siskomsel tubes
Post on 26-Jul-2015
97 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1
DATA AWAL PERENCANAAN
Dalam mengimplementasikan jaringan selular W-CDMA di suatu daerah,
diharuskan untuk membuat perencanaan yang sangat matang. Dengan ini diharapkan
menghasilkan suatu jaringan yang dapat memuaskan pelanggan pada daerah tersebut,
serta dapat memperkecil kesalahan dan kerugian yang bisa terjadi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat suatu jaringan yaitu,
pertumbuhan user, topografi wilayah, demografi penduduk, dan lainnya yang dianggap
sebagai hal yang vital dalam perencanaan suatu jaringan karena diharapkan suatu
operator W-CDMA dapat memperoleh keuntungan yang maksimum
Dalam kasus ini ingin diimplementasikan suatu jaringan W-CDMA yang sudah
mempunyai jaringan GSM 2G dan dianggap trafik GSM yang lama tidak akan
mempengaruhi trafik baik yang sudah ada mapun yang ingin ada.
Implementasi jaringann selular W-CDMA akan diimpplementasi di Kota Bogor.
Jadi sebaiknya kita mengetahu data-data penduduk demografi dari wilayah bogor dan
juga topografinya. Data-data kota bogor adalah sebagai berikut.
1. Jumlah penduduk 303.760 jiwa
2. Luas Daerah sebesar 45 km2
3. Data kependudukan
Tabel 1
Usia %populasi Income per kapita >50 juta
0-14 20% 30%
15-55 70% 70%
55 tahun ke atas 10% 30%
Sebuah jaringan seluler W-CDMA akan diterapkan di wilayah Bogor tengah,
Leuwiliang, Dramaga, Puncak , Tanah sareal, Citeureup yang merupakan daerah Kota
Bogor, yang mana dari ke-tujuh daerah tersebut diperoleh data yaitu jumlah
penduduknya sebesar 303.760 jiwa dengan total luas area 45 km². Struktur demografi
dari daerah-daerah tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel Data Penduduk
Usia %populasi Income per kapita >50 juta
0-14 20% 30%
15-55 70% 70%
55 tahun ke atas 10% 30%
Pembagian wilayah kota bogor
Daerah I : 25% dari populasi total
Daerah II : 10% dari populasi total
Daerah III : 15% dari populasi total
Daerah IV : 10% dari populasi total
Daerah V : 10% dari populasi total
Daerah VI : 10% dari populasi total
Daerah VII : 20% dari populasi total
Pembagian daerah dari wilayah Kecamatan Kota Bogor adalah sebagai berikut.
Daerah I : Luas wilayah 5.3 km²
Urban I (Mall, perkantoran, perumahan)
Daerah II : Luas wilayah 8.23 km²
Sub urban I (Perumahan,Persawahan, daerah industri)
Daerah III : Luas wilayah 6.85 km²
Sub urban II (perumahan, persawahan, perkebunan)
Daerah IV : Luas wilayah 4.04 km²
Sub urban III (Area Industri)
Daerah V : Luas wilayah 7.05 km²
Sub urban IV (Perumahan,persawahan)
Daerah VI : Luas wilayah 4.4 km²
Rural I (Persawahan,Perumahan, hutan)
Daerah VII : Luas wilayah 9.13 km²
Sub Urban V (Perumahan, persawahan, perkebunan)
BAB II
TRAFFIC FORECASTING
Perancangan jaringan seluler di bawah ini, dilakukan dengan menggunakan
beberapa asumsi yaitu sebagai berikut.
1) Hanya pada rentang usia 15-55 tahun yang memiliki handset W-CDMA. Selain
rentang usia tersebut, diasumsikan belum terdapat trafik komunikasi seluler di
wilayah Kota Bogor.
2) Distribusi market pada daerah perencanaan jaringan seluler W-CDMA, adalah
sebagai berikut.
Urban 1 : 35%
Sub urban 1 : 15%
Sub urban 2 : 20%
Sub urban 3 : 35%
Sub urban 4 : 15%
Sub urban 5 : 5%
Urban 2 : 25%
3) Presentasi pengguna layanan suara dan data, adalah sebagai berikut.
Layanan data 30%
Layanan suara 70%
4) Faktor pertumbuhan pelanggan, dengan menggunakan asumsi : 0.3
5) Pelanggan GSM sebesar 80% dari total penduduk penduduk produktif (15-55
tahun) dengan menggunakan tabel 3.
a. Estimasi pelanggan
Tahun ke Tahun Pelanggan
GPRS dan GSM
Handset dual
model
Pelanggan
WCDMA
0 2011 148.842 0% -
1 2012 193.495 5% 9675
2 2013 251.543 15% 37.731
3 2014 425.108 30% 127.532
Dengan menggunakan formula pertamabahan penduduk sebagai berikut :
Un =Uo(1+ Fp)n ………………………pers.10.1
dimana :
Uo = Jumlah user saat perancanaan (194406 jiwa)
n = Jumlah tahun prediksi (1,2 dan 3 tahun)
Fp = Faktor pertumbuhan pelanggan (asumsi : 0.3)
Berdasarkan pada hasil asumsi di atas, maka dapat diperoleh data estimasi
jumlah pelanggan untuk
= 193.495 pelanggan, dengan pelanggan WCDMA sebanyak 9675 pelanggan
= 251.543 pelanggan, dengan pelanggan WCDMA sebanyak 37.731 pelanggan
= 631.592 pelanggan, dengan pelanggan WCDMA sebanyak 127.532 pelanggan
Peramalan jumlah pelanggan GSM, GPRS, dan 3G-WCDMA di kota Sejahtera Baru,
terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel Peramalan jumlah pelanggan GSM, GPRS, WCDMA
Tahun
ke-3
Jumlah pelanggan
I II III IV V VI VII
% 35% 10% 15% 5% 10% 5% 20%
jumlah 44634 12753 19130 6377 12753 6377 25506
Klasifikasi layanan yang akan digunakan pada teknologi WCDMA di wilayah
Kecamatan Kota Bogor, tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Layanan
Net User Bit Rate
Service Type Uplink (Kbps) Downlink (Kbps)
Voice 12.2 12.2
Data 144 144
Tabel Tingkat Penetrasi Layanan Tiap Daerah
Penetration Rates (%)
Service Type Urban Sub Urban
Voice 70 70
Data 30 30
Tabel Bussy Hour Call Attempt (BHCA)
Bussy Hour Call Attempt (BHCA)
Service Type Urban Sub Urban
Voice 0.9 0.8
Data 0.1 0.05
Tabel Durasi Panggilan
Call Duration
Service Type Urban Sub Urban
Voice 60 60
Data 300 300
Tabel Faktor Aktivasi
Activity Factor
Service Type Uplink (Kbps) Downlink (Kbps)
Voice 0.5 0.5
Data 1 1
Perhitungan Offered Bit Quantity (OBQ) Tiap Daerah
Untuk memperoleh data yang berupa total kebutuhan trafik yang dibutuhkan
oleh tiap daerah, maka haruslah ditentukan parameter-parameter yang dapat
menentukan jumlah bit dan trafik yang akan muncul di tiap daerah.
Di mana :
σ : Kepadatan pelanggan potensial dalam suatu daerah
{user/km²}
p : Penetrasi pengguna tiap layanan
d : Lama panggilan efektif {s}
BHCA : Bussy Hour Call Attempt {call/s}
BW : Bandwidth tiap layanan {Kbps}
Jumlah sel yang dibutuhkan, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah
ini.
Luas dari cakupan sel yang diinginkan berbentuk heksagonal dapat ditentukan
dengan persamaan di bawah ini.
Di mana r adalah radius sel. Jika luas cakupan sel diketahui, maka dapat
ditentukan radius sel yang digunakan .
Daerah I
Pada wilayah ini, meliputi : Mall, perumahan, sekolah
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 44.634 pelanggan
Luas Daerah I = 5.3 km²
Kepadatan User/Km² = 44.634 user / 5.3 km² = 8422 user/km²
Hasil Perhitungan OBQ Daerah I
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 8.422 0,7 60 0,9 12,2 2.718.705
Data 8.422 0,3 300 0,1 144 10.914.782
∑OBQ vehicular Total = 13.633.487 Kbit/hour/km²
= 3787,07 Kbps/km²
Daerah 2
Pada wilayah ini, meliputi : Sekolah, Persawahan, Perumahan.
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 12.753 pelanggan
Luas Daerah I = 8.23 km²
Kepadatan User/Km² = 12.753 user / 8.23 km² = 1549 user/km²
Hasil Perhitungan OBQ Daerah 3
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 1549 0,7 60 0,8 12,2 635.201
Data 1549 0,3 300 0,05 144 1003752
∑OBQ vehicular Total = 1638953 Kbit/hour/km²
= 455.2 Kbps/km²
Daerah 3
Pada wilayah ini, meliputi : Perkebunan, Persawahan, Perumahan.
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 19130 pelanggan
Luas Daerah I = 6.85 km²
Kepadatan User/Km² = 19130 user / 6.85 km² = 2793 user/km²
Hasil Perhitungan OBQ Daerah 4
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 2793 0,7 60 0,8 12,2 1144783
Data 2793 0,3 300 0,05 144 1809864
∑OBQ vehicular Total = 2954647 Kbit/hour/km²
= 820.73 Kbps/km²
Daerah 4
Pada wilayah ini, meliputi : Daerah Industri
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 6.377 pelanggan
Luas Daerah I = 4.04 km²
Kepadatan User/Km² = 6.377 user / 4.04 km² = 1578 user/km²
Hasil Perhitungan OBQ Daerah 4
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 1578 0,7 60 0,8 12,2 647044
Data 1578 0,3 300 0,05 144 1022803
∑OBQ vehicular Total = 1669847 Kbit/hour/km²
= 463.8 Kbps/km²
Daerah 5
Pada wilayah ini, meliputi : Pabrik, Persawahan, Perumahan.
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 6377 pelanggan
Luas Daerah I = 7.65km²
Kepadatan User/Km² = 6377 user / 7.65km² = 1667 user/km²
Hasil Perhitungan OBQ Daerah 5
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 1667 0,7 60 0,8 12,2 683360
Data 1667 0,3 300 0,05 144 1080216
∑OBQ vehicular Total = 1763576 Kbit/hour/km²
= 489 Kbps/km²
Daerah 6
Pada wilayah ini, meliputi : Persawahan, Perumahan.
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 6377 pelanggan
Luas Daerah I = 4.4 km²
Kepadatan User/Km² = 6377 user / 4.4 km² = 1449 user/km²
Tabel 11 Hasil Perhitungan OBQ Daerah 6
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 1449 0,7 60 0,8 12,2 594104
Data 1449 0,3 300 0,05 144 938952
∑OBQ vehicular Total = 1533056 Kbit/hour/km²
= 425 Kbps/km²
Daerah 7
Pada wilayah ini, meliputi : Perkantoran, sekolah, Perumahan.
Dari bagian sebelumnya, dapat diketahui beberapa data sebagai berikut.
∑user = 25506 pelanggan
Luas Daerah I = 9.13 km²
Kepadatan User/Km² = 25506 user / 9.13 km² = 2793 user/km²
Hasil Perhitungan OBQ Daerah 7
Servic
e Type
User/
km²
Penetrasi
Layanan
Lama
Panggilan
Efektif (s)
BHC
A
BW
Layanan
(Kbps)
∑OBQ
Layanan
Voice 2793 0,7 60 0,9 12,2 1144906
Data 2793 0,3 300 0,1 144 13619728
∑OBQ vehicular Total = 4764634 Kbit/hour/km²
= 1323 Kbps/km²
BAB III
CELL DIMENSIONING
Daerah I
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 0,56 Km.
Daerah II
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 1,299 Km.
Daerah III
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 0,96 Km.
Daerah IV
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 1.28 Km.
Daerah V
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 1.25 Km.
Daerah VI
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 1.34 Km.
Daerah VII
Jumlah sel yang diperlukan di daerah I dengan menggunakan 1 frekuensi carrier,
adalah sebagai berikut.
Dengan luas daerah urban I sebesar 5.3 km², maka jumlah sel pada area urban I,
adalah sebagai berikut.
Dengan radius setiap sel adalah sekitar 0,75 Km.
BAB IV
RADIO LINK BUDGET
A. Reverse Link Budget
Tabel 18 Referensi Link Budget dengan AMR Layanan Voice 12,2 Kbps, 120
Km/Jam, User Di Dalam Kendaraan dengan Soft Handover
Transmitter (Mobile Station)
a. Maximum Mobile Tx
Power (dBm)
21
b. Mobile Antenna Gain
(dBi)
0
c. Body /Orientation Loss
(dB)
3
d. EIRP 18 d = a + b – c
Receiver (Base Station)
e. Thermal Noise Density
(dBm/Hz)
-174
f. BS Receiver Noise
Figure (dB)
5
g. Receiver Noise Density
(dBm/Hz)
-169 g = e + f
h. Receiver Noise Power
(dBm)
-103,2 h = g + 10log (3840000)
i. Interference Margin
(50% Loading) (dB)
3
j. Receiver Interference
Power (dBm)
-103,2
k. Total Effective Noise +
Interference
-100,2
l. (dBm) 25
m
.
Processing Gain (dB) 5
n. Required Eb/No (dB) -120,2 n = m – l – k
o. Receiver Sensitivity
(dBm)
18
p. BS Antenna Gain (dBi) 2
q. BS Cable/Connection
Losses (dB)
0
r. Fast Fading Margin (dB)
Max. Path Loss (dB)
Coverage Probability
Standard Deviation for
Log Normal Fading
154,2
95
7
3,52
r = d – n + o – p – q
s. (dB) 7,3
t. Propagation Model
Exponent
3
u. Log Normal Fading
Margin (dB)
8
v. Soft Handoff Gain (dB),
Multi-cell
Penetration Loss In Car
(dB)
Allowable Propagation
Loss for Cell Range
(dB)
141,9 v = r – s + t – u
Tabel 19 Referensi Link Budget Untuk Layanan Data Real Time 144 Kbps (3
Km/Jam, Indoor User)
Transmitter (Mobile Station)
a. Maximum Mobile Tx
Power (dBm)
24
b. Mobile Antenna Gain 2
(dBi)
c. Body /Orientation Loss
(dB)
0
d. EIRP 26 d = a + b – c
Receiver (Base Station)
e. Thermal Noise Density
(dBm/Hz)
-174
f. BS Receiver Noise Figur
(dB)
5
g. Receiver Noise Density
(dBm/Hz)
-169 g = e + f
h. Receiver Noise Power
(dBm)
-103,2 h = g + 10log (3840000)
i. Interference Margin
(50% Loading) (dB)
3
j. Receiver Interference
Power (dBm)
-103,2
k. Total Effective Noise –
Interference (dBm)
-100,2
l. Processing Gain (dB) 14,3
m
.
Required Eb/No (dB) 1,5
n. Receiver Sensitivity
(dBm)
-113,0 n = m – l + k
o. BS Antenna Gain(dBi) 18
p. BS Cable/Connection
Losses (dB)
2
q. Fast Fading Margin (dB) 4
r. Max. Path Loss (dB)
Coverage Probability
Standard Deviation for
Log Normal Fading (dB)
151
80
12
Propagation Model
Exponent
3,52 r = d – n + o – p - q
s. Log Normal Fading
Margin (dB)
4,2
t. Soft Handoff Gain (dB),
Multi-Cell
2
u. Indoor Penetration Loss
(dB)
15
v. Allowable Propagation
Loss for Cell Range (dB)
133,8 v = r – s + t – u
Berdasarkan pengamatan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa :
Allowable Path Loss untuk layanan voice 12,2 Kbps adalah sebesar 141,9 dB
Allowable Path Loss untuk layanan data 144 Kbps adalah sebesar 133,8 dB
Daerah Urban (Daerah I, Daerah VII)
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah I dan II) ini akan
menggunakan model propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami, dengan beberapa
parameter yang diketahui sebagai berikut.
Frekuensi carrier, f = 2310 MHz
Radius sel, d = 0,56 Km
Tinggi mobile unit, hm = 1,5 m
Tinggi antena BTS, hb = 40 m
Tinggi atap gedung, hr = (Tinggi satu lantai x Jumlah lantai) + Tinggi atap
= (3 x 4) + 3 = 12 +3 = 15 m
Jarak antar gedung, b = 100 m
Lebar jalan, w = 25 m
Incident angle relative to the street, = 90°
Persamaan dari model propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami yang digunakan pada perancangan jaringan WCDMA di wilayah Bogor, adalah sebagai berikut.
Di mana : = Free Space Loss= Multi Screen Loss= Rooftop to Street Difraction and Scatter
Daerah VII
Perhitungan path loss maksimum pada daerah ini akan menggunakan model
propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami, dengan beberapa parameter yang diketahui
sebagai berikut.
Frekuensi carrier, f = 2310 MHz
Radius sel, d = 0,75 Km
Tinggi mobile unit, hm = 1,5 m
Tinggi antena BTS, hb = 40 m
Tinggi atap gedung, hr = (Tinggi satu lantai x Jumlah lantai) + Tinggi atap
= (3 x 4) + 3 = 12 +3 = 15 m
Jarak antar gedung, b = 100 m
Lebar jalan, w = 25 m
Incident angle relative to the street, = 90°
Persamaan dari model propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami yang digunakan pada perancangan jaringan WCDMA di wilayah Bogor, adalah sebagai berikut.
Di mana : = Free Space Loss= Multi Screen Loss= Rooftop to Street Difraction and Scatter
Daerah Sub urban (Daerah II, Daerah III, Daerah IV, Daerah V, Daerah VI)
Daerah II
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2310 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d = 1.29 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Persamaan dari model propagasi Cost 231 Hatta yang digunakan pada
perancangan jaringan WCDMA di wilayah bogor adalah sebagai berikut.
Sehingga, total path loss
=== 119.38 dB
Daerah III
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2310 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d = 0.96 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 123.78 dB
Daerah IV
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2310 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d = 1.28 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 119.5 dB
Daerah V
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2310 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d =1.25 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 119.85 dB
Daerah V
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2310 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d =1.34 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 118.81 dB
B. Forward Link Budget
Beberapa data teknis yang digunakan dalam perhitungan forward link budget (downlink) pada layanan WCDMA, yang akan diterapkan di wilayah Cakung, Jatinegara, Matraman, dan Pulo Gadung, adalah sebagai berikut.
Tabel 20 Data Teknis Forward Link BudgetTransmitter (Base Station)
Base Station Antenna GainBase Station Feeder and Connector Loss
18 dBi
2 dB
Receiver (Mobile)Effective Receiver SensitivityBody LossMobile Antenna Gain
-124,2 dBm
3 dB0 dBi
Total Noise + Interference – Processing Gain + Eb/No
Dari data yang terdapat pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa : Sensitifitas penerima (MS) yang akan digunakan, S = -124,2 dBmRSL diambil = -120 dBm, sehingga terdapat selisih = -4,2 dBm yang digunakan sebagai margin.Gain penerima (MS), Gr = 0 dBRugi-rugi pada penerima, Lfr= 3 dBRugi-rugi pada pengirim, Lft = 2 dBGant-bts = 18 dBiFrekuensi carrier, f = 2320Tinggi mobile unit, hm = 1,5 mTinggi antena BTS, hb = 40 m
Daerah Urban (Daerah I, Daerah VII)
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah I dan II) ini akan
menggunakan model propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami, dengan beberapa
parameter yang diketahui sebagai berikut.
Frekuensi carrier, f = 2325 MHz
Radius sel, d = 0,56 Km
Tinggi mobile unit, hm = 1,5 m
Tinggi antena BTS, hb = 40 m
Tinggi atap gedung, hr = (Tinggi satu lantai x Jumlah lantai) + Tinggi atap
= (3 x 4) + 3 = 12 +3 = 15 m
Jarak antar gedung, b = 100 m
Lebar jalan, w = 25 m
Incident angle relative to the street, = 90°
Persamaan dari model propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami yang digunakan pada perancangan jaringan WCDMA di wilayah bogor, adalah sebagai berikut.
Di mana : = Free Space Loss= Multi Screen Loss= Rooftop to Street Difraction and Scatter
Daerah VII
Perhitungan path loss maksimum pada daerah ini akan menggunakan model
propagasi Cost 231 Walfisch-Ikegami, dengan beberapa parameter yang diketahui
sebagai berikut.
Frekuensi carrier, f = 2325 MHz
Radius sel, d = 0,75 Km
Tinggi mobile unit, hm = 1,5 m
Tinggi antena BTS, hb = 40 m
Tinggi atap gedung, hr = (Tinggi satu lantai x Jumlah lantai) + Tinggi atap
= (3 x 4) + 3 = 12 +3 = 15 m
Jarak antar gedung, b = 100 m
Lebar jalan, w = 25 m
Incident angle relative to the street, = 90°
Daerah Sub urban (Daerah II, Daerah III, Daerah IV, Daerah V, Daerah VI)
Daerah II
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2325 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d = 1.29 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Persamaan dari model propagasi Cost 231 Hatta yang digunakan pada perancangan jaringan WCDMA di wilayah bogor adalah sebagai berikut.
Sehingga, total path loss
=== 119.48 dB
Daerah III
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2325 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d = 0.96 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 123.88 dB
Daerah IV
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2325 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d = 1.28 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
==
= 119.6 dB
Daerah V
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2325 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d =1.25 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 119.95 dB
Daerah VI
Perhitungan path loss maksimum pada daerah (daerah II, III, IV, V,VI) ini akan menggunakan model propagasi Cost 231 Hatta, dengan beberapa parameter yang diketahui sebagai berikut.Frekuensi carrier, f = 2325 MHzAsumsi tinggi antena BTS, hb = 40 mRadius sel, d =1.34 KmParameter C untuk daerah pedestrian, C = -15
Sehingga, total path loss
=== 118.91 dB
BAB V
TABEL HASIL PERENCANAAN
Prediksi jumlah pelanggan layanan WCDMA sampai dengan tahun 2014 di wilayah Bogor
Tabel 21 Hasil Perencanaan Jaringan Radio
Variabel I II III IV V VI VII
Daerah URBAN SUB URBAN URBAN
Luas 5.3 8.23 6.85 4.04 7.05 4.04 9.13
Daerah (Km²)
Kepadatan
Pelanggan
(User/Km²)
8422 1549 2793 1578 1667 1449 2793
OBQ (Kbps/K
m²)
3787.07 455.2 820.73 463.8 489 425 1323
Luas Sel (Km²/Se
l)
0.5821 4.39 2.43 4.31 4.08 4.69 1.5
Jumlah Sel
10 2 3 1 2 1 6
Jari-jari Sel
(Km)
0.56 1.29 0.96 1.28 1.25 1.34 0.75
Tinggi Antena
BTS (m)
40 40 40 40 40 40 40
BAB VI
KONFIGURASI JARINGAN DAN DIMENSINYA
Pada perancangan konfigurasi jaringan WCDMA (wilayah : Bogor tengah, Dramaga, Puncak, Leuwiliang, Tanah sareal dan Citereup) ini, jumlah site yang dibutuhkan yaitu sebanyak 16 site. Untuk menghemat BTS yang diimplementasikan dalam konfigurasi jaringan WCDMA ini, maka dapat digunakan antena sektoral 120°. Di mana artinya adalah : 1 BTS dapat mengcover 3 kali lipat pelanggan lebih banyak. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar perancangan letak BTS, di bawah ini.
Keterangan :
=BSC
=MSC
Daerah I diberikan 4 bts karena harus mengcover 10 sel, jika diberikan 3 bts tidak
dcover semuanya. Daerah II diberikan 1 bts, karena 1 bts telah dapat mengcover seluruh
daerah dari daerah II
=BTS
Daerah III , Daerah IV dan Daerah V diberikan 1 bts, karena bts yang dipakai
adalah bts dengan 3 sectoral. Sebenarnya daerah IV hanya butuh 2 sel, tetapi karena 1
bts dapat mengcover 3 sel, sehingga yang tergambar pada perencanaan diatas adalah 3
sel.
Daerah VI diberikan 1 bts karena pada daerah tersebut hanya dibutuhkan satu
sel. Daerah VII diberikan 2 bts karena sel yang dibutuhkan dalam daerah tersebut adalah
6 sel.
Masing-masing Daerah mempunyai 1 bsc, yaitu kumpulan dari beberapa bts.
Bsc diletakkan pada tengah-tengah masing-masing daerah. Sedangkan MSC di letakkan
di tengah kota Bogor.
Melihat konfigurasi jaringan WCDMA (wilayah Bogor tengah, Dramaga,
Leuwiliang, Puncak, dan Citeuruep) tersebut, akan mampu menghadapi kenaikan
pelanggan sampai dengan 3 tahun ke depan. Dengan segala asumsi yang digunakan
dalam perancangan ini, maka dapat diperoleh hasil perancangan jaringan WCDMA
yang optimum, guna mengadakan jaringan WCDMA di wilayah Bogor tengah,
Dramaga, Leuwiliang, Puncak, dan Citeuruep
top related