81 untuk analisis ekonominya, yang berarti

bahwa keuntungan dari setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan pada industri

pengolahan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh

usahatani nanasnya.

Apabila sub sistem industri pengolahan semakin berkembang maka juga

akan mendukung perkembangan sub sistem usahataninya sehingga sistem

agribisnis nanas di daerah penelitian dapat berkembang. Untuk itu lebih baik

proyek 2 (industri pengolahan) dilaksanakan terlebih dahulu.

Page 92: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

VII. ANALISIS SENSITIVITAS AGRIBISNIS NANAS

7.1. Analisis Sensitivitas Usahatani Nanas

Nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh dari perhitungan di atas

menunjukkan bahwa usahatani nanas yang dilakukan layak untuk dilaksanakan.

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi

perubahan-perubahan, baik dari sisi pengeluaran maupun pemasukan yang

akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu proyek. Oleh karena hal itu

diperlukan analisis sensitivitas terhadap beberapa kemungkinan yang terjadi.

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kepekaan terhadap

perubahan-perubahan pada jumlah produksi, harga input dan harga jual output

sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat penelitian

dilaksanakan.

Analisis sensitivitas ini dilakukan terhadap beberapa kemungkinan yang

terjadi, yaitu :

1. Apabila jumlah produksi tetap, harga jual output tetap, dan harga input

naik sebesar 10 persen.

2. Apabila jumlah produksi tetap, harga jual output naik sebesar 20 persen,

dan harga input naik sebesar 10 persen.

3. Apabila jumlah produksi tetap, harga jual output turun sebesar 20 persen,

dan harga input naik sebesar 10 persen.

4. Apabila jumlah produksi naik 35 persen, harga jual output tetap, dan harga

input naik sebesar 10 persen.

Page 93: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

5. Apabila jumlah produksi naik 35 persen, harga jual output naik sebesar 20

persen, dan harga input naik sebesar 10 persen.

6. Apabila jumlah produksi naik 35 persen, harga jual output turun sebesar

20 persen, dan harga input naik sebesar 10 persen.

7. Apabila jumlah produksi turun sebesar 15 persen, harga jual output tetap,

dan harga input naik sebesar 10 persen.

8. Apabila jumlah produksi turun sebesar 15 persen, harga jual output naik

sebesar 20 persen, dan harga input naik sebesar 10 persen.

9. Apabila jumlah produksi turun sebesar 15 persen, harga jual output turun

sebesar 20 persen, dan harga input naik sebesar 10 persen.

Pada tingkat diskonto 15 persen secara finansial usahatani nanas tidak

layak dilaksanakan pada kondisi :

1. Apabila terjadi penurunan harga jual output sebesar 20 persen harga input

naik sebesar 10 persen dan jumlah produksi tetap.

2. Apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 15 persen, harga input

naik sebesar 10 persen, dan harga output tetap.

3. Apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 15 persen, harga output

turun sebesar 20 persen dan harga input naik sebesar 10 persen.

Untuk hasil perhitungan analisis sensitivitas kelayakan finansial usahatani

nanas tersebut diperoleh hasil sebagaimana yang tercantum pada Tabel 13.

Page 94: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tabel 13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Usahatani Nanas Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen

Df (%) Perubahan – perubahan (%) 15 26

Produksi Harga penjualan

Harga input

NPV Net B/C

NPV Net B/C

IRR (%)

0 0 0 5623375,19 1,35 -1397452,98 0,89 24 0 0 10 4178532,85 1,25 -2275448.93 - 22 0 20 10 16038076,27 1,98 4694114,65 1,33 31 0 -20 10 -7681010,57 0,52 -9245012,50 0.34 -

35 0 10 24932733,83 2.53 9921287,33 1,70 33 35 20 10 40943117,45 3,52 19330198,15 2,36 36 35 -20 10 8922350.22 1.54 512376.50 1.04 27 -15 0 10 -4716124.71 0,71 -7502621,61 0,46 - -15 20 10 5364487,19 1,33 -1578492.57 0,88 23 -15 -20 10 -14796736,62 - -13426750,65 - -

Pada tingkat diskonto 26 persen syarat kelayakan investasi usahatani nanas

secara finansial tidak terpenuhi untuk dilaksanakan pada 6 kondisi, yaitu :

1. Apabila harga input tetap, jumlah produksi tetap dan harga output tetap.

2. Apabila harga jual output tetap, jumlah produksi tetap, dan harga input

naik sebesar 10 persen.

3. Apabila terjadi penurunan harga jual output sebesar 20 persen, harga input

naik sebesar 10 persen dan jumlah produksi tetap.

4. Apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 15 persen, harga input

naik sebesar 10 persen dan harga output tetap.

5. Apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 15 persen, harga input

naik sebesar 10 persen dan harga output naik sebesar 20 persen.

6. Apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 15 persen, harga input

naik sebesar 10 persen dan harga output turun sebesar 20 persen.

Page 95: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Perubahan-perubahan jumlah produksi, harga jual output, dan harga jual

input pada tingkat 15 persen dan 26 persen tidak mempengaruhi kelayakan

usahatani nanas secara ekonomi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan harga output

pada analisis ekonomi jauh lebih besar dibandingkan pada analisis finansial. Hasil

pehitungan analisis sensitivitas ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26

persen dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Usahatani Nanas Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen

Df (%) Perubahan – perubahan (%) 15 26

Produksi Harga penjualan

Harga input

NPV Net B/C

NPV Net B/C

IRR (%)

0 0 0 269566747,91 14.81 153839879,02 10.05 41 0 0 10 276360729,12 15,01 156692891,59 10,12 40 0 20 10 344708266.13 18.48 196859067.27 12.46 41 0 -20 10 208013192.11 11,55 116526715.91 7,78 40

35 0 10 395968918.89 21,08 226983699.03 14,22 41 35 20 10 488238093.86 25,76 281208036.21 17,37 41 35 -20 10 303699743.92 16,40 172759361.86 11,06 41 -15 0 10 225100076.36 12,41 130629270.40 7,67 41 -15 20 10 283195482.82 15,36 160709509.16 10,36 40 -15 -20 10 167004669.90 9,47 92427010.50 6,38 40

7.2. Analisis Payback Period Investasi Usahatani Nanas

Analisis Payback Period (Tingkat Pengembalian Investasi) yaitu penilaian

kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu pengembalian investasi.

Dasar yang digunakan dalam perhitungan adalah aliran kas (cash flow), sehingga

metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback period. Semakin

cepat modal itu kembali, maka semakin baik proyek itu diusahakan karena modal

yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lainnya. Dari perhitungan

analisis tingkat pengembalian investasi yang dilakukan pada Tabel 15, maka

Page 96: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

jangka waktu pengembalian usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen, dan

26 persen, adalah sebagai berikut.

Tabel 15. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen.

Pay Back Period (bulan) Perubahan – perubahan (%) Df (%)

Produksi Harga penjualan Harga input 15 26 0 0 0 83 - 0 0 10 88 - 0 20 10 64 85 0 -20 10 - - 35 0 10 56 64 35 20 10 47 52 35 -20 10 75 106 -15 0 10 - - -15 20 10 84 - -15 -20 10 - -

Hasil analisis Tingkat Pengembalian Investasi secara finansial pada tabel

15. Terlihat bahwa pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen, tingkat

pengembalian investasi paling cepat apabila terjadi perubahan pada kenaikan

jumlah produksi sebesar 35 persen, harga output naik sebesar 20 persen, dan harga

input naik sebesar 10 persen. Masing-masing tingkat pengembalian investasi

usahatani nanasnya terjadi selama 47 bulan dan 52 bulan. Sedangkan apabila tidak

terjadi perubahan tingkat pengembalian investasi usahatani nanas pada tingkat

diskonto 15 persen terjadi selama 83 bulan. Jangka waktu pengembalian investasi

usahatani nanas lebih cepat berarti kegiatan tersebut semakin baik untuk

dilaksanakan, hal ini terjadi apabila manfaat lebih besar daripada biaya yang

dikeluarkan, yaitu dipengaruhi oleh kenaikan jumlah produksi dan harga jual

output begitu juga sebaliknya (Tabel 15).

Page 97: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Secara ekonomi tingkat pengembalian investasi paling cepat apabila

terjadi perubahan pada kenaikan jumlah produksi sebesar 35 persen, harga output

naik sebesar 20 persen, dan harga input naik sebesar 10 persen. Masing-masing

tingkat pengembalian investasi usahatani nanasnya terjadi selama 27 bulan dan 28

bulan. Sedangkan apabila tidak terjadi perubahan tingkat pengembalian investasi

usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen terjadi selama 29 bulan

sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen terjadi selama 30 bulan. Pada Tabel

16 berikut dapat dilihat tingkat pengembalian investasi secara ekonomi yang

terjadi apabila terjadi perubahan pada jumlah produksi, harga jual output, dan

harga jual input.

Tabel 16. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas secara Ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen.

Pay Back Period (bulan) Perubahan – perubahan (%) Df (%)

Produksi Harga penjualan Harga input 15 26 0 0 0 29 30 0 0 10 30 30 0 20 10 28 29 0 -20 10 31 32 35 0 10 28 28 35 20 10 27 28 35 -20 10 29 30 -15 0 10 31 33 -15 20 10 29 30 -15 -20 10 33 34

Jadi secara finansial dan ekonomi apabila terjadi perubahan – perubahan

pada jumlah produksi, harga jual output, dan harga input maka tingkat

pengembalian investasi usahatani nanas paling cepat terjadi selama 47 bulan dan

Page 98: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

52 bulan sedangkan pada analisis ekonominya terjadi selama 27 bulan dan 28

bulan masing-masing pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen.

7.3. Analisis Sensitivitas Industri Pengolahan Nanas

Nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh dari perhitungan di atas

menunjukkan bahwa industri pengolahan nanas yang dilakukan layak untuk

dilaksanakan. Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena

dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi pengeluaran yang akhirnya akan

mempengaruhi tingkat kelayakan suatu proyek. Oleh karena hal itu diperlukan

analisis sensitivitas terhadap beberapa kemungkinan yang terjadi.

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kepekaan terhadap

perubahan-perubahan pada jumlah produksi, harga input (bahan baku nanas, biaya

produksi) dan harga jual output (pineapple juice concentrate dan canned

pineapple) sesuai dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada saat penelitian

ini dilaksanakan.

Analisis sensitivitas ini dilakukan terhadap beberapa kemungkinan yang

terjadi, yaitu :

1. Jumlah produksi tetap, harga jual output tetap, biaya produksi sebesar

sebesar10 persen, dan harga bahan baku tetap.

2. Jumlah produksi tetap, harga jual output tetap, biaya produksi sebesar

sebesar10 persen, dan harga bahan baku naik 20 persen.

3. Jumlah produksi tetap, harga jual output naik 5 persen, biaya produksi

sebesar sebesar 10 persen dan harga bahan baku tetap.

Page 99: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

4. Jumlah produksi tetap, harga jual output naik 5 persen, biaya produksi

sebesar sebesar 10 persen dan harga bahan baku naik 20 persen.

5. Jumlah produksi menurun 10 persen, harga jual output tetap, biaya

produksi naik sebesar sebesar 10 persen, dan harga bahan baku tetap.

6. Jumlah produksi menurun 10 persen, harga jual output naik 5 persen,

biaya produksi naik sebesar sebesar 10 persen, dan harga bahan baku naik

20 persen.

7. Jumlah produksi menurun 10 persen, harga jual output tetap, biaya

produksi naik sebesar sebesar 10 persen, dan harga bahan baku tetap.

8. Jumlah produksi menurun 10 persen, harga jual output naik 5 persen,

biaya produksi naik sebesar sebesar 10 persen, dan harga bahan baku naik

20 persen.

Pada tingkat diskonto 15 persen secara finansial industri pengolahan nanas

tidak layak dilaksanakan pada kondisi :

1. Jumlah produksi tetap, harga output tetap, biaya produksi naik 10 persen,

dan harga bahan baku naik 20 persen.

2. Jumlah produksi turun 10 persen, harga output tetap, biaya produksi naik

10 persen, dan harga bahan baku naik 20 persen.

3. Jumlah produksi turun 10 persen, harga output tetap, biaya produksi naik

10 persen, dan harga bahan baku tetap.

Pada tingkat diskonto 26 persen, industri pengolahan nanas menjadi tidak

layak dilaksanakan pada 4 kondisi :

1. Jumlah produksi tetap, harga output tetap, biaya produksi naik 10 persen,

dan harga bahan baku tetap.

Page 100: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

2. Jumlah produksi tetap, harga output tetap, biaya produksi naik 10 persen,

dan harga bahan baku naik 20 persen.

3. Jumlah produksi turun 10 persen, harga output tetap, biaya produksi naik

10 persen, dan harga bahan baku tetap.

4. Jumlah produksi turun 10 persen, harga output tetap, biaya produksi naik

10 persen, dan harga bahan baku naik 20 persen.

Pada Tabel 17 dapat dilihat hasil perhitungan analisis sensitivitas

kelayakan finansial industri pengolahan nanas.

Tabel 17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Industri Pengolahan Nanas dengan Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen.

Df (%) Perubahan – perubahan

(%) 15 26

Produksi Harga penjualan

Biaya produksi

Harga bahan baku

NPV Net B/C

NPV Net B/C

IRR (%)

0 0 0 0 1325951863.75 1,58 156150878.91 1,07 27

0 0 10 0 1045256299.57 1,45 -36000336.96 0,98 26

0 0 10 20 -1755965368.70 0,38 -1976877924.94 0,24 38

0 5 10 0 6814441457.41 6,07 3913317301.54 4,19 41

0 5 10 20 4013219789.14 3,15 1972439713.56 2,26 36

-10 0 10 0 -10493114016.11 - -7934635613.96

- 60

-10 0 10 20 -13294335684.38 - -9875513201.94

- -

-10 5 10 0 4732998153.06 2,38 2013587301.54 1,64 34

-10 5 10 20 1931776484.79 1,49 72709713.56 1,02 26

Perubahan – perubahan jumlah produksi, harga jual output, dan harga jual

input pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen tidak mempengaruhi

kelayakan usahatani nanas secara ekonomi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan

harga output pada analisis ekonomi jauh lebih besar dibandingkan pada analisis

finansial. Hasil pehitungan analisis sensitivitas ekonomi pada tingkat diskonto 15

persen, dan 26 persen dapat dilihat pada Tabel 18.

Page 101: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tabel 18. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Industri Pengolahan Nanas Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen.

Df (%) Perubahan – perubahan

(%) 15 26

Produksi Harga penjualan

Biaya produksi

Harga bahan baku

NPV Net B/C

NPV Net B/C

IRR (%)

0 0 0 0 25713473667.27 26.49 16048352212.56 18.4

3 44

0 0 10 0 25432778103.09 25.06 15856200996.69 17.4

4 44

0 0 10 20 22631556434.82 15.34 13915323408.71 10.6

6 44

0 5 10 0 32732528083.30 + 20853272604.69 + 45

0 5 10 20 29931306415.03 93.45 18912395016.71 65.0

0 45

-10 0 10 0 10833278142.66 4.04 5862057780.69 2.80 39

-10 0 10 20 8032056474.39 2.97 3921180192.71 2.05 36

-10 5 10 0 17403053124.86 8.14 10359422227.89 5.66 42

-10 5 10 20 14601831456.58 5.94 8418544639.91 4.12 41

7.4. Analisis Payback Period Investasi Agribisnis Nanas

Analisis Payback Period yang digunakan sama halnya dengan penggunaan

pada usahatani nanas pada awal bab ini. Tingkat Pengembalian Investasi yaitu

penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu pengembalian

investasi. Dasar yang digunakan dalam perhitungan adalah aliran kas (cash flow),

sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback period.

Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik proyek itu diusahakan

karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lainnya. Dari

perhitungan analisis tingkat pengembalian investasi yang dilakukan pada Tabel

19, maka jangka waktu pengembalian industri pengolahan nanas pada tingkat

diskonto 15 persen, dan 26 persen adalah sebagai berikut.

Page 102: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Tabel 19. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen.

Pay Back Period (bulan)

Perubahan – perubahan (%)

Df (%)

Produksi Harga penjualan

Biaya produksi

Harga bahan baku

15 26

0 0 0 0 64 99 0 0 10 0 73 - 0 0 10 20 66 - 0 5 10 0 24 26 0 5 10 20 39 44

-10 0 10 0 - -

-10 0 10 20 - -

-10 5 10 0 46 54 -10 5 10 20 70 108

Dari hasil perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi secara finansial

pada tabel 19 di atas pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen tingkat

pengembalian investasi paling cepat terjadi selama 24 bulan dan 26 bulan apabila

terjadi perubahan pada harga jual output sebesar 5 persen, , biaya produksi

meningkat sebesar 10 persen, dan harga bahan baku tetap dan jumlah produksi

tetap. Sedangkan apabila tidak terjadi perubahan pada jumlah produksi, harga

penjualan, biaya produksi, dan harga bahan baku maka tingkat pengembalian

investasinya terjadi selama 64 bulan dan 99 bulan pada tingkat diskonto 15 persen

dan 26 persen.

Secara ekonomi tingkat pengembalian investasi paling cepat apabila

terjadi perubahan pada harga penjualan meningkat sebesar 5 persen, biaya

produksi meningkat sebesar 10 persen, dan harga bahan baku tetap dan jumlah

Page 103: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

poroduksi tetap. Masing-masing tingkat pengembalian investasi industri

pengolahan nanasnya terjadi selama 12 bulan dan 12 bulan. Sedangkan apabila

tidak terjadi perubahan tingkat pengembalian investasi industri pengolahan nanas

pada tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen masing-masing terjadi selama 15

bulan dan 15 bulan. Pada Tabel 20 berikut dapat dilihat tingkat pengembalian

investasi secara ekonomi yang terjadi apabila terjadi perubahan pada jumlah

produksi, harga jual output, biaya produksi dan bahan baku.

Tabel 20. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas secara Ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen.

Pay Back Period (bulan)

Perubahan – perubahan (%)

Df (%)

Produksi Harga penjualan

Biaya produksi

Harga bahan baku

15 26

0 0 0 0 15 15 0 0 10 0 15 15 0 0 10 20 17 17 0 5 10 0 12 12

0 5 10 20 13 13 -10 0 10 0 30 33 -10 0 10 20 38 41 -10 5 10 0 20 21 -10 5 10 20 24 25

Jadi secara finansial dan ekonomi apabila tidak terjadi perubahan pada

jumlah produksi, harga jual output, biaya produksi dan harga bahan baku maka

tingkat pengembalian investasi industri pengolahan nanas pada tingkat diskonto

15 persen, dan 26 persen terjadi selama 64 bulan dan 99 bulan sedangkan secara

ekonomi terjadi selama 15 bulan dan 15 bulan. Apabila terjadi perubahan maka

Page 104: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

pengembalian investasi industri pengolahan secara finansial maupun ekonomi

paling cepat terjadi selama 24 bulan dan 26 bulan sedangkan secara ekonomi

terjadi selama 12 bulan dan 12 bulan. Hal ini terjadi apabila terdapat perubahan

pada harga penjualan meningkat sebesar 5 persen, biaya produksi meningkat

sebesar 10 persen, dan harga bahan baku tetap dan jumlah produksi tetap.

Page 105: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8. 1. Kesimpulan

a. Agribisnis nanas di daerah penelitian masih dilaksanakan secara

tradisonal. Bibit yang digunakan berasal dari tanaman sendiri. Peralatan

yang digunakan masih sederhana. Bibit yang digunakan petani yaitu

cayenne sebanyak 18000 biji per hektar dengan jarak tanam 150 cm X 30

cm. Jumlah produksi rata-rata pertahun sekitar 23,238 ton per hektar.

Pemasaran hasil panen secara umum menggunakan dua macam saluran

pemasaran yaitu pemasaran dalam kota dan pemasaran luar kota. Untuk

peningkatan nilai tambah nanas di ubah menjadi produk olahan yaitu

tidbits, dan pineapple juice concentrate.

b. Pelaksanaan kegiatan usahatani nanas tersebut menguntungkan pada tahun

ke-6 atau sejak usia tanaman 5 tahun. Saluran pemasaran nanas yang

terbaik diantara empat jalur tersebut adalah jalur IV.

c. Kegiatan agribisnis nanas layak dilaksanakan di daerah penelitian.

Apabila kelayakan pada sistem agribisnis nanas tersebut dibandingkan

maka sub sistem industri pengolahan lebih layak untuk dilaksanakan

dibandingkan dengan sub sistem usahatani nanasnya baik dilihat dari

analisis kelayakan finansial maupun analisis kelayakan ekonominya.

d. Pada analisis sensitivitas agribisnis yang dilakukan terhadap perubahan

jumlah produksi, harga output dan harga input pada tingkat diskonto

15 persen dan 26 persen, subsistem usahatani nanas secara finansial

menjadi tidak layak pada tiga kondisi pada tingkat diskonto 15 persen

Page 106: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak pada

enam kondisi. Secara ekonomi perubahan-perubahan tersebut tidak

mempengaruhi kelayakan usahatani nanas. Pada subsistem industri

pengolahan nanas secara finansial menjadi tidak layak pada tiga kondisi

pada tingkat diskonto 15 persen sedangkan pada tingkat diskonto 26

persen menjadi tidak layak pada empat kondisi. Secara ekonomi

perubahan-perubahan tersebut tidak mempengaruhi kelayakan industri

pengolahan nanas.

e. Payback periode pada usahatani nanas secara finansial dan ekonomi

paling cepat terjadi selama 47 bulan dan 27 bulan apabila terjadi

perubahan pada kenaikan jumlah produksi sebesar 35 persen, harga output

naik sebesar 20 persen, dan harga input naik sebesar 10 persen dan

apabila tidak terjadi perubahan tingkat pengembalian investasi usahatani

nanas pada tingkat diskonto 15 persen terjadi selama 83 bulan. Payback

periode pada industri pengolahan nanas secara finansial dan ekonomi

paling cepat terjadi selama 24 bulan dan 12 bulan apabila terjadi

perubahan pada harga jual output sebesar 5 persen, , biaya produksi

meningkat sebesar 10 persen, dan harga bahan baku tetap dan jumlah

produksi tetap dan apabila tidak terjadi perubahan maka tingkat

pengembalian investasinya terjadi selama 64 bulan dan 99 bulan pada

tingkat diskonto 15 persen dan 26 persen.

Page 107: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

8. 2. Saran

a. Untuk mengembangkan agribisnis nanas ini perlu dilakukan

pengembangan pada sub sistem industri pengolahan terlebih dahulu

dengan mengembangkan usahanya.

b. Supaya pengelolaan usahatani nanas menjadi lebih efisien dan efektif perlu

dilakukan penyuluhan yang intensif dari Dinas Pertanian tentang

penerapan tekonologi baru.

c. Perlu dibentuk kelompok tani khusus nanas untuk penyediaan modal

supaya pengelolaan usahatani nanas bisa lebih intensif serta dalam

memasarkan nanas petani lebih mudah dan memperoleh harga yang lebih

baik.

Page 108: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Azis, MA. 1993. Agroindustri Buah-buahan Tropis. Pos Pengembangan pada

PJPT II. Bangkit. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia. Produksi. BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Sumatera Utara. Produksi. BPS. Sumatera

Utara.

Dumaria, Elsa. 2003. Analisis Efisiensi Usahatani Nenas di Kabupaten Subang

Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Ilmu-lmu Sosial Ekonomi Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI-Press.

Jakarta.

Gray, C. Simanjuntak, P dan K. Lien Sabur. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek.

Edisi ke-2. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gumbira-Said dan A. Harizt Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Limbong, W. H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan

Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Maulana, Alan. 1998. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Usahatani Nanas di

Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Ilmu-lmu Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 109: analisis kelayakan ekonomi n finansial.pdf

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nasution, Muhammad Syahnan. 2001. Studi Kelayakan Agribisnis Jeruk di

Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Ilmu-lmu

Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Simbolon. 2000. Studi Kelayakan Investasi dan Pemasaran Jeruk Siam Medan di

Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Ilmu-lmu Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi, dkk. 1988. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan

Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.

Soehardjo, A. 1997. Sistem Agribisnis dan Agroindustri. Makalah Seminar.

MMA-IPB. Bogor.

Sunarjono, H. Hendro. 1998. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuningsih. 1999. Analisis Optimalisasi Pendapatan Usahatani pada Keragaan

Jenis Usaha Petani Nenas di Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat.

Skripsi. Ilmu-lmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.