analisis kelayakan an usaha pemancingan

21
Tugas Analisis Biaya Manfaat Kelompok 1 1. Bensabarman S (H44069002) 2. Raisa (H44070007) 3. Ratih Trianita (H44070017) 4. Febriastuti (H44070027) 5. Resti Ariesta (H44070079) ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS, KABUPATEN BOGOR Oleh : Gilang Garnida Buana PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Gambaran Umum Usaha Tirta Salak merupakan tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang perikanan, khususnya di bidang jasa perikanan. Tirta Salak awalnya didirikan hanya sebagai tempat pemancingan pribadi. Awal berdirinya pemancingan Tirta Salak adalah dengan terlihatnya peluang pasar yang cukup besar pada usaha pemancingan. Mulai pada tahun 2006, pemancingan Tirta Salak resmi berdiri. Tirta Salak berlokasi di Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi

Upload: gilwi

Post on 24-Jun-2015

1.614 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

Tugas Analisis Biaya ManfaatKelompok 1

1. Bensabarman S (H44069002)2. Raisa (H44070007)3. Ratih Trianita (H44070017)4. Febriastuti (H44070027)5. Resti Ariesta (H44070079)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHAPEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS,

KABUPATEN BOGOR

Oleh : Gilang Garnida Buana

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUSDEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Gambaran Umum Usaha

Tirta Salak merupakan tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang perikanan,

khususnya di bidang jasa perikanan. Tirta Salak awalnya didirikan hanya sebagai

tempat pemancingan pribadi. Awal berdirinya pemancingan Tirta Salak adalah

dengan terlihatnya peluang pasar yang cukup besar pada usaha pemancingan. Mulai

pada tahun 2006, pemancingan Tirta Salak resmi berdiri. Tirta Salak berlokasi di

Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi

pemancingan Tirta Salak juga berdekatan dengan kantor Kecamatan Ciomas dan

tidak jauh dari kantor Desa Ciomas.24 Pada awal berdirinya, Tirta Salak adalah

pemancingan yang sudah masuk dalam golongan pemancingan menengah. Hal

tersebut terjadi, karena Tirta Salak merupakan pemancingan ikan yang memiliki : (1)

kolam penyimpanan khusus, (2) kolam-kolam yang ukurannya beranekaragam sesuai

dengan berat ikan yang akan dipancing, (3) kafetaria (pondok makan), (4) stok ikan

mas yang cukup banyak dan terdiri atas berbagai ukuran atau size ikan, serta (4)

memiliki luas areal mencapai 1.900 m2.

Page 2: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

Latar belakang dilakukannya sebuah rencana pengembangan oleh

pemancingan Tirta Salak dikarenakan harga ikan-ikan konsumsi pada saat sekarang

ini sedang mengalami peningkatan, yaitu mencapai Rp 15.500,00 /kg untuk harga beli

dari pembudidaya dan Rp 18.000,00/kg untuk harga jual untuk ke pengecer atau

konsumen rumah tangga. Tidak hanya itu, alasan dilakukannya pengembangan usaha

terjadi karena semakin bertambahnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan.

Selain itu pemancingan Tirta Salak ingin mengantisipasi kelangkaan ikan yang

digunakan untuk bahan baku pemancingan yang seringkali terjadi kegagalan panen di

Cirata. Selain dari alasan-alasan tersebut, alasan yang paling menjadi permasalahan

pemancingan Tirta Salak untuk melakukan pengembangan usaha adalah keadaan

pemancingan Tirta Salak yang saat ini sedang mengalami kemunduran usaha,

sehingga mengakibatkan kerugian yang besar mulai dari bulan November 2007

sampai saat penelitian ini berlangsung. Hal tersebut terjadi karena kurang sigapnya

pihak manajemen pemancingan Tirta Salak dalam mengantisipasi permasalahan yang

ada. Contohnya adalah pihak pemancingan Tirta Salak kurang sigap dalam

mengantisipasi harga ikan untuk bahan baku pemancingan, kurang sigapnya pihak

pemancingan. Tirta salak dalam mengatasi persediaan stok ikan dan kurang tegasnya

pihak pemancingan Tirta Salak memberikan sanksi atau hukuman kepada tenaga

kerjanya yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Pada rencana

pengembangan usaha ini, pemancingan Tirta Salak berencana untuk memanfaatkan

lahan yang belum terpakai untuk dijadikan tempat produksi dan budidaya. Tidak

hanya itu, pihak pemancingan Tirta Salak sudah melakukan kerjasama dengan pihak-

pihak yang berkecimpung dengan dunia usaha perikanan, seperti pembudidaya ikan

konsumsi, pembuat pakan, lembaga-lembaga pemerintah dibidang perikanan (Dinas

Agribisnis) dan kelompok tani yang berada di Kecamatan Ciomas.

Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan pemancingan Tirta Salak adalah

usaha budidaya kolam air deras dan karamba, yang direncanakan akan memiliki

kolam air deras dan karamba, kolam penyimpanan hasil panen dan tempat pembuatan

pakan. Kegiatan utama dalam usaha budidaya dan jasa di bidang perikanan adalah

Page 3: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

tempat yang terkait dengan produksi ikan konsumsi dan juga penyehatan ikan setelah

dipancing. Pemancingan Tirta Salak direncanakan akan menghasilkan jasa

pelayanan tempat pemancingan ikan yang merupakan usaha awal, produksi ikan

konsumsi hasil budidaya. Ikan jaru adalah ikan hasil dari memancing. Ikan jaru yang

dapat diperjualbelikan setelah sehat. Sedangkan limbah hasil pemancingan dapat

dijualbelikan kepada rumah makan-rumah makan kecil.

Kebutuhan modal pada pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan

karamba oleh

pemancingan Tirta Salak terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal

investasi

adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau

pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya pengembangan usaha

budidaya kolam air deras dan karamba dan digunakan untuk memperoleh manfaat

hingga secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi.

Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi

kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang

digunakan untuk keperluan produksi. Total rencana kebutuhan modal pada periode

awal rencana pengembangan usaha Rp 174.117.000,00, terdiri dari kebutuhan

investasi tahun ke nol Rp 127.962.000,00, perkiraan modal kerja selama 4 minggu (1

bulan) Rp 11.600.000, dan perkiraan modal produksi untuk 1 bulan Rp

34.645.000,00.

Umur Proyek dan dasar penetapan proyek.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengembangan usaha pemancingan Tirta

Salak melalui penyusunan cash flow berikut :

1) Umur usaha yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah disepakati oleh pihak

pemancingan Tirta Salak.

2) Usaha dimulai pada bulan Desember 2008 sampai dengan Desember 2013, yaitu

pada tahun ke nol sampai dengan tahun ke lima. Sedangkan untuk periode produksi

Page 4: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

berlangsung setiap 1 bulan sekali. Untuk tahun ke nol tidak dilakukan proses

produksi. Proses produksi berjalan pada tahun ke 1

dan berlangsung 11 kali periode produksi, untuk tahun selanjutnya berlangsung 12

kali periode produksi.

3) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada

tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai.

4) Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

adalah lahan milik pemancingan Tirta Salak. Lahan yang digunakan adalah seluas ±

1.900 m2. Luas kolam air deras yang digunakan adalah seluas 6 m x 3 m, dengan

kedalaman 1 m. Sedangkan untuk kolam pengobatan dan kolam penampungan adalah

seluas 4m x 2m dan 5 m x 3 m, dengan kedalaman 50 cm. Untuk karamba yang

digunakan oleh pemancingan Tirta Salak, lahan yang digunakan adalah di pinggiran

sungai yang mengapit lahan pemancingan Tirta Salak.

5) Kolam produksi pemancingan Tirta Salak (kolam air deras) membutuhkan bahan

baku ikan mas ukuran 1 kg/6 ekor sebanyak 500 kg. Untuk ikan bawal dibutuhkan

sebanyak 500kg juga, tetapi untuk ikan bawal digunakan ukuran 1 kg/8 ekor.

Sedangkan untuk karamba, satu karamba

membutuhkan 100 kg bahan baku ikan mas dan ikan bawal.

6) Produksi pada awal tahun dianggap konstan, yaitu 900 kg per kolam untuk ikan

mas setiap periodenya dan 1.200 kg untuk ikan bawal setiap periodenya. Sedangkan

untuk produksi

karamba adalah 190 kg untuk ikan mas per periode dan 253 kg untuk ikan bawal.

7) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat ini (harga tahun

2008) dengan asumsi harga konstan selama umur usaha.

8) Penjualan diasumsikan selalu habis sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan

9) Jumlah tenaga kerja yang terlibat adalah seluruh tenaga kerja pemancingan Tirta

Salak, yaitu 10 orang.

10) Pemberian pakan per hari untuk produksi disepakati adalah 1% dari bobot ikan

untuk pakan buatan dan 2% untuk pakan alami. Pakan yang digunakan berupa pellet,

keong mas dan

Page 5: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

sampah sisa rumah tangga atau rumah makan.

11) Setiap kolam dan karamba memiliki waktu tebar dan waktu panen yang sama

sesuai kesepakatan Tirta Salak. Semua kolam dan karamba memiliki massa tanam

hingga 1 bulan, sehingga diasumsikan masing-masing kolam dan karamba memiliki

12 kali waktu panen setiap tahunnya.

12) Manfaat bersih lahan tanpa proyek adalah nol, karena lahan tersebut tidak

digunakan atau tidak terpakai.

13) Sumber modal adalah modal sendiri.

14) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5%, yaitu tingkat suku bunga

deposito berjangka bulan Agustus 2008

(www.bni.co.id, 2008).

15) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-

undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 50 juta Rupiah, maka besarnya

pajak yang harus dibayarkan 10% dari laba bersih. Bila laba bersih antara 50 juta -

100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan 10% dari 50 juta Rupiah

ditambah sisa labanya dikalikan sebesar 15%. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta

Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10%

ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15% ditambah dengan sisa laba yang dicatat

dikalikan 30%.

16) Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga

input produksi 15% dan penurunan volume penjualan 5%. Hal ini disebabkan pada

tingkat kenaikan harga input produksi sebesar 15% dan penurunan volume penjualan

sebesar 5% merupakan batas dari kelayakan pengembangan usaha pemancingan Tirta

Salak. Empat kriteria umum yang digunakan untuk menilai

kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP

(Keown, et al, 2001).

Inflow dalam Proyek

1. Total penjualan merupakan hasil penerimaan dari penjualan ikan mas

dan ikan nila dalam 5 tahun proyek.

Page 6: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

2. Total rencana kebutuhan modal pada periode awal rencana

pengembangan usaha Rp 174.117.000,00, terdiri darikebutuhan

investasi tahun ke nol Rp 127.962.000,00, perkiraan modal kerja

selama 4 minggu (1 bulan) Rp 11.600.000, dan perkiraan modal

produksi untuk 1 bulan Rp 34.645.000,00

3. Nilai sisa proyek

Outflow dalam Proyek

A.Biaya investasi meliputi :

1Kolam air deras unit

2 Kolam penampungan unit

3 Kolam pengobatan unit

4 Karamba unit

5Pondok jaga unit

6Pagar unit

B.BIAYA ALAT DAN PERLENGKAPAN

1 Ember unit

2 Serok unit

3 Hapa unit

4 Timbangan unit

5 Jeligen timbangan unit

6 Jeligen angkut unit

7 Tabung oksigen unit

8 Whiteboard unit

9 Alat tulis kantor paket

10 Lemari penyimpanan unit

11 Plastik kemasan

12 Karet gelang

A. FASILITAS

1 Mobil pickup Unit

Page 7: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

B. ASET BERGERAK

1.Bahan bakar kendaraan

2.Isi ulang tabung oksigen

D.BAHAN BAKU

1 Bibit ikan (bahan baku)

a Ikan mas

b Ikan bawal (1/8)

2 Pakan

a Buatan

b Alami

Keong mas

Sisa rumah makan

3 Obat btl

4 Kapur kg

5 Pupuk

a TSP dan Urea

b Kandang

6 Garam

7 Plankton catalyst Bungkus

F TENAGA KERJA

Gaji

1 Pengelola

2 Keuangan dan Administrasi

3 Pemasaran

4 Produksi dan P. pemancingan

5 Pelayan pemancingan

6 Pelaksana produksi

Bonus org

1 Pengelola

2 Keuangan dan Administrasi

Page 8: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

3 Pemasaran

4 Produksi dan P. pemancingan

5 Pelayan pemancingan

6 Pelaksana produksi

Tunjangan Hari Raya (THR) org

1 Pengelola

2 Keuangan dan Administrasi org

3 Pemasaran org

4 Produksi dan P. pemancingan

5 Pelayan pemancingan org

6 Pelaksana produksi

Analisis kelayakan pengembangan usaha oleh pemancingan Tirta Salak di

Kecamatan Ciomas dikaji melalui aspek-aspek yang terdapat dalam analisis

kelayakan usaha. Aspek-aspek analisis kelayakan usaha yang dibahas adalah meliputi

aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Peubah-peubah

yang dibahas disesuaikan dengan kondisi usaha pemancingan Tirta Salak. Keempat

aspek analisis tersebut akan menjelaskan layak atau tidaknya pengembangan usaha

tersebut didirikan.

1) NPV

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang

diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. Net present value atau manfaat

bersih sekarang

merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur

ekonomis. Net present value (NPV) diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV

investasi.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp 270.890.336,00. Nilai tersebut

menunjukan bahwa arus masuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak lebih

Page 9: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

besar dari pada arus kas keluarnya, sehingga pengembangan usaha yang dilakukan ini

menguntungkan dan layak diimplementasikan

dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 11.

2) PI

Profitability index atau disebut juga Net B/C, merupakan perbandingan nilai sekarang

dari keuntungan bersih masa depan pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih

bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi

awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

3,117. Nilai ini menunjukan bahwa kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya

investasi awal pada pengembangan usaha 3,117. Nilai PI > 1, maka pengembangan

usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan. Kriteria ini berhubungan erat

dengan Kriteria NPV dimana jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0),

maka menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan karena kedua

kriteria ini menggunakan variabel yang sama(Umar, 2003).

3) IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu

yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan

untuk

mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha

yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari

pengembangan usaha

pemancingan Tirta Salak sebesar 57%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga

deposito yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 5,5%. Hal ini berarti, tingkat

pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih

besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang

dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau

investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pengembangan usaha ini dari

pada ke bank. Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and

error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih

Page 10: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu.

Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi

awal lebih kecil , maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat

suku

bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai atau ditemukan nilai

yang sama besar atau mendekati (Umar, 2003).

4) PBP

PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk

menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah

didiskontokan. Berdasarkan hasil

perhitungan, nilai PBP pada pengembangan usaha ini adalah 2,5 tahun atau

dibulatkan 3 tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi

pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang telah

didiskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 3 tahun.

Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ini mampu menutupi biaya investasi

awal sebelum umur usaha berakhir, maka pengembangan usaha ini layak untuk

diimplementasikan.

Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi pengembangan usaha di atas,

dapat disimpulkan bahwa secara analisis bahwa pengembangan usaha pemancingan

Tirta Salak

layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati

bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga

deposito yang dijadikan dasar

perhitungan, yaitu 5,5%, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran

maksimum atau tertutupi sebelum umur pengembangan usaha pemancingan Tirta

Salak berakhir.

Page 11: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

5) BEP

BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan total (TR) perusahaan

adalah sama dengan biaya total (TC) yang ditanggungnya. BEP dapat dilihat

berdasarkan periode analisis ,

volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada pengembangan usaha pemancingan

Tirta Salak ini, BEP dilihat berdasarkan penerimaan (Rp), hal tersebut dilakukan

karena pada

pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak memiliki 4 jenis

produk. BEP dapat dicapai setelah usaha mencapai penerimaan sebesar Rp

401.734.903,00. Artinya pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak harus

menghasilkan penerimaan dan berproduksi sejumlah minimal nilai tersebut dalam

setiap tahun agar dapat menutupi biaya

produksinya.

h. Analisis Sensitivitas

Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha

selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh

menyimpang dari

kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu

usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003), karena dari itu penelitian

ini menggunakan

analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari pengembangan usaha

pemancingan Tirta Salak dengan mengubah beberapa faktor penting. Hasil analisis

sensitivitas digunakan untuk mengetahui

tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin

terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga input

produksi dan volume

Page 12: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari scenario kenaikan dan penurunan

harga input produksi dan volume penjualan sebesar 15% dan 5%. Kenaikan harga

input produksi

15% meliputi harga bahan baku ikan dan harga pakan. Sedangkan untuk penurunan

volume penjualan 5%, meliputi penurunan volume penjualan seluruh produk.

Kenaikan 15% harga input produksi dan penurunan 5% volume produksi membuat

pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak menjadi tidak

layak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil NPV - Rp 66.971.036,00, Net B/C atau PI

0,508, dan IRR - 9%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa

pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

peka terhadap kenaikan harga input produksi dan penurunan volume penjualan.

Dengan demikian, pemancingan Tirta Salak perlu untuk mempertahankan volume

penjualan, bahkan perlu

meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga input

produksi.

Sedangkan untuk analisis switching value, yang digunakan sebagai suatu analisis

untuk mencari batas kelayakan suatu usaha atau proyek. Dalam analisis ini digunakan

skenario kenaikan

harga bahan baku input produksi sebesar 5,4% dan penurunan volume penjualan

sebesar 8%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atau

Net B/C 1,00 dan IRR 5%.

Page 13: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan
Page 14: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan
Page 15: Analisis Kelayakan an Usaha Pemancingan

Analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi pemancingan Tirta

Salak, apabila melakukan pengembangan usaha Rp 85.778.467,00, R/C ratio 1,173,

dan BEP setelah penerimaan mencapai Rp 401.734.903,00. Nilai kriteria investasi

yang

dihasilkan cukup besar, yaitu NPV bernilai Rp 270.890.336,00, IRR 57%, Net B/C

atau PI adalah 3,117, dan PBP adalah 2,5 tahun. Semua analisis kelayakan

menunjukan

bahwa pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak layak

untuk didirikan.