analisis gaya bahasa dan nilai pendidikan moral …

186
ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH DJAKA LODANG EDISI 26-37 NOVEMBER 2013-FEBRUARI 2014 SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Yuni Kurnia Putri NIM 112160843 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL

PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH DJAKA LODANG

EDISI 26-37 NOVEMBER 2013-FEBRUARI 2014

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yuni Kurnia Putri

NIM 112160843

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

i

Page 2: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 3: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 4: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 5: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusahake arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, makamereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.(QS. Al Israa’:19)

2. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yangbekerja. ( QS. Al Shaaffaat : 61)

PERSEMBAHAN

1. Bapak Ponidi dan Ibu Mardiah tercinta, terima

kasih atas kasih sayang, motivasi, dan doa-doa

yang selalu kalian panjatkan untukku.

2. Kakakku, Rustam, Wiwit, Pur, dan adik sepupu

Dwi beserta keluarga besar yang telah

membantu dan memberikan semangat, kasih

sayang, dan doa untukku.

3. Amin Mustaqim, S.Pd dan keluarga besar yang

selalu memberi semangat, motivasi, dan doa

4. Sahabatku, Nur, Galang, Vini dan Teman-teman

seperjuangan khususnya PBSJ B UMP 2011

yang senantiasa bersama, terima kasih karena

telah membantu dan selalu memberikan

semangat.

v

Page 6: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

PRAKATA

Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Penulis

panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas rahmat, karunia, dan hidayah-Nya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Moral Pada

Kumpulan Geguritan Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37 November 2013-

Februari 2014” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

akhir Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dalam penyusunan

skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang telah memberikan kesempatan berkuliah di Universitas

Muhammadiyah Purworejo;

2. Yuli Widiyono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

dan pembimbing I yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada

penulis mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini;

3. Rochimansyah, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Jawa yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Herlina Setyowati, M.Pd., selaku pembimbing II yang selalu meluangkan

waktu untuk membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberikan

motivasi/dorongan sehingga skripsi ini terwujud;

vi

Page 7: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 8: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

ABSTRAK

Yuni Kurnia Putri, “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Moral Pada Kumpulan Geguritan Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37 November 2013-Februari 2014”. Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) mengetahui gaya bahasa pada kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014; (2) mengetahui nilai pendidikan moral pada kumpulan geguritan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah gaya bahasa dan nilai pendidikan moral pada kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014. Sumber data penelitian ini adalah kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik analisis dokumen dan teknik catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah penulis sendiri dibantu dengan pedoman analisis dokumen dan kartu pencatat. Teknik analisis data menggunakan analisis isi atau content analysis. Teknik penyajian hasil analisis data menggunakan teknik informal.

Dari pembahasan data dan hasil penelitian menunjukan bahwa dalam kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ditemukan gaya bahasa dan nilai pendidikan moral. Gaya bahasa yang ditemukan pada kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 antara lain metafora, personifikasi, simile, hiperbola, ironi, sinekdoce pars prototo dan sinekdoce totem pro parte. Nilai pendidikan moral yang ditemukan pada kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 adalah 1) nilai pendidikan moral manusia dengan diri sendiri meliputi; kepasrahaan dan bersyukur; 2) nilai pendidikan moral manusia dengan manusia lain meliputi; sabar&ikhlas, dan kesetiaan, pengharapan; 3) nilai pendidikan moral manusia dengan Tuhannya meliputi; senantiasa mengingat Tuhan, ibadah, dan perzinaan.

Kata kunci: gaya bahasa, pendidikan moral, geguritan Djaka Lodang

viii

Page 9: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

ABSTRAK

Yuni Kurnia Putri, “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Moral Pada Kumpulan Geguritan Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37 November 2013-Februari 2014”. Pendidikan bahasa dan satra jawa. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2016.

Panaliten punika gadhah ancas kangge ngudharaken : (1) mangertosi gaya bahasa ingkang wonten salebetipun geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014; (2) mangartosi nilai pendidikan moral ingkang wonten salebetipun geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014.

Panaliten punika migunakaken pendekatan kualitatif. Data salebetipun panaliten inggih punika gaya bahasa saha nilai pendidikan moral salabetipun geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014. Sumber data panaliten inggih punika kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014. Teknik pangempalan data mawi teknik analisis dokumen saha teknik catat. Instrumen salebetpun panaliten inggih punika panyerat piyambak dipunbiyantu pedoman analisis dokumen saha kartu pencatat. Teknik analisis data inggih punika analisis isi utawi content analysis. Teknik anggenipun ngaturaken asil analisis data inggih punika teknik informal.

Saking pembahasan data saha asil panaliten nedahaken bilih salebetipun kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 dipunpanggehi gaya bahasa saha nilai pendidikan moral. Gaya bahasa ingkang dipunpanggehaken salebetipun kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 antawisipun metafora, personifikasi, simile, hiperbola, ironi sinekdoce pars prototo saha sinekdoce totem pro parte. Nilai pendidikan moral ingkang dipunpanggehaken salebetipun kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 inggih punika 1) gegayutan jalma manungsa kalian dhiri pribadhi inggih punika: kapasrahan saha syukur 2) gegayutan jalma manungsa kalian manungsa sanesipun inggih punika: sabar&ikhlas, kasetyaan saha pangarep-arep, 3) gegayutan jalma manungsa kalian Gustinipun inggih punika: tansah emut marang Gusti, ibadah, saha zina.

Kata kunci: gaya bahasa, pendidikan moral, geguritan Djaka Lodang

ix

Page 10: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ................................................................................................................ i PERSETUJUAN ................................................................................................. ii PENGESAHAN .................................................................................................. iii PERNYATAAN .................................................................................................. iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v PRAKATA .......................................................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5 C. Batasan Masalah ............................................................................ 6 D. Rumusan Masalah .......................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, DAN KAJIAN TEORETIS ....................... 9 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9 B. Kajian Teoretis .............................................................................. 11

1. Sastra ......................................................................................... 11a. Pengertian Karya Sastra……………………………….. ..... 11b. Fungsi Sastra …………………………………………....... 13c. Jenis-Jenis Sastra Jawa Modern ……………………….. ... 14

2. Gaya Bahasa .............................................................................. 15a. Pengertian Gaya Bahasa……………………………….. .... 15b. Jenis-Jenis Gaya Bahasa……………………………….. .... 16

3. Nilai Pendidikan ........................................................................ 194. Geguritan …………………………………………………….. 26

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 30 A. Jenis Penelitian ............................................................................. 30 B. Data Dan Sumber Data .................................................................. 30 C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 31 D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 31 E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 33 F. Teknik Penyajian Data ................................................................... 34

x

Page 11: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ................................... 35 A. Penyajian Data .............................................................................. 35

1. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna PadaGeguritan dalam Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37November 2013-Februari 2014 ................................................. 35

2. Nilai Pendidikan Moral pada Geguritan Dalam MajalahDjaka Lodang Edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ..... 60

B. Pembahasan Data .......................................................................... 69 1. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna pada

Geguritan Dalam Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37November 2013-Februari 2014 ................................................. 69

2. Nilai Pendidikan Moral pada Geguritan Dalam MajalahDjaka Lodang Edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ..... 110

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 125 A. Simpulan ........................................................................................ 125 B. Saran .............................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xi

Page 12: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kartu Data Gaya Bahasa..................................................................... 34 Tabel 2. Kartu Data Pendidikan Moral ............................................................ 34 Tabel 3. Gaya Bahasa Kiasan pada Geguritan Dalam Majalah Djaka

Lodang Edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ......................... 37 Tabel 4. Nilai Pendidikan Moral pada Geguritan Dalam Majalah Djaka

Lodang Edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ........................ 62

xii

Page 13: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Keputusan Penetapam Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 2: Surat Keputusan Penetapam Dosen Penguji Skripsi Lampiran 3: Kartu Bimbingan Lampiran 4: Kumpulan Geguritan Dalam Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37

November 2013-Februari 2014 Lampiran 5: Geguritan Dalam Majalah Djaka Lodang Edisi 26-37 November

2013-Februari 2014 ( Terjemhan Indonesia)

xiii

Page 14: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap berbagai

fenomena kehidupan masyarakat sehingga hasil karya itu tidak hanya dianggap

sekadar cerita khayal pengarang semata, melainkan perwujudan dari kreativitas

pengarang dalam menggali gagasannya. Salah satu bentuk karya sastra adalah

geguritan atau puisi Jawa. Sebuah geguritan atau puisi Jawa diwujudkan atau

dimanifestasikan dengan bahasa. Bahasa adalah sarana atau media untuk

menyampaikan gagasan dan pikiran pengarang yang akan dituangkan dalam

sebuah karya sastra. Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur kepuitisan sebuah geguritan

yang akan membuat pembaca tertarik. Finoza (2013: 143) menyatakan bahwa,

“gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara

penutur mengungkapkan maksudnya”. Melalui gaya bahasa seorang pengarang

berusaha menyampaikan ide, perasaan, dan pikirannya menggunakan bahasa

yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Gaya

bahasa itu akan menimbulkan reaksi, penafsiran, serta tanggapan pikiran

tertentu kepada pembacanya. Gaya bahasa merupakan salah satu ciri khas

seorang pengarang karena gaya bahasa yang digunakan seorang pengarang

antara satu dan lainnya berbeda-beda. Gaya bahasa yang digunakan oleh

seorang pengarang tergantung pada sifat, kegemaran, pengalaman hidup dan

1

Page 15: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

2

latar belakang pengarang itu sendiri. Seorang pengarang dalam membuat

geguritan biasanya menggambarkan serta mencerminkan sekitar lingkungan

kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh

Endraswara (2011: 4) menyatakan bahwa, sastra dapat menyerap gagasan

sosial untuk menelusuri liku-liku hidup masyarakat, yang dibayangkan

sastrawan.

Masyarakat berkomunikasi menggunakan bahasa, baik lisan maupun

tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan perasaan dalam

berkomunikasi. Masyarakat menggunakan susunan kata-kata untuk

mengekspresikannya. Dalam hubungan inilah sastra berfungsi demi

kepentingan masyarakat secara luas. Di dunia pendidikan gaya bahasa juga

sangat berpengaruh terutama pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa

Jawa. Gaya bahasa juga merupakan alat untuk mengeluarkan ekspresi bahasa

untuk tujuan estetika.

Selain menampilkan keindahan, karya sastra juga membawa pesan

pendidikan. Pendidikan merupakan hal penting bagi proses peningkatan

kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Keterbelakangan pendidikan

seringkali menjadi hambatan serius dalam proses pembangunan. Sebaliknya,

dengan tingginya kualitas pendidikan, maka proses pembangunan akan

berjalan cepat dan signifikan. Selain itu, pendidikan berusaha untuk

mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak

masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi

nilai-nilai kehidupan yang berada dalam masyarakat (Zuriah, 2007: 19).

Page 16: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

3

Jika dicermati lebih mendalam, pendidikan di Indonesia pada saat ini

cenderung lebih mementingkan aspek intelektual dari pada aspek moral. Hal

ini dapat dilihat di sekolah-sekolah dan universitas-universitas. Sebagai contoh,

kelulusan siswa dari suatu jenjang pendidikan hanya dilihat dari kemampuan

akademisnya saja yang tinggi tanpa melihat aspek perilaku dan sikapnya.

Mengingat pentingnya perkembangan moral, maka akan ada sebuah proses

yang tidak lepas dari perkembangan moral tersebut yaitu yang disebut dengan

pendidikan. Pendidikan moral sangatlah perlu bagi manusia. Melalui

pendidikan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik serasi dan sesuai

dengan norma demi harkat dan martabat manusia itu sendiri.

Dalam mengkaji sastra tidak lepas dari nilai pendidikan, karena setiap

karya sastra selalu mengungkapkan nilai pendidikan moral, agama, budaya

serta nilai-nilai pendidikan lainya. Geguritan adalah jenis karya sastra yang di

dalamnya mengandung pesan / amanat. Salah satu isi dari geguritan itu sendiri

banyak mengandung pesan yang sarat akan nilai yang dapat digunakan untuk

mentranformasikan nilai, terutama nilai pendidikan moral.

Geguritan pada zaman sekarang mudah sekali dijumpai diberbagai

media cetak ataupun elektronik. Perkembangan teknologi yang ada

mempengaruhi gaya hidup masyarakat pada umumnya. Selain berdampak

positif, perkembngan teknologi juga memberikan dampak negatif bagi

masyarakat dalam hal bergaul, bersosialisasi dengan masyarakat lain dan

partisipasi dalam masyarakat karena kurangnya pemahaman mengenai

pendidikan moral. Majalah Djaka Lodang adalah majalah berbahasa Jawa

Page 17: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

4

yang ikut meramaikan dan mampu menggugah dunia kesusastraan di Indonesia

dewasa ini. Majalah Djaka Lodang merupakan salah satu media bahasa Jawa

yang di dalamnya tertuang karya cipta, ide dan kreatifitas orang yang menarik.

Majalah ini diterbitkan oleh PT. Djaka Lodang Press yang beralamatkan di

Jalan Patehan Tengah No 29 Yogyakarta. Salah satu rubrik yang disukai

masyarakat yaitu rubrik geguritan atau puisi Jawa. Dalam setiap edisi yang

diterbitkan majalah Djaka Lodang terdapat tiga sampai lima buah geguritan

yang mengusung berbagai macam tema. Keanekaragaman dan style Djaka

Lodang melalui geguritan atau puisi Jawa yang terdapat di dalamnya sangat

perlu dan menarik untuk diteliti.

Puisi Jawa atau Geguritan merupakan salah satu bentuk karya sastra

sederhana. Selain itu merupakan bentuk wacana yang mengungkapkan suatu

fenomena sosial dalam masyarakat pada umumnya. Isi Geguritan banyak

mengandung makna di dalamnya, akan tetapi tidak semua orang

memahaminya.

Setelah melalui proses pembacaan secara sepintas dan mendalam pada

edisi sebelumnya yaitu edisi 22 bulan Oktober 2013& edisi 24 bulan

November 2013 peneliti hanya menemukan pemanfaatan segi pendidikan

moralnya saja yang cukup tinggi daripada segi gaya bahasa, sedangkan pada

edisi setelahnya yaitu edisi 39 bulan Februari 2014& edisi 42 Maret 2014

peneliti hanya menemukan pemanfaatan segi gaya bahasa saja yang cukup

tinggi daripada nilai pendidikan moral. Oleh karena itu peneliti mengambil

edisi 26-37 November-Februari 2013/2014 karena dari segi bahasa yang

Page 18: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

5

terdapat pada majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November-Februari

2013/2014 ditemukan banyak pemanfaatan gaya bahasa yang digunakan oleh

pengarang dalam menyampaikan setiap gagasannya. Dari segi nilai-nilai

pendidikan, peneliti menganggap bahwa geguritan ini memuat nilai moral yang

sangat tinggi dan berguna bagi masyarakat pembaca yang bertujuan untuk

mendidik manusia agar menjadi pribadi yang berbudi luhur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang

dapat diidentifikasi. Permasalahan tersebut ialah sebagai berikut.

1. Kurangnya pemahaman mengenai puisi Jawa atau geguritan dan minimnya

peminat, sehingga eksistensinya tidak lagi melejit di kalangan masyarakat

khususnya kaum muda zaman sekarang.

2. Perkembangan teknologi yang ada mempengaruhi gaya hidup masyarakat

pada umumnya. Selain berdampak positif, perkembngan teknologi juga

memberikan dampak negatif bagi masyarakat dalam hal bergaul,

bersosialisasi dengan masyarakat lain dan partisipasi dalam masyarakat

karena kurangnya pemahaman mengenai pendidikan moral.

3. Pendidikan moral sangatlah perlu bagi manusia, sedangkan pendidikan di

Indonesia pada saat ini cenderung lebih mementingkan aspek intelektual

dari pada aspek moral. Oleh karena itu melalui pendidikan moral diharapkan

mampu berjalan dengan baik serasi dan sesuai dengan norma demi harkat

dan martabat manusia itu sendiri.

Page 19: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

6

4. Dalam mengkaji sastra tidak lepas dari nilai pendidikan, karena setiap karya

sastra selalu mengungkapkan nilai pendidikan moral, agama, budaya serta

nilai-nilai pendidikan lainya. Puisi Jawa atau geguritan merupakan salah

satu bentuk karya sastra sederhana. Selain itu merupakan bentuk wacana

yang mengungkapkan suatu fenomena sosial dalam masyarakat pada

umumnya. Isi geguritan banyak mengandung makna di dalamnya, akan

tetapi tidak semua orang memahaminya.

5. Adanya penggunaan gaya bahasa yang beragam pada geguritan

menyebabkan reaksi, penafsiran, serta tanggapan pikiran yang berbeda-beda

pada pembacanya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka adanya batasan masalah

dalam penelitin ini agar antara peneliti dan pembaca memiliki pemahaman

atau persepsi yang sama. Batasan masalah tersebut ialah analisis gaya bahasa

dan nilai pendidikan moral pada kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang

edisi 26-37 November 2013-Februari 2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok

permasalahan dalam penelitian ini yaitu

Page 20: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

7

1. Bagaimanakah wujud gaya bahasa pada kumpulan geguritan dalam majalah

Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ?

2. Apa saja nilai pendidikan moral pada kumpulan geguritan dalam majalah

Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 ?

E. Tujuan Penilitian

Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. untuk menganalisis bentuk gaya bahasa pada kumpulan geguritan dalam

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014;

2. untuk mengetahui nilai pendidikan moral pada kumpulan geguritan dalam

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014.

F. Manfaat Penelitian

Seperti yang telah dipaparkan pada bagian tujuan penelitian, penelitian

ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang

sastra, khususnya tentang gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam

geguritan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kajian

terhadap karya sastra yaitu analisis gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam

geguritan.

Page 21: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

8

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menambah referensi dan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya khususnya untuk mahasiswa yang akan melakukan

penelitian yang tentang gaya bahasa dan nilai pendidikan moral.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi bagi para pembaca

yang akan membuat geguritan agar dalam menciptakan geguritan dapat

meningkatkan estetika dalam hal gaya bahasa dan makna sesuai dengan

budaya masyarakat Jawa.

Page 22: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

Fungsi tinjauan pustaka adalah untuk mengembangkan secara sistematik

penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang sudah ada.

Selain itu, dengan tinjauan pustaka, seorang peneliti dapat mengetahui

persamaan dan perbedaan antara penelitiannya dengan penelitian sebelumnya.

Oleh karena itu, dalam penelitian diperlukan tinjauan pustaka. Berikut ini

beberapa penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan atau dasar

untuk melaksanakan penelitian. Penelitan oleh (1) Asri Richana (2014)

“Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan pada Taman Geguritan dalam

Majalah Panjebar Semangat Edisi 12-26 Tahun 2013”, (2) Penelitian yang

dilakukan oleh Priska Tias Deswari (2011) dengan judul Nilai Pendidikan

Moral dalam Suluk Suksmalelana Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito

(Tinjauan Structural Sastra).

Simpulan dari penelitian yang dilakukan Asri Richana (2014) tersebut

yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat pada kumpulan taman geguritan dalam

majalah panjebar semangat edisi 12-26 tahun 2013, meliputi: indikator gaya

bahasa simile ada 7, metafora ada 3, gaya bahasa fable ada 2, personifikasi ada

10, alusi ada 5, epitet ada 2, sinekdoce ada 3, metonimia ada 1, antonomasia

ada 2, hipalase ada 1, ironi ada 1 dan sarkasme ada 2, satire ada 4, antifrasis

ada 4, pun atau paronomasia ada 1. Nilai pendidikan yang terdapat pada

9

Page 23: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

10

kumpulan taman geguritan dalam majalah Panjebar Semangat edisi 12-26

tahun 2013 mencakup 5 indikator nilai pendidikan agama, 5 indikator nilai

pendidikan sosial, 1 indikator nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan moral

4 indikator hubungan manusia dengan Tuhan, 6 indikator hubungan manusia

dengan sesama, 2 indikator hubungan manusia dengan diri sendiri.

Persamaan penelitian Asri Richana dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan adalah sama-sama mengkaji masalah gaya bahasa dan nilai pendidikan

moral sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikaji. Objek yang

diteliti oleh Asri Richana yaitu Taman Geguritan dalam Majalah Panjebar

Semangat Edisi 12-26 Tahun 2014 sedangkan objek yang diteliti penulis yaitu

kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang Edisi 26-37 November 2013 -

Februari 2014.

Penelitian yang dilakukan Deswari (2011) dengan judul Nilai Pendidikan

Moral Dalam Suluk Suksmalelana Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito

(Tinjauan Structural Sastra). Mengkaji tentang pendidikan moral dalam

naskah tembang macapat. Hasil penelitian tersebut terdapat adanya nilai

pendidikan moral antar manusia dengan Tuhan serta hubungan kehidupan

antara manusia dengan sesamanya. Terdapat persamaan dan perbedaan dari

kedua penelitian ini. Persamaannya adalah kedua penelitian ini sama-sama

mengkaji tentang pendidikan moral. Perbedaanya peneliti menggunakan

sumber data kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang Edisi 26-37

November 2013-Februari 2014 sedangkan Deswari (2011) menggunakan

sumber data Suluk Suksmalelana Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito.

Page 24: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

11

B. Kajian teoritis

1. Sastra

a. Pengertian karya sastra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1230) sastra adalah

bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan

bahasa sehari-hari). Dengan kata lain sastra bukan bahasa yang dipakai

dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum teori sastra, setidaknya

menyangkut tiga hal yakni teori moral, teori formal dan teori sosial. Teori

moral berkembang dalam satra sejak semula. Secara moral karya satra

bernilai dalam rangka pemaknaan pada pengalaman pribadi perorangan

untuk membangun moralitasnya.

Soeratno dalam Endraswara (2011: 65) menegaskan bahwa sastra

adalah wujud kreatifitas manusia yang tergolong pada karya seni, yang

ada berkat ulah manusia, dan yang ada berdasarkan konvensi-konvensi

yang berlaku bagi wujud ciptaannya dapat menjadi kaidah. Ilmu sastra

berusaha menyelidiki karya sastra, ciri karya sastra, dan sebagainya.

Bahasa seni sastra merupakan hasil penggalian dan peresapan secara

teratur seluruh kemungkinan yang dikandung bahasa itu sehingga tidak

jarang banyak penyair atau pengarang yang menggunakan sesuatu yang

telah diolah oleh generasi sebelumnya. Karya sastra bernilai seni adalah

karya sastra bersifat imajinatif dan seni. Artinya, karya sastra yang

bermutu ialah karya sastra yang menunjukkan kreatifitas atau penciptaan

baru dan menunjukkan keaslian cipta serta bersifat seni.

Page 25: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

12

Sebagai aktifitas kreatif seperti karya seni yang lain, untuk

memberikan kepuasan terhadap umat manusia, karya memanfaatkan

aspek keindahan. Oleh karena karya sastra menggunakan bahasa sebagai

medium utama, maka aspek keindahan dievokasi melalui kemampuan

medium tersebut, dalam hubungan gaya bahasa (Ratna, 2009: 107).

Kasusastraan berasal dari kata dasar sastra. Kata sastra berasal dari

bahasa Sansekerta yaitu “sas” yang artinya mengajar dan “tra” yang

berarti alat. Oleh karena itu sastra dapat diartikan sebagai alat untuk

mengajar (Purwadi, 2007: 425). Lebih lanjut Purwadi menjelaskan

kasusastraan ada dua bentuk, yaitu (1) kasusastraan lisan yang berwujud

dongeng, syair, puisi, peribahasa dan lain-lain (2) kasusastraan lisan yang

berwujud tulis yang berwujud novel, naskah, babad, dan juga puisi, syair

dan lainnya yang sudah ditulis. Setelah berkembang sedemikian rupa

hingga saat ini maka kasusastraan tulis dapat dibedakan menjadi dua

golongan besar, yakni prosa (gancaran) dan puisi (geguritan). Prosa

adalah karya sastra yang disusun dengan bahasa tutur biasa, yang

termasuk prosa adalah dongeng, babad, wiracarita, novel, essei, dan

sandiwara. Puisi adalah kasusastraan yang padat berisi dan diolah dengan

bahasa indah (2007:426).

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sastra

adalah buah hasil cipta karya manusia yang memiliki nilai estetika atau

suatu keindahan yang dapat dinikmati melalui tulisan maupun didengar.

Estetika dalam karya sastra dianggap menduduki posisi yang khas,

Page 26: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

13

khususnya dalam kaitannya dengan gaya bahasa. Dipihak lain ada yang

berpendapat bahwa dalam karya sastra pada umumnya estetika kurang

mendapat perhatian. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam

karya sastra masalah-masalah bahasa sebagai medium sudah merupakan

masalah yang sangat luas, rumit, dan kompleks. Sastra pada giliannya

memusatkan perhatiannya dalam mengeksploitasi sistem dan struktur

bahasa.

b. Fungsi sastra

Horace dalam Purwadi (209:7) menyatakan secara sederhana

bahwa sastra itu dulce et utile, artinya menyenangkan dan berguna.

Sastra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman

kemanusiaan dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi

kehidupan karena sastra bersifat koesktensif dengan kehidupan, artinya

sastra berdiri sejajar dengan kehidupan.

Menurut Semi dalam Widayat (2011: 14-15) menjelaskan bahwa

ada tiga tugas fungsi sastra yaitu: pertama, sebagai alat yang digunakan

oleh para pemikir-pemikir (pengarang) untuk menggerakan pembaca

mengenai suatu kenyataan dan menolong pembaca mengambil suatu

keputusan bila mendapat suatu masalah. Kedua, sastra berfungsi sebagai

alat untuk meneruskan tradisi suatu bangsa dari satu generasi ke generasi

berikutnya, misalnya: cara berfikir, kepercayaan, kebiasaan, pengalaman

sejarah, bahasa, bentuk-bentuk kebudayaan dan lain sebagainya. Ketiga,

sastra berfungsi sebagai tempat atau sarana untuk menyampaiakan atau

Page 27: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

14

menyebarluaskan tentang nilai kemanusiaan agar senantiasa bertahan,

terutama ditengah-tengah kehidupan modern yang ditandai dengan

majunya sains dan teknologi dengan pesat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sastra tidak hanya

sebagai hiburan saja tetapi bisa juga dijadikan sebagai sumber

terbentuknya tata nilai, bahan renungan, dan sebagai alat untuk

meneruskan tradisi bangsa yang semuanya bermanfaat bagi kehidupan.

c. Jenis-jenis Sastra Jawa Modern

Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra Jawa modern ialah

karya sastra yang menggunakan media bahasa Jawa baru dan karya satra

ini juga dihasilkan oleh masyarakat Jawa baru pada saat ini. Jenis-jenis

sastra Jawa modern dibagi berdasarkan tema dan bentuknya (Widayat,

2011: 106). Bila ditinjau dari isinya atau temanya, karya sastra Jawa

modern, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni antara lain

babad, niti, wirid, wayang menak, panji, novel dan cerkak. Sedangkan

sastra Jawa modern berdasarkan bentuknya, secara sederhana dapat

diklasifikasikan ke dalam jenis prosa, puisi dan drama. Jenis prosa dalam

bahasa Jawa sering disebut gancaran. Adapun jenis puisi, secara sedrhana

bercirikan penekanannya pada diksi atau pilihan kata, dan disajikan

dengan bahasa estetis yang biasanya dalam bentuk larik-larik, contoh

jenis ini antara lain tembang, pepindhan, wangsalan, parikan dan

geguritan.

Page 28: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

15

2. Gaya Bahasa

a. Pengertian Gaya Bahasa

Dalam gaya bahasa suatu hal dibandingkan dengan hal lainnya

untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif

dalam bahasa puisi. Gaya bahasa ini yang disebut bahasa kiasan, Waluyo

(2010: 98). Menurut Keraf (2010:113) “style atau gaya bahasa dapat

dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa gaya bahasa merupakan cara khas

seorang penulis atau pengarang dalam menggunakan bahasa. Melalui

gaya bahasa seorang pembaca dapat menilai pribadi, watak dan

kempauan seorang penulis. Semakin baik seseorang dalam menggunakan

gaya bahasa, maka semakin baik pula penilaian orang terhadapnya.

Sebaliknya, semakin buruk penggunaan gaya bahasa seseorang, maka

semakin buruk pula penilaian yang diberikan kepadanya.

Senada dengan pendapat di atas Fananie (2002: 25) mengatakan

bahwa, pemakaia bahasa dalam karya sastra memang mempunyai

spesifikasi tersendiri disbanding dengan pemakaian bahasa dalam

jaringan komunikasi yang lain. Ciri khas tersebut adalah ciri khas yang

berkaitan dengan gaya atau stilistika. Gaya tersebut dapat berupa gaya

pemakaian bahasa secara universal maupun pemakaian bahasa yang

merupakan kecirikhasan masing-masing pengarang.

Page 29: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

16

Sementara Nurgiyantoro (2013: 370) menyatakan bahwa, “style

pada hakekatnya merupakan teknik yaitu teknik pemilihan ungkapan

kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan di ungkapkan

dan sekaligus untuk mencapai keindahan”. Berdasarkan definisi tersebut

style merupakan cara dalam menentukan atau memilih bahasa yang

digunakan untuk mengungkapkan suatu hal yang dirasa dapat mewakili

maksud dari pengarang sehingga menghasilkan bahasa yang indah.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gaya

bahasa atau style adalah cara pengungkapan perasaan serta pikiran

pengarang melalui pilihan kata-kata yang mewakili apa yang hendak

diungkapkan sehingga menghasilkan bahasa yang indah serta

menimbulkan efek tertentu pada hati pembaca. Gaya bahasa merupakan

salah satu ciri khas seorang pengarang.

b. Jenis-jenis gaya bahasa

Sebagai bahan kategori penelitian, peneliti mengambil gaya bahasa

berdasarkan langsung tidaknya makna karena di dalam rubik geguritan

yang terdapat dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013

- Februari 2014 lebih banyak menggunakan gaya bahasa tersebut untuk

memperindah geguritan.

Keraf (2010: 129) menyatakan bahwa gaya bahasa berdasarkan

langsung tidaknya makna biasanya disebut dengan “trope” atau “figure of

seeech” yang berarti “pembalikan” atau “penyimpangan”. Kata trope

lebih dahulu terkenal pada abad XVIII. Trope dianggap sebagai

Page 30: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

17

penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan sehingga mulai diganti

dengan figure of seeech.

Menurut Keraf (2010: 129-145) gaya bahasa berdasarkan langsung

tidaknya makna terbagi menjadi dua yaitu: (a) gaya bahasa retoris yang

meliputi: aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis, apostrof, asidenton,

polisidenton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron,

pleonasme dan tautologi, perifarasis, prolepsis, erotesis dan zeugma,

koreksio, hiperbol, paradoks, dan oksimoron; (b) dan gaya bahasa kiasan

yang meliputi: persamaan, metafora, alegori, parabel dan fabel,

personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoce, metonomia, antonomasia,

hipalase, ironi, sinisme, dan sarkasme, satire, inuendo, antifarasis, dan

pun.

Menurut Waluyo (2010: 98) penyair modern membuat kiasan baru

dan tidak menggunakan kiasan-kiasan lama yang sudah ada. Jenis kiasan

baru adalah :

1) Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda-benda yang

dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi ungkapan itu langsung itu berupa

kiasan.

2) Perbandingan atau simile

Perbandingan atau simile adalah kiasan yang tidak langsung.

Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan

Page 31: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

18

digunakan kata-kata seperti, laksana, bak, dan sebagainya. Kadang-

kadang juga tidak digunakan kata-kata pembanding.

3) Personifikasi

Personifikasi adalah suatu keadaan atau peristwa alam sering

dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia.

Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona, atau

di”personifikasi”kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas

penggambaran peristiwa dan keadaan itu.

4) Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan, penyair merasa

perlu melebih-lebihkan hal yang dibanding itu agar mendapatkan yang

lebih saksama dari pembaca. Hiperbola tradisional dapat kita dapati

dalam bahasa sehari-hari seperti : bekerja membanting tulang,

menunggu seribu tahun, hatinya bagai dibelah sembilu, serabut dibagi

tujuh dan sebagainya.

5) Sinekdoce

Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud

keseluruhan atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian.

Terbagi atas pars pro toto (menyebutkan sebagian untuk keseluruhan)

dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk sebagian).

6) Ironi

Dalam puisi pamflet, demontrasi, dan kritik sosial, banyak

digunakan ironi yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk

Page 32: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

19

memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan

sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk

menyindir atau mengeritik. Jika ironi haru mengatakan kebalikan dari

apa yang hendak dikatakan, maka sinisme dan sarkasme tidak. Tapi

ketiga-tiganya mempunyai maksud yang sama, yakni untuk

memberikan kritik atau sindiran.

3. Nilai Pendidikan

Karya sastra diciptakan bukan sekadar untuk dinikmati, akan tetapi

untuk dipahami dan diambil manfaatnya. Geguritan merupakan salah satu

bentuk karya sastra yang di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai

kehidupan yang berisi amanat atau nasihat. Dalam geguritan tersebut,

berbagai nilai hidup dihadirkan karena hal ini merupakan hal positif yang

mampu mendidik manusia, sehingga manusia diharapkan dapat mencapai

hidup yang lebih baik sebagai makhluk yang dikaruniai akal, pikiran, dan

perasaan. Nilai berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting, berguna bagi

kemanusiaan, dan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan

hakikatnya. Kaelan mengatakan nilai pada hakikatnya adalah sifat atau

kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri (2014: 80).

Melalui proses pendidikan maka manusia akan lebih mudah untuk

menyadari dan memahami berbagai nilai-nilai, serta menempatkan secara

integral dalam keseluruhan hidup mereka.

Page 33: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

20

Tirtarahardja & Sulo (2005: 33) pendidikan diartikan sebagai

pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain. Sehubungan dengan

hal itu Tirtarahardja & Sulo juga menyatakan pendidikan diartikan sebagai

suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

kepribadian peserta didik (2005: 34).

Mengingat bahwa karya sastra juga merupakan sebuah produk

budaya, maka persoalannya menjadi lain. Karya sastra berkembang sesuai

dengan proses kearifan zaman sehingga lama-kelamaan sastra pun

berkembang fungsinya. Karya sastra senantiasa menawarkan nilai-nilai

hidup dan pesan-pesan luhur yang mampu memberikan pencerahan kepada

manusia dalam memahami kehidupan. Melalui cerita, sikap, dan tingkah

laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari

pesan-pesan moral yang disampaikan. Oleh karena itu, karya sastra pada

umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif dan

bijaksana.

Di bawah ini membahas hakikat nilai pendidikan dan beberapa macam

pendidikan.

a) Hakikat Nilai

Pengertian nilai menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005: 21)

merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena

mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya,

sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Nilai

merupakan istilah yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan.

Page 34: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

21

Pendidikan merupakan salah satu alat dalam membudayakan manusia.

Berlanjut dan berkembangnya kebudayaan itu justru karena manusia

ditakdirkan untuk mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan

berfungsi mengembangkan kehidupan manusia, masyarakat dan alam

sekitar.

b) Hakikat Pendidikan

Secara istilah, Zuriah (2007: 26) mendefinisikan pendidikan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendapat tersebut menjelaskan mengenai pendidikan yang dapat

diartikan sebagai usaha untuk mengembangkan diri.

Pendidikan yang dilaksanakan baik di sekolah maupun di luar

sekolah mempunyai tujuan agar prosesnya mempunyai arah yang jelas.

Tujuan pendidikan di Indonesia berlaku secara nasional. Tujuan

pendidikan memuat gambaran tenatang nilai-nilai yang baik, luhur,

pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.Tujuan pendidikan merupakan

sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan

(Tirtarahardja dan Sulo, 2005 :37).

Page 35: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

22

c) Nilai Pendidikan dalam karya satra

Sutikna dalam Sunarto dan Hartono (2006: 168) nilai-nilai

kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat,

misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Dalam nilai-nilai ini terdapat

hal baik dan buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup dalam

masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan membantu

mengenali, memilih, serta menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga

digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku

dalam kehidupan bermasyarakat. Tirtarahardja&Sulo (2005: 33)

menjelaskan sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan

sebagai pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain.

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang baik

maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh

melalui proses perubahan sikap menuju kedewasaan melalui upaya

pengajaran. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

nilai pendidikan adalah sesuatu yang bersifat tetap, diyakini

kebenarannya, serta dapat mendorong orang untuk berlaku positif dalam

kehidupan bermasyarakat. Nilai pendidikan dalam karya sastra bertujuan

untuk menampilkan sesuatu yang baik dan buruk terhadap penikmat

karya sastra sehingga ia mampu membedakan hal yang baik dan yang

buruk serta dapat menjadi pedoman untuk berlaku positif. Selain itu nilai

pendidikan dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

Page 36: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

23

pengarang yang bersangkutan, pandangan mengenai nilai-nilai kebenaran

dan hal itulah yang akan disampaikan kepada pembaca.

Nilai dihadirkan dalam karya sastra karena merupakan hal positif

yang mampu mendidik manusia, sehingga manusia mencapai hidup yang

lebih baik sebagai makhluk yang dikaruniai oleh akal, pikiran, dan

perasaan. Geguritan merupakan salah satu karya satra yang dapat

memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu

mengungkapkan perbuatan yang dipuji dan dicela, pandangan yang

dianut dan dijauhi, dan hal yang dijunjung tinggi. Adapun menurut

Notonagoro (dalam Kaelan, 2014: 82) nilai pendidikan dari segi

kerohanian dalam karya sastra dibedakan menjadi nilai kebenaran, nilai

keindahan (estetika), nilai kebaikan (nilai moral), dan nilai religius.

Adapun penjabarannya sebagai berikut:

a. Nilai kebenaran

Karya satra adalah curahan perasaan. Meskipun demikian,

supaya dimengerti oleh orang lain, maka karya sastra harus

diungkapkan dengan bahasa yang logis. Artinya, sebagai alat, maka

kalimat, alinea, dan berbagai bentuk pengungkapan karya sastra

disusun berdasarkan logika manusia pada umumnya. Nilai kebenaran

atau logika merupakan nilai yang bersumber pada akal (ratio, budi,

cipta) manusia. Nilai kebenaran dalam karya sastra merupakan nilai

yang dapat diterima oleh akal sehat manusia pada umumnya, tidak

dibuat-buat serta bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Page 37: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

24

b. Nilai keindahan (estetika)

Estetika atau keindahan berasal dari bahasa Yunani yaitu to

sense atau perceive yang berarti merasakan, berdasarkan etimologi,

estetika berasal dari kata aestetika, yang berarti penerangan, persepsi,

pengalaman, perasaan, dan pandangan. Jadi, estetika dapat dipandang

sebagai sebuah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang

keindahan dalam hal seni, rasa, dan apresiasi pada sebuah kesamaan.

Nilai estetika atau nilai keindahan merupakan nilai yang bersumber

pada unsur perasaaan manusia. Pendidikan keindahan dalam karya

sastra bertujuan agar pembaca mempunyai rasa keharuan terhadap

keindahan, mempunyai selera terhadap keindahan dan selanjutnya

dapat menikmati keindahan. Selain itu keindahan dalam karya sastra

dapat menarik minat pembaca untuk mengetahui makna pada sebuah

karya sastra.

c. Nilai kebaikan (nilai moral)

Nilai kebaikan ini yang bersumber pada unsur kehendak (will,

wollen, karsa) manusia. Lebih jelasnya moral berasal dari kata

“mores” yang merupakan bentuk jamak dari kata “mos” yang berarti

adat istiadat atau kebiasaan ( Zuriah, 2007: 17). Selain itu, juga dapat

digunakan untuk membedakan antara tindakan atau tingkah laku

manusia yang baik dan yang buruk di dalam hubungannya antara

manusia satu dengan lainnya. Moral menurut Kenny dalam

Nurgiyantoro, (2013: 430) mengemukakan bahwa moral dalam karya

Page 38: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

25

sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan

dengan ajaran moral yang bersifat aktif, yang dapat diambil (dan

ditafsirkan), lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Nilai moral bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal

nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang

harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta

suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap

baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan

dan alam sekitar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai

pendidikan moral adalah nilai yang menunjukkan peraturan-peraturan

tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dalam satu

kelompok yang meliputi perilaku untuk menjunjung tinggi budi

pekerti dan nilai susila.

d. Nilai religius

Nilai religius merupakan nilai yang berhubungan dengan Tuhan,

kerohanian, besifat mutlak sesuai dengan keimanan dan kepercayaan

masing-masing yang dianutnya. Nilai religius mencapai aspek;

pelaksanaan ibadah, shodaqoh, sholat, permohonan ampun, ibadah,

dan do’a. Nurgiyantoro menyatakan bahwa kehadiran unsur religius

dan keagamaan dalam sastra adalah keberadaan sastra itu sendiri

(2013: 446).

Religius bersifat lebih mendalam dan lebih luas dari agama yang

tampak formal. Orang yang religius adalah orang yang menghayati

Page 39: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

26

dan memahami kehidupan dan hidup lebih dari sekadar lahiriahnya

saja melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia

secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam Keesaan Tuhan.

Dia tidak terikat pada agama tertentu yang ada di dunia ini. Nilai

religius menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang

dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh

manusia. Nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih

bauk menurut agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai

religius yang terkandung dalam karya sastra tersebut mendapatkan

renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-

nilai agama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai religi merupakan

nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada

kepercayaan atau keyakinan manusia kepada Tuhan.

4. Geguritan

Geguritan termasuk dalam bentuk karya sastra yang berbentuk puisi

Jawa. Sama seperti puisi pada umumnya terdapat unsur pembangun puisi.

Di dalam geguritan, struktur fisik dan struktur batin berpadu dengan

saksama.

Dalam penyusunan puisi Jawa, aturan struktur fisik dan struktur batin

harus padu artinya aturan struktur fisik saja belum cukup karena harus

memenuhi aturan batin yang ditentukan. Disinilah letak keunikan yang

memperkaya puisi Jawa dan sekaligus menjadi contoh bahwa di dalam

Page 40: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

27

puisi, struktur fisik tidak dapat dilepaskan dari truktur batin dan juga

sebaliknya. Geguritan tidak hanya diatur oleh struktur bunyi, suku kata dan

baris namun juga diatur oleh aturan makna yang harus memenuhi syarat.

Jika aturan makna tidak dipenuhi maka geguritan tidak bernilai.

Geguritan adalah karya sastra Jawa yang berupa puisi (Prabowo,

2002: 7). Geguritan biasanya dituliskan orang sebagai sindiran terhadap

keadaan masyarakat. Oleh karena itu, kalimat-kalimat dalam sebuah puisi

cengderung bersifat konotatif dan lebih singkat dibandingkan bentuk karya

sastra lain seperti prosa dan drama.

Menurut Widayat (2011: 170) puisi Jawa tradisional semula tidak

mengenal penekanan pada monografi, kini banyak geguritan yang telah

mengacunya. Pemilihan diksi yang semula ditekankan demi memenuhi

aturan yang ada dan beberapa persajakan yang disebut purwakanthi, kini

geguritan telah menekankan pada kepentingan yang lebih luas, seperti

halnya pada puisi Indonesia modern atau puisi dari sastra barat. Untuk

menciptakan makna estetis dalam perulangan bunyi atau persamaan bunyi

(rima) dalam bahasa Jawa perlu adanya purwakanthi. Menurut Purwadi

(2007: 431) ada tiga macam purwakanthi.

a. Purwakanthi guru swara

Purwakanthi guru swara adalah runtutnya suara. Purwakanthi guru

swara pada dasarnya berupa perulangan vokal atau runtun vokal pada

kata dalam suatu baris puisi, baik secara berurutan maupun berseling,

Page 41: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

28

perulangan gabungan vokal dan konsonan yang membentuk kesatuan

bunyi. Contoh:

1) Aja dumeh menang, banjur sewenang wenang.

2) Ana awan ana pangan.

3) Witing tresna jalaran saka kulina.

b. Purwakanthi guru sastra

Purwakanthi guru sastra adalah runtutnya sastra. Runtutnya sastra

maksudnya perulangan konsonan atau runtun konsonan pada kata dalam

satu baris puisi, baik secara beruntun maupun berseling. Contoh:

1) Bobot, bibit, bebet.

2) Janji jujur jajahe mesthi makmur.

3) Laras, lurus, leres, liris bakal laris.

c. Purwakanthi lumaksita

Purwakanthi lumaksita adalah sastra yang mengalir seperti aliran

air atau berkait. Maksudnya perulangan kata baik secara keseluruhan

maupun sebagian, baik mengalami maupun tidak mengalami perubahan

bentuk, baik dalam satu larik maupun dalam larik yang berbeda tetapi

masih berurutan. Contoh:

1) Asung bekti, bektine kawula marang gusti.

2) Bayem arda, ardane ngrasuk busana.

3) Saking tresna, tresnane mung samudana.

Dari pendapat beberapa ahli di atas disimpulkan bahwa dalam

menciptakan karya sastra yang berupa prosa atau puisi atau geguritan pasti

Page 42: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

29

menggunakan pilihan kata yang tepat agar karyanya tersebut berbeda

dengan yang lain dan tentunya sebagai suatu estetika yang akan membuat

para penikmat sastra tertarik untuk membacanya. Untuk pemilihan kata,

penyair sering kali mengganti kata-kata yang dipergunakan yang dirasa

belum tepat. Selain dari segi pemilihan kata dan estetikanya penyair juga

menyisipkan pesan tertentu pada pembaca.

Page 43: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode deskriptif kualitatif.

Metode kualitatif adalah metode yang memanfaatkan cara-cara penafsiran

dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Metode kualitatif memberikan

perhatian terhadap data yang alamiah, data ini berhubungan dengan konteks

kebenarannya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap

sebagai multimetode sebab penelitian ini melibatkan sejumlah besar gejala

sosial yang relevan. Dalam penelitian karya sastra misalnya akan melibatkan

pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada termasuk unsur-unsur

kebudayaan pada umumnya (Ratna, 2012: 46-47).

B. Data dan Sumber Data

a. Data

Menurut Arikunto dalam Widiyoko (2012: 17), data yaitu semua hasil

catatan peneliti, baik berupa fakta atau berupa angka. Data dalam penelitian

kualitatif adalah data yang berupa data deskriptif. Data dalam penelitian ini

adalah diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat

serta ungkapan dalam setiap bait dan baris pada kumpulan geguritan

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014.

30

Page 44: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

31

b. Sumber Data

Sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau

catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan subjek penelitian

atau variable penelitian (Arikunto, 2010: 172). Penelitian ini menggunakan

sumber data yang berupa dokumen berbentuk kumpulan geguritan majalah

Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah analisis dokumen. Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data

yang dilakukan dengan menganalisis dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti (Widoyoko, 2012: 49-50).

Jadi, teknik pengumpulan data dengan metode analisis dokumen adalah

dengan menyelidiki dan menganalisis kumpulan geguritan majalah Djaka

Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014, kemudian melakukan

pengklasifikasian berdasarkan data penelitian. Selanjutnya pengklasifikasian

data penelitian menggunakan metode catat yaitu dengan cara mencatat semua

data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam kartu pencatat data.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono dalam Widoyoko (2012: 51), instrumen penelitian

adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial

Page 45: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

32

yang diamati. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data yang

objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang

objektif pula.

Apabila peneliti untuk memperoleh data menggunakan metode analisis

dokumen, maka dalam melaksanakan analisis, peneliti menggunakan alat

bantu. Minimal alat bantu tersebut berupa pedoman analisis dokumen. Oleh

karena itu pedoman analisis dokumen merupakan alat bantu, maka disebut

instrumen pengumpulan data. Dengan demikian dalam menggunakan metode

analisis dokumen, instrumennya adalah pedoman-pedoman analisis dokumen

atau dapat juga berupa check list (Widoyoko, 2012: 53-54).

Dalam pelitian ini penulis dibantu dengan buku dan kartu pencatat data.

Kartu pencatat data ini penulis gunakan untuk mencatat kutipan, ikhtisar, dan

beberapa acuan yang ditulis sebagaimana adanya baik lengkap, maupun tidak

lengkap. Adapun contoh kartu data untuk analisis stilistika dan nilai pendidikan

moral adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kartu Data Gaya Bahasa

No. Jenis Gaya Bahasa

Kutipan dan Terjemahan Judul

Page 46: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

33

Tabel 2. Kartu Data Nilai Pendidikan Moral

No. Nilai Pendidikan Moral

Kutipan dan Terjemahan

Nilai Moral

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis).

Menurut Bungin (2006: 84) Content analysis mencakup upaya-upaya;

klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan

kriteria dan klasifikasi dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam

membuat prediksi.

Secara lebih jelas Bungin menjelaskan, Content analysis sering

digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja atau logika analisis

data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data kuantitatif.

Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang tertentu,

mengklasifikasikan data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta

melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula.

Teknik analisis ini adalah membaca dengan teliti seluruh teks geguritan

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 kemudian

dianalisis dengan melakukan pengamatan dan pencatatan berdasarkan gaya

bahasa dan nilai pendidikan moralnya. Untuk menganalisis gaya bahasa pada

kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-

Page 47: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

34

Februari 2014 yaitu dengan cara mendeskripsikan gaya bahasa yang

terkandung di dalam kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37

November 2013-Februari 2014.

F. Teknik Penyajian Data

Untuk menyajikan hasil analisis data penelitian ini, penulis menggunakan

teknik informal. Teknik informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa

walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145).

Dengan penyajian analisis informal, penyajian analisis stilistika dan nilai

pendidikan moral kumpulan geguritan majalah Djaka Lodang edisi 26-37

November 2013-Februari 2014 menggunakan tabel.

Page 48: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

35

BAB IV

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

A. Penyajian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah geguritan yang

terdapat dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013 - Februari

2014. Data-data yang terdapat dalam penyajian data merupakan gambaran

tentang gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dan nilai

pendidikan moral yang akan penulis bahas. Penyajian data penulis buat dalam

bentuk tabel yang terdiri dari dua tabel yaitu: tabel 3 berisi tentang gaya

bahasa kiasan dan tabel 4 berisi tentang nilai pendidikan moral. Adapun

penyajian hasil pengolahan data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada geguritan

dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari

2014

Berdasarkan penelitian terhadap gaya bahasa berdasarkan langsung

tidaknya makna pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37

November 2013-Februari 2014, ditemukan gaya bahasa yaitu gaya bahasa

kiasan yang meliputi personifikasi, sinekdoce pars pro toto, sinekdoce

totem pro parte, ironi, persamaan atau simile, metafora, dan hiperbola.

35

Page 49: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

36

Tabel 3 Gaya Bahasa kiasan pada Geguritan dalam Majalah Djaka Lodang Edisi

26-37 November 2013-Februari 2014

No. Jenis Gaya

Bahasa Kutipan dan Terjemahan Judul

1. metafora 1) Akh prenjak, ocehanmu Metha kidung crita uripku Sing dak simpen dhipet primpen Kareben ora ana wong kang krungu Merga jasad iki mung bantal turu Kanggo nguja hawane sang jalu

Ah prenjak kicauanmu Mengukir cerita hidupku Yang tersimpan dalam Tak seorangpun tahu Karena tubuh ini hanya jasad mati untuk memenuhi nafsu sang lelaki (PPNO, 26, 23/11/2013)

Prenjak pencokan ngarep omahku

2) Sing dakgantung iku kowe mengkone Aja pijer ngece marang bocah wingi sore Aja dumeh bisa ngereh Aja waton ngramut ombyaking lakon Aja ngumbar nepsu lan pasemon Aja dianggep aku iki lola ing kawruh Asor ing pakewuh

Yang ku gantung itu kamu tadinya Jangan hanya menghina kepada anak kemarin sore Jangan merasa bisa menenangkan

Marang pangreksa tali gantungan

Page 50: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

37

Jangan asal melawan arus kehidupan Jangan membiarkan nafsu dan mengandai-andai Jangan menganggap aku ini jauh dari ilmu Merendahkan dalam tingkah laku (MPTG, 27, 30/11/2013)

3) Pindhane kembang Aku mung kembang bangah Kang wus alum, gogrog sakdurunge megar Maduku wis asat

Kalaupun aku bunga Aku hanya bunga bangkai Yang sudah layu, berguguran sebelum mekar Maduku sudah kering (SWP, 29, 14/12/2013)

Sambate wanita P

4) Nanging emane Esuk iki Mendhung klawu Lagi mayungi atiku Nyangking grimis salah mangsa Pindha ilining waspa Kang wis sue kemembeng Nggetuni ketiga dawa Kang nganti ngrujit Bantala Nyemplah pang-pang aking Tanpa semaya

Tapi sayangnya Pagi ini Mendung kelabu Sedang memayungi hatiku Membawa gerimis yang salah musim Seperti mengalirnya air mata

Crita lawas

Page 51: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

38

Yang sudah lama tertahan Menyesali kemarau panjang Yang sampai merobek-robek Tanah Mematahkan dahan-dahan kering Tanpa bisa ditahan (CL, 29, 14/12/2013)

5) jalaran wiji-wiji katresnan kang dak tanem ana jero taman atimu wus kudu punthes sadurunge nuwuhake kembang-kemmbang kang endah karena benih-benih cinta yang hendak ku tanam di dalam taman hatimu sudah harus patah sebelum menumbuhkan bunga-bunga yang indah (PITM, 31, 28/12/2013)

Panjerina ing tanjung mas

6) Sing tansah ngambra-ambra tekan kana-kana Mengkone bakal krasa nalika kantaka katula-tula yen bandha donya lan panguwasa jebul sagebyare netra kepara bisa gawe sengsara

Yang telah merembet kemana-mana Nantinya akan merasakan ketika jatuh terkatung-katung apabila harta dunia dan kekuasaan ternyata hanya sekejab mata lalu membawa sengsara (Kemaruk, 33,11/01/2014)

Kemaruk

Page 52: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

39

7) Nalika sema ati iki bungah Amarga tresna kang ngrembaka ati iki madhep manteb milih priya, kang dadi sigaring nyawa

Ketika itu hati ini bahagia Karena cinta yang bersemi hati ini mantab memilih lelaki, yang menjadi belahan jiwa (NS, 36, 01/02/14)

Nalika semana

2. Personifikasi 1) Prenjaak ngarep omahku Pengin dakrusak kurunganmu Kareben bisa mabur ngulandara Mabura….mabura, bareng karo tangising jiwaku Prenjak di depan rumahmu Ingin kurusak kurunganmu Supaya bisa terbang bebas Terbanglah-terbanglah Bersama tangisnya jiwa terbanglah…terbanglah, bersama dengan tangisan jiwaku (PPNO, 26,23/11/2013)

Prenjak pencokan ana ngarep omahku

2) Dawaning wektu tansah lumaku nut dhawuh gusti Ewone pepalang nyampar nyandhung ing bumi Werdi wigati cetha katampi ing wekt semedi Ambuka rasa sejati mecaki laku utami ninggal sipat angkara lan dengki lamanya waktu yang

Ambuka korining alas purwo

Page 53: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

40

sedang berjalan menurut perintah tuhan Ketidaksukaan menghalangi bumi Sangat jelas kuterima diwaktu bersemedi Membuka rasa sejati menjalani perilaku benar meninggalkan sifat angkara dan dengki (AKAP, 27,30/11/2013)

3) Ana surup lelimengan, koncatan endahe wektu nguyak wengi dilanggung sawah nuju omahku adohe tansaya nglangut ada surup bayangan, melompati indanya waktu mengejar malam Kegelapan sawah menuju rumahku Jauh semakin tak kelihatan (CA, 28,7/12/2013)

Candhik ala

4) Abyor lintang akasa cahya ngrebda nyangking impen babut biru, sinebarayan barieyan impen endah kumawasa ing bumi sepi berkelipbintang di angkasa cahaya sinarnya membawa mimpi Baju hangat biru, bertebaran berlian Mimpi indah berkuasa di bumi sepi (KP, 29,14/12/2013)

Kejot panonku

5) Srengenge gumlewang Nguyak kumlebate ayang-ayang

Mabur kumleyang

Page 54: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

41

Kluwung mlengkeng rinegem bumi Rinenda warna nngelam-ngelami Percikan sinar matahari mengejar bayang-bayang Pelangi melengkung menggenggam bumi Menandai warna kekaguman (MK, 30,21/12/2013)

6) Srengenge gumlewang Nguyak kumlebate ayang-ayang Kluwung mlengkeng rinegem bumi Rinenda warna nngelam-ngelami Percikan sinar matahari mengejar bayang-bayang Pelangi melengkung menggenggam bumi Menandai warna kekaguman (MK, 30,21/12/2013)

Mabur kumleyang

7) Angin liwat kumlebat Mbalangake pangangenku Mabur kumleyang Kauntal mega malang Angin lewat berhembus Melempar anganku Terbang melayang tertelan mega malang (MK, 30,21/12/2013)

Mabur kumleyang

8) Saben dina aku sara Saraning ana ing kalbuku Sang dewangkara teturu Tanpa madhangi atiku Setiap hari aku sengsara Sengsara ada di hatiku Sang Matahari tertidur

Nelangsaning ati

Page 55: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

42

Tanpa menerangi hatiku (NA, 30,21/12/2013)

9) Nelangsaning kalbuku Tansaya mundhak ngrembaka Ambaning samudralaya kang bawera ayem tentrem Sakitnya kalbuku Semakin menjadi-jadi luasnya samudra yang begitu damai dan tentram (NA, 30,21/12/2013)

Nelangsaning ati

10) Panglamuning mega nyingset samirana Ron garing mangling, wurung nggennya seba Ancik-ancik pang cilik kang nandhang paceklik Dene kudu dicandet mangsa kandheg? Nyathut darbe liyan Ambabar lelakon sangar Mega yang berarak tersapu angin Daun kering yang melengkung, tak jadi tumbuh Berdiri pada dahan yang sedang kemarau Apakah harus menghentikan waktu? Merampas milik orang lain Menebar kejahatan (Ndadra, 35,25/01/2014)

ndadra

11) Tangan emoh kalah krungu umuke mripat Kuping karo malangkerik lan nuding-nuding Kandha: Pancen kowe bisa weruh

Aja rumangsa bisa nanging bisoa rumangsa

Page 56: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

43

apa wae, lan kowe Kuping, kowe bisa krungu apa wae kang bakal kelakon tangan tak mau kalah mendengar sombongnya mata dan telinga dengan berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk berkata: “memang kamu bisa melihat apa saja dan kamu telinga, kamu bisa mendengar apa sajayang terjadi

(ARBNBR,36,01/02/2014) 12) Huh, anggepmu

Ngono kandhane sikil kanthi ngotot mbegagah Neng ngarepe perangan raga tetelune Kowe kidha ra bisa mingset, mbegegeg ana Papanmu dhewe-dhewe Mula aku luwih penting Huh, anggapanmu seperti itu kata kaki dengan bersikeras Didepan ketiga anggota badan yang lain Kalian semua tidak bisa kemana-mana, diam ditempatmu masing-masing Maka akulah yang paling penting

(ARBNBR, 36,01/02/2014)

Aja rumangsa bisa nanging bisoa rumangsa

13) Uteg kang tansah ndelik ing sajroning sirah lan tan katon lemes kanthi wicaksono nengahi anggone padha regejegan otak yang berada di dalam

Aja rumangsa bisa nanging bisoa rumangsa

Page 57: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

44

kepala tampak lemas dan bijaksana dalam menengahi keributan

(ARBNBR, 36,01/02/2014) 14) Samirana datan

lumampah Ron-ronan datan ebah Sepi nyenyet ngelangut angelam-elami Tan ana sabawaning walang ngalisik Kang kapireng among swarane sato saba bengi. angin yang berjalan Daun-daun yang bergoyang Sepi sunyi sedih menyelimuti Yang ada dipenjuru hanya belalang yang bergemisik Yang terdengar hanyalah hewan malam (STRD, 36,01/02/2014)

Setya tuhu rinten dalu

15) Samirana datan lumampah Ron-ronan datan ebah Sepi nyenyet ngelangut angelam-elami Tan ana sabawaning walang ngalisik Kang kapireng among swarane sato saba bengi. angin yang berjalan Daun-daun yang bergoyang Sepi sunyi sedih menyelimuti Yang ada dipenjuru hanya belalang yang bergemisik Yang terdengar hanyalah hewan malam (STRD, 36,01/02/2014)

Setya tuhu rinten dalu

Page 58: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

45

16) Ana suling semendhe gedhek warung Daksaut daksebul mawa napas nglentrih Ngoyak wewayanganmu tumumpang mendhung Sacleraman mesem ginubet sengsem Ada seruling tergeletak di dinding warung Ku ambil ku tiup dengan nafas lemah lunglai Mengejar bayangmu di atas awan Sekelebat senyuman terikat ketertarikan (LK, 37,11/02/2014)

Layang kangen

17) Akasa ngudhal crita kawuri Saka senthong pangimpen ing mangsa... Titi yoni nganti ocehing prenjak parak esuk Pangumbaraning wewayangmu Rinasa nunjem telenging nala Langit bercerita kelam masa silam Dari kamar impian di suatu musim… Sangat sakti sampai ocehan prenjak menjelang pagi Kepergian bayanganmu Terasa menghujam hati (TL, 37,11/02/2014)

Tangeh lamun

3. simile 1) Sasuwene iki jare mung dianggep klilip Jabang bayi lali urip, kebacut-bacut nggone

Marang pangreksa tali gantungan

Page 59: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

46

mbarut Kinudang-kudang dadi bujang pindha kidang Keplayu kebat nggayuh drajat pangkat lan semat Selama ini katanya hanya dianggap remang-remang Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur dalam melangkah Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa Berlari kencang mencapai drajat pangkat dan kemuliaan (MPTG, 27,30/11/2013)

2) Sasuwene iki jare mung dianggep klilip Jabang bayi lali urip, kebacut-bacut nggone mbarut Kinudang-kudang dadi bujang pindha kidang Keplayu kebat nggayuh drajat pangkat lan semat Dialembana dadi raja pindha singa Selama ini katanya hanya dianggap remang-remang Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur dalam melangkah Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa Berlari kencang mencapai drajat pangkat dan kemuliaan Disanjung menjadi raja bagai singa (MPTG, 27,30/11/2013)

Marang pangreksa tali gantungan

3) Kayadene aku kang cendhek, semut uga cilik Nanging, bisa mrambat

lelaku

Page 60: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

47

tekan omag Loteng utawa Menara kang dhuwur Gene samubarang remeh bisa nemu papan utama?! seperti halnya aku yang pendek, semut juga kecil Tapi, bisa merambat sampai loteng atau menara yang tinggi seperti sesuatu yang remeh bisa menemukan tempat yang utama?! (Lelaku, 28,7/12/2013)

4) Pindhane kembang, aku mung kembang bangah kang wus alum gogrog sadurunge megar maduku wis asat Bagaikan aku bunga aku hanya bunga bangkai yang sudah layu berguguran sebelum mekar maduku sudah kering (SWP, 29,14/12/2013)

Sambate wanita P

5) nanging emane esuk iki mendhung klawu lagi mayungi atiku nyangking grimis salah mangsa pindha ilining waspa kang wes suwe kemembeng Nggetuni ketiga dawa kang nganti nggrujit Bantala Nyemplah pang-pang aking Tanpa semaya Tapi sayangnya Pagi ini Mendung kelabu Sedang memayungi hatiku

Page 61: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

48

Membawa gerimis yang salah musim Seperti mengalirnya air mata Yang sudah lama tertahan menyesali kemarau panjang yang sampai merobek-robek tanah Mematahkan dahan-dahan kering Tanpa bisa ditahan (CL, 29,14/12/2013)

4. hiperbola 1) Apuranen aku Susuh paleremanku kabesem Mbusak donya kang paweh tentrem Nutupi impen-impen ayem Maafkan aku Sarangkutelah terberangus menghapus dunia yang memberi ketentraman menghalangi impian damai (KMP, 26,23/11/2013)

Kidung manuk prenjak

2) Sing dak gantung iku bandha kaya Dakkereke ing tugu sinukarta Dimen kabeh padha wanuh Sasuwene iki mung dianggep uwuh Sanajan direwangi adus kringet lan luh Yang ku gantung itu harta benda Ku tinggalkan di alam tugu kekotoran Supaya semuanya selamat Selama ini hanya dianggap sampah

Marang pangreksa tali gantungan

Page 62: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

49

Walaupun dengan bermandikan keringat dan air mata (MPTG, 27,30/11/2013)

3) Regeneg-regeneg klebating bleger wewayanganmu Tansah gawe kaget saben wayah ing rasaku, gumregel Sakkabehing kang dakcandhak ambyar sedalan-dalan ing Pangangenku, lakak-lakak gumuyumu manawa mlorok Ngadhang gawe pepalang sucining sedyaku, ambeg Watak candhalamu jumlegur angguntur nyeret bledheg Mecah-mecahna langit mbedah bumi panguripanku Perlahan lahan besar bayangmu Selalu membuat kaget rasaku, gemetar Semua yang ku dapat derai sepanjang jalan dalam angan-anganku, terbahak-bahak tertawamu jika melotot menanti untuk rintangan sucinya niatku, nafas watak kerasmu menggelegar petir dan menyeret petir memecah belah langit membedah bumi penghidupanku (Gandarwa, 28,7/12/2013)

Gandarwo

Page 63: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

50

4) Sabar tuwekal, lambaran gegayuhan luhur Nyingkiri cidra, supaya ora cintraka Laku utama njaga aruming asma, sumrambah ing Nusa Bangsa Sabar tawakal, dasar dari cita-cita yang tinggi Menyingkirkan ketidak setiaan supaya tidak celaka jalan utama menjaga keharuman nama, menyebar di nusa bangsa (Lelaku, 28,7/12/2013)

Lelaku

5) Aku pengen surup iki ora buthek mengkene Merga wengiku bakal coblong Tangeh keranggeh cahyane rembulan Sing dakgadhang leledhangan aku ingin surup ini tak keruh seperti ini, karena malamku akan semakin hampa Masih jauh untuk menggapai cahaya rembulan Yang ku harapkan membahagiakan hati (CA, 28,7/12/2013)

Candhik ala

6) Abyor lintang akasa cahya ngrebda nyangking impen babut biru, sinebarayan barieyan impen endah kumawasa ing bumi sepi berkelipbintang di

Kejot panonku

Page 64: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

51

angkasa cahaya sinarnya membawa mimpi tenunan hangat biru, bertebaran berlian Mimpi indah berkuasa di bumi sepi (KP, 29,14/12/2013)

7) Saben bengi... Dakrewangi thethek neng pinggir ril Mung luru rejeki secuwil, kanggo njejegke kendil setiap malam... Aku rela untuk mangkal dipinggir ril hanya mencari secuil rejeki, untuk menyambung hidup (SWP, 29,14/12/2013)

Sambate wanita P

8) nanging emane esuk iki mendhung klawu lagi mayungi atiku nyangking grimis salah mangsa pindha ilining waspa kang wes suwe kemembeng Nggetuni ketiga dawa kang nganti nggrujit Bantala Nyemplah pang-pang aking Tanpa semaya Tapi sayangnya Pagi ini Mendung kelabu Sedang memayungi hatiku Membawa gerimis yang salah musim Seperti mengalirnya air mata Yang sudah lama tertahan

Crita lawas

Page 65: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

52

menyesali kemarau panjang yang sampai merobek-robek tanah Mematahkan dahan-dahan kering Tanpa bisa ditahan (CL, 29,14/12/2013)

9) Dak kunci katresnan iki Kanthi ngronce tampar dimen ora gagar wigar kukunci cinta ini Dengan tali supaya tidak lepas (KK, 30,21/12/2013)

Kancing katresnan

10) Ati angluh tumiyung Anguk-anguk sapinggiring jurang cerung Nglanga memala ing klakon hatiku luluh lantah, hampir jatuh di pinggir jurang curam Menelan dosa dalam perbuatan yang semakin gila (MK, 30,21/12/2013)

Mabur kumleyang

11) Saben dina aku sara Saraning ana ing kalbuku Sang dewangkara teturu Tanpa madhangi atiku Setiap hari aku sengsara Sengsara ada di hatiku Sang Matahari tertidur Tanpa menerangi hatiku (NA, 30,21/12/2013)

Nelangsaning ati

12) Jalaran wiji katresnan kang ndak tanem, ana jero taman atimu wus kudu punthes sadurunge nuwuhake kembang-kembang kang endah

Panjerina ing tanjung mas

Page 66: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

53

karena benih-benih cinta yang kutanam, di dalam taman hatimu harus patah sebelum bertumbuhnya bunga-bunga yang indah (PITM, 31,28/12/2013)

13) Dak pecaki lurung-lurung panguripan Menawa wae isih ana sing gelem andum rasa adil Marang aku lan kowe kutapaki lorong-lorong kehidupan mungkin saja masih ada yang mau membagi rasa adil terhadap aku dan kamu (ESG, 31,28/12/2013)

Esem sandhuwure gurit

14) Ya, pancena aku sarujuk, nimas Menawa jenengku lan jenengmu tinulis jejer ing mega-mega kae kang katon putih memplak kadya kapas kang ngrenggani langit biru indah edi peni dinulu Ya, memang aku setuju, nimas kalau namaku dan namaku tertulis berjajar di awan-awan itu yang terlihat putih bersih seperti kapas yang nampak di langit biru (sarujuk, 31,28/12/2013)

sarujuk

Page 67: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

54

15) Nganti mengko tumiba Ana jurange siksa Sapa bakal kuwawa nduwa Yen wis tekan titi mangsa Sampai nanti tiba ada jurang siksa siapa yang bisa menghalangi kalau telah tiba waktunya (TM, 32,4/1/2014)

Titi mangsa

16) Dak oyak playune awang-awang klawu ing atimu Sumurup ing pethithing sore Kang wus wiwit samar-samar Mau awan mentas wae dak untabake Atimu kabur kukejar bayang-bayang semu di hatimu terbenam diujung sore yang telah mulai samar-samar Siang tadi baru saja kuungkapkan hatimu pergi (GR, 33,11/1/2014)

Gurit rinonce

17) Merga ati wus kabuntel dening nafsu-nafsu angkara Sing tansah ngambra-ambra tekan kana-kana karena hati telah tertutup dengan nafsu-nafsu jahat yang telah menyebar kemana-mana (DL, 33,11/1/2014)

Kemaruk

18) Tekane pancen ngagetake pengangen Apa maneh praupan sing tansah beda

ngrangu

Page 68: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

55

Esemmu sing ndudut lelamunan lawas Kalane teka dadakan ngranuhi Kowe banjur crita kanthi nglangut Datangnya memang mengagetkan lamunan Apa lagi raut wajah yang beda senyummu yang menyadarkan dari lamunanku kadang kala datang tanpa diduga kau lalu bercerita dengan sedih (ngrangu, 34,18/1/2014)

19) Iki ilusi apa impen aku ora perduli Patrapku dak oyak nglamar lelewane Ini ilusi atau hanya mimpi aku tak perduli inginku mengejar bayangan dirinya (DL, 34,18/1/2014)

Sekar cempaka

20) Nalika solah bawa wis bisa micara Nalika tingkah laku wis dadi wakiling rasa Kang ora kawetu lan mung kandheg ana dhadha Nalika tresna wis mawujud dadi laku Lan rasa kang padha wis kawaca saka bening netramu Ukara saka lathi wis ora perlu maneh kanggoku ketika tingkah laku telah berbicara,

Entenana ing watesing wektu

Page 69: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

56

ketika tingkah laku telah mewakili rasa yang tak bisa keluar dan terhenti di dada ketika cinta sudah berwujud menjadi perbuatan dan rasa yang sama telah terbaca dari bening matamu kata-kata dari bibir tak perlu lagi bagiku

(EIWW, 35,25/1/2014) 21) Nadyan nganti tekan

tengahe ratri Ora kendhat nggonku tansah nganti-anti Peparing sih nugrahaning Gusti Nyadong rezeki pating tlethik riwis-riwis Saka langite katresnan edi Walau sampai tengahnya malam Tak putus untukku mmenanti Pemberian dari Tuhan Meminta rizki sedikit demi sedikit dari langitnya penuh cinta (TR, 35,25/1/2014)

Tengahe ratri

22) Nalika semana ati iki bungah, amarga tresna kang ngrembaka ati iki madhep manteb milih priya kang dadi sigaraning nyawa ketika itu hati ini bahagia,

Nalika semana

Page 70: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

57

karena cinta yang bersemi hati ini mantab memilih lelaki yang menjadi belahan jiwa (NS, 36,01/02/2014)

23) Jagad raya panci wanci dalu Surem kalem kang kadulu Lintang rembulan kinemulan ing mendhung ngendhahanu Jagad raya memang pada malam hari Suram kelam yang terlihat bintang rembulan yang diselimuti awan yang berarak (DL, 36,01/02/2014)

Setya tuhu rinten dalu

24) Daktulis layang kangen srengenge sore Mendhung buthek metha ukara Dakjentrek ing dluwang kumel Ginawe gurit blebering jiwa Kutulis surat rindu sore hari mendung gelap menyambung rasa ku rangkai di kertas kumal untuk membuat kata ungkapan jiwa (LK, 37,08/02/2014)

Layang kangen

25) Pangumabaraning wewayanganmu, rinasa nunjem telenging nala anglega cetha tumeka candhikala dak sawang kanthi ati gothang nyuwek mbaka siji

Tangeh lamun

Page 71: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

58

cathetaan lawas angeruk turahan tresna saka lelakon kapungkur kepergianmu terasa menghujam hati Terlihat jelas datang saat sore hari Ku tatap dengan hati kosong Menyobek satu per satu catatan lama Mengeruk sisa cinta saat masa silam (TL, 37,08/02/2014)

5. Ironi 1) Arep nata ngowahi uwis kliwat lemah sing loh kali sing resik banyu sing bening ora bisa ditemokake ing donya kang wis clorang-cloreng iki mau menata membenahi sudah terlambat tanah yang subur sungai yang bersih air yang jernih sudah tidak ditemukan di dunia yang telah tercoret-coret (DL, 34,18/02/2014)

Donyaku

2) Kula parinem saking ndesa rumiyin mbatur dhateng paduka rumaos mongkog lan ngempek mulya, mboten nyono jebul kula ngenger ing priyayi durjana , kulatan saged tilem miring pawarta bilih paduka cidra mring amanahing para kawula saya parinem dari desa dulu mengabdi kepada tuan, merasa bangga

Layang babune koruptor

Page 72: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

59

dan merasa mulya , tidak kusangka ternyata saya mengabdi di pejabat jahat saya tidak bisa tidur mendenga beritakalau tuan membohongi nterhadap amanah rakyat (DL, 31,28/12/2013)

3) Sliramu kang banget tak tresnani sliramu kang ora tau lali tansah tuhu ngenteni tansah setya ing janji ananging kena apa sliramu ninggalke aku agawe miris lan kekesing ati apa iki pacoban saka gusti dirimu yang kucinta, dirimu yang tak pernah kulupakan selalu setia menanti dengan setianya janji tapi kenapa dirimu meninggalkan aku membuat miris dan lemah hatiku apa ini ujian dari Tuhan (DL, 26,23/11/2013)

Isih tresna

6. Sinekdoce a. pars

prototo

1) Wus ora kapetung kaping pira sujud ing sajadah Mu tak dapat dihitung berapa kali sujud di sajadah Mu (DL, 26,23/11/2013)

Sujud

b. Totem pro parte

a) Sabar tuwekal, lambaran gegayuhan luhur Nyingkiri cidra, supaya ora cintraka Laku utama njaga aruming asma, sumrambah ing Nusa Bangsa

Lelaku

Page 73: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

60

2. Nilai pendidikan moral pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang

edisi 26-37 November 2013-Februari 2014

Berdasarkan penelitian terhadap nilai pendidikan moral pada

geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-

Februari 2014, ditemukan 1) nilai pendidikan moral manusia dengan diri

sendiri meliputi; kepasrahaan dan bersyukur; 2) nilai pendidikan moral

manusia dengan manusia lain meliputi; sabar&ikhlas, kesetiaan dan

pengharapan; 3) nilai pendidikan moral manusia dengan Tuhannya

meliputi; senantiasa mengingat Tuhan, ibadah, dan perzinaan.

Tabel 4 Nilai Pendidikan moral pada Geguritan dalam Majalah Djaka Lodang

edisi 26-37 November 2013-Februari 2014

Sabar tawakal, dasar dari cita-cita yang tinggi Menyingkirkan ketidak setiaan supaya tidak celaka jalan utama menjaga keharuman nama, menyebar di nusa bangsa (Lelaku, 28,7/12/2013)

No. Nilai

pendidikan

moral

Kutipan dan Terjemahan Nilai Moral

1. Manusia

dengan diri

sendiri

1) sing dak gantung iku nasib dudu aib sasuwene iki jare mung dianggep klilip Jabang bayi lali urip, kebacut-bacut nggone mbarut

Kepasrahan

Page 74: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

61

Kinudang-kudang dadi bujang pindha kidang Keplayu kebat nggayuh drajat pangkat lan semat Yang ku gantungkan itu nasib Bukan aib Selama ini katanya hanya dianggap remang-remang Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur dalam melangkah Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa Berlari kencang mencapai drajat pangkat dan kemuliaan (MPTG, 27,30/11/2013)

2) pancen uripku kebak cangkriman nanging urip tetep lumaku kaya lakuku sing tanpa kesel ngunggahi pucuk gunung embuh tekan ngendi Memang hidupku ini penuh dengan teka-teki Tapi hidup tetap berjalan Seperti jalanku yang tanpa lelah Mendaki pucuk gunung Entah sampai mana ujungnya (AIPG, 29, 14/12/2013)

Kepasrahan

3) kanggo sangu mecaki urip sing kebak dalan-dalan rumpil kebak coba lan panggoda kebak pitenah lan pandakwa ala ya wis ben kudu bisa tinampa kanthi legawa pasrah sumarah gumregah ngranggeh pengarep Untuk bekal menjalani hidup Yang banyak jalan yang

Kepasrahan

Page 75: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

62

berliku Banyak cobaan dan godaan Banyak fitnah dan hujatan Ya sudah memang harus diterima dengan lapang dada Pasrah dan tawakal dalam menggapai cita (TR, 35, 25/01/2014)

4) nalika lintang ing angkasa isih bisa paring cahya tumrap manungsa nalika iku uga aku bisa ngrasa bungah nalika kukila isih bisa ngoceh kanthi swanten kang endah nalika iku uga aku bisa ngrasa ati ayem lan tentrem Saat bintang di langit Masih bisa member cahaya terhadap manusia Ketika itu juga aku merasa bahagia Ketika burung bisa besiul dengan suara yang indah Ketika itu juga aku bisa merasa hati yang tenang dan tentram (NS, 36, 01/02/2014)

Bersyukur

2. Manusia

dengan

manusia lain

1) ananging kena apa sliramu ninggalke aku agawe miris lan kekesing ati apa iki pacoban saka Gusti apa iki kang dadi nasib tresnaku kudu pisah mring sliramu tapi mengapa dirimu meninggalkanku membuat miris dan lemah hatiku apa ini ujian dari Tuhan apa ini yang menjadi nasib cintaku harus pisah denganmu

Sabar &

ikhlas

Page 76: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

63

(IT, 26, 23/11/2013)

2) kancing katresnan ora mung mawar biru utawa ali-ali kang rinonce ing astamu dak kunci katresnan iki kanthi ngronce tampar dimen ora gagar wigar Kunci cinta Tidak hanya mawar biru Atau cincin yang melingkar di jarimu Ku kunci cintaku ini Dengan tali supaya tidak lepas ( KK, 30, 21/12/2013)

Kesetiaan

3) lintang panjerina kang jumedhul ing wektu iku dadi lintang kang pungkasan kanggoku lan sliramu jalaran wiji-wiji katresnan kang ndak tanem ana jero taman atimu wes kudu punthes sadurunge nuwuhake kembang-kembang kang endah Bintang bersinar yang muncul diwaktu itu Menjadi bintang terkhir untukku untukmu Karena benih-benih cinta yang kutanam didalam hatimu Sudah harus patah sebelum menumbuhkam yang indah (PITM, 31, 28/12/2013)

Sabar &

ikhlas

4) nuwun sewu, bendara sareng serat punika kula kintun arta dhateng paduka upah nggennya kawula

Sabar &

ikhlas

Page 77: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

64

ngabdi bendara pitung taun lawasnya Permisi tuan Bersama datangnya surat ini Saya mengembalikan uang terhadap tuan Upah saya mengabdi kepada tuan Tujuh tahun lamanya (LBK, 31, 28/12/2013)

5) ya, pancena aku sarujuk, nimas menawa jenengku lan jenengmu tinulis jejer ing mega-mega kae kang katon putih memplak kadya kapas kang ngrenggani langit biru indah edi peni dinulu Ya aku memang setuju padamu sayang Kalau namamu dan namamu tertulis sejajar di mega-mega itu Yang terlihat putih bersih Kapas yangbersih di langit biru Indah terlihat ( Sarujuk , 31, 28/12/2013)

Kesetiaan

6) dak pecaki lurung-lurung panguripan menawa wae isih ana sing gelem andum rasa adil marang aku lan kowe Kutapaki lorong-lorong kehidupan Kalau saja masih ada yang mau berbagi rasa adil Terhadap aku dan kamu (ESG, 31, 28/12/2013)

Pengharapan

Page 78: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

65

7) muga aja ana panduwa bab atiku sing nglanglang pambagyaku kanggo sliramu kang isih perduli nampa ngenteni ing wayah sore semoga saja jangan ada pendua di hatiku lagi bagimu yang masih perduli kepadaku masih menerima menunggu di waktu sore ( ngrangu , 34, 10/01/2014)

Pengharapan

8) nanging kabeh mau wus liwat uripku kepenak mung nalika semana atiku krasa bungah uga gur wektu wektu semana saiki jroning dhadha anane mung lara lan kuciwa sigaraning nyawa iya kasebut garwa mindhah ati dhateng Kenya liya Tetapi semua itu sudah terlambat Hidupku damai hanya saat itu Hatiku measa bahagia juga hanya saat itu Sekarang didalam dada yang ada hanyalah sakit dan kecewa Belahan jiwa yang ku sebut suami Berpaling hati dengan wanita lain (NS, 36, 01/02/2014)

Pengharapan

9) o kangen sing peplayon ijen teka angel dakluru jembare wektu kesingkur o kangen sing ndelik kebonan suwung karo sapa sliramu ngranti tekaku

Pengharapan

Page 79: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

66

O rinduyang berlari sendiri Datang susah ku cari diwaktu luang O rindu yang sembunyi di kebun kosong Bersama siapa kau menanti diriku datang (LK, 37, 08/02/2014)

10) rampungna rasamu ati iki wis darbe rasa liya tan bisa kok ranggeh maneh ron garing sumadya nyandhet karepmu ing kene dak punthes sunggingmu! Selesaikanlah rasamu Hati ini sudah mempunyai rasa lain Yang tak bisa ku gapai lagi Daun kering menghalangi inginmu Disini ku potong senyummu! (TL, 37, 08/02/2014)

Sabar &

ikhlas

11) o anak putu, biraten angen tumlawung tipak sejarah aja nganti suwung bumi pindaka aja nganti diregedi nepsu-nepsu murahan ora mbejaji nyendhal ati! O anak cucu, hilang angan terdengar dari kejauhan Jejak sejarah jangan sampai kosong Bumi tempat berpijak jangan sampai dikotori Nafsu murahan tak terpuji Menyayat hati! ( Megatruh , 37, 08/02/2014)

Sabar &

ikhlas

Page 80: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

67

3 Manusia

dengan

Tuhannya

1) ing jero winatesing kurungan kidung dongaku ngumandhang kapan Gusti bakal paring pepadhang saka tangan-tangan kang brangasan Didalam terbatasnya sangkar Panjatann doa ku ungkapkan Kapan tuhan memberi petunjuk dari tangan-tangan jahil (KMP, 26, 23/11/2013)

Senantiasa

mengingat

Tuhan

2) o sujud kudune tetep jejeg ora gampang keblinger satengahe jaman saya cepet nggone mubeng kudu cekelan kenceng paugerane illahi Sujud harus tetap lurus Tidak gampang terpengaruh Waktu cepat berlalu Harus berpegang pada aturan illahi ( Sujud , 26, 23/11/2013)

Ibadah

3) kinanthen tulusing galih kang wening prasaja, golong gilinging tekad kang manunggal sucining sedya kang tansah rinegem ing sajroning dhadha, sumarah mring panguwasaning Sang Hyang Maha Wasesa Dengan tulusnya hati yang bening mulia Bersatunya tekat yang menyatu Sucinya tekad yang tergenggam didalam dada Pasrah terhadap penguasa sang maha hidup (AKAP, 27, 30/11/2013)

Senantiasa

mengingat

Tuhan

4) aku ora perduli merga isaku golek pangan mung

Perzinaan

Page 81: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

68

kaya ngono kuwi dhuh Gusti… kalampahana karsa dalem dhumateng ingkang abdi nanging mugi Gusti tansah ngijabahi nggen kula pados rejeki aku tidak perduli karena kemampuanku mencari makan hanya seperti ini ya Tuhan.. tunjukkanlah jalan hamba tapi semoga Engkau meridhoi dalam saya mencari rezeki (SWP, 29, 14/12/2013)

5) kudu ditampa saben naskah ing lembar gesang pakaryan datan oncat sinebat dening laknat percayaa marang kridhaning roh suci setya njampangi pribadi kang tinarbuka ati harus diterima setiap naskah dilembar kehidupan pekerjaan akan secara sendirinya pergi karena laknat percaya kepada keridhaan sang maha suci kesetiaan akan tertanam di keterbukaan hati (EL, 33, 11/01/2014)

Senantiasa

mengingat

Tuhan

Page 82: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

69

B. Pembahasan Data

1. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada geguritan

dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari

2014

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda-benda yang

dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi ungkapan itu langsung berupa

kiasan. Penggunaan gaya bahasa metafora pada geguritan dalam

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014

terdapat pada kutipan-kutipan berikut ini.

1) Akh prenjak, ocehanmu Metha kidung crita uripku Sing dak simpen dhipet primpen Kareben ora ana wong kang krungu Merga jasad iki mung bantal turu Kanggo nguja hawane sang jalu Ah prenjak kicauanmu Mengukir cerita hidupku Yang tersimpan dalam Tak seorangpun tahu Karena tubuh ini hanya jasad mati untuk memenuhi keinginan sang lelaki (PPNO, 26, 23/11/2013)

Pada kutipan di atas, penulis bercerita tentang wanita yang

dirampas haknya sebagi seorang wanita seutuhnya diperlakukan tidak

adil oleh pasanganya. Burung dalam puisi tersebut diibaratkan sebagai

wanita dan sangkar diibaratkan sebagai aturan yang mengekang. Gaya

bahasa metafora terdapat pada kutipan “sang jalu” ‘sang lelaki’.

Page 83: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

70

Maksud dari kutipan di atas adalah di sini laki-laki dikiaskan secara

langsung menjadi jalu yang dipuja-puja wanita.

2) Sing dakgantung iku kowe mengkone Aja pijer ngece marang bocah wingi sore Aja dumeh bisa ngereh Aja waton ngramut ombyaking lakon Aja ngumbar nepsu lan pasemon Aja dianggep aku iki lola ing kawruh Asor ing pakewuh Yang ku gantung itu kamu tadinya Jangan hanya menghina kepada anak kemarin sore Jangan merasa bisa menenangkan Jangan asal melawan arus kehidupan Jangan membiarkan nafsu dan mengandai-andai Jangan menganggap aku ini jauh dari ilmu Merendahkan dalam tingkah laku (MPTG, 27, 30/11/2013)

Pada bait di atas, bercerita tentang sebuah nasehat kepada

pembaca agar jangan menghina terhadap generasi penerus tetapi

jangan pula melawan tata aturan yang sudah ada serta jangan

mengumbar hawa nafsu, jangan menganggap narapidana tak punya

ilmu atau sopan santun. Pada bait tersebut terdapat gaya bahasa

Metafora ditunjukkan pada kutipan “bocah wingi sore” ‘anak kemarin

sore’. Maksud dari kutipan tersebut adalah tidak boleh merendahkan

para pemuda atau remaja yang di sini disebutkan ”bocah wingi sore”

yang artinya ”anak kemarin sore”, karena belum tentu yang lebih tua

yang lebih tahu segalanya.

3) Pindhane kembang Aku mung kembang bangah Kang wus alum, gogrog sakdurunge megar Maduku wis asat

Page 84: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

71

Kalaupun aku bunga Aku hanya bunga bangkai Yang sudah layu, berguguran sebelum mekar Maduku sudah kering (SWP, 29, 14/12/2013)

Pada bait di atas, bercerita tentang wanita penghibur yang bila

diibaratkan sebagai bunga yang sudah busuk dan tidak ada madunya,

bunga itu telah kering. Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa

metafora ditunjukkan pada kutipan “kembang bangah” ‘bunga

bangkai. Maksud dari kutipan tersebut adalah bukan nama bunga

bangah yang sebenarnya, tetapi secara tidak langsung bunga bangah

yang menggambarkan seorang wanita pekerja seks komersial.

4) Nanging emane Esuk iki Mendhung klawu Lagi mayungi atiku Nyangking grimis salah mangsa Pindha ilining waspa Kang wis sue kemembeng Nggetuni ketiga dawa Kang nganti ngrujit Bantala Nyemplah pang-pang aking Tanpa semaya Tapi sayangnya Pagi ini Mendung kelabu Sedang memayungi hatiku Membawa gerimis yang salah musim Seperti mengalirnya air mata Yang sudah lama tertahan Menyesali kemarau panjang Yang sampai merobek-robek Tanah Mematahkan dahan-dahan kering Tanpa bisa ditahan (CL, 29, 14/12/2013)

Page 85: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

72

Pada kutipan di atas, bercerita tentang kesedihan si aku yang

mendalam karena tidak jadi menikah dengan perempuan pilihannya.

Pada bait tersebut terdapat gaya bahasa metafora ditunjukkan pada

kutipan “mendhung klawu”, ‘mendung kelabu’. Maksud dari kutipan

tersebut adalah bukan hatinya yang berwarna kelabu atau hatinya yang

dipayungi mendung kelabu tetapi maksudnya kesedihan yang sedang

dirasakan.

5) Lintang panjerina kang jumedhul ing wektu iku Dadi lintang kang pungkasan kanggoku lan sliramu jalaran wiji-wiji katresnan kang dak tanem ana jero taman atimu wus kudu punthes sadurunge nuwuhake kembang-kemmbang kang endah Bintang bersinar yang muncul diwaktu itu Menjadi bintang terkhir untukku untukmu karena benih-benih cinta yang hendak ku tanam di dalam taman hatimu sudah harus patah sebelum menumbuhkan bunga-bunga yang indah (PITM, 31, 28/12/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang perpisahan si aku yang

berpisah dengan seorang wanita yang dicintainya, namun wanita itu

bertepuk sebelah tangan. Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa

metafora ditunjukkan pada kutipan “taman atimu”, ‘taman hatimu’.

Maksud dari kutipan tersebut adalah bukan hatinya yang mempunyai

taman tetapi mengkiaskan tentang perasaan si aku yang sedang jatuh

cinta terhadap wanita sehingga si aku menggambarkan perasaannya

seperti sedang berada ditaman yang indah.

Page 86: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

73

6) Sing tansah ngambra-ambra tekan kana-kana Mengkone bakal krasa nalika kantaka katula-tula yen bandha donya lan panguwasa jebul sagebyare netra kepara bisa gawe sengsara Yang telah merembet kemana-mana Nantinya akan merasakan ketika jatuh terkatung-katung apabila harta dunia dan kekuasaan ternyata hanya sekejab mata lalu membawa sengsara (Kemaruk, 33, 11/01/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang nasehat kepada pembaca

bahwa harta dan tahta itu hanya sekejap mata di dunia ini yang bisa

membuat sengsara. Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa metafora

ditunjukkan pada kutipan “sagebyare netra”, ‘sekejab mata’. Maksud

dari kutipan tersebut adalah menggambarkan bahwa harta di dunia itu

hanya sekejap mata, yang dimaksud sekejap mata itu bukan berarti

mata berkedip lalu hilang tapi membandingkan kesenangan dan

kekuasaan dunia ini sebentar sekali bagaikan kejapan mata.

7) Nalika sema ati iki bungah Amarga tresna kang ngrembaka ati iki madhep manteb milih priya, kang dadi sigaring nyawa

Ketika itu hati ini bahagia Karena cinta yang bersemi hati ini mantab memilih lelaki, yang menjadi belahan jiwa (NS, 36, 01/02/14)

Pada kutipan di atas, berisi tentang kegembiraan seorang wanita

sedang jatuh cinta yang telah mantap memilih pria sebagai calon

pendamping hidupnya. Pada bait tersebut terdapat gaya bahasa

metafora ditunjukkan pada kutipan “sigaring nyawa” ‘belahan jiwa’.

Page 87: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

74

Maksud dari kutipan tersebut adalah menggambarkan bahwa seorang

perempuan yang telah menemukan belahan jiwanya dan sudah mantab

memilih lelaki tersebut. Yang dimaksud belahan jiwa di sini bukan

jiwa yang terbelah tetapi belahan jiwa menggambarkan seorang yang

terkasih.

b. Personifikasi

Personifikasi adalah suatu keadaan atau peristwa alam sering

dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia.

Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona, atau

di”personifikasi”kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas

penggambaran peristiwa dan keadaan itu.

Penggunaan gaya bahasa Personifikasi pada geguritan dalam

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014

terdapat pada kutipan-kutipan berikut ini.

1) Prenjaak ngarep omahku Pengin dakrusak kurunganmu Kareben bisa mabur ngulandara Mabura….mabura, bareng karo tangising jiwaku

Prenjak di depan rumahmu Ingin kurusak kurunganmu Supaya bisa terbang bebas Terbanglah-terbanglah Bersama tangisnya jiwa terbanglah…terbanglah, bersama dengan tangisan jiwaku (PPNO, 26,23/11/2013)

Pada bait di atas, penulis bercerita tentang wanita yang dirampas

haknya sebagi seorang wanita seutuhnya diperlakukan tidak adil oleh

Page 88: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

75

pasanganya dan si aku ingin lepas dari kekangan. Burung dalam puisi

tersebut diibaratkan sebagai wanita dan sangkar diibaratkan sebagai

aturan yang mengekang. Gaya bahasa personifikasi pada kutipan

“Mabura….mabura, bareng karo tangising jiwaku”,

‘terbanglah…terbanglah, bersama dengan tangisan jiwaku’. Kalimat

tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena jiwa

adalah benda mati, dalam puisi tersebut jiwa diibaratkan manusia yang

mempunyai mata dan menangis.

2) Dawaning wektu tansah lumaku nut dhawuh gusti Ewone pepalang nyampar nyandhung ing bumi Werdi wigati cetha katampi ing wekt semedi Ambuka rasa sejati mecaki laku utami ninggal sipat angkara lan dengki

lamanya waktu yang sedang berjalan menurut perintah tuhan Ketidaksukaan menghalangi bumi Sangat jelas kuterima diwaktu bersemedi Membuka rasa sejati menjalani perilaku benar meninggalkan sifat angkara dan dengki (AKAP, 27,30/11/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang seseorang yang akan

memperbaiki diri yang diibaratkan seperti membuka hutan raya yang

sangat lebat, sebelum memperbaiki diri penulis mencari ilmu yang

diibaratkan seperti bersemedi mencari petunjuk kepada Yang Maha

Kuasa, dalam semedinya si penulis mendapat petunjuk agar

menghindari sifat angkara murka dan menjanlakan sifat utama berbudi

pekerti. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kutipan “Dawaning

wektu tansah lumaku nut dhawuh gusti” ‘lamanya waktu yang sedang

berjalan menurut perintah tuhan’. Kalimat tersebut dikategorikan

Page 89: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

76

sebagai gaya bahasa personifikasi karena waktu adalah benda mati

yang tidak dapat dilihat namun bisa dirasakan, waktu diibaratkan

seperti manusia yang memiliki kaki untuk berjalan.

3) Ana surup lelimengan, koncatan endahe wektu nguyak wengi dilanggung sawah nuju omahku adohe tansaya nglangut

ada surup bayangan, melompati indanya waktu mengejar malam Kegelapan sawah menuju rumahku Jauh semakin tak kelihatan (CA, 28,7/12/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang suasana disenja sore hari

matahari tenggelam di ufuk barat yang ditinggal hanya bayangan semu.

Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kutipan “Ana surup

lelimengan, koncatan endahe wektu nguyak wengi”, ‘ada surup

bayangan, melompati indanya waktu mengejar malam’. Kalimat

tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena

bayangan yang merupakan benda mati, pada puisi candhik ala

bayangan diibaratkan seperti manusia yang mempunyai kaki yang

dapat melompat dan mengejar.

4) Abyor lintang akasa cahya ngrebda nyangking impen babut biru, sinebarayan barieyan impen endah kumawasa ing bumi sepi berkelipbintang di angkasa cahaya sinarnya membawa mimpi Baju hangat biru, bertebaran berlian Mimpi indah berkuasa di bumi sepi (KP, 29,14/12/2013)

Page 90: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

77

Pada kutipan di atas, bercerita tentang suasana langit malam

hari sunyi sepi dan dingin. Di malam itu hanya mimpi-mimpi sang

penulis yang memenuhi indahnya malam. Gaya bahasa personifikasi

terdapat pada kutipan “Cahya ngrebda nyangking impen”, ‘cahaya

sinarnya membawa mimpi’. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai

gaya bahasa personifikasi karena cahaya yang merupakan suatu

pancaran sinar dan termasuk benda mati, pada puisi kejot panonku

cahaya diibaratkan seperti manusia yang mempunyai tangan untuk

membawa.

5) Srengenge gumlewang Nguyak kumlebate ayang-ayang Kluwung mlengkeng rinegem bumi Rinenda warna nngelam-ngelami Percikan sinar matahari mengejar bayang-bayang Pelangi melengkung menggenggam bumi Menandai warna kekaguman (MK, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang kekaguman penulis

terhadap suasan setelah hujan reda yang kemudian munculnya pelangi

yang indah berwarna-warni. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada

kutipan “Srengenge gumlewang Nguyak kumlebate ayang-ayang”,

‘Percikan sinar matahari mengejar bayang-bayang’. Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena sinar matahari

termasuk benda mati, pada puisi mabur kumleyang sinar diibaratkan

seperti manusia yang mempunyai kaki untuk mengejar.

Page 91: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

78

6) Srengenge gumlewang Nguyak kumlebate ayang-ayang Kluwung mlengkeng rinegem bumi Rinenda warna nngelam-ngelami Percikan sinar matahari mengejar bayang-bayang Pelangi melengkung menggenggam bumi Menandai warna kekaguman (MK, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas bercerita tentang kekaguman penulis

terhadap suasan setelah hujan reda yang kemudian munculnya pelangi

yang indah berwarna-warni. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada

kutipan “Kluwung mlengkung rinegem bumi”, ‘pelangi melengkung

menggenggam bumi’. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya

bahasa personifikasi karena pelangi yang merupakan suatu lengkungan

warna yang ada di langit yang di sebabkan oleh pembiasan sinar

matahari termasuk benda mati, pada puisi mabur kumleyang pelangi

diibaratkan seperti manusia yang mempunyai tangan untuk

menggenggam.

7) Angin liwat kumlebat Mbalangake pangangenku Mabur kumleyang Kauntal mega malang Angin lewat berhembus Melempar anganku Terbang melayang tertelan mega malang (MK, 30,21/12/2013)

Pada bait di atas, bercerita tentang seseorang yang sedang

terbawa lamunan sambil memandang mega yang lewat dan teringat

pada suatu masa. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kutipan

Page 92: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

79

“Angin liwat kumlebat Mbalangake pangangenku Mabur kumleyang

Kauntal mega malang”, ‘Angin lewat berhembus Melempar anganku

Terbang melayang tertelan mega malang’. Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena angin adalah

benda mati yang tidak terlihat tapi bisa dirasakan, pada puisi mabur

kumleyang angin diibaratkan seperti manusia yang mempunyai tangan

untuk melempar dan mulut untuk menelan.

8) Saben dina aku sara Saraning ana ing kalbuku Sang dewangkara teturu Tanpa madhangi atiku Setiap hari aku sengsara Sengsara ada di hatiku Sang Matahari tertidur Tanpa menerangi hatiku (NA, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang kesengsaraan hati

seseorang yang setiap hari merasa sedih dan kesepian yang mendalam

karena belum mempunyai pendamping hidup. Gaya bahasa

personifikasi terdapat pada kutipan “sang dewangkara teturu”, ‘sang

matahari tertidur’. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa

personifikasi karena matahari adalah benda mati yang merupakan pusat

tata surya di angkasa, diibaratkan seperti manusia yang mempunyai

mata untuk tidur.

9) Nelangsaning kalbuku Tansaya mundhak ngrembaka Ambaning samudralaya kang bawera ayem tentrem

Page 93: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

80

Sakitnya kalbuku Semakin menjadi-jadi luasnya samudra yang begitu damai dan tentram

(NA, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang kesengsaraan hati

seseorang yang setiap hari merasa sedih dan kesepian yang mendalam

karena belum mempunyai pendamping hidup. Gaya bahasa

personifikasi terdapat pada kutipan “Ambaning samudralaya kang

bawera ayem tentrem ”, ‘luasnya samudra yang begitu damai dan

tentram’. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa

personifikasi karena samudra adalah benda mati yang merupakan

hamparan lautan, diibaratkan seperti manusia yang mempunyai hati

untuk merasakan damai dan tentram.

10) Panglamuning mega nyingset samirana Ron garing mangling, wurung nggennya seba Ancik-ancik pang cilik kang nandhang paceklik Dene kudu dicandet mangsa kandheg? Nyathut darbe liyan Ambabar lelakon sangar Mega yang berarak tersapu angin Daun kering yang melengkung, tak jadi tumbuh Berdiri pada dahan yang sedang kemarau Apakah harus menghentikan waktu? Merampas milik orang lain Menebar kejahatan (Ndadra, 35,25/01/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang kekuatan tekad seseorang

yang akan balas dendam karena telah merasa di kecewakan. Pada bait

di atas, gaya bahasa personifikasi pada kutipan “Ron garing mangling,

wurung nggennya seba Ancik-ancik pang cilik kang nandhang

Page 94: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

81

paceklik”, ‘Daun kering yang melengkung, tak jadi tumbuh beridiri

padha dahan yang sedang kemarau’. Kalimat tersebut dikategorikan

sebagai gaya bahasa personifikasi karena daun kering adalah benda

mati, diibaratkan seperti manusia yang mempunyai kaki untuk berdiri.

11) Tangan emoh kalah krungu umuke mripat Kuping karo malangkerik lan nuding-nuding Kandha: Pancen kowe bisa weruh apa wae, lan kowe Kuping, kowe bisa krungu apa wae kang bakal kelakon tangan tak mau kalah mendengar sombongnya mata dan telinga dengan berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk berkata: “memang kamu bisa melihat apa saja dan kamu telinga, kamu bisa mendengar apa sajayang terjadi (ARBNBR, 36,01/02/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang konflik antara anggota

tubuh yang saling menyombongkan diri. Pada bait di atas, gaya bahasa

personifikasi pada kutipan “tangan emoh kalah krungu umuke

mripat”, ‘tangan tidak mau kalah mendengar sombongnya mata’.

Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi

karena tangan adalah benda mati yang merupakan salah satu anggota

tubuh, diibaratkan seperti manusia yang mempunyai telinga untuk

mendengar.

12) Huh, anggepmu Ngono kandhane sikil kanthi ngotot mbegagah Neng ngarepe perangan raga tetelune Kowe kidha ra bisa mingset, mbegegeg ana Papanmu dhewe-dhewe Mula aku luwih penting Huh, anggapanmu seperti itu kata kaki dengan bersikeras

Page 95: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

82

Didepan ketiga anggota badan yang lain Kalian semua tidak bisa kemana-mana, diam ditempatmu masing-masing Maka akulah yang paling penting (ARBNBR, 36,01/02/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang konflik antara anggota

tubuh yang saling menyombongkan diri. Gaya bahasa personifikasi

terdapat pada kutipan “ngono kandhane sikil kanthi ngotot mbegaga ”,

‘seperti itu kata kaki dengan bersikeras’. Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena kaki adalah

benda mati yang merupakan salah satu anggota tubuh, diibaratkan

seperti manusia yang mempunyai mulut untuk berkata.

13) Uteg kang tansah ndelik ing sajroning sirah lan tansah katon lemes kanthi wicaksono nengahi anggone padha regejegan.

otak yang berada di dalam kepala dan tampak lemas dengan bijaksana dalam menengahi keributan (ARBNBR, 36,01/02/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang anggota tubuh yaitu otak

yang sedang menengahi kesombongan anggota badan yang lain. Gaya

bahasa personifikasi terdapat pada kutipan “Uteg kang tansah ndelik

ing sajroning sirah lan tan katon lemes kanthi wicaksono nengahi

anggone padha regejegan”, ‘otak yang berada di dalam kepala tampak

lemas dan bijaksana dalam menengahi keributan. Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena otak adalah

benda mati yang merupakan salah satu anggota tubuh, diibaratkan

seperti manusia yang dapat menengahi kericuhan dalam keributan.

Page 96: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

83

14) Samirana datan lumampah Ron-ronan datan ebah Sepi nyenyet ngelangut angelam-elami Tan ana sabawaning walang ngalisik Kang kapireng among swarane sato saba bengi. angin yang berjalan Daun-daun yang bergoyang Sepi sunyi sedih menyelimuti Yang ada dipenjuru hanya belalang yang bergemisik Yang terdengar hanyalah hewan malam (STRD, 36,01/02/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang suasana hening tengah

malam yang terdengar hanya suara hewan malam dan gemerisik

dedaunan. Penulis seperti merasa bahwa dirinya di dunia ini belum

bisa berbuat baik pada sesama. Gaya bahasa personifikasi terdapat

pada kutipan “samirana datan lumampah”, ‘angin yang berjalan’.

Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi

karena angin adalah benda mati yang tidak dapat dilihat tapi bisa

dirasakan, diibaratkan seperti manusia yang mempunyai kaki untuk

berjalan.

15) Samirana datan lumampah Ron-ronan datan ebah Sepi nyenyet ngelangut angelam-elami Tan ana sabawaning walang ngalisik Kang kapireng among swarane sato saba bengi.

angin yang berjalan Daun-daun yang bergoyang Sepi sunyi sedih menyelimuti Yang ada dipenjuru hanya belalang yang bergemisik Yang terdengar hanyalah hewan malam (STRD, 36,01/02/2014)

Page 97: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

84

Pada kutipan di atas, bercerita tentang suasana hening tengah

malam yang terdengar hanya suara hewan malam dan gemerisik

dedaunan. Penulis seperti merasa bahwa dirinya di dunia ini belum

bisa berbuat baik pada sesama. Gaya bahasa personifikasi terdapat

pada kutipan “ron-ron datan ebah”, ‘daun-daun yang bergoyang’.

Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi

karena daun adalah benda mati, diibaratkan seperti manusia yang dapat

begoyang.

16) Ana suling semendhe gedhek warung Daksaut daksebul mawa napas nglentrih Ngoyak wewayanganmu tumumpang mendhung Sacleraman mesem ginubet sengsem

Ada seruling tergeletak di dinding warung Ku ambil ku tiup dengan nafas lemah lunglai Mengejar bayangmu di atas awan Sekelebat senyuman terikat ketertarikan (LK, 37,11/02/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang sesorang yang sedang

jatuh cinta kepada sang pujaan hati, untuk menggambarkan bahwa

suasana hatinya sedang senang penulis membunyikan seruling itu.

Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kutipan “Ana suling

semendhe gedhek warung Daksaut daksebul mawa napas nglentrih

Ngoyak wewayanganmu tumumpang mendhung Sacleraman mesem

ginubet sengsem”, ‘Ada seruling tergeletak di dinding warung Ku

ambil ku tiup dengan nafas lemah lunglai Mengejar bayangmu di atas

awan Sekelebat senyuman terikat ketertarikan’. Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena suling adalah

Page 98: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

85

benda mati, diibaratkan seperti manusia yang mempunyai kaki untuk

mengejar seseorang.

17) Akasa ngudhal crita kawuri Saka senthong pangimpen ing mangsa... Titi yoni nganti ocehing prenjak parak esuk Pangumbaraning wewayangmu Rinasa nunjem telenging nala Langit bercerita kelam masa silam Dari kamar impian di suatu musim… Sangat sakti sampai ocehan prenjak menjelang pagi Kepergian bayanganmu Terasa menghujam hati (TL, 37,11/02/2014)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang sebuah mimpi yang tidak

tersampaikan karena seseorang yang dikasihi untuk menemani

membangun mimpi bersamanya telah pergi. Gaya bahasa personifikasi

terdapat pada kutipan “akasa ngudhal crita kawuri ”, ‘langit becerita

kelam masa silam’. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya

bahasa personifikasi karena langit adalah benda mati yang merupakan

ruang luas yang terbentang di atas bumi, diibaratkan seperti manusia

yang mempunyai mulut untuk bercerita.

c. Perbandingan atau simile

Perbandingan atau simile adalah kiasan yang tidak langsung.

Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan

digunakan kata-kata seperti, laksana, bak, dan sebagainya. Kadang-

kadang juga tidak digunakan kata-kata pembanding.

Page 99: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

86

Penggunaan gaya bahasa Perbandingan atau simile pada

geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-

Februari 2014 terdapat pada kutipan-kutipan berikut ini.

1) Sasuwene iki jare mung dianggep klilip Jabang bayi lali urip, kebacut-bacut nggone mbarut Kinudang-kudang dadi bujang pindha kidang Keplayu kebat nggayuh drajat pangkat lan semat Selama ini katanya hanya dianggap remang-remang Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur dalam melangkah Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa Berlari kencang mencapai drajat pangkat dan kemuliaan (MPTG, 27,30/11/2013)

Pada bait di atas, bercerita tentang sebuah nasehat kepada

pembaca agar jangan menghina terhadap generasi penerus tetapi

jangan pula melawan tata aturan yang sudah ada serta jangan

mengumbar hawa nafsu, jangan menganggap narapidana tak punya

ilmu atau sopan santun. Gaya bahasa perbandingan atau simile pada

kutipan yang dicetak tebal “Kinudang-kudang dadi bujang pindha

kidang”, ‘Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa’, dikategorikan

gaya bahasa perbandingan atau simile karena pengarang

mengumpamakan seorang remaja diibaratkan rusa yang anggun, gagah

dan dapat berlari cepat supaya dalam kehidupan yang keras ini dapat

bertahan dan berlari mengejar harta dunia serta jabatan. Gaya bahasa

perbandingan atau simile ditunjukkan dengan penggunaan kata

pindha.

2) Sasuwene iki jare mung dianggep klilip Jabang bayi lali urip, kebacut-bacut nggone mbarut Kinudang-kudang dadi bujang pindha kidang

Page 100: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

87

Keplayu kebat nggayuh drajat pangkat lan semat Dialembana dadi raja pindha singa Selama ini katanya hanya dianggap remang-remang Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur dalam melangkah Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa Berlari kencang mencapai drajat pangkat dan kemuliaan Disanjung menjadi raja bagai singa (MPTG, 27,30/11/2013)

Pada bait di atas inti ceritanya sama seperti analisis sebelumnya,

gaya bahasa perbandingan atau simile pada kutipan yang dicetak tebal

“Dialembana dadi raja pindha singa”, ‘disanjung menjadi raja seperti

singa’, dikategorikan gaya bahasa perbandingan atau simile karena

pengarang mengumpamakan seorang diibaratkan singa yang buas dan

pemberani. Gaya bahasa perbandingan atau simile ditunjukkan dengan

penggunaan kata pindha.

3) Kayadene aku kang cendhek, semut uga cilik Nanging, bisa mrambat tekan omag Loteng utawa Menara kang dhuwur Gene samubarang remeh bisa nemu papan utama?!

seperti halnya aku yang pendek, semut juga kecil Tapi, bisa merambat sampai loteng atau menara yang tinggi seperti sesuatu yang remeh bisa menemukan tempat yang utama?! (Lelaku, 28,7/12/2013)

Pada kutipan di atas, bercerita tentang sebuah nasehat kepada

pembaca agar jangan meremehkan suatu hal sekecil apapun karena hal

yang kecil bila disepelekan bisa menjadi hal besar juga. Gaya bahasa

perbandingan atau simile pada kutipan yang dicetak tebal “kayadene

aku kang cendhek, semut uga cilik”, ‘seperti halnya aku yang pendek,

semut juga kecil’. Pada kutipan tersebut dikategorikan gaya bahasa

Page 101: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

88

perbandingan atau simile karena pengarang mengumpamakan aku

(rumput) yang pendek diibaratkan seperti semut yang jg kecil dan

pendek. Gaya bahasa perbandingan atau simile ditunjukkan dengan

penggunaan kata kayadene.

4) Pindhane kembang, aku mung kembang bangah kang wus alum gogrog sadurunge megar maduku wis asat

Bagaikan aku bunga aku hanya bunga bangkai yang sudah layu berguguran sebelum mekar maduku sudah kering (SWP, 29,14/12/2013)

Pada kutipan di atas, menceritakan tentang wanita pekerja seks

komersial yang merasa bahwa hidupnya sudah tak berharga lagi. Gaya

bahasa perbandingan atau simile pada kutipan yang dicetak tebal

“Pindhane kembang, aku mung kembang bangah kang wus alum

gogrog sadurunge megar maduku wis asat”, ‘Bagaikan aku bunga aku

hanya bunga bangkai yang sudah layu berguguran sebelum mekar

maduku sudah kering’. Pada kutipan tersebut dikategorikan gaya

bahasa perbandingan atau simile karena pengarang mengumpamakan

aku (seorang wanita) yang mengibaratkan dirinya seperti bunga

bangkai yang sudah layu berguguran sebelum mekar dan sudah tidak

punya madu. Gaya bahasa perbandingan atau simile ditunjukkan

dengan penggunaan kata pindhane.

5) nanging emane esuk iki mendhung klawu

Page 102: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

89

lagi mayungi atiku nyangking grimis salah mangsa pindha ilining waspa kang wes suwe kemembeng Nggetuni ketiga dawa kang nganti nggrujit Bantala Nyemplah pang-pang aking Tanpa semaya

Tapi sayangnya Pagi ini Mendung kelabu Sedang memayungi hatiku Membawa gerimis yang salah musim Seperti mengalirnya air mata Yang sudah lama tertahan menyesali kemarau panjang yang sampai merobek-robek tanah Mematahkan dahan-dahan kering Tanpa bisa ditahan (CL, 29,14/12/2013)

Pada kutipan di atas, menceritakan tentang kekecewaan dan

kesedihan yang begitu lama di musim kemarau karena si aku gagal

menikah. Merobek-robek tanah itu penggambaran dari karena begitu

panasnya musim kemaru sehingga tanah menjadi pecah-becah bagai

dirobek-robek. Gaya bahasa perbandingan atau simile pada kutipan

yang dicetak tebal “nyangking grimis salah mangsa pindha ilining

waspa”, ‘membawa grimis salah musim seperti bergelinangnya air

mata’. Pada kutipan tersebut dikategorikan gaya bahasa perbandingan

atau simile karena pengarang mengumpamakan grimis yang

diibaratkan seperti keluarnya air mata. Gaya bahasa perbandingan atau

simile ditunjukkan dengan penggunaan kata pindhane.

Page 103: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

90

d. Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan, penyair merasa

perlu melebih-lebihkan hal yang dibanding itu agar mendapatkan yang

lebih saksama dari pembaca. Hiperbola tradisional dapat kita dapati

dalam bahasa sehari-hari seperti : bekerja membanting tulang,

menunggu seribu tahun, hatinya bagai dibelah sembilu, serabut dibagi

tujuh dan sebagainya.

Penggunaan gaya bahasa hiperbola pada geguritan dalam

majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014

terdapat pada kutipan-kutipan berikut ini.

1) Apuranen aku Susuh paleremanku kabesem Mbusak donya kang paweh tentrem Nutupi impen-impen ayem Maafkan aku Sarangkutelah terberangus menghapus dunia yang memberi ketentraman menghalangi impian damai (KMP, 26,23/11/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbol ditunjukkan pada

kutipan “Mbusak donya kang paweh tentrem Nutupi impen-impen

ayem”, ‘menghapus dunia yang memberi ketentraman

menghalangi impian damai’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya

bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-

lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna

yang mendalam. Kutipan di atas menceritakan tentang seekor burung

yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam sangkar sehingga burung

Page 104: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

91

merasa seperti dirinya sudah tidak bisa lagi melihat dunia karena selalu

di dalam sangkar. Burung tersebut juga merasa kecewa dengan

perbuatan manusia yang telah merusak dan itu sama saja menghapus

dunia bagi burung.

2) Sing dak gantung iku bandha kaya Dakkereke ing tugu sinukarta Dimen kabeh padha wanuh Sasuwene iki mung dianggep uwuh Sanajan direwangi adus kringet lan luh Yang ku gantung itu harta benda Ku tinggalkan di alam tugu kekotoran Supaya semuanya selamat Selama ini hanya dianggap sampah Walaupun dengan bermandikan keringat dan air mata (MPTG, 27,30/11/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Sasuwene iki mung dianggap uwuh Sanajan direwangi adus

kringet lan luh”, ‘Selama ini hanya dianggap sampah walau dibantu

mandi keringat dan air mata’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya

bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-

lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna

yang mendalam. Kutipan di atas menceritakan tentang seorang

narapidana yang tinggal menunggu hukuman di tiang gantung, dulu

bergantung pada harta yang kotor, tetapi sekarang bergantung pada

tali gantungan yang menantinya, apapun yang diusahakannya sia-sia

walaupun telah berusaha keras.

3) Regeneg-regeneg klebating bleger wewayanganmu Tansah gawe kaget saben wayah ing rasaku, gumregel Sakkabehing kang dakcandhak ambyar sedalan-dalan ing

Page 105: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

92

Pangangenku, lakak-lakak gumuyumu manawa mlorok Ngadhang gawe pepalang sucining sedyaku, ambeg Watak candhalamu jumlegur angguntur nyeret bledheg Mecah-mecahna langit mbedah bumi panguripanku

Perlahan lahan besar bayangmu Selalu membuat kaget rasaku, gemetar Semua yang ku dapat derai sepanjang jalan dalam angan-anganku, terbahak-bahak tertawamu jika melotot menanti untuk rintangan sucinya niatku, nafas watak kerasmu menggelegar petir dan menyeret petir memecah belah langit membedah bumi penghidupanku (Gandarwa, 28,7/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Mecah-mecahna langit mbedah bumi panguripanku”,

‘memecah belah langit membedah bumi penghidupanku’. Pada

kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan

suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan

suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam. Kutipan di atas

menceritakan tentang penggambaran petir yang sedang menyambar-

nyambar begitu dasyatnya sampai-sampai seperti membelah bumi

kehidupan.

4) Sabar tuwekal, lambaran gegayuhan luhur Nyingkiri cidra, supaya ora cintraka Laku utama njaga aruming asma, sumrambah ing Nusa Bangsa

Sabar tawakal, dasar dari cita-cita yang tinggi Menyingkirkan ketidak setiaan supaya tidak celaka jalan utama menjaga keharuman nama, menyebar di nusa bangsa (Lelaku, 28,7/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Laku utama njaga aruming asma, sumrambah ing Nusa

Page 106: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

93

Bangsa”, ‘jalan utama menjaga keharuman nama, menyebar di

nusa bangsa’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola

karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Kutipan di atas menceritakan tentang perilaku yang baik, jujur dan

bertanggung jawab dapat menjaga nama baik nusa bangsa walaupun

sekecil apapun perbuatan baik tersebut.

5) Aku pengen surup iki ora buthek mengkene Merga wengiku bakal coblong Tangeh keranggeh cahyane rembulan Sing dakgadhang leledhangan aku ingin surup ini tak keruh seperti ini, karena malamku akan semakin hampa Masih jauh untuk menggapai cahaya rembulan Yang ku harapkan membahagiakan hati (CA, 28,7/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Aku pengen surup iki ora buthek mengkene Merga

wengiku bakal coblong”, ‘aku ingin surup ini tak keruh seperti ini,

karena malamku akan semakin hampa’. Pada kutipan tersebut

termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan

yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk

mencapai makna yang mendalam. Kutipan di atas menceritakan

tentang keinginan seseorang agar sore tidak hanya seperti sore yang

lalu, karena seorang sedang menanti datangnya seorang dambaan hati

yang selama ini hampa.

Page 107: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

94

6) Abyor lintang akasa cahya ngrebda nyangking impen babut biru, sinebarayan barieyan impen endah kumawasa ing bumi sepi berkelipbintang di angkasa cahaya sinarnya membawa mimpi tenunan hangat biru, bertebaran berlian Mimpi indah berkuasa di bumi sepi (KP, 29,14/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Babur biru, sinebaran barleyan”, ‘Tenunan biru,

bertebaran berliyan’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa

hiperbola karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan,

dengan membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang

mendalam. Kutipan di atas menceritakan tentang kemewahan sesuatu

sehingga digambarkan menggunakan berliyan.

7) Saben bengi... Dakrewangi thethek neng pinggir ril Mung luru rejeki secuwil, kanggo njejegke kendil

setiap malam... Aku rela untuk mangkal dipinggir ril hanya mencari secuil rejeki, untuk menyambung hidup (SWP, 29,14/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Mung luru rejeki secuwil, kanggO njejegke kendil”, ‘hanya

mencari secuil rejeki, untuk menyambung hidup’. Pada kutipan

tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu

pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu

hal untuk mencapai makna yang mendalam. Kutipan di atas

Page 108: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

95

menceritakan tentang betapa susahnya dalam mencari rezeki untuk

mencukupi kehidupan sehari-hari, sampai-sampai harus menjual diri.

8) nanging emane esuk iki mendhung klawu lagi mayungi atiku nyangking grimis salah mangsa pindha ilining waspa kang wes suwe kemembeng Nggetuni ketiga dawa kang nganti nggrujit Bantala Nyemplah pang-pang aking Tanpa semaya

Tapi sayangnya Pagi ini Mendung kelabu Sedang memayungi hatiku Membawa gerimis yang salah musim Seperti mengalirnya air mata Yang sudah lama tertahan menyesali kemarau panjang yang sampai merobek-robek tanah Mematahkan dahan-dahan kering Tanpa bisa ditahan (CL, 29,14/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Nggetuni ketiga dawa kang nganti nggrujit bantala”,

‘menyesali kemarau panjang yang sampai merobek-robek tanah’.

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Kutipan di atas menceritakan tentang kekecewaan yang begitu lama di

musim kemarau. Merobek-robek tanah itu penggambaran dari karena

Page 109: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

96

begitu panasnya musim kemaru sehingga tanah menjadi pecah-becah

bagai dirobek-robek.

9) Dak kunci katresnan iki Kanthi ngronce tampar dimen ora gagar wigar

kukunci cinta ini

Dengan tali supaya tidak lepas (KK, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Dak kunci katresnan iki”, ‘kukunci cinta ini’. Pada kutipan

tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu

pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu

hal untuk mencapai makna yang mendalam. Kutipan di atas bermakna

bahwa penulis sudah meyakini satu cintanya untuk selamanya sehingga

digambarkan cintanya sudah dikunci agar tidak tertarik pada yang lain.

10) Ati angluh tumiyung Anguk-anguk sapinggiring jurang cerung Nglanga memala ing klakon hatiku luluh lantah, hampir jatuh di pinggir jurang curam

Menelan dosa dalam perbuatan yang semakin gila (MK, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Ati angluh tumiyung Anguk-anguk sapinggiring jurang

cerung”, ‘hatiku luluh lantah, hampir jatuh di pinggir jurang curam’.

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Page 110: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

97

Kutipan di atas menceritakan perasaan seseorang yang hatinya sedang

tidak menentu yaitu dengan menggunakan kalimat hatiku luluh lantah.

Hati yang luluh lantah dan bagaikan akan jatuh di jurang yang curam,

dengan kalimat itu sangat menggambarkan makna yang sangat

mendalam pada puisi tersebut.

11) Saben dina aku sara Saraning ana ing kalbuku Sang dewangkara teturu Tanpa madhangi atiku Setiap hari aku sengsara Sengsara ada di hatiku Sang Matahari tertidur Tanpa menerangi hatiku (NA, 30,21/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Saben dina aku sara Saraning ana kalbuku”, ‘setiap hari

aku sengsara sengsaranya ada dalam kalbuku’. Pada kutipan tersebut

termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan

yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk

mencapai makna yang mendalam menggunakan kalimat ”setiap hari

aku sengsara”. Kalimat tersebut mengandung makna seakan-akan

setiap hari hidupnya sengsara padahal ini hanya penggambaran bahwa

disetiap harinya penulis belum ada seorang pendamping yang

menemaninya.

12) Jalaran wiji katresnan kang ndak tanem, ana jero taman atimu wus kudu punthes sadurunge nuwuhake kembang-kembang kang endah

Page 111: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

98

karena benih-benih cinta yang kutanam, di dalam taman hatimu harus patah sebelum bertumbuhnya bunga-bunga yang indah (PITM, 31,28/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “jalaran wiji katresnan kang dak tanem ana jero taman

atimu”, ‘karena benih-benih cinta yang kutanam, di dalam taman

hatimu’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam

menggunakan kalimat ”jalaran wiji katresnan kang dak tanem ana

jero taman atimu”. Kalimat tersebut menceritakan bahwa begitu masih

awalnya pendekatan antara penulis dengan orang yang dituju dan

menggambarkan banyak rasa yang sebenarnya akan ditanam agar

tumbuh. Rasa-rasa tersebut diibaratkan dengan sebuah pohon.

13) Dak pecaki lurung-lurung panguripan Menawa wae isih ana sing gelem andum rasa adil Marang aku lan kowe kutapaki lorong-lorong kehidupan mungkin saja masih ada yang mau membagi rasa adil terhadap aku dan kamu (ESG, 31,28/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Dak pecaki lurung-lurung panguripan”, ‘kutapaki lorong-

lorong kehidupan, di dalam taman hatimu’. Pada kutipan tersebut

termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan

yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk

Page 112: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

99

mencapai makna yang mendalam menggunakan kalimat ”Dak pecaki

lurung-lurung panguripan”. Kalimat tersebut menceritakan bahwa

penulis masih menunggu harapan rasa adil dengan menjalani hari demi

hari yang di geguritan tersebut digambarkan dengan kalimat Dak

pecaki lurung-lurung panguripan.

14) Ya, pancena aku sarujuk, nimas Menawa jenengku lan jenengmu tinulis jejer ing mega-mega kae kang katon putih memplak kadya kapas kang ngrenggani langit biru indah edi peni dinulu Ya, memang aku setuju, nimas kalau namaku dan namaku tertulis berjajar di awan-awan itu yang terlihat putih bersih seperti kapas yang nampak di langit biru (sarujuk, 31,28/12/2013)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Menawa jenengku lan jenengmu tinulis jejer ing mega-

mega iku”, ‘kalau namaku dan namaku tertulis berjajar di awan-

awan itu’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola

karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam

menggunakan kalimat “kalau namaku dan namaku tertulis berjajar

di awan-awan itu”. Bait tersebut menceritakan bahwa aku (penulis)

akan mempunyai kehidupan bersama seorang calon istri yang akan

dijalaninya dengan bahagia. Kalimat tersebut di lukiskan dengan kata-

kata kalau namaku dan namaku tertulis berjajar di awan-awan itu.

Page 113: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

100

15) Nganti mengko tumiba Ana jurange siksa Sapa bakal kuwawa nduwa Yen wis tekan titi mangsa Sampai nanti tiba ada jurang siksa siapa yang bisa menghalangi kalau telah tiba waktunya (TM, 32,4/1/2014)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Nganti mengko tumiba Ana jurange siksa”, ‘Sampai nanti

tiba ada jurang siksa’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa

hiperbola karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan,

dengan membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang

mendalam. Di bait tersebut penulis menceritakan akan adanya hari

pembalasan bagi mereka yang suka berbuat jahat dengan

sesama,membuat susah orang lain dan meninggalkan budi pekerti akan

ada balasan berupa siksa yang mendalam maka penulis

menggambarkan dengan Nganti mengko tumiba Ana jurange siksa.

16) Dak oyak playune awang-awang klawu ing atimu Sumurup ing pethithing sore Kang wus wiwit samar-samar Mau awan mentas wae dak untabake Atimu kabur kukejar bayang-bayang semu di hatimu terbenam diujung sore yang telah mulai samar-samar Siang tadi baru saja kuungkapkan hatimu pergi (GR, 33,11/1/2014)

Page 114: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

101

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Dak oyak playune awang-awang klawu ing atimu”,

‘kukejar bayang-bayang semu di hatimu’. Pada kutipan tersebut

termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan

yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk

mencapai makna yang mendalam. Di kalimat tersebut menceritakan

yang dialami penulis yang hanya bisa membayangkan gadis pujaannya

karena cintanya bertepuk sebelah tangan, penulis menggambarkan

keadaan tersebut dengan kata-kata kukejar bayang-bayang semu di

hatimu.

17) Merga ati wus kabuntel dening nafsu-nafsu angkara Sing tansah ngambra-ambra tekan kana-kana karena hati telah tertutup dengan nafsu-nafsu jahat yang telah menyebar kemana-mana (kemaruk, 33,11/1/2014)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Merga ati wus kabuntel dening nafsu-nafsu angkara Sing

tansah ngambra-ambra tekan kana-kana”, ‘karena hati telah

tertutup dengan nafsu-nafsu jahat yang telah menyebar kemana-

mana’. Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Di kalimat tersebut penulis menceritakan keadaan hati manusia yang

telah dipenuhi sifat jahat karena terpengaruh harta dunia, maka penulis

Page 115: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

102

menggambarkan dengan kata-kata Merga ati wus kabuntel dening

nafsu-nafsu angkara Sing tansah ngambra-ambra tekan kana-kana.

18) Tekane pancen ngagetake pengangen Apa maneh praupan sing tansah beda Esemmu sing ndudut lelamunan lawas Kalane teka dadakan ngranuhi Kowe banjur crita kanthi nglangut Datangnya memang mengagetkan lamunan Apa lagi raut wajah yang beda senyummu yang menyadarkan dari lamunanku kadang kala datang tanpa diduga kau lalu bercerita dengan sedih (ngrangu, 34,18/1/2014)

Pada kutipan di atas, gaya bahasa hiperbola ditunjukkan pada

kutipan “Apa maneh praupan sing tansah beda Esemmu sing ndudut

bayangmu di hari lalu”, ‘Apa lagi raut wajah yang beda senyummu

yang menyadarkan dari lamunanku’. Pada kutipan tersebut

termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan

yang melebih-lebihkan, dengan membesar-besarkan suatu hal untuk

mencapai makna yang mendalam. Di kalimat tersebut menceritakan

penulis saat membayangkan senyuman sang wanita pujaan hingga

sadar bahwa sang wanita sudah pergi, sehingga penulis menuliskan

kalimat dengan kata-kata Apa maneh praupan sing tansah

beda,Esemmu sing ndudut bayangmu di hari lalu.

19) Sapa kae methik sekar cempaka Ruruh pasuryane ngelingake endahe ketawang puspawarna Iki ilusi apa impen aku ora perduli Patrapku dak oyak nglamar lelewane siapa itu yang memetik bunga cempaka raut wajahnya mengingatkanku indahnya warna warni bunga

Page 116: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

103

Ini ilusi atau hanya mimpi aku tak perduli inginku mengejar bayangan dirinya (SC, 34,18/1/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Di kalimat tersebut penulis menceritakan tekad kuat saat mengejar

wanita impiannya hingga tidak bisa bisa membedakan antara bayangan

dengan kehidupan nyata, sehingga penulis menuliskan dengan kata-

kata Iki ilusi apa impen aku ora perduli Patrapku dak oyak nglamar

lelewane.

20) Nalika solah bawa wis bisa micara Nalika tingkah laku wis dadi wakiling rasa Kang ora kawetu lan mung kandheg ana dhadha Nalika tresna wis mawujud dadi laku Lan rasa kang padha wis kawaca saka bening netramu Ukara saka lathi wis ora perlu maneh kanggoku ketika tingkah laku telah berbicara, ketika tingkah laku telah mewakili rasa yang tak bisa keluar dan terhenti di dada ketika cinta sudah berwujud menjadi perbuatan dan rasa yang sama telah terbaca dari bening matamu kata-kata dari bibir tak perlu lagi bagiku (EIWW, 35,25/1/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Di kalimat tersebut penulis menceritakan saat berjumpa dengan

kekasihnya lebih nyaman dengan bahasa isyarat daripada

menggunakan bahasa verbal yang diwakili oleh bibir, penulis

Page 117: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

104

menggambarkan keadaan itu dengan kata-kata Lan rasa kang padha

wis kawaca saka bening netramu, Ukara saka lathi wis ora perlu

maneh kanggoku.

21) Nadyan nganti tekan tengahe ratri Ora kendhat nggonku tansah nganti-anti Peparing sih nugrahaning Gusti Nyadong rezeki pating tlethik riwis-riwis Saka langite katresnan edi Walau sampai tengahnya malam Tak putus untukku mmenanti Pemberian dari Tuhan Meminta rizki sedikit demi sedikit dari langitnya penuh cinta (TR, 35,25/1/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Penulis menceritakan saat berdoa di tengah malam berharap tidak

berlebihan serta mensyukuri nikmat yang turun dari langit karena

Tuhan akan senantiasa mendengar setiap doa hambanya apabila berdoa

dan berusaha sunggug-sungguh, penulis melukiskan keadaan itu

dengan kata-kata Nyadong rezeki pating tlethik riwis-riwis, Saka

langite katresnan edi.

22) Nalika semana ati iki bungah, amarga tresna kang ngrembaka ati iki madhep manteb milih priya kang dadi sigaraning nyawa

ketika itu hati ini bahagia, karena cinta yang bersemi hati ini mantab memilih lelaki

Page 118: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

105

yang menjadi belahan jiwa (NS, 36,01/02/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Penulis menceritakan saat mengalami jatuh cinta seperti, hati sang

penulis seperti suasana saat musim semi, sehingga penulis

mengutarakannya dengan kalimat Nalika semana ati iki bungah,

amarga tresna kang ngrembaka.

23) Jagad raya panci wanci dalu Surem kalem kang kadulu Lintang rembulan kinemulan ing mendhung ngendhahanu jagad raya memang pada malam hari Suram kelam yang terlihat bintang rembulan yang diselimuti awan yang berarak (STRD, 36,01/02/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Di bait tersebut penulis menceritakan suasana di malam hari yang

gelap gulita serta bintang dan rembulan ditutupi oleh awan, sehingga

penulis menggunakan kata-kata Surem kalem kang kadulu,Lintang

rembulan kinemulan ing mendhung ngendhahanu.

24) Daktulis layang kangen srengenge sore Mendhung buthek metha ukara Dakjentrek ing dluwang kumel Ginawe gurit blebering jiwa Kutulis surat rindu sore hari

Page 119: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

106

mendung gelap menyambung rasa ku rangkai di kertas kumal untuk membuat kata ungkapan jiwa (LK, 37,08/02/2014

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Di kalimat tersebut penulis menceritakan rasa rindunya seperti

mendung karena belum mengetahui rasa rindunya akan terbalas atau

tidak, penulis menggambarkan situasi itu dengan kata-kata Mendhung

buthek metha ukara, mendung gelap menyambung rasa.

25) Pangumabaraning wewayanganmu, rinasa nunjem telenging nala anglega cetha tumeka candhikala dak sawang kanthi ati gothang nyuwek mbaka siji cathetaan lawas angeruk turahan tresna saka lelakon kapungkur

kepergianmu terasa menghujam hati Terlihat jelas datang saat sore hari Ku tatap dengan hati kosong Menyobek satu per satu catatan lama Mengeruk sisa cinta saat masa silam (TL, 37,08/02/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena

merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan, dengan

membesar-besarkan suatu hal untuk mencapai makna yang mendalam.

Di kalimat tersebut penulis menceritakan rasa sedih yang mendalam

karena ditinggal seseorang sehingga penulis melukiskannya dengan

Page 120: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

107

kata-kata Pangumabaraning wewayanganmu, rinasa nunjem telenging

nala.

e. Ironi

Dalam puisi pamflet, demontrasi, dan kritik sosial, banyak

digunakan ironi yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk

memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan

sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk

menyindir atau mengeritik. Jika ironi haru mengatakan kebalikan dari

apa yang hendak dikatakan, maka sinisme dan sarkasme tidak. Tapi

ketiga-tiganya mempunyai maksud yang sama, yakni untuk

memberikan kritik atau sindiran. Penggunaan gaya bahasa hiperbola

pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November

2013-Februari 2014 terdapat pada kutipan-kutipan berikut ini.

1) Arep nata ngowahi uwis kliwat lemah sing loh kali sing resik banyu sing bening ora bisa ditemokake ing donya kang wis clorang-cloreng iki

mau menata membenahi sudah terlambat tanah yang subur sungai yang bersih air yang jernih sudah tidak ditemukan di dunia yang telah tercoret-coret (donyaku, 34,18/02/2014)

Pada kutipan tersebut termasuk kategori gaya bahasa ironi

karena ungkapan tersebut mengandung makna sindiran terhadap

seseorang yang yang merusak bumi. Kutipan tersebut menceritakan

tentang sindiran seseorang yang merasa kecewa karena bumi telah

dirusak sedemikian rupa hingga dunia sudah terlambat untuk

dibenahi.

Page 121: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

108

2) Kula parinem saking ndesa rumiyin mbatur dhateng paduka rumaos mongkog lan ngempek mulya, mboten nyono jebul kula ngenger ing priyayi durjana , kulatan saged tilem miring pawarta bilih paduka cidra mring amanahing para kawula

saya parinem dari desa dulu mengabdi kepada tuan, merasa bangga dan merasa mulya , tidak kusangka ternyata saya mengabdi di pejabat jahat saya tidak bisa tidur mendenga beritakalau tuan membohongi nterhadap amanah rakyat (LBK, 31,28/12/2013)

Pada kutipan tersebut termasuk kategori gaya bahasa ironi

karena ungkapan tersebut mengandung makna sindiran terhadap

seseorang pejabat yang telah korupsi. Kutipan tersebut

menceritakan tentang sindiran seseorang yang merasa kecewa

karena tuannya yang seorang pejabat ternyata korupsi ,menciderai

amanat rakyat.

3) Sliramu kang banget tak tresnani sliramu kang ora tau lali tansah tuhu ngenteni tansah setya ing janji ananging kena apa sliramu ninggalke aku agawe miris lan kekesing ati apa iki pacoban saka gusti

dirimu yang kucinta, dirimu yang tak pernah kulupakan selalu setia menanti dengan setianya janji tapi kenapa dirimu meninggalkan aku membuat miris dan lemah hatiku apa ini ujian dari Tuhan (IT, 26,23/11/2013)

Pada kutipan tersebut termasuk kategori gaya bahasa ironi

karena ungkapan tersebut mengandung makna sindiran terhadap

seseorang yang kesetiaannya berubah menjadi suatu penghianatan.

Kutipan tersebut menceritakan tentang sindiran seseorang yang

merasa kecewa karena kesetiaanya dibalas dengan penghianatan.

Page 122: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

109

f. Sinekdoce

Sinekdoce adalah semacam bahasa figuratif yang

mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan

keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk

menyatakan sebagian (totem pro parte). Penggunaan gaya bahasa

sinekdoce proteron pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi

26-37 November 2013-Februari 2014 terdapat pada kutipan-kutipan

berikut ini.

1) Totem pro parte

a) Sabar tuwekal, lambaran gegayuhan luhur Nyingkiri cidra, supaya ora cintraka Laku utama njaga aruming asma, sumrambah ing Nusa Bangsa Sabar tawakal, dasar dari cita-cita yang tinggi Menyingkirkan ketidak setiaan supaya tidak celaka jalan utama menjaga keharuman nama, menyebar di nusa bangsa (Lelaku, 28,7/12/2013)

Kutipan tersebut dikatogorikan sebagai gaya bahasa

sinekdoce totem pro parte yaitu kata sumambrah nusa lan bangsa

sebagai pengganti nama sebagian daerah di nusantara. Kutipan

tersebut menceritakan tentang seseorang yang harus menjaga nama

baik demi nusa dan bangsa.

2) Pars pro toto

a) Wus ora kapetung kaping pira sujud ing sajadah Mu

Page 123: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

110

tak dapat dihitung berapa kali sujud di sajadah Mu (sujud, 26,23/11/2013)

Pada kutipan tersebut termasuk gaya bahasa sinekdoce

pars pro toto yaitu pada kata sujud menyebutkan sebagian dari

sholat sebagai pengganti nama atau mewakili keseluruhan dari

sholat. Kutipan tersebut menceritakan tentang sesorang yang

telah melakukan ibadah sholat yang tak dapat lagi dihitung

tetapi belum mengetahui makna dari ibadah sholat tersebut.

2. Nilai Pendidikan moral pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang

edisi 26-37 November 2013-Februari 2014

Nilai pendidikan moral nilai yang berkaitan dengan tingkah laku atau

budi pekerti manusia yang baik dan buruk agar menjadi pribadi yang baik.

Ajaran moral dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan

manusian mencakup hubungan antara manusia dengan diri sendiri,

manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan Tuhannya.

Nilai pendidikan moral pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang

edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 terdapat pada kutipan-kutipan

berikut ini.

a. Hubungan manusia dengan diri sendiri

1) sing dak gantung iku nasib dudu aib sasuwene iki jare mung dianggep klilip Jabang bayi lali urip, kebacut-bacut nggone mbarut Kinudang-kudang dadi bujang pindha kidang Keplayu kebat nggayuh drajat pangkat lan semat

Page 124: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

111

Yang ku gantungkan itu nasib Bukan aib Selama ini katanya hanya dianggap remang-remang Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur dalam melangkah Digadang-gadang menjadi remaja bagai rusa Berlari kencang mencapai drajat pangkat dan kemuliaan (MPTG, 27,30/11/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang kesadaran seseorang bahwa

di dunia ini juga bergantung pada nasib yang telah digariskan. Nilai

pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan diri sendiri

ditunjukkan pada kutipan “sing dak gantung iku nasib” ‘Yang ku

gantungkan itu nasib’. Kutipan tersebut mengajarkan bahwa kita harus

sadar apa yang kita lakukan di dunia ini telah digariskan oleh sang

pencipta, tergantung kita mau ikhtiar dan berusaha atau tidak dalam

memperbaiki kehidupan.

2) pancen uripku kebak cangkriman nanging urip tetep lumaku kaya lakuku sing tanpa kesel ngunggahi pucuk gunung embuh tekan ngendi Memang hidupku ini penuh dengan teka-teki Tapi hidup tetap berjalan Seperti jalanku yang tanpa lelah Mendaki pucuk gunung Entah sampai mana ujungnya (AIPG, 29, 14/12/2013)

Nilai pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan diri

sendiri ditunjukkan pada kutipan “pancen uripku kebak cangkriman

nanging urip tetep lumaku kaya lakuku sing tanpa kesel ngunggahi

pucuk gunung embuh tekan ngendi’. Kutipan tersebut mengajarkan

tentang kepasrahan dalam menjalani kehidupan. Jika manusia

Page 125: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

112

menginginkan sesuatu maka mereka harus berusaha untuk

mendapatknya jangan patah semangat. Setelah berusaha dengan

maksimal lalu pasrah menunggu hasilnya.

3) kanggo sangu mecaki urip sing kebak dalan-dalan rumpil kebak coba lan panggoda kebak pitenah lan pandakwa ala ya wis ben kudu bisa tinampa kanthi legawa pasrah sumarah gumregah ngranggeh pengarep Untuk bekal menjalani hidup Yang banyak jalan yang berliku Banyak cobaan dan godaan Banyak fitnah dan hujatan Ya sudah memang harus diterima dengan lapang dada Pasrah dan tawakal dalam menggapai cita (TR, 35, 25/01/2014)

Nilai pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan

diri sendiri ditunjukkan pada kutipan “ya wis ben kudu bisa

tinampa kanthi legawa pasrah sumarah gumregah ngranggeh

pengarep’. Kutipan di atas mengajarkan tentang kepasrahan

dalam menjalani kehidupan yang terkadang berjalan tidak selalu

sesuai dengan yang kita harapkan. Oleh karena itu, apabila terjadi

kejadian yang mengecewakan dalam hidup itu merupakan

ketentuan Yang Maha Kuasa, sehingga harus diterima dengan

keiklasan karena dibalik semua kejadian itu pasti ada hikmahnya.

4) nalika lintang ing angkasa isih bisa paring cahya tumrap manungsa nalika iku uga aku bisa ngrasa bungah nalika kukila isih bisa ngoceh kanthi swanten kang endah nalika iku uga aku bisa ngrasa ati ayem lan tentrem Saat bintang di langit

Page 126: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

113

Masih bisa member cahaya terhadap manusia Ketika itu juga aku merasa bahagia Ketika burung bisa besiul dengan suara yang indah Ketika itu juga aku bisa merasa hati yang tenang dan tentram (NS, 36, 01/02/2014)

Nilai pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan diri

sendiri ditunjukkan pada kutipan “nalika lintang ing angkasa isih bisa

paring cahya tumrap manungsa nalika iku uga aku bisa ngrasa

bungah nalika kukila isih bisa ngoceh kanthi swanten kang endah

nalika iku uga aku bisa ngrasa ati ayem lan tentrem’. Kutipan

tersebut mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak harus menggunakan

uang atau harta dunia, kebahagiaan cukup selalu bersyukur masih bisa

diberikan hidup, melihat bintang di angkasa, merasakan hangatnya

cahaya matahari dan mendengar kicauan burung yang merdu.

b. Hubungan manusia dengan manusia lain

1) ananging kena apa sliramu ninggalke aku agawe miris lan kekesing ati apa iki pacoban saka Gusti apa iki kang dadi nasib tresnaku kudu pisah mring sliramu tapi mengapa dirimu meninggalkanku membuat miris dan lemah hatiku apa ini ujian dari Tuhan apa ini yang menjadi nasib cintaku harus pisah denganmu (IT, 26, 23/11/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang seorang kecewa karena

telah ditinggalkan oleh kekasihnya tapi ia masih mempunyai perasaan

cinta dan kasih. Nilai pendidikan moral khususnya hubungan manusia

dengan manusia lain ditunjukkan pada kutipan “ananging kena apa

Page 127: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

114

sliramu ninggalke aku agawe miris lan kekesing ati”. Kutipan

tersebut mengajarkan bahwa walaupun orang lain menyakiti tapi tetap

harus sabar dan ikhlas. Ingat bahwa semua yang terjadi pada manusia

adalah sudah menjadi kehendak dari Tuhan. Apabila ikhlas dan sabar

niscaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk umatNya.

2) kancing katresnan ora mung mawar biru utawa ali-ali kang rinonce ing astamu dak kunci katresnan iki kanthi ngronce tampar dimen ora gagar wigar Kunci cinta Tidak hanya mawar biru Atau cincin yang melingkar di jarimu Ku kunci cintaku ini Dengan tali supaya tidak lepas ( KK, 30, 21/12/2013)

Nilai pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan diri

sendiri ditunjukkan pada kutipan “kancing katresnan ora mung mawar

biru utawa ali-ali kang rinonce ing astamu dak kunci katresnan iki

kanthi ngronce tampar dimen ora gagar wigar’. Kutipan tersebut

mengajarkan tentang keyakinan kepada diri sendiri kalau tidak akan

mencari cinta yang lain karena telah mengikat janji suci pada gadis

pujaan hatinya, tidak perlu bergonta-ganti pasangan dan cinta tidak

diukur melalui sebuah cincin ataupun bunga namun cinta itu keyakinan.

3) lintang panjerina kang jumedhul ing wektu iku dadi lintang kang pungkasan kanggoku lan sliramu jalaran wiji-wiji katresnan kang ndak tanem ana jero taman atimu wes kudu punthes sadurunge nuwuhake kembang-kembang kang endah Bintang bersinar yang muncul diwaktu itu

Page 128: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

115

Menjadi bintang terkhir untukku untukmu Karena benih-benih cinta yang kutanam didalam hatimu Sudah harus patah sebelum menumbuhkam yang indah (PITM, 31, 28/12/2013)

Nilai pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan diri

sendiri ditunjukkan pada kutipan “lintang panjerina kang jumedhul ing

wektu iku dadi lintang kang pungkasan kanggoku lan sliramu jalaran

wiji-wiji katresnan kang ndak tanem ana jero taman atimu wes kudu

punthes sadurunge nuwuhake kembang-kembang kang endah”. Kutipan

di atas menceritakan tentang seorang yang kecewa karena cintanya

yang tidak diterima. Nilai pendidikan moral khususnya hubungan

manusia dengan manusia lain yang dapat diambil yaitu dalam cerita ini

aku (penulis) tetap terus menjalani kehidupannya walau luka dalam hati

yang dirasakan.

4) nuwun sewu, bendara sareng serat punika kula kintun arta dhateng paduka upah nggennya kawula ngabdi bendara pitung taun lawasnya Permisi tuan Bersama datangnya surat ini Saya mengembalikan uang terhadap tuan Upah saya mengabdi kepada tuan Tujuh tahun lamanya (LBK, 31, 28/12/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang seorang pembantu yang

mempunyai majikan seorang koruptor, dalam cerita ini pembantu

tersebut mengembalikan uang gajinya kepada majikannya karena ia

tahu bahwa uang majikannya adalah uang haram. Nilai pendidikan

Page 129: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

116

moral khususnya hubungan manusia dengan manusia lain yang dapat

diambil yaitu kita juga harus tahu asal usul uang yang didapat itu halal

atau tidak. Jangan tergoda dengan uang yang banyak namun tidak halal.

5) ya, pancena aku sarujuk, nimas menawa jenengku lan jenengmu tinulis jejer ing mega-mega kae kang katon putih memplak kadya kapas kang ngrenggani langit biru indah edi peni dinulu Ya aku memang setuju padamu sayang Kalau namamu dan namamu tertulis sejajar di mega-mega itu Yang terlihat putih bersih Kapas yangbersih di langit biru Indah terlihat (sarujuk, 31, 28/12/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang sepasang kekasih yang akan

melanjutkan hubungannya ke jenjang yang lebih serius. Nilai

pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan manusia lain

yang dapat diambil yaitu kesetiaan dalam hubungan itu penting agar

hubungan percintaan yang dijalani berakhir dengan indah dan bahagia

seperti pada puisi sarujuk tersebut.

6) Esem sandhuwure guritan Kaya maca sasmita kang tinulis ing antarane langit sorre dak pecaki lurung-lurung panguripan menawa wae isih ana sing gelem andum rasa adil marang aku lan kowe Senyum di atas puisi Seperti membaca pertanda yang ditulis diantara langit sore Kutapaki lorong-lorong kehidupan Kalau saja masih ada yang mau berbagi rasa adil Terhadap aku dan kamu (ESG, 31, 28/12/2013)

Page 130: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

117

Kutipan di atas menceritakan tentang keluh kesah yang dialami

sepasang suami istri yang masih berusaha mencari rejeki demi

mencukupi kehidupan sehari-hari. Nilai pendidikan moral khususnya

hubungan manusia dengan manusia lain yang dapat diambil yaitu tetap

berusaha bersabar dan semangat dalam menjali hidup karena dunia

masih terus berputar dan Tuhan pasti akan menolong hambaNya yang

mau berusaha dan berdoa.

7) muga aja ana panduwa bab atiku sing nglanglang pambagyaku kanggo sliramu kang isih perduli nampa ngenteni ing wayah sore semoga saja jangan ada pendua di hatiku lagi bagimu yang masih perduli kepadaku masih menerima menunggu di waktu sore (ngrangu, 34, 10/01/2014)

Kutipan di atas menceritakan tentang kekecewaan seseorang

karena telah di duakan oleh pasangannya, walaupun sudah meminta

maaf tapi pebuatannya tetap membuat bekas luka di hatinya. Nilai

pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan manusia lain

yang dapat diambil yaitu jadilah manusia yang baik maka akan

mendapat pasangan yang baik pula.

8) nanging kabeh mau wus liwat uripku kepenak mung nalika semana atiku krasa bungah uga gur wektu wektu semana saiki jroning dhadha anane mung lara lan kuciwa sigaraning nyawa iya kasebut garwa mindhah ati dhateng Kenya liya Tetapi semua itu sudah terlambat Hidupku damai hanya saat itu

Page 131: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

118

Hatiku measa bahagia juga hanya saat itu Sekarang didalam dada yang ada hanyalah sakit dan kecewa Belahan jiwa yang ku sebut suami Berpaling hati dengan wanita lain (NS, 36, 01/02/2014)

Pada kutipan di atas, niali pendidikan moral ditunjukkan pada

kutipan “sigaraning nyawa iya kasebut garwa mindhah ati dhateng

Kenya liya”. Kutipan di atas menceritakan tetang rasa sakit hati seorang

wanita yang ditinggal suamiya dengan wanita lain. Berdasarkan kutipan

di atas nilai pendidikan moral khususnya hubungan dengan orang lain

yang dapat diambil adalah dalam menjalin sebuah hubungan percintaan

harus senantiasa menjaga kesetiaan. Suatu hubungan yang dilandasi

dengan kesetiaan akan langgeng dan sebaliknya jika tidak dilandasi

kesetiaan maka hubungan tersebut akan mudah hancur. Hal tersebut

bisa terjadi karena adanya perselingkuhan yang akan menimbulkan rasa

kekecewaan dan sakit hati bagi pihak yang ditinggalkan.

9) o kangen sing peplayon ijen teka angel dakluru jembare wektu kesingkur o kangen sing ndelik kebonan suwung karo sapa sliramu ngranti tekaku O rinduyang berlari sendiri Datang susah ku cari diwaktu luang O rindu yang sembunyi di kebun kosong Bersama siapa kau menanti diriku datang (LK, 37, 08/02/2014)

Kutipan di atas menceritakan tetang penantian dan rasa kangen

kepada seseorang namun hanya cinta dalam hati saja. Berdasarkan

kutipan di atas nilai pendidikan moral khususnya hubungan dengan

orang lain mengajarkan bahwa dalam usaha untuk mendapatkan sebuah

Page 132: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

119

cinta dari seorang itu membutuhkan sebuah kesabaran dan perjuangan.

Kesabaran dan perjuangan yang dilakukan seseorang akan

membuahkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

10) rampungna rasamu ati iki wis darbe rasa liya tan bisa kok ranggeh maneh ron garing sumadya nyandhet karepmu ing kene dak punthes sunggingmu! Selesaikanlah rasamu Hati ini sudah mempunyai rasa lain Yang tak bisa ku gapai lagi Daun kering menghalangi inginmu Disini ku potong senyummu! (TL, 37, 08/02/2014)

Kutipan di atas menceritakan tetang kekecewaan karena cinta.

Berdasarkan kutipan di atas nilai pendidikan moral khususnya

hubungan dengan orang lain mengajarkan bahwa dalam suatu hubungan

harus ada salah satu dari mereka yang tegas agar hati yang telah disakiti

tidak terus menerus disakiti. Jika memang sudah tidak cocok disudahi

saja.

11) o anak putu, biraten angen tumlawung tipak sejarah aja nganti suwung bumi pindaka aja nganti diregedi nepsu-nepsu murahan ora mbejaji nyendhal ati! O anak cucu, hilang angan terdengar dari kejauhan Jejak sejarah jangan sampai kosong Bumi tempat berpijak jangan sampai dikotori Nafsu murahan tak terpuji Menyayat hati! (megatruh, 37, 08/02/2014)

Page 133: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

120

Kutipan di atas menceritakan tentang usaha seseorang dalam

melestarikan kebudayaan lama di zaman yang modern karena bumi

yang telah dipenuhi dengan manusia-manusia yang hanya

mementingkan hawa nafsunya untuk kepentingan sendiri. Nilai

pendidikan moral ditunjukkan pada kutipan “o anak putu, biraten

angen tumlawung tipak sejarah aja nganti suwung bumi pindaka aja

nganti diregedi nepsu-nepsu murahan ora mbejaji nyendhal ati!”.

Kutipan tersebut mengajarkan bahwa dalam mengerjakan sesuatu harus

didasari dengan niat yang ikhlas tanpa mengharapkan suatu imbalan

dari orang lain dan usaha yang dilakukan itu tidak hanya bermanfaat

untuk diri sendiri tetapi juga data bermanfaat untuk orang lain juga.

c. Hubungan manusia dengan Tuhannya

1) ing jero winatesing kurungan kidung dongaku ngumandhang kapan Gusti bakal paring pepadhang saka tangan-tangan kang brangasan Didalam terbatasnya sangkar Panjatann doa ku ungkapkan Kapan tuhan memberi petunjuk dari tangan-tangan jahil (KMP, 26, 23/11/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang sebuah doa dari penulis

agar orang-orang yang berbuat tidak baik di sadarkan karena sudah

tidak mempan lagi dengan aturan-aturan yang dibuat manusia. Nilai

pendidikan moral ditunjukkan pada kutipan “kidung dongaku

ngumandhang kapan Gusti bakal paring pepadhang saka tangan-

tangan kang brangasan”. Kutipan tersebut mengajarkan bahwa dalam

Page 134: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

121

mengerjakan sesuatu apalagi sesuatu yang tidak baik harus ingat bahwa

Allah itu maha melihat.

2) o sujud kudune tetep jejeg ora gampang keblinger satengahe jaman saya cepet nggone mubeng kudu cekelan kenceng paugerane illahi Sujud harus tetap lurus Tidak gampang terpengaruh Waktu cepat berlalu Harus berpegang pada aturan illahi (Sujud, 26, 23/11/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang mahluk hidup pasti dalam

hidupnya mengalami pasang surut keimanannya apalagi manusia

dianugerahi akal pikiran dan nafsu. Nilai pendidikan moral khususnya

hubungan manusia dengan Tuhannya ditunjukkan pada kutipan “o

sujud kudune tetep jejeg ora gampang keblinger satengahe jaman saya

cepet nggone mubeng kudu cekelan kenceng paugerane illahi”. Kutipan

tersebut mengajarkan bahwa manusia pasti selalu digoda oleh setan

agar menjauhi semua perintah dan kewajiban Allah, maka agar tidak

mudah tergoda harus selalu membenahi setiap ibadah yang kerjakan

dan delalu berpegang pada aturan illahi.

3) kinanthen tulusing galih kang wening prasaja, golong gilinging tekad kang manunggal sucining sedya kang tansah rinegem ing sajroning dhadha, sumarah mring panguwasaning Sang Hyang Maha Wasesa Dengan tulusnya hati yang bening mulia Bersatunya tekat yang menyatu Sucinya tekad yang tergenggam didalam dada Pasrah terhadap penguasa sang maha hidup (AKAP, 27, 30/11/2013)

Page 135: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

122

Kutipan di atas menceritakan tentang dalam melakukan sesuatu

harus disertai hati yang tulus bening mulia. Nilai pendidikan moral

khususnya hubungan manusia dengan Tuhannya ditunjukkan pada

kutipan “kinanthen tulusing galih kang wening prasaja, golong

gilinging tekad kang manunggal sucining sedya kang tansah rinegem

ing sajroning dhadha, sumarah mring panguwasaning Sang Hyang

Maha Wasesa”. Kutipan tersebut mengajarkan bahwa Tuhan pasti akan

mengabulkan doa umatnya yang berdoa dengan hati yang bersih dan

tulus serta kepasrahan kepada-Nya.

4) kudu ditampa saben naskah ing lembar gesangpakaryan datan oncat sinebat dening laknat

percayaa marang kridhaning roh sucisetya njampangi pribadi kang tinarbuka ati

harus diterima setiap naskah dilembar kehidupanpekerjaan akan secara sendirinya pergi karena laknatpercaya kepada keridhaan sang maha sucikesetiaan akan tertanam di keterbukaan hati(EL, 33, 11/01/2014)

Kutipan di atas menceritakan tentang nasihat kepada manusia

agar tidak melupakan Tuhan. Nilai pendidikan moral khususnya

hubungan manusia dengan Tuhannya ditunjukkan pada kutipan “kudu

ditampa saben naskah ing lembar gesang pakaryan datan oncat sinebat

dening laknat percayaa marang kridhaning roh suci setya njampangi

pribadi kang tinarbuka ati”. Kutipan tersebut mengajarkan bahwa

Page 136: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

123

jangan sombong terhadap harta dan tahta yang ada di dunia karena

secara gampang Tuhan akan mengambilnya. Oleh karena itu, harus

senantiasa bersyukur, selain itu ridha Tuhan sangatlah penting.

5) aku ora perdulimerga isaku golek pangan mung kaya ngono kuwidhuh Gusti…kalampahana karsa dalem dhumateng ingkang abdinanging mugi Gusti tansah ngijabahi nggen kula pados rejeki

aku tidak perdulikarena kemampuanku mencari makan hanya seperti iniya Tuhan..tunjukkanlah jalan hambatapi semoga Engkau meridhoi dalam saya mencari rezeki(SWO, 29, 14/12/2013)

Kutipan di atas menceritakan tentang kehidupan kelam wanita

pekerja seks komersial yang rela menjual dirinya demi uang. Nilai

pendidikan moral khususnya hubungan manusia dengan Tuhannya

ditunjukkan pada kutipan “aku ora perduli merga isaku golek pangan

mung kaya ngono kuwi, dhuh Gusti… kalampahana karsa dalem

dhumateng ingkang abdi nanging mugi Gusti tansah ngijabahi nggen

kula pados rejeki”. Kutipan tersebut memberi pelajaran agar menjauhi

dan menghindari perbuatan zina karena perbuatan itu sangat dibenci

oleh Tuhan maupun oleh manusia yang lain. Perbuatan zina tersebut

tidak hanya berdosa tetapi juga dapat menyebabkan berbagai penyakit

salah satu contohnya adalah virus AIDS yang masih belum ada obatnya.

6) nadyan nganti tekan tengahe ratriora kendhat nggonku tansah nganti-antipeparing sih nugrahaning Gustinyadhong rezeki pating tlethik riwis-riwissaka langite katresnan edi

Page 137: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

124

Walau sampai tengahnya malam Tak putus untukku memenanti Pemberian dari Tuhan Meminta rejeki sedikit demi sedikit Dari langit yang penuh cinta (TR, 35, 25/01/2014)

Kutipan di atas menceritakan tentang seseoang yang tengah

berdoa di tengahnya malam, ia terus berdoa dan berikhtiar pada Tuhan

agar diberi rezeki walaupun sedikit demi sedikit. Nilai pendidikan

moral khususnya hubungan manusia dengan Tuhannya ditunjukkan

pada kutipan “nadyan nganti tekan tengahe ratri ora kendhat nggonku

tansah nganti-anti peparing sih nugrahaning Gusti nyadhong rezeki

pating tlethik riwis-riwis saka langite katresnan edi”. Kutipan tersebut

mengajarkan bahwa rezeki itu datangnya dari Tuhan, manusia wajib

meminta kepada Tuhan. Rejeki juga tidak datang dengan sendirinya,

harus berusaha serta berdoa selebihnya pasrahkan pada sang pemberi

rezeki.

Page 138: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

125

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah

diuraikan dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa analisis gaya

bahasa dan nilai pendidikan moral pada kumpulan geguritan majalah

Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari 2014 adalah sebagai

berikut.

1. Jenis-jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang

terdapat pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37

November 2013-Februari 2014 adalah gaya bahasa kiasan meliputi:

metafora 7 indikator, personifikasi 17 indikator, persamaan atau simile

6 indikator, hiperbola 25 indikator, ironi 3 indikator, sinekdoce pars

pro toto 1 indikator, sinekdoce tatum pro parte 1 indikator. Gaya

bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang paling banyak

terdapat pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37

November 2013-Februari 2014 yaitu gaya bahasa hiperbola, gaya

bahasa hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan, penyair merasa

perlu melebih-lebihkan hal yang dibanding itu agar mendapatkan yang

lebih saksama dari pembaca, dalam geguritan ini banyak

menggunakan bahasa yang sudah mengalami pembentukan kata

puistis, sehingga tidak begitu saja dapat diartikan perkata.

125

Page 139: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

126

2. Nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat terdapat pada geguritan

dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-37 November 2013-Februari

2014 anatara lain: nilai pendidikan moral meliputi: ditemukan 1) nilai

pendidikan moral manusia dengan diri sendiri meliputi; kepasrahaan

dan bersyukur; 2) nilai pendidikan moral manusia dengan manusia lain

meliputi; sabar&ikhlas, kesetiaan dan pengharapan; 3) nilai pendidikan

moral manusia dengan Tuhannya meliputi; senantiasa mengingat

Tuhan, ibadah, dan perzinaan. Nilai pendidikan yang paling banyak

terdapat terdapat pada geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi

26-37 November 2013-Februari 2014 adalah nilai pendidikan moral

yang berhubungan antara manusia dengan orang lain, nilai pendidikan

moral dalam geguritan yang masih relevan apabila diterapkan dengan

kehidupan sekarang adalah nasihat sesama teman untuk mencapai cita-

cita harus dilandasi kejujuran, seorang istri patuh kepada suami agar

terjalin keluarga yang harmonis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang dapat

diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Bagi pembaca, sebaiknya jadilah pembaca yang cerdas khususnya saat

membaca sebuah karya sastra misalnya geguritan. Pembaca yang

cerdas yaitu pembaca dapat mengetahui makna lain yang tersirat

dibalik kata-kata yang diungkapkan oleh seorang pengarang dan dapat

Page 140: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

127

mengambil hikmah dari geguritan yang telah dibaca. Selain itu, bagi

pembaca yang ingin mencoba membuat geguritan sebaiknya

memperbanyak membaca geguritan agar memunculkan inspirasi-

inspirasi baru, menambah pengetahuan, dan menambah

perbendaharaan kosa kata. Dengan demikian, geguritan yang

dihasilkan akan berkualitas baik dari segi bahasa maupun makna yang

terkandung di dalamnya.

2. Bagi mahasiswa atau peneliti lain, sebaiknya lebih memperdalam

pengetahuan tentang sastra sehingga dengan sendirinya akan timbul

perasaan cinta terhadap sastra. Dengan demikian, maka akan tergugah

untuk melakukan penelitian lanjutan dalam bidang sastra misalnya

penelitian terhadap geguritan dalam majalah Djaka Lodang edisi 26-

37 November 2013-Februari 2014dalam bentuk analisis yang berbeda.

Page 141: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakmatik. Jakarta : Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Deswari, Priska Tias. 2011. Nilai Pendidikan Moral Dalam Suluk Suksmalelana Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito (Tinjauan Structural Sastra) (skripsi). Purworejo. Universitas Muhamaddiyah Purworejo

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS

Endraswara, Suwardi. 2013. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS

Finoza, Lamuddin, 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia

Herman, J Waluyo ,. 2010. Pengkajian Apresiasi Puisi. Salatiga : Widya Sari Press

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Poerwadarminta . 1939 . Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers – Maatschappij N.V

Prabowo, Dhanu Priyo, V. Risti Ratnawati, Suyami, dan Titi Mumfangati. 2002. Geguritan Tradisional dalam Sastra Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Purwadi. 2007. Sejarah Sastra Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka

Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 142: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Ratna, Nyoman Kutha. 2014. Stilistika Kajian Puitika Bahasa Sastra dan Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Richana, Asri 2014. “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan pada Taman Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Edisi 12-26 Tahun 2013” (skripsi) . Purworejo. Universitas Muhamaddiyah Purworejo

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

Sunarto dan Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Tirtarahardja dan Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Widayat, Afendi. 2011. Teori Sastra Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher

Widoyoko, Eko Putro, S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara

Page 143: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

LA

MP

IRA

N

Page 144: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 145: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 146: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 147: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 148: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 149: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 150: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 151: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 152: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 153: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 154: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 155: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 156: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 157: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 158: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 159: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 160: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 161: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 162: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 163: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …
Page 164: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

A Sardi

Nyanyian burung prenjak

Maafkan aku

Tidak bisa memberi tanda

Kapan bakal ada tamu datang

Membawa kabar gembira

Maafkan aku

Sarangku telah terberangus

Menghapus dunia yang memberi

ketentraman

Menghalangi impian damai

Didalam terbatasnya sangkar

Panjatann doa ku ungkapkan

Kapan tuhan memberi petunjuk

dari tangan-tangan jahil

solo baru

Brian riangga dhita

Masih cinta

Ketika aku mengingat dirimu

Menetes air mataku

Teringat dulu saat bersama

Kuucap dengan seribu rasa, seribu bahasa

Dirimu yang sangat kucinta

Dirimu yang tak pernah kulupa

Kan selalu setia menanti

Dengan setianya janji

Tapi kenapa dirimu meninggalkan aku

Membuat miris dan lemah hatiku

Apa ini ujian dari tuhan

Apa ini nasib kisah cintaku

Harus berpisah dengan dirimu

walaupun seperti ini

hati ini selalu setia

hati ini selalu cinta

cinta ini tak akan kulupa

cinta ini tak akan kuingkari

cinta suci dari hati

Bambang Nugroho

Sujud

Tak dapat dihitung berapa lagi

Sujud di sajadah-Mu

Setiap pagi dan malam tak berakhir

Tapi rasana belum bisa bertemu

Sejatine sujud yang lurus

Sampai garis kiblat

Saat godaan masih banyak

Datang dari kiri kanan

Selalu mengajak

Dalam kesenangan bersama syahwat

Yang selalu terasa haus

Mengajar segala kecukupan

Page 165: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Meninggalkan tempat sujud

Yang bertahun-tahun depan

Sujud harus tetap lurus

Tidak gampang terpengaruh

Waktu cepat berlalu

Harus berpegang pada aturan illahi

bangunjiwo, ramadhan 1434

Anis

Prejak hinggap di depan rumahku

Burung hinggap di depan rumahku

Betapa senangnya tingkah laku

Melihat langit terang benderang

Menyambut mentari pagi hingar bingar

Betapa manisnya hidupmu

Walaupun tak panjang umurmu

Tetapi berguna disetiap langkah

Mengukir cerita indah mempesona

Menyanyi pagi penuh harap

Prenjak depan rumahku kudengar pagi ini suaranya lesu

Karena sekarang rumahmu bukan alam

Tetapi kurungan

Penjara yang semu

Ah prenjak kicauanmu

Mengukir cerita hidupku

Yang tersimpan dalam

Tak seorangpun tahu

Karena tubuh ini hanya jasad mati

Untuk memenuhi keinginan sang lelaki

Prenjak di depan rumahmu

Ingin kurusak kurunganmu

Supaya bisa terbang bebas

Terbanglah...terbanglah

Bersama tangisnya jiwa

Jogja, 102013

Page 166: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Bambang Nugroho

Masih ada maaf

Jika nafsu-nafsu ini msih menjerat

Sejauh mata memandng

Sampai panjangnya ingingetarnya hati

penuh rasa iri

Minta supaya cepat dituruti

Kemudian lupa dengan janji setia

Sanggup melangkah garisnya syariat

sampai atasnya marifat

Yang kemarin keluar dari hati karena

ucapan hati

Dimana jalan kebenaran

Yang hanya omong kosong untuk

mencapai kesombingan diri

Meninggalkan ajaran agama suka

melakukan dosa

Tidak ada jejak walau mengaku orang

bijak

Karena hanya tipu daya mencari pujian

Yang berarti setan-setan di dalam jiwa

Belum terpenjara walaupun perut lapar

mengaku puasa

Masih ada waktu untuk bertaubat minta

maaf

Kalau mau berkelana hidup sebentar

bertaruhkan nyawa

Di bulan ramdahan yang mulia

bangunjiwo, ramadhan 1434

Tatiek Poerwa Kalinggo

Membuka gerbang hutan raya

Dengan tulusnya hati yang bening mulia

Bersatunya tekat yang menyatu

Sucinya tekad yang tergenggam di

dalam dada

Pasrah terhadap penguasa sang maha

hidup

Lamanya waktu yang sedang berjalan

menurut perintah tuhan

Ketidaksukaan menghalangi bumi

Sangat jelas kuterima diwaktu

bersemedi

Membuka rasa sejati menjalani perilaku

benar meninggalkan sifat angkara dan

dengki

Tetapi bertapanya dewa bidadari belum

selesai,

Damai dan tentram dimulanya atau pura

giri selaka untuk menempa diri

Ingat dan waspada menghilangkan rasa

kawatir harus tertulis di hati

Membawa rasa menerima situasi yang

dihadapi

Tuhan berikanlah kelanggengan jauh

dari bahaya minta keberuntungan dan

kesenangan

Alas Purwo Banyuwangi, 6 Juli 2013

Page 167: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Eko Wahyudi

Untuk penghuni Tali Gantungan

Yang ku gantungkan itu nasib

Bukan aib

Selama ini katanya hanya dianggap

remang-remang

Jabang bayi lupa hidup, terlanjur lanjur

dalam melangkah

Digadang gadang bagai rusa

Berlari kencang mencapai drajat

pangkat dan kemuliaan

Disanjung menjadi raja bagai singa

Membanjiri daerah berkobar kobar

anginnya

Yang ku gantung itu harta benda

Ku tinggalkan di alam tugu kekotoran

Supaya semuanya selamat

Selama ini hanya dianggap sampah

walaupun diusahakan mandi keringat

dan air mata

Yang ku gantung itu kamu tadinya

Jangan hanya menghina kepada anak

kemaren sore

Jangan merasa bisa menenangkan

Jangan asal melawan arus kehidupan

Jangan membiarkan nafsu dan

mengandai-andai

Jangan menganggap aku ini jauh dari

ilmu

Merendahkan dalam tingkah laku

Yang ku gantung itu tinggal pendapat

Bagaimana dirimu menjelaskan

Supaya angin besar tak membuat rebut

Supaya angin-angin tidak membuat

porak porandaa

Supaya kicauan gagak tidak membawa

kematian

Namun jika semua harus terbongkar

Ku nanti datangnya musuh di belakang

Kebumen, 2013-03-13

Page 168: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Dewata

Raksasa

Perlahan lahan besar bayangmu

Selalu membuat kaget rasaku, gemetar

Semua yang ku dapat derai sepanjang

jalan dalam

angan-anganku, terbahak-bahak

tertawamu jika melotot menanti untuk

rintangan sucinya niatku, nafas

watak kerasmu menggelegar petir dan

menyeret petir

memecah belahkan langit membedah

bumi penghidupanku

adilnya Tuhan Yang Maha Esa

mencipta raksasa

untuk melilit rekat pilar tulusnya cita-

cita,

besarnya godaan sewaktu-waktu

memilah niat supaya sia-sia

menjadi mayat

terbukanya cipta, tertanya raksasa guna

memilah

adanya Tuhan, ternyata rintangan untuk

mengasah

hati, ternyata godaan hanya untuk

memilah cita-cita

terbuka dalam cipta semua perjalanan

ini kutrima

perlahan-lahan bayang raksasa

menghilang seketika

cahaya cipta yang telah menyatu dengan

niat, terbahak-bahak

tertawanya musnah tertelan senyum

yang membuat tentram,

nafas watak keburukan terpendam rapat

yang ada hanya tentramnya hidup abadi

dalam keslamatan

Pucuking Pertapan, 12 April 2013

Agung Putradi

Perjalanan

Aku ini rumput

Yang hanya diinjak orang berlalu

Dicabut ketika tumbuh di halaman

Mau bangga seperti apa

Tidak bisa melebihi pohon beringin

Kemuliaanku hanya ketika musim

penghujan

Bisa tumbuh dan berkembang di kebun

dan perkebunan

Merasa berwibawa saat berguna

Seperti merumput untuk makan

sapi,kerbau atau kambing

Serperti halnya aku yang pendek, semut

juga kecil

Tapi, bisa merambat sampai loteng atau

menara yang tinggi seperti sesuatu yang

remeh bisa menemukan tempat yang

utama?!

Sabar tawakal, berharap cita-cita yang

tinggi

Menyingkirkan kecewa supaya tidak

celaka

Jalan utama menjaga keharuman nama

Menjalar di seluruh bangsa

Page 169: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Anis

Sore Hari

Ada surup bayangan

Melompati indahnya waktu mengejar

malam

Kegelapan sawah menuju rumahku

Jauh semakin tak kelihatan

Aku ingin surup ini tak keruh seperti ini

Karena malamku akan semakin hampa

Masih lama menggapai cahaya

rembulan

Yang ku harapkan membahagiakan hati

Ada surup keruh tergambar

Di buku catatan harianku

Seharusnya cahaya menakutkan ini ku

hapus

Untuk doa dan contoh

Ada surup keruh kejahatan

Setiap waktu matahari tenggelam

Ingin ku gambar berbeda warna

Tapi seberapa bangga tangan berkreasi

Menghambat tanpa henti

Ada surup di rumahku

Menunggu bulan purnama

Tapi kapan datangmu

Padahal waktu semakin sedikit

kesetiaan ku bujuk pulang

kesetiaan ku gapai berani

Jogja, 092013

Page 170: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Aris P.

Tersentak Aku Melihatnya

Berkerlip bintang di angkasa

Cahaya sinarnya merauh mimpi

Baju hangat biru, bertebaran berlian

Mimpi indah berkuasa di bumi sepi

Ku puji indahnya malam

Seperti malam tanpa batas

Senangnya hati ini

Mengiringi irama tarian malam

Tiba-tiba aku terkejut

Terkejut aku melihat badan tergeletak

terabaikan

Tergeletak di semak-semak taman kota

“tolong..tolong..”

Teriaknya menuntaskan hari dan malam

Sanggar Imajiner

CantrikCodhe

Keluh Kesah Wanita P

Aku bukan perawan sebab memang

sudah tidak perawan

Perawanku sudah hilang

Ditukar uang untuk makan

Kalau aku masih laku

Itu karena aku masih kelihatan cantik

Maduku…

Setiap kumbang atau kupu bisa

membeli

Walaupun aku bisa tersenyum

Senyumku hanya semu

Sejatinya batinku menangis

Kalaupun aku bunga

Aku hanya bunga bangkai

Yang sudah layu, berguguran sebelum

mekar

Maduku sudah kering

Setiap malam…

Aku rela untuk mangkal dipinggir ril

Hanya mencari secuwil rejeki

Untuk menyambung hidup

Apakah perbuatanku ini dosa?

Aku dianggap sampah, berserakan?

Oh itu kan hanya khotbahnya para alim

ulama

Pastur dan juga pendeta

Yang memastikan ku masuk neraka

Aku tak perduli

Karena kemampuanku mencari makan

hanya dengan seperti itu

Oh Tuhan…

Kabulkanlah permintaan hamba ini

Semoga Tuhan mengijabahi dalam

hamba mencari rejeki

Dsn. Madran, Bringin Srumbung 24

Juni 2013

Mbah Met

Cerita Lama

Seharusnya

Pagi ini aku duduk

Berdampingan

Ada dikananmu

Crita impian sepanjang malam

Tanpa batas

Tapi sayangnya

Page 171: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Pagi ini

Mendung kelabu

Sedang memayungi hatiku

Membawa gerimis yang salah musim

Seperti mengalirnya air mata

Yang sudah lama tertahan

Menyesali kemarau panjang

Yang sampai merobek-robek

Tanah

Mematahkan dahan-dahan kering

Tanpa bisa ditahan

Critamu ku tulis

Yang ada di puisiku

Yang kata mu dahulu kala

Dirimu bersimpuh

Dirimu ada dipangkuan ibu

Kau genggam kain putih

Bersamaan kata hatiku

Sayangnya pangkuan dan

Ceritamu tadi

Tinggal sisa-sisa cerita lama

Mulai dari sekarang sudah tak bisa

pulang

Tak bisa memutar balik waktu

Jika tidak ada terbitnya matahari

Dari barat

Anis

Awan Dipucuk Gunung

Jalan kecil yang terus ku susuri

Entah sampai mana ujungnya

Aku hanya menuruti kata hati

Langkah kaki

Menyaksikkan indahnya pemandangan

kelam

Karena yang ku dengar

Hanya derunya angin

Dan ocehan burung yang bebas di alam

Menyanyikan indahnya awan

Sepinya swasana

Jalan kecil yang semakin keatas

jejaknya

Semakin membuat heran hatiku

Di bawah desa-desa tampaknya

Gerombolan antaranya pepohonan

Dan kokoknya ayam di perkebunan

Menemani para tani istirahat kelelahan

Memang hidupku ini penuh dengan

teka-teki

Tapi hidup tetap berjalan

Seperti jalanku yang tanpa lelah

Mendaki pucuk gunung

Entah sampai mana ujungnya

Page 172: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Dirga Antara

Kunci Cinta

Kasihku…

Nyanyian suci penuh keindahan

Menyebar meresap dalam jiwa

Tertanam bersemi di relung hati

Empat mata bertemu

Kunci cinta

Tidak hanya mawar biru

Atau cincin yang melingkar di jarimu

Ku kunci cintaku ini

Dengan tali supaya tidak lepas

Prambanan, 5 Agustus 2013

Haryadi Widada Bs.

Terbang Melayang

Mendung bergemulung tergantung

mega

Mengeluarkan hujan rintik-rintik

Menyapa tanah

Percikan sinar matahari

Mengejar bayang-bayang

Pelangi melengkung menggenggam

bumi

Menandai warna kekaguman

Hatiku luluh

Mengangguk-angguk di pinggir jurang

curam

Menelan dosa dalam perbuatan yang

semakin gila

Angin lewat berhembus

Melempar anganku

Terbang melayang

Bersamaan mega malang

Jangkar Bumi, Januari 2013

Sugeng Riyadi

Sakitnya Hati

Setiap hari aku sengsara

Sengsara ada di hatiku

Sang Matahari tertidur

Tanpa menerangi hatiku

Awan mendung tlah menyingkir

Terganti kecerahan

Semoga Tuhan mengasihi

Terganti kemuliaan

Sakitnya kalbuku

Semakin menjadi-jadi

Luasnya samudera

Yang begitu damai dan tentram

Semoga Sang Tuhan

Member kemuliaan hati

Sakitnya hati ini

Hilanglah dari perasaanku

Dinginnya air mengalir

Semilirnya sang angin

Sakitnya hati ini

Pergilah dari jiwaku

Page 173: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Sapta Nugraha

Cahaya di tanjung mas

Bintang bersinar yang muncul diwaktu

itu

Menjadi bintang terkhir untukku

untukmu

Karena benih-benih cinta yang kutanam

didalam hatimu

Sudah harus patah sebelum

menumbuhkam yang indah

Apalagi bersama aku membakar

Rimbunya dahan-dahan cintamu

Yang melangkung di halaman rumahku

Telah tega kau patah-patahkan

Sinar bintang malam itu

Sinarnya terlihat pucat seperti

menyimpan tanda

Bersma dengan suasana malam yang

dingin

Semakin menambah sepi hati ini

Berjalan, menyusuri tepi pantai

Di pelabuhan tmur

Sinar malam itu

Hanya sebentar muncul

Kemudian tenggelam meninggalkan

malam yang sepi

Meninggalkan aku yang terus berjakan

Ditepi waktu menuju…entah

Eswe Sidi

Surat Pelayan Koruptor

Permisi tuan

Bersama datangnya surat ini

Saya mengembalikan surat terhadap

tuan

Tujuh tahun lamanya

Maaf…

Saya malu dan merasa nista

Menerima bayaran dari merampok

Negara

Saya, painem dari desa

Dulu mengabdi kepada tuan

Merasa bangga dan merasa mulya

Tidak ku sangka

Ternyata

Saya mengabdi di pejabat jahat

Saya tidak bisa tidur mendengar berita

Kalau tuan membohongi terhadap

amanah para rakyat

Mohon maaf…

Saya sekarang memilih pulang

Di desa

Pedagang rongsok, barang-barang rusak

Malah tentram damai

Tidur enak bisa ngorok

Kowen-Sewon, Februari 2012

Zuly Kristanto

Senyum Di atas Puisi

Seperti senyum diatas puis

Kalau itu namanya hidup seperti angin

yang mengalir

Aku tunggu sampai sore tiba

Dengan menatap luasnya lagit

Mengucapkan kata-kata yang terangkai

Page 174: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Tapi kenapa seperti sudah kehilangan

pengarang

Senyum diatas puisi

Seperti membaca pertanda yang ditulis

diantara langit sore

Kutapaki lorong-lorong kehidupan

Wlaupun masih ada yang mau berbagi

rasa adil

Terhadap aku dan kamu

H Riyadi Afiat

Setuju

Ya aku memang setuju padamu dik

Kalau namamu dan namamu tertulis

sejajar di mega-mega itu

Yang terlihat putih bersih

Kapas yangbersih di langit biru

Indah terlihat

Ya aku setuhu padamu dik

Klau mega-mega itu bakal

Menjadi mendung yang gelap

Tertiup angin kemudian menajdi air

Menyirami bumi pertiwi

Bumi terkihat indah hijau

Bunga lalu

Menghiasi taman sari

Terlihat indah

Ya aku memang setuju dik

Bunga-bunga itu lalu mekar dan

berkembang

Member pertandadan menggoda

Kupu lebah dan semt juga kmbang

Kemudian berpesta dan menghisap

Manis dan harumnya bnga

Pemberian tuhan

Bersyukur pada Allah Swt

Terlihat indah

Ya memangaku setuju dik

Aku diimu nyata akan menyatu

Menjadi satu mengharap kasih illahi

Semoga bisa menjadi contoh siang

malam

Bermanfaat terhadap kesucian rumah

tangga

Senantiasa berkeseninambungan

Bersama selamanya

Saknah ma wahdah warohmah

Page 175: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Aris P.

Mengeluh

Di suatu malam aku merasakan

keterpaksaan hati

Harus merasakan kegalauan ketika

rembulan meninggalkanku

Kenyataannya benar hitam

membutuhkan terangnya

Aku tak rela ketika mega menutupi

Mengolah rasa dibawah keinginan

Bosan terhadap dunia

Hatiku sakit dan butuh obat

Tuhan sembuhkanlahsakit ini

Dari hatiku

Sanggar Imajiner

Bambang Nugroho

Waktu

Kalau telah tiba waktu

Siapapun tidak bisa menolak

Hanya dapat menerima

dengan ikhlas

apa yang telah terjadi

walaupun ketika itu terasa berat dan

sakit

nyatanya masih saja berbuat dosa

meninggalkan ajaran hidup

membuat kerugian orang lain

menggunakan kekuasaan

tidak tahu diri

pamer kekayaan dunia

yang hanya sekejap mata

menyimpang dari ajaran hidup

sampai nanti tiba saatnya

ada siksa yang mmenanti

siapa yang bisa menghalangi

kalau telah tiba waktunya

Bangunjiwo, 1 Oktober 2013

Dyah Katrina

Bintang Tengah Malam

Bintang tengah malam

Yang menjadi petunjuk jalan

Para ahli ramal

Yang mencari tempatnya sang pencerah

Yang dinanti berabad-abad

Yang diharapkan membuka gelapnya

dunia

Yang berselimutkan mukzijat

Yang menjadi sebuah kesedihan

Bintang tengah malam

Yang berpijar diatas gua

Member pertanda lahirnya sang pemberi

kabar

Yang turun ke dunia

Bintang tengah malam

Telah lama berlalu

Namun kunanti lagi kedatangannya

Berharap menyinari gelapnya malam

Suramnya keadaan ibu pertiwi

Jogjakarta, desember 2012

Page 176: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Anis

Tiba Saatnya

Tiba saatnya pergantian waktu

Sebelum menggembala di malam hari

Bersama menjaga domba kami

Mendengar nyanyian indah

Malaikat-malaikat memuji Tuhan

Sang fajar menyambut

Tanggal 25 Desember lalu

Berkumandang kidung suci

Memenuhi seisi bumi

Sang Putra telah tiba

Allah Yang Maha Mulia

Yang bersedia menebus dosa

Dosa kita semua

Supaya kita jauh dari halangan

Dari berbagai bahaya

Tentram di dunia

Damai di hati

Umat manusia

Di alam jagad ini

Jogja, 05122013

Page 177: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Harya Widada Bs.

Rangkaian Kata

Ku kejar bayang-bayang semu

di hatimu

yang tenggelam di senja sore hari

yang telah mulai samar-samar

Siang tadi baru saja kuungkapkan

hatimu pergi

bersama semilirnya angin

saat awan diatas jatuh dipangkuanmu

sebait puisi ku persembahkan

agar ketentraman ada dihatimu

di halaman Unpam, sayang

ku salami hatimu

yang setiap waktu kuucap

sebagai pengingat

jangan sampai terlupa

saat terangkainya kata yang ku selipkan

diikal rambutmu

yang telah ku temukan di sudut hatimu

Jangkar Bumi, September 2013

(cathetan: Unpam= Universitas

Pamulang Ciputat)

Aris P.

Episode Yang Lain

ada kabar burung di ruang keluarga

dan apalagi terdengar tembang kidung

dinyanyikan

apa ini pertanda dunia ini akan semakin

luas

tidak ada jawaban atas doa

dan itu diikuti bunga yang baru mekar

dirangkai oleh bidadari kembar

Sembilan

suasana magis melingkupi setiap orang

apa daya bendera telah dikibarkan

sebagai pertanda tantangan

jawaban keinginan belum kembali

kejalan yang benar

tetapi setiap tingkah laku berharap

jatuhnya hujan gerimis

berharap bisa mendamaikan suasana

tanpa menimbulkan banjir

dan iya, terpaan hembusan debu

merangsang kuatnya tekat

harus diterima setiap naskah dilembar

kehidupan

pekerjaan akan secara sendirinya pergi

karena laknat

percaya kepada keridhaan sang maha

suci

kesetiaan akan tertanam di keterbukaan

hati

Sanggar Imajiner

Bambang Nugroho

Ketamakan

Indahnya dunia yang berupa harta dan

kekuasaan

Yang dianggap meninggalkan peraturan

dan tata karma

Memang membuat manusia serakah

lupa dari mana ia berasal

Bisa terkena oleh siapa saja

Entah laki-laki ataupun perempuan

Page 178: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Walaupun sudah banyak nasihat dan

contoh

Dari kitab suci, para nabi, para wali dan

alim ulama

Sepertinya hanya dibibir saja yang

mengoceh keluar dari mulut

Tidak tulus tertanam dalam hati

Karena hati telah tertutup oleh nefsu-

nafsu jahat

Yang telah merembet kemana-mana

Nantinya akan merasakan ketika jatuh

terkatung-katung

Ternyata hanya sekejab mata lalu

membawa sengsara

Kalau tidak waspada semua akan sia-sia

Karena ketamakan saat berkuasa

Bangunjiwo, 5 Oktober 2013

Page 179: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Ariesta Widya

Kangen

terbayang diangan-angan

selalu menggoda disetiap senja

mengingatmu menyayat hati

tergila-gila saat terbayang senyummu

pada waktu mendung datang

masih teringat jelas bayangmu di hari

lalu

kedatangannya memang mengagetkan

lamunan

apalagi raut wajah yang berbeda

senyumanmu menyadarkanku dari

lamunan

kadang kala datang tanpa diduga

kau lalu bercerita dengan sedih:

“eh, ceritamu itu yang menarik hati

Perjuanganmu mengabdi tanpa keluh

kesah

dan pertemuanmu dengan dua

perempuan

yang berbeda dengan harapan

kau malah pergi melangkah berkelana”

tapi hari ini aku yang akan bercerita

rinduku sangat ingin rasanya

menumpahkan isi yang ada di dada

kau masih mau mendengarkannya:

“telah lama aku menyusuri jalan ini

sengaja aku simpan dengan rasa sakit

ku tahan dan kurasakan saat malam

ku terima dengan kepasrahan

ku pasrahkan semua pada Tuhan

ku jalani dengan penuh harap”

permintaan maafmu setiap aku bercerita

tentang apa saja dengan harapan bisa

mewujudkannya

lamunan menyusuri jalan-jalan yang

akan datang

semoga saja jangan ada pendua di

hatiku lagi

bagi siapaun yang masih perduli

kepadaku

aku masih menunggu di waktu sore

petercngan tengah 371

Bambang Nugroho

Pernikahan

tibalah saatnya penyatuan cinta

ramainya suara gamelan

mendayu-dayu di angkasa

bergandengan manisnya jari

dihiasi pakaian indah warna warni

harum baunya dianjang pernikahan

duduk di depan para saksi

datangnya berduyun-duyun dengan rapi

membuat bahagia berbangga hati

semoga menjadi pasangan suami istri

kuat menghadapi halangan dan

rintangan

menjalani hidup sempurna

ditengah-tengah dunia luar dan dunia

rumah tangga

sampai hari nanti

Bangunjiwo, 22 Oktober 2013

Page 180: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Sanggar Imajiner

Bunga Cempaka

siapa itu yang memetik bunga cempaka

raut wajahnya mengingatkanku

indahnya warna warni bunga

ini ilusi atau impian aku tak peduli

ingin ku gapai dirinya

tapi apa daya tangan tak sampai

wajahnya memang tak menawan tetapi

hatinya bagaikan emas

telah sampai waktunya ditepi

pengharapan

aku belum bisa bertemu dengan pemetik

bunga cempaka itu

tapi apa harus mundur ketika terlanjur

cinta

serpihan harapan masih terletak

ditempatnya

menorehkan harapan didalam hati

menatapi indahnya pemandangan dekat

gunung emas

pemandangan buyar kehilangan bunga

cempaka

mengerutkan mata menahan kehendak

nafsu

seketika bunga cempaka kehilangan

harum

Ranti P.

Duniaku

Dunia ini sudah takkaruan

Amburadul

Hanya ada nafsu dan nafsu

Rasanya dunia ini akan musnah

Bahaya ada di mana-mana

Banjir, tanah longsor dan lumpur panas

Sudah tidak bisa diperingatkan lagi

Alam marah tidak salah

Manusia, manusia serakah

Tidak punya rasa cukup terhadap apa

yang dipunya

Semua dihabiskan

Tanpa berpikir apa yang akan terjadi

Salah benar tidak kelihatan

Semua merasakan susahnya

Mau menata, membenahi

Sudah terlambat

Tanah yang subur

Sungai yang bersih

Air yang jernih

Sudah tidak ditemukan di dunia

Yang telah tercoret-coret

Page 181: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Noviana Lestari

Tunggulah Dibatas Waktu

di dalam hati ini

terselip rasa yang suci

rasa ingin dicintai

juga rasa ingin dimiliki

wujud sempurnanya ciptaan illahi

yaitu dirimu yang menarik hati dan

menyejukkan hati

ketika tingkah laku telah berbicara,

ketika tingkah laku telah mewakili rasa

yang tak bisa keluar dan terhenti di dada

ketika cinta sudah berwujud menjadi

perbuatan

dan rasa yang sama telah terbaca dari

bening matamu,

ucapan sudah tak berlaku lagi bagiku,

tapi, ini belum waktunya aku membalas

cintamu

masih banyak tanngung jawab

dipundakmu,

begitu juga terhadapku

masih banyak cita-cita yang harus ku

tuju

terhadapmu juga terhadapku

kepadamu yang menjadi pujaan hatiku,

tunggu aku dibatas waktu

Godean, 15 Januari 2013

Aris P.

Peperangan

hidup ini memang seperti peperangan

banyak perang yang menyedihkan di

setiap waktu

banyak korban berjatuhan

digariskan atau tidak digariskan

mati didalam hidup

Sanggar Imajiner

Bambang Nugroho

Tengahnya Malam

Walau sampai tengahnya malam

Tak putus untukku mmenanti

Pemberian dari Tuhan

Meminta rejeki sedikit demi sedikit

Dari langit yang penuh cinta

Rupiah demi rupiah

Ku ambil dengan sabar

Ku simpan rapat di hati yang terdalam

Untuk bekal menjalani hidup

Yang banyak jalan yang berliku

Banyak cobaan dan godaan

Banyak fitnah dan hujatan

Ya sudah memang harus diterima

dengan lapang dada

Pasrah dan tawakal dalam menggapai

cita

Seperti ketika mengikat kesetiaan

Susah lapar ku jalani bersamamu

Berjalan ditengah teriknya matahari

Berselimutkan mendung terbasahi hujan

Page 182: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Berpegang cahaya iman yang kadang-

kadang pasang surut

Harus berani tetap melangkah tegak

Sejalur jalan yang lurus

Bangunjiwo, Nov 2013

Asti Pradnya Ratri

Nekat

Mega yang berarak tersapu angin

Daun kering yang melengkung, tak jadi

tumbuh

Berdiri pada dahan yang sedang

kemarau

Apakah harus menghentikan waktu?

Merampas milik orang lain

Menebar kejahatan

Daun kering…

Berbau amis

Kelakuanmu

Api-api yang mati dimusim kemarau

Iya kalau waktunya hancur, masih

diberi jalan

Menyisiri jalan dan menjadi contoh

Mengumbar janji palsu

Banggakan kesalahanmu

Ukurlah luasnya nistanya dirimu

Rasakan adilnya pembalasan

Diakhir kehidupan

Tak terbatas, siksaan terhadapmu!

01.00am _Wiwitan Des. ‘13

Page 183: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Cantrik Codhe

Jangan Merasa Bisa Tapi Bisalah

Merasa

Apabila mata bisa berbicara, mata akan

sombong terhadap anggota badan

lainnya: “aku ini ang paling penting

karena aku yang bisa melihat segalanya

Telinga sebal mendengar kesombongan

mata, lalu menjawab: “aku lebih

penting sebelum kamu melihat, aku

telah mendengar apa saja yang akan

terjadi”

Tangan tak mau kalah mendengar

kesombongan mata dan telinga, dengan

berkacak pinggang dan menunjuk-

nunjuk berkata: “memang kamu bisa

melihat apa saja dan kamu telinga,

kamu bisa mendengar apa sajayang

terjadi

tetapi itu saja tidak cukup didengar dan

dilihatkan tetapi juga harus ditindak

lanjuti,

Ya hanya aku yang bisa bertindak

Maka aku yang paling penting

Huh, anggepmu!

Seperti itu kata kaki dengan ngotot

bersikeras

Didepan ketiga anggota badan yang lain

Kalian semua tidak bisa kemana-mana,

diam ditempatmu masing-masing

Maka akulah yang paling penting

Otak yang berada didalam kepala

seperti tampak lemas dan bijaksana

menengahi keributan,

Apalagi otak itu memang sumbernya

logika

Kalian-kalian itu bisanya hanya

sombong terhadapku

Kalian berdebat itu peribahasa hanya

berebut tulang tanpa isi

Ingatlah kalau kalian tidak bisa apa-apa

tanpa pertolongan lainnya

Kalian membutuhkan satu sama lain

Maka ayo bekerja sama

Ingatlah bersatu kita teguh, bercerai kita

runtuh

Kedudukan dan manfaat kamu semua

Maka resapilah kata-kata ku ini:

Jangan Merasa Bisa Tapi Bisalah

Merasa

Madran, 16 Maret 2009

Elisabeth Erika Wijayanti

Saat Itu

Saat bintang di langit

Masih bisa member cahaya terhadap

manusia

Ketika itu juga aku merasa bahagia

Ketika burung bisa besiul dengan suara

yang indah

Ketika itu juga aku bisa merasa hati

yang tenang dan tentram

Ketika itu hati ini bahagia

Karena cinta yang bersemi

Hati ini memantabkan hati memilih

lelaki

Yang menjadi belahan jiwa

Page 184: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Tetapi semua itu sudah terlambat

Hidupku damai hanya saat itu

Hatiku measa bahagia juga hanya saat

itu

Sekarang didalam dada yang ada

hanyalah sakit dan kecewa

Berpaling hati dengan wanita lain

Smago, Yogyakarta

HR Sumarsono

Setia Menunggu Diwaktu Malam

Angin yang melangkah

Daun-daun yang bergoyang

Sepi sunyi sedih menyelimuti

Yang ada dipenjuru hanya belalang

yang bergemisik

Yang terdengar hanyalah hewan malam

Jagad raya memang malam hari

Suram kelam yang terlihat

bintang rembulan yang diselimuti awan

berarak

perintah manusia dalam kenikmatan

menutup mata

berlomba ditengahnya malam

samar-samar merangkai hidup di alam

mimpi

hilang musnah banyaknya halangan di

kehidupan nyata

lupa keluarga lupa teman lupa janji lupa

kesetiaan

beda tempat tetapi masih satu cerita

lihatlah jarum jam dinding yang di sana

itu

dengan setia memutari garis-garis detik

dan menit

tak putus walau hanya sekejap mata

berlapang dada, mengeluh yang ada

pantas menjadi contoh terhadap

semuanya

setia menunggu diwaktu malam tanpa

pamrih

antara siang dan malam menunjukkan

patokan waktu

tanpa mengharap sanjungan dan pujian

kalaupun berenti itu hanya karena batu

baterai

tamat…bersama habisnya waktu

Page 185: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Sastraliwung

Surat Rindu

Ku tulis surat rindu sore hari

Awan gelap menyambung rasa

Ku rangkai di kertas kumal

Untuk membuat kata ungkapan jiwa

Ada capung hinggap di dahan cabai

Menghadang mega-mega tak beraturan

Mengundang bulan purnama

Meredup musim penghujan menyimpan

teka-teki

Ada seruling tergeletak di dinding

warung

Ku ambil ku tiup dengan nafas lemah

lunglai

Mengejar bayangmu di atas awan

Sekelebat senyuman terikat ketertarikan

O rinduyang berlari sendiri

Datang susah ku cari diwaktu luang

O rindu yang sembunyi di kebun

kosong

Bersama siapa kau menanti diriku

datang

Surat rindu kulipat indah

Sebelum tenggelam ku kejar

Siapa dulu menjauhi keluangan

Sebelum jiwa mengeluh sakit?

Jogja, 5 Januari 2014

Irul S Budianto

Megatruh

Ada tangis terisak-isak

Tangisan anak mencari ibu

Di pucuk pohon semboja memekik

suara gagak

Garis takdir siapa bisa menghalangi

O anak cucu, bersamaan angin suara

keras

Jejak sejarah jangan sampai kosong

Bumi tempat berpijak jangan sampai

dikotori

Nafsu murahan tak terpuji

Menyayat hati!

Donohudan, 2013

Asti Pradnya Ratri

Mustahil

Langit bercerita masa silam

Dari kamar impian di musim…

Sangat sakti sampai ocehan prenjak

menjelang pagi

Kepergian bayanganmu

Terasa menghujam hati

Terlihat jelas datang saat sore hari

Ku tatap dengan hati kosong

Menyobek satu per satu catatan lama

Mengeruk sisa cinta saat masa silam

Selesaikanlah rasamu

Hati ini sudah mempunyai rasa lain

Yang tak bisa ku gapai lagi

Daun kering menghalangi inginmu

Disini ku potong senyummu!

Pangimpen, pungkasan Nov’13

Page 186: ANALISIS GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL …

Aris P.

Merajut Cinta

Apa tak ada kesempatan merajut cinta,

adik

Dari awal sudah jelas terlihat benci

Dan para tokoh kehilangan kedamaian

Kasihan jika menjalani keterpaksaan

cinta

Siapa saja bisa pergi jauh

Dan entah kapan bisa pulang

membentangkan layar

Apa itu harus menjadi cerita hari

selanjutnya

Apa bakal menjadi lakon dipahlawan

yang hilang

Coba bukalah nuranimu, adik

Sanggar Imajiner

Deny Eko S

Saat Pagi Menjadi Hiburan

Kokokkan jago mengagetkan ku saat

berolah raga

Terdengar juga langkah nenek tua

Menggendong kayu segulung

Untuk membawa beras demi upah

Bersama suara gerobak pergi mencari

penghidupan

untuk mengisi kekosongan perut

juga suara kaki jaran menginjak

sepinya waktu pagi

gemuruh suara kaki pergike sawah

juga menambah semangat waktu pagi

suara pedagang menjajakkan

dagangannya menjadi irama tersendiri

waktu pagi menjadi hiburan saat pulang

kampong

yang tidak pernah terdengar di kota

metropolitan