kebijakan program gerakan desa membangun...
TRANSCRIPT
eJournal Administrative Reform, 2017, 5 (4): 762-773
ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2017
KEBIJAKAN PROGRAM GERAKAN DESA MEMBANGUN
(GERDEMA) DI DESA LONG PADA
KECAMATAN SUNGAI TUBU
Aris Tandisau 1, Muhammad Noor 2, Anthonius Margono 3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis kebijakan program
Gerakan Desa Membangun di Desa Long Pada. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan data yang didapatkan dilakukan dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
melalui program Gerdema, masyarakat desa bersama dengan pemerintah Desa
Long Pada membuat perencanaan partisipatif untuk dapat meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang didasarkan pada potensi dan
kebutuhan masyarakat melalui pembangunan di bidang infrastruktur, pertanian
dan perkebunan, pendidikan, dan kesehatan.
Kata Kunci : Kebijakan, Gerakan Desa Membangun (Gerdema).
Abstract
This research aims to describe, analysis policy program Gerakan Desa
Membangun in Long Pada Village. This study used a qualitative approach and
the data were collected by interview, observation, and documentation technique,
which then analyzed by using interactive analysis model through data reduction,
data presentation, and conclusion. The results show that through program
Gerdema, the villagers and the government Long Pada Village make planning
participate to rise economic for the villagers with is on potential and villagers’
need through infrastructure, farming, education, and health.
Keywords: Policy, Gerakan Desa Membangun (Gerdema).
Pendahuluan
Program Gerdema Jilid I periode 2011-2016 memberikan perubahan yang
cukup signifikan bagi pembangunan di Kabupaten Malinau. Berbagai
keberhasilan yang diperoleh melalui program Gerdema jilid I adalah peningkatan
pertumbuhan ekonomi, penurunan angka kemiskinan, dan indeks pembangunan
manusia yang meningkat serta pencapaian berbagai indikator yang lebih cepat dan
lebih tinggi dibanding rencana RPJMD Kabupaten Malinau. Selain itu, terjadi
perubahan besar di wilayah pedalaman, yaitu terbukanya isolasi dengan
pembangunan jalan tembus antar desa, kecamatan, dan kabupaten serta
pembangunan menara telekomunikasi.
Memasuki tahun 2016, Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau melanjutkan
program Gerdema Jilid II dengan menetapkan visi “Terwujudnya Kabupaten
1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.
Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun (Gerderma) di Desa... (Aris Tandisau)
763
Malinau yang aman, nyaman dan damai melalui Gerakan Desa Membangun.
Melalui program Gerdema jilid II, pemerintah Kabupaten Malinau mencoba
menyelesaikan berbagai masalah yang masih menjadi pekerjaan rumah, seperti
peningkatan sumber daya manusia, penyediaan infrastruktur dasar bagi
masyarakat, penurunan angka kemiskinan dan indeks pembangunan manusia yang
masih terus dipacu peningkatannya.
Desa Long Pada di Kecamatan Sungai Tubu sebagai salah satu dari 109
desa di wilayah Kabupaten Malinau menjadi sasaran dari kebijakan program
Gerdema Jilid II. Sebagai desa yang berada di daerah pedalaman, Desa Long Pada
menjadi prioritas program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Malinau karena masih banyak persoalan pembangunan yang
dihadapi oleh masyarakat akar rumput, baik dalam pendidikan, kesehatan,
ekonomi, politik dan sosial budaya. Meskipun secara umum Kabupaten Malinau
melalui program Gerdema Jilid I telah mampu memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat di Kabupaten Malinau. Namun, tidak dipungkiri kondisi masyarakat
di Desa Long Pada masih terdapat banyak keterbatasan yang dirasakan oleh
warga.
Melalui program Gerdema jilid II, pemerintah daerah kabupaten Malinau
berupaya untuk mempercepat pembangunan di Desa Long Pada dengan
meningkatkan peran serta masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan
itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk
menguraikan Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun di Desa Long Pada.
Konsep dan Teori
Teori Kebijakan Publik
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6)
dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan
tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku
dari mereka yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan. Adapun dari
Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang mengatakan bahwa
kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan terutama dimana terdapat
hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut
diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang
diamaksud.
Dalam kaitanya dengan definisi-definisi tersebut di atas maka dapat
disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik.
Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan
yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau
acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola
kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang
terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 762-773
764
dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi,
atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa yang dimaksud dikerjakan atau
akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun
negatif.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan, memiliki perspektif
yang lebih luas. Pearse dan Stieffel (dalam Prijono, 1996:54) mengatakan bahwa
menghormati kebhinnekaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi kekuatan, dan
peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk pemberdayaan partisipatif.
Hasil Konferensi Habitat Agenda tingkat dunia yang diadakan di Istambul Turki
tahun 1996 menekankan perlunya pemberdayaan masyarakat yang secara tegas
menyatakan ada keabsahan dan penting bagi berbagai bentuk keterlibatan
masyarakat dalam mencapai pembangunan pemukiman yang berkelanjutan
a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Uphoff, Cohen, dan
Goldsmith (1977:242) bahwa partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan
aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi, serta pemanfaatan hasil. Lebih lanjut menurut Adisasmita (2006:78)
partisipasi adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,
meliputi kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan (implementasi)
program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal.
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan
aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan.
Selanjutnya, Syahyuti (2006:66) mendefinisikan partisipasi sebagai proses
dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif
pembangunan.
b. Pemberdayaan Masyarakat dalam Wacana Kemiskinan
Chambers (1983:225) menyatakan bahwa penyebab kemiskinan sebagai
suatu kompleksitas serta hubungan sebab-akibat yang saling berkaitan dari
ketidakberdayaan (powerlessness), kerapuhan (vulnerability), kelemahan fisik
(physical weakness), kemiskinan (poverty), dan keterasingan (isolation).
ketidakberdayaan bukan mengarah pada tidak adanya kekuatan sama sekali,
akan tetapi pada kenyataannya yang tampaknya hanya memiliki sedikit
kekuatan ternyata justru mampu untuk bertahan menggulingkan dan kadang-
kadang mentransformasikan kondisi hidup mereka. Jadi kekuatan itu ada,
hanya saja perlu untuk ditampakkan dan dikembangkan.
Talcott Parson (1960:96) yang membedakan kekuasaan (power) menjadi
dua dimensi, yaitu distributif dan generatif. Dimensi distributif kekuasaan
diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk memaksakan
kehendak mereka pada orang lain. Sedangkan dimensi generatif kekuasan
Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun (Gerderma) di Desa... (Aris Tandisau)
765
merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan masyarakat atau unit sosial
untuk meningkatkan kemampuannya mengubah masa depan mereka yang
dilakukan atas pilihan mereka sendiri. Dimensi generative kekuasaan dapat
diciptakan melalui organisasi sosial dan kelompok kaum marginal untuk
mendorong proses perubahan sosial yang memungkinkan mereka untuk
memberi pengaruh yang lebih besar terhadap lingkup kehidupan mereka pada
tingkat lokal maupun nasional.
Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)
Gerakan Desa Membangun adalah konsep pembangunan yang
mengedepankan asas demokrasi. Masyarakat diberi keleluasaan untuk
menyampaikan aspirasi-aspirasi pembangunan seperti yang muncul dalam setiap
kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan di desa-desa, mengedepankan
pemberdayaan, keberpihakan, inovasi, efektifitas, efisiensi, dan keterbukaan.
Gerakan Desa Membangun merupakan paradigma baru pembangunan
Kabupaten Malinau dengan bertumpu pada kekuatan rakyat, yaitu, “dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat”. Seluruh penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan didasarkan pada kepercayaan sepenuhnya kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi yang harus menikmati kesejahteraan, dan
menempatkan masyarakat desa sebagai pelaku pembangunan.
Gagasan “Revolusi dari Desa” dengan program Gerakan Desa Membangun
(GERDEMA) menjadi program andalan untuk mengatasi kemiskinan dan
ketimpangan pembangunan Desa-Kota. Inilah jawaban atas permasalahan yang
dihadapi Indonesia selama ini. Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)
menempatkan rakyat sebagai kekuatan kunci pembangunan karena rakyatlah yang
lebih mengetahui dan mengerti bagaimana cara mengelola potensi dan nilai yang
ada di desa. Tiga hal yang menjadi esensi konsep Gerakan Desa Membangun
(GERDEMA) adalah gerakan yang berasa dari rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan
manfaatnya langsung dirasakan oleh rakyat.
Jika selama ini, perencanaan pembangunan Indonesia lebih dominan
menggunakan model “Top Down” maka Gerakan Desa Membangun
(GERDEMA) hadir untuk memberikan inovasi perencanaan pembangunan
dengan konsep kombinasi model “Top Down dan Bottom Up”. Melalui Gerakan
Desa Membangun (GERDEMA) memberikan penekanan bahwa kepemimpinan
menjadi syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan Gerakan Desa Membangun
(GERDEMA). Oleh karena itu, Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) hadir
untuk memberdayakan pemerintah desa karena banyak pemerintah desa hanya
bersifat formalitas. Dengan hadirnya Gerakan Desa Membangun (GERDEMA),
pemerintah desa lebih aktif, kreatif dan partisipatif untuk menggunakan kearifan
lokal yang dimiliki dalam menghadapi persoalan yang dialami.
Pelaksanaan Model Gerakan Desa Membagun (GERDEMA) sangat berarti
bagi Pemerintah Kabupaten Malinau, Kecamatan dan Pemerintah Desa sendiri.
Karenanya Model Gerakan Desa Membangun sebagai paradigma pembangunan
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 762-773
766
baru, juga sebagai bagian dari dukungan nyata atas implementasi Undang-Undang
Nomor: 6 Tahun 2014 Tentang Desa dengan berbagai penyesuaian dalam
pelaksanaannya sesuai dengan kearifan lokal dan berbagai peraturan yang
berlaku. Sebagai paradigma pembangunan, Gerakan Desa Membagun
(GERDEMA) haruslah benar-benar diimplementasikan dengan baik. Sehingga
benar-benar mampu mengubah kondisi sosial sekaligus menjadi referensi
pembentukan perilaku masyarakat dan pemerintahan desa yang hakiki dalam
menjalankan Gerakan Desa Membangun, dengan menjunjung tinggi nilai
keterbukaan, partisipasi, toleransi, gotong-royong, demokratisasi, swadaya,
kepemimpinan, pertanggungjawaban, efisiensi, efektifitas yang selalu pro rakyat.
Sesuai visi pembangunan, yaitu: “Terwujudnya Kabupaten Malinau yang Maju
dan Sejahtera Melalui Gerakan Desa Membangun“.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk
menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya (fact finding). Sebagaimana menurut Nawawi
(1990:64), bahwa metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang
memusatkan perhatian pada masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian
dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-
fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan
interpretasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian dalam bentuk
deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
implementasi kebijakan program Gerakan Desa Membangun dalam upaya
pemberdayaan masyarakat Desa Long Pada. Adapun analisis data yang di
pergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles Dan
Hubernman (1992:16) yang terdiri dari empat hal utama yaitu pengumpulan data,
reduksi, data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu
yang saling berkaitan baik pada saat sebelum, selama, maupun sesudah
pengumpulan data.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kebijakan Program Gerdema Bidang Pembangunan Infrastruktur di Desa
Long Pada
Pembangunan bidang infrastruktur menjadi salah satu prioritas bagi
pembangunan di Desa Long pada yang memiliki kondisi geografis sebagai daerah
terpencil dan terisolir, kondisi tersebut membuat pembangunan infrastruktur di
Desa Long pada relative tertinggal dari Desa-Desa yang lain. Salah satu
indikatornya adalah rumah-rumah masyarakat di Desa Long Pada hampir
seluruhnya dalam kategori tidak layak huni dan beratap daun.
Pada tahap kegiatan pra-musrenbang dan musrenbang tingkat RT dan desa,
masyarakat desa diberdayakan secara optimal melalui keterlibatannya dalam
proses perencanaan pembangunan, sehingga dihasilkan prioritas kegiatan
Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun (Gerderma) di Desa... (Aris Tandisau)
767
pembangunan infrastruktur yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat Desa
Long Pada sebagai berikut:
a. Renovasi rumah warga
Pembangunan renovasi rumah warga menjadi prioritas pembangunan
yang dilaksanakan di Desa Long Pada, kondisi tersebut sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di Desa Long Pada yang mayoritas memiliki rumah
tidak layak huni, sehingga melalui Gerdema dilaksanakan pembangunan
infrastruktur dalam bentuk renovasi rumah. Pemberdayaan masyarakat melalui
keterlibatan yang luas kepada masyarakat dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan telah mampu memberikan manfaat yang lebih baik
kepada masyarakat sehingga mampu memberi perubahan bagi kehidupan
masyarakat, seperti pendapat yang disampaikan Hulme dan Turner (1990)
bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial
yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk
memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun
nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif.
Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan
kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.
Masyarakat yang selama ini hanya sebagai obyek dari pembangunan
karena sebagai pihak yang lemah tidak memiliki kekuatan dan kemampuan
untuk menyampaikan aspirasinya dalam proses pembangunan. Dengan
pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan oleh program Gerdema
telah mampu menempatkan masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek dalam
proses pembangunan, sehingga hasil pembangunan infrastruktur yang
dilaksanakan di Desa Long Pada memberikan manfaat bagi masyarakat.
b. Pembangunan Jalan Malinau-Desa Long Pada
Desa Long Pada termasuk dari salah satu desa yang terisolir di
Kabupaten Malinau. Keterisoliran tersebut akibat akses yang hanya dapat
ditempuh ke Desa Long Pada hanya melalui jalur sungai. Pembukaan
keterisoliran Desa Long Pada memberikan dampak yang luas bagi masyarakat,
seperti: menurunkan biaya hidup akibat turunnya harga barang-barang
kebutuhan pokok di Desa Long Pada, meningkatkan mobilitas orang dan
barang, dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Akses
jalan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat, pembukaan
akses jalur darat ke Desa Long pada memberikan efek domino yang positif
bagi sektor-sektor yang lain, secara khusus penurunan biaya kebutuhan hidup
dan ketersediaan barang dan jasa yang selama ini sangat terbatas.
c. Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Desa Long Pada
Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Desa Long Pada
menjadi prioritas pembangunan infrastruktur di Desa Long Pada, hal ini
didasarkan pada kondisi akses dalam Desa Long Pada masih sangat terbatas,
jalan penghubung rumah warga dengan fasilitas umum dan fasilitas
perekonomian warga berupa sawah dan kebun masih berupa jalan tanah
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 762-773
768
dengan kondisi jalan yang rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
program Gerdema yang sudah berjalan mulai tahun 2011 menempatkan
pembangunan dan peningkatan kualitas jalan dalam desa dan akses menuju
sawah dan kebun masyarakat merupakan strategi yang dilaksanakan oleh
pemerintah desa bersama dengan warga sebagai upaya meningkatkan taraf
hidup dan kehidupan ekonomi masyarakat. Peningakatan fasilitas jalan dalam
lingkungan desa dan jalan tani menuju sawah dan kebun warga memberikan
manfaat yang tinggi bagi warga yang selama ini tidak berdaya terhadap kondisi
yang dialami, fasilitas tersebut telah mampu menjadi salah satu faktor
pendukung peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Selama
ini keterbatasan akses menuju sawah dan ladang warga, menjadikan warga
kurang semangat untuk melakukan cocok tanam, dengan adanya akses jalan
tani warga sudah mulai semangat untuk bercocok tanam dan setiap hari warga
melakukan aktivitas bertani dan berkebun untuk dapat meningkatkan
kehidupan perekonomian mereka.
d. Pembangunan air bersih
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi dan sulitnya akses
menuju Desa Long Pada menjadi salah satu alasan penyediaan fasilitas air
bersih belum mampu menjangkau warga di Desa Long Pada. Sebelum
pelaksanaan program Gerdema pemenuhan kebutuhan warga berupa
penyediaan fasilitas air bersih tidak tersedia. Melalui program Gerdema telah
dibangun fasilitas infrastruktur berupa air bersih bagi warga. Fasilitas air
bersih yang diberikan kepada warga selain menyediakan pemenuhan
kebutuhan dasar bagi warga juga mampu meningkatkan kemandirian keuangan
Desa melalui penerimaan retribusi air bersih yang masuk pada sumber PAD
Desa. Selain itu, dengan pemberdayaan yang dilakukan warga dan pemerintah
Desa memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik dalam menjaga dan
memanfaatkan fasilitas air bersih yang telah tersedia.
e. Pembangunan Kantor Desa Long Pada
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kantor Desa Long
Pada sebelumnya memiliki kondisi kurang representatif, dengan pembangunan
yang berawal dari proses perencanaan yang dimulai dari usulan masyarakat
dan pemerintah Desa Long Pada akhirnya dilakukan pembangunan kantor
Desa Long Pada sehingga saat ini memiliki bangunan yang lebih representatif
untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat. Besarnya dana yang
diperlukan untuk pembangunan infrastruktur di Desa Long Pada sebagai
dampak dari rendahnya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan
sebelumnya. Namun, dengan program Gerdema, masyarakat diberdayakan
secara optimal untuk terlibat secara aktif dan nyata dalam proses pembangunan
yang diawali dengan perencanaan partisipatif melalui kegiatan musrenbangdes.
Sehingga selama enam tahun pelaksanaan program Gerdema, masyarakat Desa
Long Pada dapat merasakan dampak dan manfaat dari pembangunan
Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun (Gerderma) di Desa... (Aris Tandisau)
769
infrastruktur di Desa mereka berupa penyediaan fasilitas infrastruktur yang
sudah mulai tersedia di Desa Long Pada.
Kebijakan Program Gerdema Bidang Pertanian dan Perkebunan Di Desa Long
Pada
Pembangunan bidang pertanian dan perkebunan menjadi salah satu prioritas
bagi pembangunan di Desa Long, hal ini didasarkan pada kondisi masyarakat
Desa Long Pada yang tertinggal dan mayoritas masyarakatnya berada dibawah
garis kemiskinan. Melalui program Gerdema, masyarakat Desa bersama dengan
pemerintah Desa Long Pada membuat perencanaan untuk dapat meningkatkan
pertanian dan perkebunan masyarakat yang didasarkan pada potensi dan
kebutuhan masyarakat kegiatan tersebut antara lain:
a. Percetakan sawah dan kebun
Masyarakat Desa Long Pada memiliki lahan yang sangat luas, namun
selama ini pengelolaannya masih sangat terbatas karena keberadaan lahan belum
optimal dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, sehingga hasil yang
diperoleh belum mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Melalui
program Gerdema masyarakat dan pemerintah Desa Long Pada menempatkan
percetakan sawah dan ladang menjadi prioritas pembangunan di bidang pertanian
dan perkebunan. Program percetakan sawah dan kebun merupakan program yang
secara konsisten diakomodir dalam APBDes Long Pada. Setiap tahun program
percetakan sawah dan ladang dilaksanakan untuk menambah luasan lahan
pertanian di Desa Long Pada. Penambahan luasan lahan pertanian telah mampu
merubah pola pikir dan pola kerja masyarakat, dahulu intensitas masyarakat ke
ladang untuk menggarap lahanya sangat kurang, dengan tersedianya lahan
pertanian telah mampu memberikan semangat dan motivasi bagi warga untuk
setiap hari menggarap lahan yang dimilikinya. Pemberdayaan mampu
memberikan kekuatan dan semangat warga untuk dapat memiliki kehidupan yang
lebih baik melalui bidang pertanian sebagai profesi dan pekerjaan mayoritas
masyarakat Desa Long Pada.
b. Bantuan bibit padi dan merica
Berdasarkan perencanaan partisipatif oleh masyarakat sebagai bentuk
pemberdayaan kepada masyarakat, sejak tahun 2012 dana Gerdema dan APBD
Kabupaten Malinau melalui anggaran Dinas Pertanian dan Perkebunan
memberikan alokasi anggaran untuk memberikan bantuan bibit padi dan merica
bagi masyarakat Desa Long Pada. Gerdema memberikan kepercayaan kepada
masyarakat desa untuk membangun yang dikelola secara langsung oleh
masyarakat yang disertai dengan pemberian dana kepada pemerintah desa dan RT
sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat desa. Untuk dapat mengoptimalkan program dan dana Gerdema,
pemerintah Kabupaten Malinau melalui Satgas Gerdema memberikan
pendampingan kepada pemerintah desa agar dapat mengelola keuangan dan
program Gerdema dengan baik, benar dan optimal.
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 762-773
770
Kebijakan Program Gerdema Bidang Pendidikan Di Desa Long Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau melalui program Gerdema Jilid II
memberikan perhatian yang besar pada sektor pendidikan, kebijakan tersebut
diambil untuk dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Malinau.
Kebijakan wajib belajar 16 tahun diambil oleh Pemerintah Kabupaten Malinau
sebagai upaya peningkatan pendidikan bagi para calon peserta didik, sehingga
ketika memasuki sekolah dasar mereka sudah memiliki dasar untuk dapat
membaca dan menulis.
Pemberdayaan kepada masyarakat Desa Long Pada melalui pemberian
pemahamanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau,
baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan maupun pemerintah Kecamatan
Sungai Tubu, sebenarnya telah mampu merubah pola pikir masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka, hal ini tercermin melalui setiap
tahun masyarakat Desa Long Pada selalu menempatkan program pendidikan
sebagai program prioritas dengan alokasi dana yang cukup besar yang dibiaya
melalui dana Gerdema. Namun, tidak dipungkiri, bahwa kondisi pendidikan
masyarakat Desa Long Pada masih jauh tertinggal dari daerah-daerah lain baik
diwilayah Kabupaten Malinau maupun luar Malinau.
Selama enam tahun pelaksanaan Gerdema telah mampu memberikan
pemahaman yang baik bagi masyarakat dibidang pendidikan, upaya ini harus
terus ditingkatkan untuk dapat mengejar ketertinggalan pendidikan masyarakat
Desa Long Pada sebagai salah satu solusi pengentasan dari kemiskinan. Program-
program pendidikan yang dilaksanakan di Desa Long Pada sejauh ini telah
mampu memberikan hasil yang baik terhadap peningkatan pendidikan masyarakat
Desa Long Pada, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan sebagai
solusi yang efektif untuk mengentaskan dari kemiskinan sudah mulai terbentuk.
Kebijakan Program Gerdema Bidang Kesehatan Di Desa Long Pada
Dinas Kesehatan selama pelaksanaan program Gerdema selalu aktif dan
terlibat dalam proses perencanaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Long
Pada, oleh karena itu terdapat beberapa program kegiatan yang dilaksanakan dan
didanai oleh APBD melalui Dinas Kesehatan antara lain: penyediaan tenaga
kesehatan yang ditempatkan pada Pustu Desa Long Pada, yaitu terdiri dari satu
orang dokter umum, tenaga perawat dan bidan yang totalnya sebanyak enam
orang; Sejak tahun 2014 pustu Desa Long pada telah dilayani oleh dokter;
Peningkatan pustu Desa Long Pada menjadi puskesmas dan pembangunan
fisiknya akan dimulai pada tahun 2018.
Program Gerdema yang dilaksanakan di Desa Long Pada sejak tahun 2012
telah memberikan hasil yang nyata bagi peningkatan kesehatan masyarakat,
program kesehatan yang dilaksanakan melalui dana Gerdema baik yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Malinau maupun dana APBDes
Long Pada telah menunjukkan hasil yang baik bagi peningkatan kualitas hidup
masyarakat di bidang kesehatan.
Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun (Gerderma) di Desa... (Aris Tandisau)
771
Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau Untuk
Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Gerdema
Gerdema telah memberikan manfaat yang positif bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa Long pada. Keberhasilan program Gerdema tidak
terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten
Malinau melalui pemerintah Kecamatan Sungai Tubu seperti informasi yang
disampaikan oleh Bapak Tinas selaku Camat Sungai Tubu sebagai berikut.
a. Pelatihan
Pemerintah Kecamatan Sungai Tubu secara konsisten dan berkesinambungan
melaksanakan program pelatihan yang ditujukan kepada aparatur Desa Long
Pada dan masyarakat desa untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
terhadap program Gerdema dan peran serta masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan.
b. Pendampingan
Kegiatan pendampingan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelatihan.
Melalui pendampingan yang dilaksanakan oleh pemerintah kecamatan dan
SKPD terkait, masyarakat Desa Long Pada akan diberdayakan untuk secara
aktif terlibat dalam proses pembangunan yang dilaksanakan di Desa Long
Pada
c. Perencanaan Partisipatif
Pemberdayaan kepada masyarakat yang menjadi jiwa dari program Gerdema
diimplementasikan secara nyata melalui pelaksanaan perencanaan partisipatif
yang dilaksanakan oleh masyarakat mulaidari pra-musrenbang tingkat RT
sampai dengan kabupaten.
Kesimpulan
Program Gerdema memberikan pemberdayaan kepada masyarakat yang
diimplementasikan melalui perencanaan partisipatif telah mampu memberikan
dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat di Desa Long Pada melalui
sektor pembangunan infrastruktur dengan membuka akses transportasi darat dari
Malinau ke Desa Long Pada sebagai program pembangunan infrastruktur yang
strategis. Peningkatan sektor pertanian dan perkebunan masyarakat yang
didasarkan pada potensi dan kebutuhan masyarakat melalui percetakan sawah dan
kebun, bantuan bibit sebagai program yang berasal dari usulan masyarakat untuk
dapat meningkatkan kehidupan sosial masyarakat. Gerdema bagi sektor
pendidikan belum memberikan manfaat yang optimal bagi peserta didik di Desa
Long Pada yang disebabkan pola pikir masyarakat yang belum menempatkan
pendidikan sebagai faktor utama pengentasan kemiskinan. Gerdema bagi
peningkatan sektor kesehatan melalui penyediaan tenaga kesehatan dan dokter
yang ditempatkan di pustu Desa Long Pada, ketersediaan alat kesehatan, obat-
obatan dan faslitas kesehatan lainnya yang didanai oleh Gerdema baik melalui
APBD Kabupaten Malinau maupun APBDes telah dapat meningkatkan kesehatan
masyakat, seperti penurunan angka kematian bayi, penurunan angka anak sakit
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 762-773
772
yang dilakukan dengan memberikan imunisasi secara lengkap dan rutin.
Pelaksanaan program Gerdema tidak terlepas dari berbagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Malinau dan pemerintah Kecamatan
Sungai Tubu melalui kegiatan pelatihan kepada aparatur desa dan masyarakat
Desa Long Pada, pendampingan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan program serta mendorong warga untuk terus meningkatkan peran
mereka dalam proses perencanaan partisipatif.
Saran
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau harus secara konsisten meningkatkan
anggaran dana Gerdema kepada pemerintah Desa Long Pada, mengingat masih
dibutuhkannya anggaran yang cukup besar untuk dapat memberikan pelayanan
yang optimal bagi masyarakat Desa Long Pada di bidang infrastruktur,
pertanian, pendidikan dan kesehatan
2. Pemerintah Kabupaten Malinau segera meningkatkan pustu menjadi
puskesmas untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat Desa Long Pada di bidang kesehatan, keberadaan puskesmas di
Desa Long Pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dan
mendesak bagi warga.
3. Pemerintah Desa Long Pada segera memanfaatkan aplikasi Simdes dalam
pengelolaan keuangan desa berbasis teknologi informasi untuk dapat
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan akuntabilias pengelolaan dana Gerdema
dari APBD Kabupaten Malinau dan dana Desa dari APBN.
Daftar Pustaka
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. CV. Alfabeta: Bandung.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha
Ilmu: Yogyakarta
Chambers, Robert. 1983. Rural Development Putting the Last First. Longman
Inc: New York.
Cohen and Uphoff. 1977. Rural Development Participation. Cornell University:
New York
Hulme, David & M. Turner. 1990. Sociology of Development: Theories, Policies
and Practices. Harvester Whearsheaf: Hertfordshire.
Miles, B. Mathew, Huberman A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI
Press: Jakarta.
Nawawi. 1990. Metode Penelitian Sosial. UGM Press: Yogyakarta.
Parsons, Talcott. 1985. Esai-Esai Sosiologi Talcott Parsons. Aksara Persada:
Jakarta.
Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan: Konsep,
Kebijakan dan Implementasi. Centre for Strategic and International Studies
(CSIS): Jakarta.
Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun (Gerderma) di Desa... (Aris Tandisau)
773
Syahyuti. 2006. Tiga puluh Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan
Pertanian. PT Bina Rena Pariwara. Jakarta