analgesik temu putih

4
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003  81 UJI PERBANDINGAN EFEK ANALGESIK INFUS TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) DAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val. et Zipp) PADA MENCIT Tri Wahyuni L, Yun Astuti N, Budi Nuratmi Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat T radisional Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI Jakarta  Abstract Temu putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) and Temu mangga (Curcuma mangga Val. et Zipp) are empirically used for curing stomachache. These indicate that both Temu putih and Temu mangga have an analgesic effect. Based on this information, a comparative study of analgesic effect between Temu putih infusion and Temu mangga infusion has been done on mice. The test was conducted according to Witkin (1962), and acetic acid 3%, 0,1ml/10g BW, were used to induced pain and were administered intraperitonally 30 minutes prior to test material administration. The test material is administered orally to mice were 50 mg and 150 mg/20 g BW for Temu putih and 25 mg and 75 mg/20 g BW for Temu mangga. The smallest dose was equal to empiric dose for human (10 g fresh rhizome). Aquadest and acetosal 1,02 mg/20g BW were used as control positive and negative respectively. The writhing of the mice was observed in 5 minutes interval within 30 minutes after acetic acid administration. The result showed that Temu putih infusion of 150 mg/20 g BW and Temu mangga infusion of 75 mg/20 g BW was different significantly to acetosal (p<0,05) in compressing pain. There were no significant differences between Temu putih and Temu mangga in compressing pain, but they have the same analgesic effect.  Keywords: Curcuma zedoaria Rosc; Curcuma mangga Val. et Zipp; Analgesic. PENDAHULUAN Perasaan nyeri adalah sesuatu yang refleks untuk menghindari rangsangan dari luar badan atau melindungi badan dari suatu bahaya. Apabila perasaan nyeri itu terlalu keras atau berlangsung lama, penderita menjadi tidak tenang, putus asa, nafsu makan berkurang dan sehingga kesehatan secara umum menjadi lebih buruk. Untuk mengatasi masalah tersebut penderita menggunakan analgesik, yaitu suatu zat yang menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghil angkan kesadaran (1). Dewasa ini telah banyak dikembangkan obat analgesik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berdasarkan pada pengalaman empiris penggunaan tumbuhan sebagai obat di masyarakat. Temu putih dan temu mangga adalah tumbuhan obat yang secara empiris digunakan untuk mengurangi rasa sakit. (Temu putih digunakan sebagai obat sakit perut dan sakit gigi. Sedangkan Temu mangga digunakan sebagai obat untuk mengatasi berbagai keluhan sakit perut (2,3). Kandungan minyak rimpang temu putih yaitu monoterpen (α-pinen, kamfen, β-mirsen, β-pinen dan α- terpinen), monoterpen teroksigenasi (sineol, kamfor, borneol dan linalool), seskuiterpen (elemen, β- kariofilen, α dan β-farnesen) , seskuiterpen teroksigenasi (kursen dan furanodien) (4,5). Kesamaan penggunaan temu putih dan temu mangga sebagai obat sakit perut kemungkinan mengindikasikan adanya efek analgesik. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian perbandingan efek analgesik di antara kedua jenis temu ini. METODOLOGI Bahan uji Bahan yang digunakan adalah rimpang temu putih dan temu mangga yang diperoleh di Jakarta dan disesuaikan dengan standar. Rimpang dikeringkan, kemudian dibuat serbuk. Pembuatan itu dibuat infus sesuai Farmakope. Dosis infus terkecil setara dengan 1x dosis empiris manusia. Bahan kimia 1. Asetosal p.g. 2. Asam asetat 3%. Hewan Percobaan Hewan percobaan adalah mencit jantan galur Wistar yang diperoleh dari Badan POM. Sebelum digunakan mencit diadaptasikan selama 1 minggu. Cara Kerja Dalam percobaan ini mencit dikelompokkan dalam 6 kelompok @ 4 ekor, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut: 1. Aquades 2. Asetosal dosis 0,52 mg/10 g bb. 3. Infus temu putih dosis 50 m g/20 g bb. 4. Infus temu putih dosis 150 m g/20 g bb. 5. Infus temu mangga dosis 25 mg/20 g bb. 6. Infus temu mangga dosis 50 mg/20 g bb. Infus bahan uji diberikan 30 menit sebelum mencit diinduksi rasa sakit dengan larutan asam asetat 3 %, 0,1

Upload: muhammad-arif-rahman

Post on 10-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analgesik Temu Putih

7/22/2019 Analgesik Temu Putih

http://slidepdf.com/reader/full/analgesik-temu-putih 1/4

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003 

81

UJI PERBANDINGAN EFEK ANALGESIK

INFUS TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) DAN

TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val. et Zipp) PADA MENCIT

Tri Wahyuni L, Yun Astuti N, Budi NuratmiPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional

Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI Jakarta

 Abstract

Temu putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) and Temu mangga (Curcuma mangga Val. et Zipp) are empirically

used for curing stomachache. These indicate that both Temu putih and Temu mangga have an analgesic

effect. Based on this information, a comparative study of analgesic effect between Temu putih infusion and

Temu mangga infusion has been done on mice. The test was conducted according to Witkin (1962), and

acetic acid 3%, 0,1ml/10g BW, were used to induced pain and were administered intraperitonally 30

minutes prior to test material administration. The test material is administered orally to mice were 50 mg

and 150 mg/20 g BW for Temu putih and 25 mg and 75 mg/20 g BW for Temu mangga. The smallest dose

was equal to empiric dose for human (10 g fresh rhizome). Aquadest and acetosal 1,02 mg/20g BW were

used as control positive and negative respectively. The writhing of the mice was observed in 5 minutes

interval within 30 minutes after acetic acid administration. The result showed that Temu putih infusion of

150 mg/20 g BW and Temu mangga infusion of 75 mg/20 g BW was different significantly to acetosal(p<0,05) in compressing pain. There were no significant differences between Temu putih and Temu

mangga in compressing pain, but they have the same analgesic effect.

 Keywords: Curcuma zedoaria Rosc; Curcuma mangga Val. et Zipp; Analgesic.

PENDAHULUANPerasaan nyeri adalah sesuatu yang refleks

untuk menghindari rangsangan dari luar badan atau

melindungi badan dari suatu bahaya. Apabila perasaan

nyeri itu terlalu keras atau berlangsung lama, penderita

menjadi tidak tenang, putus asa, nafsu makan

berkurang dan sehingga kesehatan secara umum

menjadi lebih buruk. Untuk mengatasi masalah tersebutpenderita menggunakan analgesik, yaitu suatu zat yang

menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran (1).

Dewasa ini telah banyak dikembangkan obat

analgesik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang

berdasarkan pada pengalaman empiris penggunaan

tumbuhan sebagai obat di masyarakat. Temu putih dan

temu mangga adalah tumbuhan obat yang secara

empiris digunakan untuk mengurangi rasa sakit. (Temu

putih digunakan sebagai obat sakit perut dan sakit gigi.

Sedangkan Temu mangga digunakan sebagai obat untuk

mengatasi berbagai keluhan sakit perut (2,3).

Kandungan minyak rimpang temu putih yaitumonoterpen (α-pinen, kamfen, β-mirsen, β-pinen dan α-

terpinen), monoterpen teroksigenasi (sineol, kamfor,

borneol dan linalool), seskuiterpen (elemen, β-

kariofilen, α dan β-farnesen), seskuiterpen teroksigenasi

(kursen dan furanodien) (4,5).

Kesamaan penggunaan temu putih dan temu

mangga sebagai obat sakit perut kemungkinan

mengindikasikan adanya efek analgesik. Berdasarkan

hal tersebut maka dilakukan penelitian perbandingan

efek analgesik di antara kedua jenis temu ini.

METODOLOGI

Bahan ujiBahan yang digunakan adalah rimpang temu

putih dan temu mangga yang diperoleh di Jakarta dan

disesuaikan dengan standar. Rimpang dikeringkan,kemudian dibuat serbuk. Pembuatan itu dibuat infus

sesuai Farmakope. Dosis infus terkecil setara dengan

1x dosis empiris manusia.

Bahan kimia1. Asetosal p.g.

2. Asam asetat 3%.

Hewan PercobaanHewan percobaan adalah mencit jantan galur

Wistar yang diperoleh dari Badan POM. Sebelum

digunakan mencit diadaptasikan selama 1 minggu.

Cara KerjaDalam percobaan ini mencit dikelompokkan

dalam 6 kelompok @ 4 ekor, kemudian diberiperlakuan sebagai berikut:

1. Aquades

2. Asetosal dosis 0,52 mg/10 g bb.

3. Infus temu putih dosis 50 mg/20 g bb.

4. Infus temu putih dosis 150 mg/20 g bb.

5. Infus temu mangga dosis 25 mg/20 g bb.

6. Infus temu mangga dosis 50 mg/20 g bb.

Infus bahan uji diberikan 30 menit sebelum mencit

diinduksi rasa sakit dengan larutan asam asetat 3 %, 0,1

Page 2: Analgesik Temu Putih

7/22/2019 Analgesik Temu Putih

http://slidepdf.com/reader/full/analgesik-temu-putih 2/4

Uji Efek Analgesik … (Tri Wahyuni dkk.)

82

mL/10 g bb. Pengamatan terhadap geliat dilakukan

setiap 5 menit selama 30 menit segera setelah mencit

diinduksi asam asetat.

HASILPada penelitian ini diperoleh data jumlah rata-

rata geliat dalam 30 menit yang akan menunjukkan

pengaruh tingkat analgesik bahan uji dibanding dengan

kontrol. Selain itu juga dilihat bagaimana proteksimencit terhadap pemberian asam asetat, serta

efektivitas bahan uji dibanding dengan pembanding

asetosal. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 1

sampai 4 dan Gambar 1

Proteksi rata-rata mencit terhadap induksi asam

asetat (dalam %) dihitung dengan rumus

100 - (eksperimental X 100)

aquades ……………. (1)

PEMBAHASAN

Penggunaan Temu putih (Curcuma Zedoaria 

Rosc.) dan Temu mangga (Curcuma mangga Val. et  Zipp) sebagai obat sakit perut secara empiris (dosis

manusia) yaitu setengah jari atau setara dengan 10

gram rimpang basah, ( berat kering 14% untuk Temu

putih dan 7% untuk Temu mangga).

Dalam percobaan ini digunakan dosis infus

yang setara dengan 1x dan 3x dosis empiris manusia

(DM). Dengan memperhatikan susut pengeringan maka

dosis yang digunakan yaitu 50 dan 150 mg/20 g bb (1x

DM) untuk Temu Putih dan 25 dan 75 mg /20 g bb

untuk Temu Mangga (3xDM).

Percobaan ini menggunakan mencit jantan

untuk mengurangi variasi biologis. Penggunaan

asetosal sebagai pembanding dengan pertimbanganbahwa asetosal adalah analgesik perifer yang

digunakan secara luas dan efek sampingnya (efek

hepatotoksik) sangat kecil dibandingkan analgesik

lainnya. Asam asetat digunakan untuk memberikan

stimulus nyeri yang ditunjukkan dengan respon

karakteristik seperti menggeliat, meregang dan

kontraksi otot-otot abdomen.(8)

Tabel 1 memperlihatkan jumlah geliat mencit

dalam 30 menit. Bahan uji yang mengandung analgesik

akan merespon stimulus nyeri sehingga terjadi

penurunan stimulus nyeri yang diterima sistem syaraf

pusat. Semakin sedikit jumlah respon geliat yang

diberikan oleh kelompok mencit menunjukkan semakin

baik fungsi analgesik bahan uji. Dalam hal ini jumlah

geliat selama 30 menit yang terkecil yaitu kelompok T.

mangga 75 mg /20 g bb, kelompok T. putih 150 mg /20

g bb (3x DM). Berarti kelompok dosis 3x DM ini

mempunyai efek analgesik yang paling baik bila

dibandingkan dengan kelompok asetosal 1,04 mg/20 g

bb dan kelompok dosis 1x DM yaitu kelompok T.mangga 25 mg/20 g bb, kelompok T. putih 50 mg /20

g bb. Untuk melihat adanya perbedaan efek

analgesik di antara kelompok secara statistik digunakan

uji LSD. Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian bahan

uji menghasilkan efek analgesik yang berbeda nyata

(p=0,05) terhadap kelompok aquades. Hal ini

membuktikan bahwa semua dosis bahan uji mempunyai

efek analgesik. Kelompok T. mangga 75 mg /20 g bb,

dan kelompok T. putih 150 mg /20 (3x DM) g bb

berbeda nyata dengan kelompok asetosal. Ini berarti

efek analgesiknya sedikit lebih baik dari pembanding

asetosal (p=0,028 untuk T. putih dan p=0,020 untuk T.

mangga). Sedangkan bila kelompok T. mangga 75 mg /20 g bb (3xDM) dibandingkan terhadap kelompok T.

putih 150 mg /20 g bb (3xDM) tidak berbeda nyata

(p<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik tidak ada

perbedaan efek analgesik di antara keduanya, walaupun

ada sedikit perbedaan secara percobaan. Kelompok

dosis 1x DM yang terdiri dari kelompok T. mangga 25

mg/20 g bb, kelompok T. putih 50 mg /20 g bb tidak

berbeda nyata bila dibanding kelompok pembanding

asetosal. Ini berarti efek analgesik keduanya masih di

bawah efek analgesik asetosal.

Jumlah respon geliat mencit kelompok bahan

uji yang dibandingkan dengan kelompok kontrol

aquades menunjukkan proteksi analgesik bahan uji(Tabel 3).  Proteksi tertinggi ditunjukkan oleh mencit

kelompok T. Mangga 75 mg /20 g bb (3x DM),

kelompok T. Putih 150 mg /20 g bb (3x DM) sedikit

melebihi proteksi asetosal.

Efektivitas analgesik bahan uji diketahui

dengan membandingkan proteksi bahan uji dengan

proteksi pembanding asetosal (Tabel 4). Efektivitas

yang diberikan kelompok T. mangga 75 mg /20 g bb,

kelompok T. putih 150 mg /20 g bb (3x DM) sedikit

melebihi efektivitas asetosal (Grafik 2). 

Page 3: Analgesik Temu Putih

7/22/2019 Analgesik Temu Putih

http://slidepdf.com/reader/full/analgesik-temu-putih 3/4

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003 

83

Tabel 1. Rata-rata Jumlah Geliat Dalam 30 Menit

UlanganKel. Perlakuan

1 2 3 4Rata-rata

I Aquades 97 94 89 102 95.52

II Asetosal 1.04 mg/20 g BB 26 23 28 20 24.25*

III Infus temu putih 50 mg/20 g BB 35 43 51 36 41.25*

IV Infus temu putih 150 mg/20 g BB 21 18 22 15 19.00*

V Infus temu mangga 25 mg/20 g BB 39 36 39 31 36.25*VI Infus temu mangga 75 mg/20 g BB 18 14 21 16 17.25*

*) Berbeda nyata terhadap aquades p=0.00

0

20

40

60

80

100

Aquades

Acetosal 1.02mg/20 gbb

Inf.T. Putih 50

mg/20 g bbInf.T. Mangga 25mg/20 g bb

Inf.T.Putih 150mg/20 g bb

Inf.T.Mangga 75mg/20 g bb

 

Gambar 1. Grafik Rata-rata Jumlah Geliat Dalam 30 Menit

Tabel 2. Analisis Statistik Beda Rata-rata Tiap Kelompok Perlakuan

Kel. Rata-rata I II III IV V VI

I 23.87 48.5* 52.7* 75.0* 57.75* 76.75*

II 6.06 4.25 26.5* 9.25 28.25*

III 10.31 22.25 5.00 24.00*

IV 4.75 1.75

V 9.06 17.25 19.00

VI 4.31

Tabel 3. Proteksi Mencit Terhadap Induksi Asam Asetat Dalam %

Kel. Perlakuan Rata-rata % Proteksi

I Aquades 23.87 0

II Asetosal 1.04 mg/20 g BB 6.06 76.1

III Infus temu putih 50 mg/20 g BB 10.31 56.80

IV Infus temu putih 150 mg/20 g BB 4.75 80.10

V Infus temu mangga 25 mg/20 g BB 9.06 62.04

VI Infus temu mangga 75 mg/20 g BB 4.31 81.94

Page 4: Analgesik Temu Putih

7/22/2019 Analgesik Temu Putih

http://slidepdf.com/reader/full/analgesik-temu-putih 4/4

Uji Efek Analgesik … (Tri Wahyuni dkk.)

84

Tabel 4. Efektivitas bahan uji dibanding Asetosal

Kel Perlakuan % Proteksi Efektivitas (%)

II Asetosal 1,04 mg/20 g bb 76,1 100

III Inf. temu putih 50 mg/20 g bb 56,8 74,14

IV Inf. temu putih 150 mg/20 g bb 80,10 104,55

V Inf. temu mangga 25 mg/20 g bb 62,04 80,98

VI Inf. temu mangga 75 mg/20 g bb 81,94 106,95

20 

40 

60 

80 

100 

120  Inf.T.Putih 50

mg/20 g bb

Inf.T.Mangga 25

mg/20 g bb

Inf. T. Putih 50mg/20 g bb

Inf.T.Mangga 150

mg/20 g bb

Asetosal 1,04mg/20 g bb

 

Gambar 2. Grafik Efektivitas Bahan Uji Dibanding Asetosal

KESIMPULANDari hasil penelitian tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa Temu putih (Curcuma zedoaria 

Rosc.) pada dosis 150 mg /20 g bb (3xDM) dan Temu

mangga (Curcuma mangga Val. Et Zipp) pada dosis 75

mg /20 g bb (3xDM) mempunyai efek analgesik sedikit

lebih baik dari pada asetosal dosis 1,04 mg/20 g bb,

namun secara statistik tidak ada perbedaan bermakna

terhadap efek analgesik.

DAFTAR PUSTAKA1. Sulistia Gan dkk., Farmakologi dan Terapi  ed.3.

Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta (1987): 183-

187.

2. Mardisiswojo,S dan Radjakmangunsudarso,H,

Cabe Puyang Warisan   Nenek Moyang  I & II,

PT Kaya Wreda. Jakarta (1975).

3. Sri Sugati,S & Johny Ria H,  Inventaris Tanaman

Obat Indonesia I  Badan Litbangkes. Depkes. R.I.

Jakarta, (1991): 165-168.

4. L.S.de Padua,N. Bunyaphatsara and R.H.M.J.

Lemmens (Editors PROSEA; Plant Resources of

South-East Asia 12 (1)  Medicinal and   poisonous

 plants I : 210-219.

5. Sayekti Palupi,dkk, Pemeriksaan Makroskopik dan

Mikroskopik dan Identifikasi komponen Minyak

Atsiri Rimpang C.  zedoaria  dan C. mangga, FF

Ubaya.

6. Departemen Kesehatan R.I, Farmakope Indonesia 

Edisi III, Jakarta, (1979):12.

7. Milton, J. Statistic Methods in the Biological and

 Health Sciences. New York,1991

8. Turner, A. Screening Methods in Pharmacology.

Academic Press, New York.,(1965): 114-115.