analisis abrasi pantai dengan menggunakan …

143
ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH ( STUDI KASUS DI PANTAI MARUNDA KELURAHAN MARUNDA KECAMATAN CILINCING PROVINSI DKI JAKARTA ) Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat menyusunan skripsi pada Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Rahmawati NIM : 11140150000031 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN

PENGINDERAAN JAUH ( STUDI KASUS DI PANTAI MARUNDA

KELURAHAN MARUNDA KECAMATAN CILINCING PROVINSI DKI

JAKARTA )

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat menyusunan skripsi pada Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Rahmawati

NIM : 11140150000031

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 3: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 4: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 5: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 6: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 7: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

i

ABSTRAK

Rahmawati (11140150000031), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan. Judul Skripsi “ Analisis Abrasi Pantai

Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Studi Kasus Di Pantai Marunda

Kelurahan Marunda Kecamatan Cilincing Provinsi DKI Jakarta.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana laju abrasi pantai di kawasan Pantai

Marunda Kecamatan Cilincing Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan teknologi

penginderaan jauh. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif objek dalam

penelitian ini adalah daerah yang terkena abrasi di Pantai Marunda, Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan memanfaatkan aplikasi ER Mapper

untuk menganalisis aspek fisik. Fisik meliputi penghitungan laju abrasi dengan

menginterpretasi citra dengan menggunakan penginderaan jauh sehingga menghasilkan

luasan daerah yang terabrasi. Penelitian ini menggunakan penginderaan jauh, ground

check lapangan, dan observasi. Sumber data penelitian ini menggunakan data primer

yaitu observasi langsung ke lapangan dan interpretasi citra tahun 1997, 2007, dan 2017.

Data sekunder yang digunakan yaitu data-data dari studi kepustakaan dan dari instasi-

instasi terkait yang dapat menunjuang data primer dalam penelitian ini. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa abrasi yang terjadi di Pantai Marunda rentang waktu 1997 – 2007

sebesar 8,43 ha dengan laju abrasi 0,84 ha/tahun. Sedangkan pada rentang tahun 2007-

2017 mengalami abrasi sebesar 2,14 ha dengan laju abrasi nya 0,21 ha/tahun dan

mengalami akresi sebesar 0,47 ha. Total luasan abrasi selama kurun waktu 1997 sampai

2017 sebesar 10,61 ha dengan laju abrasi 1,05 ha/tahun dan total luas sebesar akresi 0,47

ha. Abrasi di Pantai Marunda disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Faktor

alam berupa gelombang dan angina, sedangkan faktor manusia berupa pertumbuhan

penduduk yang semakin tinggi dapat menyebabkan pengalihfungsian lahan, pembabatan

hutan mangrove untuk lahan permukiman, serta proses penambangan pasir pantai

Kata Kunci : Analisis, Abrasi, Penginderaan Jauh

Page 8: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

ii

ABSTRACT

Rahmawati (11140150000031), Department of Social Education Faculty of Tarbiyah

Training. The Little of Thesis “ Analysis of coastal abrasion using Remote Sensing

Case Study On Marunda Beach Sub District Marunda District Cilincing DKI Jakarta

Province

The objective of the research is to find how the rate of coastal abrasion in the Marunda

Beach area of Cilincing District, DKI Jakarta Province by using remote sensing

technology. This study uses the quantitative descriptive method of the object in this study

is the area affected by abrasion in Marunda Beach. This study uses a quantitative

descriptive method by utilizing the Er Mapper application to analyse physical aspects.

Physical aspects include calcutating the rate of abrasion by interpreting the image using

sensing so that it produces the area affected by abrasion. This study uses remote sensing,

ground check, and observation. The data source of this study uses primary data, namely

direct observation to the field and interpretation of images in 1997, 2007 and 2017.

Secondary data used are data from library studies and from related institutions that can

support primary data in this study. The results showed that the abrasion that occurred in

Marunda Beach from 1997 to 2007 was 8.43 ha with an abrasion rate of 0.84 ha / year.

While in the 2007-2017 range experienced abrasion of 2.14 ha with an abrasion rate of

0.21 ha / year and experienced accretion of 0.47 ha. The total abrasion area during the

period 1997 to 2017 was 10.61 ha with an abrasion rate of 1.05 ha / year and a total

area of accretion of 0.47 ha. Abrasion in Marunda Beach is caused by natural factors

and human factors. Natural factors in the form of waves and wind, while human factors

in the form of higher population growth can lead to diversion of land functions, clearing

mangrove forests for residential land, and sand beach mining process

Keywords: Analysis, Abrasion, Remote Sensing

Page 9: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa

terlimpahkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan semua

pengikutnya. Skripsi dengan judul ”Analisis Abrasi Pantai Dengan Menggunakan

Penginderaan Jauh Studi Kasus Di Pantai Marunda Kelurahan Marunda Kecamatan Cilincing

Provinsi DKI Jakarta” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana pada

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penulisan

skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanda adanya berbagai bantuan dari berbagai pihak

yang telah memberikan bantuan, dorongan baik berupa moral maupun materil kepada penulis.

Oleh karena itu, maka perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk tetap melanjutkan studi.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan secara moril

maupun administratif kepada penulis.

3. Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sodikin, S.Pd M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

5. Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat bermanfaat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Dosen Pendidikan IPS yang telah senantiasa memberikan pengetahuan dan

pemahaman selama melakukan studi.

Page 10: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

iv

7. Kepada seluruh Staff Kelurahan Marunda yang mempermudah penulis untuk

mendapatkan izin penelitian serta data penelitian.

8. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Samsudin dan Ibu Sumiyati terimakasih atas segala

do’a, pengorbanan, dan limpahan kasih sayang yang telah mereka curahkan sepenuhnya,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripisi ini dengan lancar.

9. Adik-adik sepupu penulis Aini, Farid, Ikhsan, Ishna serta keponakan tersayang Juna yang

selalu menghibur penulis dalam menghadapi hari-hari sulit.

10. Seluruh sahabat Hanna, Intan, Neng Dhea, Atik, Upeh yang selalu memberikan doa,

semangat, dan keceriaan selama penulis menjalani perkuliahan. Perkuliahan terasa lebih

berwarna jika bersama kalian.

11. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2014 khususnya untuk kelas Geografi yang selalu

memberikan motivasi dan pengalaman selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

12. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan semuanya terima kasih atas bantuannya,

semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal.

Semoga skripsi ini berguna khususnya bagi penulis pribadi ataupun pada dunia

pendidikan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 2018

Rahmawati

NIM. 1114015000031

Page 11: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................. 9

C. Pembatasan Masalah ............................................................ 9

D. Rumusan Masalah ................................................................ 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................. 9

F. Manfaat Penelitian ............................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori Teori ................................................................ 11

1. Pantai dan Pesisir .............................................................. 11

a. Pengertian Pantai dan Pesisir ...................................... 11

b. Klasifikasi Pantai ........................................................ 14

c. Karakteristik Pesisir ................................................... 18

d. Ekosistem Pesisir ........................................................ 18

e. Perubahan Garis Pantai ............................................... 25

f. Perlindungan Pantai Dari Abrasi ................................ 25

2. Abrasi ................................................................................ 31

a. Pengertian Abrasi ........................................................ 31

b. Tingkat Kerusakan Abrasi .......................................... 31

c. Faktor Penyebab Abrasi .............................................. 32

d. Dampak Abrasi ........................................................... 35

Page 12: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

vi

e. Upaya Pencegahan Abrasi .......................................... 35

3. Penginderaan Jauh ............................................................ 36

a. Pengertian Penginderaan Jauh .................................... 36

b. Komponen Penginderaan Jauh .................................... 37

c. Manfaat Penginderaan Jauh ........................................ 39

d. Data Penginderaan Jauh .............................................. 40

e. Interpretasi Citra ......................................................... 41

f. Klasifikasi Citra .......................................................... 42

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 47

C. Kerangka Berpikir .................................................................. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 51

B. Metode Penelitian ............................................................... 52

C. Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 53

D. Populasi dan Sampel ............................................................ 54

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian ......................................... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 55

G. Teknik Analisis Hasil ............................................................ 59

H. Diagram Alir ......................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ................................................................. 66

1. Kondisi Geografis ........................................................... 66

2. Kondisi Fisik ................................................................... 68

3. Kondisi Sosial ................................................................. 70

B. Hasil Penelitian .................................................................... 74

1. Hasil Klasifikasi .............................................................. 74

2. Hasil Ground Check Lapangan ....................................... 78

3. Hasil Analisis untuk Mengetahui Tingkat Abrasi ........... 82

4. Abrasi di Marunda .......................................................... 84

C. Pembahasan .......................................................................... 88

D. Keterbatasan Masalah .......................................................... 95

Page 13: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 96

B. Implikasi ................................................................................. 96

C. Saran ....................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 101

Page 14: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan jumlah penduduk DKI Jakarta 3

Tabel 1.2 Jumlah pembangunan rumah susun di Jakarta tahun 2016 4

Tabel 2.1 Kriterian Tingkat Kerusakan Abrasi 32

Tabel 2.2 Skala Beuford 33

Tabel 2.3 Saluran Citra Landsat TM 43

Tabel 2.4 Perbandingan Penelitian 48

Tabel 3.1 Waktu penelitian 52

Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara 58

Tabel 3.4 Matriks kesalahan (confusion matrix) 63

Tabel 4.1 Iklim Jakarta Utara 69

Tabel 4.2 Curah Hujan 70

Tabel 4.3 Jumlah penduduk Jakarta Utara menurut kelurahan dan kenis kelamin 71

Tabel 4.4 Sekolah Dasar Jakarta Utara 2012/2013 72

Tabel 4.5 Sekolah Menengah Pertama Jakarat Utara 2012/2013 72

Tabel 4.6 Jumlah Sekolah Menengah Atas Jakarta Utara 2012/2013 73

Tabel 4.7 Hasil Matriks Kesalahan ( Confusion Matrix ) 75

Tabel 4.8 Hasil Groundcheck 78

Tabel 4.9 Luas Daerah Abrasi dan Akresi Pantai Marunda 83

Tabel 4.10 Skala Beuford 91

Page 15: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Garis Pantai Marunda Tahun 1982 7

Gambar 2.1 Ilustrasi Pantai 12

Gambar 2.2 Pantai Berbatu 15

Gambar 2.3 Pantai Berpasir 15

Gambar 2.4 Pantai Berlumpur 16

Gambar 2.5 Pantai Landai 16

Gambar 2.6 Pantai Samudera 17

Gambar 2.7 Pantai Pulau 17

Gambar 2.8 Hutan Mangrove 19

Gambar 2.9 Terumbu Karang 23

Gambar 2.10 Padang Lamun 24

Gambar 2.11 Pantai Karang 25

Gambar 2.12 Revetment 28

Gambar 2.13 Groin 29

Gambar 2.14 Jetty 30

Gambar 2.15 Pemecah Gelombang 30

Gambar 2.16 Penginderaan Jauh 36

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian 51

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian 65

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kelurahan Marunda 67

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Marunda Tahun 1997, 2007, 2017 77

Gambar 4.3 Layout Klasifikasi Citra Landsat dan Hasil Groundcheck 81

Gambar 4.4 Digitasi garis pantai 82

Gambar 4.5 Overlay Citra Landsat Tahun 1997, 2007 dan 2017 83

Gambar 4.6 Peta Ketinggian Gelombang Pantai Marunda 89

Gambar 4.7 Peta Kecepatan Angin 90

Page 16: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir 50

Page 17: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Ground Check Lapangan 101

Lampiran 2 Pedoman Observasi 105

Lampiran 3 Hasil Observasi 107

Lampiran 4 Pedoman Wawancara 109

Lampiran 5 Hasil Wawancara 111

Lampiran 6 Dokumentasi 119

Lampiran 5 Foto Narasumber 120

Page 18: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000

pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi

melalui katulistiwa1. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang banyak

dimanfaatkan untuk kehidupan manusia, seperti kawasan pelabuhan,

industri, pertambakan, permukiman, pariwisata, dan sebagainya. Seperti

kita ketahui bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang lebih banyak

mengalami kemajuan dari segi pembangunan. Pembangunan di kawasan

pesisir dilakukan karena letaknya yang strategis.

Pembangunan di kawasan pesisir yang tidak sesuai dengan prinsip-

prinsip ekologi dapat menimbulkan permasalahan lingkungan di kawasan

pesisir tersebut. Kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pantai dan

pesisir hingga saat ini masih belum bisa ditanggulangi dengan baik dan

optimal. Justru yang terjadi kerusakan lingkungan yang semakin

memperparah dan semakin meluas. Penyebab terjadinya kerusakan

lingkungan di wilayah pesisir lebih didominasi oleh pembangunan di

wilayah pesisir, kerusakan mangrove, pencemaran minyak, pencemaran

sampah dan lain-lain, hal ini menyebabkan beberapa pesisir pantai di

Indonesia mengalami kerusakan di kawasan pesisir.

Salah satu permasalahan lingkungan yang ada di kawasan pesisir

terjadi perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi. Abrasi dapat

memberikan kerugian yang disebabkan karena mundurnya garis pantai

sehingga daratan dapat menghilang terkikis oleh air laut. Dengan begitu

abrasi dapat mengancam kerusakan pertambakan, persawahan,

permukiman maupun bangunan-bangunan yang berbatasan langsung

dengan air laut. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP), sekitar

100 lokasi di 17 provinsi dengan panjang pantai sekitar 400 kilometer

(km) telah tergerus abrasi. Pantai utara Jawa mengalami abrasi terparah,

1 Bambang Triatmodjo, Perencanaan Bangunan Pantai, ( Yogyakarta, Betaa Offset, 2012) hal. 1

Page 19: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

2

mencapai 745 km atau 44 persen total garis pantainya. Permasalahan

abrasi pantai di Indonesia sudah mencapai tahap kritis. Diketahui sudah

banyak kerugian yang ditimbulkan seperti hilangnya lahan pertambakan,

persawahan, maupun bangunan-bangunan di sekitar pantai.

Ada dua macam faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan pesisir. Pertama, faktor alami seperti gelombang laut, arus,

angin, sedimentasi, topografi pesisir dan pasang surut. Sedangkan faktor

kedua adalah faktor manusia, seperti penambangan pasir, reklamasi pantai,

dan pengrusakan vegetasi pantai. Faktor akibat manusia ini dianggap

faktor non-alami yang dapat mempercepat proses terjadinya perubahan

pesisir. Aktifitas manusia di sekitar wilayah pesisir seperti penambangan

pasir, pembagunan bangunan di sekitar pantai, pengalihfungsian lahan

mangrove dapat mempercepat laju abrasi itu sendiri. Wilayah pesisir kita

ketahui memang lebih maju dalam hal pembangunan dan aktivitas

ekonominya. Hal ini karena wilayah pesisir sangat strategis banyak

dijadikan pintu masuk untuk kegiatan ekonomi di sekitarnya, sehingga

banyak menarik perhatian untuk dimanfaatkan. Namun demikian kawasan

pesisir juga merupakan kawasan yang rentan terhadap perubahan,

kerusakan dan pencemaran.

Seperti halnya kawasan pesisir dan laut Teluk Jakarta merupakan

wilayah pesisir yang strategis sekaligus paling rentan terhadap perubahan,

gangguan, dan pencemaran oleh manusia. Letak Teluk Jakarta sangat

strategis karena merupakan pintu gerbang utama aktivitas ekonomi

kelautan di Indonesia. Namun bisa dikatakan bahwa Teluk Jakarta

merupakan wilayah paling rentan karena daerah ini merupakan penyangga

bagi ekosistem daratan Jakarta yang tinggi aktivitas manusianya

Permasalahan Teluk Jakarta juga disebabkan oleh terus meningkatnya

kebutuhan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir untuk kegiatan

pariwisata, permukiman dan industri.

Berbagai kegiatan manusia yang berada di daerah pantai atau

pesisir menyebabkan peningkatan kebutuhan akan lahan terus meningkat,

belum lagi pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Hal ini juga

Page 20: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

3

menyebabkan kebutuhan lahan di daerah pesisir semakin meningkat untuk

dijadikan lahan permukiman. Dengan bertambahnya pertumbuhan

penduduk di Jakarta makan akan berdampak juga pada meningkatnya

kebutuhan lahan untuk permukiman dan menyebabkan degrasi lahan di

kawasan pesisir. Dapat dilihat pada Tabel 1.1 untuk melihat pertumbuhan

penduduk DKI Jakarta.

Tabel 1.1 Pertumbuhan jumlah penduduk DKI Jakarta

Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (ribu) Laju

Pertumbuhan

Penduduk per

Tahun (%)

2010 2014 2015 2010-

2015

2014-

2015

1 2 3 4 5 6

1 Kepulauan

Seribu

21 414 23 011 23 340 1,74 1,43

2 Jakarta Selatan 2 071 628 2 164 070 2 185 711 1,08 1,00

3 Jakarta Timur 2 705 818 2 817 994 2 843 816 1,00 0,92

4 Jakarta Pusat 895 371 910 381 914 182 0,42 0,42

5 Jakarta Barat 2 292 997 2 430 410 2 463 560 1,45 1,36

6 Jakarta Utara 1 653 178 1 729 444 1 747 315 1,11 1,03

Jumlah 9 640 406 10 075310 10 177 924 1,09 1,02

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Dari Tabel 1.1 bisa dilihat bahwa pertumbuhan di kawasan pantai

cukup besar. Pertumbuhan penduduk di wilayah Jakarta Utara dari tahun

2010-2015 sebesar 1,11 % dan terbesar ketiga setelah Kepulauan Seribu

dan Jakarta Barat. Jakarta Utara merupakan wilayah pesisir yang dapat

menunjang pembangunan dari segi ekonomi, karena diketahui bahwa

kawasan pesisir merupakan kawasan yang maju dalam hal pembangunan.

Dengan seiring bertambahnya pertumbuhan penduduk di kawasan pesisir

Teluk Jakarta maka akan mengakibatkan kebutuhan lahan di kawasan

tersebut semakin meningkat. Pemanfaatan wilayah pesisir dengan

mengalihfungsikan lahan yang awalnya diperuntukan untuk lahan

mangrove tetapi dialihfungsikan untuk permukiman karena kepadatan

penduduk semakin tinggi, hal ini akan menyebabkan degradasi lahan yang

awalnya diperutukan untuk lahan mangrove tetapi berubah menjadi lahan

Page 21: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

4

permukiman. Seperti pembangunan permukiman di kawasan Pantai

Marunda yaitu pembangunan rumah susun untuk merelokasi penduduk

yang sebelumnya berada di kawasan pantai berpindah di kawasan rumah

susun. Degradasi lahan adalah hasil dari suatu proses yang mengakibatkan

turunnya kualitas dan produktivitas lahan.2

Pembangunan rumah susun memang upaya bagi pemerintah

Provinsi DKI Jakarta untuk menata tata ruang ibukota agar lebih baik lagi.

Namun pembangunan yang jaraknya tidak jauh dari pantai juga

mengakibatkan dampak bagi lingkungan sekitar. Seperti, pengalihfungsian

lahan mangrove yang dijadikan lahan untuk permukiman. Di Marunda

ekosistem mangrove sudah sedikit sekali ditemui, mangrove dapat ditemui

dibelakang rumah susun tetapi hanya dalam jumlah sedikit. Padahal

ekosistem ini dapat menyelamatkan Jakarta Utara dari bencana abrasi dan

intrusi air laut. Bisa dilihat dari data BPS yang terdapat di Tabel 1.2 bahwa

Marunda merupakan kawasan yang tinggi dalam hal pembangunan untuk

rumah susun di Jakarta.

Tabel1.2 Jumlah pembangunan rumah susun di Jakarta tahun 2016

Lokasi Luas Area (Ha) Jumlah Blok Unit

Jakarta Utara

Semper Barat

Penjaringan

Muara Angke II

Muara Angke III

Suka Pura

Kapuk Mutiara

Marunda

Rorotan

50 52

0 98

0 60

0 80

-

0 20

2 40

25 96

6 23

60

4

4

7

-

1

6

26

-

6 746

360

1 694

112

-

100

700

2 580

-

Sumber : BPS DKI Jakarta

Dengan banyaknya pembangunan yang terjadi di Marunda akan

berdampak secara langsung terhadap lingkungan. Seperti pembabatan

hutan mangrove untuk dijadikan wilayah pembangunan, diketahui bahwa

2 Prof.Dr.K.E.S.Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2016) ,

hal.96

Page 22: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

5

Marunda merupakan wilayah di Jakarta Utara yang mememiliki luas hutan

mangrove terendah dari wilayah lainnya di Jakarta Utara. Hutan

mangrove di Marunda tercatat luasnya hanya sekitar ± 1,65 ha.

Berkurangnya populasi mangrove juga berakibat pada meningkatnya laju

abrasi daerah pantai.

Di pantai Marunda, abrasi sangat kuat terjadi hampir sepanjang

tahun dan telah berlangsung cukup lama. Beberapa rumah penduduk telah

hilang ditelan laut, luas kawasan berkurang dengan cepat. Pantai ini

terletak di bagian selatan Teluk Jakarta antara muara bekasi dan muara

blencong , dimana pada periode tahun 1990-2009 wilayah ini mengalami

abrasi sebesar 28,98 ha menyebabkan garis pantai mundur 163,6 meter

dari garis pantai sebelumnya, dengan laju abrasi 8,6 meter per tahun3.

Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan manusia untuk selalu

menjaga alam agar tidak terjadi kerusakan yang di sebabkan oleh manusia

itu sendiri seperti dalam Surat Ar-Rum ayat 41, yang berbunyi:

م بعض ه يق ذ ي اس ل ي الن د ي ت أ ب س ا ك م ر ب ح ب ال ر و ب ي ال ف اد س ف ر ال ه ظ

ي ذ عىن ال ج ر م ي ه ل ع ىا ل ل م ٤١ع

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

(QS.Ar-Rum 30:41)

Dalam Surat Ar-Rum, dikatakan bahwa telah terjadi kerusakan

karena ulah manusia ini terjadi darat dan laut. Betapa banyak wilayah

pantai yang rusak dan hilang keindahan alamnya oleh kerakusan manusia.

Salah satunya terjadi abrasi pantai. Erosi pantai dapat menyebabkan

mundurnya garis pantai dan rusaknya berbagai fasilitas yang ada di daerah

tersebut, seperti sarana dan prasarana umum, jalan, tempat ibadah,

sekolah, bahkan permukiman itu sendiri4.Erosi pantai juga biasa disebut

dengan abrasi pantai. Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh

3 Arum Mustika Harti, Perubahan garis pantai Teluk Jakarta tahun 1970-2009, (skripsi Fakultas

MIPA UI, 2009) hal 55 4 Bambang Triatmodjo,Loc.Cit

Page 23: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

6

tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak5. Abrasi ini

bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor alam atau fisik dan

faktor campur tangan manusia.

Salah satunya dengan adanya pembagunan di wilayah pesisir

sangat berdampak dengan perubahan garis di pantai akibat abrasi. Pantai

Marunda di Desa Marunda, Cilincing, Jakarta Utara merupakan sebuah

desa yang dahulu aman dari ancaman gelombang laut, Marunda kini sudah

berubah menjadi perkampungan relatif padat yang berada langsung di tepi

laut terbuka. Sebagian rumah warga bahkan berdiri hanya beberapa meter

dari bibir pantai. Padahal dahulu sekitar beberapa puluh tahun yang lalu

Marunda bukan merupakan perkampungan yang terletak langsung di tepi

laut, namun masih beberapa kilo meter dari bibir pantai. Bahkan warga

masyarakat Marunda untuk sampai ke laut harus mengendarai perahu-

perahu kecil dan melewati hutan mangrove maupun tambak-tambak ikan

bandeng.

Kehancuran hutan mangrove Marunda dimulai pada awal tahun

1890-an. Ketika itu secara besar-besaran terjadi penambangan atas pasir

beting di perairan laut Marunda untuk pembangunan jalan raya Cakung-

Cilincing. Beting atau bukit pasir yang menyembul di laut itu membentang

sepanjang sekitar 5 kilometer dari perairan pantai Cilincing di barat

sampai ke daerah Muara Gembong di Bekasi6. Hal ini merupakan salah

satu penyebab abrasi pantai yang terjadi di Marunda. Marunda merupakan

lokasi yang cukup kritis dengan tingkat abrasi yang cukup tinggi di pesisir

Jakarta. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Marunda mengalami abrasi

sejauh 273 m dengan laju pengurangan 13,65 m/thn. Luas daratan yang

berkurang sebesar 96,78 Ha7.

5 Heryososetiyono, Kamus Oseanografi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), hal. 1

6 Mulyawan Karim Kompas.com, Tak ada lagi bakau di Marunda,

http://nasional.kompas.com/read/2008/03/14/09281584/tak.ada.lagi.bakau.di.marunda diakses

pada tanggal 13/11/2017 pukul 13:34WIB 7 Ibid, Arum Mustika Harti hal47

Page 24: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

7

Gambar 1.1 Garis Pantai Marunda tahun 1982 dan Garis Pantai Marunda

tahun 1948 ditunjukkan pada garis putih

Menurut Verstappen, Marunda sudah mengalami kemunduran

garis pantai dalam 40 tahun terakhir sebesar 750 m8. Selain itu, aktivitas

manusia yang menjadi salah satu penyebab abrasi pantai lainnya yaitu

penambangan pasir/pengerukan pasir pantai. Kegiatan penambangan pasir

pantai oleh masyarakat di wilayah pesisir masih berlangsung sampai saat

ini. Apabila kegiatan penambangan pasir pantai terus menerus dilakukan

maka sudah dipastikan bahwa tingkat kerusakan lingkungan akan semakin

meningkat. Kerusakan kondisi fisik pantai menyebabkan abrasi pantai atau

perubahan garis pantai yang semakin menjorok ke daratan. Beberapa

wilayah pantai di Indonesia garis pantai semakin mendekati permukiman,

mengancam infrastruktur, dan lain sebagainya. Hal ini akibat terjadi

kerusakan wilayah pesisir yang diakibatkan oleh abrasi.

Untuk mengetahui abrasi yang terjadi di Pantai Marunda ada

teknologi penginderaan jauh yang sangat efektif dan membantu untuk

mengetahui abrasi pantai. Teknologi penginderaan jauh sangat potensial

dalam era digital seperti sekarang ini. . Teknologi penginderaan jauh yang

mempunyai keunggulan dibidang resolusi spasial (0,5 m sampai 1,1 km),

8 Herman Th. Verstappen, Garis Besar Geomorfologi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press,

2014) hal.154

Page 25: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

8

temporal (dari 15 sampai 30 hari), dan resolusi spektral (dari 1

saluran/band hingga ratusan) sangat relevan untuk deteksi dan identifikasi

tingkat abrasi pantai. Teknologi Penginderaan Jauh (inderaja) semakin

berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai

misi dan teknologi sensor. Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu

memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam daratan dan kelautan

secara teratur dan periodik. Ketersediaan data inderaja/citra satelit dalam

bentuk digital memungkinkan analisis dengan komputer secara kuantitatif

dan konsisten.9

Salah satu penelitian abrasi pantai yang menggunakan teknologi

penginderaan jauh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ardi Herdian

Purwadinata tentang prediksi laju abrasi dengan menggunakan citra satelit

di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, dengan hasil penelitian, yaitu

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, pada

umumnya abrasi akan terjadi pada wilayah pesisir yang tidak memiliki

hutan bakau dan telah mengalami penambangan pasir. Dari total panjang

pantai Kabupaten Tangerang sebesar ± 51 km, telah terjadi abrasi sebesar

40.3 % dari tahun 2009 hingga 2012 yaitu ± 20.6 km. Kecamatan Kronjo

mengalami abrasi sepanjang 2.7 km dengan rata-rata laju abrasi sebesar

16.3 m/tahun, lalu Kecamatan Kemiri mengalami abrasi sepanjang 1.5 km

dengan laju rata- rata abrasi sebesar 9.2 m/tahun, Kecamatan Mauk

mengalami abrasi sepanjang 8.2 km dengan laju abrasi rata rata sebesar

20.9 m/tahun, Kecamatan Sukadiri mengalami abrasi sepanjang 1.2 km

dengan laju abrasi rata rata 5.2 m/tahun, Kecamatan Paku Haji mengalami

abrasi sepanjang 1.6 km dengan laju abrasi rata rata sebesar 14.3 m/ta.

Untuk mengetahui laju abrasi di Pantai Marunda penelitian ini juga

menggunakan teknologi penginderaan jauh karena penginderaan jauh

merupakan teknologi yang efektif dan efisien.

Berdasarkan latar belakang di telah diuraikan atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Analisis Abrasi Pantai

9 Paharuddin, Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Kajian Kerentanan Pantai Utara Jakarta,

(Tesis Institusi Pertanian Bogor, 2011) hal. 1

Page 26: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

9

Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh , Studi Kasus Pantai Marunda

Kecamatan Cilincing Provinsi DKI Jakarta.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi

masalahnya adalah sebagai berikut

1. Pertumbuhan penduduk di kawasan Pesisir Jakarta mengakibatkan

pengalihfungsian lahan mangrove menjadi permukiman

2. Banyaknya pembangunan yang dilakukan di sekitar pantai

menyebabkan degradasi lahan

3. Penambangan pasir pantai yang menyebabkan semakin mundurnya

garis pantai Marunda

4. Terjadi perubahan garis pantai di Pantai Marunda yang disebabkan

proses abrasi

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka diperlukan adanya

pembatasan masalah. Oleh karena itu, penelitian hanya mengkaji laju

abrasi pantai di kawasan Pantai Marunda Kecamatan Cilincing Provinsi

DKI Jakarta dengan menggunakan penginderaan jauh dari tahun 1997

sampai 2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diperoleh pertanyaan yaitu,

Bagaimana laju abrasi pantai di kawasan Pantai Marunda Kecamatan

Cilincing Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan teknologi

penginderaan jauh?

E. Tujuan Peneletian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui laju abrasi di Pantai

Marunda Kecamatan Cilincing Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan

teknologi penginderaan jauh.

Page 27: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

10

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah adanya konribusi dari penelitian baik secara teoritis maupun

praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini juga diharapkan bisa dijadikan bahan masukan bagi

para mahasiswa dan guru Geografi dalam melaksanakan

pembelajaran di dalam kelas.

b. Memberikan kontribusi pengetahuan yang bermanfaat dalam

mengelola pantai agar selalu terjaga dengan baik

c. Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat

memperkaya dan menambah wawasan.

d. Menambah khazanah keilmuan tentang kerusakan pantai yang

disebabkan oleh abrasi

e. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pembelajaran IPS khusunya

pada mata pelajaran Geografi

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Informasi untuk melihat bagaimana perubahan yang terjadi pada

garis pantai akibat abrasi di wilayah pesisir Jakarta, yaitu di Pantai

Marunda Kecamatan Cilincing Provinsi DKI Jakarta.

b. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah setempat

dalam menangani abrasi pantai, sehingga laju abrasi dapat

berkurang.

c. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau

dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang

sejenis.

Page 28: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pantai dan Pesisir

a. Pengertian Pantai dan Pesisir

Pantai adalah bagan muka bumi yang merupakan garis khayal

tempat bertemunya daratan dan perairan, dari muka air laut rata-

rata terendah sampai muka iar laut rata-rata tertinggi. Secara

fisiologis pantai didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai

hingga kearah yang masih dipengaruhi pasang surut air laut,

dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar

laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang

bersifat lepas yang kadang materinya berupa kerikil10

, definisi

pantai menurut Sugandi dalam skripsi Arum Mustika Harti.

Menurut Bambang Triadmojo, definisi pantai adalah daerah di

tepi perairan yang dipengaruhhi oleh air pasang tertinggi dan air

surut terendah11

Pantai bisa terbentuk dari material dasar berupa

lumpur, pasir atau kerikil (grabel). Bird mendefinisikan pantai

sebagai pertemuan antara daratan, lautan dan udara dimana ketiga

unsur tersbut saling mempengaruhi yang meluas kea rah daratan

hingga batas pengaruh laut masih dirasakan. Bird membagi pantai

menjadi tiga yaitu:

1) Pantai bagian depan (foreshore), yaitu daerah antara pasang

tersurut sampai daerah pasang.

2) Pantai bagian belakang (backshore), yaitu daerah antara pasang

tertinggi sampai daerah tertinggi terkena ombak.

3) Pantai lepas (offshore), yaitu daerah yang meluas dari titik

pasang surut terendah ke arah laut.

10

Arum Mustika Harti, Perubahan garis pantai Teluk Jakarta tahun 1970-2009, (skripsi Fakultas

MIPA UI, 2009) hal 5 11

Bambang Triatmodjo, Perencanaan Bangunan Pantai, (Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta,

2012) hal.4

Page 29: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

12

Gambar 2.1 Ilustrasi Bagian Pantai

Menurut Shandy dalam skripsi Arum Mustika, pantai adalah

bagian muka bumi yang merupakan garis khayal tempat

bertemunya daratan dan perairan, dai muka air laut rata-rata

terendah sampai muka iar laut rata-rata tertinggi. Secara fisiologis

pantai didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga

kearah yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar

yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar laut, serta

dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas

yang kadang materinya berupa kerikil.12

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa pantai merupakan daerah tempat bertemunya

daratan dan lautan yang dihubungkan dengan garis khayal yang

bersifat dinamis. Dikatakan dinamis karena posisinya tidak tetap

dan berpindah-pindah sesuai pasang surut air laut.

Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat

pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air

laut. Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan

dan laut13

.Lebih lanjut Mukhtasor menjabarkan pengertian pesisir

dari dua segi yang berlawanan14

, yakni:

12

Arum Mustika, Loc cit. hal. 23 13

Mukhtasor, Pencemaran Pesisir dan Laut, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) hal, 15 14

M.S Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta: UI Press, 2011) hal.39

Sumber : Bambang Triadmodjo,2015

Page 30: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

13

1) Dari segi daratan : Pesisir adalah wilayah daratan sampai

wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat darat (seperti

misalnya, angin darat, drainase air tawar dari sungai,

sedimentasi).

2) Dari segi laut: Pesisir adalah wilayah laut sampai wilayah darat

yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut (seperti misalnya,

pasang surut, salinitas, intrusi air laut ke wilayah daratan, angin

laut).

Menurut Soegiarto dalam buku Interaksi Daratan dan Lautan,

definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah

pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir

bagian darat, baik kering maupun terendam air, yang masih

dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan

perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir

mencangkup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-

proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air

tawar, maupun disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperi

penggundulan hutan dan pencemaran.15

Begen mendefinisikan wilayah pesisir merupakan daerah

pertemuan antara darat dan laut. Batas ke arah darat meliputi

bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih

mendapat pengaruh sifat-sifat laut. Sifat-sifat laut tersebut meliputi

angina laut, pasang surut, dan perembesan air laut. Wilayah pesisir

kea rah laut mencakup bagian atau batas terluar pada daerah

paparan benua. Namun, wilayah ini masih dipengatuhi oleh proses-

proses yang terjadi di darat. Proses-proses tersebut antara lain

sedimentasi dan aliran air tawar, serta kegiatan penggundulan

hutan dan pencemanaran.16

15

LIPI, Interaksi Daratan dan Lautan Pengaruhnya Terhadap Sumber Daya dan Lingkungan,

(Jakarta: LIPI Press, 2004) hal. 32 16

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyanti, Peran Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam

Pengurangan Risiko Bencana dan Pembangunan Pesisir, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2015) . hal. 9

Page 31: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

14

Menurut kesepakatan Internasional, wilayah pesisir

didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke

arah darat sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke

arah darat mencakup daerah terkena pengaruh percikan air laut atau

pasang surut, ke arah laut meliputi daerah paparan benua.17

Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomomr 27 Tahun 2007

wilayah pesisir disebutkan sebagai daerah peralihan antara

ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat

dan laut.18

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah daratan

yang berbatasan dengan lautan, baik yang dipengaruhi oleh sifat

laut maupun sifat darat. Wilayah pesisir yang dipengaruhi oleh

sifat laut erat kaitannya dengan angina laut, pasang surut air laut

maupun salinitas atau kandungan garam. Adapun wilayah pesisir

yang dipengaruhi oleh sifat darat berkaitan dengan angin darat,

sedimentasi atau pengendapan dan lain sebagainya.

b. Klasifikasi Pantai

1) Pantai menurut Triatmodjo dalam Purwadinata, pantai

diklasifikasikan berdasarkan materi penyusun pantai sebagai

berikut :

a) Pantai berbatu

Pantai berbatu dinding pantainya terjal, yang langsung

berhubungan dengan laut dan sangat dipengaruhi oleh

serangan gelombang. Biasanya tidak mudah tererosi akibat

adanya arus atau gempuran gelombang. Kalaupun ada lebih

banyak disebabkan oleh pelakukan batuan atau proses

geologi lain dalam waktu yang relative lama. Erosi pada

material ( seperti batu atau karang ) ini lebih dikenal

dengan nama abrasi.

17

LIPI. Ibid hal. 33 18

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyant, Op.cit. hal. 10

Page 32: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

15

Gambar 2.2 Pantai Berbatu

Sumber : Wikipedia.com

b) Pantai berpasir

Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi

gelombang, pengendapan sedimen dan material organik.

Material penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang

berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai atau berasal

dari daratan di belakang pantai tersebut. Menurut Zheng K

dalam Mario menjelaskan >70 % pantai berpasir di dunia

mengalami kemunduran garis pantai (abrasi) disebabkan

pengaruh sea level rise (kenaikan muka laut), badai akibat

perubahan iklim dan gangguan ekosistem pantai yang

diakibatkan oleh aktivitas manusia di sekitar aktivitas

manusia di sekitar kawasan pantai.19

Gambar 2.3 Pantai Berpasir

Sumber : wikipedia.com

19

Adnan Sofyan, Kajian Kerusakan Pantai Akibat Erosi Marin di Wilayah Pesisir Kelurahan

Kastela Kecamatan Pulau Ternate, (Jurnal Geografi Vol 12, 2014) hal. 65

Page 33: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

16

c) Pantai berlumpur

Pantai berlumpur yang banyak dijumpai di muara sungai

yang ditumbuhi oleh hutan mangrove dan lumpur. Pantai

tipe ini relative mudah berubah, mengalami deformasi, dan

tererosi20

.

Gambar 2.4 Pantai Berlumpur

Sumber : wikipedia.com

2) Pantai menurut Sugandi diklasifikasikan berdasarkan

kelandaiannya (khusus pantai-pantai di Indonesia) sebagai

berikut:

a) Pantai Datar (landai)

Pantai dengan proses pengendapan yang domina.

Umumnya terdapat di pantai utara Jawa, pantai timur

Sumatera. Dengan karakteristik muara sungai memiliki

delta, airnya keruh mengandung lumpur dan terdapat proses

sedimentasi.

Gambar 2.5 Pantai Datar

Sumber : Geograph88

20

Bambang Triadmodjo, Op.cit hal 4

Page 34: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

17

b) Pantai Samudera

Pantai dimana proses erosi lebih dominan

(subemergence). Umumnya terdapat di pantai selatan Jawa,

pantai barat Sumatera, pantai utara dan timur Sulawesi dan

panai utara Irian Jaya, dengan karakteristik muara sungai

berada dalam teluk, delta tidak berkembang baik dan airnya

keruh, batasan antara pantai dan garis pantai pada

umumnya lurus dan sempit, kedalaman pantai kearah laut

berubah tiba-tiba (curam).

Gambar 2.6 Pantai Samudera

Sumber : Geograph88

c) Pantai Pulau

Pantai yang melingkari dan mengelilingi pulau,

dibentuk oleh endapan sungai. Umumnya terdapat di Pulau

Seribu, Nias, dan Riau21

.

Gambar 2.7 Pantai Pulau

Sumber : Geograph88

21

Arum Mustika Harti, Op.Cit,hal . 6

Page 35: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

18

c. Karakteristik Pesisir

Istilah daratan, pesisir, dan laut (samudera) secara umum telah

dikenal luas oleh masyarakat. Secara fisik, batas-batas antara

ketiganya bisa berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang dan

pemakaiannya. Namun demikian, terdapat suatu kesepakatan

umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah

peralihan antara daratan dan laut. Wilayah pesisir di daratan

sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut, yang

masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut,

angin laut, dan intrusi garam. Sedangkan batasan wilayah pesisir di

laut adalah daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di

daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta

daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di

daratan.22

Perairan Indonesia, yang merupakan batas atau pertemuan

antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera

Pasifik, merupakan sistem perairan yang cukup kompleks. Hal ini

disebabkan oleh adanya pengaruh kedua samudera tersebut. Selain

itu, musim yang berkembang di antara kedua benua, Asia dan

Australia yang mengapit perairan Indonesia, juga mempengaruhi

keadaan dan sifat-sifat oseanografi perairan di Indonesia.

Sedangkan perairan pedalaman dibatasi oleh pulau-pulau, terutama

perairan pantainya, banyak mendapatkan pengaruh dari daratan,

topografi dasar laut dan garis pantai serta iklim setempat yang

menonjol.23

d. Ekosistem Pesisir

1) Hutan Mangrove

Hutan mangrove yang sering disebut juga sebagai hutan

payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem

22

Mukhtaso, Op.Cit, hal. 15 23

Ibid, hal 16

Page 36: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

19

peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropik atau

sub tropik di sepanjang pantai yang terlindung dan di muara

sungai. Hutan mangrove merupakan ciri khas ekosistem daerah

tropis dan sub tropis dan merupakan ekosistem utama

pendukung kehidupan yang penting di wilayah parairan pesisir.

Menurut M.S Wibisono, hutan mangrove merupakan salah

satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat di sepanjang garis

pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang

sangat unik. Hutan ini merupakan peralihan habitat lingkungan

darat dan lingkungan laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak

persis sama seperti sifat-sifat yang dimiliki hutan hujan tropis

di daratan.24

Gambar 2.8 Tumbuhan Mangrove

Sumber : Muh. Aris, 2015

Menurut Muh.Aris, mangrove merupakan salah satu

formasi tumbuhan yang terdapat di area pasang surut yang

umumnya terdapat di daerah pantai tropis dan subtropis.25

Dari

beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan,

bahwa mangrove adalah ekosistem estuaria atau daerah

24

M.S Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan Edisi 2, ( Jakarta: UI Press, 2010) hal. 202 25

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyanti, Loc.Cit hal. 34

Page 37: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

20

peralihan antara daratan dan lautan. Hutan mangrove

merupakan ekosistem penting yang ada di wilayah pesisir.

Ada empat faktor utama yang mempengaruhi penyebaran

tumbuhan mangrove26

yaitu:

a) Frekuensi arus pasang

b) Salinitas tanah

c) Air tanah

d) Suhu air

Keempat faktor tersebut akan menentukan dominasi jenis

mangrove yang ada di temapat yang bersangkutan. Vegetasi

hutan mangrove umumnya terdiri dari jenis-jenis yang selalu

hijau dari beberapa family. Hutan mangrove dapat meliputi

beberapa jenis tanaman seperti avicennia, sonneratia,

rhizophora, ceriops, bruguiera, xylocarpus, lumnitzera,

laguncularia, aegiceras, aegiatilis, snaeda conocarpus. Untuk

adaptasi terhadap kondisi yang ekstrim, jenis-jenis tersebut

mempunyai perakaran yang khusus. Sonneratia, avicennia, dan

xylocarpus spp menyunyai akar horizontal, bruguiera dan

lumnitzera berakar tunjang, sedangkan ceriops akarnya terbuka

bagian bawah batang mempunyai lenti sel yang besar.27

Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai

banyak fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ekosistem mangrove bagi bermacam

biota perairan (ikan, udang, dan kerrang-kerangan) berfungsi

sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara, dan

berkembang biak. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai

jenis satwa, baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat

sementara. Dari segi ekonomis, vegetasi ini dapat dimanfaatkan

sebagai sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku pulp dan

kertas, kayu bakar, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber

bahan lainnya. Mangrove juga mempunyai peran penting

26

Mukhtasor, Op.Cit,, hal.35 27

Ibid, hal 36

Page 38: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

21

sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut

serta penyerap logam berat dan pestisida yang mencemari laut.

Hutan mangrove dapat dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan tetapi harus dilakukan dengan asas pelestarian.

Pemanfaatan hutan mangrove yang berasaskan pelestarian

fungsi hutan mangrove, yaitu dengan tetap mempertahankan

sebagai hutan mangrove sabuk atau jalur hijau sepanjang garis

pantai. Dengan adanya sabuk hijau dari mangrove maka

kerusakan pantai, usaha tambak udang, atau kegiatan lainnya

yang terancam abrasi gelombang laut dapat dicegah. Di

samping itu, fungsi hutan mangrove juga dapat berlangsung

dengan baik dan lestasi.28

Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai

banyak fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ekosistem mangrove bagi bermacam

biota perairan berfungsi sebagai tempat mencari makan,

memijah, memelihara juvenile, dan berkembang biak. Hutan

mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa, baik sebagai

habitat pokok maupun sebagai sementara, penghasil sejumlah

detritus, dan perangkap sedimen. Dari segi ekonomis, vegetasi

ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil kayu

bangunan, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar, bahan

arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain, seperti tannin

dan pewarna. Mangrove juga mempunyai peran penting

sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut

serta penyerap logam berat dan pestisida yang mencemari

laut.29

2) Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) merupakan organisme yang

hidup di dasar laut daerah tropis dan dibangun oleh biota laut

28

Prof.Dr.K.E.S.Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2016)

hal. 81 29

Mukhtasor, Op.Cit,, hal.36

Page 39: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

22

penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang dan alga

penghasil kapur. Terumbu karang juga merupakan ekosistem

yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Terumbu

karang adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang

membentuk koloni dan mempunyai rumah yang terbuat dari

bahan kapur (Ca-karbonat). Terumbu karang merupakan

sebuah komunitas biologis yang berada di dasar perairan laut

yang membentuk struktur padat yang kokoh dan terbuat dari

bahan kapur. Organisme utama kebanyakan terdiri dari koral

dan algae.30

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

terumbu karang merupakan organisme bawah laut yang

bentuknya kokoh kuat untuk menahan gelombang. Terumbu

karang merupakan ekosistem yang banyak dijadikan tempat

tinggal maupun tempat mencari makan bagi berbagai jenis

spesies laut.

Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang

dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu terumbu karang tepi,

terumbu karang penghalang dan terumbu karang cincin.

Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan

yang agak dangkal. Untuk mencapai pertumbuhan

maksimumnya, terumbu karang memerlukan perairan yang

jernih, dengan suhu yang hangat, gerakan gelombang yang

besar, serta sirkulasi yang lancer dan terhindar dari proses

sedimentasi. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu

karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini

pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali

berubah karena adanya gangguan, baik yang berasal dari alam

atau aktivitas manusia.31

Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling

produktif dan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi,

30

M.S Wibisono, Op Cit hal. 222 31

Mukhtasor, Op.Cit,, hal.38

Page 40: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

23

karena produktivitas yang tinggi tersebut memungkinkan

terumbu karang menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan

mencari makan dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu, secara

otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi.

Kerangka hewan karang berfungsi sebagai tempat berlindung

atau tempat menempelnya biota laut lainnya. Terumbu karang

juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Selain itu,

terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari

erosi.

Gambar 2.9 Terumbu Karang

Sumber : Mongabay.co.id

3) Padang Lamun

Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbiji tunggal dari

kelas angiospermae (tumbuhan berbunga) yang sudah

sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah

permukaan air laut. Tumbuhan ini hidup di perairan dangkal

agak berpasir, dan sering juga dijumpai di ekosistem terumbu

karang. Menurut M.S Wibisono, padang lamun merupakan

hamparan tanaman rumput laut yang selalu terendam air, bias

ditemui di lingkungan sedimen estuaria yang dangkal maupun

Page 41: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

24

di tengah laut sekitar pulau-pulau.32

Dari pengertian yang

dikemukakan dapat disimpulkan bahwa padang lamun adalah

sejenis tumbuhan berbunga yang hidup dipermukaan laut.

Ekosistem padang lamun merupakan tergolong ekosistem

estuaria.

Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga

membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih

terjangkau oleh sinar matahari dengan tingkat energi cahaya

yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak,

berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar.

Tunas-tunas tumbuh dari rhizome, yaitu bagian rumput yang

tumbur menjalar di bawah permukaan dasar laut. Secara

ekologis, padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting

bagi wilayah pesisir dan laut, yaitu antara lain menangkap

sedimen, menstabilkan substrat dasar dan menjernihkan air,

produktivitas primer, sumber makanan langsung kebanyakan

hewan, habitat beberapa jenis air yang bernilai komersial

tinggi, seperti ikan dan udang.33

Gambar 2.10 Padang Lamun

Sumber : Mongabay.co.id

32

M.S Wibisono, Op.Cit, hal. 237 33

Mukhtasor, Op.Cit, , hal. 39

Page 42: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

25

e. Perubahan Garis Pantai

Menurut Sudarsono dalam Luqman Hadiyan, perubahan garis

pantai ada dua macam, yaitu perubahan maju (akresi) dan

perubahan mundur (abrasi). Garis pantai dikatakan maju apabila

ada petunjuk adanya pengendapan dan atau pengangkatan daratan.

Sedangkan garis pantai dikatakan mundur apabila ada proses abrasi

atau penenggelaman daratan34

.Menurut Litbang PU Pengairan

dalam Oki, Kerusakan daerah pantai dikelompokkan dalam

beberapa jenis kerikusakan yaitu :

1) Erosi ( perubahan garis pantai, gerusan di kaki bangunan dan

daerah yang terkena erosi dan pengaruhnya terhadap daerah

lain )

2) Abrasi ( abrasi di batuan, abrasi di tembok laut/pelindung

pantai dan daerah yang terkena abrasi dan pengaruhnya

terhadap daerah sekitarnya.)

3) Pendangkalan muara dan sedimentas ( lamanya muara tertutup,

persentase pembukaan muar, daerah yang terkena sedimentasi

dan pengaruh sedimentasi

4) Kerusakan lingkungan (permukiman, kualitas air laut, terumbu

karang, hutan mangrove, dan bangunan bermasalah ).35

f. Perlindungan Pantai Dari Abrasi

Menurut Bambang Triatmodjo perlindungan pantai dibedakan

menjadi dua, yaitu perlindunga secara alami maupun buatan.

1) Perlindungan Alami

a) Pantai Pasir

Lindungan alami pada pantai pasir adalah berupa

hamparan pasir yang dapat berfungsi sebagai penghancur

34

Luqman Hadiyan, Yessi Nirwana, Desain Bangunan Pelindung Pantai Sebagai

Penanggulangan Abrasi di Kawasan Pantai Ujung Jabung Provinsi Jambi, (Jurnal Teknik Sipil

Itenas Vol 2 No 2, 2016) hal. 72 35

(Oki Setyandito, Joko Triyanto) Analisa Erosi dan Perubahan Garis Pantai Pada Pantai Pasir

Buatan dan Sekitarnya di Takisung, Propinsi Kalimantan Selatan hal 227

Page 43: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

26

energy gelombang. Hamparan pasir ini sangat efektif

sebagai penghancur gelombang apabila jumlahnya cukup

banyak. Biasanya di tepi pantai terdapat bukit pasir atau

sand dunes yang dapat berfungsi sebagai cadangan pasir

pada saat terjadi badai atau gelombang besar. Pembentukan

sand dunes terutama terjadi pada musim kemarau di mana

butir-butir pasir kering lebih mudah digerakan oleh tiupan

angina. Pada saat air pasang dan kondisi gelombang normal

(bukan gelombang besar) uprush gelombang akan membawa

pasir ke bagian atas dari pantai. Ketika air surut, pasir yang

tertimbun tersebut menjadi kering. Angin yang berhembus

ke arah darat dapat mengangkut pasir kering kea rah darat di

backshore atau lebih jauh lagi di pesisir dan membentuk

sand dunes. Sand nudes ini dapat berfungsi sebagai

pelindung pantai terhadap serangan gelombang.

b) Pantai Lumpur

Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai di mana

terdapat muara sungai yang membawa sedimen suspense

dalam jumlah besar ke laut. Sedimen suspense tersebut

berasal dari erosi lahan di daerah hulu. Selain itu kondisi

gelombang di pantai yang relative tenang tidak mampu

membawa sedimen ke perairan dalam di laut lepas. Sedimen

suspense dapat menyebar pada suatu daerah perairan dalam

di laut lepas. Sedimen suspense dapat menyebar pada suatu

daerah perairan luas sehingga membentuk pantai yang luas,

datar, dan dangkal. Kemiringan dasar laut/pantai sangat

kecil. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan

merupakan daerah rawa yang terendam air pada saat muka

air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan

pantai seperti pohon bakau (mangrove), phon api-api dan

pohon nipah. Tanaman tersebut tumbuh di tempat-tempat di

mana terjadi pelumpuran dan kumulasi bahan organic,

Page 44: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

27

seperti di teluk yang terlindung dari gelombang dan di

sekitar muara sungai di mana air tenang dan mengendapkan

lumpur yang dibawanya dari hulu sungai.

c) Pantai Karang

Gambar 2.11 Pantai Karang

Sumber : Wikipedia.com

Gelombang sebelum mencapai pantai akan pecah di batu

karang, dan energinya berkurang atau hancur. Dengan

demikian pada saat gelombang tersebut mencapai tepi pantai

sudah relatif kecil sehingga tidak punya daya untuk

menghancurkan pantai. Karang pelindung yang bagus

bilamana masih tumbuh dan dengan demikian bila terjadi

kerusakan akibat gempuran gelombang (musim gelombang),

terumbu karang tersebut akan tumbuh dan pulih kembali

pada saat musim tenang.36

2) Perlindungan Buatan

a) Dinding Pantai

Perkuatan pantai diperlukan di sepanjang pantai dan

digunakan sebagai pelindung pantai terhadap serangan

gelombang, menahan tanah di belakangnya, serta

mengurangi limpasan gelombang ke daratan di

belakangnya. Bangunan perkuatan pantai bisa berupa

revetmen, tembok laut dan dinding penahan. Bangunan ini

bisa memantulkan gelombang sehingga tinggi gelombang

36

Bambang Triadmodjo, Op.Cit, hal 108

Page 45: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

28

meningkat dan menimbulkan arus yang dapat mengerosi

tanah dasar di depan bangunan.

Gambar 2.12 Revetmen

Sumber : Bambang Triatmodjo, 2015

Revetmen adalah bangunan yang dibangun pada garis

pantai dan digunakan untuk melindungi pantai dari

serangan gelombang dan limpasan gelombang

(overtopping) ke darat. Revetment mempunyai sisi miring

dan bisa terbuat dari tumpukan batu sehingga lebih

fleksibel dan dapat menyesuaikan diri terhadap gerusakan

di kaki bangunan. Bangunan dinding pantai yang kedua

adalah tembok laut (seawall).

Tembok laut berfungsi sebagai pelindung pantai

terhadap serangan gelombang dan untuk menahan

terjadinya limpasan gelombang ke daratan di belakangnya.

Biasanya tembok laut digunakan untuk melindungi daerah

permukiman dan fasilitas umum yang sudah sangat dekat

dengan garis pantai. Bangunan ini bisa berbentuk dinding

vertikal, miring, lengkung, atau bertangga dan bisa terbuat

dari pasangan batu, dinding beton atau buis beton.

b) Groin

Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya

dibuat tegak lurus garis pantai, dan berfungsi untuk

menahan transport sedimen sepanjang pantai, sehingga bisa

Page 46: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

29

mengurangi atau menghentikan erosi yang terjadi.

Bangunan ini juga bisa digunakan untuk menahan

masuknya transport sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan

atau muara sungai. Perlindungan pantai dengan

menggunakan satu buah groin tidak efektip. Biasanya

perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri

bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang

ditempatkan dengan jarak tertentu. Dengan menggunakan

satu system groin perubahan garis panta tidak terlalu besar.

Gambar 2.13 Groin

Sumber : Bambang Triatmodjo, 2015

c) Jetty

Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang

diletakkan pada kedua sisi muara sungai yang berfungsi

untuk menahan sedimen atau pasir yang bergerak sepanjang

pantai masuk dan mengendap di muara sungai. Pada

penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran,

pengendapan di muara dapat mengganggu lalu lintas kapal.

Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai

ujungnya berada di luar gelombang pecah. Dengan jetty

panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan,

dan kondisi gelombang pada alur pelayaran adalah tidak

pecah sehingga memungkinkan kapal masuk ke muara

sungai.

Page 47: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

30

Gambar 2.14 Jetty

Sumber : Bambang Triatmodjo, 2015

d) Pemecah Gelombang

Pemecah gelombang (breakwater) dibedakan menjadi

dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan

pemecah gelombang sambung pantai. Pemecah gelombang

lepas pantai banyak digunakan sebagai pelindung pantai

terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang

sebelum mencapai pantai. Perairan di belakang bangunan

menjadi tenang sehingga terjadi endapan di daerah tersebut.

Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen

sepanjang pantai. Sedangkan pemecah gelombang sambung

pantai digunakan untuk melindungi daerah perairan

pelabuhan dari gangguan gelombang, sehingga kapal-kapal

dapat merapat ke dermaga untuk melakukan bongkar muat

barang dan menaik turunkan penumpang.37

Gambar 2.15 Pemecah Gelombang

Sumber : Bambang Triatmodjo, 2015

37

Bambang Triadmodjo, Opcit, hal.137

Page 48: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

31

2. Abrasi

a. Pengertian Abrasi

Abrasi atau erosi adalah pengikisan.Abrasi merupakan proses

pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan

arus laut yang bersifat merusak38

. Menurut Muh.Aris, Abrasi juga

disebut erosi pantai. Erosi pantai merupakan hilangnya daratan di

wilayah pesisir. Penyebabnya adalah arus laut, gelombang, kondisi

morfologi, keberadaan vegetasi pantai dan adanya aktivitas manusia

yang bersifat merusak pantai.39

Menurut Bambang Triatmodjo, erosi

pantai yang merusak kawasan pemukiman dan prasaran kota yang

berupa mundurnya garis pantai. erosi pantai bisa terjadi secara alami

oleh serangan gelombang atau karena adanya kegiatan manusia seperti

penebangan hutan mangrove, pengambilan karang pantai,

pembangunan pelabuhan atau bangunan pantai lainnya.40

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa abrasi

merupakan pengikisan garis pantai yang bersifat merusak. Abrasi dapat

memberikan kerugian yang disebabkan karena mundurnya garis pantai

sehingga daratan dapat menghilang terkikis oleh air laut. Abrasi dapat

disebabkan oleh faktor alam maupun campur tangan manusia. Faktor

alam berupa hantaman gelombang, sedangkan faktor manusia

disebabkan oleh aktivitas manusia yang merusak seperti

pengalihfungsian lahan mangrove, pengerukan pasir pantai, dan lain

sebagainya.

b. Tingkat Kerusakan Abrasi

Terjadinya perubahan terhadap garis pantai dapat disebabkan oleh

gangguan terhadap angkutan sedimen menyusur pantai, pasokan

sedimen berkurang, adanyagangguan bangunan, dan kondisi tebing

yang lemah sehingga tidak tahan terhadap hempasan gelombang.

Perubahan terhadap garis pantai ini berdampak pada mundurnya garis

38

Heryososetiyono,Op.Cit, hal. 1 39

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyanti, Op.Cit, hal. 12 40

Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai, (Yogyakarta: Beta Offset, 1999) hal.4

Page 49: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

32

pantai dan terancamnya fasilitas yang ada di kawasan pantai. Tolak

ukurnya adalah laju mundurnya pantai41

. Berikut ini adalah tolok ukur

penilaian kerusakan pantai untuk perubahan garis pantai, dapat dilihat

pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kriterian Tingkat Kerusakan Abrasi

Kriteria Tingkat Kerusakan

Ringan <0,5 m/tahun

Sedang 0,5 – 2,0 m/tahun

Berat 2,0 – 5,0 m/tahun

Amat Berat 5,0 – 10,0 m/tahun

Amat Sangat Berat > 10 m/tahun

Sumber : Oki Setyandito

c. Faktor Penyebab Abrasi

Terjadiya abrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Ongkosongo dalam Gentur Handoyo faktor-faktor penyebab

perubahan garis pantai ada dua macam yaitu faktor alami dan faktor

manusia. Faktor alami antara lain gelombang arus, angin, sedimentasi,

pasang surut, dll. Sedangkan faktor manusia meliputi penggalian,

penimbunan, reklamasi pantai, dll.42

Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan ketika

angin yang bergerak di laut menimbulkan gelombang dan arus menuju

pantai, arus dan angin tersebut memiliki kekuatan yang lama kelamaan

menggerus pinggir pantai. Gelombang di sepanjang pantai

menggetarkan atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari

daratan. Kekuatan gelombang terbesar terjadi pada waktu terjadi badai,

sehingga dapat mempercepat proses abrasi itu sendiri.43

41

Oki Setyandito dan Joko Triyanto, Analisis Erosi dan Perubahan Garis Pantai pada Pantai

Pasir Buatan dan Sekitarnya di Takisung Propinsi Kalimantan Selatan, Jurnal Teknik Sipil Vol.7,

2007 hal. 227 42

Gentur Handoyo dan Agus A.D Suryoputro , Kondisi Arus dan Gelombang Pada Berbagai

Kondisi Morfologi Pantai di Perairan Pantai kendal Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Kelautan

Tropis Vol.18, 2015. Hal 34 43

Muh. Isa Ramadhan, Panduan Pencegahan Bencana Abrasi Pantai, (Bandung , Juni 2013) hal.

3

Page 50: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

33

Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang beregerak

tanpa henti –hentinya pada lapisan permukaan air yang bergerak tanpa

henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan

sama sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang

tenang sekalipun sudah cukup dapat menimbulkan riak gelombang.

Sebaliknya dalam keadaan di mana terjadi badai yang besar dapat

menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu

kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai.

Angin yang berhembus di atas permukaan air yang semula tenang

akan menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, dengan

timbulnya gelombang kecil. Apabila kecepatan angin bertambah, maka

akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin

berhembus semakin besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan

perioda gelombang dipengaruhi oleh keepatan angin.44

Angin yang

bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama

gelombang.45

Untuk mengetahui mengenai kondisi gelombang di

lautan menggunakan skala beuford. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat

pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Skala Beuford

Skala

Beuford

Deskripsi Kecepatan

Angin

Tinggi

Gelombang

1 Tenang 0-0,3 0

2 Sedikit tenang 0,3-1,5 0-0,2

3 Sedikit hembusan angina 1,5-3,3 0,2-0,5

4 Hembusan angin pelan 3,3-5,5 0,5-1

5 Hembusan angin sedang 5,5-8 1-2

6 Sejuk 8-10,8 2-3

7 Hembusan angin kuat 10,8-13,9 3-4

8 Mendekati kencang 13,9-17,2 4-5,5

9 Kencang 17,2-20,7 5,5-7,5

44

Bambang triadmodjo, Op.cit hal 57 45

Sahala Hutabarat, Stewart M.Evans, Pengantar Oseanografi, (Jakarta, UI Press, 2006) hal.81

Page 51: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

34

10 Kencang sekali 20,7-24,5 7,5-10

11 Badai 24,5-28,4 10-12,5

12 Badai dasyat 28,4-32,6 12,5-16

13 Badai topan 32,6 < 16 <

Sumber : Dean Radityo Aji

Selain faktor alam, aktivitas manusia di wilayah pesisir juga

mengakibatkan cepatnya proses abrasi. Wilayah pesisir merupakan

kawasan yang sangat dinamis dari segi sosial dan ekonomi. Pergulatan

dan interaksi kemanusiaan dana lam sangat intens terjadi yang

melahirkan berbagai bentuk kegiatan sosial ekonomi masyarakatnya.

Selain itu, wilayah pesisir merupakan kawasan yang sangat kompleks

dan mempunyai dinamika yang tinggi. Wilayah pesisir mengalami

tekanan yang besar baik dari segi proses fisik maupun aktivitas

manusia. Penduduk di wilayah pesisir sangat tinggi dengan berbagai

aktivitasnya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan masyarakat pesisir

antara lain seperti kegiatan perikanan, industry, permukiman,

pelabuhan, dan kegiatan ekonomi lainnya.46

Selain itu aktivitas

manusia yang dapat mempengaruhi laju abrasi adalah pengerusakan

terumbu karang, penebangan hutan mangrove, penambangan pasir, dan

masih banyak lagi.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi di wilayah pesisir dapat

menimbulkan rusaknya keseimbangan ekosistem pesisir. Pertumbuhan

penduduk yang pesat di suatu wilayah dipastikan akan menimbulkan

berbagai masalah lingkungan hidup. Pertumbuhan penduduk yang

tidak terkendali menimbulkan masalah dalam penyediaan lahan untuk

permukiman dan usaha, fasilitas pelayan sosial serta masalah lainnya.47

Berbagai kegiatan manusia yang berada di daerah pantai atau pesisir

menyebabkan peningkatan kebutuhan akan lahan terus meningkat,

akibat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat.

46

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyanti, Loc.Cit hal. 12 47

Prof.Dr.K.E.S.Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2016)

hal. 54

Tabel 2.2 Lanjutan

Page 52: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

35

Hal ini menyebabkan kebutuhan lahan di daerah pesisir semakin

meningkat untuk dijadikan lahan permukiman. Dengan bertambahnya

pertumbuhan penduduk di Jakarta makan akan berdampak juga pada

meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman dan menyebabkan

degrasi lahan di kawasan pesisir. Degradasi lahan adalah hasil dari

suatu proses yang mengakibatkan turunnya kualitas dan produktivitas

lahan. Penyebab degradasi lahan yaitu, erosi dan sedimentasi,

penggaraman (salinisasi), residu pestisida, pencemaran logam berat

oleh kegiatan industri,48

d. Dampak Abrasi

Adnan Sofyan merincikan dampak kerusakan fisik yang

ditimbulkan akibat erosi, diantaranya sebagai berikut :

1) Ruskanya fasilitas rekreasi yang berupa tempat duduk dan rumah

tempat istirahat

2) Berubahnya daratan menjadi laut atau pergeseran garis pantai

sehingga menyempitkan lahan bagi penduduk yang tinggal di

wilayah pesisir, disebabkan oleh erosi gelombang laut yang secara

terus menerus

3) Terancamnya permukiman dari terjangan ombak dan erosi

4) Penumpukan material berupa batu karang yang sejajar dengan garis

pantai. Penumpukan batu karang disebabkan oleh gelombang yang

membawa material dari daerah lepas pantai yang berupa batu

karang.49

e. Upaya Pencegahan Abrasi

Pencegahan yang dilakukan jika sudah terjadi abrasi, yaitu

1) Membuat hutan mangrove

2) Jika terjadi di pantai tanpa permukiman dapat diantisipasi dengan

di tempatkan disepanjang pantai yang diterjang ombak

48

Ibid, hal.96 49

Adnan Sofyan, Kajian Kerusakan Pantai Akibat Erosi Marin di Wilayah Pesisir Kelurahan

Kastela Kecamatan Pulau Ternate, (Jurnal Geografi Vol 12, 2014) hal. 69

Page 53: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

36

3) Jika terjadi di pantai yang berpenduduk atau berdekatan dengan

aktifitas warga, pastikan mengevakuasi terlebih dahulu warga

sekitar, kemudian memberi penanda tempat yang mudah longsong

akibat abrasi

4) Memperkuat tepian pantai dengan tanggul alami dari karung yang

berisi pasir pantai atau material padat lainnya

5) Jika pantai telah mengalami kerusakan akan dibuat tanggul atau

pemecah ombak50

3. Penginderaan Jauh

a. Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh (remote sensing) sering disingkat inderaja,

adalah upaya untuk mengetahui suatu objek dengan menggunakan

sensor, baik alamiah maupun buatan. Sensor adalah berupa mata

telinga, hidung, lidah, dan kulit. Sensor buatan antara lain kamera,

sonar, magnetometer, radiometer, dan scanner. Penginderaan jauh

(remote sensing) atau disingkat INDERAJA secara umum

didefinisikan sebagai ilmu-teknik-seni untuk memperoleh informasi

atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau objek, target, sasaran

maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh atau kontak langsung

dengan benda atau target tersebut.51

Gambar 2.16 Proses Penginderaan Jauh

Sumber : Wikipedia.com

50

M. Isa, Opcit hal.3 51

Sri Hartati Soenarmo. Pengindreaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk

Bidang Ilmu Kebumian. (Bandung : Penerbit ITB. 2009) hlm. 1

Page 54: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

37

Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai

berikut52

. :

1) Lindgren : penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang

dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang

bumi.

2) Lillesand dan Kiefer : ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data

yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan

obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni yang

mempermudah manusia dalam memperoleh informasi tanpa harus

melakukan kontak langsung dengan objek.

Penginderaan jauh ilmu untuk memperoleh informasi terhadap

objek, daerah atau fenomena melalui analisis dan interpretasi tanpa

menyentuh langsung objek. Pengumpulan data penginderaan jauh

dilakukan dengan menggunakan alat pengindera atau alat

pengumpulan data yang disebut sensor.

b. Komponen Penginderaan Jauh

1) Tenaga

Tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh dibedakan

menjadi 2 yaitu tenaga alamiah (sinar matahari dan sinar bulan)

dan sinar buatan. Namun yang biasanya dipakai adalah sinar

matahari. Penginderaan jauh yang menggunakan sinar matahari

disebut sistem pasif, sedangkan yang menggunakan tenaga buatan

disebut sistem aktif. Fungsi dari sumber energi ini adalah untuk

menyinari objek permukaan bumi dan memantulkan pada fungsi

alat pengamat.53

52

Ferard Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2015)

hal.5 53

Ferard Puturuhu, Op.Cit, hal 6

Page 55: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

38

2) Atmosfer

Merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi. Atmosfer

akan mempengaruhi penginderaan jauh dalam hal penyerapan.

Pemantulan, penghamburan dan melewatkan radiasi

elektromagnetik. Bagian jendela atmosferlah yang nantinya akan

melanjutkan energi yang ditangkap oleh mata. Jendela atmosfer

adalah bagian spektrum tampak mata yang sering digunakan.

Proses penghambatan di atmosfer dapat berbentuk serapan,

pantulan dan hamburan.

3) Objek

Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam

penginderaan jauh antara lain atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan

litosfer.

4) Sensor

Sensor adalah alat yang digunakan untuk merekan objek-objek

di permukaan bumi. Berdasarkan proses perekamannya sensor

dibedakan menjadi 2 yaitu:

a) Sensor fotografik, yaitu sensor berupak kamera yang bekerja

pada spektrum tampak mata dan menghasilkan foto atau citra.

Keuntungan sensor fotografi adalah cara sederhana, biaya

murah, resolusi spasial baik, integritas geometric baik.

b) Sensor elektromagnetik, yaitu sensor bertenaga elektik dalam

bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spektrum yang

luas, yaitu sinar X sampai gelombang radio dan gelombang

elektromagnetik lebih besar, perbedaan karakteristik objek

yang diamati jelas, dan analisis serta interpretasi lebih cepat.

5) Wahana

Dalam penginderaan jauh wahana yang sering digunakan adalah

pesawat terbang atau balon udara. Pada masa sekarang karena

teknologi yang sudah canggih, maka wahana yang digunakan

adalah satelit.

Page 56: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

39

6) Citra

Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui

lensa kamera atau tampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang

tergambar pada citra dapat dikenali dari ciri yang terekam pada

sensor yaitu ciri spasial, temporal, dan spektral.54

c. Manfaat Penginderaan Jauh

1) Pemanfaatan penginderaan jauh dalam geologi

Pakar geologi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana

alam memerlukan informasi dari teknologi ini untuk mengetahui

memperkirakan potensi dan melokalisasi daerah rawan bencana.

Keegiatan alam tersebut dapat diamatin melalui foto citra

penginderaan jauh yang datanya dianalisis dan dipakai sebagai

dasar peta dampak lingkungan. Selain itu, penginderaan jauh juga

berguna untuk menentukan struktur geologi dan macamnya,

pemantauan daerah bencana dan pemantauan debu vulkanik,

pemantauan distribusi sumber daya alam, pemantauan pencemaran

laut dan lapisan minyak di laut, pemanfaatan di bidang pertahanan

dan militer, pemantauan permukaan.

2) Pemanfaatan penginderaan jauh dalam industri migas

Laboratorium pengolahan citra yang dikelola oleh industry

migas telah memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dalam

berbagai aktivitas baik dalam kegiatan intern, penelitian bersama,

maupun dalam rangka pelayanan jasa konsultasi teknologi kepada

pihak luar.

3) Bidang meteorologi dan klimatologi

Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan

rendah dan daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai

siklon, mengetahui system atau pola angina permukaan,

permodelan meteorologi dan data klimatologi, untuk pengamatan

54

Ibid, hal.6

Page 57: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

40

iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan dan

kandungan air di udara.

4) Bidang hidrologi

Pemanfaatan daerah aliran sungau (DAS) dan konservasi

sungai, pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai,

pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.

5) Bidang oceanografi

Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan

arus laut, pengamatan pasang surut dengan gelombang laut,

mencari distribusi suhu permukaan, studi perubahan pasir pantai

akibat erosi dan sedimentasi.55

d. Data Penginderaan Jauh

Menurut Ferard Puturuhu, data penginderaan jauh (citra)

menggambarkan objek di permukaan bumi relatif lengkap, dengan

wujud dan letak objek yang mirip dengan wujud dan letak di

permukaan bumi dalam liputan yang luas. Citra penginderaan jauh

adalah gambaran suatu objek, daerah atau fenomena, hasil rekaman

pantulan atau pancaran objek oleh sensor penginderaan jauh, dapat

berupa foto atau data digital. Citra penginderaan jauh merupakan

gambaran yang mirip dengan wujud aslinya. Interpretasi atau

penafsiran citra pengideraan jauh merupakan perbuatan mengkaji citra

dengan maksud untuk mengidentifikasi objek yang tergambar dalam

citra, dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Citra menggambarkan

objek di permukaan bumi relative lengkap, dengan wujud dan letak

objek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi dalam

liputan yang luas. Citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu

objek, daerah, atau fenomena, hasil rekaman pantulan dan atau

pancaran objek oleh sensor penginderaan jauh dapat berupa foto atau

data digital 56

.

55

Ferard Futuharu, Opcit hal. 9 56

Arum Mustika Harti, Op.Cit,hal 17

Page 58: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

41

Data diperoleh dengan cara manual atau dengan cara numerik

(digital). Secara manual, data diperoleh melalui interpretasi citra. Guna

melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu yang

dinamakan stereoskop. Sedangkan data numeric (digital), diperoleh

melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh yang

diaplikasikan pada computer. Tingkat keberhasilan dari penerapan

system penginderaan jauh ditentukan oleh penggunaan data.

Kemampuan penggunaan data dalam menerapkan hasil penginderaan

jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam tentang

disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari

system penginderaan jauh. Data yang sama dapat digunakan untuk

mencari info yang berbeda bagi pengguna yang berbeda pula.57

Di dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang

dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi.

Rekaman tenaga ini setelah diproses membuahkan data penginderaan

jauh. Data penginderaan jauh dapat berupa data digital atau data

numerik untuk dianalisis dengan menggunakan computer. Dapat juga

berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data

visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra. Data citra

berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling tidak berupa

gambaran planimetrik. Data non citra pada umumnya berupa garis atau

grafik.58

e. Interpretasi Citra

Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan menafsirkan citra atau

foto untuk kemudian menilai penting tidaknya objek tersebut. Tujuan

dari interpretasi citra adalah untuk mengenali objek yang terekam

dalam citra dengan tahapan interpretasi yang terdiri dari deteksi,

identifikasi serta analisis. Interpretasi citra penginderaan jauh dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu :

57

Sodikin, Modul Petunjuk Teknik Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper 7.0, hal. 10 58

Sutanto, Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994) hal.65

Page 59: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

42

Interpretasi citra secara manual data penginderaan jauh merupakan

pengenalan karakteristik obyek secara keruangan (spasial)

mendasarkan pada unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh.

Interpretasi manual dilakukan terhadap citra fotografi dan nonfotografi

yang sudah dikonversi ke dalam bentuk foto atau citra. Interpretasi

manual pada citra penginderaan jauh yang sudah terkoreksi, baik

terkoreksi secara radiometrik maupun secara geometrik. Pengguna

dapat langsung melakukan identifikasi terhadap obyek yang ada pada

foto atau citra.

Interpretasi citra secara digital dilakukan dengan bantuan

komputer. Di dalam interpretasi citra penginderaan jauh digital,

pengguna dapat melakukanya mulai dari pengolahan/ pra-pengolahan

(koreksi-koreksi citra) penajaman citra, hingga klasifikasi citra. Namun

dapat juga menggunakan data/ citra penginderaan jauh digital yang

sudah terkoreksi, sehingga pengguna tinggal melakukan klasifikasi dan

tidak perlu melakukan pra-pengolahan data. Menurut Kusumowigado

dalam Siska hasil klasifikasi dikatakan baik bila ketelitianya > 80%

atau kesalahanya < 20% bila dikanalingkan dengan keadaan di

lapangan.59

f. Klasifikasi Citra

1) Citra Landsat

Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA

Amerika Serikat dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam

yang pertama, yang disebut ERTS-1 pada tanggal 23 Juli 1972,

menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor

RBV dan MMS yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. satelit

ERTS-1, ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti

nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri

berikutnya, yaitu Landsat 3,4,5,6 dan terakhir adalah Landsat 7

yang diorbitkan bulan Mareet 1998, merupakan bentuk baru dari

59

Siska Wahyu Andini, dkk, Analisis Sebaran Vegetasi dengan Citra Satelit Sentinel

menggunakan Metode NDVI dan Segmentasi, Jurnal Geodesi UNDIP Vol 7, 2018. Hal. 18

Page 60: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

43

Landsat 6 yang gagal mengorbit. Landsat 5, diluncurkan pada

Maret 1984, sekarang masih beroperasi pada orbit polar, membawa

sensor TM (Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi spasial

30 x 30 m pada banda 1,2,3,4,5 dan 7. Sensor TM (Thematic

Mapper) mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7

band spectral, yaitu band 1,2 dan 3 adalah sinar tampak, band 4,5

dan 7 adalah inframerah dekat, inframerah menengah, dan band 6

adalah inframerah ternal yang mempunyai resolusi spasial 120 x

120 m. Luas liputan satuan citra adalah 175 x 185 km pada

permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan untuk

meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16

hari, ketinggian orbit 705 km.

Tabel 2.3 Saluran Citra Landsat TM

Saluran Kisaran Gelombang Kegunaan Utama

1 0,45 – 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis pengguaan lahan, tanah

dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan

2 0,52 – 0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran

hijau yang terletak di antara dua saluran penyerapan.

3 0,60 – 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi.

Saluran ini terletak pada salah satu penyerapan

klorofil.

4 0,76 – 0,90 Saluran yang peka terhadap biomassa vegetasi. Juga

untuk identifikasi jenis tanaman.

5 1,55 – 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman,

kandung air pada tanman.

6 2,08 – 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk

pemetaan hidrotermal

7 10,45 – 12,50 Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi.

Pembeda kelembapan tanah

8 Pankromatik Studi kota, penamajam batas linier, serta untuk

analisis tata ruang

Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM seperti

pemetaan pentupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan

tanah, pemetaaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-

Page 61: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

44

lain. Untuk pemetaan penuttpan dan penggunaan lahan data

Landsat TM lebih dipilih daripada data SPOT multispectral karena

terdapat band inframerah menengah. Landsat TM adalah satu-

satunya satelit non meteorology yang mempunyai band inframerah

termal. Data termal diperlukan untuk studi proses-proses energy

pada permukaan bumi seperti bariabilitas suhu tanaan dalam areal

yang diirigasi. Seperti pada Tabel 2.3 menunjukkan aplikasi atau

kegunaan utama serta prinsip pada berbagai band Landsat TM.60

2) Citra Ikonos

Ketika perang Irak berlangsung, fasilitas Irak yang menjadi

target militer Amerika Serikat sering muncul di media massa

melalui rekaman satelit IKONOS. IKONOS memang punya

resolusi sangat tinggi, 1 meter untuk pantromatik dan 4 meter

untuk multispectral, sehingga hasilnya amat jelas. Tahun 1992

Kongres AS meloloskan Undang-Undang Penginderaan Jauh

Daratan. Undang-undang ini menyebutkan industri inderajja satelit

komersial sangat penting bagi kesejahteraan rakyat AS serta

mengizinkan perusahaan-perusahaan swasta mengembangkan,

memiliki, mengoperasikan serta menjual data yang dihasilkan.

Dua tahun sesudahnya, lisensi diberikan pada Space Imaging,

EarthWatch, OrbImage, yang kemudian merancang system dengan

resolusi spasial 4 meter untuk moda multispectral dan 1 meter

untuk moda pantromatik. Satu lisensi lagi diberikan pada West

Indian Space (perusahaan patungan AS-Israel) untuk merancang

system pencitraan dengan resolusi sedikit lebih rendah yaitu 1,8

meter. Dari keempat perusahaan, Space Imaging yang paling cepat

meluncurkan satelit IKONOS serta memasarkan datanya. Namun,

IKONOS-1 gagal diluncurkan dan digantikan IKONOS-2, 1999.

Kelhiran satelit inderaja resolusi tinggi (lebih halus dari 10 meter)

untuk keperluan sipil sebenarnya dipicu oleh kebijakan pasca

perang dingin, bukan teknologi. Bisa dikatakan teknologi militer

60

Sodikin, Opcit, hal.24

Page 62: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

45

awal tahun 1970-an sudah memungkinkan pencitraan dengan

spasial kurang dari 10 meter.

Sejak diluncurkan pada September 1999, Citra Sateli Bumi

Space Imaging IKONOS menyediakan data citra yang akurat, di

mana menjadi standard untuk produk-produk data satelit komersil

yang beresolusi tinggi. IKONOS memproduksi citra 1 meter hitam

dan putih dan citra 4 meter multispektal yang dapat

dikombinasikan dengan berbagai cara untuk mengakomodasikan

secara luas aplikasi citra beresolusi tinggi. Di samping mempunyai

kemampuan merekam citra multispectral pada resolusi 4 meter,

IKONOS dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter

pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat multispectral

pada citra 4 meter dengan detail-detail data pada 1 meter. Citra

IKONOS diproses untuk menghasilkan 1 meter produk-produk

berwarna IKONOS adalah sateit komersial beresolusi tinggi

pertama yang ditempatkan di ruang angkasa. Data IKONOS dapat

digunakan untuk pemetaan topografi skala kecil hingga menengah,

tidak hanya menghasilkan peta baru, tetapi juga memperbaharui

peta topografi yang sudah ada.61

3) Citra Qiuckbird

Quickbird, nama satelit ini beresolusi spasial hingga 60

sentimeter dan 2,4 meter untuk moda pankromatik dan

multispectral. Setelah kegagalan EarlyBird, Satelit Quickbird

diluncurkan tahun 2000 oleh DigitalGlobe. Namun, kembali gagal.

Akhirnya Quickbird-2 berhasil diluncurkan 2002 dan dengan

resolusi spasial lebih tinggi, yaitu 2,4 meter (multispectral) dan 60

sentimeter (pankromatik). Citra Quickbird beresolusi spasial paling

tinggi dibandingkan citra satelit komersial lain. Selain resolusi

spasial sangat tinggi, keempat system pencitraan satelit memeliki

kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran

spectral yang digunakan, sera lisensi pemanfaatan yang ketat.

61

Ibid, hal. 27

Page 63: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

46

Keempat system menggunakan linear array CCD biasa disebut

pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun linier

dan biasa bergerak maju seiring gerakan orbit satelit.

Jangkauan liputan satleit resolusi tinggi seperti Quickbird

sempit (kurang dari 20 km) karena beresolusi tinggi dan posisi

orbitnya rendah, 400-600 km di atas bumi. Semua saluran

pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu menghasilkan

resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran

multispektral. Unsur penting lain adalah ketatnya pemberian lisensi

pemanfaatan. Digitalglobe misalnya, hanya memberikan kota di

Indonesia membeli data ini untuk keperluan perbaikan lingkungan

permukiman urban misalnya, data yang sama tidak boleh

digunakan untuk keperluan lain seperti pajak bimi dan bangunan

(PBB).

Resolusi spasial tinggi ditujukan untuk mendukung aplikasi

kekotaan, seperti pengenalan pola permukiman, perkembangan dan

perluasan daerah terbangun. Kehadiran Quickbird dan IKONOS

telah melahirkan euphoria baru bagi praktisi inderaja yang jenuh

dengan penggunaan metode baku analisis citra.62

4) TERRA

EOS (Earth Observing Service) adalah daya tarik dari misi ilmu

pengetahuan bumi NASA. Satelit EOS AM, yang akhir-akhir ini

dinamakan Terra adalah pemimpin armada dan diluncurkan pada

Desember 1999. Terra membawa lima instrument remote sensing

yang mencakup MODIS dan ASTER didesain dengan 3 band pada

range spectral visible dan near infrared (VNIR) dengan resolusi 15

m, 6 band pada spectral short wave infrared (SWIR) dengan

resolusi 30 m dan band pada thermal infrared dengan resolusi 90

m. band VNIR dan SWIR mempunyai lebar band spectral pada

orde 10. ASTER terdiri dari 3 sistem teleskop terpisah, di mana

masing-masing dapat dibidikkan pada target terpilih. Dengan

62

Ibid, hal.29

Page 64: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

47

penempatan pada target yang sama dua kali, ASTER dapat

mendapatkan citra stereo beresolusi tinggi. Cakupan penyimpanan

dari citra adalah 60 km dan revisit time sekitar 5 hari.

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian tentang “ Prediksi Laju Abrasi Dengan Menggunakan Citra

Satelit di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten “ yang dilakukan oleh

Ardi Herdian Purwadinata, dengan hasil penelitian, yaitu berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, pada

umumnya abrasi akan terjadi pada wilayah pesisir yang tidak memiliki

hutan bakau dan telah mengalami penambangan pasir. Dari total

panjang pantai Kabupaten Tangerang sebesar ± 51 km, telah terjadi

abrasi sebesar 40.3 % dari tahun 2009 hingga 2012 yaitu ± 20.6 km.

2. Penelitian tentang “Kajian Kerusakan Pantai Akibat Erosi Marin di

Wilayah Pesisir Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate” yang

dilakukan oleh Adnan Sofyan dengan hasil Berdasarkan pembahasan

di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya erosi

marin di wilayah pesisir Kelurahan Kastela adalah angin, gelombang,

arus, dan pasang surut serta adanya faktor buatan berupa aktifitas

penambangan pasir oleh masyarakat di sepanjang pantai Kelurahan

Kastela.

3. Penelitian tentang “Analisis Perubahan Garis Pantai Di Pantai Timur

Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau” yang dilakukan oleh Mario

Putra Suhana dengan hasil Perubahan garis pantai yang terjadi di

pantai timur Pulau Bintan disebabkan oleh pengaruh gelombang laut,

hal ini ditunjukkan oleh kesamaan pola penjalara gelombang laut

denga bagian-bagian pantai yang mengalami abrasi maupun akresi.

4. Penelitian tentang “Studi Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa

Kepulauan Seribu DKI Jakarta” yang dilakukan oleh Sri Setyowati,

dengan hasil Pulau Untung Jawa mengalami perubahan garis pantai

yang disebabkan oleh abrasi dan akresi. Rata-rata abrasi pada Pulau

Untung Jawa sebesar 1547,27 m2/tahun dan akresi sebesar 766,68

m2/tahun.

Page 65: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

48

Penelitian – penelitian yang telah disebutkan terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini, berikut disajikan table

perbandinga penelitian ini dengan penelitian relevan yang telah

disebutkan

Tabel 2.4 Perbandingan Penelitian

No Nama Judul Intisari Persamaan Perbedaan

1 Ardi Herdian

Purwadinata

Prediksi Laju

Abrasi Dengan

Menggunakan

Citra Satelit di

Kabupaten

Tangerang Provinsi

Banten

Dari total panjang

pantai Kabupaten

Tangerang sebesar

± 51 km, telah

terjadi abrasi

sebesar 40.3 % dari

tahun 2009 hingga

2012

Teknik

pengolahan

data

menggunakan

penginderaan

jauh

Penelitian

dilakukan di

Kabupaten

Tangerang

Provinsi

Banten

2 Adnan Sofyan Kajian Kerusakan

Pantai Akibat Erosi

Marin di Wilayah

Pesisir Kelurahan

Kastela Kecamatan

Pulau Ternate

Penyebab

terjadinya erosi

marin di wilayah

pesisir Kelurahan

Kastela adalah

angin, gelombang,

arus, dan pasang

surut serta adanya

faktor buatan

berupa aktifitas

penambangan pasir

oleh masyarakat di

sepanjang pantai

Kelurahan Kastela.

Meneliti

tentang abrasi

serta faktor-

faktor

penyebab

abrasi

Penelitian

dilakukan di

Pulau Ternate

dan tidak

menggunakan

pengolahan

citra

3 Mario Putra

Suhana

Analisis Perubahan

Garis Pantai Di

Pantai Timur Pulau

Bintan Provinsi

Perubahan garis

pantai yang terjadi

di pantai timur

Pulau Bintan

Mengkaji

tentang abrasi

menggunakan

citra landsat

Penelitian ini

dilakukan di

Pantai Timur

Pulau Bintan

Page 66: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

49

Kepulauan Riau disebabkan oleh

pengaruh

gelombang laut, hal

ini ditunjukkan

oleh kesamaan pola

penjalara

gelombang laut

denga bagian-

bagian pantai yang

mengalami abrasi

maupun akresi.

Provinsi

Kepulauan

Riau,

penelitian ini

juga mengkaji

aspek fisik

penyebab

abrasi

Sri Setyowati, Studi Perubahan

Garis Pantai Pulau

Untung Jawa

Kepulauan Seribu

DKI Jakarta

Pulau Untung Jawa

mengalami

perubahan garis

pantai yang

disebabkan oleh

abrasi dan akresi.

Rata-rata abrasi

pada Pulau Untung

Jawa sebesar

1547,27 m2/tahun

dan akresi sebesar

766,68 m2/tahun.

Menggunakan

citra landsat

untuk

mengkaji

tingkat abrasi

Penelitian

dilakukan di

Pulau Ternate

dan

menggunakan

data pasang

surut air laut

sebagai faktor

penyebab

abrasi

C. Kerangka Berpikir

Menurut Bambang Triadmojo, pantai berpasir terbentuk oleh

proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen dan material

organik. Pantai Marunda merupakan tipe pantai berpasir. Marunda di Desa

Marunda, Cilincing, Jakarta Utara merupakan sebuah desa yang dahulu

aman dari ancaman gelombang laut, Marunda kini sudah berubah menjadi

perkampungan relatif padat yang berada langsung di tepi laut terbuka.

Dengan seiring bertambahnya penduduk maka akan menyebabkan

ekosistem pesisir ini menjadi tergerus habis karena kawasannya banyak

Tabel 2.4 Lanjutan

Page 67: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

50

dijadikan permukiman.Selain kerusakan mangrove, pembangunan di

wilayah pesisir juga menjadi penyebab perubahan garis pantai akibat

abrasi. Menurut Muh.Aris, Abrasi juga disebut erosi pantai. Erosi pantai

merupakan hilangnya daratan di wilayah pesisir. Penyebabnya adalah arus

laut, gelombang, kondisi morfologi, keberadaan vegetasi pantai dan

adanya aktivitas manusia yang bersifat merusak pantai.. Untuk lebih

jelasnya berikut peneliti sajikan kerangka berpikir dalam penelitian ini

pada Bagan 2.1

`

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Pantai

Perubahan Garis Pantai

Abrasi

Penginderaan Jauh Untuk Mengkaji Abrasi

Analisis abrasi pantai

Luasan Abrasi Laju Abrasi

Page 68: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Marunda, Cilincing, Jakarta

Utara, pada tahun 2018. Pantai Marunda, merupakan pantai yang

berada di wilayah Teluk Jakarta. Pesisir Teluk Jakaarta terletak di

pantai utara Jakarta dibatasi oleh garis lintang 5048’30” LS hingga

6010’30” LS dan garis bujur 106

033’00” BT hingga 107

003’00” BT.

Pesisir Teluk Jakarta termasuk dalam wilayah administrasi kota Jakarta

Utara, yang merupakan bagian wilayah dari lima kecamatan, yaitu

Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Cilincing, dan

Koja. Peta penelitian disajikan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1

Lokasi Penelitian

Page 69: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

52

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2017-2018, mulai dari tahap

seminar proposal sampai mengelola hasil penelitian. Untuk penjelasan

lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Waktu penelitian

No Tahap

Penelitian

Waktu penelitian

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

1 Seminar

proposal

2 Revisi

proposal

3 Menyusun

Bab I-III

4 Penyusunan

Instrumen

Penelitian

5 Pelaksanaan

Penelitian

6 Pengolahan

Hasil

Penelitian

7 Menyusun

Bab IV-V

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono, deskriptif kuantitatif digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.63

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif

dengan memanfaatkan aplikasi ER Mapper untuk menganalisis aspek

fisik. Fisik meliputi penghitungan laju abrasi dengan menginterpretasi

citra dengan menggunakan penginderaan jauh sehingga menghasilkan

luasan daerah yang terabrasi abrasi. Untuk membuktikan hasilnya perlu

63

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016) hal.

147

Page 70: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

53

dilakukan observasi, wawancara serta dokumentasi untuk melihat abrasi

yang terjadi.

C. Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain netbook dan

GPS sedangkaan perangkat lunaknya yaitu aplikasi Global Mapper

untuk melakukan Cropping citra dan ER Mapper 7.0, koreksi citra,

klasifikasi peta penelitian, overlay,Arcgis untuk melakukan digitasi

dan layout peta.

b. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain citra satelit

lansad wilayah Jakarta dari tahun 1997 sampai 2017 yang di download

dari USGS atau United States Geological Survey dan peta

administrasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian

No Data Sumber Fungsi

1. Citra Landsat 5

tahun 1998 dan

2007

http://earthexplorer.usgs.gov Interpretasi

peta

2. Citra Landsat 8

tahun 2017

http://earthexplorer.usgs.gov Interpretasi

peta, pedoman

groundcheck

3. Peta

Administrasi

Kelurahan

Marunda

Kecamatan

Cilincing

Provinsi DKI

Jakarta

Peta Rupa Bumi Peta dasar

yang

digunakan

sebagai

penelitian

4 Peta Ketinggian Badan Meteorologi dan Pedoman

Page 71: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

54

Gelombang Geofisika (BMKG) pembuatan

peta

ketinggian

gelombang di

daerah

penelitian

5 Peta Kecepatan

Angin

Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMKG)

Pembuatan

peta kecepatan

angin di

daerah

penelitian

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.64

Populasi ialah seluruh kumpulan elemen

yang sejenis akan tetapi berbeda karena karakteristiknya.65

Menurut

Notoatmojo dalam buku Sulistyaningsih, populasi diartikan sebagai

keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti.66

Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu populasi

wilayah dan populasi masyarakat. Populasi wilayah yang dijadikan

penelitian adalah seluruh wilayah Kelurahan Marunda, sedangkan

populasi masyarakat adalah seluruh masyarakat yang ada di Kelurahan

Marunda.

2. Sampel

Sampel terjemahan dari bahasa Inggris sample yang artinya

comotan atau mengambil sebagian dari yang banyak. Sampel

64

Ibid hal.81 65

I.Suprapto, Nandan Limakrisna, Petunjuk praktis penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi, tesis

dan disertasi, (Jakarta:Mitra Wacana Media, 2013) hal.56 66

Sulistyaningsih, Metodologi penelitian kebidanan kuantitatif-kualitatif, (Yogyakarta:Graha

Ilmu,2011) hal.64

Tabel 3.2 Lanjutan

Page 72: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

55

merupakan subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati dan

diukur peneliti67

. Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi68

. Dalam

penelitian ini, sampel dibagi menjadi dua yaitu sampel wilayah dan

sosial. Sampel wilayah meliputi daerah yang terkena abrasi di

Kelurahan Marunda sedangkan sampel sosial adalah penduduk dari

daerah yang terkena abrasi di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara.

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Terdapat dua data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh

secara langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung. Data primer dalam penelitian ini yaitu observasi

langsung ke lapangan dan interpretasi citra. Data sekunder yang

digunakan yaitu data-data dari studi kepustakaan dan dari instasi-

instasi terkait yang dapat menunjuang data primer dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data deskriptif dapat dilakukan dengan

observasi lapangan, pemetaan, wawancara, dan studi pustaka69

.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan survey lapangan dan interpretasi citra. Survei adalah jenis

penelitian yang terbilang paling popular dalam bidang sosial

kemasyarakatan70

. Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi tinjauan

dan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di lapangan.

Pengumpulan data melalui interpretasi citra diperoleh dari citra satelit

landsat dari USGS atau United States Geological Survey. Data yang

digunakan ada dua ,yaitu data untuk memperoleh citra satelit dan data

untuk memperoleh hasil abrasi.

67

Ibid, hal. 65 68

. Sugiyono, Opcit, hal.81 69

Sri Setiyowari, Studi Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu, ( Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2016) hal. 30 70

Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2014) hal. 127

Page 73: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

56

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai

ciri-ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.71

b. Interpretasi Citra

Interpretasi yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh

adalah interpretasi visual dan interpretasi secara digital. Interpretasi

citra secara digital dilakukan dengan bantuan komputer. Di dalam

interpretasi citra penginderaan jauh digital, pengguna dapat

melakukanya mulai dari pengolahan/ pra-pengolahan (koreksi-

koreksi citra) penajaman citra, hingga klasifikasi citra. Namun

dapat juga menggunakan data/ citra penginderaan jauh digital yang

sudah terkoreksi, sehingga pengguna tinggal melakukan klasifikasi

dan tidak perlu melakukan pra-pengolahan data.

c. Pengecekan Lapangan atau Ground Check

Ground check digunakan untuk melakukan revisi hasil

penafsiran awal pada citra dan untuk mengetahui tingkat akurasi

hasil penafsiran serta untuk mengetahui keadaan sebenarnya di

lapangan, dilakukan dengan cara penentuan titik geografis dengan

GPS (Global Position System) di lapangan. Dalam rangka

mengetahui kondisi dan perubahan penutupan lahan, perlu

dilakukan pemantauan pentupan lahan secara periodik yang

ditunjang dengan kegiatan pengecekan lapangan yang

71

Siti Syarah, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan

Lahan di Kecamatan Sawangan Depok (Skripsi Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta) hal. 41

Page 74: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

57

dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada penafsir tentang

obyek yang ada di lapangan atau mengkoreksi hasil penafsiran

yang telah dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan. Tujuan

dari kegiatan pengecekan lapangan ini untuk mengetahui

pentutupan lahan yang terbaru dari masing-masing kelas penutupan

lahan yang ada. Serta menghitung tingkat akurasi dari kesesuain

antara hasil penafsiran dengan pengecekan lapangan.

d. Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang

atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan wawancara peneliti

dapat memperoleh banyak data yang berguna bagi penelitiannya.72

Menurut Sugiyono, wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil. Pada penelitian ini, wawancara yang dilakukan

dengan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa gari-

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan .73

Wawancara

dilakukan kepada masyarakat yang ditemui dan dapat diajak bicara

mengenai abrasi yang terjadi di Pantai Marunda Kecamatan

Cilincing Provinsi Jakarta Utara.

72

Sarosa, Samiaji, Penelitian Kualitatif dasar-dasar, (Jakarta: Permata puri media, 2012) hal.45 73

Sugiyono, Opcit, hal.140

Page 75: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

58

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara

Variabel Dimensi

Variabel

Indikator Variabel No Soal

Analisis abrasi

dengan

menggunakan

penginderaan

jauh

Abrasi a. Pengetahuan

seputar abrasi

1

b. Tingkat abrasi dan

letak posisi

terjadinya abrasi

2,3

c. Faktor penyebab

abrasi

4

d. Dampak dari

abrasi yang

menyebabkan

kerusakan

5

e. Terjadi perubahan

garis pantai

6

f. Upaya pencegahan

dari dampak abrasi

7,8,9,10

e. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya menumental dari seseorang. Dokumentasi

ini berupa foto pada keadaan lokasi penelitian dan dokumentasi ini

dilakukan untuk mendukung langsung penelitian. Sedangkan

dokumentasi untuk analisis perubahan penggunaan lahan dan

perubahan garis pantai di dapatkan dari citra Landsat 5 dan Landsat

8 Kota Jakarta tahun 1997, 2007, dan 2017 yang di unduh dari web

http://earthexplorer.usgs.gov.

Page 76: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

59

G. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Pertama

Analisis yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh adalah

interpretasi visual dan interpretasi secara digital. Pada tahap

analisis yang pertama dilakukan studi pustaka dan pengumpulan

data. Data yang di dapat melalui pendownloadan citra satelit sesuai

dengan tempat penelitian yaitu di Pantai Marunda, Jakarta Utara.

Data citra landsat yang sudah di download diolah dengan software

ER Mapper 7.0, sehingga menghasilkan output peta abrasi pantai.

Setelah mendapatkan peta abrasi pantai, maka akan dilakukan

pengecekan lapangan di wilayah penelitian tempat di mana abrasi

terjadi. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan sebagai

berikut:

a. Download Citra

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan

download citra satelit untuk memperoleh data sekunder

mengenai laju abrasi. Citra satelit Landsat dapat di download

dari USGS atau United States Geological Survey yaitu situs

yang menyediakan citra satelit. Citra satelit yang di download

merupakan citra daerah penelitian, yaitu citra Landsat 5 dan

Landsat 8 Kota Jakarta tahun 1997, 2007, dan 2017 yang di

unduh dari web http://earthexplorer.usgs.gov.

b. Pemotongan Citra atau Cropping

Cropping jika dilakukan untuk memfokuskan pada daerah

penelitian, sehingga dapat lebih efektif dan efisien dalam

mengerjaan penelitian ini. Karena citra awal memiliki cakupan

yang luas sehingga perlu di lakukan pemotongan sesuai focus

penelitian

c. Koreksi Citra

1) Koreksi Geometrik

Citra satelit biasanya mengandung distorsi

geometris. Salah satu cara untuk mengkoreksi distorsi

Page 77: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

60

geometris ini adalah dengan menggunakan titik-titik control

lapangan (Ground Control Point/GPC). GPC adalah suatu

titik pada permukaan bumi yang sudah diketahui

koordinatnya. Koreksi geometri selanjutnya diperlukan

untuk menghasilkan data yang lebih teliti dalam aspek

planimetrik. Pada koreksi ini, sistem koordinat atau

proyeksi peta tertentu dijadikan rujukan, sehingga

dihasilkan citra yang mempunyai sistem koordinat dan

skala yang seragam. Koreksi geometrik bertujuan untuk

memperbaiki kesalahan posisi atau letak objek yang

terekam pada citra, yang disebabkan adanya distorsi

geometrik 74

2) Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik digunakan untuk mengurangi

pengaruh hamburan atmosfer pada citra satelit. Hampuran

atmosfer disebabkan oleh adanya partikel-partikel di

atmosfer yang memberikan efek hampuran pada energi

elektromagnet matahari yang berpengaruh pada nilai

spectral citra.75

d. Penajaman Citra

Proses penajaman citra bertujuan untuk memperjelas

kenampakan objek pada citra, sehingga citra semakin

informatif. Penajaman citra dapat memperbaiki kenampakan

citra dan membedakan objek yang ada pada citra dan

informasinya lebih mudah diinterpretasi. Penajaman citra juga

mempermudah kita untuk membedakan batas antara antara

daerah daratan dan perairan. Proses penajaman citra bertujuan

untuk memperjelas kenampakan objek pada citra, sehingga

citra semakin informatif 76

.

74

Sodikin, dalam jurnal ”Analisis Abrasi dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh

(Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Bekasi Regency) hal. 3. 75

Ibid hal.3 76

Ibid hal.3

Page 78: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

61

e. Kombinasi Band

Gelombang elektromagnetik yang digunakan sebagai media

untuk merekam data/objek mencakup gelombang tampak mata

(visible light) dan infra merah, yang kemudian dikelompokkan

kedalam wilayah-wilayah yang lebih sempit dengan kisaran

panjang gelombang tertentu, yang disebut band. Dalam analisis

atau klasifikasi data citra digital, perlu dicari gabungan dari tiga

band yang tampilan datanya dapat memberikan gambaran dan

detail informasi yang jelas mengenai penggunaan lahan

vegetasi, dan lainnya. Komposit warna yang digunakan untuk

citra landsat 5 adalah RGB 542 dan untuk landsat 8 adalah

RGB 653.

f. Klasifikasi tidak terbimbing (Unsupervised Clasification)

Klasifikasi tidak terbimbing merupakan metode yang

memberikan mandate sepenuhnya kepada system/computer

untuk mengelompokkan data raster berdasarkan nilai digitalnya

masing-masing, intervensi penggunaan dalam hal ini

diminimalisasi.77

Klasifikasi citra tidak terbimbing

dilaksanakan dengan metodde kluster yang dapat

mengidentifikasi kelompok-kelompok pola alami. Sifat setiap

kelompok kemudian ditentukan dengan uji lapangan.78

g. Ground Check

Pada penelitian selanjutnya ialah melakukan ground check

lapangan yang bertujuan untuk melihat seberapa besar

persamaan pada data interpretasi yang telah diperoleh dengan

hasil lapangan. Hasil dari pengecekan lapangan digunakan

untuk melakukan revisi hasil penafsiran survei lapangan

bertujuan untuk pengecekan kebenaran klasifikasi penggunaan

lahan dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan fungsi lahan di

kawasan Pantai Marunda. Pengecekan dilakukan dengan

bantuan Global Position System (GPS). Titik pengamatan

77

Sodikin, Modul Petunjuk Teknik Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper 7.0, hal.106 78

C.P.Lo, Penginderaan Jauh Terapan, (Jakarta: UI Press, 1995) hal. 45

Page 79: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

62

ditentukan dengan metode purposive sampling. Masing-masing

kelas tutupan lahan diwakili untuk setiap kelas penggunaan

lahan. Setiap titik didatangi kemudian dilakukan pendataan,

pengamatan, serta pencatatan informasi penting. Data yang

diambil adalah rekam koordinat titik pengamatan lapangan dari

GPS, kondisi tutupan lahan sekita titik lapangan yang

dilengkapi gambar.

2. Teknik Analisis Kedua

a. Perhitungan Akurasi (Accuracy Assesment)

Seperti halnya dengan beberapa analisa spasial lainnya,

sebelum klasifikasi dapat benar-benar digunakan perhitungan

tingkat akurasi merupakan prasyarat mutlak yang harus

dilakukan setelah kegiatan klasifikasi. Akurasi merupakan

perbandingan antara data hasil klasifikasi dengan kondisi

lapangan. Dengan kata lain dalam prosesnya pengguna harus

melakukan pengecekan dan pengambilan beberapa sampel di

lapangan sebagai pembanding. Perhitungan akurasi dapat

dilakukan dengan berbagai metode, salah satu metode yang

digunakan penelitian ini adalah confusion matrix.79

Data yang

sudah di interpretasi dengan data lapangan kemudian di

interpretasi kembali dengan menggunakan tabel confusion

matrix atau matriks yang menghitung perbandingan secara

presentase. Penelitian ini menggunakan 100 titik sampel di

lapangan kemudian disesuaikan dengan citra landsat Kelurahan

Marunda tahun 2017 yang sudah diklasifikasikan.

Tingkat ketelitian interpretasi citra, yaitu analisis yang

dilakukan berdasarkan uji ketelitian interpretasi menggunakan

perhitungan matrik konfusi. Matrik konfusi memuat

perhitungan ketelitian masing-masing klasifikasi obyek dan

interpretasi keseluruhan. Selain itu, matrik tersebut memuat

79

Ibid, hal. 121

Page 80: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

63

perhitungan omisi dan komisi yaitu perhitungan kesalahan

interpretasi, sehingga uji ketelitian tersebut tidak termasuk

pengukuran tunggal dan merupakan prosedur uji ketelitian

yang sangat valid. Uji ketelitian interpretasi citra dilakukan

dengan melakukan cek lapangan dengan sampel objek yang

sudah ditentukan. Perhitungan pengujian berdasarkan

kesesuaian hasil interpretasi dengan kondisi lapangan, sehingga

kesalahan interpretasi dapat diketahui.80

Menurut

Kusumowigado dalam Siska hasil klasifikasi dikatakan baik

bila ketelitianya > 80% atau kesalahanya < 20% bila

dibandingkan dengan keadaan di lapangan.81

Tabel 3.4 Matriks kesalahan (confusion matrix)

Data hasil

klasifikasi

Data sesuai (lapangan)

Total

kolom

User’s

Accuracy

A B C

A

Xii Xk+ Xii/ Xk+

B

Xii

C

Xii

Total Baris

X+k N

Producer’s

Accuracy

Xii/

X+k

Sumber : Dedy 2005

Adapun penghitungan nilai akurasi dan matriks kesalahan

yaitu User’s Accuracy adalah ukurasan akurasi yang dihasilkan

dari pengguna. Producer’s Accuracy adalah akurasi yang

dihasilkan dari pembuat klasifikasi (perangkat lunak

pengklasifikasi), dan Overall Accuracy merupakan perhitungan

80

Munisya'ul Khosyi'ah dkk, Interpretasi Citra Quickbird Untuk Identifikasi Penggunaan Lahan di

Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, Jurnal PROSIDING SEMINAR

NASIONAL GEOTIK 2017 hal. 260 81

Siska Wahyu Andini, dkk, Analisis Sebaran Vegetasi dengan Citra Satelit Sentinel

menggunakan Metode NDVI dan Segmentasi, Jurnal Geodesi UNDIP Vol 7, 2018. Hal. 18

Page 81: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

64

nilai akurasi dari hasil klasifikasi oleh pengguna dan perangkat

lunak pengklasifikasikan.82

User’s Accuracy = (Xii/Xk+) x 100%

Producer’s Accuracy = (Xii/X+k) x 100%

Overall Accuracy = (∑ri Xii / N) x 100%

b. Analisis Overlay

Overlay merupakan metode yang dikenal lama dalam

metode spasial. Overlay tumpang susun peta merupakan cara

untuk menghubungkan citra Landsat tahun 1997 sampai 2017

untuk mengetahui perubahan garis pantai. Metode analisis data

yang dipergunakan untuk mendapatkan kesimpulan penelitian

adalah metode overlay, yang mengtumpang susun peta.

Penelitian ini menggunakan analisis overlay yang

menggunakan software Er Mapper 7.0 untuk mendapatkan

hasil perubahan garis pantai. Citra landsat masing-masing citra

di digitasi tiap garis pantainya, dengan tujuan mendapatkan

data perubahan garis pantai. Citra landsat yang digunakan yaitu

citra landsat 5 untuk tahun 1997 dan tahun 2007 serta citra

landsat 8 untuk tahun 2017. Perhitungan abrasi pantai

dilakukan dengan membandingkan garis pantai dari citra

landsat tahun 1997, tahun 2007, dan tahun 2017. Proses ini

dilakukan denga mengtumpang tindih atau overlay ketiga citra

landsat tersebut, sehingga diketahui perubahan garis pantainya

yang diakibatkan oleh abrasi

82

Dedy Humaidi, Pemanfaatan Citra Landsat ETM dalam Penyusunan Model Pengaturan Hasil

Hutan Studi Kasus DI HPHTI PT Musi Hutan Persada Provinsi Sumatera Selatan, Skripsi

Universitan IPB, 2005. Hal.20

Page 82: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

65

H. Diagram Alur

Gambar 3.2

Diagram alur analisis citra

Download citra landsat 5dan landsat 8

Cropping Citra

Koreksi Citra

Penajaman Citra

Komposisi Band

Digitasi Citra

Overlay

Analisis perubahan garis

pantai akibat abrasi

tahun 1997 tahun 2007

dan tahun 2017

Klasifikasi tidak terbimbing

Ground Check

Perhitungan tingkat akurasi

Radiometrik Geometrik

baik bila

ketelitianya >

80%

Page 83: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis

Secara administratif Kelurahan Marunda merupakan bagian dari

Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Kelurahan Marunda menjadi

bagian dari Kecamatan Cilincing Jakarta Utara sejak akhir tahun 1975

bergabung dengan keempat kelurahan lainnyya yakni Kelurahan

Kalibiru, Cilincing, Semper, dan Sukapura. Awal mula terbentuknya

Kelurahan Marunda karena adanya Peraturan Pemerintah No. 45 tahun

1974 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.45 tahun 1975 tanggal

20 Desember 1975 mengenai penghapusan status daerah otonom,

pembentukan, pengembangan, dan perubahan batas wilayah DKI

Jakarta Raya dalam rangka pemekaran wilayah ibu kota tersebut.

Dengan adanya peraturan ini Kelurahan Marunda secara resmi masuk

wilayah Daerah Ibu Kota Jakarta setelah sebelumnya wilayah

Kelurahan Marunda merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi di Jawa

Barat.

Marunda merupakan kelurahan di Kecamatan Cilincing Kota

Madya Jakarta Utara Provinsi Daerah Ibu Kota Jakarta. Adapun batas-

batas wilayah Kelurahan Marunda sebagai berikut :

a. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Segara Makmur Kecamatan

Tarumajaya Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat

b. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukapura dan

Kelurahan Rorotan

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cilincing

Page 84: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

67

Gam

bar

4.1

Pet

a A

dm

inis

tras

i K

elu

rah

an M

arund

a

Page 85: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

68

2. Kondisi Fisik

a. Geologi

Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan

pleistocene yang terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah.

Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah

pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di

bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak

tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh

endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada

kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin

dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan

permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m83.

b. Topografi

Secara geografis Kelurahan Marunda merupakan dataran

rendah dengan luas tanah seluas 746.304 ha dengan titik koordinat

berada pada koordinat 06008

0 LS dan 106

048

0 BT. Sebagian besar

Kelurahan Marunda terdiri dari tanah daratan hasil dari pengerukan

rawa-rawa yang mempunyai ketinggian rata-rata 0 sampai dengan

1 meter di atas permukaan laut terutama di sepanjang pantai utara

Jakarta. Luas ini tiap tahun makin berkurang dengan adanya abrasi

laut yang terjadi dengan pesat. Abrasi laut ini menyebabkan

penyusutan pantai di sebelah utara Kelurahan Marunda

c. Iklim

Marunda yang masuk dalam wilayah Jakarta Utara beriklim

panas, suhu udara sepanjang tahun sekitar 240 sampai 320, karena

letaknya di daerah Katulistiwa sehingga wilayah Jakarta Utara

termasuk Marunda dipenuhi angin Muson Timur terjadi bulan Mei

sampai dengan Oktober dan Muson Barat sekitar bulan November

83

https://jakarta.go.id/artikel/konten/55/geografis-jakarta ( diakses pada tanggal 27/09/2018 pada

pukul 07.04 WIB )

Page 86: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

69

sampai dengan April. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel

4.1

Tabel 4.1 Iklim Jakarta Utara

Uraian Stasiun Meteorologi Maritim Klas 1

Tanjung Priok

Suhu (0C)

Maksimum

Minimum

Rata-rata

32,2

26,0

28,7

Kelembaban Udara (%)

Maksimum

Minimum

Rata-rata

96,3

44,5

73,7

Tekanan Udara (mb) 1010,6

Kecepatan Angin

(knot)

4,1

Curah Hujan (mm2)

166,9

Penyinaran Matahari 5,05

Sumber : BPS Kota Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 4.1, keadaan Kota Jakarta umumnya

beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7°C -

34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -

25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun

237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah

sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar

267,4 mm terjadi pada tahun 2005, selain itu pada tahun 2017

curah hujan sebesar 166,9 mm2 dengan tingkat kelembaban udara

mencapai 44,5-73,7 dengan rata-rata 73,7 persen dan kecepatan

angin rata-rata mencapai 4,1 knot.

d. Curah hujan

Marunda merupakan masuk ke dalam wilayah Jakarta

Utara. Jakarta utara memiliki iklin cenderung panas dengan curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan jumlah 627,9

Page 87: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

70

mm2

dengan jumlah banyaknya hari hujan sebanyak 25 kali dan

badai Guntur terjadi 12 kali. Sedangkan curah hujan terendah pada

bulan Agustus sebesar 1,9 mm2 dengan banyaknya hari hujan

hanya 1 kali dan tidak mengalami badai Guntur, dapat dilihat pada

Tabel 4.2

Tabel 4.2 Curah Hujan

Bulan Curah Hujan Banyaknya

Hari Hujan

Jumlah Badai

Guntur

Januari 294,2 17 6

Februari 627,9 25 12

Maret 165,5 16 13

April 116,1 12 9

Mei 60,0 8 2

Juni 181,6 13 4

Juli 34,4 4 -

Agustus 1,9 1 -

September 74,6 7 1

Oktober 69,5 11 4

November 160,4 16 6

Desember 217,2 12 4

Sumber : BPS Kota Jakarta Utara

3. Kondisi Sosial

a. Kependudukan

Penduduk Kelurahan Marunda pada tahun 2016 menurut

jenis kelamin, terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 16.075 jiwa

dan penduduk wanita sebesar 15.372 jiwa dan jumlah totalnya

sebesar 29.371 . Dengan kepadatan penduduk nya sebesar 3.972,93

Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.3

Page 88: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

71

Tabel 4.3 Jumlah penduduk menurut kelurahan dan kenis kelamin

No Kelurahan

/ Sub

District

Luas/Area

(km2)

Jenis Kelamin/Sex

Jumlah

Total

Kepadatan

penduduk

Laki-laki

Male

Wanita

Female

1 Sukapura 5,614 32.312 32.451 81.822 11.535,98

2 Rorotan 10,637 22.797 22.218 58.251 4.231,93

3 Marunda 7,9169 16.075 15.372 29.371 3.972,93

4 Cilincing 6,3125 26.665 25.682 45.500 8.292,14

5 Semper

Timur

3,1615 21.134 20.617 44.692 13.206,07

6 Semper

Barat

1,5907 40.798 40.013 77.836 50.802,16

7 Kalibaru 2,467 343.344 41.418 71.520 34.358,33

Jumlah 39,6996 203.125 197.771 400.896 10.098,11

Sumber : BPS Kota Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 4.1, Marunda mempunyai luas wilayah

kedua terluas setelah Kelurahan Cilicing dengan luas wilayah

Marunda 7,9169 km2. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan

jenis kelamin di Kecamatan Cilincing, Marunda berada di posisi

terakhir dengan total jumlah penduduk laki-laki dan penduduk

perempuan yaitu 29.371 jiwa. Hal ini memberikan gambaran

bahwa untuk persebaran penduduk Marunda masih belum merata.

b. Pendidikan

Setiap daerah mempunyai jenjang pendidikan baik dari

tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menegah pertama (SMP),

sekolah menengah atas (SMA), maupun sekolah menengah

kejuruan (SMK) seperti daerah Marunda yang memiliki jenjang

pendidikannya untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel 4.4

Page 89: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

72

Tabel 4.4 Sekolah Dasar Jakarta Utara 2012/2013

No Kelurahan Sekolah Guru Murid

1. Sukapura 9 152 3.715

2. Rorotan 9 135 3.224

3. Marunda 8 96 2.305

4. Cilincing 15 205 4.742

6. Semper Timur 13 168 3.809

7. Semper Barat 23 321 7.193

8. Kalibaru 16 208 5.221

Jumlah 94 1.285 30.209

Sumber : BPS Kota Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 4.4 Kelurahan Marunda memiliki

sekolah dasar sebesar 8 dengan jumlah guru 96 jiwa dan murid

2.305 jiwa.. Untuk melihat jumlah sekolah, guru, dan murid pada

tingkat sekolah menengah pertama dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Sekolah Menengah Pertama Jakarat Utara 2012/2013

No Kelurahan Sekolah Guru Murid

1. Sukapura 2 20 262

2. Rorotan 3 82 1.266

3. Marunda 2 47 1.015

4. Cilincing 6 149 2.623

5. Semper Timur 6 91 1.128

6. Semper Barat 7 126 1.877

7. Kalibaru 6 108 1.344

Jumlah 32 623 9.515

Sumber : BPS Kota Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 4.5 Kelurahan Marunda memiliki

sekolah menengah pertama atau SMP hanya 2 sekolah dengan

jumlah guru 47 jiwa dan murid 1.015 jiwa. Jumlah sekolah

Kelurahan Marunda sama dengan Kelurahan Sukapura yang hanya

Page 90: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

73

memiliki 2 sekolah tetapi berbeda dari jumlah guru dan murid.

Pada Tabel 4.6 disajikan data jumlah sekolah, guru dan murid pada

tingkat sekolah menegah atas atau SMA.

Tabel 4.6 Jumlah Sekolah Menengah Atas Jakarta Utara 2012/2013

No Kelurahan Sekolah Guru Murid

1. Sukapura 2 58 731

2. Rorotan 1 38 553

3. Marunda - - -

4. Cilincing 1 37 531

5. Semper Timur 2 66 782

6. Semper Barat 6 181 2.428

7. Kalibaru 1 15 91

Jumlah 12 395 5.116

Sumber : BPS Kota Jakarta Utara

Berdasarkan Tabel 4.6 Kelurahan Marunda tidak memiliki

sekolah menegah atas (SMA). Semper barat mempunyai jumlah

SMA paling banyak dengan 6 sekolah dan Marunda tidak memiliki

sekolah SMA. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat

penting bagi kemajuan disuatu Negara/daerah. Karena dengan

majunya pendidikan di daerah tersebut akan memberikan dampak

dan pengaruh yang baik bagi daerah tersebut. Maka dari itu

ketersediaan sekolah disuatu daerah sangat diperlukan.

Berdasarkan Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4,

Marunda memiliki 8 sekolah dasar (SD), 2 sekolah menegah

pertama (SMP), dan tidak memiliki sekolah menengah atas (SMA).

Page 91: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

74

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Klasifikasi

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh menggunakan software

Er Mapper 7.0 untuk mengalanisis citra landsat 5, dan landsat 8

ETM+ tahun 1997, 2007, dan 2017 dalam mengklasifikasi citra untuk

penggunaan lahan di Kelurahan Marunda. Adapaun pengklasifikasian

citra sebagai berikut:

Membuka citra landsat yang sudah di download di United States

Geological Survey (USGS) dengan menggunakan software Er Mapper

7.0. Kemudian citra landsat tahun 1997, tahun 2007, dan tahun 2017

dilakukan komposit warna dengan memberi warna red green blue

(RGB) untuk citra landsat tahun 1997 dan 2007 RGB 542 dan untuk

citra landsat 2017 653. Penggunaan RGB tersebut berfungsi untuk

memudahkan melakukan identifikasi terhadap objek. Selanjutnya

memasukan data erv Kelurahan Marunda untuk memotong citra yang

sudah di RGB.

Citra yang sudah di cropping kemudian dilakukan analisis

unsupervised clasification atau klasifikasi tidak terbimbing, yaitu

metode yang memberikan mandat sepenuhnya kepada

system/computer untuk mengelompokkan data raster berdasarkan nilai

digitalnya masing-masing. Klasifikasi dari penggunaan lahan di

Kelurahan Marunda terdiri dari lima klasifikasi diantaranya: vegetasi,

kebun campuran, lahan terbangun, badan air, dan lahan kosong

Setelah mengklasifikasi citra tersebut selanjutnya dipastikan

kembali di lapangan (groundcheck) untuk melihat seberapa besar

persamaan data interpretasi yang sudah diperoleh dengan hasil di

lapangan. Data yang sudah di interpretasi dengan data lapangan

kemudian di interpretasi kembali dengan menggunakan tabel

confusion matrix atau matriks yang menghitung perbandingan secara

presentase. Penelitian ini menggunakan 100 titik sampel di lapangan

Page 92: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

75

kemudian disesuaikan dengan citra landsat Kelurahan Marunda tahun

2017 yang sudah diklasifikasikan, dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Matriks Kesalahan ( Confusion Matrix )

Data hasil

klasifikasi

Data sesuai (lapangan) Total

kolom

Users’s

Accuracy Vegetasi Badan

air

Lahan

terbangun

Kebun

campuran

Lahan

kosong

Vegetasi

16 0 0 3 1 20 80 %

Badan

Air

0 22 0 0 0 22 100

Lahan

terbangun

1 0 33 0 1 35 94,2

Kebun

campuran

2 0 1 10 2 15 66,7

Lahan

Kosong

1 0 0 0 7 8 87,5

Total baris

20 22 34 13 11 100

Producer’s

Accuracy

80 % 100

%

97 % 76,9 % 63,6 %

Sumber : Hasil Penelitian

Maka perhitungan akurasinya adalah sebagai berikut:

1. Akurasi keseluruhan ( Overall Accuracy )

= Jumlah diagonal utama/jumlah titik

= 88/100

= 88 %

2. Akurasi produser (Producer’s Accuracy )

Vegetasi = 16/20 = 80 %

Badan air = 22/22 = 100 %

Lahan terbangun = 33/34 = 97 %

Kebun campuran = 10/13 = 76,9 %

Lahan kosong = 7/11 = 63,6 %

3. Akurasi penggunaan (Users’s Accuracy)

Vegetasi = 16/20 = 80 %

Page 93: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

76

Badan air = 22/22 = 100 %

Lahan terbangun = 33/35 = 94,2 %

Kebun campuran = 10/15 = 66,7 %

Lahan kosong = 7/8 = 87,5 %

Berdasarkan hasil data yang ada pada Tabel 4.7, dapat

dilihat bahwa penggunaan lahan badan air memiliki nilai

akurasi produser (producer’s accuracy ) terbesar, yaitu 100 %.

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah piksel sudah terklasifikasi

dengan baik. Lahan kosong memiliki memiliki nilai akurasi

produser (producer’s accuracy ) terkecil yaitu 63,6 %. Hal ini

berarti bahwa dari 11 piksel yang terklasifikasi, 7 piksel

terkelaskan dengan benar pada lahan kosong, 1 piksel

dikelaskan ke dalam vegetasi, 1 piksel dikelaskan ke dalam

lahan terbangun, dan 2 piksel dikelaskan ke dalam kelas kebun

campuran. Akurasi penggunaan (users’s accuracy) terbesar

pada penggunaan badan air, yaitu 100 % dan nilai akurasi

penggunaan (users’s accuracy) terendah pada kebun campuran

dengan nilai 66,7 %.

Akurasi umum ( overall accuracy ) merupakan jumlah

piksel yang terdapat pada diagonal matrik dengan jumlah

seluruh piksel yang digunakan, nilai overall accuracy atau

tingkat kepercayaan yang didapatkan adalah 88 % dan tingkat

kesalahan sebesar 12 %. Adanya piksel tidak murni yang

masuk ke dalam kelas tertentu menjadi alasan persentase

tingkat kepercayaan belum mencapai 100 %. Menurut

Kusumowigado dalam Siska Wahyu Andini, hasil klasifikasi

dikatakan baik bila ketelitianya > 80% atau kesalahanya < 20%

bila dikanalingkan dengan keadaan di lapangan84

. Dalam

penelitian ini hasil akurasi data yang didapatkan dari lapangan

sebesar 88 % artinya nilai akurasinya terpercaya dan hasil

klasifikasinya dikatakan baik.

84

Siska Wahyu Andini, dkk, Analisis Sebaran Vegetasi dengan Citra Satelit Sentinel

menggunakan Metode NDVI dan Segmentasi, Jurnal Geodesi UNDIP Vol 7, 2018. Hal. 18

Page 94: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

77

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Marunda Tahun (a) 1997, (b) 2007,(c) 2017

(a)

(b)

(c)

Page 95: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

78

2. Hasil Groundcheck

Tabel 4.8 Hasil Groundcheck

No Nama

Obyek

Koordinat Hasil interpretasi

citra landsat

Hasil groundcheck

1 Vegetasi -6005’40”S-

106057’38”E

2 Badan air -6006’24”S-

106058’09”E

3 Lahan

terbangun

-6007’29”S-

106057’26”E

4 Kebun

campuran

-6005’47”S-

106057’48”E

5 Lahan

kosong

-6005’36”S-

106058’14”E

Page 96: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

79

Berdasarkan Tabel 4.7 penggunaan lahan ditentukan dengan

klasifikasi citra tidak terbimbing ( analisis unsupervised ) yang terdiri

dari lima kelas, yaitu vegetasi, badan air, lahan terbangun, kebun

campuran, dan lahan kosong.

a. Vegetasi. Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau

tanaman yang menempati suatu ekosistem. Vegetasi yang

ditemukan di lapangan pada koordinat -6005’40”S-106

057’38”E

merupakan vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove biasanya

terletak di dekat perairan baik di muara sungai ataupun di daerah

pantai. Vegetasi mangrove merupakan vegtasi pantai yang mampu

tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut dan pantai

berlumpur. Kenampakan vegetasi dalam citra berwarna hijau

terang. Dan biasanya terdapat di daerah sekitar pantai ataupun

muara sungai.

b. Badan air. Badan air terdiri dari kenampakan yang tergenang oleh

air tanpa ada vegetasi. Badan air kumpulan air yang besarnya

antara lain bergantung pada relief permukaan bumi,

pembendungan, curah hujan, suhu, dan sebagainya.Badan air

terdiri dari sungai, danau, pantai, situ, empang, dan sebagainya.

Badan air pada citra landsat berwarna biru, di lapangan badan air

yang di temukan yaitu sungai di daerah banjir kanal timur pada

koordinat -6006’24”S-106

058’09”E.

c. Lahan terbangun. Kenampakan yang tersusun secara kelompok

berupa bangunan-bangunan. Lahan terbangun yang terdapat di

lapangan berupa perumahan, sekolah, masjid, pabrik industri,

kantor pemerintahan, puskesmas, maupun pusat pelayanan lainnya.

Kenampakan lahan terbangun pada citra landsat berwarna merah

dan cenderung mengelompok. Di lapangan pada koordinat -

6007’29”S-106

057’26”E dijumpai kantor Kelurahan Marunda.

d. Kebun campuran. Kegiatan di lahan kering yang terdiri dari

campuran tanaman pertanian dan kehutanan. Jenis yang ada pada

perkebunan campuran yang ditemukan yaitu kebun pisang,

Page 97: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

80

singkong, pepaya dan beberapa jenis sayuran seperti sawi, cabai,

dan lain-lain. Kebun campuran pada citra berwarna hijau tua dan di

lapangan pada koordinat -6005’47”S-106

057’48”E ditemukan

kebun sawi. Lokasi kebun campuran umumnya di dekat

permukiman maupun perairan. Seperti yang dijumpai di lapangan

kebun sawi merupakan milik warga penghuni rumah susun cluster

D yang memanfaatkan perkarangan kosong untuk ditanami sayur-

sayuran.

e. Lahan kosong. Lahan kosong merupaka kenampakan yang berupa

tanah kosong, pada citra lahan kosong berwarna kuning. Lahan

kosong umumnya merupakan lahan yang tidak ada bangunan

ataupun tumbuhan di atas permukaannya. Lahan kosong berupa

lahan yang belum dimanfaatkan oleh manusia untuk kegiatan

sehari-hari sehingga dibiarkan kosong. Lahan kosong yang

ditemukan di lapangan pada koordinat -6005’36”S-106

058’14”E

yang berupa hamparan luas dan di dekat dengan perindustrian.

Page 98: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

81

Gam

bar

4.3

Layo

ut

Kla

sifi

kas

i C

itra

Lan

dsa

t dan

Has

il G

rou

ndch

eck

Tah

un 2

017

Sum

ber

: H

asi

l A

nali

sis

Cit

ra L

andsa

t dan G

roundch

eck

2017

Page 99: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

82

3. Hasil analisis untuk mengetahui tingkat abrasi

Berdasarkan pengolahan citra landsat 5 tahun 1997, tahun 2007

dan citra landsat 8 tahun 2017 pada software er mapper, setelah

dilakukan komposit band untuk mengetahui garis pantai dengan

komposit bandnya yaitu landsat 5 RGB 542 dan landsat 8 dengan RGB

653. Setelah melakukan komposit band maka dilakukan proses

mendigitasi dengan menggunakan fitur polyline untuk digitasi garis

pantai tersebut. Adapun hasil digitasi pada masing citra dapat dilihat

pada Gambar 4.4

(a) (b)

(c)

Gambar 4.4 Digitasi garis pantai pada citra landsat. (a) citra landsat tahun

1997 (b) citra landsat tahun 2007 (c) citra landsat tahun 2017

Setelah dilakukan proses digitasi pantai pada citra tahun 1997, citra

tahun 2007 dan citra tahun 2017, maka dapat diperoleh garis pantai

seperti pada Gambar 4.6 tersebut. Dapat diperoleh kondisi garis pantai,

mulai dari citra tahun 1997 sampai tahun 2017 dibeberapa titik

mengalami kemunduran garis pantai yang disebut abrasi dan terdapat

pula yang mengalami penambahan daratan disebut dengan akresi.

Garis Pantai 1997 Garis Pantai 2007

Garis Pantai 2017

Page 100: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

83

Selanjutnya dilakukan analisis overlay pada kedua citra untuk melihat

perubahan garis pantai pada tahun 1997, tahun 2007 dan tahun 2017.

Seperti yang disajikan pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Overlay Citra Landsat Tahun 1997, 2007 dan 2017

Berdasarkan Gambar 4.5 secara visual pantai Marunda nampak

mengalami pengurangan dimana dapat dilihat laut bergerak maju

kearah daratan dan terlihat perubahan garis pantai dari tahun 1997

sampai 2017. Gambar tersebut menjelaskan bahwa pada tahun 1997

garis pantai berada pada garis warna kuning, namun pada tahun 2007

garis pantai bergeser ke warna hijau dan 2017 garis pantai telah

bergeser ke garis warna biru. Perubahan garis pantai tersebut

menunjukkan bahwa di Marunda telah terjadi peristiwa abrasi dan

akresi. Adapun perubahan luas secara kuantitatif disajikan pada Tabel

4.9

Tabel 4.9 Luas Daerah Abrasi dan Akresi Pantai Marunda

Tahun Abrasi (ha) Laju abrasi (ha/tahun) Akresi (ha)

1997-2007 8,43 0,84 -

2007-2017 2,18 0,21 0,47

Total 10,61 1,05 0,47

Page 101: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

84

.

Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa abrasi yang terjadi di

Pantai Marunda rentang waktu 1997 – 2007 sebesar 8,43 ha dengan

laju abrasi 0,84 ha/tahun. Sedangkan pada rentang tahun 2007-2017

mengalami abrasi sebesar 2,14 ha dengan laju abrasi nya 0,21 ha/tahun

dan mengalami akresi sebesar 0,47 ha. Total luasan abrasi selama

kurun waktu 1997 sampai 2017 sebesar 10,61 ha dengan laju abrasi

1,05 ha/tahun dan total luas sebesar akresi 0,47 ha. Abrasi yang terjadi

pada rentang waktu 1997-2007, merupakan jumlah abrasi terbesar

yaitu 8,43 ha. Hal ini diakibatkan karena belum dibangunnya

pelindung pantai dari serangan abrasi. Selain itu, rusaknya pelindung

pantai alami yaitu pasir pantai akibat penambangan pasir dan

kerusakan hutan mangrove akibat alihfungsi lahan semakin

mempercepat laju abrasi yang terjadi. Pada rentang tahun 1997-2017

terjadi akresi atau penambahan daratan sebesar 0,47 ha, akresi atau

penambahan daratan yang terjadi karena adanya aktivitas manusia

yaitu untuk keperluan pembangunan pelabuhan. Penambahan daratan

secara alami terjadi akibat adanya material yang di bawa oleh aliran

Sungai Tiram yang kemudian terendapkan di muara sungai. Wilayah

yang mengalami akresi terjadi di sekitar muara Sungai Tiram.

4. Abrasi di Pantai Marunda

Masalah abrasi yang terjadi di Marunda menyebabkan terdapat

wilayah yang hilang akibat proses abrasi yang terjadi. Beberapa faktor

yang menyebabkan abrasi semakin meluas seperti faktor fisik dan

faktor manusia. Faktor fisik yang menyebabkan hilang daratan akibat

proses abrasi ini, seperti gelombang, arus, angin, dan pasang surut air

laut. Sedangkan faktor manusia yang bersifat merusak juga dapat

menyebabkan abrasi pantai, seperti pengalihfungsian lahan mangrove

menjadi permukiman akibat pertambahan penduduk, pembangunan di

sekitar pantai yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem, dan

penambangan pasir pantai.

Page 102: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

85

Pembangunan di kawasan pesisir yang tidak sesuai dengan prinsip-

prinsip ekologi dapat menimbulkan permasalahan lingkungan di

kawasan pesisir tersebut. Kerusakan lingkungan yang terjadi di

wilayah pantai dan pesisir hingga saat ini masih belum bisa

ditanggulangi dengan baik dan optimal. Justru yang terjadi kerusakan

lingkungan yang semakin memperparah dan semakin meluas.

Penyebab ternjadinya kerusakan lingkungan di wilayah pesisir lebih

didominasi oleh pembangunan di wilayah pesisir, kerusakan

mangrove, pencemaran minyak, pencemaran sampah dan lain-lain,.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak H.Nawin yang mengatakan

bahwa pasir di Marunda sudah tergerus dan menyebabkan pantai lebih

maju akibat penambangan pasir untuk pembangunan Jalan Raya

Cilincing sampai Cakung.

“ Dulu pantai nya bagus banget ada pohon bakau sama kelapa, dulu

nih dari rumah saya yang sekarang ke pantai jaraknya jauh banget

bisa beberapa kilo baru sampe ke pantai, harus naek perahu dulu

lewatin hutan bakau dan tambak, kalo sekarang pohon bakau sama

tambak udah pada kaga ada udah kena abrasi, sekarang kampung

saya nih udah langsung tepi laut padahal mah dulu mau ke pantai

aja jaraknya jauh, awal abrasinya sekitar tahun 1988 waktu itu

pasir di Marunda dikeruk buat bikin jalan raya Cakung-Cilincing,

saya juga ikut ngambil pasirnya, makanya sekarang yang sebelah

sini udah ilang tinggal di sebelah sana deket Marunda Kepu, kalo

di Marunda Besar udah abis semua ini gara-gara abrasi, pasirnya

udah gak ada”85

Sebelum sebelah barat Pantai Marunda di buat tanggul untuk

penahan abrasi, masyarakat sekitar masih sering melakukan

pengerukan/penambangan pasir pantai untuk keperluan sehari-hari.

Seperti mengambil pasir pantai untuk keperluan membuat rumah atau

bangunan lainnya. Pengerukan pasir pantai merupakan kegiatan yang

merusak ekosistem pantai dan dapat mempercepat proses abrasi itu

sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Irvan selaku nelayan di

Pantai Marunda.

85

Hasil Wawancara oleh Bapak H.Nawin, pada tanggal 9 Agustus pukul 15.30

Page 103: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

86

“ Ini sebelum di dam (tanggul) pada ngambil pasirnya kan dari sini,

dikeruk semua buat pada bikin rumah pdahal udah ada larangan

dari pemerintah tapi yaa namanya manusia yaa susah dah pasti

ngambil lagi ngambil lagi, kalo sekarang mah udah abis di wilayah

sini pasir nya di kerukin mulu jadi kena abrasi semua daerah sini,

pemerintah juga langsung di bikin dam (tanggul) tapi bikin dam

(tanggul) juga pasirnya juga pake pasir pantai”86

Selain penambangan pasir, pengalih fungsian lahan mangrove

menjadi permukiman juga menjadi penyebab abrasi. Adanya

penebangan hutan mangrove di Marunda sudah berlangsung lama.

Mangrove di Marunda jumlahnya semakin sedikit, hanya ada di sekitar

empang-empang belakang rumah susun. Padahal mangrove

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pencegah abrasi karena

dapat menahan dari terjangan gelombang laut. Seperti yang dikatakan

oleh Bapak Sofyan warga RT 003 RW 07.

“ Dulu kan disini empang semua banyak pohon bakau sekarang

pohon bakau pada ditebangin gimana kaga mau abrasi bakau nya

udah abis, sisanya cuma di empang belakang rumah susun”87

Abrasi di Pantai Marunda sudah terjadi ketika awal 1980 an yang

banyak menyebabkan lahan tambak milik masyarakat hilang tergerus

air laut dan sekarang sudah berubah menjadi lautan. Abrasi juga

menyebabkan rumah masyarakat sekitar pantai semakin mendekati

pantai, yang dahulu jaraknya jauh dari bibir pantai sekarang semakin

mendekat, karena majunya garis pantai akibat abrasi. Luasan daerah di

sekitar Pantai Marunda yang mengalami abrasi dengan rentan waktu

1997 – 2007 sebesar 8,43 hektar dengan laju abrasi 0,84 ha/tahun.

Sedangkan pada rentang tahun 2007-2017 mengalami abrasi sebesar

2,14 hektar dengan laju abrasi nya 0,21 ha/tahun dan mengalami akresi

sebesar 0,47 hektar. Total luasan abrasi selama kurun waktu 1997

sampai 2017 sebesar 10,61 hektar dengan laju abrasi 1,05 ha/tahun dan

total luas sebesar akresi 0,47 hektar.

86

Hasil Wawancara oleh Bapak Irvan, pada tanggal 9 Agustus pukul 18.15 WIB 87

asil Wawancara oleh Bapak Sofyan, pada tanggal 9 Agustus pukul 14.30 WIB

Page 104: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

87

Banyak masyarakat sekitar pantai mengatakan bahwa rumah

ataupun tambak milik mereka hilang akibat tergerusnya abrasi pantai.

Selain itu, jarak rumah mereka semakin dekat dengan pantai yang

mengakibatkan jika air laut sedang pasang maka rumah mereka

terendam oleh air laut.Seperti yang dialami oleh Bapak Usman selaku

ketua RT 003 yang rumah nya terkena abrasi dan mengharuskannya

pindah ke daerah yang lebih jauh dari pantai, selain itu tambak milik

orang tuanya hilang tergerus abrasi.

“ Ya saya pindah rumah kan gara-gara abrasi sekitar awal tahun

1990an itu pantai udah deket banget sama rumah, sampe kalo lagi

pasang air laut abis air laut pada masuk kerumah dan tambak milik

orang tua abis kena abrasi yang ilang sekitar 1000 meter, termasuk

yaaa masjid al alam itu kan cagar budaya kalo sebelah sini gak

dibikin dam (tanggul) itu cagar budaya abis semua rumah si pitung

juga abis, dulu kalo ombak lagi gede sampe kena kecipratan air di

masjid al alam”88

Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Sofyan, warga RT003

Kelurahan Marunda.

“ Ini dulunya daratan semua ini belom jadi lautan, ini empang

semua, laut jauh disono noh, sekarang udah kemakan semua, abis

semuanya kegerus sama air laut”89

Abrasi di Pantai Marunda sangat mengkhawatirkan terlebih di

daerah tersebut ada dua situs cagar budaya yaitu masjid al alam dan

rumah si pitung. Hal ini membuat masyarakat Marunda menyampaikan

kepada pemerintah bahwa daratan semakin tergerus akibat abrasi.

Pemerintah setempat akhirnya membuat tanggul untuk penahan

gelombang laut dan membuat larang untuk pengambilan pasir pantai.

Seperti yang dikatakan Bapak ketua RT003.

“ Ketika jamannya ketua RW disini Bapak RW H.Kuit dia minta

ke pemerinta untuk dibikin dam (tanggul) karena masjid al alam

udah mau kena juga itu abrasi, Alhamdulillah dikabulin itu sama

pemerintah cuma tahunnya saya lupa pokoknya 90an kesana aja,

88

Hasil Wawancara oleh Bapak Usman, pada tanggal 9 Agustus pukul 14.00 WIB 89

Hasil Wawancara oleh Bapak Sofyan, pada tanggal 9 Agustus pukul 14.30 WIB

Page 105: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

88

karena itu ada cagar budaya makanya pemerintah cepet langsung

dibikin dam (tanggul) tiga tahap bikinnya, pertama dibikin

dibelakang masjid terus yang kedua bikinnya belum merata disini

misalnya ada terus nanti baru ada lagi 20 meter cuma daerah yang

udah parah aja yang dibikin nah yang ketiga baru rata semua

dibikin dam (tanggul)”90

Perlindungan pantai buatan perlu dilakukan karena kondisi pantai

sudah kritis yang dapat merusak fasilitas umum maupun cagar budaya.

Abrasi pantai dapat menimbulkan kerugian sangat besar dengan

rusaknya kawasan permukiman maupun fasilitas lainnya. Untuk

menanggulanginya maka diperlukan membuat bangunan pelindung

pantai secara buatan, karena perlindungan pantai secara alami seperti

hutan mangrove, sudah sangat sedikit di Pantai Marunda.

C. Pembahasan Penelitian

Secara umum Pantai Marunda di Kecamatan Cilincing Jakarta

Utara termasuk pada tipe pantai berpasir. Pantai ini terbentuk dari

bebatuan dan karang yang hancur karena hantaman air laut selain itu, pasir

juga dibawa oleh aliran sungai yang mengalir ke tepi laut. Hal ini

didukung oleh teori yang di gagas oleh Bambang tentang kalsifikasi

pantai. Menurutnya, Pantai berpasir terbentuk oleh proses di laut akibat

erosi gelombang, pengendapan sedimen dan material organik. Material

penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang

terbawa aliran sungai atau berasal dari daratan di belakang pantai tersebut.

Di samping berasal dari daratan, material penyusunan pantai ini juga dapat

berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu

sendiri.91

. Menurut Zheng K dalam Mario menjelaskan >70 % pantai

berpasir di dunia mengalami kemunduran garis pantai (abrasi) disebabkan

pengaruh sea level rise (kenaikan muka laut), badai akibat perubahan iklim

dan gangguan ekosistem pantai yang diakibatkan oleh aktivitas manusia di

90

Hasil Wawancara oleh Bapak Usman, pada tanggal 9 Agustus pukul 14.00 WIB 91

Bambang Triatmodjo, Perencanaan Bangunan Pantai, (Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta,

2012) hal.4

Page 106: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

89

sekitar aktivitas manusia di sekitar kawasan pantai.92

Abrasi menyebabkan

perubahan garis pantai akibat adanya pengikisan, penyebabnya bisa

diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor manusia. Seperti yang

dikatakan oleh.Muh.Aris, Abrasi juga disebut erosi pantai. Erosi pantai

merupakan hilangnya daratan di wilayah pesisir. Penyebabnya adalah arus

laut, gelombang, kondisi morfologi, keberadaan vegetasi pantai dan

adanya aktivitas manusia yang bersifat merusak pantai.93

Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan ketika

angin yang bergerak di laut menimbulkan gelombang dan arus menuju

pantai, arus dan angin tersebut memiliki kekuatan yang lama kelamaan

menggerus pinggir pantai. Gelombang di sepanjang pantai menggetarkan

atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Kekuatan

gelombang terbesar terjadi pada waktu terjadi badai, sehingga dapat

mempercepat proses abrasi itu sendiri.

Gambar 4.6 Peta Ketinggian Gelombang Pantai Marunda

92

Adnan Sofyan, Kajian Kerusakan Pantai Akibat Erosi Marin di Wilayah Pesisir Kelurahan

Kastela Kecamatan Pulau Ternate, (Jurnal Geografi Vol 12, 2014) hal. 65 93

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyanti, Peran Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam

Pengurangan Risiko Bencana dan Pembangunan Pesisir, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2015) hal. 12

Page 107: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

90

Pantai Marunda Jakarta Utara, memiliki tinggi gelombang yang

sedikit tenang dengan tinggi gelombang sebesar 0,5 – 0,75 m. dapat

dilihat pada Gambar 4.6. Tinggi gelombang sangat bervariasi antara satu

lokasi dengan lokasi lainnya disebabkan oleh variasi kecepatan angina,

adanya penjalanan gelombang sesuai dengan letak Pantai Marunda yang

berbatasan langsung perairan terbuka. Gelombang selalu menimbulkan

pergerakan naik turunnya air tanpa hentinya pada permukaan laut.

Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau

sedimentasi. Selain gelombang, angin juga merupakan faktor alam

penyebab abrasi. Menurut Muh. Isa ketika angin yang bergerak di laut

menimbulkan gelombang dan arus menuju pantai, arus dan angin tersebut

memiliki kekuatan yang lama kelamaan menggerus pinggir pantai.

Gelombang di sepanjang pantai menggetarkan atau batuan yang lama

kelamaan akan terlepas dari daratan. Kekuatan gelombang terbesar terjadi

pada waktu terjadi badai, sehingga dapat mempercepat proses abrasi itu

sendiri.94

Kecepatan angin di Pantai Marunda dapat dilihat pada Gambar

4.7

Gambar 4.7 Peta Kecepatan Angin

94

Muh. Isa Ramadhan, Panduan Pencegahan Bencana Abrasi Pantai, (Bandung , Juni 2013) hal.

3

Page 108: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

91

Berdasarkan Gambar 4.7, diketahui bahwa angin yang berhembus

di Pantai Marunda sebesar 6 knots. Berdasarkan Skala Beaufort, angin

dengan kecepatan 6 knots berhembus sedang dengan menghasilkan

ketinggian gelombang sebesar 1 meter. Berdasarkan info Badan

Mateorologi dan Geofisika Pelabuhan Marunda, angin timur laut-tenggara

sebesar 4-15 knots dengan tinggi gelombang 0,3-1 m. Hal ini serupa

dengan penelitian Sri Setiyowati dengan hasil Pulau Untung Jawa

memiliki tinggi gelombang yang sedikit tenang dengan skala beaufort 1

dimana arah angin terlihat dari arah gerak asap tetapi belum

menggerakkan angin. Tinggi gelombang di Kepulauan Seribu pada musim

barat sebesar 0,5-1,5 meter, sedangkan pada musim timur sebesar 1,5-1,0

meter.95

Tabel 4.10 Skala Beuford

Skala

Beuford

Deskripsi Kecepatan

Angin (knots)

Tinggi

Gelombang (m)

1 Tenang 0-0,3 0

2 Sedikit tenang 0,3-1,5 0-0,2

3 Sedikit hembusan angina 1,5-3,3 0,2-0,5

4 Hembusan angin pelan 3,3-5,5 0,5-1

5 Hembusan angin sedang 5,5-8 1-2

6 Sejuk 8-10,8 2-3

7 Hembusan angin kuat 10,8-13,9 3-4

8 Mendekati kencang 13,9-17,2 4-5,5

9 Kencang 17,2-20,7 5,5-7,5

10 Kencang sekali 20,7-24,5 7,5-10

11 Badai 24,5-28,4 10-12,5

12 Badai dasyat 28,4-32,6 12,5-16

13 Badai topan 32,6 < 16 <

Sumber : Dean Radityo Aji

95

Sri Setyowati, Studi Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu DKI

Jakarta, (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2016) hal. 49

Page 109: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

92

Selain faktor fisik, faktor manusia juga merupakan penyebab

abrasi. adanya aktivitas manusia yang bersifat merusak dapat

mengakibatkan semakin cepatnya proses abrasi itu sendiri Aktivitas

manusia yang bersifat merusak salah satunya adalah mengalihfungsian

lahan mangrove untuk keperluan lainnya. Pantai Marunda tidak banyak

memiliki vegetasi wilayah pesisir seperti hutan mangrove, karena sudah

mengalami alih fungsi lahan mangrove menjadi permukiman penduduk

dan rumah susun yang dibangun oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Padahal mangrove mempunyai fungsi penting dalam menjaga wilayah

pesisir seperti mengurangi dampak abrasi.

Pengalihfungsian hutan mangrove menjadi lahan permukiman

tentu akan berakibat meningkatnya laju abrasi yang terjadi di Pantai

Marunda itu sendiri. Pantai Marunda selama 20 tahun terakhir mengalami

kemunduran garis pantai. Pengalihfungsian lahan mangrove disebabkan

pertumbuhan penduduk di wilayah pesisir yang semakin bertambah dan

menyebabkan kebutuhan lahan untuk tempat permukiman semakin

meningkat. Hal ini sesuai dengan teori dari Prof. Dr. K.E.S.Manik, yang

mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat di suatu wilayah

dipastikan akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menimbulkan masalah

dalam penyediaan lahan untuk permukiman dan usaha, fasilitas pelayan

sosial serta masalah lainnya.96

Dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk di Jakarta makan

akan berdampak juga pada meningkatnya kebutuhan lahan untuk

permukiman dan menyebabkan degrasi lahan di kawasan pesisir dengan

pengalifungsian lahan mangrove menjadi lahan permukiman. Perubahan

garis pantai yang terjadi di Pantai Marunda tidak lepas dari faktor – faktor

yang memengaruhi abrasi yaitu pembangunan yang tidak jauh dari pantai

sehingga menyebabkan degradasi lahan dan keberadaan mangrove sebagai

ekosistem di wilayah pesisir pantai yang semakin berkurang.

96

Prof.Dr.K.E.S.Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2016)

hal. 54

Page 110: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

93

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ardi Herdian Purwadinata

dengan hasil panjang pantai Kabupaten Tangerang sebesar ± 51 km, telah

terjadi abrasi sebesar 40.3 % dari tahun 2009 hingga 2012. Dengan

masing-masing setiap kecamatan di Tangerang yang mengalami abrasi

yaitu Kecamatan Kronjo memiliki rata rata laju abrasi sebesar 16.3

m/tahun, kemudian pada Kecamatan Kemiri laju rata rata abrasi sebesar

9.295 m/tahun, lalu di Kecamatan Mauk laju abrasi rata rata sebesar 20.9

m/tahun, Kecamatan Sukadiri dengan laju abrasi rata rata 5.2 m/tahun,

kemudian pada Kecamatan Paku Haji laju abrasi rata rata sebesar 14.3

m/tahun, lalu di Kecamatan Teluknaga laju abrasi rata rata sebesar 19.67

m/tahun dan kecepatan abrasi rata rata pada Kecamatan Kosambi sebesar

3.2 m/tahun. Berdasarkan tingkat laju rata rata abrasi pada masing masing

kecamatan , hal ini mengindikasikan kerusakan penahan ombak alami

(hutan mangrove). Kerusakan ini terjadi akibat proses penebangan liar

hutan mangrove yang dilakukan oleh penduduk sekitar, yang selanjutnya

kayu-kayu tersebut digunakan sebagai bahan bakar untuk kegiatan rumah

tangga dan sejenisnya, selain itu dengan adanya penambangan pasir liar

sebagai faktor awal terjadinya abrasi oleh tangan manusia.97

Tidak dapat dipungkiri bahwa abrasi di Pantai Marunda terjadi

akibat adanya aktivitas manusia berupa pengalihfungsian lahan mangrove

menjadi lahan permukiman, hal ini menyebabkan degradasi lahan dan

mempercepat proses abrasi. Selain itu aktivitas lainnya seperti

penambangan pasir juga mempercepat proses abrasi. Penambangan yang

dilakukan di daerah garis pantai serta penebangan hutan-hutan mangrove

yang berada di pantai dapat mempengaruhi fungsi perlindungan alami

garis pantai terhadap hantaman gelombang dan arus air laut. Menurut

Adnan Sofyan faktor manusia penyebab abrasi yang paling intensif berupa

penambangan pasir di wilayah pesisir.98

97

Ardi Herdian Purwadinata, Prediksi Laju Abrasi Dengan Menggunakan Citra Satelit di

Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, (Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB, 2013 ) hal. 18 98

Adnan Sofyan, Kajian Kerusakan Pantai Akibat Erosi Marin di Wilayah Pesisir Kelurahan

Kastela Kecamatan Pulau Ternate, (Jurnal Geografi Vol 12, 2014) hal. 65

Page 111: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

94

Kegiatan penambangan pasir pantai oleh masyarakat di wilayah

pesisir masih berlangsung sampai saat ini. Apabila kegiatan penambangan

pasir pantai terus menerus dilakukan maka sudah dipastikan bahwa tingkat

kerusakan lingkungan akan semakin meningkat. Kerusakan kondisi fisik

pantai menyebabkan abrasi pantai atau perubahan garis pantai yang

semakin menjorok ke daratan. Beberapa wilayah pantai di Indonesia garis

pantai semakin mendekati permukiman, mengancam infrastruktur, dan lain

sebagainya. Hal ini akibat terjadi kerusakan wilayah pesisir yang

diakibatkan oleh abrasi.Di Marunda sendiri proses penambangan pasir

sudah terjadi sejak lama dimulai tahun 1980-an, ketika itu secara besar-

besaran terjadi penambangan atas pasir beting di perairan laut Marunda

untuk pembangunan jalan raya Cakung-Cilincing.

Dampak yang disebabkan akibat abrasi pantai yang terjadi di

Pantai Marunda berupa hilangnya daratan yang berubah menjadi laut

sehingga menyebabkan menyempitnya lahan bagi masyarakat yang tinggal

di wilayah sekitar pantai. Perumahan milik masyarakat sekitar pantai juga

semakin mendekati laut, sehingga terancam dari terjangan ombak dan

pasang surut air laut. Ketika air sedang pasang banyak rumah masyarakat

di sekitar pantai yang terendam air laut karena jarak rumah masyarakat

dengan pantai semakin dekat yang disebabkan abrasi pantai. Rusaknya

fasilitas, seperti jalan, tambak milik masyarakat, serta tanggul penahan

abrasi yang mengalami kerusakan akibat abrasi gelombang laut secara

terus menerus.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pantai Marunda mengalami

abrasi selama beberapa tahun terkahir, abrasi yang terjadi di Pantai

Marunda rentang waktu 1997 – 2007 sebesar 8,43 ha dengan laju abrasi

0,84 ha/tahun. Sedangkan pada rentang tahun 2007-2017 mengalami

abrasi sebesar 2,14 hektar dengan laju abrasi nya 0,21 ha/tahun dan

mengalami akresi sebesar 0,47 ha. Total luasan abrasi selama kurun waktu

1997 sampai 2017 sebesar 10,61 ha dengan laju abrasi 1,05 ha/tahun dan

total luas sebesar akresi 0,47 ha. Abrasi yang di Pantai Marunda terjadi

karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam meliputi gelombang

Page 112: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

95

dan angin yang meyebabkan abrasi terus terjadi. Selain faktor alam,

aktivitas manusia yang bersifat merusak juga dapat mempercepat proses

abrasi, seperti pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dapat

menyebabkan pengalihfungsian lahan, pembabatan hutan mangrove untuk

lahan permukiman, serta proses penambangan pasir pantai. Kegiatan

tersebut dapat mempercepat proses abrasi yang terjadi di Pantai Marunda.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan

penelitian. Diantaranya data citra landsat 7 ETM+ tahun 2007 mengalami

kerusakan dengan banyak gap atau seperti garis potongan-potongan pada

citra landsat, sehingga peneliti menggunakan citra landsat 5 untuk data

tahun 2007. Selain itu, peneliti juga tidak membahas tentang pasang surut

air laut dan arus laut yang ada di Pantai Marunda karena keterbatasan data

yang diperoleh. Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam pengambilan

data wawancara karena jarak lokasi penelitian yang jauh dan sulit di

jangkau dengan transportasi umum, sehingga peneliti hanya melakukan

wawancara empat masyarakat.Tetapi peneliti melakukan wawancara

secara mendalam sehingga pertanyaan-pertanyaan penelitian dapat

terjawab dengan tepat dan akurat

Page 113: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

96

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pantai Marunda

mengalami perubahan garis pantai yang diakibatkan proses abrasi. Abrasi

yang terjadi di Pantai Marunda rentang waktu 1997 – 2007 sebesar 8,43 ha

dengan laju abrasi 0,84 ha/tahun. Sedangkan pada rentang tahun 2007-

2017 mengalami abrasi sebesar 2,14 ha dengan laju abrasi nya 0,21

ha/tahun dan mengalami akresi sebesar 0,47 ha. Total luasan abrasi selama

kurun waktu 1997 sampai 2017 sebesar 10,61 ha dengan laju abrasi 1,05

ha/tahun dan total luas sebesar akresi 0,47 ha. Abrasi disebabkan oleh

faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam berupa gelombang laut, arus

laut, dan angin. Aktivitas manusia yang bersifat merusak juga dapat

mempercepat proses abrasi, seperti pertumbuhan penduduk yang semakin

tinggi dapat menyebabkan pengalihfungsian lahan, pembabatan hutan

mangrove untuk lahan permukiman, serta proses penambangan pasir

pantai. Kegiatan tersebut dapat mempercepat proses abrasi yang terjadi di

Pantai Marunda.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan

implikasi yaitu diharapkan masyarakat dan pemerintah Marunda dapat

mengelola Pantai Marunda dengan baik di beberapa lokasi yang rawan

akibat abrasi sehingga laju abrasi di Pantai Marunda dapat berkurang.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Kelurahan Marunda

a. Perlu adanya peran masyarakat dalam mengatasi permasalahan

abrasi dengan menjaga keseimbangan fungsi pantai

Page 114: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

97

b. Masyarakat seharusnya mampu menjaga lingkungan pantai

sehingga dapat dirasakan kenyamanan dan keselarasan di kawasan

pantai.

2. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah perlu memberikan kegiatan sosialisasi tentang

pemahaman akan dampak abrasi kepada masyarakat setempat dan

masyarakat luas.

b. Diperlukan pembuatan bangunan pelindung pantai di sebelah timur

Pantai Marunda

c. Melakukan larangan kepada masyarakat dan perusahaan bagi

mereka yang mengambil pasir pantai dan menbabatan hutan

mangrove

d. Perlu adanya aturan dan regulasi yang jelas dalam hal pemanfaatan

dan pengelolaan pasir pantai di Pantai Marunda.

3. Bagi peneliti lain

a. Perlu mengkaji faktor fisik penyebab abrasi seperti pasang surut air

laut serta arus gelombang laut

b. Hendaknya menggunakan citra yang lebih beresolusi tingga agar

penelitian lebih akurat

c. Dalam pengambilan data untuk wawancara dan survey lapangan

perlu lebih banyak dan merata pada lokasi penelitian.

Page 115: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

98

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

C.P.Lo, 1995. Penginderaan Jauh Terapan, Jakarta: UI Press

Heryososetiyono, 1996. Kamus Oseanografi, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

LIPI, Interaksi Daratan dan Lautan Pengaruhnya Terhadap Sumber Daya

dan Lingkungan, Jakarta: LIPI Press, 2004

Muh Aris, Esti Rahayu, dan Annisa Triyanti, 2015. Peran Kearifan Lokal

dan Modal Sosial Dalam Pengurangan Risiko Bencana dan Pembangunan

Pesisir, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut, Jakarta: Balai Pustaka

M.S Wibisono, 2010. Pengantar Ilmu Kelautan Edisi 2, Jakarta: UI Press

Puturuhu, Ferard, 2015. Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh,

Yogyakarta, Graha Ilmu

Prof.Dr.K.E.S.Manik, 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta:

Prenadamedia Group

Ramadhan, Muh. Isa, 2013 Panduan Pencegahan Bencana Abrasi Pantai,

Bandung

Sahala Hutabarat, Stewart M.Evans, Pengantar Oseanografi, Jakarta, UI

Press, 2006

Sarosa, Samiaji, 2012. Penelitian Kualitatif dasar-dasar, Jakarta: Permata

puri media.

Soenarmo, Sri Hartati. Pengindreaan Jauh dan Pengenalan Sistem

Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. (Bandung : Penerbit

ITB. 2009

Suwartono, 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta:

ANDI OFFSET

Triatmodjo, Bambang, 2012. Perencanaan Bangunan Pantai,Yogyakarta:

Beta Offset Yogyakarta

Triatmodjo, Bambang 1999. Teknik Pantai, Yogyakarta: Beta Offset

Verstappen, Herman Th. 2014. Garis Besar Geomorfologi Indonesia,

Yogyakarta: Gadjah Mada Press

Page 116: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

99

JURNAL

Adnan Sofyan, Kajian Kerusakan Pantai Akibat Erosi Marin di Wilayah

Pesisir Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate, (Jurnal Geografi

Vol 12, 2014

Gentur Handoyo dan Agus A.D Suryoputro , Kondisi Arus dan

Gelombang Pada Berbagai Kondisi Morfologi Pantai di Perairan Pantai

kendal Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Kelautan Tropis Vol.18, 2015

Luqman Hadiyan, Yessi Nirwana, Desain Bangunan Pelindung Pantai

Sebagai Penanggulangan Abrasi di Kawasan Pantai Ujung Jabung

Provinsi Jambi, (Jurnal Teknik Sipil Itenas Vol 2 No 2, 2016)

Munisya'ul Khosyi'ah dkk, Interpretasi Citra Quickbird Untuk Identifikasi

Penggunaan Lahan di Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen, Jurnal PROSIDING SEMINAR NASIONAL

GEOTIK 2017

Oki Setyandito, Joko Triyanto Analisa Erosi dan Perubahan Garis Pantai

Pada Pantai Pasir Buatan dan Sekitarnya di Takisung, Propinsi

Kalimantan Selatan , Jurnal Teknik Sipil Vol.7, 2007

Siska Wahyu Andini, dkk, Analisis Sebaran Vegetasi dengan Citra Satelit

Sentinel menggunakan Metode NDVI dan Segmentasi, Jurnal Geodesi

UNDIP Vol 7, 2018

Sodikin,”Analisis Abrasi dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan

Jauh (Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong

Bekasi Regency)

Sodikin, Modul Petunjuk Teknik Pengolahan Citra Landsat dengan Er

Mapper 7.0,

Page 117: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

100

SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Ardi Herdian Purwadinata, Prediksi Laju Abrasi dengan Menggunakan

Citra Satelit di Kabupaten Tangerang , (Skripsi Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2013)

Dedy Humaidi, Pemanfaatan Citra Landsat ETM dalam Penyusunan

Model Pengaturan Hasil Hutan Studi Kasus DI HPHTI PT Musi Hutan

Persada Provinsi Sumatera Selatan, Skripsi Universitan IPB, 2005

Arum Mustika Harti, Perubahan garis pantai Teluk Jakarta tahun 1970-

2009, (skripsi Fakultas MIPA UI, 2009)

Paharuddin, Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Kajian Kerentanan

Pantai Utara Jakarta, (Tesis Institusi Pertanian Bogor, 2011)

Siti Syarah, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji

Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Depok (Skripsi

Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

Sri Setiyowari, Studi Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa

Kepulauan Seribu, ( Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta, 2016)

INTERNET

http://nasional.kompas.com/read/2008/03/14/09281584/tak.ada.lagi.bakau.

di.marunda

https://jakarta.go.id/artikel/konten/55/geografis-jakarta

Page 118: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

101

LAMPIRAN 1

HASIL GROUND CHECK LAPANGAN

No Koordinat X Koordinat

Y

Hasil

Interpretasi

Data

Referensi

Kesesuaian

1 106057’50” -6

005’42” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

2 106057’51” -6

005’42” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

3 106058’06” -6

007’27” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

4 106058’08” -6

006’38” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

5 106058’40” -6

005’33” Badan air Badan air Sesuai

6 106057’54” -6

005’36” Badan air Badan air Sesuai

7 106058’33” -6

005’25” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

8 106058’49” -6

006’18” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

9 106058’11” -6

007’47” Vegetasi Kebun

campuran

Tidak sesuai

10 106058’24” -6

006’16” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

11 106057’46” -6

005’47” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

12 106057’44” -6

005’36” Badan air Badan air Sesuai

13 106058’07” -6

006’40” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

14 106057’38” -6

005’41” Vegetasi Vegetasi Sesuai

15 106057’51” -6

005’51” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

16 106057’55” -6

006’38” Badan air Badan air Sesuai

17 106057’43” -6

005’46” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

18 106058’11” -6

006’23” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

19 106057’45” -6

005’45” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

20 106057’48” -6

005’35” Vegetasi Vegetasi Sesuai

21 106057’56” -6

005’48” Vegetasi Lahan

kosong

Tidak sesuai

22 106057’35” -6

005’39” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

23 106058’07” -6

006’37” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

24 106058’13” -6

005’36” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

Page 119: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

102

25 106057’38” -6

005’37” Badan air Badan air Sesuai

26 106058’03” -6

006’32” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

27 106057’38” -6

005’43” Badan air Badan air Sesuai

28 106058’01” -6

005’42” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

29 106058’24” -6

007’04” Badan air Badan air Sesuai

30 106058’37” -6

007’23” Vegetasi Vegetasi Sesuai

31 106057’44” -6

005’41” Badan air Badan air Sesuai

32 106058’25” -6

006’59” Kebun

campuran

Vegetasi Tidak sesuai

33 106058’39” -6

006’32” Vegetasi Kebun

campuran

Tidak sesuai

34 106057’31” -6

005’48” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

35 106058’04” -6

005’48” Badan air Badan air Sesuai

36 106057’45” -6

006’27” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

37 106058’25” -6

006’11” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

38 106058’17” -6

006’55” Vegetasi Kebun

campuran

Sesuai

39 106058’03” -6

007’12” Vegetasi Vegetasi Sesuai

40 106058’01” -6

006’33” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

41 106057’49” -6

005’55” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

42 106057’35” -6

005’41” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

43 106057’33” -6

005’40” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

44 106058’03” -6

007’24” Vegetasi Vegetasi Sesuai

45 106057’32” -6

007’52” Lahan kosong Vegetasi Tidak sesuai

46 106057’39” -6

005’36” Badan air Badan air Sesuai

47 106057’44” -6

007’22” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

48 106057’41” -6

007’25” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

49 106058’03” -6

007’34” Vegetasi Vegetasi Sesuai

50 106058’53” -6

005’22” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

51 106058’08” -6

006’20” Badan air Badan air Sesuai

52 106058’38” -6

006’22” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

53 106058’17” -6

006’29” Badan air Badan air Sesuai

54 106057’43” -6

007’25” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

55 106057’58” -6

007’31” Lahan Vegetasi Tidak sesuai

Page 120: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

103

terbangun

56 106057’56” -6

007’37” Vegetasi Vegetasi Sesuai

57 106057’42” -6

007’26” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

58 106058’05” -6

006’18” Badan air Badan air Sesuai

59 106057’47” -6

007’19” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

60 106057’40” -6

007’23” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

61 106057’53” -6

007’56” Vegetasi Vegetasi Sesuai

62 106058’08” -6

006’48” Badan air Badan air Sesuai

63 106057’54” -6

007’01” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

64 106058’06” -6

006’05” Kebun

campuran

Lahan

kosong

Tidak sesuai

65 106057’42” -6

007’24” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

66 106058’05” -6

007’35” Vegetasi Vegetasi Sesuai

67 106057’57” -6

006’38” Badan air Badan air Sesuai

68 106057’43” -6

007’26” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

69 106057’36” -6

007’22” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

70 106058’02” -6

007’05” Badan air Badan air Sesuai

71 106058’18” -6

008’00” Vegetasi Vegetasi Sesuai

72 106059’19” -6

005’44” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

73 106057’52” -6

006’07” Kebun

campuran

Lahan

kosong

Tidak sesuai

74 106057’26” -6

007’27” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

75 106057’30” -6

007’20” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

76 106058’17” -6

007’41” Vegetasi Vegetasi Sesuai

77 106057’31” -6

007’19” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

78 106058’12” -6

006’52” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

79 106057’28” -6

007’21” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

80 106058’37” -6

007’07” Vegetasi Vegetasi Sesuai

81 106057’29” -6

007’29” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

82 106058’42” -6

005’54” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

83 106058’05” -6

007’56” Vegetasi Vegetasi Sesuai

84 106058’05” -6

007’42” Kebun

campuran

Vegetasi Tidak sesuai

Page 121: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

104

85 106058’29” -6

007’08” Kebun

campuran

Vegetasi Tidak sesuai

86 106058’32” -6

006’38” Badan air Badan air Sesuai

87 106058’16” -6

007’14” Badan air Badan air Sesuai

88 106058’18” -6

006’08” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

89 106058’39” -6

006’05” Lahan

terbangun

Lahan

kosong

Tidak sesuai

90 106057’58” -6

007’31” Lahan

terbangun

Vegetasi Tidak sesuai

91 106058’19” -6

007’54” Vegetasi Vegetasi Sesuai

92 106058’29” -6

006’00” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

93 106058’19” -6

006’41” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

94 106058’29” -6

006’00” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

95 106058’14” -6

005’36” Lahan kosong Lahan

kosong

Sesuai

96 106057’15” -6

006’34” Vegetasi Vegetasi Sesuai

97 106058’09” -6

006’24” Badan air Badan air Sesuai

98 106057’26” -6

007’29” Lahan

terbangun

Lahan

terbangun

Sesuai

99 106057’38” -6

005’40” Vegetasi Vegetasi Sesuai

100 106057’48” -6

005’47” Kebun

campuran

Kebun

campuran

Sesuai

Sesuai : 88

Tidak sesuai : 12

Jumlah : 100

Page 122: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

105

LAMPIRAN 2

PEDOMAN OBSERVASI

PEDOMAN OBSERVASI

ANALISIS ABRASI DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH

STUDI KASUS PANTAI MARUNDA KELURAHAN MARUNDA

KECAMATAN CILINCING PROVINSI JAKARTA UTARA

Aspek yang diamati :

Kondisi Fisik di Pantai Marunda

No Aspek Hasil Pengamatan

1 Gelombang

2 Angin

3 Pasir

4 Warna

5 Kondisi Pantai

6 Vegetasi Mangrove

7 Pohon Kelapa

Page 123: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

106

PEDOMAN OBSERVASI

ANALISIS ABRASI DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH

STUDI KASUS PANTAI MARUNDA KELURAHAN MARUNDA

KECAMATAN CILINCING PROVINSI JAKARTA UTARA

Aspek yang diamati :

Kondisi Sosial di Pantai Marunda

No Hasil Pengamatan

1

2

3

4

5

6

7

Page 124: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

107

LAMPIRAN 3

HASIL OBSERVASI

LEMBAR HASIL OBSERVASI

ANALISIS ABRASI DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH

STUDI KASUS PANTAI MARUNDA KELURAHAN MARUNDA

KECAMATAN CILINCING PROVINSI JAKARTA UTARA

Aspek yang diamati :

Kondisi Fisik di Pantai Marunda

No Aspek Hasil Pengamatan

1 Gelombang Gelombang cukup besar tetapi masih stabil

2 Angin Ketika mulai sore hari angin bertiup cukup

kencang dan mempengaruhi gerakan

gelombang yang mengakibatkan

gelombang cukup besar

3 Pasir Di sebelah barat tidak memiliki pasir

akibat tergerus abrasi dan pembangunan

tanggul, di sebelah timur pantai berpasir

4 Warna Warna air di Pantai Marunda terlihat

cokelat

5 Kondisi Pantai Kondisi pantai terlihat banyak sampah dan

air nya terlihat sudah tercemar limbah

industri

6 Vegetasi Mangrove Tidak ditemukan vegetasi mangrove di

sekitar pantai, tetapi ada di wilayah

empang dan muara di sekitar pantai

7 Pohon Kelapa Tidak ditemukan pohon kelapa

Page 125: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

108

LEMBAR OBSERVASI

ANALISIS ABRASI DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH

STUDI KASUS PANTAI MARUNDA KELURAHAN MARUNDA

KECAMATAN CILINCING PROVINSI JAKARTA UTARA

Aspek yang diamati :

Kondisi Sosial di Pantai Marunda

No Hasil Pengamatan

1 Adanya perilaku masyarakat yang mengeruk pasir pantai untuk

keperluan pribadi seperti untuk dijadikan bahan untuk membuat

bangunan

2 Terdapat dua situs cagar budaya yaitu Masjid Al Alam dan Rumah Si

Pitung yang letaknya tidak jauh dari pantai

3 Ada bangunan rusun Marunda yang jaraknya tidak jauh dari pantai

4 Terdapat pelabuhan tempat bersandar kapal-kapal besar untuk

keperluan industri,

5 Di sebelah barat terdapat kawasan industri yang menyebabkan kondisi

pantai tercemar limbah industri

6 Di sekitar pantai terlihat bangunan-bangunan tempat para nelayan

tinggal dan tempat berdagang makanan

7 Terdapat tanggul untuk menahan gelombang dan untuk pelindung

pantai dari abrasi yang terus menggerus daratan

Page 126: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

109

LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA

Kisi-kisi wawancara analisis abrasi dengan menggunakan penginderaan

jauh (studi kasus Pantai Marunda Kelurahan Marunda Kecamatan

Cilincing Provinsi DKI Jakarta)

Variabel Dimensi

Variabel

Indikator Variabel No Soal

Analisis abrasi

dengan

menggunakan

penginderaan

jauh

Abrasi g. Pengetahuan seputar

abrasi

1

h. Tingkat abrasi dan

letak posisi

terjadinya abrasi

2,3

i. Faktor penyebab

abrasi

4

j. Dampak dari abrasi

yang menyebabkan

kerusakan

5

k. Terjadi perubahan

garis pantai

6

l. Upaya pencegahan

dari dampak abrasi

7,8,9,10

Page 127: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

110

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Instasi :

Daftar Pertanyaan

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu abrasi ?

2. Apakah di Marunda sudah terjadi abrasi yang cukup parah ?

3. Terjadi abrasi di pantai Marunda daerah mana yang sudah terparah?

4. Faktor apa saja yang menyebabkan abrasi di pantai Marunda?

5. Apakah dampak abrasi telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur?

6. Bagaimana keadaan garis pantai di pantai Marunda selama 10-20 tahun

terakhir, apakah garis pantainya semakin maju atau mundur?

7. Apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya

abrasi tersebut?

8. Apakah pemerintah memberikan pencegahan untuk abrasi di Marunda ini?

9. Kebijakan apa yang sudah dilakukan pemerintah setempat dalam

penanganan dampak abrasi di Marunda?

10. Apakah masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan abrasi pantai di

Marunda?

Page 128: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

111

LAMPIRAN 5

HASIL WAWANCARA

Identitas Responden

Nama : Usman

Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Daftar Pertanyaan

11. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu abrasi ?

Ya abrasi pergeseran dari tanah darat ke tanah laut, jadi daratnya udah

jadi laut

12. Apakah di Marunda sudah terjadi abrasi yang cukup parah ?

Kalo Marunda waktu tahun awal 1990an udah kena juga itu rumah saya

kena abrasi, soalnya belom di dam (tanggul) belom dibikin penahan

ombak waktu itu

13. Terjadi abrasi di pantai Marunda daerah mana yang sudah terparah?

Ya abrasi semua Marunda sebenernya udah termasuk, masjid al alam

juga tadinya udah kena juga itu abrasi. Ya saya pindah rumah kan gara-

gara abrasi sekitar awal tahun 1990an itu pantai udah deket banget sama

rumah, sampe kalo lagi pasang air laut abis air laut pada masuk kerumah

dan tambak milik orang tua abis kena abrasi yang ilang sekitar 1000

meter, termasuk yaaa masjid al alam itu kan cagar budaya kalo sebelah

sini gak dibikin dam (tanggul) itu cagar budaya abis semua rumah si

pitung juga abis, dulu kalo ombak lagi gede sampe kena kecipratan air di

masjid al alam

14. Faktor apa saja yang menyebabkan abrasi di pantai Marunda?

Itu tadi pasirnya abis, dimanfaatin sama nelayan pada ngambil pasir

15. Apakah dampak abrasi telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur?

Yaa, termasuk tambak milik orang tua abis kena abrasi yang ilang sekitar

1000 meter

Page 129: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

112

16. Bagaimana keadaan garis pantai di pantai Marunda selama 10-20 tahun

terakhir, apakah garis pantainya semakin maju atau mundur?

Kalo pantai sih semakin deket, kalo gak ada dam (tanggul) tadi udah abis

daratan

17. Apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya

abrasi tersebut?

Ya sudah

18. Apakah pemerintah memberikan pencegahan untuk abrasi di Marunda ini?

sudah, dibuat penahan ombak

19. Kebijakan apa yang sudah dilakukan pemerintah setempat dalam

penanganan dampak abrasi di Marunda?

Ketika jamannya ketua RW disini Bapak RW H.Kuit dia minta ke

pemerintah untuk dibikin dam (tanggul) karena masjid al alam udah mau

kena juga itu abrasi, Alhamdulillah dikabulin itu sama pemerintah cuma

tahunnya saya lupa pokoknya 90an kesana aja, karena itu ada cagar

budaya makanya pemerintah cepet langsung dibikin dam (tanggul) tiga

tahap bikinnya, pertama dibikin dibelakang masjid terus yang kedua

bikinnya belum merata disini misalnya ada terus nanti baru ada lagi 20

meter cuma daerah yang udah parah aja yang dibikin nah yang ketiga

baru rata semua dibikin dam (tanggul

20. Apakah masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan abrasi pantai di

Marunda?

Kalo masyarakat sih cuma ngikutin intruksi pemerintah aja, kalo ombak

lagi gede kita tahan pake karung tapi kan itu gak bertahan lama.

Page 130: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

113

Identitas Responden

Nama : Irfan

Umur : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Daftar Pertanyaan

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu abrasi ?

Abrasi hmm penggerusan dari air laut

2. Apakah di Marunda sudah terjadi abrasi yang cukup parah ?

Wah iya parah, noh laut yang ada benderanya itu kan dulunya tambak

sama empang, udah jauh udah abrasi udah parah

3. Terjadi abrasi di pantai Marunda daerah mana yang sudah terparah?

Yaa daerah sini, ini kan semuanya darat dulu sekarang udah jadi laut

dulu empang ini udah ke makan semua ini dari ujung sono noh sampe situ

tuh

4. Faktor apa saja yang menyebabkan abrasi di pantai Marunda?

Ini sebelum di dam (tanggul) pada ngambil pasirnya kan dari sini, dikeruk

semua buat pada bikin rumah pdahal udah ada larangan dari pemerintah

tapi yaa namanya manusia yaa susah dah pasti ngambil lagi ngambil lagi,

kalo sekarang mah udah abis di wilayah sini pasir nya di kerukin mulu

jadi kena abrasi semua daerah sini, pemerintah juga langsung di bikin

dam (tanggul) tapi bikin dam (tanggul) juga pasirnya juga pake pasir

pantai

5. Apakah dampak abrasi telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur?

Iya kan rumah-rumah juga udah pada deket banget dari laut, ini juga dam

(tanggul) nya udah rapuh kegerus terus tapi dirawat sih sama kelurahan

6. Bagaimana keadaan garis pantai di pantai Marunda selama 10-20 tahun

terakhir, apakah garis pantainya semakin maju atau mundur?

Jelas laut sekarang udah kesini lama-lama semakin

7. Apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya

abrasi tersebut?

Udah bikin dam (tanggul) ini juga dirawat sama orang kelurahan, kalo

masyarakat mah belom sih

Page 131: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

114

8. Apakah pemerintah memberikan pencegahan untuk abrasi di Marunda ini?

sudah, dibuat tanggul

9. Kebijakan apa yang sudah dilakukan pemerintah setempat dalam

penanganan dampak abrasi di Marunda?

Bagus sih pemerintah langsung bikin dam (tanggul) tapi dulu masih pake

batu kali sekarang udah bagus. Sekarang juga udah bikin larangan

gaboleh ngambil pasir lagi

10. Apakah masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan abrasi pantai di

Marunda?

Masyarakat sini belom sih tapi kalo dari orang luar banyak dari kampus-

kampus, pemerintah, instasi, mereka pada nanem pohon mangrove

Page 132: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

115

Identitas Responden

Nama : Sofyan

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Daftar Pertanyaan

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu abrasi ?

Daratan udah kegerus gara-gara air laut

2. Apakah di Marunda sudah terjadi abrasi yang cukup parah ?

Parah dah apalagi kalo dibandingin sama jaman dulu yaa udah beda

banget makin abis ini daratan, padahal dibelakang ada masjid al alam

kan cagar budaya

3. Terjadi abrasi di pantai Marunda daerah mana yang sudah terparah?

Ini dulunya daratan semua ini belom jadi lautan, ini empang semua, laut

jauh disono noh, sekarang udah kemakan semua, abis semuanya kegerus

sama air laut

4. Faktor apa saja yang menyebabkan abrasi di pantai Marunda?

Ya banyak, dulu kan disini empang semua banyak pohon bakau sekarang

pohon bakau pada ditebangin gimana kaga mau abrasi bakau nya udah

abis, sisa nya cuma diempang belakang rumah susun

5. Apakah dampak abrasi telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur?

rumah juga udah pada deket banget dari laut apalagi kalo pasang udah

deh pada kebanjiran

6. Bagaimana keadaan garis pantai di pantai Marunda selama 10-20 tahun

terakhir, apakah garis pantainya semakin maju atau mundur?

Makin maju dulu kan laut jauh disana sekarang dah deket bgt

7. Apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya

abrasi tersebut?

Pemerintah sih sejauh ini udah cepet lah tanggap nya mungkin karena

ada cagar budaya kali ya makanya langsung dibikin penahan gelombang

8. Apakah pemerintah memberikan pencegahan untuk abrasi di Marunda ini?

sudah, dibuat tanggul

Page 133: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

116

9. Kebijakan apa yang sudah dilakukan pemerintah setempat dalam

penanganan dampak abrasi di Marunda?

dibikin penahan gelombang

10. Apakah masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan abrasi pantai di

Marunda?

Masyarakat belom sadar banget ya sama abrasi, tapi kalo gelombang lagi

gede lagi tinggi suka bikin tanggul buatan juga sih dari karung-karung.

Page 134: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

117

Identitas Responden

Nama : H. Nawin

Umur : 80 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Daftar Pertanyaan

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu abrasi ?

Abrasi itu ya daratan ilang

2. Apakah di Marunda sudah terjadi abrasi yang cukup parah ?

Udah parah abis semua Marunda dari Marunda Besar sampe Marunda

Kepu disono udah kena abrasi semua

3. Terjadi abrasi di pantai Marunda daerah mana yang sudah terparah?

Dideket pantai yang paling parah, empang udah pada ilang, rumah,

tambak, semua pada ilang dulu mah ada pohon kelapa sama pohon bakau

kalo mau ke pantai juga lewatin empang-empang kanan kiri bakau

sekarang udah gak ada kegerus semua

4. Faktor apa saja yang menyebabkan abrasi di pantai Marunda?

Dulu pantai nya bagus banget ada pohon bakau sama kelapa, dulu nih

dari rumah saya yang sekarang ke pantai jaraknya jauh banget bisa

beberapa kilo baru sampe ke pantai, harus naek perahu dulu lewatin

hutan bakau dan tambak, kalo sekarang pohon bakau sama tambak udah

pada kaga ada udah kena abrasi, sekarang kampung saya nih udah

langsung tepi laut padahal mah dulu mau ke pantai aja jaraknya jauh,

awal abrasinya sekitar tahun 1988 waktu itu pasir di Marunda dikeruk

buat bikin jalan raya Cakung-Cilincing, saya juga ikut ngambil pasirny,

makanya sekarang yang sebelah sini udah ilang tinggal di sebelah sana

deket Marunda Kepu, kalo di Marunda Besar udah abis semua ini gara-

gara abrasi”

5. Apakah dampak abrasi telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur?

Iya kan rumah-rumah juga udah pada deket banget dari laut

6. Bagaimana keadaan garis pantai di pantai Marunda selama 10-20 tahun

terakhir, apakah garis pantainya semakin maju atau mundur?

Page 135: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

118

Dulu pantai nya bagus banget ada pohon bakau sama kelapa, dulu nih

dari rumah saya yang sekarang ke pantai jaraknya jauh banget bisa

beberapa kilo baru sampe ke pantai, harus naek perahu dulu lewatin

hutan bakau dan tambak, kalo sekarang pohon bakau sama tambak udah

pada kaga ada udah kena abrasi

7. Apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya

abrasi tersebut?

Udah bikin dam (tanggul)

8. Apakah pemerintah memberikan pencegahan untuk abrasi di Marunda ini?

sudah, dibuat tanggul

9. Kebijakan apa yang sudah dilakukan pemerintah setempat dalam

penanganan dampak abrasi di Marunda?

Sekarang udah gak boleh lagi ngambilin pasir

10. Apakah masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan abrasi pantai di

Marunda?

Kurang tau dah saya

Page 136: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

119

LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI

Jarak rumah warga yang semakin

mendekati garis pantai akibat abrasi

Rumah susun Marunda yang

pembangunannya tidak jauh dari

pantai

Warung milik warga yang terkena abrasi Ekosistem mangrove

Bangunan Penahan Gelombang di sisi

barat Pantai Marunda

Bangunan Penahan Gelombang di

sisi barat Pantai Marunda

Page 137: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

120

LAMPIRAN 7 NARASUMBER

Bapak H.Nawin Warga RT003 RW07 Kelurahan

Marunda

Bapak Usman Ketua RT003 RW07 Kelurahan

Marunda

Bapak Sofyan Warga RT003 RW07 Kelurahan

Marunda

Page 138: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 139: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 140: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 141: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 142: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …
Page 143: ANALISIS ABRASI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN …

BIODATA PENULIS

Rahmawati, NIM. 11140150000031,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis Lahir di

Jakarta 13 November 1996. Bertempat

tinggal di Jalan Palem 2 Petukangan Utara

Jakarta Selatan. Riwayat Pendidikan SDN

06 Pagi Petukangan Utara, SMPN 110

Petukangan Selatan, MAN 19 Petukangan

Utara, Jakarta Selatan. Skripsi ini

didedikasikan untuk kedua orang tua tercinta dan semoga dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi penulis lainnya.

Email : [email protected]