analisa partisipasi publik dalam sinkronisasi dan...
TRANSCRIPT
eJournal Administrative Reform, 2019, 7 (1) : 14-26
ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2019
ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN
HARMONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR DAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
NASIONAL
Mahyunadi1, Adri Patton2, Nur Fitriyah3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan
Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional, serta Mengidentifikasi dan memahami faktor yang
mendukung dan menghambat Partisipasi Publik. Analisis data menggunakan
model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat belum
berpartisipasi secara maksimal, masyarakat memberi aspirasi, usulan dan
persepsi mengenai pembangunan tetapi masyarakat hanya ingin pembangunan
ada.
Kata Kunci: Partisipasi Publik, Sinkronisasi dan Harmonisasi
Abstract
Research objective is to determine public participation in synchronization and
harmonization of Kutai Timur regency RPJPD with Kalimantan Timur Provincial
RPJP and National RPJP, also to identify and understand the factor that supports and inhibit public participation itself. Data analysis used Interactive data
analysis model. The results show that Government Regulation (PP) number 45 of
2017 article 3 that the community has not participated maximally, the community
gives aspiration, suggestion and perception about development but the community
only wants the development exist.
Keywords:Public Participation, Synchronisation and Harmonisation
Pendahuluan
Pembangunan Indonesia harus berdasarkan pada Undang-Undang Dasar
1945, terutama dengan singkat, padat, dan jelas diuraikan pada bagian Pembukaan
dengan tujuan utama adalah “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.
Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)
15
Pada pemerintahan saat ini, secara teknis untuk mewujudkan hal tersebut,
maka pemerintah pusat menuangkannya kedalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yang kemudian diuraikan kedalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan
dijabarkan lagi kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Saat ini, sebagaimana dijelaskan Bappenas (2014: iii) “RPJMN 2015-2019
merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Muhammad Jusuf Kalla, dan juga merupakan rencana pembangunan
jangka menengah ketiga dari RPJPN 2005-2025. Selain untuk menjamin
pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus digunakan untuk menjaga
konsistensi arah pembangunan nasional”.
Sebagai upaya penguatan di daerah, maka RPJP Daerah harus mengacu
pada RPJP Nasional. Sedangkan RPJM Daerah harus memperhatikan dan
mengacu pada RPJM Nasional. Sehingga visi dan misi pembangunan yang
diusung oleh masing-masing daerah harus sinkron dan harmoni dengan visi dan
misi pembangunan Presiden yang juga sinkron dan harmoni kepada RPJP
Nasional, sehingga arah pembangunan dapat terarah dan terus berkelanjutan.
Pada konteks ini Sutjipto (2006:1) menyatakan “perlu menciptakan
sinergitas pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan, dan
antar tingkat pemerintahan, serta menciptakan alokasi sumber daya dalam
pembangunan daerah”. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang PS
Brodjonegoro, dalam tulisan Baihaqi (2017:1) mengatakan “sinergi dan integrasi
perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah belum sepenuhnya terwujud.
Bambang menjelaskan hal tersebut terjadi karena tidak seluruh perencanaan yang
disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan di setiap daerah. Di sisi lain,
lanjut dia, rencana pembangunan di daerah belum disusun berdasarkan isu
strategis daerah yang sinergi dengan prioritas nasional”.
Upaya sinergi dan integrasi perencanaan pembangunan antara pusat dan
daerah melibatkan banyak aktor. Salah satu aktor penting dan tidak boleh
dilupakan dalam sinergi pembangunan adalah masyarakat umum atau dalam
istilah kebijakan adalah publik. Namun didalam peraturan perundang-undangan
menggunakan istilah partisipasi masyarakat.
Menurut pandangan Soetari (2014:15) “Partisipasi masyarakat menjadi
wajib dalam penyusunan kebijakan. Dijaminnya kebebasan masyarakat
menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi dalam penyusunan seperti kebijakan
publik di daerah, agar kebijakan publik memenuhi rasa keadilan dan tidak
menimbulkan publik kontroversi di masyarakat. Oleh karena itu, perumusan
kebijakan publik dimulai dari dan oleh rakyat, serta untuk rakyat, terutama di
sebuah negara demokrasi”. Dengan pandangan tersebut maka partisipasi publik
sangat diperlukan, mengingat secara menyeluruh subjek dan objek kebijakan
adalah publik itu sendiri.
eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26
16
Dasar utama pengaturan partisipasi publik telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang memuat porsi
khusus mengenai partisipasi masyarakat.
Sebagai aturan pelaksana pasal 354 tersebut, maka pemerintah memandang
perlu untuk membuatkan regulasi yang mengatur secara khusus, sehingga
kemudian lahirlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
Urgensi partisipasi publik seharusnya menjadi kekuatan dalam sinergitas
dan harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJPD Provinsi
Kalimantan Timur dan RPJP Nasional. Sehingga dalam hal ini masyarakat
berperan serta dalam menjaga dan mengawal benang merah pembangunan mulai
tingkat nasional hingga daerah yakni Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten
Kutai Timur, bahkan diikuti oleh perencana tingkat desa.
Bentuk partisipasi nyata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Kutai Timur seperti pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) sebagai salah satu upaya menjaring aspirasi masyarakat dan wujud
partisipasi publik dalam pembangunan, baik yang didokumentasikan didalam
RPJPD, RPJMD hingga RKPD Kabupaten Kutai Timur. Dimana melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Timur, hasil
koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daeah (OPD) lain bersama sejumlah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Government Organization
(NGO) atau mitra pembangunan daerah, tokoh masyarakat, Organisasi
Kemasyarakat Pemuda (OKP), akademisi setempat diundang untuk memberikan
sejumlah masukan dan saran mengenai rancangan dokumen rancangan
pembangunan Kabupaten Kutai Timur. Selain kegiatan musrenbang, terdapat
sosialisasi produk hukum kepada masyarakat serta mengajak peran serta
masyarakat untuk bersama-sama mengawal implementasi kebijakan tersebut.
Mengenai sejauh mana partisipasi publik di Kabupaten Kutai Timur masih
perlu untuk dilakukan penelitian dan analisa secara komprehensif atau
menyeluruh, terutama berkenaan dengan program pembangunan yang disusun
agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan
RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional. Sehingga melalui analisa
yang dilakukan dapat memberikan gambaran dan penjelasan untuk memperoleh
rekomendasi yang tepat bagi penguatan kapasitas masyarakat atau publik dalam
pembangunan, dengan tetap memperhatikan prinsip sinkronisasi dan harmonisasi
sebagaimana yang telah diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang secara khusus diuraikan pada Bab II
Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)
17
Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah Bagian Kesatu Pendekatan
Perencanaan Pembangunan Daerah Pasal 7 Perencanaan pembangunan Daerah
yang berorientasi pada proses, menggunakan pendekatan: a. teknokratik; b.
partisipatif; c. politis; dan d. atas-bawah dan bawah-atas yang merupakan hasil
perencanaan yang diselaraskan dalam musyawarah pembangunan yang
dilaksanakan mulai dari Desa, Kecamatan, Daerah kabupaten/kota, Daerah
provinsi, hingga nasional.
Kerangka Konsep dan Teori
Kebijakan Publik
Secara umum, dalam Winarno (2012:19&21) berdasarkan pendapat James
Anderson (1975) bahwa istilah “kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk
perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu
lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Kemudian James Anderson juga menspesifikkan definisi kebijakan sebagai arah
tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan”. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa kebijakan adalah suatu tindakan sebagai hasil
dari perilaku aktor pemerintah maupun pemerintahan dalam mengatasi suatu
masalah atau persoalan.
Sedangkan pemikiran kebijakan yang didasari oleh pemahaman teori dan
praktik, sebagaimana dikemukakan oleh Suharto (2008:3) bahwa “Kebijakan
merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara
berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili
sistem politik suatu negara”. Berdasarkan pemikiran tersebut Suharto memandang
adanya keterpaduan atau persaingan pada wilayah ide, teori, pandangan
kenegaraan yang mendasari lahirnya suatu kebijakan.
Berdasarkan pemikiran pakar diatas, maka peneliti pahami bahwa kebijakan
lahir karena adanya aktor dari pemerintah atau pemerintahan yang berupaya
mengatasi suatu masalah publik dengan memperhatikan sejumlah pemikiran, teori
yang pernah dipelajari, ideologi kenegaraan, hingga kepentingan politik.
Tingkatan Partisipasi Publik Pada kondisi nyata, tingkat partisipasi publik pada suatu daerah tentu
berbeda-beda. Sehingga untuk mengetahui perbedaan tingkatan tersebut
diperlukan suatu teori yang dapat secara objektif menilai kondisi tersebut. Dengan
demikian akan mudah untuk menentukan langkah dan strategi yang harus
dilakukan guna meningkatkan partisipasi public pada level tertinggi yaitu citizen
power. Diantara sekian banyaknya teori partisipasi publik, peneliti memilih
teori The Ladder of Citizen Participation (tangga partisipasi masyarakat) dari
Sherry R. Arnstein tahun 1969, sebagai grand theory dalam penelitian ini. Sebuah
teori yang eksis digunakan pada sejumlah penelitian dan praktik pemberdayaan
masyarakat dan partisipasi publik dalam konteks pembangunan daerah.
eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26
18
Gambar 1. Tangga Partisipasi Masyarakat
Sumber: Arnstein (1969:217)
Metode Penelitian
Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif, bahwa penelitian deskriptif
terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact
finding). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
model interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana (2014). Analisis data
dilakukan secara interaktif melalui komponen-komponen kegiatan yaitu
kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang berlangsung
terus-menerus sampai tuntas, hingga datanya penuh.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten
Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional
Secara umum, masyarakat relatif memahami keberadaan dokumen dan
hierarkhi rencana pembangunan, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga
Kabupaten Kutai Timur beserta sejumlah dokumen pelaksanaan per tahun.
Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)
19
Namun berdasarkan regulasi, sejumlah informan khususnya dari OKP dan
masyarakat kurang memahami dasar hukum pelaksana dokumen dan hierarkhi
rencana pembangunan yang dimaksud. Misalkan keberadaan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Noor 86 Tahun 2017 tentang Evaluasi dan
Penyusunan RPJMD.
Ketidaktahuan literasi dasar hukum tersebut menyebabkan terjadinya
kekurangpahaman ruang lingkup RPJP, RPJM, dan RKP secara detail dan teknis.
Padahal seharusnya bukan hanya pejabat publik, tetapi juga masyarakat luas, atau
setidaknya perwakilan masyarakat yang terpelajar memahami dokumen dan
hierarkhi pembangunan di Indonesia dengan lengkap dan tajam, dalam hal ini
adalah para pemuda yang tergabung di dalam OKP yang dinilai mempunyai daya
kritis yang baik, peduli pembangunan, dan memiliki bergaining position yang
baik. Sehingga dapat memberikan pemahaman yang baik dan komplit kepada
masyarakat baik yang berperan sebagai subjek atau objek pembangunan.
Pada sisi lain, keterbatasan jumlah aparatur pada OPD yang bertanggung
jawab langsung dalam hal mengelola hubungan dengan masyarakat masih belum
dapat maksimal dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi disebabkan
keterbatasan SDM secara kualitas dan kuantitas, dan ini menjadi salah satu
diantara sejumlah faktor yang menentukan tingkat partisipasi publik dalam
pembangunan daerah.
Kondisi demikian dapat dipahami bahwa sub fokus Pemahaman mengenai
RPJP, RPJM, dan RKP menjadi dasar adanya kesadaran partisipasi publik dalam
pembangunan, karena mengetahui dengan baik peran dan fungsi masing-masing
dokumen tersebut beserta hierarkhi. Sehingga meskipun sudah sebagian besar
dipahami oleh informan, namun masih perlu untuk terus dibagi pemahaman
tersebut kepada pihak lain agar terjadi kesamaan visi, persepsi, maupun opini.
Pemahaman Publik Mengenai Sinkronisasi dan Harmonisasi
Mengacu pada latar belakang para informan, baik dilihat dari profesi dan
pengalaman. Maka dapat dipahami bahwa informan dari kalangan birokrat tentu
memahami mengenai keharusan dan proses sinkronisasi dan harmonisasi
berkenaan dengan RPJP, RPJM, dan RKP mulai tingkat Nasional hingga turun ke
tingkat Kabupaten Kutai Timur beserta dokumen dan proses pembangunan.
Akan tetapi menjadi berbeda, ketika latar belakang informan adalah
masyarakat umum (publik), dalam penelitian ini diwakili unsur pemuda sebagai
informan, pemuda yang notabene terpelajar. Namun, sayangnya mereka sama
sekali tidak memahami apa dan bagaimana sinkronisasi dan harmonisasi, dalam
hal ini segala hal yang berhubungan dengan sinkronisasi dan harmonisasi. Para
informan tersebut, lebih kepada penyampaian aspirasi program pembangunan
yang langsung berhubungan dengan mereka. Baik itu melalui musrenbang dari
tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten atau melalui media forum diskusi lain
eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26
20
yang berhubungan dengan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur yang
sebagian bersifat tematik.
Hanya saja secara spesifik dalam kegiatan musrenbang, biasanya lebih
terfokus pada kegiatan tersebut, misalnya tergantung pada tema khusus seperti
percepatan prioritas pembangunan. Belum berkorelasi terhadap sinkronisasi dan
harmonisasi. Misalkan apakah kegiatan yang dibahas dalam musrenbang atau
diskusi publik berkesesuaian atau sinkron dengan dokumen RPJPD atau RPJMD
provinsi atau belum. Sehingga dalam hal ini belum menyentuh kearah
sinkronisasi.
Sehingga dengan demikian konteks pemahaman publik mengenai
sinkronisasi dan harmonisasi, bahkan belum menyentuh masyarakat
berpendidikan, apalagi masyarakat dengan kondisi yang belum tersentuh
pembangunan pendidikan pada pelosok terdalam wilayah Kabupaten Kutai
Timur. Bagi mereka yang terpenting adalah ketika aspirasi mereka didengarkan
dan akan lebih bersyukur lagi, jika aspirasi dan usulan dapat dipenuhi oleh
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
Kondisi tersebut juga memberikan informasi secara tersirat bahwa terdapat
sisi lain dalam perencanaan pembangunan yang harus didorong oleh pemerintah
Kabupaten Kutai Timur sebagaimana yang dimuat pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 5 Dalam perencanaan
pembangunan daerah, Pemerintah Daerah mendorong Partisipasi Masyarakat
dalam perencanaan pembangunan jangka panjang daerah, perencanaan
pembangunan jangka menengah daerah, dan perencanaan pembangunan tahunan
daerah. Oleh karena itu, peran Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam
mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan partisipasi sebagaimana yang
dimuat pada Pasal 5 tersebut sangat dibutuhkan komitmen dan konsistensi secara
simultan dan berkelanjutan.
Partisipasi Publik dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi
Sebagaimana poin diatas, partisipasi publik dalam sinkronisasi dan
harmonisasi belum terlihat. Hal ini disebabkan bahwa sebagian besar masyarakat
lebih berharap usulan dan permintaan pembangunan bisa dipenuhi pihak
Pemerintah Kabupaten. Meskipun terkadang usulan atau permintaan yang
diajukan bukan kewenangan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, seperti jalan
poros yang menjadi kewenangan negara, atau infrastruktur yang menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur atau malah kewenangan
negara.
Kondisi kekurangtahuan dan kurang pahaman regulasi menyebabkan secara
umum publik atau masyarakat tidak memahami keharusan adanya sinkronisasi
dan harmonisasi dengan dokumen yang lebih tinggi tingkatannya dalam
pembangunan. Selain itu kesadaran akan menjadi masyarakat yang baik juga
dapat dipadang masih kurang. Memang harus diakui masyarakat yang terpejar
Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)
21
saja kurang memahami mengenai arti penting partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, apalagi masyarakat awam.
Jadi pada intinya para informan publik atau masyarakat dapat disimpulkan
belum mampu berpartisipasi dalam sinkronisasi dan harmonisasi. Masyarakat
memang hadir pada sejumlah kegiatan pertemuan pembangunan untuk
menyampaikan aspirasi dan usulan, tetapi mereka hanya tahu bahwa yang
terpenting ada pembangunan yang terlihat dan dapat dirasakan untuk mereka pada
setiap tahun, baik itu pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik.
Berdasarkan pembahasan ketiga sub fokus informasi dari para informan diatas,
secara keseluruhan maka fokus penelitian Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi
dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi
Kalimantan Timur dan RPJP Nasional masih (1) bersifat parsial, dan (2)
berbentuk konvensional.
Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi
dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi
Kalimantan Timur dan RPJP Nasional
Faktor Pendukung
a. Dukungan Politik DPRD Kabupaten Kutai Timur.
Berdasarkan informasi dari Bappeda Kabupaten Kutai Timur, pihak DPRD
sangat mendukung dalam perubahan RPJMD Kutai Timur yang telah
disampaikan ke Bappeda Provinsi Kalimantan Timur untuk dilakukan
sinkronisasi dan harmonisasi dengan RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2018-
2022.
b. Good will Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur, memiliki keinginan baik
untuk melakukan Perubahan RPJMD Kutai Timur, dengan tujuan untuk terus
berupaya mensejahterakan masyarakat Kutai Timur melalui Gerakan Desa Madu,
juga untuk memperkuat bergaining pembangunan yang dilakukan Pemerintah
Provinsi kepada Pemerintah Pusat terutama melalui sejumlah pendanaan baik
DAU, DAK fisik dan DAK non fisik serta sumber pendanaan lain yang bisa
diturunkan kepada daerah termasuk pendanaan untuk pembangunan di Kabupaten
Kutai Timur, semacam Dana Desa atau yang lainnya.
c. Semangat Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Kabupaten Kutai Timur.
Menurut peneliti, dengan informasi dari pihak OKP KNPI Kutai Timur,
diperoleh informasi bahwa Kutai Timur beberapa bulan yang lalu dinobatkan
sebagai Kabupaten Layak Pemuda (KLP) se-Kalimantan oleh Kementerian
Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia. Jelas penobatan ini, menjadi
semangat bagi para pemuda untuk terus aktif di dalam pembangunan Kabupaten
Kutai Timur.
d. Semangat masyarakat Kabupaten Kutai Timur.
Walaupun sebagian besar masyarakat dipandang belum memahami
sinkronisasi dan harmonisasi dokumen dan hierarkhi RPJP, RPJM, dan RKP
eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26
22
mulai tingkat pusat hingga daerah dengan periode masing-masing, namun
masyarakat tetap merupakan sebagai salah satu faktor pendukung dengan segala
potensi yang dimiliki.
e. Dukungan keilmuan dari akademisi Kabupaten Kutai Timur.
Sudah seharusnya, akademisi dari perguruan tinggi setempat memberi
pengabdian untuk daerah, dalam hal ini tentu saja bagi Kabupaten Kutai Timur,
baik sebagai mitra dan kontrol sosial ekonomi pembangunan, terutama mengawal
RPJPD, RPJMD, dan RKPD Kutai Timur agar sesuai dengan visi misi
pembangunan dari pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, begitupun sinkron
dan harmonis sesuai dengan hierarkhi dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
Faktor Penghambat a. SDM Masyarakat dan Aparatur.
Menurut informan bahwa SDM masyarakat terutama di tingkat desa dalam
pemahaman mengenai pembangunan masih sangat rendah. Apalagi jabatan
Kepala Desa adalah sebuah jabatan politik, tidak harus pintar yang penting
memiliki pendukung yang banyak, maka akan memenangkan pemilihan sebagai
Kepala Desa, padahal mereka adalah perpanjangan tangan Pemerintah Kabupaten.
Sedangkan dari sisi SDM aparatur, bahwa saat ini Tenaga Perencanaan
Pembangunan di birokrasi sangat kurang, jangankan di desa, di level Pemerintah
Kabupaten Kutai Timur saja kurang.
b. Topografi dan Akses Infrastruktur
Salah satunya adalah luas wilayah, dan kondisi akses infrastruktur yang
menghubungkan desa yang satu ke desa yang lain, atau dari ibu kota kabupaten ke
sejumlah kecamatan yang harus melintasi pegunungan, sungai, rawa, hingga laut.
Saat ini Kutim memiliki 138 desa dan 2 kelurahan.
c. Pendanaan
Pendanaan Kabupaten Kutai Timur kurang, tahun 2018 defisit, karena
besarnya perbedaan antara usulan belanja dan pembangunan dengan kemampuan
keuangan yang dimiliki. Inilah mengapa Kabupaten Kutai Timur memerlukan
sokongan pendanaan dan pembangunan dari Pemerintah Provinsi dan
Pemmerintah Pusat.
d. Politik
Berdasarkan informasi dari para informan. Faktor politik dapat berupa
dukungan:
1) Agenda reses anggota DPRD dalam menyerap aspirasi konstituen masing-
masing anggota, dan mensosialisasikan regulasi yang berlaku atau peraturan
perundang-undangan yang terbaru. Dimana hasilnya dapat
diinternalisasikan dan disinkronisasikan dengan hasil musrenbang dan
media lainnya untuk dimasukkan kedalam agenda pembangunan Kabupaten
Kutai Timur.
Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)
23
2) Ketegasan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam memberi
penghargaan dan punishment bagi Kabupaten/Kota yang program
pembangunannya melalui RPJPD, RPJMD dan RKPD Kabupaten/Kota
dapat sinkron dan harmoni dengan RPJPD, RPJMD dan RKPD Provinsi
Kalimantan Timur.
3) Pemilihan Umum Serentak. Wacana keseragaman pemilihan umum
diharapkan mendukung sinkronisasi dan harmonisasi terutama masa periode
RPJM, RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Analisa Partisipasi Publik di Kab. Kutai Timur menurut The Ladder of
Citizen Participation
Secara menyeluruh mengenai partisipasi publik mengacu pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana pada
bagian pembahasan umum peneliti pandang masih bersifat parsial dan berbentuk
konvensional.
1) Pasal 3 melalui: konsultasi publik; penyampaian aspirasi; dan/atau seminar,
lokakarya, dan/atau diskusi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Kutai Timur melaluia agenda Bappeda Kutai Timur, merupakan masih
berada pada tahap perancangan, tetapi belum masuk pada proses
perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, hingga monitoring
dan evaluasi, bahkan analisa untuk dilaksanakannya umpan balik (feed
back) untuk keberlanjutan pembangunan atau dapat penghentian
pembangunan atau program, bahkan dapat berupa perubahan model dan
program pembangunan.
Secara legitimasi Partisipasi Publik dalam kegiatan sebagaimana
pembasahan Pasal 3 di atas, menurut pemahaman peneliti hanya berada
pada tingkat tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi dan
pada tangga ke-4 yakni consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of
tokenism (Partisipasi Semu) dengan sejumlah pertimbangan:
a) Dalam pembahasan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur
sudah melibatkan aktor publik, terutama pada Pasal 3 kecuali
huruf c, d, dan e yang belum dilaksanakan secara simultan
melibatkan publik secara terbuka.
b) Penjelasan dari OKP KNPI Kabupaten Kutai Timur bahwa dalam
menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah Kabupaten Kutai
Timur, tidak hanya melalui musrenbang, kami dari OKP KNPI
(dan seluruh elemen pemuda) juga diundang pada pertemuan
tersendiri oleh Bupati atau pihak OPD, khususnya ketika bersiap
untuk penilaian sebagai Kabupaten Layak Pemuda dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Namun demikian dari kedua alasan tersebut, menurut Arnstein bahwa
“memang anak tangga 3 dan 4 berkembang ke tingkat tokenisme yang
eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26
24
memungkinkan para pendengar dalam suatu forum mendengar dan
memiliki suara yakni (3) memberi informasi rencana pembangunan dan (4)
konsultasi rencana pembangunan.
2) Pasal 5 yang membahas kewajiban Pemerintah Daerah untuk mendorong
Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Maka menurut
analisa peneliti Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi
RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur
Dan RPJP Nasional, berdasarkan tangga partisipasi masyarakat masih
berada pada tingkat tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi
dan pada tangga ke-4 yakni consulting (konsultasi) atau berada pada
Degrees of tokenism (Partisipasi Semu), dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a) Sebagian besar aparatur memahami konsep sinkronisasi dan
harmonisasi hierarkhi dokumen perencanaan pembangunan,
b) Sebagian besar Anggota DPRD Kutai Timur memahami konsep
sinkronisasi dan harmonisasi hierarkhi dokumen perencanaan
pembangunan, dan
c) Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui dan tidak paham
konsep sinkronisasi dan harmonisasi hierarkhi dokumen
perencanaan pembangunan, bahkan masyarakat tidak begitu
perduli mengenai hierarkhi tersebut, yang penting aspirasi,
permohonan dan keinginan berkenaan dengan pembangunan untuk
mereka dapat dipenuhi pihak pemerintah daerah.
d) Dorongan pemerintah belum maksimal dalam Partisipasi
Masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena saat ini
sebagaimana analisis tangga partisipasi Arnstein pada Pasal 5
belum mencakup semua media atau sarana publik untuk
berpartisipasi dan masih berada pada tingkat tangga ke-3 yakni
informing atau pemberian informasi dan pada tangga ke-4 yakni
consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of tokenism
(Partisipasi Semu).
Dengan demikian, peneliti menetapkan hasil analisa dari Teori The Ladder
of Citizen Participation Sherry R. Arnstein yakni pada Pasal 3 dan Pasal 5 berada
pada tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi dan pada tangga ke-4
yakni consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of tokenism (Partisipasi
Semu).
Hal tersebut berkenaan dengan pemahaman publik terhadap hierarkhi
dokumen perencanaan pembangunan, dan partisipasi publik dari sudut pandang
sinkronisasi dan harmonisasi rencana pembangunan Kabupaten Kutai Timur
dengan rencana pembangunan tingkat Provinsi dan Nasional, serta dorongan
pemerintah untuk meningkatkan partisipasi publik.
Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)
25
Disamping itu, masih adanya sejumlah faktor penghambat yang terdiri dari
SDM Masyarakat dan Aparatur yang belum memenuhi harapan, Topografi dan
akses infratruktur yang belum memadai bahkan sulit dijangkau, Pendanaan yang
terbatas, iklim Politik yang masih berfluktuasi turut menentukan sebagai
penyebab belum maksimalnya pencapaian partisipasi publik pada tangga
partisipasi.
Kesimpulan
Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten
Kutai Timur, mengacu pada Pasal 3 maka partisipasi publik masih bersifat parsial.
Sedangkan dari Pasal 5, maka peran aktif pemerintah dalam mendorong
partisipasi publik, masih bersifat konvensional. Berdasarkan Arnstein berada pada
tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi dan pada tangga ke-4
yakni consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of tokenism (Partisipasi
Semu). Terdapat faktor yang mendukung Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi
dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi
Kalimantan Timur dan RPJP Nasional yakni adanya dukungan Politik DPRD
Kabupaten Kutai Timur dalam pembangunan, Good will Pemerintah Kabupaten
Kutai Timur, Semangat Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), Semangat
masyarakat, dan dukungan akademisi. Sedangkan faktor penghambat meliputi
keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM perencana pembangunan, topografi yang
luas dan infrastruktur jalan (kondisi dan kualitas), keterbatasan anggaran, serta
agenda politik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka bersama ini peneliti
memberikan saran maupun rekomendasi sebagai berikut:
1) Pemerintah Kabupaten Kutai Timur
a) Mensosialisasi dan menginternalisasi kepada aparatur daerah dan
masyarakat mengenai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 86 Tahun 2017, Undang-undang Pemerintahan Daerah
Nomor 23 Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang sistem perencanaan pembangunan nasional .
b) Konsisten melaksanakan program yang tertuang dalam RPJM yang
diprioritaskan pada RKPD Program yang tertuang dalam RPJM
sebanyak mungkin agar dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten.
2) Anggota DPRD Kabupaten Kutai Timur
a) Saat agenda reses, agar bukan hanya menyerap aspirasi masyarakat,
tetapi juga mendukung dan turut mensosialisasikan kepada
masyarakat segala kebijakan baik itu peraturan perundang-undangan
maupun keputusan kepala daerah yang berlaku berkaitan dengan
peran dan fungsi maupun hak dan kewajiban masyarakat dalam
pembangunan, termasuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26
26
Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
b) Menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai peran dan fungsi maupun hak dan kewajiban sebagai
masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Kutai Timur.
3) Pemuda Kabupaten Kutai Timur
a) Terus belajar dan meningkatkan kualitas SDM
b) Dapat memerankan dan memfungsikan diri sebagai generasi yang
berhak menerima estafet kepemimpinan dan aktor pembangunan.
4) Masyarakat Umum (Publik) Kabupaten Kutai Timur
a) Aktif dalam pembangunan partisipatif di Kabupaten Kutai Timur.
b) Mengerti dan memahami peran dan fungsi serta hak dan kewajiban
sebagai masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Kutai Timur.
c) Masyarakat secara bertahap dalam jangka panjang secara perlahan,
kita berharap masyarakat semakin meningkat partisipasinya
khususnya dalam mengamati RPJM sehingga dapat menekan pemkab
agar konsisten dalam melaksanakan RPJM.
Daftar Pustaka
Anonim 2017. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017
Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
_____. 2017. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Arnstein, Sherry R. "A Ladder of Citizen Participation," Journal of the American
Planning Association (JAPA), Vol. 35, No. 4, July 1969, pp. 216-224.
Miles, B. Matthew, Michael Huberman, Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data
Analysis A Methods Sourcebook. UI Press: Jakarta.
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy: Dinamika Kebijakan-Analisis Kebijakan-
Manajemen Kebijakan. Edisi Ketiga. PT. Gramedia: Jakarta.
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Alfabeta:
Bandung.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). PT.
Buku Seru CAPS: Yogyakarta.