studi kasus tn.j finish
Post on 01-Dec-2015
84 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di
Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di
atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah.1
Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah
hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan
mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan
angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup
tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan
penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Tekanan Darah Sisstolik Diastolik Modifikasi gaya hidup
Terapi inisial
Tanpa indikasi khusus
Dengan indikasi khusus
Normal < 120 Dan < 80 Dianjurkan Tidak perlu obat Antihipertensi sesuai indikasi
PrehiHipertensi 120 - 139 Atau 80 - 89 Wajib
Hipertensi I 140 - 159 Atau 90 -99 Wajib Terutama diuretik Antihipertensi sesuai indikasi khusus
Hipertensi II ≥160 Atau ≥100 Wajib Kombinasi 2 obat
Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Banyak faktor yang berperan
untuk terjadinya hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah meliputi faktor
1
yang tidak bisa dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan umur. Sedangkan faktor yang
dapat dikontrol yakni olahraga, makanan, alkohol, stress, rokok, kelebihan berat badan,
kehamilan dan menggunakan pil kontrasepsi.2 Hipertensi dapat menjadi penyebab sekunder
penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah
otak berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding
pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan
viskositas darah.
Pasien seorang laki – laki bekerja di perusahaan cargo sebagai pengawas (supervisor),
tinggal di keluarga inti, menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu namun tidak pernah
mengkonsumsi obat. Kondisi rumah pengap, berdebu, pencahayaan yang kurang dengan
lingkungan padat dan kumuh. Disamping itu juga didapat partisipasi dari keluarga inti yang
kurang.
Sehingga kasus ini perlu dikaji untuk membina pasien tentang penyakitnya, kesadaran
untuk kontrol walaupun tanpa serangan dapat dicegah dengan adanya partisipasi dari anggota
keluarga.
Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan disiplin pasien agar
menjaga tekanan darah dalam keadaan senormal mungkin dan membantu pasien dalam
menjalankan kehidupan sehari – harinya yang sudah mengalami keterbatasan akibat penyakit
stroke. Keluarga sebagai komunitas terkecil di sekitar pasien berpotensi besar untuk membantu
keberhasilan terapi. Keluarga dapat memberi dukungan moral ataupun finansial kepada pasien.
Penatalaksanaan yang berpusat kepada keluarga akan meningkatkan keberhasilan terapi sehingga
menguntungkan tidak hanya bagi pasien, tetapi juga bagi dokter.
Kenaikan TD yang sangat pada seorang penderita dipikirkan suatu keadaan emergensi
bila terjadi kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem syaraf sentral, miokardinal, dan
ginjal.
Dan dalam kasus ini adalah stroke. Dalam melakukan tatalaksana hipertensi dan stroke
diperlukan pendekatan berbeda daripada penyakit lain mengingat terus menerus serta perlu
penatalaksanaan jangka panjang dan holistik. Dalam hal ini pendekatan pelayanan kedokteran
2
keluarga merupakan salah satu cara yang cukup efektif. Pelayanan kedokteran keluarga adalah
pelayanan kesehatan/asuhan medis yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan
berkesinambungan yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini untuk menyelesaikan
semua keluhan dari pasien sebagai komponen keluarga dengan tidak memandang umur, jenis
kelamin, dan sesuai dengan kemampuan sosialnya.
Pada studi kasus ini akan dikemukakan mengenai pembinaan pasien dengan riwayat
hipertensi derajat II dan stroke dengan perilaku pasien dan keluarga yang kurang mendukung
pengobatan. Juga akan dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaannya dari segi biologis, perilaku kesehatan dan keluarga, sarana dan prasarana
kesehatan.
3
BAB II
ILUSTRASI KASUS
II.I Ilustrasi Kasus
Tn. J usia 51 tahun adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 1 orang istri dan 3
orang anaknya yang semua berjenis kelamin laki-laki , yang bertempat tinggal di Jl. Temu Giring
no.5 RT 10 RW 08, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur, datang ke Klinik Dokter Keluarga
Kayu Putih ( KDK KP ) pada tanggal 5 April 2011 atas keinginan sendiri yang didampingi oleh
isteri dan seorang anaknya menggunakan bajaj. Saat turun bajaj, pasien dibantu oleh anaknya
dan beberapa petugas kesehatan KDK, karena tidak mampu berjalan sendiri. Saat di meja
TRIASE, pasien mengutarakan keluhannya yaitu seluruh badannya terasa lemas dan demam
sejak 2 hari yang lalu. Lemas dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang
hari Pasien tidak merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala
hebat yang disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak
menentu. Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat.
Pada saat pertanyaan selanjutnya, pasien lebih banyak diam, dengan tatapan hampa dan
terlihat lemas. Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika
merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan
dan terkadang tersedak jika minum air.
Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian dada sebelah kiri. Akan
tetapi menurut keterangan dari isteri pasien, pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan
yang lalu. Sehingga pasien saat ini mudah sekali marah dan juga aktifitas pasien saat ini
terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat mengeluhkan bahwa saat ini
sering mengompol.
Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang mengandung
santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien mengatakan bahwa pasien
sekarang jarang sekali makan.
4
Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke dokter.
Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan sakit kepala
dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah datang kembali
untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol di warung jika sudah
merasa sakit kepala.
Keluarga :
Istri pasien sebagai pelaku rawat Ny. A, 47 tahun, lulusan SMEA dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga, terkadang membuka usaha sebagai penjahit di rumah. Sedangkan 3 anaknya tidak
berada dalam 1 rumah, anak yang pertama usia 26 tahun sudah tinggal di Serang bersama
keluarganya (1 orang isteri dan 2 orang anak), anak yang kedua usia 9 tahun meninggal karena
kanker kelenjar getah bening, lalu anak yang ketiga usia 17 tahun lebih memilih tinggal di
Bekasi.
II.I.I Identitas Pasien
Nama : Tn. Jumhamsyah
Umur : 51 th
Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu
Putih, Jakarta Timur.
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai Pabrik
Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga
Status perkawinan : Menikah
Asuransi kesehatan : Ada
5
Identitas pelaku rawat
Nama : Ny. Agustinus
Umur : 47 th
Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu
Putih, Jakarta Timur.
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kedudukan dalam keluarga : Isteri
Status perkawinan : Menikah
Asuransi kesehatan : -
6
II.I.II Genogram
Tn. A (70), HT Ny.S (68) Tn. C (78) Ny. H (86)
Tn. J (51) Ny. A (47)
Ny. I (22) Tn. A (26) Tn. D (9) Tn. G (17)
An. A (5) An. E (4)
Keterangan
: Pasien : DM
: Wanita : meninggal
: Pria : Jarang bertemu
: Sangat dekat
7
II.I.III. Anamnesis
- Keluhan utama (alloanamnesa)
Seluruh badan terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak 2 hari yang lalu pasien merasa seluruh badannya demam dan lemas. Lemas
dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari. Pasien tidak
merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang
disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu.
Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat.
Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika
merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian
dada sebelah kiri. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan
dan terkadang tersedak air jika minum air. Pasien pun kerap emosi dan terlihat menangis
jika disinggung tentang anak-anaknya, dan pasien lebih menganggap bahwa anak-
anaknya sudah tidak ada.
Sebenarnya pasien bukanlah merupakan pribadi yang kasar, menurut isteri pasien,
pasien adalah pribadi yang sangat suka sekali bekerja, mudah bergaul dan sangat sayang
dengan anak-anaknya. Akan tetapi pasien memang memiliki kebiasaan yang tidak baik,
yaitu tidak pernah sholat 5 waktu. Pasien mengaku sangat terpukul dengan
meninggalnya anak kedua pasien yang di diagnosa kanker getah bening 5 tahun lalu. Hal
ini juga dirasakan oleh anak bungsu pasien yang sangat kehilangan kakaknya, sehingga si
bungsu lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah.
Diawali pada bulan Juni 2010 menurut pengakuan isteri pasien mengaku setengah
badannya terasa lemas. Saat itu pun pasien dibawa ke rumah sakit terdekat dan dikatakan
stroke. Sejak saat itu pasien kerap marah-marah dirumah. Diakui oleh isteri pasien,
memang pada saat itu pasien jarang kontrol ke klinik ataupun rumah sakit guna 8
mengontrol kesehatannya, otomatis pasien pun jadi jarang minum obat. Ditambah lagi
sikap dan perilaku pasien yang kerap mulai kasar pada isteri dan anak-anaknya. Pasien
pun kerap terlihat berbicara sendiri dan mengaku memang selalu ada yang mengajaknya
berbicara, padahal menurut isteri pasien di dalam rumah hanya diisi oleh pasien dan isteri
saja.
Anak-anak pun lebih senang mencari kehidupan diluar, seperti contoh : anak
pertamanya yang sudah menikah akan tetapi tidak pernah memberi kabar sampai dia
sudah memiliki 2 anak dari hasil pernikahannya. Saat ini pun anak pertamanya tersebut
lebih memilih tinggal di Serang dan tidak pernah menjenguk pasien. Menurut pengakuan
isteri pasien, pernah di bulan September, pasien beserta isteri ingin sekali menjenguk
anak pertamanya di Serang, dan si anak pun memutuskan untuk bersedia merawat pasien
selama di Serang, sehingga si isteri pun pulang ke Jakarta. Akan tetapi tidak lama dari itu,
pasien saat di Serang sempat menghubungi isterinya melalui telepon seluler dengan nada
yang memprihatinkan, pasien mengutarakan keinginannya untuk pulang ke Jakarta akan
tetapi tidak punya uang. Akhirnya pasien pergi dari rumah anak yang pertama, lalu
menjual telepon selulernya kepada orang lain yang dihargai Rp. 50.000. Sesampainya di
Jakarta, pasien mengeluhkan kondisinya yang memprihatinkan kepada isterinya. Isteri
pun mengakui bahwa kondisi pasien saat pulang dengan keadaan di bagian kedua
tangannya didapati warna kebiru-biruan seperti lebam. Pasien juga mengaku bahwa
kedua tangannya sempat diikat saat di Serang. Pasien terlihat sangat trauma saat itu.
Sejak saat itu pasien sering terlihat melamun dan pastinya selalu emosi jika
ditanya tentang anak-anaknya. Pasien sempat menanyakan tentang kebingungannya,
terutama masalah “keimanannya”, dalam hal ini isteri masih pada keyakinan awalnya
yaitu Kristen protestan. Pasien mengaku sangat merasa hampa, tidak dapat berpikir jernih
dan merasa sudah tidak berdaya. Isteri mengaku tidak pernah memaksakan tentang
masalah keyakinan terhadap suaminya, akan tetapi melihat kondisi suaminya yang sangat
“miskin jiwa dan raga” serta “miskin lahir dan batin”, akhirnya isteri pasien memutuskan
untuk membawa pendeta ke rumahnya setelah mendapat persetujuan dari pasien dan saat
9
itu pun pasien sepakat untuk “pindah agama”. Sejak saat itu, pendeta selalu rajin datang
ke rumah pasien untuk memberikan siraman rohani.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan yang lalu. Sehingga aktifitas
pasien saat ini terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat
mengeluhkan bahwa saat ini sering mengompol.
Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang
mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien
mengatakan bahwa pasien sekarang jarang sekali makan.
Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke
dokter. Karena saat satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan
sakit kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah
datang kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol
dari warung jika sudah merasa sakit kepala.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Tidak terdapat gangguan psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medik
Tidak terdapat riwayat gangguan medic sebelumnya.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif..
10
Riwayat penyakit keluarga :
Anak kedua pasien meninggal karena kanker getah bening.
Tidak terdapat riwayat gejala yang sama dengan pasien di keluarganya.
Riwayat Kebiasaan dan Perilaku :
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang mengandung santan dan
goreng-gorengan. Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi kopi. Namun saat ini
pasien sulit makan.
Riwayat situasi sosial sekarang
Saat ini pasien jarang bersosialisasi dengan warga sekitar, pasien cenderung
memilih untuk bertemu dengan teman-temannya di jalan Pemuda dan kerap bertandang
ke pabrik, tempat dimana dulu pasien bekerja.
Pemeriksaan Fisik (Tanggal 5 April 2011)
A. Keadaan umum, tanda-tanda vital dan status gizi
Secara umum didapatkan sikap kurang kooperatif , pasien lebih banyak diam,
tatapan kosong, penampilan kurus dan kurang bersih, tampak lemas, kesadaran kompos
mentis, tampak pucat.
Tanda-tanda vital didapatkan
TD: 180/120 mmHg, N : 100 x/m, RR : 24 x/m, S: 38,5ºC.
Tensi sempat diulang karena tinggi :
180 / 120 diturunkan dengan nifedipine 1 x ½ tablet sublingual.
15’ 180 / 120 mmHg
30’ 180 / 120 mmHg (nifedipine diulang 1 x 1 tab sublingual)
15’ 170 / 110 mmHg
11
30’ 160 / 110 mmHg
TB= 175 cm, BB= 60 kg,
IMT= BB(kg)/TB(m²) = 19.60 kg/m2
Status Gizi : Cukup
B. Status generalis
Kepala : Normochepal, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat
isokor, reflek cahaya +/+.
Telinga : Normotia (+/+),tidak ada serumen, membrane timpani intak (+).
Hidung : Simetris, septum tidak deviasi , konka nasalis tidak hipertrofi,
tidak ada sekret.
Tenggorokan : Uvula ditengah, tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Mulut : Bibir tidak simetris, cenderung lemah di bagian kiri, kulit bibir tampak
kering, lidah tidak kotor.
Leher : Terdapat benjolan di leher bagian depan sebelah kanan, ukuran kurang
lebih 7 x 2 cm mulai dari superfisialis superior sampai dengan jugularis
superior, terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-).
KGB : KGB tidak teraba membesar (aksilla, submandibula, supraclavicula,
inguinal).
12
Thoraks
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba kuat angkat.
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra.
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra.
Batas kiri : ICS IV linea mid klavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding thorax simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi sela iga (-).
Palpasi : Vokal fremitus sama pada kedua hemithoraks.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (N/N) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
13
Ekstremitas :Tungkai tidak edema, akral tidak pucat serta tidak
Sianosis, kekuatan otot 5555 4444
5555 4444
Muskuloskeletal : Dalam batas normal
Status neurologist
Sensorik :
Refleks fisiologis :
JENIS REFLEKS HASIL
Refleks Bicep +/+
Refleks Tricep +/+
Refleks Patellar +/+
Refleks Tendon Achilles +/+
Refleks patologis :
JENIS REFLEKS HASIL
Refleks Babinski -/-
Refleks Chaddock -/-
Refleks Oppenheim -/-
Refleks Gordon -/-
Refleks Scheiffier -/-
14
Refleks Hoffman Tromner -/-
Nervus Kranialis :
NERVUS KRANIALIS KELAINAN KETERANGAN
I. Olfaktorius -
II. Optikus -
III. Okulomotoris + M. Rectus Medialis
Orbicularis Dekstra tidak
bisa bergerak ke kiri.
IV. Troklearis + M. Obliqus superior
Orbicularis Dekstra tidak
bisa bergerak menyilang
ke atas.
V. Trigeminus -
VI. Abdusens -
VII. Fasialis + Mulut jatuh ke sebelah
kiri.
VIII. Vestibulokoklaris -
IX. Glosofaringeus -
X. Vagus + Sering tersedak
XI. Asesorius -
XII. Hipoglosus -
15
Skala Depresi Geriatrik
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan hidup Anda? ya tidak
2. Apakah anda mengalami penurunan minat dan penurunan dalam
melakukan kegiatan?
ya tidak
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? ya tidak
4.Apakah Anda sering merasa bosan? ya tidak
5. Apakah Anda selalu bersemangat setiap waktu? ya tidak
6. Apakah Anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
Anda?
ya tidak
7. Apakah Anda merasa bahagia sepanjang waktu? ya tidak
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? ya tidak
9. Apakah Anda lebih memilih untuk tinggal di rumah, daripada
melakukan hal-hal lain di luar rumah?
ya tidak
10. Apakah Anda merasa bahwa Anda memiliki banyak masalah? ya tidak
11. Apakah Anda berpikir bahwa hidup anada sekarang bahagia? ya tidak
12. Apakah anda merasa tidak berharga dengan jalan hidup Anda
sekarang?
ya tidak
13. Apakah anda merasa penuh dengan energi? ya tidak
14. Apakah Anda merasa bahwa situasi sesuai dengan yang Anda
harapkan?
ya tidak
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang lebih yang baik daripada
Anda?
ya tidak
16
TOTAL SKOR = 15
Skor >5 = menunjukkan episode depresi
Pasien merupakan pasien dengan episodik depresi berat.
Fungsi saraf otonom : Inkontinensia urin (+)
Status lokalis : (-)
Pemeriksaan Penunjang
Dokter menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan GDS, DPL, UL dan
foto thoraks, karena alasan biaya pihak keluarga pasien hanya menyetujui pemeriksaan
DPL dan GDS
Hasil:
Hb = 17, eritrosit = 5.71, leukosit = 5000, trombosit = 119.000, Ht = 50
Diff count : 0 / 1 / 0 / 82 / 13/ 4
GDS = 106 mg / dl
Diagnosa
Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110
mmHg.
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.
Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga
17
dd/ pasca stroke iskemik.
Terapi
Piracetam 1 x 1 tablet (seminggu)
Simvastatin 1 x 20 mg
Captopril 3 x 25 mg
Amlodipine 1 x 10 mg
Ascardia stop sementara karena TD tidak terkonrol
Cefixime 2 x 1 tablet
Pihak dokter menyarankan untuk dirujuk ke IGD pasien menolak informed consent
Diagnosis Holistik (awal)
1. Alasan kedatangan (keluhan utama), harapan, kekhawatiran :
Alasan kedatangan : seluruh badan terasa demam dan lemas sejak 2 hari yang
lalu.
Harapan : ingin sembuh.
Kekhawatiran : tidak peduli lagi dengan penyakit yang dideritanya karena
pasien menganggap keluarga sudah tidak sayang dengan pasien.
2. Perilaku dan mental psikologikal
Tingkat pengetahuan pasien yang rendah.
Tidak pernah kontrol rutin ke klinik.
Tidak pernah minum obat hipertensi.
18
Pola makan yang bersantan dan goreng-gorengan.
Pengalokasian dana yang tidak tepat untuk kesehatan.
Tidak pernah olahraga.
3. Fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga
Pasien merupakan kepala keluarga yang mendominasi dalam mengambil
keputusan
Sejak terkena stroke, pasien cenderung mudah terpancing emosi, berbicara
kasar terhadap keluarga, sehingga dalam keluarga kurang komunikasi & isteri
serta anak cenderung menghindar dari suami
Pendapatan masih berasal dari suami, dan juga berasal dari rumah yang
dikontrakan
4. Skala fungsional
Derajat 4
Tabel . Skala Fungsional
Skala Aktivitas menjalankan fungsi sosial dalam
kehidupan
Keterangan
1 Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit Perawatan diri, bekerja di dalam
dan di luar rumah (mandiri)
2 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di
dalam dan luar rumah (pekerjaan kantor)
Mulai mengurangi aktifitas kerja
3 Mampu melakukan perawatan diri, tapi hanya
mampu melakukan pekerjaan ringan
Perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya mampu
melakukan kerja ringan
19
4 Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat
diri, namun sebagian besar pekerjaan hanya duduk
dan berbaring
Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga
5 Perawatan diri dilakukan orang lain, tak mampu
berbuat apa-apa berbaring pasif
Tergantung pada pelaku rawat
Masalah Prastudi
Medis
Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110 mmHg.
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.
Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga
dd/ pasca stroke iskemik.
Non Medis
1. Tidak kontrol teratur ke klinik.
2. Tidak mau berolahraga.
3. Perilaku suka makan gorengan.
4. Perilaku suka makan makanan bersantan.
5. Ketidakpahaman keluarga terhadap penyakit pasien sehingga kurangnya
dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien.
20
Pembinaan Kesehatan Keluarga
Tujuan pembinaan kesehatan keluarga adalah untuk meningkatkan status
kesehatan keluarga dan partisipatif dalam upaya kemandirian untuk kehidupan yang sehat
fisik, mental psikologikal, sosial dan lingkungannya.
Tujuan manajemen penatalaksanaaan terhadap pasien adalah :
1. Berkurangnya keluhan.
2. Terkontrolnya tekanan darah.
3. Rutinnya pasien dalam meminum obat.
4. Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.
5. Diterapkannya pola hidup sehat.
6. Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.
7. Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.
Tujuan studi
a. Tujuan umum
Mempraktekkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluarga
b. Tujuan khusus
21
Terhadap Pasien
1. Berkurangnya keluhan.
2. Terkontrolnya tekanan darah.
3. Rutinnya pasien dalam meminum obat.
4. Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.
5. Diterapkannya pola hidup sehat.
6. Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.
7. Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.
Terhadap keluarga
1. Memberikan pemahaman kepada keluarga tentang penyakit pasien.
2. Meningkatkan peran serta atau partisipasi keluarga dalam pengobatan pasien.
3. Adanya motivasi dari anak sebagai pengawas kontrol berobat dan pengawas pola makan
pasien.
4. Ikut sertanya anggota keluarga yang lain dalam menjalankan perilaku hidup.
Identifikasi Fungsi Keluarga
Untuk mendaptakan faktor-faktor intrinsik atau ekstrisik dengan adanya partisipasi
keluarga maka dilakukan pembinaan keluarga dengan mengidentifikasi fungsi-fungsi keluarga :
Organisasi keluarga
Bentuk keluarga adalah keluarga inti dengan siklus kehidupan seluruh anak sudah
meninggalkan keluarga dengan orang tua di usia pertengahan. Kehidupan pria dewasa tua
yang memiliki hipertensi dan riwayat stroke dengan satu orang istri, satu anak dewasa yang
telah berkeluarga dan sekarang tidak tinggal satu rumah, anak kedua meninggal karena
22
kanker kelenjar getah bening, dan anak ketiga lebih memilih tidak tinggal satu rumah dengan
orang tua karena merasa tidak nyaman.
Fungsi biologis
Pasien mengalami hipertensi yang diketahui sejak 5 tahun yang lalu dan riwayat stroke
sejak 5 bulan yang lalu.
Anak-anak pasien memiliki risiko terkena penyakit Hipertensi.
Fungsi psikososial
Sejak terkena stroke, hubungan pasien dengan isteri serta anak-anaknya kurang
baik.Sikap pasien dengan isteri cenderung pecemburu sehingga terkadang pasien bersikap
dan berbicara kasar, sedangkan terhadap anak ketiga pasien lebih sering marah-marah
dengan alasan tidak jelas. Sehingga si anak pun cenderung menjaga jarak dengan pasien.
Pasien sangat terpukul dengan kepergian anak keduanya yang dianggap lebih sayang dan
peduli terhadap dirinya.
Anak pertama sudah menikah, akan tetapi sangat jarang menjenguk pasien.
Jika kepala sudah terasa sakit, pasien cenderung marah-marah dan terlihat berbicara
sendiri.
Fungsi sosial
Pasien sudah tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Pasien masih dipekerjakan oleh atasannya di pabrik, walaupun pasien hanya datang dan
diam saja disana. Pasien masih mendapat pendapatan sebanyak Rp. 2.000.000.
Pasien juga menyewakan rumah (kontrak) yang letaknya tepat disamping rumahnya
dengan pemasukan sebesar Rp. 500.000.
23
Isteri pasien terkadang membuka jasa menjahit dirumahnya, akan tetapi pendapatannya
sendiri tidak tentu.
Fungsi perilaku kesehatan keluarga
Pasien berobat didampingi isteri dan anaknya.
Tidak ada kebiasaan olahraga dalam keluarga.
Perilaku pasien yang suka makan makanan bersantan.
Perilaku pasien yang suka makan goreng-gorengan..
Kebiasaan pasien hanya diam di rumah, waktu paling banyak dihabiskan hanya untuk
tidur.
Menu makanan sehari-hari hanya tinggal beli di warung makanan dekat rumah.
Fungsi non perilaku (sarana dan prasarana kesehatan)
Jarak Puskesmas dari rumah pasien sekitar 2 km, pasien terbiasa diantar oleh isterinya
menggunakan motor.
Lingkungan
Letak rumah pasien di pinggir jalan, masuk gang dengan jarak rumah antar rumah yang
berdempetan satu dengan yang lain. Jumlah penghuni dalam satu rumah adalah 2 orang. Luas
rumah ± 50 m2, dengan dua lantai. Lantai pertama terdapat ruang tamu, kamar mandi dan dapur
sedangkan lantai kedua terdapat 1 buah kamar untuk anaknya jika pulang. Lantai rumah terbuat
dari ubin dan dindingnya terbuat dari tembok. Sumber penerangan berasal dari listrik dan 2 buah
jendela beserta ventilasinya, tetapi jendela jarang di buka dan sering tertutup gorden sehingga
mengesankan lembab. Selain itu terdapat kipas angin untuk bantuan ventilasi. Sumber air minum
dari Aqua galon, mandi dan cuci berasal dari PAM dan pompa listrik. Kamar mandi 2 buah
dengan 1 buah WC jongkok dan 1 buah bak mandi
24
Diagnosis Holistik
I. Alasan kedatangan, harapan dan kekhawatiran
Pasien mengeluh lemas seluruh badan dan demam sejak 2 hari yang lalu.
Pasien ingin segera sembuh, akan tetapi pasien khawatir akan kepedulian
keluarganya terhadap dirinya yang semakin berkurang.
II. Diagnosa Klinik
Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110 mmHg.
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.
Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga
dd/ pasca stroke.
III. Masalah perilaku dan mental psikologikal
1. Perilaku tidak berolahraga.
2. Perilaku makan-makanan yang bersantan.
3. Perilaku makan goreng-gorengan.
IV. Masalah fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga
Pasien merupakan kepala keluarga yang mendominasi dalam mengambil
keputusan
25
Sejak terkena stroke, pasien cenderung mudah terpancing emosi, berbicara
kasar terhadap keluarga, sehingga dalam keluarga kurang komunikasi & isteri
serta anak cenderung menghindar dari suami
Pendapatan masih berasal dari suami
Pasien lebih suka bersosialisasi dengan teman kantornya, disbanding dengan
tetangga sekitar.
V. Skala fungsional
Derajat 4
Kemampuan Mengatasi Masalah Keluarga
Tanggal,11 April 2011, 15 April 2011, 21 April 2011, dilakukan kunjungan ke rumah
pasien untuk mendeteksi faktor-faktor dan risiko yang berkaitan dengan masalah fisik,
psikososial, dan lingkungan keluarganya serta melakukan edukasi dan motivasi kepada anggota
keluarga yang lain sehingga dapat ikut serta dalam penatalaksanaan pasien secara menyeluruh
Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan adaptasi
dengan skala :
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya masih tergantung pada
upaya provider.
26
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.
NO MASALAH SKOR AWAL
INTERVENSI INDIKATOR KEBERHASILAN
TARGET WAKTU
HASIL PEMBINAAN
SKOR AKHIR
1. Pasien
a. Medis
Hipertensi Grade II180/120mmHg
OverweightIMT : 19
kg/m²
2
2
Medis: Menurunkan tekanan darah dengan pengobatan catopril 3x25mg dan amlodipin 1x10mg
Non Medis : diet rendah garam II(1/4sdt atau 1gr/hari).
Diet rendah natrium dan cukup kalori
(lampiran)
Non Medis :
Menaikkan berat badan dengan makanan sesuai kebutuhan dan olahraga minimal jalan kaki selama 30’ setiap hari serta melakukan senam aerobik jika kondisi ekstremitas sudah stabil.
Tekanan darah terkontrol, < 160/100 mmHg
Berat badan IMT > 23 kg/mm2.
Kontrol teratur ke Puskesmas 1x/mgg untuk mendapatkan edukasi diet
Tercapainya kebugaran tubuh dan berat badan naik.
2 minggu
1bulan
2 minggu
Tekanan darah 140/90 mmHg
Kontrol seminggu sekali ke Puskesmas untuk timbang berat badan
Jalan cepat sudah dilakukan 30mnt, streching belum total di
4
4
4
27
Pasca stroke
b. Non Medis
Tidak kontrol teratur ke Klinik
Tidak mau berolah raga
2
2
2
Medis:
-
Non medis :
Kepada orang di rumah (istri&anak) melatih pergerakan tangan dan kaki dengan menggunakan bola karet, jalan kaki secara rutin tiap hari dan
Menganjurkan untuk kontrol teratur ke Klinik
Edukasi pentingnya keteraturan berobat
Menganjurkan pasien untuk melakukan jalan kaki setiap pagi/ sore selama 30’ setiap hari dan senam jantung sehat setiap hari senin dan kamis di Klinik.
Motivasi untuk mengurangi
Gejala sisa pasca stroke berkurang/tidak terjadi stroke berulang
Kontrol 1mgg/x ke Klinik
Pasien kini sudah mau berkomunikasi dengan anak pertamanya
Melakukan jalan
6 bulan
2 minggu
2 minggu
2 minggu
lakukan
Kekuatan motorik sudah meningkat
Kontrol 1 mgg/x
Pasien melakukan jalan kaki di sore hari
5
5
4
4
28
Perilaku suka makan makanan gurih
Faktor stress karena kesendirian
2
2
makanan dengan vetsin yang tinggi
Edukasi perlunya berinteraksi dengan anak- anaknya untuk mengurangi kesendirian dan dpt berbagi cerita dengan orang senasib
Edukasi kepada keluarga pasien bahwa hipertensi dan stroke dapat beresiko pada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit tersebut dan juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan
Family converence dengan anak2 pasien 1mgg/x dgn memberi edukasi ttg penyakit pasien dan penatalaksanaanya spy bisa di hadapi bersama
kaki setiap hari selama 30’ dan senam jantung sehat setiap hari senin dan kamis.
Istri pasien mengurangi makanan gurih dan asin
Dapat berinteraksi aktif dengan anak pertamanya.
2 minggu
2 minggu
selama 30’ setiap hari.
Istri pasien harus menyediakan makanan pasien harus sedikit mengandung garam.
Pasien memiliki hubungan baik dengan anak-anaknya agar tidak stress dan punya teman berbagi cerita dengan lebih sering ikut kegiatan gereja dan senam jantung
4
4
5
29
2.
Keluarga
a. Medis Anak-
anak pasien mempunyai risiko hipertensi dan stroke
b.Non Medis
Kurangnya komunikasi dan perhatian antara pasien dengan anak yg tinggal serumah dan di luar rumah
Sarana dan prasarana kesehatan
3
2
2
Sebagai provider wajib menginformasikan mengenai keadaan penyakit serta komplikasi yang mungkin terjadi
Anak pasien mengerti akan risiko terkena penyakit tersebut dan mau mencegah dengan merubah gaya hidup, pola makan dan rajin berolah raga
Anak dapat meluangkan waktu min 1mgg/x untuk family converence, anak dapat memahami penyakit pasien dgn peran serta aktif dlm penatalaksanaan
Provider dapat
1 bulan
1 minggu
sehat
Anak pasien sudah mau merubah pola makan yang berlemak dan mengurangi ikan asin.
Anak dapat meluangkan waktu 1mgg/x untuk berkumpul di rumah bersama bapak, memahami pentingnya dukungan terhadap pasien untuk kesembuhan pasien
4
5
4
30
Kurangnya informasi yang di berikan oleh dokter Klinik tentang penyakit pasien
memberikan informasi tentang penyakit pasien dengan membuat leaflet tntg penyakit pasien dan makanan yang harus dihindari sehingga menambah edukasi pasien
Provider sudah memberikan informasi tentang penyakit Hipertensi dengan membuat leaflet di rumah sehingga menambah edukasi pasien
31
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, ditegakkan diagnosis hipertensi grade II atas dasar pemeriksaan tekanan
darah 180/120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan 3 kali menurut rekomendasi
pengukuran tekanan darah pada manusia. Berbagai faktor genetik, faktor lingkungan,
intermediary phenotypes, seperti susunan saraf otonom, hormon, vasopressor/vasodepressor,
struktur sistem kardiovaskular, volume cairan tubuh, fungsi ginjal, dan faktor hipertensinogenik,
seperti stroke, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang tinggi, resistensi insulin,
dislipidemi, asupan kalium rendah dan asupan kalsium rendah, mempunyai peranan dalam
peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada anamnesis tidak terdapat gejala penyakit
yang sama seperti pada pasien di keluarganya.
Faktor lingkungan yang banyak diperhatikan adalah intake garam. Asupan garam kurang
dari 3 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam
antara 5 – 15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 –20%. Pengaruh asupan
garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan
tekanan darah. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien sering mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung santan dan gorengan, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi antara lain stress psikososial dan kurang olahraga. Faktor stress pada pasien ini
menurut pasien berhubungan dengan tidak adanya perhatian dari istri dan anak baik yang di
rumah maupun di luar rumah untuk menyediakan waktu luang menemani pasien(stressor
kesendirian). Tidak terkontrolnya tekanan darah berhubungan dengan kurangnya perhatian
pasien akan kesehatan dirinya, yang disebabkan kurangnya dukungan keluarga sehingga pasien 32
tidak kontrol secara teratur. Pasien tidak memiliki tingkat pemahaman yang cukup mengenai
hipertensi sehingga diperlukan edukasi mengenai hipertensi, kemungkinan penyebab dan
komplikasinya, serta penatalaksanaan hipertensi.
Berdasarkan JNC VII pasien ini di diagnosis hipertensi stage II yang sebaiknya diterapi
dengan menggunakan thiazide type diuretics, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB,
atau kombinasi. Penatalaksanaan medikamentosa yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan
pemberian obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, Captopril 3x25 mg. Efek kerja dari obat
ini adalah menghambat kerja dari enzim konversi angiotensin sehingga menghambat perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah arteriola
eferen. Captopril merupakan obat yang sering digunakan karena spektrum penggunaannya yang
cukup luas dibandingkan obat-obat antihipertensi lainnya, dapat ditoleransi dengan baik oleh
penderita hipertensi, dan efek samping yang minimal. Obat ini dipilih karena tidak menyebabkan
hipokalemia, hiperglikemia, hiperurisemia atau hiperkolesterolemia seperti golongan diuretik,
dan tidak menyebabkan sakit kepala seperti golongan antagonis kalsium, kepustakaan
menyebutkan efek samping berupa batuk, namun setelah pemakaian selama 5 hari, tidak ada
keluhan dari pasien. Selain bekerja dengan menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
terjadi penurunan aldosteron. Obat ini juga menghambat degradasi baradikinin yang merupakan
vasodilator kuat.7
Penatalaksanaan Non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup. Menjalankan pola
hidup sehat adalah cara yang paling tepat untuk mencegah terjadinya hipertensi pada individu.
Penatalaksanaan pasien hipertensi pun tidak terlepas dari penatalaksanaan pola hidup sehat.
Modifikasi gaya hidup paling utama untuk menurunkan tekanan darah tinggi meliputi penurunan
berat badan, perencanaan pola makan dengan diet yang ketat, namun kaya akan potassium dan
kalsium untuk mencegah hipertensi, aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien dan penghentian
konsumsi alkohol dan hindari stres. Modifikasi gaya hidup terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, mempertinggi kinerja obat-obat antihipertensi dan mengurangi terserang penyakit
kardiovaskuler. Pengkombinasian dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan mendapatkan hasil
yang baik.7
33
Berdasarkan pada DASH (Dietary approach to Stop Hypertension) JNC VII, pasien
hipertensi sebaiknya mengkonsumsi rendah natrium. Dalam hal ini diberikan edukasi untuk
mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi garam dan bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya seperti makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (keju, biskuit,
craker, keripik dan makanan kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,
sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), dan makanan yang
diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang). Selain itu soda kue, baking powder, penyedap rasa (maggi, royco, dll), dan vetsin juga
mengandung natrium. Dalam menjalankan diet ini sangat diperlukan partisipasi anggota
keluarga.
Tabel 2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah da mengendalikan hipertensi8
Modifikasi Rekomendasi Penurunan darah sistolik
Penurunan berat badan
Mempertahankan berat badan ideal ( IMT 18,5 – 24,9 kg/m2)
5-20 mmHg/ 10 kg
Mengadopsi DASH
Mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan makanan rendah lemak
8 – 14 mmHg
Diet rendah natrium
Mengurangi intake natrium : 2,4 g Na atau 6 g NaCl per hari
2 – 8 mmHg
Aktivitas fisik Melakukan olahraga aerobic secara teratur, seperti jalan cepat (minimal 30 menit/hari, 5 hari/minggu)
4 – 9 mmHg
Konsumsi alcohol Membatasi konsumsi alcohol tidak lebih dari 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk wanita serta orang berberat badan kurang
2 – 4 mmHg
Pasien dianjurkan untuk memulai perencanaan diet rendah garam. Hipertensi pada
umumnya memiliki karakteristik dimana pasiennya peka terhadap garam (Na) dan terkadang
dikaitkan dengan fungsi barorefleks yang terganggu. Mengurangi asupan natrium sangatlah 34
penting dan efektif pada pasien hipertensi, dan harus dilakukan sebelum atau bersamaan dengan
terapi medikamentosa. Sehari-hari pasiennya tidak melakukan pengaturan diet. Pada seorang
pasien yang mengalami hipertensi, dianjurkan untuk menjalani diet rendah garam (RG). Diet
rendah garam adalah diet yang mengandung garam natrium lebih rendah dari biasanya. Diet
rendah garam dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 9
1. Diet RG I, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 200 – 400 mg per hari.
Ditujukan terutama untuk pasien dengan hipertensi berat, asites, dan edema
anasarka.
2. Diet RG II, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 600 – 800 mg per hari
atau setara dengan ¼ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk pasien
dengan hipertensi yang berat.
3. Diet RG III, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 1.000 – 1.200 mg per
hari atau setara dengan ½ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk
pasien dengan hipertensi ringan.
Rehabilitasi pasca stroke pada pasien ini dengan melakukan upaya
mengembalikan fungsi anggota gerak mendekati fungsi normal dengan melakukan
latihan setiap hari di rumah. Dalam hal ini di perlukan perhatian dan keterampilan dari
istri untuk melatih bicara pasien dan streching agar tidak terjadi kekakuan otot. Pasien
tidak pernah mau diajak untuk jalan kaki pada pagi hari, dengan demikian kami
menganjurkan pasien untuk menjaga kebugaran jasmani dengan sering melakukan jalan
pagi minimal 30 menit setiap hari bersama sang istri. Dukungan keluarga istri pasien
kepada pasien untuk melakukan jalan kaki di pagi hari tidak pernah berhasil, karena
pasien selalu marah – marah jika dibangunkan di pagi hari, sehingga istri pasien tidak
pernah memotivasi pasien untuk melakukannya lagi. Olahraga secara teratur dianjurkan
selain untuk menurunkan berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga ini
dilakukan secara berkelanjutan dengan meningkatkan intensitasnya secara bertahap.
Olahraga yang dianjurkan adalah sebanyak 3-5 kali per minggu selama minimal 30
35
menit, disamping itu olahraga sebaiknya yang bersifat aerobik, seperti jogging, senam
jantung, bersepeda, berenang dan lari.
Dalam pembinaan keluarga, kami menyarankan anak- anak pasien untuk lebih
sering memperhatikan ibunya terutama juga kondisi pasien dengan meluangkan waktu
seperti berkunjung seminggu sekali ke rumah mereka. Dalam kegiatan menjenguk ini
banyak hal yang dapat dilakukan seperti misalnya berbincang-bincang, melatih memori
pasien, dan terutama melatih emosi pasien jika disinggung tentang anak keduanya yang
telah meninggal, sehingga pasien akan merasa lebih pasrah dan menerima kenyataan.
Pada pasien ini didapatkan IMT sebesar 19.0 kg/m2. Hal ini berarti pasien dalam
kondisi rata-rata.
Tabel 2. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT untuk orang Asia9
Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko ko-morbiditas
Underweight : < 18,5
Normal : 18,5 – 22,9
Overweight : > 23
At risk : 23 – 24,9
Obese I : 25 – 29,9
Obese II : ≥ 30
Rendah (tetapi meningkat bila ada masalah klinis lainnya)
Rata-rata
Meningkat
Sedang
Berat
Diagnosis bahwa IMT pasien adalah rata-rata ditegakkan atas dasar anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik diperoleh BB 6 kg dengan TB 175 cm. Didapatkan
perhitungan IMT pasien adalah 19,60kg/m2, hal ini memberi kesan bahwa pasien termasuk
kategori rata-rata.
Pada pasien ini kebutuhan energi pasien per hari adalah 1500 Kalori dengan
penghitungan sebagai berikut.
36
Penentuan kebutuhan kalori :
Kalori basal wanita : BBI x 25 kalori = 54 x 30 = 1620 kalori
Usia lebih > 40 tahun : -5 % x kalori basal = - 40 kalori
Aktivitas sedang. : + 20 % x kalori basal = + 162 kalori
BB Lebih : -10 % x kalori basal = - 162 kalori
Total kebutuhan kalori = 1539 kalori 1500 kalori
Dari food record diketahui bahwa rata-rata dalam sehari pasien mengkonsumsi sebesar
1900 kalori yang sangat jauh melebihi kebutuhan kalorinya. Pada pasien ini perlu dilakukan
perubahan gaya hidup dan olah raga teratur, perubahan gaya hidup ini termasuk diantaranya
adalah perubahan pola makan. Pasien didorong untuk mengurangi jumlah asupan kalorinya
dengan mengurangi asupan kalorinya sampai 400 kalori perhari sehingga anjuran pemberian
kalori pada pasien adalah sebesar 1500 kalori. Dengan penatalaksanan diet ini, diharapkan
walaupun pasien masih dalam kategori rata-rata, pasien lebih dapat menjalankan pola makan
yang sehat dan teratur.
Dalam menjalankan diet ini pasien memiliki beberapa kendala antara lain isteri pasien
yang lebih suka membeli makanan di warung, mengakibatkan menu keseharian pasien tidak
terkontrol kalorinya. Untuk itu maka perlu adanya perhatian dari sang isteri untuk lebih
mengutamakan memasak dibanding membeli makanan di luar. Agar sesuai dengan jumlah kalori
yang telah dianjurkan. Dengan menginformasikan kepada pasien, serta isteri tentang berbagai
manfaat yang didapatkan seperti penurunan tekanan darah diharapkan dapat menjadi motivasi
bagi pasien, serta isteri untuk melakukannya.
37
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
IV.I Kesimpulan
1. Telah ditegakkannya diagnosis Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah
terkahir 160 / 110 mmHg, Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik, Observasi febris
ec suspek viral infection ec DBD, Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik ,
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan serta Episode depresi berat e.c konflik dalam
keluarga dd/ pasca stroke pada pasien laki-laki usia 51 tahun.
2. Telah dilaksanakannya pelayanan yang komprehensif, paripurna berkesinambungan pada
pasien untuk mencegah timbulnya komplikasi. Tindakan adalah pemberian obat anti
hipertensi dan menganjurkan pola hidup sehat.
3. Telah dilaksanakannya kegiatan pembinaan keluarga untuk mengidentifikasi masalah
dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.
4. Telah dilakukan penilaian kemampuan keluarga untuk menyelesaikan masalah dan
penyelesaiannya adalah :
Diberikan petunjuk pada pasien dan anaknya untuk merubah kesadaran akan
pentingnya pencegahan timbulnya penyakit.
Diberikan petunjuk pada pasien dan anaknya serta pembantu mengenai pentingnya
pengaturan pola makan pasien dan untuk menjadi pelaku rawat pasien.
Diberikan petunjuk pada pasien dan anaknya mengenai pentingnya mengikuti kegiatan
sosial dilingkungannya.
38
5. Pelayanan ini layak dilakukan di pelayanan kesehatan strata pertama dengan menempatkan
anak sebagai pembuat keputusan atau pengawas terhadap kesehatan pasien.
IV.II Saran
A. Bagi pembina selanjutnya
1. Mengevaluasi kembali kondisi keluarga inti tersebut dalam membina kekompakan
dan kerja samanya dalam mewujudkan kesembuhan pasien.
2. Mengevaluasi keberhasilan diet yang dianjurkan sehingga tercapai berat badan
ideal.
3. Memantau kepatuhan minum obat hipertensi dan tekanan darah.
4. Mengevaluasi kembali proses pembuatan SKTM, yang sampai saat ini pihak
Puskesmas belum mensurvey kondisi rumah pasien.
B. Bagi puskesmas
1. Adanya rekam medis yang memadai untuk memudahkan pelayanan
berkesinambungan.
2. Mensurvey kondisi rumah pasien perihal pembuatan SKTM untuk pengobatan
pasien.
C. Bagi program kepaniteraan kedokteran keluarga
Membimbing calon dokter umum agar mengaplikasikan pelayanan pada strata
pertama dengan pendekatan keluarga di masyarakat.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Suteno B. Peran LSM dalam pencegahan Penyakit Jantung. Disitasi dari http : //www.suara
merdeka.com/harian/0506/20/ragam3.htm. Diakses tanggal 2 September 2006.
2. Misbach H.J. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi dan Manajemen. Balai Penerbitan Fakultas
Kedokteran Indonesia, Jakarta 1999. Hal: 1
3. Anonim.Modifikasi Gaya Hidup. Disitasi dari http :// www. indomedia.
com/stripo/2004/02/22/2202kes1.htm. Diakses tanggal 2 September 2006.
4. Zulkarnain Arsyad. Aspek Psikosomatik Obesitas. Dalam: H.Slamet Suyono, ed.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1996. Hal: 762
5. Konsensus Penatalaksanaan DM 1998. Disitasi dari http://perkeni.freeservers.com/kons_dm.html
tanggal 2 September 2006.
6. Anynomous. Penyebab Terbanyak Timbulnya Penyakit Ginjal. 2005. Available from:
http://www.perdughi.org/medical.php. Diakses pada tanggal 9 September 2006.
7. Bustani ZA, Setiawati. Antihipertensi. Dalam : farmakologi dan Terapi edisi 4. Ganiswana SG
(editor). Balai Pnerbit FKUI, 2001,h 337-340
8. Aram VC, George LB, Henry RB et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, an Treatment of High Blood Pressure, The JNC 7 Report,
JAMA May 2003;289;2560-2572
9. Bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Penuntun Diet. 2001. Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama. p.28-31
40
Lampiran 1.
Tanggal SOAP
Follow up I
11-04-2011
S : Pusing disertai dengan tengkuk yang terasa kaku, susah tidur.
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TD : 160/100 mmhg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 37ºC
Status generalis dalam batas normal
N. Kranialis :
N. Okulomotoris M. Rectus Medialis Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak
ke kiri.
N. Troklearis M. Obliqus superior Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak
menyilang ke atas.
N. Fasialis Mulut jatuh ke kiri.
N. Vagus Sering tersedak
Status lokalis :
Terdapat benjolan di leher bagian depan sebelah kanan, ukuran kurang lebih 7 x
2 cm mulai dari servikalis superior sampai dengan servikalis superfisialis,
terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-)
A : Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 /
41
100 mmHg.
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan
Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga
dd/ pasca stroke.
P: - Non Farmakologis
Menenangkan emosi pasien agar tekanan darah pasien dapat turun
Memberikan edukasi tentang hipertensi, gejala, komplikasi dan
penatalaksanaan
Istirahat teratur dan hindari faktor stres
Menganjurkan pasien agar mau makan teratur
Menganjurkan minum obat dan kontrol secara teratur
- Farmakologis
Captopril 2 x 12,5 mg
Cefixime
Neurobion 3 x 500 mg
Tanggal SOAP
Follow up II S : Pasien hanya merasa ”linglung” (bingung dengan keadaan sekitar)
42
15-04-2011 O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TD : 160/120 mmhg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36ºC
Status generalis dalam batas normal
N. Kranialis :
N. Okulomotoris M. Rectus Medialis Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak
ke kiri.
N. Troklearis M. Obliqus superior Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak
menyilang ke atas.
N. Fasialis Mulut jatuh ke kiri.
N. Vagus Sering tersedak
Status lokalis :
A: Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 120 mmHg.
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.
Episode depresi sedang e.c konflik dalam keluarga
dd/ pasca stroke.
P: - Non Farmakologis
Memberikan edukasi tentang hipertensi, gejala, komplikasi dan
penatalaksanaan
Istirahat teratur dan hindari faktor strees
Menganjurkan minum obat dan kontrol secara teratur
Merencanakan untuk diadakannya pertemuan keluarga
43
- Farmakologis
Captopril 2 x 12,5 mg
Neurobion 3 x 500 mg
Tanggal SOAP
Follow up I
21-04-2011
S: tidak ada keluhan
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TD : 160/100 mmhg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36ºC
Status generalis dalam batas normal
N. Kranialis :
N. Okulomotoris M. Rectus Medialis Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak
ke kiri.
N. Troklearis M. Obliqus superior Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak
menyilang ke atas.
N. Fasialis Mulut jatuh ke kiri.
N. Vagus Sering tersedak
Status lokalis :
Terdapat benjolan di leher bagian depan sebelah kanan, ukuran kurang lebih 7 x
2 cm mulai dari servikalis superior sampai dengan servikalis superfisialis,
terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-)
A : Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 /
44
100 mmHg.
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik
dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.
Episode depresi ringan e.c konflik dalam keluarga
dd/ pasca stroke.
P: - Non Farmakologis
Memberikan edukasi tentang hipertensi, gejala, komplikasi dan
penatalaksanaan
Istirahat teratur dan hindari faktor strees
Menganjurkan minum obat dan kontrol secara teratur
Partisipasi dari istri dan kedua anak sangat dibutuhkan (telah dilakukannya
pertemuan keluarga)
- Farmakologis
Captopril 2 x 12,5 mg
Neurobion 3 x 500 mg
45
Lampiran 2. Penghitungan Jumlah Kalori dan Perencanaan Makan.
Kebutuhan kalori
TB = 175 cm, BB = 60 Kg
BB ideal = (TB-100)x10% = 60-6,0 = 54 Kg.
Status Gizi = BBx100% = 120%
TB(cm)-100
IMT = BB(Kg) = 60 = 19.06
TB(M)2 3,06
Kesan : rata-rata
Penentuan kebutuhan kalori
Kalori basal wanita : BBI x 30 kalori = 54 x 30 = 1620 kalori
Usia > 40 tahun : -5% x kalori basal = - 81 kalori
Aktivitas ringan : +20% x kalori basal = + 162 kalori
BB lebih : -10% x kalori basal = -162 kalori
Total Kebutuhan kalori : 1539 kalori 1500 kalori
Distribusi makanan
Kebutuhan karbohidrat : 65% x 1500 kalori : 975 kalori
Kebutuhan Lemak : 20% x 1500 kalori : 300 kalori
46
Kebutuhan protein : 10% x 1500 kalori : 150 kalori
Perencanaan makanan
Waktu Jenis Makanan URT Kalori
Pagi Nasi putih
Ikan segar
Tahu
Minyak goreng
Sayur oyong
Pisang
¾ gelas
1 potong sedang
½ bj besar
1 sendok teh
Sekehendak
1 buah
175
50
55
50
Dapatdi abaikan
50
Siang Nasi putih
Ayam tanpa kulit
Tahu/tempe
Sayur bayam
Sayur tomat
Pisang
Minyak goring
2 gelas
1 potong sedang
1 potong sedang
1 gelas
sekehendak
1 buah
2 sendok the
300
50
50
25
Dapat di abaikan
50
100
Malam Nasi putih
Sayur bayam
Tempe/tahu
Ikan segar
Minyak goreng
Pisang
¾ gelas
1 gelas
1 potong sedang
1 potong
1 sendok teh
1 buah
175
-
75
75
100
20
47
TOTAL 1500
lampiran 3. Food Record (3 hari terakhir)
Hari ke-1
Waktu Jenis Makanan URT Kalori
Pagi Teh manis
Nasi
Telur ayam
Minyak
Gula 2 sendok makan
1 butir
2 sendok makan
100
300
75
200
Siang Nasi
kangkung
Minyak goreng
Melon
1 gelas
1 gelas
3 sendok makan
1 buah
23
-
270
40
Malam Nasi
Tahu
Minyak goreng
1 gelas
2 potong sedang
2 sendok makan
230
80
200
TOTAL 1518 kalori
Hari ke-2
Waktu Jenis Makanan URT Kalori
Pagi Teh manis Gula 2 sendok makan 100
48
Nasi
Tahu goreng
Minyak
1 gelas
2 buah
2 sendok makan
230
150
200
Siang Nasi
Ikan
Sayur bayam
Minyak goreng
1 gelas
1 potong sedang
1 gelas
2 sendok makan
230
75
25
200
Malam Nasi
Sate ayam
Melon
1 gelas
1 porsi
1 buah
230
150
40
TOTAL 1630 kalori
Hari ke-3
Waktu Jenis Makanan URT Kalori
Pagi Teh manis
Nasi
Tahu goreng
Gula 2 sendok makan
1 gelas
2 potong sedang
100
230
150
Siang Nasi
Tempe goreng
Sayur bayam
Minyak goreng
1 gelas
2 potong sedang
1 gelas
2 sendok makan
230
150
25
200
Malam Nasi
Telur ayam
Sayur bayam
Minyak goreng
1 gelas
1 butir
1 gelas
2 sendok makan
230
95
25
200
Total 1633 kalori
49
50
top related