pengembangan digital tourism destination sebagai …digilib.unila.ac.id/56867/3/skripsi tanpa bab...

Post on 26-Jan-2020

3 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN DIGITAL TOURISM DESTINATION SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA

(Studi Tentang Optimalisasi Program Lampung Go Digital Di Pasar Tahura,

Kabupaten Pesawaran)

Skripsi

Oleh

RIA YULIANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2019

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF DIGITAL TOURISM DESTINATION AS AN

EFFORTS TO IMPROVE TOURISM VISITS

(Study of Optimizing the Lampung Go Digital Program in Tahura Market,

Pesawaran Regency)

By

RIA YULIANA

Lampung is one of tourism destination places in Indonesia. However, there is still

problem in term of the member of tourist visits. Generasi Pesona Indonesia

(GenPI) Lampung a local community which focus of tourism development in

Indonesia has a program to promote tourism destination digitally and to increase

tourist visits in Lampung. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung creates

Tahura Market as digital tourism destination on the internet.

The purpose of this study is to describe and analyze the optimization of the

development of digital tourism destinations in Tahura Market as an effort to

increase tourist visits, as well as factors that influence the optimization of the

development of digital tourism destinations in Tahura Market. This type of

research is descriptive research with a qualitative approach. The location of the

research was conducted at Tahura Market in the Tahura Wan Abdul Rachman

area, Pesawaran Regency.

The results of this study indicate that the optimization of the development of

digital tourism destinations in Tahura Market is input in the form of a minimum

number of human resources, adequate facilities and infrastructure, the availability

of funds is sufficient in developing the Tahura Market; the process in the form of

procedures carried out in the development of Tahura Market has not fully

implemented the 3A principle (accessibility, amenities, attractions), and

timeliness have been going well; output in the form of tourist visits has increased;

results (outcomes) in the form of achieving goals have gone well, and the impact

on the community has been good. Furthermore, supporting factors in the

development of Tahura Market are adequate facilities and infrastructure and easy

access. Obstacles in the development of Tahura Market are few human resources,

weather conditions and the provision of attractions.

Keywords: Optimization, Performance, Digital Tourism Destination

Development

ABSTRAK

PENGEMBANGAN DIGITAL TOURISM DESTINATION SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA

(Studi Tentang Optimalisasi Program Lampung Go Digital Di Pasar Tahura,

Kabupaten Pesawaran)

Oleh

RIA YULIANA

Lampung adalah salah satu tempat tujuan wisata di Indonesia. Namun, masih ada

masalah dalam hal kunjungan wisata. Generasi Pesona Indonesia (GenPI)

Lampung, komunitas lokal yang fokus dalam pengembangan pariwisata di

Indonesia memiliki program untuk mempromosikan destinasi wisata secara digital

dan untuk meningkatkan kunjungan wisata di Lampung. Generasi Pesona

Indonesia (GenPI) Lampung menciptakan Pasar Tahura sebagai digital tourism

destination di internet.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis optimalisasi

pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura dalam upaya

meningkatkan kunjungan wisata, serta faktor yang mempengaruhi dalam

optimalisasi pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura. Jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi

penelitian dilakukan di Pasar Tahura tepatnya di kawasan Tahura Wan Abdul

Rachman, Kabupaten Pesawaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi pengembangan digital

tourism destination di Pasar Tahura yaitu masukan (input) berupa jumlah SDM

masih minim, sarana dan prasarana sudah memadai, ketersediaan dana sudah

mencukupi dalam pengembangan Pasar Tahura; proses (process) berupa prosedur

yang dilakukan dalam pengembangan Pasar Tahura belum sepenuhnya

menerapkan prinsip 3A (Aksesbilitas, amenitas, atraksi), dan ketepatan waktu

sudah berjalan dengan baik; keluaran (output) berupa tingkat kunjungan wisata

mengalami peningkatan ; hasil (outcome) berupa pencapaian tujuan sudah berjalan

dengan baik, dan dampak terhadap masyarakat sudah baik. Selanjutnya, Faktor

pendukung dalam pengembangan Pasar Tahura adalah sarana dan prasarana yang

memadai serta akses yang mudah dijangkau. Hambatan dalam pengembangan

Pasar Tahura adalah SDM yang masih sedikit, kondisi cuaca serta penyediaan

atraksi.

Kata Kunci: Optimalisasi, Kinerja, Pengembangan Digital Tourism

Destination

PENGEMBANGAN DIGITAL TOURISM DESTINATION SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA

(Studi Tentang Optimalisasi Program Lampung Go Digital Di Pasar Tahura,

Kabupaten Pesawaran)

Oleh

RIA YULIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ADMINISTRASI PUBLIK

Pada

Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ria Yuliana, dilahirkan di Bandar

Lampung pada tanggal 24 Juli 1997, merupakan anak ke

tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhamad

Sibli dan Ibu Tutik MS. Penulis tinggal di Jalan Hi Abdul

Mutholib Gang Jeruk 1, Kelurahan Gedong Air, Kecamatan

Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung. Penulis mengawali pendidikan

formal pada Taman Kanak-kanak Handayani yang diselesaikan pada tahun 2003.

Pendidikan sekolah dasar di SDN 8 Gedong Air diselesaikan pada tahun 2009.

Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 26

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2012 dan Pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMAN 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2018

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gedung, Kecamatan

Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus selama 40 hari. Selama menjadi mahasiswi,

penulis pernah mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP

sebagai anggota staff, dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara

(HIMAGARA) sebagai Anggota Bidang Rumah Tangga Organisasi (RTO).

MOTTO

“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar

kepadanya dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah jadikan urusannya

menjadi mudah.

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, akan dihapuskan dosa-dosanya dan

mendapat pahala yang agung.”

(QS. Ath-Thalaq:2-3)

“Karena hidup itu perjuangan, jangan sampai ada kata

menyerah”

(Gita Savitri Devi)

“Percayalah, karena Allah selalu menyiapkan sesuatu yang baik untuk kita”

(Ria Yuliana)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur atas segala

karunia dan kasih sayang Allah SWT.

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Ibu dan Ayahku tercinta, terimakasih atas ketulusan hati

untuk memberikan doa dan semangat sehingga dapat

menyelesaikan karya ini, Ridha Allah bersama kalian.

Saudara kembarku, serta mba dan mamasku yang selalu

memberikan dukungan, kehadiran kalian menyempurnakan

hidupku. Semoga kita berhasil dan selalu menjadi kebanggaan

orangtua.

Seluruh keluarga besarku, sahabat-sahabatku, dan teman-

temanku yang selalu mendukungku.

Terimakasih atas semua dukungannya

Para pendidik dan Almamater tercinta Universitas Lampung

SANWACANA

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkah rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:”Pengembangan

Digital Tourism Destination Sebagai Upaya Meningkatkan Kunjungan

Wisata (Studi Tentang Optimalisasi Program Lampung Go Digital di Pasar

Tahura, Kabupaten Pesawaran)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Administrasi Publik (SAP) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan

ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada pihak-

pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

antara lain:

1. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H yang telah berkenan menjadi pembimbing

utama sekaligus pembimbing akademik. Terimakasih Ibu atas arahan,

nasehat, saran, masukan, waktu, kesabaran, ilmu yang telah diberikan selama

perkuliahan dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan

kekurangan penulis yang sekiranya kurang berkenan.

2. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos, M.AP yang telah berkenan menjadi dosen

pembimbing kedua. Terimakasih Bapak atas arahan, nasehat, saran, masukan,

waktu, kesabaran, ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan dan

bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Penulis juga memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan

penulis yang sekiranya kurang berkenan.

3. Bapak Simon Sumanjoyo H, S.AN, M.PA yang telah berkenan menjadi dosen

pembahas. Terimakasih Bapak atas kritik, saran, arahan, waktu, serta

kesabaran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Penulis juga memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan

penulis yang sekiranya kurang berkenan.

4. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara.

6. Ibu Intan Fitri Meutia, S.AN, M.A, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Administrasi Negara.

7. Kepada seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, Pak Nana, Pak Bambang,

Prof Yuli, Pak Dedy, Pak Syamsul, Ibu Rahayu, Ibu dewi, Ibu Selvi, Ibu Ita,

Ibu Novita, Ibu Anisa, Ibu Devi, terimakasih atas segala ilmu yang telah

peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang

berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.

8. Bapak Johari dan Bapak Azhari selaku Staf Jurusan Ilmu Administrasi

Negara yang banyak membantu dalam hal kelancaran administrasif.

Terimakasih atas kesabaran dan ketersediaannya selama ini.

9. Ibu dan Ayah tercinta. Terimakasih atas kasih sayang yang tidak pernah

putus, terimakasih telah mendidik dan membesarkan hingga aku menjadi

seperti sekarang, terimakasih atas kesabarannya yang telah mengajariku,

memberikan perhatian, semangat, dukungan dan doa yang tiada hentinya

untuk hari-hariku, masa depanku, dan kesuksesanku. Semoga Allah SWT

selalu melimpahkan rahmat, hidayah, kesehatan, keberkahan rezeki, dan umur

yang panjang untuk ibuku dan ayahku. Terimakasih banyak, ini semua berkat

kalian.

10. Saudara kembar penulis Rika Yuliana, dimana ada ria pasti ada rika kan mba

hehee. Terimakasih selalu menemani penulis, terimakasih juga atas semangat,

dukungan dan bantuannya selama ini, semoga kita bisa menjadi kebanggaan

orang tua.

11. Kakak-kakak penulis Andhika Jaya Prayuda dan Fera Novana terimakasih

atas kasih sayang, semangat, dukungan, dan bantuannya selama ini.

Terimakasih sudah mau mendengarkan keluh kesahku, tanpa kalian aku

bukan apa apa hehe.

12. Kak Medi yang selalu menemani penulis penelitian, terimakasih kak udah

sabar ngadepin aku yang selalu minta anterin kemana mana, walaupun sepagi

apapun tetap mau nemenin. Terimakasih telah membantu dalam

menyelesaikan penelitian dan telah menemani penulis dalam melakukan

wawancara penelitian.

13. Kak Lia terimakasih atas kasih sayang, semangat, dukungan, dan bantuannya

selama ini.

14. Pihak Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung dan Desa Hurun

Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran yang telah memberikan izin

melakukan penelitan dan meluangkan waktu kepada penulis untuk

diwawancarai.

15. Pihak UPTD Tahura Wan Abdul Rachman yang telah memberikan izin

melakukan penelitan dan meluangkan waktu kepada penulis untuk

diwawancarai dan memberikan data yang dibutuhkan penulis.

16. Kak Dhito Dwi Novrizal selaku ketua Generasi Pesona Indonesia (GenPI)

Lampung. Terimakasih atas ketersediannya dan keramahannya dalam

memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

17. Bapak Sofyan selaku kepala pasar dan Bapak M. Syahrudi selaku koordinator

Pasar Tahura. Terimakasih atas ketersediannya dan keramahannya dalam

memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

18. Bapak Sumardi, S.Hut, MM selaku kepala UPTD Tahura Wan Abdul

Rachman. Terimakasih atas ketersediannya dan keramahannya dalam

memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

19. Terimakasih kepada Ibu Masyaroh, Ibu Herlina, Ibu Merryana, Ibu

Yaningsih, Mba Helmita, Mba Sikma atas ketersediannya dan keramahannya

untuk diwawancarai oleh penulis.

20. Kepada sahabat selama kuliah penulis Ana, Cindy, Tala, Elva, Meika. Kita

kenal dari jaman mahasiswa baru (maba) yang kemana mana harus bareng-

bareng. Ana orang yang paling sabar membantu penulis jika penulis tidak

mengerti soal pelajaran, selalu dengerin curhatan penulis, dan selalu ngasih

masukan ke penulis, dan kalo duduk selalu jadi penengah antara penulis dan

rika haha, inget na kamu gak boleh mageran lagi dan kurangin pikunnya yaa.

Cindy ini emak kita, inget gak dulu kita selalu pulang bareng jaman maba,

dan belum pulang kalo belum gelep. Dia ini emak yang selalu bantuin anak

anaknya, yang selalu ada aja tingkahnya yang bikin ketawa, terimakasih

cendol selalu bikin tawa dan selalu ngertiin sikap penulis. Tala, kita kenal

dari jaman SMA tapi baru akrab pas kuliah hehe. Dulu jaman maba kalo

pulang juga sering bener nebeng sama tala. Terimakasih tala udah mau aku

repotin dari jaman maba sampai sekarang, orang paling terbaik pokoknya.

Kalo elva ini temen pertama kali penulis masuk unila, semoga keluar unila

nya bisa bareng juga yaa paaa. Kalo ngomong suaranya sampe kemana mana,

cepet selesaiin skripsinya biar cepet nikah. Selanjutnya meika, kamu juga

temen pertama penulis yang ketemu pas upacara jaman maba, orang yang

super gupek tapi rajin nyaa luar biasa, dulu suka ngeboncengin aku, makasih

ya mei tetep jadi meika yang ku kenal dari jaman maba. Terimakasih

semuanya atas kebersamaannya selama menempuh masa perkuliahan,

terimakasih atas dukungan, semangat, canda, tawa, saran, masukan, dan

pengalaman hidup yang sangat berarti. Semoga kita menjadi wanita-wanita

sukses dunia maupun akhirat dan dapat dipertemukan kembali dan mencapai

cita-cita yang kita inginkan.

21. Kepada Rani sahabat penulis yang super baik, yang selalu mau nemenin

kemanapun, kapanpun. Terimakasih selalu menemani penulis dan selalu mau

direpotkan. Semoga kita bisa menjadi orang sukses dan kebanggaan orangtua.

22. Kepada Sahabat SMA penulis Rara, Uci, Ajeng. Terimakasih atas dukungan,

tawa, canda, semangat, dan kebersamaannya selama ini.

23. Terimakasih kepada Sahabat KKN penulis di Desa Gedung Kecamatan Teluk

Pandan Kabupaten Tanggamus, Lisma, Fitri, Yuni, Heru, Bondan, Keyan atas

40 harinya yang memberikan banyak pengalaman bagi penulis.

24. Terimakasih kepada tim hore penulis, maul, desta, bestha, berzsa, kartika,

regita, gita, irma, aulia rosa, desy, nurma, maharani, fitri, putri, oca, shinta,

dedi yang selalu ada disetiap seminar penulis, gak ada kalian gak rame

pokoknya yaa.

25. Teman-teman Ilmu Administrasi Negara 2015 (ATLANTIK) (nila, indah, dwi

yan, aziz, kiki, jeki, yuan, panji, anggi, sonia, roni, wiji, arum, lira, andini,

sinta, tina, ogi, devi, galuh, etika, evi, vera, riszca) dan teman atlantik lainnya

yang tidak bisa penulis sebutkan semua disini.

26. Terimakasih kepada Mba Tije dan Mba Suci yang telah membantu penulis

dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi,

dan memberikan semangat, motivasi selama ini.

27. Seluruh pihak yang membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan

skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis ucapkan

terimakasih untuk semuanya.

Semoga sebuah karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, 12 April 2019

Penulis

Ria Yuliana

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ... ......................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ..... ......................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ... ......................................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 11

B. Pengertian Optimalisasi .................................................................................. 14

C. Pengertian Program ......................................................................................... 14

D. Kinerja ............................................................................................................ 16

1. Pengertian Kinerja ....................................................................................... 16

2. Indikator Kinerja ......................................................................................... 17

E. Pengertian Tentang Kepariwisataan .................................................................. 22

1. Pengertian Pariwisata................................................................................... 22

2. Sarana Dan Prasarana Wisata...................................................................... 24

3. Ciri – Ciri Pariwisata .................................................................................. 28

4. Jenis Dan Fungsi Pariwisata ........................................................................ 28

5. Pelaku Pariwisata......................................................................................... 35

6. Pengembangan Pariwisata ........................................................................... 37

F. Objek Wisata ......... ........ ................................................................................. 41

1. Pengertian Objek Wisata............................................................................. 41

2. Jenis Objek Wisata.... .................................................................................. 42

G. Tujuan Penyelenggaraan Kepariwisataan .......................................................... 44

ii

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ...................................................................... 46

B. Fokus Penelitian .............................................................................................. 47

C. Lokasi Penelitian .............................................................................................. 49

D. Jenis dan Sumber Data...................................................................................... 49

E. Teknik Pengumpulan Data................................................................................ 50

F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 53

G. Teknik Keabsahan Data .................................................................................... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................. 59

1. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran.................................................... 59

1.1 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Pesawaran ....................................... 59

1.2 Keadaan Geografis................................................................................. 60

2. Desa Hurun .............................................................................................. 60

3. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) ............................................................ 63

4. Pasar Tahura ................................................................................................ 64

B. Hasil Penelitian .................................................................................................. 65

1. Pengembangan Digital Tourism Destination Sebagai Upaya

Meningkatkan Kunjungan Wisata di Pasar Tahura ...................................... 66

a. Masukan (Input) ...................................................................................... 66

1. Sumber Daya Manusia ........................................................................ 66

2. Anggaran ............................................................................................. 69

3. Sarana dan Prasarana .......................................................................... 70

b. Proses (Process) ...................................................................................... 73

1. Prosedur atau cara yang dilakukan dalam pengembangan

Pasar Tahura........................................................................................ 74

2. Ketepatan Waktu ................................................................................ 76

c. Keluaran (Output) ................................................................................... 77

d. Hasil (Outcome) ...................................................................................... 83

1. Pencapaian Tujuan .............................................................................. 83

2. Dampak Terhadap Masyarakat ........................................................... 85

2. Faktor yang mempengaruhi Pengembangan Digital Tourism

Destination di Pasar Tahura ......................................................................... 87

a. Faktor Pendukung ................................................................................... 87

b. Faktor Penghambat ................................................................................. 89

C. Pembahasan ....................................................................................................... 91

1. Pengembangan Digital Tourism Destination Sebagai Upaya

Meningkatkan Kunjungan Wisata di Pasar Tahura ..................................... 91

a. Masukan (Input) ................................................................................... 92

1. Sumber Daya Manusia .................................................................... 92

2. Anggaran.......................................................................................... 95

iii

3. Sarana dan Prasarana ....................................................................96

b. Proses (Process)..................................................................................97

1. Prosedur atau cara yang dilakukan dalam pengembangan

Pasar Tahura ..................................................................................98

2. Ketepatan Waktu...........................................................................102

c. Keluaran (Output)...............................................................................103

d. Hasil (Outcome)..................................................................................106

1. Pencapaian Tujuan.........................................................................106

2. Dampak Terhadap Masyarakat .....................................................107

2. Faktor yang mempengaruhi Pengembangan Digital Tourism Destination di Pasar Tahura ......................................................................109

1. Faktor Pendukung .................................................................................109 2. Faktor Penghambat ...............................................................................110

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................................112

B. Saran ...............................................................................................................115

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................117

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Provinsi Lampung ................. 3

2. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara Ke Provinsi Lampung ..................... 4 3. Penelitan Terdahulu ......................................................................................... 11 4. Data Nama Infoman Wawancara .................................................................... 52

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .......................................... 61 6. Pembagian Tugas pada Pengembangan Pasar Tahura .................................... 67

7. Sarana dan Prasarana di Pasar Tahura ............................................................ 71 8. Data Kunjungan Wisata di Tahura .................................................................. 81

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Komponen Dalam Analisis Data ............................................................... 53

2. Struktur Organisasi Generasi Pesona Indonesia (GenPI) .......................... 64 3. Sarana promosi dalam pengembangan Pasar Tahura................................. 73

4. Penyediaan Spot Foto dalam Pengembangan Digital Tourism Destination di Pasar Tahura ....................................................................... 75

5. Jumlah Followers dan Unggahan di Akun Instagram Pasar Tahura

dan akun GenPI Lampung .......................................................................... 78 6. Unggahan Video dan Gambar dengan Jumlah Tertinggi di Akun

Instagram Pasar Tahura.............................................................................. 79 7. Lokasi Teratas Followers di Akun Instagram Pasar Tahura dan

Akun Instagram GenPI Lampung............................................................... 80

8. Tayangan Tertinggi tentang Pasar Tahura di Akun Youtube .................... 81 9. Sarana dan Prasarana di Pasar Tahura ....................................................... 87

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dengan segala kekayaan alam dan budayanya memiliki potensi

pariwisata yang luar biasa. Keunggulan pariwisata tersebut terdiri atas 60% sektor

pariwisata budaya, 35% sektor pariwisata alam, dan 5% sektor pariwisata buatan

manusia. Potensi budaya yang dikembangkan berupa wisata warisan budaya dan

sejarah, wisata belanja dan kuliner, serta wisata kota dan desa. Pengembangan

dalam potensi alam adalah produk wisata bahari, wisata ekologi dan wisata

petualangan, sedangkan potensi buatan manusia fokus pada wisata MICE

(Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), pengembangan wisata olahraga,

dan objek wisata yang terintegrasi (Sumber: https://travel.kompas.com/read/

2017/07/11/ potensi.budaya.penyumbang.terbesar.sektor.pariwisata/, diakses pada

tanggal 13 Agustus 2018 pukul 19.00 WIB).

Pariwisata menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, berperan penting

dalam penggerak ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan

infrastruktur. Tahun 2016, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga

kerja sebesar 12 juta orang. Dengan demikian, sektor pariwisata merupakan sektor

yang efektif dalam menjawab kebutuhan peningkatan nilai tambah ekonomi

dalam menanggulangi kemiskinan (pro poor) dan penciptaan lapangan kerja (pro-

2

job) (Sumber: https:// www.kemenpar.go.id/userfiles/LAKIP/25202017/ diakses

pada tanggal 13 Agustus pukul 20.30 WIB). Menurut pasal 4 Undang – Undang

Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyebutkan sepuluh tujuan

penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia yaitu: 1) meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, 3) menghapus

kemiskinan, 4) mengatasi pengangguran, 5) melestarikan alam, lingkungan, dan

sumber daya, 6) memajukan kebudayaan, 7) mengangkat citra bangsa, 8)

memupuk rasa cinta tanah air, 9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, 10)

mempererat persahabatan antar bangsa.

Sektor pariwisata menunjukkan adanya pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke

tahun. Melihat kondisi tren pariwisata secara keseluruhan saat ini, World Tourism

Organization (WTO) memperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan

jumlah perjalanan wisata dunia sebesar 200%. Menurut catatan World Bank

(2016), pertumbuhan jumlah wisatawan internasional atau mancanegara pada

tahun 2014 secara kuantitatif telah mencapai sebanyak 1.161 miliar orang dan

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Sumber: http://jabar.

tribunnews.com/ amo/ 2016/ 06/ 16/ tahun- 2020 - sektor- pariwisata-meningkat/,

diakses pada tanggal 14 Agustus 2018 pukul 20.00 WIB).

Wisatawan nusantara juga telah berkontribusi dalam menempatkan Indonesia ke

dalam posisi 20 besar negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat dalam

kurun waktu 3 tahun, dimana pertumbuhan pariwisata Indonesia per Januari

sampai dengan Oktober 2017 mencapai 24%. Berdasarkan Data Kementrian

3

Pariwisata (Kemenpar) secara kumulatif sejak Januari hingga Oktober 2017

menunjukkan jumlah wisatawan Indonesia mencapai 252.569.465. Menteri

Pariwisata Arief Yahya memaparkan bahwa jumlah wisatawan nusantara Januari

hingga Oktober 2017 lebih tinggi 14% dibandingkan target yang ditetapkan

sebesar 221,5 juta wisatawan nusantara. Salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki pertumbuhan pariwisata tertinggi adalah Lampung (Sumber:

marketeers.com/tren-wisatawan-nusantara-tahun-2017/, diakses pada tanggal 15

Agustus 2018 pukul 20.00 WIB).

Perkembangan pariwisata di Lampung terlihat cukup baik, hal tersebut dinilai dari

total wisatawan yang berkunjung dan juga pada festival. Tahun 2016 terdapat 31

event, dan di tahun 2017 ini memiliki 53 event. Event yang masuk dalam Top 100

Calender Of Event (CoE) Nasional yaitu Lampung Krakatau Festival. Selain itu,

terdapat lima event unggulan yaitu Krui Surf Fest, Festival Teluk Stabas, Festival

Skala Brak, Festival Way Kambas, dan Festival Pahawang (Sumber:

Lampungprov.go.id/wisatawan-ke-lampung-meningkat-/ diakses pada 25 Agustus

2018 pukul 19.00 WIB). Total wisatawan mancanegara yang berkunjung dan juga

pada festival di Provinsi Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Berikut ini merupakan data kunjungan wisatawan mancanegara ke Provinsi

Lampung tahun 2015 - 2017:

Tabel 1. Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Provinsi Lampung

NO TAHUN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA

1. 2015 114.907 orang

2. 2016 155.053 orang

3. 2017 245.372 orang

Sumber: LKIP Pariwisata Provinsi Lampung Tahun 2017

4

Terlihat pada tabel 1 bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke Provinsi

Lampung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2015 jumlah wisatawan

mancanegara mencapai 114.907 orang, dan tahun 2016 mengalami peningkatkan

28% menjadi 155.053 orang. Selanjutnya pada tahun 2017 jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara ke provinsi Lampung mengalami peningkatan sebesar

58% menjadi 245.372 orang (Sumber: LKIP Dinas Pariwisata Provinsi Lampung

Tahun 2017).

Terdapat banyak destinasi wisata di Lampung menambah minat wisatawan untuk

berkunjung ke Lampung. Berdasarkan data Kementrian Pariwisata dan PT

Telkom, jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Provinsi Lampung

melebihi wisatawan nusantara yang ke Bali. Pada Oktober 2017, Lampung

menduduki peringkat ke 9 dalam jumlah kunjungan yakni tercatat 8,8 juta

wisatawan nusantara, sedangkan Bali di peringkat ke 11 dengan jumlah 8,5 juta

wisatawan nusantara. Kunjungan wisatawan nusantara di dominasi dari Jakarta,

Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi (Sumber: http:/m.republika.co.id/

p1kjp438/, diakses pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 20.30 WIB). Berdasarkan

data dari Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, kunjungan wisatawan nusantara ke

Provinsi Lampung tahun 2015 – 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Provinsi Lampung

NO TAHUN JUMLAH WISATAWAN NUSANTARA

1. 2015 5.370.803 orang

2. 2016 7.381.774 orang

3. 2017 11.395.827 orang

Sumber: LKIP Pariwisata Provinsi Lampung Tahun 2017

5

Terlihat pada tabel 2 kunjungan wisatawan nusantara ke Provinsi Lampung

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2015 wisatawan nusantara

mencapai 5.370.803 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebesar

37,4% menjadi 7.381.774 orang, selanjutnya pada tahun 2017 jumlah wisatawan

nusantara ke destinasi wisata di Provinsi Lampung mengalami peningkatan

sebesar 54,4% menjadi 11.395.827 orang (Sumber: LKIP Dinas Pariwisata

Provinsi Lampung Tahun 2017).

Mendorong semakin berkembangnya pariwisata di Lampung, Generasi Pesona

Indonesia (GenPI) Lampung mengambil peran penting dalam mengembangkan

pariwisata di Lampung dengan dilakukannya promosi yang gencar di media-

media sosial, salah satunya dengan mengirimkan konten-konten destinasi wisata

di Lampung ke platform GenPi.co. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung

juga melakukan kegiatan offline, salah satunya dengan menciptakan digital

tourism destination dalam bentuk pasar.

Digital tourism destination merupakan hasil dari tuntutan era digital mengingat

wisatawan zaman sekarang yang didominasi generasi millenial, cenderung

menyukai berkunjung ke destinasi yang memberikan pengalaman (experience).

Konsep digital tourism destination ini mengacu pada destinasi yang kreatif,

memiliki spot fotogenik untuk diunggah di media sosial, dan viral di media sosial.

Adapun berdasarkan hasil survei diseluruh dunia yang dirilis Everbrite-Harris

Poll 2014, generasi millenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk

mendapatkan pengalaman (experience) dibandingkan barang (material goods)

6

(Sumber: https:// dispar.bantenprov.go.id/ read/ news/ ini- cara- kemenpar- gaet-

milenial.html/, diakses pada tanggal 02 September 2018 pukul 20.00 WIB).

Digital tourism destination dapat berupa objek wisata, atraksi budaya, dan

kuliner, baik yang sudah ada maupun yang akan dikembangkan. Digital tourism

destination yang sudah dikembangkan di Lampung yaitu Pasar Tahura tepatnya di

kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman atau Youth Camp dibuka pada awal 90-an

sebagai tempat untuk wisata alam dan petualangan, tetapi lama kelamaan tingkat

kunjungan wisatawan menurun sehingga dibutuhkan pengembangan kembali

untuk dibangkitkan menjadi tempat wisata populer di Lampung. Dalam hal

pengembangan pariwisata didaerah, salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung

yaitu Kabupaten Pesawaran tepatnya di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)

Wan Abdul Rachman atau Youth Camp yang menjadi pilihan dibentuknya Pasar

Tahura sebagai digital tourism destination.

Menurut Pengamat Pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,

Chusmeru, beberapa yang perlu diperhatikan agar pasar tradisional bisa menjadi

digital tourism destination yaitu: 1) ciri khas dari pasar yaitu bersifat tradisional,

baik dari aspek tempat maupun ragam kuliner, 2) memadukan unsur-unsur

tradisional dalam pasar, seperti transaksi jual beli dengan unsur-unsur tradisional

lain seperti atraksi seni budaya dan permainan tradisional, 3) pasar dapat

dikunjungi oleh semua kalangan baik wanita maupun laki-laki, anak-anak,

maupun orang dewasa, 4) memiliki latar belakang pemandangan yang indah, unik,

7

dan menarik seperti bentang alam, pegunungan, sawah, sungai, danau, laut,

maupun bangunan bersejarah, 5) memadukan panaroma pasar tradisional dengan

tren wisata digital yaitu dengan menyediakan spot menarik untuk berfoto, 6)

dikelola secara profesional dengan mengutamakan pelayanan dan kepuasan

pengunjung serta dipromosikan melalui media sosial (Sumber:

https://www.google.co.id/m.republika.co.id/amp/ diakses pada tanggal 02

September 2018 pukul 21.39 WIB).

Pasar Tahura merupakan sebuah digital tourism destination di Lampung yang

dikembangkan oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung. Generasi

Pesona Indonesia (GenPI) adalah suatu komunitas digital dibawah naungan

Kementrian Pariwisata Republik Indonesia yang berperan dalam pengembangan

pariwisata go digital, salah satunya yaitu membantu dalam mengoptimalkan

program Lampung go digital dengan mengembangkan Pasar Tahura. Pasar Tahura

merupakan digital tourism destination dengan beragam kuliner dan budaya yang

dipadu dengan keasrian alam yang menarik sebagai area untuk berfoto guna

meningkatkan pariwisata di Lampung.

Pasar Tahura memiliki ciri khas yang bersifat tradisional yaitu dengan menjual

berbagai macam makanan tradisional seperti olahan singkong, lepet, gado-gado,

cenil dan lain sebagainya. Pasar Tahura juga memberikan atraksi budaya seperti

tarian tradisional, musik khas Lampung, wisata panahan dan air terjun serta

permainan tradisional seperti gerobak sodor, engklek, gasing dan sebagainya.

Selain sebagai tempat wisata, Pasar Tahura juga mampu memperkenalkan budaya

8

Lampung kepada wisatawan yang berkunjung. Pengelolaan Pasar Tahura

menggunakan media sosial sebagai media promosi dan memasarkan pariwisata di

Lampung hingga kemancanegara.

Pengembangan Pasar Tahura telah mendapatkan respon positif dari masyarakat,

hal tersebut dilihat dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pasar Tahura

dan masyarakat sekitar Tahura khususnya masyarakat Desa Hurun ikut

berpartisipasi dalam pengembangan Pasar Tahura dengan berjualan makanan

tradisional sehingga hal tersebut memberikan peluang dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat di sekitar Pasar Tahura. Masyarakat sekitar Tahura

juga terlibat langsung dalam pengelolaan Pasar Tahura seperti membersihkan

Pasar Tahura, penyediaan sarana dan prasarana, dan sebagainya.

Permasalahan yang ditemukan peneliti pada prariset yaitu sarana dan prasarana

dalam pengembangan Pasar Tahura masih kurang memadai seperti rusaknya area

wisata panahan yang belum diperbaiki dan kurangnya penyediaan kotak sampah.

Banyak wisatawan juga yang membuang sampah tidak pada tempatnya seperti di

sungai sekitar Pasar Tahura sehingga membuat Pasar Tahura menjadi kurang

bersih.

Permasalahan lainnya yang ditemukan dilapangan adalah masih minimnya sumber

daya manusia (SDM) yang peduli akan pariwisata maka dibutuhkannya

masyarakat sadar akan pariwisata agar pelaksanaan digital tourism destination

dapat berjalan secara optimal sehingga Lampung dapat mewujudkan program

9

Lampung go digital. Menurut Winardi (1999) optimalisasi adalah ukuran yang

menyebabkan tercapainya tujuan, sehingga digital tourism destination yaitu Pasar

Tahura dapat dikatakan optimal apabila dalam pelaksanaannya telah sesuai pada

tujuan yang ditetapkan yaitu meningkatkan kunjungan wisata, mensejahterakan

masyarakat serta mengembangkan digital tourism destination di Lampung

khususnya di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan digital tourism destination

sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata (studi tentang optimalisasi

program Lampung go digital di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah optimalisasi pengembangan digital tourism destination di Pasar

Tahura dalam upaya meningkatkan kunjungan wisata?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan digital

tourism destination di Pasar Tahura dalam upaya meningkatkan kunjungan

wisata?

10

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis optimalisasi pengembangan digital tourism

destination di Pasar Tahura dalam upaya meningkatkan kunjungan wisata.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura dalam upaya

meningkatkan kunjungan wisata.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini mampu memberikan kontribusi pemikiran, informasi dan

pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara yang mengkaji tentang

kinerja organisasi.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran atau masukan –

masukan bagi instansi-instansi terkait atau bagi pengampu kebijakan

(stakeholder) dan lembaga swadaya masyarakat atau kelompok – kelompok

masyarakat dalam pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura,

Kabupaten Pesawaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

Namun, penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitan penulis. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan

penulis.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian

Pertama

Penelitian

Kedua

Penelitian

ketiga

Penelitian

keempat

Nama Zahrotul Umami

(Mahasiswa

Magister Ilmu

Komunikasi

FISIP UNDIP)

Gita Atiko,dkk

(Mahasiswa Ilmu

Komunikasi,

Universitas Telkom)

Yuni Tresnawati

(MahasiswaFISIP,

Universitas Mercu

Buana)

Ria Yuliana

(Mahasiswa

Administrasi

Negara,

Universitas

Lampung)

Judul Social strategy

pada media sosial

untuk promosi

pariwisata Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Analisis strategi

promosi pariwisata

melalui media sosial

oleh Kementrian

Pariwisata RI (Studi

deskriptif pada akun

instagram

@indtravel)

Pemanfaatan

media sosial

dalam promosi

potensi wisata

bahari di Cilacap,

Jawa Tengah

Pengembangan

digital tourism

destination

sebagai upaya

meningkatkan

kunjungan

wisata (studi

tentang

optimalisasi

program

Lampung go

digital di Pasar

Tahura,

12

Pesawaran)

Tujuan Mengetahui dan

mendeskrisikan

tentang

strategi

komunikasi

dengan

menggunakan

Social

strategy melalui

strategy impact

dan social impact

pada media sosial

dalam melakukan

promosi produk

pariwisata DIY.

Mengetahui strategi

promosi pariwisata

yang dilakukan oleh

Kementerian

Pariwisata melalui

media sosial

instagram.

Mengetahui dan

mendeskrisikan

pemanfaatan

media sosial

dalam promosi

potensi wisata

bahari di Cilacap

sebagai salah satu

sarana promosi

dan

keterkaitannya

dengan pemasaran

1. Mendeskripsi

kan dan

menganalisis

optimalisasi

pengembanga

n digital

tourism

destination di

Pasar Tahura

dalam upaya

meningkatka

n kunjungan

wisata.

2. Untuk

mengetahui

faktor-faktor

pendukung

dan

penghambat

dalam

pengembanga

n digital

tourism

destination di

Pasar Tahura

dalam upaya

meningkatka

n kunjungan

wisata.

Fokus

Penelitian

Fokus dalam

penelitian ini

yaitu

menggunakan

strategi

S o c i a l I m p a c t dan

s t r a t e g y i m p a c t pada media

sosial Pariwisata

Yogyakarta

Tahapan yang

dilakukan dalam

penyusunan strategi

promosi adalah

penciptaan konten,

penentuan platform,

perencanaan

program,

implementasi

program, monitoring,

dan evaluasi.

Menggunakan 7C Framework

(Royport &

Jaworski,

2003:154-182)

yang terdiri dari:

Context, atau look

and feel, Content,

Community,

Customization,

Communication,

Connection,

Commerce

Menggunakan

indikator

kinerja menurut

Mahsun (2013)

yaitu: Masukan

(input), Proses

(process),

Keluaran

(output), Hasil

(outcomes)

Hasil

Penelitian

S t r a t e g y s o c i a l melalui strategy

impact

dan social impact

digunakan sebagai

strategi

promosi

pariwisata

Yogyakarta

mengingat

perkembangan

media sosial

menjadi hal

penting bagi

1) Penciptaan konten,

konten didapat

melalui beberapa cara

yaitu melalui stok

foto yang telah

dimiliki oleh

Kemenpar berupa

image bank yang

berisi foto dari 34

provinsi di Indonesia,

fotografer yang telah

disewa, Blogger dan

Regram foto dari foto

follower; 2)

penentuan platform,

Berdasarkan

pengukuran

melalui indikator

7c Framework

(Royport &

Jaworski,

2003:154-182)

dapat diketahui

bahwa

penggunaan

media sosial

menjadi efektif

karena saat ini

masayarakat lebih

banyak

13

masyarakat saat

ini. Media sosial

dapat

diakses dengan

smartphone oleh

semua lapisan

masyarakat tanpa

batas ruang dan

waktu. Semua

orang dapat

menyampaikan

apa saja baik

dalam

bentuk foto, video

ataupun kalimat

sehingga

dapat

mempengaruhi

follower atau

pemakai

media sosial

lainnya.

Social strategy

digunakan untuk

menghubungkan

antara pelaku

pariwisata satu

dengan lainnya

untuk bersinergi

melakukan

promosi bersama

agar follower dari

masingmasing

pelaku pariwisata

dapat mengakses

informasi tentang

pariwisata dan

event-event

yang diadakan di

Yogyakarta.

Selain itu melalui

strategy impact

dan social impact

pada media

sosial digunakan

sebagai dasar

perencanaan

social

strategy untuk

promosi

Pariwisata

Yogyakarta

dengan

menggunakan

media sosial.

divisi pemasaran

Kemenpar kemudian

menentukan media

yang akan digunakan

untuk kegiatan

promosi pariwisata;

3) membuat rencana

program, pembuatan

perencanaan program

dilakukan melalui

beberapa tahapan

yaitu penciptaan dan

pemilihan konten

yang didapat dari

berbagai sumber,

mempromosikan

konten melalui

platform yang

mendukung,

monitoring aktivitas

yang telah dilakukan

dan melakukan

evaluasi; 4)

implementasi

program, hal yang

perlu diperhatikan

dalam menjalankan

program promosi

melalui instagram

yaitu menciptakan

awareness, pola

update, strategi

penulisan caption,

adanya interaksi

dengan follower, dan

melakukan kerja

sama ataupun

mengadakan even.; 5)

monitoring,

dilakukan setiap hari

oleh admin dan akan

langsung di-forward

kepada pihak

kementerian

pariwisata untuk

dievaluasi; 6)

evaluasi, divisi

pemasaran Kemenpar

melakukan evaluasi

dalam satu minggu,

satu bulan, triwulan,

enam bulan, hingga

setahun.

menggunakan

media sosial atau

lebih tepatnya

internet untuk

mencari-cari

informasi. Bahkan

masyarakat saat

ini lebih mudah

untuk

mempercayai apa

yang tertulis di

media sosial.

Interaksi lewat

media sosial dapat

menjadi salah satu

faktor pendorong

bagi seseorang

untuk melakukan

perjalanan wisata.

Facebook, twitter,

atau blog adalah

bagian dari

kekuatan

teknologi yang

dapat memberikan

stimulus bagi para

konsumen dengan

menjadi faktor

pendorong bagi

mereka untuk

melakukan

perjalanan wisata.

Stimulus yang

diberikan adalah

dalam bentuk

media

penyampaian

informasi

mengenai

pariwisata. Dinas

Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

Cilacap dalam

usahanya untuk

mempromosikan

pariwisata, juga

telah

memanfaatkan

media sosial

sebagai salah satu

sarana promosi.

(Sumber: diolah oleh peneliti, tahun 2019)

14

B. Pengertian Optimalisasi

Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S.Poerwadarminta (1997) dalam Ali (2014:348),

mengemukakan bahwa: “Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan

keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara

efektif dan efisien”. Optimalisasi juga diartikan sebagai ukuran dimana semua

kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Selanjutnya menurut Winardi (1999) dalam Ali (2014:348), optimalisasi adalah

ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan jika dipandang dari

sudut usaha, optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga

mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki. Uraian tersebut

diketahui bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam

perwujudannya secara efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan organisasi,

senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien agar

optimal.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai optimalisasi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa optimalisasi merupakan usaha memaksimalkan semua kebutuhan guna

mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

C. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya suatu kegiatan.

Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap

program dijelaskan mengenai :

15

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai,

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan,

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui,

d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan,

e. Strategi pelaksanaan.

Menurut Charles O. Jones (1996:295), pengertian program adalah cara yang

disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat

membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivis sebagai program atau

tidak, yaitu :

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau

sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga

diidentifikasi melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat

diakui oleh publik.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa program adalah cara

yang disahkan untuk mencapai tujuan, terlebih dahulu harus diketahui secara jelas

mengenai tujuan yang akan dicapai, kegiatan yang akan diambil, perkiraan

anggaran dan strategi pelaksanaan. Penelitian ini yaitu optimalisasi program

Lampung go digital yang bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisata,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mengembangkan digital tourism

16

destination di Lampung, apakah program tersebut dapat berjalan sesuai dengan

tujuan dan sasarannya atau malah sebaliknya.

D. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Mahsun (2013:25), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan ciri organisasi yang tertuang dalam

strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk

menyebut prestasi atau tingkatan keberhasilan individu maupun kelompok

individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu

tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria

keberhasilan itu berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak

dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak

mungkin dapat diketehui karena tidak ada tolak ukurnya.

Menurut Rivai, Basri dalam Sinambela (2012:6), kinerja adalah hasil atau

tingkat keberhasilan seseorang atau keseluruhan selama periode tertentu

didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Selanjutnya menurut

Chaizi Nasucha dalam Sinambela (2012: 186), kinerja organisasi didefinisikan

sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan

yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha

17

yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus

untuk mencapai kebutuhannya secara efektif. Sedangkan menurut Bernadin

dan Russel dalam Sinambela (2012: 186), kinerja merupakan catatan outcome

yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan

selama periode tertentu. Pengertian kinerja disini tidak bermaksud menilai

karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh

selama periode waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja merupakan capaian pelaksanaan suatu program yang dilakukan individu

maupun kelompok selama periode tertentu dalam mencapai strategi dan tujuan

dari organisasi berdasarkan aturan yang telah ditentukan sebelumnya pada

organisasi tersebut.

2. Indikator Kinerja

Menurut Lohman (2003) dalam Mahsun (2013:31), terdapat aspek-aspek yang

harus dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja organisasi, antara lain:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia berkaitan dengan biaya (misalnya biaya produksi,

biaya pemasaran, biaya pelayanan, biaya yang berhubungan dengan

persediaan, biaya distribusi, dan sebagaina), dan assets (biaya angkut

persediaan).

18

2. Output

Output berkaitan dengan keuangan (penjualan, keuntungan, return on

investmen), waktu (waktu respon, dan ketepatan waktu), dan kualitas

(keluhan pelanggan, kerusakan pengiriman).

3. Fleksibilitas

Fleksibilitas berkaitan dengan Fleksibilitas volume (kemampuan merespon

perubahan permintaan), fleksibilitas pengiriman (tingkat kecepatan),

fleksibilitas campuran (kemampuan melayani berbagai jenis permintaan),

dan produk baru dan modifikasian (kemampuan menciptakan produk baru

atau memodifikasi).

Sedangkan Menurut Hersey, Blanchard dan Johnson dalam Wibowo (2017:86-

88) terdapat tujuh indikator kinerja, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan menunjukkan ke arah mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar

arah tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Kinerja individu

maupun organisasi dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

2. Standar

Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat

dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai.

Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar

yang ditentukan atau disepakati bersama antara atasan dan bawahan.

19

3. Umpan balik

Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur

kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Uumpan balik

dilakukan dengan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat

dilakukan perbaikan kinerja.

4. Alat atau sarana

Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan.

Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan

tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk

menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.

Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan

dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

6. Motif

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan

sesuatu, tanpa dorongan motif untuk mencapai tujaun, kinerja tidak akan

berjalan.

7. Peluang

Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi

kerjanya. Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian

lebih banyak, dan mengambil waktu yang tersedia.

20

Mahsun (2013:32) memaparkan bahwa indikator kinerja dapat digunakan

untuk mengukur kinerja organisasi sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini

mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM, peralatan,

material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan

kegiatan atau program. Dengan meninjau distribusi sumberdaya dapat

dianalisis apakah alokasi sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan

rencana strategik yang ditetapkan.

2. Proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan,

ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Proses

yaitu semua kegiatan sistem yang dilakukan melalui proses mengubah

input menjadi output (keluaran) yang berbentuk produk dan/ atau jasa.

3. Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai

dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun nonfisik. Dengan

membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan yang terlaksana

sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai

kemajuan suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran

kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu indikator

ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.

4. Hasil (outcome) adalah dampak suatu program kegiatan terhadap

masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya dari output karena output hanya

mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,

sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan.

21

Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara

outcome kegiatan telah dicapai. Outcome menggambarkan tingkat

pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan

banyak pihak. Dengan indikator outcome instansi dapat mengetahui apakah

hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar

bagi masyarakat.

5. Manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari

pelaksanaan kegiatan. Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang

diperoleh dari indikator hasil atau outcome. Manfaat tersebut baru tampak

setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan

panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan untuk

dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal

(tepat waktu, lokasi, dana dan lain-lain).

6. Dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun

negatif. Indikator ini memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari

manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan. Seperti halnya indikator

manfaat, indikator dampak juga baru dapat diketahui dalam jangka waktu

menengah dan panjang. Indikator dampak menunjukkan dasar pemikiran

kenapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro pelaksanaan

kegiatan, tujuan kegiatan secara sektoral, regional dan nasional.

Berdasarkan beberapa indikator yang dikemukakan oleh ahli tersebut, peneliti

menggunakan indikator kinerja menurut Mahsun (2013:32) dalam menilai

22

optimalisasi program Lampung go digital di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran. Indikator ini digunakan oleh peneliti karena indikator ini menilai

kinerja dari berbagai aspek mulai dari masukan, proses, keluaran, hasil,

manfaat, dan dampak. Dengan begitu akan didapatkan hasil pengukuran kinerja

yang lebih akurat. Namun dari enam indikator yang dikemukakan oleh Mahsun

tersebut, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan empat indikator,

yakni: indikator masukan (input), indikator proses (process), indikator keluaran

(output), dan indikator hasil (outcomes).

E. Pengertian tentang Kepariwisataan

1. Pengertian Pariwisata

Menurut Muljadi (2009:8), secara etimologi kata pariwisata berasal dari dua

suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, dan

berputar-putar. Sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi,

pariwisata berarti perjalanan atau berpergian yang dilakukan secara berkali-kali

atau berkeliling. Selanjutnya menurut Suwantoro (2004:3) pariwisata adalah

proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar

tempat tinggalnya, dengan dorongan kepergiannya adalah karena berbagai

kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik,

kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah

pengalaman ataupun untuk belajar.

World Tourism Organization (WTO) dalam Muljadi (2009:9) mendefinisikan

pariwisata sebagai berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang

23

mengadakan perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan

tidak lebih dari satu tahun berturut – turut untuk kesenangan, bisnis, dan

keperluan lain. Yoeti (1996:118) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu

Pariwisata, bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat yang lain dengan

maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang

beranekaragam.

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 10 Tahun 2009, beberapa istilah yang

berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain sebagai berikut:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah.

d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,

pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

24

e. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

f. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,

fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu

kegiatan atau perjalanan yang dilakukan seseorang atau lebih kesuatu tempat

diluar tempat tinggalnya yang dimaksudkan untuk rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam

jangka waktu sementara.

2. Sarana dan Prasarana Wisata

1) Sarana Wisata

Menurut Muljadi (2009:13), sarana kepariwisataan adalah perusahaan-

perusahaan yang diberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara

langsung atau tidak langsung dan kelangsungan hidupnya, tergantung dari

wisatawan yang datang. Selanjutnya, Suwantoro (2004:22) menyatakan

bahwa sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata

25

maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan

wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera

pasarpun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai

sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel,

biro perjalanan, alat transportasi, restoran, rumah makan serta sarana

pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang

sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan

dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata yang kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang

harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan

yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang

memperoleh pelayanan. Hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan

sarana wisata didaerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang

baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan

sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan

disediakan.

Menurut Suwantoro (2004:18), sarana wisata dapat dibagi dalam tiga unsur

pokok, yaitu:

1) Sarana pokok kepariwisataan :

a. Biro perjalanan umum dan agen perjalanan,

b. Transportasi wisata baik darat, laut maupun udara,

c. Restoran,

26

d. Objek wisata, antara lain:

Keindahan alam, iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh,

hutan dan sumber kesehatan seperti sumber air panas belerang,

mandi lumpur, dan lain-lain.

Ciptaan manusia seperti monumen-monumen, candi-candi, art

gallery, dan lain-lain.

e. Atraksi wisata

Ciptaan manusia seperti kesenian, festival, pesta ritual, upacara

perkawinan tradisional, khitanan, dan lain-lain.

2) Sarana perlengkapan kepariwisataan:

a. Fasilitas rekreasi dan olahraga seperti gold course, tennis court,

permandian, kuda tunggangan, photo graphy, dan lain-lain.

b. Prasarana umum seperti jalan raya, jembatan, listrik, lapangan udara,

telekomunikasi, air bersih, pelabuhan, dan lain-lain.

3) Sarana penunjang kepariwisataan:

a. Nightclub dan steambath,

b. Casino dan entertainment,

c. Souvenir shop, mailing service, dan lain-lain.

2) Prasarana Wisata

Menurut Suwantoro (2004:21), prasarana obyek wisata adalah sumber daya

alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh

wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik,

air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan itu

27

termasuk kedalam prasarana umum. Kesiapan obyek wisata yang akan di

kunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut

perlu dibangun dengan disesuaikan berdasarkan lokasi dan kondisi obyek

wisata yang bersangkutan. Pembangunan prasarana wisata

mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas

suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya

tarik obyek wisata itu sendiri.

Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan diatas, kebutuhan

wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti

bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-

lain. Pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena

pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut,

seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus

mobilitas manusia antar daerah, dan sebagainya, yang tentu saja

meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat disekitarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana pariwisata saling berhubungan satu sama lain yaitu keberadaan

prasarana pariwisata sebagai penunjang atau pendukung keberadaan sarana

pariwisata.

28

3. Ciri – Ciri Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti (1996:118) mengemukakan bahwa ciri – ciri pariwisata

adalah:

a. Perjalanan ini dilakukan untuk sementara waktu.

b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

c. Perjalanan itu walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan

pertamasyaan atau rekreasi.

d. Orang yang melakukan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang

dikunjunginya dan semata – mata sebagai konsumen ditempat tersebut.

Berdasarkan ciri – ciri pariwisata diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri –

ciri pariwisata adalah perjalanan dalam waktu tertentu atau sementara waktu

dan dapat berpindah dari suatu tempat wisata ketempat wisata lainnya dengan

maksud untuk pertamasyaan atau rekreasi.

4. Jenis dan Fungsi Pariwisata

1) Jenis Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004:14-17), ada berbagai jenis perjalanan wisata bila

ditinjau dari berbagai macam segi, yaitu:

1. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas:

a. Wisata perorangan (individual tour) yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami-istri.

29

b. Wisata keluarga (family group tour) yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Wisata rombongan (group tour) yaitu suatu perjalanan wisata yang

dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang

bertanggungjawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh

anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang, dengan dilengkapi

diskon dari perusahaan prinsipal bagi orang yang kesebelas. Potongan

ini besarnya antara 25 hingga 50% dari ongkos penerbangan dan

penginapan.

2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:

a. Wisata berencana (pre-arranged tour) yaitu suatu perjalanan wisata

yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik

transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi.

Biasanya wisata jenis ini diatur oleh suatu lembaga yang khusus

mengurus, mengatur, maupun menyelenggarakan perjalanan wisata

dengan bekerjasama dengan semua instansi atau lembaga yang terkait

dengan kepentingan tersebut.

b. Wisata paket atau paket wisata (package tour) yaitu suatu produk

perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan Biro Perjalanan

atau Perusahaan Transport yang bekerjasama dengannya dimana harga

paket wisata tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel maupun

fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan bagi pembelinya.

Dengan kata lain paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang

30

disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan

dalam melakukan perjalanan wisata.

c. Wisata terpimpin (coach tour) yaitu suatu paket perjalanan ekskursi

yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang

pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang

diselenggarakan secara rutin, dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan dan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.

d. Wisata khusus (special arranged tour) yaitu suatu perjalanan wisata

yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang

langganan atau lebih sesuai dengan kepentingan.

e. Wisata tambahan (optional tour) yaitu suatu perjalanan wisata

tambahan diluar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan

pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

3. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas:

a. Wisata liburan (holiday tour) yaitu suatu perjalanan wisata yang

diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur,

bersenang-senang dan menghibur diri.

b. Wisata pengenalan (familiarization tour) yaitu suatu perjalanan yang

dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang

mempunyai kaitan dengan pekerjaannya. Misalnya, sebuah biro

perjalanan luar negeri menyelenggarakan perjalanan wisata bagi

karyawan-karyawannya ke Indonesia guna mengenal lebih lanjut

objek-objek wisata yang ada di Indonesia agar nantinya mereka dapat

memberikan informasi yang lebih baik mengenai Indonesia.

31

c. Wisata pendidikan (educational tour) yaitu suatu perjalanan wisata

yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan

ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya.

Wisata jenis ini disebut juga sebagai study tour atau perjalanan

kunjungan pengetahuan.

d. Wisata pengetahuan (scientific tour) yaitu perjalanan wisata yang

tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau

penyelidikan terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan.

e. Wisata keagamaan (pileimage tour) yaitu perjalanan wisata yang

dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

f. Wisata kunjungan khusus (special mission tour) yaitu suatu perjalanan

wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus, misalnya dagang,

misi kesenian, dan lain-lain.

g. Wisata program khusus (special programe tour) yaitu suatu perjalanan

wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.

h. Wisata perburuan (hunting tour) yaitu suatu kunjungan wisata yang

dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang

diizinkan oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata.

4. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan atas:

a. Ekskursi, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh

kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata.

b. Safari tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang

32

tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata

pada umumnya.

c. Cruize tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal

pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata

didarat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis

pemberangkatannya.

d. Wisata remaja (youth tour), yaitu kunjungan wisata yang

penyelenggaraannya khusus diperuntukan bagi para remaja menurut

golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing.

Di Indonesia umumnya yang dianggap remaja adalah mereka yang

masih dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), belum

duduk dibangku perguruan tinggi, atau mereka yang usianya masih

dibawah 21 tahun, dan belum kawin.

e. Wisata bahari (marine tour), yaitu suatu kunjungan ke objek wisata,

khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving

(menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap.

2) Fungsi Pariwisata

Fungsi pariwisata mencakup tiga aspek, hal ini dikemukakan oleh Hartono

(1974) dalam Aryuda (2011:1-2) seperti berikut ini: “Peranan pariwisata

dalam pembangunan negara pada garis besarnya, berintikan tiga segi yaitu

segi ekonomi (sumber devisa dan pajak), segi sosial (penciptaan

kesempatan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan

Indonesia pada wisatawan asing)”. Fungsi pariwisata dari segi ekonomi

33

dapat dikemukakan bahwa dari sektor pariwisata dapat di peroleh devisa,

baik berupa pengeluaran para wisatawan asing maupun sebagai penanam

modal dalam industri pariwisata termasuk penerimaan berupa retribusi bagi

wisatawan. Adapun jumlah penerimaan dari sektor pariwisata ditentukan

oleh tiga faktor utama yaitu:

a. Jumlah wisatawan yang berkunjung,

b. Jumlah pengeluaran wisatawan,

c. Lamanya wisatawan yang menginap.

Fungsi sosial yang paling dominan dari sektor pariwisata adalah perluasan

penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

Usaha kepariwisataan dengan segala sesuatunya yang berhubungan dengan

pariwisata sangat membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat

membantu mengurangi persoalan pengangguran. Penciptaan kesempatan

kerja secara langsung dapat dikemukakan, misalnya dibidang perhotelan,

restoran, biro perjalanan, obyek wisata, dan kantor pariwisata pemerintah.

Sedangkan penyerapan tenaga kerja tidak langsung, seperti meningkatnya

hasil produksi di bidang pertanian dan kerajinan tangan karena termotivasi

dengan kunjungan wisatawan.

Fungsi pariwisata dari segi budaya dapat diartikan sebagai

memperkenalkan dan mendayagunakan kebudayaan Indonesia. Diketahui

bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan milik rakyat sebuah negara

yang merupakan manifestasi dari karya dan kreasi yang spiritual dari

34

manusia yang membentuk rakyat sebuah negara dan menjadi sasaran

utama dari perasaan keingintahuan dari seseorang yang asing bagi negara

tersebut. Seperti tentang alam Indonesia yaitu panaroma alam, iklim tropis,

daerah khatulistiwa yang dipadukan dengan aneka ragam koleksi seni

budaya dan tata kehidupan masyarakat yang khas adalah merupakan salah

satu sumber berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia.

Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2009, dijelaskan bahwa kepariwisataan

berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap

wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan

negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Beberapa komponen yang

terdapat pada pasal ini, antara lain:

a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan

mutu obyek dan daya tarik wisata.

b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar

bangsa.

c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan

kerja.

d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Berdasarkan jenis dan fungsi pariwisata tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis

pariwisata terdiri dari berbagai segi yaitu dari segi jumlahnya, segi

35

kepengaturannya, segi maksud dan tujuannya, dan segi penyelenggaraannya, serta

memiliki fungsi untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan

meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air

dan meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta

mendorong pendayagunaan produksi nasional.

5. Pelaku Pariwisata

Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam

kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik

dan Weber (2006:19-23) adalah:

1. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.

Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspetasi,

karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang berbeda-beda

dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan

menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata.

2. Industri pariwisata atau penyedia jasa adalah semua usaha yang

menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan

ke dalam dua golongan utama, yaitu: 1) pelaku langsung, yaitu usaha-usaha

wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang

jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Kategori ini adalah hotel,

restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-

lain. 2) pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada

36

produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya

usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan wisata, dan

sebagainya.

3. Pendukung jasa wisata adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan

produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai

pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa

fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan BBM, dan sebagainya.

4. Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan,

penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan

kebutuhan pariwisata. Pemerintah juga bertanggung jawab dalam

menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang

ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam

memainkan peran masing-masing.

5. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata.

Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena

sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi

sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokasi

merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus

dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan

sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata

lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya

tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu,

perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan

langsung dengan kepentingan mereka.

37

6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi non-

pemerintah yang sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai

bidang, termasuk di bidang pariwisata, seperti proyek WWF untuk

perlindungan Orang Utan di Kawasan Bahorok Sumatera Utara atau di

Tanjung Puting, Kalimantan Selatan, Kelompok Pecinta Alam, Walhi, dan

lain-lain.

6. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan

sesuatu yang ada. Pengembangan pariwisata merupakan kegiatan membangun,

memelihara, dan melestarikan pertanaman, sarana dan prasarana maupun

fasilitas lainnya. Fandeli (1995) dalam Kartika,dkk (2018:126) mengemukakan

bahwa pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan

wilayah yang didasarkan pada:

a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan

tradisi lokal.

b. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus

mendistribusikan secara merata kepada penduduk lokal.

c. Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah

dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi

kooperatif.

d. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang

tradisi budaya.

38

Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7, tentang

pembangunan pariwisata disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah

memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam

serta kebutuhan manusia untuk berwisata (Pasal 6). Pembangunan pariwisata

meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan

pariwisata (Pasal 7). Pembangunan pariwisata itu sendiri mempunyai tujuan

yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan banyak orang tanpa membedakan

kelas sosial. Oleh karena itu pengembangan pariwisata perlu memperhatikan

kemungkinan kerjasama antar pihak-pihak terkait dalam hal ini masyarakat,

pemerintah, dan swasta yang diharapkan mampu mendukung kelanjutan

pembangunan pariwisata disuatu daerah.

Menurut beberapa pakar seperti Cooper, Fletcherm Gilbertm Stepherd and

Wanhill (1998) dalam Sunaryo (2013:159) menjelaskan bahwa kerangka

pengembangan pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen

utama sebagai berikut:

a. Obyek atau daya tarik (atractions) yang mencakup daya tarik alam, budaya,

maupun buatan atau artifical seperti event atau yang sering disebut sebagai

minat khusus (special interest).

b. Aksesbilitas (accessibility) yang mencakup dukungan sistem transportasi

yang meliputi rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara,

pelabuhan dan moda transportasi lain.

c. Amenitas (amenity) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung

wisata yang meliputi akomodasi rumah makan (food and baverage), toko

39

cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, pusat informasi

wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.

d. Fasilitas pendukung (ancillary services) yaitu ketersediaan fasilitas

pendukung yang digunakan oleh wisatawan seperti bank, telekomunikasi,

pos, rumah sakit, dan sebagainya.

e. Kelembagaan (institusions) yaitu terkait dengan keberadaan dan peran

masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata

termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah.

Menurut Yoeti (1996:177) memberikan penjelasan bahwa suatu obyek wisata

atau daya tarik wisata harus memenuhi komponen-komponen dalam

pengembangan wisata sebagai berikut:

a. Something to see

Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang berbeda

dengan apa yang dimiliki orang lain. Dengan perkataan lain, daerah itu

harus mempunyai daya tarik yang khusus, disamping itu juga harus

mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan entertainments bila orang

datang kesana.

b. Something to do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus

pula disediakan fasilitas rekreasi atau amusement dan tempat atau wahana

yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktivitas seperti olahraga,

kesenian maupun kegiatan lain yang dapat membuat mereka betah tinggal

lebih lama.

40

c. Someting to buy

Di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping),

terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyar sebagai oleh – oleh

untuk dibawa pulang. Fasilitas untuk berbelanja ini tidak hanya

menyediakan barang-barang yang dapat dibeli, tetapi harus pula tersedia

sarana – sarana pembantu lain untuk lebih memperlancar seperti money

changer, bank, kantor pos, dan lain – lain.

Selanjutnya menurut Carter dan Fabricus (2007) dalam Sunaryo (2013:172),

berbagai elemen dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan

pariwisata paling tidak mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pengembangan atraksi dan daya tarik wisata

Atraksi merupakan daya tarik yang akan melahirkan motivasi dan keinginan

bagi wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata.

b. Pengembangan amenitas dan akomodasi wisata

Berbagai fasilitas wisata yang perlu dikembangkan dalam aspek amenitas

paling tidak terdiri dari akomodasi, rumah makan, pusat informasi wisata,

toko cideramata, pusat kesehatan, pusat layanan perbankan, sarana

komunikasi, pos keamanan, biro perjalanan wisata, ketersediaan air bersih,

listrik, dan lain sebagainya.

c. Pengembangan aksesbilitas

Aksesbilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi

wisatawan untuk mencapai sebuah tempat wisata, akan tetapi juga waktu

41

yang dibutuhkan, tanda penunjuk arah menuju lokasi wisata dan perangkat

terkait lainnya.

d. Pengembangan citra wisata (image building)

Pencitraan (image building) merupakan bagian dari positioning, yaitu

kegiatan untuk membangun citra atau image dibenak wisatawan melalui

desain terpadu antara aspek kualitas produk, komunikasi pemasaran,

kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang tepat dan konsisten dengan

citra atau image yang ingin dibangun serta ekspresi yang tampak dari

sebuah produk.

Berdasarkan penjelasan pengembangan pariwisata, pengembangan pariwisata

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dalam

pengembangan pariwisata perlu memperhatikan komponen-komponen

pengembangan wisata seperti atraksi dan daya tarik wisata, aksesbilitas,

amenitas, kelembagaan, serta pengembangan citra wisata. Pengembangan

digital tourism destination di Pasar Tahura dapat dikatakan optimal diukur

berdasarkan kinerja pelaksanaan program, dan indikator kinerja yang

digunakan yaitu menurut Mahsun (2013:32) yang terdiri dari masukan (input),

proses (process), keluaran (output), dan hasil (outcomes).

F. Obyek Wisata

1. Pengertian Obyek Wisata

Obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk

mengunjungi suatu daerah tertentu. Dalam ilmu kepariwisataan, obyek wisata

42

merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan

dilihat. Wardiyanta (2006:52) memberikan penjelasan tentang yang dimaksud

dengan obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan

dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan. Hal yang dimaksud berupa:

a) Berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan alam, pegunungan,

hutan, dan lain-lain.

b) Merupakan hasil budaya misalnya museum, candi, dan galeri.

c) Merupakan kegiatan masyarakat keseharian misalnya tarian, karnaval, dan

lain-lain.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa obyek

wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan, bernilai

untuk dikunjungi dan dilihat yang dapat memberikan kepuasan pada

wisatawan.

2. Jenis Obyek Wisata

Sesuai dengan kondisi morfologi dan geografis yang berbeda antara daerah

satu dengan daerah lainnya ataupun hasil warisan dari nenek moyang dahulu,

maka setiap daerah mempunyai potensi obyek wisata yang berbeda-beda pula,

maka timbulah berbagai macam jenis obyek wisata yang dikembangkan

sebagai kegiatan yang lama kelamaan mempunyai ciri khasnya sendiri. Seperti

obyek wisata ekologis yang dapat disebut juga dengan obyek ekowisata.

43

Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011:14), ada tiga jenis bahan dasar

yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata, yaitu antara lain:

a. Obyek wisata alam (natural resources)

Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek

wisata berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup

yang berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik.

b. Obyek wisata budaya (human resources)

Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan

maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian,

upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.

c. Obyek wisata buatan manusia (man made resources)

Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta

kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan

manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan wisata yang

dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota, kawasan wisata

ancol dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, obyek wisata yang dimaksud peneliti adalah

obyek wisata alam yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) tepatnya di Pasar Tahura

yang berada di Tahura Wan Abdul Rachman, Kabupaten Pesawaran. Pasar

Tahura memiliki pemandangan alam seperti air terjun yang dipadu dengan

beragam kuliner tradisional.

44

G. Tujuan Penyelenggaraan Kepariwisataan

Menurut Pendit (2003:33), penyelenggaraan kepariwisataan dapat memberikan

dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan

pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalan raya, pengangkutan setempat,

program-program kebersihan atau kesehatan, proyek sarana budaya dan

kelestarian lingkungan dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan

keuntungan dan kesenangan baik bagi wisatawan dalam lingkungan wilayah yang

bersangkutan maupun bagi pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat

memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan

proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau

maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu

kenyataan di tengah-tengah industri lainnya. Adapun yang menjadi manfaat

pariwisata adalah:

a. Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara,

b. Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat,

c. Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat,

d. Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, pendapatan daerah dan devisa

negara,

e. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan,

f. Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana dan

prasarana yang diperlukan,

g. Menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan,

45

Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan menurut Pasal 4 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat,

c. Menghapus kemiskinan,

d. Mengatasi pengangguran,

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya,

f. Memajukan kebudayaan,

g. Mengangkat citra bangsa,

h. Memupuk rasa cinta tanah air,

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa,dan

j. Mempererat persahabatan antarbangsa.

Berdasarkan tujuan dari penyelenggaraan pariwisata diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan pariwisata adalah untuk

meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara, membuka

kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperkenalkan dan mendayagunakan

keindahan alam dan kebudayaan, membantu dan menunjang gerak pembangunan,

seperti penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, menjaga kelestarian

flora, fauna, dan lingkungan serta mempererat persahabatan antarbangsa.

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian deskriptif menurut

Moleong (2017:11) adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka-angka. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2017:4) mendefinisikan

pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah menggambarkan suatu

fenomena sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan dimana data yang

dihasilkan dengan kata-kata dari orang yang diamati. Peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif ini karena sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam

memperoleh pemahaman menyeluruh dan mendalam tentang pengembangan

digital tourism destination sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata (studi

tentang optimalisasi program Lampung go digital di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran).

47

B. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2017:94), ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai

dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus.

Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan fokus itu

berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi – inklusi atau kriteria masuk-keluar

suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Sehingga peneliti memfokuskan

penelitian terhaap masalah-masalah yang menjadi tujuan dari penelitian. Adapun

dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator kinerja menurut Mahsun

(2013:32). Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Digital Tourism Destination Sebagai Upaya Meningkatkan

Kunjungan Wisata (Studi Tentang Optimalisasi Program Lampung Go Digital

di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran) :

a. Masukan (input)

Indikator masukan mengukur sumber daya manusia, peralatan, bahan,

kebijakan dan waktu yang dibutuhkan agar pelaksanaan dapat berjalan

untuk menghasilkan keluaran. Ukuran dari indikator ini yaitu:

a) Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam pengembangan

digital tourism destination di Pasar Tahura Kabupaten Pesawaran.

b) Sarana dan prasarana yang ada dalam pengembangan digital tourism

destination di Pasar Tahura Kabupaten Pesawaran.

c) Ketersediaan dana untuk menunjang pengembangan digital tourism

destination di Pasar Tahura Kabupaten Pesawaran.

48

b. Proses (process)

Indikator ini mengukur upaya – upaya yang dilakukan dalam rangka

mengolah masukan menjadi keluaran. Ukuran dalam indikator ini yaitu:

a) Menguraikan cara yang dilakukan dalam pengembangan digital tourism

destination sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata di Pasar

Tahura Kabupaten Pesawaran.

b) Menguraikan ketepatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan di Pasar

Tahura, Kabupaten Pesawaran

c. Keluaran (output)

Merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu

kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak berwujud, baik itu berupa

barang ataupun jasa. Dalam indikator ini ukuran yang digunakan untuk

mengukur keluaran (output) yaitu dengan cara menguraikan tingkat

kunjungan wisata di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran.

d. Hasil (outcomes)

Merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran

(output). Dalam penelitian ini hasil (outcome) yang akan diukur adalah:

a) Menguraikan pencapaian tujuan dari pengembangan digital tourism

destination di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran.

b) Dampak terhadap masyarakat atas pengembangan digital tourism

destination di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran.

49

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengembangan digital tourism

destination dalam upaya meningkatkan kunjungan wisata (studi tentang

optimalisasi program Lampung go digital di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran):

a. Faktor pendukung dalam pengembangan digital tourism destination dalam

upaya meningkatkan kunjungan wisata di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran.

b. Faktor penghambat dalam pengembangan digital tourism destination dalam

upaya meningkatkan kunjungan wisata di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Tahura tepatnya di Kawasan Tahura Wan Abdul

Rachman atau Youth Camp Kabupaten Pesawaran, alasan pemilihan penelitian di

Pasar Tahura Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman atau Youth Camp Kabupaten

Pesawaran dikarenakan pasar ini merupakan digital tourism destination pertama

yang ada di Lampung dan sudah dikembangkan sejak desember tahun 2017.

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2017:157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis-jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini ialah:

50

1. Data primer merupakan data yang berkaitan dengan fokus penelitian dan

merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada dilokasi

penelitian. Data-data tersebut merupakan bahan analisis utama yang digunakan

dalam penelitian ini yang berupa hasil wawancara dan observasi pada Generasi

Pesona Indonesia (GenPI) Lampung, UPTD Tahura Wan Abdul Rachman,

pengunjung Pasar Tahura, dan beberapa masyarakat Desa Hurun Kecamatan

Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis

dan digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah artikel dan berupa dokumen-dokumen

tertulis yang berkaitan dengan pengembangan digital tourism destination

dalam upaya meningkatkan kunjungan wisata di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan

data, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung di lapangan. Melalui teknik observasi ini peneliti melakukan

pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian selama kurang lebih 2

bulan yang dimulai dari bulan november 2018 sampai bulan januari 2019 yang

51

berkaitan dengan pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura,

Kabupaten Pesawaran.

2. Wawancara (interview)

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2016:231), wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikontruksikan dalam suatu topik tertentu. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan

yang sesuai dalam panduan wawancara dengan bahasa yang mudah dimengerti

oleh informan. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah

Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung, UPTD Tahura Wan Abdul

Rachman, pengunjung Pasar Tahura dan beberapa masyarakat desa Hurun

Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. Instrumen yang digunakan

untuk melakukan wawancara ini meliputi taprecorder dan catatan-catatan kecil

dari peneliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan informan penelitian adalah

52

Tabel 4. Daftar Nama Informan Wawancara

No Nama Informan Keterangan

1. Dito Dwi Novrizal Ketua Generasi Pesona

Indonesia (GenPI)

Lampung

Generasi Pesona

Indonesia (GenPI)

Lampung

2. M. Syahrudi Koordinator Pasar Tahura Generasi Pesona

Indonesia (GenPI)

Lampung

3. Sumardi, S.Hut, MM Kepala UPTD Tahura

Wan Abdul Rachman

UPTD Tahura Wan

Abdul Rachman

4. Sofyan Kepala Pasar Tahura Masyarakat Desa Hurun

5. Masyaroh Pedagang Pasar Tahura Masyarakat Desa Hurun

6. Herlina Pedagang Pasar Tahura Masyarakat Desa Hurun

7. Merryana Pedagang Pasar Tahura Masyarakat Desa Hurun

8. Yaningsih Pengunjung Pasar Tahura Mahasiswa Darmajaya

9. Helmita Pengunjung Pasar Tahura Dosen Ekonomi Umitra

10. Sikma Armayanti Pengunjung Pasar Tahura Sekolah Menengah Atas

(SMA) Muhamadiyah 1

Sumber: Diolah oleh peneliti, tahun 2018

3. Dokumentasi

Sugiyono (2016:240) mendefinisikan dokumen sebagai catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,

sketsa dan lain-lain. Dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini berupa

LKIP Dinas Pariwisata Provinsi Lampung tahun 2017, guideline pasar GenPI,

dan Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan. Sedangkan

53

dokumen yang berbentuk gambar yaitu dokumentasi dari Generasi Pesona

Indonesia (GenPI) Lampung.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2017:248), data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitensiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan apa yang dapat diceritakan kepada orang.

Langkah-langkah analisis data dapat dilihat dari model komponen analisis data

sebagai berikut.

Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data

(Sumber: Sugiyono, 2016:247)

Analisis dalam penelitian kualitatif merupakan suatu proses kegiatan yang

berjalan secara continue, berkesinambungan dan interaktif. Adapun tahapan data

yang akan peneliti ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Data

collection

Data

reduction

Data display

Conclusion:

drawing/verifying

54

1. Penyajian data (data display)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang berguna untuk

memudahkan peneliti memahami gambaran secara keseluruhan atau bagian

tertentu dari penelitian. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Batasan yang diberikan dalam

penyajan data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam

penelitian ini, penyajan data diwujudkan dalam bentuk uraian teks naratif,

tabel, foto atau gambar untuk menjelaskan pengembangan digital tourism

destination sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata (studi tentang

optimalisasi program Lampung go digital di Pasar Tahura, Kabupaten

Pesawaran).

2. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data diartikan proses pemilihan, focusing, penyederhanaan, abstraksi

dan transformasi data mentah yang ada dalam semua bentuk catatan dan

dokumen lapangan. Data yang ada dilapangan kemudian dirangkum, memilah

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas. Tahap ini peneliti memilah-milah mana data yang

dibutuhkan dalam penelitian pengembangan digital tourism destination di

Pasar Tahura mana yang bukan. Kemudian peneliti akan memisahkan data

55

yang tidak perlu dan memfokuskan data yang benar-benar berhubungan dengan

pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura.

3. Penarikan kesimpulan (conclusing drawing/ verification)

Penarikan kesimpulan data atau verifikasi dilakukan secara terus menerus

selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan

dilakukan dengan mengambil intisari dari rangkaian hasil penelitian

berdasarkan sumber data primer dan sekunder sehingga diperoleh jawaban

tentang pengembangan digital tourism destination sebagai upaya

meningkatkan kunjungan wisata (studi tentang optimalisasi program Lampung

go digital di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran).

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Menurut

Moleong (2017:324) mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data

dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu dalam

pemeriksaan data dan menggunakan kriteria:

1. Derajat kepercayaan (credibility)

Penetapan kriteria derajat kepercayaan (kreadibilitas) pada dasarnya

menggantikan konsep validitas internal dari nonaktualitatif. Kriteria ini

berfungsi: 1) melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat

kepercayaan penemuannya dapat dicapai, 2) mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada

56

kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

peneliti untuk memeriksa kreadibilitas atau derajat kepercayaan antara lain:

a. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi

dalam pengumpulan data maka data yang diperoleh akan lebih konsisten,

tuntas, dan pasti. Menurut Sugiyono (2016:274) terdapat tiga macam

triangulasi dalam menentukan keabsahan data yakni:

1) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber.

2) Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.

3) Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Maka dari itu dalam

melakukan kredibilitas data dilakukan dengan waktu atau situasi

berbeda.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan derajat kepercayaan dengan

menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah teknik menguji

data dan informasi mencari data yang sama dengan informan satu dan

57

lainnya. Data dari informan akan dikomplikasikan dengan hasil

dokumentasi dan observasi yang memiliki kesamaan informasi. Informan

tersebut berasal dari pihak Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung,

UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, pengunjung Pasar Tahura dan

beberapa masyarakat yang berkaitan dengan fokus penelitian. Observasi

yang dilakukan pada saat peneliti turun kelapangan serta dokumentasi yang

didapatkan dari Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung.

2. Keteralihan (transferbility)

Penguji keteralihan dalam penelitian kualitatif digunakan supaya orang lain

dapat memahami hasil penelitian sehingga ada kemungkinan untuk

menerapkan hasil peneliti tersebut maka peneliti harus membuat laporan yang

rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, peneliti

membuat rincian berupa transkrip wawancara melalui tabel triangulasi, peneliti

juga menyusun hasil penelitian berupa hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi berupa foto atau gambar yang disusun secara berurut sesuai fokus

dalam penelitian ini dan dikaitkan satu sama lain dengan teori yang peneliti

gunakan.

3. Kebergantungan (dependability)

Pengujian kebergantungan dilakukan dengan audit terhadap keseluruhan proses

peneliti yang dilakukan oleh pembimbing. Sering terjadi peneliti tidak

melakukan proses peneliti tetapi dapat memberikan data maka dari itu

diperlukannya uji kebergantungan. Apabila proses peneliti tidak ada tetapi

58

datanya ada, maka peneliti tidak relieble atau dependable. Dalam penelitian

ini pengujian kebergantungan hasil penelitian diperiksa dan diaudit oleh

pembimbing selama melaksanakan bimbingan. Pada tahap ini penelitian

didiskusikan bersama dengan pembimbing secara bertahap mengenai data-data

yang telah ditemukan dilapangan.

4. Kepastian (confirmability)

Menguji kepastian dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian,

jangan sampai prosesnya tidak ada tetapi hasilny ada. Kepastian yang

dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan disepakati hasil

penelitian tidak subjektif tetapi sudah objektif. Penguji kepastian dapat

dilakukan secara bersamaan dengan pembimbing. Menguji kepastian berarti

menguji hasil penelitian yang sudah dilakukan.

Pada tahap penelitian ini, uji kepastian dilakukan bersamaan dengan uji

kebergantungan, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya. Uji

kepastian digunakan untuk menilai hasil dari penelitian, sedangkan uji

kepergantungan menilai proses penelitian. Dalam penelitian ini pengujian

kepastian diperiksa dan diaudit kepastian datanya oleh pembimbing, hasil data

yang diperoleh diperiksa kembali apakah sudah benar adanya yang ada saat

dilapangan, menguji kelogisan hasil penelitian, menilai hasil penelitian. Setelah

diuji kepastian dan dianggap benar maka diadakan seminar dan ujian yang

dilakukan bersama pembimbing dan pembahas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil deskripsi serta pembahasan yang telah dilakukan mengenai

Pengembangan Digital Tourism Destination Sebagai Upaya Meningkatkan

Kunjungan Wisata (Studi Tentang Optimalisasi Program Lampung Go

Digital di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran), maka peneliti dapat diambil

kesimpulan bahwa optimalisasi pengembangan digital tourism destination di

Pasar Tahura sudah dijalankan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat

melalui:

a. Masukan (input), dalam pelaksanaannya meliputi ketersediaan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang ada masih minim dan beberapa sumber daya

manusia yang ada belum paham akan tugasnya. Namun pada sarana dan

prasarana sudah disediakan dengan baik seperti meja dan kursi, tenant,

panggung hiburan, spot foto, mck dan area parkir. Selain itu sarana dalam

media promosi juga sudah baik yaitu promosi melalui instagram, website

resmi GenPI, maupun melalui aplikasi platform genpi.co sehingga

wisatawan dengan mudah mengakses informasi terkait destinasi digital

yang dikembangkan oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) salah

satunya yaitu Pasar Tahura. Begitupula dengan anggaran yang diberikan

113

telah mencukupi dalam pengembangan digital tourism destination di Pasar

Tahura.

b. Proses (process), dalam pelaksanaannya meliputi prosedur atau cara

pengembangan digital tourism destination di Pasar Tahura belum baik hal

tersebut dilihat bahwa pelaksanaan Pasar Tahura telah belum sepenuhnya

menerapkan prinsip 3A (Aksesbilitas, Amenitas, Atraksi). Aksesbilitas

yaitu pemilihan tempat sudah sangat strategis dan tidak jauh dari pusat

kota. Pasar Tahura berlokasi di Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman, Kabupaten Pesawaran. Waktu yang diperlukan sekitar 30 menit

dari kota Bandar Lampung. Amenitas yaitu ketersediaan sarana dan

prasarana. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti bangku dan meja,

tenant, mck, lahan parkir, panggung hiburan, dan spot foto yang menarik

dan instagramable untuk diunggah dimedia sosial, dan media promosi

seperti melalui instagram, website resmi GenPI, maupun aplikasi platform

genpi.co. Selanjutnya, pengembangan digital tourism destination di Pasar

Tahura yaitu pengembangan promosi objeknya dimana selain

menyediakan atraksi kuliner dan atraksi budaya, terdapat juga air terjun

yang dapat dinikmati oleh pengunjung, area panahan dan penyediaan spot

foto yang menarik berkonsep destinasi digital. Namun area panahan

mengalami kerusakan dan belum ada perbaikan, sedangkan pada

penyediaan spot foto pada bulan desember 2018 hingga januari 2019 tidak

ada inovasi baru dalam penyediaan spot foto sehingga pengunjung akan

bosan dengan spot foto yang hanya itu saja. Selain itu, pada promosi dalam

segi event, setiap minggunya diberikan penampilan atraksi budaya seperti

114

musik gambus, tarian tradisional, permainan tradisional. Namun saat

peneliti melakukan observasi, atraksi tersebut tidak berjalan sehingga tidak

ada pengembangan dalam penampilan atraksi sehingga event setiap

minggunya hanya beberapa kali diadakan.

c. Keluaran (output), dalam pelaksanaannya meliputi kunjungan wisata di

Pasar Tahura sudah optimal, hal tesebut dilihat dari kunjungan wisata

secara online di akun instagram Pasar Tahura terdapat 3.601 followers dan

jumlah unggahan 214 terkait promosi tentang apa saja yang disediakan di

Pasar Tahura dari segi atraksi, amenitas maupun aksesbilitas dan akun

instagram GenPI Lampung terdapat 11,8 ribu followers dengan jumlah

unggahan 1.627 terkait kegiatan yang dilakukan Generasi Pesona

Indonesia (GenPI) Lampung dan juga promosi terkait pasar digital yang

dikembangkan salah satunya yaitu Pasar Tahura. Selanjutnya dilihat dari

jumlah kunjungan wisata secara offline yang mengalami peningkatan dari

sebelum dan saat adanya Pasar Tahura. Sejak adanya Pasar Tahura di

desember 2017, kunjungan wisata tahun 2018 mengalami peningkatan

yang cukup tinggi yaitu 6.781 orang.

d. Hasil (outcome), secara keseluruhan pelaksanaannya sudah berjalan

dengan baik dan sesuai indikator penilaiannya yaitu pencapaian tujuan

pengembangan Pasar Tahura dalam meningkatkan kunjungan wisata sudah

berjalan cukup baik dalam meningkatkan kunjungan wisata dan

mesejahterakan masyarakat sekitar Tahura. Selanjutnya dalam indikator

dampak terhadap masyarakat sudah baik karena berdasarkan hasil

115

wawancara, sejauh ini mereka merasakan dampak dari pengembangan

digital tourism destination di Pasar Tahura.

2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengembangan digital tourism destination

sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata (studi tentang optimalisasi

program Lampung go digital di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran):

a. Faktor pendukung dalam pengembangan digital tourism destination di

Pasar Tahura Kabupaten Pesawaran adalah sarana dan prasarana yang

memadai, dan faktor pendukung lainnya pada akses yang mudah dijangkau

yaitu berlokasi di Tahura Wan Abdul Rachman, Kabupaten Pesawaran.

lokasi tersebut strategis karena berada di jalur wisata dan tidak jauh dari

Kota Bandar Lampung.

b. Faktor penghambat dalam pengembangan digital tourism destination di

Pasar Tahura Kabupaten Pesawaran adalah sumber daya manusia yang

dimiliki masim minim dan beberapa sumber daya manusia belum

mengetahui akan tugasnya, kondisi cuaca yang tidak menentu, serta

penyediaan atraksi seperti atraksi kuliner yang hanya sedikit.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti memberikan beberapa saran,

yaitu:

1. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung sebaiknya melakukan

sosialisasi kembali terhadap masyarakat desa Hurun agar informasi terkait

116

pengembangan digital tourism destination diketahui oleh seluruh

masyarakat.

2. Perlu adanya pelatihan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) agar lebih

paham akan tugasnya serta membangun kesadaran masyarakat akan

pentingnya pariwisata.

3. Menambah jumlah anggota dalam pengembangan Pasar Tahura yang

bertugas mengkurasi dagangan, membuat promosi serta menjalankan pasar

agar kegiatan di Pasar Tahura dapat berjalan lebih optimal.

4. Pada sarana dan prasarana khususnya pada arena panahan dapat diperbaiki

agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan memberikan

outcome yang maksimal.

5. Penyediaan atraksi budaya seharusnya dibuat berbeda setiap minggunya

sehingga pengunjung tidak bosan, dan pada atraksi kuliner seharusnya

lebih beranekaragam lagi makanan tradisional yang dijual dan lebih

memperhatikan pedagang yang berjualan makanan instan karena hal

tersebut akan memudarkan ciri khas pasar Tahura.

6. Pihak Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung, Kepala Pasar Tahura

serta masyarakat desa Hurun dapat mempertimbangkan kembali terkait

penentuan jadwal pelaksanaan Pasar Tahura. Pengembangan Pasar Tahura

lebih baik dilaksanakan setiap hari agar lebih efektif dalam meningkatkan

kunjungan wisata dan menambah pendapatan masyarakat sekitar pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

A.J Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Ardana, Komang, dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata dari

Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.

Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Mahsun, Mohammad. 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:

BPFE

Moleong, Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta;

Pradnya Paramita

Sinambela, Lijan. 2012. Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi.

Yogyakarta; Graha Ilmu

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep

dan aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar - dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Yoeti, Oka. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

118

Sumber Website:

https://travel.kompas.com/read/2017/07/11/potensi.budaya.penyumbang.terbesar.

sektor.pariwisata/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 19.00 WIB

https:// www.kemenpar.go.id/userfiles/LAKIP/25202017, diakses pada tanggal 13

Agustus pukul 20.30 WIB

http: // jabar. tribunnews.com/ amo/ 2016/ 06/ 16/ Tahun 2020 –sektor –

pariwisata - meningkat/, diakses pada tanggal 14 Agustus 2018 pukul 20.00

WIB

https://www.google.co.od/m.republika.co.id/amp/, diakses pada tanggal 17

Agustus 2018 pukul 20.00 WIB

https:// dispar.bantenprov.go.id/ read/ news/ ini- cara- kemenpar- gaet-

milenial.html/, diakses pada tanggal 02 September 2018 pukul 20.00 WIB

https://www.google.co.id/m.republika.co.id/amp/, diakses pada tanggal 02

September 2018 pukul 21.39 WIB

Lampungprov.go.id/ wisatawan- ke- lampung-meningkat-/, diakses pada 25

Agustus 2018 pukul 19.00 WIB

marketeers.com/tren-wisatawan-nusantara-tahun-2017/, diakses pada tanggal 15

Agustus 2018 pukul 20.00 WIB

www.genpi.co/lampung/tag/pasar-tahura

Sumber Jurnal:

Ali, Muhammad Adi. 2014. Analisis Optimalisasi Pelayanan Konsumen

Berdasarkan Teori Antrian Pada Kaltimgps.com di Samarinda. E-jurnal

Administrasi Bisnis Vol. 2, No. 3. Tersedia di

ejournal.adbisnis.fisip.unmul.ac.id, diakses pada 6 Februari 2019 Pukul 20.00

WIB

Aryunda, Hanny. 2011. Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata

Kepulauan Seribu. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 22, No. 1.

Tersedia di journals.itb.ac.id, diakses pada tanggal 7 Februari 2019 Pukul

20.00 WIB

Atiko, Gita dkk. 2016. Analisis strategi promosi pariwisata melalui media sosial

oleh Kementrian Pariwisata RI (Studi deskriptif pada akun instagram

@indrtavel). Jurnal Sosioteknologi Vol. 15, No 3. Tersedia di

journals.itb.ac.id/index.php/sostek diakses pada 5 februari 2019 pukul 20.05

WIB

Kartika,Titing dkk. 2018. Strategi Pengembangan Daya Tarik Dago Tea House

Sebagai Alternatif Wisata Budaya di Jawa Barat. The Journal: Tourism and

119

Hospitality Essentials Journal Vol. 8, No. 2, Tersedia di ejournal.upi.edu

diakses pada tanggal 4 Februari 2019 Pukul 20.00 WIB

Tresnawati, Yuni. 2017. Pemanfaatan media sosial dalam promosi potensi wisata

bahari di Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal perspektif komunikasi umj vol. 1 no

2. Tersedia di jurnal.umj.ac.id diakses pada 5 februari 2019 pukul 19.30 WIB

Umami, Zahrotul. 2015. Social strategy pada media sosial untuk promosi

pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal interaksi, vol 4 no 2.

Tersedia di https://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi diakses pada 4

februari 2019 pukul 19.39 WIB

Sumber Undang-Undang:

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan.

Sumber lainnya:

LKIP Dinas Pariwisata Provinsi Lampung tahun 2017

top related