analisis jangkauan pelayanan kecamatan limapuluh kota pekanbaru-libre
DESCRIPTION
ada hakekatnya dalam mewujudkan efisiensi penataan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, salah satunya adalah dengan proses kegiatan penataan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah. Perkembangan pembangunan fisik dalam wilayah Pekanbaru 12 (dua belas) kecamatan. Salah satu dari kecamatan di Pekanbaru ini yang mengalami berbagai perkembangan pembangunan tersebut adalah di Kecamatan Limapuluh. Selain itu juga diharapkan pengembangan di Kecamatan Limpuluh dapat memanfaatkan peluang-peluang baik secara rasional maupun regional, sehingga dapat menigkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan kualitas lingkungan yang berhasil guna dan berdaya guna. Kecamatan limapuluh adalah salah satu kecamatan di kota pekanbaru yang terbagi atas 4 kelurahan yaitu, kelurahan rintis, kelurahan sekip, kelurahan tanjung rhu dan pesisir. Dan setiap kelurahannya mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dengan tingkat pelayanan yang tinggi pula, untuk itu perlu adanya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas peribadatan, dan sebagainya.TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya dalam mewujudkan efisiensi penataan ruang sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, salah satunya adalah dengan
proses kegiatan penataan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Perkembangan pembangunan fisik dalam wilayah Pekanbaru 12 (dua belas) kecamatan.
Salah satu dari kecamatan di Pekanbaru ini yang mengalami berbagai perkembangan
pembangunan tersebut adalah di Kecamatan Limapuluh.
Selain itu juga diharapkan pengembangan di Kecamatan Limpuluh dapat memanfaatkan
peluang-peluang baik secara rasional maupun regional, sehingga dapat menigkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan kualitas lingkungan yang berhasil guna dan berdaya guna. Kecamatan
limapuluh adalah salah satu kecamatan di kota pekanbaru yang terbagi atas 4 kelurahan yaitu,
kelurahan rintis, kelurahan sekip, kelurahan tanjung rhu dan pesisir. Dan setiap kelurahannya
mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dengan tingkat pelayanan yang tinggi
pula, untuk itu perlu adanya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan
masyarakat, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas peribadatan, dan
sebagainya.
Kecamatan Limapuluh ini terletak di bagian Utara kota pekanbaru, dan terbagi menjadi 4
kelurahan. Di antaranya adalah:
1. Kelurahan Rintis
2. Kelurahan Tanjung Rhu
3. Kelurahan Sekip
4. Kelurahan Pesisir
Adapun kecamatan limapuluh ini luasnya berkisar hingga 4,04 (km), dengan batasan-batasan
wilayah sebagai berikut:
1. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbai Pesisir
2. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya
-
2
3. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sail
4. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pekanbaru Kota
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan
Laporan ini di buat bertujuan untuk mengetahui dan memahami sampai dimana tingkat
kemampuan analisis mahasiswa dalam menganalisis suatu kawasan seperti yang ditugaskan
oleh dosen kami dalam bidang study analisa pola keruangan yaitu bpk. Kukuh Destanto, ST.
Dengan membuat beberapa analisis, yaitu analisis lokasi pertanian / industry, analisis hirarki
kota, analisis jangkauan pelayanan, analisis pola ruang dengan disertai peta. Salah satu
kecamatan yang ada di kota pekanbaru yakni kecamatan Limapuluh.
Sasaran
Sasaran kami dalam tugas ini adalah :
1. Mengetahui sejauh mana pengembangan wilayah yang ada sekarang di kecamatan
tersebut
2. Penegasan dan pemantapan fungsi kawasan kecamatan.
3. Menyajikan data pusat pelayanan jasa kota di kecamatan.
4. Mengetahui sarana dan prasarana kawasan.
5. Mengetahui sebesar apa potensi potensi yang belum di olah di kecamatan tersebut.
1.3 RUANG LINGKUP MATERI DAN RUANG LINGKUP WILAYAH
Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi mata kuliah ini adalah menentukan pola hirarki keruangan tempat
pusat dengan beberapa tahap analisis untuk menentukan pusat tempat pelayanan seputar
wilayah dan analisis interaksi keruangan dengan berbagai metode untuk mengetahui laju
pergerakan penduduk dan barang serta informasi yang menyertai dari satu tempat ke tempat
lain, dengan mengkaitkan beberapa teori yang bisa menjadi bahan pertimbangan analisis kami.
Diantaranya seperti teori von thunen,weber,christaller dan sebagainya.
Ruang lingkup wilayah
-
3
Ruang lingkup wilayah meliputi kawasan kecamatan limapuluh yang terdiri dari Kelurahan Rintis,
Kelurahan Sekip, Kelurahan Tanjung Rhu, Kelurahan Pesisir.
1.4 METODOLOGI ANALISIS
Metode Analisis yang kami gunakan dalam menganalisa data yang ada adalah dengan
beberapa cara, berikut:
1. Mengkaji teori-teori yang di anggap relevan, seperti teori von thunen dan weber.
2. Menentukan pola hirarki dengan tahap analisis metode scalogram, metode indeks
sentralitas marshall, dan metode titik henti.
3. Mengumpulkan data sekunder yang berasal dari instansi-instansi pemerintah yang terkait.
Adapun data-data yang dibutuhkan dari semua sektor perencanaan yang meliputi aspek
Penduduk, Infrastruktur, Jaringan transportasi, ekonomi, pendanaan,dan kelembagaan
4. Menentukan lokasi industry yang cocok dengan penggunaan lahan yang dapat di lihat dari
struktur tata guna lahan yang ada
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan yang kami gunakan dalam analisis kami adalah sitematika
penulisan karya ilmiah, dimana sistematika tersebut cocok untuk penulisan hasil laporan
pengamatan. Dan berdasarkan penggunaan EYD yang benar. Hal tersebut baik dalam segi
penggunaan bahasa yang tepat.
-
4
1.6 PETA LOKASI
Dalam tugas analisis lokasi dan pola keruangan ini, kami mengambil lokasi di kecamatan Limapuluh.
Berikut peta administrasi Kecamatan limapuluh beserta batas-batasnya.
Gambar 2.1
Peta Kecamatan Limapuluh
-
5
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Adapun teori-teori para ahli yang relevan berkaitan dangan analisis seperti ,teori Von
Thunen,Weberian,Christaller adalah sebagai berikut:
Teori Lokasi Pertanian Von Thunen
Teori yang dikemukakannya menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Ada suatu daerah yang homogen sifat-sifat fisik dasarnya,dan cocok untuk pertanikan dan
peternakan dataran menengah.
2. Daerah tersebut terpencil (isolated) ,terdiri dari satu pusat kota sebagai tempat pasar
(market town) dengan daerah pedalaman nya.
3. Dari segi perdagangannya produk pertanian,daerah ini di anggap sebagai suatu system
tertutup.
4. Ongkos transportasi produk ke tempat pasar ditanggung oleh petani,dan besarnya
berbanding lurus dengan jarak yang di tempuh.
5. Teknologi angkutan pada waktu itu berupa angkutan darat gerobak yang di hela oleh kuda.
Dari asumsi-asumsi tersebut,maka zona lokasi komoditi pertaniannya akan berbentuk lingkaran
yang mengelilingi kota tersebut, komoditi yang menghasilkan keuntungan maksimum yang berlokasi
pada zona zona ini. Keuntungan suatu komoditi tergantung pada harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan.
Vhon thunen merumuskan 6 zona lingkaran bagi pengembangan pertanian mengelilingi suatu
kota. Luas zona lingkaran ini ditentukan oleh seberapa besar permintaan dari pasar. Kemudian
beberapa ahli mencoba memodifikasi dengan memasukkan unsur unsure yang mendekati kenyataan, seperti adanya sungai yang dapat dilayani, dan sebuah kota kecil yang mempunyai
wilayah pelayanan sendiri.
-
6
Kota
Sungai
Tanaman sayuran dan ternak sapi perah
Tanaman pohon untuk kayu bakar
Tanaman gandum
Peternak sapi potongan dan keju
Teori Lokasi Industri Weberian
Menurut Weber,ada tiga factor utama penentu lokasi yaitu bahan baku,konsumsi,dan tenaga
kerja.Semua itu kemudian di timbang dengan biaya transportasi.Untuk menyederhanakan
kenyataan,maka ia membuat tiga asumsi dasar, yaitu:
1. Bahan baku hanya ditemukan di tempat tertentu.
2. Daerah pasar terdapat di tempat lain dengan persaingan bebas yang memungkinkan suatu
kedudukan monopoli yang timbul karena lokasi tersebut.
3. Terdapat beberapa lokasi tenaga yang tidak mobil dan pada tingkat upah tertentu
menunjukkan yang tidak bebas.
Dalam hal ini Weber menggunakan 2 pendekatan,yaitu :
1. Pendekatan biaya angkutan sebagai penentu lokasi.
Penentuan ini dengan menggunakan asumsi bahwa lokasi minimum hanya dipengaruhioleh
berat barang ,jarak angkut bahan mentah,dah jarak angkut hasil akhir. Penentuan tempat
lokasi industri dengan menarik sudut dari 2 lokasi bahan mentah dan pasar hasil akhir
sehingga didapat lokasi yang optimum.
2. Pendekatan pertimbangan tenaga kerja sebagai penetu lokasi.
Pendekatan ini muncul,jika penghematan biaya tenaga kerja melebihi penambahan biaya
angkut dan juga adanya spasial differences of wages sehingga biaya tenaga kerja menjadi
co-determinant untuk minimasi biaya.Weber menggunakan system isodapan untuk
-
7
menelaah pengaruh daerah konsentrasi tenaga murah terhadap titik lokasi biaya angkutan
minimum.
Weber menyusun model berupa segitiga lokasional ( locational triangle ) seperti
tertera pada gambar di bawah ini.
Teori Christaller
Cristaller,seorang geograf Jerman tahun 1933 mengemukakan beberapa yang dua di
anataranya konsep range (jangkauan) dan threshold (ambangan).Ia membayangkan suatu wilayah
(region) sebagai suatu dataran yang homogeny secara geografis dan denga pendudk yang merata
persebarannya. Untuk menggambarkan wilayah-wilayah yang saling bersambungan atau saling
meluaskan,christaller memakai bentuk hexsagon.Dan dalam mengekspresikan hukum yang sifatnya
keruangan di boding ekonomi tentang persebaran dan besarnya permukiman (berdasarkan fungsi
pelayanan) maka ia mengajukan lima asumsi sebagai berikut :
Karena para konsumen yang menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat yang di nyatakan dalam biaya dan waktu,amat penting.
Karena konsumen yang memikul ongkos angkutan, mak jangkaun (range) suatu barang ditentikan oleh jarak yang di nyatakan dalam biaya dan waktu.
Semua konsumen dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan, menuju ke tempat pusat yang paling dekat.
KETERANGAN :
M = Market (pasar)
P = lokasi berbiaya terendah
R1 dan R2 = Raw material M
R1 R2
P1
M
R1
M
R2
P2
R1 R2
P3
-
8
Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya,artinya ada hubungan antara besarnya tempat pusat dan besarnya (luasnya) wilayah pasaran, banyaknya
penduduk dan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan.
Wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran dimana penduduknya tersebar merata dan ciri-ciri ekonomisnya sama (besarnya penghasilannya sama)
Central Places menunjukkan adanya hirarki pelayanan,dan hiraraki pelayanan di Negara
sedang berkembang dapat di bagi menjadi empat tingkatan pelayanan yaitu :
1. Kota Utama
Berperan sebagai pusat utama dan merupakan tingkat pelayanan paling tinggi dalam melayani
seluruh kegiatan dan memiliki kedudukan yang sangat dominan.
2. Kota Menengah
Berperan penting dalam proses transformasi dan pengembangan ekonomi wilayah serta struktur
ruang.
3. Kota Kecil/Kota Pasar (Market town : small city)
Fungsi utama kota kecil adalah untuk kegiatan pemasaran terutama produk pertanian pedesaan
dan berperan dalam menghubungkan kehidupan perkotaan dan pedesaan.
4. Pusat Desa (village Service Center)
Pusat desa merupakan pemukiman dengan berbagai kriteria,yaitu :
Merupakan pusat manyediakan pelayanan dasar dan berbagai fasilitas untuk kebutuhan rumah tangga dan kegiatan pertanian bagi desa-desa terpencil dan wilayah pertanian
yang terisolasi.
Memiliki fasilitas yang di perlukan untuk memacu kegiatan non pertanian yaitu aktivitas industry skala kecil (industri rumah tangga) dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan dasar tang dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk di sekitar wilayah pedesaan.
Memiliki organisasi kemasyarakatan yang dapat meningkatkan partisipasi penduduk dalam melaksanakan pembangunan.
Terletak pada titik simpul (fisisk,ekonomi,dan social) yang menghubungkan wilayah pedesaan dengan kota kecil dan pusat wilayah.
-
9
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Letak Geografis dan Luas Wilayah
3.1.Sejarah
Letak kota pekanbaru sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Siak yang membelah
kota menjadi 2 wilayah. Sungai Siak ini pula lah yang kemudian menjadi orientasi Utara- Selatan
kota, dimana wilayah di atas Sungai siak di identifikasi sebagai daerah utara kota, dan sebaliknya
daerah dibawah sungai Siak di identifikasi sebagai daerah selatan kota.
Camat Baharuddin
Luas 4,04 km
Jumlah penduduk 41.405 jiwa
Kepadatan 10.248 jiwa/km
Limapuluh adalah sebuah kecamatan di Kota Pekanbaru, Riau, Indonesia. Kecamatan
Lima Puluh terdiri dari empat kelurahan yaitu Rintis, Sekip, Tanjung Rhu dan Pesisir serta memiliki
luas wilayah 4,04 km persegi. Jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 41.405 jiwa yang terdiri
dari 20.443 laki-laki dan 20.926 perempuan. Berarti rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan
Lima Puluh sebesar 10.248 jiwa per km persegi. Kelurahan Pesisir merupakan kelurahan terpadat
karena dihuni oleh 12.123 jiwa per km persegi.
3.2. Letak dan Luas
Kecamatan ini mempunyai luas dengan batas-batas sebagai berikut :
1. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbai Pesisir
2. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya
3. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sail
4. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pekanbaru Kota
http://id.wikipedia.org/wiki/Camathttp://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekanbaruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Riauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
-
10
Tabel 1.1
LUAS WILAYAH MENURUT KELURAHAN
DI KECAMATAN LIMAPULUH TAHUN 2010
KELURAHAN LUAS WILAYAH
( ) RINTIS 0,68
SEKIP 0,82
TANJUNG RHU 1,68
PESISIR 0,86
JUMLAH 4,04
Sumber:BPS kota Pekanbaru
3.3 Penggunaan Lahan
Menurut data tahun 2010, penggunaan lahan di Kecamatan Limapuluh terbagi atas lahan
kering, bangunan, dll. Dimana Bangunan mendominasi kecamatan ini sebanyak 338,00. Dan lahan
kering yang paling sedikit sebanyak 37,00. Sedangkan kelurahan yang penggunaan lahannya paling
banyak adalah Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak 168,00 sedangkan penggunaan lahan yang paling
sedikit adalah kelurahan Rintis sebanyak 68,00. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
-
11
Tabel 1.2
Penggunaan Lahan Menurut Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2010
No. Kelurahan
Jenis Penggunaan Lahan
Tanah
Sawah
Tanah
kering
Bangunan /
pekarangan
Hutan
negara Lainnya
1 Rintis 0 7,00 53,00 0 8,00
2 Sekip 0 9,00 66,0 0 7,00
3 Tanjung Rhu 0 14,00 145,00 0 9,00
4 Pesisir 0 7,00 74,00 0 5,00
Jumlah 0 37,00 338,00 0 29,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Pekanbaru, 2009
Foto Penggunaan Lahan di Kecamatan Limapuluh
Gambar 2.2
Toko Bangunan di Kecamatan Limapuluh
Sumber: Hasil survey Lapangan,2011
-
12
3.4 Sarana Pendidikan
Pada tahun 2010 di Kecamatan Limapuluh, Sekolah negeri terbanyak ialah SD dengan
banyak 17 unit. Sedangkan yang paling sedikit ialah TK yang tidak ada sama sekali. Dan untuk
kelurahan yang memiliki sekolah negeri terbanyak ialah Kelurahan Rintis sebanyak 13 unit
sedangkan yang paling sedikit ialah kelurahan Pesisir sebanyak 3 unit. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini :
Tabel 1.3
Jumlah Sekolah Negri Menurut Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2010
No. KELURAHAN TINGKAT SEKOLAH
TK SD SLTP SMK SMU UMUM
1 RINTIS 0 5 5 1 2
2 SEKIP 0 4 0 0 0
3 TANJUNG RHU 0 5 1 0 0
4 PESISIR 0 3 0 0 0
JUMLAH 0 17 6 1 2
Sumber : Badan Pusat Statistik Pekanbaru, 2010
Foto Sarana Pendidikan di Kecamatan Limapuluh
Gambar 2.3
Salah satu sekolah dasar di kecamatan lima puluh
Sumber: Hasil survey Lapangan,2011
-
13
3.5 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan di Kecamatan Limapuluh terdiri atas Mesjid, Surau, Gereja, Wihara,
dan Pura. Pada tahun 2010, di Kecamatan ini, Masjid adalah sarana peribadatan paling banyak
dengan banyak 22 mesjid. Sedangkan yang paling sedikit adalah wihara ad 4, dan tidak
terdapat pura. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 di bawah ini :
Tabel 1.4
Jumlah Tempat Ibadah Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2010.
No. Kelurahan
Tempat Ibadah
Masjid Surau /
langgar Gereja Pura wihara
1 Rintis 3 7 0 0 1
2 Sekip 6 3 0 0 1
3 Tanjung Rhu 8 3 7 0 0
4 Pesisir 5 3 1 0 2
Jumlah 22 16 8 0 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Pekanbaru, 2010
Foto Sarana Peribadatan Di Kecamatan Limapuluh
Gambar 2.4
Mesjid di Kecamatan Limapuluh
Sumber: Hasil survey Lapangan,2011
-
14
Gambar 2.5
Wihara di Kecamatan Limapuluh
Sumber: Hasil survey Lapangan,2011
3.6 Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di Kecamatan Limapuluh meliputi Poliklinik, Rumah
sakit bersalin, praktek dokter, Pos KB, puskesmas, dan puskesmas pembantu. Pada tahun
2010 sarana kesehatan terbanyak ialah Praktik dokter dengan jumlah 33 unit. Sedangkan yang
paling sedikit ialah Puskesmas yang hanya terdapat 1 unit saja. Kelurahan Rintis adalah
kelurahan yang paling banyak memiliki sarana kesehatan sebanyak 16 unit. Sedangkan
Kelurahan Tanjung Rhu adalah kelurahan yang memiliki sarana kesehatan paling sedikit
sebanyak 7 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.5 di bawah ini :
-
15
Tabel 1.5
Jumlah Sarana Kesehatan dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2010
No. Kelurahan
Sarana Kesehatan
Poliklinik Puskesmas Puskesmas
Pembantu
Rumah Sakit
bersalin
Praktik
Dokter
Pos
KB
1 Rintis 1 0 1 1 12 1
2 Sekip 1 0 1 0 9 1
3 Tanjung Rhu 1 1 1 0 3 1
4 Pesisir 1 0 1 0 9 1
Jumlah 4 1 4 1 33 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Pekanbaru, 2010
Foto Sarana Kesehatan Di Kecamatan Limapuluh
Gambar 2.6
Rumah Sakit Kecamatan Limapuluh
Sumber: Hasil survey Lapangan,2011
3.7 Sarana Olahraga
Olahraga adalah salah satu cara memperoleh kesehatan. Dikecamatan Limapuluh pada
tahun 2010 memiliki Lapangan bulu tangkis terbanyak sebanyak 18 lapangan, sedangkan yang
paling sedikit ialah Lapangan bola basket yang hanya 1 lapangan saja. Dan sarana olahraga
-
16
yang paling banyak di kecamtan ini ialah tenis meja dengan jumlah 38. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel1.6 di bawah ini :
Tabel 1.6
Jumlah Fasilitas Bermain / Olahraga Menurut Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2010.
No. KELURAHAN
FASILITAS OLAHRAGA
SEPAK
BOLA
BOLA
VOLEY RENANG FUTSAL
BULU
TANGKIS
BOLA
BASKET TENIS
TENIS
MEJA
1 RINTIS 2 4 0 1 4 0 1 10
2 SEKIP 0 3 0 1 4 1 1 12
3 TANJUNG RHU 1 5 0 0 6 0 0 8
4 PESISIR 0 4 0 0 4 0 0 8
JUMLAH 3 16 0 2 18 1 2 38
Sumber : Badan Pusat Statistik Pekanbaru, 2010
Foto Sarana Olahraga Di Kecamatan Limapuluh
Gambar 2.7
Lapangan sepak bola Kecamatan Limapuluh
Sumber: Hasil survey Lapangan,2011
-
17
BAB IV
ANALISIS
4..1 ANALISIS PERINDUSTRIAN
A. TOERI LOKASI WEBERIAN
Teori Weber ini adalah kumpulan beberapa teori yang mendukung pemikiran
weber. Pertama kali di kemukakan oleh Alfred weber , seorang ekonom Jerman yang
kemudian diteruskan dan disempurnakan oleh Palender. Teorinya menyangkut least cost location.
Untuk mnyederhanakan kenyataan, maka ia membuat tiga asumsi dasar, yaitu :
Bahan baku yang hanya ditemukan di tempat tertentu. Daerah pasar terdapat di daerah lain dengan persaingan bebas yang
memungkinkan sutu kedudukan monopoli yang timbul karena lokasi tersebut.
Terdapat beberapa lokasi tenaga yang tidak sesuai dari pada tingkat upah tertentu menunjukkan penawaran yang tidak terbatas.
Isi pokok dari teori weber dimana lokasi industri industri dipilihkan di tempat tempat yang biayanya paling mimal. Prinsip dari least cost location enam prakondisi
yang menjadi asumsi, yaitu :
1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya.
2. Sumber daya atau bahan mentah.
3. Upah buruh.
4. Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut atau di
pindahkan, serta jarak antara terdapatnya sumber daya.
5. Terdapatnya kompetitis antara industry.
6. Manusia itu berfikir rasional.
Untuk membuktikan adanya enam pra-kondisi yang diasumsikan diatas, weber menyusun
model berupa segitiga lokasional ( locational triangle ) seperti tertera pada gambar di bawah ini.
-
18
Dengan metode weber, maka lokasi detinitif berada di lokasi dengan penggunaan satu bahan
baku saja atau kombinasi penggunaan bahan karena sejumlah tertentu bahan baku dapat
menetralkan tarikan masing masing sudut polygon.
Konsep daerah pasar menurut weber didasarkan atas asumsi
1. Biaya angkutan
2. Tenaga sebagai faktor regional yang bersifat umum
3. Faktor aeglomerasi / aglomerasi yang bersifat lokal dan umum.
Tiga faktor penentu lokasi industry pasar
1. Bahan baku
2. Konsumsi
3. Tenaga Kerja.
B. PERKEMBANGAN SUATU KAWASAN INDUSTRI
Perkembangan dari suatu kawasan (region) berasal dari satu titik, yaitu pusat kota yang
dalam tahap selanjutya bersifat menyebar. Setiap perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan,
terutama dalam kaitannya dengan sektor industri, akan memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya. Maka, dapat dikatakan pula bahwa
KETERANGAN :
M = Market (pasar)
P = lokasi berbiaya terendah
R1 dan R2 = Raw material M
R1 R2
P1
M
R1
M
R2
P2
R1 R2
P3
-
19
perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota yang berada di
sekitarnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan industri tersebut adalah
terdapatnya sarana transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini sangat penting bagi
suatu kawasan untuk menyediakan aksesibilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari akan barang dan jasa, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin
kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan dari pabrik menuju pasaran
(market), maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil
produksi juga akan semakin rendah.
C. LOKASI PERINDUSTRIAN DI KECAMATAN LIMA PULUH
Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kota Pekanbaru,
dimana kecamatan ini terbagi menjadi 4 kelurahan,yaitu :
5. Kelurahan Rintis
6. Kelurahan Tanjung Rhu
7. Kelurahan Sekip
8. Kelurahan Pesisir
Kecamatan ini mempunyai luas dengan batas-batas sebagai berikut :
5. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbai Pesisir
6. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya
7. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sail
8. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pekanbaru Kota
-
20
Tabel 1.7
LUAS WILAYAH MENURUT KELURAHAN
DI KECAMATAN LIMAPULUH
KELURAHAN
LUAS WILAYAH
( ) RINTIS 0,68
SEKIP 0,82
TANJUNG RHU 1,68
PESISIR 0,86
JUMLAH 4,04
sumber: BPS kota Pekanbaru
Kondisi perindustrian yang ada di kecamatan limapuluh dibagi menjadi tiga kelompok
diantaranya yaitu kelompok industri kecil, industry menengah,dan industri besar. Dan Jumlah dari
industri yang berada dikecamatan lima puluh ini dapat di lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.8
JUMLAH INDUSTRI
DI KECAMATAN LIMA PULUH TAHUN 2011
KELURAHAN
JENIS PERUSAHAAN INDUSTRI
INDUSTRI
KECIL
INDUSTRI
SEDANG
INDUSTRI
BESAR
RINTIS 9 0 0
SEKIP 7 1 0
TANJUNG RHU 11 0 0
PESISIR 12 0 0
JUMLAH 39 1 0
Sumber : BPS Provinsi Riau
-
21
Dikecamatan lima puluh ini tidak terdapat perusahaan atau industry besar, yang ada hanya
kelompok industry sedang dan kecil. Untuk kelompok industri kecil diantaranya industri pembuatan
tahu, industry pembuatan keripik, industry kerupuk, industri pembuatan kue/makanan ringan.
Industri sedang yang terdapat di kecamatan limapuluh yaitu industri pengolahan limbah berupa besi
dan aluminium, hasil produksinya berbagai bentuk besi, dan alat-alat keperluan rumah tangga.
Konsep daerah pasar (menurut teori weber) didasarkan atas tiga asumsi yaitu :
1. Bahan baku yang hanya terdapat didaerah tertentu
2. Daerah pasar ditempat lain dengan persaingan bebas
3. Terdapat beberapa lokasi tenaga kerja yang tidak mobil (sulit atau tidak dapan di
pindahkan)
Dari teori diatas tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk perbandingan sebagai berikut :
Tabel 1.9
Tiga asumsi konsep daerah pasar dengan mempertimbangkan kondisi
eksisting dan analisa lokasi.
NO TEORI WEBER KONDISI EKSISTING ANALISA LOKASI
1. Bahan baku hanya
tersedia didaerah
tertentu.
untuk industri kecil seperti industri
pembuatan tahu, industry
pembuatan keripik, industry
kerupuk, industri pembuatan
kue/makanan ringan bahan bakunya
mudah di dapat dengan membeli ke
pusat kota karna letak kec. ini
sangat dekat dgn bahan baku yg
berada di daerah lainya.
Contohnya: pembuatan kue
dankerupuk yg tidak jauh bahan
baku dari tempat produksi.
Berdasarkan teori weber yang
mengatakan bahwa bahan
baku hanya tersedia didaerah
tertentu mungkin berlaku untuk
industri keripik, kerupuk, kue /
makanan ringan yang berada
di kecamatan lima puluh ini,
karena hasil produksi ini
masing masing daerah cukup
banyak. Untuk industri
pengolahan alumunium dan
besi juga terdapat didaerah
lain.
-
22
2. Daerah pasar
ditempat lain
dengan persaingan
bebas.
Hasil dari produksi bahan baku yang
di kecamatan lima puluh ini di kirim
lagi ke tempat daerah lain dan ada
juga yang di pasarkan lansung.
Sesuai dengan keadaan
eksisting di di kecamatan lima
puluh tersebut sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh
weber yang dimana daerah
pasar ditempat lain dengan
persaingan bebas, dan di
pasarkan langsung.
3. Terdapat beberapa
lokasi tempat kerja
yang tidak mobil (
sulit atau tidak bisa
dipindahkan)
Dikecamatan lima puluh banyak
terdapat kawasan permukiman ,
yang para pekerjanya banyak
tinggal di daerah dekat dengan
perindustrian.
Perindustrian dikecamatan lima
puluh merupakan perindustrian
kecil yang berupa industry
kerupuk, kue, tahu yang pada
umumnya pekerjanya
perempuan dan ahli-ahli di
bidangnya. sedangkan tenaga
kerja pada industri ringan
seperti pengolahan limbah
alumunium dan besi pada
umumnya kaum laki laki dan
bertempat tinggal tidak jauh
dari tempat ia bekerja agar
tidak mengeluarkan biaya
transportasi yang terlalu besar
dengan demikian lokasi para
pekerja tersebut tidak akan
bisa di pindahkan
Ada tiga faktor penentu lokasi industri (menurut teori weber) yaitu :
1. Biaya angkutan
2. Tenaga sebagai faktor regional yang bersifat umum
3. Faktor aeglomerasi / aglomerasi yang bersifat lokal dan umum.
Dari teori diatas tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk perbandingan sebagai berikut :
-
23
Tabel 1.10
Tiga faktor penentu lokasi industri dengan mempertimbangkan kondisi
eksisting dan analisa lokasi
NO TEORI WEBER KONDISI EKSISTING ANALISA LOKASI
1. Biaya angkutan
.kecamatan lima puluh
terletak tidak jauh dari pusat
kota dan daerah
permukiman.
Kecamatan lima puluh
merupakan suatu
kecamatan yang strategis
untuk lokasi perindustrian
yang mana kecamatan ini
terletak tidak jauh dari
pusat kota ( tempat
pemasaran produk) / grosir.
Dan tidak akan
mengeluarkan biaya yang
banyak untuk pemasaran
produk.
2. Tenaga sebagai faktor
regional yang bersifat
umum.
Didekat kawasan
perindustrian terdapat
permukiman.
Dikarenakan tempat tinggal
para pekerja tidak jauh dari
kawasan perindustrian,
maka para pekerja akan
dapat menempuhnya
dengan baik krena para
tenaga tidak lagi berfikir
tentang biaya yang iya
keluarkan untuk pergi
bekerja dan gangguan
lainya.
3. Faktor aeglomerasi /
aglomerasi yang
bersifat lokal dan
umum.
Yang dimana kecamatan
Rumbai terletak tidak jauh
dari pusat kota, pasar dan
permukiman.
Dengan adanya
aglomerasi, maka industri-
industri yang berada di kec.
Lima puluh sangat
menguntungka bagi kota
pekanbaru bahkan Prov
-
24
Riau dalam menunjang
perekonomian.
-
25
Gambar 2.8
Peta analisis lokasi perindustrian
-
26
-
27
-
28
-
29
-
30
-
31
-
32
-
33
4.3 ANALISIS JANGKAUAN PELAYANAN
a. METODE GRAVITASI
Dengan mempertimbangkan aspek jumlah penduduk yang terdapat dimasing-masing kelurahan
serta kuadarat jarak antara kedua kelurahan tersebut.
I = P1 x P2 I = Besarnya Interaksi
R P1 = Jumlah penduduk kota 1
P2 = Jumlah penduduk kota 2
R = Jarak antara kedua kota
NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK JARAK(KM2)
1 RINTIS 6286 0,3
2 SEKIP 8365 1,0
3 TANJUNG RHU 16328 1,5
4 PESISIR 10426 1,0
PUSAT KOTA KELURAHAN INTERAKSI
RINTIS
SEKIP 52.582.390
TANJUNG RHU 45.616.804
PESISIR 65.537.836
-
34
b. METODE TITIK HENTI
Tujuan dari penghitungan dengan menggunakan metode titik henti adalah untuk menentukan
batas kelurahan pengaruh interaksi.
Th = J Th = Titik henti Pz = Jumlah Penduduk KotaTujuan
1+ Pz / Py J = Jarak Py = Jumlah Penduduk Kota Asal
PUSAT KOTA KELURAHAN TITIK HENTI(KM2)
RINTIS
SEKIP 0,53
TANJUNG RHU 0,92
PESISIR 0,56
-
35
c. ANALISIS DESKRIPTIF :
Dari jumlah fasilitasnya yang lengkap dan memadai, baik dalam semua jenis pelayanan
sosial, ekonomi, kesehatan serta tempat pelayanan nya yang strategis, sehingga memudahkan
dalam penjangkauan inilah yang menyebabkan kelurahan Rintis di jadikan ibu kota kecamatan
Limapuluh.
Hal tersebut bisa terjadi bila terdapat wilayah-wilayah yang mempunyai kemampuan sumber
daya yang berbeda. Wilayah-wilayah tersebut otomotis akan berusaha saling berinteraksi karena di
tuntut adanya keinginan untuk melengkapi kebutuhan nya yang menyebabkan aliran yang sangat
besar di sertai dengan interaksi yang sangat tinggi, contoh seperti ini sama hal nya dengan
kelurahan Rintis dan kelurahan Sekip. Sebagai kota utama dan kota menengah interaksi anatara
kedua kelurahan ini cukup tinggi dan jangkauan pelayanannya juga sangat luas dan besar. Karena
semua kebutuhan baik sarana dan prasarana terisolir dengan baik.
Sedangkan interaksi kota utama dengan kota kecil, yaitu kelurahan Rintis sampai kelurahan
Tanjung Rhu juga bisa kita lihat dari segi fasilitas nya yang memadai dan kegiatan pemasaran nya
seperti industri kerajinan yang sangat menonjol, sehinnga cocok sebagai tempat pendistribusian
barang dan jasa ke kota utama.
Dan untuk interaksi antara kota utama dan pusat desa, yaitu kelurahan Rintis sampai kelurahan
Pesisir ini kita lihat dari kelengkapan fasilitasnya yang kurang memadai atau bisa di katakan kurang
lengkap di lihat dari fasilitasnya yang hanya melengkapi fasilitas dasar saja seperti kebutuhan alat
rumah tangga. Hal tersebut yang menjadikan jarak antara kedua daerah tersebut sukar
berkomunikasi dengan baik, dikarenakan kurang terisolirnya daerah Pesisir ke kota utama. Maka
interaksi yang di hasilkan pun akan kecil.
-
36
Gambar 2.10
Peta analisis Pola Jangkauan Pelayanan
-
37
4.4 Analisis Pola Ruang
a. sebelum Penambahan Kawasan Hijau
1.Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung menyatakan pada pasal 5 yaitu :
Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari :
a. Sempadan Pantai
b. Sempadan Sungai
c. Kawasan Sekitar Danau/Waduk.
d. Kawasan Sekitar mata Air.
2.Selain itu menurut UU 26 pasal 39 menyatakan bahwa :
Pasal 29
(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang terbuka
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota.
(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari
luas wilayah kota.
Dari daerah pengamatan kami bahwa di kecamatan lima puluh memiliki proporsi Tata guna lahan
nya atau peruntukan lahannya adalah sbb :
Tabel 1.11
No. Kawasan Luas
1 Kepadatan Pemukiman Sedang 1511012,51 Ha.
2 Kepadatan Pemukiman Tinggi 1401743,15 Ha.
3 Industri 212753,18 Ha.
-
38
Dari tabel dapat kita simpulkan bahwa kawasan hijau di kecamatan lima puluh hanya lah sempadan
sungai saja.jadi untuk mencari persentae kawasan hijau tersebut dapat digunakan rumus :
x 100 Jadi,
x 100 =26,5 %
Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa kecamatan lima puluh mengalami pengurangan kawasan
hijau sebesar 3,5 %,untuk itu diperlukan penambahan kawasan hijau lagi dikecamatan lima puluh
ini.
4 Perdagangan dan Jasa 751459,86 Ha.
5 Sarana Kesehatan 11507,96 Ha.
6 Sarana Pendidikan 21171,04 Ha.
7 Sarana Peribadatan 7910,1 Ha.
8 Militer 130670,54 Ha.
9 Sempadan Sungai 1073709,89 Ha.
-
39
b. Sesudah ditambah kawasan hijau.
Penambahan kawasan hijau lebih dituju disepanjang jalan kolektor di kecamatan lima puluh.hal
ini dilakukan karena jalan :
1. Merupakan prasarana yang paling banyak dilalui dan sibuk
2. Berbagai pencemaran atau polusi banyak terjadi di jalan akibat dari banyak nya
kendraan.
Jadi tujuan dari penambahan kawasan hijau ini adalah lebih cendrung agar berbagai zat kimia
seperti H2O dapat diminimalisir dengan adanya kawasan hijau ini.selain dari kendraan bermotor
ini,pencemaran juga bisa terjadai oleh banyaknya aktifitas masyarakat kota seperti industri dan
perdagangan jasa.
Selain itu dengan adanya penambahan kawasan hijau tersebut,masyarakat dapat
memanfaatkan kawasan itu sebagai saran untuk olahraga seperti joging danbersepeda asalkan
didukung oleh pendestrian yang layak.
Total penambahan kawasan hijau di kecamatan limapuluh adalah sebesar 223858,12 Ha.dengan
ini dapat di hitung total kawasan lindung adalah :
x 100 = 32 %
Jadi setelah ditambahkan kawasan hijau tersebut,maka total kawasan hijau di kecamatan lima puluh
sebesar 32 % dari jumlah kawasan.
-
40
Gambar 2.11
Peta Analisis Pola Ruang
-
41
BAB V
KESIMPULAN
Dikecamatan lima puluh ini tidak terdapat perusahaan atau industry besar, yang ada hanya
kelompok industry sedang dan kecil. Untuk kelompok industri kecil diantaranya industri pembuatan
tahu, industry pembuatan keripik, industry kerupuk, industri pembuatan kue/makanan ringan.
Industri sedang yang terdapat di kecamatan limapuluh yaitu industri pengolahan limbah berupa besi
dan aluminium, hasil produksinya berbagai bentuk besi, dan alat-alat keperluan rumah tangga.
Berdasarkan data yang di peroleh, Kecamatan Limapuluh memiliki beberapa tingkatan
hirarki kota yang menunjukkan hirarki pelayanan. Beberapa hirarki tersebut ialah
- kota utama yaitu adalah kelurahan Rintis.
- Kota menegah, berdasarkan hasil metode yang digunakan sesuai data yang
diperoleh, terdapat kota menengah yakni kecamatan Sekip karena kelengkapan
fasilitas sarana dan prasarana.
- Kota kecil, yang menjadi urutan kota kecil adalah kelurahan Tanjung Rhu.
- Pusat desa, yang menjadi hirarki pusat desa adalah kelurahan Pesisir,
Dari jumlah fasilitasnya yang lengkap dan memadai, baik dalam semua jenis pelayanan
sosial, ekonomi, kesehatan serta tempat pelayanan nya yang strategis, sehingga memudahkan
dalam penjangkauan inilah yang menyebabkan kelurahan Rintis di jadikan ibu kota kecamatan
Limapuluh.
Dari daerah pengamatan kami bahwa di kecamatan lima puluh memiliki proporsi Tata guna lahan
nya atau peruntukan lahannya. kecamatan lima puluh hanya lah sempadan sungai saja. bahwa
kecamatan lima puluh mengalami pengurangan kawasan hijau sebesar 3,5 %,untuk itu diperlukan
penambahan kawasan hijau lagi dikecamatan lima puluh ini. penambahan kawasan hijau ini adalah
lebih cendrung agar berbagai zat kimia seperti H2O dapat diminimalisir dengan adanya kawasan
hijau ini.selain dari kendraan bermotor ini,pencemaran juga bisa terjadai oleh banyaknya aktifitas
masyarakat kota seperti industri dan perdagangan jasa. Selain itu dengan adanya penambahan
kawasan hijau tersebut,masyarakat dapat memanfaatkan kawasan itu sebagai saran untuk
olahraga seperti joging danbersepeda asalkan didukung oleh pendestrian yang layak. Total
penambahan kawasan hijau di kecamatan limapuluh adalah sebesar 223858,12 Ha.