analisis kelayakan an usaha pemancingan
TRANSCRIPT
Tugas Analisis Biaya ManfaatKelompok 1
1. Bensabarman S (H44069002)2. Raisa (H44070007)3. Ratih Trianita (H44070017)4. Febriastuti (H44070027)5. Resti Ariesta (H44070079)
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHAPEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS,
KABUPATEN BOGOR
Oleh : Gilang Garnida Buana
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUSDEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Gambaran Umum Usaha
Tirta Salak merupakan tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang perikanan,
khususnya di bidang jasa perikanan. Tirta Salak awalnya didirikan hanya sebagai
tempat pemancingan pribadi. Awal berdirinya pemancingan Tirta Salak adalah
dengan terlihatnya peluang pasar yang cukup besar pada usaha pemancingan. Mulai
pada tahun 2006, pemancingan Tirta Salak resmi berdiri. Tirta Salak berlokasi di
Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi
pemancingan Tirta Salak juga berdekatan dengan kantor Kecamatan Ciomas dan
tidak jauh dari kantor Desa Ciomas.24 Pada awal berdirinya, Tirta Salak adalah
pemancingan yang sudah masuk dalam golongan pemancingan menengah. Hal
tersebut terjadi, karena Tirta Salak merupakan pemancingan ikan yang memiliki : (1)
kolam penyimpanan khusus, (2) kolam-kolam yang ukurannya beranekaragam sesuai
dengan berat ikan yang akan dipancing, (3) kafetaria (pondok makan), (4) stok ikan
mas yang cukup banyak dan terdiri atas berbagai ukuran atau size ikan, serta (4)
memiliki luas areal mencapai 1.900 m2.
Latar belakang dilakukannya sebuah rencana pengembangan oleh
pemancingan Tirta Salak dikarenakan harga ikan-ikan konsumsi pada saat sekarang
ini sedang mengalami peningkatan, yaitu mencapai Rp 15.500,00 /kg untuk harga beli
dari pembudidaya dan Rp 18.000,00/kg untuk harga jual untuk ke pengecer atau
konsumen rumah tangga. Tidak hanya itu, alasan dilakukannya pengembangan usaha
terjadi karena semakin bertambahnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan.
Selain itu pemancingan Tirta Salak ingin mengantisipasi kelangkaan ikan yang
digunakan untuk bahan baku pemancingan yang seringkali terjadi kegagalan panen di
Cirata. Selain dari alasan-alasan tersebut, alasan yang paling menjadi permasalahan
pemancingan Tirta Salak untuk melakukan pengembangan usaha adalah keadaan
pemancingan Tirta Salak yang saat ini sedang mengalami kemunduran usaha,
sehingga mengakibatkan kerugian yang besar mulai dari bulan November 2007
sampai saat penelitian ini berlangsung. Hal tersebut terjadi karena kurang sigapnya
pihak manajemen pemancingan Tirta Salak dalam mengantisipasi permasalahan yang
ada. Contohnya adalah pihak pemancingan Tirta Salak kurang sigap dalam
mengantisipasi harga ikan untuk bahan baku pemancingan, kurang sigapnya pihak
pemancingan. Tirta salak dalam mengatasi persediaan stok ikan dan kurang tegasnya
pihak pemancingan Tirta Salak memberikan sanksi atau hukuman kepada tenaga
kerjanya yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Pada rencana
pengembangan usaha ini, pemancingan Tirta Salak berencana untuk memanfaatkan
lahan yang belum terpakai untuk dijadikan tempat produksi dan budidaya. Tidak
hanya itu, pihak pemancingan Tirta Salak sudah melakukan kerjasama dengan pihak-
pihak yang berkecimpung dengan dunia usaha perikanan, seperti pembudidaya ikan
konsumsi, pembuat pakan, lembaga-lembaga pemerintah dibidang perikanan (Dinas
Agribisnis) dan kelompok tani yang berada di Kecamatan Ciomas.
Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan pemancingan Tirta Salak adalah
usaha budidaya kolam air deras dan karamba, yang direncanakan akan memiliki
kolam air deras dan karamba, kolam penyimpanan hasil panen dan tempat pembuatan
pakan. Kegiatan utama dalam usaha budidaya dan jasa di bidang perikanan adalah
tempat yang terkait dengan produksi ikan konsumsi dan juga penyehatan ikan setelah
dipancing. Pemancingan Tirta Salak direncanakan akan menghasilkan jasa
pelayanan tempat pemancingan ikan yang merupakan usaha awal, produksi ikan
konsumsi hasil budidaya. Ikan jaru adalah ikan hasil dari memancing. Ikan jaru yang
dapat diperjualbelikan setelah sehat. Sedangkan limbah hasil pemancingan dapat
dijualbelikan kepada rumah makan-rumah makan kecil.
Kebutuhan modal pada pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan
karamba oleh
pemancingan Tirta Salak terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal
investasi
adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau
pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya pengembangan usaha
budidaya kolam air deras dan karamba dan digunakan untuk memperoleh manfaat
hingga secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi.
Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi
kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang
digunakan untuk keperluan produksi. Total rencana kebutuhan modal pada periode
awal rencana pengembangan usaha Rp 174.117.000,00, terdiri dari kebutuhan
investasi tahun ke nol Rp 127.962.000,00, perkiraan modal kerja selama 4 minggu (1
bulan) Rp 11.600.000, dan perkiraan modal produksi untuk 1 bulan Rp
34.645.000,00.
Umur Proyek dan dasar penetapan proyek.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengembangan usaha pemancingan Tirta
Salak melalui penyusunan cash flow berikut :
1) Umur usaha yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah disepakati oleh pihak
pemancingan Tirta Salak.
2) Usaha dimulai pada bulan Desember 2008 sampai dengan Desember 2013, yaitu
pada tahun ke nol sampai dengan tahun ke lima. Sedangkan untuk periode produksi
berlangsung setiap 1 bulan sekali. Untuk tahun ke nol tidak dilakukan proses
produksi. Proses produksi berjalan pada tahun ke 1
dan berlangsung 11 kali periode produksi, untuk tahun selanjutnya berlangsung 12
kali periode produksi.
3) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada
tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai.
4) Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
adalah lahan milik pemancingan Tirta Salak. Lahan yang digunakan adalah seluas ±
1.900 m2. Luas kolam air deras yang digunakan adalah seluas 6 m x 3 m, dengan
kedalaman 1 m. Sedangkan untuk kolam pengobatan dan kolam penampungan adalah
seluas 4m x 2m dan 5 m x 3 m, dengan kedalaman 50 cm. Untuk karamba yang
digunakan oleh pemancingan Tirta Salak, lahan yang digunakan adalah di pinggiran
sungai yang mengapit lahan pemancingan Tirta Salak.
5) Kolam produksi pemancingan Tirta Salak (kolam air deras) membutuhkan bahan
baku ikan mas ukuran 1 kg/6 ekor sebanyak 500 kg. Untuk ikan bawal dibutuhkan
sebanyak 500kg juga, tetapi untuk ikan bawal digunakan ukuran 1 kg/8 ekor.
Sedangkan untuk karamba, satu karamba
membutuhkan 100 kg bahan baku ikan mas dan ikan bawal.
6) Produksi pada awal tahun dianggap konstan, yaitu 900 kg per kolam untuk ikan
mas setiap periodenya dan 1.200 kg untuk ikan bawal setiap periodenya. Sedangkan
untuk produksi
karamba adalah 190 kg untuk ikan mas per periode dan 253 kg untuk ikan bawal.
7) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat ini (harga tahun
2008) dengan asumsi harga konstan selama umur usaha.
8) Penjualan diasumsikan selalu habis sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan
9) Jumlah tenaga kerja yang terlibat adalah seluruh tenaga kerja pemancingan Tirta
Salak, yaitu 10 orang.
10) Pemberian pakan per hari untuk produksi disepakati adalah 1% dari bobot ikan
untuk pakan buatan dan 2% untuk pakan alami. Pakan yang digunakan berupa pellet,
keong mas dan
sampah sisa rumah tangga atau rumah makan.
11) Setiap kolam dan karamba memiliki waktu tebar dan waktu panen yang sama
sesuai kesepakatan Tirta Salak. Semua kolam dan karamba memiliki massa tanam
hingga 1 bulan, sehingga diasumsikan masing-masing kolam dan karamba memiliki
12 kali waktu panen setiap tahunnya.
12) Manfaat bersih lahan tanpa proyek adalah nol, karena lahan tersebut tidak
digunakan atau tidak terpakai.
13) Sumber modal adalah modal sendiri.
14) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5%, yaitu tingkat suku bunga
deposito berjangka bulan Agustus 2008
(www.bni.co.id, 2008).
15) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-
undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 50 juta Rupiah, maka besarnya
pajak yang harus dibayarkan 10% dari laba bersih. Bila laba bersih antara 50 juta -
100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan 10% dari 50 juta Rupiah
ditambah sisa labanya dikalikan sebesar 15%. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta
Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10%
ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15% ditambah dengan sisa laba yang dicatat
dikalikan 30%.
16) Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga
input produksi 15% dan penurunan volume penjualan 5%. Hal ini disebabkan pada
tingkat kenaikan harga input produksi sebesar 15% dan penurunan volume penjualan
sebesar 5% merupakan batas dari kelayakan pengembangan usaha pemancingan Tirta
Salak. Empat kriteria umum yang digunakan untuk menilai
kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP
(Keown, et al, 2001).
Inflow dalam Proyek
1. Total penjualan merupakan hasil penerimaan dari penjualan ikan mas
dan ikan nila dalam 5 tahun proyek.
2. Total rencana kebutuhan modal pada periode awal rencana
pengembangan usaha Rp 174.117.000,00, terdiri darikebutuhan
investasi tahun ke nol Rp 127.962.000,00, perkiraan modal kerja
selama 4 minggu (1 bulan) Rp 11.600.000, dan perkiraan modal
produksi untuk 1 bulan Rp 34.645.000,00
3. Nilai sisa proyek
Outflow dalam Proyek
A.Biaya investasi meliputi :
1Kolam air deras unit
2 Kolam penampungan unit
3 Kolam pengobatan unit
4 Karamba unit
5Pondok jaga unit
6Pagar unit
B.BIAYA ALAT DAN PERLENGKAPAN
1 Ember unit
2 Serok unit
3 Hapa unit
4 Timbangan unit
5 Jeligen timbangan unit
6 Jeligen angkut unit
7 Tabung oksigen unit
8 Whiteboard unit
9 Alat tulis kantor paket
10 Lemari penyimpanan unit
11 Plastik kemasan
12 Karet gelang
A. FASILITAS
1 Mobil pickup Unit
B. ASET BERGERAK
1.Bahan bakar kendaraan
2.Isi ulang tabung oksigen
D.BAHAN BAKU
1 Bibit ikan (bahan baku)
a Ikan mas
b Ikan bawal (1/8)
2 Pakan
a Buatan
b Alami
Keong mas
Sisa rumah makan
3 Obat btl
4 Kapur kg
5 Pupuk
a TSP dan Urea
b Kandang
6 Garam
7 Plankton catalyst Bungkus
F TENAGA KERJA
Gaji
1 Pengelola
2 Keuangan dan Administrasi
3 Pemasaran
4 Produksi dan P. pemancingan
5 Pelayan pemancingan
6 Pelaksana produksi
Bonus org
1 Pengelola
2 Keuangan dan Administrasi
3 Pemasaran
4 Produksi dan P. pemancingan
5 Pelayan pemancingan
6 Pelaksana produksi
Tunjangan Hari Raya (THR) org
1 Pengelola
2 Keuangan dan Administrasi org
3 Pemasaran org
4 Produksi dan P. pemancingan
5 Pelayan pemancingan org
6 Pelaksana produksi
Analisis kelayakan pengembangan usaha oleh pemancingan Tirta Salak di
Kecamatan Ciomas dikaji melalui aspek-aspek yang terdapat dalam analisis
kelayakan usaha. Aspek-aspek analisis kelayakan usaha yang dibahas adalah meliputi
aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Peubah-peubah
yang dibahas disesuaikan dengan kondisi usaha pemancingan Tirta Salak. Keempat
aspek analisis tersebut akan menjelaskan layak atau tidaknya pengembangan usaha
tersebut didirikan.
1) NPV
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang
diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. Net present value atau manfaat
bersih sekarang
merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur
ekonomis. Net present value (NPV) diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV
investasi.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp 270.890.336,00. Nilai tersebut
menunjukan bahwa arus masuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak lebih
besar dari pada arus kas keluarnya, sehingga pengembangan usaha yang dilakukan ini
menguntungkan dan layak diimplementasikan
dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 11.
2) PI
Profitability index atau disebut juga Net B/C, merupakan perbandingan nilai sekarang
dari keuntungan bersih masa depan pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih
bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi
awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
3,117. Nilai ini menunjukan bahwa kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya
investasi awal pada pengembangan usaha 3,117. Nilai PI > 1, maka pengembangan
usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan. Kriteria ini berhubungan erat
dengan Kriteria NPV dimana jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0),
maka menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan karena kedua
kriteria ini menggunakan variabel yang sama(Umar, 2003).
3) IRR
IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu
yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan
untuk
mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha
yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari
pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak sebesar 57%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga
deposito yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 5,5%. Hal ini berarti, tingkat
pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih
besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang
dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau
investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pengembangan usaha ini dari
pada ke bank. Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and
error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih
masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu.
Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi
awal lebih kecil , maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat
suku
bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai atau ditemukan nilai
yang sama besar atau mendekati (Umar, 2003).
4) PBP
PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk
menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah
didiskontokan. Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai PBP pada pengembangan usaha ini adalah 2,5 tahun atau
dibulatkan 3 tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi
pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang telah
didiskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 3 tahun.
Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ini mampu menutupi biaya investasi
awal sebelum umur usaha berakhir, maka pengembangan usaha ini layak untuk
diimplementasikan.
Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi pengembangan usaha di atas,
dapat disimpulkan bahwa secara analisis bahwa pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak
layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati
bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga
deposito yang dijadikan dasar
perhitungan, yaitu 5,5%, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran
maksimum atau tertutupi sebelum umur pengembangan usaha pemancingan Tirta
Salak berakhir.
5) BEP
BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan total (TR) perusahaan
adalah sama dengan biaya total (TC) yang ditanggungnya. BEP dapat dilihat
berdasarkan periode analisis ,
volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak ini, BEP dilihat berdasarkan penerimaan (Rp), hal tersebut dilakukan
karena pada
pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak memiliki 4 jenis
produk. BEP dapat dicapai setelah usaha mencapai penerimaan sebesar Rp
401.734.903,00. Artinya pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak harus
menghasilkan penerimaan dan berproduksi sejumlah minimal nilai tersebut dalam
setiap tahun agar dapat menutupi biaya
produksinya.
h. Analisis Sensitivitas
Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha
selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh
menyimpang dari
kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu
usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003), karena dari itu penelitian
ini menggunakan
analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak dengan mengubah beberapa faktor penting. Hasil analisis
sensitivitas digunakan untuk mengetahui
tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin
terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga input
produksi dan volume
penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari scenario kenaikan dan penurunan
harga input produksi dan volume penjualan sebesar 15% dan 5%. Kenaikan harga
input produksi
15% meliputi harga bahan baku ikan dan harga pakan. Sedangkan untuk penurunan
volume penjualan 5%, meliputi penurunan volume penjualan seluruh produk.
Kenaikan 15% harga input produksi dan penurunan 5% volume produksi membuat
pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak menjadi tidak
layak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil NPV - Rp 66.971.036,00, Net B/C atau PI
0,508, dan IRR - 9%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
peka terhadap kenaikan harga input produksi dan penurunan volume penjualan.
Dengan demikian, pemancingan Tirta Salak perlu untuk mempertahankan volume
penjualan, bahkan perlu
meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga input
produksi.
Sedangkan untuk analisis switching value, yang digunakan sebagai suatu analisis
untuk mencari batas kelayakan suatu usaha atau proyek. Dalam analisis ini digunakan
skenario kenaikan
harga bahan baku input produksi sebesar 5,4% dan penurunan volume penjualan
sebesar 8%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atau
Net B/C 1,00 dan IRR 5%.
Analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi pemancingan Tirta
Salak, apabila melakukan pengembangan usaha Rp 85.778.467,00, R/C ratio 1,173,
dan BEP setelah penerimaan mencapai Rp 401.734.903,00. Nilai kriteria investasi
yang
dihasilkan cukup besar, yaitu NPV bernilai Rp 270.890.336,00, IRR 57%, Net B/C
atau PI adalah 3,117, dan PBP adalah 2,5 tahun. Semua analisis kelayakan
menunjukan
bahwa pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak layak
untuk didirikan.