referat pof
Post on 20-Feb-2016
29 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Presentasi Referat
Premature Ovarian Failure
Disusun oleh :
Shabrina Ghassani Roza
1102011257
Pembimbing :
Dr.Hushat Pritalianto SpOG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
SMF OBSTETRI GINEKOLOGI RSUD SERANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Premature Ovarian Failure (POF) merupakan suatu sindroma yang terdiri dari
amenorea, defisiensi steroid sex, dan peningkatan kadar gonadotropin yang terjadi pada
wanita berusia kurang dari 40 tahun.
POF disebabkan oleh suatu proses dimana fungsi ovarium menurun atau hilang
(hypogonadism) dan terjadi peningkatan kadar gonadotropin yaitu LH dan FSH
(hypergonadotropic). POF menunjukan adanya kelainan pada tingkat ovarium. Proses ini
disebut juga hypergonadotropic hypogonadism atau premature menopause.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Premature Ovarian Failure
Premature ovarian failure didefinisikan sebagai suatu defek ovarium yang dicirikan
dengan tidak terjadinya menarche (amenorea primer) atau deplesi prematur dari folikel
ovarium atau terhentinya folikulogenesis pada wanita berusia di bawah 40 tahun (amenorea
sekunder). POF disebut sering disebut sebagai hypergonadotropic hypogonadism, primary
ovarian insufficiency, atau premature menopause.
2.2. Epidemiologi
POF diperkirakan terdapat pada 1 dari 10 000 wanita berusia kurang dari 20 tahun, 1
dari 1000 wanita berusia kurang dari 30 tahun, dan 1 dari 100 wanita berusia kurang dari
40 tahun. Sekitar 10-28% wanita dengan amenorea primer dan 4-18% wanita dengan
amenorea sekunder disebabkan oleh POF.
2.3. Fisilogi Menopause
Istilah menopause merujuk pada suatu titik waktu yang terjadi setelah 1 tahun
berhentinya menstruasi secara permanen. Masa pasca menopause adalah masa setelah titik
menopause tersebut. Rata-rata seorang wanita mengalami periode akhir menstruasinya
pada usia 51 tahun, tetapi berhentinya menstruasi karena kegagalan ovarium dapat terjadi
pada usia yang lebih dini.
Perimenopause atau klimakterium adalah suatu periode waktu pada masa reproduksi
akhir, biasanya pada usia 40-50 tahun. Masa klimakterium dimulai dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur hingga 1 tahun setelah berhentinya menstruasi secara
permanen. Terminologi yang lebih tepat untuk masa ini adalah menopausal transition.
Onset menopausal transition biasanya dimulai pada usia 47 tahun dan berjalan selama 4-7
tahun.
Selama kehidupan reproduksi seorang wanita, gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) disekresikan secara pulsatil oleh nukleus arkuata pada hipotalamus. GnRH akan
terikat pada reseptor GnRH di hipofisis sehingga menstimulasi pelepasan gonadotropin,
yaitu luteinizing hormon (LH) dan follicle stimulating hormon (FSH). Gonadotropin akan
menstimulasi produksi hormone steroid ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan juga
inhibin.
Selama masa reproduksi, sekresi estrogen dan progesteron menyebabkan umpan balik
positif dan negatif pada produksi gonadotropin. Inhibin memberikan pengaruh umpan balik
negatif yang lebih kuat terhadap sekresi FSH.
Gambar 1. Aksis hipotalamus-hipofisis ovarium dan umpan baliknya
Masa transisi menopause biasanya dimulai di usia 40-an. Kadar FSH sedikit
meningkat dan menyebabkan peningkatan respon folikel ovarium dan peningkatan kadar
estrogen.
Selama masa ini folikel ovarium juga menjalani atresia hingga sampai akhirnya,
dalam transisi menopause akhir, sehingga terjadi penurunan kualitas dan kuantitas folikel.
Perubahan ini, termasuk peningkatan tingkat FSH, mencerminkan penurunan kualitas dan
kemampuan folikel untuk mensekresikan inhibin. Deplesi folikel yang terus terjadi dan
episode anovulasi menjadi lebih sering. Dengan kegagalan ovarium pada menopause
pelepasan hormon steroid pada ovarium berhenti, dan umpan balik negatif juga terhenti.
Selanjutnya, GnRH dilepaskan pada frekuensi dan amplitudo maksimal. Akibatnya, kadar
FSH dan LH meningkat hingga empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada tahun-tahun
reproduksi.
Dengan dimulainya penurunan fungsi folikel, perubahan yang paling signifikan dalam
profil hormonal adalah penurunan dramatis sirkulasi estradiol, yang dengan cepat menurun
selama periode 4 tahun (mulai 2 tahun sebelum periode menstruasi terakhir dan sekitar 2
tahun setelah menopause). Estrogen pascamenopause berasal dari sekresi stroma ovarium
dan androstenedione adrenal, yang diaromatisasi menjadi estrone di sirkulasi perifer.
Meskipun tingkat estradiol menurun secara signifikan karena hilangnya produksi folikel
pada masa menopause dan pascamenopause, estrone yang diaromatisasi dari sumber
nonfollikular, masih diproduksi dan merupakan sumber utama dari sirkulasi estrogen pada
wanita pascamenopause.
2.4. Etiologi Premature Ovarian Failure
Premature Ovarian Failure dapat bersifat spontan atau iatrogenik. POF spontan
merupakan kondisi POF yang tidak disebabkan oleh kemoterapi, radiasi atau bedah. POF
spontan dapat disebabkan berbagai jenis etiologi, namun sebagian besar POF spontan tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Sebagian besar pasien dengan POF idiopatik
menunjukan kondisi penyakit autoimun lain.
2.4.1. Kelainan Genetik
Kelainan kromosom X
Hilangnya kromosom X,yakni monosomy X (turner’s syndrome) menjadi penyebab
tersering dalam kelainan kromosom X.Kondisi ini menyebabkan disgenesis ovarium yang
ditandai adanya amenorrhea primer,perawakan yang pendek dan gambaran karakteristik
fenotipe.Untuk fungsi ovarium yang normal dibutuhkan 2 kromosom X yang normal.
Karyotipe 45,X ditemukan pada setengah dari pasien dengan sindroma Turner. Pada
sindorma Turner dengan monosomi X, folikel ovarium mengalami degenerasi pada saat
lahir. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pasangan gen diploid yang aktif untuk proses
oogenesis. Sekitar 90% individu dengan disgenesis gonad akibat hilangnya materi genetik
X tidak pernah mendapatkan menstruasi (amenorea primer). Sisanya memiliki folikel
residual yang cukup untuk mengalami menstruasi, dan secara langka dapat terjadi
kehamilan.
Diperkirakan trisomi X terdapat pada 1 dari 900 wanita pada populasi umum, dan tidak
memiliki efek pada fertilitas. Hubungan trisomi X dengan POF dilaporkan oleh Jacobs et al
pada tahun 1959. penelitian oleh Goswami et al pada tahun 2003 menunjukkan 2 dari 52
sampel pasien dengan POF memiliki sindroma trisomi X.
Delesi dan translokasi pada kromosom X dapat menyebabkan POF. Delesi pada
kromosom X menyebabkan terdapatnya bagian kromosom X yang tidak berpasangan
sehingga menyebabkan atresia oosit. Delesi lebih sering terjadi pada lengan pendek
kromosom X (Xp). Delesi pada Xp11 menyebabkan amenorea primer sebanyak 50% dan
amenorea sekunder sebanyak 50%. Pada delesi distal fungsi ovarium masih dapat
dipertahankan, sedangkan pada delesi proksimal, terjadi kegagalan ovarium. Fungsi
ovarium normal terdapat pada ’critical region’ yaitu pada daerah Xq13-q26. Pada daerah
ini terdapat dua regio spesifik yang disebut lokus POF (POF1 Xq26-qter dan POF2
Xq13.3-Xq21.1).
Regio kromosom tersebut sensitif terhadap perubahan struktur dan kromosom yang
tidak berpasangan pada regio tersebut menyebabkan apoptosis oosit pada proses meiosis.
Fragile X syndrome (FRAXA) merupakan suatu sindroma genetik yang ditandai
dengan keterbelakangan mental. FRAXA disebabkan oleh ekspansi pengulangan
trinukleotida CGG pada kromosom X sehingga mengakibatkan kegagalan untuk
mengekspresikan FMR1 protein (Xq27.3) yang diperlukan untuk perkembangan saraf yang
normal. Pada populasi normal pengulangan CGG bersifat polimorfik. Jumlah pengulangan
diantara 60-200 pengulangan yang disebut premutation. Pengulangan lebih dari 200 disebut
full mutation. Resiko terjadinya POF lebih tinggi pada karier premutation. Pada karier full
mutation dan non karier, resiko terjadinya POF sama dengan populasi umum.
Kelainan autosomal
POF dapat disebabkan oleh mutasi gen tunggal. Mutasi pada gen CYP17 menyebabkan
menurunnya aktifitas 17--hydroxylase dan 17,20-lyase, sehingga terjadi penurunan
produksi kortisol, androgen dan estrogen. Pada individu tersebut terjadi sexual infantilism
dan amenorea primer karena kurangnya sekresi estrogen. Mutasi pada gen CYP17 juga
menyebabkan peningkatan sekresi hormon adrenokortikotropin (ACTH) yang
menstimulasi sekresi minerlokortikoid yang menyebabkan hipokalemi dan hipertensi.
2.4.2. Penyakit Autoimun
Sekitar 2-10% dari kasus POF berhubungan dengan autoimunitas adrenal. Dalam
suatu penelitian dengan sample 123 orang wanita dengan POF, empat diantaranya (3,2%)
memiliki antibodi adrenal.
POF juga dapat merupakan bagian dari autoimmune polyglandular syndromes
(APS). Pada kelainan APS terjadi kegagalan ovarium bersama dengan hipotiroidisme dan
insufisiensi adrenal.
2.4.3. Iatrogenik
Pada pasien-pasien dengan penyakit keganasan, radioterapi dan kemoterapi dapat
menyebabkan terjadinya POF. Efek radioterapi bergantung pada dosis, usia dan area
radioterapi. Kegagalan ovarium permanent dapat disebabkan oleh dosis radiasi melebihi 20
Gy (800 rad) yang diberikan langsung pada ovarium.Pasien dapat mengalamai amenorea
setelah dilakukannya radiasi panggul pada penyakit keganasan seperti Hodgkin's disease.
Transposisi ovarium (oophoropexy) pada wanita muda yang memerlukan radiasi
panggul dapat dilakukan bila memungkinkan, untuk membantu mempertahankan fungsi
ovarium.
POF juga dapat disebabkan oleh efek sitotoksik kemoterapi yang diberikan pada
berbagai penyakit keganasan pada wanita muda. Efek gonadotoksis kemoterapi bergantung
pada jenis dan dosis obat, dan berhubungan dengan usia pasien. Alkylating agents
dipercaya dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi ovarium. Untuk menekan deplesi
oosit, digunakan GnRH agonis atau antagonis sebelum dilakukan kemoterapi.
Bedah panggul juga berpotensi merusak ovarium dengan mempengaruhi pasokan
darah atau menyebabkan inflamasi pada daerah ovarium. Resiko POF yang disebabkan
oleh bedah sangat kecil. Embolisasi arteri uterina juga dapat menyebabkan POF dengan
mempengaruhi pasokan darah ke ovarium.
2.4.4. Infeksi dan Toxin
Pada sebagian besar wanita dengan POF, mekanisme kerusakan ovarium tidak
diketahui, tidak ada riwayat keluarga, kromosom normal, dan tidak ada tanda autoimunitas.
Diperkirakan pada kasus yang tidak diketahui penyebabnya, kegagalan ovarium terjadi
karena efek lingkungan seperti toksin dan virus.
Tidak jarang, wanita dengan POF pernah mengalami infeksi sebelumnya.
Hubungan patogen yang kuat hanya didapatkan pada mumps oophoritis.
Pada pria, telah diketahui virus mumps dapat menyebabkan inflamasi pada testis
dan menyebabkan kerusakan permanen. Sebanyak 2-8% wanita melaporkan mengalami
oophoritis setelah infeksi mumps, dibandingkan dengan 25% pada pria dengan orchitis.
Penyebab lainnya adalah tuberculosis ,malaria ,varicella ,shigella ,cytomegalo virus
dan herpes simplex.
Berbagai toksin dapat memiliki efek merugikan terhadap kesehatan sel folikel. Zat-
zat tersebut termasuk logam berat, pestisida dan zat kimia industri. Perokok wanita
cenderung mengalami menopause lebih dini dibandingkan dengan bukan perokok.
2.4.5 Metabolik
Defisiensi 17 hydroxylase dan GALT dapat meyebabkan POF. Karakteristik wanita
dengan defisiensi 17 OH yakni : amenorrhea primer,tingginya kadar FSH,LH,dan
progesterone
Gen GALT terdapat pada kromosom 9p13. POF dilaporkan terdapat pada 60-70%
wanita dengan galaktosemia. Galaktosa dan metabolitnya memiliki efek toksik langsung
pada sel-sel germinal.
2.4.6 Idiopatik
Sayangnya,penyebab utama tersering terjadinya POF belum diketahui
2.5. Manifestasi Klinis
Gejala POF dapat berbeda dari tiap pasien dan kelainan dapat muncul secara
mendadak atau secara bertahap dalam beberapa tahun. Bentuk paling berat dari kegagalan
ovarium ditunjukkan dengan tidak adanya perkembangan pubertas dan amenorea primer.
Gambaran klinis kasus ini dicirikan dengan tidak timbulnya menarche dan maturasi seks.
Pada wanita, keterlambatan pubertal didefinisikan dengan absennya perkembangan tanda-
tanda seks sekunder dan menarch pada usia 13 tahun. Kegagalan ovarian pasca onset
pubertas terjadi pada sebagian besar kasus POF. Hal ini dicirikan dengan amenorea
sekunder dan deplesi folikel atau terhentinya folikulogenesis.
Gejala POF yang sering timbul seperti :
a. Hot flashes
Yang dimaksud hot flases adalah terasa panas di bagian muka,leher, dada
dan tidak jarang terasa diseluruh tubuh.Jantung dapat berdebar cepat atau
ireguler.Kemerahan pada muka dan leher.Yang mana hal ini dapat mengakibatkan
gangguan tidur.Hot flushes disebabkan oleh perubahan kadar jumlah estrogen di
dalam tubuh.Berkurangnya jumlah estrogen berdampak langsung ke
hipotalamus,yakni bagian otak yang bertanggungjawab dalam mengatur nafsu
makan,hormon seks,tidur dan temperatur tubuh.
Untuk mengatasi hot flashes,pasien POF dianjurkan untuk makan makanan
yang bergizi seimbang,asupan vitamin E 800 mg/hari,tingkatkan asupan vitamin b
dan protein kedelai,olahraga yang teratur dan dapat dianjurkan untuk melakukan
meditasi atau yoga
Pada kasus tertentu,selain HRT,pasien dapat diberikan obat
SSRI,antihipertensi,sedatif ringan dan anti kejang untuk mengatasi hot flashes yang
berlebihan.
b. Berkeringat pada malam hari (night sweats)
Night sweats dalam dunia kedokteran disebut dengan sleep
hyperhidrosis,yakni terjadinya berkeringat pada malam hari,muali dari ringan
sampai dengan berat.Mekanisme penyebab terjadi night sweats sama dengan hot
flashes,yakni akibat perubahan kadar jumlah estrogen yang mempengaruhi
hipotalamus.
Konsumsi produk susu,kacang-kacangan dan telur dianjurkan untuk
dikonsumsi karena mengandung triptophan,yakni asam amino yang membantu
untuk tidur lebih nyaman
c. Menurunnya libido
Penyebab menurunnya libido dikarenakan terjadi ketidakseimbangan
hormon.Berkurangnya estrogen,progesterone dan androgen/testosterone
berkontribusi dalam berkurangnya libido.Estrogen mempunyai peran yang penting
dalam seksualitas wanita dengan meningkatkan sensasi dengan memproduksi cairan
lubrikasi dalam vagina dan menjaga jaringan vagina tetap normal.
Ketika level progesterone rendah pada saat menopause,menghasilkan
menstruasi yang tidak teratur,kelelahan dan gejala menopause lainnya yang dapat
menyebabkan rendahnya libido.Sama seperti halnya estrogen,tubuh mulai
berkurang memproduksi androgen (testosterone).Para ahli berpendapat bahwa
menurunnya jumlah androgen ini juga berkontribusi dalam rendahnya libido pada
wanita POF
Terdapat berbagai jenis makanan yang dianjurkan agar dapat meningkatkan
libido yang mengandung zinc (kerang ,daging merah dan hati), magnesium (kacang
almond dan daun-daunan), protein(ikan,kacang dan susu) dan produk yang
mengandung kedelai (edamame,tofu,miso dan susu kedelai)
Selain itu dapat dianjurkan untuk melakukan yoga (meningkatkan
flesibilitas dan mereleksasikan otot) , senam kegel (memperkuat otot vagina) ,
senamm aerobik ( untuk menjaga kesehatan jantung dan sirkulasi darah ) ,
Scretching ( untuk relaksasi,meredakan stress,dan meningkatkan tonus otot )
d. Mood swings
Mood swing dapat disebabkan karena transisi hormonal yang terjadi,salah
satunya adalah estrogen,yang mempengaruhi produksi serotonin,yakni
neurotransmitter yang mengontrol mood seseorang.Ketidakseimbangan hormonal
secara langsung mengganggu produksi serotonin di dalam otak,sehingga terjadinya
mood swing,depresi dan gangguan psikologis lainnya.
Selain dikarenakan ketidakseimbangan hormonal,mood swing juga dapat
disebabkan oleh gejala lainnya yang timbul pada saat menopause
Untuk mengatasi mood swings dapat menggunakan obat-obatan
herbal,suplemen atau dengan teknik seperti akupuntur atau massage
e. Kekeringan pada vagina
Menurunnya kadar estrogen menjadi penyebab utama terjadinya kekeringan
pada vagina.Berkurangnya estrogen berefek pada dinding vagina,menjadi lebih
tipis,kering,kurang elastis.Pada masa ini,sekresi vagina juga menghilang,sehingga
lubrikasi vagina menjadi berkurang.
Menurunnya estrigen juga merubah kadar pH dalam vagina,yang
sebelumnya bersifat asam,menjadi lebih basa,sehingga terjadinya iritasi dan infeksi
di vagina meningkat.Selain karena hormon,faktor fisiologis,lingkungan dan
emosional dpat berkontribusi dalam kekringan vagina
Untuk mengatasinya,dapat menggunakan produk yang mengandung vitamin
E,pelembab vagina,lubrikan vagina yang berbahan dasar air untuk kenyamanan
seksual.Meditasi dan yoga juga direkomendasikan untuk meringankan stress.
Yang lainnya dapat timbul juga seperti
a. Nyeri pada bagian sendi dan otot
b. Perut kembung
c. Depresi
d. Rambut rontok
e. Lidah terasa panas
f. Berat badan bertambah
g. Gangguan kecemasan
2.6. Komplikasi
2.6.1. Penyakit Kardiovaskular
Resiko terjadinya kematian karena penyakit jantung iskemi pada wanita
yang menopause di bawah 40 tahun meningkat sebesar 80% jika dibandingkan
dengan wanita yang menopause pada usia 49-55 tahun. Resiko tersebut lebih
rendah pada wanita yang menggunakan terapi penggantian estrogen.
Estrogen memiliki efek terhadap konsentrasi lipid, sistem koagulasi dan
fibrinolitik, dan aktivasi molekul vasoaktif seperti nitrit oksida dan
prostaglandin. Kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada wanita
pramenopause lebih tinggi dibandingkan pria. Selain itu kadar kolesterol total
dan Low Density Lipoprotein (LDL) juga lebih rendah. Konsentrasi fibrinogen,
antitrombin III, dan protein S pada plasma menurun pada pemberian estrogen.
Estrogen juga menurunkan kadar plasminogen-activator inhibitor tipe I. Efek
langsung estrogen terhadap endotel berupa vasodilatasi melalui pelepasan
molekul nitrit oksida.
Gangguan fungsi ovarium menyebabkan penurunan kadar estrogen
sehingga menyebabkan hilangnya efek ateroprotektif estrogen tersebut. Kadar
kolesterol dan LDL dapat diturunkan dengan modifikasi diet, terapi estrogen
dan obat-obatan.
2.6.2. Osteoporosis
Wanita dengan POF memiliki densitas tulang yang lebih rendah.
Rendahnya densitas tulang pada POF terjadi terutama pada masa 4-5 tahun
setelah menopause.Menurunnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan
aktivitas osteoklas sehingga terjadi peningkatan resorpsi kalsium pada tulang
dan penurunan densitas tulang.
Terapi penggantian estrogen pada POF dapat menurunkan resiko terjadi
fraktur jika digunakan paling sedikit selama tiga tahun. Selain itu dibutuhkan
diet tinggi kalsium dan konsumsi suplementasi kalsium dan vitamin D.
2.7. Diagnosis
Amenorrhea sekunder atau menstruasi tidak teratur menjadi salah satu tanda
terjadinya POF,sebagian kecil dapat terjadi amenorrhea primer yang biasanya disebabkan
oleh kelainan kromosom X.
Pemeriksaan kadar level gonadotropin dilakukan setelah 3-4 bulan terjadinya
amenorrhea atau menstruasi yang tidak teratur.Kadar estradiol juga diperiksa untuk
memastikan adanya hypogonadism.Diagnosis POF ditegakkan bila kadar FSH > 40 IU/L
dan estradiol < 50 pmol/L pada wanita berusia dibawah 40 tahun.
Pemeriksaan fungsi tiroid dan prolactin dianjurkan untuk diperiksa guna
menyingkirkan penyebab lainnya.
Direkomendasikan juga untuk memeriksa densitas tulang untuk
mengidentifikasi pasien yang beresiko osteoporosis.Kurangnya standar untuk diagnosis
POF sering menjadi penyebab telatnya diagnosis POF,sehingga saat terdiagnosis,densitas
tulang pasien sangat rendah disebabkan oleh defisiensi estrogen.
. Evaluasi karyotipe atau screening untuk premutasi gen FMR1 sangat penting pada
wanita dengan onset POF kurang dari 30 tahun atau dengan amenorea primer atau pada
pasien yang mempunyai riwayat POF dikeluarganya.Alat untuk mendiagnosis lainnya
adalah anti-Muellerian hormone (AMH).AMH diproduksi pada saat berkembangnya folikel
2.8. Tatalaksana
Hormone Replacement Therapy (HRT)
HRT jangka panjang dibutuhkan untuk memperbaiki gejala POF dan untuk
mencegah efek defisiensi estrogen jangka panjang seperti dan penyakit kardiovaskular dan
osteoporosis.
Berbagai jenis HRT tersedia untuk terapi penggantian estrogen termasuk
diantaranya rute oral maupun transdermal.Terapi secara transdermal mempunyai kelebihan
yakni tidak dimetabolisme dihepar,sehingga bentuk dominan estrogen yang tersebar
disirkulasi adalah dalam bentuk estradiol,menyerupai dengan tahap premenopause
normal.Dosis yang dianjurkan adalah 100-150 mcg via transdermal dan 1,25 mg via oral.
Penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi (COCP) adalah pilihan lainnya untuk
pengganti hormone.COCP mengandung estrogen sintetik dengan progestogen. Pemberian
progestogen dianjurkan untuk mencegah terjadinya hiperlasia endometrium.
Testosterone dapat menjadi pilihan pada wanita POF jika terjadi rendahnya
libido.Testosterone yang diberikan dapat berbentuk gel atau patch.Namun pemberian
testosterone harus di monitor,karena jika berlebihan,dapat menimbulkan jerawat dan
hirsutisme
Obat lainnya seperti selective serotonin reuptake inhibitors,venlafaxine dan
clonidine,yang kadang digunakan untuk mengobati gejala hot flushes pada wanita usia
lanjut,terbukti efikasinya rendah dan tidak meringankan gejala lainnya yang timbul maupun
proteksi terhadap tulang.
Pemberian Kalsium dan Vitamin D
Kalsium dan vitamin D sangat penting dalam metabolisme tulang.Adapun rekomendasi
asupan sehari-hari kalsium sebanyak 1200 mg.Suplemen vitamin D dan kalsium telah
dibuktikan dapat mengurangi resiko terjadinya fraktur panggul pada wanita usia lanjut.
Faktor Gaya Hidup
Untuk mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular,dianjurkan untuk melakukan latihan angkat beban ringan,kurangi
merokok,batasi asupan kafein dan alkohol
Support psikologis dan psikoseksual
Wanita yang mengidap POF menunjukkan tingginya kecemasan,depresi dan gangguan
somatisasi dengan rendahnya percaya diri sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
pasien tersebut
Masalah lainnya pada pasien POF yakni disfungsi seksual dengan menurunnnya
kepuasan seksual,frekuensi berhubungan seksual dan nafsu untuk berhubungan seksual
BAB III
PENUTUP
Premature Ovarian Failure dapat menimbulkan dampak serius baik dari segi fisik
maupun emosional sehingga perlu dilakukan evaluasi yang tepat sebelum mendiagnosis
pasien dengan POF. Tatalaksana berupa terapi penggantian hormon penting untuk
mencegah manifestasi klinis dan efek jangka panjang yanag disebabkan oleh defisiensi
estrogen. Selain itu perlu juga dilakukan konseling, informasi dan edukasi mengenai
infertilitas yang terjadi pada pasien POF.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maclaran et al. Premature Ovarian Failure: long term sequelae. Menopause International 2010; 16: 38–41.
2. Geswani D dan Conway G. Premature Ovarian Failure. Human Reproduction Update, Vol.11, No.4 p. 391–410, 2005
3. Scorge J et al. Wiliams Gynecology. Chapter 16: Amenorrhea. Mc-GrawHill Companies, Inc. 2008
4. Popat V. Ovarian Insufficiency. Available at <http://emedicine.medscape.com/article/271046-overview> , accessed on 17 Juni 2012.
5. Vujovic S.Aetiology of premature ovarian failure.Menopause International 2009;15: 72-756. Panay N dan Maclaran K.Premature Ovarian Failure.J Fam Plann Reprod Health
Care,2011;37:35-427. Shamilova N.The role of genetic and autoimmune factor in premature ovarian failure.J
Assist Reprod Genet 2013;30:617-6228. Singer D.The silent grief: phychosocial aspects of premature ovarian failure.CLIMATERIC
2011;14:428-437
top related