analgesia dan anastesia
DESCRIPTION
ObsgynTRANSCRIPT
ANALGESIA DAN ANESTESIA
Analgesia merupakan modulasi atau hilangnya perspsi nyeri. Hal tersebut
dapat bersifat (1) local dan meliputi hanya sebagian kecil area tubuh, (2) regional
meliputi area tubuh yang lebih luas, atau (3) sistemik. Analgesia dapat dicapai dengan
penggunaan hypnosis (sugesti), medikasi sistemik agen-agen regional atau agen-agen
inhalasi. Anestesi merupakan hilangnya persepsi sensorik secara menyeluruh dan
dpaat meliputi hilangnya kesadaran. Keadaan tersebut dapat diinduksioleh barbagai
teknik dan agen.
Analgesia mengacu pada keadaan di mana hanya modulasi persepsi nyeri
yang terlibat, sedangkan anesthesia mengacu pada keadaan dimana kesadaran mental
dan persepsi sensasi lainnya juga ikut hilang.
Nyeri Obstetrik
Nyeri persalinan meliputi komponen viseral dan somatik. Pada persalinan kala
I nyeri viseral yang timbul adalah dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Rasa
nyeri ditransmisikan melalui aferen serabut saraf viseral, yang jalan bersama serabut
saraf simpatik dan memasuki spinal cord T-10, T-11, T-12 dan L-1. Pada persalinan
kala II, turunnya janin mengakibatkan peregangan pelvis, vagina, dan perineum, yang
mengakibatkan nyeri somatik. Rasa nyeri ini ditransmisikan melalui saraf pudenda
yang masuk pada spinal cord S-2, S-3 dan S-4. Saraf pudendal mempersarafi vagina,
vulva, perineum dan otot motorik pelvic floor.
Nyeri persalinan dapat dikurangi dengan beberapa metode baik
nonfarmakologik dan farmakologik. Metode farmakologik yang paling fleksibel,
efektif, dan paling sedikit medepresi susunan saraf pusat adalah analgesia spinal,
epidural, dan kombinasi spinal epidural.
1
Tiga hal penting dalam analgesia (peredaan nyeri) obstetric adalah
kesederhanaan, keamanan, dan pemeliharaan homeostasis janin. Wanita yang
mendapat analgesia bentuk apapun harus dipantau ketat. Pemantauan ketat setelah
pemberian analgesia epidural atau spinal antara pengukuran tekanan darah yang
sering, kadar zat anastetik, dan pengukuran oksigenasi ibu dengan pulse oximeter.
Analgesia dan sedasi selama persalinan
Analgesia adalah hilangnya persepsi tentang nyeri, yang mungkin lokal, pada
regio tertentu, atau mungkin pada seluruh tubuh.
Pada pemberian analgesia dan sedasi yang berhasil, ibu yang bersangkutan
akan beristirahat dengan tenang di antara kontraksi. Pada keadaan ini, rasa tidak
nyaman biasanya dirasakan pada puncak kontraksi uterus yang efektif, tetapi nyeri ini
biasanya masih dapat ditahan. Pemilihan dan pemberian obat yang sesuai harus
mencapai tujuan ini tanpa menimbulkan resiko bagi ibu dan janinnya.
Meperidin dan prometazin
Meperidin, 50 sampai 100 mg ditambah prometazin 25 mg , dapat
diberikan secara intramuskular dengan interval 2 sampai 4 jam. Efek yang
lebih cepat dicapai dengan pemberian meperidin intravena 25 sampai 50 mg
setiap 1 sampai 2 jam. Pada pemberian intramuscular, efek analgesia
mencapai maksimal dalam waktu sekitar 45 menit, sedangkan pada pemberian
intravena efek analgesia tercapai segera. Meperidin mudah melewati plasenta,
dan waktu paruh obat ini sekitar 2,5 jam pada ibu dan 13 jam pada neonatus.
2
Obat-obat lain
Narkotik sintetik butorfanol, yang diberikan dalam dosis 1-2mg, sama
baiknya dengan meperidin 40 -60mg. Depresi pernapasan neonatus dilaporkan
lebih sedikit terjadi pada pemberian meperidin, tetapi harus diperhatikan
bahwa kedua ini jangan diberikan bersamaan karena Butorfanon melawan
efek narkotik meperidin.
Nalbufin juga merupakan narkotik sintetik. Apabila diberikan dalam
dosis 15-20mg intravena, obat ini tidak menyebabkan depresi neonatus.
Fentanil adalah opiod sintetik kerja singkat yanga sangat poten. Obat
ini diberikan dalam dosis 50-100 µg intravena setiap jam sesuai kebutuhan.
Antagonis narkotik
Meperidin dan narkotik lain yang digunakan selama persalinan dapat
menyebabkan depresi pernapasan neonatus. Depresi pernapasan neonatus
paling besar kemungkinannya terjadi 2-3 jam setelah pemberian meperidin.
Nalokson adalah suatu antagonis narkotik yang mampu memulihkan depresi
pernapasan akibat narkotik opioid dengan menggeser narkotik dari reseptor
spesifiknya di susunan saraf pusat. Dosis yang dianjurkan untk neonatus
adalah 0,1 mg/kg yang disuntikan ke dalam vena umbilikalis. Obat ini
biasanya bekerja dalam 2 menit dengan durasi efektif paling sedikit 30 menit.
Tanpa adanya narkotik, nalokson tidak menyebabkan efek samping pada
neonates.
3
Anestesia Umum
Semua agen anestetik yang menekan susunan saraf pusat ibu akan melewati
plasenta dan menekan susunan saraf pusat neonatus. Bahaya tetap lain pada
penggunaan anastetik umum adalah aspirasi isi dan partikel dari lambung. Puasa
sebelum pemberian anestesi belum tentu merupakan pencegahan yang efektif, karena
getah lambung puasa, bahkan kalaupun bebas partikel, kemungkinan bersifat asam
kuat sehingga menimbulkan pneumonitis aspirasi yang parah atau bahkan mematikan.
Dengan metode inhalasi, konsentrasi zat anastetik dalam paru wanita hamil
agak lebih cepat meningkat karena kapasitas residu fungsional dan volume residual
paru berkurang.
Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi diberikan sebagai komponen anestesi umum. Pada masa
lalu, anestesi inhalasi dipergunakan dalam persalinan dalam konsentrasisubanestesi
untuk mengatasi nyeri kontraksi. Pemberian lewat masker pada obat-obat ini pada
pasien dalam keadaan sadar pada pasien yang sedang bersalin dapat menimbulkan
obstruksi saluran nafas, aspirasi dan hipoksia
Anestetik Gas
Nitrose oksida (N2O) dapat digunakan untuk meredakan nyeri saat
persalinan dan pelahiran. Zat ini menimbulkan analgesia dan gangguan
kesadaran, tetapi tidak menghasilkan anastetik sejati. Campuran 50 persen
nitrose oksida dengan 50 persen oksigen (Nitronox) yang diberikan oleh
pasien sendiri, dapat menghasilkan analgesia yang sangat baik selama
persalinan kala II.
4
Berikut prosedur anestesi inhalasi dengan Nitrose oksida:
1. Perintahkan ibu untuk mengambil nafas dalam dan untuk mulai
mengisap gas 30 detiksebelum kontraksi berikutnya terjadi dan
untuk berhenti setelah kontraksi mulai reda
2. Pindahkan masker antara kontraksi dan sarankan ibu untuk
bernafas secara normal. Masker harus dipegang oleh pasien atau
personel yang memiliki pengetahuan mengenai anestesi.
3. Instruksikan pendampim pasien untuk melakukan kontak verbal
dengan pasien.
4. Berikan jaminan akses intravena,pulse oxymetry, dan pengeluaran
gas yang diihalasi.
5. Waspada apabila pemberian opioid dilakukan sebelumnya.
Nitrose oksida juga sering digunakan sebagai bagian anastesia umum
berimbang (balanced general anesthesia) untuk seksio sesarea dan sebagian
pelahiran dengan forseps.
Anestetik Volatil
Dalam dosis yang menghasilkan analgesia, zat anastetik volatil
(mudah menguap) besar kemungkinan menyebabkan pasien hilang kesadaran
dan terdapat kemungkinan aspirasi pada jalan napas yang tidak terlindungi.
Isofluran merupakan anastetik volatile yang paling sering digunakan di
Amerika Serikat. Baik zat ini maupun halotan merupakan zat noneksplosif
poten yang menyebabkan relaksasi uterus yang nyata apabila diberikan secara
inhalasi dalam konsentrasi tinggi. Obat-obat ini digunakan untuk versi internal
podalik pada kembar anak kedua, dekomposisi sungsang, dan perbaikan
inversio uterus akut.
5
Anestesia Umum Berimbang
Nitrose oksida dan oksigen yang diberikan untuk anastesia umum
berimbang dilaporkan masih menyebabkan ibu tetap sadar. Untuk alas an itu,
serta agar konsentrasi oksigen yang terhirup dapat ditingkatkan, dianjurkan
penambahan salah satu zat berhalogen dalam konsentrasi kurang dari 1
persen.
Obat Intravena Dalam Anastesia
Tiopental
Tiobarbiturat yang diberikan intravena ini digunakan secara luas
bersama obat lain untuk anastesi umum. Obat ini memiliki keunggulan berupa
induksi yang mudah dan sangat cepat, tingkat pengendalian tinggi, dan
dengan pemulihan yang segera dengan risiko muntah minimal. Pemberian
obat ini secara tunggal untuk mempertahankan anastesi dapat menyebabkan
depresi neonates. Dengan demikian, thiopental tidak digunakan sebagai obat
anastetik tunggal, tetapi dalam dosis yang menginduksi tidur, obat ini
diberikan bersama dengan pelumpuh otot, suksinilkolin, dan nitrose oksida
plus oksigen.
Ketamin
Obat ini, yang diberikan secara intravena dalam dosis rendah 0,2
sampai 0,3 mg/kg, digunakan untuk menimbulkan analgesia dan sedasi tepat
sebelum perlahiran. Dosis 1 mg/kg menginduksi anastesi umum. Obat ini
mungkin berguna bagi wanita dengan perdarahan akut, tidak seperti
thiopental, obat ini tidak menyebabkan hipotensi. Ketamin biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga umumnya harus dihindari
6
pada wanita yang sudah hipertensif. Obat ini sering menimbulkan delirium
dan halusinasi yang tidak menyenangkan.
Analgesia Regional
Analgesia regional dapat dicapai dengan injeksi lokal di sekeliling saraf yang
melewati segmen spinal terhadap saraf perifer yang bertanggung jawab terhadap
inervasi sensoris pada bagian tubuh tertentu. Blockade saraf regional yang
diperguanakan dalam obstetric meliputi cara-cara berikut: (1) blok pedendal, (2) blok
paraservikal, (3) blok spinal, dan (4) blok epidural
1. Agen anestetik
Obat-obat anestesi lokal memblok potensial aksi dari saraf saat axon
daeri saraf terpapar oleh obat tersebut. Agen anestesi lokal bekerja dengan
memodifikasi permeabilitas ionic dari membrane sel untuk menstsabilisasi
potensial istirahat (resting potensial). Semakin kecil serabut saraf, semaikn
sensitive saraf tersebut terhadap anestesi local karena kerentanan dari serabut
saraf individual berbanding terbalik dengan diameter serabut saraf pada
potongan melintang.
Hanya obat-obat anestesi yang bersifat reversible dan tidak mengiritasi
dan menimbulkan toksisitas yang rendah yang dapat diterima secara klinis.
Kualitas lain yang diinginkan dari agen anestesi adalah onsetyang cepat,
durasi yang dapat diprediksi, dan kemudahan sterilisasi.
Beberapa agen anastetik local yang sering digunakan antara lain Ester-
amino (2-Kloroprokain, Tetrakain), Amida-amino (Lidokain, Bupivakain,
Ropivakain). Umumnya toksisitas terjadi akibat penyuntikan suatu zat
anastetik ke dalam pembuluh darah, tetapi dapat juga disebabkan oleh
pemberian obat dalam jumlah berlebihan. Dua manifestasi toksisitas sistemik
7
akibat anastetik lokal adalah toksisitas susunan saraf pusat dan toksisitas
sistem kardiovaskuler.
Toksisitas Sistem Saraf Pusat
Gejalanya antara lain perasaan melayang, pusing berputar,
tinnitus, perilaku aneh, bicara pelo, rasa logam, baal dilidah dan mulut,
eksitasi dan fasikulasi otot, kejang generalisata, dan hilang kesadaran.
Toksisitas Kardiovaskuler
Toksisitas kardiovaskuler ditandai mula-mula oleh stimulasi
kemudian depresi karena itu terjadi hipertensi dan takikardia yang
segera diikuti oleh hopotensi dan aritmia jantung.
2. Infiltrasi lokal
Infiltrasi jaringan lokal dari larutan anestesi yang diencerkan pada
umumnya memberikan efek yang memuaskan karena targetnya adalah serabut
saraf yang halus.
Infiltrasi lokal sangat bermanfaat dalam keadaan berikut:
a. Sebelum episiotomy dan pelahiran
b. Setelah persalinan, ke dalam laserasi yang akan diperbaiki
c. Di sekitar luka episiotomy apabila analgesianya kurang memadai
Infiltrasi pada atau dekat area yang mengalami inflamasi merupakan
kontraindikasi. Injeksi pada area ini dapat diikuti oleh absorbs sistemik obat
sebagai hasil peningkatan vaskularitas jaringan yang mengalami inflamasi.
Dan, lagi injeksi dapat menimbulkan penyebaran infeksi
8
Gambar1. Lokasi blokade regional
3. Blok pudendal
Blok pudendal biasanya efektif dan merupakan metode yang sangat
aman serta mudah dilakukan untuk menghasilkan analgesia pada persalinan
spontan. Metode ini juga dapat digunakan bersama alnalgesi epidural yang
diberikan selama persalinan.
Untuk menuntun jarum ke dalam posisi di atas nervus pudendus
digunakan sebuah alat pengarah yang memungkinkan jarum ukuran jarum 22
dengan panjang 15 cm menonjol 1 samapi 1,5 cm dari ujungnya. Ujung
pengarah ditempelkan ke mukosa vagina tepat di bawah ujung spina iskiadika.
Jarum kemudian didorong sampai menyentuh ligament sakrosinosum, yang
diinfiltrasi dengan 3 ml lidokain. Kemudian jarum didorong menembus
ligamentum, dan sewaktu jarum menembus jaringan areolar di belakang
ligamentum, resistensi terhadap batang penyedot tabung suntik berkurang. Ke
dalam bagian ini disuntikan 3 ml larutan anestetik. Kemudian, jarum ditarik
ke dalam pengarah, ujung pengarah digerakkan hingga terletak tepat di atas
9
spina iskiadika. Jarum dimasukkan menembus mukosa dan 10 ml sisa larutan
disuntikkan. Prosedur kemudian diulang pada bagian lain.
Dalam 3 sampai 4 menit setelah penyuntikan, terjadi blok pudendal
yang dapat diperiksa dengan menusuk vagina bagian bawah dan vulva
posterior secara bilateral tanpa timbul nyeri.
Penyulit; dapat menyebabkan toksisitas sistemikserius yang ditandai
oleh stimulasi korteks serebri diikuit oleh kejang. Dapat terjadi hematom
akibat perforasi pembuluh darah,
Gambar 2. Teknik blokade pudendal
10
4. Blok paraservikal
Blok paraservikal kadang digunakan pada analgesia proses persalinan
kala satu. Tujuannya untuk memblok transmisi impuls nyeri melalui ganglion
paraservikal, yang terletak pada lateral dan posterior utero-cervical junction.
Blok ini biasanya menghasilkan analgesia yang baik, namun masa kerjanya
singkat dan tidak menghilangkan nyeri somatic selama proses persalinan.
Biasanya dilakukan penyuntikan lidokain atau kloroprokain, 5 sampai10 ml
dalam larutan 1%, pada arah jam 3 dan 9.
Komplikasi utama pada blok paraservikal adalah bradikardia pada
janin.
5. Blok spinal (subaraknoid)
Karena ruang subaraknoid selama kehamilan lebih sempit, jumlah obat
anestetik yang sama dalam volume larutan yang sama menghasilkan volume
yang lebih tinggi pada wanita hamil daripada wanita yang tidak hamil.
Persalinan pervaginam; Blok spinal rendah rendah merupakan bentuk
analgesi yang populer untuk persalinan vakum atau forseps. Ketinggian
analgesia meluas sampai ke dermatom torakalis ke 10, yang setara dengan
ketinggian umbilikus. Lidokain yang diberikan dalam larutan hiperbarik
menghasilkan analgesia yang memuaskan dan memiliki keunggulan berupa
durasi yang relative singkat. Tetrakain dalam dosis 4 sampai 6 mg dalam
larutan dekstrosa 6% menghasilkan anestesia yang baik pada vagina bagian
bawah dan perineum selama sekitar satu jam.
Seksio sesarea; ketinggian blok spinal harus meluas paling sedikit ke
dermatom torasikus kedelapan, yang berada tepat di bawah prosesus
xifoideus. Diberikan 8 sampai 10 mg tetrakain, 12 mg bupivakain, atau 50
sampai 75 mg lidokain. Penambahan 0,2 mg morfin akan memperbaiki
pengendalian nyeri selama persalinan dan pascaoperasi.
11
6. Analgesia epidural
Untuk menghilangkan nyeri akibat kontraksi uterus dan persalinan,
baik per vaginam atau abdominam, dapat dilakukan penyuntikan anestetik
lokal yang sesuai dengan ruang epidural atau peridural. Tempat masuknya
analgesia obstertis adalah melalui ruangan antar vertebra lumbal untuk
analgesia epidural lumbal , atau melalui hiatus sakralis dan kanalis untuk
analgesia epidural kaudal. Walaupun dapat digunakan satu injeksi,
penyuntikan biasanya diulang melalui sebuah kateter tetap, atau melalui
infuse kontinu dengan menggunakan pompa volumentrik.
12
Prosedurnya sebagai berikut, kateter epidural dimasukkan ke dalam ruang
epidural sedalam 3 cm. kemudian dilakukan penyuntikan dosis percobaan berupa 3
ml lidokain 1,5% dengan epinefrin 1:200.000 atau 3 ml bupivakain 0,25% dengan
epinefrin 1:200.000 setelah inspirasi dengan hati-hati dan setelah kontraksi uterus.
Apabila dosis percobaan memberikan hasil negative, dilakukan penyuntikan satu atau
dua dosis bupivakain 0,25% sebanyak 5 ml untuk mencapai ketinggian T10 sensorik
sefalik. Setelah 15-20 menit, blok dinilai dengan melihat berkurangnya sensasi
terhadap dingin atau tusukan jarum. Apabila tidak tampak blok, kateter epidural
dikeluarkan 0,5-1,0 cm dan dilakukan penyuntikan bupivakain tambahan sebanyak 3-
5 ml. apabila blok masih inadekuat, kateter diganti.
Sang ibu diposisikan dalam posisi lateral atau miring untuk mencegah
kompresi aortokaval. Simpatektomi yang ditimbulkan oleh blockade saraf merupakan
predisposisi bagi pengumpulan darah di vena dan penurunan venous return. Tekanan
darah maternal harus diukur secara berkala setiap 5-15 menit.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bagian obstetric dan ginekologi fakultas kedokteran universitas Padjajarn. 1983.
Obstetri Fisiologi. Bandung: penerbit percetakan/penerbit eleman
Cunningham, F. Garry. Gant, Norman F. gilstrap. Larry C. Haunt, John C. Leveno,
Kenneth J. Wenstrom, Katharine D. 2006 Obstetric Williams vol. 1 edisi 21.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka
14