analisis dampak kebisingan di bandar udara

17
Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 4, No. 1, April 2013, 1-17 ISSN 2087-1090 1 Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan (Studi Kawasan Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta) Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan ATKP Surabaya Abstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak di inginkan yang dapat bersumber dari pesawat, alat – alat proses produksi atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan selain dapat menyebabkan gangguan pendengaran juga dapat menyebabkan gangguan non-auditory pada tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara gangguan non-auditory yang diterima personil Air Traffic Control yang bertugas di unit Aerodrome Control Tower dengan pemberian Pelayanan Lalu Lintas Udara. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional karena pengambilan data dilakukan pada suatu periode tertentu. Sample diambil dari keseluruhan populasi personil Air Traffic Control dari unit Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18 orang. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data diperoleh dari kuesioner dan pengukuran bising dengan menggunakan alat Sound level meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan gangguan non-auditory (gangguan komunikasi sebesar 78%, gangguan pelaksanaan tugas sebesar 72%, dan gangguan emosi sebesar 83%). Dapat disimpulkan bahwa penelitian di unit Aerodrome Control Tower (ADC) kebisingan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap gangguan non-auditory bagi personil Air Traffic Control dan dapat berdampak negatif bagi pelayanan lalu lintas udara. Kata kunci : Kebisingan, gangguan non-auditory, pelayanan lalu lintas udara . Abstract: Noise is unwanted sound that produce from aircraft, production process appliances or working equipment that on certain level it is able to cause hearing problem. Noise also cause non auditory disturbance to worker. The purpose of this research is to analyze the correlation between non auditory disturbance for the Air Traffic Controller that work on Aerodrome Control Tower unit with Air traffic srvices. This research used Cross Sectional design because intake of its data done at period off certain time. Sample was taken from all of population Air Traffic Controller in Aerodrome Control Tower (ADC) unit that have 18 person. Instrument used in collecting data obtained from the questioner and measurement of noise by using sound level metre appliance. The resul indicate there was significant correlation between noise and non-auditory effect (communication disturbance is 78%, task implementation is 72%, and emotion diturbance is 83%). Can be conclude that research in Aerodrome Control Tower (ADC) unit is significant ccorrelation between noise and non-auditory disturbance for Air Traffic Controller and have negative effect for Air Traffic services. Key words: Noise, non-auditory disturbance, air traffic services.

Upload: yudi-prasetyo

Post on 16-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Analisis Dampak Kebisingan Di Bandar Udara

TRANSCRIPT

  • Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 4, No. 1, April 2013, 1-17 ISSN 2087-1090

    1

    Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan (Studi Kawasan Bandar Udara

    Internasional Adisutjipto Yogyakarta)

    Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    ATKP Surabaya

    Abstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak di inginkan yang dapat bersumber dari pesawat, alat alat proses produksi atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan selain dapat menyebabkan gangguan pendengaran juga dapat menyebabkan gangguan non-auditory pada tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara gangguan non-auditory yang diterima personil Air Traffic Control yang bertugas di unit Aerodrome Control Tower dengan pemberian Pelayanan Lalu Lintas Udara. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional karena pengambilan data dilakukan pada suatu periode tertentu. Sample diambil dari keseluruhan populasi personil Air Traffic Control dari unit Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18 orang. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data diperoleh dari kuesioner dan pengukuran bising dengan menggunakan alat Sound level meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan gangguan non-auditory (gangguan komunikasi sebesar 78%, gangguan pelaksanaan tugas sebesar 72%, dan gangguan emosi sebesar 83%). Dapat disimpulkan bahwa penelitian di unit Aerodrome Control Tower (ADC) kebisingan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap gangguan non-auditory bagi personil Air Traffic Control dan dapat berdampak negatif bagi pelayanan lalu lintas udara. Kata kunci: Kebisingan, gangguan non-auditory, pelayanan lalu lintas udara. Abstract: Noise is unwanted sound that produce from aircraft, production process appliances or working equipment that on certain level it is able to cause hearing problem. Noise also cause non auditory disturbance to worker. The purpose of this research is to analyze the correlation between non auditory disturbance for the Air Traffic Controller that work on Aerodrome Control Tower unit with Air traffic srvices. This research used Cross Sectional design because intake of its data done at period off certain time. Sample was taken from all of population Air Traffic Controller in Aerodrome Control Tower (ADC) unit that have 18 person. Instrument used in collecting data obtained from the questioner and measurement of noise by using sound level metre appliance. The resul indicate there was significant correlation between noise and non-auditory effect (communication disturbance is 78%, task implementation is 72%, and emotion diturbance is 83%). Can be conclude that research in Aerodrome Control Tower (ADC) unit is significant ccorrelation between noise and non-auditory disturbance for Air Traffic Controller and have negative effect for Air Traffic services. Key words: Noise, non-auditory disturbance, air traffic services.

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    2

    PENDAHULUAN Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta terletak 7 KM di sebelah timur kota Yogyakarta

    dan masuk di wilayah Kabupaten Sleman pada koordinat 07.45o S 110.26o E, Operating hours 23.00-11.00 UTC dan permintaan oleh pihak militer. Di Bandar Udara Adisutjipto yang diklasifikasikan bandar udara kelas 1B disamping difungsikan untuk pesawatpesawat komersial baik itu domestik atau internasional juga keberadaan pesawatpesawat militer sendiri baik itu in coming, out going atau training sekolah penerbang dan yang beroperasi mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat kemudian ditambah dengan kegiatan militer lainnya seperti terjun payung, glider dan juga VIP movement. Adapun unitunit yang berada di bawah divisi operasi lalu lintas udara yang ada di Bandara Adisutjipto yaitu Unit Aerodrome Control Tower (ADC), Unit Approach Control Office (APP), Briefing Office (BO), Apron Movement Control (AMC).

    Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller) adalah tenaga terdidik yang bertugas untuk memberikan pelayanan lalu lintas udara disuatu wilayah udara yang berada di bawah pengawasannya. Pokok tujuan pelayanan lalu lintas udara tercantum dalam Annex 11, Air Traffic Service yang terkandung dalam five objectives of Air Traffic Services adalah memberikan pelayanan lalu lintas udara yang aman, nyaman dan efisien. Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta yang mempunyai 18 personil terbagi atas 2 fungsi Controller dan posisi kerja yang berbeda, yaitu: - Aerodrome Controller bertanggung jawab pada pesawat udara yang berada dalam

    Aerodrome control area - Ground Controller bertanggung jawab pada pesawat udara yang berada dalam manoeuvring

    area kecuali runway Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari

    hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. (Mardiana, 2005). Di dalam suatu lingkungan kerja pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari kimiawi, fisik, biologis dan psikis. Tekanan fisik yang kerap terjadi pada suatu lingkungan kerja adalah kebisingan (Budiono, 2003). Sedangkan dalam hal ini apabila pesawatpesawat yang menggunakan parking area di military apron sedang melakukan start up atau suatu pergerakan akan menimbulkan suara bising yang seringkali menggangu kinerja dari Aerodrome Control Tower (ADC) dalam memberikan Aerodrome Control Service karena dekatnya jarak antara military apron dengan tower yaitu 60 meter Rumusan Masalah

    Dapat dirumuskan tentang permasalahan tersebut bahwa: Bagaimana unit Aerodrome

    Control Tower dapat menghindari dampak negatif dari kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawatpesawat yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron? Tujuan Penelitian

    Dari penyusunan penelitian penelitian tersebut, peneliti mempunyai maksud dan tujuan,

    yaitu: 1. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti, pembaca maupun peneliti berikutnya.

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    3

    2. Untuk meminimalisir pengaruhpengaruh negatif dari kebisingan sehingga dapat memak-simalkan kinerja Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.

    3. Untuk meminimalisir miss coordination dan ketidak nyamanan seluruh unit disekitar Military apron.

    4. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat udara yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron terhadap unit Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.

    Manfaat Penelitian

    Setelah yang diuraikan di pokok dan pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan

    tentang permasalahan tersebut yaitu: Bagaimana unit Aerodrome Control Tower dapat menghindari dampak negatif dari kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawatpesawat yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron? . LANDASAN TEORI Pengertian Bunyi

    Bunyi adalah setiap perubahan tekanan baik di dalam air, udara dan media lain yang

    dapat dideteksi oleh telinga manusia. Perubahan tekanan atmosfer (Atmosferic Pressure Variation) yang terjadi sangat cepat (paling sedikit 20 kali/detik) baru dapat didengar oleh manusia (Wikipedia, 2011) Pengertian Kebisingan

    Kebisingan (noise) adalah bunyi yang tidak diinginkan (unwanted sound) walaupun

    frekuensi dan intensitas dari bunyi tersebut masih dalam batas normal, tetapi apabila suara tersebut menimbulkan keluhan subyektif (non-auditory) pada individu maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu kebisingan (Dwi Ratna Wati, 2010). Menurut Prabu Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang melalui gangguan psikologi dan gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktifitas kerja (Sasongko, 2000) Jenis Kebisingan

    Kebisingan dapat dibagi berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi. Jenis kebisingan

    berdasarkan sifat dan spektrum bunyi menurut Buchari (Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, USU, 2007) antara lain: 1) Steady State, Wide Band Noise Adalah kebisingan yang terjadi terus menerus dengan

    spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 6 dB. Misalnya mesin, kipas angin dan dapur pijar.

    2) Steady State Noise, Narrow Band Noise Adalah kebisingan yang terjadi terus menerus dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi kebisingan tersebut hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji sirkuler dan katup gas. 12

    3) Impact/impuls noise Adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai intensitas maksimal kurang dari 35 milidetik dan waktu yang diperlukan untuk penurunan

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    4

    intensitas sampai 20 dB di bawah puncak kurang dari 500 milidetik. Bila impuls terjadi secara berulang dengan interval waktu kurang dari 0,5 detik atau bila jumlah impuls perdetik lebih dari 10 maka sudah dapat dikategorikan sebagai kebisingan yang terjadi terus menerus. Misalnya: suara meriam, palu dan paku bumi.

    4) Intermitten Noise (Kebisingan terputus putus) Adalah kebisingan dimana suara mengeras kemudian melemah secara perlahan lahan. Misalnya: bising lalu lintas dan bising pesawat udara yang tinggal landas.

    5) Implusif Noise (Kebisingan Berulang) Adalah kebisingan yang tidak beraturan terkadang keras tapi tibatiba melemah tetapi berulang ulang. Misalnya : mesin tempa di pabrik peralatan berat.

    Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas (Prabu Putra, 2009) 1) Irritating Noise (Bising yang Mengganggu) Merupakan bising yang mempunyai intensitas

    tidak terlalu keras, misalnya mendengkur. 2) Masking Noise (Bising yang Menutupi) Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang

    jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya dalam bising dari sumber lain menjadi tidak terdengar.

    3) Damaging/Injurious noise (Bising yang Merusak) Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

    Pengertian Gangguan Pendengaran

    Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat

    kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan dengan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagaimana terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Gradasi dan Percakapan Sehari-hari

    Gradasi dan Percakapan Sehari-hari Gradasi Parameter Gradasi Parameter

    Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 m) Sedang Kesulitan dalam percakapan mulai jarak > 1,5 m

    Menengah Kesulitan dalam percakapan keras mulai jarak > 1,5 m Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m

    Sangat berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m Tuli total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

    Efek Kebisingan

    Secara garis besar efek kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar yaitu

    gangguan indera pendengaran (auditory) dan gangguan indera non pendengaran (non-auditory). Efek Auditory

    Dalam uraian efek bising terhadap pendengaran, efek bising dapat dibagi menjadi tiga

    kelompok:

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    5

    a. Trauma akustik Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat terhadap suara yang keras

    seperti sebuah letusan. Dalam kasus ini energi yang masuk ke telinga dapat mencapai struktur telinga dalam dan bila melampaui batas fisiologis dapat menyebabkan rusaknya membran thympani, putusnya rantai tulang pendengaran atau rusak organ spirale (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003). Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran (Prabu Putra, 2009).

    b. Ketulian Sementara Ketulian diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan

    mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali (Prabu Putra, 2009).

    c. Ketulian Permanen Tuli permanen adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat irreversible sehingga

    tidak mungkin tejadi pemulihan. Gangguan dapat terjadi pada syaraf syaraf pendengaran, organ corti atau dalam otak sendiri. Ini dapat diakibatkan oleh efek kumulatif paparan terhadap bising yang berulang-ulang selama bertahun (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003).

    Efek Non-auditory 1. Gangguan Komunikasi Bilamana seseorang berbicara di suatu ruangan yang bising suara

    orang tersebut akan sulit ditangkap atau dimengerti oleh pendengarnya sehingga meng-ganggu komunikasi (secara langsung/tak langsung) yang sedang berlangsung (Sasongko, 2000).

    2. Gangguan Pelaksanaan Tugas Menurut beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan berbagai hasil yang kadang saling bertentangan. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil studi yang dilakukan antara lain: a. Kebisingan yang terputusputus lebih menggangu daripada kebisingan terus menerus

    dan kebisingan intermitten. b. Pekerjaan yang rumit akan mudah terganggu daripada pekerjaan yang sederhana (Dwi

    Ratna Wati, 2010). c. Kebisingan lebih menggangu kecermatan kerja seseorang daripada kuantitas kerja

    (Sasongko, 2000). 3. Perasaan Tidak Senang atau Mudah marah Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi

    level perasaan tidak senang seseorang, antara lain: a. Karakteristik kebisingan meliputi tingkat intensitas dan frekuensinya. b. Kepekaan seseorang terhadap bising. c. Sikap individu terhadap sumber bising. d. Interupsi dari kebisingan yaitu ketika sedang konsentrasi atau melakukan kegiatan.

    4. Kelelahan Kebisingan juga menigkatkan kelelahan. Pada pekerjaan yang menuntut banyak berfikir, kebisingan sebaiknya di tekan serendahrendahnya (Novi Arifiani, 2004).

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    6

    Pengukuran Kebisingan Secara umum tujuan pengukuran kebisingan dapat di gunakan sebagai: 1. Evaluasi lingkungan kerja (apakah ada lingkungan kerja yang berpotensi bising). 2. Perencanaan alat kendali. 3. Mengetahui efektifitas alat pengendalian. 4. Monitoring lingkungan kerja. 5. Pengambilan data lingkungan.

    Pengukuran kebisingan dapat dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) yaitu alat digital yang dapat menunjukkan secara langsung hasil kebisingan di tempat kerja. Alat ini dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 dB.

    Berikut adalah langkahlangkah yang perlu diperhatikan untuk pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter: 1. Periksa baterai. 2. Tentukan weighting network yang sesuai. 3. Memilih respon yang tepat yaitu fast atau slow. 4. Bila mungkin sound level meter diletakkan pada tripod dimana operator berjarak lebih dari

    0,5 meter. 5. Pengukuran di luar gedung harus dilakukan pada ketinggian 1,21,5 meter dari semua

    permukaan yang memantulkan tetapi bila kecepatan angin lebih dari 20 km/jam sebaiknya tidak dilakukan pengukuran bising.

    6. Pada saat melakukan pengukuran sound level meter dipegang pada jarak sepanjang ukuran lengan atau menggunakan remote mikrofon.

    7. Bila pengukuran dilakukan di daerah bebas maka mikrofon diarahkan langsung ke sumber bunyi.

    Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Berdasarkan Keputusan Keputusan Mentri Tenaga Kerja nomor KEP 51/MEN/1999 pasal

    1 ayat 5 membahas tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja, yang di maksud dengan nilai ambang batas kebisingan adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan. Tabel 2. Keputusan Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999

    Keputusan Tenaga Kerja Nomor Kep. 51/MEN/1999 Waktu Pajanan per hari

    Intensitas kebisingan (dalam satuan dBA)

    8 Jam 85 4 Jam 88 2 Jam 91 1 Jam 94 30 Menit 97 15 Menit 100 7.5 Menit 103 3,75 Menit 106 1,88 Menit 109 0,94 Menit 112 28,12 Detik 115 14,06 Detik 118 7,03 Detik 121

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    7

    Keputusan Tenaga Kerja Nomor Kep. 51/MEN/1999 Waktu Pajanan per hari

    Intensitas kebisingan (dalam satuan dBA)

    3,52 Detik 124 1,76 Detik 127 0,88 Detik 130 0,44 Detik 133 0,22 Detik 136 0,11 Detik 139

    Aturan Penerbangan

    Sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) mengenai kondisi tempat kerja personil air traffic controller sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik demi mewujudkan keamanan serta kelancaran dalam kegiatan penerbangan. Sesuai dengan Dokumen 9426 ATS Planning Manual chapter 1, operational requirement sub chapter 1.2 At all ATS units, the controller must be provided with a suitable environment and appropriate equipment. The environment should be sufficiently free from noise so as to be conducive to mental concentration. Terjemahan:

    Pada semua Air Traffic Service unit, controller (Pemandu Lalu Lintas Udara) harus diberi lingkungan kerja yang pantas dan peralatan yang layak. Serta lingkungan kerja harus terbebas dari kebisingan agar dapat berkonsentrasi.

    Sesuai dengan Dokumen yang di keluarkan oleh Directorate General Civil Aviation (DGCA) yang tertuang pada CASR 170 Air Traffic Rules Sub Part 170.061 ATS Operational Requirements menyatakan The environment should be sufficiently free from noise so as to be conducive to mental concentration. Terjemahan:

    Lingkungan kerja harus benar benar bebas dari kebisingan agar dapat berkonsentrasi. Sesuai dengan Dokumen 9426 ATS Planning Manual chapter 2, Specific Requirement for an Aerodrome Control Tower sub chapter 2.1.5 : The tower controller must be provided with the capability to communicate rapidly, clearly and reliably with aircraft in his area of responsibility. Normally, this is accomplished through air ground communications. It may occasionally be done by means of a light-gun from the tower using specified signals and prescribed acknowledgements from the aircraft. Since operations in and around a control tower generate a fair amount of noise (e.g. radios, aircraft engines, talking), the provision of sounddeadening features in control towers is very important. Therefore, the acoustic qualities should be taken into account in the selection of structural materials used for control tower construction. Sound deadening materials should also be used internally, e.g. carpets or similar sound-absorbent material (dust-free and anti-static, if possible) should cover the cab floor and the walls up to the window sills. Terjemahan:

    Tower Controller (Aerodrome Control Tower) harus dapat berkomunikasi dengan cepat, jelas dan bisa dipercaya dengan pesawat di wilayah tanggung jawabnya. Biasanya hal ini dilakukan melalui air ground communication. Dalam kondisi tertentu komunikasi juga dapat dilakukan menggunakan light-gun dari Tower menggunakan sinyal tertentu dan dapat dimengerti oleh pesawat. Karena operasi di dan sekitar menara kontrol menghasilkan cukup kebisingan (misalnya radio, mesin pesawat, pembicaraan), penyediaan peredam suara dalam

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    8

    menara kontrol sangat penting. Oleh karena itu kualitas peresapan suara harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan yang digunakan untuk bangunan menara. Peredam suara juga harus digunakan di dalam menara kontrol, misalnya carpet atau bahan serupa yang dapat menyerap suara (jika dimungkinkan bebas debu dan tidak bergeser) harus menutupi lantai dan dinding sampai kusen jendela. Daftar Istilah 1. Aerodrome: Suatu daerah diatas daratan ataupun air termasuk bangunan-bangunan,

    instalasi, dan peralatan yang digunakan untuk kedatangan, keberangkatan, dan per-gerakan pesawat.

    2. Runway: daerah diatas tanah yang telah ditentukan oleh aerodrome dimana digunakan untuk kedatangan dan keberangkatan pesawat.

    3. Taxiway: Jalur yang ditentukan diatas tanah dimana jalur tersebut menghubungkan antara apron dengan runway.

    4. Apron: suatu daerah/area yang ditentukan diatas bandar udara, direncanakan untuk menampung pesawat dengan tujuan pemuatan, pembongkaran muatan penumpang, paket atau cargo, pengisian bahan bakar, parkir atau pemeliharaan.

    5. Tower: menara pengendali lalu lintas udara. 6. Enclave civil: Bandara militer yang dalam pengelolaannya dibantu oleh pihak sipil. 7. Apron movement control (AMC): personil yang bertugas mengatur aktifitas dan pergerakan

    pesawat dan kendaraan yang berada di wilayah Apron. 8. Start up: pesawat mulai menyalakan mesin. 9. dBA: decibel A 10. Manoeuvring area: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk lepas landas,

    pendaratan dan taxiing pesawat udara namun tidak termasuk apron. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: Data primer a. Pengukuran

    Pengukuran intensitas kebisingan pada lokasi tempat kerja tepatnya di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter Quest 1200. Setelah memperoleh hasil intensitas kebisingan pada setiap titik pengukuran maka dimasukkan pada formula sehingga diperoleh rata rata kebisingan diwilayah tersebut dalam range dBA.

    Keterangan: Leq = Tingkat kebisingan equivalent (dBA). fi = Faksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu. li = Nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu.

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    9

    b. Observasi Pengamatan yang dilakukan di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adi-

    sutjipto Yogyakarta untuk mendapatkan gambaran secara langsung keadaan yang mem-pengaruhi tingkat kebisingan.

    c. Kuesioner Untuk memperoleh data tentang keluhan subyektif yang dialami Controller di unit Aero-

    drome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.

    Data sekunder Data sekunder ini diperoleh saat peneliti melakukan Survey di unit Aerodrome Control

    Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dan selama pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang keluhan subjektif (non-auditory) yang dialami Controller di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Adapun data sekunder antara lain sebagai berikut: a. Sejarah berdirinya dan perkembangan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta b. Data tentang fasilitasfasilitas yang ada di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. c. Standart Operational Procedure (SOP) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Populasi

    Dalam penelitian ini sebagai populasi kasus adalah semua tenaga Air Traffic Control

    (ATC) yang bekerja di bagian Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18 orang. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Peneliti melakukan penelitian pada unit Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara

    Adisutjipto Yoyakarta. Waktu penelitian dimulai pada saat melakukan SurveyJunior Air Traffic Control pada bulan april sampai juli 2011 sampai dengan batas waktu yang ditentukan Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

    Rancangan Penelitian

    Penelitian ini termasuk dalam penelitian analitik yaitu penelitian yang ditujukan untuk

    menganalisis dampak kebisingan dengan keluhan subjektif pada unit Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Sedangkan ditinjau dari sifat dasar penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian observasional karena mengamati langsung pada lapangan dan melakukan pengukuran pada lingkungan yang diamati. Jika ditinjau dari cara dan tempat mengamati maka penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan karena mendapatkan dua data yaitu data primer intensitas bising di Tower Bandar Udara Adisutjipto

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    10

    Yogyakarta dan melakukan wawancara serta observasi terhadap responden di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Data sekunder karena mengambil langsung data dari Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta berupa sejarah berdiri, per-kembangan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dan datadata standard operational procedure (SOP) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Sedang menurut waktunya penelitian tersebut termasuk dalam penelitian Cross Sectional karena penelitian ini dilakukan dalam periode waktu tertentu Instrumen Penelitian Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Kuesioner karakteristik responden 2) Sound level meter 3) Lembar observasi

    Bagan Tahapan Penelitian

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    11

    ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Analisis Masalah

    Keselamatan, kelancaran dan kenyamanan merupakan suatu hal yang mutlak di berikan

    bagi pelayanan lalu lintas udara terhadap pengguna jasa penerbangan, untuk mewujudkan hal tersebut salah satu faktor penunjang yang harus diperhatikan yaitu personil yang bertugas memberikan pelayanan jasa penerbangan. Dalam pelaksanaan tugasnya tentunya banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil kerja dari tiaptiap personil. Dalam hal ini peneliti telah melakukan penelitian pada unit kerja Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta untuk mengetahui sejauh mana kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron dapat mengganggu kinerja dari personil Air Traffic Control (ATC) yang bertugas memberikan Aerodrome Control service di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi, pengukuran kebisingan, dan kuesioner yang telah dibagikan kepada personil Air Traffic Control (ATC) yang bertugas di unit Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18 orang, maka peneliti dapat menganalisis masalah yang terkait dengan dampak subjektif (Non Auditory) yang ditimbulkan kebisingan pesawat udara terhadap unit Aerodrome control tower (ADC).

    Berikut ini adalah data hasil pengukuran kebisingan yang telah di lakukan peneliti di tower dan military apron bandar Udara Adisutjipto Yogayakarta: Tabel 3. Hasil RataRata Pengukuran Intensitas Kebisingan

    Hasil RataRata Pengukuran Intensitas Kebisingan No Tanggal

    Lamanya paparan

    RataRata kebisingan NAB

    1 31 Maret 2011 29 menit 98 dBA 97 dBA 2 1 April 2011 27 menit 99 dBA 97 dBA 3 6 Juli 2012 15 menit 97 dBA 100 dBA 4 7 Juli 2012 19 menit 94 dBA 100 dBA 5 8 Juli 2012 25 menit 99 dBA 97 dBA

    Adapun hasil data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh 18 orang responden yang di jelaskan melalui tabel serta prosentase diagram guna menunjukkan jawaban dari para responden adalah sebagai berikut: 1. Apakah Bapak/Ibu merasakan adanya kebisingan di bagian Aerodrome Control Tower

    Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 89% menyatakan jawaban ya dan

    11% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    12

    2. Apakah Bapak/Ibu merasa terganggu dengan kebisingan yang ada di bagian Aerodrome Control Tower Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta?

    Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 89% menyatakan jawaban ya dan 11% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

    3. Apakah Bapak/Ibu merasa sulit berkonsentrasi saat terjadi kebisingan? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (13/18) x 100 = 72% menyatakan jawaban ya dan

    28% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

    4. Apakah saat terjadi kebisingan Bapak/Ibu pernah tidak dapat mendengar report pilot

    sehingga report pilot perlu di ulang? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (14/18) x 100 = 78% menyatakan jawaban ya dan

    22% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat di gambarkan sebagai berikut:

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    13

    5. Pada saat bekerja dan terjadi kebisingan apakah Bapak/Ibu pernah mengalami kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaannya? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 33% menyatakan jawaban ya dan 67% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

    6. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa pekerjaan sulit di selesaikan? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (12/18) x 100 = 67% menyatakan jawaban ya dan

    33% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

    7. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa bosan atau jenuh pada saat terjadi kebisingan? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (15/18) x 100 = 83% menyatakan jawaban ya dan

    17% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    14

    8. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa emosi saat terjadi kebisingan? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (14/18) x 100 = 78% menyatakan jawaban ya dan

    22% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

    9. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa gelisah karena kebisingan? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (5/18) x 100 = 17% menyatakan jawaban ya dan 83%

    menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

    10. Menurut Bapak/Ibu apakah perlu pengadaan pengedap suara di bagian Aerodrome Control

    Tower Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta? Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 83% menyatakan jawaban ya dan

    17% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    15

    Berdasarkan jawaban dari para responden maka peneliti dapat menganalisis dampak kebisingan terhadap pelayanan Lalu Lintas Udara oleh Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Dari diagram 1 dan 2 dapat diketahui bahwa personil di unit Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta merasakan kebisingan sesuai dengan hasil kuisioner yang di peroleh bahwa sebanyak 89% personil Air Traffic Control menyatakan adanya kebisingan dan sebanyak 89% personil Air Traffic Control terganggu dengan adanya kebisingan yang ada pada ruang kerja Aerodrome Control Tower (ADC). Selain itu kebisingan juga berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan mental para personil Air Traffic Control seperti sulit untuk berkonsentrasi sebanyak 72%, gangguan emosi sebanyak 22%, kebosanan atau kejenuhan sebanyak 83% dan juga sebanyak 78% responden menyatakan mengalami gangguan komunikasi pada saat terjadi kebisingan.

    Berasal dari pengamatan yang dilakukan peneliti, maka peneliti dapat menganalisis dan menyimpulkan beberapa potensi bahaya dan gangguan yang akan timbul akibat kebisingan terhadap unit Aerodrome Control Tower (ADC) yaitu: 1. Terjadinya miss communication atau miss coordination antara Controller dengan Pilot

    misalkan kesalahan dalam pemberian instruksi, Assisten atau dengan unit lain seperti Ground Controller.

    2. Tidak terdengarnya report pilot sehingga diperlukan pengulangan, hal ini menimbulkan ketidak efisienan dalam pemberian pelayanan lalu lintas Udara. Belum adanya peredam suara di ruang kerja Aerodrome Control Tower (ADC) menyebab-

    kan suara dari pesawat yang sedang melakukan satart up maupun pergerakan dapat secara langsung dapat masuk ke ruang kerja Aerodrome Control tower (ADC), hal ini sangat bertentangan dengan aturanaturan yang telah di tetapkan dalam Dokumen seperti yang tertuang pada: 1. Memasang peredam suara pada dinding, lantai, atap, dan kusen ruang kerja Aerodrome

    Control Tower (ADC) untuk mengeliminasi suara bising yang masuk ke dalam Ruang kerja Aerodrome Control Tower (ADC), berikut adalah contoh ruang kerja yang dilengkapi dengan peredam suara.

    2. Untuk membuat peredam suara dapat menggunakan berbagai macam jenis bahan, selain itu ketebalan kaca pada tower juga perlu diperhatikan sehingga peredaman bunyi bising menjadi lebih efektif, di bawah ini adalah beberapa contoh gambar bahan bahan peredam suara yang biasa digunakan di dinding, atap, kusen dan lantai.

    3. Pemakaian headshet pada saat melakukan komunikasi maupun pada saat melakukan koordinasi untuk mengurangi resiko miss communication atau miss coordination, dan mengurangi resiko terganggunya konsentrasi personil Air Traffic Control saat terjadi kebisingan. Agar komunikasi langsung masih dapat dimungkinkan bisa menggunakan single headshet seperti gambar di bawah ini.

    4. Menambah tinggi dari tower yang sudah ada sekarang atau melakukan relokasi tower ketempat yang bebas dari jangkauan suara dari sumber bising sehingga ruang kerja dari Aerodrome control tower (ADC) terhindar dari kebisingan yang ditimbulkan oleh suara suara bising dari sumber bising yang telah disebutkan.

    Dokumen yang di keluarkan oleh Directorate General Civil Aviation (DGCA) yang tertuang

    pada CASR 170 Air Traffic Rules Sub Part 170.061 ATS Operational Requirements yang menyatakan bahwa Lingkungan kerja harus benar benar bebas dari kebisingan agar dapat berkonsentrasi dan pada Dokumen 9426 ATS Planning Manual yang menjelaskan tentang

  • Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

    16

    ruang kerja Aerodrome Control Tower (ADC). Maka dari itu dapat ditarik suatu hubungan yang sesuai dari jawaban responden dengan Dokumen sehingga perlu adanya suatu perubahan seperti dengan pemasangan alat peredam suara sehingga bunyi bising dapat di eliminasi dan tidak mengganggu kinerja dari personil Air Traffic Control yang bertugas memberikan Aerodrome Control Service Pemecahan Masalah

    Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa terjadinya ketidak sesuaian antara kondisi

    sebenarnya dilapangan dengan kondisi yang harus di penuhi yang telah ditetapkan dalam peraturan penerbangan yang tertuang pada dokumen dokumen penerbangan sehingga dapat mempengaruhi pemberian pelayanan jasa penerbangan. Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah sehingga personil Air Traffic Control di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto dapat melaksanakan tugasnya dengan nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat yang sedang melakukan suatu pergerakan di military apron adalah sebagai berikut : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat yang sedang melakukan start up maupun

    pergerakan lain di military apron dapat dirasakan oleh personil Air Traffic Control pada unit kerja Aerodrome Control Tower (ADC) dan dari jenis kebisingannya dapat di golongkan dalam intermitten noise (Kebisingan terputusputus).

    2. Kebisingan Yang dihasilkan oleh pesawat yang sedang melakukan pergerakan di military apron dapat menganggu kinerja dari Personil Air Traffic Control pada unit kerja Aerodrome Control Tower dan hal ini dapat berpengaruh negatif terhadap pelayanan lalu lintas udara sebab dapat menimbulkan miss coomunication, miss coordination dan ketidak efisienan dalam pemberian pelayanan lalu lintas udara.

    3. Personil Air traffic control di unit kerja Aerodrome Control Tower Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. yang merasakan kebisingan dan mengalami gangguan komunikasi sebanyak 78%, gangguan emosi 22% dan gangguan psikologis lainnya seperti kejenuhan dan gangguan konsentrasi sebanyak 15%.

    Saran 1. Meminimalisasi kebisingan dengan memasang peredam suara pada dinding, atap, kusen,

    dan lantai agar intensitas kebisingan dapat turunkan. 2. Pemakaian headshet untuk mengeliminasi bunyi bising dari sumber kebisingan dan

    meminimalisasi terjadinya miss communication ataupun miss coordination. 3. Melakukan pembagian dinas dan rolling posisi sesuai aturan yang berlaku. 4. Dilakukan pemantauan oleh supervisor/PTO yang sedang bertugas terhadap kinerja dari

    personil Air Traffic Control pada saat terjadi kebisingan karena dampak subyektif (Non Auditory) akibat kebisingan ini seringkali tidak disadari oleh individu yang bersangkutan.

  • Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

    17

    DAFTAR PUSTAKA Doc.9426, ATS Planning Manual Part III, Facilitas Required by ATS International Civil

    Aviation Organization, Annex 11, Air Traffic Service CASR 170, Air Traffic Rules. Standard operational procedure (SOP) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta.

    Aeronautical Information Publication (AIP) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta.

    Buchari (Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, USU, 2007). Novi Arifiani, 2010, Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja, Cermin Dunia

    Kedokteran, 144: 24. Sasongko D. P, 2000, kebisingan Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

    Semarang. Ratna wati, Dwi. 2010. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Dengan Keluhan Pada Pekerja

    (Studi di Bagian Asam Phospat dan Bagian Administrasi Pabrik III PT. Petrokimia Gresik). Skripsi. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

    Goembira, Fadjar, Vera S. Bachtiar. 2003. Diktat Mata Kuliah Pengendalian Bising, Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas. Padang.

    Prabu, Putra. 2009. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan.