analisis jabatan

26
Pertemuan ke-3 1. ANALISIS JABATAN 1.1 Arti Analisis Jabatan Analisis jabatan mencakup kegiatan mengidentifikasi dan menggambarkan (dengan kata-kata) mengenai apa yang sedang terjadi dalam sebuah pekerjaan danjabatan yang ada dalam sebuah organisasi. 1.2 Mengapa Analisis Jabatan Perlu Dilakukan? Analisis jabatan adalah sebuah kegiatan atau proses manajemen yang paling sering dipahami secara keliru, dianggap rendah, dan seringkali dilaksanakan dengan asal- asalan. Richard L. Henderson, Profesor si Amerika Serikat pun, di mana teknik-teknik manajemen modern banyak dikembangkan, kegiatan analisis jabatan ini baru dapat diperhatikan yang cukup besar dari manajemen, mahasiswa dan praktisi manajemen sumber daya manusia setelah diberlakukan Equal Employment Opporttunity Act (Undang-undang Anti Diskriminasi dalam Hubungan Kerja) yang cukup keras itu. Perusahaan yang menjadi khawatir rasa perlu sangan berhati-hati dalam menerapkan segala teknik dan metode dalam manajemen SDM. Terutama dalam proses seleksi untuk rekrutmen dan promosi, mereka merasa perlu mengundang semua keputusan mereka dengan data dan fakta yang pasti. Data dan fakta tentang sebuah pekerjaan termasuk persyaratannya harus dihasilkan melalui sebuah yang disebut Analisis Jabatan.

Upload: mutiara-nuraini

Post on 28-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis jabatan

Pertemuan ke-3

1. ANALISIS JABATAN

1.1 Arti Analisis Jabatan

Analisis jabatan mencakup kegiatan mengidentifikasi dan menggambarkan

(dengan kata-kata) mengenai apa yang sedang terjadi dalam sebuah pekerjaan

danjabatan yang ada dalam sebuah organisasi.

1.2 Mengapa Analisis Jabatan Perlu Dilakukan?

Analisis jabatan adalah sebuah kegiatan atau proses manajemen yang paling

sering dipahami secara keliru, dianggap rendah, dan seringkali dilaksanakan

dengan asal-asalan. Richard L. Henderson, Profesor si Amerika Serikat pun, di

mana teknik-teknik manajemen modern banyak dikembangkan, kegiatan

analisis jabatan ini baru dapat diperhatikan yang cukup besar dari manajemen,

mahasiswa dan praktisi manajemen sumber daya manusia setelah

diberlakukan Equal Employment Opporttunity Act (Undang-undang Anti

Diskriminasi dalam Hubungan Kerja) yang cukup keras itu. Perusahaan yang

menjadi khawatir rasa perlu sangan berhati-hati dalam menerapkan segala

teknik dan metode dalam manajemen SDM. Terutama dalam proses seleksi

untuk rekrutmen dan promosi, mereka merasa perlu mengundang semua

keputusan mereka dengan data dan fakta yang pasti. Data dan fakta tentang

sebuah pekerjaan termasuk persyaratannya harus dihasilkan melalui sebuah

yang disebut Analisis Jabatan.

1.3 Bidang-bidang dalam Manajemen yang Dapat Memanfaatkan Hasil

Analisis Jabatan

Bidang dan program yang mutlak perlu memanfaatkan hasil Analisis jabatan

adalah sebagai berikut:

1.3.1 Rancangan Bangunan Organisasi dan Pekerjaan/Jabatan

Karena analisis jabatan juga meliputi pekerjaan penelitian atau audit

atas lokasi tuga, pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab, jenjang

komunikasidan pengawasan, maupun penentuan mana pekerjaan/tugas

yang sifatnya core dan esensial dalam struktur organisasi.

1.3.2 Bimbingan dan Pengawasan

Page 2: analisis jabatan

Hasil analisis jabatan yang disajikan dalam bentuk sebuah dokumen

tertulis yang disebut ”Uraian Jabatan” (Job Description) akan membantu

memperoleh gambaran yang jelas tentang apa kontribusi dari setiap

pekerjaan / jabatan pada pencapaian tujuan organisasi.

1.3.3 Rekrutmen

Hasil analisis jabatan akan sangat membantu petugas rekrutmen dalam

melaksanakan seleksi dengan tepat dan benar, sehingga hanya orang

yang tepat yang akan diperoleh. Keluhan dan protes atau tuduhan

bahwa proses seleksi penuh dengan praktek nepotisme dan

kecurangan, misalnya, akan jauh berkurang.

1.3.4 Penilaian Prestasi Kerja

Analisis jabatan yang sempurna seharusnya mencakup standar prestasi

yang harus dicapai oleh pemegang jabatan untuk setiap tugas dan

tanggung jawab yang diambil bagian dari pekerjaan ini.

1.3.5 Penggajian/Imbalan

Telah disinggung pada bagian awal bahwa sebagian terbesar

perusahaan di Indonesia justru hanya melakukan analisis jabatan pada

saat akan menata ulang sistem penggajian mereka. Analisis jabatan

memang diperlukan karena hasilnya akan digunakan dalam proses

penilaian jabatan ( Job Evaluation) untuk mengukur bobot dan nilai

jabatan.

1.3.6 Program-program lain

Masih ada progra-program lain dalam bidang manajemen SDM yang

dapat memanfaatkan hasil analisis jabatan, antara lain: program

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan penentuan kempatan kerja

untuk panyandang cacat.

1.4 Merencanakan Analisis Jabatan dan Tahap Pelaksanaannya

Ada beberapa tahap yang perlu diikuti bila pelaksanaan Analisis Jabatan

ingin dilaksanakan dengan benar dan sukses:

1.4.1. Tahap I – Tetapkan Tujuan Analisis jabatan Ini

Diatas telah disebutkan 7 kelompok bidang yang biasanya

memerlukan analisis jabatan. Tetapkan mana dari 7 alternatif tersebut

yang menjadi tujuan anda. Mungkin saja lebih darisatu. Langkah

Page 3: analisis jabatan

pertama ini perlu karena langkah-langkah berikutnya akan ditentukan

oleh langkah ini.

1.4.2. Tahap II – Tetapkan Apa yang Dianalisis?

a) Identitas pekerjaan/jabatan dalam struktur organisasi yang

sekarang berlaku

b) Tugas-tugas yang esensial

c) Sumber daya yang dipercayakan/alokasikan pemegang jabatan ini

d) Alus ”input-output

e) Jenis, dimensi, dan lingkup keputusan

f) Kompleksitas atau tingkat kesulitan dari pekerjaan ini

g) Hubungan-hubungan (interaksi) yang harus dilakukan oleh

pemegang jabatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya

h) Persyaratan jabatan

i) Kondisi lingkungan kerja

1.4.3. Tahap III – Kumpulkan Informasi tentang Struktur Organisasi,

Kegiatan Operasi, dan Arus Kerja

Untuk langkah ini dokumen yang perlu diperoleh adalah skema

organisasi yang sekarang digunakan, Job Description yang ada,

Skema Proses (Process Cbart) maupun manual sistem dan prosedur

yang ada. Andaikan dalam organisasi ini belum ada skema organisasi

yang formal, maka harus dibuat skema sementara.

1.4.4. Tahap IV – Tetapan Metode yang Akan Digunakan

Ada 4 (empat) metode atau cara yang bisa digunakan untuk

mengidentifikasi dan mengumpulkan data, fakta dan informasi tentang

pekerjaan/jabatan dalam proses analisis jabatan. Empat metode atau

cara tersebut adalah :

Job Questionnaire

Interview

Observasi di lapangan

The Work Log

Page 4: analisis jabatan

1.4.5. Tahap V – Implementasi Program dengan Mengikuti Langkah-langkah

yang Benar

Langkah-langkah implementasi yangbenar antara lain mencakup

kegiatan komunikasi untuk menjamin dukungan dan kerja sama

penuh dari semua tingkatan dan memperkecil penolakan.

1. ”Kick-off Meeting” oleh pimpinan puncak dengan semua unsur

pimpinan organisasi.

2. Pertemuan-pertemuan denga semua staf pada setiap unit kerja

dipimpin oleh kepala unut kerja yang bersangkutan.

3. Komunikasi tertulis untuk seluruh karyawan oleh pimpinan puncak,

atau yang memberi wewenang, agar semua karyawan

mengetahui.

2. PERINGKAT JABATAN

Bagaimana cara Melakukan Evaluasi Jabatan?

Banyak cara danmetode yang dapat digunakan untuk melaksanakan Evaluasi

Jabatan. Ada sejumlah cara yang bersifat informal dan lebih kualitatif yang

disebut juga sebagai cara yang ”non-analitis” karena tidak memerlukan analisis

jabatan dan pengkukuran dalam prosesnya. Ada pula sekelompok cara yang

terdiri dari cara-cara yang lebih ”formal”, analitis dan kuantitatif yang biasanya

digunakan oleh perusahaan besar terutama perusahaan internasional karena

biasanya cukup tinggi.

2.1 Menyusun Peringkat Jabatan dengan metode Analisis dan Non Analitis

2.1.1 Metode Analitis

Penerapan kelompok metode yang disebut metode ’analitis” atau

”semi ilmiah” dimulai dengan kegiatan memilih dan menetapkan faktor yang

ada pada jabatan / pekerjaan atau terikat erat dengan yang akan dijadikan tolak

ukur.

Metode Analitis yang paling populer adalah Rating/Factors

assesment yang masih cukup sederhana dan metode sejenis yang lebih

Page 5: analisis jabatan

canggih seperti Hay, CRG, dan Bipers yang dikembangkan dan menjadi copy

right lembaga konsultan yang mengembangkannya. Sebenarnya metode-

metode yang dianggap canggih dandimiliki oleh beberapa perusahaan

konsultan tersebut adalah pengembangan dari metode Points-Factors Rating.

Cara-menggunakan metode Points-Factors Rating

Untuk melaksanakan evaluasi jabatan dengan menggunakan metode Points-Factors

Rating langkah berikut tindakan di bawah ini harus diikuti.

1. Langkah I – Membentuk Panitia Penilaian Jabatan

Panitia penilaian jabatan ini harus disahkan dan diumumkan oleh

Dewan Direksi dan terdiri dari maksimum 7 orang, minimum 5 orang, dan

sebaiknya jumlahnya ganjil agar apabila terpaksa membuat keputusan melalui

pemungutan suara tidak akan ada hasil ”seri”.

2. Langkah II – Memilih dan Menyetujui faktor yang akan Diukur

Untuk memilih faktor-faktor tersebut biasanya digunakan kriteria di bawah ini.

Faktor yang dipilih harus dipahami danditerima oleh semua karyawan (dan

juga Serikat pekerja, bila ada)

Faktor-faktor yang dipilih harus nyata-nyata berlaku ada pada

pekerjaan/jabatan yang sedang dinilai.

Faktor-faktor yang hanya berlaku atau terdapat pada dua atau beberapa

pekerjaan juga tidak dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan lain

karena tidak ada pembandingnya.

Faktor-faktor yang dipilih tidak boleh mempunyai kemiripan satu sama lain

yang pada dasarnya akang mengukur aspek yang sama.

Jumlah faktor sebainya dibatasi sampai jumlah minimum yang benar-benar

perlu untuk membuat perbandingan yang baik di antara pekerjaan-

pekerjaan.

Bagi perusahaan yang jumlah karyawannya ratusan atau ribuan, dianjurkan

untuk membagi karyawannya dalam berbagai kelompaok seperti : kelompok

pabrik/operasional, kelompok kantor/administatif, krlompok profesional, dan

lain-lain.

3. Langkah III – Membuat Definisi untuk Setiap faktor yang Dipilih

Para pakar misalnya sepakat menggunakan definisi di bawah ini untuk

faktor-faktor yang dianggap universal:

Tuntutan Mental (Mental Requirement)

Tuntutan Fisik (Physical Requirement)

Persyaratan Keterampilan (Skills Requirement)

Page 6: analisis jabatan

Tanggung Jawab (Responsibility)

Kondisi (Lingkungan) Kerja (Working Conditions)

4. Langkah IV - Membuat “Level” atau Gradasi dari Setiap faktor, Definisi, dan

Points (Skor) untuk Setiap Level

Contoh berikut adalah gradasi, definisi dan skor yang dibuat oleh

sebuah perusahaan yang menggunakan teknologi menengah untuk faktor

”Pendidikan”

2.1.2 Metode Non-Analitis

Kelompok cara yang kedua terdiri dari cara-cara yang cukup

sedarhana, murah biaya, tetapi meriah perdebadan dalam prosesnya. Kelompok

metode yang sederhana dan ”murah-meriah” tersebut terdiri dari metode – metode

sebagai berikut:

1. Mengikuti ”Hierarki dalam Organisasi”

2. Metode ”Forced Ranking” (Peringat Paksa/Konsensus)

3. Metode Klasifikasi Jabatan

4. Metode ”Factors Comparison”

5. Metode yang digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil dan TNI

Mengikuti ”Hierarki dalam Organisasi”

Teknik yang paling sederhana untuk menetapkan peringkat jabatan atas dasar

”bobot/nilai” jabatan itu adalah atas dasar ”Hierarki dalam Organisasi”.

Cara seperti ini biasanya digunakan oleh perusahaan milik negara (BUMN)

walaupun ada sejumlah kecil perusahaan swasta juga menggunakannya. Struktur

peringkat jabatan yang dihasilkan mungkin seperti berikut :

Peringkat Jabatan

1. Direktur Utama

2. Kepala Sub Direktorat

3. Kepaka Biro

4. Kepala Bagian

5. Kepala Seksi

6. Kepala Regu/Urusan

7. Pelaksana

Page 7: analisis jabatan

Metode ”Forced Ranking” (Peringat Paksa/Konsensus)

Yang dilakukan melalui metode ini adalah sejumlah kecil pejabat perusahaan

organisasi dengan dimotori oleh pejabat pimpinan bagian sumber daya manusia

menetapkan peringkat jabatan yang ada dalam struktur organisasi perusahaan.

Pertama-tama, bagian sumber daya manusia harus menyiapkan daftar jabatan yang

ada pada masing-masing departemen atau fungsi yang ada. Daftar ini harus dibuat

secara acak yang artinya tidak menunjukanurutan hierarki atau tinggi rendahnya

jabatan berdasarkan struktur organisasi yang sekarang.

Metode Klasifikasi Jabatan

Metode ini merupakan sebuah kemajuan dari metode ”konsensus” karena

dalam metode ini pertama-tama harus dibuat dulu kriteria untuk setiap

”kelas/klasifikasi jabatan” yang ditetapkan. Kriteria tersebut bersifat kualitatif dan

negatif, serta menjelaskan secara ringkas semua karakteristik jabatan dan

persyaratan yang harus dipenhi oleh para pemegang jabatan tersebut. Atas dasar

kriteria tertulis tersebut, Kelompok Kerja”/Tim Penilai akan menilai semua jabatan

yang terdaftar dan memasukannya ke dalam ”kelas yang dianggap ”pas” untuknya.

Metode ”Factors Comparison”

Dalam metode ini hal pertama yang harus ditetapkan bukan ”kriteria” seperti

dalam netode klasifikasi jabatan seperti jumlah ”faktor” jabatan yang akan

diperbandingkan derajat berat ringan atau mudah-sukarnya. Faktor-faktor yang

dipilih biasanya tidak banyak, berkisar antara 4 dan 6 faktor yaitu:

Mental Requirements (Tuntutan terhadap mendal)

Skill Requirements (Tuntutan Keterampilan)

Physical Requirements (Tuntutan terhadap fisik/jasmani)

Lingkukangan fisik tempat kerja

Tanggung jawab

2.2 Menyusun Rancangan Poin dan Level

Cara-menggunakan metode Points-Factors Rating

Untuk melaksanakan evaluasi jabatan dengan menggunakan metode Points-Factors

Rating langkah berikut tindakan di bawah ini harus diikuti.

1. Langkah I – Membentuk Panitia Penilaian Jabatan

Page 8: analisis jabatan

Panitia penilaian jabatan ini harus disahkan dan diumumkan oleh

Dewan Direksi dan terdiri dari maksimum 7 orang, minimum 5 orang, dan

sebaiknya jumlahnya ganjil agar apabila terpaksa membuat keputusan melalui

pemungutan suara tidak akan ada hasil ”seri”.

2. Langkah II – Memilih dan Menyetujui faktor yang akan Diukur

Untuk memilih faktor-faktor tersebut biasanya digunakan kriteria di bawah ini.

Faktor yang dipilih harus dipahami danditerima oleh semua karyawan (dan

juga Serikat pekerja, bila ada)

Faktor-faktor yang dipilih harus nyata-nyata berlaku ada pada

pekerjaan/jabatan yang sedang dinilai.

Faktor-faktor yang hanya berlaku atau terdapat pada dua atau beberapa

pekerjaan juga tidak dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan lain

karena tidak ada pembandingnya.

Faktor-faktor yang dipilih tidak boleh mempunyai kemiripan satu sama lain

yang pada dasarnya akang mengukur aspek yang sama.

Jumlah faktor sebainya dibatasi sampai jumlah minimum yang benar-benar

perlu untuk membuat perbandingan yang baik di antara pekerjaan-

pekerjaan.

Bagi perusahaan yang jumlah karyawannya ratusan atau ribuan, dianjurkan

untuk membagi karyawannya dalam berbagai kelompaok seperti : kelompok

pabrik/operasional, kelompok kantor/administatif, krlompok profesional, dan

lain-lain.

3. Langkah III – Membuat Definisi untuk Setiap faktor yang Dipilih

Para pakar misalnya sepakat menggunakan definisi di bawah ini untuk

faktor-faktor yang dianggap universal:

Tuntutan Mental (Mental Requirement)

Tuntutan Fisik (Physical Requirement)

Persyaratan Keterampilan (Skills Requirement)

Tanggung Jawab (Responsibility)

Kondisi (Lingkungan) Kerja (Working Conditions)

4. Langkah IV - Membuat “Level” atau Gradasi dari Setiap faktor, Definisi, dan

Points (Skor) untuk Setiap Level

Page 9: analisis jabatan

Contoh berikut adalah gradasi, definisi dan skor yang dibuat oleh

sebuah perusahaan yang menggunakan teknologi menengah untuk faktor

”Pendidikan”

Faktor Pendidikan Formal Minimal

Level Devinisi

1. Pendidikan ”elementer” yang memungkinkannya mampu membaca dan

menulis cukup baik, mampu melakukan perhitungan sederhana (aritbmetics).

Dapat memahami instruksi sederhana yang bersifat rutin.

(sekor 10)

2. SMTA atau sederajat, mampu melakukan perhitungan matematika dan ilmu

ukur untuk memecahkan masalah sederhana. Dapat memahami ”manual

standar” untuk menjalankan mesin, maanual tentang bagian mesin, dan

instruksi lisan dan tertulis.

(sekor 20)

3. Pendidikan D3 Teknik atau Politeknik atau Sekolah Magang 2-3 Tahun yang

hanya menerima lulusan SMTA. Mampu membaca dan memahami ”Cetak Biru”

alur proses dan manual yang cukup sulit.

(sekor 30)

4. Pendidikan Tinggi Strata I atau Sederajat. Mampu menggunakan metode dan

teknik yang lebih tinggi dalam memecahkan maslah yang berkaitan dengan

pekerjaan termasuk matematika tinggi bila perlu. Memahami standard

operating procedure dan mampu menulisnya.

(sekor 40)

5. Pendidikan Strara 2 atau sederajat atau brever spesialisasi dan pendidikan

profesi lanjutan dalam bidang yang relevan. Memecahkan masalah tanpa

bantuan siapa pun.

(sekor 50)

CONTOH ALOKASI BOBOT DAN POINT (SEKOR)

UNTUK SETIAP FAKTOR

Faktor-faktor Jabatan Alokasi Bobot (%) Point Terendah

Page 10: analisis jabatan

1. Pendidikan Dasar 12.5 25

2. Pengalaman 12.5 25

3. Kompleksitas Tugas 5 30

4. Analisis dan inovasi 15 30

5. Hubungan-hubungan 10 20

6. Supervisi/Bimbingan Teknis 17.5 35

7. Rekomendasi & Keputusan 17.5 35

8. Tersedianya arahan dan bimbingan 10 10

Page 11: analisis jabatan

Pertemuuan ke-4

SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH

a. Pengertian Serikat Pekerja / Serikat Buruh dan Tujuannya

a.1 Pengertian Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Pasal 1

yang dimaksud dengan :

1. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan

untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang

bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokrais, dan bertanggung jawab guna

memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan kerja/buruh

serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan kelaurganya

2. Serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat

buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di

beberapa perusahaan.

3. Serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat

buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang tidak beberja di perusahaan.

4. Federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja/serikat

buruh.

5. Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat

pekerja/serikat buruh.

6. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain.

7. Pengusaha adalah:

a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara

berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada

di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan b yang berkedudukkan di luar wilayah Indonesia.

Page 12: analisis jabatan

a.2 Asas, Sifat dan Tujuan

Pasal 2

1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh menerima Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-undang dasar

1945 sebagai konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh mempunyai asas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945.

Pasal 3

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

mempunyai sipat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Pasal 4

Serikat pekerja/serikat buruh mempunyai tujuan :

1. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,

serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan

keluarganya.

2. Untuk mencapai tujuan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) Serikat

pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

mempunyai fungsi :

a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama

danpenyelesaian perselisihan industrial.

b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang

ketenagakerjaan sesuai dengan tingaktnya.

c. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis

dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan

kepentingan anggotannya

Page 13: analisis jabatan

e. Sabagai perencana, pelaksana dan bertanggung jawab memogokan

pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham

di perusahaan.

B. Pembentukan dan Keanggotaan

b.1 Pembentukan

Pasal 5

1) Setiap pekerja buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat

pekerja/serikat buruh.

2) serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 orang

pekerja/buruh.

Pasal 6

1) Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota federasi

serikat pekerja/serikat buruh

2) Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5

(lima) orang serikat pekerja/serikat buruh.

Pasal 7

1) Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk anggota

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

2) Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya

3 (tiga) orang serikat pekerja/serikat buruh.

Pasal 8

Perjenjangan organisasi serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan/atau anggaran rumah

tangganya.

Pasal 9

serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa tekanan atau campur

tangan pengusaha, partaipolitik, dan pihak manapun.

Page 14: analisis jabatan

Pasal 10

serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan dan atau bentuk

lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.

Pasal 11

1) Setiap serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga.

2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya

harus memuat:

a. nama dan lambang

b. dasar negara, asas, dan tujuan

c. tanggal pendirian

d. tempat kedudukan

e. keanggotaan dan kepengurusan

f. sumber dan pertanggungjawaan keuangan, dan

g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.

b.2 Keanggotaan

Pasal 12

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik,

agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.

Pasal 13

Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dan anggaran rumah tangganya.

Pasal 14

1) seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih darisatu v serikat

pekerja/serikat buruh di satu perusahaan

2) Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat

pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus

Page 15: analisis jabatan

menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang

dipilihnya.

Pasal 15

Pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan

danjabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak pengusaha dan

pekerja/buruh, tidak boleh menjadi penguru serikat pekerja/serikat buruh di

perusahaan yang bersangkutan.

Pasal 16

1) Serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu

federasi serikat pekerja/serikat buruh

2) Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota

dari satu konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

Pasal 17

1) Pekerja/buruh dapat berhasil sebagai anggota serikat pekerja/serikat buruh

dengan pernyataan tertulis.

2) Pekerja/buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja/serikat buruh sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga serikat

pekerja/serikat buruh yang bersangkutan

3) Pekerja/buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota serikat

pekerja/serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap bertanggung jawab atas

kewajiban yang belum dipenuhinya terhadap serikat pekerja/serikat buruh.

c. Hak dan Kewajiban

Pekerja/buruh sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan dalam

hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak,

mengeluarkan pendapat, berkumpul dala satu organisasi, serta mendirikan dan

menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Hak menjadi anggota anggota serikat

pekerja/serikat buruh merupakan hak asasi pekerja/buruh yang telah di jamin dalam

Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan hak tersebut, kepada

setiap pekerja/buruh harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya mendirikan

dan menjadi anggota anggota serikat pekerja/serikat buruh. anggota serikat

pekerja/serikat buruh berfungsi sebagai sarana untuk memperjuangkan dan

Page 16: analisis jabatan

melindungi dan membela kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja

buruh dan keluarganya. Dalam menggunakan hak tersebut, pekerja/buruh dituntut

bertanggung jawab untuk menjamin kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan

bangsa dan negara. Oleh karena itu, penggunaan hak tersebut dilaksanakan dalam

kerangka hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan.

Hak berserikat bagi pekerja/buruh, sebagaimana diatur dalam Konvensi

Internasional Labour Organization (ILO) Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat

dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi, dan Konvensi ILO Nomor 98 mengenai

Berlakunya Dasar-dasar Daripada Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Bergabung

Bersama sudah diartifikasi oleh Indonesia menjadi bagian dari peraturan perundang-

undangan nasional.

Namun selama ini belum ada peraturan yang secara khusus mengatur

pelaksanaan hak berserikat bagi pekerja/buruh sehingga serikat pekerja/buruh

pekerja/berserikat buruh belum dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal.

Konvensi ILO yang dimasud menjamin hak berserikat pegawai negeri sipil, tetapi

karena fungsinya sebgai pelayan masyarakat pelaksanaan hak itu diatur tersendiri.

Pasal 25

1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:

a. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;

b. mewakili pekerjaan/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial;

c. mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;

d. membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh;

e. melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Pelaksanaan hak-hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 26

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh dapat berfartisifasi dan/atau berkerja sama dengan serikat pekerja/serikat

buruh internasional dan/atau organisasi internasional dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 27

Page 17: analisis jabatan

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh yang telah mempunyai nomor bukti percatatan berkewajiban:

a. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan

memperjuangkan kepentingannya;

b. Memperjuangkan peningatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;

c. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai

dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Perlindungan Hak Berorganisasi

Pasal 28

Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk

membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus,

menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak

menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara:

a) melakukan pemutusan, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;

b) tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;

c) melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;

d) melakukan kampanye anti pembentukan anggota serikat pekerja/serikat

buruh;

Pasal 29

1) Pengusaha harus memberi kesempatan kepada pengurus dan/atau anggota

anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk menjalankan kegiatan anggota

serikat pekerja/serikat buruh dalam jam kerja yang disepakati oleh kedua

belah pihak dan/atau yang diatur dalam perjanjian kerja bersama.

2) Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) haru diatur mengenai:

a. jenis kegiatan yang diberikan kesempatan;

b. tata cara pemberian ksempatan;

c. pemberian kesempatan yang mendapat upah danyang tidak mendapat

upah;

d. Pembubaran dan Penyelesaian Perselisihan

d.1 Pembubaran

Pasal 37

Page 18: analisis jabatan

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

bubar dalam hal :

a. dinyatakan oleh anggotanya menurut anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga

b. perusahaan tutup atau menghentikan kegiatannya untuk selama-lamanya

yang mengakibatkan putusnya hubungan kerja bagi seluruh pekerja/buruh

diperusahaan setelah seluruh kewajiban pengusaha terhadap pekerja/buruh

diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. dinyatakan dengan putusan pengadilan

Pasal 38

1) Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf c dapat

membubarkan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh dalam hal:

a. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh mempunyai asas yang bertentangan dengan

pancasila dan UUD 1945

b. Pengurus dan/atau anggota atas nama serikat pekerja/serikat buruh,

federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh terbukti melakukan

kesejahteraan terhadap keamanan negara dan dijatuhi pidana penjara

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap.

2) Dalam hal putusan yang dijatuhkan kepada para pelaku tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, lima hukumnya tidak sama,

maka sebagai gugatan pembubaran serikat pekerja/serikat buruh, federasi

dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh digunakan putusan yang

mematuhi syarat.

3) Gugata pembubaran serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat

(2) diajukan oleh instansi pemerintah kepada pengadilan tempat serikat

pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

yang bersangkutan berkedudukan.

Pasal 39

1) Bubarnya serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh tidak melepaskan para pengurus dari tanggung jawab

dan kewajibannya, baik terhadap anggota maupun terhadap pihak lain.

Page 19: analisis jabatan

2) Pengurus dan/atau anggota serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang terbukti bersalah menurut

keputusan pengadilan yang menyebabkan serikat pekerja/serikat buruh,

federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibubarkan, tidak boleh

membentuk dan menjadi pengurus serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh lain selama 3 (tiga) tahun sejak

putusan pengadilan mengenai pembubaran serikat pekerja/serikat buruh,

federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

d.2 Penyelesaian Perselisihan

Pasal 35

Setiap perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diselesaikan secara musyawarah oleh

serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

yang bersangkutan.

Pasal 36

Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tidak

mencapai kesepakan, perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diselesaikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.