analisa partisipasi publik dalam sinkronisasi dan...

13
eJournal Administrative Reform, 2019, 7 (1) : 14-26 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2019 ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL Mahyunadi 1 , Adri Patton 2 , Nur Fitriyah 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional, serta Mengidentifikasi dan memahami faktor yang mendukung dan menghambat Partisipasi Publik. Analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat belum berpartisipasi secara maksimal, masyarakat memberi aspirasi, usulan dan persepsi mengenai pembangunan tetapi masyarakat hanya ingin pembangunan ada. Kata Kunci: Partisipasi Publik, Sinkronisasi dan Harmonisasi Abstract Research objective is to determine public participation in synchronization and harmonization of Kutai Timur regency RPJPD with Kalimantan Timur Provincial RPJP and National RPJP, also to identify and understand the factor that supports and inhibit public participation itself. Data analysis used Interactive data analysis model. The results show that Government Regulation (PP) number 45 of 2017 article 3 that the community has not participated maximally, the community gives aspiration, suggestion and perception about development but the community only wants the development exist. Keywords:Public Participation, Synchronisation and Harmonisation Pendahuluan Pembangunan Indonesia harus berdasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945, terutama dengan singkat, padat, dan jelas diuraikan pada bagian Pembukaan dengan tujuan utama adalah “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. 1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unmul Samarinda. 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unmul Samarinda. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unmul Samarinda.

Upload: lycong

Post on 23-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, 2019, 7 (1) : 14-26

ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id

© Copyright 2019

ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN

HARMONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI KALIMANTAN

TIMUR DAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

NASIONAL

Mahyunadi1, Adri Patton2, Nur Fitriyah3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan

Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional, serta Mengidentifikasi dan memahami faktor yang

mendukung dan menghambat Partisipasi Publik. Analisis data menggunakan

model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat belum

berpartisipasi secara maksimal, masyarakat memberi aspirasi, usulan dan

persepsi mengenai pembangunan tetapi masyarakat hanya ingin pembangunan

ada.

Kata Kunci: Partisipasi Publik, Sinkronisasi dan Harmonisasi

Abstract

Research objective is to determine public participation in synchronization and

harmonization of Kutai Timur regency RPJPD with Kalimantan Timur Provincial

RPJP and National RPJP, also to identify and understand the factor that supports and inhibit public participation itself. Data analysis used Interactive data

analysis model. The results show that Government Regulation (PP) number 45 of

2017 article 3 that the community has not participated maximally, the community

gives aspiration, suggestion and perception about development but the community

only wants the development exist.

Keywords:Public Participation, Synchronisation and Harmonisation

Pendahuluan

Pembangunan Indonesia harus berdasarkan pada Undang-Undang Dasar

1945, terutama dengan singkat, padat, dan jelas diuraikan pada bagian Pembukaan

dengan tujuan utama adalah “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.

Page 2: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)

15

Pada pemerintahan saat ini, secara teknis untuk mewujudkan hal tersebut,

maka pemerintah pusat menuangkannya kedalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yang kemudian diuraikan kedalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan

dijabarkan lagi kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Saat ini, sebagaimana dijelaskan Bappenas (2014: iii) “RPJMN 2015-2019

merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil

Presiden Muhammad Jusuf Kalla, dan juga merupakan rencana pembangunan

jangka menengah ketiga dari RPJPN 2005-2025. Selain untuk menjamin

pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus digunakan untuk menjaga

konsistensi arah pembangunan nasional”.

Sebagai upaya penguatan di daerah, maka RPJP Daerah harus mengacu

pada RPJP Nasional. Sedangkan RPJM Daerah harus memperhatikan dan

mengacu pada RPJM Nasional. Sehingga visi dan misi pembangunan yang

diusung oleh masing-masing daerah harus sinkron dan harmoni dengan visi dan

misi pembangunan Presiden yang juga sinkron dan harmoni kepada RPJP

Nasional, sehingga arah pembangunan dapat terarah dan terus berkelanjutan.

Pada konteks ini Sutjipto (2006:1) menyatakan “perlu menciptakan

sinergitas pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan, dan

antar tingkat pemerintahan, serta menciptakan alokasi sumber daya dalam

pembangunan daerah”. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

(PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang PS

Brodjonegoro, dalam tulisan Baihaqi (2017:1) mengatakan “sinergi dan integrasi

perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah belum sepenuhnya terwujud.

Bambang menjelaskan hal tersebut terjadi karena tidak seluruh perencanaan yang

disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan di setiap daerah. Di sisi lain,

lanjut dia, rencana pembangunan di daerah belum disusun berdasarkan isu

strategis daerah yang sinergi dengan prioritas nasional”.

Upaya sinergi dan integrasi perencanaan pembangunan antara pusat dan

daerah melibatkan banyak aktor. Salah satu aktor penting dan tidak boleh

dilupakan dalam sinergi pembangunan adalah masyarakat umum atau dalam

istilah kebijakan adalah publik. Namun didalam peraturan perundang-undangan

menggunakan istilah partisipasi masyarakat.

Menurut pandangan Soetari (2014:15) “Partisipasi masyarakat menjadi

wajib dalam penyusunan kebijakan. Dijaminnya kebebasan masyarakat

menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi dalam penyusunan seperti kebijakan

publik di daerah, agar kebijakan publik memenuhi rasa keadilan dan tidak

menimbulkan publik kontroversi di masyarakat. Oleh karena itu, perumusan

kebijakan publik dimulai dari dan oleh rakyat, serta untuk rakyat, terutama di

sebuah negara demokrasi”. Dengan pandangan tersebut maka partisipasi publik

sangat diperlukan, mengingat secara menyeluruh subjek dan objek kebijakan

adalah publik itu sendiri.

Page 3: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26

16

Dasar utama pengaturan partisipasi publik telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang memuat porsi

khusus mengenai partisipasi masyarakat.

Sebagai aturan pelaksana pasal 354 tersebut, maka pemerintah memandang

perlu untuk membuatkan regulasi yang mengatur secara khusus, sehingga

kemudian lahirlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun

2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah.

Urgensi partisipasi publik seharusnya menjadi kekuatan dalam sinergitas

dan harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJPD Provinsi

Kalimantan Timur dan RPJP Nasional. Sehingga dalam hal ini masyarakat

berperan serta dalam menjaga dan mengawal benang merah pembangunan mulai

tingkat nasional hingga daerah yakni Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten

Kutai Timur, bahkan diikuti oleh perencana tingkat desa.

Bentuk partisipasi nyata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten

Kutai Timur seperti pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) sebagai salah satu upaya menjaring aspirasi masyarakat dan wujud

partisipasi publik dalam pembangunan, baik yang didokumentasikan didalam

RPJPD, RPJMD hingga RKPD Kabupaten Kutai Timur. Dimana melalui Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Timur, hasil

koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daeah (OPD) lain bersama sejumlah

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Government Organization

(NGO) atau mitra pembangunan daerah, tokoh masyarakat, Organisasi

Kemasyarakat Pemuda (OKP), akademisi setempat diundang untuk memberikan

sejumlah masukan dan saran mengenai rancangan dokumen rancangan

pembangunan Kabupaten Kutai Timur. Selain kegiatan musrenbang, terdapat

sosialisasi produk hukum kepada masyarakat serta mengajak peran serta

masyarakat untuk bersama-sama mengawal implementasi kebijakan tersebut.

Mengenai sejauh mana partisipasi publik di Kabupaten Kutai Timur masih

perlu untuk dilakukan penelitian dan analisa secara komprehensif atau

menyeluruh, terutama berkenaan dengan program pembangunan yang disusun

agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan

RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional. Sehingga melalui analisa

yang dilakukan dapat memberikan gambaran dan penjelasan untuk memperoleh

rekomendasi yang tepat bagi penguatan kapasitas masyarakat atau publik dalam

pembangunan, dengan tetap memperhatikan prinsip sinkronisasi dan harmonisasi

sebagaimana yang telah diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi

Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang secara khusus diuraikan pada Bab II

Page 4: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)

17

Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah Bagian Kesatu Pendekatan

Perencanaan Pembangunan Daerah Pasal 7 Perencanaan pembangunan Daerah

yang berorientasi pada proses, menggunakan pendekatan: a. teknokratik; b.

partisipatif; c. politis; dan d. atas-bawah dan bawah-atas yang merupakan hasil

perencanaan yang diselaraskan dalam musyawarah pembangunan yang

dilaksanakan mulai dari Desa, Kecamatan, Daerah kabupaten/kota, Daerah

provinsi, hingga nasional.

Kerangka Konsep dan Teori

Kebijakan Publik

Secara umum, dalam Winarno (2012:19&21) berdasarkan pendapat James

Anderson (1975) bahwa istilah “kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk

perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu

lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Kemudian James Anderson juga menspesifikkan definisi kebijakan sebagai arah

tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau

sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan”. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa kebijakan adalah suatu tindakan sebagai hasil

dari perilaku aktor pemerintah maupun pemerintahan dalam mengatasi suatu

masalah atau persoalan.

Sedangkan pemikiran kebijakan yang didasari oleh pemahaman teori dan

praktik, sebagaimana dikemukakan oleh Suharto (2008:3) bahwa “Kebijakan

merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara

berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili

sistem politik suatu negara”. Berdasarkan pemikiran tersebut Suharto memandang

adanya keterpaduan atau persaingan pada wilayah ide, teori, pandangan

kenegaraan yang mendasari lahirnya suatu kebijakan.

Berdasarkan pemikiran pakar diatas, maka peneliti pahami bahwa kebijakan

lahir karena adanya aktor dari pemerintah atau pemerintahan yang berupaya

mengatasi suatu masalah publik dengan memperhatikan sejumlah pemikiran, teori

yang pernah dipelajari, ideologi kenegaraan, hingga kepentingan politik.

Tingkatan Partisipasi Publik Pada kondisi nyata, tingkat partisipasi publik pada suatu daerah tentu

berbeda-beda. Sehingga untuk mengetahui perbedaan tingkatan tersebut

diperlukan suatu teori yang dapat secara objektif menilai kondisi tersebut. Dengan

demikian akan mudah untuk menentukan langkah dan strategi yang harus

dilakukan guna meningkatkan partisipasi public pada level tertinggi yaitu citizen

power. Diantara sekian banyaknya teori partisipasi publik, peneliti memilih

teori The Ladder of Citizen Participation (tangga partisipasi masyarakat) dari

Sherry R. Arnstein tahun 1969, sebagai grand theory dalam penelitian ini. Sebuah

teori yang eksis digunakan pada sejumlah penelitian dan praktik pemberdayaan

masyarakat dan partisipasi publik dalam konteks pembangunan daerah.

Page 5: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26

18

Gambar 1. Tangga Partisipasi Masyarakat

Sumber: Arnstein (1969:217)

Metode Penelitian

Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif, bahwa penelitian deskriptif

terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan atau peristiwa

sebagaimana adanya, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact

finding). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

model interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana (2014). Analisis data

dilakukan secara interaktif melalui komponen-komponen kegiatan yaitu

kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang berlangsung

terus-menerus sampai tuntas, hingga datanya penuh.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten

Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur dan RPJP Nasional

Secara umum, masyarakat relatif memahami keberadaan dokumen dan

hierarkhi rencana pembangunan, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga

Kabupaten Kutai Timur beserta sejumlah dokumen pelaksanaan per tahun.

Page 6: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)

19

Namun berdasarkan regulasi, sejumlah informan khususnya dari OKP dan

masyarakat kurang memahami dasar hukum pelaksana dokumen dan hierarkhi

rencana pembangunan yang dimaksud. Misalkan keberadaan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Noor 86 Tahun 2017 tentang Evaluasi dan

Penyusunan RPJMD.

Ketidaktahuan literasi dasar hukum tersebut menyebabkan terjadinya

kekurangpahaman ruang lingkup RPJP, RPJM, dan RKP secara detail dan teknis.

Padahal seharusnya bukan hanya pejabat publik, tetapi juga masyarakat luas, atau

setidaknya perwakilan masyarakat yang terpelajar memahami dokumen dan

hierarkhi pembangunan di Indonesia dengan lengkap dan tajam, dalam hal ini

adalah para pemuda yang tergabung di dalam OKP yang dinilai mempunyai daya

kritis yang baik, peduli pembangunan, dan memiliki bergaining position yang

baik. Sehingga dapat memberikan pemahaman yang baik dan komplit kepada

masyarakat baik yang berperan sebagai subjek atau objek pembangunan.

Pada sisi lain, keterbatasan jumlah aparatur pada OPD yang bertanggung

jawab langsung dalam hal mengelola hubungan dengan masyarakat masih belum

dapat maksimal dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi disebabkan

keterbatasan SDM secara kualitas dan kuantitas, dan ini menjadi salah satu

diantara sejumlah faktor yang menentukan tingkat partisipasi publik dalam

pembangunan daerah.

Kondisi demikian dapat dipahami bahwa sub fokus Pemahaman mengenai

RPJP, RPJM, dan RKP menjadi dasar adanya kesadaran partisipasi publik dalam

pembangunan, karena mengetahui dengan baik peran dan fungsi masing-masing

dokumen tersebut beserta hierarkhi. Sehingga meskipun sudah sebagian besar

dipahami oleh informan, namun masih perlu untuk terus dibagi pemahaman

tersebut kepada pihak lain agar terjadi kesamaan visi, persepsi, maupun opini.

Pemahaman Publik Mengenai Sinkronisasi dan Harmonisasi

Mengacu pada latar belakang para informan, baik dilihat dari profesi dan

pengalaman. Maka dapat dipahami bahwa informan dari kalangan birokrat tentu

memahami mengenai keharusan dan proses sinkronisasi dan harmonisasi

berkenaan dengan RPJP, RPJM, dan RKP mulai tingkat Nasional hingga turun ke

tingkat Kabupaten Kutai Timur beserta dokumen dan proses pembangunan.

Akan tetapi menjadi berbeda, ketika latar belakang informan adalah

masyarakat umum (publik), dalam penelitian ini diwakili unsur pemuda sebagai

informan, pemuda yang notabene terpelajar. Namun, sayangnya mereka sama

sekali tidak memahami apa dan bagaimana sinkronisasi dan harmonisasi, dalam

hal ini segala hal yang berhubungan dengan sinkronisasi dan harmonisasi. Para

informan tersebut, lebih kepada penyampaian aspirasi program pembangunan

yang langsung berhubungan dengan mereka. Baik itu melalui musrenbang dari

tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten atau melalui media forum diskusi lain

Page 7: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26

20

yang berhubungan dengan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur yang

sebagian bersifat tematik.

Hanya saja secara spesifik dalam kegiatan musrenbang, biasanya lebih

terfokus pada kegiatan tersebut, misalnya tergantung pada tema khusus seperti

percepatan prioritas pembangunan. Belum berkorelasi terhadap sinkronisasi dan

harmonisasi. Misalkan apakah kegiatan yang dibahas dalam musrenbang atau

diskusi publik berkesesuaian atau sinkron dengan dokumen RPJPD atau RPJMD

provinsi atau belum. Sehingga dalam hal ini belum menyentuh kearah

sinkronisasi.

Sehingga dengan demikian konteks pemahaman publik mengenai

sinkronisasi dan harmonisasi, bahkan belum menyentuh masyarakat

berpendidikan, apalagi masyarakat dengan kondisi yang belum tersentuh

pembangunan pendidikan pada pelosok terdalam wilayah Kabupaten Kutai

Timur. Bagi mereka yang terpenting adalah ketika aspirasi mereka didengarkan

dan akan lebih bersyukur lagi, jika aspirasi dan usulan dapat dipenuhi oleh

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.

Kondisi tersebut juga memberikan informasi secara tersirat bahwa terdapat

sisi lain dalam perencanaan pembangunan yang harus didorong oleh pemerintah

Kabupaten Kutai Timur sebagaimana yang dimuat pada Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 5 Dalam perencanaan

pembangunan daerah, Pemerintah Daerah mendorong Partisipasi Masyarakat

dalam perencanaan pembangunan jangka panjang daerah, perencanaan

pembangunan jangka menengah daerah, dan perencanaan pembangunan tahunan

daerah. Oleh karena itu, peran Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam

mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan partisipasi sebagaimana yang

dimuat pada Pasal 5 tersebut sangat dibutuhkan komitmen dan konsistensi secara

simultan dan berkelanjutan.

Partisipasi Publik dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi

Sebagaimana poin diatas, partisipasi publik dalam sinkronisasi dan

harmonisasi belum terlihat. Hal ini disebabkan bahwa sebagian besar masyarakat

lebih berharap usulan dan permintaan pembangunan bisa dipenuhi pihak

Pemerintah Kabupaten. Meskipun terkadang usulan atau permintaan yang

diajukan bukan kewenangan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, seperti jalan

poros yang menjadi kewenangan negara, atau infrastruktur yang menjadi

kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur atau malah kewenangan

negara.

Kondisi kekurangtahuan dan kurang pahaman regulasi menyebabkan secara

umum publik atau masyarakat tidak memahami keharusan adanya sinkronisasi

dan harmonisasi dengan dokumen yang lebih tinggi tingkatannya dalam

pembangunan. Selain itu kesadaran akan menjadi masyarakat yang baik juga

dapat dipadang masih kurang. Memang harus diakui masyarakat yang terpejar

Page 8: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)

21

saja kurang memahami mengenai arti penting partisipasi masyarakat dalam

pembangunan, apalagi masyarakat awam.

Jadi pada intinya para informan publik atau masyarakat dapat disimpulkan

belum mampu berpartisipasi dalam sinkronisasi dan harmonisasi. Masyarakat

memang hadir pada sejumlah kegiatan pertemuan pembangunan untuk

menyampaikan aspirasi dan usulan, tetapi mereka hanya tahu bahwa yang

terpenting ada pembangunan yang terlihat dan dapat dirasakan untuk mereka pada

setiap tahun, baik itu pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik.

Berdasarkan pembahasan ketiga sub fokus informasi dari para informan diatas,

secara keseluruhan maka fokus penelitian Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi

dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi

Kalimantan Timur dan RPJP Nasional masih (1) bersifat parsial, dan (2)

berbentuk konvensional.

Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi

dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi

Kalimantan Timur dan RPJP Nasional

Faktor Pendukung

a. Dukungan Politik DPRD Kabupaten Kutai Timur.

Berdasarkan informasi dari Bappeda Kabupaten Kutai Timur, pihak DPRD

sangat mendukung dalam perubahan RPJMD Kutai Timur yang telah

disampaikan ke Bappeda Provinsi Kalimantan Timur untuk dilakukan

sinkronisasi dan harmonisasi dengan RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2018-

2022.

b. Good will Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.

Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur, memiliki keinginan baik

untuk melakukan Perubahan RPJMD Kutai Timur, dengan tujuan untuk terus

berupaya mensejahterakan masyarakat Kutai Timur melalui Gerakan Desa Madu,

juga untuk memperkuat bergaining pembangunan yang dilakukan Pemerintah

Provinsi kepada Pemerintah Pusat terutama melalui sejumlah pendanaan baik

DAU, DAK fisik dan DAK non fisik serta sumber pendanaan lain yang bisa

diturunkan kepada daerah termasuk pendanaan untuk pembangunan di Kabupaten

Kutai Timur, semacam Dana Desa atau yang lainnya.

c. Semangat Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Kabupaten Kutai Timur.

Menurut peneliti, dengan informasi dari pihak OKP KNPI Kutai Timur,

diperoleh informasi bahwa Kutai Timur beberapa bulan yang lalu dinobatkan

sebagai Kabupaten Layak Pemuda (KLP) se-Kalimantan oleh Kementerian

Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia. Jelas penobatan ini, menjadi

semangat bagi para pemuda untuk terus aktif di dalam pembangunan Kabupaten

Kutai Timur.

d. Semangat masyarakat Kabupaten Kutai Timur.

Walaupun sebagian besar masyarakat dipandang belum memahami

sinkronisasi dan harmonisasi dokumen dan hierarkhi RPJP, RPJM, dan RKP

Page 9: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26

22

mulai tingkat pusat hingga daerah dengan periode masing-masing, namun

masyarakat tetap merupakan sebagai salah satu faktor pendukung dengan segala

potensi yang dimiliki.

e. Dukungan keilmuan dari akademisi Kabupaten Kutai Timur.

Sudah seharusnya, akademisi dari perguruan tinggi setempat memberi

pengabdian untuk daerah, dalam hal ini tentu saja bagi Kabupaten Kutai Timur,

baik sebagai mitra dan kontrol sosial ekonomi pembangunan, terutama mengawal

RPJPD, RPJMD, dan RKPD Kutai Timur agar sesuai dengan visi misi

pembangunan dari pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, begitupun sinkron

dan harmonis sesuai dengan hierarkhi dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia.

Faktor Penghambat a. SDM Masyarakat dan Aparatur.

Menurut informan bahwa SDM masyarakat terutama di tingkat desa dalam

pemahaman mengenai pembangunan masih sangat rendah. Apalagi jabatan

Kepala Desa adalah sebuah jabatan politik, tidak harus pintar yang penting

memiliki pendukung yang banyak, maka akan memenangkan pemilihan sebagai

Kepala Desa, padahal mereka adalah perpanjangan tangan Pemerintah Kabupaten.

Sedangkan dari sisi SDM aparatur, bahwa saat ini Tenaga Perencanaan

Pembangunan di birokrasi sangat kurang, jangankan di desa, di level Pemerintah

Kabupaten Kutai Timur saja kurang.

b. Topografi dan Akses Infrastruktur

Salah satunya adalah luas wilayah, dan kondisi akses infrastruktur yang

menghubungkan desa yang satu ke desa yang lain, atau dari ibu kota kabupaten ke

sejumlah kecamatan yang harus melintasi pegunungan, sungai, rawa, hingga laut.

Saat ini Kutim memiliki 138 desa dan 2 kelurahan.

c. Pendanaan

Pendanaan Kabupaten Kutai Timur kurang, tahun 2018 defisit, karena

besarnya perbedaan antara usulan belanja dan pembangunan dengan kemampuan

keuangan yang dimiliki. Inilah mengapa Kabupaten Kutai Timur memerlukan

sokongan pendanaan dan pembangunan dari Pemerintah Provinsi dan

Pemmerintah Pusat.

d. Politik

Berdasarkan informasi dari para informan. Faktor politik dapat berupa

dukungan:

1) Agenda reses anggota DPRD dalam menyerap aspirasi konstituen masing-

masing anggota, dan mensosialisasikan regulasi yang berlaku atau peraturan

perundang-undangan yang terbaru. Dimana hasilnya dapat

diinternalisasikan dan disinkronisasikan dengan hasil musrenbang dan

media lainnya untuk dimasukkan kedalam agenda pembangunan Kabupaten

Kutai Timur.

Page 10: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)

23

2) Ketegasan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam memberi

penghargaan dan punishment bagi Kabupaten/Kota yang program

pembangunannya melalui RPJPD, RPJMD dan RKPD Kabupaten/Kota

dapat sinkron dan harmoni dengan RPJPD, RPJMD dan RKPD Provinsi

Kalimantan Timur.

3) Pemilihan Umum Serentak. Wacana keseragaman pemilihan umum

diharapkan mendukung sinkronisasi dan harmonisasi terutama masa periode

RPJM, RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Analisa Partisipasi Publik di Kab. Kutai Timur menurut The Ladder of

Citizen Participation

Secara menyeluruh mengenai partisipasi publik mengacu pada Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana pada

bagian pembahasan umum peneliti pandang masih bersifat parsial dan berbentuk

konvensional.

1) Pasal 3 melalui: konsultasi publik; penyampaian aspirasi; dan/atau seminar,

lokakarya, dan/atau diskusi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten

Kutai Timur melaluia agenda Bappeda Kutai Timur, merupakan masih

berada pada tahap perancangan, tetapi belum masuk pada proses

perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, hingga monitoring

dan evaluasi, bahkan analisa untuk dilaksanakannya umpan balik (feed

back) untuk keberlanjutan pembangunan atau dapat penghentian

pembangunan atau program, bahkan dapat berupa perubahan model dan

program pembangunan.

Secara legitimasi Partisipasi Publik dalam kegiatan sebagaimana

pembasahan Pasal 3 di atas, menurut pemahaman peneliti hanya berada

pada tingkat tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi dan

pada tangga ke-4 yakni consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of

tokenism (Partisipasi Semu) dengan sejumlah pertimbangan:

a) Dalam pembahasan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur

sudah melibatkan aktor publik, terutama pada Pasal 3 kecuali

huruf c, d, dan e yang belum dilaksanakan secara simultan

melibatkan publik secara terbuka.

b) Penjelasan dari OKP KNPI Kabupaten Kutai Timur bahwa dalam

menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah Kabupaten Kutai

Timur, tidak hanya melalui musrenbang, kami dari OKP KNPI

(dan seluruh elemen pemuda) juga diundang pada pertemuan

tersendiri oleh Bupati atau pihak OPD, khususnya ketika bersiap

untuk penilaian sebagai Kabupaten Layak Pemuda dari

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Namun demikian dari kedua alasan tersebut, menurut Arnstein bahwa

“memang anak tangga 3 dan 4 berkembang ke tingkat tokenisme yang

Page 11: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26

24

memungkinkan para pendengar dalam suatu forum mendengar dan

memiliki suara yakni (3) memberi informasi rencana pembangunan dan (4)

konsultasi rencana pembangunan.

2) Pasal 5 yang membahas kewajiban Pemerintah Daerah untuk mendorong

Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Maka menurut

analisa peneliti Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi

RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi Kalimantan Timur

Dan RPJP Nasional, berdasarkan tangga partisipasi masyarakat masih

berada pada tingkat tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi

dan pada tangga ke-4 yakni consulting (konsultasi) atau berada pada

Degrees of tokenism (Partisipasi Semu), dengan pertimbangan sebagai

berikut:

a) Sebagian besar aparatur memahami konsep sinkronisasi dan

harmonisasi hierarkhi dokumen perencanaan pembangunan,

b) Sebagian besar Anggota DPRD Kutai Timur memahami konsep

sinkronisasi dan harmonisasi hierarkhi dokumen perencanaan

pembangunan, dan

c) Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui dan tidak paham

konsep sinkronisasi dan harmonisasi hierarkhi dokumen

perencanaan pembangunan, bahkan masyarakat tidak begitu

perduli mengenai hierarkhi tersebut, yang penting aspirasi,

permohonan dan keinginan berkenaan dengan pembangunan untuk

mereka dapat dipenuhi pihak pemerintah daerah.

d) Dorongan pemerintah belum maksimal dalam Partisipasi

Masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena saat ini

sebagaimana analisis tangga partisipasi Arnstein pada Pasal 5

belum mencakup semua media atau sarana publik untuk

berpartisipasi dan masih berada pada tingkat tangga ke-3 yakni

informing atau pemberian informasi dan pada tangga ke-4 yakni

consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of tokenism

(Partisipasi Semu).

Dengan demikian, peneliti menetapkan hasil analisa dari Teori The Ladder

of Citizen Participation Sherry R. Arnstein yakni pada Pasal 3 dan Pasal 5 berada

pada tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi dan pada tangga ke-4

yakni consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of tokenism (Partisipasi

Semu).

Hal tersebut berkenaan dengan pemahaman publik terhadap hierarkhi

dokumen perencanaan pembangunan, dan partisipasi publik dari sudut pandang

sinkronisasi dan harmonisasi rencana pembangunan Kabupaten Kutai Timur

dengan rencana pembangunan tingkat Provinsi dan Nasional, serta dorongan

pemerintah untuk meningkatkan partisipasi publik.

Page 12: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

Analisa Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi….. (Mahyunadi)

25

Disamping itu, masih adanya sejumlah faktor penghambat yang terdiri dari

SDM Masyarakat dan Aparatur yang belum memenuhi harapan, Topografi dan

akses infratruktur yang belum memadai bahkan sulit dijangkau, Pendanaan yang

terbatas, iklim Politik yang masih berfluktuasi turut menentukan sebagai

penyebab belum maksimalnya pencapaian partisipasi publik pada tangga

partisipasi.

Kesimpulan

Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten

Kutai Timur, mengacu pada Pasal 3 maka partisipasi publik masih bersifat parsial.

Sedangkan dari Pasal 5, maka peran aktif pemerintah dalam mendorong

partisipasi publik, masih bersifat konvensional. Berdasarkan Arnstein berada pada

tangga ke-3 yakni informing atau pemberian informasi dan pada tangga ke-4

yakni consulting (konsultasi) atau berada pada Degrees of tokenism (Partisipasi

Semu). Terdapat faktor yang mendukung Partisipasi Publik Dalam Sinkronisasi

dan Harmonisasi RPJPD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJP Provinsi

Kalimantan Timur dan RPJP Nasional yakni adanya dukungan Politik DPRD

Kabupaten Kutai Timur dalam pembangunan, Good will Pemerintah Kabupaten

Kutai Timur, Semangat Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), Semangat

masyarakat, dan dukungan akademisi. Sedangkan faktor penghambat meliputi

keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM perencana pembangunan, topografi yang

luas dan infrastruktur jalan (kondisi dan kualitas), keterbatasan anggaran, serta

agenda politik.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka bersama ini peneliti

memberikan saran maupun rekomendasi sebagai berikut:

1) Pemerintah Kabupaten Kutai Timur

a) Mensosialisasi dan menginternalisasi kepada aparatur daerah dan

masyarakat mengenai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 86 Tahun 2017, Undang-undang Pemerintahan Daerah

Nomor 23 Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang sistem perencanaan pembangunan nasional .

b) Konsisten melaksanakan program yang tertuang dalam RPJM yang

diprioritaskan pada RKPD Program yang tertuang dalam RPJM

sebanyak mungkin agar dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten.

2) Anggota DPRD Kabupaten Kutai Timur

a) Saat agenda reses, agar bukan hanya menyerap aspirasi masyarakat,

tetapi juga mendukung dan turut mensosialisasikan kepada

masyarakat segala kebijakan baik itu peraturan perundang-undangan

maupun keputusan kepala daerah yang berlaku berkaitan dengan

peran dan fungsi maupun hak dan kewajiban masyarakat dalam

pembangunan, termasuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Page 13: ANALISA PARTISIPASI PUBLIK DALAM SINKRONISASI DAN ...ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/02/2. eJournal Administrative...disusun pemerintah pusat mencerminkan kebutuhan

eJournal Administrative Reform, Volume 7, Nomor 1, 2019: 14-26

26

Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

b) Menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat

mengenai peran dan fungsi maupun hak dan kewajiban sebagai

masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Kutai Timur.

3) Pemuda Kabupaten Kutai Timur

a) Terus belajar dan meningkatkan kualitas SDM

b) Dapat memerankan dan memfungsikan diri sebagai generasi yang

berhak menerima estafet kepemimpinan dan aktor pembangunan.

4) Masyarakat Umum (Publik) Kabupaten Kutai Timur

a) Aktif dalam pembangunan partisipatif di Kabupaten Kutai Timur.

b) Mengerti dan memahami peran dan fungsi serta hak dan kewajiban

sebagai masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Kutai Timur.

c) Masyarakat secara bertahap dalam jangka panjang secara perlahan,

kita berharap masyarakat semakin meningkat partisipasinya

khususnya dalam mengamati RPJM sehingga dapat menekan pemkab

agar konsisten dalam melaksanakan RPJM.

Daftar Pustaka

Anonim 2017. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2017

Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah

_____. 2017. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang

Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Arnstein, Sherry R. "A Ladder of Citizen Participation," Journal of the American

Planning Association (JAPA), Vol. 35, No. 4, July 1969, pp. 216-224.

Miles, B. Matthew, Michael Huberman, Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data

Analysis A Methods Sourcebook. UI Press: Jakarta.

Nugroho, Riant. 2011. Public Policy: Dinamika Kebijakan-Analisis Kebijakan-

Manajemen Kebijakan. Edisi Ketiga. PT. Gramedia: Jakarta.

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Alfabeta:

Bandung.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). PT.

Buku Seru CAPS: Yogyakarta.