analisis jurnal rumah sehat
DESCRIPTION
JURNALTRANSCRIPT
MATERI PENYULUHAN
NYERI PUNGGUNG BAWAH ( LBP )
DI CENDANA 3 RSUP Dr.SARDJITO
9 JULI 2005
Oleh :
KELOMPOK I STASE KMB
PSIK FK UGM
BEKERJASAMA DENGAN
PKMRS RSUP Dr. SARDJITO
JOGJAKARTA
2005
SIK ANALISIS JURNAL
KADAR PM 10 RUMAH SEBAGAI FAKTOR RUMAH SEHAT
Oleh : Ari Budiati Sri Hidayati
Peneliti : Rachmadhi Purwana
Publikasi : Dexa Media, Majalah Kedokteran Dan Farmasi, No.3 Vol 16,Juli-
September 2003
Pendahuluan :
- Indikator rumah sehat berfungsi menjadi pedoman kesehatan yang terkait dengan
bangunan fisik rumah yang ditentukan oleh struktur rumah seperti luas lubang
ventilasi, luas kamar, kelengkapan ruang tamu,dapur, kamar tidur, dan
pencahayaan alam.
- Kira-kira 16 jam dalam sehari orang berada didalam rumah sehingga
kemungkinan resiko terpapar pencemaran udara rumah lebih banyak.
- Partikulat yang berukuran 10 µm dan yang kurang dari 10 µm mudah masuk
kedalam saluran pernafasan bawah dan berkaitan dengan penyakit saluran
pernafasan.
- Di dalam rumah tinggal partikulat bisa mencapai angka yang tinggi.
- Anak balita diasumsikan lebih banyak berada dirumah dan sekitarnya sehingga
kemungkinan terpapar udara rumah lebih dari pada orang dewasa.
- Wilayah Kelurahan Pekojan merupakan daerah padat dengan tingkat kepadatan
penduduk tiga kali Jakarta.
Tujuan :
Penelitian dirancang untuk mengetahui :
- Apakah faktor fisik rumah mempengaruhi variasi kadar PM 10 dan faktor apa yang
paling dominan.
- Berapa kadar PM 10 yang beresiko menimbulkan gangguan pernafasan.
Metodologi Penelitian :
Jenis Penelitian : Non Experimen, dengan rancangan Cross Sectional
Populasi : 204 rumah yang ada di Kelurahan Pekojan Kecamatan Tambora
Jakarta Utara.
Sampel : 263 orang balita yang tidak sedang sakit.
Teknik Pengambilan data :
- Dilakukan pengukuran faktor fisik rumah dan karakteristik penghuni pada rumah
yang di tunjuk.
- Dilakukan wawancara pada ibu balita dengan pedoman wawancara.
- Diserahkan formulir kepada ibu balita untuk di isi tentang pemantauan adanya
gejala gangguan pernafasan selama dua minggu.
- Dilakukan pengukuran kadar partikulat pada rumah yang dijadikan sampel
dengan alat portable HAZ-Dust Sampler TM 10 µm Particulate Monitor.
Analisa Data :
Data di analisis dengan Analisa Regresi Logistik.
Hasil Penelitian :
- Rata- rata dalam setiap rumah dihuni oleh 6-7 orang dan 24,0 % anak balita
tinggal dalam rumah berukuran kurang dari 16 m².
- Bentangan kadar PM 10 berkisar antara 10 µg/m³ dan 450 µg/m³, 106 balita tinggal
dalam kadar PM 10 lebih dari 70 µg/m³ dan 157 anak balita tinggal dalam rumah
dengan kadar PM 10 70 µg/m³ atau kurang.
- Selama 2 minggu didapatkan 52, % anak yang semula sehat menunjukkan gejala
gangguan pernafasan.
- Rumah dengan kadar PM 10 lebih dari 70 µg/m³ lebih beresiko menimbulkan
gangguan pernafasan.
- Peningkatan kadar PM 10 rumah terkait dengan adanya orang yang merokok dalam
rumah.
- Jumlah anak balita yang tinggal dengan perokok 79,5 % dan 70 % dengan ayah
perokok.
- Setiap batang rokok yang dikonsumsi memberikan kontribusi kenaikan antara 2,6
µg/m³ sampai 3,9 µg/m³.
- Faktor fisik rumah tidak mempengaruhi variasi kadar PM 10 rumah, sebaliknya
terbukti bahwa kadar PM 10 rumah terkait dengan timbulnya gangguan pernafasan
anak balita dan jumlah konsumsi rokok oleh penghuni rumah.
Pembahasan :
Perbedaan kadar PM 10 rumah dalam rumah tinggal beresiko menimbulkan gangguan
kesehatan. Walaupun penyakit saluran pernafasan merupakan penyakit yang
penyebabnya multifaktorial, dalam penelitian ini terbukti bahwa kadar PM 10 yang
melampaui 70 µg/m³ merupakan faktor resiko terjadinya gejala batuk pilek baik yang
disertai demam maupun tidak. Biarpu kelembapan rumah juga merupakan faktor resiko
batuk pilek pada anak balita ,perannya lebih sedikit dibandingkan peran PM 10 rumah,
ini terlihat dari nilai faktor kelembapan yang lebih kecil dari pada faktor kadar PM 10
rumah.
Berdasarkan sebuah penelitian, WHO memberikan nilai pedoman untuk kadar
partikulat dalam bangunan sebesar 70 µg/m³ dan ASHRAE menetapkan nilai pedoman
partikulat dalam bangunan untuk rumah tinggal dan non industri sebesar 75 µg/m³.
Sehingga temuan penelitian di kelurahan Pekojan ini memperkuat nilai pedoman yang
diberikan WHO.
Di samping itu peningkatan odds Ratio resiko anak terkena batuk pilek menunjukkan
hubungan dosis respon dengan peningkatan kadar PM 10 rumah.
Selain itu variabilitas partikulat rumah terkait dengan variabilitas merokok bapak.
Kebiasaan merokok seseorang tidak akan berubah secara bermakna setiap hari, Oleh
karena itu kadar PM 10 rumah yang di ukur hanya sekali dalam penelitian ini bisa
diperlakukan sebagai kadar PM 10 rumah setiap hari selama 2 minggu mengingat kadar
PM 10 rumah hanya dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dikonsumsi.
Variabilitas kadar partikulat yang tidak terkait dengan variabilitas faktor-faktor fisik
rumah mengindikasikan bahwa kadar partkulat rumah tidak dipengaruhi oleh keadaan
fisik rumah. Hal ini terbukti dari keadaan perumahan yang padat di tempat penelitian
sehingga berakibat ventilasi rumah tidak di dukung oleh faktor fisik rumah. Untuk
mengetahui keefektifan ventilasi rumah dapat diukur dengan Fan Pressurization, Tracer
Gas Technicues atau The Stack Effect.
Kesimpulan :
- Kadar PM 10 rumah pada batas 70 µg/m³ dapat menjadi indikator kesehatan
rumah.
- Timbulnya gangguan pernafasan pada anak balita terkait dengan peningkatan kadar
PM 10 rumah . Kadar PM 10 rumah lebih dari 70 µg/m³ merupakan resiko untuk
timbulnya ganggauan pernafasan.
- Peningkatan kadar PM 10 rumah berkaitan dengan jumlah konsumsi rokok dalam
rumah tanpa dipengaruhi keadaan fisik rumah.
- Kadar PM 10 rumah tidak memberikan gambaran tentang keadaan fisik rumah
tetapi menggambarkan efek yang timbul akibat sumber – sumber pencemaran
udara dalam rumah.
Pembahasan dan Implikasi Keperawatan :
- Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kadar PM 10 rumah tidak
memberikan gambaran tentang keadaan fisik rumah tetapi menggambarkan efek
yang timbul akibat sumber – sumber pencemaran udara dalam rumah.
- Perawat keluarga dan kader kesehatan mampu mengkaji faktor resiko yang dapat
menimbulkan gejala gangguan pernafasan misalnya pada keluarga dengan ayah
seorang perokok agar dapat segera menentukan intervensi pencegahan yang
paling sederhana misal mengalihkan perhatian perokok dengan menganjurkan
kebiasaan merokoknya dengan selingan makan permen atau mengurangi frekuensi
merokoknya sampai berhenti sama sekali.
- Perawat keluarga mampu bekerjasama dengan keluarga atau kader kesehatan untuk
menganjurkan kegiatan olah raga atau kegiatan lain untuk masing – masing
kelompok umur yang mempunyai kebiasaan merokok dan membiasakan hidup
sehat.
- Perawat keluarga dan kader kesehatan sebaiknya menjadi role model dan benar –
benar bisa menjadi contoh dalam masyarakat , agar mereka disiplin untuk bisa
mengurangi atau berhenti sama sekali dari kebiasaan merokoknya dan berperilaku
hidup sehat.
- Petugas kesehatan dalam hal ini perawat keluarga dan kader kesehatan harus bisa
mempengaruhi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mengurangi atau
berhenti sama sekali dari kebiasaan merokoknya, olah raga teratur sesuai
tingkatan umur, makan dengan gizi seimbang serta menjaga kebersihan diri,
rumah maupun lingkungan.